Вы находитесь на странице: 1из 12

BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dampak lingkungan kegiatan pabrik rokok merupakan pengaruh atau
akibat berbagai kegiatan pabrik rokok terhadap lingkungan hidup. Lingkungan
hidup terdiri dari lingkungan fisik kimia, lingkungan biologi, lingkungan sosial-
ekonomi, dan sosial-budaya. Kegiatan penimbul dampak lingkungan pada pabrik
rokok antara lain adalah kegiatan pengolahan tembakau dan cengkeh; kegiatan
pencampuran tembakau, cengkeh, dan saos; serta kegiatan pengepakan rokok.
Dampak lingkungan fisik kimia antara lain meliputi : penurunan kualitas udara,
peningkatan kebisingan, timbulnya bau, penurunan kualitas air, timbulan sampah,
dan sebagainya. Dampak lingkungan biologi antara lain meliputi : gangguan
terhadap biota darat (flora darat dan fauna darat), gangguan terhadap biota air
(plankton, benthos, ikan). Dampak lingkungan sosial-ekonomi dan sosial-budaya
antara lain meliputi : kesempatan kerja, peluang berusaha, matapencaharian,
pendapatan, pendapatan asli daerah, penurunan tingkat kenyamanan masyarakat,
adanya persepsi positif dan negatif masyarakat, dan sebagainya. Dengan adanya
dampak kegiatan pabrik rokok tersebut terhadap lingkungan, maka perlu
dilakukan pengelolaan lingkungan, sehingga dampak-dampak terhadap
lingkungan hidup yang diakibatkan oleh kegiatan pabrik rokok dapat dikurangi /
dieliminir. Dengan demikian pembangunan yang berkelanjutan diharapkan dapat
tercapai.
Pembangunan adalah upaya merubah suatu keadaan dari kondisi tertentu
kesuatu keadaan yang lebih baik. Dalam proses pembangunan, manusia berupaya
mengembangkan kemampuannya untuk meningkatkan kesejahteraan. Namun
tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan tersebut juga sering kali
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Dampak tersebut
merupakan beban sosial yang harus ditanggung oleh masyarakat dan Pemerintah.
Oleh karena itu pembangunan yang bijaksana harus dilandasi wawasan
lingkungan sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan dengan
mempertimbangkan generasi sekarang maupun yang akan datang. Kegiatan pabrik
rokok tentunya dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Dampak
tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Dampak positif perlu dipertahankan
atau bahkan ditingkatkan, sedangkan dampak negatif perlu diminimalkan. Untuk
itu perlu dikaji dampak-dampak tersebut, baik dari aspek fisik-kimia, biologi,
sosial-ekonomi, dan sosial-budaya.
Pengelolaan lingkungan sangat dibutuhkan untuk kehidupan manusia,
hewan, dan tumbuhan, sehingga daya dukung lingkungan perlu dijaga dan
dilindungi. Kegiatan pembangunan dan pertumbuhan penduduk jelas akan
menghasilkan kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan dalam jumlah
tertentu dapat menyebabkan penurunan daya dukung lingkungan sampai ke
tingkat pencemaran lingkungan. Dengan demikian, kerusakan lingkungan tersebut
perlu dikendalikan melalui prinsip-prinsip pembangunan secara berkelanjutan
agar dampak terhadap kualitas lingkungan masih dalam kategori layak (masih
mempunyai daya dukung lingkungan), baik secara teknis, ekonomis, sosial, dan
institusional, sehingga masih dapat digunakan untuk berbagai kepentingan hidup
manusia. Prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan tersebut meliputi antara lain
: pembangunan berdasarkan pemikiran aspek lingkungan sedini mungkin,
pembangunan yang menekankan pengelolaan sumberdaya alam secara bijaksana,
dan pembangunan yang memperhitungkan dayadukung lingkungan serta
pembangunan di bawah nilai ambang batas. Hal tersebut harus dilakukan
mengingat kapasitas dan daya pulih lingkungan relatif tetap, sementara kegiatan 2
yang merusak lingkungan semakin lama semakin besar. Oleh karena itu proses
kerusakan lingkungan harus dapat dicegah dan ditanggulangi melalui
pengendalian lingkungan sejak dini. Pada awalnya strategi pengelolaan
didasarkan pada pendekatan dayadukung lingkungan (environmental carrying
capacity) dengan cara memperbaiki lingkungan agar masih lingkungan tersebut
masih mempunyai daya dukung. Namun dengan peningkatan kegiatan
pembangunan dan populasi penduduk yang semakin tinggi, maka dayadukung
lingkungan sangat sulit dipertahankan, apalagi ditingkatkan dengan pendekatan
tersebut. Pendekatan pengelolaan selanjutnya bergeser pada penanganan, namun
hal ini cenderung berbiaya tinggi, sehingga saat ini strategi pengelolaan justru
ditekankan pada upaya pencegahan, disamping upaya penanganan, namun
bebannya sudah tidak terlalu tinggi.
Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda
termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Dampak Lingkungan merupakan pengaruh atau akibat kegiatan terhadap
terhadap lingkungan hidup. Komponen lingkungan hidup terdiri dari lingkungan
fisik kimia, lingkungan biologi, lingkungan social-ekonomi, dan sosial-budaya.
Limbah merupakan buangan yang sampai saat ini belum dapat dimanfaatkan
secara teknis dan ekonomis. Bila suatu saat limbah tersebut dapat dimanfaatkan
secara teknis dan ekonomis, maka buangan tersebut sudah tidak dapat lagi
dikatakan sebagai limbah. Limbah terdiri dari limbah padat, limbah cair, limbah
gas, bau dan bising. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya secara
terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian,
pemulihan, 3 dan pengembangan lingkungan hidup. Pengelolaan juga
mengandung arti pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak lingkungan.
Pemantauan lingkungan hidup merupakan upaya pengukuran, pengamatan dan
pengumpulan informasi terhadap komponen lingkungan secara berulang - ulang
pada selang waktu dan lokasi tertentu. Pemantauan juga mengandung arti evaluasi
terhadap pengelolaan lingkungan hidup. Baku mutu lingkungan merupakan batas
kadar atau makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain yang ada atau unsur
pencemar yang dapat ditenggang adanya dalam lingkungan pada kondisi tertentu
sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran lingkungan adalah peristiwa kehadiran
atau penambahan makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain secara sengaja
atau tidak disengaja ke dalam lingkungan oleh manusia atau proses alam,
sehingga kualitas lingkungan menurun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan kondisi lingkungan tidak sesuai lagi dengan peruntukannya. Oleh
karena itu, kualitas lingkungan harus dikendalikan agar masih sesuai atau masih
mempunyai daya dukung terhadap lingkungan melalui upaya-upaya pengelolaan
dan pemantauan lingkungan. Bila penurunan kualitas lingkungan masih sesuai
dengan peruntukannya, maka tidak dapat dikatakan terjadi pencemaran
lingkungan, tetapi hanya mengalami penurunan kualitas lingkungan. Produksi
bersih (clean production) meliputi : pengurangan (reduce), daur ulang (recycle),
penggunaan kembali (re-use), penggantian bahan ramah lingkungan (repace),
penggantian teknologi ramah lingkungan (re-design).












BAB II
PEMBAHASAN

Dampak Lingkungan Yang Ditimbulkan Dan Sumber Dampaknya.
Dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan pabrik rokok meliputi :
dampak lingkungan fisik kimia, dampak lingkungan biologi, dampak lingkungan
sosial-ekonomi, dan dampak lingkungan sosial-budaya. Dampak lingkungan fisik
kimia antara lain : penurunan kualitas udara, peningkatan kebisingan, timbulnya
bau, penurunan kualitas air, timbulan sampah, dan sebagainya.
Sumber penurunan kualitas air adalah :
1. Air cucian pada proses pelunakan cengkeh dan gagang tembakau
2. Air cucian proses pembuatan saos.
3. Air cucian peralatan proses produksi.
4. Air cucian lem.
5. Air limbah buangan boiler.
6. Air limbah rumah tangga.
Sumber penurunan kualitas udara adalah :
1. Proses pembakaran bahan bakar terutama di genset
2. Debu organik tembakau dan cengkeh saat pengolahan.

Sumber timbulnya bau adalah pengolahan tembakau, cengkeh, dan saos.
Sumber kebisingan adalah suara mesin-mesin pabrik rokok. Sumber timbulnya
sampah adalah pengolahan tembakau, cengkeh, dan kegiatan rumah tangga.
Dampak lingkungan biologi antara lain : gangguan terhadap flora dan fauna darat,
gangguan terhadap biota air (plankton, benthos, ikan). Gangguan flora dan fauna
darat disebabkan oleh adanya dampak lanjut dari penurunan kualitas udara dan
kebisingan. Gangguan terhadap biota air disebabkan oleh dampak lanjut dari
penurunan kualitas air. Dampak lingkungan sosial-ekonomi dan sosial-budaya
antara lain : kesempatan kerja, peluang berusaha, matapencaharian, pendapatan,
pendapatan asli daerah, penurunan tingkat kenyamanan, persepsi positif dan
negatif masyarakat. Kesempatan kerja disebabkan oleh adanya penggunaan tenaga
kerja pada kegiatan pabrik rokok. Peluang berusaha seperti warungan jasa kos-
kosan disebabkan oleh adanya tenaga kerja yang ada. Demikian pula
matapencaharian dan pendapatan juga disebabkan oleh adanya tenaga kerja yang
digunakan pabrik rokok. Pendapatan asli daerah disebakan oleh adanya restribusi
daerah oleh pabrik rokok.
Penurunan tingkat kenyamanan masyarakat sekitar disebabkan oleh
dampak lanjut dari penurunan kualitas udara, kebisingan, timbulnya bau,
penurunan kualitas air. Persepsi positif dapat timbul manakala kegiatan pabrik
rokok tersebut dipandang bermanfaat bagi masyarakat sekitar, antara lain : dapat
menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar pabrik / lokal, dan dapat memberikan
bantuan terhadap masyarakat sekitar. Persepsi negatif dapat timbul manakala
kegiatan pabrik rokok tersebut dipandang dapat mencemari lingkungan sekitar,
menimbulkan bau yang sangat mencolok, menimbulkan kebisingan yang tinggi,
hanya sedikit menyerap tenaga kerja masyarakat sekitar pabrik / lokal, dan hanya
sedikit memberikan bantuan terhadap masyarakat sekitar bahkan tidak sama
sekali. Gangguan terhadap biota air disebabkan oleh dampak lanjut dari
penurunan kualitas air.

Pendakatan Pengelolaan Lingkungan :
1. Pendekatan Teknologi
Pendekatan teknologi merupakan salah satu pendekatan
yang bertujuan agar pengelolaan lingkungan dapat dilakukan
secara teknis berdasarkan tingkat penguasaan teknologi yang
tersedia. Beberapa contoh pendekatan teknologi untuk
mengantisipasi dampak kegiatan antara lain : Dampak penurunan
kualitas air akibat buangan limbah cair dapat dikelola dengan
produksi bersih (clean production), pembuatan dan pengoperasian
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dampak timbulan limbah
padat dapat dikelola dengan pemanfaatan kembali (reuse) dan
pembuangan ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dampak
penurunan kualitas udara dapat dikelola dengan penggunaan bahan
bakar yang ramah lingkungan dan pembuatan stack (cerobong)
yang tinggi yang dilengkapi dengan filter. Dampak peningkatan
kebisingan dapat dikelola dengan pembuatan ruang kedap suara
bagi mesin-mesin penghasil bising, perawatan mesin-mesin, dan
lain-lain.

2. Pendekatan Sosial Ekonomi
Pendekatan sosial sebagai salah satu upaya pendekatan
pengelolaan lingkungan yang berlandaskan pada interaksi sosial,
dimana masyarakat dilibatkan dalam setiap kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup. Sedangkan pendekatan ekonomi merupakan
salah satu pendekatan pengelolaan lingkungan yang menggunakan
dana sebagai kompensasi dari dampak negatif yang ditimbulkan
oleh suatu kegiatan. Contoh pendekatan sosial ekonomi pada
pabrik rokok adalah pelaksanaan Community Developmen
(Comdev) dan Coorporate Social Responsibility (CSR) antara lain:
bantuan terhadap masyarakat sekitar (pembangunan saraan
prasarana, bantuan pendidikan, bantuan kesehatan, bantuan karang
taruna, bantuan PKK, bantuan penghijauan, dan sebagainya).
3. Pendekatan Institusional
Pendekatan institusional merupakan upaya pendekatan
pengelolaan lingkungan yang bertujuan agar pelaksanaan
pengelolaan dapat berjalan dengan baik, secara terpadu antar
berbagai instansi dan kelembagaan (pelaksana, pengawas) dan
aspek keterkaitannya. Pendekatan institusional akan dilakukan
dengan cara :
e. Pemrakarsa kegiatan harus
mencantumkan standard operating
procedure (SOP) untuk semua
persyaratan teknis dalam operasional
pabrik dan pemeliharaan serta
mewajibkan semua unit kerja untuk
mematuhi disamping perundang-
undangan yang berlaku.

b. Meningkatkan peran aparat setempat dalam
melakukan sosialisasi kegiatan pabrik rokok kepada
masyarakat sekitar.

c. Mengadakan kerjasama dengan instansi terkait
untuk melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup dengan
cara koordinasi lintas sektor sampai tingkat desa.

d. Melaksanakan pengawasan terhadap hasil unjuk
kerja pengelolaan lingkungan oleh instansi yang
berwenang.

e. Membuat laporan hasil pengelolaan lingkungan
secara berkala kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

PENGELOLAAN DAMPAK KOMPONEN FISIK KIMIA
LIMBAH PADAT:
Jengkok (kotoran) pengolahan tembakau dan cengkeh dapat dijual
untuk dimanfaatkan kembali,
Aki bekas, kemasan bekas, pallet bekas dimanfaatkan kembali,
Keranjang/ tikar bekas, lumpur dari IPAL dibuat kompos,
Filter bekas/ sortiran, kayu bekas pallet dibakar,
Sampah rumah tangga dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah.
Sortiran kerikil, pasir diarahkan sebagai bahan urugan fasum-fasos
(jalan kampung).

LIMBAH CAIR :
Oli bekas:
Oli bekas diserahkan ke pihak ke-3 yang berwenang untuk didaur
ulang.

Air Limbah:
Dasar pengelolaan air limbah adalah minimisasi jumlah (debit) air
limbah dan kualitas (kandungan pencemar) mulai dari sumbernya dan
untuk lebih menerapkan pengelolaan akhir yang efektif dan efisien.
Keberhasilan penerapan produksi bersih sejak dari hulu memegang
peran penting pada proses pengolahan akhir dari air limbah.
Pengolahan akhir merupakan kombinasi antara pengolahan fisika-
kimia dan biologi yang meliputi:

Pengolahan fisik-kimia :
Merupakan proses awal pengolahan air limbah yang berasal dari
cucian dan proses produksi yang bertujuan untuk mengurangi beban pada
pengolahan biologis, meliputi:

Proses fisik : proses penyaringan partikel bahan padat/
partikulat yang terikut dalam air limbah.
Proses pengendapan awal dan pengaturan Ph : merupakan
proses pengendapan padatan tersuspensi dengan
penambahan kapur (CaO); sekaligus sebagai proses
pengaturan Ph (diatur sekitar 7), agar proses biologis dapat
berjalan dengan baik.
Pengolahan biologis :
Merupakan inti dari proses pengolahan air limbah untuk mengurai
kandungan organik menggunakan mikroba yang butuh oksigen. Mikroba
tersebut dapat menguraikan kandungan organik dalam air limbah sehingga
kadar pencemar dalam air limbah menjadi menurun.
LIMBAH KE UDARA
Debu organik (dari dan di dalam proses produksi)
Emisi udara dari cerobong boiler dan genset.
Debu organik berasal dari berbagai aktivitas dari penyiapan bahan baku (cengkeh
dan tembakau), proses pemotongan/ rajang, pencampuran/ blending sampai proses
linting. Pengelolaan yang diterapkan terutama:
Minimisasi timbulan debu seperti mengganti proses pembersihan
dengan sistem sedot/ isap debu sebagai pengganti sistem
penyemprotan dengan udara tekan.
Melokalisir/ mengisolasi aktivitas dengan timbulan debu tinggi untuk
mencegah penyebaran ke area/ lingkungan sekitar.
Pengelolaan emisi udara dari sumber kegiatan ini dititik beratkan pada pemilihan
peralatan yang hemat energi, kinerja pembakaran yang baik, melewatkan emisi
udara pada cerobong yang cukup tinggi, dan perawatan mesin-mesin secara
berkala.
KEBISINGAN :
Sistem pengelolaan yang diterapkan:
Pemilihan peralatan yang cenderung lebih tenang.
Program perawatan berkala terhadap mesin-mesin yang berpotensi
menimbulkan kebisingan,
Mengisolasi sumber kebisingan sehingga getaran dan suara bising
tidak menyebar ke luar,
Pengurangan intensitas kebisingan terhadap operator dengan
penggunaan APD (ear plug atau ear muff) tergantung tingkat
penurunan kebisingan yang hendak dicapai.
Menerapkan daerah penyangga/ buffer zone terhadap pemukiman
penduduk sekitar untuk daerah dengan tingkat kebisingan yang masih
relatif tinggi.
Melakukan penghijauan di sekeliling pabrik sebagai peredam bunyi/
suara ke lingkungan di luar kegiatan/ masyarakat.

BAU :
Pada dasarnya bau adalah indikasi adanya kandungan zat kimia di udara.
Bau bisa didapati di proses produksi (bahan baku (cengkeh, tembakau), saos,
rempah-rempah, flavor, essence, dlsb.), dari septic tank (H2S), di bak/ tempat
sampah/ penimbunan sampah domestik (pembusukan anaerobik) di pengolahan
limbah (pembusukan lumpur/ biomass), diproses pengomposan (terlalu basah dan
terjadi pembusukan anaerobik). Sistem pengelolaan bau lebih terfokus pada cara
pencegahan dan minimisasi terjadi/ timbulnya proses ke-bau-an (emisi bahan
kimia yang tidak diharapkan ke udara) terutama akibat kegiatan operasional
pengelolaan limbah dan/ atau akibat proses pembusukan secara anaerobik dan
tidak terkontrol. Kegiatan operasional dilakukan berdasarkan penerapan ProTap/
SOP. Proses lanjutan adalah penanaman pohon di sekeliling operasional kegiatan
sebagai zona peredam bau. Penanaman pohon/ penghijauan di dalam dan di
sekeliling areal pabrik merupakan salah satu langkah penanggulangan dan cara
kompensasi (exchange) langsung (in-situ) terhadap kontribusi pencemaran udara
akibat kegiatan operasional. Jenis dan jumlah pepohonan serta lokasi
penempatannya dapat dikorelasikan berdasarkan perhitungan teoritis antara
rencana total (kapasitas maksimal) produksi, specific emisi per-unit product dan
daya serap specifik per unit pohon. Disamping itu, kepatuhan terhadap angka
KDB (koefisien dasar bangunan), yaitu rasio bangunan dan lahan terbuka hijau
dengan keberadaan pohon penyerap emisi tsb sekaligus meningkatkan daya serap
air tanah di sekeliling lokasi kegiatan. Namun, berdasarkan aktivitas kegiatan
yang multi fungsi dan relative besar kalkulasi kompensasi tsb umumnya
menunjukkan defisiensi pada penyerapan atau masih terjadi kelebihan emisi yang
belum terkompensasi. Mengingat emisi adalah masalah global (terutama CO2/ gas
rumah kaca pemicu efek pemanasan global) yang tidak mengenal batas wilayah,
maka kegiatan pertukaran emisi dapat diperluas/ ditingkatkan dengan mendukung
program penghijauan di wilayah lain (ex-situ program).
BAB III
PENUTUP


KESIMPULAN
Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa identifikasi sumber dampak,
dampak yang dtimbulkan, dan pengelolaan lingkungan merupakan hal yang
penting (kata kunci) di dalam pelestarian lingkungan, sehingga dapat tercipta
suatu pembangunan yang berkelanjutan. Adapun pendekatan pengelolaan yang
dilakukan meliputi : pendekatan teknologi, sosial-ekonomi, dan insitusional.
Dengan mengetahui, mendalami dan memahami tentang metoda pengelolaan dan
pemantauan lingkungan, maka diharapkan dapat bermanfaat bagi peserta dan
dapat diimplementasikan di daerah masing-masing, sehingga diharapkan
pengelolaan dan pemantauan lingkungan dapat berjalan secara lebih terarah,
efektif, dan efisien.














DAFTAR PUSTAKA

1. Corbitt, R.A.1990. Standard Hanbook Of Environmental Engineering.
McGraw Hill. Inc. New York.

2. Canter, L.W., 1977. Environmental Impact Assessment, McGraw- Hill,
New York.

3. PT. Djarum Kudus.2007. Manajemen Pengelolaan Limbah, Kudus

4. Manohar, S.N.,1985., Tall Chimneys Design and Construction, Tata Mc-
Graw Hill Publishing Company Limited, New York.

5. Metcalf and Eddy. 1979. Wastewater Engineering: Treatment, Disposal,
Reuse. 2nd Edition. McGraw Hill Series Water Resources and
Environmental Engineering, New York.

6. Nugroho, A. 1997. Teknologi Pengolahan Limbah Cair Lanjut Bagian I.
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro,
Semarang.

7. Perkins, H.C., 1974. Air Pollution, International Student Edition, McGraw
Hill Kogakusha, Ltd, Tokyo

8. Perry, R.H.,Green,D.,1984, Chemical Engineers Handbook, Sixth Edition,
McGraw-Hill Kogakusha Ltd., Tokyo.Sugiarto. 1987. Dasar- Dasar
Pengolahan Limbah Cair., Universitas Indonesia Press, Jakarta.

9. Rau, J.G. & Wooten, D.C, 1980. Environmental Impact Analysis
Handbook, McGraw-Hill Book Company, New York.

10. Sumitomo, 1993, Gas Turbin Generator Fundamentals MS9001E, GE
International Service & Part, Greenville.,SC.,USA

11. Suratmo, F. Gunarwan. 1991. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

MAKALAH TEKNIK LINGKUNGAN
LIMBAH PADA PABRIK ROKOK



Disusun Oleh:

DANI FEBRIYANTO (111031141)
AGUS RESTU ANTONO (111031159)
BASTIAN ARDI (111031140}
SAEFUDIN BAHARSYAH (111031142)

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI JURUSAN TEKNIK MESIN (S-1)
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND
YOGYAKARTA
2013/2014

Вам также может понравиться