Вы находитесь на странице: 1из 20

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BAITURRAHMA
Jl. Raya By Pass Km. 15 Aia Pacah Padang Telp. (0751)463069 Fax. (0751)463068

HASIL DISKUSI KELOMPOK I
AGAMA ISLAM
AKIDAH ISLAM





DOSEN
IBU ULFATMI
JEM KHAIRIL

KELOMPOK I : ANISA GUSELDA
KHUMAIRA AL KARIMAH
INDAH FADILAH SARI
SHINTA KARTIKA
KENNY SAMITRA
ANDRI DAERSON

AKIDAH ISLAM
Pendahuluan
Pendidikan akidah merupakan asas kepada pembinaan Islam pada diri seseorang. Ia
merupakan inti kepada amalan Islam seseorang. Seseorang yang tidak memiliki akidah
menyebabkan amalannya tidak mendapat pengiktirafan oleh Allah swt. Ayat-ayat yang
terawal yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi Muhammad saw di Makkah menjurus
kepada pembinaan akidah. Dengan asas pendidikan dan penghayatan akidah yang kuat dan
jelas maka Nabi Muhammad saw telah berjaya melahirkan sahabat-sahabat yang mempunyai
daya tahan yang kental dalam mempertahan dan mengembangkan Islam ke seluruh dunia.
Bilal bin Rabah tidak berganjak imannya walaupun diseksa dan ditindih dengan batu besar di
tengah padang pasir yang panas terik. Demikian juga keluarga Amar bin Yasir tetap teguh
iman mereka walau berhadapan dengan ancaman maut. Dari sini kita nampak dengan jelas
bahawa pendidikan akidah amat penting dalam jiwa setiap insan muslim agar mereka dapat
mempertahan iman dan agama Islam lebih-lebih lagi di zaman globalisasi yang penuh dengan
cabaran dalam segenap penjuru terutamanya internet dan teknologi maklumat yang
berkembang dengan begitu pesat sekali.
A. Pengeritan Aqidah

a. Pengertian Aqidah secara bahasa (etimology)
Kata aqidah diambil dari kata dasar al-aqd yaitu al-Rabith (ikatan), al-Ibram (pengesahan), al-Ahkam
(penguatan), al-Tawuts (menjadi kokoh, kuat), al-syadd bi quwwah (pengikatan dengan kuat), dan al-
Itsbat (penetapan).

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang
pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan.
Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul. Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-
id.

b. Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)
Aqidah menurut istilah adalah perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram
karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh
keraguan dan kebimbangan.
Pengertian aqidah menurut hasan al-Banna
"Aqa'id bentuk jamak rai aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh
hati, mendatangkan kekntentraman jiwa yang tidak bercampur sedikit dengan keraguan-raguan". [2]

Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy:
"Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan
akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini
keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan
kebenaran itu.
Untuk lebih memahami definisi diatas kita perlu mengemukakan beberapa catatan tambahan
sebagai berikut:
1. Ilmu terbagi dua:
Pertama ilmu dharuri yaitu Ilmu yang dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan dalil.
Misalnya apabila kita melihat tali di hadapan mata, kita tidak memerlukan lagi dalil atau bukti bahwa
benda itu ada.
Kedua adalah ilmu nazhari yaitu. Ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian.
Misalnya ketiga sisi segitiga sama sisi mempunyai panjang yang sama, memerlukan dalil bagi orang-
orang yang belum mengetahui teori itu. Di antara ilmu nazhari itu, ada hal-hal yang karena sudah
sangat umum dan terkenal tidak memerlukan lagi dalil. Misalnya kalau sebuah roti dipotong
sepertiganya maka yang du pertiganya tentu lebih banyak dari sepertiga, hal itu tentu sudah
diketahui oleh umum bahkan anak kecil sekalipun. Hal seperti ini disebut badihiyah. Jadi badihiyah
adalah segala sesuatu yang kebenarannya perlu dalil pemuktian, tetapi karena sudah sangat umum
dan mendarah daging maka kebenaran itu tidak lagi perlu pembuktian.

2. Setiap manusia memiliki fitrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera untuk mencari kebenaran,
akal untuk menguji kebenaran dan memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman menentukan mana
yang benar dan mana yang tidak. Tentang Tuhan, musalnya, setiap manusia memiliki fitrah
bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa membuktikan adanya Tuhan, tetapi hanya wahyulah yang
menunjukkan kepadanya siapa Tuhan yang sebenarnya.

3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum seseorang sampai ke
tingkat yakin dia akan mengalami beberapa tahap.

Pertama: Syak. Yaitu sama kuat antara membenarkan sesuatu atau menolaknya.
Kedua: Zhan. Salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya karena ada dalil yang menguatkannya.

Ketiga: Ghalabatu al-Zhan: cenderung labih menguatkan salah satu karena sudah meyakini dalil
kebenarannya. Keyakinan yang sudah sampai ke tingkat ilmu inilah yang disebut dengan aqidah.

4. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya lahirnya seseorang bisa saja pura-pura
meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketenangan jiwa, karena dia harus
melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya.

5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu. Artinya seseorang tidak akan bisa meyakini sekaligus dua hal
yang bertentangan.

6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahaman terhadap dalil.
Misalnya:

- Seseorang akan meyakini adanya negara Sudan bila dia mendapat informasi tentang Negara
tersebut dari seseorang yang dikenal tidak pernah bohong.

- Keyakinan itu akan bertambah apabila dia mendapatkan informasi yang sama dari beberapa orang
lain, namun tidak tertutup kemungkinan dia akan meragukan kebenaran informasi itu apabila ada
syubhat (dalil-dalil yang menolak informasi tersebut).

- Bila dia menyaksikan foto Sudan, bertambahlah keyakinannya, sehingga kemungkinan untuk ragu
semakin kecil.

- Apabila dia pergi menyaksikan sendiri negeri tersebut keyakinanya semakin bertambah, dan segala
keraguannya akan hilang, bahkan dia tidak mungkin ragu lagi, serta tidak akan mengubah
pendiriannya sekalipun semua orang menolaknya.

- Apabila dia jalan-jalan di negeri Sudan tersebut dan memperhatikan situasi kondisinya
bertambahlah pengalaman dan pengetahuanya tentang negeri yang diyakininya itu. [4]

Dalam pengertian lain aqidah berarti pemikiran menyeluruh tentang alam, manusia, dan kehidupan,
dan tentang apa-apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia, serta hubungan kehidupan
dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia.
Pemikiran menyeluruh inilah yang dapat menguraikan uqdah al-kubra (permasalahan besar) pada
diri manusia, yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan; siapa yang menciptakan alam semesta dari
ketiadaannya? Untuk apa semua itu diciptakan? Dan ke mana semua itu akan kembali (berakhir)? [5]


B. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah
Menurut Hasan al-Banna sistematika ruang lingkup pembahasan aqidah adalah:
1. Ilahiyat
Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Ilahi seperti wujud
Allah dan sifat-sifat Allah, ad'al Alah dan lain-lain
2. Nubuwat
Yaitu pembahasan tentang segala seuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul, termasuk
pembahasan tentang Kitab-Kitab Alah, mu'jizat, dan lain sebagainya.

3. Ruhaniyat
Yaitu pembahsasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperti
malaikat, Jin, Iblis, Syaitan, Roh dan lain sebagainya.

4. Sam'iyyat
Yaitu pembahahasan tentang segaa sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sam'I (dalil naqli berupa
Al-Quran dan Sunnah) seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga neraka
dan lainnya.
C. Aqidah Islamiyah
Aqidah Islamiyah telah memcahkan uqdah al-kubra (perkara besar) pada manusia. Aqidah Islam
juga memberikan jawaban aras pertanyaan-pertanyaan manusia, sebab Islam telah menjelaskan
bahwa alam semesta, manusia, dan kehidupan adalah ciptaan (makhluk) bagi pencipta (al-Kahliq)
yaitu Allah swt, dan bahwasannya setelah kehidupan ini akan ada hari kiamat. Hubungan antara
kahidupan dunia dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah ketundukan manusia
terhadap printah-perintah Allah dan laranga-laranganNya sedangkan hubungan antara kehidupan
dunia dengan apa yang ada sesudah kehidupan dunia adalah adanya Hari Kiamat, yang di dalamnya
terdapat pahala dan siksa, serta surga dan neraka. Al-Quran telah menetapkan rukun-rukun aqidah
ini.


"Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula
orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya
dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", (al-Baqarah, 285)


Didalam hadits yang panjang, Jibril as pernah bertanya kepada rasulullah saw, Beritahukanlah
kepadaku tentang iman! Lalu Rasul saw menjawab, Iman itu adlah percaya kepada (adanya) Allah,
malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan percaya kepadaal-qadr (takdir), baik dan
buruknya berasal dari Allah swt. Jibril berkata, Engkau benar (HR. Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud
dan al-Nasai).
Aqidah Islam mempunyai kekhususan-kekhususan diantaranya adalah:

1. Aqidah Islam dibangun berlandaskan akal. Selama kita beriman kepada Allah, al-quran, dan
kepada kenabian Mihammad saw dengan jalan akal, maka wajib bagi kita mengimani segala hal yang
diberitakan al-Quran kepada kita. Sama saja apakah yang diberitakan itu dapat dijabgkau oleh akal
dan panca indera manusia, atau berupa perkara-perkara ghaib yang sama sekali tidak dapat
dijangkau oleh [anca indera manusia seperti hari akhir, malaikat, dan perkara-perkara ghaib lainnya.

2. Aqidah Islam sesuai dengan fitrah manusia. Beragama (al-tadayun) merupakan hal yang fitri pada
diri manusia. Perwujudan dari naluri beragama ini adalah kenyatan bahwa dirinya penuh kelemahan,
kekurangan, dan serva membutuhkan terhadap sesuatu yang lain. Kemudian aqidah Islan hadir
untuk memberikan pemenuhan terjadap naluri beragama yang ada pada diri manusia, dan
membimbing mausia untuk mendapatkan kebenaran akan adanya Pencipta Yang Maha Kuasa.
Dimana, semua makhluk yang ada, keberadaanNya sendiri tidak berhantung pada siapapun.

3. Aqidah Islam komprehensif (menyeluruh). Aqidah Islam telah menjawab seluruh pertanyaan
manusia tentang alam semesta, manusia, kehidupan, dan menetapkan bahwa semuanya itu adalah
makhluk. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa sebelum kehidupan dunia ada Allah swt, sedangakn
setelah kehidupan dunia adakan ada hari kiamat. Aqidah Islam juga menetapkan bahwa hubungan
antara kehidupan dunia dengan apa yang ada sebelum kehidupan dunia adalah keterikatan manusia
dengan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah swt. Sedangakn hubungan antara kehidupan
dunia ini dengan kehidupan sesudahnya adalah perhitungan, surga dan neraka.

Aqidah mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Diantaranya;

1. Aqidah Islam telah memuaskan akal dan memberikan ketenangan pada jiwa manusia. Sebab,
aqidah Islam telah menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban yang memuaskan dan shahih.

2. Aqidah Islam telah menciptakan keteguhan dan keberanian pada diri seorang muslim. Sesuai
dengan sabda Rasulullah saw yang berbunyi:



Tidaklah mati seseorang sampai ditetapkan ajalnya, rezekinya dan apa-apa yang menjadi takdirnya..

3. Aqidah Islam akan membentuk ketakwaan pada diri seorang muslim. Setelah seorang muslim
menyadari hubungannya dengan Allah, dan bahwa Allah swt akan menghisab semua pernuatannya
pada hari kiamat, maka ia akan menghindarkan diri dari perbuatan yang diharamkan serta
melakukan perbuatan baik dan yang dihalalkan. Sebab, ia telah meyakini bahwa hari perhitungan
pasti akan datang.
Aqidah juga mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup bermasyarakat, yaitu:

1. Masyarakat akan beriman kepada Rabb Yang Esa, agama yang satu serta tunduk pada aturan yang
satu.
2. Akan mewujudkan masyarakat yang saling melengkapi, saling menjamin seperti halnya satu
tubuh, satu-kesatuan pemikiran dan perasaan. Rasulullah saw bersabda:

Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal persahabatan dan kasih saying adalah
ibarat satu utbuh. Bila salah satu anggota tubuh terserang sakit, maka seluruh anggota tubuh yang
lain akan ikut terserang demam dan susah tidur.

3. akan tercipta ikatan ideologis yang kaut serta diantara individu-individu anggota masyarakat,
yakni ikatan ukhwah Islamiyah.

2.0 Matlamat dan Objektif Pendidikan Akidah
2.1 Mengakui keesaan Allah swt
Matlamat utama pendidikan akidah Islam ialah mendidik manusia supaya mengakui keesaan
dan ketunggalan Allah swt sebagai tuhan yang wajib disembah. Tiada sekutu bagiNya. Ini
dijelakan oleh Allah swt dalam firmanNya yang bermaksud :

"Katakanlah (wahai Muhammad) Dia ialah Allah Yang Maha Esa. Allah menjadi tumpuan
sekelian makhluk untuk memohon sebarang hajat. Ia tiada beranak dan tidak diperanakkan.
Dan tidak ada sesiapa yang setara denganNya"
(al-Ikhlas : 1-4)
Ayat di atas mendidik manusia supaya mengaku keesaan dan kekuasaan Allah swt. Ayat ini
diturunkan di Makkah di awal perkembangan Islam. Oleh kerana akidah merupakan asas
kepada kekuatan dan pembinaan Islam sebagai al-Din maka wahyu-wahyu yang terawal yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw menjurus kepada pendidikan Akidah bagi menanam
keyakinan yang teguh dalam jiwa manusiatentang keesaan Allah swt.
2.2 Melahirkan manusia yang patuh dan tunduk kepada Allah swt .Pendidikan akidah juga
penting untuk mendidik manusia supaya patuh dan tunduk kepada kebesaran dan keagongan
Allah swt.

2.3 Membentuk keperibadian insan
Sebagaimana acuan dapat membentuk dan mencorakkan air kandungannya maka
demikianlah akidah dapat membentuk dan mendidik orang yang mengambilnya menepati
dengan hakikat dan tabiat kemanusiaan yang tulen dan asli seperti yang dikehendaki oleh
penciptanya. Pendidikan akidah dapat membentuk sifat-sifat nalurinya, akal fikirannya,
iradahnya dan perasaannya. Ringkasnya pendidikan akidah bermatlamat untuk membentuk
nilai akhlak dan keperibadian seseorang insan yang akan mencorakkan suluk amali atau gerak
laku amal perbuatan selaras dengan peranan dan tanggungjawab manusia sebagai khalifah
Allah swt di muka bumi ini. Menurut Mohd Sulaiman Yasin (1987), Akidah Islam ialah
akidah yang bersumberkan ketuhanan (akidah Rabbaniyyah) yang tetap, syumul, menyeluruh
dan fitrah. Tabiat akidah yang demikian ialah akidah yang kukuh dan teguh. Hanya akidah
yang teguh sahaja dapat membentuk manusia yang teguh dan kukuh. Kekukuhan dan
keteguhan akidah ialah kerana kekukuhan dan keteguhan ciri-ciri yang menjadi kandungan
akidah itu, yang merangkumi segala hakikat iaitu hakikat ketuhanan, hakikat alma semesta
dan hakikat kemanusiaan serta nilai-nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan. Kekukuhan
akidah inilah yang akhirnya menjadi sumber kekuatan Islam. Itulah hakikat kekuatan umat
Islam, kekuatan jiwa dan rohani serta peribadinya yang menjadi asas kepada kekuatan
jasmaninya. Di dalam sejarah kegemilangan umat Islam yang silam kita mendapati bahawa
umat Islam di masa itu telah dibentuk dan dididik oleh akidah yang akhirnya melahirkan
kekuatan yang sungguh kental dan luar biasa. Kita lihat sahaja kepada Bilal, bahawa akidah
telah memberikan kekuatan kepadanya. Abdul Rahman bin Auf dan Osman bin Affan
sanggup membelanjakan hartanya kerana mempertahankan Islam sehingga tiada apa lagi
yang dimiliki melainkan Allah swt dan Rasul. Ali bin Abi Talib sanggup mempertaruhkan
nyawanya kerana Rasulullah saw dan banyak lagi contoh-contoh yang ditunjukkan oleh para
sahabat Rasulullah saw hasil dari pendidikan akidah yang mantap.
2.0 Definisi Akidah
Perkataan akidah berasal dari perkataan bahasa Arab iaitu "aqada yang bererti ikatan atau
simpulan. Perkataan ini juga digunakan pada sesuatu yang maknawi seperti akad nikah dan
akad jual beli. Dari ikatan atau simpulan yang maknawi ini maka lahirlah akidah iaitu ikatan
atau simpulan khusus dalam kepercayaan. Sementara dari segi istilah, akidah bermaksud
kepercayaan yang terikat erat dan tersimpul kuat dalam jiwa seseorang sehingga tidak
mungkin tercerai atau terurai. Akidah menurut istilah syara" pula bermaksud kepercayaan
atau keimanan kepada hakikat-hakikat atau nilai-nilai yang mutlak, yang tetap dan kekal,
yang pasti dan hakiki, yang kudus dan suci seperti yang diwajibkan oleh syara" iaitu beriman
kepada Allah swt, rukun-rukun Iman, rukun-rukun Islam dan perkara-perkara ghaibiyyat.
3.2 Hakikat Iman
Dalam menjelaskan definisi akidah ada disebut perkataan kepercayaan atau keimanan. Ini
disebabkan Iman merupakan unsur utama kepada akidah. Iman ialah perkataan Arab yang
bererti percaya yang merangkumi ikrar (pengakuan) dengan lidah, membenarkan dengan hati
dan mempraktikkan dengan perbuatan. Ini adalah berdasarkan sebuah hadis yang bermaksud
: "Iman itu ialah mengaku dengan lidah, membenarkan di dalam hati dan beramal dengan
anggota".
(al-Hadis)
Walaupun iman itu merupakan peranan hati yang tidak diketahui oleh orang lain selain dari
dirinya sendiri dan Allah swt namun dapat diketahui oleh orang melalui bukti-bukti amalan.
Iman tidak pernah berkompromi atau bersekongkol dengan kejahatan dan maksiat.
Sebaliknya iman yang mantap di dada merupakan pendorong ke arah kerja-kerja yang sesuai
dan secucuk dengan kehendak dan tuntutan iman itu sendiri.
Firman Allah swt yang bermaksud:
"Sesungguhnya orang-orang mukmin yang beriman kepada Allah swt dan RasulNya
kemudian mereka tidak ragu-ragu".
(al-Hujurat : 15)
Firman Allah swt lagi yang bermaksud:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu apabila disebut nama Allah swt maka terasa
gerunlah hati mereka dan apabila dibaca kepada mereka ayat-ayat Allah swt, bertambahlah
iman mereka dan kepada tuhan sahaja mereka bertawakkal. Mereka mendirikan solat,
membelanjakan daripada apa yang kami beri rezki kepada mereka. Mereka itulah orang-
orang yang beriman dengan sebenar-benarnya".
(al-Anfal : 2-4)
Perkara yang menjadi asas atau pokok keimanan dalam Islam juga dikenali sebagai rukun-
rukun Iman iaitu sebanyak enam perkara :
Pertama : Beriman kepada Allah swt.
Kedua : Beriman kepada Malaikat.
Ketiga : Beriman kepada kitab-kitab.
Keempat : Beriman kepada Rasul-Rasul.
Kelima : Beriman kepada Hari Kiamat.
Keenam : Beriman kepada Qada" dan Qadar.

Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah saw dalam hadisnya yang bermaksud :
"Iman itu bahawa kamu mempercayai kepada Allah swt, malaikatNya, kitab-kitabNya, para
RasulNya, hari kumudian dan kamu beriman kepada takdir baik dan buruknya".
(Riwayat Muslim)

3.3 Hubungan Iman dan Islam
Iman dengan makna tasdiq juga dinamakan akidah di mana rahsianya tidak diketahui
sesiapa melainkan orang berkenaan dan Allah swt. Namun demikian manusia mempunyai
sifat-sifat lahiriah yang dapat dilihat melalui tingkah laku manusia sama ada melalui
percakapan atau perbuatan. Inilah yang menjadi ukuran keimanan seseorang. Adapun segala
yang tersirat di dalam hatinya terserah kepada Allah swt. Iman yang melahirkan penyerahan
diri kepada Allah itu juga disebut sebagai Islam. Ini bermaksud seseorang yang beriman
hendaklah menyerah diri kepada Allah swt dengan menerima segala hukum dan syariat yang
diturunkan Ilahi. Penyerahan dan penerimaan ini berlaku dengan dua perkara iaitu
(i) dengan kepercayaan dan pegangan hati yang dinamakan Iman (akidah) dan
(ii) melalui sifat-sifat lahiriah iaitu melalui perkataan dan perbuatan (amalan) dinamakan
Islam. Nabi Muhammad saw telah juga menunjukkan penggunaan kalimah Iman dalam
pengertian amal sebagaimana sabdanya yang bermaksud : "Iman terbahagi lebih enam puluh
bahagian, yang paling tinggi ialah mengucap kalimah "Lailahaillallah" dan yang paling
rendah ialah membunag benda-benda yang boleh menyakitkan orang di jalan".
(Riwayat Muslim)
Oleh yang demikian jelas di sini Iman dan Islam mempunyai hubungan yang rapat
dan tidak mungkin dipisahkan. Islam umpama pohon sementara Iman umpama akar
sesepohon kayu. Kesuburan dan kekuatan akar pokok tersebut dapat dilihat dengan kesuburan
pokok pada daun, ranting dan dahannya. Dalam menjelaskan tentang hubungan Iman dan
Islam ini kita petik sebuah hadis sabda Nabi saw kepada rombongan Abdul Qias yang
bermaksud
"Aku menyuruh kamu beriman kepada Allah swt yang Maha Esa. Apakah kamu
mengerti apa dia yang dikatakan beriman kepada Allah swt yang Maha Esa ". Iaitu
penyaksian bahawa tiada tuhan yang disembah melainkan Allah swt yang Maha Esa, tiada
sekutu baginya, mendirikan sembahyang, mengeluarkan zakat dan menunaikan satu perlima
daripada harta rampasan perang".
(Muttafaqun "alaih)
Hadis di atas menjelaskan betapa adanya hubungan yang erat di antara iman dan
Islam di mana Islam itu menjadi salah satu daripada perinsip Iman dan Iman pula dilahirkan
melalui Islam secara amali, dengan iqrar syahadah dan melaksanakan hukum syariat dalam
segala amalan. Sekiranya berlaku iqrar syahadah dan menunaikan fardhu sedangkan hatinya
tidak yakin atau tidak percaya serta ragu-ragu terhadap hukum hakam Allah swt maka
seseorang itu dihukum tidak beriman walaupun masih dinamakan Islam sebagaimana yang
berlaku kepada sesetengah orang-orang Badwi di zaman Rasulullah saw.
Firman Allah swt yang bermaksud
"Orang Arab berkata : Kami telah beriman. Katakanlah (wahai Muhammad) : Kamu
belum beriman (janganlah berkata demikian, tetapi sementara Iman belum lagi meresap
masuk ke dalam hati kamu) berkatalah sahaja : Kami telah Islam". (al-Hujurat : 14)
Kesimpulannya Iman itu melambangkan sesuatu yang batin sementara Islam
melambangkan sesuatu yang zahir. Oleh itu iman dan Islam tidak boleh dipisahkan. Islam
umpama pokok sementara Iman umpama akar. Ibadat solat merupakan batang kepada pokok
itu sementara beriman kepada Allah swt merupakan akar tunjangnya di mana ia menjadi teras
keimanan seseorang. Pemisahan Iman dan Islam samalah kita memisahkan pokok dari
akarnya.
3.4 Konsep Ihsan dan Hubungannya dengan Iman dan Islam
Ihsan bermaksud bekerja dengan baik dan tekun. Dari segi syara" bermaksud mengelokkan
perbuatan zahir dengan ibadat dan mengelokkan perbuatan batin dengan ikhlas. Menurut
kamus bahasa, Ihsan bermaksud membuat sesuatu yang baik. Al-quran menerangkan dengan
meluas ciri-ciri Ihsan dan mereka yang bersifat muhsinin (berbuat kebaikan).
Antaranya firman Allah swt yang bermaksud :
"Jika kamu berbuat kebaikan, maka faedah kebaikan yang kamu lakukan ialah untuk diri
kamu dan jika kamu berbuat kejahatan maka (kesannya yang buruk) berbalik kepada diri
kamu juga".
(al-Isra" : 7)
Kedudukan Ihsan adalah tinggi di sisi Islam dalam konteks melengkapkan ciri-ciri keimanan
dan keislaman individu dan masyarakat Islam seluruhnya. Al-Quran menerangkan bahawa
Ihsan wajib menjadi tabiat manusia. Allah swt telah memberi ni"mat kepada manusia dengan
IhsanNya, maka manusia perlu Ihsan dengan ni"mat ini kepada makhluk.
Firman allah swt yang bermaksud :
"Dan berbuat baiklah (kepada hamba-hamba Allah swt) sebagaimana Allah swt berbuat baik
kepadamu (dengan pemberian ni"matNya yang melimpah-limpah". (al-Qasas : 77)
Seseorang yang melakukan Ihsan akan merasa tenang yang tidak dapat dirasakan oleh
orang lain dan orang yang menerima Ihsan itu sendiri merasa senang. Kasih sayang kepada
pelaku Ihsan akan memberi kebahagiaan jiwa. Mereka yang membuat keburukan tidak akan
mendapat ketenangan hidup. Oleh itu Allah swt telah memberi galakan supaya berbuat Ihsan
sebagaimana firmanNya yang bermaksud :
"Sesungguhnya Allah swt menyuruh kamu berlaku adil, dan berbuat ihsan (kebaikan), serta
memberi bantuan kepada kaum karabat dan melarang daripada melakukan perbuatan-
perbuatan keji dan mungkar serta zalim".
(al-Nahl : 90)
Al-Quran mengangkat martabat Ihsan dengan begitu tinggi lebih-lebih lagi jika turut
disertakan dengan ikhlas kepada Allah swt dan kedua-dua ini dianggap sebagai sifat yang
paling tinggi dan mulia yang patut ada pada diri setiap muslim. Kesimpulannya kalau Iman
itu umpama akar, Islam umpama pokok maka Ihsan pula umpama buah yang baik.
Demikianlah hubungan di antara Iman, Islam dan Ihsan.
3.5 Peringkat-peringkat Iman
Iman itu boleh bertambah dan berkurang. Malah Iman seseorang boleh dihinggapi penyakit.
Ada Iman sentiasa bertambah iaitu Iman para Nabi dan Rasul. Ada Iman yang tidak
bertambah atau berkurang iaitu Iman para Malaikat. Ada Iman yang kadang-kadang
bertambah dan ada ketikanya menurun iaitu Iman kebanyakan orang mukmin. Terdapat juga
jenis Iman yang jarang-jarang bertambah tetapi banyak menurun iaitu Iman orang-orang yang
fasik lagi jahat.
Iman terbahagi kepada lima peringkat:
Iman Taqlid iaitu Iman ikutan. Orang yang beriman secara taqlid beramal semata-
mata mengikut orang lain. Iman jenis ini merbahaya dan terdedah kepada kesesatan.
Iman Ilmu iaitu Iman yang berdasarkan semata-mata kepada ilmu dan fikiran semata-
mata dan ia tidak terpahat di dalam hati. Iman pada tahap ini juga terdedah kepada
bahaya dan penyelewengan.
Iman A'yan iaitu Iman yang dapat dihayati sehingga ke lubuk hati. Iman pada tahap
ini dimiliki oleh orang-orang soleh. Seseorang yang beriman pada tahap ini
amalannya bertolak dari hati yang ikhlas untuk mencari keredhaan Allah swt. Iman
kita juga sekurang-kurangnya berada pada tahap ini.
Iman Hak iaitu Iman yang hakiki yang terlepas dari godaan nafsu dan syaitan. Iman
pada tahap ini dimiliki oleh golongan muqarrabin. Iman Hakikat iaitu Iman peringkat
yang paling tinggi yang boleh dicapai oleh manusia. Mereka yang memiliki Iman
pada tahap ini hidup semata-mata untuk Allah swt.
3.6 Rukun Iman
Perkara yang menjadi asas atau pokok keimanan dalam Islam dikenali sebagai rukun-rukun
Iman ialah enam perkara sebagaimana firman Allah swt yang bermaksud:

"Rasulullah telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga
orang yang beriman, semuanya beriman kepada Allah swt, Malaikat-MalaikatNya, Kitab-
KitabNya dan Rasul-RasulNya".
(al-Baqarah : 285)
Sabda Nabi saw yang bermaksud: "Iman itu ialah kamu beriman kepada Allah swt, Malaikat-
MalaikatNya, Kitab-KitabNya, Rasul-RasulNya, Hari Akhirat, Qadar baik dan buruk".
(Riwayat Muslim)
3.6.1 Beriman kepada Allah swt
Beriman kepada Allah swt bermaksud mengetahui, percaya dan beri"tikad dengan
teguh, perkara-perkara yang wajib, mustahi dan harus bagi Allah swt. Seseorang itu
hendaklah beri"tikad secara ijmal dan sungguh-gungguh bahawa Allah swt bersifat dengan
sifat-sifat yang sumpurna dan sesuai dengan ketuhananNya. Mustahil Allah swt bersifat
dengan sifat-sifat kekurangan dan harus bagi Allah swt melakukan semua perkara atau
meninggalkannya.
Iman dan tauhid kepada Allah swt tegak di atas dua asas iaitu
Tauhid Rububiyyah
Tauhid Rububiyyah bermaksud mengimani dan yakin bahawa Allah swt sahaja Tuhan
yang mencipta alam ini. Mentauhidkan Allah swt sebagai pencipta, pengurus,
pentadbir, pengatur, pemerintah, pendidik, pemelihara dan pengasuh sekelian alam.
Banyak ayat-ayat al-Quran yang menyebut tentang tauhid Uluhiyah ini. Antaranya
firman Allah yang bermaksud:


"Tidakkah engkau perhatikan bahawa Allah swt menciptakan langit dan bumi dengan
sebenarnya". Jika ia mengkehendaki, kamu dimusnahkanNya dan digantiNya dengan
makhluk yang baru".
(Ibrahim 14 : 19)
Firman Allah swt lagi yang bermaksud:


"Dia menciptakan beberapa langit tanpa tiang yang kamu lihat, dan Dia mengadakan
gunung-ganang di muka bumi supaya jangan ia bergoyang-goyang bersama kamu dan
Dia menyebarkan di muka bumi bermacam-macam haiwan. Kami turunkan air hujan
dari langit lalu Kami tumbuhkan di muka bumi bermacam-macam tumbuhan yang
baik".
(Luqman 31:10)
Dalam beberapa ayat yang lain Allah swt menyebut bahawa orang-orang kafir juga
percaya kepada Rububiyah Allah swt dengan mengaku bahawa Allah swt adalah
pencipta langit dan bumi. Firman Allah swt yang bermaksud:


"Dan jika kamu bertanya kepada mereka (orang-orang kafir yang menyembah berhala
itu) siapa yang menciptakan mereka, nescaya mereka menjawab: Allah swt! maka
bagaimanakah mereka dapat dipalingkan".
(al-Zukhruf : 87)
Maksud firman Allah swt lagi:


"Dan jika kamu menanyakan kepada mereka : Siapakah yang menurunkan air dari
langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya". Tentulah mereka
akan menjawab : Allah swt".
(al-Ankabut : 63)
Tauhid Uluhiyyah
Beriman kepada Uluhiyyah Allah swt bermaksud yakin bahawa Allah swt sahaja
Tuhan yang patut disembah, dipohon segala doa, dipatuhi, dicintai, ditakuti, dan
tawakkal kepadaNya. Seterusnya mnerima segala hukumNya dengan yakin dan redha.
Ringkasnya Tauhid Uluhiyyah ini menuntut seseorang meyakini kemutlakan
kekuasaan Allah swt yang menjadi tempat tumpuan segala makhluk sama ada dari
segi sembahan atau memohon segala doa dan hajat. Keyakinan ini menetapkan
bahawa hanya Allah swt sahaja yang berkah menentukan hukum dan peraturan bagi
seluruh makhluk di alam ini. Di antara ayat al-Quran yang membicarakan tentang
Uluhiyyah Allah swt adalah seperti berikut. Firman Allah swt yang bermaksud:


"Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon
pertolongan"
(al-Fatihah : 5)
Firman Allah lagi yang bermaksud:

Katakanlah (wahai Muhammad) Dialah Allah swt yang Maha Esa. Allah swt tempat
meminta (tumpuan). Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada
sesuatupun yang meneyrupaiNya".
(al-Ikhlas : 1-4)
Firman Allah swt lagi yang bermaksud:
"Engkaulah yang memasukkan malam ke dalam siang dan siang ke dalam malam.
Engkau juga mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati
dari yang hidup. Engkau jugalah yang memberi rezki kepada sesiapa yang
dikehendaki dengan tiada hitungan hisab".
(Al-Imran : 27)


Sesungguhnya kebanyakan manusia sejak dahulu hingga kini mengakui Tauhid
Rububiyyah Allah swt dengan mengakui bahawa Allah swt menciptakan langit dan
bumi serta sekelian alam ini. Tetapi mereka ingkar secara perkataan dan perbuatan
terhadap Uluhiyyah Allah swt seperti beribadat kepada yang lain dari Allah swt serta
tidak melaksanakan syariat dan hukum Allah swt dalam kehidupan ini. Keselarasan di
antara Tauhid Uluhiyyah dan Tauhid Rububiyyah adalah penting untuk memastikan
keimanan yang sejati terhadap Allah swt. Ini adalah kerana Tauhid Rububiyyah
adalah adalah merupakan pengakuan bahawa Allah swt adalah sumber cipta.
Sementara Tauhid Uluhiyyah ialah suatu pengakuan bahawa Allah swt adalah Tuhan
yang wajib disembah dan tempat tumpuan sekelian makhluk.
3.6.2 Beriman kepada Malaikat
Beriman kepada malaikat bermaksud percaya dan yakin tentang wujudnya makhluk yang
digelar malaikat. Jumlah malaikat hanya Allah swt sahaja yang mengetahui. Di antara ciri-ciri
malaikat yang disebut di dalam al-Quran dan al-Hadis antaranya ialah:
Malaikat merupakan makhluk yang taat kepada Allah swt.
Diciptakan dari nur.
Tidak mempunyai hawa nafsu.
Tidak makan dan minum
Memiliki akal yang terbatas untuk melaksanakan perintah Allah swt.
Tiada jantina tertentu (tidak lelaki, tidak perempuan, bukan khunsa).
Malakikat mempunyai sayap.
Memiliki kekuatan dan kepantasan yang luar biasa.
Malaikat merupakan makluk yang tidak dapat dikesani dengan penyelidikan dan pemikiran
tentang kewujudannya. Kita tidak boleh menafikan adanya malaikat semata-mata kerana ia
tidak dapat dilihat atau dikaji oleh akal manusia. Beriman kepada malaikat adalah termasuk
di dalam beriman kepada perkara-perkara ghaib kerana ia tidak dapat disaksikan oleh
pancaindera. Hakikatnya amat sukar difahami oleh akal fikiran manusia. Perkhabaran tentang
malaikat dan perkara-perkara ghaibini diketahui melalui al-Quran dan al-Hadis. Yakin dan
beriman kepada perkara-perkara ghaib seperti syurga, neraka, roh merupakan salah satu
daripada ciri-ciri orang bertaqwa kepada Allah swt. Di antara dalil berkenaan dengan
malaikat adalah seperti berikut:
Firman Allah swt yang bermaksud:
"Dan tidaklah ada yang mengetahui siapa tentera Tuhan itu melaikan Dia".
(al-Mudasir : 31)


Firman Allah swt lagi yang bermaksud:
"Dan mereka mengerjakan apa yang diperintahkan".
(al-Nahlu : 50)
Sabda Rasulullah saw yang bermaksud:
"Dijadikan malaikat daripada cahaya dan dijadikan jin daripada percikan api".
(Riwayat Muslim)
Firman Allah swt yang bermaksud:
"Miraj yang dilalui oleh malaikat-malaikat dan Jibril ke pusat pemerintahanNya (menerima
dan menyempurkan tugas) pada satu hari tempohnya lima puluh ribu tahun".
(al-Ma"rij : 4)

Firman Allah swt yang bermaksud:
"Segala puji bagi Allah swt yang menciptakan langit dan bumi, yang menjadikan maalaikat
utusan-utusan yang brsayap dua, tiga dan empat". (al-Fath : 1)
Dalam perkembangan kepercayaan manusia terhadap perkara ghaib sejak zaman
purbakala telah ada kepercayaan kepada dewa-dewa. Orang Greek di zaman purba
mempercayai adanya dewa-dewa. Demikian juga orang Tionghoa dan Mesir. Kadang-kadang
kepercayaan kepada dewa-dewa ini dihubungkaitkan dengan bintang-bintang. Contohnya
orang Greek (Yunani) mempercayai bintang Mars adalah dewa peperangan. Demikian juga
ada yang mempercayai bahawa malaikat itu adalah anak perempuan Tuhan.
Setelah fahaman "ketauhidan" menjadi jelas di dalam Islam, maka tegaklah
kepercayaan bahawa persembahan dan pemujaan hanyalah kepada Allah semata-mata.
Malaikat-malaikat bukanlah Tuhan dan tiada kuasa. Ia tidak dapat memakbulkan permohonan
makhluk. Kita tidak perlu takut kepada malaikat kerana ia tidak dapat berbuat apa-apa
melainkan dengan izin Allah swt. Demikianlah halusnya pokok kepercayaan dalam Islam
sehingga memuja malaikat adalah termasuk dalam perbuatan syirik yang membatalkan
akidah seseorang.
Menurut athar Said bin al-Musayyib bahawa malaikat itu bukan lelaki dan bukan
perempuan, mereka tidak makan atau minum dan tidak tidur. Bilangan malaikat amatlah
ramai. Tidak diketahui jumlahnya melainkan Allah swt. Setiap orang wajib beriman kepada
malaikat secara ijmal kecuaili sepuluh malaikat sahaja diwajibkan kita beriman secara tafsil
sebagaimana berikut:
Jibril
Malaikat pertama yang dianggap sebagai penghulu sekelian malaikat. Dia juga
bernama Namus, Ruh al-Amin (roh yang diberi keperrcayaan) dan Ruh al-Qudus (roh yang
suci). Tugasnya yang utama ialah menerima perintah Allah swt untuk disampaikan kepada
para Nabi dan Rasul. Oleh kerana ruh Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul itu telah mendapat latihan
yang cukup dan istimewa sehingga memudahkan hubungannya dengan alam ghaib. Maka
dapatlah mereka melihat dan berhubung nyata dengan Malaikat Jibril itu. Nabi Muhammad
saw pertama kali berjumpa dengan Jibril ialah semasa menerima wahyu pertama di gua Hira"
di atas bukit Nur. Datang berupa seorang lelaki berpakaian serba putih. Demikian juga
semasa Isra dan Mi"raj Nabi saw ditemani oleh Jibril alaihissalam.
Jibril pernah merupakan dirinya sebagai seorang sahabat Nabi saw yang muda dan
pantas sikapnya iaitu Dahiyah al-Kalbi. Menurut hadis Bukhari dan Muslim yang
diriwayatkan oleh Saidina Omar al-Khatab menyatakan bahawa Jibril merupa seorang lelaki
datang ke majlis Rasulullah saw mengemukakan pertanyaan berkaitan dengan Iman, Islam
dan Ihsan. Semua sahabat Rasulullah saw yang hadir melihatnya.
Di waktu Rasulullah saw menghembuskan nafasnya yang penghabisan Jibril turut
hadir di sisi Baginda saw. Sebab Rasulullah saw berkata "Jibril ! Jibril ! Dekatlah kepadaku".
(Hamka, 1988).
Kitab-kitab suci dan suuf yang diturunkan kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul iaitu Taurat,
Zabur, Injil dan al-Quran diturunkan melalui perantaraan Jibril as.
Mikail
Malaikat Mikail tugasnya mengurus hal ehwal penghidupan. Mengatur rezki, hujan dan
sebagainya. Mengatus perjalanan matahari, bumi, bulan dan cakrawala ini. Peredaran
matahari dan bintang menyebabkan berlakunya siang dan malam. Ia menjaga perjalanan alam
ini sehingga segala sesuatu itu berjalan dengan lancar di dalam peraturan yang ditentukan.
Yang berat turun ke bawah, yang ringan terapung ke atas dan tenaga tarik menarik yang ada
semuanya dalam lingkungan tugas Mikail.
Izrail
Izrail terkenal denganpanggilan "Malaikat Maut". Bertugas mencabut nyawa segala makhluk
yang bernyawa di alam ini apabila tiba masanya. Izrail tidak akan datang kalau kita belum
"dipanggil". Walaupun di kiri kanan kita bergelimpangan mayat-mayat, kita tidak akan mati
kalau belum tiba giliran. Dan kalau tiba giliran ke mana kita menyembunyikan diri Izrail
tetap menunggu kita. Walaupun kita berada dalam perti besai yang kukuh sekalipun.
Kita tidak tahu bila Izrail akan datang kepada kita. Kita juga tidak boleh cemas kerana
dia pasti datang. Kecemasan boleh dihilangkan dengan memenuhi hidup kita melakukan
kebajikan dan meninggalkan kemungkaran.
Tugasnya meniup sangkakala (Shur). Tiupan pertama memusnahkan seluruh alam ini
melainkan perkara-perkara yang tidak diizinkan Allah swt musnah.
Kesan Akidah Islam
Akidah Islam akan melahirkan seseorang atau masyarakat yang mempunyai kepribadian yang
unggul yang akhirnya akan dijelmakan melalui tingkah-laku, percakapan dan gerak-geri hati
seseorang atau sesebuah masyarakat. Akidah Islam yang telah meresap ke dalam jiwa dan
lubuk hati sesseorang akan menimbulkan kesan-kesan positif di antaranya dapat kita gariskan
seperti berikut:
3.7.1 Akidah Islam melahirkan seorang yang yakin kepada Allah swt yang maha esa.
Lantaran itu menggerakkan seluruh tingkah-lakunya, percakapannya dan gerak-gerinya untuk
mencari keredhaan Allh swt.
3.7.2 Akidah Islam melahirkan Insan Soleh. Insan yang melakukan apa yang diperintahkan
oleh Allah dan meninggalkan segala jenayah dan kemungkaran.
509 3.7.3 Akidah Islam melahirkan Insan yang mempunyai akhlak cemerlang dan terpuji.
Mengikis sifat-sifat yang buruk dan melahirkan manusia yang bertaqwa, tawadhu", ikhlas,
redha, amanah dengan segala sifat terpuji yang lain di samping menyingkirkan sifat-sifat
yang buruk seperti dengki, sombong, ria", takabur dan seumpamanya yang boleh membawa
masalah sosiol dalam masyarakat.
3.7.4 Akidah akan melahirkan seseorang atau sesebuah masyarakat yang optimis dan yakin
kepada diri sendiri untuk bekerja bagi mencapai kejayaan di dunia di samping tidak lupa
mencari keredhaan Allah swt supaya mendapat kebahagian di akhirat.
3.7.5 Akidah Islam melahirkan Insan dan masyarakat yang teguh pendiriannya, mempunyai
perinsip dan tidak mudah terpengaruh dengan persekitaran yang mengancam nilai dan akhlak
manusia terutama dengan pelbagai pengarauh hasil kemajuan teknologi maklumat di zaman
ini. Ia mampu membeza dan memilih nilai-nilai yang positif dan menolak nilai-nilai yang
negatif yang boleh merosakkan keperibadian Insan dan masyarakat.
3.7.6 Akidah Islam yang teguh mampu membawa manusia dan masyarakat maju ke hadapan
dalam segala bidang. Sejarah membuktikan masyarakat Arab telah berubah daripada satu
masyarakat yang tidak dikenali kepada sebuah masyarakat yang digeruni. Akidah Islam telah
mengangkat darjah mereka. Mereka menguasai hampir separuh dari bumi ini. Mereka
menguasai pentadbiran dan maju dalam pelbagai disiplin ilmu pengetahuan.
3.7.7 Akidah Islam membentuk manusia berlumba-lumba untuk melakukan kebajikan dan
mencegah dari kemungkaran. Ini akan melahirkan masyarakat yang harmoni dan aman
tenteram. Tiada jenayah atau pencerobohan ke atas sesiapa disebabkan mereka yakin kepada
hari pembalasan.
3.7.8 Akidah Islam akan melahirkan manusia yang tidak mudah putus asa atau hilang
harapan. Iman di dalam hati akan memberi ketenangan yang luar biasa.
3.7.9 Akidah Islam akhirnya melahirkan manusia yang sanggup berjihad ke jalan Allah swt
walaupun harta dan nyawa menjadi taruhan. Bilal bin Rabah sanggup mati kerana
mempertahankan akidahnya. Kelaurga Amar bin Yasir demikian juga. Demikianlah para
sahabat sanggup mengorbankan harta dan nyawa untuk mempertahan dan menyebarkan Islam
ke seluruh dunia. Ini adalah kesan dari Akidah Islam yang meressap di dalam jiwa dan lubuk
hati mereka.
Akidah Islam yang ada dalam hati umat Islam kini mungkin tidak begitu mantap
menyebabkan mereka tidak dapat mencapai kegemilangan sebagaimana umat Islam di zaman
Nabi saw dan para Sahabat. Umat Islam pada hari ini begitu rapuh akidahnya. Lantaran itu
mereka amat mudah terpengaruh dengan berbagai-bagai unsur negatif. Kemunduran umat
Islam kini kerana mereka semakin jauh dari menghayati Akidah Islam yang sebenar.
PENUTUP
Kesimpulan

Dari pemsbahasan di atas dapat kitarik kesimpulan bahwa aqidah secara bahasa diambil dari kata
yang mempunyai arti ikatan, pengesahan, penguatan dan penetapan. Maksudnya adalah apa
yang menjadi ketetapan hati seseorang secara yakin. Sedangkan pengertian aqidah secara istilah ada
beberapa pendapat yang mendefinisikannya. Salah satu diantaranya adalah al-Jazairy yang
mengatakan bahwa aqidah merupakan sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh
manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati
serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang
bertentangan dengan kebenaran itu.
Kita sebagai umat Islam hendaknya bersyukur karena pertanyaan-pertanyaan yang sering mengusik
hati manusia yang berakal dapat telah dijawab oleh Aqidah kita yaitu Aqidah Islamiyah yang
sekaligus menjadi pegangan kita untuk menjalani hidup serta mengabdi kepada Allah saw.


b. Penutup
Demikianlah pembahasan yang dapat kami susun dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Hadits Aqidah yang berjudul : "Pengertian Aqidah".
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan serta kejanggalan,
oleh karena itu kritik serta saran yang membangun sangat kami harapkan guna menambah
kesempurnaan kita dalam menambah wawasan serta dalam rangka menimba ilmu.





















POKOK-POKOK AQIDAH



1. Wajib bagi semua mukallaf untuk memeluk
agama Islam, meyakininya untuk selamanya dan
melaksanakan segala hukum-hukum yang diwajibkan
atasnya. Di antara hal yang wajib diketahui dan
diyakini secara mutlak, dan wajib diucapkan seketika
jika memang dia (mukallaf) kafir, atau jika tidak (ia
bukan seorang kafir) maka wajib mengucapkannya
dalam shalat, adalah dua kalimat syahadat:

Makna : aku mengetahui, meyakini
dan mengakui (dengan ucapan) bahwa tidak ada yang
disembah dengan hak (benar) kecuali Allah, yang Esa,
tiada sekutu bagi-Nya, tidak terbagi-bagi,(2)tidak


(2) Karena Dia bukan jism; benda. Ini adalah makna Ahad
menurut sebagian ulama.

bermula, tidak didahului dengan ketiadaan, Maha
Hidup, tidak membutuhkan kepada yang lain, tidak
berakhir, Maha Pencipta, Pemberi rizki, Maha
mengetahui, Maha Kuasa, yang mudah bagi-Nya
melakukan segala apa yang Ia kehendaki. Segala apa
yang Ia kehendaki terjadi dan segala apa yang tidak Ia
kehendaki tidak akan terjadi. Tidak ada daya untuk
menjauhi perbuatan dosa kecuali dengan
pemeliharaan-Nya, dan tidak ada kekuatan untuk
berbuat ta'at kepada-Nya kecuali dengan pertolongan-
Nya. Allah memiliki segala sifat kesempurnaan yang
layak bagi-Nya dan Maha Suci dari segala kekurangan
bagi-Nya.
Allah tidak menyerupai sesuatupun dari
makhluk-Nya dan tidak ada sesuatupun dari makhluk-
Nya yang menyerupai-Nya, Dia Maha Mendengar dan
Maha Melihat.(3) Hanya Allah yang tidak memiliki
permulaan (Qadim), segala sesuatu selain-Nya memiliki
permulaan (Hadits-baharu). Dia-lah sang Pencipta,
segala sesuatu selain-Nya adalah ciptaan-Nya
(makhluk). Segala yang ada (masuk ke dalam wujud),
benda(4) dan perbuatannya, mulai dari (benda yang
terkecil) dzarrah hingga (benda terbesar) 'Arsy, segala

(3) Pendengaran Allah tidak seperti pendengaran makhluk,
penglihatan Allah tidak seperti penglihatan makhluk.
(4) Benda yang dimaksud di sini bukan benda padat, tetapi A'yan
atau Ajsam; segala sesuatu yang memiliki bentuk dan ukuran, termasuk
manusia.

gerakan manusia dan diamnya, niat dan lintasan
fikirannya; semuanya itu (ada) dengan penciptaan
Allah, tidak ada yang menciptakannya selain Allah,
bukan thabi'ah (yang menciptakannya) dan bukan
pula 'Illah.(5) Akan tetapi segala sesuatu tersebut masuk
pada keberadaan (ada) dengan kehendak Allah dan
kekuasaan-Nya, dengan ketentuan dan ilmu-Nya
yang azali (yang tidak bermula), sebagaimana firman
Allah:

( [

] ( : 2

Maknanya : "Dan Allah menciptakan segala sesuatu"
(Q.S. al Furqan: 2)
Artinya Allah mengadakannya dari tidak ada
menjadi ada. Makna (Khalaqa) demikian ini tidak layak
bagi siapapun kecuali hanya bagi Allah. Allah
berfirman:

Maknanya: "Tidak ada pencipta selain Allah" (Q.S.
Fathir: 3)
An-Nasafi berkata: "Apabila seseorang
melempar kaca dengan batu hingga pecah, maka
lemparan, hantaman batu dan pecahnya kaca
semuanya adalah ciptaan Allah. Jadi seorang hamba

(5) Thabi'ah adalah 'adah ; kebiasaan. Kebiasaan api adalah
membakar. 'Illah adalah sebab. Api adalah sebab terjadinya pembakaran.

Вам также может понравиться

  • Cover PKP Indah
    Cover PKP Indah
    Документ9 страниц
    Cover PKP Indah
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • PKP Indah
    PKP Indah
    Документ11 страниц
    PKP Indah
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Cover PKP Indah
    Cover PKP Indah
    Документ6 страниц
    Cover PKP Indah
    annisaguseldha
    100% (1)
  • Analisis Kasus
    Analisis Kasus
    Документ8 страниц
    Analisis Kasus
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Alsintan Perkebunan Kelapa Sawit
    Alsintan Perkebunan Kelapa Sawit
    Документ83 страницы
    Alsintan Perkebunan Kelapa Sawit
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Cover PKP Indah
    Cover PKP Indah
    Документ6 страниц
    Cover PKP Indah
    annisaguseldha
    100% (1)
  • DAFTAR PUSTAKA PKP
    DAFTAR PUSTAKA PKP
    Документ2 страницы
    DAFTAR PUSTAKA PKP
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Tabel Log Yusni
    Tabel Log Yusni
    Документ2 страницы
    Tabel Log Yusni
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Dok Deby 3
    Dok Deby 3
    Документ2 страницы
    Dok Deby 3
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Document 1
    Document 1
    Документ1 страница
    Document 1
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Pengertian Iva
    Pengertian Iva
    Документ3 страницы
    Pengertian Iva
    ghaffar
    Оценок пока нет
  • Document 5
    Document 5
    Документ5 страниц
    Document 5
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Документ1 страница
    Abs Trak
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Bulanan
    Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Bulanan
    Документ2 страницы
    Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) Bulanan
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Alat Bantu Penyuluhan Pertanian
    Alat Bantu Penyuluhan Pertanian
    Документ37 страниц
    Alat Bantu Penyuluhan Pertanian
    annisaguseldha
    100% (1)
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Документ1 страница
    Abs Trak
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • RPK Tahunan
    RPK Tahunan
    Документ2 страницы
    RPK Tahunan
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Persantasi Kapus Bab III
    Persantasi Kapus Bab III
    Документ4 страницы
    Persantasi Kapus Bab III
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Papiloma Laring
    Papiloma Laring
    Документ12 страниц
    Papiloma Laring
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Rencana Usulan Kegiatan (Ruk)
    Rencana Usulan Kegiatan (Ruk)
    Документ4 страницы
    Rencana Usulan Kegiatan (Ruk)
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Surveilans Difteri
    Surveilans Difteri
    Документ8 страниц
    Surveilans Difteri
    lovely_dya
    Оценок пока нет
  • Daftar Materi Kuliah1
    Daftar Materi Kuliah1
    Документ1 страница
    Daftar Materi Kuliah1
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Документ14 страниц
    Daftar Isi
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Документ12 страниц
    Bab Iii
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • 1 Frakturiga 100720042009 Phpapp01
    1 Frakturiga 100720042009 Phpapp01
    Документ6 страниц
    1 Frakturiga 100720042009 Phpapp01
    Arzia Rahman
    Оценок пока нет
  • Air Mineral Matri
    Air Mineral Matri
    Документ40 страниц
    Air Mineral Matri
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Koyan Bed 13
    Koyan Bed 13
    Документ4 страницы
    Koyan Bed 13
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Ppe
    Ppe
    Документ101 страница
    Ppe
    Rianda Dwi Putra
    Оценок пока нет
  • Ginjal Matrikulasi
    Ginjal Matrikulasi
    Документ40 страниц
    Ginjal Matrikulasi
    annisaguseldha
    Оценок пока нет
  • Ginjal Matrikulasi
    Ginjal Matrikulasi
    Документ40 страниц
    Ginjal Matrikulasi
    annisaguseldha
    Оценок пока нет