Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB III

TELAAH ARTIKEL JURNAL PENELITIAN YANG


MENGGUNAKAN DESIGN KOHORT

A. Pemahaman Artikel
1. Judul :
Incidence of Metabolic Syndrome over 9 Years Follow Up; The
Importance of Sex Differences in the Role of Insulin Resistance And
Other Risk Factors
2. Penulis :
Farzad Hadaegh
(Prevention of Metabolic Disorders Research Center, Research
Institute for Endocrine Sciences, Shahib Behesti University of Medical
Sciences, Tehran,Iran)
Mitra Hasheminia
(Prevention of Metabolic Disorders Research Center, Research
Institute for Endocrine Sciences, Shahib Behesti University of Medical
Sciences, Tehran,Iran)
Mojtaba Lotfaliany
(Prevention of Metabolic Disorders Research Center, Research
Institute for Endocrine Sciences, Shahib Behesti University of Medical
Sciences, Tehran,Iran)
Reza Mohebi
(Prevention of Metabolic Disorders Research Center, Research
Institute for Endocrine Sciences, Shahib Behesti University of
Medical Sciences, Tehran,Iran)
Fereidoun Azizi
(Endocrine research center, research institute for Endocrine Sciences,
Shahib Behesti University of Medical sciences, Tehran,Iran)
Maryam Tohidi
(Prevention of Metabolic Disorders Research Center, Research
Institute for Endocrine Sciences, Shahib Behesti University of Medical
Sciences, Tehran,Iran)
3. Abstrak
Untuk mengetahui, prediktor-prediktor insiden metabolic syndrome
(MetS) pada suatu kelompok kohort yang berbasis komunitas di Asia
Barat, selama masa follow-up rata-rata 9,3 tahun, sampel sejumlah
2858 orang Iran dewasa yang non-MetS berusia 20 tahun dipelajari
pada tahap awal dan diikuti pada interval 3 tahun sealama fase
konsekutif. MetS didefinisikan dengan menggunakan cara hasil
kesepakatan bersama. Cox proportional Hazard regression digunakan
untuk menentukan variabel independen yang berhubungan dengan
insiden MetS. Secara keseluruhan, 1117 kasus MetS baru
teridentifikasi sebagai suatu insiden rate 550,9/10000 orang tahun
(95% CI: 519,5-584,2). Perbandingan insiden rate antara perempuan
dan laki-laki adalah 433,5/10000 orang tahun (95% CI: 398,8-471,2)
dan 749,2/10000 orang tahun (95% CI: 689,9-813,5). Predikor-
prediktor yang mengakibatkan pembentukan MetS yang diperbaiki
termasuk semua komponen MetS, menjadi overweight atau obese pada
kedua jenis kelamin, dan riwayat diabetes keluarga dan umur hanya
pada perempuan. Terdapat efek modifikasi jenis kelamin yang
signifikan terhadap umur (P<0,001), tekanan darah tinggi (0,026),
angka lingkar pinggang yang meningkat (P<0.001) dan kategori
obesitas (semua P0,01) pada analisa multivariat. Setelah
mempertimbangkan HOMA-IR dalam model yang digunakan, pada
kelompok perempuan, semua prediktor MetS sebagaimana yang
terdapat dalam HOMA-IR 2,23 menunjukkan resiko yang signifikan
terhadap insiden MetS [HR: 1.63 (1.16-2,28)]; akan tetapi semua
komponen MetS pada kelompok laki-laki (lingkar pinggang hanya
signifikan secara marginal), demikian pula pada quartil keempat
HOMA-IR[HR:1.50(1.03-2.17)] dan menjadi overweight
menunjukkan resiko yang signifikan. Akhirnya dengan pooled
analysis, penulis menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan
memiliki resiko lebih rendah terhadap insiden MetS daripada laki-laki
[HR:0,58(0,47-0,70)]. Pada populasi orang-orang Iran, terlihat insiden
MetS tinggi, terutama pada kelompok pria. Penemuan peneliti
mengkonfirmasi bahwa prediktor-prediktor resiko khusus sex perlu
dipertimbangkan pada tahap prevensi primer terhadap insiden MetS.

4. Pendahuluan
Konsep metabolic syndrome (MetS) sebagaimana didefinisikan
oleh cluster kelompok faktor-faktor resiko termasuk dysglycemia,
obesitas sentral, hipertensi dan dyslipidemia, berguna dalam
memprediksikan faktor-faktor resiko terhadap penyakit cardiovascular
dan diabetes.
Beberapa studi kohort telah dilakukan di United States, Eropa, dan
Asia Timur untuk mentukan insiden MetS dan kemungkinan faktor
resikonya, seperti obesitas dan kadar insulin. Akan tetapi belum ada
laporan tentang insiden MetS jangka panjang yang terpublikasi yang
berasal dari negara-negara Asia Barat dengan transisi ekonomi dan
nutrisi yang cepat yang dapat menyebabkan tingginya prevalensi faktor
resiko MetS termasuk obesitas. Lebih lanjut penulis melaporkan
bahwa 20,4% umur mempengaruhi insiden MetS (18,4% laki-laki
versus 23,1% perempuan), berdasarkan pada Adult Treatment Panel III
(ATPIII) selama kurang lebih 3 tahun masa follow-up.
Dewasa ini, beberapa studi telah menemukan bahwa perbedaan
jenis kelamin merupakan salah satu faktor resiko prediktor terjadinya
MetS, dikatakan juga bahwa level hormon sex dan keseimbangan
androgen/esterogen mungkin juga berperan penting dalam terjadinya
MetS. penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki insiden MetS dan
faktor-faktor resiko yang berhubungan dengannya secara terpisah
antara laki-laki dan perempuan pada partisipan The Tehran Lipid and
Glucose Study (TLGS) selama lebih dari 9 tahun masa follow-up.
Lebih jauh, penulis juga mempelajari apakah basal insulin dan insulin
resisten merupakan faktor-faktor penting terjadinya insiden MetS pada
masing-masing jenis kelamin.
5. Material dan Metode
a. Populasi penelitian
Secara singkat, TLGS merupakan penelitian prospektif
berskala besar, jangka panjang, berbasis komunitas yang dilakukan
pada suatu sampel yang representatif penduduk distrik no.13
Tehran, ibu kota Iran. Penelitian TLGS mempunyai 2 komponen
utama, yaitu pertama studi prevalensi secara croos-sectional
terhadap penyakit tidak menular dan faktor-faktor yang
berhubungan dengannya, diinisiasi antara bulan Maret 1999 sampai
Desember 2001(fase 1), dan kedua studi prospektif melalui suatu
follow up partisipan dalam interval 3 tahun selama 3 fase berturut-
turut ( misalnya fase 2:2002-2005, fase 3: 2005-2008, fase 4: 2008-
2011). Dari total 10368 orang yang berusia 20 tahun
berpartisipasi pada pengkajian fase satu. Setelah dieksklusi dengan
data yang hilang (n=435), prevalensi MetS pada titik awal
(n=4165), dan mereka yang berpartisipasi dalam kelompok
intervensi (n=2158), terdapat 3610 orang dewasa non-MetS dalam
kelompok kohort. Akhirnya setelah dieksklusi partisipan yang
hilang selama follow up (n=752), 2858 partisipan dilibatkan dalam
penelitian. Diantara populasi ini, kadar insulin diukur pada 1611
partisipan (laki-laki:588, perempuan:1023). Alasan utama
kurangnya kehadiran pada saat follow up, selain panggilan yang
berulang, adalah baik karena alasan personal maupun migrasi.
Proposal ini diajukan oleh research council of the research intitute
for endocrine sciences (RIES) of shahib Beheshti university of
medical sciences dan informed concern tertulis telah diperoleh dari
masing-masing subjek penelitian.
b. Pengukuran klinis, antropometri, dan laboratorium.
Subjek penelitian diwawantara secara pribadi, oleh
interviewer terlatih dengan menggunakan kuesioner pretest.
Awalnya,dikumpulkan informasi tentang data demografi,
pendidikan, status merokok, riwayat medis dan penggunaan obat-
obatan. Kemudian dilakukan pengukuran antropometri meliputi
berat badan, tinggi badan dan lingkar pinggang (WC) berdasarkan
protokol standar. Body Mass Index (BMI) dihitung dengan cara
membandingkan BB dalam Kg dibagi dengan tinggi dalam satuan
m
2
. Tekanan darah systolik dan diastolik diukr 2 kali dalam posisi
duduk pada tangan kanan dengan hasil rata-rata pengukuran
dianggap sebagai tekanan darah subjek. Sampel darah diambil
setelah subjek berpuasa malam sekitar12-14 jam, kemudian
dilakukan sentrifugal selama 30-40 menit setelah pengambilan
sampel. Semua analisa darah dilakukan di laboratorium penelitian
TLGS pada hari yang sama dengan waktu pengambilan sampel
darah.
Glukosa darah puasa diukur dengan menggunakan metode
colorimetric glucose ocsidase; inter, dan intra-assay coefficients of
variation (CV) pada titik awal dan fase follow up, kedua-duanya
kurang dari2,3%. Total cholesterol(TC) dan triglyserida (TG)
dianalisa dengan menggunakan metode enzymatic calorimetric
dengan kolesterol esterase-cholesterol oxidase dan glycerol
phosphate oxidase secara terpisah. Untuk TC dan HDL-C, intra-
dan inter-assay CVs yang diperoleh kurang dari 1,9% dan 3,0%,
secara terpisah pada semua fase. Intra dan inter-assay CVs untuk
TG kurang dari 2,1% pada titik awal dan pada pemeriksaan follow
up. Level Serum creatinin (Cr) dianalisa dengan menggunakan
kinetic colorimetric Jaffe. Intra assay dan inter assay CVs, kedua-
duanya kurang dari 3,1% baik pada titik awal maupun pada fase
follow up. Semua nalisa biokimia dilakukan dengan menggunakan
alat-alat komersial (Pars Azmoon Inc. Tehran, Iran) oleh sebuah
alat Selecta 2 auto analyzer (Vital Scientific, Spankeren, The
Netherlans). Tampilan hasil analisa dimonitor setelah setiap 25 tes
dengan menggunakan lyophilized serum controls dalam rentang
normal dan patologis dan semua sampel hanya dianalisa apabila
telah memenuhi kriteria internal qulity control. Insulin serum
selama puasa diperiksa dengan menggunakan metode
electrochemiluminescence immunoassay (ECLIA) menggunakan
Roche Diagnostic kits dan Roche/Hitachi Cobas e-411 analyzer
(GmbH, Mannheim, Germany) dengan kedua-dua intra dan inter
assay CVs yang diperoleh kurang dari 3,2%.
c. Definisi variabel dan hasil
MetS didefinisikan berdasarkan pada hasil konsensus
ilmiah tahun 2009, sebagai tiga atau lebih dari kriteria-kriteria
berikut ini: TG 150 mg/dl atau pengobatan khusus, HDL 40
mg/dl pada laki-laki dan 50 mg/dl pada perempuan atau
pengobatan khusus, tekanan darah sistolik 130 mmHg atau
tekanan darah diastolik 85 mmHg atau pengobatan khusus
glukosa plasma puasa 100 mg/dl atau pengobatan khusus dan
angka lingkar pingkar pinggang dengan menggunakan WC cut off
point 90 cm pada kedua jenis kelamin dan pada faktor resiko
terjadinya CVD membutuhkan perubahan gaya hidup. Level
insulin awal (U/mL) dibagi dalam 4 kuartil pada laki-laki 4
kuartil pada perempuan dan modelnya dibuat sebagai kategori
variabel den ga mengambil kuartil terbawah sebagai referensinya.
Pada penelitian iniestimasi GFR dihitung dengan
menggunakan rumus yang disediakan oleh The Modification of
Diet in Renal Disease (MDRD). BMI dikategorikan ke dalam 3
kelompok . kebiasaan merokok dibagi ke dalam 2 kelompok, yaitu
partisipan yang merokok dan partisipan yang tidak merokok.
pendidikan dikategorokan menjadi 3 kelompok; sekolah dasar,
diploma, dan lebih tinggi dari diploma (referensi). status
pernikahan dikategorikan menjadi lajang, menikah, dan ditinggal
mati/cerai. riwayat diabetes keluarga positif didefinisikan sebagai
memiliki sekurang-kurangnya satu orang tua atau saudara dengan
diabetes. riwayat CVD didefinisikan sebagai serangan jantung
ischemic sebelummya dan/atau CVA. pada titik awal, partisipan
dibagi ke dalam tiga kelompok aktifitas fisik berdasarkan
kuesioner standar Lipid Research Clinic.
d. Analisa Statistik
Semua P value dianalisa secara two-tailed. Peneliti menganalisa
variabel inuvariat baru kemudian analisa multivariat. peneliti
adanya multi-collinearity dengan mengkalkulasi variation inflation
factor (VIF), untuk variabel independen dalam model regresi.
analisa statistik dilakukan dengan menggunakan program SPSS.
6. Hasil :
Tabel 1 menunujukkan hasil perbandingan karakteristik antara
partisipan yang di follow up dengan partisipan yang tidak difollow up,
sebagaimana halnya laki-laki versus perempuan. partisipan perempuan
mempunyai BMI yang lebih tinggi (25,7 vs 25,2 kg/m2)dan lebih
rendah riwayat merokok (5,8 vs 8,7%) dibandingkan dengan non
pertisipan. lebih lanjut terdapat perbedaan signifikan dalam hal status
perkawinan pada partisipan vs non partisipan, ada perbedaan
signifikan antara kedua jenis kelamin berdasarkan pendidikan, aktifitas
fisik, dan status perkawinan.
Tabel 2 menunjukkan perbandingan karakteristik dasar para partisipan,
dengan dan tanpa MetS. perempuan dengan insiden MetS
menunjukkan serum kreatinin yang lebih tinggi dan riwayat keluarga
CVD yang positif daripada kelompok non-MetS.
secara keseluruhan, 1117 kasus MetS baru ( perempuan: 552, laki-laki:
565) teridentifikasi setelah suatu masa follow-up rata-rata 9,3 tahun,
yang menghasilakn insiden rate 550/10000 orang tahun(95% CI 519,5-
584,2).
Tabel 3 menunjukkan bahwa berubahnya HR pada kelompok MetS
berhubungan faktor-faktor resiko pada setiap jenis kelamin dan
keseluruha populasi dengan atau tanpa HOMA-IR. semua komponen
MetS, penambahan berat badan atau obesitas dan rtiwayat keluarga
yang positif mengalami dibetes mellitus(marginal pada laki-laki)
merupakan prediktor-prediktor yang signifikan terhadap
berkembangnya MetS pada setiap jenis kelamin dan model yang
dikumpulkan.
7. Pembahasan :
pada kohort ini, insiden MetS adalah 550,9/10000 orang tahun (95%
CI: 519,5-584,2), yang secara signifikan lebih tinggi pada pria
dibandingkan wanita. Diantara kedua jenis kelamin, semua komponen
MetS, riwayat keluarga dengan diabetes dan menjadi overweight dan
obesitas merupakan prediktor independen terhadap terjadinya insiden
MetS, akan tetapi pengaruh umur, tekan darah tinggi, angka lingkar
pinggul yang tinggi, lebih banyak terdapat pada perempuan
dibandingkan laki-laki.
data tentan g tingginya insiden MetS pada populasi Iran dapat saja
berhubungan dengan perubahan gaya hidup termasuk kebiasaan diet
dan pola aktifitas fisik, yang terjadi seringkali pada tahun-tahun
belakangan ini berkaitan dengan urbanisasi yang cepat dan pengaruh
gaya hidup barat, yang mengakibatkan peningkatan faktor-faktor
resiko terjadinya penyakit kronis.
penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan seperti pengukuran
karakteristik awal reponden hanya dilakukan sekali sehingga
kemungkinan dapat terjadi kesalahan pengelompokan potensial faktor
resiko.
Sebagai kesimpulan, selama lebih dari 9 tahun masa follow up,
insiden rate MetS pada laki-laki dan perempuan adalah 749,2/10000
orang tahun dan 433,5/10000 orang tahun secara terpisah. pada kedua
jenis kelamin, semua komponen MetS, riwayat diabetes keluarga yang
positif, bertambah berat badan dan umur pada perempuan didapatkan
sebagai prediktor independen terhadap terjadinya MetS. Lebih lanjut
kuartil tertinggi HOMA-IR dan insulin merupakan prediktor
independen terhadap timbulnya MetS. Hasil penelitian kami
mengkonfirmasi bahwa sex-spesific risk predictors harus
dipertimbangkan pada tahap prevensi primer terhadap insiden MetS
pada populasi rakyat Iran.
8. Referensi :
Referensi yang digunakan berjumlah 45 buah, terdiri dari buku dan
jurnal-jurnal terkait.

B. Kritik Artikel Laporan Penelitian
Berikut ini disampaikan kritik terhadap laporan penelitian menurut
elemen-elemen laporan penelitian tersebut di atas.
Elemen-Elemen Yang Mempengaruhi Kepercayaan Terhadap Penelitian
Gaya penulisan
Laporan penelitian ini telah ditulis dengan
menggunakan tata bahasa yang baik, ada
kesinambungan antara bagian-bagian yang ditulis,
tidak menggunakan jargon, dan pemarannya
teroganisir dengan baik.
Penulis
Penulis merupakan orang-orang yang ahli dan
berkualifikasi baik dalam bidang penelitian yang
dilakukan di mana mereka bekerja pada pusat
penelitian penyakit endokrin dan metabolik.
Judul laporan
penelitian
Judul laporan menggambarkan variabel, design
dan tujuan penelitian, hanya agak panjang, lebih
dari 15 kata sehingga sedikit membingungkan
pembaca.

Abstraks
Abstrak dituis dalam bentuk satu paragraf utuh
yang menggabungkan latar belakang, tujuan
penelitian, metode, jumlah sampel, hasil penelitian,
dan kesimpulan serta saran peneliti, akan tetapi
tidak mencantumkan teknik pemilihan sampel.
Sebaiknya pada abstrak dibuat dengan paragraf-
paragraf terpisah yang masing-masing meliputi
latar belakang, tujuan, metode (termasuk cara
pemilihan sampel), hasil, dan kesimpulan
penelitian sehingga akan lebih memudahkan dan
menarik perhatian pembaca.
Elemen-Elemen Yang Mempengaruhi Kekuatan Penelitian
Tujuan /rumusan
masalah penelitian
Tujuan dan rumusan masalah penelitian
disampaikan dengan jelas dan menggambarkan apa
yang ingin diinvestigasi dalam penelitian tersebut
yaitu apakah basal insulin dan insulin resisten
merupakan faktor-faktor resiko yang penting
terhadap terjadinya MetS pada setiap jenis
kelamin.
Konsistensi logis
Penelitian ini telah mengikuti langkah-langkah
penelitian yang dimulai dengan penentuan tujuan
penelitian, literatur review, kerangka teoritis,
pertanyaan penelitian, metodologi, analisa data,
dan hasil penelitian.
Literatur review
Literaturyang digunakan cukup baik dan mampu
mendefiniosikan setiap variabel yang dimaksud
dalam penelitian serta standar cara pengukuran
variabel penelitian serta menggambarkan topik
penelitian. penulis juga menggunakan laporan
penelitian terdahulu untuk mendukung dan mengisi
kesenjangan yang mungkin akan ditemui pada
penelitian yang sedang dilakukan.
Kerangka Teori
Kerangak teori yang digunakan pada penelitian ini
adalah homeostasis model assessment (HOMA)-
insulin resistence (IR) dengan rumus (Fasting
Insulin Level (U/mL) x (Fasting Plasma Glucose
(mmol/L)/22,5.
Tujuan
umum/tujuan
khusus/pertanyaan
penelitian/hipotesa
penelitian

Вам также может понравиться