Вы находитесь на странице: 1из 1

ANTARA TENDER DAN GENDER

Ide tulisan ini tiba-tiba saja melejit dalam benak saya saat mengikuti hearing antara pengurus ULP (Unit
Layanan Pengadaan) STAIN Metro dengan ULP Kota Metro. Dalam benak saya, pada dasarnya kegiatan
pengadaan barang pemerintah hanya sebuah procedural yang harus dilalui bagi instansi yang
menggunakan anggaran pemerintah dalam proses pengadaan barang an sich.
Akan tetapi jika melihat dari sisi pelaksanaan, betapa runtutan kegiatan yang sebenarnya begitu
sederhana menjadi panjang. Konon alasan mendasar adalah agar ada transparansi dan akuntabulitas
dari semua barang milik pemerintah karena pada dasarnya itu adalah uang rakyat.
Tulisan ini barangkali tak akan membahasa apa dan bagaimana prosedur pengadaan barang, apakah
tender langsung (versi kepress 80/2008) atau lelang online (versi Perpres 70/2012). Ada sisi lain yang
menggelitik untuk dicermati dari sisi gender baik penyedia barang/jasa atau pengguna barang/jasa.
Pada hakekatnya, pelaksanaan tender wajib memenuhi asas keadilan, keterbukaan, dan
tidak diskriminatif. Selain itu, tender harus memperhatikan hal-hal yang tidak bertentangan
dengan asas persaingan usaha yang sehat. Pertama, tender tidak bersifat diskriminatif,
dapat dipenuhi oleh semua calon peserta-tender dengan kompetensi yang sama. Kedua,
tender tidak diarahkan pada pelaku usaha tertentu dengan kualifikasi dan spesifikasi teknis
tertentu. Ketiga, tender tidak mempersyaratkan kualifikasi dan spesifikasi teknis produk
tertentu. Keempat, tender harus bersifat terbuka, transparan, dan diumumkan dalam media
masa dalam jangka waktu yang cukup. Karena itu, tender harus dilakukan secara terbuka
untuk umum dengan pengumuman secara luas melalui media cetak dan papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bilamana dimungkinkan melalui media
elektronik, sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi
dapat mengikutinya.
Dalam skala regional, dari sisi pengguna (pejabat pelaksana kegiatan pengadaan) saya mengambil
sample Kota Metro. Kota Metro memiliki Luas wilayah 68,74 km2 atau 6.874 ha, dengan jumlah penduduk 150.950
jiwa yang tersebar dalam 5 wilayah kecamatan dan 22 kelurahan dengan batas wilayah. Kecil wilayah namun
memiliki paket pengadaan yang cukup banyak. Sehingga, menurut Surahman, Kepala ULP Kota Metro, satu pejabat
pengadaan mendapat tugas sebagai pejabat hingga 50 paket pengadaan.
Terlepas dari banyaknya atau sedikitnya paket pengadaan, sepertinya bidang pengadaan ini secara gender,
cenderung menjadi dominasi pekerjaan pria. Tender bukan hanya berujung di penjara tetapi juga mengancam
nyawa. Bukan hanya pada penyedia jasa juga pada pengguna jasa. Kekerasan fisik dan ancaman pidana, mungkin
menjadi alasan kenapa tender menjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Boleh jadi, kejahatan dalam proses
pelelangan (tender) bermuara pada adanya persekonkolan tender (collosive tendering atau bid rigging).
sejak dibentuknya Komisi Pengawas Peraingan Usaha (KPPU) sudah menerima 376 laporan
mengenai persekongkolan tender. Dari sekian banyak laporan tersebut baru 54 laporan
yang ditangani. Dengan demikian hampir dua per tiga dari kasus yang masuk ke KPPU
adalah kasus persekongkolan tender.

Вам также может понравиться