KONDISI IMPOR INDONESIA Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya yang berlimpah, dengan kondisi alam yang sesuai untuk perkembangan pertanian , namun pada perkembangannya sampai saat ini negara tidak mampu untuk mengolah sumber daya tersebut dan lebih memilih untuk mengimpor produk-produk jadi dari negara maju dan sumber pangan dari negara-negara tetangga. Seperti pada tabel impor bahan pangan yang dilakukan indonesia no Jenis pangan Diimpor dari negara Jumlah impor (ton) 1 Singkong Italia 1.78 China, malaysia 2.96 2 Garam Australia 1.004.000 India, singapura, selandia baru, jerman
741.120 3 Daging ayam Malaysia 9.0 4 Teh Vietnam 3.40 Kenya, argentina, india, cina
1.007 5 Cabe dingin Vietnam, india 6.794 6 Bawang putih Cina, taiwan 178.900 7 Bawang merah India, thailand, filipina 141.795 Dari tabel diatas terlihat bahwa tingkat impor bahan pangan yang dilakukan indonesia masih tinggi, dimana beberapa produk indonesia dianggap tidak mampu memenuhi kebutuhan komsumsi dari indonesia, indonesia cenderung melakukan ekspor untuk memenuhi suplay konsumsi masyarakat yang dari tahun ketahun semakin banyak. Misalnya pada produk singkong kita cenderung untuk mengimpor dari china, malaysia dan italia dengan jumlah 4.74 ton pada november 2014 jumlah yang cukup besar hal ini disebabkan oleh jumlah produksi singkong lokal indonesia yang hanya sebesar 2.45 ton jumlah ini dianggap amat kurang dibandingkan kebutuhan produksi yang semakin tinggi , singkong sebagaimana kita ketahui merupakan bahan baku tepung tapioka yang memiliki tingkat pemesanan yang amat tinggi bagi masyarakat. Kita dapat memungkiri bahwa dalam konteks pertanian. Indonseia memang memiliki potensi yang luar biasa dibandingkan negara luar seperti kelapa sawit, karet, kopi, buah-buahan, beras dan coklat namun kurangnya pengembangan pada sektor pertanian menyebabkan indonesia tidak mampu berdiri sendiri. Kita lihat pada sektor perkebunan kelapa sawit, indonesia merupakan negara terbesar dalam produksi kelapa sawit namun masih melakukan impor akibat dari tidak cukupnya kelapa sawit. Pada media massa, indonesia terus dihadapkan dengan pertanyaan kapan indonesia bisa mandiri., mampus sewamdaya ke luar negeri, namun persoalan tersebut tidak diiringi dengan solusi yang diperoleh. Pemerintah seakan tidak peduli dengan nasib produksi lokal ataupun strategi yang diambil untuk mengembangkan kondisi produksi indonesia tetapi lebih memilih jalan pintas dengan melakukan impor untuk mendapatkan keuntungan pribadi semata tanpa mempertimbangkan kemungkinan manfaat yang bisa diperoleh jika indonesia bisa mandiri dari ketergantungan bahan baku dari luar negeri Memang tidak bisa dipungkiri kegiatan impor sendiri memiliki banyak keuntungan bagi negara berkembang seperti indonesia seperti 1. Memenuhi kebutuhan masyarakat dalam negeri yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi indonesia 2. Pendapatan negara akan bertambah karena adanya devisa, namun harus diperhatikan dengan dibukanya pasar bebas ke indonesia, indonesia membeaskan bea cukai kepada perusaan tiongkok untuk berdagang di indonesia, negara tentu dihadapkan dengan jatuhnya ekonomi masyarakat akibat kalah bersaing dengan produsen luar negeri. 3. Mendorong berkembangnya kegiatan industri , dimana dengan banyaknya pesaing dari luar negeri mau tidak mau masyarakat harsu mau berinovasi agar tidak kalah dalam persaingan.
Alasan indonesia masih melakukan impor meskipun kaya akan sumber daya alam Negar indonesia sebagai mana kita ketahui dalam pemenuhan kebutuhan masyarakatnya tidak lepas dari kegiatan impor, sudah jelas bahwa indonesia sejak merdeka telah melakukan impor dalam pemenuhan kebutuhan dari negara tetangga seperti thailand dan Kamboja. Semuanya telah diperhitungkan matan-matang antara permintaan dan penawaranya. Begitu pula dengan perencanaan dalam mengimpor gula dan beras yang dicanangkan indonesia tahun ini. Memang negara indonesia secara geografis merupakan negara agraris yang secara geograpis cocok untuk kegiatan pertanian , namun sektor pertanian bukan menjadi prioritas pembangunan di indonesia. Indonesia cenderung berfokus pengembangan pada sektor industri. Sehingga hal tersebut menjadi penyebab indonesia masih mengimpor untuk memenuhi kebutuhannya sampai saat ini. Produk impor memang diakui memiliki harga harga yang cukup bersaing di pasaran. Hal ini bisa kita lihat dari segi harga. Produk impor memiliki harga yang jauh lebih murah dibandingkan produk lokal sehingga tidak heran jika saat ini masyarakat indonesia cenderung lebih memilih untuk membeli produk impor yang jauh lebih murah dibandingkan produk lokal yang mahal dan jarang tersedia di mapasar. Jika kita telusuri dengan cermat banyak hal yang membuat produk indonesia lemah di pasaran seperti harga yang mahal yang disebabkan jalur distribusi dalam negeri yang kurang bagus sehingga memerlukan biaya lebih untuk transfortasi, juga biaya perawatan yang mahal, tidak adanya bahan baku akibat cuaca dan juga kurangnya efisiensi peralatan yang digunakan oleh pabrik . hal tersebut menjadi kendala yang amat sulit bagi masyarakat. Kondisi impor di sumater utara Berdasarkan data data bps Nilai impor melalui Sumatera Utara di bulan february 2014 mencapai US$491,41 juta, dimana kebutuhan impor sumater utara naik sebesar 13,63 persen dibanding bulan january 2014 yang sebesar US$432,44 juta. Kondisi ini disebankan oleh kondisi alam yang tidak mendukung sejak tahun 2013 sampai 2013, sumater utara terus mengalami permasalah seperti , bencana alam dan juga gagal panen yang secara langsung mengenai aktifitas produksi dari sumut. Banyak hal yang menyebabkan sumut harus melakukan impor mulai dari bencana alam yakn i gunung sinabung yang erupsi pada pertengahan 2013 yang menyebakan banyaknya tanaman pangan yang gagal panen, gagal panen akibat erupsi ini menyebabkan wilayah kota medan yang menyuplai bahan pangan dari tanah karo harus mengalami sulitnya mencari bahan pangan seperti sayur dan buah-buahan sehingga mau tidak mau pemerintah kota medan harus menyuplai bahan pangan dari negara- negara luar.
Indonesia mengimpor barang-barang konsumsi, bahan baku dan bahan penolong serta bahan modal. Barang-barang konsumsi merupakan barang-barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seperti makanan, minuman, minuman, susu, mentega beras dan daging, sebenarnya untuk kebtutuhan seperti makanan dan minuman. Indonesia tidak memerlukan impor yang terlalu besar dikarenakan pada beberapa bahan baku indonesia masih memilki produksi yang cukup besar namun hasil produksi indonesia tidak mampu untuk menutupi besarnya konsumsi masyarakat. Pada beberapa bahan pangan indonesia masih harus melakukan impor seperti susu, daging dan mentega hal ini disebabkan indonesia cenderung tidak mengkonsumsi atau memfokuskan pada bidang peternakan. Indonesia merupakan negara dengan tingkat konsumsi daging yang rendah dimana penduduk indonesia lebih dominan dalam mengkonsumsi beras ataupun sayur. Sedangkan pada bahan baku dan bahan penolong yang merupakan barang-barang yang diperlukan untuk kegiatan industri baik bahan baku maupun bahan pendukung seperti kertas, bahan-bahan kimia, obat-obatan dan kendaraan bermotor, negara indonesia masih harus melakukan kegiatan impor dimana seperti yang kita ketahui bahwa indonesia masih minim akan teknologi yang mendukung produksi bahan baku tersebut. Seperti kendaraan bermotor indonesia masih mengimpor dari negara maju seperti jepang, amerika dan jerman. Bisa kita lihat dari tabel di atas bahwa sektor impor industri mengambil 71.7% sebagai proitas impor hal ini dikarenakan tingkat sumber daya manusia kita yang masih minim dan kurangnya teknologi indonesia untuk memproduksinya sehingga indonesia harus mengimpor dari luar negeri. indonesia memiliki Kemungkinan dengan semakin berkembangnya sumber daya manusia indonesia mampu untuk mandiri dari impor bahan industri dari luar negeri Dan juga barang-barang yang digunakan untuk modal usaha seperti mesin.suku cadang, komputer, pesawat terbang dan alat-alat berat indonesia masih bergantung dari impor luar negeri Pada produk migas indonesia mengekspor produk mentah ke luar negeri kemudian mengimpor kembali produk jadi sehingga jika kita perhatikan sesungguhnya indonesia sudah mampu untuk berdiri sendiri namun tidak mampu untuk mengolah bahan baku tersebut. Jika kita pikirkan kembali sebenarnya indonesia mampu untuk mengolahnya sehingga biaya yang dikeluarkan jauh lebih murah, padahal jika kita cermati kembali produk-produk migas diekspor dijual dengan harga murah namun diimpor dengan harga 2 x lipat dari harga semula.
Faktor Penyebab Kalahnya Produk Nasional oleh Produk Impor Ada beberapa faktor penyebab kalahnya daya saing produk nasional oleh produk impor. Salah satu indikator utama yang mempengaruhi menurunnya ekonomi di Indonesia terutama dalam produksi adalah banjirnya impor barang jadi dari Tiongkok yang tiada lain merupakan imbas dari diberlakukannya ACFTA (Asia- China Free Trade Agreement). Dimana lewat perjanjian tersebut indonesia membebaskan bea cukai dengann negara Tiongkok. Berdasarkan kasus tersebut dapat dirinci faktor penyebab kalahnya daya saing produk nasinal oleh produk impor adalah sebagai berikut : 1. Masuknya barang impor yang tidak terkendali dapat melumpuhkan kinerja sektor- sektor industri sehingga mengalami penurunan, sehingga daya saing industri nasional melemah. 2. Mahalnya bahan baku untuk produksi. Dimana untuk produksi indonesia memerlukann bahan baku dikarenakan produksi indonesia yang minim teknologi dan harga bahan baku yang diimpor cenderung mahal 3. mahalnya biaya bahan transportasi dan ongkos produksi di indonesia membuat harga untuk memproduksi tidak kompetitif dipasar lokal apalagi pada pasar internasional, hasil industri buatan indonesia saat ini nyaris hanya bisa bertahan pada pasar dalam negeri, dan itupun sudah mulai tertekan karena desakan barang yang sejenis dari Tiongkok, dimana harganya pun jauh lebih murah walaupun mutunya sulit untuk dibandingkan dengan produk lokal. Faktor harga murah merupakan strategi yang dipergunakan untuk merebut merebut konsumen pada pasar besar di indonesia dan bukan mustahil industri-industri kecil hingga industi skala besar akan gulung tikar dalam beberapa tahun kedepan oleh karena hancurnya pasar lokal yang diserbu produk import dari tiongkok 4. kurangnya mutu produk dalam negeri dibandingkan dengan produk impor Pada masyarakat timbul beberapa anggapan bahwa produk lokal memiliki kualitas yang buruk dibandingkan dengan produk impor dari luar negeri 5. Banyak komoditi dari China yang akan masuk ke Indonesia dikenai tarif masuk yang murah bahkan tidak dikenai tarif masuk sama sekali (0 persen). Dampak dari dominannya kebijakan impor di indonesia Dampak nyata dari negara yang terlalu bergantung pada kebijakan impor adalah kasus kacang kedelai pada pertengahan 2013 dimana kacang kedelai yang diimpor dari luar negeri tiba-tiba lenyap dari pasar. Kacang kedelai yang merupakan bahan baku tempe dan tahu menyebabkan banyak usaha masyarakat yang memecat karyawannya, meskipun terdapat kedelai yang berada di pasar namun dijual dengan harga yang mahal. Sehingga kebutuhan masyarat akan tahu dan tempe tidak mampu dipenuhi Kasus lenyapnya bawang merah dari pasar, bawang yang diimpor dari india tiba-tiba saja lenyap dari pasar merupakan kasus nyata dari ketergantungan kita akan impor. Ketika bahan pangan yang dimpor lenyap dari pasar. Harga bahan pangan akan jauh lebih mahal dan amat tergantung Maupun pada kasus petani jeruk lokal. Jeruk-jeruk lokal tergeser oleh produk jeruk mandirin yang berasal dari Tiongkok sehingga menyebabkan jeruk lokal yang berasal dari sumut, kalimantan dan jawa tidak laku dipasaran. Hal ini disebabkan harga jeruk Tiongkok yang jauh lebih murah dan kualitasnya jauh lebih tahan lama. Sehingga karena kondisi ini banyak petani yang mengalami kerugian karena penjualn mereka yang semakin sedikit dari hari kehari Ketergantungan indonesia akan impor sebainya dibatasi karena membuat produk dalam negeri kalah bersaing dan tidak berkembang. Bisa dilihat dari perkembangan ekonomi indonesia yang cenderung semakin lemah sehingga indonesia terus berada di garis kemiskinan. Kita memang bisa beranggapan bahwa produk lokal kalah dengan produk impor namun harus diperhatikan jika kita terus bergantung pada impor kapan indonesia akan maju. Sektor pertanian indonesia merupakan lahan subur untuk melakukan usaha jika kita perhatikan jika indonesia mampu mengolah sumber daya yang ada negara indonesia mampu menjadi negara yang maju namun pemerintah terkesan tidak terlalu peduli pada sektor ini dan hanya berfokus pada impor saja. Hal ini bisa dilihat ketika pertanian indonesia mengalami kerugian dikarena gagal panen maupun terserang hama, pemerintah terkesan tidak mau tau dan tidak memberikan bantuan semaksimal mungkin. Petani tidak diberikan bantuan ataupun insentif untuk mampu memajukan pertaniannya seperti pemberiann pupuk, tanah maupun jaminan pembelian produk mereka. ALASAN INDONESIA MENGIMPOR BERAS MESKIPUN SURPLUS Bulog mengklaim bahwa mereka mengimpor dengan tujuan mengamankan stok beras dalam negeri. Dimana bulog berargumen bahwa data produksi oleh BPS tidak bisa dijadikan pijakan sepenuhnya. Perhitungan produksi beras yang merupakan kerjasama antara bps dan kementrian pertanian masih diragukan keakuratannya, Memang dari produksi beras kita sudah surplus namun dalam beberapa tahun ini konsumsi beras masyarakat indonesia semakin tinggi sehingga untuk memenuhinya indonesia harus mengimpor beras dari thailand dan vietnam namun dalam perkembangannya kondisi impor ini digunakan untuk keuntungan pribadi.. Dimana pemerintah membeli beras yang berkualitas buruk kemudian menjualnya kepada masyarakat. Sebaikknya pemerintah mulai untuk berbenah untuk mengolah lahan pertanian dan mulai untuk memberikan bantuan kepada petani agar tidak ada lagi ketergantungan indonesia akan impor.