Вы находитесь на странице: 1из 29

http://penilainformasi.blogspot.

com/
Penilaian Formasi
Penemuan reservoir pertama kali ditentukan ditangan eksplorasi menggunakan data seismik,
gravity dan magnetik. Penilaian formasi dilakukan setelah terdapat lubang pemboran yang
membuktikan terdapatnya hidrokarbon pada cekungan tersebut. Beberapa data berikut ini
diperlukan oleh beberapa disiplin ilmu untuk menentukan kebijaksanaan dan keputusan.


1. Ahli geofisika memerlukan data time-depth yang diperlukan untuk mengkalibrasi data
konvensional seismik dan VSP survey.
2. Geologist memerlukan data stratigrafi dari formasi, struktur dan kenampakan
struktur, mineralogi dari formasi yang ditembus oleh lubang pemboran.
3. Reservoir engineer, memerlukan data vertikal maupun horizontal baik
porositas maupun permeabilitas, kandungan fluida serta recoverability,
4. Production engineer memerlukan data karakteristik batuan serta fluida dan
kondisi tekanan dari reservoir tersebut, sehingga dapat meramal kondisi
produksi pada perioda berikutnya.

Secara umum logging dapat melakukan pengukuran parameter- parameter berikut ini:

- Porositas
- permeabilitas
- saturasi air dan kemampuan bergeraknya hidrokarbon
- tipe hidrokarbon
- lithologi
- kemiringan formasi dan struktur
- lingkungan sedimentasi





Secara umum, analisa log dibedakanatas tiga kompenen, berupa Log Lithologi, Log Resistivity
dan Log Porosity. LogLithologi antara lain Gamma Ray (GR) Log dan Spontaneous Potential
(SP) Log.Untuk Log Resistivity diantaranya adalah Induction Log, Short Normal Log,Microlog,
Lateral Log dan MSFL. Sedangkan untuk Log Porosity terdiri dariNeutron Log dan Sonic Log.
Pada prakteknya di lapangan tidaksemua jenis log diatas dapat dilakukan. Hal ini mengingat
biaya (cost) yangbesar untuk tiap jenis log sehingga hanya digunakan beberapa jenis log
tertentudan kecenderungan untuk mengkombinasikan beberapa jenis log (combination log)dan
ini yang biasa digunakan.
Beberapa analisa jenis log yang umumdigunakan antara lain Analisa Spontaneous Potential (SP)
Log, Analisa LogInduksi, dan Analisa Log Radioaktif yang terdiri dari Gamma Ray Log,
NeutronLog, dan Formation Density Log.

-Analisa Sponteneous Potential Log(SP) Log
Pada sumur yang mempunyai kandungan hidrokarbon perlu dilakukan logging denganberbagai
jenis alat log. Log tersebut dapat berupa Log Listrik, Log Radioaktifserta berbagai jenis log
lainnya. tahap pertama dalam analisa log adalahmengenal lapisan permeable dan serpih yang non
permeable. Log yang digunakanadalah
Spontaneous Potential (SP) Log.

Log SP merupakan rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda dipermukaan yang tetap
dengan elektroda yang terdapat di dalam lubang bor yangbergerak naik turun, pada sebuah
lubang sumur yang terdiri dari lapisanpermeable dan non permeable. Secara alamiah karena
perbedaan kandungan garamair, arus listrik hanya dapat mengalir di sekeliling perbatasan
formasi didalam lubang bor. Pada lapisan serpih yang tidak terdapat aliran listrik,potensialnya
adalah konstan dengan kata lain pembacaan log SP nya rata.

-Analisa Log Induksi
Log induksi digenakan untuk mendeteksi konduktivitas formasi yang selanjutnyadikonversi
dalam satuan resistivity. Pengukuran dengan log induksi banyakmenggunakan parameter dan
korelasi grafik. Hal ini dimaksudkan untuk memperolehhasil yang valid sehingga mempermudah
analisa.

-Analisa Log Radioaktif
1. Gamma Ray Log
- Untuk membedakan lapisan-lapisa shale dan non shale pada sumur-sumur openhole atau cased
hole dan juga pada kondisi ada lumpur maupun tidak.
- Sebagai pengganti SP Log untuk maksud-maksud pendeteksian lapisan permeable,karena untuk
formasi yang tidak terlalu resistif hasil SP Log tidak terlaluakurat
- Untuk mengetahui korelasi batuan dan prosentase kandungan shale pada lapisanpermeable
- Mendeteksi mineral-mineral radioaktif
- Menentukan kedalaman perforasi yang telah diinjeksi air (water plugging)
2. Neutron Log
- Untuk menentukan total porosity
- Mendeteksi adanya formasi gas setelah dikombinasikan dengan porosity toollainnya seperti
Density Log)
- Penentuan korelasi batuan
3. Formation Density Log
- Untuk mengukur porositas batuan
- Mengidentifikasi mineral batuan
- Mengevaluasi shally sand dan lithologi yang kompak
- Log ini juga dapat digunakan sebagai indikasi adanya gas
Gamma Ray Log merupakan rekamantingkat radioaktivitas alami yang terjadi karena tiga unsur
yaitu Uranium (U),Thorium (Th) dan Potasium (K) yang dipancarkan oleh batuan. Pemancaran
yangterus menerus terdiri dari semburan pendek tenaga tinggi sinar gamma yang
mampumenembus batuan sehingga dapat dideteksi oleh detektor.
Sinar gamma sangat efektif dalam membedakan lapisan permeable dan non permeablekarena
unsur-unsur radioaktif cenderung berpusat di dalam serpih yang nonpermeable dan tidak banyak
terdapat dalam batuan karbonat atau pasir yang secaraumum besifat permeable. Kadangkala
lumpur bor mengandung sejumlah unsurPotasium karena zat Potassium Chloride ditambahkan
kedalam lumpur untukmencegah pembengkakan serpih. Radioaktivitas dari lumpur akan
mempengaruhipembacaan Log Gamma Ray berupa tingkatan latar belakang radiasi yang tinggi.

-Analisa Log Kombinasi
Log kombinasi diaplikasikan untuk semua junis log sebelumnya seperti LogListrik, Log Induksi
dan Log Radioaktif untuk mendapatkan kepastian jenisformasi beserta kandungan formasi
tersebut.
Kombinasi log yang sering digunakan dua jenis log yaitu Log Listrik dan LogRadioaktif. Log
Listrik yang dimaksudkan adalah SP Log dan Log Induksi untukShort Normal Log. Sedangkan
Log Radioaktif yang dimaksud adalah Gamma Ray (GR)Log, Neutron Log dan Formation
Density Log (FDL). Dari analisa Log Kombinasiini dapat ditentukan kandungan HC dari formasi
pada interval kedalamantertentu.

Interpretasi log dilakukan untukmengetahui harga Rw dan Sw serta menentukan lithologi
batuannya. Interpretasiini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu interpretasi kualitatif
daninterpretasi kuantitatif. Interpretasi kualitatif meliputi penentuan lapisanpermeable,
penentuan batas lapisan dan penentuan zona interest. Log yangdigunakan berupa SP Log, GR
Log dan Resistivity Log. Sementara interpretasikuantitatif meliputi penentuan porositas dan
saturasi air (Sw). Jenis Log yangdigunakan Neutron Log, Density Log, Sonic Log dan Resistivity
Log. Adapunkondisi interpretasi yang dilakukan berupa Clean Formation (quick look) danShally
Sand Formation (detailed).

Pengukuran dengan SP Log dilakukanuntuk menentukan Vclay sehingga dapat diketahui jenis
fluida yang terdapatdalam formasi yang dianalisa serta kandungan batuan dan kondisi dari
kedalamanformasi tersebut.
Pada GR Log didapatkan suatu kurvayang menunjukkan besarnya intensits radioaktif yang ada
dalam formasi. Denganmenarik garis GR yang mempunyai harga minimum dan harga
maksimum pada penampanglog maka kurva GR yang jatuh diantara kedua lapisan kurva tersebut
merupakanindikasi adanya lapisan shale.

Pada Neutron Log, bila konsentrasihidrogen didalam formasi besar maka semua partikel neutron
akan mengalamipenurunan energi serta tertangkap tidak jauh dari sumber radioaktifnya. Halyang
perlu digarisbawahi bahwa neuton hidrogen tidak mewakili porositas batuankarena
penentuannya didasarkan pada konsentrasi hidrogen. Neutron tidak dapatmembedakan antara
atom hidrogen bebas dengan atom hidrogen yang secara kimiaterikat dengan mineral batuan,
akibatnya pada formasi lempung yang banyakmengandung atom-atom hidrogen didalam susunan
molekulnya seolah-olah mempunyaiporositas tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kurva Neutron Log adalah shale atau claydimana
semakin besar konsentrasinya dalm lapisan permeable akan memperbesarharga porositas batuan.
Kekompakan batuan juga akan mempengaruhi defleksi kurvaNeutron Log dimana semakin
kompak batuan tersebut maka harga porositas batuanakan menurun dan kandungan fluida yang
ada dalam batuan apabila mengandung minyakdan gas maka akan mempunyai harga porositas
yang relatif kecil, sedangkan airasin atau air tawar akan memberikan harga porositas neutron
yang mendekatiharga porositas sebenarnya.

Density Log menunjukkan besarnyadensitas lapisan yang ditembus oleh lubang bor sehingga
berhubungan denganporositas batuan. Besar kecilnya density juga dipengaruhi oleh
kekompakanbatuan dengan derajat kekompakan yang variatif, dimana semakin kompak
batuanmaka porositas batuan tersebut akan semakin kecil. Pada batuan yang sangatkompak,
harga porositasnya mendekati harga nol sehingga densitasnya mendekatidensitas matrik.

Kombinasi Log digunakan untukmemperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi formasi
serta menentukanpotential productivity yang dikandungnya. Pada kombinasi log antara Neutron
Logdan Density Log maka akan terdapat tampilan Log Density yang dari kiri ke kanansatuannya
semakin besar sedangkan Neutron Log dari kiri ke kanan satuanporositasnya semakin kecil
sehingga dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
1. Lapisan shale akan memberikan separasi negatif berdasar harga densitas yangbesar pada
Density Log dan harga porositas neutron yang besar pada Neutron Log.
2. Lapisan hidrokarbon akan memberikan separasi positif dimana kurva DensityLog akan
cenderung mempunyai defleksi ke kiri dan Neutron Log cenderungmempunyai defleksi ke
kanan.
3. Lapisan air asin atau air tawar akan memberikan separasi positif sehinggauntuk dapat
membedakan antara separasi positif pada lapisan air dengan lapisanhidrokarbon maka jalan
terbaik adalah dengan melihat kurva Resistivity Log danSP Log.

Penentuan daerah yang mengandunghidrokarbon memerlukan suatu data-data geologi bawah
permukaan secara tepat danakurat. Salh satu metode untuk mendapatkan data bawah permukaan
tersebutmelalui analisa cutting dan analisa logging

Pekerjaan analisa cutting dilakukandalam kerangka pekerjaan mud logging yang terutama untuk
mengidentifikasisaturasi hidrokarbon dan mengestimasi karakteristik batuan reservoir.

Analisa cutting merupakan interpretasi serpihan batuan yang tersirkulasi kepermukaan
bersamaan dengan lumpur bor. Serpihan tersebut berasal dari gerusanbatuan reservoir pada saat
operasi pemboran berlangsung.
Pada analisa cutting, kandunganhidrokarbon dapat dideteksi dengan melihat perbahan warna
yang terjadi padasaat cutting tersebut dianalisa. Analisa dilakukan melalui penyinaran
sinarultraviolet untuk mengetahui lithologi batuannya meliputi jenis batuan,kandungan mineral,
struktur batuan dan kandungan fosil untuk menentukan adatidaknya akumulasi hidrokarbon.

Analisa terhadap cutting dapatdilakukan dengan menggunakan pengamatan fluoroscopic berupa
penggunaan sinarultraviolet untuk mendeteksi adanya kandungan hidrokarbon pada sample
(core)baruan. Analisa ini juga untuk membedakan antara jenis minyak berat (heavyoil), minyak
ringan (light oil) maupun minyak medium (intermediate oil). Padaanalisa fluoroscopic, kualitas
penampakan fluorisensi ditentukan dari distribusifluorisensi dalam sample (core) batuan yang
diamati.

Dari hasil analisa cutting yangdilakukan dapat diketahui jenis lapisan dan interval kedalaman
sumur dimanaterdapat akumulasi hidrokarbon. Jika diketahui bahwa formasi
tersebutmengandung akumulasi hidrokarbon yang prospektif, maka pengeboran lanjutandapat
dilakukan pada berbagai titik yang dianggap prospek. Tetapi jika darianalisa tidak ditemukan
kandungan hidrokarbon, maka titik pengeboran dipindahke lokasi lain yang dianggap lebih
prospek berdasar survey geologi.

Kesalahan dalam menganalisa cuttingsering disebabkan oleh adanya sample yang terkontaminasi
dengan batuandiatasnya yang runtuh dan bercampur dengan cutting, adanya lost
circulationsehingga sample cutting yang didaptkan sering tidak mewakili kedalaman lubangbor
pada saat itu. Kesalahan lainnya juga terjadi akibat adanya gel strength(bantalan) lumpur yang
tidak cukup baik untuk mengangkat cutting ke permukaan.Dari semua hal tersebut kembali
kepada faktor engineer untuk dapat menginterpretasikansemua data yang diperoleh dan membuat
kongklusi yang cepat dan akurat.

Dalam industri perminyakan,pekerjaan pencarian sumber daya minyak (cekungan produktif)
sangat ditentukanoleh faktor skill dan kinerja pengenalan lapangan yang memadai. Seorang
engineerdituntut untuk mampu menganalisa data yang diperoleh di lapangan untukselanjutnya
menentukan apakah formasi tersebut produktif atau tidak. Analisadata yang dilakukan umumnya
antara lain meliputi analisa serpihan lumpur bor (cutting)dan analisa logarithmic.

Analisa cutting dilakukandalam kerangka pekerjaan mud logging yang terutama untuk
mengidentifikasisaturasi hidrokarbon dan mengestimasi karakteristik reservoir. Dewasa
inianalisa cutting untuk mengestimasi karakteristik reservoir hanyadititikberatkan pada analisa
lithologinya yang dimaksudkan untuk menggambarkanmacam-macam batuan untuk tiap interval
kedalaman. Sedangkan untuk menganalisaadanya indikasi hidrokarbon dititikberatkan pada
penampakan noda (staining),aroma (odor) dam pemeriksaan hidrokarbon.

Analisa logarithmic (analisa log)dibedakan atas tiga komponen berupa Log Lithologi, Log
Resistivity dan Logporosity. Log Lithologi meliputi Gamma Ray (GR) Log dan Spontaneous
Potential(SP) Log. Untuk Log Resistivity diantaranya adalah Induction Log, Short NormalLog,
Microlog, Lateral Log dan MSFL. Log Porosity sendiri terdiri dari NeutronLog dan Sonic Log.

Pada umumnya aplikasi di lapangantidak hanya menggunakan salah satu jenis log tetapi
cenderung untukmengkombinasi beberapa jenis log (combination log) untuk
menentukankarakteristik reservoir yang diuji. Hal ini diharapkan dapat memberikangambaran
yang jelas mengenai karakteristik mendasar dari suatu lapisan formasidan menentukan produktif
tidaknya suatu reservoir.

Lazimnya dunia kedokteran yangmengenal spesialisasi lanjutan profesi, maka dunia
perminyakan juga mengenalbeberapa spesifikasi khusus setelah menyelesaikan basic science of
petroleummajor. Secara garis besar, teknik perminyakan dibagi menjadi dua kelas yaituteknik
pengelolaan minyak bumi dan gas (migas) dan teknik pengelolaan panasbumi(geothermal).

Kelas pertama, yaitu minyak bumi dangas merupakan pilihan umum dikarenakan ruang
lingkupnya yang lebih besar. Padakelas ini dibagi lagi menjadi beberapa subkelas sebagai
spesialisasi tiapindividu berdasarkan bidang yang disenangi. Subkelas tersebut adalah
bagianpengeboran (drilling engineer), bagian produksi (production engineer) danbagian lapangan
(field engineer). Pada perkembangan selanjutnya dikenalberbagai spesialisasi tertentu berdasar
experience lapangan seperti Mud Logger,Driller, Tool Pusher, HF (Hydraulic Fracturing)
Specialist serta beberapa skillyang berlicensi.

Kelas kedua, berupa panasbumi(geothermal) sebenarnya hampir sama dengan kelas pertama,
yang membedakannyaadalah desain serta perencanaan yang didasarkan pada kondisi di
geothermal yangmencapai ratusan bahkan ribuan derajat kelvin.

Pada prinsipnya kedua kelas diatasbisa diibaratkan sebagai saudara sejalan, yang saling
mengenal satu denganlainnya. Jika anda mengambil kelas pertama, maka anda juga akan
berkenalandengan kelas kedua meskipun tidak begitu mendetail dan hanya sampai padadasar-
dasar pembelajaran umum, demikian juga sebaliknya.

Seiring dengan perkembangan duniaperminyakan, setiap individu yang berkecimpung di
dalamnya dituntut untuk bisamenguasai kedua bidang diatas, minimal secara teoritis. Meskipun
kenyataan di lapanganbahwa teori hanya dipakai 10-15 %, tetapi minimal dapat memberikan
jawabanjika ditanya mengenai prinsip-prinsip dasarnya. Diatas semua itu kembali lagipada
semangat untuk terus berkembang dan membuat inovasi baru di bidang apapunyang kita tekuni.


























http://sidikfajar60.blogspot.com
PENILAIAN FORMASI
I.1 Latar Belakang
Dugaan adanya potensi hidrokarbon pada suatu area didapat dari penelitian geologi dan geofisika
(seismic, magnetic, dan gravitasi). Data yang diperlukan untuk membuktikan ada atau tidaknya
potensi hidrokarbon pada suatu area yaitu data permukaan (peta geologi dan measured stratigrafi
/ stratigrafi terukur) dan data di bawah permukaan (seismic, logging, coring dan cutting). Dari
data permukaan seismic kemudian dilakukan untuk mendapatkan data di bawah permukaan
berupa litologi batuan. Jika litologi batuan mengindikasikan adanya suatu reservoir, maka untuk
membuktikan ada tidaknya hidrokarbon dilakukan pemboran lubang sumur serta serangkaian
pengukuran di dalam sumur (logging) dan evaluasi data hasil rekaman untuk memastikan ada
tidaknya kandungan hidrokarbon di bawah tanah. Logging yaitu suatu kegiatan / proses
perekaman sifat sifat fisik batuan reservoir dengan menggunakan wireline log.
Salah satu faktor untuk menentukan kualitas sumur adalah dengan melakukan penilaian formasi
batuan (evaluasi formasi). Penilaian formasi adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di
bawah tanah dengan menggunakan hasi pengukuran lubang sumur (logging). Penilaian formasi
dapat dilakukan dengan interpretasi pintas / quick look atau dengan menggunakan software.
Interpretasi pintas / quick look adalah membuat suatu evaluasi log pada zona bersih (clean
formation) dengan cepat di lapangan tanpa menggunakan koreksi dampak lingkungan lubang
bor.
Penilaian formasi dilakukan dengan interpretasi memakai 3 log, yaitu:
1. Log yang menunjukan zona permeable :
Log SP ( Spontaneous Potential Log )
Log GR ( Gamma Ray Log )
2. Log yang mengukur resistivitas formasi :
IDL / LLD ( Log Deep Resistivity )
ILM / LLM ( Log Medium Resistivity )
MSFL ( Micro Resistivity Log )
3. Log yang mengukur porositas :
Log Density ( RHOB )
Log Neutron ( NPHI )
Log Sonic ( DT )



BAB II
DASAR TEORI

II.1 Teori Dasar
Untuk memastikan ada tidaknya suatu reservoir yang prospek di bawah permukaan diperlukan
adanya pengukuran terhadap lubang bor (logging). Logging yaitu suatu proses pengukuran
(perekaman) sifat sifat fisik batuan dengan menggunakan wireline log. Dari hasil logging akan
didapatkan data log yaitu berupa kurva kurva yang mengindikasikan sifat sifat fisik di suatu
lapisan batuan dari defleksi kurva kurva tersebut. Untuk mengetahui seberapa prospek zona
yang diukur maka perlu dilakukan adanya suatu evaluasi formasi atau penilaina formasi yang
dapat dilakukan dengan interpretasi pintas (quick look) atau denga menggunakan software.
Penilaian formasi adalah suatu proses analisis ciri dan sifat batuan di bawah tanah dengan
menggunakan hasil pengukuran lubang sumur (logging) yang digunakan untuk menentukan
kualitas sumur.
Tujuan utama evaluasi formasi yaitu :
Identifikasi reservoir
Perkiraan cadangan hidrokarbon di tempat
Perkiraan perolehan hidrokarbon
Penilaian formasi salah satunya dapat dilakukan dengan interpretasi secara pintas (quick look).
Penilaian formasi dilakukan dengan interpretasi memakai 3 log, yaitu:
1. Log yang menunjukan zona permeable
Log SP ( Spontaneous Potential Log )
Log GR ( Gamma Ray Log )
2. Log yang mengukur resistivitas formasi
IDL / LLD (Log Deep Resistivity )
ILM / LLM (Log Medium Resistivity)
MSFL (Micro Resistivity Log)
3. Log yang mengukur porositas
Log Density (RHOB)
Log Neutron (NPHI)
Log Sonic (DT)
Logging dilakukan dengan memasukkan suatu alat ke dalam lubang bor, dimana lubang bor
tersebut memiliki kondisi yang tertentu. Sehingga defleksi kurva kurva log yang dihasilkan
sangat dipengaruhi oleh kondisi lubang bor tersebut dan Lumpur yang digunakan.

II.2 Log - log Yang menunjukan Zona Permeabilitas
II.2.1 Log SP (Spontaneous Potential Log )
Log SP merupakan rekaman nilai beda potensial (millivolt) yang timbul dari suatu elektroda
yang bergerak di dalam lubang bor dan elektroda yang tetap / berada di permukaan. Elektroda ini
bergerak melewati berbagai jenis batuan yang berbeda sifat dan kandungan fluidanya.
Perbedaan salinitas antara Lumpur dan fluida di dalam batuan menyebabkan terjadinya defleksi
negative dan positif kurva SP yang melewati suatu batuan permeable. Defleksi terbentuk akibat
adanya hubungan antara arus listrik dengan gaya gaya elektromotif ( elektrokimia dan
elektrokinetik ) dalam formasi.
Pada Lapisan lempung / shale, Kurva SP menunjukan garis lurus yang disebut Shale Base Line
( SBL ) atau garis dasar serpih. Pada formasi yang permeable kurva SP menjauh dari shale base
line dan mencapai garis konstan pada lapisan permeable yang cukup tebal. Penyimpangan SP
dapat ke kiri atau ke kanan tergantung pada kadar garam dari air formasi dan filtrate Lumpur.
Pada aplikasinya log SP digunakan sebagai berikut :
1. Untuk identifikasi lapisan lapisan yang permeable
2. Mencari batas batas lapisan permeable dan korelsi antar sumur berdasarkan batas lapisan itu
3. Menentukan nilai resistivitas air formasi, Rw
4. Memberikan indikasi kualitatif lapisan serpih / sebagai clay indicator
5. sebagai reference kedalaman untuk semua log

II.2.1.1 Prinsip Kerja Log SP
Pengukuran log SP dilakukan dengan cara menurunkan / memasang suatu alat / tool ke dalam
lubang dan di permukaan. Dimana suatu elektroda diturunkan ke dalam lubang sumur lalu alat
tersebut akan merekam potensial listrik pada berbagai titik dengan reference potensial elektroda
di permukaan tanah. Lumpur yang digunakan harus bersifat conductif. Logging speed yang
dicapai alat ini bisa mencapai 1500 m/hr.
II.2.1.2 Kelebihan dan Kekurangan Log SP
Log SP memiliki kelebihan kelebihan sebagai berikut :
1. Bereaksi hanya pada lapisan permeable
2. Mudah pengukurannya
3. Sebagai indicator lapisan permeable dan non permeable
4. Dapat menentukan batas antara lapisan permeable dan non permeable
Adapun kekurangan kekurangan dari log SP yaitu :
1. Tidak bekerja pada oil base mud
2. Tidak bereaksi bila Rmf = Rw
3. Dapat terpengaruh arus listrik
4. Tidak berfungsi baik pada formasi karbonat

II.2.2 Log GR (Gamma Ray)
Log Gamma Ray (GR) merupakan hasil suatu pengukuran yang menunjukan besaran intensitas
radioaktif yang ada dalam formasi. Log GR biasanya ditampilkan pada kolom pertama, bersama
sama dengan kurva log SP dan Calliper. Biasanya diskala dari kiri ke kanan dalam 0 100 atau
0 150 GAPI.
Pengukuran GR dilakukan dengan jalan memasukkan alat detektor ke dalam lubang bor. Formasi
ytang mengandung unsur unsur radioaktif akan memancarkan radiasi radioaktif dimana
intensitasnya akan diterima oleh detektor dan dicatat dipermukaan.
Oleh karena unsur unsur radioaktif ( pothasium ) banyak terkandung dalam lapisan shale / clay,
maka Log GR sangat berguna berguna untuk mengetahui besar / kecilnya kandungan shale
dalam lapisan permeable. Dengan menarik garis GR yang mempunyai harga maksimum dan
minimum pada suatu penampang log maka kurva log GR yang jatuh diantara kedua garis
tersebut merupakan indikasi adanya lapisan shaly.
Adapun kegunaan log GR secara keseluruhan diantaranya yaitu :
Evaluasi kandungan serpih Vsh ( volume lempung )
Menentukan lapisan permeable
Evaluasi bijih mineral yang radioaktif
Evaluasi lapisan mineral yang bukan radioaktif
Korelasi log pada sumur berselubung
Korelasi antar sumur

II.2.2.1 Prinsip Kerja log GR
Di alam terdapat banyak bahan dasar yang secara alamiah mengandung radioaktifitas, yaitu
Uranium (U), Thorium (Tho) dan Potasium (K). Radioaktifitas GR berasal ketiga unsur
radioaktif tersebut yang secara kontinyu memancarkan GR dalam bentuk pulsa pulsa energi
radiasi tinggi. Sinar gamma ini mampu menembus batuan dan dideteksi oleh sensor sinar gamma
yang umumnya berupa detektor sintilasi. Setiap GR yang terdeteksi akan menimbulkan pulsa
listrik pada detektor. Parameter yang direkam adalah jumlah dari pulsa yang tercatat per satuan
waktu (cacah GR).
Alat untuk mengukur GR ada dua macam, yaitu :
1. Standart Gammaray Tool (SGT)
2. Natural Gammaray Spectometry Tool (NGT)
SGT mengukur semua GR alamiah yang timbul, depth of investigation SGT kira kira 10 inchi
dan vertical resolutionnya 10 inchi sedangkan NGT selain mengukur semua GR, juga mengukur
energi GR dan menentukan konsentrasi 3 macam elemen radiaktif yang biasa ada di alam yaitu ;
Uranium (Ur235/238), Potassium (isotop 19K40), Thorium (Th 232) dimana depth of
investigationnya kira kira 15 inchi dan vertical resolutionnya 15 inchi. Adapun alat lain yang
digunakan yaitu Induced Gammaray Tools, dalam alat ini dipasang sebuah sumber radioaktif
yang memancarkan gammaray dengan energi tinggi. Contohnya adalah alat density log, seperti ;
FDC Formation Density Compensated, dan LDT Litho Density Tool.

II.3 Log log Yang Mengukur Zona Resistivitas
Log resistivitas mengukur nilai resistivitas batuan ( solid dan fluida di dalamnya ) yang
diperlukan untuk menentukan nilai saturasi air.
Log pada zona resistivitas ada tiga macam, yaitu :
1. Log Deep Resistivity
Log Deep Resistivity yaitu Log yang digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona
uninvated / zona yang tidak terinfasirentangnya sekitar > 3 feet, dimana log ini terbagi menjadi
dua maca berdasarkan lumpur yang digunakan saat pemboran, yaitu :
- Induction Deep Log ( ILD ), yang mana digunakan jika lumpur yang digunakan fresh water
base mud ( air tawar )
- Lateral Deep Log ( LLD ), yang mana digunakan jika lumpur yang digunakan salt water mud (
air asin )


2. Log Medium Resistivity
Log Medium Resistivity yaitu log yang digunakan untuk mengukur resistivitas pada zona transisi
rentangnya sekitar 1.5 3 feet. Log ini terdiri dari dua macam, yaitu :
- Induction Medium Log ( ILM ), yang mana digunakan jika lumpur yang digunakan water base
mud
- Lateral Medium Log ( LLM ), yang mana digunakan jika lumpur yang digunakan salt water
mud

3. Log Shallow Resistivity (MSFL dan SFLU)
Log Shallow Resistivity biasa menggunakan log MSFL, yang digunakan untuk mengukur
resistivitas pada zona yang terinfasi mud filtrate rentangnya sekitar 1 6 feet.
Pada aplikasinya semua kurva log deep, medium, dan shallow direkam memakai electrodes atau
coils yang dipasang pada mandrel silindris, dan ditempatkan kurang lebih secara centralized
dalam lubang sumur. Alat micro resistivitas memakai sensor yang dipasang pada tapak / pad
yang dipaksa menempel pada dinding lubang selama survey.

II.3.1 Log Induction
Log Induction yaitu log yang bekerja pada lumpur air tawar dengan resistivitas formasi < 200
0hm m, dan Rmf / Rw > 2.0. Alat induction menentukan resistivitas dengan cara mengukur
konduktivitas batuan. Dalam kumparan transmitter dialirkan arus bolak balik berfrekuensi tinggi
dengan amplitude konstan yang akan menimbulkan medan magnet dalam batuan. Medan magnet
ini menimbulkan arus Eddy atau arus Foucault pada gambar di bawah. Besarnya arus ini sama
dengan konduktivitas batuan.

Dapat diketahui bahwa lebih baik menggunakan alat induction log jika :
Rmf / Rw > 2.5
Rt < 200 ohm m
Tebal lapisan lebih dari 10 feet
Bila porositas ada di bawah garis Rw, Tapi Rmf / Rw masih > 2.5 maka alat lateralog di anjurkan
untuk dipakai.

II.3.2 Lateral Log
Alat lateral log yang direkayasa untuk mengukur resistivitas batuan yang dibor dengan salty mud
atau Lumpur yang sangat konduktif serta dipakai untuk mendeteksi zona zona yang
mengandung hidrokarbon. Selain dengan salty mud, log lateral akan bekerja denga baik pada
resistivitas formasi yang > 200 ohm m dengan Rmf / Rw < 2.0, dimana besarnya lubang bor >
12 inchi, dengan ketebalan lapisan kurang dari 10 feet serta deep invasion ( > 40 inchi ).
Sonde pada alat resistivity ini memiliki elektroda penyangga (bucking electrode) untuk
memfokuskan arus survey dan memaksanya mengalir dalam arah yang tegak lurus terhadap
sonde. Arus yang terfokuskan ini memungkinkan pengukuran dilakukan pada batuan dengan
arah yang lebih pasti.
Ini merupakan perbaikan terhadap pengukuran yang memakai arus yang tidak terfokus, yaitu alat
ES (Electrical Survey) yang terdahlu, dimana arus survey lebih suka mengalir dalam Lumpur
karena resistivitas lumpur yang lebih rendah dari resistivitas batuan.
Alat Lateral log dipakai untuk survey dalam sumur berisi mud ber resistivitas rendah serta
dalam batuan yang resistivitasnya tinggi. Alat Lateralog dapat secara akurat mengukur
resistivitas batuan dalam kisaran 0.2 40000 ohm-m.

II.4 Log - log Yang Mengukur Zona Porositas
Untuk mengukur besarnya porositas pada suatu zona tertentu, digunakan tiga macam log, yaitu :
II.4.1 Log Densitas
Log density merupakan kurva yang menunjukan nilai densitas (bulk density) batuan yang
ditembus lubang bor, dinyatakan dalam gr / cc. Besaran densitas ini selanjutnya digunakan untuk
menentukan nilai porositas batuan tersebut. Log density bersama - sama dengan log neutron
digunakan untuk mendeteksi adanya hidrokarbon.
Alat density yang modern juga mengukur PEF (Photo Electric Effect) yang berguna untuk
menentukan lithologi batuan, mengidentifikasi adanya heavy minerals dan untuk mengevaluasi
clay
Alat ini bekerja dari suatu sumber radioaktif dari alat pengukur dipancarkan sinar gamma denga
intensitas energi tertentu (umumnya 0.66 mev) menembus formasi / batuan. Batuan terbentuk
dari butiran mineral mineral yang tersusun dari atom atom yang terdiri dari proton dan
electron. Partikel sinar gamma akan membentur electron electron dsalam batuan, sehingga
mengalami pengurangan energi (loose energi). Energi yang kembali (setelah mengalami
benturan) akan diterima oleh detector, terpasang dalam sebuah protector berbentuk silinder
sepanjang 3 ft,yang selalu menempel pada dinding sumur. Intensitas energi yang diterima pada
dasarnya berbanding terbalik dengan kepadatan electron. Makin lemah energi yang lembali maka
makin banyak electron electron dalam batuan, yang berarti makin banyak / padat butiran /
mineral penyusun batuan per satuan volume.
Besarkecilnya energi yang diterima oleh detector tergantung dari :
Densitas matriks batuan
Porositas batuan
Densitas kandungan yang ada dalam batuan

II.4.2 Log Neutron
Log porositas yang bersama sama dengan dengan log densitas digunakan untuk menentukan
porositas dan kandungan fluida yang ada di dalamnya. Alat neutron dipakai untuk menentuka
primary porosity batuan, yaitu ruang pori pori batuan yang terisi air, minyak bumi, atau gas.
Cara kerja alat ini yaitu sumber radioaktif Am241Be memancarkan partikel neutron kedalam
batuan dengan energi kira kira 5 Mev. Setelah partikel neutron berbenturan dengan batuan,
energi neutron ini berkurang sampai ke level 0.1 10 eV (level ephitermal). Karena massa
hidrogen yang sama dengan massa neutron, atom hidrogen punya kemampuan paling besar
dalam memperlambat partikel neutron dibanding atom- atom lain dalam batuan. Kemudian
partikelpartikel neutron yang kembali ditangkap dan dihitung oleh detektor dalam alat
pengukur. Kecepatan detektor dalam menghitung partikelpartikel neutron dipengaruhi oleh
adanya konsentrasi hidrogen.
Dua buah detektor thermal dipasang 1 2 ft di atas sumber radioaktif. Ratio antara jumlah
jumlah jumlah pulsa ( Nn / Nf ) merupakan fungsi porositas. Ratio ini mempunyai pengaruh
lubang sumur yang berkurang dan kedalaman penetrasi yang lebih jauh dibanding dengan sistem
satu detektor.
Faktor faktor yang berpengaruh terhadap Kurva N, yaitu :
Shale / clay
Kekompakan batuan
Kandungan air asin / tawar
Kandungan minyak Kandungan gas
Hal ini tentang defleksi kurva log neutron, semakin ke kanan defleksi kurva maka semakin
banyak hidrokarbon yang terkandung, defleksi yang terjauh maka mengindikasikan adanya gas.

II.4.3 Log Sonic
Log sonic merupakan log yang digunakan untuk mendapatkan harga porositas batuan
sebagaimana pada log density dan log neutron. Log sonic menggambarkan waktu kecepatan
suara yang dikirimkan / dipancarkan ke dalam formasi hingga ditangkap kembali oleh receiver.
Kecepatan suara melalui formasi batuan tergantung terutama oleh matriks batuan serta distribusi
porositasnya. Kecepatan suara pada batuan dengan porositas nol dinalakan tma ), untuk beberapa
batuan :kecepatan matriks (
tma pasir lepas sec / ft= 55.5
tma batu pasir sec / ft= 51.0
sec / fttma batu gamping = 47.5
tma dolomite sec / ft= 43.5
t pada log sonic makin besar harga porositas batuan.Makin tinggi harga

tII.4.3.1 Faktor faktor yang Berpengaruh pada Kurva
a. Shale
Shale mempunyai porositas besar meski permeabilitas mendekati nol. Sehingga kandungan shale
akan memperbesar nilai t.
b. Kekompakan batuan
t.Kekompakan memperkecil porositas sehingga akan menurunkan nilai
c. Kandungan air
t membesar.Kandungan air dalam batuan cenderung menyebabkan nilai kurva
d. Kandungan minyak
Air (terutama air asin) mempunyai sifat penghantar suara yang lebih baik disbanding minyak.
Sehingga adanya minyak akan memperkecil nilai t.
e. Kandungan gas
t.Gas merupakan penghantar suara yang tidak baik, sehingga akan memperkecil nilai

II.4.3.2 Aplikasi log Sonic
s ) Untuk menentukan sonic porosity (
Untuk menentukan volume of clay ( Vs )
Bersama log lain untuk menentukan litologi
Time depth relationship
Menentukan reflection coeficients
Mechanical properties
Menentukan kualitas semen CBL VDL

II.4.3.3 Prinsip Kerja Log Sonic
Alat sonic mengukur kecepatan suara / sonic dalam formasi
Transmitter memancarkan suatu pressure pulse berfrekuensi 25 Hz
Pulsa ini menghasilkan 6 gelombang, yaitu :
Gelombang compressional dan gelombang refraksi shear yang merambat dalam formasi
Dua gelombang langsung sepanjang sonde dan di dalam mud
Dua gelombang permukaan sepanjang dinding lubang sumur (Pseudo Raleigh dan Stoneley)
Laju / kecepatan gelombang gelombang itu antara 4000 sampai 25 000 ft / sec tergantung
pada litologi
Sebuah gelombang compressional merambat dari transmitter via mud ke formasi, lalu
merambat dalam formasi, lalumerambat dalam mud lagi untuk mencapai receiver
Transmitter memancarkan satu pulsa
Suatu rangkaian electronic mengukur waktu dari pulsa ini sampai waktu dimana the first
negative excursion dideteksi oleh near receiver
Transmitter memancarkan satu pulsa lagi
Diukur waktu dari pulsa kedua sampai waktu dimana the first negative excursion dideteksi
oleh far receiver.
Beda antara kedua waktu tadi lalu dibagi dengan jarak antara receiver receiver ( span ) sebesar
dua ft menghasilkan formation transit times sec / ft ).dalam microseconds / ft (

Compressional transit times bervariasi :
sec / ft dalam hard formation 40
sec / ft dalam soft formation. 150

http://petroleumsystems.blogspot.com
Tujuan utama dari melkakuan analisa evaluasi formasi adalah untuk mendapatkan OOIP
(original oil in place) dimana variabel yang dibutuhkan dapat dicari menggunakan metode yang
ada pada penilaian formasi



h=ketebalan lapisan dapat dicari menggunakan gamma ray log atau spontaneous potential
log,
porosity= menggunakan porosity log
Sw= water saturation dapat menggunakan Resistivity Log , mengapa bukan oil saturation
yang dihitung, karena pada kenyataannya kita hanya dapat mengukur kandungan air saja
yang terdapat dalam formasi.

penilaian formasi sama dengan proses logging, Mengapa pengerjaan logging dilakukan ?
Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan lubang sumur dengan
menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan yang dapat dilakukan meliputi pengukuran data-data
properti elektrikal (resistivitas dan konduktivitas pada berbagai frekuensi), data nuklir secara
aktif dan pasif, ukuran lubang sumur, pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan
formasi, pengambilan material formasi (coring) dari dinding sumur, dsb.
Logging tool (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal berisi alat pengirim dan sensor
penerima sinyal) diturunkan ke dalam sumur melalui tali baja berisi kabel listrik ke kedalaman
yang diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tool ini ditarik ke atas.
Logging tool akan mengirim sesuatu sinyal (gelombang suara, arus listrik, tegangan listrik,
medan magnet, partikel nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal tersebut akan
dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam formasi dan juga material dinding sumur.
Pantulan sinyal kemudian ditangkap oleh sensor penerima di dalam logging tool lalu dikonversi
menjadi data digital dan ditransmisikan lewat kabel logging ke unit di permukaan. Sinyal digital
tersebut lalu diolah oleh seperangkat komputer menjadi berbagai macam grafik dan tabulasi data
yang diprint pada continuos paper yang dinamakan log. Kemudian log tersebut akan
diintepretasikan dan dievaluasi oleh geologis dan ahli geofisika. Hasilnya sangat penting untuk
pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun untuk tahap produksi nanti.





































http://masuksiini.blogspot.com
Analisa Penilaian Formasi (gambaran umum)

Dalam industri perminyakan,pekerjaan pencarian sumber daya minyak (cekungan produktif)
sangat ditentukanoleh faktor skill dan kinerja pengenalan lapangan yang memadai. Seorang
engineerdituntut untuk mampu menganalisa data yang diperoleh di lapangan untukselanjutnya
menentukan apakah formasi tersebut produktif atau tidak. Analisadata yang dilakukan umumnya
antara lain meliputi analisa serpihan lumpur bor (cutting)dan analisa logarithmic.
Analisa cutting dilakukan dalam
kerangka pekerjaan mud logging yang terutama untuk mengidentifikasi saturasi hidrokarbon dan
mengestimasi karakteristik reservoir. Dewasa inianalisa cutting untuk mengestimasi karakteristik
reservoir hanyadititikberatkan pada analisa lithologinya yang dimaksudkan untuk
menggambarkanmacam-macam batuan untuk tiap interval kedalaman. Sedangkan untuk
menganalisaadanya indikasi hidrokarbon dititikberatkan pada penampakan noda (staining),aroma
(odor) dam pemeriksaan hidrokarbon.
Analisa logarithmic (analisa log)dibedakan atas tiga komponen berupa Log Lithologi, Log
Resistivity dan Logporosity. Log Lithologi meliputi Gamma Ray (GR) Log dan Spontaneous
Potential(SP) Log. Untuk Log Resistivity diantaranya adalah Induction Log, Short NormalLog,
Microlog, Lateral Log dan MSFL. Log Porosity sendiri terdiri dari NeutronLog dan Sonic Log.
Pada umumnya aplikasi di lapangantidak hanya menggunakan salah satu jenis log tetapi
cenderung untukmengkombinasi beberapa jenis log (combination log) untuk
menentukankarakteristik reservoir yang diuji. Hal ini diharapkan dapat memberikangambaran
yang jelas mengenai karakteristik mendasar dari suatu lapisan formasidan menentukan produktif
tidaknya suatu reservoir.


















http://bellampuspita.blogspot.com

ANALISA PENILAIAN FORMASI (ANALISA LOGGING)

Secara umum, analisa log dibedakan atas tiga kompenen, berupa Log Lithologi, Log Resistivity
dan Log Porosity. Log Lithologi antara lain Gamma Ray (GR) Log dan Spontaneous Potential
(SP) Log. Untuk Log Resistivity diantaranya adalah Induction Log, Short Normal Log,
Microlog, Lateral Log dan MSFL. Sedangkan untuk Log Porosity terdiri dari Neutron Log dan
Sonic Log.

Pada prakteknya di lapangan tidak semua jenis log diatas dapat dilakukan. Hal ini mengingat
biaya (cost) yang besar untuk tiap jenis log sehingga hanya digunakan beberapa jenis log tertentu
dan kecenderungan untuk mengkombinasikan beberapa jenis log (combination log) dan ini yang
biasa digunakan.

Beberapa analisa jenis log yang umum digunakan antara lain Analisa Spontaneous Potential (SP)
Log, Analisa Log Induksi, dan Analisa Log Radioaktif yang terdiri dari Gamma Ray Log,
Neutron Log, dan Formation Density Log.

Analisa Sponteneous Potential Log (SP) Log
Pada sumur yang mempunyai kandungan hidrokarbon perlu dilakukan logging dengan berbagai
jenis alat log. Log tersebut dapat berupa Log Listrik, Log Radioaktif serta berbagai jenis log
lainnya. Tahap pertama dalam analisa log adalah mengenal lapisan permeable dan serpih yang
non permeable. Log yang digunakan adalah Spontaneous Potential (SP) Log. Log SP merupakan
rekaman perbedaan potensial listrik antara elektroda di permukaan yang tetap dengan elektroda
yang terdapat di dalam lubang bor yang bergerak naik turun, pada sebuah lubang sumur yang
terdiri dari lapisan permeable dan non permeable. Secara alamiah karena perbedaan kandungan
garam air, arus listrik hanya dapat mengalir di sekeliling perbatasan formasi di dalam lubang bor.
Pada lapisan serpih yang tidak terdapat aliran listrik, potensialnya adalah konstan dengan kata
lain pembacaan log SP nya rata.

Analisa Log Induksi
Log induksi digunakan untuk mendeteksi konduktivitas formasi yang selanjutnya dikonversi
dalam satuan resistivity. Pengukuran dengan log induksi banyak menggunakan parameter dan
korelasi grafik. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh hasil yang valid sehingga
mempermudah analisa.

Analisa Log Radioaktif
1. Gamma Ray Log
- Untuk membedakan lapisan-lapisa shale dan non shale pada sumur-sumur open hole atau cased
hole dan juga pada kondisi ada lumpur maupun tidak.
- Sebagai pengganti SP Log untuk maksud-maksud pendeteksian lapisan permeable, karena untuk
formasi yang tidak terlalu resistif hasil SP Log tidak terlalu akurat
- Untuk mengetahui korelasi batuan dan prosentase kandungan shale pada lapisan permeable
- Mendeteksi mineral-mineral radioaktif
- Menentukan kedalaman perforasi yang telah diinjeksi air (water plugging)

2. Neutron Log
- Untuk menentukan total porosity
- Mendeteksi adanya formasi gas setelah dikombinasikan dengan porosity tool lainnya seperti
Density Log)
- Penentuan korelasi batuan

3. Formation Density Log
- Untuk mengukur porositas batuan
- Mengidentifikasi mineral batuan
- Mengevaluasi shally sand dan lithologi yang kompak
- Log ini juga dapat digunakan sebagai indikasi adanya gas

Gamma Ray Log merupakan rekaman tingkat radioaktivitas alami yang terjadi karena tiga unsur
yaitu Uranium (U), Thorium (Th) dan Potasium (K) yang dipancarkan oleh batuan. Pemancaran
yang terus menerus terdiri dari semburan pendek tenaga tinggi sinar gamma yang mampu
menembus batuan sehingga dapat dideteksi oleh detektor.
Sinar gamma sangat efektif dalam membedakan lapisan permeable dan non permeable karena
unsur-unsur radioaktif cenderung berpusat di dalam serpih yang non permeable dan tidak banyak
terdapat dalam batuan karbonat atau pasir yang secara umum besifat permeable. Kadangkala
lumpur bor mengandung sejumlah unsur Potasium karena zat Potassium Chloride ditambahkan
kedalam lumpur untuk mencegah pembengkakan serpih. Radioaktivitas dari lumpur akan
mempengaruhi pembacaan Log Gamma Ray berupa tingkatan latar belakang radiasi yang tinggi.

Analisa Log Kombinasi
Log kombinasi diaplikasikan untuk semua junis log sebelumnya seperti Log Listrik, Log Induksi
dan Log Radioaktif untuk mendapatkan kepastian jenis formasi beserta kandungan formasi
tersebut.

Kombinasi log yang sering digunakan dua jenis log yaitu Log Listrik dan Log Radioaktif. Log
Listrik yang dimaksudkan adalah SP Log dan Log Induksi untuk Short Normal Log. Sedangkan
Log Radioaktif yang dimaksud adalah Gamma Ray (GR) Log, Neutron Log dan Formation
Density Log (FDL). Dari analisa Log Kombinasi ini dapat ditentukan kandungan HC dari
formasi pada interval kedalaman tertentu.

Interpretasi log dilakukan untuk mengetahui harga Rw dan Sw serta menentukan lithologi
batuannya. Interpretasi ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu interpretasi kualitatif dan
interpretasi kuantitatif. Interpretasi kualitatif meliputi penentuan lapisan permeable, penentuan
batas lapisan dan penentuan zona interest. Log yang digunakan berupa SP Log, GR Log dan
Resistivity Log. Sementara interpretasi kuantitatif meliputi penentuan porositas dan saturasi air
(Sw). Jenis Log yang digunakan Neutron Log, Density Log, Sonic Log dan Resistivity Log.
Adapun kondisi interpretasi yang dilakukan berupa Clean Formation (quick look) dan Shally
Sand Formation (detailed).

Pengukuran dengan SP Log dilakukan untuk menentukan Vclay sehingga dapat diketahui jenis
fluida yang terdapat dalam formasi yang dianalisa serta kandungan batuan dan kondisi dari
kedalaman formasi tersebut.

Pada GR Log didapatkan suatu kurva yang menunjukkan besarnya intensits radioaktif yang ada
dalam formasi. Dengan menarik garis GR yang mempunyai harga minimum dan harga
maksimum pada penampang log maka kurva GR yang jatuh diantara kedua lapisan kurva
tersebut merupakan indikasi adanya lapisan shale.

Pada Neutron Log, bila konsentrasi hidrogen didalam formasi besar maka semua partikel neutron
akan mengalami penurunan energi serta tertangkap tidak jauh dari sumber radioaktifnya. Hal
yang perlu digarisbawahi bahwa neuton hidrogen tidak mewakili porositas batuan karena
penentuannya didasarkan pada konsentrasi hidrogen. Neutron tidak dapat membedakan antara
atom hidrogen bebas dengan atom hidrogen yang secara kimia terikat dengan mineral batuan,
akibatnya pada formasi lempung yang banyak mengandung atom-atom hidrogen didalam
susunan molekulnya seolah-olah mempunyai porositas tinggi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi bentuk kurva Neutron Log adalah shale atau clay dimana
semakin besar konsentrasinya dalm lapisan permeable akan memperbesar harga porositas batuan.
Kekompakan batuan juga akan mempengaruhi defleksi kurva Neutron Log dimana semakin
kompak batuan tersebut maka harga porositas batuan akan menurun dan kandungan fluida yang
ada dalam batuan apabila mengandung minyak dan gas maka akan mempunyai harga porositas
yang relatif kecil, sedangkan air asin atau air tawar akan memberikan harga porositas neutron
yang mendekati harga porositas sebenarnya.

Density Log menunjukkan besarnya densitas lapisan yang ditembus oleh lubang bor sehingga
berhubungan dengan porositas batuan. Besar kecilnya density juga dipengaruhi oleh
kekompakan batuan dengan derajat kekompakan yang variatif, dimana semakin kompak batuan
maka porositas batuan tersebut akan semakin kecil. Pada batuan yang sangat kompak, harga
porositasnya mendekati harga nol sehingga densitasnya mendekati densitas matrik.

Kombinasi Log digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan untuk mengevaluasi formasi
serta menentukan potential productivity yang dikandungnya. Pada kombinasi log antara Neutron
Log dan Density Log maka akan terdapat tampilan Log Density yang dari kiri ke kanan
satuannya semakin besar sedangkan Neutron Log dari kiri ke kanan satuan porositasnya
semakin kecil sehingga dapat diinterpretasikan sebagai berikut :
1) Lapisan shale akan memberikan separasi negatif berdasar harga densitas yang besar pada
Density Log dan harga porositas neutron yang besar pada Neutron Log.
2) Lapisan hidrokarbon akan memberikan separasi positif dimana kurva Density Log akan
cenderung mempunyai defleksi ke kiri dan Neutron Log cenderung mempunyai defleksi ke
kanan.
3) Lapisan air asin atau air tawar akan memberikan separasi positif sehingga untuk dapat
membedakan antara separasi positif pada lapisan air dengan lapisan hidrokarbon maka jalan
terbaik adalah dengan melihat kurva Resistivity Log dan SP Log.




































































http://petroleum-uir.blogspot.com/
Kerusakan Formasi dan Sumur


Kontak antara formasi dengan fluida lain adalh dasar yang menyebabkan kerusakan formasi.
Adapun yang dimaksud fluida disini adalah lumpur pemboran, fluida workover, fluida perforasi
ataupun dari fluida reservoir itu sendiri dimana karakteristik reservoirnya telah berubah.
Beberapa kemungkinan mekanisme terjadinya kerusakan formasi meliputi :


1. Penyumbatan yang berasosiasi dengan padatan.
Penyumbatan oleh padatan dapat terjadi pada permukaan formasi, lubang perforasi atau pada
formasi itu sendiri. Penyumbatan oleh padatan tersebut berupa material pemberat, clay, material
loss circulation, pengendapan scale dan asphalt.
2. Padatan sangat kecil.
Padatan yang dimaksud berupa oksida besi atau partikel silikat lain. Padatan ini sering terbawa
oleh aliran dan akhirnya terendapkan dalam pori-pori pada permeabilitas relatif formasi dan akan
berkembang menjadi penyumbat yang serius.

Klasifikasi Mekanisme Kerusakan Formasi
Mekanisme yang menyebabkan terjadinya kerusakan formasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Penyumbatan partikel pada ruang pori
Ketika partikel-partikel halus melalui media berpori, seringkali terendapkan di saluran rongga
pori yang mengakibatkan penurunan permeabilitas. Partikel-partikel besar yang tertransport ke
permukaan media porous akan menutup pori-pori permukaan dan membentuk filter cake
eksternal. Partikel kecil yang melewati media porous dapat menempel pada permukaan badan
pori yang menyebabkan penurunan kecil permeabilitas atau dapat menutup rongga pori yang
secara efektif menyumbat ruang pori. Penutupan dapat terjadi ketika partikel kira-kira berukuran
1/3 hingga 1/7 dari rongga pori atau lebih.

2. Migrasi partikel halus
Partikel halus yang menyebabkan penymbatan dapat berasal dari luar atau media porous itu
sendiri. Pergerakan partikel halus kemungkinan disebabkan oleh perubahan komposisi kimia air
atau secara mekanik yaitu karena gaya gesek pergerakan fluida. Kerusakan formasi sering
disebabkan oleh dispersi partikel lempung halus ketika salinitas air konat menurun atau
komposisi kimia berubah.

3. Presipitasi kimia
Presipitasi padatan dari garam (senyawa anorganik) atau minyak mentah (senyawa organik)
dalam formasi dapat menyebabkan kerusakan formasi hebat ketika padatan tersebut menymbat
ruang pori. Presipitasi dapat juga terjadi akibat perubahan tekanan dan temperatur di sekitar
lubang sumur atau alterasi komposisi fasa oleh fluida injeksi.
Presipitasi anorganik dikarenakan adanya ion bivalen seperti kalsium atau barium, yang
berkombinasi dengan karbonat atau sulfat. Ion-ion dalam larutan air konat di reservoir mula-
mula berada pada kesetimbangan kimia dengan mineral formasi. Perubahan komposisi air
garam/formasi menyebabkan presipitasi.
Awalnya air formasi jenuh dengan kalsium bikarbonat, peningkatan konsentrasi pada sisi kiri
persamaan di atas atau penurun konsentrasi pada sisi kanan akan mendorong reaksi ke kanan dan
kalsium karbonat terpresipitasi.
Penambahan ion kalsium dan penghilangan CO
2
akan menyebabkan presipitasi. Jadi injeksi
fluida dengan kandungan kalsium tinggi seperti fluida komplesi CaCl
2
pada reservoir dengan
konsentrasi bikarbonat tinggi akan menimbulkan kerusakan formasi. Begitu juga dengan
penurunan tekanan di sekitar lubang sumur yang menyebabkan pembebasan CO
2
dari air formasi
sehingga terjadi presipitasi.
Senyawa organik yang biasa menyebabkan kerusakan formasi adalah wax/lilin (parafin) dan
aspaltin. Presipitasi wax terjadi ketika temperatur turun atau komposisi kimia minyak berubah
karena pembebasan gas akibat penurunan tekanan. Aspaltin merupakan golongan aromatik
dengan berat molekul tinggi dan senyawa naftena yang terdispersi secara koloid dalam minyak
mentah (Schechter, 1992). Kondisi koloid stabil dengan adanya resin dalam minyak mentah,
ketika resin hilang, aspaltin terflokulasi hingga menciptakan partikel yang cukup menyebabkan
kerusakan formasi. Perubahan kimia dalam minyak yang menurunkan konsantrasi resin yang
dapat menimbulkan pengendapan aspaltin.

4. Emulsi, perubahan permeabilitas relatif dan wetabilitas
Kerusakan formasi dapat disebabkan oleh perubahan fluidanya sendiri seperti perubahan
viskositas minyak atau permeabilitas relatif. Namun sifatnya sementara karena fluida bergerak
dan secara teoritis dapat digerakkan dari sekitar lubang sumur. Emulsi air dalam minyak di
sekitar lubang sumur dapat menyebabkan kerusakan formasi karena viskositas emulsi lebih besar
daripada viskositas minyak. Biasanya emulsi terbentuk oleh percampuran secara mekanik
minyak dan air, yang merusak salah satu fasanya dalam bentuk gelembung kecil yang terdispersi
dalam fasa lainnya. Pembentukan emulsi mungkin secara kimia melalui pemasukan surfactan
atau partikel halus yang cenderung menstabilkan gelembung kecil.
Peningkatan saturasi air di sekitar lubang sumur dapat menurunkan permeabilitas minyak
sehingga menimbulkan kerusakan formasi, yang disebut blok air. Unsur kimia tertentu dapat
mengubah wetabilitas formasi sehingga merubah permeabilitas relatif secara keseluruhan dalam
formasi. Jika formasi water wet berubah menjadi oil wet maka permeabilitas relatif minyak
mengalami penurunan besar di sekitar lubang sumur.

5. Mekanik
Kerusakan formasi dapat juga diakibatkan penghancuran fisik atau kompaksi batuan saat
perforasi, ataupun keruntuhan material formasi lemah di sekitar lubang sumur. Keruntuhan
tersebut mungkin terjadi pada formasi yang rapuh atau formasi yang menjadi lemah karena
acidizing.

6. Biologis
Sumur yang diinjeksi air akan rentan terhadap kerusakan formasi akibat bakteri di lingkungan
sekitar lubang sumur. Bakteri yang terinjeksi, terutama anaerobik dapat tumbuh cepat dalam
formasi dan menyumbat ruang pori dengan bakteri itu sendiri atau dengan presipitasi yang
dihasilkan oleh aktifitas organisme. Untuk mencegah kerusakan formasi biologis tersebut maka
air injeksi dirawat dengan bactericides.

Penyebab Terjadinya Kerusakan Formasi
Adanya formation damage (kerusakan formasi) dan pengurasan permeabilitas efektif minyak
pada zona produktif disekitar lubang bor akan menyebabkan kerusakan formasi. Kerusakan ini
dapat terjadi pada waktu pemboran, well completion, dan operasi produksi. Penurunan
permeabilitas ini akibat adanya material lain yang masuk kedalam porositas batuan dan naiknya
produksi air dan gas (Schechter R.S., 1992; Allen T.O., 1982).

1. Kerusakan Formasi Akibat Operasi Pemboran
Untuk menahan dinding lubang bor agar tidak runtuh pada saat operasi pemboran digunakan
lumpur pemboran. Pada beberapa kasus lumpur pemboran masuk kedalam formasi. Masalah
yang akan timbul adalah untuk formasi yang mengandung clay sehingga akan terjadi reaksi
kimia antara filtrat lumpur pemboran dengan clay disekitar lumpur pemboran. Akibat reaksi
kimia ini akan menyebabkan pengembangan, dehidrasi atau terdepresinya sebagian lempung
yang mengakibatkan tertutupnya porositas batuan. Hal ini sering disebut dengan clay blocking.
Kerusakan formasi lain akibat operasi pemboran yaitu berupa invasi partikel padatan pemboran
kedalam formasi. Invasi lumpur pemboran dapat dibagi tiga yaitu:
A. Filtrasi Dinamik
Filtrasi dinamik adalah filtrasi yang terjadi pada saat sirkulasi lumpur serta pada saat drill string
berotasi. Filtrasi ini mengandung air filtrat yang paling dominan hingga mencapai 10% 90%
dari volume filtratnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya filtrasi dinamik adalah:
Kecepatan aliran lumpur
Jenis lumpur
Tekanan filtrasi
Viskositas lumpur
Temperatur lumpur
Dengan adanya sirkulasi lumpur maka lumpur akan bersifat dinamik sehingga akan mengikis
transisi dari shear strength rendah antara mud cake dan lumpur. Hal yang dimikian akan
menyebabkan terjadinya pengendapan dari hasil kikisan sebelumnya.

B. Filtrasi Statik
Filtrasi statik adalah filtrasi dimana tidak terjadi sirkulasi lumpur pemboran dan rotasi drill
string. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya filtrasi statik adalah:
Jenis lumpur
Tekanan filtrasi
Viskositas lumpur
Temperatur lumpur
Terinvasinya filtrat lumpur kedalam formasi yang paling serius adalah pada saat permulaan
dimana mud cake belum terbentuk. Terinvasinya filtrat lumpur pemboran disebut Surge Loss.
Filtrasi pada saat pemboran akan melalui tiga tahap yaitu:
1. Periode surge, yaitu sebelum terbentuknya cake pada dinding sumur.
2. Periode transisi, yaitu filtrat cake sudah terbentuk tetapi belum sempurna (tekanan gradien
rekah belum sempurna).
3. Periode gradien, yaitu saat volume filtrat sudah tetap atau tebal mud cake
sudah stabil.

C. Filtrasi Dibawah Bit
Filtrasi dibawah bit adalah filtrasi dinamik yang terinvasi melalui bawah bit, yang sebenarnya
dianggap tidak serius. Invasi dibawah bit ini tergantung pada beberapa faktor:
Kecepatan lumpur pemboran
Porositas batuan
Permeabilitas
Perbedaan tekanan bit dengan formasinya
Radius sumur

2. Kerusakan Formasi Akibat Operasi Komplesi
Pada saat sumur selesai dikomplesi akan disertai adanya kerusakan formasi antara lain semen,
perforasi, dan formation fracturing. Adanya invasi semen diakibatkan karena adanya rate
sirkulasi yang tinggi, tidak adanya mud cake (disini lubang sumur dibersihkan dari mud cake
sebelum operasi penyemenan dimulai), tekanan hidrostatik serta viskositas semen. Penurunan
laju produksi sumur dapat diakibatkan oleh adanya penymbatan lubang perforasi oleh ion
organik maupun anorganik sehingga tekanan turun dan temperatur naik.
Tingkat kekerasan formasi bertambah dengan adanya beban pada casing, semen serta runtuhnya
formasi. Untuk formasi yang bersifat unconsolidated pada saat komplesi, pasir akan ikut
terproduksikan bersama fluida hidrokarbon.

3. Kerusakan Formasi Akibat Operasi Produksi
Kerusakan formasi pada saat produksi dapat diakibatkan oleh beberapa faktor yang meliputi:
A. Endapan Organik
Untuk jenis hidrokarbon berat seperti asphalt akan terendapkan didalam tubing, lubang perforasi,
dan formasi karena adanya penurunan tekanan dan temperatur disekitar lubang bor selama proses
produksi berlangsung. Fraksi hidrokarbon yang terendapkan akan membentuk kristal. Sebab lain
adalah penurunan temperatur sehingga menyebabkan reaksi kimia antara minyak mentah dan
asam organik.
B. Endapan Silt dan Clay
Untuk formasi unconsolidated, problem sumur berupa terikutnya partikel padatan yang
menyebabkan rusaknya formasi itu sendiri serta rusaknya peralatan produksi.
C. Gas Blocking
Dengan diproduksikannya minyak akan diikuti dengan turunnya tekanan reservoir sampai
dibawah tekanan bubble point (P
b
) minyak sehingga akan menyebabkan gas lebih banyak keluar
dari larutannya. Keluarnya gas dari larutan akan sebanding dengan laju produksi. Akumulasi gas
pada lubang perforasi disebut dengan Gas Blocking.
D. Water Blocking
Water blocking dan water encroshment akan menyebabkan naikknya water oil ratio. Water
encroshment dipengaruhi oleh permeabilitas batuan khususnya yang berlapis-lapis yang akan
menyebabkan air terproduksi ke sumur bersama-sama dengan minyak. Water coning sensitif
terhadap rate produksi serta stabil seiring dengan kenaikan permeabilitas terhadap saturasi air.
Water coning akan terjadi melalui lapisan semen yang rekah, akibat adanya water blocking.

Penyebab Terjadinya Kerusakan Sumur
Problem mekanis yang terjadi pada suatu sumur perlu diperhatikan karena hal ini akan
mempersulit pengontrolan sumurnya, sehingga apabila tidak diatasi sejak dini akan
menimbulkan kafatalan.
Secara garis besar penyebab terjadinya kerusakan sumur dapat diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu kerusakan yang terjadi pada bawah permukaan dan kerusakan yang terjadi pada atas
permukaan.
1. Kerusakan yang Terjadi pada Bawah Permukaan
Kerusakan ini pada umumnya adalah:
a. Kebocoran casing/tubing
Penyebab terjadinya kebocoran casing/tubing ini adalah proses korosi dan collapse (sambungan
pada casing). Korosi pada casing/tubing disebabkan adanya kandungan H
2
S, CO
2
, HCl, mud acid
atau perbedaan potensial/kontak dua macam fluida yang berbeda kegaramannya sehingga
menyebabkan pengikisan kimiawi (non-abrasi) pada dinding casing terutama bagian dalamnya,
sehingga makin lama makin tipis dan akhirnya bocor.
Kebocoran casing itu selanjutnya dapat mengakibatkan terjadinya komunikasi zona-zona lain
dengan zona produktif dan akan mengakibatkan laju produksi minyak turun.
b. Kerusakan primary cementing
Primary cementing adalah penyemenan pertama yang dilakukan langsung setelah casing
dipasang begitu operasi pemboran selesai.
Tujuan primary cementing adalah:
Memisahkan lapisan yang akan diproduksi dengan yang tidak
Mencegah mengalirnya fluida dari satu lapisan ke lapisan yang lain
Melindungi pipa dari tekanan formasi
Menutup zona loss circulation
Mencegah proses korosi pada casing oleh fluida formasi
Sebab-sebab terjadinya kerusakan primary cementing adalah adanya tekanan yang besar pada
operasi workover atau kualitas semen dan pengerjaannya yang kurang baik.
c. Kerusakan peralatan produksi bawah permukaan
Kerusakan peralatan produksi bawah permukaan antara lain:
Tubing atau packer bocor
Kerusakan pada casing atau tubing
Kesalahan atau kerusakan pada artificial lift
Kerusakan pada plug
Adapun problem di atas harus ditangani sejak dini dengan melakukan recompletion (komplesi
kembali secara keseluruhan sehingga baik/sempurna).

2. Kerusakan yang Terjadi pada Atas Permukaan
a. Penggantian atau modifikasi X-ma tree
Pekerjaan ini dilakukan untuk meningkatkan laju produksi dimana diinginkan hasil yang
optimum dan efisien, serta diinginkannya produksi melalui dual completion.
b. Penggantian jenis bean atau choke
Hal ini berkaitan erat dengan keadaan pasaran minyak dunia yang sering berfluktuasi.

Вам также может понравиться

  • Beginning
    Beginning
    Документ2 страницы
    Beginning
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Log Densitas
    Log Densitas
    Документ2 страницы
    Log Densitas
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Build Up Test Result
    Build Up Test Result
    Документ46 страниц
    Build Up Test Result
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Karakteristik Reservoir
    Karakteristik Reservoir
    Документ53 страницы
    Karakteristik Reservoir
    mazarialhafiz
    100% (1)
  • Teori Dasar Logging
    Teori Dasar Logging
    Документ45 страниц
    Teori Dasar Logging
    Fima Molly
    Оценок пока нет
  • Pemboran Adalah Kegiatan
    Pemboran Adalah Kegiatan
    Документ1 страница
    Pemboran Adalah Kegiatan
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • DemDemHak
    DemDemHak
    Документ24 страницы
    DemDemHak
    Bank Ican
    Оценок пока нет
  • Pengertian Gas Metan (CBM
    Pengertian Gas Metan (CBM
    Документ12 страниц
    Pengertian Gas Metan (CBM
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Artikel Ifana
    Artikel Ifana
    Документ12 страниц
    Artikel Ifana
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Tugas Korelasi PLG Dan Jawaban Korelasi 2
    Tugas Korelasi PLG Dan Jawaban Korelasi 2
    Документ4 страницы
    Tugas Korelasi PLG Dan Jawaban Korelasi 2
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Demokrasi Indonesia
    Demokrasi Indonesia
    Документ29 страниц
    Demokrasi Indonesia
    gunglisaa
    Оценок пока нет
  • Tambang Terbuka PDF
    Tambang Terbuka PDF
    Документ60 страниц
    Tambang Terbuka PDF
    Sarif CB Clasik
    91% (11)
  • Kata Pembuka
    Kata Pembuka
    Документ4 страницы
    Kata Pembuka
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Kisi - Kisi Jawaban UTS
    Kisi - Kisi Jawaban UTS
    Документ13 страниц
    Kisi - Kisi Jawaban UTS
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Teknik Perminyakan Migas
    Teknik Perminyakan Migas
    Документ13 страниц
    Teknik Perminyakan Migas
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Deskripsi Tentang Agama
    Deskripsi Tentang Agama
    Документ3 страницы
    Deskripsi Tentang Agama
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Baja Gue
    Baja Gue
    Документ9 страниц
    Baja Gue
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Deskripsi Tentang Agama
    Deskripsi Tentang Agama
    Документ3 страницы
    Deskripsi Tentang Agama
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Tugas Korelasi PLG Dan Jawaban Korelasi 2
    Tugas Korelasi PLG Dan Jawaban Korelasi 2
    Документ4 страницы
    Tugas Korelasi PLG Dan Jawaban Korelasi 2
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • AKHLAK_TERCELA
    AKHLAK_TERCELA
    Документ14 страниц
    AKHLAK_TERCELA
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Appendix PDF
    Appendix PDF
    Документ6 страниц
    Appendix PDF
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Baja Gue
    Baja Gue
    Документ9 страниц
    Baja Gue
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет
  • Tugas Tekbor
    Tugas Tekbor
    Документ38 страниц
    Tugas Tekbor
    mazarialhafiz
    Оценок пока нет