Вы находитесь на странице: 1из 21

LEMBAR BELAJAR MAHASISWA 4

(LBM 4)

a. Judul:
Bercak merah, gatal, dan bernanah
b. Sasaran Belajar :
1. Memahami aspek mikrobiologi dari jamur dermatofita dan non dermatofita
2. Memahami aspek mikrobiologi dari bakteri gram (+) pembentuk nanah (
Staphylococcus dan Streptococcus)
3. Memahami reaksi jaringan terhadap masuknya jamur dan bakteri gram
positif
4. Menjelaskan definisi dari impetigenisata
5. Memahami dan menjelaskan apa yang disebut pyoderma primer.
6. Menjelaskan macam-macam pyoderma primer
7. Menjelaskan penatalaksanaan pyoderma primer
8. Melakukan terapi incisi dan drainase pada pyoderma
9. Menjelaskan etiologi bercak merah yang gatal dengan tepi aktif dan
central healing
10. Menjelaskan klasifikasi mikosis superfisialis
11. Menjelaskan penyakit- penyakit yang termasuk dalam mikosis
superfisialis
12. Menjelaskan predisposisi terjadinya mikosis superfisial
13. Menjelaskan etiologi, gejala dan ujud kelainan kulit yang terdapat pada
mikosis superfisialis
14. Menjelaskan terapi anti jamur masing-masing penyakit yang termasuk
dalam mikosis superfisialis baik dewasa maupun anak, efek samping
terapi dan interaksi obat.
15. Bisa menentukan diagnosis banding berdasarkan ujud kelainan kulit dan
predileksi lesi
16. Bisa melakukan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis mikosis
superfisial
17. Menjelaskan aspek farmakologi terapi jamur
18. Bisa melakukan penulisan resep obat-obat anti jamur
19. Menjelaskan konsep taharoh dalam mencegah penularan penyakit kulit

SKENARIO















Kata Kunci:
Eritematousa, tepi aktif, central healing, pustul, impetigenisata

Masalah:
Bercak merah gatal dan bernanah









Bercak Merah Gatal dan Bernanah
Seorang laki-laki berusia 35 tahun datang ke RISA dengan keluhan sejak
14 hari yang lalu bagian lipat paha timbul bercak merah bersisik yang
tepinya meninggi dan terasa gatal. Gatal akan semakin mengganggu bila
berkeringat. 4 Hari yang lalu bercak merah bertambah lebar dan
bertambah banyak jumlahnya. Bercak merah timbul pada punggung dan
perut. Bercak merah pada bagian perut karena digaruk timbul luka dan
bernanah. Dari pemeriksaan didapatkan adanya lesi berbentuk polisiklis
yang eritematousa, tepi aktif terdapat papula dan bagian tengahnya
terdapat central healing dengan ujud kelainan kulit berupa
hiperpigmentasi, skuama, pada perut ada pustul, krusta, ekskoriasi, tidak
ada lesi satelit, tidak ada makula eritema dengan skuama halus . Dokter
menyatakan bahwa ada dua kelainan. Yang bernanah merupakan suatu
kelainan kulit yang mengalami proses impetigenisata.. Untuk meyakinkan
diagnosisnya doter menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan
laboratorium dengan sample dari dua lokasi yang berbeda yaitu dari lipat
paha dan dari perut pada lesi yang bernanah.

Konsep map

Materi
Pahami materi yang diberikan oleh tim modul sebagai dasar untuk menjawab
pertanyaan minimal dibawah ini (yang bertujuan mencapai kompetensi sasaran
belajar)

BERCAK MERAH GATAL DAN BERNANAH
Bercak merah merupakan perubahan warna kulit menjadi merah. Bila disertai
adanya infiltrat maka akan membentuk papul, nodul, plakat. Banyak penyakit kulit
diawali dengan timbulnya bercak merah. Pada tiap-tiap penyakit selain adanya
bercak merah juga disertai dengan tanda-tanda yang spesifik sehingga dapat
dibedakan antara penyakit satu dengan yang lain.
Bila didapatkan bercak merah maka perhatikan bentuk, ukuran, tepi, skuama, gejala
dan tanda lain yang menyertainya.
Bercak Merah Gatal
Central healing
Jamur
Tepi aktif
Tinea
Impetigenisata
a
Skuama
Pyoderma sekunder
Kandidosis kutis
Lesi satelit
P. Versikolor
Lesi kecil
skuama halus
Bakteri Gram (+):
Staphylococcus,
Streptococcus

Bercak merah yang gatal dimana bagian tepinya aktif dan bagian tengahnya tenang
(central healing) disebabkan oleh jamur golongan dermatofita yang disebut dengan
tinea. Namun demikian jamur golongan dermatofita walaupun spesiesnya sama bila
menyerang kepala, telapak kaki, kuku akan memberi gambaran yang tidak khas
yaitu tidak terdapatnya central healing dan tepi yang aktif. Bila bercak merah
disertai adanya lesi-lesi kecil yang mengelilinginya (lesi satelit) maka disebabkan
oleh Candida albican. Bila bercak merah terdapat pada daerah tertutup diselimuti
skuama halus kemungkinan adalah Pthyriasis versikolor (panu) (PV). PV selain
memberikan warna yang merah dapat juga memberikan gambaran warna putih dan
coklat dengan skuama halus diatasnya.

PENATALAKSANAAN UMUM
Dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
untuk membedakan masing-masing penyakit
Apabila terbentuk pus kemungkinan terjadinya infeksi sekunder (proses
impetigenisata) sehingga terjadi pyoderma sekunder.


DERMATOMIKOSIS

Dermatomikosis adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur.
Berdasarkan bentuk klinis dibagi menjadi :
1. Mikosis Superfisialis
2. Mikosis Intermediate
3. Mikosis Profunda
MIKOSIS SUPERFISIALIS
Mikosis superfisialis : Penyakit jamur kulit yang mengenai lapisan luar kulit, kuku
dan rambut.
Dibagi menjadi 2:
Dermatofitosis
Non dermatofitosis
DERMATOFITOSIS
Dermatofitosis merupakan penyakit pada jaringan yang mengandung zat
tanduk misalnya pada epidermis kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh
jamur golongan dermatofita. Kedalaman pada pada kulit bisa mencapai stratum
basale. Sinonim: Tinea, ringworm, kurap, teigne, herpes sirsinata.
Etiologi:
Jamur golongan dermatofita yang terbagi dalam 3 genus: Mikrosporon, Tricophyton,
dan Epidermophyton. Jamur golongan dermatofita bersifat keratofilik dan
memiliki enzim keratinase yang membantu jamur mencerna keratin.

Klasifikasi:
Klasifikasi yang sering digunakan adalah klasifikasi berdasarkan lokasi:
- Tinea Kapitis
- Tinea Barbae
- Tinea Kruris
- Tinea Pedis et Manum
- Tinea Unguium
- Tinea Korporis
- Tinea Fasialis
- Tinea Imbrikata
- Tinea Sirsinata
- Pada akhir-akhir ini dikenal nama Tinea inkognito yang berarti dermatofitosis
dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid
topikal kuat.
Gejala klinis:
Secara umum penderita merasa gatal sedangkan ujud kelainan pada kulit yang tidak
berambut mempunyai morfologi khas. Lesi berupa plakat eritematousa berbatas
tegas dengan tepi sedikit meninggi ( tepi aktif) yang terbentuk dari vesikel kecil
kecil , papul disertai adanya skuama. Bagian tengahnya cenderung lebih tenang
(central healing)
Namun demikian pada lokasi-lokasi tertentu mempunyai gambaran yang khas.
Diagnosis:
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik dibantu juga dengan peeriksaan penunjang
berupa:
1. Pemeriksaan preparat langsung dengan larutan KOH 10-40%
2. Pembiakan
3. Reaksi imunologis
4. Biopsi atau gambaran histopatlogi
5. Pemeriksaan lampu Wood

Tinea Kapitis
Dermatofitosis yang menyerang rambut dan kulit kepala.
Etiologi:
- Jamur endotrix: Spesies Tricophyton ( T.tonsuran, Tviolaceum)
Infeksi jamur terjadi didalam batang rambut tanpa merusak kutikula
- Jamur ektotrik : Spesies Microsporum (M. auduinii dan M. canis) Infeksi jamur
dimulai dari luar batang rambut sehingga merusak kutikula rambut.
Dibagi menjadi 2: Yaitu yang menimbulkan reaksi peradangan dan tidak


1. Raksi Peradangan hebat
Kerion.
Bentuk peradangan hebat ditandai dengan adanya pembengkakan, nodul ayng
eritematousa disertai pustul. Bila pustul pecah pus akan keluar dari lubang
lubang bekas pustul . Gambaran ini menyerupai sarang lebah. Rambut pada
lokasi ini putus-putus dan mudah dicabut. Bila sembuh meninggalkan jaringan
parut yang mengakibatkan alopesia ireversibel
Favus
Dimulai adanya titik dibawah kulit berwarna merah kuning berkembang
menjadi krusta yang berwarna kuning berbentuk cawan (skutula) melekat pada
kulit. Krusta biasanya ditembus oleh satu atau dua rambut bila krusta diangkat
terlihat dasar yang cekung. Dapat tecium bau tikus (mousy odor)

2. Tidak ada peradangan
Black dot ring worm
Rambut putus tepat pada permukaan kulit kepala (pada muara folikel
rambut)yang tertinggal ujung rambut yang mengandung spora. Ujung rambut
tampak sebagai titik-titik hitam sehingga tampak gambaran sebagai black dot.

Gray pacth ring worm
Dimulai papul eritem kecil melebar kesekitarnya membentuk bercak berwarna
pucat dan bersisik. Rambut menjadi abu-abu rapuh dan mudah patah diatas
kulit kepala.

Tinea Barbae
Dermatofitosis pada jenggot dan kumis.
Etiologi : T.verrucosum, T.mentagrophytes
Tanda klinis:
Folikel rambut didapatkan adanya pustul, papul sering eksudasi dan krusta.
Rambut kumis dan jenggot mudah dicabut dan rontok.

Tinea Kruris dan Tinea korporis

T.kruris : Dermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong dan
kadang sampai perut bagian bawah.
T.korporis : Dermatofitosis pada daerah badan, tungkai dan lengan.
T.kruris dan T.korporis dapat digolongkan menjadi t. glabrosa oleh karena
kelainan terdapat pada kulit yang tidak berambut. Walaupun secara klinis
terdapat murni T kruris atau korporis namun bisa ditemukan tinea kruris et
korporis.
Etiologi: Bisa dari ketiga genus dermatofita.
Gejala dan tanda :
Keluhan yang sering dialami pasien adalah gatal.
Ujud kelainan kulit yang tipikal didapatkan lesi dengan batas tegas tepi
meninggi terdiri dari eritematosa, papulovesikel skuama (tepi aktif) bagian
tengah menyembuh bisa berupa hiperpigmentasi, skuama. Pada t. kruris bisa
terjadi secara unilateral maupun simetris. Daerah skrotum jarang menunjukkan
gambaran klinis. Berbeda dengan kandidiasis yang sering menunjukkan
keterlibatan klinis pada skrotum. Pada t korporis bila terjadi pada daerah wajah
tidak berambut para klinisi menyebutnya sebagai tinea fasialis. Sedangkan
bentuk t.korporis lain yang khas adalah t.imbrikata yaitu dermatofitosis dengan
susunan skuama yang kosentris dan disebabkan Tricophyton consentricum.

Tinea Pedis et manus

Dermatofitosis pada kaki dan tangan.
Ada 3 bentuk.
1. Tinea pedis /manum interdigitalis
Sering terjadi pada antara jari IV dan V. Didapatkan fisura, skuama halus dan
tipis. Oleh karena daerah ini lembab bisa ditemukan adanya maserasi.
Kelainan ini dapat meluas pada sela jari yang lain.
2. Tinea pedis/ manum hiperkeratosis (moccasin foot)
Pada seluruh telapak kaki dan tangan, tepi sampai punggung kaki dan tangan.
Ditemukan adanya penebalan (hiperkeratosis) skuam. Bila hiperkeratosis hebat
bisa ditemukan adanya fisura. Eritema biasanya ringan.
3. Tinea pedis / manum sub akut.
Dijumpai vesikel, vesiko pustul, bula mula dari sela jari, meluas ke telapak
kaki,dan punggung kaki. Vesikel berisi cairan yang kental bila pecah
meninggalkan skuama yang melingkar disebut koleret.





Tinea Unguium

Kelainan kuku yang disebabkan jamur dermatofitosis.
Ada 3 bentuk:
1. Sub ungual proksimal
Mulai dari pangkal kuku. Bagian distal kukuk biasanya masih utuh.
2. Sub ungual distal
Mulai dari bawah kuku bagian diatal atau distolateral.Permukaan kuku
suram , rapuh dan terbentuk hiperkeratosis sub ungual. Bawah kuk terdapat
detritus yang mengandung elemen jamur.
3. Leukonikia trikofita.
Berupa warna putih pada permukaan kuku yang dapat dikerok. T. unguium
merupakan dermatofitosis yang paling sulit diobati.
NON DERMATOFITOSIS

Pitiriasis Versikolor.
Etiologi : Malassezia furfur flora normal kulit.
Lokasi : Atas dada meluas lengan atas, leher, perut, tungkai atas
bawah, Aksila inguinal kulit wajah dan kepala.
Gejala dan tanda klinis:
Timbul keluhan timbul bercak berwarna putih sampai kecoklatan yang
kadang gatal bila berkeringat. Bisa pula tanpa keluhan gatal sama sekali. Ujud
kelainan kulit yang dijumpai adanya makula hipopigmentasi berbatas tegas tertutup
skuama halus pada orang dengan kulit berwarna sedangkan pada orang kulit pucat
biasanya berupa makula hiperpigmentasi sampai eritematousa dengan skuama
halus. Untuk menunjukkan adanya suamasi secara sederhana dapat dilakukan
dengan garukan maka akan tampak jelas antara lesi dan kulit yang normal (finger
nail sign). Terjadinya hipopigmentasi disebabkan enzim oksidase pada M.furfur
akan mengoksidasi asam lemak pada kulit sehingga terbentuk asam dekarboksilat
yang menghambat tirosinase pada melanosit epidermal. Selain itu jamur juga
mempunyai sifat sitotoksik pada melanosit. Sedangkan lesi hiperpigmenasi yang
terjadi sampai saat ini belum dapat dijelaskan.
Ada 2 bentuk klinis:
1. Bentuk makular: Makula yang lebar dengan skuama halus
2. Bentuk folokuler: Makula kecil kecil disekitar folikel rambut.
TERAPI MIKOSIS SUPERFISIALIS
1. Terapi topikal
- Lesi radang akut atau yang mengalami eksudasi di kompres
- Obat obat topikal dengan kandungan tolsiklat, haloprogin, tolnaftat, golongan
azol: mikonazol, ketokonazol, bifonazol, tiokonazol, clotrimazol dalam bentuk
krim, salep, solusio, shampo, sabun, bedak
- Lesi yang hiperkeratosis dapat diberikan bahan-bahan keratolitik berupa asam
salisilat 3-6%
2. Terapi sistemik
- Griseovulvin harus diminum bersama dengan orange juice karena untuk
melarutkan tablet harus dalam pH asam.
- Azol : ketokonazol, itrakonazol, flukonazol
- Alilamin: Terbinafin
Dosis dan lama pemberian tergantung pada anak atau dewasa serta jenis
penyakit jamur.

PENCEGAHAN
1. Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi , jika
faktor lingkungan tidak diperbaiki penyembuhan akan lambat.
2. Alas kaki harus pas dan tidak ketat
3. Pasien dengan hiperhidrosis memakai kaos dari bahan katun yang menyerap
keringat
4. Pakaian , handuk agar sering diganti dan dicuci.



PROGNOSIS
Perjalanan penyakit dipengaruhi oleh bentuk klinik dan penyebab
penyakitnya disamping faktor yang memperberat dan memperingan penyakit.

e. Pertanyaan Minimal
1. Apakah yang dimaksud dengan dermatomikosis?
2. Klasifikasi dermatomikosis.
3. Apakah yang dimaksud dengan mikosis superfisial?
4. Klasifikasi mikosis superfisial
5. Apa yang dimaksud dengan dermatofitosis dan sebutkan jamur yang
termasuk penyebab dermatofitosis.
6. Jelaskan predisposisi penderita mikosis superfisial
7. Jelaskan mengenai Tinea kapitis, Tinea pedis, Tinea Ungueum
8. Jelaskan mengenai Tinea korporis, Tinea kruris
9. Pemeriksaan penunjang untuk diagnosis
10. Jelaskan mengenai Pthyriasis Versicolor?
11. Jelaskan etiologi kandidosis kutis
12. Bagaimanakah ujud kelainan kandidosis kutis
13. Dimana predileksi kandidosis kutis
14. Jelaskan Terapi pada masing-masing mikosis superfisialis dosis dan lamanya
pada anak dan dewasa, serta efek samping.

LEMBAR BELAJAR MAHASISWA 5
(LBM 5)
a. Judul:
Kelainan Adneksa Kulit
b. Sasaran Belajar:
1. Menjelaskan macam-macam adneksa kulit
2. Menjelaskan macam-macam kelainan adneksa kulit
3. Menjelaskan faktor-faktor yang mendasari kelainan kelenjar kulit
4. menjelaskan mekanisme patogenesis dan patofisiologi kelainan kelenjar
sebasea
5. Menjelaskan gejala klinis macam-macam kelainan kulit
6. Menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk tujuan penapisan pada
kelainan adneksa kulit
7. Menjelaskan berbagai pilihan cara pengelolaan kelainan adneksa kulit
8. Menjelaskan terapi kelainan adneksa kulit
9. Menentukan keterampilan terapeutik berkaitan dengan kelainan adneksa
kulit
10. Menentukan tindakan preventif untuk mencegah terjadinya kelainan
adneksa kulit
11. Adab menghadapi penderita penyakit menular

SKENARIO












Kata Kunci:
Kelainan adneksa kulit, kelainan kelenjar sebasea, kelainan kelenjar sudorifera
Masalah:
Kulit wajah berminyak dan pori-pori besar, terdapat papula eritem, pustula dan
komedo. Terdapat sebukan sel radang kronis di sekitar folikel sebasea dengan massa
sebum di dalam folikel sebasea.


Kelainan Adneksa Kulit

Remaja putri 15 tahun dengan keluhan timbul bintil-bintil dan benjolan
bernanah di wajah dan punggung dan sudah diderita + 3 bulan terakhir.
Pada bintil-bintil berisi masa putih seperti nasi, sedang pada benjolan
yang bernanah terasa nyeri dan kemerahan. Penderita juga mengeluh
wajahnya sangat berminyak dan pori-porinya tampak lebar.
Pemeriksaan status dermatologi tampak eritem, papula, pustula dan
komedo. Melihat UKK dan predileksinya dokter menduga merupakan
salah satu kelainan adneksa kulit sehingga didiagnosis banding dengan
beberapa kelainan di kelenjar sebasea (seperti : akne, rosasea) dan
kelainan di kelenjar sudorifera (seperti : hidradenitis supurativa dan
miliaria). Ternyata pemeriksaan histopatologi anatomi dari spesimen
biopsi lesi menunjukkan adanya sebukan sel radang kronis di sekitar
folikel sebasea dengan massa sebum di dalam folikel sebasea.

c. Konsep map
































KERINGAT
APOKRIN :
Hidradenitis
supurativa

EKRIN :
Miliaria
SEBASEA
INFLAMASI :
Akne, rosasea
dermatitis
perioral
KONGENITAL
NEOPLASMA
KUKU
INFEKSI
TRAUMA
KULIT
EPIDERMIS
DERMIS
SUB KUTIS
Adneksa
KELENJAR
Anatomi
Fisiologis
Histologis
RAMBUT
ALOPESIA :
Areata
Androgenik
EFLUVIUM
TELOGEN
TRIKOTILOMANIA
d. Materi
Pahami materi yang diberikan oleh tim modul sebagai dasar untuk menjawab
pertanyaan minimal dibawah ini (yang bertujuan mencapai kompetensi sasaran
belajar)

MACAM-MACAM KELAINAN KELENJAR SUDORIFERA

A. Kelenjar apokrin
a. Bromhidrosis
Adalah suatu keadaan dimana bau yang hebat menusuk hidung keluar
dari kulit. Terdapat dua jenis, bromhidrosis apokrin (akibat penguraian
keringat apokrin oleh bakteri Gram negatif) dan bromhidrosis ekrin
(akibat degradasi mikrobiologik pada stratum korneum yang melunak
karena produksi keringat ekrin yang berlebihan
b. Kromhidrosis
Adalah kelainan yang ditandai adanya sekresi keringat apokrin yang
berwarna, ada dua bentuk klinis : fasial dan aksiler. Terjadinya diduga
disebabkan oleh meningkatnya jumlah ekskresi keringat apokrin diikuti
oleh oksidasi yang meningkat pada lipofuchsin (pigmen bentuk granuler
yang normal terdapat pada kelenjar apokrin)
c. Hidradenitis supurativa
Hidradenitis supurativa
Definisi : merupakan penyakit kronis supuratif dan sikatrikal pada
kulit lokasi kelenjar apokrin, terutama di aksila dan anogenital.
Etiopatogenesis : pada awalnya terjadi sumbatan keratin pada duktus
apokrin distal diduga karena gesekan (trauma ketika mencukur
rambut atau pakaian yang ketat) atau iritasi bahan kimia (anti
persipiran deodoran), selanjutnya terjadi pelebaran duktus, diikuti
masuknya bakteri ( yang tersering stapilokokus, streptokokus dan e.
Coli) yang kemudian terjebak di bawah tempat yang tersumbat.
Bakteri tumbuh dan berkembang dengan lingkungan nutrisi dalam
duktus apokrin. Selanjutnya terjadi peradangan yang menyolok pada
kelenjar apokrin yang tersumbat.
Manifestasi klinik : Awalnya terjadi bisul eritem yang nyeri tanpa
puncak pustuler, pada daerah apokrin. Biasanya soliter, jika multiple
jarang lebih dari tiga. Dalam beberapa hari menjadi abses yang
membesar dan tanpa terapi akan pecah mengeluarkan cairan purulen
atau seropurulen, pada penyembuhan terjadi fibrosis. Secara
keseluruhan terdapat tiga stadium :
Stadium I
Terjadinya abses soliter, atau bila multipel biasanya terpisah, tanpa
ada jaringan parut atau sinus.
Stadium II
Terjadinya abses yang rekuren dengan sinus-sinus dan sikatrik,
dapat tunggal atau multipel tapi lesi masih terpisah.
Stadium III
Terjadinya absesyang difus dengan sinus-sinus multipel dan saling
berhubungan.

B. Kelenjar ekrin
a. Hiperhidrosis(kortikal/emosional,volar,aksilar,hipotalamus, medularis,
spinal, kompensatorik)
Hiperhidrosis adalah suatu kondisi dimana terjadi peningkatan sekresi
keringat ekrin, dibagi dua jenis neural dan non neural berdasarkan
mekanisme kerja dan respon yang ditimbulkan.


b. Anhidrosis
Suatu keadaan hilangnya sebagian aktifitas kelenjar keringat. Jarang
terjadi secara menyeluruh sehingga lebih tepat disebut sebagai
hipohidrosis. Biasanya kondisi anhidrosis pada satu tempat diikuti
terjadinya hiperhidrosis kompensatoris pada kelenjar keringat lain yang
berfungsi sempurna. Penyebabnya dibagi 3, yaitu: neuropati, perubahan
tingkat kelenjar non neural perifer dan idiopatik.
c. Miliaria
Suatu keadaan dimana pori-pori keringat tertutup sehingga timbul
retensi keringat di kulit. Terbentuknya sumbat parakeratotik di duktus
diduga akibat lesi pada sel epidermis pembentuk duktus. Lesi terjadi
akibat maserasi yang ditimbulkan air yang berasal dari keringat yang
berlebihan (lingkungan tropis dengan suhu dan kelembaban udara
yang tinggi). Tingkat obstruksi dalam duktus ekrin menentukan tipe
miliaria yang ditimbulkan, ada 3 macam:
Miliaria kristalina
Sumbatan superfisial pada stratum korneum. Vesikel yang
terbentuk menyerupai kristal jernih. Asimtomatik dan vesikel
sifatnya mudah pecah.
Miliaria rubra
Sumbatan terjadi pada epidermis yang lebih dalam. Disertai
gejala eritem dan pruritus akibat vasodilatasi perifer dan
stimulasi reseptor gatal oleh ensim sel epidermis yang rusak.
Lesi ditemukan ekstra folikuler
Miliaria profunda
Sumbatan terjadi pada taut dermoepidermal. Berupa papul
putih dengan diameter 1-3 mm, predileksi di tubuh/ektremitas.
Dapat menimbulkan komplikasi hiperhidrosis fasial
kompensatorik
d. Dishidrosis
Adalah erupsi vesikuler, rekuren non inflamasi pada telapak tangan
atau kaki. Sinonim pomfolik.




MACAM-MACAM KELAINAN KELENJAR SEBASEA
1. Akne
Akne adalah peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai adanya
komedo, papul, pustula, nodul dan kista.
Klasifikasi menurut Plewig dan Kligman:
A. Akne vulgaris
Pada akne vulgaris terjadi perubahan jumlah dan konsistensi lemak
kelenjar akibat multifaktorial
Varietasnya : Akne tropikalis
Akne fulminan
Pioderma fasiale
Akne Mekanika
Akne venenata akibat kontaktan eksternal
Pada akne venenata terjadi penutupan folikel sebasea oleh massa
eksternal.
Varietasnya : akne kosmetika
Pomade akne
Akne klor
Akne akibat kerja
Akne deterjen
B. Akne komedonal akibat agen fisik Pada akne fisis saluran folikel sebasea
menyempit akibat radiasi sinar ultraviolet, sinar matahari atau sinar
radioaktif
Varietasnya : Solar comedones
Akne radiasi


2. Rosasea
Definisi : Merupakan penyakit kronis pada sentral wajah akibat kelainan
kelenjar pilosebasea pada daerah wajah berupa akne yang meradang disertai
peningkatan reaktivitas kapiler sehingga terjadi flushing dan teleangiektasis.
Etiopatogenesis
Diduga ada beberapa faktor:
a. Makanan
b. Psikis
c. Obat
d. Infeksi
e. Musim
f. Imunologis
Klinis: adanya eritem dan teleangiektasis yang persisten dan tidak nyeri,
papul, edema, pustul dengan predileksi pada sentral wajah yaitu
hidung, pipi, dagu, kening dan alis, lesi umumnya simetris. Komedo
biasanya tidak ditemukan jika ada mungkin kombinasi dengan kelainan
akne (akne solaris, akne kosmetika)
Diagnosis banding : akne vulgaris, dermatitis seboreik, dermatitis perioral,
lupus eritematosus
3. Dermatitis perioral (M 2400)
Definisi : Kelainan kulit ditandai erupsi papuler, eksemateus dan berskuama
dengan predileksi lipat nasolabial dan bibir atas dengan perjalanan penyakit
berfluktuasi.
Etiopatogenesis: Belum diketahui pasti. Faktor hormonal dan penggunaan
steroid topikal fluorinated diduga sebagai penyebab.
Perjalanan penyakit: berfluktuasi dengan ruam akut rekuren berupa eritem
dan papul. Ruam mereda meninggalkan bekas berupa bercak eritem dengan
skuama. Siklus bervariasi dari beberapa hari sampai beberapa bulan.
Diagnosis banding : akne vulgaris, rosasea, dermatitis seboreik, dermatitis
kontak.

MACAM-MACAM KELAINAN RAMBUT
a. Alopesia areata
Adalah jenis kerontokan rambut yang rekuren tanpa meninggalkan
jaringan parut. Dapat terjadi di daerah berambut manapun.
Patofisiologinya belum diketahui dengan pasti, namun hipotesis yang
dapat diterima adalah suatu keadaan autoimun yang diperantarai sel T
dan cenderung mempunyai predisposisi genetik.
Klinis biasanya asimptomatik, namun beberapa pasien mengeluh sensasi
gatal atau terbakar pada daerah yang terkena. Lesi pertama kali
terlokalisir kemudian menjadi multipel. Daerah yang terkena bisa kulit
kepala, jenggot, alis mata dan ekstremitas.
Pemeriksaan fisik adanya bercak alopesia halus warna normal atau
eritematosus pada daerah yang terkena. Ditemukan rambut seperti
tanda seru (rambut yang menipis di dekat ujung proksimal).
Terapi dengan steroid intra lesi, steroid topikal potensi kuat, imunoterapi
topikal (dibutilester asam squarik dan dinitriklorobensen).
b. Alopesia androgenik
Alopesia yang timbul pada pria/wanita pada awal umur tigapuluhan,
rambut rontok secara bertahap mulai dari verteks dan frontal. Garis
rambut anterior menjadi mundur dan dahi menjadi lebar, puncak kepala
menjadi lebar. Hamilton membagi menjadi 8 tipe untuk pria dan 6 tipe
untuk wanita.


c. Efluvium telogen
Adalah kerontokan rambut yang terlalu cepat dan terlalu banyak pada
folikel rambut normal. Biasanya karena rangsangan yang mempercepat
fase anagen dan fase telogen. Dapat mengenai 50% jumlah rambut
keseluruhan. Berdasarkan etiologinya dibedakan menjadi efluviun
telogen pasca partum, efluvium telogen pascanatal, effluvium telogen
psikis, effluvium telogen pascafebris akut.
d. Trikotilomania
Suatu keadaan dimana terjadi gangguan kontrol impuls ditandai
kebiasaan menarik rambut berulang-ulang sehingga menyebabkan
terjadinya alopesia. Jadi merupakan gangguan obsesif kompulsif
biasanya bersamaan dengan kelainan psikiatri lain (depresi, cemas)
Klinis dijumpai alopesia tanpa jaringan parut, rambut patah dengan
panjang yang tidak sama. Pada stadium lanjut dapat ditemukan fibrosis
dan alopesia permanen. Mengenai daerah kepala, alis mata, bulu mata,
rambut pubis, biasanya lebih dari satu tempat terkena. Dapat diikuti
dengan trikopagi (memakan rambut tersebut) sehingga dapat terjadi
trikobezoar (obstruksi rambut pada traktus gastrointestinal).
Terapi biasanya sulit jika diserta gangguan psikiatri berat. Pemberian
Selektif Serotonin Reuptake Inhibitor klomipramine dikatakan efektif.
Dapat juga dilakukan terapi perubahan perilaku untuk merubah
kebiasaan atau dengan hipnoterapi.

KELAINAN KUKU
Paronikia :
Inflamasi jaringan sekitar lipatan kuku. Penyebab tersering karena infeksi (jamur
kuku - onikomikosis, bakteri).
Klinis ditamdai adanya bengkak, kemerahan dan nyeri pada pangkal kuku.
Dapat terjadi pemisahan lipatan kuku dari lempeng kuku oleh material purulen.
Jika penyebabnya onikomikosis terjadi perubahan warna lempeng kuku menjadi
rapuh, warna kuning kecoklatan dan subungual hiperkeratosis.
Terapi tergantung pada penyebabnya yang penting menjaga kuku agar tetap
kering. Dapat diberikan preparat anti jamur atau anti bakteri.

e. Pertanyaan minimal:
1. Macam-macam adneksa kulit
2. Macam-macam kelenjar sudorifera, distribusi dan perbedaan fungsi masing-
masing
3. Macam-macam kelainan kelenjar sudorifera
4. Definisi, etiopatogenesis dan gambaran klinis dan penatalaksanaan miliaria
5. Definisi, etiopatogenesis dan gambaran klinis dan penatalaksanaan
hidradenitis supurativa
6. Macam-macam kelainan kelenjar sebasea
7. Klasifikasi akne
8. Definisi, etiopatogenesis dan gambaran klinis diferensial diagnosis dan
penatalaksanaan akne vulgaris
9. Definisi, etiopatogenesis dan gambaran klinis, diferensial diagnosis dan
penatalaksanaan rosasea
10. Definisi, etiopatogenesis dan gambaran klinis, diferensial diagnosis dan
penatalaksanaan dermatitis perioral
11. Macam-macam kelainan rambut (Alopesia areata, alopesia androgenik,
trikotilomania, effluvium telogen)
12. Apa yang dimaksud dengan paronikia?

Вам также может понравиться