Вы находитесь на странице: 1из 47

BENDAHARA

MAHIR
PAJAK
mengidentifikasipengeluaran
anggaran sesuai dengan Kode Mata
Belanja Anggaran Kegiatan/Proyek

PENJELASAN UMUM PAJAK TERKAIT DENGAN
PENGELUARAN TERSEBUT
a. PPh Pasal 21
b. PPh Pasal 22
c. PPh Pasal 23
d. PPh Pasal 4 (2)
e. PPN
f. Bea Meterai
IDENTIFIKASI
MENGHITUNG DAN
MELAPORKAN
PAJAK PENGHASILAN PPH PASAL 21
Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan PPh Pasal 21
adalah:

1. Pasal 21 Undang-undang PPh;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2010;

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008;

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 262/PMK.03/2010;

5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-
31/PJ/2009 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009

PNS yang penghasilan berasal dari
APBN/APBN

PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan tetap dan teratur setiap
bulan yang menjadi beban APBN atau APBD ditanggung oleh
Pemerintah atas beban APBN atau APBD

Syarat-syarat


PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP
BULAN

JIKA
TIDAK
BERARTI
FINAL
PPH PASAL 21
Berdasarkan PP No. 80 tahun 2010 JO KMK NOMOR 262/PMK.03/2010
PASAL 3
HONORARIUM DAN IMBALAN LAIN DENGAN NAMA APAPUN
Yg diterima oleh Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/ POLRI yg
sumber dananya berasal dari Keuangan Negara atau Keuangan
Daerah :
a. 0% PNS gol. I dan II, anggota TNI dan anggota Polri gol.
Pangkat Tamtama dan Bintara dan Pensiunannya.
b. Tarif sebesar 5% (lima persen) PNS gol. III, anggota TNI dan
anggota Polri gol. Pangkat Perwira Pertama dan
Pensiunannya.
c. Tarif sebesar 15% (lima belas persen) PNS gol. IV, anggota TNI
dan anggota Polri gol. Pangkat Perwira Menengah dan Perwira
Tinggi dan Pensiunannya.
(Dikenakan PPh Pasal 21 bersifat final)
















Tidak termasuk biaya perjalanan dinas

PMK-45/PMK.05/2007 JO
PMK07/PMK05/2008 Biaya Perjalanan
Dinas
Biaya perjalanan dinas jabatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1), terdiri :
a. uang harian, terdiri dari uang makan, uang saku, dan transport
lokal;
b. biaya transport pegawai;
c. biaya penginapan;
d. uang representatif
e. sewa kendaraan dalam kota

TIDAK DIKENAKAN PPH

Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26 (Pasal 3)
Pegawai
Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, THT,
JHT, termasuk ahli warisnya
Bukan pegawai :
Tenaga ahli
Seniman/pekerja seni, pembawa acara
Olahragawan
Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh dan moderator
Pengarang, peneliti, penerjemah
Pemberi jasa dalam segala bidang
Agen iklan
Pengawas dan pengelola proyek
Pembawa pesanan/yang menemukan langganan/perantara
Petugas penjaja barang dagangan
Petugas dinas luar asuransi
Distributor MLM, Direct Selling
Penerima Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21/26
(Pasal 3)


Peserta kegiatan
Peserta perlombaan
Peserta rapat, konferensi, sidang,
pertemuan, kunjungan kerja
Peserta/anggota kepanitiaan
Peserta pendidikan, pelatihan dan
magang
Peserta kegiatan lainnya
Penghasilan Yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
Pembayaran manfaat atau santunan asuransi
kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna dan bea
siswa
Natura/kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah
Iuran pensiun kepada dana pensiun yang telah
disahkan Menkeu, iuran THT/JHT yang dibayar
pemberi kerja
Zakat/sumbangan wajib keagamaan dari
badan/lembaga yang dibentuk/disahkan pemerintah
Bea siswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
ayat (3) huruf l UU PPh
Pasal 8 ayat (1)
PENERIMA
PENGHASILAN
Pegawai
Pegawai
Tetap
Pegawai
Tidak
Tetap
Bukan
Pegawai
Peserta
Kegiatan
Penerima
Pensiun
TARIF PPh
Ps. 17 ayat (1) huruf a UU PPh
SAMPAI DENGAN
Rp 50 JUTA
DIATAS Rp 250 JUTA
SAMPAI DENGAN
Rp 500 JUTA
5%
15%
25%
TARIF
LAPISAN PENGHASILAN
KENA PAJAK
DI ATAS Rp 50 JUTA
SAMPAI DENGAN
Rp 250 JUTA
30% DI ATAS Rp 500 JUTA
PPH PASAL 21 :
PESERTA KEGIATAN
TARIF PS. 17 DITERAPKAN ATAS :
PEMBAYARAN YANG
BERSIFAT UTUH DAN
TIDAK DAPAT
DIPECAH
JUMLAH
PENGHASILAN
BRUTO
PPh Pasal 21 :
Bukan Pegawai Atas Imbalan
Berkesinambungan
Memiliki NPWP dan Hanya Menerima
Ph Dari Pemotong Pajak Ybs serta tidak
memperoleh Ph Lain
Tidak Punya NPWP Atau Menerima
Penghasilan Dari Selain Pemotong
Pajak Yang Bersangkutan
Tarif Pasal 17 atas Jumlah Kumulatif
Penghasilan Kena Pajak
PKP adalah 50% dari Penghasilan Bruto
Dikurangi PTKP per bulan
Tarif Pasal 17 atas Jumlah Kumulatif
Penghasilan Kena Pajak
Menyerahkan fotokopi kartu NPWP dan
bagi wanita kawin menyerahkan fotokopi
NPWP suami serta fotokopi
surat nikah & KK
PKP adalah 50% dari Penghasilan Bruto
TARIF PS. 17
50% dari JUMLAH PENGHASILAN
BRUTO
X
PPh Pasal 21 :
Bukan Pegawai Atas Imbalan Tidak
Berkesinambungan
Setiap ADA TRANSAKSI
Isi Surat Setoran Pajak
NPWP Bendahara, dittd Bendahara
Non PNS : 411121 100
Honor PNS : 411121 402
JIKA MEMAKAI UANG PERSEDIAAN ATAU
NON LS Bayar Ke Bank / Kantor Pos
Sebelum Tgl. 10 Bulan Berikutnya
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 21
Setiap Bulan
Setiap Akhir Bulan
Kumpulkan bukti potong pph 21, SSP Baik
LS/Setor sendiri, rekap di daftar bukti potong
dan Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 21
Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor Pajak
Sebelum Tgl. 20 Bulan Berikutnya
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 21
Setiap Bulan
Pajak Penghasilan
PPh Psal 22
TATA CARA DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK
PENGHASILAN PASAL 22 SEHUBUNGAN DENGAN
PEMBAYARAN ATAS PENYERAHAN BARANG DAN
KEGIATAN DI BIDANG IMPOR ATAU KEGIATAN USAHA DI
BIDANG LAIN
KMK154/PMK.03/2010 dan
Per-57/PJ/2010 Jo PER-
15/PJ/2011

Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
atau PPh Pasal 22 dilakukan
sehubungan dengan pembayaran atas
pembelianbarang seperti: komputer,
meubeler, mobil dinas, ATK dan barang
lainnya oleh Pemerintah kepada Wajib
Pajak penyedia barang
Penjelasan :
BUKAN OBYEK PPH PASAL 22
Pembayaran yang dilakukan oleh pemungut pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 huruf b, huruf c
dan, huruf d, berkenaan dengan:

Pembayaran yang jumlahnya paling banyak
Rp.2.000.000,00 (dua juta rupiah) dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;

Pembayaran untuk pembelian bahan bakar minyak,
listrik, gas, pelumas, air minum/PDAM dan benda-
benda pos.

Pembayaran untuk pembelian barang sehubungan
dengan penggunaan dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS).


Pasal 2 ayat (2)
Pengertian PPh Pasal 22
Pajak Penghasilan
Sehubungan Dengan
Pembayaran atas pembelian barang
mekanisme pembayaran langsung (LS)
pembayaran yang dilakukan dengan
mekanisme uang persediaan (UP)
Bendahara pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA),
bendahara pengeluaran, dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau
pejabat penerbit Surat Perintah Membayar yang diberi delegasi oleh
KPA
Jumlah Pembayaran minimal 2 juta dan tidak terpecah-pecah
PPh Pasal 22 sebesar 1.5% dari
Pembelian (tidak termasuk PPN)
Setiap Ada Pembayaran
Isi Surat Setoran Pajak
NPWP atas nama Rekanan, tetapi dittd Bendahara
Kode Jenis Setoran : 411122 900
Lakukan Rekapitulasi, kumpulkan ssp lbr 3
Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh 22
Bayar Ke Bank / Kantor Pos hari yang sama
Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor Pajak
Sebelum Tgl. 14 Bulan Berikutnya
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 22
Setiap Bulan
Berikan SSP Lb. 1 Ke Rekanan
Kumpulkan SSP Lb. 3
PPH PASAL 23/26




Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 atau PPh
Pasal 23 adalah cara pelunasan pajak dalam tahun
berjalan melalui pemotongan pajak atas penghasilan
yang dibayarkan oleh bendahara kepada pihak lain.
Penghasilan yang dibayarkan tersebut antara lain:
Sewa dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta, royalti,
hadiah/penghargaan. dan
imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa
manajemen, jasa konsultan dan jasa lain.




PPH PASAL 23/26



Peraturan terkait pelaksanaan pemotongan
PPh Pasal 23 adalah:
Pasal 23 Undang-Undang PPh
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
244/PMK.03/2008



JENIS PPH PASAL 23

sebesar 15% (lima belas persen)
dari jumlah bruto atas:
1. dividen
2. bunga
3. royalti
4. hadiah, penghargaan, bonus

Jasa lain tersebut yang menjadi objek pemotongan
PPh Pasal 23 antara lain:
a. Jasa penilai (appraisal);
b. Jasa aktuaris;
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan
keuangan;
d. Jasa perancang (design);
e. Jasa pengeboran (drilling) di bidang penambangan
minyak dan gas bumi (migas), kecuali yang
dilakukan oleh bentuk usaha tetap (BUT);
f. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;
g. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang
penambangan selain migas;
h. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
i. Jasa penebangan hutan;
j. Jasa pengolahan limbah;
k. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)

Jasa lain tersebut yang menjadi objek pemotongan
PPh Pasal 23 antara lain:
j. Jasa pengolahan limbah;
k. Jasa penyedia tenaga kerja (outsourcing services)
l. Jasa perantara dan/atau keagenan;
m. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga , kecuali
yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI dan KPEI;
n. Jasa kustodian/pemyimpanan /penitipan, kecuali yang
dilakukan oleh KSEI;
o. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
p. Jasa mixing film;
q. Jasa sehubungan dengan software computer, termasuk
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;
r. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air,
gas, AC, dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib
Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha
konstruksi;

JENIS JASA LAIN
s. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin,
peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, alat
transportasi/kendaraan dan/atau bangunan, selain yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di
bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau
sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
t. Jasa maklon;
u. Jasa penyelidikan dan keamanan;
v. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
w. Jasa pengepakan;
x. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media
masa, media luar ruang atau media lain untuk
penyampaian informasi;
y. Jasa pembasmian hama;
z. Jasa kebersihan atau cleaning service;
aa. Jasa catering atau tata boga.
Setiap ADA TRANSASKI 23
CARA Isi Surat Setoran Pajak
NPWP atas nama Bendahara, dittd Bendahara
Kode Jenis Setoran : 411124 104
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 23
Setiap Bulan
JIKA MEMAKAI UP NON LS Bayar Ke Bank /
Kantor Pos Sebelum Tgl. 10 Bulan Berikutnya
Berikan Bukti Potong PPh 23 Ke Rekanan
Setiap Akhir Bulan
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 23
Setiap Bulan
Kumpulkan bukti potong 23 rekap di daftar bukti
potong dan Tuangkan Ke Dalam SPT Masa PPh
23
Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor Pajak
Sebelum Tgl. 20 Bulan Berikutnya
PAJAK PENGHASILAN PPH PASAL 4 AYAT 2
Pemotongan atau pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 4ayat (2) atau PPh Pasal 4 ayat (2) adalah cara
pelunasan pajak dalam tahun berjalan antara lain
melalui pemotongan atau pemungutan pajak yang
bersifat final atas penghasilan tertentu yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah
ANTARA LAIN:
1. PERSEWAAN TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
2. PENGALIHAN HAK ATAS TANAH DAN/ATAU BANGUNAN
3. JASA KONSTRUKSI

PERATURAN PAJAK PEMOTONGAN PASAL 4 AYAT
2
1. Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang PPh;
2. PP Nomor 48 Tahun 1994 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan PP Nomor 71Tahun 2008;
3. PP Nomor 29 Tahun 1996 sebagaimana telah diubah dengan
PP Nomor 5 Tahun 2002;
4. PP Nomor 51 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan
PP Nomor 40 Tahun2009;
5. Keputusan Menteri Keuangan 635/KMK.04/1994 sebagaimana
telah beberapa kalidiubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 243/PMK.03/2008;
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 394/KMK.04/1996
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 120/KMK.03/2002;
PERATURAN PAJAK PEMOTONGAN PASAL 4 AYAT
2
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor
394/KMK.04/1996 sebagaimana telah diubahdengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor
120/KMK.03/2002;
7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor
187/PMK.03/2008 sebagaimana telah diubahdengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
153/PMK.03/2009;
8. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-
227/PJ./2002.
Setiap Ada transaksi
Isi Surat Setoran Pajak
NPWP atas nama Bendahara, dittd Bendahara
Kode Jenis Setoran : 411128
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 4(2)
Setiap Bulan
Bayar Ke Bank / Kantor Pos
Sebelum Tgl. 10 Bulan Berikutnya
Buat dan Berikan Bukti Potong PPh 4 (2) Ke
Rekanan
Setiap Akhir Bulan
KEWAJIBAN ADMINISTRASI PPh 4(2)
Setiap Bulan
Lakukan Rekapitulasi, kumpulkan bukti potong
buat daftar bukti potong Tuangkan Ke Dalam SPT
Masa PPh 4 (2)
Sampaikan SPT + SSP Lb. 3 Ke Kantor Pajak
Sebelum Tgl. 20 Bulan Berikutnya
PPN
Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN
merupakan pelunasan pajak yang dikenakan atas
setiap transaksi pembelian barang atau perolehan jasa
dari pihak ketiga, misal pembelian alat tulis kantor,
pembelian seragam untuk keperluan dinas, pembelian
komputer, pembelian mesin absensi
pegawai,perolehan jasa konstruksi, perolehan jasa
pemasangan mesin absensi, perolehan jasa perawatan
AC kantor, dan perolehan jasa atas tenaga keamanan.
PPN


Aturan Pelaksanaan
UU No. 42 Tahun 2009
PMK.80/PMK.03/2008
PMK 563/KMK.03/2003


PPN dan PPn BM tidak dipungut oleh Bendaharawan
Pemerintah dalam hal :
a. pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp
1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah;
b. pembayaran untuk pembebasan tanah;
c. pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang
menurut ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan/atau dibebaskan
dari pengenaan PPN;
d. Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan
Bukan Bahan Bakar Minyak oleh PT (PERSERO)
PERTAMINA;
e. pembayaran atas rekening telepon;
f. pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan
oleh perusahaan penerbangan; atau
g. pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa
yang menurut ketentuan Perundang-undangan yang
berlaku tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
Barang Kena Pajak yang tidak dikenakan PPN

a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya;
b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
rakyat banyak;
c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi
makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat
maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering;
d. uang, emas batangan, dan surat berharga.

JENIS JASA YANG TIDAK DIKENAI PPN
a. jasa pelayanan kesehatan medis;
b. jasa pelayanan sosial;
c. jasa pengiriman surat dengan perangko;
d. jasa keuangan;
e. jasa asuransi;
f. jasa keagamaan;
g. jasa pendidikan;
h. jasa kesenian dan hiburan;
i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan;
j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan
udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri;
JASA Yang tidak dikenakan PPN
k. jasa tenaga kerja;
l. jasa perhotelan;
m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam
rangka menjalankan pemerintahan secara umum;
n. Jasa penyediaan tempat parkir;
o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang
logam;
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
q. Jasa boga atau katering


42
a. PPN yg dipungut bendahara negeri wajib disetorkan ke bank persepsi atau kantor pos paling lambat
tanggal 7 bulan berikutnya setelah masa pajak.
b. Penyetoran PPN menggunakan SSP, dibuat rangkap 5, atas nama rekanan dan dittd Bendahara
- Lembar Ke-1 untuk PKP rekanan
- Lembar Ke-2 untuk KPP Pratama melalui KPPN
- Lembar Ke-3 untuk PKP rekanan guna dilampirkan pada SPT masa PPN
- Lembar Ke-4 untuk bank persepsi atau kantor pos atau pertinggal untuk KPPN

Tata Cara Penyetoran
a. Rekanan membuat Faktur Pajak 3 rangkap (Arsip Bendahara, PKP Rekanan, Dilapor ke KPP).
b. Pada setiap lembar Faktur Pajak wajib dibubuhi cap disetor tanggal. dan dittd Bendahara.
c. Pemungutan PPN dilaporkan di KPP Pratama menggunakan SPT Masa PPN Pemungut (formulir 1107
PUT ) paling lambat akhir bulan berikutnya, dengan dilampiri SSP dan Faktur Pajak lembar ke-3.
d. Apabila dalam satu bulan tidak terdapat pemungutan/penyetoran, laporan tetap dibuat dan diisi Nihil.

Tata Cara Pelaporan
KEWAJIBAN PENYETORAN DAN
PELAPORAN
JENIS PAJAK TANGGAL
PENYETORAN
TANGGAL
PELAPORAN
PPH PASAL 21 Paling lama tanggal 10
bulan berikutnya
setelah Masa Pajak
Berakhir
Paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak
Berakhir
PPH PASAL 22 Disetor pada hari yang
sama dengan
pelaksanaan
pembayaran
Paling lama 14 hari
setelah Masa Pajak
Berakhir
PPH PASAL 23 Paling lama tanggal 10
bulan berikutnya
setelah Masa Pajak
Berakhir
Paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak
Berakhir

PASAL 4 AYAT 2 Paling lama tanggal 10
bulan berikutnya
setelah Masa Pajak
Berakhir
Paling lama 20 hari
setelah Masa Pajak
Berakhir

KEWAJIBAN PENYETORAN DAN
PELAPORAN
JENIS
PAJAK
TANGGAL PENYETORAN TANGGAL PELAPORAN
PPN a. Bendahara pengeluaran
sebagai Pemungut PPN paling
lama tanggal 7 (tujuh) bulan
berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir;


b. Pejabat Penandatangan Surat
Perintah Membayar sebagai
Pemungut PPN harus
disetor pada hari yang sama
dengan pelaksanaan pembayaran
kepada
Pengusaha Kena Pajak Rekanan
Pemerintah melalui KPPN.
berakhir.
a. Paling lama akhir
bulan berikutnya
setelah Masa Pajak
berakhir;


b. Paling lama akhir
bulan berikutnya
setelah Masa Pajak

SANKSI PERPAJAKAN
SANKSI
ADMINISTRASI
SANKSI
PIDANA
D
E
N
D
A
B
U
N
G
A
K
E
N
A
I
K
A
N

KURUNGAN
DAN
DENDA

PENJARA
DAN
DENDA
ALPA SENGAJA
6/4/2014 46
SANKSI ADMINISTRASI
DENDA
Ps. 7 UU KUP
BUNGA
Ps.8(2), 13(2), 14(3), 19(2)&(3) UU KUP
KENAIKAN
Ps. 13(3), 15(2) UU KUP
Rp 100.000








Rp 1.000.000








SPT MASA PPh
Ps.21/22/23/26
TERLAMBAT/ TIDAK
DISAMPAIKAN
SPT TAHUNAN PPh
Badan TERLAMBAT/
TIDAK DISAMPAIKAN






















2%/BULAN
maks 24 BULAN
PEMBETULAN SENDIRI
SPT
HASIL PENELITIAN SPT
AKIBAT SALAH TULIS
DAN/ATAU SALAH
HITUNG
HASIL PEMERIKSAAN
(SKPKB)
IZIN PENUNDAAN
PENYAMPAIAN SPT
IZIN MENGANGSUR
ATAU MENUNDA
PEMBAYARAN
50%
SPT TIDAK
DISAMPAIKAN
SETELAH DITEGUR
TERTULIS
100%
TIDAK MEMENUHI
KETENTUAN PSL 28 &
29 UU KUP
100%
KARENA
DITERBITKAN
SKPKBT
PAJAK YANG TIDAK/
KURANG DIBAYAR
DARI




Rp 500.000








SPT Masa PPN
Terlambat/Tidak
Disampaikan
SANKSI PIDANA
ALPA
Ps. 38 UU KUP
SENGAJA
Ps. 39 UU KUP
TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
MENYAMPAIKAN SPT:
ISINYA TIDAK BENAR
TIDAK LENGKAP
MELAMPIRKAN KETERANGAN
YANG ISINYA TIDAK BENAR
TIDAK MENDAFTARKAN DIRI,
MENYALAHGUNAKAN NPWP/NPPKP
TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
MENYAMPAIKAN SPT :
ISINYA TIDAK BENAR
TIDAK LENGKAP
MEMPERLIHATKAN PEMBUKUAN/
PENCATATAN PALSU
TIDAK MENYELENGGARAKAN
PEMBUKUAN/PENCATATAN
TIDAK MENYETORKAN PAJAK YANG
DIPUNGUT/DIPOTONG
KURUNGAN SELAMA-LAMANYA 1 TAHUN
DAN
DENDA SETINGI-TINGGINYA 2 KALI
PENJARA SELAMA-LAMANYA 6 TAHUN
DAN
DENDA SETINGI-TINGGINYA 4 KALI
MENIMBULKAN KERUGIAN
PADA PENDAPATAN NEGARA

Вам также может понравиться