Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB III

IMBALAN YANG SESUAI DENGAN HARAPAN PEKERJA AKAN


MEMPOLA SEBUAH HUBUNGAN KERJA SEMETRIS



Pengantar

Dalam pertukaran sosial ada dua imbalan yang masing-masing sekutu
harapkan, yaitu imbalan material ekstrinsik dan imaterial instrinsik. Kedua
imbalan itu akan menjadikan kepuasan masing-masing sekutu, jika yang diterima
sesuai dengan yang diharapkan. Pada gilirannya kepuasan yang dirasakan oleh
masing-masing sekutu akan memunculkan sebuah pola hubungan sosial kerja
simetris. Demikian juga sebaliknya, jika kedua imbalan itu diterima kurang sesuai
dengan harapannya, maka masing-masing sekutu akan tidak puas. Ketidak
kepuasan yang dirasakan oleh masing-masing sekutu, pada gilirannya akan
membentuk pola hubungan kerja asimetris.
Umumnya ukuran imbalan material yang dapat memberikan kepuasan
pekerja, jika imbalan material yang diterima itu sesuai dengan ukuran dan aturan
perundang-undangan yang berlaku dalam suatu wilayah regional yang telah
ditetapkan oleh pemerintah. Akan tetapi adakalanya, bahwa ukuran imbalan
material yang membuat kepuasan pekerja itu tidak harus berdasar pada peraturan
atau perundang-undangan yang berlaku, melainkan juga dapat berdasar atas
pengalaman pekerja sendiri. Kata lain bahwa pekerja mempunyai rujukan sebagai
tolok ukur untuk melihat apakah imbalan material yang diterima itu sudah atau
belum memuaskan. Dasar pemikiran pekerja adalah rasional, bahwa persepsi itu
benar menurut dirinya akan tetapi belum tentu benar menurut pemikiran orang
yang lebih terdidik.
Dalam pertukaran sosial yang disebut adil bukan berarti masing-masing
sekutu mengeluarkan satu harus mendapatkan satu, akan tetapi keadilan itu
tergantung dari mana masing-masing sekutu merujuk ukuran itu, yang terpenting
BAB IV
TINGKAT UPAH KERJA

Upah adalah imbalan berupa financial yang diterima dan yang diharapkan
oleh pekerja sebagai pengganti energi atau jasa yang disumbangkan terhadap
pabrik untuk mendukung proses produksi. Upah bagi pekerja adalah segala-
galanya, karena upah untuk mencukupi segala kebutuhannya diluar pabrik. Akan
tetapi adakalanya tingkat upah yang tinggi bukan satu-satunya yang harus dikejar
oleh pekerja, dimungkinkan ada motivasi yang bersifat sosial, seperti pekerja
lebih menginginkan pekerjaan tetap, sebab pekerjaan tetap adalah suatu jaminan
akan adanya keajegan dari upah itu sendiri, atau mungkin sekali ada beberapa
alasan rasionalitas bahwa pekerja tidak hanya melakukan fungsi-fungsi yang
diembannya dalam proses produksi, tetapi berdasar pula pada daerah, kinship,
agama, dan bahkan kepentingan-kepentingan politik tertentu.
Usaha mendapatkan ganjaran dan menjahui setiap hukuman adalah
perilaku umum dari pekerja. Preposisi sukses adalah mengulang-ulang tindakan
karena tindakan itu telah mendapatkan ganjaran. Seperti juga pekerja di pabrik
cerutu PTPN X Jember, dalam usaha mendapatkan ganjaran upah kerja labih-lebih
keinginan mendapatkan uang insentif, para pekerja dalam setiap harinya
berusaha untuk selalu bersikap dan berbuat disiplin, masuk tepat waktu, taat
perintah dan tidak berbuat kesalahan dalam usaha mendapatkan segala yang
diinginkan dan berusaha menjahui kesalahan agar tidak memperoleh hukuman
dari pihak perusahaan.
Bentuk rangsangan berupa uang insentif , bagi pekerja yang berprestasi
telah disediakan oleh perusahaan. Rangsangan dari perusahaan yang berbentuk
uang insentif itu telah menimbulkan perilaku pekerja yang posistif. Demikian
pekerja telah melalui proses preposisi stimuli.
Proses preposisi nilai, tampak jelas dalam proses dimana pekerja memilih
bersikap disiplin, taat, dan patuh pada perintah atasan, kemudian memperoleh
uang insentif, dari pada harus berbuat kesalahan yang mengakibatkan terkena
hukuman. Preposisi nilai juga terjadi pada upaya pekerja untuk memilih bekerja
LATIHAN I: EJAAN, DIKSI, DAN STRUKTUR KALIMAT
oleh:
Prof. Dr. Akhmad Sofyan, M.Hum.

1. Anda diminta memperbaiki kesalahan ejaan pada kata-kata berikut.
a. ke-Jawen b. keindonesiaannya c. ke-Inggris-Inggrisan
d. ketidakpastian e. kwantitas f. suasta
g. extra kampus h. intra kurikuler i. methoda
k. pertanggungan jawab l. pasca perang m. kreatifitas
n. kreatif o. non Islam p. non profit
q. di upayakan r. di-anak tiri-kan s. bertanggungjawab
t. ke sejahteraan u. di sejajarkan v. di tepian Babillon
w. ke Selatan x. ke siapan y. mengkambinghitamkan

2. Anda diminta memperbaiki kesalahan-kesalahan pemakaian ejaan pada kalimat-
kalimat berikut.
a. Masalah ekonomi yang di hadapi negara itu menurut Anwar Nasution
cukup berat dan rumit.
b. Kalau mereka mau berunding sekaranglah saatnya. Kata Clinton kepada
para wartawan dihalaman Gedung Putih.
c. Dia telah membaca artikel yang berjudul Kampanye Politik di Indonesia
dalam surat kabar Kompas.
d. Sesuai dengan namanya, besarnya kredit ini per-nasabah berkisar dari
Rp. 500.000,- s/d Rp. 2500.000,-.
e. Pengaruh memanasnya situasi politik di Indonesia terlihat sekali pada
peristiwa jatuhnya ISHG di BEJ pada tanggal 20 Nopember 2000 sampai
pada titik 1.235, padahal pada tanggal 1 Nopember 2000 masih pada titik
1.563.
f. Kemana saja kamu selama 2 Minggu?


Lampiran 2:

Naskah Penyuntingan

Wacana-wacana berikut dicuplik dari artikel yang diterbitkan oleh berkala ilmiah yang antara
lain menyebabkannya gagal terakreditasi.
(Penyuntingan dilakukan pada lembar ini dan dilakukan dengan tangan atau dengan
fasilitas review/comment/track changes)

Pembahasan dalam artikel berjudul Strategi exit IMF (Tinjauan ekonomi dan hukum Islam)
Adapun individu sebagai negara, maka statusnya dikembalikan kepada hukum negara,
dan dalam kontek ini Negara tidak dibenarkan membuat hutang, kecuali dalam urusan yang
jika ditangguhkan akan menimbulkan kemudlaratan, kerusakan atau kemusnahan kepada
rakyat atau negara. Dalam hal ini negara dibenarkan untuk membuat pinjaman dalam rangka
menghilangkan kemudaratan, kerusakan atau kemusnahan tersebut untuk mengembalikannya,
Negara dibenarkan mengambil cukai dari orang-orang yang dipakai untuk melunasinya, atau
dilunasi oleh negara melalui sumber pendapatan yang lain.
Sedangkan dalam urusan yang tidak menyebabkan kemudlaratan, kerusakan dan
kemusnahan, maka negara tidak dibenarkan membuat pinjaman, sebaliknya wajib menunggu
sehingga terkumpul dana yang mencukupi sebagai contohnya pembiayaan untuk pakir
miskin, orang yang kehabisan bekal ditengah jalan, jihad termasuk gaji tentara, gaji pegawai
negeri maka mereka yang diantaranya wajib diberi nafkah, apakah harta itu tersedia di
Khazanah Perbendaharaan Negara atau tidak, yang jika tersedia wajib dibelanjakan dan
sekiranya tidak ada, negera dapat membuat pinjaman untuk pembiayaan yang bersangkutan
dengan segera. Selebihnya negara tidak dibenarkan membuat pinjaman membiayai proyek-
proyek infrastruktur jika negara tidak memiliki sumberdaya dana untuk itu. Dan negara tidak
boleh mewajibkan pajak hanya demi pembangunan. Jika untuk proyek ini negara tidak
diperkenankan mewajibkan pajak apalagi utang.

Вам также может понравиться