Oleh: Kelompok : I (satu) Nama : Ardinal F1D113002 Prodi : Teknik Pertambangan Aslab: Ernilawati F1C111015 Olivia Stephani F1C111040 Lenny theresia F1C111041 Magdalena F1C111053
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2014
PERBANDINGAN SENYAWA KOVALEN DAN IONIK
I. Tujuan Percobaan 1. Mengenal perbedaan antara senyawa kovalen dan ionik. 2. Mempelajari jenis ikatan dan struktur molekul yang mempengaruhi senyawa secara langsung. 3. Membandingkan sifat fisis dan kimia beberapa pasang isomer. 4. Mempersiapkan diri untuk memasuki praktikum kimia organik.
II. Teori
2.1. Ikatan kimia
Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik antar partkel - partikel yang berikatan. Atom unsur yang sangat elektropositif dapat melepaskan 1 atau 2 elektron yang terdapat pada kulit terluarnya dan atom unsur yang elektronegatif dapat menerima 1 atau 2 elektron yang dilepaskan oleh atom unsur yang elektropositif. Istilah polar kadang kadang dipergunakan sebagai pengganti istilah elektrovalen. Menurut Lagmuir, senyawa yang terbentuk karena adanya serah terima elektron pada atom atom pembentuknya disebut senyawa elektrovalen atau senyawa ionis, dan ikatan pada senyawa tersebut dinamakan ikatan elektrovalen, atau ikatan ionis. Pada suhu kamar, senyawa ionis terdapat dalam bentuk kristal yang disebut kristal ion. Kristal ion tersebut terdiri dari ion ion positif dan ion ion negatif ( Syarifuddin, 1994 ). Menurut Lewis, Langmuir, Kosel, suatu atom berikatan dengan atom atom lain dan membentuk senyawa, maka atom atom tersebut mengalami perubahan yang sedemikian rupa sehingga mempunyai konfigurasi elektron yang menyerupai konfigurasi elektron yang menyerupai elektron gas mulia ( Syarifuddin, 1994 ). Unsur yang cenderung menerima elektron atau nilai elektronegatif nya 2,0 disebut unsur elektronegatif. Unsur ini terletak pada bagian atas dan kanan blok p pada sistem periodik dan ditambah hidrogen. Kecenderungan unsur elektronegatif menerima elektron disebabkan adanya dorongan untuk mencapai kestabilan, agar elektron valensinya seperti gas mulia ( Syukri, 1999 ).
2.2. Perbedaan Senyawa ionik dan Senyawa Kovalen
Ikatan ion merupakan ikatan antara ion ion positif dan ion ion negatif, yang terjadi karena partikel yang muatannya saling berlawanan akan mengakibatkan terjadinya tarik menarik antar ion ion tersebut. Ion positif dan ion negatif akan terbentuk apabila terjadi serah terima elektron antar atom (Syarifuddin, 1994 ). Dua unsur (satu cenderung melepas elektron dan yang lain cenderung menerima), bila bersentuhan belum tentu menjadi senyawa ion, sebab bergantung pada tingkat energi sebelum dan sesudah reaksi. Senyawa ion bukanlah sederhana, tetapi merupakan molekul raksasa yang terbentuk dari ion positif dan negatif yang selang seling sedemikian rupa hingga teratur ( Syukri, 1999 ). Kecenderungan ion untuk menarik elektron lain yang muatannya berlawanan dan menolak ion yang muatannya sama mengkibatkan penataan ion tiga dimensi menjadi teratur. Tiga pengaruh utama yang dibentuk senyawa ion adalah sebagai berikut : 1. Muatan ion 2. Ukuran relatif kedua ion yang terlibat 3. Kemudahan ion tersebut untuk terdistorsi atau terpolarisasi ( Sukardjo, 1990 )
Senyawa ion yang terbentuk dari ion positif dan negatif tersusun selang seling membentuk molekul raksasa tersebut akan mempunyai sifat tertentu, yaitu: 1. Titik lebur dan titik didih, daya tarik antara ion positif dan negatif dalam senyawa ion cukup besar, satu ion berikatan dengan beberapa ion yang muatannya berlawanan. Akibatnya, titik lebur dan titik didih senyawa ion lebih tinggi. 2. Kelarutan, pada umumnya senyawa ion larut dalam pelarut polar (seperti air dan amonia), karena sebagian molekul pelarut menghadapkan kutub negatifnya ke ion positif, dan sebagian lagi menghadapkan kutub positifnya ke ion negatif, akhirnya ion ion terpisah satu sama lain ) 3. Hantaran listrik, hantaran listrik terjadi bila medium mengandung partikel bermuatan yang dapat bergerak bebas, seperti elektron dalam sebatang logam, senyawa ion berwujud padat, tidak menghantarkan listrik, karena ion posittif dan negatif terikat kuat satu sama lain. Akan tetapi cairan senyawa ion akan menghantarkan lisrik karena ion ionnya menjadi lepas dan bebas. Senyawa ion juga dapat menghantarkan listrik, bila larut dalam pelarut polar (misalnya air) karena terionisasi. 4. Kekerasan, Karena kuatnya ikatan antara ion positif dan negatif, maka senyawa ion berupa padatan keras dan berbentuk kristal, permukaan kristal itu tidak mudah digores atau digeser ( Syukri, 1999 ).
Ikatan kovalen merupakan ikatan yang terjadi antara dua atom dengan pemakaian bersama sama. Brom, karbon dioksida, Heksana, Amoia, dan etil alohol merupakan contoh dari senyawa semnyawa kovalen. Titik leleh dan titik didih senyawa kovalen cenderung lebih rendah daripada senyawa ion. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa untuk melelehkan dan manguapkan suatu zat padat maupun cairan molekul hanya membutuhkan energi secukupnya untuk mengalahkan energi gaya tarik Van der waals antar molekul (Audrey,1991). Sebagai syarat pembentukan molekul menurut teori orbital molekul adalah bahwa orbial yang terlibat dalam pembentukan ikatan harus hanya berisi satu elektron. Dua atom yang akan terikat harus mempunyai kedudukan sedemikian rupa hingga satu orbital yang terisi satu elektron mengalami overlap atau saling tindih dengan orbital yang lain. Bila hal ini terjadi, maka dua orbital bergabung untuk membentuk orbital ikatan tunggal yang ditempati oleh dua elektron. Dua buah elektron yang menempati orbital harus mempunyai arah spin yang berlawan, yaitu berpasangan. Makin besar overlap orbital orbital atom, makin kuat ikatan yang terbentuk. Ikatan inilah yang seing disebut ikatan kovalen ( Hardjono, 1987). Satu atau lebih pasangan elektron diserap oleh kedua atom. Ketika elektron elektron ini megelilingi atom atom tersebut, elektron menghabiskan waktu lebih lama diantara kedua atom itu, dibandingkan dengan tempat lainnya, sehingga menghasilkan gaya tarik. Jika proton berdekatan, akan tetapi repulsinya menjadi dominan dan molekulnya tidak stabil ( Arthur,1987 ). Menurut Petrucci, 1990. Perbedaan antara senyawa ion dan senyawa kovalen terletak pada :
Senyawa ion Senyawa kovalen Titik leleh rendah Titik leleh tinggi Larut dalam air (hanya sebagian yang larut dalam pelarut non polar Larut dalam pelarut non polar (hanya sebagian yang larut dalam air) Pada suhu kamar berupa padatan Pada suhu kamar berupa gas atau cairan Menghantar arus listrik Hanya sebagian yang dapat menghantar arus listrik Dapat terbakar dan tidak berbau Dapat terbakar dan berbau
III. Prosedur Kerja
3.1. Alat dan Bahan Alat : 1. Tabung reaksi : 10 buah 2. Rak tabung reaksi : 1 buah 3. Pipet tetes : 5 buah 4. Thermometer 100 o C : 1 buah 5. Gelas piala 100 mL : 3 buah 6. Gelas piala 150 mL : 3 buah 7. Erlenmeyer 150 mL : 2 buah 8. Batang pengaduk : 1 buah 9. Spatula : 1 buah 10. Kaca arloji : 2 buah
Bahan : 1. Aquades 2. N-heksana 3. Sikloheksan 4. N-dekana 5. O-diklorobenzen 6. P-diklorobenzen 7. N-butil alkohol 8. T-butil alkohol 9. Naftalen 10. C 10 H 8
11. P-dikorobenzen 12. C 6 H 4 Cl 2
13. NaCl 14. KI 15. MgSO 4
16. (CH 3 ) 2 CHOH
3.2.Skema Kerja
A. Perbandingan titik didih
1. Senyawa-senyawa kovalen
Cara penentuan titik leleh
- Dimasukkan serbuk dari senyawa yang akan diamati, dengan cara menekankan ujung yang ujung yang terbuka dari kapiler pada contoh - Dibalikkan kapiler dan diketukkan perlahan-lahan hingga contoh turun kedasar kapiler - Diikatkan pipa kapiler pada termometer dengan karet gelang - Disejajarkan ujung pipa kapiler dengan ujung air raksa termometer - Dipanaskan penangas air sehingga Hg dalam termometer naik sekitar 10C/s - Diaduk air selama pemanasan - Diamati suhu pada saat contoh mulai meleleh - Diamati kisaran titik leleh untuk setiap senyawa - Dibandingkan dengan titik leleh senyawa dari handbook
2. Senyawa ionik
- Dicatat titik leleh senyawa NaCl (garam dapur), KI (kalium Ionida, aditif dalam garam dapur), dan MgSO 4 (obat pencahar) Disusun radas titik leleh
Tentukan titik leleh naftalen, C 10 H 8 , p-diklorobenzena, dan C 6 H 4 Cl 2
Tabung kapiler hasil Dengan menggunakan handbook hasil
B. Perbandingan kelarutan
- Diisi isopropil alkohol, (CH 3 ) 2 CHOH, dan lima senyawa yang ada di percobaan 1 kira-kira 0,5 gram - Dimasukkan 1 mL air - Diaduk dan diamati apakah larutan tersebut larut - Diulangi dengan Carbon Tetralorida sebagai pelarut (digunakan tabung yang kering)
C. Perbandingan kelarutan
- Dibandingkan sifat fisinnya (kenampakan dan bau)
- Diteteskan masing-masing senyawa dengan menggunakan pipet tetes - Dibandingkan kekentalan
D. isomer
- dibandingkan dan dicatat bau dan wujud 0-diklorobenzena dan p- diklobenzena
6 tabung reaksi hasil n-heksana dan siklohesana hasil n-heksana , n-dekana , dan minyak bumi hasil 0-diklorobenzena dan p-diklobenzena
hasil
- dicatat bau - tentukan kelarutan dalam air dengan meneteskannya hingga tidak lebih dari 15 tetes kedalam masing-masing tabung reaksi yang mengandung 1 mL air - digoyang tabung reaksi hingga larut - ditambahkan sepotong kecil logam natrium - dituang alkohol dan natrium yang tidak bereaksi kedalam gelas piala - dibandingkan bau dietil eter dan alkohol - diteteskan eter pada sudip dan bakar dengan jalan menggunakan n-butil alkohol dan t-butil alkohol
n-butil alkohol dan t-butil alkohol hasil IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil Pengamatan A. Perbandingan titik leleh a. Senyawa kovalen Senyawa kovalen Titik leleh 0 C Titik leleh Pustaka, 0 C Naftalena, C 10 H 8 91 0 C 80.26 O C
Titik leleh yang didapatkan mendekati titik leleh pustaka, dengan arti kata percobaan sudah mendekati keakuratan.
b. Senyawa ionik Senyawa ionik Titik leleh Pustaka, 0 C Garam dapur, NaCl 801 C KI 681 C MgSO 4
1124 0 C
B. Perbandingan kelarutan Senyawa kovalen Kelarutan Air (2mL) Kabon Tetraklorida (2mL) Isopropilalkohol, (CH 3 ) 2 CHOH larut larut C 10 H 8 Tidak larut Tidak larut NaCl larut Tidak larut KI larut Tidak larut MgSO 4 larut Tidak larut
Yang menyebabkan senyawa-senyawa diatas dapat larut dalam pelarutnya adalah karena senyawa tersebut dapat terurai sempurna di dalam pelarutnya C. Senyawa karbon berantai lurus dan lingkar (cincin) Senyawa Warna Bau n-Heksana bening menyengat sikloheksana bening menyengat n-Heksana bening menyengat n-Pentana bening menyengat Minyak bumi hitam menyengat
D. Isomer Sifat fisis Senyawa Warna Bau 1-Butilalkohol Bening Menyengat 2-Butil alkohol Bening >menyengat
Senyawa 1-Butilalkohol dan senyawa 2-Butil alkohol memiliki bau yang sedikit berbeda, yang satu menyengat dan yang satu lebih menyengat.
Sifat kelarutan Senyawa Kejenuhan larutan 1-Butil alkohol Tidak jenuh 2-Butil alkohol Jenuh
Sifat kimia
Senyawa Bau Kecepatan terbakar Dietil eter Menyengat 1,03 s 1-Butil alkohol Menyengat 4,50 s 2-Butil alkohol Menyengat 3,15 s
4.2. Pembahasan a. Perbandingan titik leleh Dari hasil percobaan perbandingan titik leleh senyawa kovalen, dengan memanaskan senyawa seperti urea dan naftalena, maka didapatkan titik leleh naftalen 91 o C. Namun pada literatur titik lelehnya 80,26 0 C. Hasil percobaan yang didapatkan mendekati angka yang ditunjukkan oleh literatur, itu berarti percobaan sudah mendekati keakuratan. Titik leleh senyawa ion jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan senyawa kovalen, hal ini disebabkan oleh ikatan antara ion-ion dengan gaya elektrostatis sangat kuat dengan susunan kristal yang tertentu dan teratur. Data yang telah didapatkan dari literatur tentang titik leleh senyawa ion adalah sebagai berikut : - NaCl mencair pada kisaran suhu 801 o C sampai 804 o C - KI meleleh pada suhu 681 o C - MgSO 4 meleleh pada suhu 1124 o C
b. Perbandingan kelarutan Dari data perbandingan kelarutan antara senyawa ion dengan senyawa kovalen diperoleh bahwa NaCl, KI, MgSO 4 larut dalam pelarutnya (air) tetapi dalam senyawa karbon tetraklorida tidak larut. Hal ini menandakan bahwa senyawa-senyawa ion larut dalam pelarut polar dan sukar larut dalam karbon tetraklorida sebagai pelarut non polar. Meskipun demikian, ada juga senyawa ion yang larut dalam pelarut non polar. Untuk senyawa kovalen pada umumnya larut dalam pelarut non polar dan sedikit yang larut dalam air, misalnya isopropil alkohol yang tampak keruh pada larutan CCl 4 . Dari hasil pengamatan, naftalena tidak larut dalam air tetapi larut hanya dalam CCl 4 .
c. Senyawa karbon berantai lurus dan lingkar (cincin) n-heksana, sikloheksana,dan n-pentana memiliki warna yang bening dan berbau menyengat sedangkan minyak bumi berwarna hitam dan berbau menyengat.
d. Isomer Warna dan bau dari n-butil alcohol dan t-butil dari praktikum kami adalah bening/tidak berwarna dan baunya cukup menyengat. Sementara untuk kecepatan terbakar dari pada n-butil alcohol dan t-butil alcohol sendiri adalah 4,50 s dan 3,15 s. literature untuk hasil kecepatan terbakar belum didapatkan. Jika terjadi kesalahan dalam penghitungan kecepatan terbakar mungkin karena ketidak telitian kami dalam melakukan praktikum.
V. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah : Sifat fisika dan kimia senyawa ion dan kovalen bisa dilihat berdasarkan titik leleh dan titik leburnya, wujud senyawa, kelarutan, daya hantar listrik, kemudahan terbakar serta dengan menguji bau dari tiap-tiap senyawa. Perbedaan sifat fisik yang paling menonjol diantara senyawa kovalen dan senyawa ion biasanya ialah titik leleh dan kelarutan. Kedua perbedaan ini antara lain disebabkan oleh kekuatan ion. kekuatan ikatan di antara partikel menyebabkan perbedaan titik leleh senyawa kovalen dan senyawa ion. Ternyata pada senyawa ion larutan atau leburannya dapat menghantarkan arus listrik, mempunyai titik leleh dan titik didih yang tinggi, sangat keras dan getas, pada umumnya larut dalam pelarut polar dan tidak larut dalam pelarut non polar, sedangkan pada senyawa kovalen menunjukkan titik leleh rendah, pada suhu kamar berbentuk cairan atau gas, larut dalam pelarut non polar dan sedikit larut dalam air, sedikit menghantarkan listrik, mudah terbakar dan banyak yang berbau. Jenis ikatan kimia seperti ikatan ion dan kovalen sangat mempengaruhi sifat fisik dan sifat kimia senyawa.
5.2 Saran -Perhatikan kebersihan alat dalam setiap praktikum. -Bagi laki-laki sebaiknya tidak mencium n-heksana. -lakukan praktikum dengan benar sesuai penuntun praktikum.
Daftar Pustaka
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa Aksara Budi, Sentot. 2008. Kimia Berbasis Eksperimen 1. Solo; Platinum Kurniati, Dini, dkk. 2013. Saat-saat jelang Ujian Nasional Kimia. Bandung; Yrama Widya Purba, Michael. 2007. KIMIA. Jakarta; Erlangga Syukri, S. 1999. Kimia Dasar Jilid 1. ITB, Bandung.