0 оценок0% нашли этот документ полезным (0 голосов)
60 просмотров19 страниц
1. Dr. Sutomo dan KH. Samanhudi diperkenalkan sebagai tokoh penting dalam pergerakan nasional awal dengan mendirikan organisasi Boedi Oetomo dan Sarekat Dagang Islam.
2. Dr. Sutomo mendirikan Parindra untuk memperjuangkan kemerdekaan sementara KH. Samanhudi memperjuangkan martabat pedagang pribumi melalui organisasinya.
3. Kedua tokoh ini memainkan peran penting dalam membangun nasionalisme
1. Dr. Sutomo dan KH. Samanhudi diperkenalkan sebagai tokoh penting dalam pergerakan nasional awal dengan mendirikan organisasi Boedi Oetomo dan Sarekat Dagang Islam.
2. Dr. Sutomo mendirikan Parindra untuk memperjuangkan kemerdekaan sementara KH. Samanhudi memperjuangkan martabat pedagang pribumi melalui organisasinya.
3. Kedua tokoh ini memainkan peran penting dalam membangun nasionalisme
1. Dr. Sutomo dan KH. Samanhudi diperkenalkan sebagai tokoh penting dalam pergerakan nasional awal dengan mendirikan organisasi Boedi Oetomo dan Sarekat Dagang Islam.
2. Dr. Sutomo mendirikan Parindra untuk memperjuangkan kemerdekaan sementara KH. Samanhudi memperjuangkan martabat pedagang pribumi melalui organisasinya.
3. Kedua tokoh ini memainkan peran penting dalam membangun nasionalisme
Kiai Haji Samanhudi nama kecilnya ialah Sudarno Nadi.(Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 1868 Klaten, Jawa Tengah 28 Desember 1956) adalah pendiri Sarekat Dagang Islamiyah, sebuah organisasi massa di Indonesia yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta.
Dalam dunia perdagangan, Samanhudi merasakan perbedaan perlakuan oleh penguasa penjajahan Belanda antara pedagang pribumi yang mayoritas beragama Islam dengan pedagang Cina pada tahun 1911. Oleh sebab itu Samanhudi merasa pedagang pribumi harus mempunyai organisasi sendiri untuk membela kepentingan mereka. Pada tahun 1911, ia mendirikan Sarekat Dagang Islam untuk mewujudkan cita-citanya.
Ia dimakamkan di Banaran, Grogol, Sukoharjo. Sesudah itu, Serikat Islam dipimpin oleh Haji Oemar Said Cokroaminito.
HOS Tjokroaminoto
Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto (lahir di Ponorogo, Jawa Timur, 6 Agustus 1882 meninggal di Yogyakarta, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun) adalah seorang pemimpin organisasi Sarekat Islam (SI) di Indonesia.
Tjokroaminoto adalah anak kedua dari 12 bersaudara dari ayah bernama R.M. Tjokroamiseno, salah seorang pejabat pemerintahan pada saat itu. Kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, pernah juga menjabat sebagai bupati Ponorogo.
Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional, ia mempunyai tiga murid yang yang selanjutnya memberikan warna bagi sejarah pergerakan Indonesia, yaitu Semaun yang sosialis/komunis, Soekarno yang nasionalis, dan Kartosuwiryo yang agamis.
Pada bulan Mei 1912, Tjokroaminoto bergabung dengan organisasi Sarekat Islam. Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit setelah Kongres SI di Banjarmasin.
Salah satu kata mutiara darinya yang masyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan.
Haji Agus Salim
Haji Agus Salim lahir dengan nama Mashudul Haq (yang bermakna "pembela kebenaran" tahun 1884 adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Agus Salim lahir dari pasangan Angku Sutan Mohammad Salim dan Siti Zainab. Ayahnya adalah seorang kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau.
Pada tahun 1915, Salim bergabung dengan Sarekat Islam (SI) dan menjadi pemimpin kedua di SI setelah H.O.S. Tjokroaminoto. Peran Agus Salim pada masa perjuangan kemerdekaan RI antara lain:
. anggota Volksraad (1921-1924) . anggota panitia 9 BPUPKI yang mempersiapkan UUD 1945 . Menteri Muda Luar Negeri Kabinet Sjahrir II 1946 dan Kabinet III 1947 . pembukaan hubungan diplomatik Indonesia - Arab - Mesir tahun 1947 . Menteri Luar Negeri Kabinet Amir Sjarifuddin 1947 . Menteri Luar Negeri Kabinet Hatta 1948-1949
Di antara tahun 1946-1950 ia laksana bintang cemerlang dalam pergolakan politik Indonesia, sehingga kerap kali digelari "Orang Tua Besar" (The Grand Old Man). Ia pun pernah menjabat Menteri Luar Negeri RI pada kabinet Presidentil dan di tahun 1950 sampai akhir hayatnya dipercaya sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri.
Pada tahun 1952, ia menjabat Ketua di Dewan Kehormatan PWI. Biarpun penanya tajam dan kritikannya pedas namun Haji Agus Salim masih mengenal batas-batas dan menjunjung tinggi Kode Etik Jurnalistik. Ia meninggal dunia pada 4 November 1954 di RSU Jakarta dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta.
Cipto Mangunkusumo
Cipto Mangunkusumo adalah seorang Dokter Pendiri Indische Partij. Cipto Mangunkusumo adalah seorang dokter profesional yang lebih dikenal sebagai tokoh pejuang kemerdekaan nasional. Dia merupakan salah seorang pendiri Indische Partij, organisasi partai partai pertama yang berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka dan turut aktif di Komite Bumiputera.
Awal perjuangan Cipto Mangunkusumo, pria kelahiran Pecangakan, Ambarawa tahun 1886, ini dimulai sejak dia kerap menulis karangan-karangan yang menceritakan tentang berbagai penderitaan rakyat akibat penjajahan Belanda. Karangan-karangan yang dimuat harian De Express itu oleh pemerintahan Belanda dianggap sebagai usaha untuk menanamkan rasa kebencian pembaca terhadap Belanda.
Tidak bekerja sebagai dokter pemerintah yang diupah oleh pemerintahan Belanda, membuat dr. Cipto semakin intens melakukan perjuangan. Pada tahun 1912, dia bersama Douwes Dekker dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara) mendirikan Indische Partij, sebuah partai politik yang merupakan partai pertama yang berjuang untuk mencapai Indonesia merdeka.
Di Banda Neira, dr. Cipto mendekam/terbuang sebagai tahanan selama tiga belas tahun. Dari Banda Naire dia dipindahkan ke Ujungpandang. Dan tidak lama kemudian dipindahkan lagi ke Sukabumi, Jawa Barat. Namun karena penyakit asmanya semakin parah, sementara udara Sukabumi tidak cocok untuk penderita penyakit tersebut, dia dipindahkan lagi ke Jakarta.
Jakarta merupakan kota terakhirnya hingga akhir hidupnya. dr. Cipto Mangunkusumo meninggal di Jakarta, 8 Maret 1943, dan dimakamkan di Watu Ceper, Ambarawa. Atas jasa dan pengorbanannya sebagai pejuang pembela bangsa, oleh negara namanya dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang disahkan dengan SK Presiden RI No.109 Tahun 1964, Tanggal 2 Mei 1964 dan namanya pun diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum Pusat di Jakarta. Pahlawan pahlawan Pergerakan Nasional Indonesia Posted on October 25, 2012 by Anak Aseli Indonesia
Abdul Muis Lahir di Bukittinggi, 3 7 1883 Wafat di Bandung, 17 6 1959 Makam di TMP Cikutra, Bandung
KH. Abdul Wahid Hasyim Lahir di Jombang, 1 6 1914 Wafat di Cimahi, 19 4 1953 Makam di Tebu Ireng, Jombang
Haji Agus Salim Lahir di Kotagedang, 8 10 1884 Wafat di Jakarta, 4 11 1954 Makam di TMP Kalibata, Jakarta
KH Ahmad Dahlan Lahir di Yogyakarta, 1 8 1868 Pendiri Muhammadiyah, 1912 Wafat di Yogyakarta, 23 2 1923 Makam di Karang Kuncen, Yogyakarta
Dr. Cipto Mangunkusumo Lahir di Ambarawa, 1886 Tokoh Tiga Serangkai Pendiri Indische Partij Wafat di Jakarta, 8 3 1943 Makam di TMP Watuceper, Ambarawa
Dr. Danudirja Setiabudi Lahir di Pasuruan, 28 10 1879 Wafat di Bandung, 28 8 1950 Makam di TMP Cikutra, Bandung
R. Dewi Sartika Lahir di Bandung, 4 12 1884 Pengikut dan penerus cita cita Kartini Wafat di Bandung, 11 9 1947 Makam di Karanganyar, Bandung
Haji Fakhruddin Lahir di Yogyakarta, 1890 Wafat di Yogyakarta, 28 2 1929 Makam di TMP Kuncen, Yogyakarta
KH. Hasyim Asyari Lahir di Demak, 20 4 1875 Pendiri NU, 1926 Wafat di Tebu Ireng, 25 7 1947 Makam di Tebu Ireng, Jombang
Ir. H. Juanda Kartawijaya Lahir di Tasikmalaya, 14 1 1911 Wafat di Jakarta, 7 11 1963 Makam di TMP Kalibata, Jakarta
Raden Ajeng Kartini Lahir di Jepara, 21 4 1879 Pelopor kemajuan perempuan Indonesia Bukunya Habis Gelap Terbitlah Terang Wafat di Rembang, 17 9 1904 Makam di Rembang
Ki Hajar Dewantara Lahir di Yogyakarta, 2 5 1899 Tokoh Pendidikan Nasional Pendiri Taman Siswa di Yogyakarta, 1922 Wafat di Yogyakarta, 28 4 1959 Makam di Wijayabrata, Yogyakarta
Maria Walanda Maramis Lahir di Kema, 1 12 1872 Wafat di Manado, Maret 1924 Makam di Maumbi, Manado
KH. Mas Mansur Lahir di Surabaya, 25 6 1896 Wafat di Surabaya, 25 4 1946 Makam di Gipa
Muhammad Husni Thamrin Lahir di Jakarta, 16 2 1894 Wafat di Jakarta, 11 1 1941 Makam di Karet Kubur, Jakarta
Prof. Muhammad Yamin, SH Lahir di Sawahlunto, 28 3 1903 Wafat di Jakarta, 17 10 1962 Makam di Sawahlunto
Haji Oemar Said Cokroaminoto Lahir di Madiun, 1883 Pendiri Sarekat Islam, 1912 Wafat di Surabaya, 17 12 1934 Makam di TMP Kuncen, Yogyakarta
Haji Samanhudi Lahir di Srandakan, 1868 Pendiri dan penggerak Sarekat Dagang Islam, 1911 Wafat di Klaten, 28 12 1956 Makam di Srandakan, Solo
Sukarjo Wiryopranoto Lahir di Cilacap, 5 6 1903 Wafat di New York, 23 10 1962 Makam di TMP Kalibata
Supeno Lahir di Nganjuk, 24 2 1949 Wafat di Semaki, Yogyakarta
Suryopranoto Lahir di Yogyakarta, 1871 Wafat di Cimahi, 15 10 1959 Makam di Kotagede, Yogyakarta
Dr. Sutomo Lahir di Nganjuk, 30 7 1888 Pendiri Budi Utomo Wafat di Surabaya, 30 5 1938 Makam di Surabaya
Sutan Syahrir Lahir di Padangpanjang, 5 3 1909 Wafat di Zurich Swiss, 9 4 1966 Makam di TMP Kalibata, Jakarta
Wage Rudolf Supratman Lahir di Jakarta, 9 3 1903 Pencipta lagu Indonesia Raya Wafat di Surabaya, 17 8 1938 Makam di Surabaya
KH. Zaenal Mustofa Lahir di Singaparna, 1899 Wafat di Jakarta, 28 3 1945 Makam di Ereveld Ancol, Jakarta
KH. Zaenul Arifin Lahir di Barus, 1909 Wafat di Jakarta, 2 3 1963 Makam di TMP Kalibata, Jakarta
Tokoh-Tokoh Pergerakan Nasional
1. Dr. Sutomo Pendiri Boedi Oetomo. Lahir di Nganjuk, 30 Juli 1888, dari keluarga Raden Suwaji, seorang priyayi pegawai pangrehpraja yang berkecukupan dan berpikiran modern. Sutomo masuk STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) pada 1903.Lalu, ia bersama beberapa mahasiswa mendirikan organisasi Budi Utomo, pada 1908, yang dianggap sebagai tonggak pergerakan bangsa. Tahun 1930, Sutomo mendirikan Partai Bangsa Indonesia, dan berlanjut pada 1935 mendirikan Parindra (Partai Indonesia Raya) yang menjadi wadah perjuangannya merintis kemerdekaan.
2. KH. Samanhudi Seorang Pedagang Sekaligus Pejuang. Lahir di Lawayen, Solo pada 1868, dari keluarga pedagang. Pada 1905, ia mendirikan Sarekat Dagang Islam, organisasi nasional yang menentang Belanda dan memperjuangkan martabat pedagang pribumi. SDI kemudian berubah menjadi Sarekat Islam (SI) pada 1912, dan pada konggres tahun 1913, KH Samanhudi terpilih menjadi ketua. Terlibat dalam gejolak politik pasca-kemerdekaan dengan mendirikan organisasi Barisan Pemberontak Indonesia yang melawan Belanda NICA, dan laskar rakyat bernama Gerakan Kesatuan Alap-Alap.
3. H. Agus Salim Lahir di Sumatera, 8 Oktober 1884 dengan nama Mashudul Haq yang berarti pembela kebenaran. Ayahnya, Angku Sutan Mohammad Salim, adalah seorang kepala jaksa di Pengadilan Tinggi Riau. Sepak terjang politiknya cukup meresahkan Belanda sejak ia bergabung di koran Harian Neratja pada 1915, dan masuk organisasi Sarekat Islam. Namanya meroket diera 1946-1950, dan mendapat julukan Orang Tua Besar (The Grand Old Man).
4. Abdul Muis Sang Pahlawan Pena. Lahir di Bukit Tinggi, 3 Juli 1883, Abdul Muis adalah pejuang rakyat dengan senjata pena yang tajam menusuk tirani Belanda. Dengan pena pula ia mengobarkan semangat perlawanan dan memperjuangkan kemerdekaan. Menempuh pendidikan dokter di STOVIA, Batavia, ia memutuskan berhenti dan aktif menulis di koran De Express.Ia bergabung dengan Sarekat Islam, sebelum mendirikan Komite Bumiputera bersama tokoh pergerakan nasional lainnya untuk melawan Belanda. Ia juga menulis buku sastra berjudul Salah Asuhan.
5. RM. Suwardi Suryaningrat Pendiri Taman Siswa Lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889, lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantoro. Ia seorang aktivis pergerakan nasional dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi, salah satunya dengan mendirikan Perguruan Taman Siswa. Hari kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Semboyannya yang terkenal adalah: Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. 6. Dr Cipto Mangunkusumo Pendiri Indische Partij, Lahir di Ambarawa, 1886, adalah tokoh pendiri Indische Partij, dan dikenal sebagai Tiga Serangkai bersama Ernest Douwes Dekker dan Ki Hajar Dewantara. Cipto aktif menulis di koran De Locomotief sejak 1907. Tulisannya banyak mengkritik Belanda maupun budaya feodal para priyayi. Sebelum mendirikan Indische Partij bersama Tiga Serangkai, Cipto aktif dalam pergerakan Budi Utomo. Namun, karena perbedaan visi dan Cipto merasa Budi Utomo kurang mewakili aspirasi politiknya, maka ia mengundurkan diri dari kepengurusan dan bahkan keluar. Cipto terlibat dalam aksi Komite Bumi Putera melawan Belanda, berbuntut penangkapan terhadap Tiga Serangkai oleh pemerintah Belanda. Selama masa pembuangan, mereka tetap mengobarkan perlawanan lewat tulisan. Tokoh-tokoh pergerakan nasional
Raden Ajeng Kartini Raden ajeng kartini memperjuangkan nasib kaum wanita melalui pendidikan. Kartini mendirikan sekolah untuk wanita pribumi pada tahun 1903. Beliau juga mendirikan sekolah dirumahnya, di Rembang. Pada tahun 1904 Kartini meninggal dunia. Kumpulan-kumpulan surat-suratnya disusun dalam sebuah buku yang berjudul Habis gelap terbitlah terang
Ki hajar Dewantara Ki hajar Dewantara memiliki nama asli Raden mas Suwardi Suryaningrat . Bersama dengan Danudirja Setia Budi ( Douwes Dekker) dan Cipto Mangun Kusumo, beliau mendirikan Indische Partij. Beliau juga mendirikan Perguruan Taman Siswa. Perguruan Taman ini mengajarkan kepada siswanya sifat kebangsaan. Karena perananya yang besar dalam dunia pendidikan, Ki hajar Dewantara diberi julukan sebagai bapak Pendidikan Nasional.
Dr. Sutomo Sutomo adalah salah satu pendiri Budi Utomo. Budi Utomo adalh Organisasi pergerakan kebangsaan modern pertama kali di Indonesia yang dibentuk tanggal 20 Mei 1908. Tujuanya adalah mempertinggi derajat bangsa Indonesia dan mempertinggi keluhuran budi orang Jawa.Sutomo bercita-cita memakmurkan rakyat Indonesia. Beliau bertekad memperkceil perbedaan antar orang kaya dan miskin, serta kaum terpelajar dan rakyat biasa. Beliau merasa yakin bahwa dengan persamaan dan persaudaraan maka perjuangan akan berhasil. K.H Ahmad Dahlan Ahmad Dahlan adalah tokoh pergerakan nasional yang lama belajar pengetahuan agama di Mekkah. Beliau mendirikan Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 di Yogyakarta. Tujuan Muhammadiyah adalah mengajarkan agama islam sesuai agam islam dan Hadist.
Wahid Hasyim Wahid Hasyim adalah putra Hasyim Ashari, pelopor dan pendiri NU ( nahdatul ulama). Tujuan NU adalah memecahkan berbagai persoalan umat islam baik dalam hal agama maupun kehidupan di masyarakat. Tahun 1983, Wahid Hasyim bergabung dengan NU. Empat tahun kemudian beliau diangkat sebagai ketua NU. Perkembangan NU sebagai organisasi politik dan keagaman, tidak lepas dari perananya.
Samanhudi Samanhudi belajar agama islam si Surabaya. Untuk memperjuangkan perdagangan Indonesia, beliau mendirikan Serikat Dagang Islam ( SDI) di Solo 1911. SDI betujuan menghidupkan perekonomian para pedagang Indonesia dan membantu anggotanya yang mengalami kesulitan.