Вы находитесь на странице: 1из 186

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA

NOMOR 5 TAHUN 2011


TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KABUPATEN NGADA TAHUN 2010-2015



































PERATURAN DAERAH
KABUPATEN NGADA NOMOR 5
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH (RPJM)
DAERAH KABUPATEN NGADA
TAHUN 2010-2015













PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA
NOMOR 5 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KABUPATEN NGADA TAHUN 2010-2015


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI NGADA,



Menimbang : a. bahwa Kabupaten Ngada memerlukan dokumen
perencanaan pembangunan daerah sebagai arah dan
prioritas pembangunan secara menyeluruh yang akan
dilakukan secara bertahap untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15 ayat
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah, perlu menyusun Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten
Ngada Tahun 2010-2015;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk
Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ngada Tahun
2010-2015;




Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah daerah Tingkat II Dalam
Wilayah Daerah daerah Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 1655;

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);

5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);

6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4593);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang
Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4815);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4817);

14. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2010-2014;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;

16. Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 6 Tahun
2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2006-2026
( Lembaran Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2006
Nomor 6 Seri E Nomor 1) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 4
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Ngada Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kabupaten Ngada Tahun 2006-2026 (Lembaran
Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2011 Nomor 4);


Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN NGADA

dan

BUPATI NGADA

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA
PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH
KABUPATEN NGADA TAHUN 2010-2015.


BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Daerah adalah Kabupaten Ngada.

2. Bupati adalah Bupati Ngada.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, yang selanjutnya disingkat DPRD adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ngada.

4. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Ngada.

5. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD adalah
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Ngada.

6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2010 - 2015, yang
selanjutnya disebut RPJM Daerah adalah Dokumen Perencanaan Pembangunan
Daerah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2010 sampai dengan
tahun 2015.

7. Rencana Kerja Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disingkat RKPD adalah
dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
8. Rencana Strategis SKPD, yang selanjutnya disebut Renstra SKPD adalah
dokumen perencanaan SKPD untuk periode 2011-2016.
9. Rencana Kerja SKPD, yang selanjutnya disebut Renja SKPD adalah dokumen
perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun.
10. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
11. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi.
12. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh SKPD untuk mencapai sasaran dan tujuan serta untuk
memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan
oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.
13. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disingkat Bappeda
adalah Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Ngada.

BAB II
RPJM DAERAH

Pasal 2

(1) RPJM Daerah merupakan penjabaran dari Visi, Misi dan Program Bupati yang
penyusunannya berpedoman kepada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM
Nasional, kondisi lingkungan strategis di Daerah, serta hasil evaluasi terhadap
pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya.

(2) RPJM Daerah memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan
daerah, kebijakan umum dan program SKPD, lintas SKPD dan program
kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

(3) RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi pedoman bagi :
a. Pemerintah Daerah dalam menyusun RKPD;
b. SKPD dalam menyusun Renstra-SKPD.

(4) SKPD melaksanakan Program dalam RPJM Daerah yang dituangkan dalam
Renstra-SKPD.

(5) SKPD dapat melakukan Konsultasi dan Koordinasi dengan Kepala Bappeda
dalam menyusun Renstra SKPD.

(6) Sistematika RPJM Daerah terdiri atas 11 (sebelas) Bab, yakni:
Bab I Pendahuluan;
Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah;
Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah;
Bab IV Analisis Isu-Isu Strategis;
Bab V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran;
Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan;
Bab VII Kebijakan Umum dan Program pembangunan Daerah;
Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas;
Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah;
Bab X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan; dan
Bab XI Penutup.

(7) Isi beserta uraian terperinci dari RPJM Daerah sebagaimana dimaksud pada
ayat (6) tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.


BAB III
PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RPJM DAERAH

Pasal 3

Pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJM Daerah, mencakup
pelaksanaan Renstra-SKPD dan RPJM Daerah.

Pasal 4

(1) Pengendalian terhadap pelaksanaan Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3, mencakup indikator kinerja SKPD serta rencana program,
kegiatan, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif serta visi, misi, tujuan dan
sasaran Renstra-SKPD.

(2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui
pemantauan dan supervisi terhadap pelaksanaan Renstra SKPD.

(3) Pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dapat
menjamin:
a. indikator kinerja dan kelompok sasaran, rencana program, kegiatan, serta
pendanaan indikatif Renstra SKPD telah dipedomani dalam menyusun
indikator kinerja dan kelompok sasaran, program, kegiatan, dana indikatif dan
prakiraan maju Renja SKPD; dan
b. visi, misi, tujuan dan sasaran Renstra SKPD dijabarkan dalam tujuan dan
sasaran Renja SKPD.

(4) Hasil pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
digunakan untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa indikator kinerja SKPD,
rencana program, kegiatan, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif sesuai
dengan tugas pokok dan fungsinya dalam upaya mencapai visi, misi, tujuan dan
sasaran Renstra SKPD, telah dilaksanakan melalui Renja SKPD.




Pasal 5

(1) Kepala SKPD melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan
Renstra SKPD.

(2) Dalam hal evaluasi dari hasil pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (4) ditemukan adanya ketidaksesuaian/penyimpangan,
Kepala SKPD melakukan tindakan perbaikan/penyempurnaan.

(3) Kepala SKPD melaporkan hasil pengendalian dan evaluasi Renstra SKPD
kepada Bupati melalui kepala Bappeda.


Pasal 6

(1) Kepala Bappeda menggunakan laporan hasil pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan Renstra SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3),
sebagai bahan evaluasi pelaksanaan RPJM Daerah.

(2) Dalam hal evaluasi terhadap laporan hasil pengendalian dan evaluasi
pelaksanaan Renstra SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan
adanya ketidaksesuaian/penyimpangan, Bupati melalui Kepala Bappeda
menyampaikan rekomendasi langkah-langkah penyempurnaan untuk
ditindaklanjuti oleh Kepala SKPD.

(3) Kepala SKPD menyampaikan hasil tindaklanjut perbaikan/penyempurnaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Bupati melalui Kepala Bappeda.

Pasal 7

(1) Pengendalian pelaksanaan RPJM Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3, mencakup program pembangunan daerah dan indikasi rencana program
prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan.

(2) Pengendalian pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
melalui pemantauan dan supervisi terhadap pelaksanaan RPJM Daerah.
(3) Pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus dapat
menjamin:
a. program pembangunan jangka menengah daerah telah dipedomani dalam
merumuskan prioritas dan sasaran pembangunan tahunan daerah;
b. indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan
pembangunan jangka menengah daerah telah dijabarkan ke dalam rencana
program dan kegiatan prioritas pembangunan tahunan daerah.

(4) Hasil pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
digunakan untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa program pembangunan
dan indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan,
pembangunan jangka menengah daerah telah dilaksanakan melalui RKPD.



Pasal 8
(1) Kepala Bappeda melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap
pelaksanaan RPJM Daerah.

(2) Dalam hal evaluasi dari hasil pemantauan dan supervisi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (4), ditemukan adanya ketidaksesuaian/penyimpangan,
Kepala Bappeda melakukan tindakan perbaikan/penyempurnaan.

(3) Kepala Bappeda melaporkan hasil pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
RPJM Daerah kepada Bupati.


BAB IV
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 9

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Ngada.


Ditetapkan di Bajawa
pada tanggal 7 Juni 2011

BUPATI NGADA,




MARIANUS SAE



Diundangkan di Bajawa
pada tanggal 7 Juni 2011

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN NGADA,




MEDA MOSES



LEMBARAN DAERAH KABUPATEN NGADA TAHUN 2011 NOMOR 5





LAMPIRAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGADA
NOMOR 5 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENENGAH (RPJM)
DAERAH KABUPATEN NGADA
TAHUN 2010-2015









PERATURAN DAERAH
KABUPATEN NGADA
NOMOR 5 TAHUN 2011
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN
JANGKA MENEGAH (RPJM)
DAERAH KABUPATEN NGADA
TAHUN 2010-2015







i
Daftar Isi


Halaman

Daftar Isi i
Daftar Tebel iv
Daftar Gambar vi

BAB I PENDAHULUAN I-1
1.1 Latar Belakang I-1
1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-2
1.3 Hubungan Antar Dokumen I-5
1.3.1 Millenium Development goals (MDGS) I-5
1.3.2 RPJP Nasional I-5
1.3.3 RPJM Nasional I-6
1.3.4 RTRW Nasional I-7
1.3.5 RPJP Propinsi NTT I-8
1.3.6 RPJM Propinsi NTT I-9
1.3.7 RTRW Propinsi NTT I-11
1.3.8 RPJP Kabupaten Ngada I-12
1.3.9 RTRW Kabupaten Ngada I-14
1.3.10 Kedudukan RPJMD Kabupaten Ngada I-17
1.4 Sistematika Penulisan I-18
1.5 Maksud dan Tujuan I-19

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH II-1
2.1 Aspek Geografi dan Kependudukan II-1
2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat II-3
2.2.1 PDRB II-3
2.2.2 Struktur Ekonomi II-3
2.2.3 Pendapatan Perkapita II-4
2.2.4 Tenaga Kerja dan Pengangguran II-4
2.3 Aspek Pelayanan Umum II-5
2.3.1 Pertanian II-5
2.3.2 Perikanan dan Rumput Laut II-7

ii
2.3.3 Kehutanan II-8
2.3.4 Pariwisata II-9
2.3.5 Koperasi dan UMKM II-10
2.3.6 Penanaman Modal Daerah II-11
2.3.7 Sosial Budaya II-12
2.3.8 Sarana dan Prasarana Dasar II-34
2.3.9 Energi dan Ketenagalistrikan II-37
2.3.10 Transportasi Darat, Laut dan Udara II-38
2.3.11 Irigasi II-40
2.3.12 Teknologi Informasi II-40
2.3.13 Kependudukan dan Transmigrasi II-41
2.3.14 Kesejahteraan Sosial, Budaya dan Kehidupan
Beragama
II-43
2.3.15 Politik dan Pemerintahan II-44
2.3.16 Hukum dan Hak Asasi Manusia II-46
2.3.17 Kemiskinan II-47
2.4 Aspek Daya Saing II-48
2.4.1 Kemampuan Ekonomi II-48
2.4.2 Fasilitas Wilayah II-49
2.4.3 Iklim Investasi II-50
2.4.4 Sumberdaya Manusia II-51
2.4.5 Tata Ruang II-52
2.4.6 Lingkungan Hidup II-52
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
SERTA KERANGKA PENDANAAN

3.1 Kinerja Keuangan Masa lalu III-1
3.1.1 Kinerja Pelaksanaan dan Pengelolaan APBD III-1
3.1.2 Neraca Daerah III-10
3.2 Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan III-12
3.3 Kerangka Pendanaan III-13

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IV-1
3.1 Permasalahan Pembangunan IV-1
3.2 Isu Strategis IV-2


iii

BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V-1
5.1 Visi V-1
5.2 Misi V-2
5.3 Tujuan dan Sasaran V-2

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN VI-1
6.1 Strategi Pembangunan Daerah VI-1
6.2 Arah Kebijakan VI-5

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN
DAERAH
VII-1

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS VIII-1

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH IX-1

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN X-1
10.1 Pedoman Transisi X-1
10.2 Kaidah Pelaksanaan X-1
10.2.1 Kaidah Penyelenggaraan X-1
10.2.2 Pengendalian dan Evaluasi X-2
BAB XI PENUTUP

LAMPIRAN



X-1











iv

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Produktifitas Tanaman Pangan (ton/ha) II-5
Tabel 2.2 Populasi Ternak Besar, Sedang dan Unggas II-6
Tabel 2.3 Jumlah Nelayan yang memiliki Armada dan Alat Tangkap II-8
Tabel 2.4 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Ngada II-9
Tabel 2.5 Perkembangan Koperasi kabupaten ngada II-10
Tabel 2.6 Jumlah UMKM Perdagangan II-11
Tabel 2.7 Jumlah UMKM Jasa II-11
Tabel 2.8 Angka Melek Huruf II-12
Tabel 2.9 Angka Partisipasi Kasar II-13
Tabel 2.10 Angka Partisipasi Murni II-13
Tabel 2.11 Angka Putus Sekolah II-14
Tabel 2.12 Angka Kelulusan II-14
Tabel 2.13 Angka Melanjutkan Sekolah II-15
Tabel 2.14 Tingkat Penyelesaian Sekolah II-16
Tabel 2.15 Kompetensi Guru II-17
Tabel 2.16 Angka Kematian Bayi II-18
Tabel 2.17 Angka Kematian Ibu II-19
Tabel 2.18 Angka Kematian Balita II-19
Tabel 2.19 Daftar 10 Penyakit Terbanyak II-20
Tabel 2.20 Penanganan Kasus Malaria II.21
Tabel 2.21 Demam Berdarah Dengue II-22
Tabel 2.22 Angka Kesembuhan TB Paru BTA Positif II-22
Tabel 2.23 Penanganan Kasus HIV/AIDS II-23
Tabel 2.24 Kejadian Luar Biasa (KLB) II-24
Tabel 2.25 Status Gizi Masyarakat II-24
Tabel 2.26 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil II-25
Tabel 2.27 Angka Pertolongan Persalinan II-26
Tabel 2.28 Cakupan Universal Child Imunization II-26
Tabel 2.29 Persentase Pemeriksaan Anak SD/MI II-27
Tabel 2.30 Rasio Tenaga Kesehatan Di Kabupaten Ngada II-28
Tabel 2.31 Pemanfaatan Puskesmas dan Jaringannya II-29
Tabel 2.32 Rasio Puskesmas dan Penduduk II-29
Tabel 2.33 Ketersediaan Obat Esensial dan Generik II-30
Tabel 2.34 Pengawasan Sarana Peredaran Obat II-31
Tabel 2.35 Jamkesmas bagi Penduduk Miskin II-32

v
Tabel 2.36 Persentase Pengawasan IRTP II-32
Tabel 2.37 Kepemilikan jamban Keluarga II-33
Tabel 2.38 Panjang Jalan Kabupaten II-36
Tabel 2.39 Jumlah jembatan Kabupaten II-36
Tabel 2.40 Rasio Irigasi terhadap Lahan pertanian II-37
Tabel 2.41 Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Ngada II-47
Tabel 3.1 Rata-Rata Realisasi Pendapatan Daerah tahun 2006-2010 III-2
Tabel 3.2 Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2006-2010
terhadap Total Pendapatan Daerah Ngada Tahun 2006-
1010
III-3
Tabel 3.3 Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Pangsa Perkapita III-4
Tabel 3.4 Realisasi belanja APBD TA.2006 III-5
Tabel 3.5 Realisasi belanja APBD TA.2007 III-7
Tabel 3.6 Realisasi Belanja APBD TA.2008 dan 2009 III-8
Tabel 3.7 Realisasi belanja Daerah dan Pangsa Perkapita Tahun
2006-2009
III-9
Tabel 3.8 Realisasi Pembiayaan 2006-2009 III-10
Tabel 3.9 Neraca Daerah 2006-2009 III-11
Tabel 3.10 Proyeksi Target Pendapatan Daerah 2010 - 2015 III-14
Tabel 5.1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Kabupaten
Ngada
V-7
Tabel 6.1 Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Ngada VI-9
Tabel 7.1 Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah
Kabupaten Ngada
VII-2
Tabel 8.1 Indikasi Rencana Program Prioritas Yang Disertai
Kebutuhan Pendanaan kabupaten Ngada
VIII-2
Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian
Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahanan
Kabupaten Ngada
IX-2















vi




DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ketersediaan Air Bersih II-33


I-1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Rencana Pembangunan J angka Menengah Daerah (RPJ M Daerah)
Kabupaten Ngada untuk masa waktu lima tahun 2010-2015, merupakan penjabaran
visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada
RPJ PD Kabupaten Ngada 2006-2026, dengan memperhatikan RPJ M Provinsi Nusa
Tenggara Timur dan RPJ M Nasional.
RPJ MD Kabupaten Ngada adalah dokumen perencanaan pembangunan
daerah yang berfungsi memberikan arah terhadap seluruh rangkaian proses
pelaksanaan pembangunan, baik yang akan dilakukan oleh komponen
pemerintahan, swasta maupun masyarakat pada umumnya. Pelaksananan
pembangunan daerah Kabupaten Ngada mutlak berpedoman pada RPJ M Daerah
dimaksud. Pertimbangan yang mendasari adalah bahwa hakekat keberadaan
RPJ M Daerah Kabupaten Ngada adalah perwujudan amanat Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, dimana setiap daerah
harus menyusun rencana pembangunan daerah secara sistematis, terarah, terpadu
dan tanggap terhadap perubahan dengan jenjang perencanaan jangka panjang (20
tahun), perencanaan jangka menengah (5 tahun) maupun perencanaan jangka
pendek atau tahunan (1 tahun). Setiap daerah (provinsi/kabupaten/kota) wajib
menetapkan Rencana Pembangunan J angka Panjang Daerah (RPJ PD), Rencana
Pembangunan J angka Menengah Daerah (RPJ MD) dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD).
RPJ M Daerah Kabupaten Ngada merupakan penjabaran visi, misi dan
program Bupati dan Wakil Bupati Ngada terpilih periode 2010 2015. RPJ M
Daerah Kabupaten Ngada tersebut, antara lain memuat strategi pembangunan
daerah, prioritas program, arah kebijakan keuangan daerah, kebijakan umum dan
program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah dan
program kewilayahan disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. RPJ M Daerah ini tidak saja menjadi
I-2

acuan penyusunan Rencana Strategis (Renstra) bagi setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Ngada, tetapi juga dalam penyusunan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) dan Kebijakan Umum Anggaran (KUA)
yang merupakan dasar penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) Kabupaten Ngada.
RPJ M Daerah bukan hanya merupakan penjabaran ke dalam program-
program pembangunan sektor yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah
Kabupaten Ngada saja, tetapi juga merupakan program pembangunan wilayah
yang akan dilaksanakan oleh semua pihak yang terlibat dalam proses pembangunan
di wilayah Kabupaten Ngada. Artinya, RPJ M Daerah ini merupakan perwujudan
komitmen pemerintah, swasta, dan masyarakat di Kabupaten Ngada dalam upaya
pembangunan yang akan dilaksanakan secara bersama dalam kurun waktu lima
tahun ke depan.
Dokumen RPJ MD diperlukan agar hasil-hasil pembangunan yang sudah
dicapai sebelumnya dapat terjamin keberlanjutannya, dan permasalahan serta
tantangan yang sedang dihadapi daerah dapat diatasi dengan lebih optimal. Oleh
karena itu, dalam penyusunan perencanaan pembangunan daerah perlu
dipertimbangkan program pembangunan yang mampu beradaptasi dengan
perubahan yang demikian cepat.
Sebagai pijakan perencanaan pembangunan untuk kurun waktu lima tahun ke
depan, maka pada RPJ MD Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 tercantum indikasi
rencana program prioritas tahunan daerah yang akan dilaksanakan untuk kurun
waktu lima tahun beserta kebutuhan pendanaannya. Oleh karenanya RPJ MD
Kabupaten Ngada Tahun 20102015 menjadi rujukan dalam penyusunan
perencanaan tahunan daerah atau Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
Kabupaten Ngada pada kurun waktu 2010-2015. RPJ MD memuat tolok ukur kinerja
pembangunan Pemerintah Kabupaten Ngada selama lima tahun. Pada akhirnya
RPJ MD Kabupaten Ngada tahun 2010-2015 akan dipertanggungjawabkan oleh
Bupati/Wakil Bupati Ngada di akhir masa jabatannya.





I-3

1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN
Landasan penyusunan RPJ M Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015
adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah daerah
Tingkat II Dalam Wilayah Daerah daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat
dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958
Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
8. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan J angka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia
I-4

Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4700);
9. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4725);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4593);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4815);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
15. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
J angka Menengah Nasional (RPJ MN) Tahun 2010-2014.
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
I-5

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah;
17. Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana
Pembangunan J angka Panjang Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2006-2026
( Lembaran Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2006 Nomor 6 Seri E Nomor 1)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Ngada Nomor 4
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Ngada
Nomor 6 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan J angka Panjang Daerah
Kabupaten Ngada (Lembaran Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2011 Nomor 4).

1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN
1.3.1 MILLENIUM DEVELOMPMENT GOALS (MDGS)
Tujuan pembangunan Milenium atau yang lebih dikenal dengan istilah MDGs
merupakan paradigm pembangunan global yang disepakati secara internasional
oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dalam
Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium PBB bulan September 2000 silam.
MDGs menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama
pembangunan. Pembangunan dimaksud harus diikuti dengan kemajuan yang
terukur dan berdasarkan tenggat waktu tertentu. Deklarasi ini menghimpun
komitmen para pemimpin dunia, yang belum pernah terjadi sebelumnya, untuk
menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi, dan kebebasan
fundamental dalam satu paket. Negara-negara anggota PBB kemudian
mengadopsi MDGs. Secara ringkas, arah pembangunan yang disepakati secara
global meliputi: (1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan berat; (2)
mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan
kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; (4) menurunkan kematian
anak; (5) meningkatkan kesehatan maternal; (6) melawan penyebaran HIV/AIDS,
dan penyakit kronis lainnya (malaria dan tuberkulosa); (7) menjamin
keberlangsungan lingkungan; dan (8) mengembangkan kemitraan global untuk
pembangunan.



I-6

1.3.2 RPJP Nasional
Berdasarkan kondisi bangsa Indonesia saat ini, tantangan yang dihadapi
dalam 20 tahun mendatang serta dengan memperhitungkan modal dasar yang
dimiliki Indonesia dan amanat pembangunan yang tercantum dalam pembukaan
UUD 1945, maka visi pembangunan Nasional tahun 2005-2025 adalah Indonesia
yang Maju, Mandiri dan Adil .
Visi pembangunan Nasional tahun 2005-2025 ini mengarah pada pencapaian
tujuan Nasional seperti tertuang pada pembukaan UUD 1945. Visi pembangunan
Nasional tersebut harus dapat diukur untuk dapat mengetahui tingkat kemajuan,
kemandirian dan keadilan yang ingin dicapai.
Dalam mewujudkan visi pembangunan Nasional tersebut ditempuh melalui 7
(tujuh) misi sebagai berikut : mewujudkan Daya Saing Bangsa, mewujudkan
Masyarakat Demokratis Berlandaskan Hukum, mewujudkan Indonesia Aman, Damai
dan Bersatu, mewujudkan Pemerataan Pembangunan dan Berkeadilan,
mewujudkan Indonesia Asri dan Lestari, mewujudkan Masyarakat Bermoral,
Beretika dan Berbudaya, serta mewujudkan Indonesia Berperan Penting dalam
Pergaulan Dunia Internasional. Ketujuh misi tersebut dibuat berdasarkan kondisi
umum dari berbagai bidang seperti
Tujuan pembangunan jangka panjang tahun 20052025 adalah mewujudkan
bangsa yang maju, mandiri, dan adil sebagai landasan bagi tahap
pembangunan berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945. Sebagai ukuran tercapainya
Indonesia yang maju, mandiri, dan adil, pembangunan nasional dalam 20 tahun
mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok untuk mencapai
visi dan misi pembangunan tersebut. Untuk mencapai sasaran pokok sebagaimana
dimaksud di atas, pembangunan jangka panjang membutuhkan tahapan dan skala
prioritas yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka
menengah. Setiap sasaran pokok dalam delapan misi pembangunan jangka panjang
dapat ditetapkan prioritasnya dalam masing- masing tahapan.



I-7

1.3.3 RPJM Nasional
Penyusunan RPJ M Nasional bersumber dari penjabaran RPJ P Nasional
dengan menitikberatkan pada tiga agenda pokok berikut;
1. Agenda Menciptakan Indonesia Yang Aman dan Damai yang meliputi :
Pengembangan kebudayaan yang berlandaskan pada nilai-nilai luhur,
Peningkatan keamanan, ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas,
Pencegahan dan penanggulangan separatisme, Pencegahan dan
penanggulangan gerakan terorisme, Peningkatan Kemampuan Pertahanan
Negara dan Pemantapan Politik Luar Negeri dan Peningkatan Kerjasama
Internasional.
2. Agenda Menciptakan Indonesia yang Adil dan Demokratis yang meliputi :
Pembenahan sistem dan politik hukum, Penghapusan Diskriminasi Dalam
Berbagai Bentuk, Penghormatan, Pengakuan Dan Penegakan Atas Hukum Dan
Hak Asasi Manusia, Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan
Serta Kesejahtraan & Perlindungan Anak, Revitaslisasi Proses Desentralisasi
Dan Otonomi Daerah, Penciptaan Tata Pemerintahan yang Bersih dan
Berwibawa dan Perwujudan Lembaga Demokrasi yang Makin Kokoh
3. Agenda Peningkatan Kesejateraan Rakyat yang meliputi : Penanggulangan
Kemiskinan, Peningkatan Investasi dan Ekspor Non Migas, Peningkatan Daya
Saing Industri Manufaktur, Revitalisasi Pertanian, Pemberdayaan Koperasi Dan
Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah, Peningkatan Pengelolaan BUMN,
Peningkatan Kemampuan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi, Perbaikan Iklim
Ketenagakerjaan, Pemantapan Stabilitas Ekonomi Makro, Pembangunan
Perdesaan, Pengurangan Ketimpangan Pembangunan Wilayah, Peningkatan
Akses Masyarakat Terhadap Pendidikan Yang Berkualitas, Peningkatan Akses
Masyarakat Terhadap Kesehatan Yang Berkualitas, Peningkatan Perlindungan
Dan Kesejahteraan Sosia, Pembangunan Kependudukan Dan Keluarga Kecil
Berkualitas Serta Pemuda Dan Olahraga, Peningkatan Kualitas Kehidupan
Beragama, Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Pelestarian Fungsi
Lingkungan Hidup, serta Percepatan Pembanguan Infrastruktur.




I-8

1.3.4 RTRW Nasional
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional mencakup beberapa bagian yang
dikaji, yaitu meliputi :
1. Keterkaitan antara kawasan perdesaan dan perkotaan dapat diwujudkan dengan
pengembangan kawasan agropolitan;
2. Pada wilayah pulau yang luas kawasan berfungsi lindungnya harus mencapai
30% (tiga puluh persen) dari luas wilayah yang ada;
3. Kawasan budidaya yang dikembangkan bersifat saling menunjang satu sama
lain;
4. Kawasan strategis Nasional adalah kawasan yang menjadi tempat kegiatan
perekonomian yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian
Nasional dan/atau menjadi tempat kegiatan pengolahan sumber daya strategis
seperti kawasan pertambangan dan pengolahan migas, radioaktif, atau logam
mulia;
5. Dikembangkannya prasarana dan sarana pendukung seperti jaringan jalan, air
bersih, jaringan listrik, dan telekomunikasi yang dapat mendorong pertumbuhan
ekonomi di kawasan tersebut dan di kawasan sekitarnya;
6. Strategi mengembangkan dan mempertahankan kawasan budi daya pertanian
pangan dilaksanakan, antara lain, dengan mempertahankan lahan sawah
beririgasi teknis di kawasan yang menjadi sentra produksi pangan Nasional;
7. Pengembangan kegiatan pengelolaan sumber daya kelautan di ALKI, ZEE
Indonesia, dan/atau landas kontinen didasarkan pada hak berdaulat atas
sumber daya alam yang terkandung di dalamnya berdasarkan Konvensi
Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum Laut Internasional;
8. Adanya daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan;
9. Pemanfaatan ruang secara vertikal pemanfaatan ruang secara kompak; serta
10. Kegiatan penunjang adalah kegiatan yang turut menunjang atau mendukung
terselenggaranya suatu kegiatan atau kegiatan utama yang memanfaatkan
sumber daya alam dan/atau teknologi strategis kegiatan turunan adalah kegiatan
yang memanfaatkan hasil atau produk dari kegiatan utama sebagai input
produksinya.

I-9

Tinjauan RTRW Nasional ditelaah terhadap pola dan struktur ruang nasional
di wilayah Kabupaten Ngada. Pola ruang secara garis besar terdiri dari kawasan
lindung dan kawasan budi daya. Kawasan lindung merupakan adalah kawasan
yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian hidup yang mencakup
sumber daya alam, sumber daya buatan dan nilai sejarah budaya bangsa untuk
kepentingan pembangunan yang berkelanjutan. Kawasan budi daya adalah
kawasan yang dimanfaatkan secaraterencana dan terarah yang berkelanjutan
berwawasan lingkungan, sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi
hidup dan kehidupan manusia.

1.3.5 RPJP Propinsi NTT
RPJ P Propinsi Nusa Tenggara Timur dilihat berdasarkan visi pembangunan
NTT 2005-2025 yang dirumuskan sebagai berikut: NUSA TENGGARA TIMUR
YANG MAJU, MANDIRI, ADIL DAN MAKMUR DALAM BINGKAI NEGARA
KESATUAN RI . Visi tersebut telah dijabar secara lebih konkrit dalam tujuh misi
pembangunan daerah yang meliputi: 1) Mewujudkan masyarakat NTT yang
bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila; 2)
Mewujudkan manusia NTT yang berkualitas dan berdaya saing global; 3)
Mewujudkan masyarakat NTT yang demokratis berlandaskan hukum; 4)
Mewujudkan NTT sebagai wilayah yang berketahanan ekonomi, sosial budaya,
politik dan keamanan; 5) Mewujudkan NTT sebagai wilayah yang memiliki
keseimbangan dalam pengelolaan lingkungan; 6) Mewujudkan posisi dan peran
NTT dalam pergaulan antar negara, daerah dan masyarakat; 7) Mewujudkan
Nusa Tenggara Timur sebagai provinsi kepulauan dan masyarakat maritim.
Perwujudan manusia NTT yang berdaya saing global ditandai dengan
meningkatnya pemerataan dan perluasan akses dan mutu lembaga pendidikan
serta pelayanan kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat;
meningkatnya mutu, relevansi dan keunggulan pada semua jenis dan
jenjang pendidikan; meningkatnya manajemen pembangunan sumberdaya
manusia secara transparan dan akuntabel; meningkatnya pola kemitraan antara
pemerintah, masyarakat dan dunia usaha dalam pengembangan pendidikan dan
layanan kesehatan.
Selain peningkatan kualitas sumber daya manusia NTT, perlu dilakukan pula
I-10

pemanfaatan potensi daerah untuk kemakmuran rakyat. Hal tersebu ditandai
dengan peningkatan produksi dan produktivitas pertanian, perkebunan,
perikanan dan kelautan dan sumberdaya lainnya secara terencana dan
terkoordinasi serta berkelanjutan; pembukaan daerah daerah terisolasi dan
terpencil; peningkatan jaringan infrastruktur transportasi; meningkatnya promosi
wisata budaya, bahari dan alam serta menumbuhkembangkan jiwa wirausaha pada
masyarakat NTT; meningkatnya kesadaran dan partisipasi politik rakyat; dan
terciptanya stabilitas politik, ekonomi dan keamanan di daerah perbatasan
serta pengarusutamaan gender pada bidang pembangunan.

1.3.6 RPJM Propinsi NTT
Penyusunan RPJ M Propinsi NTT dijabarkan sesuai dengan RPJ P Propinsi
NTT. Sasaran pembangunan daerah merupakan sasaran dari agenda
pembangunan daerah tahun 2009-2013. Sasaran dari masing-masing agenda
pembangunan daerah adalah dijabarkan dalam delapan agenda pembangunan
yang meliputi :
1. Pemantapan Kualitas Pendidikan
2. Pembangunan Kesehatan
3. Pembangunan Ekonomi.
4. Pembangunan Infrastruktur
5. Pembenahan Sistim Hukum (Daerah) dan Keadilan.
6. Konsolidasi Tata Ruang dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
7. Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Pemuda
8. Agenda Khusus yang meliputi :
a.
Penurunan jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan
merupakan tujuan utama dari program penanggulangan kemiskinan
yang dilaksanakan oleh pemerintah. BPS NTT melaporkan bahwa sampai
dengan bulan Maret tahun 2008 jumlah penduduk miskin di NTT sebanyak
1.098.300 jiwa (25,65%). Berdasarkan data jumlah penduduk miskin yang
ada dan rataan kecenderungan penurunannya selama tiga tahun terakhir
(1,85).
Penanggulangan kemiskinan
I-11

b. Pembangunan daerah perbatasan
Pembangunan daerah perbatasan bertujuan untuk mempercepat
pembangunan daerah perbatasan antar negara, baik melalui pembangunan
sarana dan prasana sosial dasar maupun penciptaan situasi yang kondisi
yang dapat mendukung pelaksanaan program pembangunan. Sedangkan
di daerah perbatasan antar kabupaten/ kota pembangunan lebih diarahkan
pada upaya penyelesaian batas antar daerah.
.
c.
Sasaran pembangunan daerah kepulauan yang akan dicapai adalah:
a). menyiapkan sarana dan prasarana sosial dasar, terutama pendidikan,
kesehatan dan ekonomi, b). Meningkatnya akses, kontrol dan partisipasi
seluruh elemen masyarakat dalam kegiatan pembangunan perdesaan yang
ditandai dengan terwakilinya aspirasi semua kelompok masyarakat dan
meningkatnya kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan
pembangunan, c). Meningkatnya kesejahteraan masyarakat yang ditandai
dengan berkurangnya jumlah penduduk miskin serta meningkatnya taraf
pendidikan dan kesehatan, terutama perempuan dan anak, d). Meningkatnya
upaya pengamanan di pulau-pulau terluar dan terdepan, e). meningkatkan
upaya pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan peran
masyarakat dalam pembangunan dan pengentasan kemiskinan, dan f).
Meningkatnya upaya pemberdayaan masyarakat Komunitas Adat Terpencil
(KAT) kepulauan.
Pembangunan Daerah Kepulauan.
d.
Sasaran pembangunan daerah rawan bencana tahun 2009-2013 adalah: a).
Meningkatnya koordinasi antar pemerintah pusat, provinsi dan
kabupaten/kota dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya
bencana, b). Tersedianya peta daerah rawan bencana, c). Tersedianya
tenaga siaga bencana (TAGANA) dan relawan yang terlatih, d). Meningkatnya
kesadaran dan peranserta masyarakat dalam upaya pencegahan
dan penanggulangan bahaya bencana, e). Pengembangan sistim
kewaspadaan dini terhadap bahaya bencana melalui Early Warning System
(EWS), f). Meningkatnya upaya rehabilitasi dan rekonstruksi terhadap
sarana dan prasarana sosial dasar di daerah bencana, dan g). terbentuknya
Pembangunan Daerah Rawan Bencana
I-12

kerjasama antar daerah untuk pengurangan resiko bencana.

1.3.7 RTRW Propinsi NTT
Ruang dalam Review Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Nusa Tenggara
Timur diarahkan untuk mewujudkan struktur ruang wilayah yang serasi dan seimbang
dalam upaya pemanfaatannya, baik untuk ruang kawasan lindung maupun ruang
untuk kawasan budi daya sehingga dalam pengembangannya dapat berdayaguna
dan berhasil guna secara optimal sesuai dengan potensi dan kendala yang ada
padanya. Secara struktural, ruang wilayah Propinsi Nusa Tenggara Timur (RTRWP)
dibagi kedalam satuan Wilayah Pengembangan (WP) sebagai berikut :
1. Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Sumba.
Wilayah Pengembangan Pulau Sumba dengan pusat pengembangan di Waingapu
(Kota Orde II) dengan wilayah pengaruh Kabupaten Sumba Timur dan Kabupaten
Sumba Barat. Arahan kegiatan utama yang akan dikembangkan adalah
peternakan, kehutanan, pertanian tanaman pangan dan pariwisata.
2. Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Flores.
Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Flores ini terdiri dari 3 (tiga) pusat
pengembangan, yaitu :
a. Pusat Pengembangan Maumere (Kota Orde II) dengan wilayah pengaruh
meliputi Kabupaten Sikka dan Kabupaten Flores Timur. Arah kegiatan utama
yang akan dikembangkan adalah perikanan, perindustrian, perkebunan dan
pariwisata.
b. Pusat Pengembangan Ende (Kota Orde II) dengan wilayah pengaruh meliputi
Kabupaten Ende dan Kabupaten Ngada. Arah kegiatan utama yang akan
dikembangkan adalah perikanan, pertanian tanaman pangan, perkebunan,
pariwisata dan pendidikan.
c. Pusat Pengembangan Ruteng (Kota Orde II) dengan wilayah pengaruh
meliputi seluruh wilayah Kabupaten Manggarai. Arah kegiatan utama yang
akan dikembangkan adalah perikanan, pertanian tanaman pangan,
perkebunan dan pariwisata.
I-13

3. Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Timor
Wilayah Pengembangan (WP) Pulau Timor ini terdiri dari dua pusat
pengembangan, yaitu:
a. Pusat Pengembangan Kupang dengan wilayah pengaruh meliputi Kabupaten
Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Kabupaten Alor. Kegiatan
utama yang akan dikembangkan pada wilayah pengembangan ini adalah
pusat pemerintahan, perikanan, perindustrian, perkebunan, pariwisata,
pendidikan, Pertanian tanaman pangan, kehutanan, perdagangan dan
peternakan.
b. Pusat Pengembangan Atambua dengan wilayah pengaruh meliputi
Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Belu.
Kegiatan utama yang akan dikembangkan pada wilayah pengembangan ini
adalah perikanan, perkebunan, pertanian tanaman pangan, kehutanan dan
peternakan.
Catatan kritis terhadap Rencana Tata Ruang Propinsi NTT adalah: 1)
Persehatian batas antar Kabupaten Ngada dengan Kabupaten tetangga yakni
Kabupaten Manggarai Timur dan Kabupaten Nagekeo yang sampai saat ini belum
terselesaikan; 2) Pengurangan luasan kawasan lindung sesuai dengan kebutuhan
pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan tidak
menghilangkan fungsi kawasan dan persyaratan minimal luasan kawasan lindung
untuk suatu wilayah.
1.3.8 RPJPD Kabupaten
Arah Kebijakan Pembangunan J angka Panjang Daerah Kabupaten Ngada
2006 2026 merupakan koridor yang dibentuk untuk mengarahkan jalannya
pembangunan selama 20 tahun ke depan berdasarkan Visi dan Misi Pembangunan
Ngada yang telah ditetapkan. Untuk kepentingan ini, sejalan dengan agenda
pembangunan Nasional dan Pembangunan Propinsi NTT, ditetapkan 9 agenda yang
menjadi sasaran pokok pembangunan jangka panjang daerah berdasarkan setiap
misi untuk merumuskan arah kebijakan dan pentahapan pembangunan 5 (lima)
tahunan selama 20 (dua puluh) tahun dan prioritas masing-masing tahapan.
Sasaran pokok yang dimaksud adalah sebagai berikut :

I-14

1. Peningkatan daya saing masyarakat.
2. Pengembangan ekonomi
3. Pemantapan penyelenggaraan pemerintah
4. Penegakan hukum dan HAM
5. Pemberdayaan perempuan dan pemuda
6. Penguatan kelembagaan sosial kemasyarakatan
7. Pengembangan wilayah
8. Pengembangan institusi kepemilikan tanah
9. Peningkatan kapitalisasi perdesaan

Dalam pelaksanaanya RPJ P 2006 2026 terbagi dalam empat tahapan dan
prioritas seperti berikut :
1. Tahap lima tahun ke-1 (2006-2010): Inisiasi & Pembangunan Infrastruktur
Pemberdayaan Masyarakat
Penekanan pada lima tahun pertama adalah pembangunan sarana dan
prasarana dasar keunggulan daerah, dan persiapan dasar kompetensi SDM
yang berdaya saing unggul, serta konsolidasi potensi ekonomi dan
pengembangan kelembagaan. Dengan indikator ekonomi makro yang mau
dicapai pada akhir tahun perencanaan PDRB Kabupaten Ngada sebesar 402,
29 Milyar, Pendapatan perkapita 2,827 J uta, Pertumbuhan Ekonomi 5,11% dan
Angka Pengangguran sejumlah 2.700 orang.

2. Tahap lima tahun ke-2 (2010-2015): Dinamisasi & Pengembangan
Infrastruktur Pemberdayaan Masyarakat
Penekanan pada lima tahun kedua adalah pembangunan fasilitas-fasilitas
pendukung utama keunggulan daerah yang memiliki daya dukung berantai
positif (backward effect & forward effect) untuk mendorong kemajuan daerah
dan melanjutkan pembangunan kompetensi SDM yang berdaya saing unggul
secara lebih luas serta menggerakkan potensi, ekonomi, membuka ruang
investasi, membuka akses pasar, dan penguatan kelembagaan keuangan mikro
serta reformasi birokrasi. Dengan indikator ekonomi makro yang mau dicapai
pada akhir tahun perencanaan PDRB Kabupaten Ngada sebesar 514,66 Milyar,
Pendapatan perkapita 3,254 J uta, Pertumbuhan Ekonomi 5,41% dan Angka
Pengangguran sejumlah 2.079 orang.
I-15


3. Tahap lima tahun ke-3 (2015-2020): Akselerasi Kemandirian Masyarakat
Penekanan pada lima tahun ketiga adalah percepatan pendayagunaan
kapasitas keunggulan daerah melalui pengerahan SDM dan fasilitas-fasilitas
utama pendukung keunggulan daerah, akselerasi usaha ekonomi dan potensi
unggulan, serta penguatan jejaring untuk meningkatkan daya saing keunggulan
daerah. Dengan indikator ekonomi makro yang mau dicapai pada akhir tahun
perencanaan PDRB Kabupaten Ngada sebesar 658,41 Milyar, Pendapatan
perkapita 3,745 J uta, Pertumbuhan Ekonomi 5,71% dan Angka Pengangguran
sejumlah 1.357 orang.

4. Tahap lima tahun ke-4 (2020-2025): Masyarakat Unggul dan Mandiri
Penekanan pada lima tahun keempat adalah penguatan upaya
pencapaiankeunggulan dan kemandirian daerah melalui sarana-sarana
pendukung lanjut, penguatan orientasi kompetisi pada pembangunan SDM
unggul, serta expansi perekonomian dan industri berbasis keunggulan daerah
yang didukung dengan kemandirian pangan, kemandirian air dan kemandirian
energi. Dengan indikator ekonomi makro yang mau dicapai pada akhir tahun
perencanaan PDRB Kabupaten Ngada sebesar 842,328 Milyar, Pendapatan
perkapita 4,310 J uta, Pertumbuhan Ekonomi 6,01 % dan Angka Pengangguran
sejumlah 524 orang.

1.3.9 RTRW Kabupaten Ngada
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngada 2010-2030
Arahan Kebijakan Tata Ruangnya adalah sebagai berikut
1.3.9.1 Rencana Struktur Ruang Wilayah
A. Sistem Perdesaan
1. Mempercepat pengembangan kawasan Agropolitan untuk
mendorong pertumbuhan kawasan perdesaan di Wilayah Ngada
melalui peningkatan produksi, pengolahan dan pemasaran produk
I-16

pertanian unggulan, serta pengembangan infrastruktur penunjang
di Kecamatan Golewa.
2. Memprioritaskan pengembangan wilayah tertinggal melalui
peningkatan infrastruktur dan sarana pendukung lainnya.
B. Sistem Perkotaan
Pembentukan orde perkotaan secara berjenjang dan bertahap sesuai
pengembangan perkotaan. Prioritas pembangunan sistem perkotaan di
Kabupaten Ngada meliputi :
1. Mempercepat pengembangan Perkotaan Aimere, Riung dan
Golewa melalui kerjasama dengan daerah lain khususnya Kota
Bajawa;
2. Mempercepat perkembangan Bajawa sebagai ibukota kabupaten
melalui pengembangan pusat pemerintahan, pengembangan
perumahan dan infrastruktur penunjang; serta
3. Mendorong dan mempercepat pengembangan perkotaan Aimere,
Golewa dan Riung sebagai kota pelabuhan dan Pariwisata melalui
promosi, kerjasama dalam penyediaan tanah, dan pengembangan
pelabuhan.
C. Sistem J aringan Infrastruktur Wilayah
1. Pengembangan sistem jaringan jalan raya antar kecamatan dan
desa yang masih terisolir;
2. Pengembangan pelabuhan Pariwisata Kecamatan Riung;,
pelabuhan barang dan penyebrangan di Kecamantan Aimere, dan
Golewa serta
3. Pengembangan penyediaan air bersih, Listrik dan telekomunikasi
pada kawasan yang masih belum mendapatkan pelayanan.

1.3.9.2 Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Ngada
A. Kawasan Lindung
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, melalui
penetapan kawasan hutan dan pengamanan wilayah Daerah Aliran Sungai
(DAS);
2. Kawasan perlindungan setempat, melalui perbaikan mangrove dan kawasan
pesisir di Riung, Aimere dan Golewa;
I-17

3. Kawasan suaka alam dan pelestarian alam, melalui perlidungan kawasan
cagar alam dan reboisasi kawasan yang rusak;
4. Kawasan bencana alam, melalui peningkatan kegiatan untuk
penanggulangan bencana alam khususnya bencana longsor; serta
5. Kawasan lindung lainnya, melalui pengembalian rona alam yang mengalami
kerusakan pada kawasan-kawasan konservasi.
B. Kawasan Budidaya
1. Kawasan pertanian, melalui :
1.1 Penetapan lahan abadi pertanian pangan (sawah beririgasi teknis);
1.2 Pengembangan Agroindustri dan agrowisata pada kecamatan yang
potensial
1.3 Pengembangan lumbung desa modern;
1.4 Pengembangan holtikultura unggulan;
1.5 Pengembangan sentra peternakan; serta
1.6 Pengembangan perikanan tangkap;
2. Kawasan pariwisata, melalui :
2.1 Pengembangan kawasan wisata Kecamatan Riung
2.2 Pengembangan wisata unggulan di Kabupaten Ngada, yaitu : Wisata
17 pulau, Air panas Mengeruda, Perkampungan Adat dan Danau
Vulkanik, serta potensi lainnya.
2.3 Kawasan permukiman, melalui penyediaan rumah yang layak huni di
Kabupaten Ngada (pengembangan Kasiba-Lisiba).
Pelaksanaan pembangunan dilakukan selama kurun waktu 20 tahun, yang
dibagi menjadi 5 tahapan, yaitu :
Tahap I : 2010 2015
Tahap II : 2016 2020
Tahap III : 2021 - 2025
Tahap IV : 2026 - 2030
Penyusunan program dalam rangka pemantapan kawasan lindung dan
pengembangan kawasan budidaya didasarkan pada potensi pengembangan spasial
maupun sektoral. Pengembangan kawasan budidaya sebagai pengisian dari
rencana-rencana pembangunan di daerah akan dibatasi oleh pendeliniasian dan
pemantapan terlebih dahulu kawasan yang berfungsi lindung.




I-18

1.3.9.3 Berdasarkan Rencana Struktur Tata Ruang Kabupaten Ngada
dibagi menjadi 5 Wilayah Pengembangan, yaitu :
1. Wilayah Pengembangan (WP) Riung, terdiri dari : Kecamatan Riung
Barat, Kecamatan Wolomeze, Kegiatan utamanya adalah Pariwisata yang
berpusat di Kecamatan Riung, sedangkan kegiatan pendukungnya berupa ;
Pariwisata, Perhotelan, Kehutanan, Perdagangan dan jasa Outlet
pemasaran industri kerajinan, Agrowisata, Peternakan, Perikanan dengan
wilayah pendukung adalah kecamatan Wolomeze dan Riung barat
2. Wilayah Pengembangan (WP) Aimere, terdiri dari : Kecamatan Aimere,
Kecamatan J erebuu dengan pusat pengembangan di Kecamatan Aimere,
kegiatan utamanya adalah Transportasi, Perikanan, Pertanian, kegiatan
penunjang adalah Agrowisata, Kehutanan, Agroindustri, Pusat produksi
Pertanian, Peternakan, Wisata budaya;
3. Wilayah Pengembangan (WP) Golewa, dengan pusat pengembangan di
Kecamatan Golewa, kegiatan utama yang akan dikembangkan adalah
Agropolitan, serta kegiatan penunjang berupa Pariwisata, Perdagangan
dan jasa, Perkantoran, Pendidikan, Kesehatan, Peribadatan, Transportasi,
Agrowisata, Agroindustri, Wisata budaya;
4. Wilayah Pengembangan (WP) Bajawa, dengan kegiatan utama adalah
Pusat pelayanan Administrasi wilayah, Pusat pelayanan sosial dan
perekonomian wilayah Kabupaten Ngada, dengan kegiatan pendukung
berupa ; Pariwisata, Perdagangan dan jasa, Perkantoran, Pendidikan,
Kesehatan, Peribadatan, Agrowisata, Agroindustri, Pertambangan galian C
dan Wisata budaya.
5. Wilayah Pengembangan (WP) Soa, terdiri dari Kecamatan Bajawa Utara,
Kecamatan Wolomeze dengan kegiatan utamanya adalah sebagai pusat
pelayanan Transportasi udara, Lumbung padi Kabupaten Ngada dan
gerbang kabupaten Ngada

1.3.10 Kedudukan RPJMD Kabupaten Ngada
Kabupaten Ngada merupakan salah satu dari 21 (dua puluh satu) kabupaten
yang berada dalam wilayah administrasi Propinsi Nusa Tenggara Timur. Sebagai salah
satu kabupaten, maka dalam pelaksanaan dan pengelolaan pembangunan di
I-19

Kabupaten Ngada, baik yang telah, sedang maupun yang akan dilaksanakan, sudah
barang tentu tidak terlepas dari pengaruh kebijakan di tingkat Propinsi dan Nasional.
Disamping itu, kebijakan pembangunan di wilayah kabupaten lain disekitarnya
tentunya akan memberikan pengaruh pula.
RPJ M Daerah Kabupaten Ngada merupakan bagian integral dari dokumen
perencanaan pembangunan lainnya, yaitu; RPJ P Nasional, RPJ M Nasional,
RTRW Nasional, RPJ P Daerah Provinsi NTT, RPJ M Daerah Provinsi NTT, RTRW
Propinsi NTT, RPJ P Daerah Kabupaten Ngada, Visi dan Misi Kepala Daerah
terpilih. Sejalan dengan payung hukum perencanaan di tingkat pusat, maka
dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah meliputi RPJ P Daerah Kabupaten
Ngada, RPJ M Daerah Kabupaten Ngada dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD). Apabila dihubungkan dengan pasal 5 ayat 2 Undang-Undang 25 Tahun
2004, dinyatakan bahwa RPJ M Daerah merupakan Rencana Strategis (RENSTRA)
Daerah yang disesuaikan dengan potensi, kondisi, dan aspirasi masyarakat dan
terdiri dari Strategi Pembangunan Daerah, Kebijakan Umum, Arah Kebijakan
Keuangan Daerah dan Program Satuan Perangkat Kerja Daerah (SKPD), Lintas
SKPD dan Lintas Kewilayahan yang memuat Kerangka Regulasi dan Kerangka
Anggaran.
Selanjutnya RPJ MD Kabupaten Ngada Tahun 2010 - 2015 dijadikan sebagai
acuan penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra
SKPD) tahun 2011-2015 di lingkungan Pemerintahan Kabupaten Ngada dan acuan
dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2011 sampai
dengan 2015. Selanjutnya RENSTRA dijabarkan dalam rencana pembangunan
tahunan yang akan dilaksanakan oleh SKPD, sedangkan RKPD akan menjadi
dasar penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA), Rencana Kerja (Renja) serta
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Kabupaten Ngada pada setiap
tahunnya. Melalui perencanaan yang komprehensif dan bertanggung jawab, maka
ditargetkan bahwa visi dan misi Kepala Daerah yang telah dirumuskan dalam RPJ M
Daerah Kabupaten Ngada ini, dapat dicapai secara bertahap dan berkelanjutan
setiap tahunnya.


I-20

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Dokumen RPJ M Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 disusun
berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata
Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, landasan hukum, hubungan
RPJ M Daerah dengan dokumen perencanaan lainnya, sistematika penulisan,
serta maksud dan tujuan penyusunan RPJ M Daerah.
Bab II: Gambaran Umum Kondisi Daerah, berisi tentang kondisi saat ini
berkaitan dengan aspek gografi dan demografi, aspek kesejahteraan
masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.
Bab III: Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kerangka Pendanaan,
berisi gambaran kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan keuangan
masa lalu, serta kerangka pendanaan .
Bab IV: Analisis Isu-Isu Strategis, berisi permasalahan pembangunan dan isu
strategis.
Bab V: Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran, berisi pernyataan dan penjelasan visi dan
misi serta tujuan dan sasaran pembangunan selama lima tahun kedepan.
Bab VI: Strategi dan Arah Kebijakan, berisi strategi serta arah kebijakan
pembangunan daerah selama lima tahun ke depan
Bab VII Kebijakan Umum dan Program pembangunan Daerah, berisi tentang
arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target
capaian indikator kinerja.
Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas, berisi uraian hubungan urusan
pemerintah dengan SKPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab
SKPD.
Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah, berisi gambaran tentang ukuran
keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah
pada akhir periode masa jabatan.
Bab X Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan, berisi tentang pedoman
transisi untuk menjaga keberlanjutan rencana pembangunan dan kaidah
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi perencanaan.
Bab XI Penutup

I-21

1.5 MAKSUD DAN TUJUAN
RPJ M Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015, disusun dengan maksud
memberikan arah sekaligus menjadi acuan bagi seluruh komponen pembangunan
(pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha), dengan tujuan untuk mewujudkan visi,
misi dan arah pembangunan yang disepakati bersama sehingga seluruh upaya yang
dilakukan oleh pelaku pembangunan bersifat sinergis, koordinatif, dan saling
melengkapi satu dengan lainnya di dalam pola sikap dan pola tindak.
Sedangkan tujuan penyusunan RPJ M Daerah Kabupaten Ngada Tahun
2010- 2015 adalah sebagai berikut :
1. Mewujudkan visi, misi Kepala Daerah terpilih dalam bentuk penjabaran strategi,
kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai kebutuhan masyarakat
Kabupaten Ngada agar lebih berbudaya, unggul, mandiri dan sejahtera.
2. Menjaga kesinambungan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
pelaksanaan, evaluasi dan pengawasan pembangunan daerah Kabupaten
Ngada selama lima tahun ke depan 2010-2015.
3. Mendayagunakan potensi sumberdaya alam dan buatan yang tersedia secara
tepat dan terarah, efektif dan efisien secara berkelanjutan untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat Kabupaten Ngada.
4. Mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu strategis pembangunan yang sedang
berkembang, sebagai acuan dalam perumusan arah kebijakan dan perencanaan
program pembangunan daerah yang berorientasi pada pemberdayaan
masyarakat
5. Menetapkan pencapaian sasaran dan target kinerja setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dalam rangka mewujudkan visi dan misi Kepala
Daerah, agar terjadi sinergisitas lintas sektor, lintas kegiatan dan pemahaman
para pelaku pembangunan.
6. Meletakan landasan pembangunan daerah yang kokoh demi tercapainya
masyarakat Kabupaten Ngada yang berbudaya, unggul, mandiri dan sejahtera.
____________________________
II-1

BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 ASPEK GEOGRAFI DAN KEPENDUDUKAN

Kabupaten Ngada merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Nusa
Tenggara Timur. Batas geografis Kabupaten Ngada adalah 8
o
2024.28 LS -
8
o
5728.39 LS dan 120
o
48

29.26 BT - 121
o
118.57 BT. Bagian utara Kabupaten
Ngada berbatasan dengan laut Flores, bagian selatan berbatasan dengan laut
Sawu, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Nagekeo dan bagian barat
berbatasan dengan kabupaten Manggarai Timur. Kabupaten Ngada memiliki Luas
daratan 1.776,72 Km, luas perairan 708,64 Km dan panjang pantai 102,318 Km
dengan rincian sebagai berikut: luas perairan pantai Utara 381,58 Km2 dengan
panjang pantai 58,168 Km, luas perairan pantai Selatan 327,06 Km2 dengan
panjang pantai 44,15 Km.
Kondisi topografi Kabupaten Ngada pada umumnya berbukit dan tingkat
kemiringan lahan yang relatif tinggi, dengan komposisi kemiringan 0 15 derajat
seluas 45.02 % ; kemiringan 16 20 derajat seluas 40.64 %; dan kemiringan diatas
20 derajat seluas 14.34 %. Kondisi topografi perbukitan dan pegunungan ini pada
umumnya merupakan daerah-daerah yang rawan terhadap terjadinya bencana alam
seperti tanah longsor terutama di wilayah Kabupaten Ngada bagian Selatan.
Kondisi iklim dan curah hujan Kabupaten Ngada beriklim panas, sedang dan
sejuk dengan 5 bulan basah yaitu bulan Oktober sampai Februari dan 7 bulan
kering yaitu bulan Maret sampai dengan September. Menurut Oldeman iklim di
Kabupaten Ngada dibagi menjadi:
- Tipe C3 seluas 20.120,41 Ha
- Tipe D3 seluas 60.627,20 Ha
- Tipe D4 seluas 62.248,12 Ha
- Tipe E4 seluas 34.676,27 Ha
Hasil pencatatan Curah Hujan di beberapa station pengamat, rata-rata curah hujan
tahun 2009 Kabupaten Ngada tercatat 1037 mm sedangkan rata-rata hari hujan
sebanyak 10 hari, hal ini berpengaruh terhadap pengolahan lahan pertanian.

II-2

Geomorfologi di Kabupaten Ngada sebagian besar termasuk daerah vulkanis
muda dengan klasifikasi tanah secara detail terdiri dari jenis tanah:, Litosol,
Mediteran, Grumusol dan Aluvial dengan masing masing luasan sebagai berikut:
- Litosol : 48.128 Ha
- Mediteran : 72.028 Ha
- Grumusol : 53.621 Ha
- Aluvial : 3.895 Ha
Terlihat bahwa jenis tanah yang paling dominan di daerah ini adalah
mediteran. Jenis tanah ini sangat baik untuk pengembangan berbagai jenis tanaman
umur pendek dan menengah, namun pola pemanfaatan lahan berkenaan dengan
sistem kepemilikan lahan belum memberikan peluang kepada masyarakat untuk
bisa memanfaatkannya dalam rangka kepentingan produksi.
Kondisi hidrologi Kabupaten Ngada dapat digambarkan sebagai bagian dari
hulu DAS Aesesa yang meliputi Sub DAS Wulabhara dan Wae Woki. Kondisi
hidrologis juga menggambarkan bahwa pada umumnya pengelolaan Daerah Aliran
Sungai belum memadai, sehingga proses pengikisan terus berlangsung. Akumulasi
dari proses pengikisan tersebut akan berdampak pada kerusakan lingkungan.
Sementara itu, keberadaan sumber air bersih yang dimanfaatkan dalam memenuhi
kebutuhan air minum warga penduduk berasal dari leding, pompa, sumur terlindungi,
sumur tak terlindungi, mata air terlindungi, mata air tak terlindungi dan air kemasan
dengan 49,91 % rumah tangga yang sudah terlayani air bersih sampai tahun 2009
(sumber: Indikator Kesra Kabupaten Ngada, BPS 2010 hal 96-97,).
Jumlah Kecamatan di Kabupaten Ngada terdiri dari 9 Kecamatan, 78 Desa
dan 16 Kelurahan; dimana 22 desa/kelurahan berada di daerah pesisir dan 72
desa/kelurahan daerah bukan pesisir. Menurut hasil sensus tahun 2010 penduduk
kabupaten Ngada (termasuk penduduk tidak bertempat tinggal tetap) pada Mei 2010
berjumlah 142.254 jiwa (laki-laki 69.703 orang dan perempuan 72.551) dengan
kepadatan penduduk 87.76 jiwa/km2. Dari total 142.254 jiwa penduduk, kecamatan
Golewa merupakan kecamatan dengan penduduk terbanyak yakni sebesar 36.066
jiwa sedangkan kecamatan Wolomeze merupakan kecamatan dengan penduduk
terendah berjumlah 5.334 jiwa. Dari sensus ini tercatat pula laju pertumbuhan
penduduk yang terjadi diantara dua sensus selama periode 2000 2010 sebesar
2.14% pertahun. Ini menunjukkan setiap tahun terjadi pertambahan penduduk
kabupaten Ngada sekitar 3.044 jiwa.
II-3

2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

2.2.1. PDRB
Kondisi PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Ngada mengalami
perkembangan dari 347,0 milyar pada tahun 2007 menjadi 364,3 milyar pada tahun
2008 dan kemudian meningkat lagi sebesar 382,9 milyar pada tahun 2009.
Perubahan ini mencerminkan semakin meningkatnya kemampuan Kabupaten
Ngada dalam mengelola sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki.
Sektor ekonomi yang paling dominan dalam pembentukan PDRB Kabupaten Ngada
tahun 2009 adalah sektor pertanian dengan porsi rata-rata 44.85 %. Sektor ekonomi
lainnya yang cukup menonjol adalah jasa-jasa termasuk pemerintahan umum (22.84
%), bangunan/kontruksi (8,40 %) dan perdagangan (11.62 %). Sektor yang belum
menonjol perannya antara lain sektor pertambangan dan penggalian serta
ketenagalistrikan dan air minum, tetapi sektor ini kedepan diharapkan dapat
memberikan kontribusi dalam pertumbuhan PDRB Kabupaten Ngada.
2.2.2. Struktur Ekonomi
Kondisi struktur ekonomi Kabupaten Ngada, peran sektor primer masih
memberikan kontribusi paling besar yaitu 46,22 %, kemudian disusul sektor tersier
sebesar 43,45 % dan sektor sekunder sebesar 10,33 %.
Secara keseluruhan, perkembangan perekonomian Kabupaten Ngada kurang
menunjukkan peningkatan yang signifikan. Penyebabnya antara lain :1) Kurangnya
perhatian dalam bentuk pemberian insentif modal dan sumber daya teknologi
kepada masyarakat/kelembagaan masyarakat untuk mengembangkan sektor dan
sub sektor yang akan dengan cepat mendorong peningkatan produksi dan
produktivitas yang dampaknya terlihat dari besarnya pendapatan yang diterima
masyarakat; 2)kurang menonjolnya kegiatan pengolahan hasil-hasil pertanian,
perikanan dan kelautan yang dapat memberikan tambahan pengetahuan dan
pendapatan bagi masyarakat; 3)Perhatian pembangunan lebih besar ditujukan bagi
pengembangan infrastruktur wilayah yang kurang memberikan akses peningkatan
kualitas bagi pengembangan infrastruktur sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
yang justru dapat memberikan peningkatan pendapatan tunai masyarakat;
4).Rendahnya pengeluaran pendapatan masyarakat bagi pemenuhan bahan-bahan
II-4

konsumsi non pangan yang disebabkan oleh kurang tersedianya keragaman sarana
dan fasilitas pemenuhan kebutuhan tersebut; dan 5) Kurang tersedianya ruang
wilayah yang disediakan bagi pengembangan sarana dan fasilitas pengembangan
dan peningkatan kuantitas serta kualitas kegiatan di sektor riil.

2.2.3. Pendapatan Perkapita
Pendapatan per kapita merupakan salah satu indikator yang dipakai untuk
mendapatkan gambaran mengenai kondisi/tingkat kesejahteraan penduduk.Indikator
ini memberikan gambaran tentang asumsi jumlah uang yang diterima.Semakin tinggi
tingkat pendapatan perkapita penduduk maka dapat disimpulkan bahwa tingkat
kesejahteraan penduduk semakin meningkat.Sekalipun demikian indikator ini tidak
dapat dipakai sebagai indikator tunggal untuk melihat tingkat kesejahteraan
penduduk suatu wilayah.
Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Ngada dalam kurun waktu tiga
tahun terakhir (2007 2009) mengalami pertumbuhan 5,4 % per tahun; di mana
pada tahun 2009 mencapai Rp. 2.682.165,- lebih besar dari pendapatan per kapita
Propinsi NTT. Namun jika dibanding pendapatan per kapita nasional, pendapatan
per kapita Kabupaten Ngada masih sangat rendah.
2.2.4 Tenaga Kerja dan Pengangguran
Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan. Salah satu isu
penting dalam ketenagakerjaan, disamping keadaan angkatan kerja dan struktur
ketenagakerjaan adalah masalah pengangguran. Dari sisi ekonomi pengangguran
merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap para pencari
kerja yang relatif terbatas, pasar kerja tidak mampu menyerap tenaga kerja yang
meningkat dari waktu kewaktu seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Berdasarkan publikasi BPS (Indikator Kesra 2007), pada tahun 2007 tingkat
pengangguran terbuka sebesar 2,66%, meningkat menjadi 3,98% tahun 2008 dan
menurun pada tahun 2009 sebesar 3,1%.
Pada tahun 2009 komposisi penduduk yang bekerja di sektor primer
(pertanian) berjumlah 48.261 orang, sektor sekunder 4.833 orang dan sektor tersier
17.502 orang. Bila dibanding keadaan tahun 2009 dimana sektor primer 45.607
orang, sekunder 4.984 orang dan sektor tersier 13.151 orang, terlihat peningkatan di
II-5

sektor primer, menurunkan penyerapan tenaga kerja di sektor sekunder yakni dari
7,82% menjadi 6,85%. Sementara sektor tersier justru mengalami peningkatan dari
20,62% menjadi 24,79%. Dari gambaran tersebut terlihat bahwa sektor primer
(pertanian) masih menjadi sektor dominan dalam penyerapan tenaga kerja,
walaupun dari aspek kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi kurva pertumbuhan
cenderung landai, bila dibandingkan dengan sektor sekunder dan tersier. Kondisi ini
juga menggambarkan bahwa sektor sekunder masih belum memiliki daya tarik dan
nilai komparatif untuk lebih berkembang.
Bila dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, maka secara umum tenaga kerja
di Kabupaten Ngada relatif rendah. Pada tahun 2009, prosentase penduduk usia 10
tahun ke atas yang tidak punya ijasah sebesar 30,32%, ijasah SD 43,52%, SLTP
11,24% SLTA/SMA 10,95%, Diploma 2,08% dan sarjana 1,89%. Dengan tingkat
pendidikan yang relatif rendah tersebut, kemampuan penyerapan teknologi juga
menjadi terbatas, sehingga dampaknya terlihat pada rendahnya produkti vitas dan
pendapatan per kapita.

2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM
2.3.1 Pertanian
2.3.1.1 Tanaman Pangan dan Hortikultura
Subsektor Tanaman pangan memberikan kontribusi terbesar bagi
pertumbuhan sektor pertanian yakni sebesar 77,50%. Subsektor ini disumbangkan
oleh beberapa komoditas yakni Padi-padian, jagung, ubi-ubian dan kacang-
kacangan. Tingkat produktivitas subsektor tanaman pangan yang dapat dilihat dari
produktivitas komoditas padi, jagung, kacang-kacangan dan umbi-umbian berikut :
TABEL 2.1
PRODUKTIVITAS TANAMAN PANGAN ( ton per hektar )
No Uraian
Tahun
2006 2007 2008 2009
1 Padi 2,62 2,65 2,67 2,71
2 Jagung 1,97 2,09 1,80 2,01
3 Ketela/Ubikayu 7,99 8,26 8,07 8,81
4 Kacang-kacangan 1,03 1,05 1,07 1,10
Sumber : Dinas P3 Kabupaten Ngada Tahun 2010.
II-6

Sementara itu luas lahan untuk pertanian seluruhnya sekitar 177.672 ha yang
terdiri dari lahan kering 171.157 ha yang tersebar di semua kecamatan dan lahan
basah 6.515 ha. Untuk lahan basah para petani masih berkosentrasi pada tanaman
padi sawah sedangkan pada lahan kering petani masih mengandalkan tanaman
seperti: jagung, umbi-umbian, kacang tanah, kacang merah dll.
Subsektor Tanaman pangan dan hortikultura masih merupakan subsektor
yang memberikan kontribusi terbesar bagi sektor pertanian. Meskipun memberikan
kontribusi terbesar namun produktivitasnya belum optimal. Hal ini disebabkan oleh
berapa faktor diantaranya ;1) Pengolahan lahan yang belum intensif; 2) Lemahnya
sumber daya manusia dalam melakukan budi daya tanaman; 3) Ketidakmampuan
petani membeli saprodi; 4) Kurangnya pendampingan lapangan; dan 5) Lemahnya
kelembagaan pendukung kegiatan petani

2.3.1.2 Peternakan
Kabupaten Ngada merupakan salah satu kabupaten unggulan di bidang
peternakan. Potensi ternak yang dimiliki Kabupaten Ngada meliputi: kerbau, sapi,
babi, kuda, kambing, ayam dan Itik.
Pada prinsipnya pembangunan sub sektor peternakan diarahkan untuk
meningkatkan populasi ternak dan diversifikasi ternak yang bertujuan meningkatkan
pendapatan peternak dan memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat. Ternak-
ternak yang diusahakan di Kabupaten Ngada antara lain sapi, kerbau, kuda,
kambing, babi dan domba serta beberapa jenis unggas. Perkembangan populasi
ternak dan unggas selama 4 (empat) tahun terakhir sebagaimana pada tabel 2.2.
Dari data ini dapat dilihat bahwa perkembangan populasi ternak di Kabupaten
Ngada dari tahun ke tahun terus meningkat.






II-7

Tabel 2.2
Populasi Ternak Besar, Sedang dan Unggas (ekor) Tahun 2006 2009
No. Uraian
Tahun
2006 2007 2008 2009
1 Sapi 22.767 23.032 22.504 22.014
2 Kerbau 7.532 7.684 7.581 8.864
3 Kuda 8.028 8.950 7.168 10.866
4 Kambing 15.756 16.551 15.001 18.269
5 Domba 1.014 1.083 948 1.167
6 Babi 61.732 70.936 53.673 88.036
7
Ayam
Kampung/Ras
233.680 243.028 224.691 261.961
8 Itik Jawa 18.051 23.527 13.849 31.680
Sumber: Ngada Dalam Angka Tahun 2007, 2008, 2009 dan 2010
Pengembangan peternakan sejauh ini belum dilaksanakan secara intensif
akibatnya angka kelahiran ternak masih rendah, angka kematian cukup tinggi,
kurangnya pakan ternak, lemahnya pembinaan bagi para peternak, kurangnya
dukungan modal usaha, lemahnya kelembagaan penyuluh, serta lemahnya
penanggulangan penyakit hewan.

2.3.1.3 Perkebunan
Beberapa komoditi Sub sektor perkebunan di Kabupaten Ngada antara lain kelapa,
kakao, jambu mete, kemiri, kopi, vanili, cengkeh, lada, pala, kapuk, pinang, lontar, sirih dan
jarak. Tanaman kelapa menyebar di 8 kecamatan dengan luas lahan 7.542.45 ha
kecuali di kecamatan Bajawa yang tidak ada lahan tanaman kelapa. Lahan kelapa
terluas berada di kecamatan Aimere dan terendah berada di kecamatan Wolomeze.
Untuk tanaman Kopi terluas di kecamatan Bajawa dengan luas lahan 2.935 ha dan
diikuti kecamatan Golewa seluas 2.482 ha, sedangkan di kecamatan Wolomeze
tidak ada lahan kopi. Tanaman Kemiri lahan terluas berada di kecamatan Bajawa
Utara dengan luas lahan 623 ha diikuti kecamatan Jerebuu seluas 510 ha,
sedangkan terendan di kecamatan Bajawa dengan luas lahan 11 ha. Tanaman
cengkeh berada di 5 kecamatan kecuali kecamatan Bajawa, Riung, Riung Barat, dan
Wolomeze.
II-8

Sementara itu, tanaman jambu mete berada di 7 kecamatan kecuali
kecamatan Bajawa dan Wolomeze. Kecamatan dengan areal terluas adalah
kecamatan Aimere (3.115 ha) diikuti kecamatan Riung (1.486 ha ). Tanaman vanili
merata di semua kecamatan dengan kecamatan terluas arealnya adalah kecamatan
Golewa(221 ha) dan terendah di kecamatan Wolomeze (5 ha). Sedangkan untuk
Tanaman kakao merata disemua kecamatan dengan areal terluas berada di
kecamatan Golewa 449 ha dan terkecil berada di kecamatan Wolomeze dengan
areal hanya seluas 4 ha.Tanaman lada berada di 6 kecamatan kecuali kecamatan
Bajawa, Aimere dan Wolomeze, dengan areal terluas berada di kecamatan Jerebuu.
Tingkat produktifitas tanaman perkebunan di Kabupaten Ngada masih
tergolong rendah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti cara pengolahan
lahan yang belum optimal dan pengolahan hasil yang masih sangat sederhana,
lemahnya sumber daya manusia, kurangnya pembinaan, rendahnya harga komoditi
perkebunan dan mahalnya harga saprodi.

2.3.2 Perikanan dan Rumput Laut
Kegiatan perikanan di wilayah Kabupaten Ngada menyebar di 3 wilayah
Kecamatan yakni Golewa, Aimere dan Riung. Sedangkan rumput laut berada di
kecamatan Riung dengan luas areal 215 ha. Produksi perikanan tergambar sebagai
berikut: produksi ikan tahun 2005 sebesar 8.569,36 Ton dengan harga per-kg Rp.
3.000, tahun 2006 sebesar 9.505,53 Ton dengan harga per-kg Rp. 3.500, tahun
2007 sebesar 2.520,52 Ton dengan harga per-kg Rp. 4.000, tahun 2008 sebesar
3.023,67 Ton dengan harga per-kg Rp. 4.500,- dan 2009 sebesar 3.973,97 Ton
dengan harga per-kg Rp. 5.000,-. Data ini menunjukkan bahwa produksi dan harga
jual ikan meningkat dari tahun ke tahun. Dari gambaran diatas terlihat adanya
penurunan produksi di tahun 2007 sebagai akibat dari pemekaran Kabupaten
Nagekeo, di mana sebagian besar potensi perikanan ada di wilayah Nagekeo.
Setelah tahun 2007 terjadi peningkatan baik produksi maupun harga jual ikan.
Meningkatnya harga jual ikan diharapkan akan meningkatkan pendapatan
Nelayan. Jika dilihat dalam table 2.5 terlihat terjadi peningkatan jumlah nelayan yang
mempunyai armada dan alat tangkap. Hal ini berkaitan dengan semakin besar
alokasi anggaran yang diperuntukkan bagi pengadaan armada penangkapan dan
alat tangkap, disamping adanya upaya swadaya dari masyarakat nelayan.
II-9

Tabel 2.3
Jumlah Nelayan Yang Memiliki Armada dan Alat Tangkap
No Uraian
Tahun
2006 2007 2008 2009
1
Jumlah Rumah Tangga
Nelayan
570 570 603 852
2
Jumlah Rumah Tangga
Nelayan Yang Memiliki
Armada
570 570 603 748
3 Jumlah Alat Tangkap 670 670 594 1.395
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Ngada Tahun 2010
Persoalan yang dihadapi dalam sektor perikanan laut adalah penangkapan
ikan masih bersifat tradisional dan pengelohan ikan termasuk pemasaran belum
dilakukan secara baik. Berdasarkan persoalan yang dikemukakan di atas maka
usaha yang harus dilakukan ke depan adalah bantuan pembinaan bagi para
nelayan,pemberian modal usaha dan bantuan peralatan dan pelatihan tentang
pengolahan produk ikan maupun non ikan.

2.3.3 Kehutanan
Luas potensi kawasan hutan menurut fungsinya sebesar 91.714,22 ha yang
terdiri dari 1. Hutan produksi 7.114,18 ha; 2. Hutan lindung 39.329.09 ha; 3.Hutan
produksi yang dapat dikonversi 23,675,15 ha, 4. Cagar alam darat 8.915,6 ha 5.
Cagar alam laut 2.000 ha , 6. Taman wisata alam laut 9.900 ha dan 7. Hutan
Mangrove 780,2 ha dengan potensi kehutanan di Kabupaten Ngada cukup tinggi
seperti : Ampupu, Jati Putih, Mahoni, kapuk, dan jati.
Bertolak dari pertimbangan kelestarian untuk melindungi hutan, dan
kebutuhan kawasan untuk budidaya maka sejak tahun 2010 sesuai rencana
paduserasi maka luas kawasan hutan Kabupaten Ngada adalah: 1) inerie seluas
4.503,07 ha; 2) inelika seluas 3.800,21 ha; 3) wuewolomere seluas 12.662,56 ha; 4)
wangka seluas 5.903,70 ha; 5) wololete seluas 5.781,22 ha; 6) wolobobo seluas
1.036,47 ha; 7) watusipi seluas 3.911,45 ha; 8) CA. Watuata seluas 4.898,80 ha; 9)
mbay seluas 1.818,05 ha; 10) CA. Wolotadho seluas 4.016,80 ha; 11) Sawesange
seluas 4.900,00 ha; 12) Konservasi Alam Laut seluas 11.900,00; dan 13) Hutan
bakau seluas 780,20 ha. Total luasa kawasan hutan yang berada di wilayah
II-10

Kabupaten Ngada adalah sebesar 65,912,73ha atau sebesar 30,40 % dari total luas
wilayah Kabupaten Ngada.

2.3.4 Pariwisata
Kabupaten Ngada merupakan salah satu kabupaten yang kaya akan objek
wisata baik berupa wisata alam maupun wisata budaya. Kekayaan alam yang
menjadi obyek wisata menarik adalah pemandian air panas Mengeruda di Soa,
TWAL 17 Pulau Riung, suaka alam/margasatwa, wisata gunung Inerie, Wolobobo
dan Danau Wawomudha. Sedangkan wisata budaya berupa kampung kampung
tradisional yang sangat terkenal dengan kebudayaan megalitikumnya seperti
kampung Bena, Wogo, Gurusina dll. Semua obyek wisata ini belum dikelola dengan
baik sehingga belum dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan Pendapatan
Asli Daerah dan pendapatan masyarakat.
Adapun perkembangan kunjungan wisatawan ke Kabupaten Ngada dapat
terlihat dari Indikator capaian yang diperoleh dengan membandingkan jumlah
kunjungan wisatawan tahun yang bersangkutan dengan kunjungan wisatawan tahun
dasar seperti yang tersaji pada table berikut :
Tabel 2.4
Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Ngada
Uraian 2006 2007 2008 2009
Wisatawan Asing 8.189 6.847 13.479 13.192
Wisatawan
Domestik 43.216 43.562 27.999 30.886
Jumlah Wisatawan 51.405 50.409 41.478 44.078
Sumber Data: Dinas P2KI, 2009
2.3.5 Koperasi dan UMKM
Koperasi dan UMKM memberikan kontribusi yang besar bagi perekonomian
negara dan daerah ini. Aspek yang sangat berpengaruh adalah akselebilitas modal
dan pemberdayaan masyarakat menengah ke bawah. Dalam kenyataannya
koperasi yang meningkat dan bertumbuh secara signifikan adalah koperasi kredit.
Hal ini berarti bahwa adanya kesadaran dan minat yang tinggi dari masyarakat untuk
bersama-sama membangun diri sebagai pelaku usaha dan dapat meningkatkan
II-11

perekonomian melalui koperasi. Perkembangan koperasi di Kabupaten Ngada
terlihat dalam rincian tabel berikut:
Tabel 2.5
Perkembangan Koperasi di Kabupaten Ngada
Uraian 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah Koperasi Aktif 47 47 42 27 41
Jumlah Koperasi
Berkualitas
22 22 22 8 20
Jumlah Koperasi (BH) 57 57 59 37 50
Jumlah Anggota 35.011 36.029 38.058 39.068 40.087
Modal Sendiri (M) 98 106 109 112 122
Modal Luar (M) 58 65 76 79 85
Asset 200 201 203 206 209
Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM, 2010

Sedangkan untuk usaha mikro, kecil dan menengah di Kabupaten Ngada
belum mengalami perkembangan yang signifikant. Hal tersebut terlihat pada
gambaran umum berikut untuk UMKM yang bergerak di bidang perdagangan
sebelum pemekaran tahun 2001 133 UMKM, tahun 2002 155 UMKM, tahun 2003
184 UMKM, dan tahun 2004 196 UMKM.
Setelah pemekaran tahun 2005 berjumlah 825 UMKM, tahun 2006 sebanyak 253
UMKM, tahun 2007 berjumlah 238 UMKM, tahun 2008 berjumlah 529, dan tahun
2009 848 UMKM. Secara umum selama 5 (Lima) tahun sejak tahun 2005 sampai
tahun 2009 jumlahnya semakin meningkat, tetapi karena proses pemekaran
Kabupaten Nagekeo dari kabupaten Ngada pada tahun 2007 , mengakibatkan
jumlah UMKM menurun.
Perkembangan modal, omset dan total asset serta tenaga kerja pada UMKM
sektor perdagangan secara umum berkembang dengan baik. Ini juga merupakan
keberhasilan Pemerintah dalam membina dan memfasilitasi berkembangnya UMKM
di Kabupaten Ngada.




II-12

Sedangkan Perkembangan UMKM di sektor jasa dari segi jumlah UMKM,
modal, jumlah omset dan asset serta tenaga kerja sejak tahun 2005 sampai tahun
2009 meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan keberhasilan Pemerintah
dalam mendorong dan membina tumbuhnya UMKM yang bergerak di sektor Jasa di
Kabupaten Ngada.
Tabel 2.7
Jumlah UMKM Jasa
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah UMKM
Jasa
1.423 1.474 2.019 586 529
UMKM Yang
berizin
206 234 202 195 200
Modal Sendiri 30.504.300 40.480.700 32.293.801 30.241.905 30.279.300
Modal Luar 1.665.300 1.655.300 1.679.000 1.648.450 1.655.300
Donasi 42.270 42.270 73.170 41.100 42.270
Lain-lain 2.228.580 2.228.580 2.250.180 2.123.300 2.228.580
Omset Pertahun 84.265.830 84.265.830 90.455.490 80.932.515 84.265.830
Total Aset 49.665.470 49.664.870 59.717.970 48.426.605 49.665.470
Laba Pertahun 14.360.057 14.361.007 14.268.107 14.338.065 14.361.057
Tenaga Kerja
(Laki-Laki)
1.751 1.987 1.984 580 1.994
Tenaga Kerja
(Perempuan)
912 1.025 1.008 198 1.028
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Tahun 2010
Data Gabung Ngada dan Nagekeo




Tabel 2.6
Jumlah UMKM Perdagangan
Uraian 2005 2006 2007 2008 2009
Jumlah UMKM
Perdagangan
825 253 238 259 848
UMKM Yang berizin 85 11 10 76 79
Modal Sendiri 14.504.245 939.350 3.477.451 14.289.100 14.279.245
Modal Luar 662.400 258.000 281.700 660.000 662.400
Donasi 24.170 17.100 48.000 23.000 24.170
Lain-lain 1.564.280 270.200 291.800 1.465.000 1.564.280
Omset Pertahun 41.525.645 2.896.300 3.463.800 40.332.100 41.525.645
Total Aset 19.892.215 1.605.400 1.756.300 18.760.500 19.892.216
Laba Pertahun 9.794.455 342.750 344.050 9.778.935 9.794.455
Tenaga Kerja (Laki-
Laki)
661 218 237 290 814
Tenaga Kerja
(Perempuan)
567 145 154 91 679
Sumber : Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo


II-13

2.3.6 Penanaman Modal Daerah
Wilayah Kabupaten Ngada memiliki sumber daya alam dan sumber daya
lainnya yang sangat potensial untuk dikembangkan, oleh karena itu pemerintah
daerah telah berupaya secara terus menerus untuk menarik minat investor untuk
berinvestasi dalam rangka menumbuhkembangkan perekonomian daerah. Iklim
investasi di Kabupaten Ngada sampai saat ini kurang dirasakan langsung oleh
pemerintah maupun masyarakat karena penyebaran inventasi baik dari Penanaman
Modal Dalam Negeri (PMDN) maupun Penanaman Modal Asing (PMA) belum
optimal.

2.3.7 Sosial Budaya
2.3.7.1 Pendidikan
Gambaran tentang tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Ngada dapat
dilihat dari capaian indikator-indikator kinerja sasaran sebagi berikut:
1) Angka Melek Huruf
Angka melek huruf selain menggambarkan tingkat kualitas manusia, juga
merupakan salah satu indikator kesejahteraan.
Tabel 2.8
Prosentase Angka Melek Huruf
(Penduduk usia 10 tahun ke atas)
Uraian 2005* 2006* 2007 2008 2009
Laki-laki 95,79 95,35 96,25 98,66 96,55
Perempuan 91,98 93,53 92,94 96,23 94,66
Laki-Laki dan Perempuan 93,84 94,39 94,52 97,55 95,56
Sumber: Indikator Kesra,BPS 2008-2010 * Data dengan Ngaekeo
Pada tahun 2005 ketika masih bergabung dengan Nagekeo, prosentase
angka melek huruf sebesar 93,84%. Pada tahun 2007 data pilah jumlah penduduk
diatas 10 tahun yang melek huruf cenderung meningkat menjadi 94,52 persen; dan
pada tahun 2009 mengalami kenaikan lagi menjadi 95,56%.
2) Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APK)
Indikator ini menunjukkan tingkat partisipasi penduduk yang bersekolah
disemua jenjang pendidikan meliputi :


II-14

a. Angka Partisipasi Kasar (APK)
Formula yang digunakan untuk indikator ini yaitu jumlah siswa di setiap
jenjang pendidikan dibanding dengan jumlah penduduk usia sekolah untuk masing-
masing jenjang pendidikan yakni SD/MI usia 7-12, SMP/MTs usia 13-15 tahun dan
jenjang SMA/MA/SMK usia 16-18 tahun.
Tabel 2.9
Angka Partisipasi Kasar (APK) 2001 - 2009
Uraian 2005 2006 2007 2008 2009
SD/MI 103,25 107,09 108,63 108,69 109,25
SMP/MTs 76,21 82,18 90,25 93,36 98,73
SMA/MA/SMK 63,06 54,01 55,50 55,54 78,79
Sumber:- Dinas PKPO Kab Ngada Tahun 2010 (2005 2006 data gabung dengan Nagekeo)
Angka melebihi 100% menunjukkan bahwa jumlah siswa di jenjang SD tidak
saja pada usia 7 12 tahun tetapi terdapat siswa yang usianya <7 tahun tetapi
sudah masuk SD dan > 12 namun masih duduk di jenjang SD yang disebabkan oleh
mengulang kelas ataupun terlambat masuk jenjang pendidikan SD. Di tingkat SMP
terlihat adanya peningkatan APK SMP/MTs dari 76,21 di tahun 2005 menjadi 98,73
di tahun 2009. Presentasi di bawah 100% menunjukkan bahwa masih terdapat
penduduk kelompok usia 13-15 tahun yang tidak duduk di jenjang SMP, karena
siswa tersebut masih duduk di jenjang SD atau yang putus sekolah.
Untuk tingkat SMA/MA/SMK menunjukkan peningkatan APK SMA/MA/MK
dari 63,06 di tahun 2005 menjadi 78,79 di tahun 2009. Angka yang rendah di bawah
100% menunjukkan bahwa masih terdapat penduduk kelompok usia 16-18 tahun
yang tidak duduk di jenjang SMA/MA/MK, karena siswa tersebut masih duduk di
jenjang SMP atau yang putus sekolah.

b. Angka Partisipasi Murni (APM)
Formula yang digunakan untuk indikator ini yaitu jumlah siswa usia sekolah
yang sedang bersekolah (SD/MI usia 7-12, SMP/MTs usia 13-15 tahun dan jenjang
SMA/MA/SMK usia 16-18 tahun) dibanding dengan jumlah penduduk usia sekolah
untuk masing-masing jenjang pendidikan yakni SD/MI usia 7-12, SMP/MTs usia 13-
15 tahun dan jenjang SMA/MA/SMK usia 16-18 tahun. Gambaran ini untuk
mengetahui ketepatan orang tua menyekolahkan anaknya sesuai usia sekolah yang
dianjurkan.


II-15

Tabel 2.10
Angka Partisipasi Murni (2005 2009)
Uraian 2005 2006 2007 2008 2009
SD/MI 98,96 99,01 95,97 96,75 95,72
SMP/MTs 69,28 71,41 75,46 71,84 70,75
SMA/MA/SMK
54,38 48,47 40,05 40,13 78,79
Sumber:- Dinas PKPO Kab Ngada Tahun 2010 (2001 2006 data gabung dengan Nagekeo)

Dari gambaran APM tersebut terlihat bahwa sebelum pemekaran APM SD
dan SMA lebih tinggi dibanding setelah pemekaran. Sedangkan untuk SMP,
cenderung mengalami peningkatan yang cukup signifikan setelah pemekaran.
Secara umum dari gambaran APM diketahui bahwa masih terdapat anak usia
sekolah yang belum bersekolah baik di SD, SMP maupun SMA.
3) Angka Putus Sekolah
Indikator ini menunjukkan persentase siswa yang tidak dapat melanjutkan
sekolahnya karena berbagai alasan.
Tabel 2.11
Angka Putus Sekolah 2005-2009
Uraian 2005 2006 2007 2008 2009
SD/MI 0,56 0,23 0,19 0,31 0,60
SMP/MTs 3,53 3,58 3,02 2,73 3,18
SMA/MA 1,87 2,74 0,67 1,64 5,39
SMK 9,62 8,6 11,19 1,37 1,77
Sumber : Dinas PKPO Kab. Ngada Tahun 2010 (2005-2006 Data Gabung Nagekeo)
Data tersebut menunjukkan adanya peningkatan angka putus sekolah tingkat
SD/MI, di mana angka putus sekolah tingkat SD/MI justru meningkat dari 0,56% di
tahun 2005 menjadi 0,60% di tahun 2009 walau dalam presentasi yang relatif tidak
besar. Untuk tingkat SMP angka putus sekolah tingkat SMP/MTs dapat ditekan dari
3,53% di tahun 2005 menjadi 3,18% di tahun 2009. Di tingkat SMA menunjukkan
adanya fluktuasi presentasi jumlah siswa SMA yang putus sekolah. Angka putus
sekolah tingkat SMK, cenderung menurun dari 9,62% di tahun 2005 menjadi 1,77
% di tahun 2009.


II-16


4) Angka Kelulusan
Tabel 2.12
Prosentase Angka Kelulusan 2005-2009
Uraian 2005*) 2006*) 2007 2008 2009
SD/MI 99,56 99,88 99,87 58,61 93,59
SMP/MTs 66,72 50,90 65,92 32,86 51,48
SMA/MA 51,56 63,56 54,49 48,73 63,76
SMK 94,61 73,24 16,84 82,30 27,54
Sumber : Dinas PKPO Kab. Ngada Tahun 2010, *)Data Pilah
Data tersebut menunjukkan angka kelulusan SD mengalami fluktuasi.
Sebelum tahun 2007/2008, sistem ujian merupakan Ujian Akhir Sekolah, sedangkan
TA 2007 / 2008 dan seterusnya merupakan Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional
sehingga presentasi kelulusan sempat mengalami penurunan, walaupun di TA
2008/2009 mengalami kenaikan. Di tingkat SMP menunjukkan kecenderungan
penurunan dari 66,72% di tahun 2005 menjadi 51,48% di tahun 2009. Di tingkat
SMA/MA meningkat dari 51,56% di tahun 2005 menjadi 63,76% di tahun 2009.
Sedangkan SMK tahun 2005 sebesar 94.62 % cenderung menurun menjadai
27,54 % tahun 2009.

5) Angka melanjutkan Sekolah
Indikator ini menunjukkan presentase siswa yang melanjutklan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Formula yang digunakan yaitu jumlah siswa baru kelas 1
pada jenjang SMP/MTs dibandingkan dengan jumlah lulusan SD/MI tahun
sebelumnya serta jumlah siswa baru kelas 1 pada jenjang SMA/MA/SMK
dibandingkan dengan jumlah lulusan SMP/MTs tahun sebelumnya.
Tabel 2.13
Angka Melanjutkan Sekolah 2005-2009
Uraian 2005*) 2006*) 2007 2008 2009
SD/MI ke SMP 91,27 91,24 86,29 86,90 96,16
SMP/MTs ke SMA 75,53 89,09 76,74 79,35 84,88
Sumber : Dinas PKPO Kab. Ngada Tahun 2010, *)Data Pilah
II-17

Data tersebut menunjukkan fluktuasi di mana tahun 2005 sebesar 91,27%,
menurun menjadi 86,29% di tahun 2007-2008, dan meningkat lagi menjadi 84,88%
di tahun 2009. Dari gambaran data tersebut terlihat bahwa masih terdapat 15,12%
siswa usia sekolah yang belum melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP. Kondisi ini
tentu akan semakin menambah jumlah penduduk yang hanya tamat SD. Dari data
Publikasi BPS 2010, pada tahun 2009 terdapat 43,52 % penduduk usia 10 tahun
keatas yang hanya memiliki ijazah SD. Kondisi ini, tentu menjadi suatu
permasalahan tersendiri dalam pembangunan di Kabupaten Ngada.
Sedangkan untuk tingkat SMA menunjukkan kecenderungan peningkatan
angka melanjutkan sekolah SMP/MTs ke jenjang SMA/MA/SMK dari 75,53% di
tahun 2005 menjadi 99,61 % di tahun 2010.

6) Tingkat Penyelesaian Sekolah
Indikator ini menunjukkan persentase siswa yang mampu menyelesaikan
sekolahnya. Formula yang digunakan yaitu jumlah siswa SMP/MTs, SMA/MA/MK
yang menyelesaikan sekolahnya dibanding dengan jumlah siswa yang mendaftar
SMP/MTs SMA/MA/MK 4 tahun yang lalu
Tabel 2.14
Tingkat Penyelesaian Sekolah Tahun 2005-2009
Uraian 2005*) 2006*) 2007 2008 2009
SMP/MTs 64.36 72.67 89,00 96,95 94,54
SMA/MA 51,56 72,65 72,85 83,92 73,14
SMK 88,14 60,00 61,76 63,71 64,50
Sumber : Dinas PKPO Kab. Ngada Tahun 2010, *)Data Pilah
Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat penyelesaian sekolah jenjang
SMP/MTs meningkat dari 64,36 % di tahun 2005 menjadi 94,54 % di tahun 2009.
Presentasi yang rendah di tahun 2005 disebabkan karena sampai dengan tahun
2005, pemerintah belum menyelenggarakan Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan
(paket B) bagi siswa yang gagal UN SMP/MTs, sehingga siswa yang gagal UN
harus mengulang.
Untuk Jenjang SMA/MA tingkat penyelesaian sekolah meningkat dari 51,56%
di tahun 2005 menjadi 73,14 % di tahun 2009. Presentasi yang rendah di tahun 2005
disebabkan karena sampai dengan tahun 2005, pemerintah belum
menyelenggarakan Ujian Nasional Pendidikan Kesetaraan (paket C) bagi siswa
yang gagal UN SMA. Di tingkat SMK menunjukkan bahwa tingkat penyelesaian
II-18

sekolah jenjang SMK menurun dari 88,14% di tahun 2005 menjadi 64,50 % di tahun
2009.

7) Persentase guru berkeahlian/berkompeten (per jenjang pendidikan)
Indikator ini menunjukkan persentase guru yang sudah memenuhi kualifikasi
keahlian (kompetensi) untuk mengajar. Formula yang digunakan yaitu jumlah guru
SD/MI yang memiliki kompetensi mengajar / berijasah minimal D2 Keguruan
dibanding dengan jumlah guru SD/MI; untuk tingkat SMP dengan formula jumlah
guru SMP/MTs yang memiliki kompetensi mengajar / berijasah minimal D3
Keguruan dibanding dengan jumlah guru SMP/MTs. Sedangkan di tingkat SMA/MA;
jumlah guru SMA/MA/SMK yang memiliki kompetensi mengajar / berijasah minimal
S1 Keguruan / A4 dibanding dengan jumlah guru SMA/MA/SMK.
Tabel 2.15
Kompetensi Guru SD/MI Tahun 2005-2009
Uraian 2005*) 2006*) 2007 2008 2009
SD 55,83 50,76 54,24 56,83 91,85
SMP/MTs 66,58 72,18 74,19 79,73 73,75
SMA/MA 63,64 65,83 61,18 70,54 74,54
SMK 42,24 46,51 44,96 55,34 62,50
Sumber : Dinas PKPO Kab. Ngada Tahun 2010, *)Data Pilah
Dari tabel di atas menunjukkan kecenderungan peningkatan jumlah guru SD
yang berkompoten yang diukur dari keahlian/kompetensi mengajar berdasarkan
ijasah tertinggi yang dimilikinya. Di tingkat SMP dan SMA/MA menunjukkan bahwa
pemerintah berhasil meningkatkan persentase guru SMP/MTs dan SMA/MA yang
berkompeten. Di tingkat SMK terlihat masih banyak guru SMK yang belum memiliki
keahlian/kompetensi mengajar
Gambaran makro sektor pendidikan di atas memperlihatkan bahwa secara
bertahap terdapat beberapa peningkatan pada beberapa indikator pembangunan
sektor pendidikan. Kemajuan tersebut harus tetap didorong untuk mengatasi
beberapa permasalahan yang masih tersisa, seperti angka melek huruf, masih
adanya penduduk usia sekolah yang drop out dan tidak melanjutkan pendidikan
pada jenjang lebih tinggi, tingkat kelulusan SMP,SMA dan SMK, pemerataan dan
aksesibilitas terhadap sarana dan prasarana sekolah menengah, serta
permasalahan kompetensi guru.
II-19

Masih adanya beberapa keterbatasan dalam tingkat pendidikan menjadikan
kemampuan mengakses informasi dan teknologi relatif terbatas. Demikian juga daya
cipta atau daya kreasi untuk menghasilkan inovasi dalam proses produksi sulit
diharapkan. Dalam kondisi demikian tingkat pendidikan masyarakat akan menjadi
salah satu faktor pembatas bagi peningkatan kinerja ekonomi dan sosial secara
keseluruhan.
2.3.7.2 Kesehatan
Perkembangan Kesehatan di Kabupaten Ngada tergambar dari bebrapa
indikator kesehatan berikut :
1. Mortalitas
a. Infant Mortality Rate (Angka Kematian Bayi)
Infant Mortality Rate atau Angka Kematian per 1000 kelahiran hidup dihitung
dengan formula jumlah bayi (berumur < 1 tahun) yang meninggal dibagi dengan
jumlah kelahiran hidup x 1000.
Tabel 2.16
Angka Kematian Bayi Tahun 2005-2009
Uraian
2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah Kematian Bayi
57 59 61 57 55
Jumlah Kelahiran Hidup
5029 5257 5755 3464 3115
Angka Kematian Bayi/1000
Kelahiran Penduduk
11,33 11,22 10,60 16,45 17,66
Sumber: Dinas Kesehatan 2010, *) Data Gabung Nagekeo
Dari data tersebut diketahui bahwa Angka Kematian Bayi di Kabupaten
Ngada mengalami fluktuasi yaitu cenderung menurun namun tidak signifikan dari
tahun 2005 2007 kemudian mengalami peningkatan dari tahun 2007 2009.
Walaupun secara absolut jumlah kematian mengalami penurunan namun jika
dibandingkan dengan Kelahiran Hidup selama setahun maka jumlah Kematian
memberikan kontribusi yang cukup besar per 1000 Kelahiran Hidup. Pada tahun
2010 misalnya dari 2831 Kelahiran Hidup ada 58 Kematian Bayi, dan berarti setiap
1000 Kelahiran Hidup terdapat 18 sampai 20 Bayi yang meninggal sedangkan pada
tahun 2009 setiap 1000 Kelahiran Hidup terdapat 1718 Bayi meninggal, terendah
pada tahun 2008 yaitu setiap 1000 Kelahiran Hidup terdapat 16-17 dan pada tahun
2007 terdapat 10 - 11 bayi meninggal. Penyebab Kematian Bayi terbanyak adalah
II-20

Asfiksia, dan Aspirasi, serta penyebab lainnya seperti Pneumonia, Diare, Cacad
Bawaan, Kelainan Kongenital, Gizi Buruk, Malaria, BBLR dan Prematur.

b. Maternal Mortality Rate/MMR (Angka Kematian Ibu)
Rumusan yang digunakan yaitu jumlah kematian ibu maternal (yaitu Ibu
hamil, ibu melahirkan dan ibu nifas) dibagi dengan jumlah kelahiran hidup x 100.000.


Tabel 2.17
Angka Kematian Ibu
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah Kematian Ibu Maternal 18 12 12 5 7
Jumlah Kelahiran Hidup 5029 5257 5755 3464 3115
Angka Kematian Ibu Maternal
per 100.000 Kelahiran Hidup
357,9 228,3 208,5 144,3 224,8
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo
Data tersebut menunjukkan bahwa angka kematian ibu melahirkan per
100.000 kelahiran hidup dari tahun 2005 sampai 2010 cenderung mengalami
penurunan, jika dibandingkan dengan target AKI secara nasional yaitu 150 per
100.000 KH maka AKI Kabupaten Ngada masih sangat tinggi. Dan standar AKB
secara nasional adalah menekan AKB sampai batas 46 per 1000 Kelahiran Hidup
maka AKB kabupaten Ngada terhitung rendah.
Kendala yang dihadapi dalam upaya akselerasi penurunan AKI/AKB di
Kabupaten Ngada yaitu masih terdapat persalinan yang ditolong oleh dukun, dan
keterlambatan merujuk ibu hamil/ibu melahirkan ke fasilitas kesehatan yang lebih
memadai seperti Puskesmas dan Rumah Sakit, keterbatasan tenaga bidan yang ada
di desa serta keterbatasan tenaga bidan dan dokter yang terlatih PONED/PONEK.
c. Angka Kematian Balita
Angka Kematian Balita (AKABA) atau Under Five Mortality Rate (UFMR)
dihitung menggunakan formula Jumlah Kematian balita yang tercatat selama satu
tahun dibandingkan dengan jumlah keseluruhan balita. AKABA Kabupaten Ngada
tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini :



II-21

Tabel 2.18
Angka Kematian Balita
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah Kematian Balita
34 27 0 13 9
Jumlah Balita
20584 21350 21781 12977 10944
Angka Kematian
Balita/1000 Kelahiran
Penduduk
2 1 0 1 1
Angka Kematian
Balita/1000 Kelahiran
Penduduk
2 1 0 1 1
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2005 terdapat 34 kasus
kematian balita atau AKABA 2 per 1000 balita dengan kata lain setiap 1000 balita
terdapat 2 kasus kematian. Tahun 2006 terdapat 27 kasus kematian balita atau
AKBA 1 per 1000 balita. Tahun 2008 terdapat 13 kasus kematian balita atau AKABA
1 per 1000 balita dan tahun 2009 terdapat 9 kematian balita atau AKABA 1 per 1000
balita dan tahun 2010 terdapat 7 kematia balita atau AKABA 1/1000 balita. Jika
dilihat dari jumlah kasus kematian, maka terjadi penurunan kasus kematian balita
dari 34 kasus tahun 2005 menjadi 1 kasus pada tahun 2009.

2. Morbiditas
i). Pola 10 Penyakit Terbanyak
Pola sepuluh penyakit terbanyak merupakan laporan sepuluh frekuensi
tertinggi kunjungan penyakit pada Puskesmas dan jaringannya. Pola 10 Penyakit
terbanyak selama tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini :










II-22

Tabel 2.19
Daftar 10 Penyakit Terbanyak
No URAIAN
Urutan dalam 10 Pola Penyakit
2005* 2006* 2007* 2008 2009
1 Infeksi Saluran Pernapasan
Atas (ISPA)
1 1 1 1 1
2 Malaria dengan pemeriksaan
laboratorium (termasuk malaria
Tropika)
6 6 5 3 2
3 Penyakit pada sistem otot,
tulang, sendi termasuk
Rheumatik
4 4 4 7 3
4 Malaria klinis (tanpa
pemeriksaan Laboratorium)
2 2 2 2 4
5 Penyakit Infeksi usus diluar
diare, colera atau disentir
9 8 8 - 5
6 Penyakit pada saluran
Pernapasan bagian atas diluar
ISPA
3 3 3 4 6
7
Diare 8 9 9 9 7
8 Ginggivitis dan Penyakit
periodental
- 8
9
Penyakit Kecacingan 10 10 10 9
10
Scabies 10 - 10
11
Penyakit Kulit Infeksi 5 5 6 5 -
12
Penyakit Kulit Alergi 7 7 7 6 -
13
Malaria Tropika 8 -
Sumber : Dinkes Kab. Ngada 2010, *) Data Gabung Nagekeo

Dari tabel di atas diketahui bahwa Penyakit Insfeksi Saluran Pernapasan Atas
(ISPA) selalu menduduki urutan teratas/tertinggi pada 10 Pola Penyakit terbanyak.
Sedangkan Malaria klinis selama 4 tahun 2005-2008 menduduki urutan kedua, pada
tahun 2009 bergeser ke urutan ke-3, namun penyakit malaria dengan pemeriksaan
laboratorium menjadi meningkat, hal ini dikarenakan telah terpenuhinya kebutuhan
laboratorium kesehatan di 7 Puskesmas pada tahun 2009, sehingga kasus malaria
klinis yang diobati merupakan kasus malaria yang berobat di Pustu, Polindes dan 3
Puskesmas yang belum memiliki laboratorium kesehatan. Sedangkan beberapa
penyakit lain yang masuk dalam 10 Pola Penyakit Terbanyak selama tahun 2005-
2009 rata-rata merupakan penyakit yang sama namun terjadi fluktuasi pada urutan
pola penyakitnya.



II-23

ii). Penanganan Kasus Malaria
Penanganan kasus malaria adalah kasus malaria yang ditemukan
berdasarkan gejala klinis maupun gejala klinis dengan pemeriksaan sediaan darah
positif parasit malarian yang diobati sesuai standar pengobatan malaria. Persentase
kasus malaria pada tahun 2005 sampai 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.20
Penanganan Kasus Malaria
Uraian
2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah Kasus Malaria
Klinis
44.520 43.921 37.703 20.776 19.346
Jumlah Kasus Malaria
Postif (Pemeriksaan
lab)
11.939 15.924 17.397 9.665 5.543
Jumlah Kasus Malaria
Diobati/ditangani
44.520 43.921 37.703 20.297 7.176
Persentasi
penanganan kasus
Malaria
100,00 100,00 100,00 97,69 37,09
AMI (Angka Kesakitan
Malaria Klinis) per
1000 penduduk
178,02 168,19 145,02 150,54 140,14
API (Angka Kesakitan
Malaria Positif) per
1000 penduduk
47,74 60,98 66,92 70,03 40,15
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo

Kabupaten Ngada merupakan salah satu daerah endemik malaria, yaitu
kasus malaria tinggi setiap tahunnya. Pada tahun 2005 2007 semua kasus malaria
baik klinis maupun pemeriksaan laboratorium tetap diberi pengobatan malaria.
Sedangkan pada tahun 2008-2009 program pengobatan malaria diprioritaskan pada
pasien dengan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium positif parasit malaria.
Semakin menurun Angka Kesakitan Malaria Positif menunjukkan keberhasilan
program penanggulangan penyakit malaria.

iii). Demam Berdarah Dengue (DBD)
Penanganan Demam Berdarah Dengue merupakan pasien DBD yang dirawat
dan ditangani di sarana kesehatan dengan gejala-gejala klinis DBD dan
pemeriksaan darah positif.

II-24

Tabel 2.21
Demam Berdarah Dengue
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Kasus DBD 6 16 8 42 9
Angka Kesakitan DBD 2,4 6,1 3,1 30,4 6,5
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo
Kasus DBD merupakan penyakit periodik atau mempunyai siklus waktu
tertentu dan meningkat pada suatu waktu tertentu, yaitu pada selesai musim hujan
dengan siklus dua tahunan dan meningkat pesat pada siklus 4 tahunan. Pada tahun
2008 dan 2010 terjadi peningkatan kasus secara drastis telah dilakukan fogging atau
penyemprotan naymuk di lokasi dengan radius 200 meter dari rumah penderita
DBD.
iv). Angka kesembuhan TB Paru BTA Positif (BTA+)
Indikator kinerja ini menunjukkan keberhasilan program pengobatan penderita
TB Paru yaitu Penderita TB Paru yang setelah menerima pengobatan anti TB Paru
dinyatakan sembuh (hasil pemeriksaan dahaknya menunjukkan 2 kali negatif).
Rumus yang digunakan adalah Jumlah penderita TB Paru BTA+ yang sembuh
dibagi jumlah penderita TB Paru BTA+ yang diobati. Angka kesembuhan TB Paru
dan BTA+ tahun 2005 sampai 2009 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.22
Angka Kesembuhan TB Paru BTA Positif (BTA+)
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah penderita TB Paru
BTA+ yang sembuh
95 121 87 54 29
Jumlah penderita TB Paru
dan BTA+ yang diobati
107 184 180 87 47
Angka Kesembuhan TB
Paru BTA+
88,79 65,76 48,33 62,07 60,70
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo

Dari data tersebut terlihat bahwa angka kesembuhan penderita TB Paru dan
BTA+ cenderung mengalami penurunan. Namun jumlah penderita mengalami
pengurangan, hal ini disebabkan karena adanya penyuluhan intensif tentang TB
Paru, sehingga pemeriksaan kontak serumah sebagian besar negatif. Rendahnya
II-25

angka kesembuhan TB Paru disebabkan karena PMO (Pengawas Minum Obat)
belum berfungsi maksimal, PMO biasanya adalah anggota keluarga penderita.
v). Penanganan Kasus HIV/AIDS
Formula yang digunakan yaitu jumlah kasus HIV yang ditangani dibagi jumlah
kasus HIV yang terdeteksi.
Kasus HIV tersebut merupakan penemuan kasus baru tiap tahun, HIV adalah
penyakit menahun, sehingga penderita akan terbawa terus ke tahun berikutnya. Dari
tahun 2005 sampai 2008 terdapat 31 kasus HIV yang terdeteksi. Walaupun
penanganan kasus HIV sudah 100% atau semua yang terdeteksi telah ditangani
dengan pemberian ARV, pengobatan lain maupun pemeriksaan pasangan dan
keluarga, namun kasus HIV ini ibarat fenomena gunung es, yang nampak adalah
puncaknya, sedangkan yang tersembunyi dasarnya lebih besar. Pada akhir Tahun
2008 telah dibentuk KPAD (Komisi Penanggulangan AIDS Daerah) untuk
menanggulangi masalah HIV/AIDS, namun belum berfungsi secara optimal.
vi). Kejadian Luar Biasa (KLB) ditangani
Formula yang digunakan yaitu jumlah KLB yang ditangani dibagi dengan
jumlah KLB yang terjadi. Penanganan KLB di Kabupaten Ngada dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 2.24
Kejadian Luar Biasa (KLB)
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah KLB yang ditangani 49 55 15 35 1
Jumlah KLB yang terjadi 49 57 15 35 1
Persentase KLB yang
ditangani
100,0 96,5 100,0 100,0 100,0
Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo

Tabel 2.23
Penanganan Kasus HIV/AIDS
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah kasus HIV yang
ditangani
6 2 9 6 8
Jumlah kasus HIV
terdeteksi
6 2 9 6 8
Persentasi penanganan
kasus HIV
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber: Dinas Kesehatan Kab.Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung Nagekeo
II-26

Data tersebut menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam menangani
Kejadian berpotensi KLB/wabah di Kabupaten Ngada, dan menurunkan jumlah KLB
yang terjadi. Dan pada tahun 2009 telah ada 1 unit kendaraan khusus untuk
penagananan kasus KLB secara cepat dan tepat.
3. Status Gizi
Status Gizi masyarakat umumnya digambarkan dengan persentase balita gizi
buruk di wilayah tersebut. Formula yang digunakan untuk menghitung persentase
balita gizi buruk yaitu jumlah balita dengan status gizi buruk dibagi dengan jumlah
balita yang ditimbang berat badannya dan diukur tinggi badannya.
Tabel 2.25
Status Gizi Masyarakat
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah balita dengan gizi buruk
391 367 242 62 21
Jumlah balita yang ditimbang 20584 21350 21781 12977 10944
Persentase 1,90 1,72 1,11 0,48 0,19
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo

Data tahun 2005-2007 masih mencakup data-data gizi buruk di wilayah
pemekaran Kabupaten (Nagekeo). Data tersebut menunjukkan keberhasilan
pemerintah kabupaten Ngada dalam menurunkan persentase balita dengan gizi
buruk dari 1,9% di tahun 2005 cenderung mengalami penurunan hingga menjadi
0,19% di tahun 2009. Bila dibandingkan dengan standar nasional yaitu persentase
balita gizi buruk <15%, maka persentase kasus gizi buruk di Kabupaten Ngada
berada pada skala lebih baik.
Rumusan yang digunakan untuk menentukan status gizi balita pada tahun
2005-2007 adalah Berat badan per Umur (BB/U), sedangkan tahun 2008-2009
rumus yang digunakan adalah Berat badan dibanding tinggi badan (BB/TB) dan atau
balita tersebut mempunyai tanda-tanda klinis marasmus, kwasiorkor dan marasmus-
kwasiorkor. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Program Perbaikan Gizi
adalah masih terdapat kematian balita gizi buruk dengan penyakit penyerta (2 orang
pada tahun 2009), balita tersebut sudah dirawat di RSUD, namun tidak tertolong
karena disertai gangguan klinis dan penyakit penyerta.
II-27

Status gizi sangat erat kaitannya dengan asupan gizi dari makanan yang
dikonsumsi ibu selama riwayat kehamilan, menyusui sang bayi maupun pada saat
balita. Dalam penanggulangan masalah gizi ini harus melibatkan lintas sektor seperti
pertanian, ketahanan pangan maupun sektor-sektor terkait lainnya.

4. Pelayanan Kesehatan Dasar
i). Pelayanan kesehatan ibu hamil
Pelayanan kesehatan kepada ibu hamil atau Antenatal Care merupakan
pelayanan perawatan dan pemeriksaan ibu hamil selama masa kehamilannya (K1
dan K4) yaitu kunjungan ibu hamil ke sarana pelayanan kesehatan sekurang-
kurangnya 4 kali semasa kehamilannya (minimal 1 kali trimester pertama kehamilan,
1 kali trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ke 3) yang mengikuti standar
pelayanan ibu hamil (pemeriksaan kehamilan, pemberian tablet penambah darah,
imunisasi, dan deteksi risikio kehamilan serta penyakit penyerta yang mungkin
diderita seperti PMS, HIV, Malaria dan lain sebagainya). Cakupan Antenatal Care
atau Pelayanan Ibu hamil di Kabupaten Ngada selama 5 tahun terakhir dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 2.26
Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Ibu Hamil K4 4.145 3.437 4.219 2.486 2.306
jumlah Ibu Hamil Seluruhnya 6.250 6.271 6.165 3.546 3.915
Cakupan K4 66,3 54,8 68,4 70,1 58,9
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo

Tahun 2005 ibu hamil yang dilayani sesuai standar antenatal care sebanyak
66%, tahun 2006 pelayanan ANC ibu hamil 55%, tahun 2007 pelayanan ANC ibu
hamil 68%, tahun 2008 pelayanan ANC ibu hamil 70%, dan pada tahun 2009
pelayanan ANC ibu hamil sebanyak 59% ibu hamil. Jika dibandingkan dengan target
pelayanan K4 ibu hamil secara nasional yaitu 95% maka cakupan pelayanan K4 ibu
hamil di Kabupaten Ngada masih dibawah standar nasional. Hambatan yang dialami
II-28

adalah sebagian besar ibu hamil memeriksakan kandungannya pertama kali setelah
lewat trimester pertama (3 bulan kehamilan).

ii). Angka pertolongan persalinan
Formula yang digunakan adalah jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga
medis yang memiliki kompetensi kebidanan dibagi jumlah persalinan.
Tabel 2.27
Angka Pertolongan Persalinan
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Persalinan yang ditolong oleh
tenaga medis berkompetensi
4.386 4.625 5.266 3.286 2.897
Jumlah Persalinan Seluruhnya
5.019 5.257 6.710 3.523 3.147
Angka Pertolongan Persalinan
Nakes
87,39 87,98 78,48 93,27 92,06
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo
Data tersebut menunjukkan pemerintah berhasil meningkatkan angka
pertolongan persalinan oleh tenaga medis yang memiliki kompetensi dari 87%
ditahun 2005 menjadi 92% di tahun 2009, walaupun pada tahun 2007 mengalami
penurunan. Jika dibandingkan dengan target/standar nasional yaitu 90% maka
angka pertolongan persalinan Kabupaten Ngada sudah memenuhi standar nasional
pada tahun 2008 - 2009.
iii). Desa/kelurahan dengan Universal Child Immunization
Indikator kinerja ini menunjukkan cakupan desa/kelurahan yang cakupan
status imunisasi lengkap pada bayi di wilayahnya lebih atau sama dengan 80%
sehingga disebut Universal Child Imunization. Rumusan yang digunakan yaitu
jumlah desa/kelurahan yang mencapai UCI dibagi jumlah desa/kelurahan
seluruhnya.
Tabel 2.28
Cakupan Universal Child Imunization
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah desa/kelurahan yang
mencapai UCI
106 69 80 66 77
Jumlah desa/kelurahan
173 173 176 94 94
Cakupan Universal Child Imunization
(UCI)
61,27 39,88 45,45 70,21 81,91
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo
II-29


Data tersebut menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan
cakupan desa/kelurahan yang sudah dapat memberikan imunisasi pada bayi secara
lengkap/UCI (universal Child Imunization), yaitu dari 1,7% ditahun 2005 menjadi
81,91% di tahun 2010.

iv). Pelayanan kesehatan Anak SD/MI
Pemeriksaan kesehatan pada anak SD/MI atau setingkat merupakan
pemeriksaan yang rutin dilakukan pada kegiatan UKS, UKGS maupun pada Bulan
Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Persentase anak SD/MI yang mendapat
pemeriksaan kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.29
Persentase (%) Pemeriksaan Anak SD/MI
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah anak SD/MI yang
mendapat pemeriksaan
kesehatan
8.969 12.791 17.013 14.598 14.715
Jumlah anak sekolah SD/MI
Yang terdata
21.715 20.932 28.566 18.490 22.967
Persentase anak SD/MI yang
mendapat pemeriksaan
kesehatan
41,30 61,11 59,56 78,95 64,07
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) data gabung
Nagekeo

Persentase pemeriksaan anak SD/MI selama kurun waktu 5 tahun dari tahun
2005 sampai 2009 cenderung mengalami peningkatan, walaupun terjadi fluktuasi,
namun penurunan tidak terlalu drastis. Kendala yang dihadapi yaitu tidak semua
siswa terdata, dan tidak semua sekolah ada kegiatan UKS/UKGS. Siswa SD/MI
yang mendapat pemeriksaan kesehatan pada umumnya adalah siswa dari SD/MI
yang mempunyai Usaha Kesehatan Sekolah atau Usaha Kesehatan Gigi Sekolah,
Guru UKS/UKGS, dan beberapa peralatan penunjang UKS kit. Sehingga dalam
pelaksanaan pemeriksaan, guru UKS/UKGS dibantu oleh tenaga kesehatan dari
Puskesmas.



II-30

5. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan
i). Rasio Tenaga Kesehatan dibanding jumlah penduduk
Tenaga kesehatan merupakan poin krusial dalam pelaksanaan pelayanan
kesehatan serta program-program kesehatan berupa preventif maupun kuratif.
Sumber daya kesehatan dokter, perawat dan bidan dapat dilihat pada tabel berikut
ini :
Tabel 2.30
Rasio Tenaga Kesehatan di Kabupaten Ngada
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah Dokter 23 35 36 21 27
Jumlah Perawat 161 175 205 139 164
Jumlah Bidan 173 150 145 110 100
Jumlah Penduduk 250.084 252.093 259.980 138.012 138.050
Rasio Dokter 9,20 13,88 13,85 15,22 19,56
Rasio Perawat 64,38 69,42 78,85 100,72 118,80
Rasio Bidan 69,18 59,50 55,77 79,70 72,44
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo

Rasio tenaga kesehatan dibanding jumlah penduduk dari tahun 2005 sampai
2009 terus mengalami peningkatan atau penambahan tenaga kesehatan sesuai
jumlah penduduk Kabupaten Ngada, walaupun belum memenuhi standar nasional
rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk. Tahun 2009 rasio dokter di Kabupaten
Ngada adalah 19 per 100.000 penduduk dengan kata lain 1 orang dokter melayani
7265 penduduk, sedangkan standar nasional 40 per 100.000 penduduk atau 1 orang
dokter melayani 2500 penduduk. Rasio perawat Kabupaten Ngada tahun 2009
sudah memenuhi standar nasional yaitu 118 per 100.000 penduduk atau 1 orang
perawat melayani 1169 penduduk, walaupun rasio perawat telah memenuhi standar
nasional, namun secara kualifikasi pendidikan, belum memenuhi karena masih
banyak perawat dengan pendidikan SPK, dan D1, diharapkan kualifikasi minimal
tenaga kesehatan adalah DIII. Rasio tenaga bidan tahun 2009 55 per 100.000
penduduk atau 1 orang bidan melayani 1917 penduduk, belum memenuhi standar
nasional yaitu 100 per 100.000 penduduk dengan kata lain 1 orang bidan melayani
1000 penduduk. Secara kualifikasi pendidikan pun belum memenuhi standar DIII,
karena masih banyak bidan C, Perawat Bidan dan Diploma 1. Tenaga bidan yang
tersebar di Kabupaten Ngada sebanyak 100 orang, dan sebagian besar bertugas Di
II-31

RSUD dan Puskesmas, sedangkan Kabupaten Ngada memiliki 94 desa/kelurahan,
sehingga bidan yang ada belum maksimal melayani sampai ke pelosok desa.

ii). Pemanfaatan Puskesmas dan Jaringannya

Persentase penduduk yang memanfaatkan Puskesmas dan jaringannya
seperti Pustu, Polindes dan Poskesdes menunjukkan kesadaran masyarakat atau
penduduk di wilayah sekitarnya yang menyadari pentingnya pemeriksaan
kesehatan, dan menggambarkan seberapa besar kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan di sarana kesehatan. Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa
pada tahun 2005, 2007 dan 2009 kunjungan ke sarana pelayanan kesehatan diatas
105% , 128% dan 79,78% menunjukkan bahwa tingginya kunjungan yang berarti
satu penduduk memanfaatkan sarana kesehatan dasar (Puskesmas dan
Jaringannya) lebih dari satu kali.
iii). Rasio Puskesmas terhadap jumlah penduduk
Rasio Puskesmas terhadap jumlah penduduk menggambarkan ketersediaan
sarana pelayanan kesehatan kepada masyarakat di wilayah kerjanya. Rasio
Puskesmas dibanding jumlah penduduk selama tahun 2005 sampai 2009 dapat
dilihat pada tabel berikut:



Tabel 2.31
Pemanfaatan Puskesmas dan Jaringannya
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah Penduduk
yang berkunjung ke
Puskesmas/Pustu dan
jaringannya
263.19
1
203.94
7
332.672 122.727 110.134
Jumlah penduduk
250.08
4
252.09
3
259.980 138.012 138.050
Persentase Penduduk
memanfaatkan
Puskesmas dan
Jaringannya
105,24 80,90 127,96 88,92 79,78
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010,*) Data Gabung
Nagekeo
II-32

Tabel 2.32
Rasio Puskesmas dan Penduduk
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah
Puskesmas
14 14 14 9 10
Jumlah penduduk 250.084 252.093 259.980 138.012 138.050
Rasio Puskesmas
terhadap jumlah
penduduk
5,6 5,6 5,4 6,5 7,2
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo

Rasio Puskesmas dibanding 100.000 penduduk di Kabupaten Ngada tahun
2005 sampai 2007 masih bergabung dengan Kabupaten pemekaran (Nagekeo).
Tahun 2005 rasio Puskesmas terhadap penduduk 6 per 100.000 penduduk, atau 1
puskesmas melayani 16.000-17.000 penduduk, begitupun tahun 2006 dengan
pertumbuhan penduduk 1% maka rasio puskesmas terhadap jumlah penduduk
tetap. Pada tahun 2007 rasio puskesmas terhadap pendudk adalah 5 per 100.000
penduduk, dengan kata lain satu puskesmas melayani 20.000 penduduk. Tahun
2008 rasio puskesmas 6 per 100.000 penduduk atau 1 puskesmas melayani 16.000
sampai 17.000 penduduk, sedangkan pada tahun 2009 rasio puskesmas 7 per
100.000 penduduk atau 1 puskesmas melayani 14.000 15.000 penduduk.
Dibandingkan rasio ideal puskesmas terhadap penduduk yaitu satu puskesmas
melayani 20.000 30.000 penduduk, maka rasio puskesmas berbanding jumlah
penduduk di Kabupaten Ngada secara umum telah memenuhi standar. Namun
apabila dikaji rasio puskesmas per jumlah penduduk di wilayah kerjanya/kecamatan
dan luas wilayah, masih belum ideal. Misalnya kecamatan Golewa dengan jumlah
penduduk diatas 30.000 dan jumlah desa 21 dan luas wilayah 250,72 km
2
, maka
perlu ada pembagian wilayah kerja puskesmas atau penambahan puskesmas di
kecamatan Golewa.

iv). Penyediaan Obat Esensial dan Generik di Sarana Kesehatan Pemerintah
Ketersediaan obat esensensial dan generik untuk Pelayanan Kesehatan
Dasar (PKD) di sarana kesehatan dasar (Puskesmas, Pustu, Polindes) merupakan
II-33

faktor penentu kualitas pelayanan. Obat-obat PKD adalah obat-obat yang mutlak
harus tersedia di sarana pelayanan kesehatan. ketersediaan obat PKD dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.33
Ketersediaan Obat Esensial dan Generik
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah Persediaan Obat 125 143 128 121 148
Jumlah Kebutuhan persediaan
obat
144 144 144 148 148
Persentase penyediaan obat di
sarana kesehatan
86,81 99,31 88,89 81,76 100,00
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo
Standar nasional untuk ketersediaan obat esensial untuk Pelayanan Kesehatan
Dasar di Puskesmas dan jaringgannya adalah 80%. Dari data diatas diketahui
bahwa ketersedian obat PKD di sarana-sarana kesehatan dasar di Kabupaten
Ngada selama 5 tahun terakhir ini telah memenuhi standar nasional. Yang berarti
tidak terjadi kekosongan stock untuk obat-obat PKD.
v). Pengawasan Sarana Peredaran Obat
Pengawasan sarana distribusi/peredaran obat di Kabupaten Ngada dilakukan
oleh pengelola Gudang Farmasi Kabupaten (GFK) terhadap sarana distribusi di
tingkat kecamatan yaitu Gudang Obat di Puskesmas. Alur distribusi obat dan
perbekalan kesehatan yaitu dimulai dari tingkat Provinsi untuk obat bersumber
APBD I, dan distributor untuk obat bersumber APBD II. GFK akan mendistribusikan
ke Kecamatan (Puskesmas) sebulan sekali. Dan Gudang Obat di Puskesmas akan
mendistribusikan ke Apotik Puskesmas baik Rawat Jalan maupun Rawat inap, serta
Pustu, Polindes dan Poskesdes. Persentase pengawasan sarana distribusi obat dari
tahun 2005 samapai 2009 mencapai 100%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:




II-34

Tabel 2.34
Pengawasan Sarana Peredaran Obat
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah Sarana distribusi obat
yang diawasi
14 14 14 9 10
Jumlah Sarana distribusi obat
yang ada
14 14 14 9 10
Persentase peningkatan
pengawasan sarana
peredaran obat
100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data gabung
Nagekeo

Sedangkan pengawasan terhadap sarana penyimpanan obat swasta seperti
Apotik dan Toko Obat dilakukan melalui pembinaan dan pemeriksaan terhadap obat-
obatan yang dijual.
vi). Penduduk miskin yang terjangkau dalam Jamkesmas
Bentuk tanggungjawab pemerintah terhadap kesehatan masyarakat miskin
diberikan melalui jaminan kesehatan pada tahun 2005 pelayanan kesehatan
masyarakat miskin dicakup dalam JPKMM (Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Masyarakat Miskin), tahun 2006 dan 2007 melalui Askeskin (Asuransi Kesehatan
Masyarakat Miskin) dan tahun 2008 sampai 2009 jaminan kesehatan pada
masyarakat miskin dicakup dalam Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat).
Persentase masyarakat miskin yang terjangkau jaminan kesehatan dapat dilihat
pada tabel berikut :

Tabel 2.35
Jamkesmas bagi penduduk miskin
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Penduduk miskin yang
terjangkau dalam
jamkesmas
143.471 143.444 143.444 56.686 56.686
Jumlah seluruh penduduk
miskin
144.000 144.000 144.000 56.686 56.686
Persentase penduduk
miskin yang terjangkau
dalam Jamkesmas
99,63 99,61 99,61 100,00 100,00
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo
II-35

Penduduk miskin pada tahun 2005 sampai 2007 masih termasuk data dari
Kabupaten Nagekeo. Sedangkan tahun 2008 dan 2009 semua penduduk miskin
telah terjangkau Jamkesmas.
6. Kualitas Kesehatan Lingkungan
i). Pengawasan Industri Makanan dan Minuman yang Memenuhi Syarat
Kesehatan
Pengawasan industri makanan dan minuman dilakukan pada industri
makanan dan minuman rumah tangga dan tempat-tempat pengelolaan makanan.
Tahun 2005 sampai 2009 pengawasan rutin dilakukan melalui inspeksi sanitasi
terhadap IRTP yang ada. Inspeksi dilakukan terhadap sarana sanitasi dasar (air,
jamban, limbah dan pengelolaan sampah), pencahayaan dan ventilasi, higiene
sanitasi makanan minuman dan pengendalian vektor. Persentase pengawasan IRTP
dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Persentase pengawasan industri rumah tangga makanan dan minuman yang
memenuhi persyaratan kesehatan dari tahun 2005 sampai tahun 2007 cenderung
mengalami penurunan. Masih terdapat industri rumah tangga yang tidak memenuhi
kriteria persayaratan kesehatan.
ii). Kepemilikan Jamban Keluarga
Kepemilikan jamban keluarga merupakan salah satu faktor penentu kriteria
rumah sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga. Kepemilikan
jamban keluarga sehat dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.36
Persentase (%) Pengawasan IRTP
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah Industri rumah tangga
makanan dan minuman yang
memenuhi syarat kesehatan
21 25 31 26 29
Jumlah industri rumah tangga
makanan dan minuman yang
terdata
26 33 40 46 55
Persentase peningkatan
pengawasan industri makanan dan
minuman yang memenuhi syarat
kesehatan
80,77 75,76 77,50 56,52 52,73
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo
II-36

Tabel 2.37
Kepemilikan Jamban Keluarga
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Keluarga Yang memiliki
jamban sehat
13.610 20.999 24.849 23.422 23.250
Jumlah Rumah/KK yang
diperiksa
35.481 30.108 48.549 30.544 29.352
Persentase keluarga
yang memiliki jamban
keluarga
38,36 69,75 51,18 76,68 79,21
Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Ngada, Tahun 2010, *) Data Gabung
Nagekeo
Prosentase kepemilikan jamban keluarga yang sehat berdasarkan sampel yang
diperiksa sampai pada kondisi 2009, telah mencapai 79,21% atau masih tersisa
20,79%. Kondisi ini tentu masih menggambarkan perilaku hidup bersih dan sehat
yang belum seluruhnya menjadi budaya dalam masyarakat.
iii). Air Bersih yang memenuhi standar kesehatan.
Ketersediaan air bersih yang layak dan memnuhi standar kesehatan di
kabupaten Ngada tahun 2005-2009 dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2.1
Ketersediaan Air bersih yang memenuhi standar kesehatan






Sumber: Dinas Kesehatan Kab. Ngada Tahun 2010
Dari gambar di atas diketahui bahwa selama 5 tahun terakhir terjadi
peningkatan ketersediaan sumber air bersih yang telah diuji klinis bagi rumah tangga
dari 79 % pada tahun 2005 menjadi 88 % pada tahun 2009.
Dari keenam indikator kesehatan yang telah dipaparkan diatas berpengaruh
terhadap pencapain usia harapan hidup yang merupakan indicator kunci
pembangunan social ekonomi (United Nation Research on Social Development,
1970). Usia harapan hidup penduduk Kabupaten Ngada tidak mengalami perubahan
signifikan pada tahun 2008 sampai tahun 2010. Untuk laki-laki mencapai usia 64,6
tahun sedangkan untuk perempuan 68,8 tahun. Jika dibandingkan dengan keadaan
0
50
100
2005 2006 2007 2008 2009
II-37

di tingkat propinsi, Kabupaten Ngada menduduki urutan kedua, dimana urutan
pertama adalah Kota Kupang dengan usia laki-laki 70 tahun dan perempuan 73,6
tahun.
2.3.8 Sarana dan Prasarana Dasar
2.3.8.1 Permukiman
Sarana permukiman merupakan komponen kunci dari berbagai ukuran
tentang kesejahteraan masyarakat. Karena itu faktor kepemilikan dan kondisi
permukiman penduduk yang layak haruslah merupakan tujuan penting dalam
pembangunan.
Deskripsi fisik tentang kondisi perumahan penduduk dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Atap : 82,22 persen menggunakan seng/asbes.
Jenis lantai : 63,07 bukan tanah.
Jenis dinding : 61,76 persen bambu.
Fasilitas Air Minum : 15,87 persen memiliki sendiri.
Jenis penerangan : 38,59 persen listrik

Data statistik menunjukkan bahwa sampai dengan tahun 2009, terdapat
20.871 unit rumah di Kabupaten Ngada. Dari jumlah tersebut, 19.143 berstatus
milik sendiri dan 1.728 bukan milik sendiri. Fakta ini menunjukkan bahwa sebagian
besar memiliki sendiri rumahnya. Namun dari segi luasannya, 55.90 persen
berukuran kurang dari 50 meter persegi. Dengan asumsi bahwa 1 rumah tangga
paling sedikit terdiri dari lima anggota, maka idealnya luas rumah minimal adalah 50
M
2
. Dengan demikian rata-rata luasan rumah penduduk belum mencapai luasan
ideal sebagaimana dimaksud.
Deskripsi fisik tentang kondisi perumahan penduduk dapat dijelaskan sebagai
berikut
Atap : 95,85 persen menggunakan seng/asbes.
Jenis lantai : 63,28 persen bukan tanah
Jenis dinding : 66,27 persen bambu
Fasilitas Air Minum : 27,94 persen milik sendiri
Jenis penerangan : 57,41 persen listrik
II-38

Deskripsi fisik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar perumahan
penduduk berbentuk semi permanen. Dengan kondisi fisik seperti ini dapat
dikatakan bahwa kondisi permukiman penduduk belum sepenuhnya memenuhi
persyaratan perumahan yang sehat.
2.3.8.2 Air Bersih dan Sanitasi
Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia yang digunakan baik untuk
konsumsi sebagai air minum dan memasak maupun untuk keperluan lainnya seperti
mandi dan mencuci. Karena itu pengadaan air minum yang higienis dan bersih
sangat penting bagi setiap rumah tangga. Air yang bersih diperoleh dari sumber air
yang berasal dari air dalam kemasan, leding/ air yang dimurnikan, pompa, sumur,
dan mata air. Sumber air yang berasal dari pompa, sumur, dan mata air
dikategorikan sebagai air bersih jika jarak ke tempat pembuangan limbah lebih dari
10 meter.
Mata air tetap merupakan sumber air yang paling banyak digunakan oleh
rumah tangga di Kabupaten Ngada namun dari tahun 2008-2009, mengalami
penurunan dari 53,31 persen menjadi 48,61 persen pada tahun 2009. Sumber air
berikutnya yang banyak digunakan oleh penduduk Kabupaten Ngada adalah air
leding. Presentase penduduk yang menggunakan air leding pada tahun 2008
sebanyak 38,63 persen menurun menjadi 34.21 persen pada tahun 2009 (sumber:
Indicator Kesra Kabupaten Ngada, BPS 2010, hal 96-97)
Selain ketersediaan air bersih, sanitasi pada tingkat rumah tangga maupun
lingkungan merupakan komponen pembentuk lingkungan hunian yang memenuhi
syarat kesehatan. Hasil susenas tahun 2009 menunjukkan bahwa terdapat
penurunan persentase rumah tangga yang memiliki jamban sendiri dari 79,91
persen menjadi 67,09 persen tahun 2009. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan
sarana sanitasi pada tingkat rumah tangga belum mendapat perhatian dengan baik.
Berjangkitnya penyakit disentri dan diare merupakan dampak langsung dari belum
tersedianya sarana sanitasi secara memadai, baik pada tingkat rumah tangga
maupun lingkungan.



II-39

2.3.8.3 Infrastruktur
1) Persentase panjang jalan kabupaten yang kondisinya baik.
Indikator ini dihitung dengan menggunakan rumus jumlah panjang jalan
kabupaten dalam keadaan baik dibagi jumlah panjang jalan kabupaten seluruhnya.
Tabel 2.38
Panjang Jalan Kabupaten (Km)
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Panjang Jalan
Kabupaten yang
kondisi baik
492,010 492,010 679,320 445,670 498,150
Panjang seluruh jalan
kabupaten Ngada
1.332,310 1.332,310 1.525,450 812,150 866,150
Prosentase 36,929 36,929 44,532 54,875 57,513
Sumber: Dinas PU, 2010, *) Data Gabung Nagekeo
Tahun 2005 , dari seluruh panjang jalan kabupaten 1.332,310 km, sepanjang
492,010 km jalan kabupaten (36.929%) dalam keadaan baik. Tahun 2006 dari
seluruh panjang jalan kabupaten 1.332,310 km, sepanjang 492,010 km jalan
kabupaten (36,929%) dalam keadaan baik. Tahun 2007 dari seluruh panjang jalan
kabupaten 1.525,450 km, sepanjang 679,320 km jalan kabupaten (44,532%) dalam
keadaan baik. Tahun 2008 setelah pemekaran dari seluruh panjang jalan kabupaten
812,150 km, sepanjang 445,670 km jalan kabupaten (54,875%) dalam keadaan
baik. Tahun 2009 dari seluruh panjang jalan kabupaten 866,150 km, sepanjang
498,150 km jalan kabupaten (57,513%) dalam keadaan baik.
2) Persentase jumlah jembatan kabupaten dalam kondisi baik
Indikator ini diukur dengan menggunakan rumus jumlah jembatan kabupaten
dalam kondisi baik dibanding dengan jumlah seluruh jembatan. Jembatan yang
kondisinya baik Tahun 2005 adalah 83% atau 123 dari 148 jembatan yang ada.
Tabel 2.39
Jumlah Jembatan Kabupaten (Km)
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Jumlah Jembatan
Kabupaten yang
kondisi baik
123 123 123 71 84
Jumlah seluruh
Jembatan
Kabupaten Ngada
148 152 152 83 94
Prosentase 83 84,5 84,5 86 89
Sumber: Dinas PU, 2010, *) Data Gabung Nagekeo
II-40

Pada tahun 2006 sebanyak, 84,5 % atau 128 dari 152 jembatan yang ada.
Tahun 2008 setelah pemekaran sebesar 86% atau 71 dari 83 jembatan yang ada.
2009 sebesar 89 atau 84 dari 94 jembatan yang ada.
3) Rasio jaringan irigasi terhadap luas lahan
Formula yang digunakan yaitu panjang saluran irigasi dibanding dengan luas
lahan budidaya pertanian. Luas lahan budidaya pertanian adalah 3372 hektar.
Sementara, panjang saluran irigasi yang dibuat Tahun 2005 sepanjang 22649 m
atau 6,72 m/ha. Tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat dalam tabel
sebagai berikut.
Tabel. 2.40
Rasio Panjang Irigasi terhadap Lahan Pertanian
Uraian 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Panjang Saluran
Irigasi (M)
22649 24913 27404 32884 37749
Luas Lahan
Pertanian (Ha)
3372 3709 4079 4894 5520
Prosentase 6,72 6,72 6,72 6,72 6,84
Sumber: Dinas PU, 2010, *) Data Pilah

2.3.9 Energi dan Ketenagalistrikan
Listrik sebagai sumberdaya mempunyai peranan yang sangat vital
dalam berbagai aspek kehidupan. Namun demikian dari segi penggunaannya,
belum semua rumah tangga yang terjangkau layanan listrik. Sampai dengan tahun
2005 sebelum pemekaran, dari total rumah tangga sebanyak 49.152 RT, hanya
38,59 persen RT yang menjadi pelanggan PLN. Sedangkan tahun 2009 setelah
pemekaran, dari total rumah tangga sebanyak 28.178 RT, hanya 43.38 persen RT
yang menjadi pelanggan PLN.
Rendahnya pemanfaatan listrik di kalangan rumah tangga terkait dengan
masalah permintaan dan penawaran. Daya beli masyarakat yang relatif terbatas
menjadikan mereka belum menempatkan listrik sebagai kebutuhan utama dalam
preferensi konsumsinya. Pada sisi lain, pengembangan atau perluasan jari ngan
listrik untuk menjangkau rumah tangga pada wilayah terpencil membutuhkan
investasi yang relatif besar. Meskipun demikian saat ini telah dibangun PLTP
Mataloko dengan cadangan terkira 30-65 MW dan pembangkit listrik tenaga micro
hydro di beberapa kecamatan diharapkan dapat membantu pasokan energi listrik
II-41

ditahun mendatang. Mengingat peranannya yang sangat strategis, perluasan
jaringan listrik untuk dapat menjangkau seluruh rumah tangga juga merupakan
pilihan strategi untuk mendorong percepatan perubahan di bidang sosial ekonomi.
Potensi sumberdaya mineral cukup melimpah dan mempunyai peranan
sangat penting bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan
pendapatan asli daerah, namun masalah yang dihadapi adalah sumberdaya alam
tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Potensi sumberdaya mineral
kabupaten Ngada masih sangat terbatas pada potensi bahan galian golongan B (Biji
Besi dan Emas) dan bahan galian golongan C yang tersebar di seluruh kecamatan.
Potensi pengembangan bahan galian golongan B juga masih mengalami
ketrbatasan akibat lokasi pertambangan yang masuk dalam wilayah kawasan hutan.
Kabupaten Ngada sebenarnya memiliki sumberdaya alam yang menunjang
untuk menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang memadai, baik bagi
kepentingan rumah tangga, pemerintah maupun kebutuhan industri. Untuk
kepentingan ini, masalah yang dihadapi adalah dibutuhkan investasi yang relatif
besar, sementara itu kemampuan fiskal daerah yang terbatas menjadikan
pemerintah daerah kesulitan melakukan investasi untuk meni ngkatkan produksi dan
perluasan jaringan.
2.3.10 Transportasi Darat, Laut dan Udara
Kondisi terakhir tahun 2009, Infrastruktur jalan negara yang melintasi
Kabupaten Ngada yaitu Lintas Tengah Flores sepanjang 139.08 Km pada umumnya
sekitar 82.57 % dalam kondisi kurang baik dengan lapisan Hotmix (Lapen), jalan-
jalan propinsi sepanjang 175.94 Km dengan kondisi baik (Hotmix) sekitar 32,79 %,
Lapen (Lapis Penetrasi) sekitar 14,90 %, perkerasan (Telford) sekitar 3,74 % yang
butuh peningkatan segera. Sedangkan untuk jalan-jalan kabupaten sepanjang
1.532,40 Km, hanya 0,42 % Hotmix, sekitar 10,88 % Lapen, perkerasan sekitar 1,04
% dan jalan tanah sekitar 0,6 % yang dalam kondisi baik. Infrastruktur ini sangat
dibutuhkan dalam mendukung kelancaran pemasaran hasil-hasil pertanian
masyarakat yang pada umumnya terletak pada wilayah-wilayah yang sangat sulit
dijangkau.
Transportasi darat yang digunakan oleh masyarakat untuk menunjang
mobilitas mereka adalah kendaraan umum. Selama lima tahun terakhir
II-42

perkembangan unit kendaraan angkutan umum yang melintasi ruas jalan di
Kabupaten Ngada sangat pesat. Namun demikian, dengan kondisi keterbatasan
jalan negara, propinsi dan kabupaten, kendaraan angkutan umum yang
berkembang cepat tersebut belum mampu menjangkau kantong-kantong produksi
masyarakat secara memadai.
Kegiatan pada pelabuhan laut resmi secara umum dilayani oleh armada laut
milik PT. Pelni. Kabupaten Ngada memiliki dua pelabuhan laut yakni Aimere dan
Maumbawa. Pelabuhan penyeberangan Aimere yang terletak di bagian Selatan
pulau Flores dapat langsung mengakses pulau Sumba dan Timor. Arus penumpang
dan perdagangan antar pulau melalui pelabuhan ini cukup potensial dan memiliki
prospek yang menjanjikan. Sedangkan pelabuhan laut Maumbawa juga terletak di
wilayah Selatan Kabupaten Ngada dengan jarak dari ibukota Kabupaten Ngada
(Bajawa) 28 Km dan dapat ditempuh dalam waktu 45 Menit. Pelabuhan ini
digunakan oleh masyarakat dan perusahaan angkutan kapal untuk perdagangan
antar pulau baik dalam wilayah NTT maupun di luar wilayah NTT seperti : ke Bima,
Denpasar dan Surabaya.
Komoditi perdagangan yang diantarpulaukan adalah kopra, vanili, cengkeh,
kemiri, pala, lada dan jembu mente. Letak pelabuhan ini sangat strategis karena
dapat mengakses keluar lebih cepat dan membutuhkan biaya yang relatif lebih
murah dibandingkan dengan pelabuhan laut di wilayah selatan Flores lainnya.
Karena itu, ke depan, pelabuhan ini merupakan pelabuhan alternatif utama bagi
pelayaran di wilayah selatan Flores. Melihat peluang tersebut, keberadaan kedua
pelabuhan laut tersebut harus ditingkatkan dengan berbagai sarana yang diperlukan
sehingga dapat menunjang peningkatan arus angkutan laut masuk dan keluar
daerah ini.
Sedangkan untuk pelabuhan udara, pada saat ini terdapat satu satunya
pelabuhan udara yang terletak di Soa yaitu bandara udara Turelelo yang berjarak
sekitar 15 Km dari kota Bajawa, dengan panjang landasan 1400 m serta dapat
dilandasi pesawat jenis ATR dan Foker M60, termasuk bandara kelas V. Angkutan
udara ini adalah jenis angkutan yang cukup mahal, namun keberadaanya di
Kabupaten Ngada masih sangat dibutuhkan untuk keperluan - keperluan yang
mendesak serta yang lebih penting lagi untuk kegiatan pariwisata dan dunia usaha
agar investor asing atau dalam negeri dapat menanamkan modalnya di Kabupaten
II-43

Ngada. Rute transportasi udara yang ada di Kabupaten Ngada ialah rute Kupang
Bajawa dan Kupang Labuan Bajo - Denpasar serta ada beberapa hari dalam
sepekan yang bisa langsung ke Surabaya dan Jakarta.
Kebutuhan terhadap pelayanan angkutan udara di kabupaten Ngada
sesungguhnya sangat mendesak, terutama jika melihat kecenderungan pergerakan
penduduk baik domestik maupun penumpang non domestik. Pergerakan
penumpang untuk kebutuhan non domestik adalah dengan terdapatnya arus
wisatawan asing dengan tujuan TWAL 17 pulau Riung, Kampung megalith Bena dan
lokasi-lokasi wisata lainnya yang dapat memberikan nilai investasi di wilayah
Kabupaten Ngada.
2.3.11 Irigasi
Luas potensial daerah irigasi di Kabupaten Ngada adalah 20.257,90 Ha. Dari
jumlah tersebut, sekitar 5.509,40 Ha atau 27,19 % telah mendapat aliran irigasi.
Dengan demikian sebagian besar lahan potensial belum terjangkau aliran irigasi.
Secara teknis, jenis irigasi yang telah terbangun dan luasan jangkauannya adalah
sebagai berikut :
a. Irigsi Semi Teknis dengan luas potensial 3.992,5 Ha; luas fungsional 1.885,5 Ha
atau 47,22 % yang baru dimanfaatkan yaitu meliputi DI Radawea, DI Wirase, DI
Waepana, DI Zaa, DI Panondiwal, DI Hobotopo, DI Maabawa dan DI
Kajumbawa
b. Irigasi sederhana dengan luas potensial 3.738,00 Ha dan yang terlayani seluas
832 Ha atau 22,26 %, yaitu : DI Kurubhoko, DI Malatawa, DI Malanage, DI
Turewuda, DI Hobogoma, DI Alokolang/Longgo, DI Malasawu, DI Waeneta, DI
Dorarapu, DI Soafuti, DI Pakupapan, DI Sagameo, dan DI Loda.
c. Irigasi pedesaan dengan luas potensial 12.547,20Ha dan yang terlayani seluas
2.791,90 Ha atau 22,28 %.
Pembangunan embung sebagai salah satu alternatif mengatasi kekurangan
air bagi ternak, pengembangan holtikultura, irigasi dan air baku sangat cocok
dengan kondisi topografi di wilayah Kabupaten Ngada. 10 buah embung yang
sudah ada dibangun dengan daya tampung 16.000 sampai 33.000 M3 dengan
nama Waetale, Waekeo, Mbundai, Waekabe, Waepare, Maronggela 1 (OCD),
Maronggela 2 (OCD), Wolomeze 1, Wolomeze 2 dan Ngara.
II-44

2.3.12 Teknologi Informasi
Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam era
globalisasi membawa manfaat yang positif guna memperoleh data dan informasi
secara cepat, tepat dan akurat, tanpa dapat dibatasi oleh sekat ruang dan waktu.
Penyelenggaraan e-government sejalan dengan perubahan kehidupan berbangsa
dan bernegara yang secara fundamental berubah dari sistem kepemerintahan
otoriter dan sentralistik menuju ke sistem kepemerintahan yang demokratis yang
ditandai dengan diterapkannya otonomi daerah. Perubahan yang terjadi menuntut
terbentuknya kepemerintahan yang bersih, transparan, dan mampu menjawab
tuntutan perubahan secara efektif. Melalui pengembangan e-government komunikasi
informasi antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha diharapkan lebih efisien
dan effektif, penataan sistem manajemen dan proses kerja di lingkungan pemerintah
menjadi lebih transparan dan akuntable serta mendorong pemerintah daerah
otonom untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi.
Dalam perkembangan tekhnologi informasi Kabupaten Ngada merupakan
salah satu Kabupaten yang sudah memiliki sarana dan prasarana penunjang e-
government yang cukup lengkap hal tersebut dapat dibuktikan dengan dimilikinya
sarana dan prasarana yang memadai seperti; akses Internet dan Intranet; Lokal
Area Network (LAN) di beberapa unit kerja; telah digunakannya Sistem Aplikasi
Layanan yang dibutuhkan serta telah dimilikinya Portal Layanan Publik/ Website
Pemerintah Daerah (www.ngadakab.go.id) yang dapat diakses oleh semua
masyarakat.
Akan tetapi pelaksanaan e-government belum dilakukan karena masih
terdapat beberapa kendala diantaranya belum adanya Jaringan informasi yang
dilaksanakan secara terintegrasi untuk dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat secara cepat, mudah, efektif, efisien dan ekonomis; Terbatasnya
sumberdaya manusia pengelola e-government baik dari segi kuantitas maupun
kualitas pada setiap instansi pemda terutama di Kantor Komunikasi dan Informatika.
Sumber daya yang ada belum siap menerima perubahan kultur ke teknologi
informasi dan komunikasi. Oleh karena itu dalam mengembangkan e-government,
pemerintah perlu memacu sumberdaya manusia yang ada untuk lebih profesional
baik dalam jumlah maupun kualitasnya.
II-45

2.3.13 Kependudukan dan Transmigrasi
Setelah pemekaran secara keseluruhan kondisi penyebaran dan tingkat
kepadatan penduduk di tiga wilayah Kabupaten tergambar sebagai berikut:
Wilayah Selatan yang terdiri dari Kecamatan Aimere, Jerebuu, Golewa, dengan
luas 485,48 km atau 29,95 persen dari total luas wilayah kabupaten, dihuni oleh
40,87 persen penduduk, dengan tingkat kepadatan mencapai 109 jiwa per km.
Wilayah Tengah yang terdiri dari Kecamatan Bajawa, Bajawa Utara, Wolomeze,
Riung Barat dan Soa seluas 807,5 Km atau 49.81 persen dari total luas wilayah
kabupaten, dihuni oleh 49.37 persen dengan tingkat kepadatan 107 jiwa km.
Wilayah Utara hanya meliputi satu kecamatan saja yakni kecamatan Riung
dengan luas 327,94 Km atau 20,23 persen dari total luas wilayah, dihuni oleh
9,7 persen penduduk, dengan kepadatan penduduk sebesar 42 jiwa per Km.
Dalam periode 2008 - 2009 penduduk yang tergolong usia produktif (15-64
tahun) mengalami penurunan dari 56,30 persen pada tahun 2008 menjadi 54,70
persen pada tahun 2009. Dan penduduk yang berusia 65 tahun ke atas juga
menurun dari 6,25 persen menjadi 6,02 persen pada tahun 2009. Sedangkan Hasil
Susenans tahun 2009 menggambarkan struktur penduduk menurut kelompok umur
sebagai berikut : penduduk usia produktif sebesar 54,70 persen dan penduduk non
produktif yang terbagi dalam dua kelompok yaitu 0-14 tahun sebesar 39,28 persen
dan 65+ sebanyak 6,01 persen.
Perubahan komposisi penduduk menurut umur ini memberi dampak pada
rasio beban ketergantungan, yaitu rasio antara penduduk di bawah 15 tahun dan
65 tahun ke atas terhadap penduduk berumur 15 64 tahun yang bervariasi. Dalam
2 tahun terakhir terlihat bahwa rasio beban ketergantungan lanjut usia (65 tahun
keatas) menurun dari 11,10 menjadi 11. Sedangkan rasio beban ketergantungan
anak (di bawah 15 tahun) meningkat dari 66,52 pada tahun 2008 menjadi 71,81
pada tahun 2009 per 100 penduduk usia 15-64 tahun. Hal ini menunjjukan bahwa
beban tanggungan penduduk usia produktif di Kabupaten Ngada masih didominasi
penduduk usia muda.
Salah satu indikator pekembangan fertilitas adalah Child Woman Ratio
(CWR) atau Rasio anak Ibu. Indikator ini menunjukkan rasio antara anak balita
dengan penduduk wanita tengah tahun usia 15 49 tahun. Kabupaten Ngada pada
II-46

tahun 2009 mempunyai nilai CWR 496 yang artinya untuk setiap 1000 wanita usia
produktif mempunyai balita sebanyak 496 orang. Angka ini mengalami penurunan
dari tahun 2007 yang mencapai 619 balita untuk setiap 1000 wanita usia produktif.
Mobilitas penduduk merupakan semua gerakan penduduk yang melintasi
batas wilayah dalam periode waktu dan maksud tertentu. Pengertian ini
mengandung dua dimensi yaitu mobilitas permanen yang ditandai dengan adanya
niatan untuk menetap di daerah tujuan dan mobilitas penduduk non permanen, yang
dicirikan oleh tidak adanya niat bagi pelaku mobilitas untuk menetap di daerah
tujuan.
Mobilitas penduduk non permanen dapat di bagi menjadi dua, yaitu mobilitas
ulang alik/nglaju (commuting) dan mobilitas sirkulasi (mondok/menginap) di daerah
tujuan. Seseorang melakukan mobilitas disebabkan oleh adanya motivasi tertentu.
Ketimpangan perkembangan ekonomi antar daerah secara rasional akan
mendorong penduduk untuk melakukan mobilitas dengan harapan di daerah baru
mereka akan memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik. Hingga saat
ini, motif ekonomi dipandang sebagai faktor pendorong utama untuk melakukan
mobilitas. Variabel yang sering digunakan sebagai indikator ekonomi adalah
kesempatan kerja dan pendapatan.
Mobilitas penduduk, sebagaimana dikemukakan lebih erat kaitannya dengan
upaya bertahan hidup dan menambah penghasilan. Karena sulit menemukan
kesempatan kerja di tempat asal (karena lahan pertanian yang sempit, sementara
kesempatan kerja di sektor non pertanian belum berkembang), maka mobilitas
merupakan salah satu pilihan yang dapat dilakukan. Dengan demikian, mobilitas
penduduk terjadi secara alamiah sebagai respons yang wajar terhadap kesempatan
kerja yang ada di tempat lain atau secara terprogram melalui kebijakan transmigrasi.
Data terakhir tahun 2008 menunjukkan bahwa di Kabupaten Ngada terdapat
500 Kepala Keluarga atau 1.864 jiwa yang telah mengikuti program transmigrasi
lokal yang berlokasi di tiga tempat yakni Uluwae, Maronggela dan Kurubhoko.
Dibanding dengan jumlah penduduk secara keseluruhan, angka transmigrasi
tersebut masih relatif rendah.


II-47

2.3.14 Kesejahteraan Sosial, Budaya dan Kehidupan Beragama
Kehidupan sosial budaya masyarakat Ngada yang solid berdasarkan norma-
norma sosial budaya yang terwariskan secara turun temurun, secara sistematis
mulai terganggu dengan masuknya berbagai norma dan nilai baru seiring dengan
kemajuan dibidang komunikasi, politik dan ekonomi. Dengan demikian, masyarakat
Ngada kontemporer adalah masyarakat yang sedang mengalami proses perubahan
sosial. Di dalam proses perubahan sosial tersebut, masyarakat sedang bergumul
untuk mencari suatu sintesis baru dari norma dan nilai sosial budaya yang selama ini
terwariskan dalam tatanan sosial budaya mereka.
Sejumlah perubahan mendasar sedang terjadi dalam kehidupan sosial
budaya masyarakat Ngada. Kearifan lokal yang didasarkan pada rasionalitas nilai
mulai tergantikan dengan proses pengambilan keputusan yang didasarkan pada
hukum-hukum ekonomi yang rasional. Konsep keluarga inti yang berbasis
genealogis mulai tergantikan dengan konsep keluarga modern yang lebih terbuka.
Konsep musyawarah untuk mufakat secara perlahan-lahan mulai tergantikan konsep
pemungutan suara. Model kepemimpinan di dalam masyarakat yang berbasis pada
variable-variabel askriptif (asal-usul) mulai tergantikan dengan model kepemimpinan
yang bersifat rasional. Pola permukiman penduduk yang semula permukiman yang
berbasis pada kekeluargaan tergantikan pada pola kepentingan ekonomi.
Gejala perubahan sebagaimana disebutkan memaksa masyarakat untuk
melakukan penyesuaian diri, sehingga tidak merasa tertinggal. Namun demikian,
dengan tingkat pendidikan yang bervariasi, interaksi sosial yang bervariasi, akses
terhadap sumber-sumber perubahan yang bervariasi, posisi orbitasi terhadap pusat
pertumbuhan yang berbeda, menjadikan sebagian kecil masyarakat mampu
melakukan penyesuaian secara baik, tetapi sebagian besar masyarakat belum
memiliki kemampuan yang cukup untuk melakukan penyesuaian secara baik. Akibat
dari lambannya proses penyesuaian diri tersebut akan tampak dalam ketimpangan
yang semakin besar antar kelompok masyarakat dan tumbuhnya berbagai perilaku
sosial yang menyimpang. Jika ketimpangan antar golongan dan perilaku sosial yang
menyimpang tersebut tidak terkendali dengan baik, dapat menciptakan disintegrasi
sosial yang merugikan masyarakat.
II-48

Dari segi kehidupan beragama, masyarakat Ngada yang sebagian besarnya
memeluk agama Kristen Katolik, berjalan dengan tingkat toleransi yang memadai,
sehingga kerawanan-kerawanan yang ditimbulkan karena konflik antara pemeluk
agama nyaris tidak terjadi. Hal ini merupakan modal sosial yang sangat baik bagi
masyarakat Ngada.
Kehidupan keagamaan yang solid tersebut, secara fungsional harus
diarahkan untuk membentuk perilaku masyarakat yang kondusif terhadap
perubahan. Hal ini sangat berkaitan dengan bagaimana menjadikan nilai-nilai
keagamaan yang normatif (etis) menjadi perilaku (etos) yang berguna bagi
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat. Inilah yang menjadi tantangan utama
dalam pengembangan kehidupan keagamaan masyarakat.
2.3.15 Politik dan Pemerintahan
Kondisi kelembagaan politik di Kabupaten Ngada, khususnya pada
infrastruktur politik, yaitu partai politik (parpol) telah bertumbuh sesuai ruang
kebebasan berserikat dan berkumpul menurut UU Parpol No. 2 Tahun 1999, yang
menghapuskan segala bentuk pembatasan partai politik. Hal ini dapat dibuktikan
secara empiris dari kehadiran 44 Parpol yang berkompetisi pada pemilu 2009 di
Kabupaten Ngada dan pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang telah
berakhir dengan baik.
Pemilu tahun 2009 membukukan prestasi politik karena dinyatakan sebagai
pemilu yang paling demokratis, baik dari prosesnya maupun hasilnya. Pertama dari
tampilan proses, pemilu 2009 berhasil karena tingginya dukungan partisipasi politik
pemilih terdaftar. Kedua, dari tampilan hasil tampaknya dari pluralitas keterwakilan
pada lembaga DPRD Ngada, yang mulai mewujudkan demokrasi perwakilan yang
menjunjung tinggi pluralitas sebagaimana beragamnya latar belakang partai politik.
Pemilihan Kepala Daerah secara langsung yang berjalan lancar diselingi berbagai
sikap kritis masyarakat menunjukan telah tumbuhnya kesadaran politik yang
memadai di kalangan masyarakat.
Demokratisasi selain terukur dari perubahan kelembagaan partai politik,
proses pemilu dan kebebasan pers, berlangsung pula pada perkembangan
masyarakat sipil atau masyarakat madani. Masyarakat sipil yang bebas dan mandiri
adalah pilar penopang demokrasi. Organisasi masyarakat sipil yang sehat akan
II-49

memperkuat kemampuan masyarakat untuk memenuhi kepentingan sendiri,
sebagaimana prinsip subsidiaritas dan kemandirian yang bersumbu pada energi
otonomi masyarakat yang dinamis. Pada tingkat Kabupaten Ngada telah
berkembang organisasi masyarakat sipil dalam beragam jenis. Meskipun demikian
masih perlu dilakukan langkah paduserasi untuk mensinergikan semua kekuatan
komponen masyarakat sipil dalam jaringan kerjasama dengan pemerintah,
masyarakat dan dunia usaha.
Kehidupan demokrasi berlangsung pula dalam formasi struktur kekuasaan
pemerintah daerah yang mengejawantahkan demokrasi perwakil an dengan makin
seimbangnya kekuasaan eksekutif dan legislatif dalam prinsip checks and balances
sesuai amanat UU No. 22 tahun 1999. Praktik hubungan eksekutif dan legislatif
berlangsung di arena politik formal dalam semangat kemitraan, kesetaraan dan etika
politik sebagai nuansa baru di alam demokrasi berkaitan dengan pengelolaan
kekuasaan pemerintah daerah.
Penyelenggaraan roda pemerintahan daerah dilakukan berdasarkan UU No.
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah
memantapkan pergeseran struktur pemerintah daerah dari struktur yang memusat
menjadi struktur yang makin memencar. Karena itu, kebijakan pembangunan
pemerintahan lebih diarahkan pada upaya membangun tatanan sistem
pemerintahan yang makin efektif yang terurai dalam penataan subsistem
kelembagaan, aparatur, keuangan dan reformasi administrasi publik untuk
menyesuaikan dengan perkembangan struktur dan dan tuntutan nilai pemerintahan
yang baik.
Pelaksanaan otonomi daerah telah memicu eskalasi tuntutan aspirasi untuk
mengembangkan wilayah pemerintahan pada tingkat kecamatan dan kabupaten.
Arus tuntutan sesungguhnya bertujuan untuk mencari ukuran ideal pemerintahan
yang memungkinkan terciptanya efisiensi dan efektifitas pelayanan publik.
2.3.16 Hukum dan Hak Asasi Manusia
Penegakan hukum yang konsisten sangat penting untuk menciptakan
supremasi hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan masyarakat, sehingga kepastian hukum, rasa adil, penyelenggaraan
II-50

Negara yang bersih dan berwibawa, kesadaran masyarakat yang tinggi dan
pengakuan serta penghargaan terhadap HAM dapat diwujudkan.
Pennyelenggaraan proses hukum untuk menciptakan ketertiban dan rasa
keadilan di dalam masyarakat merupakan kewenangan yudikatif yang tidak dapat
diintervensi eksekutif dan legislatif. Namun demikian pihak eksekutif dan legislatif
dapat sangat berperan dalam penegakan hukum melalui kesediaannya untuk tunduk
dan taat pada aturan-aturan hukum yang berlaku, sehingga dapat memberi teladan
yang baik bagi masyarakat.
Selain mengandalkan peran hukum formal dalam penciptaan ketertiban,
keteraturan, rasa keadilan dalam masyarakat serta praktik penyelenggaraan
pemerintahan yang bebas KKN, sumber-sumber hukum dan kelembagaan hukum
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat perlu direvitalisasi. Kelembagaan
hukum adat yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dalam kenyataan
sangat efektif untuk menciptakan keteraturan, ketertiban dan rasa keadilan bagi
masyarakat, namun perhatian yang sistematis dalam pengembangannya belum
optimal.
Gejala pelanggaran HAM yang paling menonjol dalam masyarakat adalah
penelantaran terhadap hak-hak anak dan tindakan kekerasan dalam rumah tangga.
Bentuk yang paling sering terjadi adalah kekerasan fisik, penelantaran dan pada
tingkat yang lebih tinggi menjurus pada pelanggaran yang bersifat psikis. Gejala
semacam ini sulit terdata, karena kebanyakan korbannya tidak melapor atau
cenderung pasrah menerima pelanggaran yang terjadi.
Gejala seperti ini paling sedikit berkaitan dengan kemampuan kelembagaan
hukum formal untuk menjangkau permasalahan pelanggaran HAM tersebut dan
kesadaran yang kuat dari korban akan hak-hak hukumnya. Kelembagaan hukum
formal dalam kenyataannya bersifat pasif, mengingat masalah pelanggaran HAM
tersebut masuk dalam kategori delik aduan. Bila tidak terdapat pengaduan,
kelembagaan hukum formal tidak dapat bertindak lebih jauh. Demikian juga
kesadaran korban akan hak-hak hukumnya. Dalam kondisi yang sangat tertekan,
kurangnya pengetahuan dan ketidaktahuan tentang prosedur hukum menjadikan
korban cenderung menerima pelanggaran yang terjadi.
II-51

Di waktu mendatang, penegakan hukum sungguh-sungguh akan menjadi
landasan untuk menciptakan ketertiban, berkembangnya rasa keadilan dalam
masyarakat serta menjamin terselenggaranya praktik penyelenggaraan
pemerintahan yang bebas KKN. Selanjutnya perlindungan terhadap HAM adalah
bagian dari penegakkan hukum untuk menciptakan rasa aman dan kebebasan bagi
setiap individu untuk menyatakan pendapatnya serta mendapatkan perlakuan yang
terhormat dalam mewujudkan hak-hak sipilnya.
2.3.17 Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia
termasuk Pemerintah dan masyarakat Ngada. Permasalahan pokok kemiskinan
yang terus dihadapi hingga saat ini adalah masih tingginya jumlah penduduk miskin
dimana pada tahun 2008 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Ngada mencapai
8.973 RTM. Berdasarkan data BPS tahun 2008, maka Kecamatan dengan tingkat
kemiskinan paling tinggi di Kabupaten Ngada adalah kecamatan Golewa (2530
RTM) kemudian diikuti oleh kecamatan Aimere (1669 RTM). Rician menurut
kecamatan sebagaimana terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.41
Jumlah Rumah Tangga Miskin di Kabupaten Ngada
No

Kecamatan

Jumlah
Penduduk
Jumlah
RMTG
Jumlah
RMTG Miskin
2005*
Jumlah
RMTG
Miskin
2008

Persentase
Perubahaan
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Aimere 14.833 3.187 1.816 1.669 -8,09
2 Jerebuu 7.248 1.548 569 562 -1,23
3 Bajawa 36.011 6.911 1.375 1.026 -25,38
4 Golewa 36.066 6.926 2.751 2.530 -8,03
5
Bajawa
Utara
8.483 1.632 599 463 -22,70
6 Soa 12.655 2.497 984 788 -19,92
7 Wolomeze 5.334 978 404 377 -6,68
8 Riung 13.864 2.924 1.327 1.195 -9,95
9 Riung Barat 7.760 1.575 422 363 -13,98
Jumlah 142.254 28.178 10.247 8.973 -12,43
Sumber : Ngada Dalam Angka, 2010, *) Data Pilah

Tingginya jumlah penduduk miskin ini lebih disebabkan oleh ketidakmampuan
ekonomi, kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi
seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.
II-52

2.4 ASPEK DAYA SAING

Adalah memperkuat perekonomian daerah berbasis keunggulan masing-
masing wilayah menuju keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan
sistem produksi, distribusi dan pelayanan; pembangunan infrastruktur yang maju
untuk mendukung penciptaan iklim investasi yang kreatif ; serta mengedepankan
pembangunan SDM berkualitas dan berdaya saing.

2.4.1 Kemampuan Ekonomi
Potensi pembangunan ekonomi Kabupaten Ngada banyak berlokasi di
daerah pedesaan. Masing-masing desa memiliki potensi ekonomi sangat besar
seperti sumber daya (bahan baku dan sumberdaya manusia) dan kegiatan ekonomi
daerah (industri kerajinan, jasa dan pasar) yang terjadi di desa. Apabila potensi-
potensi ekonomi tersebut dapat diberdayakan secara baik maka desa akan dapat
menciptakan pendapatan desa sendiri yang dapat menjadi salah satu sumber
pembiayaan pembangunan desa dan bukan lagi hanya bergantung pada sumber
pendapatan dari hasil arus urbanisasi ke kota yang seringkali menciptakan masalah
besar di kota, baik dari aspek pemukiman, lapangan kerja, keamanan ataupun
penambahan kemiskinan kota.
Apabila penciptaan kemandirian ekonomi desa dapat diwujudkan maka desa
justru akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi yang produktif dan akan dapat
menciptakan suplai berupa ouput yang pada akhirnya dapat mengakselarasi
pertumbuhan ekonomi daerah. Lembaga keuangan juga akan dapat tumbuh dan
berkembang secara baik seiring tumbuhnya ekonomi desa. Berbagai jenis koperasi
ataupun lembaga keuangan lainnya akan menjadi kelengkapan kegiatan ekonomi
produktif di desa tersebut. Pasar desa akan berkembang menjadi pusat pertemuan
antara permintaan dan penawaran yang dinamis dari output yang dihasilkan di desa
tersebut dan akan mendorong aktif produktivitas masyarakat yang memperoleh nilai
tambah besar dari kegiatan ekonomi. Akibat dari perekonomian desa yang maju ini,
pemerataan kegiatan ekonomi akan menjadi lebih baik dan tidak tersentralisasi di
kota saja.
Lapangan kerja juga akan terbuka lebar di desa tersebut seiring dengan
berkembangnya kegiatan usaha berupa penanaman dan pengembangan investasi
sesuai potensi dan karakteristik desa yang didasarkan keunggulan lokal yang dimiliki
II-53

sehingga memiliki daya saing yang kuat. Usaha yang bersaing secara sehat akan
dapat menciptakan produk-produk kompetitif dan pelayanan ke konsumen yang
prima. Sedangkan upah yang diterima pekerja akan menjadi sumber pendapatan
yang akan dapat mendorong penciptaan permintaan produk yang kontinyu sehingga
dapat menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan yang akan
dapat mengurangi dorongan arus urbanisasi serta dapat membantu menurunkan
tingkat pengangguran dan kemiskinan.
Untuk mencapai hal tersebut maka pemerintah menurunkannya dalam dua misi
utama pembangunan ekonomi Kabupaten yang meliputi:
1. Meningkatkan ekonomi daerah yang bertumpu pada sektor pertanian,
agribisnis, dan pariwisata berbasis pedesaan yang berwawasan lingkungan;
2. Memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya, dan
keagamaan di masyarakat;
Yang kemudian dirincikan dalam dua langkah strategis berikut :
1. Pengembangan industri pengolahan produk masyarakat.
2. Pengembangan dan perluasan pasar bagi produk masyarakat

2.4.2 Fasilitas Wilayah
Pembangunan infrastruktur yang dapat segera dinikmati rakyat seperti air
bersih, jalan/jembatan dan tenaga listrik yang dapat merangsang peningkatan
kegiatan ekonomi, dan berpengaruh terhadap penciptaan lapangan kerja dan
perluasan kesempatan berusaha secara merata. Pembangunan infrastruktur (jalan)
yang menghubungkan desa-desa guna merangsang aktifitas perekonomian rakyat
akan perlu diberikan perhatian khusus, mengingat pembangunannya memerlukan
mobilisasi alat berat yang memadai demi mendapatkan kondisi jalan ideal (berdaya
tahan yang relatif lama).
Pembangunan infrastruktur juga merupakan salah satu fungsi dari Investasi
daerah yang akan dikembangkan dan ditingkatkan baik dari aspek kuantitas maupun
kualitasnya. Pembangunan infrastruktur wilayah mampu menjadi factor pemacu
kerja sama ekonomi antar desa yang dapat memicu nilai tambah yang lebih besar
lagi melalui pemberian dan penerimaan dari kegiatan ekonomi. Misalnya suatu desa
dapat menjadi supplier bahan baku untuk desa lainnya dan sebaliknya desa yang
lain menjadi supplier tenaga kerja dengan ketrampilan yang sesuai bidang usaha di
desa tertentu. Bisa juga suatu desa menciptakan produk pelengkap dari suatu
II-54

produk yang dihasilkan desa lainnya sehingga secara keseluruhan daya saing
produk tersebut akan menjadi lebih tinggi lagi. Keuntungan ekonomi dari kerja sama
antar-desa akan menambah tingkat produktivitas dan menciptakan percepatan
pertumbuhan ekonomi desa.
Oleh karena itu dalam meningkatkan pengembangan fasilitas wilayah
yang mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah, pemerintah tel ah mengariskan
dalam salah satu misi daerah yakni Membangun sarana, prasarana dan investasi
daerah serta perluasan pasar melalui kerja sama antar daerah, kerja sama daerah
dengan pihak swasta maupun kerja sama regional, nasional dan internasional.
2.4.3 Iklim Investasi
Salah satu penyebab utama dari lambatnya pemulihan ekonomi sejak krisis
1997 adalah buruknya kinerja investasi akibat sejumlah permasalahan yang
mengganggu pada setiap tahapan penyelenggaraannya. Keadaan tersebut
menyebabkan lesunya kegairahan melakukan investasi, baik untuk perluasan usaha
yang telah ada maupun untuk investasi baru. Masalah ini akan sangat berpengaruh
pada pertumbuhan perekonomian yang selama ini lebih didorong oleh pertumbuhan
konsumsi ketimbang investasi atau ekspor. Rendahnya investasi dalam beberapa
tahun terakhir sejak krisis ekonomi juga telah mempengaruhi daya saing produk
Indonesia di pasar dalam maupun luar negeri.
Kurang kondusifnya lingkungan usaha memiliki implikasi besar terhadap
penurunan daya saing ekonomi, terutama bagi sektor-sektor industri sebagai
lapangan kesempatan kerja utama dan sektor manufaktur yang merupakan salah
satu faktor bagi pertumbuhan ekonomi. Meningkatnya tingkat pengangguran terbuka
berpotensi menimbulkan berbagai permasalahan sosial. Apabila dicermati
pergolakan dan ketidakamanan yang timbul di berbagai daerah dan tempat sering
bersumber dari sulitnya mencari kerja bagi suatu kehidupan yang layak.
Hingga saat ini iklim investasi di Kabupaten Ngada masih belum kondusif.
Permasalahan pokok yang dihadapi adalah status kepemilikan lahan yang tidak
jelas (bersifat komunal) serta keberadaan faktor produksi (sumberdaya alam) pada
kawasan terlarang (daerah cagar alam dan hutan lindung). Masalah lainnya
adalah ketersediaannya sarana dan prasarana pendukung investasi yang belum
memadai seperti listrik, jalan, pelabuhan laut dan bandar udara. Ada banyak
kendala yang memiliki keterkaitan satu dengan yang lain sehingga ketika investor
II-55

melakukan analisis investasi di daerah ini maka kesimpulan yang selalu dihasilkan
adalah Investasi di Ngada digolongkan sebagai Investasi Mahal.
Dalam salah satu strategi pembangunannya yakni Pengembangan investasi
berdasarkan potensi dan karakteristik local, pemerintah berupaya mewujudkan iklim
investasi yang mampu mendorong terciptanya iklim yang dapat mendukung tumbuh
dan berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang berorientasi pasar (berdaya
saing) dengan tingkat pertumbuhan yang memadai, namun yang juga peka terhadap
pemecahan masalah-masalah sosial dalam kerangka memadukan prinsip-prinsip
pasar bebas dan persaingan yang efisien, serta jaminan kehidupan bermartabat bagi
semua warga masyarakat termasuk kelompok masyarakat dengan kemampuan yang
terbatas dan terpinggirkan; tersedianya kesempatan yang merata dan adil didalam
mengakses sumberdaya-sumberdaya demi peningkatan kualitas hidup masyarakat,
sehingga manfaat pembangunan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan
masyarakat, sekaligus mengurangi ketimpangan antar wilayah, antar golongan dan
antar jender .

2.4.4 Sumber Daya Manusia
Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang lebih berkualitas
merupakan mandat yang harus dilakukan bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan
Negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu untuk
melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan
kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan
kualitas manusia, bahkan kinerja pendidikan yaitu gabungan angka partisipasi kasar
(APK) jenjang pendidikan dasar sampai dengan pendidikan tinggi dan angka melek
aksara digunakan sebagai variabel dalam menghitung Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) bersama-sama dengan variabel kesehatan dan ekonomi. Oleh
karena itu pembangunan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global.
II-56

Permasalahan sumberdaya manusia erat kaitannya dengan pembangunan
kesehatan dan ekonomi. Tanpa kematangan ekonomi dan kesehatan yang baik
maka masyarakat tidak dapat menjalankan pendidikannya oleh karena itu dalam
pemerintah Kabupaten Ngada berupaya meningkatkan sumberdaya manusia dalam
dua misi utama pembangunan yakni :
1. Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat dan sumber daya
manusia yang cerdas, terampil, kreatif, inovatif, produktif, dan memiliki etos kerja
yang tinggi
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan sebagai basis
pengembangan kualitas sumber daya manusia.

2.4.5 Tata ruang
Penataan ruang wilayah Kabupaten hendaknya dapat mendukung program
unggulan wilayah seperti pertanian dan pariwisata sehingga dapat meningkatkan
minat investasi, yang didukung oleh sektor agroindustri, agrowisata, dan agribisnis
dengan demikian mampu memicu perkembangan wilayah yang tentunya diupayakan
melalui pengaturan ruang serta pendukungya terutama aspek sarana prasarana
serta manajerialnya.
Kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dapat
ditetapkan dengan kriteria seperti : memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; memiliki
sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi; memiliki potensi
ekspor; didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi;
memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; berfungsi untuk
mempertahankan tingkat produksi pangan dalam rangka mewujudkan ketahanan
pangan; berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam
rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau ditetapkan untuk mempercepat
pertumbuhan kawasan tertinggal.

2.4.6 Lingkungan Hidup
Perubahan iklim yang ditunjukkan melalui proses pemanasan global sudah
dan sedang terjadi di berbagai belahan bumi. Dampaknya akan semakin berat dan
parah pada tahun-tahun mendatang bila tidak dilakukan upaya mitigasi dan
II-57

adaptasi, baik secara global, nasional maupun di tingkat lokal oleh elemen
masyarakat sendiri. Kelompok masyarakat yang paling rentan terkena dampak
adalah masyarakat miskin baik di kota maupun di perdesaan.
Kerusakan sumber daya alam juga terjadi karena over exploitasi terhadap
sumber daya alam yang ada yang menyebabkan degradasi lahan dan air. Ciri-ciri
yang menonjol adalah erosi yang semakin meluas dan meningkat jumlahnya dan
meluasnya areal yang mengalami banjir dimusim hujan dan kekeringan dimusim
kemarau. Kita perlu melakukan upaya-upaya antisipasi terhadap kecenderungan
yang terjadi. Ada tiga strategi yang diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah
lingkungan yang dihadapi berbagai jenjang mulai dari tingkat lokal sampai nasional.
Strategi tersebut adalah:
a) Pre-cautionary strategy (pencegahan) yaitu upaya upaya baik kebijakan, maupun
langkah langkah operasional (instrument kebijakan) untuk mencegah
kecenderungan yang menyebabkan berlangsungnya degradasi lingkungan dan
sumber daya alam.
b) Recovery strategy (pemulihan) yaitu upaya-upaya, baik kebijakan, maupun
langkah langkah operasional yang bertujuan memulihkan sumberdaya alam dan
lingkungan yang mengalami kerusakan.
c) Adaptive strategy, yaitu upaya-upaya kebijakan maupun langkah-langkah
operasional yang bertujuan untuk melakukan penyesuaian terhadap perubahan
lingkungan.
Walaupun demikian permasalahan dan tantangan yang dihadapi dewasa ini dan di
masa yang akan datang menjadi semakin kompleks karena keterkaitan yang kuat
antar berbagai keputusan yang dapat mengakibatkan dampak eksternal terhadap
sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu membangun
kerangka kebijakan, beserta instrumen kebijakan yang diperlukan, yang dianggap
layak dan efektif untuk menghadapi masalah dan tantangan pengelola sumberdaya
alam dan lingkungan di masa yang akan datang.
III-1

BAB III
GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA
KERANGKA PENDANAAN

Keuangan daerah Kabupaten Ngada dikelola sesuai dengan ketentuan
dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengolahan Keuangan
Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006
junto Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait.
Gambaran pengelolaan keuangan daerah dimaksudkan untuk mengetahui
seberapa besar kapasitas fiskal yang dimiliki, tingkat ketergantungan fiskal,
realisasi belanja yang menggambarkan tentang keterkaitan aspek perencanaan
penganggaran serta bagaimana pengelolaan kas telah dilakukan untuk
menjamin likuiditas dan pemanfaatan unsur pembiayaan secara efisien dan
efektif.

3.1 KINERJA KEUANGAN MASA LALU

3.1.1 Kinerja Pelaksanaan dan pengelolaan APBD
Kinerja keuangan daerah masa lalu mencakup 3 (tiga) aspek aspek
keuangan daerah yaitu pendapatan, belanja dan pembiayaan. Sejumlah rasio
pendapatan, belanja dan pembiayaan ditampilkan untuk mendapatkan
gambaran bagaimana wujud pengelolaan keuangan daerah yang dimaksud.
1) Realisasi Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah yang dinyatakan dalam total penerimaan daerah terdiri
dari PAD, Dana Perimbangan dan Bagian Lain Penerimaan yang Sah. Pengelolaan
pendapatan daerah. Ketiga sumber ini menggambarkan tentang kapasitas fiskal
dan derajat otonomi fiskal Kabupaten Ngada. Rinciannya adalah sebagai berikut :



III-2

Tabel 3.1
Rata-rata pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2005-2010
Kabupaten Ngada
NO URAIAN 2005* 2006* 2007* 2008 2009
Rata-rata
pertumb
2005-
2009

Pendapatan
210.566.307.811 321.117.904.621 401.381.848.650 277.670.346.519 365.867.975.993 14,8%
1,1
Pendapatan Asli
Daerah 9.552.632.636 15.505.322.960 17.496.386.810 16.427.095.603 15.729.650.341 12,9%
1.1.1 Pajak daerah 1.028.559.873 1.526.421.234 1.755.810.209 1.535.311.006 1.856.234.426 16,1%
1.1.2 Retribusi daerah 3.730.408.864 5.773.099.414 5.514.178.962 5.005.655.910 5.732.507.925 10,7%
1.1.3
Hasil Pengelolaan
Kekayaan daerah yang
dipisahkan

537.021.862 363.654.527 501.938.478 597.792.507 714.351.554 6,6%
1.1.4 lain-lain PAD yang sah 4.256.642.037 7.842.147.785 9.724.459.160 9.288.336.180 7.426.556.436 14,9%
1,2 Dana Perimbangan 193.028.495.175 305.612.581.661 344.303.324.059 243.181.587.158 325.538.174.326 13,73%
1.2.1
Dana Bagi hasil pada
/bagi hasil Bukan Pajak 14.626.537.947 15.844.177.816 18.574.124.059 14.240.655.158 14.700.704.326 0,1%
1.2.2 Dana Alokasi Umum 161.677.000.000 252.052.000.000 278.275.000.000 164.113.932.000 240.088.470.000 9,7%
1.2.3 Dana Alokasi Khusus 13.870.000.000 33.030.000.000 47.454.200.000 64.827.000.000 70.749.000.000 82,0%
1.2.3
Dana Perimbangan dari
Propinsi 2.854.957.228 4.686.403.845 -20,0%
1,3
Lain-Lain Pendapatan
daerah yang Sah

7.985.180.000 - 39.582.137.781 18.061.663.758

24.600.151.326 41,6%
1.3.1 Hibah 5.000.000.000 8.000.000.000

-
1.3.3.
Dana Bagi Hasil pajak
dari Provinsi dan
Pemerintah daerah
lainnya

2.444.339.410 2.202.704.558 14.700.704.326
1.3.4
Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus 25.560.000.000 5.552.359.200 7.540.297.000
1.3.5
Bantuan Keuangan dari
Propinsi atau
Pemerintah daerah
lainnya

7.985.180.000 6.577.798.371 2.306.600.000 2.359.150.000 -14,1%
Jumlah Pendapatan

210.566.307.811

321.117.904.621

401.381.848.650

277.670.346.519

365.867.975.993 14,8%
Sumber: APBD 2005-2009, Dinas PPKAD Ngada. *)Termasuk Nagekeo
Total penerimaan daerah dari t ahun 2005-2009 mengalami
pertumbuhan positif, kecuali tahun 2008. Hal ini karena adanya pemekaran
kabupaten Nagekeo, sehingga alokasi dana perimbangan pun mengalamai
pengurangan yang berdampak pada total pendapatan daerah. Rata- rata
pertumbuhan penerimaan daerah selama kurun waktu 2005-2009 sebesar 14,5%
per tahun. Realisasi PAD berfluktuasi, dengan rata-rata pertumbuhan pertahun
sebesar 12,99%. Dana perimbangan menalami peningkatan dengan rata-rata
pertumbuhan 13,73% pertahun. Sedangkan lain-lain pendapatan yang sah
memberikan kontribusi terhadap pendapatan yang meningkat dengan rata-rata
III-3

pertumbuhan pertahun sebesar 41,6%.
Realisasi PAD bila dipilah setelah pemekaran yakni keadaan 2008-2009,
mengalami pertumbuhan negatif dengan pertumbuhan minus 4,27; dana
perimbangan meningkat 33,8% dan lain-lain Pendapatan yang sah dalam kurun
waktu 2008-2009 meningkat 36,2%.
Bila dilihat dari pangsa realisasi pendapatan terhadap total Pendapatan
daerah, maka dalam kurun waktu 5 tahun, kontribusi PAD cenderung menurun yakni
dari 4,5% tahun 2005, menjadi 4,4% tahun 2007, meningkat menjadi 5,9% tahun
2008 dan menurun lagi menjadi 4,3% di tahun 2009 . Dana perimbangan masih
menjadi sumber utama pendapatan daerah yang menyumbang antara 85,8%-
93,7%- dalam kurun waktu 2005-2009, sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Pangsa Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2006-2009 Kabupaten Ngada
terhadap Total Pendapatan Daerah Ngada 2005-2009

No Uraian 2005* 2006 *) 2007*) 2008 2009
1 PENDAPATAN DAERAH


1,1 Pendapatan Asli Daerah
4,5% 4,8% 4,4% 5,9% 4,3%
1.1.1 Pajak daerah 0,5% 0,5% 0,4% 0,6% 0,5%
1.1.2 Retribusi daerah 1,8% 1,8% 1,4% 1,8% 1,6%
1.1.3
Hasil Pengelolaan Kekayaan
daerah yang dipisahkan
0,3% 0,1% 0,1% 0,2% 0,2%
1.1.4 lain-lain PAD yang sah 2,0% 2,4% 2,4% 3,3% 2,0%
1,2 Dana Perimbangan
90,3% 93,7% 85,8% 87,6% 89,0%
1.2.1
Dana Bagi hasil pada /bagi
hasil Bukan Pajak
6,9% 4,9% 4,6% 5,1% 4,0%
1.2.2 Dana Alokasi Umum
76,8% 78,5% 69,3% 59,1% 65,6%
1.2.3 Dana Alokasi Khusus
6,6% 10,3% 11,8% 23,3% 19,3%
1.2.3
Dana Perimbangan dari
Propinsi

1,3
Lain-Lain Pendapatan
daerah yang Sah
5,1% 1,5% 9,9% 6,5% 6,7%
1.3.1 Hibah 3,8% 0,7% 1,2% 2,9% 0,0%
1.3.3.
Dana Bagi Hasil pajak dari
Provinsi dan Pemerintah
daerah lainnya
0,6% 0,8% 4,0%
1.3.4
Dana Penyesuaian dan
Otonomi Khusus
6,4% 2,0% 2,1%
1.3.5
Bantuan Keuangan dari
Propinsi atau Pemerintah
daerah lainnya
1,4% 0,7% 1,6% 0,8% 0,6%
Sumber: APBD 2005-2010, Dinas PPKAD, diolah. *)Termasuk Nagekeo
III-4

Dari tabel 3.2 tersebut, terlihat bahwa tingkat ketergantungan Daerah
terhadap pemerintah Pusat masih sangat tinggi. Sementara itu Pendapatan Asli
Daerah yang menggambarkan tigkat kemandirian daerah masih didominasi oleh
sumber pendapatan non konstan yakni lain-lain PAD yang sah. PAD sebagai
salah satu sumber penerimaan daerah yang menggambarkan kemampuan
pemerintah untuk menciptakan penerimaan melalaui pemanfaatan sumber daya
yang dimiliki, menunjukkan pertumbuhan yang tidak stabil.. Retribusi daerah
yang mencerminkan kemampuan pemerintah memberi layanan yang berguna bagi
peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat, memiliki peranan yang relatif kecil.
Penerimaan retribusi daerah yang relatif kecil tersebut, sebagian besar disumbang
melalui retribusi pelayanan kesehatan. Dengan demikian landasan pembentukan
penerimaan retribusi daerah bukanlah pelayanan yang bersifat atau berdampak
ekonomi. Secara ringkas realisasi pendapatan dan pangsa terhadap penduduk
terurai pada tabel berikut:
Tabel 3.3
Ringkasan Realisasi Pendapatan dan Pangsa perkapita
U R A I A N 2005* 2006* 2007* 2008 2009
TOTAL PENERIMAAN
DAERAH
210.566.307.811 321.117.904.621 401.381.848.650
277.670.346
.519
365.867.975.993
Pertumbuhan penerimaan
daerah
52,5% 25,0% -30,8% 31,8%
Total penerimaan daerah per
kapita
835.272 1.244.638 1.522.941 2.011.929 2.650.257
DANA
PERIMBANGAN/TRANSFER
193.028.495.175 305.612.581.661 344.303.324.059
243.181.587
.158
325.538.174.326
Petumbuhan dana perimbangan

58,3% 12,7% -29,4% 33,9%
Pangsa Dana Perimbangan
terhadap total pendapatan
daerah
91,7% 95,2% 85,8% 87,6% 89,0%
Dana perimbangan per kapita 765.704 1.184.540 1.306.371 1.762.032 2.358.118
PAD 9.552.632.636 15.505.322.960 17.496.386.810
16.427.095.
603
15.729.650.341
Pertumbuhan PAD

62,3% 12,8% -6,1% -4,2%
Pangsa PAD terhadap
penerimaan daerah
4,5% 4,8% 4,4% 5,9% 4,3%
PAD per kapita 37.893 60.098 66.386 119.027 113.942
Pajak 1.028.559.873 1.526.421.234 1.755.810.209 1.535.311.006 1.856.234.426
Pangsa Pajak Daerah terhadap
PAD
10,8% 9,8% 10,0% 9,3% 11,8%
Pajak daerah per kapita 4.080 5.916 6.662 11.124 13.446
Retribusi 3.730.408.864 5.773.099.414 5.514.178.962 5.005.655.910 5.732.507.925
Pangsa Retribusi Daerah
terhadap PAD
39,1% 37,2% 31,5% 30,5% 36,4%
Retribusi daerah per kapita 14.798 22.376 20.922 36.270 41.525
Jumlah Penduduk 252.093 258.001 263.557 138.012 138.050
Sumber: APBD 2005-2009, diolah; *) termasuk Nagekeo
III-5

Realisasi total pendapatan daerah bila didistribusikan kepada jumlah
penduduk Ngada, maka dalam kurun waktu 2005-2009, menggambarkan
kecenderungan meningkat; yakni dari Rp.835.272 per kapita/tahun di 2005
meningkat menjadi Rp.2,65 juta perkapita/pertahun di tahun 2009. Pangsa perkapita
Pendapatan asli daerah, juga cenderung meningkat yakni dari Rp.37.893
perkapita/tahun meningkat menjadi Rp.113.942 perkapita/tahun.

2) Realisasi Belanja
Struktur Belanja APBD Tahun 2005-2006 terdiri dari Belanja Aparatur, Belanja
Publik dan Pembiayaan. Struktur anggaran tersebut masih mengacu pada
Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 29 Tahun 2002. Pada tahun 2005, alokasi
belanja aparatur sebesar 30,39% dari total belanja; tahun 2006 berkurang menjadi
29% dari total belanja. Sedangkan belanja publik menyerap 69,61% di tahun 2005
meningkat menjadi 71% di tahun 2006. Rincian realisasi dan pangsanya terlihat
pada tabel berikut.
Tabel 3.4
Realisasi Belanja APBD TA.2005- 2006
N
O
URAIAN
2005 pangsa 2006 pangsa

BELANJA

222.364.427.12
1 100,00%
301.873.263.51
6 100%
I BELANJA APARATUR

67.575.007.872 30,39%

87.538.251.040
29,00
%
A
BELANJA
ADMINISTRASI UMUM

56.072.265.955 25,22%

73.527.754.366
24,36
%

Belanja
Pegawai/Personalia

45.822.570.289 20,61%

58.663.195.611
19,43
%

Belanja Barang dan Jasa

2.777.135.175 1,25% 3.609.583.915 1,20%

Belanja Perjalanan

5.655.022.691 2,54% 8.593.071.550 2,85%

Belanja Pemeliharaan

1.817.537.800 0,82%

2.661.903.290 0,88%
B
BELANJA OPERASI DAN
PEMELIHARAAN

6.609.254.857 2,97%

10.582.762.158 3,51%

Belanja
Pegawai/Personalia

1.346.278.207 0,61%

2.875.068.258 0,95%

Belanja Barang dan Jasa

2.439.944.400 1,10%

3.812.187.650 1,26%

Belanja Perjalanan

1.928.634.497 0,87%

3.528.041.500 1,17%
III-6


Belanja Pemeliharaan

894.397.753 0,40%

367.464.750 0,12%
C BELANJA MODAL

4.893.487.060 2,20%

3.427.734.516 1,14%

Belanja Modal Bangunan
Air

48.497.500 0,02%

Belanja Modal jaringan

37.203.750 0,02%

34.800.000 0,01%

Belanja Modal Bangunan
Gedung

1.987.065.310 0,89%

1.686.648.516 0,56%

Belanja Modal Alat-alat
besar

250.000.000 0,11%

Belanja Modal Alat-alat
angkutan

1.170.519.000 0,53%

18.000.000 0,01%

Belanja Modal Bengkel



10.000.000 0,00%

Belanja Modal Alat-alat
pertanian

4.700.000


Belanja Modal Alat-alat
kantor dan Rumah tangga

1.273.526.500 0,57%

1.433.210.700 0,47%

Belanja Modal Alat-alat
studio dan alat-alat
Komunikasi

95.150.000 0,04%

210.761.500 0,07%

Belanja Modal Alat-alat
laboratorium

720.000


Belanja Modal
buku/Perpustakaan

26.105.000 0,01%

34.313.800 0,01%
II BELANJA PUBLIK

154.789.419.24
9 69,61%
214.335.012.47
6
71,00
%
A
BELANJA
ADMINISTRASI UMUM

55.773.634.125 25,08%

66.630.482.348
22,07
%

Belanja
Pegawai/Personalia

54.617.518.029 24,56%

64.584.881.357
21,39
%

Belanja Barang dan Jasa

421.155.336 0,19%

949.298.126 0,31%

Belanja Perjalanan

571.524.400 0,26%

871.303.780 0,29%

Belanja Pemeliharaan

163.436.360 0,07%

224.999.085 0,07%
B
BELANJA OPERASI DAN
PEMELIHARAAN

31.101.858.592 13,99%

53.155.502.693
17,61
%

Belanja
Pegawai/Personalia

3.000.320.625 1,35%

5.758.669.076 1,91%

Belanja Barang dan Jasa

15.565.091.120 7,00%

21.241.675.084 7,04%

Belanja Perjalanan

3.480.804.020 1,57%

7.061.972.605 2,34%

Belanja Pemeliharaan

9.055.642.827 4,07%

19.093.185.928 6,32%
C BELANJA MODAL

40.033.038.211 18,00%

60.748.753.109
20,12
%
III-7


Belanja Modal Tanah

896.059.050 0,40%

1.390.839.800 0,46%

Belanja Modal Jalan dan
Jembatan

19.632.794.508 8,83%

27.495.044.147 9,11%

Belanja Modal Bangunan
Air

4.880.857.862 2,19%

4.603.820.037 1,53%

Belanja Modal Instalasi

751.476.304 0,34%

2.057.365.939 0,68%

Belanja Modal jaringan

3.427.808.917 1,54%

4.534.951.750 1,50%

Belanja Modal Bangunan
Gedung

4.226.226.145 1,90%

7.354.290.401 2,44%

Belanja Modal Monumen

56.050.000 0,03% 18.000.000 0,01%

Belanja Modal Alat-alat
besar

1.210.328.000 0,54%



Belanja Modal Alat-alat
angkutan

2.049.500.000 0,92%

882.869.000 0,29%

Belanja Modal Bengkel 75.469.900 0,03%

230.995.000 0,08%

Belanja Modal Alat-alat
pertanian

855.568.500 0,38%

1.623.493.548 0,54%

Belanja Modal Alat-alat
kantor dan Rumah tangga

564.344.388 0,25%

1.316.148.210 0,44%

Belanja Modal Alat-alat
studio dan alat-alat
Komunikasi

109.341.000 0,05%

477.973.450 0,16%

Belanja Modal Alat-alat
kedokteran

34.445.000 0,02%

1.957.457.600 0,65%

Belanja Modal Alat-alat
laboratorium

73.635.000 0,03%

431.494.000 0,14%

Belanja Modal
buku/Perpustakaan

468.282.150 0,21%

4.475.614.527 1,48%

Belanja Modal barang
Bercorak Kebudayaan

20.000.000 0,01%

0,00%

Belanja Modal Hewan dan
Ternak serta Tanaman

700.851.487 0,32%

1.898.395.700 0,63%
D
BELANJA BAGI HASIL
DAN BANTUAN
KEUANGAN

27.088.645.471 12,18%

32.104.710.326
10,64
%

Belanja Bagi Hasil
- 32.378.500 0,01%

Belanja Bantuan
Keuangan

27.088.645.471 12,18%

32.072.331.826
10,62
%
E
BELANJA TIDAK
TERSANGKA

792.242.850 0,36%

1.695.564.000 0,56%

Belanja Tidak Tersangka
792.242.850 0,36%

1.695.564.000 0,56%
Sumber: APBD 2005-2010, Dinas PPKAD

III-8

Pada tahun 2007 alokasi belanja operasi sebesar 70% dari total belanja; di
mana 43% dari belanja operasi tersebut masih terserap untuk belanja pegawai.
Sedangkan belanja modal menyerap 71% dari total belanja. Rincian realisasi dan
pangsanya terlihat pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Realisasi Belanja APBD TA. 2007
No Uraian Realisasi APBD
(Rp)
pangsa
II BELANJA

376.851.758.463 100,0%
A BELANJA OPERASI

264.685.312.588 70,2%
Belanja Pegawai

164.827.108.073 43,7%
Belanja Barang dan Jasa

51.826.725.211 13,8%
Belanja Subsidi

264.330.000 0,1%
Belanja Hibah

23.342.076.000 6,2%
Belanja Bantuan Sosial

11.220.633.304 3,0%
Belanja Bantuan Keuangan

13.204.440.000 3,5%
B BELANJA MODAL

110.985.635.475 29,5%
Belanja Modal

110.985.635.475 29,5%
- Belanja Modal Tanah

705.677.600 0,2%
- Belanja Modal Peralatan dan Mesin

15.759.205.600 4,2%

- Belanja Modal Banguan dan
Gedung

28.070.259.794 7,4%

- Belanja Modal Jalan, Jembatan dan
Jaringan

61.652.445.781 16,4%
- Belanja Aset Tetap Lainnya

4.798.046.700 1,3%
- Belanja Aset Lainnya

-
C BELANJA TIDAK TERDUGA

1.180.810.400 0,3%
- Belanja Tidak Terduga

1.180.810.400 0,3%
Sumber: APBD 2006-2010, Dinas PPKAD
III-9


Pada tahun 2008 dan 2009 yang mengacu pada Permendagri 13 tahun 2006,
struktur Belanja terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja langsung. Dalam
dua tahun anggaran tersebut, komposisi belanja langsung lebih besar dari belanja
tidak langsung yakni sebesar 52%. Sedangkan belanja tidak langsung sebesar 47%.
Dari realisasi belanja tidak langsung tersebut, komposisi belanja pegawai yang
diperuntukan bagi gaji dan tunjangan pegawai masih mendominasi alokasi anggaran
yakni sebesar 36,9% pada tahun 2008 dan 37,7% pada tahun 2009.
Sementara itu untuk belaja langsung prosentase terbesar diperuntukan bagi
belanja modal yakni 36,2% tahun 2008 dan 37% tahun 2009; di mana dari total
realisasi belanja APBD belanja modal jalan, jembatan dan jaringan menyerap
anggaran terbesar yakni sebesar 14% tahun 2008 dan 19,9% tahun 2009.
Tabel 3.6
Realisasi Belanja APBD TA. 2008 dan 2009
No Uraian Realisasi 2008 pangsa Realisasi 2009 pangsa
BELANJA 329.544.118.752 100,0% 357.666.159.896 100,0%
1 Belanja Tidak Langsung 155.957.549.786 47,3% 169.716.313.709 47,5%
a Belanja Pegawai 121.445.473.215 36,9% 134.795.901.937 37,7%
b Belanja Subsidi 310.000.000 0,1% - 0,0%
c Belanja Hibah 15.675.159.760 4,8% 2.754.204.000 0,8%
d Belanja Bantuan Sosial 4.626.522.600 1,4% 8.214.475.050 2,3%
e Belanja Bantuan Keuangan 12.235.696.411 3,7% 22.447.400.000 6,3%
f Belanja Tidak Terduga 1.664.697.800 0,5% 1.504.332.722 0,4%
2 Belanja Langsung 173.586.568.966 52,7% 187.949.846.187 52,5%
a Belanja Pegawai 16.602.628.059 5,0% 12.854.452.803 3,6%
b Belanja Barang dan Jasa 37.801.042.224 11,5% 42.845.715.050 12,0%
c Belanja Modal 119.182.898.683 36,2% 132.249.678.334 37,0%
- Belanja Modal Tanah 292.535.000 0,1% 1.493.075.000 0,4%
- Belanja Modal Peralatan dan
Mesin
22.444.525.469 6,8% 21.544.921.948 6,0%
- Belanja Modal Banguan dan
Gedung
45.258.387.745 13,7% 35.085.400.743 9,8%
- Belanja Modal Jalan,
Jembatan dan Jaringan
46.178.266.669 14,0% 71.090.709.493 19,9%
- Belanja Aset Tetap Lainnya 1.583.599.400 0,5% 3.039.589.600 0,8%
- Belanja Aset Lainnya 3.425.584.400 1,0% - 0,0%
Sumber: APBD 2006-2010, Dinas PPKAD


III-10

Secara umum bila dilihat perkembangannya, maka pertumbuhan realisasi
belanja daerah cenderung mengalami penurunan; yakni 35,8% tahun 2006, 24,8%
tahun 2007; minus 12,6% tahun 2008 dan 8,9% tahun 2009. Sementara itu realisasi
belanja tersebut bila didistribusikan kepada penduduk Ngada, maka perkapita akan
mendapatkan alokasi antara Rp.882.073 sampai Rp.2.797.467 perkapita/tahun.
Rincian belanja perkapita dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.7
Realisasi Belanja Daerah dan Pangsa Perkapita Tahun 2006-2009
U R A I A N 2005* 2006* 2007* 2008 2009
BELANJ A
TOTAL BELANJ A
DAERAH
222.364.427.121
301.873.263.516

376.851.758.463

329.544.118.752

357.666.159.896
Pertumbuhan belanja
daerah
35,8% 24,8% -12,6% 8,5%
Belanja per kapita 882.073 1.197.468 2.797.462 2.387.793 2.590.845
STRUKTUR BELANJ A
DAERAH

Belanja Pegawai
(langsung dan Tdk
Lansung)
104.786.687.150

131.881.814.302

164.827.108.073

138.048.101.274

147.650.354.740
Belanja Barang dan
Jasa
21.203.326.031 29.612.744.775

51.826.725.211
37.801.042.224

42.845.715.050
Belanja Modal 44.926.525.271 64.176.487.625

110.985.635.475
119.182.898.683

132.249.678.334
Belanja Hibah

23.342.076.000
15.675.159.760

2.754.204.000
Belanja bantuan
Keuangan
27.088.645.471 32.072.331.826

13.204.440.000
12.235.696.411

22.447.400.000
Belanja Tidak
tersangka
792.242.850 1.695.564.000

1.180.810.400
1.664.697.800

1.504.332.722
Belanja Bantuan Sosial

11.220.633.304
4.626.522.600

8.214.475.050
Belanja Lain-lain
(Subsidi,pemeliharaan,)
23.567.000.348

42.434.320.988

264.330.000

310.000.000

Belanja pegawai per
kapita
118.796 110.134 58.920 57.814 56.989
Belanja Modal per
kapita
178.214 254.575 823.873 863.569 957.984
Belanja Barang dan
Jasa per kapita
84.109 117.468 384.722 273.897 310.364
Sumber: APBD 2005-2010, Ngada dalam Angka, Diolah * termasuk Nagekeo





III-11

3) Realisasi Pembiayaan
Dalam kurun waktu 2005 sampai 2009, realisasi pembiayaan Kabupaten
Ngada berfluktuatif. Pada tahun 2005 realisasi sebesar Rp.11,798 miliar, tahun 2006
realisasi sebesar Rp.34,3 miliar lebih, meningkat menjadi Rp.53,5 miliar tahun 2007
serta Rp.78,6 miliar tahun 2008 dan menurun lagi menjadi Rp.24,1 miliar. Komponen
terbesar dari pembiayaan adalah Sisa Lebih Perhitungan Tahun Anggaran
Sebelumnya (SilPA). Silpa terbesar dalam kurun waktu 4 tahun terjadi pada tahun
2008 yakni sebesar Rp.77,124 miliar. Silpa tersebut paling besar disumbangkan oleh
Belanja modal tahun 2007 sebesar Rp.58,4 miliar dan belanja operasi sebesar
Rp.14,9 miliar. SILPA yang besar pada satu sisi memperkuat likuiditas, namun di
sisi lain menghilangkan peluang pemerintah untuk melayani masyarakat secara
optimal.
Tabel 3.8
Realisasi Pembiayaan 2005 2009
No Uraian
2005*
2006* 2007* 2008 2009
3
PEMBIAYAAN
DAERAH
11.798.119.309

34.335.691.228

52.585.444.509

76.608.724.269

24.119.237.871
3.1
Penerimaan
Pembiayaan
47.133.810.537

35.335.691.228

53.585.444.509

78.104.974.269

27.917.251.171
3.1.1
Sisa Lebih Perhitungan
Tahun Anggaran
Sebelumnya (SILPA)
47.133.810.537 35.335.691.228 53.585.444.509 77.124.923.769 25.023.960.056
3.1.2
Penerimaankembali
pemberian pinjaman
980.050.500 1.663.367.000
3.1.3
Penerimaan piutang
daerah
-

1.229.924.115
3.2
Pengeluaran
Pembiayaan
35.335.691.228 1.000.000.000 1.000.000.000 1.496.250.000 3.798.013.300
3.2.1
Pembemtukan dana
cadangan

3.2.2
Penyertaan modal
(Investasi)daerah


1.000.000.000

1.000.000.000

1.071.250.000

2.000.000.000
3.2.3
Pemberian Pinjaman
daerah


425.000.000

1.798.013.300
Sumber: APBD 2006-2010, Dinas PPKAD *termasuk Nagekeo






III-12

3.1.2. Neraca daerah
Neraca daerah menggambarkan posisi keuangan daerah mengenai aset,
kewajiban dan equitas dana. Aset digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan
pemerintahan atau dimanfatkan oleh masyarakat umum. Berdasarkan hasil audit
BPK, dalam kurun waktu 2006-2009 jumlah aset Pemda Ngada mengalami
peningkatan sebesar 33,80% atau rata-rata pertumbuhan 8,4% pertahun. Kontribusi
terbesar disumbangkan oleh aset tetap yakni jalan,Irigasi dan jaringan, Gedung dan
bangunan, peralatan dan mesin, konstruksi yang sedang dalam pengerjaan serta
tanah. Aset tetap selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan
10,3%. Aset lancar cenderung mengalami penurunan. Aset lancar merupakan aset
yang dapat digunakan dan direalisasikan dalam kurun waktu 12 bulan, yang meliputi
kas, piutang dan persediaan. Investasi jangka panjang yang meliputi investasi
permanen dan nonpermanen juga mengalami peningkatan. Artinya terdapat
sejumlah kekayaan yang akan mendapatkan manfaat ekonomi dan manfaat sosial
dalam jangka waktu lebih dari satu tahun. Investasi permanen diwujudkan dalam
penyertaan modal kepada pihak ketiga. Sedangkan invstasi non permanen berupa
pemberian dana bergulir kepada kelompok-kelompok masyarakat. Sampai tahun
2009, secara akumulatif dari tahun-tahun sebelumnya, jumlah dana yang bergulir di
masyarakat sebesar Rp.15.992.030.382.
Tabel 3.9
Neraca Daerah 2006-2009
NO Uraian 2006 2007 2008 2009
Pertum
buhan
rata-rata
Pertum
buhan
1 ASET 637.810.691.559 630.859.310.301 722.682.024.350 853.385.199.751 33,80% 8,4%
1,1 ASET LANCAR 57.893.768.421 86.173.993.272 35.012.886.393 23.579.973.709 -59,27% -14,8%
1.1.1 kas 53.585.444.508 81.824.786.863 27.752.012.343 15.493.678.668 -71,09% -17,8%
1.1.2 Piutang 458.674.677 1.923.313.205 4.020.854.304 3.940.875.472 759,19% 189,8%
1.1.3 Persediaan 3.849.649.236 2.425.893.204 3.240.019.746 4.145.419.569 7,68% 1,9%
1,2
INVESTASI
JANGKA
PANJANG

8.097.643.494

7.652.791.328 9.658.104.327 24.035.924.537 196,83% 49,2%
1.2.1
Investasi Non
Permanen

2.068.475.551

2.081.800.000

2.944.680.306

15.992.030.382 673,13% 168,3%
1.2.2 Investasi Permanen 6.029.167.943 5.570.991.328 6.713.424.021 8.043.894.155 33,42% 8,4%
1,3 ASET TETAP 567.653.721.871 531.128.389.780 673.236.690.630 800.994.958.505 41,11% 10,3%
1.3.1 Tanah 21.010.954.499 17.105.251.086 18.910.323.186 20.403.398.186 -2,89% -0,7%
1.3.2 Peralatan dan Mesin 53.476.746.367 62.955.687.846 88.780.107.600 107.855.518.701 101,69% 25,4%
1.3.3.
Gedung dan
Bangunan

223.918.084.931 190.895.049.341 242.160.748.621 280.121.180.517 25,10% 6,3%
1.3.4
Jalan, Irigasi dan
Jaringan

230.799.452.665

217.533.154.497

278.342.522.005

347.837.910.427 50,71% 12,7%
III-13

1.3.5 Aset Tetap lainnya 8.199.280.289 10.165.466.972 15.724.376.376 16.869.192.375 105,74% 26,4%
1.3.6
Konstruksi dalam
Pengerjaan

30.249.203.120

32.473.780.038

29.318.612.842

27.907.758.299 -7,74% -1,9%
1,4 ASET LAINNYA

4.165.557.773

5.904.135.922

4.774.343.000

4.774.343.000 14,61% 3,7%
1.4.1
Piutang kepada
BUMD 120.000.000
1.4.2 Piutang TPTGR 83.972.773 1.429.792.922
1.4.3
hasil Kajian
penelitian 3.961.585.000
1.4.4 Aset tak Berwujud 4.474.343.000 4.774.343.000 4.774.343.000

JUMLAH ASET
DAERAH

637.810.691.559

630.859.310.301

722.682.024.350

853.385.199.751 33,80% 8,4%
2 KEWAJIBAN 65.719.610 16.288.780.552 7.824.490.361 623.048.317 848,04% 212,0%
2.1
KEWAJIBAN
JANGKA PENDEK

65.719.610 16.288.780.552 7.824.490.361

623.048.317 848,04% 212,0%
2.1.1 Hutang Belanja 67.409.139 10.861.458.065 4.838.945.382 4.749.840.122 6946,29% 1736,6%
2.1.2
Utang Perhitungan
Pihak Ketiga

(1.689.529)

4.326.664.427

2.634.886.919 (4.126.791.805)
2.1.3
Utang Jangka
pendekLainnya

1.100.658.060

350.658.060
3 EKUITAS DANA 637.744.971.950 614.570.529.750 714.857.533.989 852.762.151.435 33,72% 8,4%
3.1
EKUITAS DANA
LANCAR

57.828.048.812 69.885.212.719 27.188.396.032 22.956.925.392 -60,30% -15,1%
2.1.1 SILPA 53.587.134.038 77.115.534.695 24.734.952.036 19.591.600.892 -63,44% -15,9%
2.1.2 Cadang Piutang 458.674.677 1.923.313.205 4.020.854.304 3.940.875.472 759,19% 189,8%
2.1.3
Cadangan
Persediaan 3.849.649.236 2.425.893.204 3.240.019.746 4.145.419.569 7,68% 1,9%
2.1.4
Pendapatan Yang
ditangguhkan

382.587.740

382.173.388

28.869.581
2.1.5
Uang Jangka
Pendek (67.409.139) (11.962.116.125) (5.189.603.442) (4.749.840.122)
3.2
EKUITAS DANA
INFESTASI

579.916.923.138

544.685.317.031

687.669.137.957

829.805.226.043 43,09% 10,8%
3.2.1
Diinvestasikan
dalam Jangka
Panjang

8.097.643.494

7.652.791.328

9.658.104.327

24.035.924.537 196,83% 49,2%
3.2.2
Diinvestasikan
dalam aset tetap

567.653.721.871

531.128.389.780

673.236.690.630

800.994.958.506 41,11% 10,3%
3.2.3
Diinvestasikan
dalam Aset lainnya

4.165.557.773

5.904.135.923

4.774.343.000

4.774.343.000 14,61% 3,7%
JUMLAH KEWAJIBAN DAN
EKUITAS

637.810.691.560

630.859.310.302

722.682.024.350

853.385.199.752 33,80% 8,4%
Sumber: APBD 2006-2010, Neraca daerah 2006-2009 Dinas PPKAD

Sementara itu kewajiban pemerintah daerah berfluktuasi; yakni Rp.65,7 juta
tahun 2006, bertambah menjadi Rp.16,2 miliar tahun 2007, berkurang menjadi
Rp.7,8 miliar tahun 2008, Rp.623 juta tahun 2009. Ekuitas dana lancar cenderung
menurun. Ekuitas dana lancar menggambarkan selisih antara aset lancar dengan
kewaiban jangka pendek. Ekuitas dana investasi mengalami peningkatan dengan
rata-rata pertumbuhan 10,8%. Ekuitas dana investasi mencerminkan kekayaan
III-14

pemerintah yang tertanam dalam aset non lancar selain dana cadangan, dikurangi
kewajiban jangka panjang.

3.2 ARAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN

Perkembangan pendapatan dan belanja daerah menunjukkan bahwa proses
pembangunan di Kabupaten Ngada selalu dihadapkan dalam kondisi keterbatasan
dan ketergantungan fiskal yang tinggi; serta belum optimalnya upaya-upaya
menggali pendapatan asli daerah. Arah kebijakan keuangan yang akan ditempuh
antara lain:
a) Melakukan efisiensi dalam penggunaan anggaran karena adanya keterbatasan
kapasitas fiskal. Efisiensi dapat dicapai melalui perumusan kebijakan anggaran
yang fokus pada pilihan prioritas dan leading sektor pembangunan.
b) Ketergantungan fiskal menghendaki upaya-upaya kreatif dari semua unsur
pemerintahan untuk menggali dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki
untuk meningkatkan PAD. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peranan
retribusi daerah harus ditingkatkan dan pengembangannya harus terfokus
pada layanan publik yang mampu meningkatkan kemampuan ekonomi
masyarakat.
c) Penerimaan dari pendapatan hasil pengelolaan aset daerah yang dipisahkan
dialokasikan kembali untuk upaya-upaya peningkatan kapasitas dimana dana
penyertaan dialokasikan sehingga menghasilkan tingkat pengembalian
investasi terbaik bagi kas daerah.
d) Penerimaan dana alokasi umum diprioritaskan bagi belanja umum pegawai dan
operasional rutin pemerintahan daerah.
e) Penerimaan dari dana alokasi khusus dialokasikan sesuai dengan tujuan
dimana dana tersebut dialokasikan.
f) Penerimaan dana bagi hasil agar dialokasikan secara memadai untuk
perbaikan layanan atau perbaikan lingkungan sesuai jenis dana bagi hasil
didapat.
g) Meningkatkan efisiensi pengelolaan APBD dari sisi penerimaan;
h) Meningkatkan sumber penerimaan daerah melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi PAD dan Bagi Hasil Pajak yang lebih rasional dan proporsional;
III-15

i) Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta, baik dalam
pembiayaan maupun pelaksanaan pembangunan.

3.3 KERANGKA PENDANAAN

Kerangka pendanaan bertujuan untuk menghitung kapasitas riil keuangan
daerah yang akan dialokasikan untuk pendanaan program pembangunan jangka
menengah daerah selama 5 (lima) tahun ke depan. Kapasitas keuangan untuk lima
tahun mendatang dilakukan dengan melakukan proyeksi pendapatan berdasarkan
gambaran dan rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah selama 5 tahun lalu,
serta memperhitungkan target PAD dan sumber-sumber pendapatan potensial yang
belum maksimal dioptimalkan. Proyeksi dimulai pada tahun 2012 dengan
menggunakan rata rata pertumbuhan realisasi APBD tahun 2008 dan 2009 untuk
setiap komponen anggaran. Target anggaran 2011 menggunakan target APBD
induk yang tertera dalam APBD 2011. Untuk target lain-lain pendapatan yang sah
tahun 2010-2015, dihitung berasarkan realisasi dari 2005 -2009. Karena sifatnya
yang tidak konstan dengan nilai anggaran yang berbeda begitu mencolok setiap
tahunnya, sehingga diambil nilai rata-rata 5 tahun, dan besaran anggaran tersebut
dianggap konstan yakni sebesar Rp.37,8 miliar untuk lima tahun ke depan. Untuk
jenis pendapatan ini memang dibutuhkan komunikasi yang intensif dengan
pemerintah pusat untuk pengalokasiannya. Beberapa asumsi yang mendasari
proyeksi ini antara lain, faktor-faktor lain dianggap tidak berubah, cateris paribus
Gambaran proyeksi pendapatan daerah sebagaimana terlihat pada tabel berikut:










III-16

Tabel 3.10
Proyeksi Target Pendapatan Daerah 2011-2015.
NO URAIAN
2011 2012 2013 2014 2015

PENDAPATAN

371.775.727.000

436.816.065.293

470.259.075.718

506.794.061.149

543.590.722.436
1,1
Pendapatan
Asli Daerah

21.198.963.450

22.490.434.851

23.862.858.278

25.321.434.022

25.336.936.714
1.1.1 Pajak daerah

2.619.816.550

2.802.355.133

2.997.612.292

3.206.474.206

3.208.708.352
1.1.2
Retribusi
daerah

8.543.245.950

8.956.756.563

9.390.281.937

9.844.790.828

9.849.555.909
1.1.3
Hasil
Pengelolaan
Kekayaan
daerah yang
dipisahkan
1.416.515.000 1.508.580.188 1.606.629.074 1.711.050.565 1.712.162.648
1.1.4
lain-lain PAD
yang sah

8.619.385.950

9.222.742.967

9.868.334.974

10.559.118.422

10.566.509.805
1,2
Dana
Perimbangan

347.194.256.950

376.522.260.450

408.592.847.447

443.669.257.134

480.450.415.729
1.2.1
Dana Bagi
hasil pada
/bagi hasil
Bukan Pajak

17.832.533.950

18.024.562.625

18.218.659.150

18.414.845.792

18.416.828.785
1.2.2
Dana Alokasi
Umum

287.115.923.000

314.965.501.583

345.516.424.693

379.030.716.484

415.795.816.844
1.2.3
Dana Alokasi
Khusus

42.245.800.000

43.532.196.242

44.857.763.604

46.223.694.858

46.237.770.100
1,3
Lain-Lain
Pendapatan
daerah yang
Sah

3.382.506.600

37.803.369.993

37.803.369.993

37.803.369.993

37.803.369.993
1.3.3.
Dana Bagi
Hasil pajak dari
Provinsi dan
Pemerintah
daerah lainnya

3.382.506.600

3.382.506.600

3.382.506.600

3.382.506.600

3.382.506.600
1.3.4
Dana
Penyesuaian
dan Otonomi
Khusus


34.420.863.393

34.420.863.393

34.420.863.393

34.420.863.393

Jumlah
Pendapatan

371.775.727.000

436.816.065.293

470.259.075.718

506.794.061.149

543.590.722.436
Sumber: APBD 2005-2011, diolah

Selain sumber pendanaan yang secara rutin dialokasikan dalam APBD,
pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Ngada, juga mendapatkan alokasi
anggaran dari sumber lain yang bersumber dari APBN, Dekon, Tugas Pembantuan ,
APBD I maupun dana bantuan luar negeri melalui kerjasama kemitraan. Dari
rekapitulasi dana sektoral sebagimana termuat dalam LKPJ akhir masa jabatan
2005-2010, pada tahun 2005 tercatat sebesar Rp.14.160.526.600, Tahun 2006
III-17

Rp.76.086.568.307, Tahun 2007 Rp.52.478.322.552, Tahun 2008
Rp.40.803.047.450 dan Tahun 2009 sebesar Rp.73.104.605.600.
Besaran alokasi anggaran ini memang tidak bersifat konstan, sangat
dipengaruhi oleh sasaran program pemerintah pusat di daerah, tingkat capaian
program di Daerah serta tingkat komunikasi dengan pemerintah pusat maupun
pemerintah propinsi. Dalam perencanaan program sektoral, sumber pendanaan
dari pemerintah pusat, propinsi dan hibah luar negeri, menjadi bagian yang tak
terpisahkan. Dengan demikian ada program dan kegiatan yang sumber pendanaan
dari APBD, APBD, TP maupun Dekon.
IV-1

BAB IV
ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
4.1 PERMASALAHAN PEMBANGUNAN

Penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Ngada 2010-2015 ini berawal dari
adanya permasalahan yang dihadapi pemerintah dan masyarakat Kabupaten Ngada
dan telah dituangkan dalam Visi dan Misi Bupati dan Wakil Bupati Ngada terpilih,
dan telah dikristalisasi menjadi enam masalah pokok yang dapat diuraikan sebagai
berikut :

1. Lambatnya laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngada akibat dari
rendahnya kinerja pembangunan ekonomi, yang sampai saat ini masih
mengandalkan sektor pertanian sebagai leading sektor (sektor primer) yang
dominan dalam pembentukan struktur Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dibanding sektor-sektor sekunder dan tersier dan investasi.
Dampaknya adalah terbatasnya lapangan kerja dan kesempatan berusaha
dan masih banyaknya Rumah Tangga Miskin (8.973 RTM dari 28.178 RTM),
dengan pendapatan per kapita sebesar Rp. 2.682.165 per bulan, perumahan
penduduk masih di bawah standar diukur dari jumlah penghuni rumah dan
luas lantai yang ideal.
2. Terbatasnya sarana dan prasarana dalam menggerakkan akses social
ekonomi masyarakat, dimana masih ada kondisi jalan yang sebagiannya
masih buruk yang mengakibatkan terbatasnya arus masuk barang dan jasa
ke dalam maupun keluar daerah melalui pelabuhan laut dan udara. Selain itu,
masih terbatasnya pengelolaan sumber-sumber mineral, minimnya
pemanfaatan energi air dan matahari sebagai sumber energi li strik untuk
memenuhi kebutuhan penduduk yang saat ini ada sebanyak 14.116 KK
menggunakan penerangan pelita.
3. Terbatasnya pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat,
antara lain; penggunaan air bersih oleh masyarakat pada umumnya, yang
saat ini konsumen air leding sangat terbatas dimana baru menjangkau 7.120
KK.
IV-2

4. Lemahnya peranan kelembagaan koperasi sebagai soko guru perekonomian
masyarakat dan lembaga keuangan lainnya dalam mendukung usaha-usaha
ekonomi produktif masyarakat, terutama dukungan permodalan dan akses
pemasaran hasil produksi.
5. Rendahnya aksesisbilitas kesehatan dan pendidikan akibat minimnya
sarana, prasarana dan fasilitas pendidikan dan kesehatan serta tenaga guru
dan medis serta minimnya lembaga pendidikan non formal untuk menangani
penduduk buta huruf (5,2%) dan penduduk yang tidak berijazah (35.019
orang).
6. Rendahnya pengetahuan dan ketrampilan pegawai dalam melaksanakan
tugas pokok dan fungsi dan masih terjadi penyalahgunaan kewenangan,
praktek KKN, lemahnya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan, yang
ditandai dengan masih terjadinya pelanggaran disiplin pegawai.

4.2 ISU STRATEGIS

RPJMD Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 merupakan satu kesatuan yang
tidak terpisahkan dari RPJPD Kabupaten Ngada Tahun 2006-2026. Oleh karena itu
isu-isu strategis pada RPJMD Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 berkaitan erat
dengan isu-isu RPJPD Kabupaten Ngada Tahun 2006-2026. Dengan demikian
RPJMD Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 memuat isu-isu strategis sebagai
berikut:

1. Penanggulangan Kemiskinan
Masyarakat Ngada yang merupakan masyarakat agraris sebagian besar
bermukim di pedesaan dan sampai saat ini masih terbelenggu oleh kemiskinan.
Kemiskinan masyarakat di Kabupaten Ngada terutama disebabkan oleh lemahnya
pengelolaan keuangan di tingkat keluarga, minimnya sumber-sumber produksi
hanya sebatas pada sektor primer, terbatasnya sumber daya, terbatasnya akses
pasar, rendahnya pendapatan per kapita, rendahnya etos kerja, perubahan iklim dan
keterbatasan lahan produksi.
Masyarakat desa sebenarnya adalah pihak terdepan dalam pembangunan
daerah. Melalui rencana pembangunan desa yang matang sesuai kebutuhan dan
IV-3

potensi yang dimiliki desa maka hasil pembangunan akan lebih cepat dirasakan
masyarakat desa tersebut, sehingga dapat menumbuhkembangkan partisipasi dan
inisiasi rakyat dalam membangun kebijakan yang berorientasi dari desa. Desa
sebagai pusat pembangunan pada dasarnya diletakkan di atas prinsip-prinsip dan
nilai-nilai hidup yang berkembang dan dihormati. Nilai-nilai tertentu itu, selanjutnya,
ditumbuh-kembangkan melalui seluruh proses penyelenggaraan pemerintahan,
pengelolaan pembangunan dan urusan kemasyarakatan. Dengan begitu
pembangunan bermakna sebagai cara dan sarana bagi terjadinya transformasi nilai -
nilai dalam kerangka pembentukan kepribadian kita sebagai bangsa Indonesia
dimana pembangunan bukanlah tujuan yang bisa menghalalkan segala cara.
Berdasarkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai itulah kita dapat memiliki sikap
mental dan sikap hidup yang mampu mendorong proses percepatan pembaruan di
semua bidang kehidupan, yang tercermin dari meningkatnya budaya dan
peradaban, harkat, martabat dan derajat sebagai manusia, sehingga memiliki
ketangguhan dan kepercayaan diri yang kuat atas dasar keunggulan-keunggulan
yang kita miliki, dalam menjalani era globalisasi yang ditandai dengan persaingan
yang semakin ketat.
Prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang harus menjadi landasan dan orientasi baru
di dalam kebijakan pembangunan, mencakup : orientasi nilai -nilai pemerataan dan
keadilan, pro poor, pro job dan pro growth (ekonomi); nilai-nilai demokrasi
(politik); nilai-nilai substantif institusional yang berbasis solidaritas guna melindungi
mereka yang memiliki kapasitas terbatas terutama kaum perempuan dan anak
(sosial); keseimbangan nilai-nilai kepastian hukum, keadilan dan hak asasi manusia
(hukum); nilai-nilai humanitarianisme, demokrasi dan partisipasi (birokrasi);
keseimbangan nilai-nilai keunggulan dan keadilan (pendidikan); nilai-nilai keserasian
hubungan antara manusia dan lingkungan (lingkungan); nilai -nilai teisme dinyatakan
melalui cinta kasih, toleransi dan saling menghormati di antara sesama
(keagamaan); nilai-nilai kejujuran, budi pekerti, etos kerja (budaya); serta nilai - nilai
kesetaraan dan keadilan jender (pengarus-utamaan gender) dan ekonomi desa yang
didiami oleh mayoritas rakyat Ngada.
Untuk itu perlu tercipta iklim yang mampu mendorong tumbuh dan
berkembangnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang berorientasi pasar (berdaya
saing) dengan tingkat pertumbuhan yang memadai, namun yang juga peka terhadap
IV-4

pemecahan masalah-masalah sosial dalam kerangka memadukan prinsip-prinsip
pasar bebas dan persaingan yang efisien, serta jaminan kehidupan bermartabat bagi
semua warga masyarakat termasuk kelompok masyarakat dengan kemampuan
yang terbatas dan terpinggirkan; tersedianya kesempatan yang merata dan adil di
dalam mengakses sumberdaya demi peningkatan kualitas hidup masyarakat,
sehingga manfaat pembangunan dapat dinikmati secara merata oleh seluruh
lapisan masyarakat, sekaligus mengurangi ketimpangan antar wilayah, antar
golongan dan antar jender.
2. Ketersediaan Pangan, Air dan Energi Yang Cukup
Pangan dan air merupakan kebutuhan pokok bagi seluruh umat manusia yang
tidak dapat tergantikan. Kemandirian dan ketahanan pangan perlu dipertahankan
pada tingkat aman dan dalam kualitas gizi yang memadai serta tersedianya
instrumen jaminan pangan untuk tingkat rumah tangga. Kemandirian dan ketahanan
pangan juga harus didukung dengan kebijakan pengendalian penggunaan lahan.
Pemenuhan kebutuhan penyediaan air baku ditempuh melalui pengembangan
prasarana penampung air yang dapat dikelola bersama masyarakat. Pengembangan
sarana dan prasarana pengendali daya rusak air harus mampu mengantisipasi
perkembangan daerah-daerah permukiman dan industri baru. Tindakan dalam
rangka ketersediaan air juga dilakukan dengan upaya-upaya konservasi dan
reboisasi. Untuk mendukung sektor pertanian, pengelolaan jaringan irigasi perlu
ditingkatkan dengan prinsip-prinsip pengelolaan sumber daya air terpadu. Upaya
mempertahankan kondisi kualitas air serta pemulihan air yang tercemar diwujudkan
melalui pendekatan pengelolaan lingkungan hidup dan penerapan teknologi.
Demikian juga, akses terhadap air minum yang juga masih merupakan masalah
penting di Kabupaten Ngada.
Berkenaan dengan energi, maka pengelolaannya yang meliputi penyediaan,
pemanfaatan dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan,
berkelanjutan, optimal dan terpadu. Sementara itu, kelangkaan energi tak terbarukan
juga terus terjadi karena pola konsumsi yang sangat tergantung pada sumber energi
terbarukan. Tantangan utama adalah melaksanakan upaya-upaya mengatasi
kelangkaan ketersediaan energi melalui pemanfaatan biogas, biomassa, panas
bumi, energi matahari, arus laut,tenaga angin dan tenaga air.
IV-5

3. Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna Yang Adaptif dan
Berkesinambungan
Teknologi diperlukan umat manusia sebagai alat untuk memecahkan
persoalan-persoalan yang dihadapinya. Kondisi geografi dan topografi Kabupaten
Ngada yang cukup sulit membutuhkan dukungan teknologi untuk memanfaatkan dan
mengoptimalkan berbagai sumber daya yang dimiliki.
Pengembangan teknologi tepat guna dan pemanfaatan teknologi maju yang
berhubungan dengan upaya pencapaian kesejahteraan dan kehidupan yang
bermartabat, peningkatan daya saing serta teknologi yang menunjang pelaksanaan
pelayanan publik secara efektif, efisien dan lancar. Upaya-upaya yang juga perlu
dilakukan adalah peningkatan kegiatan penelitian dalam mendukung program-
program pemberdayaan yang membutuhkan dukungan teknologi. Di samping itu,
kerjasama dengan berbagai pihak terutama Perguruan Tinggi dan LSM khususnya
dalam rangka transfer pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat bagi
peningkatan harkat dan martabat masyarakat Ngada sangat diperlukan.
4. Kelembagaan Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi Yang Handal
Dari prespektif ekonomi, masing-masing desa sebenarnya memiliki potensi
ekonomi sangat besar mengingat sumber daya (sumberdaya alam dan sumberdaya
manusia) dan kegiatan ekonomi daerah banyak berlokasi di desa. Bilamana potensi -
potensi ekonomi tersebut dapat diberdayakan secara baik melalui pengembangan
usaha mikro, kecil dan menengah maka desa akan dapat menciptakan pendapatan
desa sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan desa dan bukan lagi
hanya sebagai sumber terjadinya arus urbanisasi ke kota yang seringkali
menciptakan masalah besar di kota, baik dari aspek permukiman, lapangan kerja,
keamanan ataupun penambahan kemiskinan kota. Bila ekonomi desa maju maka
pemerataan kegiatan ekonomi akan menjadi lebih baik dan tidak tersentralisasi di
kota saja.
Apabila tercipta kemandirian ekonomi desa maka desa justru akan menjadi
pusat pertumbuhan ekonomi yang produktif dan akan dapat menciptakan suplai dari
usaha mikro, kecil dan menengah yang pada akhirnya dapat mengakselarasi
pertumbuhan ekonomi daerah. Lembaga keuangan juga akan dapat tumbuh dan
IV-6

berkembang secara baik seiring tumbuhnya ekonomi desa. Koperasi ataupun
lembaga keuangan lainnya akan menjadi kelengkapan kegiatan ekonomi produktif di
desa tersebut. Pasar desa akan berkembang menjadi pusat pertemuan antara
permintaan dan penawaran yang dinamis dari output yang dihasilkan di desa
tersebut dan akan mendorong aktif produktivitas masyarakat yang memperoleh nilai
tambah besar dari kegiatan ekonomi.
5. Dukungan Data Yang Akurat
Sebuah perencanaan yang tidak didukung dengan data yang memadai akan
menghasilkan kebijakan yang sulit diimplemetasikan kedalam program dan kegiatan
pembangunan yang pada akhirnya menghasilkan keluaran yang kurang bermanfaat.
Basis data yang akurat dan terpelihara diperlukan untuk kepentingan perencanaan,
pengendalian dan pemantauan pembangunan. Prioritas data yang perlu segera
dibangun adalah standarisasi format dan system pengolahan data yang berbasis
pada kemajuan informasi teknologi yang dapat diakses oleh semua pihak dalam
rangka ikut serta berperan dalam pengawasan dan pengendalian pelaksanaan
pembangunan.
6. Pelestarian Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup
Peningkatan kesadaran bersama secara lintas sektor dan pengembangan
kemampuan berbagai pihak untuk merestorasi dan memelihara lingkungan hidup
yang sehat dalam kerangka keserasian hubungan antara manusia dan
lingkungannya demi menjamin prinsip hidup berkelanjutan.
Kualitas lingkungan hidup yang telah mengalami penurunan dan yang
berdampak negatif terhadap ketidak-seimbangan ekosistem pada gilirannya akan
mengganggu masyarakat pedesaan yang menggantungkan hidupnya pada
sumberdaya alam (SDA) penting untuk dilakukan konservasi dan rehabilitasi, serta
peningkatan efektifitas pengawasan terhadap pemanfaatan SDA.
7. Pariwisata Berbasis Masyarakat
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 mengamanatkan bahwa sektor
pariwisata bertujuan antara lain untuk mengentaskan kemiskinan, menciptakan
lapangan kerja, memajukan kebudayaan dan melestarikan sumber daya. Kabupaten
IV-7

Ngada memiliki kekayaan sumber daya pariwisata yang unik dan beragam antara
lain, sumber mata air panas alam, taman wisata laut, perkampungan tradisional,
situs kepurbakalaan, reptil purba varanus Riungensis di samping kawasan pertanian
dan hutan yang potensial untuk pengembangan agrowisata.
Pengembangan sektor pariwisata sejalan dengan kebijakan Pemerintah yang
telah menetapkan Propinsi Nusa tenggara Timur sebagai salah satu Daerah Tujuan
Wisata Unggulan. Pada umumnya seluruh aset wisata di daerah berada dan atau
dimiliki oleh masyarakat sehingga pola pengembangan pariwisata berbasis
masyarakat dipilih guna menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama
pembangunan pariwisata, sehingga masyarakat dapat memperoleh keuntungan dan
manfaat yang adil dalam pengembangan pariwisata.
8. Investasi
Usaha ekonomi rakyat terutama yang bergerak dalam lingkup usaha mikro,
kecil dan menengah yang berbasis sumber daya alam dan sumber daya manusia
yang tersedia perlu difokuskan pengembangannya sebagai kekuatan sosial ekonomi
daerah sehingga harus dibantu dengan fasilitas kredit investasi dan modal kerja
berbunga rendah. Fokus pengembanagn investasi adalah sektor yang potensial di
daerah yakni di bidang pertanian dalam arti luas serta pariwisata.
Penataan kembali manajemen Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) perlu
dilakukan dengan prinsip-prinsip ekonomis, efisien, tansparan dan akuntabilitas
serta dijalankan secara profesional sehingga dapat menjadi badan usaha model
didalam mengembangkan investasi di daerah. Badan usaha ini yang akan menjadi
penyumbang utama pendapatan asli daerah untuk mewujudkan otonomi yang
sesungguhnya.
Era globalisasi membuka ruang yang luas bagi masuknya investasi asing ke
daerah sehingga perlu mendapat perhatian serius. Penanaman modal asing di
daerah khususnya yang bergerak di industri ramah lingkungan merupakan pilihan
tepat dengan memperhatikan regulasi agar dapat mendukung percepatan
pembangunan di daerah. Kerjasama penanaman modal dengan asing juga perlu
menempatkan masyarakat sebagai subyek pembangunan sehingga tidak
menyingkirkan eksistensi masyarakat lokal sebagai pemilik pembangunan.
IV-8

9. Kerjasama Antar Daerah
Perjalanan Otonomi Daerah berpeluang menimbulkan dampak negatif dimana
masing-masing daerah berkutat dengan problematikanya sendiri. Hal ini terutama
dipicu oleh semangat primodialisme yang berlebihan. Padahal kerjasama yang
terpadu dan harmonis dengan asas saling menghormati diyakini mampu
menyelesaikan sejumlah persoalan bersama, antara lain sulitnya akses masuk dan
keluarnya barang dan jasa.
Kerjasama antar daerah dalam berbagai bentuk dirasakan masih belum
membawa hasil yang memadai sehingga perlu dibangun komunikasi dan kolaborasi
strategis (jangka panjang) yang bersifat kelembagaan. Kerjasama antar daerah yang
bertetangga, kemitraan antar daerah dan keterpaduan kebijakan antara pemerintah
pusat dan daerah perlu dibangun untuk memadukan potensi pembangunan yang
ada di daerah-daerah khususnya yang memiliki kesatuan karakteristik wilayah.
10. Infrastruktur Yang Memadai
Pembangunan di segala bidang terutama di bidang ekonomi membutuhkan
dukungan infrastruktur yang memadai. Mengacu kepada keterbatasan fiskal daerah
maka pengembangan infrastruktur diprioritaskan pada peningkatan dan
pengembangan prasarana wilayah yang dapat menjangkau pusat-pusat produksi
masyarakat dan sumberdaya alam. Peningkatan dan pengembangan prasasarana
wilayah ini diikuti dengan pengembangan sistem transportasi yang dapat mengakses
pusat-pusat produksi dan mendorong peningkatan mobilitas faktor-faktor produksi.
Langkah selanjutnya adalah dengan mendorong peningkatan percepatan
pertumbuhan sosial ekonomi wilayah dan perngurangan kesenjangan sosial
ekonomi antar wilayah dalam daerah. Di samping itu, perlu disediakan infrastruktrur
ekonomi yang lebih merata untuk merangsang pertumbuhan aktivitas ekonomi
produktif yang potensial di masyarakat.
11. Akses Pasar Yang Luas
Kemitraan pemerintah dan kelompok-kelompok petani perlu dikembangkan
sehingga dapat menghasilkan produksi yang memiliki keunggulan komparatif dan
kompetitif di era pasar bebas. Produksi petani akan mampu bersaing di pasaran
IV-9

manakala memiliki keunggulan kualitas tertentu. Kemampuan pasar dalam
menyerap produksi masyarakat akan mendorong kreatifitas dan inovasi dalam
pengembangan produk yang khas dan berdaya saing.
Kolaborasi antara pemerintah daerah, sektor swasta dan masyarakat dalam
menggali dan mengembangkan akses pasar sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan nilai jual hasil produksi petani yang pada akhirnya berdampak pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta daerah. Terobosan-terobosan baru
dalam membuka peluang pasar baik dalam tataran regional, nasional maupun
internasional merupakan langkah strategis yang perlu ditempuh guna percepatan
tercapainya tujuan pembangunan daerah.
12. Pemerintahan Yang Bersih dan Berwibawa
Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan prasyarat dalam
pelaksanaan Otonomi Daerah. Membangun good governance bukan semata dalam
hal memperbaiki kondisi institusi pemerintah, akan tetapi yang lebih penting adalah
persoalan etika, sikap dan perilaku. Dalam good governance, tidak saja unsur
pemerintah, tetapi juga sektor usaha/swasta dan masyarakat semestinya dapat
berjalan secara efektif dan efisien melalui koordinasi yang sinergi dalam manajemen
sektor publik, sektor swasta dan masyarakat. Pemerintah berfungsi menciptakan
lingkungan politik dan hukum yang kondusif, sektor swasta menciptakan lapangan
kerja dan pendapatan sementara masyarakat berperan positif dalam interaksi sosial,
ekonomi dan politik.
Namun fakta menunjukkan bahwa masih banyak kelemahan di bidang ini
antara lain; rendahnya komitmen aparatur, rendahnya produktifitas aparatur,
terbatasnya sarana dan prasarana aparatur, belum optimalnya penerapan regulasi,
minimnya reward dan punishment, belum adanya analisis beban kerja, terbatasnya
koodinasi lintas sektor dan tidak tersedianya data base yang akurat. Pembenahan
atas sejumlah persoalan krusial tersebut membutuhkan komitmen yang serius oleh
seluruh pemangku kepentingan demi terwujudnya pelayanan prima kepada
masyarakat.
Perbaikan-perbaikan atas permasalahan tersebut di atas, bertujuan dalam
rangka meningkatkan kemandirian daerah dan kualitas pelayanan publik melalui
IV-10

peningkatan kinerja aparatur, perbaikan sistem kelembagaan dan manajemen
pemerintahan, serta menyusun peraturan perundang-undangan sesuai dengan
perkembangan dan tuntutan pembangunan.
13. Sumber Daya Manusia Berkualitas
Penduduk Kabupaten Ngada yang berjumlah 142.254 jiwa merupakan modal
utama dalam menyukseskan pembangunan. Penduduk dan masyarakat Ngada perlu
diberdayakan sehingga memiliki kemampuan untuk berkompetisi secara sehat
dalam lingkungan sosial, ekonomi dan politik yang semakin luas. Proses
pemberdayaan dilakukan melalui pembangunan sektor pendidikan baik formal
maupun non formal. Fungsi-fungsi pendidikan perlu dioptimalkan yakni dengan
mengintegrasikan peserta didik dan masyarakat ke dalam berbagai peran
okupasional, politik dan peran warga negara yang lain; memberikan kesempatan
bersaing secara terbuka untuk keluar dari berbagai keterbatasan sosial dan
memberikan kesempatan mengalami perkembangan psikis dan moral guna
membangkitkan sikap responsif yang seimbang terhadap nilai-nilai kehidupan.
14. Pengelolaan Keuangan Daerah Yang Baik
Selain bersumber pada sumber-sumber pembiayaan konvensional
(APBN/APBD I dan APBD II), juga mengembangkan pembiayaan berpola kemitraan
dengan berbagai pihak termasuk pihak luar negeri dengan mengindahkan prinsip-
prinsip efisiensi, efektifitas, transparansi dan akuntabilitas serta sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku. Upaya peningkatan PAD dilakukan dengan
penuh kehati-hatian dengan maksud agar peningkatan PAD tidak menghalangi
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan masyarakat, termasuk menghambat
gerak maju perekonomian masyarakat dan investasi berskala menengah ke atas,
yang diperhitungkan akan memberikan dampak terhadap penciptaan lapangan dan
perluasaan kesempatan berusaha.
Proporsionalitas (antara Belanja Aparatur dan Belanja Publik ) penting untuk
diperhatikan. Perbandingannya dapat ditetapkan berkisar 40 % Belanja Aparatur dan
60 % Belanja Publik dengan ketentuan bahwa pada bagian Belanja Publik tidak lagi
membiayai kepentingan Belanja Aparatur.
IV-11

Mengembangkan dan meningkatkan partisipasi berbagai segmen masyarakat
dalam program-program tertentu dengan pembiayaan sendiri. Untuk itu perlu
melakukan koordinasi perencanaan program secara terpadu sejak awal tahun
anggaran, yang difasilitasi oleh pemerintah.
Pada akhirnya seluruh kontribusi ini dihitung, dihargai dan dinilai sebagai
kontribusi bersama antara masyarakat dan pemerintah di dalam laporan
pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada publik mengenai tingkat perkembangan
dan pencapaian kemajuan daerah dalam berbagai bidang pembangunan.
Dengan begitu masyarakat sipil dan masyarakat dunia usaha termotivasi
untuk ikut bertanggungjawab mewujudkan tujuan pembangunan yang telah
ditetapkan, sehingga Visi yang juga sudah ditetapkan bisa dicapai sebagai hasil
karya bersama dan menjadi kebanggaan bersama antara pemerintah dan rakyat
demi kesejahteraan rakyat Kabupaten Ngada.
15. Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif
Perencanaan dan Penganggaran Partisipatif dapat diartikan sebagai:
mekanisme (atau proses) yang memungkinkan penduduk secara langsung
memutuskan atau berkontribusi terhadap keputusan yang dibuat mengenai semua
atau sebagian sumber daya publik (termasuk anggaran) yang tersedia. Proses
perencanaan yang ada dimulai dari penggalian gagasan masyarakat untuk
mengetahui permasalahan yang terjadi di daerahnya masing-masing. Sebelum
keluarnya perundangan yang tersebut diatas, peran masyarakat tidak begitu
diperhitungkan. Pergeseran ini terjadi karena masyarakat di tiap daerah dituntut dan
merasa perlu berperan dalam perkembangan daerahnya. Hal ini sesuai dengan
amanat otonomi daerah yang menginginkan masyarakat untuk terlibat aktif
memberikan masukan penyusunan APBD.
Kepentingan masyarakat menjadi dasar dalam pengelolaan keuangan suatu
wilayah atau yang lebih dikenal dengan rencana Anggaran Penerimaan dan Belanja
baik yang bersifat nasional maupun daerah. Masyarakat sudah selayaknya menjadi
prioritas dalam anggaran penerimaan dan belanja suatu negara atau daerah
dikarenakan sumber pendapatan daerah salah satunya diperoleh dari pajak dan
retribusi yang dikeluarkan oleh masyarakat. Berdasarkan pada kenyataan tersebut
maka alokasi penggunaan dapat dilakukan secara adil dan mementingkan
IV-12

kesejahteraan masyarakat. Masyarakat dapat terpenuhi kebutuhannya dan tidak
terjadi diskriminasi dalam distribusi pelayanan.

16. Pemberdayaan Masyarakat
Pembangunan yang berpusat pada rakyat adalah asumsi bahwa manusia
adalah sasaran pokok dan sumber paling strategis. Karena itu, pembangunan juga
meliputi usaha terencana untuk meningkatkan kemampuan dan potensi manusia
serta mengerahkan minat mereka untuk ikut serta dalam proses pembuatan
keputusan tentang berbagai hal yang memiliki dampak bagi mereka dan mencoba
mempromosikan kekuatan manusia, bukan mengabadikan ketergantungan yang
menciptakan hubungan antara birokrasi negara dengan masyarakat.
Proposisi di atas mengindikasikan pula bahwa inti pembangunan berpusat
pada rakyat adalah pemberdayaan (empowerment) yang mengarah pada
kemandirian masyarakat. Dalam konteks ini, dimensi partisipasi masyarakat menjadi
sangat penting. Melalui partisipasi kemampuan masyarakat dan perjuangan mereka
untuk membangkitkan dan menopang pertumbuhan kolektif menjadi kuat.

Tetapi
partisipasi di sini bukan hanya berarti keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan atau masyarakat hanya ditempatkan sebagai "obyek", melainkan
harus diikuti keterlibatan masyarakat dalam pembuatan keputusan dan proses
perencanaan pembangunan, atau masyarakat juga ditempatkan sebagai "subyek"
utama yang harus menentukan jalannya pembangunan. Karena itu gerakan
pemberdayaan masyarakat bernilai tinggi dan mempertimbangkan inisiatif dan
perbedaan lokal.

17. Kapasitas Kelembagaan dan Aparatur Pemerintah
Kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah menjelaskan tentang
kemampuan kelembagaan pemerintah mengakomodasi aspirasi yang berkembang,
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi, kemampuan mendefinisikan
permasalahan dan merumuskan bebagai kebijakan publik yang sesuai kebutuhan
masyarakat dan menciptakan birokrasi yang effisien dan effektif, kemampuan
aparatur dalam mengimplementasikan kebijakan kebijakan secara arif bijaksana
serta kemampuan aparat untuk berempati dalam melayani kepentingan publik.
IV-13

Aspek pengembangan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah
menjadi kunci utama keberhasilan penataan birokrasi. Hal ini disebabkan karena
pengembangan kapasitas kelembagaan dan aparatur pemerintah merupakan dua
dari tiga aspek utama penataan organisasi selain penataan system.

18. Sikap dan Perilaku yang Kreatif dan Inovatif
Budaya lokal harus dilestarikan dan diarahkan agar mencapai hasil yang
bermanfaat, karena budaya melahirkan sikap dan perilaku individu dan masyarakat.
Nilai-nilai dari budaya lokal yang menghasilkan kearifan-kearifan lokal diperlukan
dalam upaya-upaya menjawab tantangan pada era persaingan global, agar generasi
penerus di daerah tidak mengalami krisis identitas.
Terhadap budaya lokal yang memiliki ciri khas dan keunikan spesi fik
diperlukan perhatian khusus untuk mrengoptimalkannya sebagai salah satu modal
sosial yang penting bagi pembangunan daerah. Kearifan-kearifan lokal yang telah
terseleksi selama berabad-abad perlu senantiasa dikembangkan dan ditanamkan
kepada seluruh penganut budaya dalam rangka pengembangan kreatifitas dan
inovsi baru guna mengelola sumber-sumber daya yang tersedia.
Bentuk-bentuk pengungkapan kreatifitas yang bersumber dari nilai-nilai
budaya tetap didorong untuk mewujudkan keseimbangan aspek materil, spiritual dan
emosional. Inovasi yang cukup penting antara lain dengan mendukung lembaga-
lembaga pemangku adat dan stakeholders lainnya yang berkompeten untuk
menjawab tuntutan kebutuhan yang harus dipenuhi di masa mendatang.
19. Penataan Ruang Yang Konsisten
Sebagai matra spasial pembangunan, penataan ruang dilaksanakan secara
komprehensif yakni melaksanakan proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang serta pengendalian pemanfaatan ruang secara konsisten dalam kerangka
pembangunan jangka panjang. Penataan ruang yang menitikberatkan pada aspek
perencanaan dan pemanfaatan ruang saja akan mengakibatkan pemanfaatan ruang
yang tidak terkontrol dan cenderung keluar dari tahapan perencanaan semula. Oleh
karena itu, pengendalian pemanfaatan ruang merupakan suatu sol usi pengawasan
demi pelaksanaan penataan ruang yang baik.
IV-14

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang merupakan
dasar pengelolaan dan pelaksanaan penataan ruang darat, laut, udara, dan ruang di
bawah bumi, diamanatkan demi menjamin kelangsungan pengelolaan ruang dengan
menjaga keseimbangan aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya. Pelaksanaan
penataan ruang yang konsisten juga harus mengacu pada hirarki penataan ruang
yang mana Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) harus diikuti dengan rencana tata
ruang yang lebih operasional seperti Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis dan
Rencana Detail sehingga program dan kegiatan pemerintah dan masyarakat benar-
benar berada pada matra spasial yang sesuai dengan peruntukannya.
Penataan Kawasan Pesisir dan Laut, Kawasan Rawan Bencana, Kawasan
Hutan perlu mendapat perhatian demi optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam
agar bermanfaat bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
20. Daerah Rawan Bencana
Kondisi geografis Kabupaten Ngada ditandai dengan topografi yang berbukit
bukit dan daerah pegunungan serta terbentang pada jalur lingkar luar gunung api
aktif yang sesewaktu bias saja terjadi letusan gunung api. Karakteristik wilayah yang
demikian ini berpengaruh juga dalam pembentukan iklim mikro yan cukup ekstrim,
dimana pada bulan-bulan tertentu curah hujan sangat tingi yang berimplikasi pada
terjadinya longsor dan erosi, dan sebaliknya pada bulan-bulan tertentu kemarau
berlangsung lama yang berdampak pada gagal tanam dan kekeringan.
Disamping itu daerah pesisir utara dan selatan merupakan daerah yang
rawan terhadap abrasi, banjir ROB dan Tsunami.
21. Jaminan Kesehatan Bagi Masyarakat
Pembangunan kesehatan masih dihadapkan pada masalah dan tantangan
mutu, perilaku hidup sehat, ketersediaan tenaga medis yang terbatas, dan angka
kesakitan masih relatif tinggi terutama karena penyakit menular seperti ISPA dan
malaria. Angka kematian ibu dan bayi, persoalan gizi buruk masih senantiasa
melekat pada masyarakat. Belum optimalnya dukungan pelayanan di bidang obat
dan makanan, keamanan pangan serta perilaku hidup sehat yang belum menjadi
budaya dalam masyarakat, baik karena faktor sosial ekonomi, juga karena
kurangnya pengetahuan. Persoalan yang juga masih dihadapi adalah ancaman
IV-15

penyakit menular yang masih tetap tinggi di kalangan masyarakat Ngada. Dengan
demikian masyarakat perlu memperoleh jaminan atas kesehatannya serta
mendorong perilaku hidup bersih dan sehat.
22. Kesetaraan dan Keadilan Gender
Manusia, baik laki-laki maupun perempuan, diciptakan untuk saling
melengkapi, tanpa harus saling menguasai, dalam melanjutkan karya keselamatan
di dunia. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, keduanya memiliki ruang yang sama
untuk merealisasikan dan mengembangkan potensi kemanusiaannya secara penuh,
tanpa terbelenggu oleh pandangan yang bersumber pada budaya atau kebiasaan
yang terkesan memberi ruang lebih besar pada kaum laki-laki sejak usia dini.
Sejalan dengan perkembangan kemajuan peradaban umat manusia hingga saat ini,
dipandang perlu untuk semakin menguatkan aspek kesetaraan dan keadilan gender
(laki-laki dan perempuan) dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat.
Kondisi ketimpangan gender yang dialami saat ini lebih merupakan ekses
masa lampau dimana para orang tua kurang memberikan kesempatan kepada anak
perempuan dalam menikmati pendidikan atau dalam pengambilan keputusan.
Karena itu, upaya untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender perlu dimulai
dari lingklungan keluarga sebagai basis pembentukan nilai. Peningkatan kesadaran
pada lingkungan keluarga akan membuka ruang bagi anak laki-laki dan perempuan
untuk memiliki kesempatan yang sama dalam mengenyam pendidikan di semua
tingkatan serta dalam proses pengambilan keputusan, sehingga keduanya memiliki
kemampuan yang relatif sama untuk berkompetisi secara sehat dalam upaya meraih
posisi di bidang kenegaraan/pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan,
termasuk dalam hal menikmati hasil-hasilnya secara adil dan merata.
23. Penegakan Hukum dan HAM
Penegakan hukum dan HAM diarahkan untuk menciptakan supremasi hukum
dalam penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan masyarakat,
sehingga kepastian hukum, rasa adil, penyelenggaraan negara yang bersih dan
berwibawa, kesadaran masyarakat yang tinggi serta pengakuan, penghargaan dan
IV-16

perlindungan tehadap HAM dapat diwujudkan. Hal ini dapat dilakukan melalui
berbagai agenda sebagai berikut:
Peningkatan kapasitas kelembagaan dan aparatur hukum diarahkan pada
upaya untuk menjadikan hukum sebagai penentu dalam menciptakan ketertiban,
kepastian, dan keadilan bagi masyarakat. Disamping itu peningkatan kesadaran
hukum masyarakat perlu dilakukan untuk menciptakan masyarakat hukum yang
mengerti akan hak dan kewajiban hukumnya secara baik.
Revitalisasi kelembagaan hukum dapat disarankan untuk meningkatkan peran
dan fungsi hukum adat dalam menciptakan ketertiban, kepastian hukum, dan
rasa keadilan bagi masyarakat.
Penegakan HAM diarahkan untuk meningkatkan penghargaan dan
perlindungan terhadap HAM, sehingga masyarakat sebagai pemegang hak
(rights-holders) dapat mewujudkan hak-hak sipil dan politik serta hak-hak
ekonomi, sosial dan budayanya, sedangkan disatu sisi pemerintah sebagai
penyandang tugas (duty-bearers) dapat menjalankan kewajibannya memenuhi
hak-hak masyarakat.

V-1

BAB V
PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
5.1 VISI
Visi merupakan gambaran mengenai keadaan Kabupaten Ngada yang
diharapkan pada akhir suatu periode perencanaan pembangunan daerah, yang di
dalamnya berisi gambaran kondisi masa depan, cita-cita yang ingin diwujudkan,
dibangun melalui proses seleksi dan refleksi yang digali dari nilai-nilai yang dimiliki
oleh kabupaten Ngada. Visi Kabupaten Ngada merupakan representasi dari
harapan yang ingin dicapai masyarakat dan pernyataan Visi Kabupaten Ngada lima
tahun kedepan 2010-2015 adalah :
TERWUJUDNYA MASYARAKAT NGADA YANG BERBUDAYA, UNGGUL,
MANDIRI DAN SEJAHTERA BERLANDASKAN ETOS KERJA YANG
TINGGI DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN.

Pernyataan Visi tersebut mengandung makna filosofis yang ingin dicapai
pada tahun 2015 adalah sebagai berikut :

1. Para Pemangku Kepentingan berkomitmen untuk menjadikan masyarakat yang
berbudaya, dengan berperilaku yang berlandaskan pemikiran logis, berakal
budi, saling menghormati dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang dianut
dan berlaku dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Ngada.
2. Para Pemangku Kepentingan berkesungguhan hati untuk menjadikan
masyarakat yang unggul, yaitu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dibutuhkan sehingga memiliki kelebihan dibandingkan dengan daerah-daerah
lainnya guna menghadapi persaingan global.
3. Para Pemangku Kepentingan bertekad untuk menjadikan masyarakat yang
mandiri, yaitu mampu mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya yang
ada guna mengurangi ketergantungan pembiayaan pembangunan daerah dari
Pemerintah Pusat.
4. Para Pemangku Kepentingan bersatu padu mewujudkan kesejahteraan yaitu
terpenuhinya kebutuhan dan hak-hak dasar manusia yang layak serta
berkeadilan dan terlepas dari belenggu kemiskinan.
V-2

5. Para pemangku kepentingan baersatu padu mengupayakan tumbuh dan
berkembangnya etos kerja yang tinggi dalam wujud sikap hidup yang
berorientasi produktif, bekerja keras, ketekunan, kejujuran dan semangat belajar
yang tinggi.
6. Para Pemangku kepentingan berkomitmen untuk menjamin keberlanjutan
pembangunan daerah dan masyarakat secara selaras dan berkesinambungan
baik aspek ekonomi, budaya maupun lingkungan hidup.


5.2 MISI
Misi merupakan upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan
visi, berperan sebagai penentu gerak, langkah dan tindakan nyata bagi segenap
komponen penyelenggara pemerintahan di wilayah Kabupaten Ngada. Adapun Misi
Kabupaten Ngada adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan ekonomi daerah yang bertumpu pada sektor
pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata berbasis pedesaan yang
berwawasan lingkungan;
2. Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat dan sumber daya
manusia yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif, produktif serta memiliki budi
pekerti dan etos kerja yang tinggi;
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan sebagai landasan
pengembangan kualitas sumber daya manusia;
4. Membangun sarana, prasarana wilayah dan investasi daerah melalui kerjasama
antar daerah, kerjasama dengan pihak swasta maupun kerjasama regional dan
internasional;
5. Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana sosial serta
memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya,
keagamaan dan olahraga di masyarakat;
6. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang efisien, efektif, bersih dan
demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat



V-3

5.3 TUJUAN DAN SASARAN
Dalam mewujudkan Visi melalui pelaksanaan Misi yang telah ditetapkan
tersebut di atas, maka perlu adanya kerangka yang jelas pada setiap misi
menyangkut tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Tujuan dan sasaran pada setiap
misi yang akan dijalankan akan memberikan arahan bagi setiap pelaksanaan urusan
pemerintah daerah baik urusan wajib maupun urusan pilihan dalam mendukung
pelaksanaan misi dimaksud. Tujuan dan sasaran pada pelaksanaan masing-masing
misi adalah sebagai berikut:

6.3.1 Misi Pertama: Meningkatkan kemampuan ekonomi daerah yang
bertumpu pada sektor pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata
berbasis pedesaan yang berwawasan lingkungan.

Tujuan pelaksanaan misi pertama ini adalah:
1. Menggerakkan seluruh potensi ekonomi masyarakat dengan bertumpu
pada sektor pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata.
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal berbasis pedesaan
3. Meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat.
4. Meningkatkan pembangunan ekonomi yang berwawasan lingkungan.
Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:
1. Meningkatnya usaha ekonomi produktif masyarakat di daerah pedesaan
dan perkotaan
2. Meningkatnya ketersediaan dan ketahanan pangan daerah.
3. Meningkatnya pengembangan dan pengelolaan potensi pertanian,
perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan melalui
pengembangan agrobisnis dan agroindustri.
4. Meningkatnya pengembangan potensi pariwisata daerah baik wisata
alam, budaya, agrowisata maupun wisata buatan.
5. Terwujudnya pemberdayaan masyarakat pedesaan.
6. Meningkatnya kualitas dan kuantitas koperasi dan UMKM perdesaan
7. Meningkatnya partisipasi angkatan kerja dan menurunnya angka
pengangguran terbuka.
V-4

8. Meningkatnya daya saing produk-produk unggulan masyarakat
9. Meningkatnya potensi sumberdaya perdagangan dan jasa.
10. Terwujudnya kelestarian lingkungan hidup dalam menghadapi
pemanasan global.
11. Meningkatnya daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup serta
nilai tambah dalam pemanfaatan sumber daya alam.
6.3.2 Misi Kedua : Mendorong pengembangan kualitas pendidikan
masyarakat dan sumber daya manusia yang cerdas, trampil, kreatif,
inovatif, produktif dan memiliki etos kerja yang tinggi.

Tujuan pelaksanaan misi kedua ini adalah:
1. Mendorong peningkatan sumber daya manusia melalui jalur pendidikan
formal maupun non formal.
2. Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan secara berkeadilan
(distributive dan atributif).
Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:
1. Meningkatnya mutu dan relevansi pendidikan
2. Tersedianya sumber daya manusia yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif
dan produktif.
3. Meningkatnya aksesibilitas terhadap pelayanan dan sarana prasarana
pendidikan
4. Terwujudnya pembangunan manusia berbasis IPTEK dan Etos kerja yang
tinggi.
5. Terwujudnya pendidikan yang merata bagi masyarakat.
6. Terwujudnya tuntas wajib belajar pendidikan dasar

6.3.3 Misi Ketiga : Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan
sebagai landasan pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Tujuan pelaksanaan misi ketiga ini:
1. Meningkatkan jaringan, mutu dan akses pelayanan kesehatan.
2. Meningkatkan jaminan kesehatan bagi seluruh masyarakat
3. Meningkatkan ketersediaan sumber daya kesehatan yang memadai.
V-5

Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:
1. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan.
2. Meningkatnya akses masyarakat ke fasilitas kesehatan
3. Terwujudnya standar pelayanan minimal kesehatan
4. Meningkatnya akses pelayanan Keluarga Berencana.
5. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat dan perilaku hidup sehat.
6. Meningkatnya derajat kesejahteraan keluarga.
7. Tersedianya sumber daya kesehatan di semua tingkatan pelayanan
kesehatan.
6.3.4 Misi Keempat : Membangun sarana, prasarana wilayah dan investasi
daerah melalui kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak
swasta maupun kerjasama regional dan internasional.

Tujuan pelaksanaan misi keempat ini adalah:
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana, prasarana wilayah dan
investasi daerah.
2. Terwujudnya iklim investasi dan semangat wirausaha.
3. Meningkatkan kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak
swasta maupun kerjasama regional dan internasional.

Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:
1. Tersedianya sarana dan prasarana daerah untuk mendukung investasi.
2. Tersedianya infrastruktur bidang pekerjaan umum dan infrastruktur
ekonomi
3. Terwujudnya kelancaran transportasi dalam menunjang mobilitas
ekonomi.
4. Meningkatnya penanaman modal bagi pengembangan potensi unggulan
daerah.
5. Terwujudnya pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru.
6. Meningkatnya usaha produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh
masyarakat berskala kecil dan menengah yang berorientasi pasar.
7. Meningkatnya pertumbuhan investasi melalui pola kemitraan yang sejajar.

V-6

6.3.5 Misi Kelima : Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana
social serta memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi,
politik, budaya, keagamaan dan olahraga di masyarakat.

Tujuan pelaksanaan misi kelima ini adalah:
1. Melindungi keberlanjutan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat.
2. Pemberdayaan kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya,
keagamaan dan olahraga di masyarakat.
3. Menggerakkan seluruh potensi kelembagaan di masyarakat dengan
bertumpu pada pengembangan potensi unggulan daerah.

Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:
1. Terwujudnya keamanan dan ketenangan lingkungan kehidupan masyarakat dari
ancaman bencana.
2. Meningkatnya penanganan permasalahan sosial
3. Terwujudnya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.
4. Meningkatnya peran pemuda dalam pembangunan dan olahraga.
5. Terwujudnya pemberdayaan dan kelestarian budaya daerah.
6. Menumbuhkembangkan nilai-nilai budaya Ngada yang religius ke dalam etika
bermasyarakat dan bernegara.
7. Menguatnya nilai-nilai musyawarah dan mufakat dalam menyelesaikan konflik
yang timbul dalam hidup bermasyarakat dan bernegara.
8. Meningkatnya fasilitas dan pemberdayaan potensi ekonomi kerakyatan sektor
perdagangan, industri serta koperasi dan UKM.

6.3.6 Misi Keenam : Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang efisien,
efektif, bersih dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima
kepada masyarakat.

Tujuan pelaksanaan misi keenam ini adalah:
1. Meningkatkan kualitas pelayanan publik.
2. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik (good governance).
3. Meningkatkan kehidupan demokrasi, ketentraman dan ketertiban
masyarakat
V-7

Adapun sasaran yang hendak dicapai adalah:
1. Meningkatnya kemampuan dan profesionalisme aparatur pemerintah.
2. Meningkatnya transparansi informasi pembangunan daerah.
3. Terwujudnya penyelenggaraan tata kelola kepemerintahan yang baik
(good governance) yang ditandai dengan penyelenggaraan pemerintah
yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme.
4. Meningkatnya tertib administrasi penyelenggaraan pemerintahan.
4. Meningkatkan kualitas kehidupan demokrasi dan politik lokal
5. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban masyarakat


Gambaran keterkaitan elemen-elemen perencanaan di atas dapat dilihat pada
tabel berikut:













V-8


Tabel 5.1
Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran
Kabupaten Ngada
Visi: TERWUJUDNYA MASYARAKAT NGADA YANG BERBUDAYA, UNGGUL,
MANDIRI DAN SEJAHTERA BERLANDASKAN ETOS KERJA YANG TINGGI DAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN.
Misi
Tujuan
Sasaran
1. Meningkatkan
kemampuan
ekonomi daerah
yang bertumpu pada
sektor pertanian,
agrobisnis, koperasi
dan pariwisata
berbasis pedesaan
yang berwawasan
lingkungan
1. Menggerakkan
seluruh potensi
ekonomi masyarakat
dengan bertumpu
pada sektor pertanian,
agrobisnis, koperasi
dan pariwisata.
2. Meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
lokal berbasis
pedesaan
3. Meningkatkan
pendapatan dan daya
beli masyarakat.
4. Meningkatkan
pembangunan
ekonomi yang
berwawasan
lingkungan
1. Meningkatnya usaha ekonomi
produktif masyarakat di daerah
pedesaan dan perkotaan
2. Meningkatnya ketersediaan dan
ketahanan pangan daerah.
3. Meningkatnya pengembangan
dan pengelolaan potensi
pertanian, perkebunan,
perikanan, peternakan dan
kehutanan melalui
pengembangan agrobisnis dan
agroindustri.
4. Meningkatnya pengembangan
potensi pariwisata daerah baik
wisata alam, budaya, agrowisata
maupun wisata buatan.
5. Terwujudnya pemberdayaan
masyarakat pedesaan.
6. Meningkatnya kualitas dan
kuantitas koperasi dan UMKM
perdesaan
7. Meningkatnya partisipasi
angkatan kerja dan menurunnya
angka pengangguran terbuka.
8. Meningkatnya daya saing
produk-produk unggulan
masyarakat
9. Meningkatnya potensi
sumberdaya perdagangan dan
jasa.
10. Terwujudnya kelestarian
lingkungan hidup dalam
menghadapi pemanasan global.
11. Meningkatnya daya dukung dan
daya tampung lingkungan hidup
serta nilai tambah dalam
pemanfaatan sumber daya alam
2. Mendorong
pengembangan
kualitas pendidikan
1. Mendorong
Peningkatkan sumber
daya manusia melalui
1. Meningkatnya mutu dan
relevansi pendidikan
2. Tersedianya sumber daya
V-9

masyarakat dan
sumber daya
manusia yang
cerdas, trampil,
kreatif, inovatif,
produktif dan
memiliki etos kerja
yang tinggi
jalur pendidikan formal
maupun non formal.
2. Meningkatkan
penguasaan ilmu
pengetahuan dan
teknologi
3. Mewujudkan
penyelenggaraan
pendidikan secara
berkeadilan
manusia yang cerdas, trampil,
kreatif, inovatif dan produktif.
3. Meningkatnya aksesibilitas
terhadap pelayanan dan sarana
prasarana pendidikan
4. Terwujudnya pembangunan
manusia berbasis IPTEK dan
Etos kerja yang tinggi.
5. Terwujudnya pendidikan yang
merata bagi masyarakat.
6. Terwujudnya tuntas wajib belajar
pendidikan dasar
3. Meningkatkan
kualitas dan
kuantitas
pelayanan
kesehatan
sebagai landasan
pengembangan
kualitas sumber
daya manusia
1. Meningkatkan
jaringan, mutu dan
akses pelayanan
kesehatan.
2. Meningkatkan jaminan
kesehatan bagi
seluruh masyarakat
3. Meningkatkan
ketersediaan sumber
daya kesehatan yang
memadai.
1. Meningkatnya ketersediaan
sarana dan prasarana
kesehatan.
2. Meningkatnya akses masyarakat
ke fasilitas kesehatan
3. Terwujudnya standar pelayanan
minimal kesehatan
4. Meningkatnya akses pelayanan
Keluarga Berencana.
5. Meningkatnya derajat kesehatan
masyarakat dan perilaku hidup
sehat.
6. Meningkatnya derajat
kesejahteraan keluarga.
7. Tersedianya sumber daya
kesehatan di semua tingkatan
pelayanan kesehatan.
4. Membangun
sarana, prasarana
wilayah dan
investasi daerah
melalui kerjasama
antar daerah,
kerjasama
dengan pihak
swasta maupun
kerjasama
regional dan
internasional
1. Meningkatkan sarana,
prasarana wilayah dan
investasi daerah.
2. Terwujudnya iklim
investasi dan
semangat wirausaha.
3. Meningkatkan
kerjasama antar
daerah, kerjasama
daerah dengan pihak
swasta maupun
kerjasama regional
dan internasional.

1. Tersedianya sarana dan
prasarana daerah untuk
mendukung investasi.
2. Tersedianya infrastruktur
bidang pekerjaan umum dan
infrastruktur ekonomi pedesaan
3. Terwujudnya kelancaran
transportasi dalam menunjang
mobilitas ekonomi.
4. Meningkatnya penanaman modal
bagi pengembangan potensi
unggulan daerah.
5. Terwujudnya pembangunan
pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi baru.
6. Meningkatnya usaha produksi
barang dan jasa yang dilakukan
oleh masyarakat berskala kecil
dan menengah yang berorientasi
pasar.
7. Meningkatnya pertumbuhan
investasi melalui pola kemitraan
yang sejajar.
V-10

5. Menanggulangi
bencana alam, non
alam dan atau
bencana sosial
serta memperkuat
kapasitas
kelembagaan
sosial, ekonomi,
politik, budaya,
keagamaan dan
olahraga di
masyarakat;
1. Melindungi
keberlanjutan
kehidupan sosial,
ekonomi dan budaya
masyarakat.
2. Pemberdayaan
kelembagaan sosial,
ekonomi, politik,
budaya, keagamaan
dan olahraga di
masyarakat.
3. Menggerakkan
seluruh potensi
kelembagaan di
masyarakat dengan
bertumpu pada
pengembangan
potensi unggulan
daerah.
1. Terwujudnya keamanan dan
ketenangan lingkungan
kehidupan masyarakat dari
ancaman bencana.
2. Meningkatnya penanganan
permasalahan sosial
3. Terwujudnya pemberdayaan
perempuan dan perlindungan
anak.
4. Meningkatnya peran pemuda
dalam pembangunan dan
olahraga.
5. Terwujudnya pemberdayaan dan
kelestarian budaya daerah.
6. Menumbuhkembangkan nilai-
nilai budaya Ngada yang religius
ke dalam etika bermasyarakat
dan bernegara.
7. Menguatnya nilai-nilai
musyawarah dan mufakat dalam
menyelesaikan konflik yang
timbul dalam hidup
bermasyarakat dan bernegara.
8. Meningkatnya fasilitas dan
pemberdayaan potensi ekonomi
kerakyatan sektor perdagangan,
industri serta koperasi dan UKM.
6. Meningkatkan
penyelenggaraan
pemerintah yang
efisien, efektif,
bersih dan
demokratis dengan
mengutamakan
pelayanan prima
kepada
masyarakat

1. Meningkatkan kualitas
pelayanan publik.
2. Mewujudkan tata
kelola kepemerintahan
yang baik (good
governance).
3. Meningkatkan
kehidupan demokrasi,
ketentraman dan
ketertiban masyarakat
1. Meningkatnya kemampuan dan
profesionalisme aparatur
pemerintah.
2. Meningkatnya transparansi
informasi pembangunan
daerah.
3. Terwujudnya penyelenggaraan
tata kelola kepemerintahan
yang baik (good governance)
yang ditandai dengan
penyelenggaraan pemerintah
yang bebas korupsi, kolusi dan
nepotisme.
4. Meningkatnya tertib
administrasi penyelenggaraan
pemerintahan.
6. Meningkatkan kualitas
kehidupan demokrasi dan politik
local
7. Meningkatkan ketentraman dan
ketertiban masyarakat



VI-1

BAB VI
STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

Dalam mewujudkan Visi dan Misi Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015, maka
perlu dirumuskan strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan, yang
merupakan rencana menyeluruh dan terpadu mengenai upaya-upaya
pembangunan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh komponen
masyarakat. Dengan tema MEMBANGUN NGADA DARI DESA maka Strategi
dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015
seyogyanya berorientasi pada tema pembangunan dimaksud dengan tujuan
mewujudkan visi dan misi daerah.
6.1 STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH
Strategi diperlukan sebagai pedoman yang dibutuhkan dalam
penyelenggaraan tugas-tugas dan fungsi pemerintahan agar terdapat kesatuan
aturan yang ditempuh untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan sesuai visi
dan misi Kabupaten Ngada. Strategi terdiri dari kebijakan dan program yang akan
dijalankan selama lima tahun ke depan dalam merealisasikan tujuan dan sasaran.
Strategi Pemerintah Kabupaten Ngada dalam mencapai tujuan lima tahun ke
depan, dan sasaran tahunannya akan dijabarkan sesuai semangat UU No. 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Strategi utama yang akan ditempuh
Pemerintah Kabupaten Ngada adalah pemanfaatan seluruh sumberdaya daerah
secara efektif, efisien dan ekonomis dengan pendekatan Pemberdayaan Ekonomi
Rakyat dalam mewujudkan tujuan dan sasaran menuju Kabupaten Ngada yang
berbudaya, unggul, mandiri dan sejahtera mulai dari desa tahun 2015.
Pemberdayaan Ekonomi Rakyat difokuskan pada sector pertanian sebagai leading
sector mengingat sector ini berperan penting dalam pembentukan PDRB Kabupaten
Ngada, yakni pada tahun 2009 sektor ini menyumbang 44,85% bagi PDRB
Kabupaten Ngada. Sedangkan sub sector pertanian yang menjadi andalan lima
tahun ke depan adalah peternakan dan hasil-hasilnya (penyumbang 11,90% PDRB
tahun 2009), tanaman bahan makanan (penyumbang 22,11% PDRB tahun 2009),
VI-2

Tanaman Perkebunan Rakyat (penyumbang 9,21% PDRB tahun 2009) dan
Perikanan (penyumbang 0,34% PDRb pada tahun 2009).
Selain pada sector leading pendekatan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat juga
diterapkan pada sector-sektor penunjang lainnya seperti pariwisata, perdagangan
dan industry serta sector jasa yang melibatkan peran serta masyarakat.
Sesuai dengan pengertian dan sifatnya, suatu strategi diperlukan untuk
meminilisasi sejumlah resiko kegagalan pencapaian visi dan misi. Strategi
pembangunan daerah Kabupaten Ngada terjabarkan sebagai berikut:

6.1.1 MISI PERTAMA : Meningkatkan kemampuan ekonomi daerah yang bertumpu
pada sektor pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata berbasis pedesaan
yang berwawasan lingkungan dicapai dengan strategi berikut :
a. Peningkatan kesejahteraan petani, nelayan, peningkatan pemasaran hasil
produksi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.
b. Peningkatan ketahanan pangan daerah dan peningkatan hasil produksi
pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
c. Penerapan teknologi pertanian/perkebunan dan peternakan, pencegahan
dan penanggulangan penyakit
d. Pengembangan destinasi, pemasaran, pariwisata berbasis masyarakat
dan kemitraan.
e. Mengembangkan agribisnis, agroindustri dan agrowisata di perdesaan
f. Peningkatan kualitas kelembagaan koperasi, UMKM perdesaan dan
Pengembangan IKM
g. Melaksanakan peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dan
kesempatan kerja.
h. Pengelolaan Potensi unggulan masyarakat dan pengembangan kemitraan
i. Pemberdayaan kelompok-kelompok usaha masyarakat
j. Menyelenggarakan pembangunan ekonomi daerah yang merata dengan
pendekatan wilayah dan lingkungan
k. Meningkatkan kualitas pemanfaatan ruang

6.1.2 MISI KEDUA : Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat
dan sumber daya manusia yang cerdas, trampil kreatif, inovatif, produktif dan
memiliki etos kerja yang tinggi dapat dicapai dengan strategi berikut :
VI-3

a. Pengembangan materi pendidikan/ kurikulum berbasis kompetensi
b. Pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan jumlah dan
mutu pendidik dan tenaga kependidikan
c. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan formal (dasar, menengah
dan tinggi) dan non formal
d. Pengembangan pendidikan keterampilan dan teknologi tepat guna
e. Peningkatan aksesibiltas terhadap pelayanan dan sarana prasarana
pendidikan serta ilmu pengetahuan bagi dan oleh semua masyarakat
f. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun

6.1.3 MISI KETIGA : Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan
sebagai landasan pengembangan kualitas sumber daya manusia dicapai
dengan strategi berikut :
a. Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan sarana dan prasarana
Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Jaringannya
b. Pemerataan dan perluasan akses dan jangkauan sarana pelayanan
kesehatan
c. Standarisasi pelayanan kesehatan
d. Revitalisasi program KB dan pembinaan peran serta masyarakat dalam
pelayanan KB/KR
e. Meningkatkan upaya promosi kesehatan dan preventif
f. Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak, perbaikan dan
peningkatan suplemntasi gizi masyarakat dan pengembangan lingkungan
sehat
g. Pelaksanaan pelatihan dan pendidikan formal/non formal bagi tenaga
kesehatan serta membangun kemitraan dengan penyedia jasa/provider
kesehatan lainnya.

6.1.4 MISI KEEMPAT : Membangun sarana, prasarana wilayah dan investasi
daerah melalui kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak
swasta maupun kerjasama regional dan internasional yang dicapai melalui
strategi berikut :
VI-4

a. Peningkatan pembangunan sarana dan prasarana pendukung seperti
pelabuhan laut dan udara, ketersediaan energi, telekomunikasi dan air
baku
b. Mewujudkan pemerataan infrastruktur bidang pekerjaan umum dan
infrastruktur ekonomi
c. Pengendalian dan pengamanan lalu lintas
d. Pemantapan regulasi investasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang
baik bagi pengembangan potensi investasi daerah dan Pengembangan
investasi berbasis potensi dan karakteristik local
e. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru
f. Pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menegah yang
berorientasi pasar dan pengembangan jaringan kemitraan dunia usaha.
g. Peningkatan promosi dan kerjasama investasi

6.1.5 MISI KELIMA : Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana
social serta memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik,
budaya, keagamaan dan olahraga di masyarakat yang dicapai dengan
strategi berikut :
a. Pencegahan dini dan penanggulanan korban bencana melalui
rekonstruksi dan rehabilitasi pasca bencana
b. Pengembangan resolusi konflik berbasis masyarakat dan budaya
c. Pemberdayaan dan penggalangan partisipasi perempuan dan anak di
perdesaan
d. Pemberdayaan dan pengembangan peranserta pemuda berbasis potensi
dan kompetensi
e. Pengembangan kekayaan dan keragaman budaya daerah
f. Pengembangan nilai budaya
g. Revitalisasi dan penguatan kelembagaan hukum adat dan
pengembangan kemitraan serta pemeliharaan ketrantibmas dan
pencegahan.
h. Pengembangan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menegah yang
berorientasi pasar dan pengembangan jaringan kemitraan dunia usaha.

VI-5

6.1.6 MISI KEENAM : Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang efisien,
efektif, bersih dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima
kepada masyarakat yang dicapai dengan strategi berikut :
a. Pengembangan kinerja pemerintah daerah dan pengembangan system
pelayanan prima kepada masyarakat.
b. Kerjasama informasi dan komunikasi dengan media massa.
c. Penciptaan Birokrasi yang berkompeten, bersih dan tidak KKN melalui:
Pengembangan data, informasi dan statistik daerah dan pengembangan
kinerja pemerintah daerah serta peningkatan system pengawasan internal
dan pengendalian pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah.
d. Pengembangan system pelayanan dan penataan administrasi
kepegawaian secara terpadu.
e. Peningkatan Pendidikan politik bagi masyarakat
f. Peningkatan pemberatasan penyakit masyarakat (PEKAT) dan
peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga dan memlihara
ketentraman dan ketertiban umum.

6.2 ARAH KEBIJAKAN

Visi, Misi dan Strategi Pembangunan Daerah Pemerintah Kabupaten Ngada
lebih lanjut diimplemenasikan dalam Arah Kebijakan dan Program Pembangunan
Daerah, yang digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan RKPD Kabupaten
Ngada, Renstra SKPD dan KUA PPAS. Untuk menjabarkan strategi maka
diperlukan arah kebijakan agar dapat menjadi pedoman bagi pemerintah maupun
pemangku kepentingan dalam melaksanakan pembangunan serta sebagai dasar untuk
menentukan indikasi program sesuai tugas dan kewenangannya. Kebijakan
pembangunan merupakan arahan agar tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
tepat sasaran dan efektif.
Kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Ngada diarahkan
untuk mencapai setiap tujuan dan misi yang ada melalui program-program yang
ditetapkan secara spesifik menurut urusan pemerintahan daerah. Penjabaran arah
kebijakan daerah lima tahun ke depan untuk mewujudkan setiap misi adalah:

VI-6

6.2.1 MISI PERTAMA : Meningkatkan kemampuan ekonomi daerah yang bertumpu
pada sektor pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata berbasis pedesaan
dan berwawasan lingkungan.
Arah kebijakan:
a. Pemberdayaan ekonomi masyarakat perdesaan dan perkotaan
b. Peningkatan produksi, produktifitas dan mutu hasil pertanian, perkebunan,
peternakan dan perikanan melalui intensifikasi , ekstensiikasi dan
diversifikasi
c. Peningkatan produksi, produktifitas dan mutu hasil pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan dan perikanan melalui intensifikasi , ekstensiikasi
dan diversifikasi
d. Penataan obyek daya tarik wisata (ODTW) dan manajemen pengelolaan
berbasis masyarakat
e. Pemberdayaan Ekonomi Rakyat.
f. Penguatan kelembagaan dan modal usaha koperasi, usaha mikro, kecil
dan menegah di perdesaan.
g. Peningkatan kualitas tenaga kerja dan pembukaan lapangan kerja
h. Pengembangan komoditas unggulan local yang berorientasi pasar
i. Pengembangan usaha dengan kepastian informasi pasar dan kemudahan
perijinan
j. Pengurangan luas lahan kritis dan pengelolaan pertambangan yang
ramah lingkungan
k. Penataan ruang dan pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan
dengan menyiapkan semua Rencana Tata Ruang sesuai persyaratan
undang-undang

6.2.2 MISI KEDUA: Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat
dan sumber daya manusia yang cerdas, terampil, kreatif, inovatif, produktif,
dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan nilai rata-rata Ujian Akhir Berstandar Nasional, jumlah tingkat
kelulusan pada semua jenjang pendidikan dan peningkatan budi pekerti.
b. Perluasan dan Pemerataan kesempatan belajar bagi semua komponen
masyarakat
VI-7

c. Perbaikan dan penyebaran sarana pendidikan baik fomal maupun non
formal
d. Peningkatan kualitas, keterampilan dan daya saing siswa kejuruan agar
siap bekerja serta membuka akses informasi pendidikan serta ilmu
pengetahuan bagi semua komponen masyarakat .
e. Pemerataan kesempatan belajar bagi semua komponen masyarakat.
f. Peningkatan rerata lama sekolah dan pengurangan jumlah anak didik
yang putus sekolah.

6.2.3 MISI KETIGA: Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan
sebagai landasan pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Arah Kebijakan:
a. Pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana kesehatan
diprioritaskan pada daerah terpencil dan sulit diakses serta peningkatan
ketersediaan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan
b. Pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringanya secara gratis bagi
seluruh rakyat melalui Jamkesmas dan JKMN
c. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan serta
pencegahan/penanggulangan penakit menular.
d. Menyelaraskan kebijakan pembangunan dengan pembangunan
kependudukan dan KB
e. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
f. Pemantapan pelaksanaan Revolusi KIA (pengurangan kematian ibu dan
bayi baru lahir, balita dan peningkatan umur harapan hidup) dan
pengembangan upaya kesehatan berbasis masyarakat dan kemitraan
g. Meningkatan jumlah dan mutu tenaga medis dan paramedis






VI-8

6.2.4 MISI KEEMPAT: Membangun sarana, prasarana wilayah dan investasi
daerah melalui kerjasama antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak
swasta maupun kerjasama regional dan internasional.

Arah Kebijakan:
a. Penyiapan potensi sumberdaya, sarana dan prasarana penunjang
b. Penerapan keseimbangan wilayah dalam pembangunan infrastruktur,
merencanakan permukiman yang konsisten, nyaman dan asri, serta
pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
c. Pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan agar terciptanya
keselamatan dan tertib lalu lintas orang, barang dan jasa.
d. Peningkatan iklim investasi dan realisasi investasi
e. Pendayagunaan produk penataan ruang wilayah dan kota untuk
pengendalian pembangunan yang berwawasan lingkungan
f. penguatan kelembagaan dan modal usaha mikro, kecil dan menegah
berbasis potensi local di perdesaan dan membuka akses pasar bagi dunia
usaha.
g. Sinkronisasi pusat dan daerah serta pihak swasta dalam penyelenggaraan
investasi bagi pembangunan daerah.

6.2.5 MISI KELIMA: Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana
social serta memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik,
budaya, keagamaan dan olahraga di masyarakat.
Arah Kebijakan:
a. Pengembangan mitigasi bencana mulai dari peringatan dini (early warning
system), tanggap darurat dan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana
b. Peningkatan peranserta masyarakat dalam menangani konflik serta
peningkatan perlindungan perempuan dan anak dari tindak kekerasan dan
diskriminasi.
c. Membuka ruang partisipasi perempuan dan anak dalam pengambilan
keputusan dan kebijakan pembangunan daerah
d. Membuka ruang partisipasi pemuda dalam pembangunan dan olahraga
e. Pengembangan kemitraan dan pelestarain serta pengembangan
kelembagaan adat berbasis masyarakat
VI-9

f. Pengembangan kelembagaan local berbasis masyarakat dan
Pengembangan wawasan kebangsaan
g. Mendorong partisipasi lembaga pemangku adat dalam penyelesaian
konflik
h. Penguatan kelembagaan dan modal usaha mikro, kecil dan menegah
serta koperasi berbasis potensi local di perdesaan dan membuka akses
pasar bagi dunia usaha.

6.2.6 MISI KEENAM: Meningkatkan penyelenggaraan pemerintah yang efisien,
efektif, bersih dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima
kepada masyarakat.
Arah Kebijakan:
a. Peningkatan sumberdaya aparatur dan penyediaan sarana dan prasarana
pelayanan kemasyarakatan
b. Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan informasi kepada
masyarakat
c. Peningkatan basis data, akses dan frekuensi informasi penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dan peningkatan
fungsi pengawasan dan penegakan aturan serta peningkatan kemanidirian
keuangan yang bersumber dari PAD
d. Peningkatan system pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan
kebijakan dan penataan kelembagaan daerah sesuai analisis beban kerja
serta peningkatan kualitas administrasi pemerintahan desa
e. Mendorong partisipasi Partai Politik dalam melakukan pendidikan politik
kepada masyarakat
f. Pemantapan tertib hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan, peningkatan fungsi
pengawasan dan penegakan aturan/hukum dan pendayagunaan PERDA
dalam perijinan

Secara ringkas rumusan tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan
pelaksanaan visi dan misi daerah Kabupaten Ngada dapat dilihat pada tabel berikut :

VI-10

Tabel 6.1
Strategi dan Arah Kebijakan Kabupaten Ngada
Visi: TERWUJUDNYA MASYARAKAT NGADA YANG BERBUDAYA, UNGGUL,
MANDIRI DAN SEJAHTERA BERLANDASKAN ETOS KERJA YANG TINGGI DAN
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN.
Misi 1: Meningkatkan kemampuan ekonomi daerah yang bertumpu pada sektor
pertanian, agrobisnis, koperasi dan pariwisata berbasis pedesaan yang
berwawasan lingkungan
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1. Tujuan 1.1:
Menggerakkan
seluruh potensi
ekonomi
masyarakat
dengan
bertumpu pada
sektor
pertanian,
agrobisnis,
koperasi dan
pariwisata.
1. Meningkatnya
usaha ekonomi
produktif
masyarakat di
daerah pedesaan
dan perkotaan
1. Peningkatan
kesejahteraan
petani, nelayan,
dan peningkatan
pemasarana hasil
produksi
pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
peternakan dan
perikanan.
1. Pemberdayaan
ekonomi masyarakat
perdesaan dan
perkotaan
2. Meningkatnya
ketersediaan dan
ketahanan pangan
daerah.
2. Peningkatan
ketahanan
pangan daerah
dan peningkatan
hasil produksi
pertanian,
perkebuanan,
peternakan dan
perikanan.
2. Peningkatan
produksi, produktifitas
dan mutu hasil
pertanian,
perkebunan,
peternakan dan
perikanan melalui
intensifikasi ,
ekstensiikasi dan
diversifikasi
3. Meningkatnya
pengembangan
dan pengelolaan
potensi pertanian,
perkebunan,
perikanan,
peternakan dan
kehutanan melalui
pengembangan
agrobisnis dan
agroindustri.
3. Penerapan
teknologi
pertanian,
perkebunan dan
peternakan,
pencegahan dan
penanggulangan
penyakit
3. Peningkatan
produksi, produktifitas
dan mutu hasil
pertanian,
perkebunan,
kehutanan,
peternakan dan
perikanan melalui
intensifikasi ,
ekstensiikasi dan
diversifikasi
4. Meningkatnya
pengembangan
potensi pariwisata
daerah baik wisata
alam, budaya,
agrowisata
maupun wisata
buatan.
4. Pengembangan
destinasi,
pemasaran,
pariwisata
berbasis
masyarakat dan
kemitraan.
5. Penataan obyek daya
tarik wisata (ODTW)
dan manajemen
pengelolaan berbasis
masyarakat
VI-11


1 Tujuan 1.2:
Meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi lokal
berbasis
pedesaan
1. Terwujudnya
pemberdayaan
masyarakat
pedesaan.
1. Mengembangkan
agribisnis,
agroindustri dan
agrowisata.
1. Pemberdayaan
Ekonomi Rakyat.
2. Meningkatnya
kualitas dan
kuantitas koperasi
dan UMKM
perdesaan
2. Peningkatan
kualitas
kelembagaan
koperasi, UMKM
perdesaan dan
Pengembangan
IKM
2. Penguatan
kelembagaan dan
modal usaha
koperasi, usaha
mikro, kecil dan
menegah di
perdesaan.
2 Tujuan 1.3:
Meningkatkan
pendapatan
dan daya beli
masyarakat.

1. Meningkatnya
partisipasi
angkatan kerja dan
menurunnya angka
pengangguran
terbuka.
1. Melaksanakan
peningkatan
kualitas dan
produktivitas
tenaga kerja dan
kesempatan
kerja.
1. Peningkatan kualitas
tenaga kerja dan
pembukaan lapangan
kerja
2. Meningkatnya
daya saing produk-
produk unggulan
masyarakat
2. Pengelolaan
Potensi unggulan
masyarakat dan
pengembangan
kemitraan
2. Pengembangan
komoditas unggulan
local yang
berorientasi pasar
3. Meningkatnya
potensi
sumberdaya
perdagangan dan
jasa.
3. Pemberdayaan
kelompok-
kelompok usaha
masyarakat
3. Pengembangan
usaha dengan
kepastian informasi
pasar dan
kemudahan perijinan
3 Tujuan 1.4:
Meningkatkan
pembangunan
ekonomi yang
berwawasan
lingkungan
1. Terwujudnya
kelestarian
lingkungan hidup
dalam menghadapi
pemanasan global.
1. Menyelenggaraka
n pembangunan
ekonomi daerah
yang merata
dengan
pendekatan
wilayah dan
lingkungan
1. Pengurangan luas
lahan kritis dan
pengelolaan
pertambangan yang
ramah lingkungan
2. Meningkatnya
daya dukung dan
daya tampung
lingkungan hidup
serta nilai tambah
dalam
pemanfaatan
sumber daya alam
2. Meningkatkan
kulaitas
pemanfaatan
ruang
2. Penataan ruang dan
pemanfaatan ruang
yang berwawasan
lingkungan dengan
menyiapkan semua
Rencana Tata Ruang
sesuai persyaratan
undang-undang









VI-12

Misi 2: Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat dan sumber daya
manusia yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif, produktif dan memiliki budi
pekerti dan etos kerja yang tinggi
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1. Tujuan 2.1:
Mendorong
Peningkatkan
sumber daya
manusia
melalui jalur
pendidikan
formal maupun
non formal.
1. Meningkatnya
mutu dan relevansi
pendidikan
1. Pengembangan
materi
pendidikan/
kurikulum
berbasis
kompetensi
1. Peningkatan nilai
rata-rata Ujian Akhir
Berstandar Nasional,
jumlah tingkat
kelulusan pada
semua jenjang
pendidikan dan budi
pekerti.
2. Tersedianya
sumber daya
manusia yang
cerdas, trampil,
kreatif, inovatif dan
produktif.
2. Pengembangan
sumber daya
manusia melalui
peningkatan
jumlah dan mutu
pendidik &
tenaga
kependidikan
2. Perluasan dan
Pemerataan
kesempatan belajar
bagi semua
komponen
masyarakat.
3. Meningkatnya
aksesibilitas
terhadap
pelayanan dan
sarana prasarana
pendidikan
3. Peningkatan
sarana &
prasarana
pendidikan formal
(dasar,
menengah &
tinggi) & non
formal
3. Perbaikan dan
penyebaran sarana
pendidikan baik fomal
maupun non formal
2. Tujuan 2.2:
Meningkatkan
penguasaan
ilmu
pengetahuan
dan teknologi
1. Terwujudnya
pembangunan
manusia berbasis
IPTEK dan Etos
kerja yang tinggi.

1. Pengembangan
pendidikan
keterampilan dan
teknologi tepat
guna
1. Peningkatan kualitas,
keterampilan &daya
saing siswa kejuruan
agar siap bekerja
serta membuka akses
informasi pendidikan
serta ilmu
pengetahuan bagi
semua komponen
masyarakat .
3. Tujuan 2.3:
Mewujudkan
penyelenggara
an pendidikan
secara
berkeadilan
(distributive dan
atributif)
1. Terwujudnya
pendidikan yang
merata bagi
masyarakat.
1. peningkatan
aksesibiltas
terhadap
pelayanan &
sarana prasarana
pendidikan, ilmu
pengetahuan
bagi dan oleh
semua komponen
masyarakat
1. Pemerataan
kesempatan belajar
bagi semua
komponen
masyarakat.
2. Terwujudnya
tuntas wajib belajar
pendidikan dasar
2. Penuntasan
Wajib Belajar
Pendidikan Dasar
9 Tahun
2. Peningkatan rerata
lama sekolah dan
pengurangan jumlah
anak didik yang putus
sekolah.
VI-13

Misi 3: Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan sebagai landasan
pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1. Tujuan 3.1:
Meningkatkan
jaringan, mutu
dan akses
pelayanan
kesehatan.
1. Meningkatnya
ketersediaan
sarana dan
prasarana
kesehatan.

1. Pengadaan,
Peningkatan dan
Perbaikan sarana
dan prasarana
Puskesmas,
Puskesmas
Pembantu dan
Jaringannya
1. Pembangunan dan
perbaikan sarana dan
prasarana kesehatan
diprioritaskan pada
daerah terpencil dan
sulit diakses serta
peningkatan
ketersediaan dan
keterjangkauan obat
dan perbekalan
kesehatan
2. Meningkatnya
akses masyarakat
ke fasilitas
kesehatan
2. Pemerataan dan
perluasan akses
dan jangkauan
sarana
pelayanan
kesehatan
2. Pelayanan kesehatan
di Puskesmas dan
jaringanya secara
gratis bagi seluruh
rakyat melalui
Jamkesmas dan
JKMN
3. Terwujudnya
standar pelayanan
minimal kesehatan
3. Standarisasi
pelayanan
kesehatan
3. Peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan
dan
pensegahan/penangg
ulangan penyakit
menular.
4. Meningkatnya
akses pelayanan
Keluarga
Berencana.
4. Revitalisasi
program KB dan
pembinaan peran
serta masyarakat
dalam pelayanan
KB/KR.
4. Menyelaraskan
kebijakan
pembangunan
dengan
pembangunan
kependudukan & KB.
2. Tujuan 3.2:
Meningkatkan
jaminan
kesehatan bagi
seluruh
masyarakat
1. Meningkatnya
derajat kesehatan
masyarakat dan
perilaku hidup
sehat.
1. Meningkatkan
upaya promosi
kesehatan dan
prefentif
1. Promosi kesehatan
kesehatan dan
pemberdayaan
masyarakat
2. Meningkatnya
derajat
kesejahteraan
keluarga.
2. Peningkatan
keselamatan ibu
melahirkan dan
anak, perbaikan
dan peningkatan
suplemntasi gizi
masyarakat dan
pengembangan
lingkungan sehat
2. Pemantapan
pelaksanaan Revolusi
KIA (pengurangan
kematian ibu dan bayi
baru lahir, balita dan
peningkatan umur
harapan hidup) dan
pengembangan
upaya kesehatan
berbasis masyarakat
dan kemitraan.
3. Tujuan 3.3:
Meningkatkan
1. Tersedianya
sumber daya
1. Pelaksanaan
pelatihan dan
1. Meningkatan jumlah
dan mutu tenaga
VI-14

ketersediaan
sumber daya
kesehatan yang
memadai.
kesehatan di
semua tingkatan
pelayanan
kesehatan.
pendidikan
formal/non formal
bagi tenaga
kesehatan serta
membangun
kemitraan
dengan penyedia
jasa/provider
kesehatan
lainnya.
medis dan paramedis
Misi 4: Membangun sarana, prasarana wilayah dan investasi daerah melalui kerjasama
antar daerah, kerjasama daerah dengan pihak swasta maupun kerjasama
regional dan internasional
Tujuan Sasaran
1. Tujuan 4.1:
Meningkatkan
kuantitas dan
kualitas sarana,
prasarana
wilayah dan
investasi
daerah.


1. Tersedianya
sarana dan
prasarana daerah
untuk mendukung
investasi.
1. Peningkatan
pembangunan
sarana dan
prasarana
pendukung
seperti
pelabuhan laut
dan udara,
ketersediaan
energi,telekomuni
kasi dan air baku.
1. Penyiapan potensi
sumberdaya, sarana
dan prasarana
penunjang
2. Tersedianya
infrastruktur bidang
pekerjaan umum
dan infrastruktur
ekonomi
2. Mewujudkan
pemerataan
infrastruktur
bidang pekerjaan
umum dan
infrastruktur
ekonomi
2. Penerapan
keseimbangan
wilayah dalam
pembangunan
infrastruktur,
merencanakan
permukiman yang
konsisten, nyaman
dan asri, serta
pembangunan dan
pemeliharaan sarana
dan prasarana.
3. Terwujudnya
kelancaran
transportasi dalam
menunjang
mobilitas ekonomi.
3. Pengendalian
dan pengamanan
lalu lintas.
3. Pembangunan
prasarana dan
fasilitas perhubungan
agar terciptanya
keselamatan dan
tertib lalu lintas orang,
barang dan jasa.
2. Tujuan 4.2:
Terwujudnya
iklim investasi
dan semangat
wirausaha.

1. Meningkatnya
penanaman modal
bagi
pengembangan
potensi unggulan
daerah.

1. Pemantapan
regulasi investasi
dan
penyelenggaraan
pemerintahan
yang baik bagi
pengembangan
potensi investasi
1. Peningkatan iklim
investasi dan realisasi
investasi
VI-15

daerah dan
Pengembangan
investasi berbasis
potensi dan
karakteristik lokal
2. Terwujudnya
pembangunan
pusat-pusat
pertumbuhan
ekonomi baru.
2. Pembangunan
pusat-pusat
pertumbuhan
ekonomi baru
2. Pendayagunaan
semua produk
penataan ruang
wilayah dan kota
untuk pengendalian
pembangunan yang
berwawasan
lingkungan
3. Tujuan 4.3:
Meningkatkan
kerjasama
antar daerah,
kerjasama
daerah dengan
pihak swasta
maupun
kerjasama
regional dan
internasional.

1. Meningkatnya
usaha produksi
barang dan jasa
yang dilakukan
oleh masyarakat
berskala kecil dan
menengah yang
berorientasi pasar.
1. Pengembangan
dan
pemberdayaan
usaha mikro,
kecil dan
menegah yang
berorientasi
pasar dan
pengembangan
jaringan
kemitraan dunia
usaha.
1. penguatan
kelembagaan dan
modal usaha mikro,
kecil dan menegah
berbasis potensi local
di perdesaan dan
membuka akses
pasar bagi dunia
usaha.
2. Meningkatnya
pertumbuhan
investasi melalui
pola kemitraan
yang sejajar.
2. Peningkatan
promosi dan
kerjasama
investasi
2. Sinkronisasi pusat
dan daerah serta
pihak swasta dalam
penyelenggaraan
investasi bagi
pembangunan daerah
Misi 5: Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana sosial serta
memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya,
keagamaan dan olahraga di masyarakat.
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1. Tujuan 5.1:
Melindungi
keberlanjutan
kehidupan
sosial, ekonomi
dan budaya
masyarakat.

1. Terwujudnya
keamanan dan
ketenangan
lingkungan
kehidupan
masyarakat dari
ancaman bencana.
1. Pencegahan dini
dan
penanggulanan
korban bencana
melalui
rekonstruksi dan
rehabilitasi pasca
bencana
1. Pengembangan mitigasi
bencana mulai dari
peringatan dini (early
warning system),
tanggap darurat dan
rehabilitasi dan
rekonstruksi pasca
bencana
2. Meningkatnya
penanganan
permasalahan
sosial
2. Pengembangan
resolusi konflik
berbasis
masyarakat dan
budaya
2. Peningkatan
peranserta
masyarakat dalam
menangani konflik
serta Peningkatan &
perlindungan
perempuan dan anak
dari tindak kekerasan
dan diskriminasi.
VI-16

2. Tujuan 5.2:
Pemberdayaan
kelembagaan
sosial,
ekonomi,
politik, budaya,
olahraga dan
keagamaan di
masyarakat.

1. Terwujudnya
pemberdayaan
perempuan dan
perlindungan anak.

1. Pemberdayaan
dan
penggalangan
partisipasi
perempuan dan
anak di
perdesaan
1. Membuka ruang
partisipasi
perempuan dan anak
dalam pengambilan
keputusan dan
kebijakan
pembangunan daerah
2. Meningkatnya
peran pemuda
dalam
pembangunan dan
olahraga.

2. Pemberdayaan
dan
pengembangan
peransera
pemuda berbasis
potensi dan
kompetensi
2. Membuka ruang
partisipasi pemuda
dalam pembangunan
dan olahraga
3. Terwujudnya
pemberdayaan
dan kelestarian
budaya daerah.

3. Pengembangan
kekayaan dan
keragaman
budaya daerah
3. Pengembangan
kemitraan dan
pelestarian dan
pengembangan
kelembagaan adat
berbasis masyarakat

4. Menumbuhkemban
gkan nilai-nilai
budaya Ngada
yang religius ke
dalam etika
bermasyarakat dan
bernegara.
4. Pengembangan
nilai budaya
4. Pengembangan
kelembagaan lokal
berbasis masyarakat
dan Pengembangan
wawasan
kebangsaan
5. Menguatnya nilai-
nilai musyawarah
dan mufakat dalam
menyelesaikan
konflik yang timbul
dalam hidup
bermasyarakat dan
bernegara.
5. Revitalisasi dan
penguatan
kelembagaan
hukum adat dan
pengembangan
kemitraan serta
pemeliharaan
ketrantibmas dan
pencegahan.
5. Mendorong
partisipasi lembaga
pemangku adat
dalam penyelesaian
konflik dan
3. Tujuan 5.3:
Menggerakkan
seluruh potensi
kelembagaan di
masyarakat
dengan
bertumpu pada
pengembangan
potensi
unggulan
daerah.




1. Meningkatnya
fasilitas dan
pemberdayaan
potensi ekonomi
kerakyatan sektor
perdagangan,
industri serta
koperasi dan UKM.
1. Pengembangan
dan
pemberdayaan
usaha mikro,
kecil dan
menegah yang
berorientasi
pasar dan
pengembangan
jaringan
kemitraan dunia
usaha.
1. Penguatan
kelembagaan dan
modal usaha mikro,
kecil dan menegah
dan koperasi berbasis
potensi local di
perdesaan dan
membuka akses
pasar bagi dunia
usaha.
VI-17

Misi 6: Meningkatkan penyelenggaraa pemerintah yang efisien, efektif, bersih dan
demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat.
Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan
1. Tujuan 6.1:
Meningkatkan
kualitas
pelayanan
publik.


1. Meningkatnya
kemampuan dan
profesionalisme
aparatur
pemerintah.
1. Pengembangan
kinerja
pemerintah
daerah dan
pengembangan
system
pelayanan prima
kepada
masyarakat
1. Peningkatan
sumberdaya aparatur
dan penyediaan
sarana dan prasrana
pelayanan
kemasyarakatan
2. Meningkatnya
transparansi
informasi
pembangunan
daerah.
2. Kerjasama
informasi dan
komunikasi
dengan media
massa
2. Meningkatkan
jangkauan dan mutu
pelayanan informasi
kepada masyarakat
2. Tujuan 6.2:
Mewujudkan
tata kelola
kepemerintaha
n yang baik
(good
governance).
1. Terwujudnya
penyelenggaraan
tata kelola
kepemerintahan
yang baik (good
governance) yang
ditandai dengan
penyelenggaraan
pemerintah yang
bebas korupsi,
kolusi dan
nepotisme.
1. Penciptaan
Birokrasi yang
berkompeten,
bersih dan tidak
KKN melalui:
Pengembangan
data, informasi
dan statistic
daerah dan
pengembangan
kinerja
pemerintah
daerah dan
peningkatan
system
pengawasan
internal dan
pengendalian
pelaksanaan
kebijakan
pemerintah
daerah
1. Peningkatan basis
data, akses dan
frekuensi informasi
penyelenggaraan
pemerintahan,
pembangunan dan
kemasyarakatan dan
peningkatan fungsi
pengawasan dan
penegakan aturan
serta peningkatan
kemanidirian
keuangan yang
bersumber dari PAD
2. Meningkatnya
tertib administrasi
penyelenggaraan
pemerintahan.
2. Pengembangan
system
pelayanan dan
Penataan
administrasi
kepegawaian
secara terpadu
2. Peningkatan system
pengawasan internal
dan pengendalian
pelaksanaan
kebijakan dan
penataan
kelembagaan daerah
sesuai analisis beban
kerja serta
peningkatan kualitas
administrasi
pemerintahan desa

VI-18

3. Tujuan 6.3:
Meningkatkan
kehidupan
demokrasi,
ketentraman
dan ketertiban
masyarakat
1. Meningkatkan
kualitas kehidupan
demokrasi dan
politik local
1. Peningkatan
Pendidikan politik
bagi masyarakat
1. Mendorong
partisipasi Partai
Politik dalam
melakukan
pendidikan politik
kepada masyarakat
2. Meningkatkan
ketentraman dan
ketertiban
masyarakat
2. Peningkatan
pemberatasan
penyakit
masyarakat
(PEKAT) dan
peningkatan
kesadaran
masyarakat
dalam menjaga
dan memlihara
ketentraman dan
ketertiban umum.
2. Pemantapan tertib
hukum dalam
penyelenggaraan
pemerintahan,
pembangunan dan
pelayanan
kemasyarakatan ,
peningkatan fungsi
pengawasan dan
penegakan
aturan/hukum dan
pendayagunaan
PERDA dalam
perijinan







VII-1

BAB VII
KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Untuk mencapai Visi dan Misi Daerah Kabupaten Ngada lima tahun
mendatang perlu adanya kebijakan yang merupakan arah/tindakan yang diambil dan
diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Ngada. Kebijakan tersebut lebih lanjut
diimplementasikan melalui berbagai program pembangunan daerah yang
merupakan instrumen kebijakan, yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh
SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Ngada. Sejumlah kebijakan dan
program sebagai tindak lanjut berbagai strategi yang dirumuskan untuk mewujudkan
sasaran dan tujuan adalah tergambar secara berurutan berdasarkan urusan wajib
dan pilihan dalam tabel 7.1 (lihat lampiran table 7.1). Secara Umum Program
Pembangunan Daerah dalam masa lima tahun kedepan berdasarkan Misi
Pembangunan dan SKPD Penangung Jawab adalah sebagai berikut:
Program dan SKPD Penanggung Jawab berdasarkan Misi Pembangunan
No PROGRAM SKPD
Penanggungjawab
Misi 1 Meningkatkan Kemampuan Ekonomi Daerah yang Bertumpu pada Sektor
Pertanian, Agribisnis, Koperasi dan Pariwisata berbasis Pedesaan yang
Berwawasan Lingkungan
1 Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan Dinas Kehutanan
2 Penertiban Industri Hasil Hutan Dinas Kehutanan
3 Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan Dinas Kehutanan
4 Rehabilitasi hutan dan lahan Dinas Kehutanan
5 Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Dinas Kehutanan
6 Peningkatan Kesejahteraan Petani Dinas P3
7 Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian /
perkebunan
Dinas P3
8 Peningkatan Pemasaran hasil produksi Peternakan Dinas P3
9 Peningkatan Ketahanan Pangan Dinas P3
10 Peningkatan produksi pertanian / perkebunan Dinas P3
11 Peningkatan hasil produksi peternakan Dinas P3
12 Penerapan teknologi pertanian/perkebunan Dinas P3
13 Pencegahan dan penanggulangan penyakit ternak Dinas P3
14 Penerapan teknologi peternakan Dinas P3
VII-2

15 Pengembangan Perikanan Tangkap DKP
16 Pengembangan Budidaya perikanan DKP
17 Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat pesisir DKP
18 Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan DKP
19 Optimalisasi Pengelolaan Dan Pemasaran Produksi
Perikanan
DKP
20 Pengembangan kawasan budidaya laut, air payau dan air
tawar
DKP
21 Pemberdayaan masyarakat dalam pengawasan dan
pengendalian sumber daya kelautan
DKP
22 Peningkatan mitigasi bencana laut dan perkiraan iklim laut DKP
23 Peningkatan kegiatan budaya kelautan dan wawasan
maritime kepada masyarakat
DKP
24 Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi Dinkop.UM.PP
25 Penciptaan Iklim usaha UMKM yang kondusif Dinkop.UM.PP
26 Pengembangan sistim pendukung usaha bagi UMKM Dinkop.UM.PP
27 Pengembangan kewirausahaan dan keunggulan kompetitif
UMKM
Dinkop.UM.PP
28 Pengembangan Sentra-sentra Industri Potensial Dinkop.UM.PP
29 Peningkatan IPTEK Sistem Produksi Dinkop.UM.PP
30 Pengembangan IKM Dinkop.UM.PP
31 Perlindungan Konsumen Dinkop.UM.PP
32 Peningkatan dan Pengembangan Ekspor Dinkop.UM.PP
33 Pembinaan Pedagang kaki Lima dan Asongan Dinkop.UM.PP
34 Peningkatan efisiensi perdagangan dalam negri Dinkop.UM.PP
35 Peningkatan kesejahteraan petani BP3KP
36 Peningkatan ketahanan pangan BP3KP
37 Peningkatan sarana dan prasarana aparatur BP3KP
38 Pemberdayaan penyuluhan pertanian / perkebunan
lapangan
BP3KP
39 Pengembangan Kinerja Pengelolahan Persampahan BLH
40 Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan BLH
41 Pengendalian dan konservasi SDA BLH
42 Peningkatan pengendalian polusi BLH
43 Pengelolahan Ruang Terbuka Hijau BLH
44 Peningkatan Kualitas dan akses informasi SDA dan LH BLH
45 Pengembangan pemasaran pariwisata PPKI
46 Pengembangan destinasi pariwisata PPKI
47 Pengembangan Kemitraan PPKI
48 Pengawasan dan penertiban kegiatan rakyat yang
berpotensi merusak lingkungan
ESDM
49 Pembinaan dan Pengawasan bidang pertambangan ESDM
50 Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja SOSNAKERTRANS
VII-3

51 Perlindungan dan Pengembangan Lembaga
Ketenagakerjaan
SOSNAKERTRANS
52 Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan BPMPD-PP
53 Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam membangun
Desa
BPMPD-PP
54 Mengintensifkan Penanganan Pengaduan Masyarakat BPMPD-PP
55 Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam membangun
Desa
BPMPD-PP
56 Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan BPMPD-PP
57 Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan BPMPD-PP
58 Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku BPMPD-PP
59 Pemberdayaan Komunitas Perumahan BPMPD-PP
60 Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan BPMPD-PP
61 Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan BPMPD-PP
Misi 2


Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat dan sumber
daya manusia yang cerdas, trampil, kreatif, inovatif, produktif dan memiliki
etos kerja yang tinggi
1 Pembinaan dan Pemasyarakatan Olah Raga Adm. Kesra
2 Pendidikan Anak Usia Dini DINAS PKPO
3 Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun DINAS PKPO
4 Pendidikan menengah DINAS PKPO
5 Pengangkatan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan DINAS PKPO
6 Peningkatan mutu Pendidik dan tenaga Kependidikan: DINAS PKPO
7 Pengembangan Budaya Baca PERPUSDA
8 Pembinaan dan peningkatan Kapasitas Perpustakaan PERPUSDA
9 Penyelamatan dan pelestarian koleksi perpustakaan PERPUSDA
Misi 3 Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan sebagai landasan
pengembangan kualitas sumber daya manusia.
1 Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana Dan
Prasarana Puskesmas, Puskesmas Pembantu Dan
Jaringannya
DINKES
2 Pengadaan Peningkatan Sarana dan Prasarana RS RSUD
3 Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS RSUD
4 Obat dan Perbekalan Kesehatan DINKES
5 Upaya Kesehatan Masyarakat DINKES
6 Pelayanan Kesehatan Miskin DINKES
7 Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan RSUD
8 Pengawasan Obat dan Makanan DINKES
9 Peningkatan Pelayanan kesehatan lansia DINKES
10 Pengembangan Obat Asli Indonesia DINKES
11 Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat DINKES
12 Pengembangan Lingkungan sehat DINKES
VII-4

13 Perbaikan Gizi Masyarakat DINKES
14 Peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak DINKES
15 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Balita DINKES
16 Peningkatan Kapasitas sumber daya aparatur DINKES
17 Pencegahan dan penanggulangan penyakit menular DINKES
18 Keluarga Berencana KCS
19 Kesehatan Reproduksi Remaja KCS
20 Pelayanan Kontrasepsi KCS
21 Pembinaan PeranSerta masyarakat dalam Pelayanan
KB/KR
KCS
22 Promosi Kesehatan Ibu, Bayi KCS
23 Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling
KRR
DINKES
24 Peningkatan Penanggulangan Narkoba/PMS termasuk
HIV/AIDS
DINKES
25 Pengembangan Bahan Informasi tentang Pengasuhan dan
Pembinaan Tumbuh kembang anak
DINKES
Misi 4 Membangun Sarana, Prasarana Wilayah dan Investasi Daerah melalui
Kerjasama antar Daerah, Kerjasama dengan Pihak Swasta maupun
Kerjasama Regional dan Internasional
1 Penyiapan Potensi Sumber Daya,Sarana dan Prasarana
daerah
BPM
2 Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi BPM
3 Peningkatan Promosi dan Kerjasama Investasi BPM
4 Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan fasilitas
LLAJ
P2KI
5 Peningkatan pelayanan angkutan P2KI
6 Pembangunan sarana dan prasarana perhubungan P2KI
7 Pengendalian dan pengamanan lalu lintas P2KI
8 Peningkatan kelayakan pengoperasian kendaraan bermotor P2KI
9 Pengembangan saranan dan prasaranan pelayanan jasa
angkutan
P2KI
10 Pembangunan prasarana dan fasilitas perhubungan P2KI
11 Pembangunan jalan dan jembatan PU
12 Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan dan jembatan PU
13 Inspeksi kondisi jalan dan jembatan PU
14 Peningkatan sarana dan sarana kebinamargaan PU
15 Pengembangan dan Pengelolahan jaringan irigasi, rawa
serta jaringan pengairan lainnya
PU
16 Pembangunan infrastruktur perdesaan PU
17 Pengembangan dan Pengelolahan jaringan irigasi, rawa
serta jaringan pengairan lainnya
PU
18 Pengembangan perumahan PU
19 Lingkungang sehat perumahan PU
20 Pengelolahan areal pemakaman PU
VII-5

21 Pengembangan Wilayah Transmigrasi Sosnakertrans
22 Transmigrasi Lokal Sosnakertrans
23 Pembinaan dan Pengembangan bidang ketenagalistrikan ESDM
Misi 5 Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana social serta
memperkuat kapasitas kelembagaan sosial, ekonomi, politik, budaya,
keagamaan dan olahraga di masyarakat
1 Pencegahan Dini dan Penanggulangan Bencana BPBD
2 Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil
(KAT), dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
Lainnya
Sosnakertrans
3 Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Sosial Sosnakertrans
4 Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial Sosnakertrans
5 Pembinaan eks Penyandang Penyakit Sosial (Eks
Narapidana, PSK, Narkoba dan Penyakit Sosial Lainnya)
Sosnakertrans
6 Pembinaan Anak Terlantar, Pembinaan Panti Asuhan/Panti
Jompo, Pembinaan Para Penyandang, Cacat dan Trauma
Sosnakertrans
7 Pengembangan Nilai Budaya Dinas PKPO
8 Pengelolaan Kekayaan Budaya Dinas PKPO
9 Pengelolaan Keragaman Budaya Dinas PKPO
10 Pengembangan Kerjasama Dinas PKPO
11 Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan
Perempuan
BPMPD-PP
12 Penguatan Kelembagaan PUG dan Anak BPMPD-PP
13 Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan
dan anak
BPMPD-PP
14 Peningkatan Peran Serta Anak dan Kesetaraan Gender
dalam dan pembangunan
BPMPD-PP
15 Penguatan Kelembagaan Pengarusutamaan Gender dan
Anak
BPMPD-PP
16 Peningkatan peran Serta kepemudaan Dinas PKPO
17 Peningkatan upaya penumbuhan kewirausahaan dan
kecakapanhidup pemuda
Dinas PKPO
18 Pengembangan kebijakan dan manajemen olahraga Dinas PKPO
19 Pembinaan dan pemasyarakatan olahraga Dinas PKPO
20 Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga Dinas PKPO
21 Peningkatan Pemberantasan Penyakit masyarakat
(PEKAT)
BADAN
KESBANGLINMAS
22 Peningkatan Pendidikan Politik Masyarakat BADAN
KESBANGLINMAS
23 Pengembangan Wawasan kebangsaan BADAN
KESBANGLINMAS
24 Kemitraan pengembangan kebangsaan BADAN
KESBANGLINMAS




VII-6

Misi 6 Meningkatkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Efisien, efektif, bersih
dan demokratis dengan mengutamakan pelayanan prima kepada
masyarakat.
1 Peningkatan Kualitas Kelembagaan APU
2 Peningkatan pengembangan system pelaporan capaian
kinerja dan keuangan
APU
Bagian Organisasi
3 Penataan Daerah Otonomi Baru APU
BPMPD-PP
4 Peningkatan system pengawasan internal dan
pengendalaian pelaksanaan kebijakan KDH
APU
PPKAD
Inspektorat
Bagian Hukum
5 Peningkatan pelayanan kedinasan kepala daerah / wakil
kepala daerah
APU
Bagian Umum
6 Bantuan Rehabilitasi Rumah Ibadah Administrasi Kesra
7 Fasilitasi Peningkatan SDM Bidang Komunikasi dan
Informasi,
Administrasi
Kemasyarakatan
PPKI
8 Kerjasama Informasi dan Komunikasi dengan Media Masa Adm.
Kemasyarakatan
PPKI
9 Penataan Peraturan Perundang-undangan Bag. Hukum
BPMPD-PP
10 Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Bag. Organisasi
BKDIKLAT
POL PP
PPKAD, dll
11 Peningkatan Disiplin Aparatur Bagian Umum
12 Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan
Daerah
Bagian Umum
13 Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat
Daerah
Setwan
14 Peningkatan kapasitas pengelolaan keuangan daerah PPKAD
15 Peningkatan kapasitas pengelaolaan keuangan dan asset
daerah
PPKAD
16 Penataan, Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah
PPKAD
17 Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan
aparatur Pengawasan
Inspektorat
18 Pembinaan dan Pengembangan Aparatur BKDIKLAT
19 Pendidikan Kedinasan BKDIKLAT
20 Fasilitasi Pindah/ Purna Tugas BKDIKLAT
21 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Semua SKPD
22 Pengembangan komunikasi informasi dan media massa PPKI
23 Fasilitas peningkatan SDM bidang informasi dan
komunikasi
PPKI
24 Pengembangan komunikasi informasi dan media massa PPKI
25 Penataan Administrasi Kependudukan KCS
26 Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Desa BPMPD-PP
VII-7

27 Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa BPMPD-PP
28 Pemeliharaan Ketrantibmas dan pencegahan tindakan
kriminal
POL PP
29 peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan POL PP
30 Peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan
pembangunan daerah
BAPPEDA
31 Perencanaan pembangunan daerah BAPPEDA
32 Perencanaan Pembangunan ekonomi BAPPEDA
33 Koordinasi Perencanaan sosial budaya BAPPEDA
34 Koordinasi Perencanaan bidang fisik dan prasarana BAPPEDA
35 Perencanaan wilayah dan sumber daya air BAPPEDA
36 Pengembangan data dan informasi BAPPEDA
37 Perencanaan tata ruang BAPPEDA
PU

VIII-1

BAB VIII
INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Ngada Tahun 2010-2015 terimplementasikan melalui berbagai jenis program yang
mencerminkan kebutuhan yang mendesak. Sejumlah program tersebut tidak
seluruhnya dapat dipenuhi, mengingat keterbatasan potensi, dana, tenaga, dan
kemampuan manajerial. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemilahan guna
tersusunnya program prioritas yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar
masyarakat dan pencapaian keadilan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Ngada
Tahun 2010-2015 memuat program prioritas yang terkelompokkan dalam dua
dimensi pembangunan yaitu pembangunan manusia dan pendukung pembangunan
manusia. Dimensi pembangunan manusia mencakup program-program prioritas
pembangunan lingkup pendidikan, kesehatan dan pemberdayaan ekonomi
kerakyatan. Sedangkan dimensi pendukung pembangunan manusia meliputi
program-program prioritas pembangunan lingkup pengelolaan data/informasi,
perencanaan pembangunan partisipatif, kerja sama antar daerah, kesejahteraan
sosial, pembangunan infrastruktur wilayah dan penanggulangan bencana serta
kepemerintahan yang baik.
Program-program prioritas tersebut akan diukur pada akhir periode
perencanaan dengan membandingkan indikator kinerja pada akhir periode
perencanaan dengan indikator kinerja pada awal periode perencanaan, Program
prioritas tersebut juga membutuhkan pendanaan yang proporsional sesuai tingkat
urgensi dan kemendesakan. Secara garis besar, struktur anggaran belanja daerah
terpilah menjadi belanja tidak langsung dan belanja langsung. Komponen belanja
tidak langsung meliputi : (a) belanja pegawai, (b) belanja bunga, (c) belanja hibah,
(d) belanja bantuan sosial, (e) belanja bagi hasil, (f) belanja bantuan keuangan, dan
(g) belanja tidak terduga. Sementara komponen belanja langsung adalah belanja
pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal yang melekat pada setiap
kegiatan sebagai pelaksanaan atas program-program prioritas. Dalam konteks ini
kebutuhan pendanaan lebih dititikberatkan pada pengalokasian anggaran belanja
VIII-2

untuk program-program prioritas yang merupakan bagian dari belanja langsung.
Dengan demikian, besarnya anggaran untuk masing-masing program prioritas
diperoleh dari total anggaran belanja daerah setelah dikurangi belanja tidak
langsung. Proyeksi alokasi anggaran untuk masing-masing program prioritas
berdasarkan urutan urusan wajib dan pilihan dapat dilihat pada tabel 8.1 (lihat
lampiran table .8.1)
RENCANA PROGRAM BERDASARKAN URUSAN DAN MISI PEMBANGUNAN
No
BIDANG URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM RPIORITAS
URUSAN
WAJIB
PROGRAM
URUSAN
PILIHAN
PROGRAM
Misi
1
Meningkatkan Kemampuan Ekonomi Daerah yang Bertumpu pada Sektor Pertanian, Agribisnis, Koperasi dan
Pariwisata berbasis Pedesaan yang Berwawasan Lingkungan
1
Koperasi &
UMKM
Program Peningkatan Kualitas
Kelembagaan Koperasi
Kehutanan
Pemanfaatan Potensi Sumber Daya
Hutan
2
Koperasi &
UMKM
Penciptaan Iklim usaha UMKM
yang kondusif
Kehutanan Penertiban Industri Hasil Hutan
3
Koperasi &
UMKM
Pengembangan sistim pendukung
usaha bagi UMKM
Kehutanan
Perlindungan dan Konservasi Sumber
Daya Hutan
4
Koperasi &
UMKM
Pengembangan kewirausahaan
dan keunggulan kompetitif UMKM
Kehutanan Rehabilitasi hutan dan lahan
5
Ketahanan
Pangan
Peningkatan kesejahteraan petani Kehutanan
Peningkatan Sarana dan Prasarana
Aparatur
6
Ketahanan
Pangan
Peningkatan ketahanan pangan Pertanian Peningkatan Kesejahteraan Petani
7
Ketahanan
Pangan
Peningkatan sarana dan
prasarana aparatur
Pertanian
Peningkatan pemasaran hasil produksi
pertanian / perkebunan
8
Ketahanan
Pangan
Pemberdayaan penyuluhan
pertanian / perkebunan lapangan
Pertanian
Peningkatan Pemasaran hasil produksi
Peternakan
9
Lingkungan
Hidup
Pengembangan Kinerja
Pengelolahan Persampahan
Pertanian Peningkatan Ketahanan Pangan
10
Lingkungan
Hidup
Pengendalian Pencemaran dan
Perusakan Lingkungan
Pertanian
Peningkatan produksi pertanian /
perkebunan
11
Lingkungan
Hidup
Pengendalian dan konservasi
SDA
Pertanian Peningkatan hasil produksi peternakan
12
Lingkungan
Hidup
Peningkatan pengendalian polusi Pertanian
Penerapan teknologi
pertanian/perkebunan
13
Lingkungan
Hidup
Pengelolahan Ruang Terbuka
Hijau
Pertanian
Pencegahan dan penanggulangan
penyakit ternak
14
Lingkungan
Hidup
Peningkatan Kualitas dan akses
informasi SDA dan LH
Pertanian Penerapan teknologi peternakan
15 Ketenagakerjaan
Peningkatan Kualitas dan
Produktivitas Tenaga Kerja
Kelautan dan
Perikanan
Pengembangan Perikanan Tangkap
16 Ketenagakerjaan
Perlindungan dan Pengembangan
Lembaga Ketenagakerjaan
Kelautan dan
Perikanan
Pengembangan Budidaya perikanan
VIII-3

17
Pemberdayaan
Masyarakat &
Desa
Peningkatan Keberdayaan
Masyarakat Perdesaan
Kelautan dan
Perikanan
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
pesisir
18
Pemberdayaan
Masyarakat &
Desa
Peningkatan Partisipasi
Masyarakat Dalam membangun
Desa
Kelautan dan
Perikanan
Pengembangan Sistem Penyuluhan
Perikanan
19
Pemberdayaan
Masyarakat &
Desa
Mengintensifkan Penanganan
Pengaduan Masyarakat
Kelautan dan
Perikanan
Optimalisasi Pengelolaan Dan
Pemasaran Produksi Perikanan
20
Pemberdayaan
Masyarakat &
Desa
Peningkatan Partisipasi
Masyarakat Dalam membangun
Desa
Kelautan dan
Perikanan
Pengembangan kawasan budidaya
laut, air payau dan air tawar
21
Pemberdayaan
Masyarakat &
Desa
Peningkatan Keberdayaan
Masyarakat Perdesaan
Kelautan dan
Perikanan
Pemberdayaan masyarakat dalam
pengawasan dan pengendalian
sumber daya kelautan
22
Pemberdayaan
Masyarakat &
Desa
Pengembangan Lembaga
Ekonomi Pedesaan
Kelautan dan
Perikanan
Peningkatan mitigasi bencana laut dan
perkiraan iklim laut
23
Pemberdayaan
Masyarakat &
Desa
Penyediaan dan Pengelolaan Air
Baku
Kelautan dan
Perikanan
Peningkatan kegiatan budaya kelautan
dan wawasan maritime kepada
masyarakat
28
Pemberdayaan
Masyarakat &
Desa
Pemberdayaan Komunitas
Perumahan
Perindustrian
Pengembangan Sentra-sentra Industri
Potensial
29
Pemberdayaan
Masyarakat &
Desa
Peningkatan Keberdayaan
Masyarakat Perdesaan
Perindustrian Peningkatan IPTEK Sistem Produksi
30
Pemberdayaan
Masyarakat &
Desa
Pengembangan Lembaga
Ekonomi Pedesaan
Perindustrian Pengembangan IKM
31

Perdagangan Perlindungan Konsumen
32

Perdagangan
Peningkatan dan Pengembangan
Ekspor
33

Perdagangan
Pembinaan Pedagang kaki Lima dan
Asongan
34

Perdagangan
Peningkatan efisiensi perdagangan
dalam negri
35

Pariwisata Pengembangan pemasaran pariwisata
36

Pariwisata Pengembangan destinasi pariwisata
37

Pariwisata Pengembangan Kemitraan
38

ESDM
Pengawasan dan penertiban kegiatan
rakyat yang berpotensi merusak
lingkungan
39

ESDM
Pembinaan dan Pengawasan bidang
pertambangan
Misi
2
Mendorong pengembangan kualitas pendidikan masyarakat dan sumber daya manusia yang cerdas, trampil,
kreatif, inovatif, produktif dan memiliki etos kerja yang tinggi
1 Adm. Kesra
Pembinaan dan Pemasyarakatan
Olah Raga


2 DINAS PKPO Pendidikan Anak Usia Dini

VIII-4

3 DINAS PKPO
Belajar Pendidikan Dasar 9
Tahun


4 DINAS PKPO Pendidikan menengah

5 DINAS PKPO
Pengangkatan Tenaga Pendidik
dan Tenaga Kependidikan


6 DINAS PKPO
Peningkatan mutu Pendidik dan
tenaga Kependidikan:


7 PERPUSDA Pengembangan Budaya Baca

8 PERPUSDA
Pembinaan dan peningkatan
Kapasitas Perpustakaan


9 PERPUSDA
Penyelamatan dan pelestarian
koleksi perpustakaan


Misi
3
Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan sebagai landasan pengembangan kualitas sumber
daya manusia.
1 DINKES
Pengadaan, Peningkatan dan
Perbaikan Sarana Dan Prasarana
Puskesmas, Puskesmas
Pembantu Dan Jaringannya


2 RSUD
Pengadaan Peningkatan Sarana
dan Prasarana RS


3 RSUD
Pemeliharaan Sarana dan
Prasarana RS


4 DINKES Obat dan Perbekalan Kesehatan

5 DINKES Upaya Kesehatan Masyarakat

6 DINKES Pelayanan Kesehatan Miskin

7 RSUD
Kemitraan Peningkatan
Pelayanan Kesehatan


8 DINKES Pengawasan Obat dan Makanan

9 DINKES
Peningkatan Pelayanan
kesehatan lansia


10 DINKES
Pengembangan Obat Asli
Indonesia


11 DINKES
Promosi Kesehatan dan
Pemberdayaan Masyarakat


12 DINKES
Pengembangan Lingkungan
sehat


13 DINKES Perbaikan Gizi Masyarakat

14 DINKES
Peningkatan keselamatan ibu
melahirkan dan anak


15 DINKES
Peningkatan Pelayanan
Kesehatan Balita


16 DINKES
Peningkatan Kapasitas sumber
daya aparatur


17 DINKES
Pencegahan dan
penanggulangan penyakit
menular


VIII-5

18 KCS Keluarga Berencana

19 KCS Kesehatan Reproduksi Remaja

20 KCS Pelayanan Kontrasepsi

21 KCS
Pembinaan PeranSerta
masyarakat dalam Pelayanan
KB/KR


22 KCS Promosi Kesehatan Ibu, Bayi

23 DINKES
Pengembangan Pusat Pelayanan
Informasi dan Konseling KRR


24 DINKES
Peningkatan Penanggulangan
Narkoba/PMS termasuk
HIV/AIDS


25 DINKES
Pengembangan Bahan Informasi
tentang Pengasuhan dan
Pembinaan Tumbuh kembang
anak


Misi
4
Membangun Sarana, Prasarana Wilayah dan Investasi Daerah melalui Kerjasama antar Daerah, Kerjasama
dengan Pihak Swasta maupun Kerjasama Regional dan Internasional
1
Penanaman
Modal
Penyiapan Potensi Sumber
Daya,Sarana dan Prasarana
daerah
Ketransmigrasi
an
Pengembangan Wilayah Transmigrasi
2
Penanaman
Modal
Peningkatan Iklim Investasi dan
Realisasi Investasi
Ketransmigrasi
an
Transmigrasi Lokal
3
Penanaman
Modal
Peningkatan Promosi dan
Kerjasama Investasi
ESDM
Pembinaan dan Pengembangan bidang
ketenagalistrikan
4 Perhubungan
Rehabilitasi dan Pemeliharaan
Prasarana dan fasilitas LLAJ


5 Perhubungan Peningkatan pelayanan angkutan

6 Perhubungan
Pembangunan sarana dan
prasarana perhubungan


7 Perhubungan
Pengendalian dan pengamanan
lalu lintas


8 Perhubungan
Peningkatan kelayakan
pengoperasian kendaraan
bermotor


9 Perhubungan
Pengembangan saranan dan
prasaranan pelayanan jasa
angkutan


10 Perhubungan
Pembangunan prasarana dan
fasilitas perhubungan


11
Pekerjaan
Umum
Pembangunan jalan dan
jembatan


12
Pekerjaan
Umum
Rehabilitasi/Pemeliharaan jalan
dan jembatan


13
Pekerjaan
Umum
Inspeksi kondisi jalan dan
jembatan


14
Pekerjaan
Umum
Peningkatan sarana dan sarana
kebinamargaan


VIII-6

15
Pekerjaan
Umum
Pengembangan dan
Pengelolahan jaringan irigasi,
rawa serta jaringan pengairan
lainnya


16
Pekerjaan
Umum
Pembangunan infrastruktur
perdesaan


17
Pekerjaan
Umum
Pengembangan dan
Pengelolahan jaringan irigasi,
rawa serta jaringan pengairan
lainnya


18
Pekerjaan
Umum
Pengembangan perumahan

19
Pekerjaan
Umum
Lingkungang sehat perumahan

20
Pekerjaan
Umum
Pengelolahan areal pemakaman

Misi
5
Menanggulangi bencana alam, non alam dan atau bencana social serta memperkuat kapasitas kelembagaan
sosial, ekonomi, politik, budaya keagamaan dan olahraga di masyarakat
1
Kesatuan
Bangsa &
Politik Dalam
Negeri
Pencegahan Dini dan
Penanggulangan Bencana


2 Sosial
Pemberdayaan Fakir Miskin,
Komunitas Adat Terpencil (KAT),
dan Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial Lainnya


3 Sosial
Pelayanan dan Rehabilitasi
Kesejahteraan Sosial


4 Sosial
Pemberdayaan Kelembagaan
Kesejahteraan Sosial


5 Sosial
Pembinaan eks Penyandang
Penyakit Sosial (Eks Narapidana,
PSK, Narkoba dan Penyakit
Sosial Lainnya)


6 Sosial
Pembinaan Anak Terlantar,
Pembinaan Panti Asuhan/Panti
Jompo, Pembinaan Para
Penyandang, Cacat dan Trauma


7 Kebudayaan Pengembangan Nilai Budaya

8 Kebudayaan Pengelolaan Kekayaan Budaya

9 Kebudayaan Pengelolaan Keragaman Budaya

10 Kebudayaan Pengembangan Kerjasama

11
Pemberdayaa
n Perempuan
Keserasian Kebijakan
Peningkatan Kualitas Anak dan
Perempuan


12
Pemberdayaa
n Perempuan
Penguatan Kelembagaan PUG
dan Anak


13
Pemberdayaa
n Perempuan
Peningkatan Kualitas Hidup dan
Perlindungan Perempuan dan
anak


14
Pemberdayaa
Peningkatan Peran Serta Anak
dan Kesetaraan Gender dalam


VIII-7

n Perempuan dan pembangunan
15
Pemberdayaa
n Perempuan
Penguatan Kelembagaan
Pengarusutamaan Gender dan
Anak


16
Pemuda dan
Olahraga
Peningkatan peran Serta
kepemudaan


17
Pemuda dan
Olahraga
Peningkatan upaya penumbuhan
kewirausahaan dan
kecakapanhidup pemuda


18
Pemuda dan
Olahraga
Pengembangan kebijakan dan
manajemen olahraga


19
Pemuda dan
Olahraga
Pembinaan dan pemasyarakatan
olahraga


20
Pemuda dan
Olahraga
Peningkatan Sarana dan
Prasarana Olahraga


21
Kesatuan
Bangsa &
Politik Dalam
Negeri
Peningkatan Pemberantasan
Penyakit masyarakat (PEKAT)


22
Kesatuan
Bangsa &
Politik Dalam
Negeri
Peningkatan Pendidikan Politik
Masyarakat


23
Kesatuan
Bangsa &
Politik Dalam
Negeri
Pengembangan Wawasan
kebangsaan


24
Kesatuan
Bangsa &
Politik Dalam
Negeri
Kemitraan pengembangan
kebangsaan


Misi
6
Meningkatkan Penyelenggaraan Pemerintahan yang Efisien, efektif, bersih dan demokratis dengan
mengutamakan pelayanan prima kepada masyarakat.
1
Otonomi
Daerah,
Pemerintahan
Umum,
Administrasi
Keuangan
Daerah,
Perangkat
Daerah,
Kepegawaian
dan Persadian
Peningkatan Kualitas
Kelembagaan


2
Peningkatan pengembangan
system pelaporan capaian kinerja
dan keuangan


4
Peningkatan system pengawasan
internal dan pengendalaian
pelaksanaan kebijakan KDH


5
Peningkatan pelayanan
kedinasan kepala daerah / wakil
kepala daerah


6
Bantuan Rehabilitasi Rumah
Ibadah


11 Peningkatan Disiplin Aparatur

12
Peningkatan dan Pengembangan
Pengelolaan Keuangan Daerah


13
Peningkatan Kapasitas Lembaga
Perwakilan Rakyat Daerah


VIII-8

14
Peningkatan kapasitas
pengelolaan keuangan daerah


15
Peningkatan kapasitas
pengelaolaan keuangan dan
asset daerah


16
Penataan, Penguasaan,
Pemilikan, Penggunaan dan
Pemanfaatan Tanah


17
Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Pemeriksa dan aparatur
Pengawasan


18
Pembinaan dan Pengembangan
Aparatur


19 Pendidikan Kedinasan

20 Fasilitasi Pindah/ Purna Tugas

21
Program Pelayanan Administrasi
Perkantoran


3
APU
BPMPD-PP
Penataan Daerah Otonomi Baru

7
Administrasi
Kemasyarakat
an PPKI
Fasilitasi Peningkatan SDM
Bidang Komunikasi dan
Informasi,


8
Adm.
Kemasyarakat
an PPKI
Kerjasama Informasi dan
Komunikasi dengan Media Masa


9
Bag. Hukum
BPMPD-PP
Penataan Peraturan Perundang-
undangan


10
Bag.
Organisasi
BKDIKLAT
POL PP
PPKAD
Peningkatan Kapasitas Sumber
Daya Aparatur


22
Komunikasi &
Informasi
Pengembangan komunikasi
informasi dan media massa


23
Komunikasi &
Informasi
Fasilitas peningkatan SDM
bidang informasi dan komunikasi


24
Komunikasi &
Informasi
Pengembangan komunikasi
informasi dan media massa


25
Kependuduka
n dan Catatan
Sipil
Penataan Administrasi
Kependudukan


26
Pemberdayaa
n Masyarakat
& Desa
Pembinaan dan Fasilitasi
Pengelolaan Keuangan Desa


27
Pemberdayaa
n Masyarakat
& Desa
Peningkatan Kapasitas Aparatur
Pemerintah Desa


28 Kesatuan
Bangsa &
Pemeliharaan Ketrantibmas dan


VIII-9

Politik Dalam
Negeri
pencegahan tindakan kriminal
29
Kesatuan
Bangsa &
Politik Dalam
Negeri
peningkatan keamanan dan
kenyamanan lingkungan


30
Perencanaan
Pembanguna
n
Peningkatan kapasitas
kelembagaan perencanaan
pembangunan daerah


31
Perencanaan
Pembanguna
n
Perencanaan pembangunan
daerah


32
Perencanaan
Pembanguna
n
Perencanaan Pembangunan
ekonomi


33
Perencanaan
Pembanguna
n
Koordinasi Perencanaan sosial
budaya


34
Perencanaan
Pembanguna
n
Koordinasi Perencanaan bidang
fisik dan prasarana


35
Perencanaan
Pembanguna
n
Perencanaan wilayah dan sumber
daya air


36
Perencanaan
Pembanguna
n
Pengembangan data dan
informasi


37
Penataan
Ruang
Perencanaan tata ruang

















IX-1

BAB IX
PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH
Penetapan indikator kinerja daerah Kabupaten Ngada bertujuan untuk
memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala
daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan. Hal ini ditunjukan
dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap
tahun atau indikator capaian yang bersifat mandiri setiap tahun sehingga kondisi
kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai.
Suatu indikator kinerja daerah dapat dirumuskan berdasarkan hasil analisis
pengaruh dari satu atau lebih indikator capaian kinerja program (outcome) terhadap
tingkat capaian indikator kinerja daerah berkenaan. Penetapan indikator kinerja
daerah selanjutnya disajikan dalam tabel 9.1 sebagai berikut:

KONDISI KINERJA
PADA AWAL PERIODE
RPJMD
TAHUN 0 (2010) TAHUN1 (2011) TAHUN 2 (2012) TAHUN 3 (2013) TAHUN 4 (2014) TAHUN 5 (2015)
1 3 4 5 6 7 8 9
I ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
1 PDRB Kabupaten Ngada 422,606,819,480 422,606,819,480 443,948,463,864 466,367,861,289 489,919,438,284 514,660,369,917 514,660,369,917
2 Pendapatan Perkapita 2,827,978 2,908,547 2,991,413 3,076,639 3,164,294 3,254,445 3,254,445
3 Tenaga Kerja dan Pengangguran
- Angkatan Kerja 68129 68981 69843 70716 71600 72495 72495
- Yang bekerja 65429 66397 67380 68377 69389 70416 70416
- Menganggur 2700 2583 2463 2339 2211 2079 2079
4 Struktur Ekonomi
- Sektor Primer 47.02 46.98 46.94 46.9 46.86 46.82 46.78
- Sektor Sekunder 11.55 11.51 11.47 11.43 11.39 11.35 11.31
- Sekunder Tersier 41.42 41.5 41.58 41.66 41.74 41.82 41.9
II ASPEK PELAYANAN UMUM
1 Pertanian
- Peningkatan Kesejahteraan Petani 15% 25% 35% 45% 55% 65% 65%
- Peningkatan produksi pertanian 4% 9% 14% 19% 25% 30% 30%
- Peningkatan hasil produksi peternakan 5% 10% 15% 20% 25% 30% 30%
2 Perikanan
- Peningkatan produktifitas perikanan tangkap (ton) 4500 4950 5400 5850 6300 6750 7200
3 Kehutanan
- Rehabilitasi hutan dan lahan kritis 61,497 61,297 61,097 60,897 60,697 60,497 60,297
4 Pariwisata
- Peningkatan jumlah kunjungan Wisata 41% 51% 61% 71% 81% 91% 101%
5 Sosial Budaya
5.1 Pendidikan
5.1.1 Angka Partisipasi Kasar (APK):
a. APK SD/MI: 109.20% 108.10% 106.00% 104.00% 103.00% 101.00% 101.00%
b. APK SMP/MTs: 94.56% 95.15% 96.50% 97.00% 98.00% 98.00% 98.00%
c. APK SMA/MA/SMK: 68.89% 72.82% 75.86% 77.69% 82.56% 82.56% 82.56%
5.1.2 Angka Partisipasi Murni (APM)
a. APM SD/MI: 98.00% 98.00% 99.00% 99.50% 99.50% 100.00% 100.00%
b. APM SMP/MTs: 74.52% 76.80% 79.82% 82.28% 84.15% 84.15% 84.15%
c. APM SMA/MA/SMK: 46.58% 48.30% 51.36% 54.89% 62.15% 64.25% 64.25%
5.1.3 Angka putus Sekolah:
a. SD/MI 0.63% 0.52% 0.43% 0.38% 0.28% 0.02% 0.02%
b. SMP/MTs 2.70% 2.60% 2.28% 1.85% 1.28% 0.14% 0.14%
c. SMA/MA/SMK 4.82% 2.93% 2.66% 2.17% 1.60% 0.21% 0.21%
5.1.4 Angka Kelulusan:
a.SD/MI 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
b.SMP/MTs 75% 80% 85% 90% 93% 95% 95%
c.SMA/MA 70% 75% 80% 85% 89% 93% 93%
d. SMK 65% 70% 75% 80% 87% 91% 91%
5.1.5 Angka Melanjutkan sekolah
Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Ngada
NO
ASPEK/FOKUS/INDIKATOR KINERJA
PEMBANGUNAN DAERAH
TARGET CAPAIAN SETIAP TAHUN
KONDISI KINERJA
PADA AKHIR
PERIODE RPJMD
a. Dari SD/MI ke SMP/MTs 99.33% 99.50% 99.75% 100.00% 100.00% 100.00% 100.00%
b. Dari SMP/MTs ke SMA/MA/ SMK 92.05% 93.30% 97.22% 98.76% 98.96% 98.96% 98.96%
5.1.6 Tingkat Penyelesaian Sekolah:
a. Tingkat penyelesaian sekolah SMP/MTs 94.54% 95.41% 96.27% 97.13% 98.00% 98.00% 98.00%
b. Tingkat penyelesaian sekolah SMA/MA 73.14% 77.36% 81.58% 85.80% 90.00% 90.00% 90.00%
c. Tingkat penyelesaian sekolah SMK 64.50% 69.63% 74.76% 79.89% 85.00% 85.00% 85.00%
5.1.7 % guru berkeahlian/ berkompeten (perjenjang
pendidikan):
a. Guru SD/MI yang berkompeten 93.33% 95.90% 96.32% 98.10% 98.56% 98.56% 98.56%
b. Guru SMP/MTs yang berkompeten 74.15% 76.16% 81.54% 83.33% 87.28% 87.28% 87.28%
c. Guru SMA/MA yang berkompeten 81.42% 85.04% 87.26% 89.67% 91.67% 91.67% 91.67%
d. Guru SMK yang berkompeten 64.00% 72.00% 73.33% 81.90% 88.57% 88.57% 88.57%
5.1.8 Rasio jumlah pengunjung perpustakaan dengan
jumlah penduduk:
- Jumlah Pengunjung perpustakaan 4035 3000 3000 3000 3000 3000 3000
5.1.9 Prosentase ketersediaan buku perpustakaan
terhadap kebutuhan :
- Jumlah Judul buku yang tersedia 23394 500 500 500 500 500 500
5.2 Kesehatan
5.2.1 Mortalitas/Angka Kematian:
a. Angka kematian bayi 19/1000 19/1000 19/1000 19/1000 19/1000 19/1000 19/1000
b. Angka kasus kematian ibu 6 5 4 3 2 1 1
5.2.2 Akses dan mutu pelayanan kesehatan: Rasio tenaga
kesehatan dibanding jumlah penduduk
- Rasio Tenaga Dokter umum 17/100.000 penduduk 20 23 25 27 30 30
- Rasio Tenaga Perawat 193/100.000 pddk 194 195 196 197 198 198
- Rasio tenaga Bidan 86/100.000 pddk 89 92 95 98 100 100
- Rasio Dokter Spesialis 0/100.000 pddk 2 4 6 8 9 9
- Rasio Dokter Gigi 2/100.000 pddk 4 6 8 10 11 11
- Apoteker 4/100.000 pddk 5 6 7 9 10 10
- Ahli Kesehatan Masyarakat 33 35 37 38 39 40 40
5.2.3 Fasilitas, Sarana dan Prasarana Kesehatan
- Jumlah Puskesmas yang memadai 3 5 7 8 9 10 10
- Ketersediaan obat esensial di sarkes 135 140 145 150 155 157 157
- Terdistribusinya obat di sarkes dasar 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
- Ketersediaan obat keadaan darurat/KLB 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
- Tersedianya reagen dan bahan habis pakai 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
- Tersedianya vaksin 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
- Annual Parasit Incidence 57/1000 46/1000 35/1000 24/1000 13/1000 4/1000 4/1000
- Penanganan Penderita DBD 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
- Penemuan penderita Diare 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
- Penemuan penderita TBC 33.70% 70% 70% 70% 70% 70% 70%
- AFP Rate 4 2 2 2 2 2 2
- Prevalensi HIV dan AIDS 0.90 0.7 0.6 0.4 0.3 0.2 0.2
- Jumlah Pelacakan kasus penyakit menular
100%
100%
100% 100% 100% 100% 100%
- Cakupan Desa KLB ditangani <24 jam 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
- Jumlah posyandu lansia 23 26 28 31 34 37 37
- Cakupan pelayanan Lansia 21.37 38.5 55.7 72.8 90 90 90
- Cakupan kunjungan rawat jalan 4.05% 15% 15% 15% 15% 15% 15%
- Cakupan kunjungan rawat inap 1.02% 1.50% 1.50% 1.50% 1.50% 1.50% 1.50%
- Cakupan rujukan 100% 100% 100% 100% 100% 100%
- Cakupan penduduk miskin memiliki jaminan
kesehatan
100%
100% 100% 100% 100% 100%
- Cakupan penduduk miskin memanfaatkan sarana
pelayanan kesehatan
100%
100% 100% 100% 100% 100%
- Cakupan penduduk miskin dirujuk ke sarkes strata
2 dan 3
100%
100% 100% 100% 100% 100%
- P4K 46.40% 55.12% 63.84% 72.56% 81.28% 90% 90%
- Cakupan Sarana obat berbahan asli Indonesia yg
memenuhi syarat
7%
19.6%
32.2% 44.8% 57.4% 70% 70%
5.2.4 Status Gizi
- Prefalensi Gizi Buruk Balita 0.2 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1
- Desa mengkonsumsi Garam Yodium 68.1 71.1 74.1 77.1 80 80 80
- ASI Eksklusif 100% 100% 100% 100% 100% 100%
- Cakupan Pemberian PMT Ibu Hamil KEK 78.8 84.1 89.4 94.7 100 100 100
- Jumlah posyandu aktif (purnama dan mandiri) 79 82 85 87 90 90 90
- Jumlah desa siaga aktif 78.7 84.0 89.3 94.7 100 100 100
- Cakupan Desa UCI 74.30% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
5.2.5 Kesehatan Lingkungan
- Cakupan SAB memenuhi syarat 90.57 92.456 94.342 96.228 98.114 100 100
- Jumlah Jaga memenuhi syarat 66.49 71.192 75.894 80.596 85.298 90 90
- Jumlah IRTP memenuhi syarat 65.45 70.36 75.27 80.18 85.09 90 90
- TTU/TPM memenuhi syarat 80.55 82.91 85.28 87.64 90 90 90
5.2.6 Jaminan Kesehatan Masyarakat
- Penduduk miskin yg terjangkau dlm Jamkesmas 56.686 100% 100% 100% 100% 100% 100%
- Cakupan minimal kunjungan pasien rawat inap: 10.25 12.20 14.15 16.10 18.05 20.00 21.95
- Bed Occupancy Rate (BOR) 62.55 64.54 66.53 68.52 70.51 72.50 74.49
- Average Length Of Stay (AvLoS) 4 4.20 4.40 4.60 4.80 5.00 5.20
- Bed Turn Over (BTO) 58.46 55.72 53.04 50.36 47.68 45 42
- Turn Over Interval (TOI) 2.34 2.27 2.20 2.13 2.06 2.00 2.00
- Kematian pasien > 48 jam (NDR) 13.53 11.24 8.95 6.66 4.37 2.08 -0.21
- Gross Death Rate/GDR (Angka Kematian Umum) 33.22 30.86 28.50 26.14 23.78 21.42 19.06
- Pertolongan persalinan melalui sectio cesaria (SC) 24.65 23.72 22.79 21.86 20.93 20.00 19.07
- Jumlah peserta KB Aktif 14,811 13,083 13,175 13,267 13,359 13,452 13,452
III ASPEK DAYA SAING DAERAH
1 Kemampuan Ekonomi
a Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Ngada 5,11% 5,17% 5,23% 5,29% 5,35% 5,41% 5,41%
b Pertumbuhan Ekonomi Sektor Pertanian
- Tanaman Bahan makanan 5.52 6.01 6.5 6.99 7.48 7.97 7.97
- Tanaman Perkebunan 7.83 9.63 11.43 13.23 15.03 16.83 16.83
- Peternakan 4 4.2 4.4 4.6 4.8 5 5
- Kehutanan 3.99 4.14 4.29 4.44 4.59 4.74 4.89
- Perikanan 10.01 10.16 10.31 10.46 10.61 10.76 10.91
c
Pertumbuhan Ekonomi Sektor Perdagangan, Hotel
dan Restoran
- Perdagangan besar dan eceran 7.48 8.01 8.54 9.07 9.6 10.13 10.66
- Hotel 5.33 5.45 5.57 5.69 5.81 5.93 6.05
- Restoran 7.43 8.99 10.55 12.11 13.67 15.23 16.79
d Pertumbuhan Ekonomi Sektor Jasa-Jasa
- Pemerintahan Umum 5.61 5.66 5.71 5.76 5.81 5.86 5.91
- Swasta 4.58 5.08 5.58 6.08 6.58 7.08 7.58
2 Fasilitas Wilayah
- Pembangunan Jalan dan Jembatan 31% 35% 39% 43% 47% 51% 51%
- Pembangunan dan pengembangan Irigasi 11235 m/ha 12,13 m/ha 13,018 m/ha 13,910 m/ha 14,801 m/ha 15,693 m/ha 15,693 m/ha
3 Peningkatan Iklim Investasi 30% 50% 60% 70% 80% 90% 90%
4 Sumberdaya Manusia
- Jumlah Penduduk 142254 145298 148408 151584 154827 158141 158141
5 Tata Ruang
- Pengembangan Data dan Informasi Perencanaan 20% 25% 30% 45% 50% 75% 75%
- Pengawasan pemanfaatan ruang oleh BKPRD 0% 10% 20% 40% 60% 80% 80%
6 Lingkungan Hidup
- Perlindungan dan konservasi sumberdaya alam 50% 55% 60% 65% 70% 75% 75%
- Pengelolaan Ruang terbuka Hijau 15% 20% 25% 30% 35% 40% 40%
X-1

BAB X
PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN
10.1 PEDOMAN TRANSISI
Dalam Rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan menghindarkan
kekosongan rencana pembangunan daerah, Bupati yang sedang memerintah pada
tahun terakhir pemerintahannya diwajibkan menyusun RKPD dan Rancangan
Anggaran dan Belanja Daerah (RAPBD) pada tahun pertama periode Pemerintahan
Bupati berikutnya. Namun demikian, Bupati terpilih pada periode berikutnya tetap
mempunyai ruang gerak yang luas untuk menyempurnakan RPKD dan APBD pada
tahun pertama pemerintahannya melalui mekanisme perubahan APBD
sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang
Keuangan Negara.

10.2 KAIDAH PELAKSANAAN
Dalam rangka pencapaian hasil yang efektif, pelaksanaan program
pembangunan perlu mengacu pada beberapa kaidah. Kaidah-kaidah tersebut yaitu
kaidah penyelenggaraan, kaidah pengendalian dan evaluasi.
10.2.1 Kaidah Penyelenggaraan
1) Sasaran RPJM Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 diarahkan
dan dikendalikan langsung oleh Bupati dan Wakil Bupati Ngada. Dalam
pelaksanaan sehari-hari dibantu oleh Sekretaris Daerah, dan para
pimpinan SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-
masing.
2) Setiap SKPD harus menjabarkan Program Indikatif RPJM Daerah ke
dalam Renstra SKPD masing-masing sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya yang merupakan sasaran kerja SKPD.
3) RPJM Daerah akan digunakan sabagai acuan dalam menyusun RKPD
Kabupaten Ngada.
4) Penguatan peran SKPD dan pihak-pihak yang berkepentingan
(stakeholders) sebagai pelaksana RPJM Daerah dalam upaya pencapaian
sasaran diuraikan dalam program indikatif, selanjutnya harus dijabarkan
X-2

dalam berbagai kegiatan yang dibiayai melalui APBD dan sumber
pembiayaan lainnya.
10.2.2 Pengendalian dan Evaluasi
a. Pengendalian
RPJM Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 dapat dikendalikan
dengan mekanisme sebagai berikut :
Bupati melakukan pengendalian terhadap perencanaan pembangunan
daerah di lingkup kabupaten yang meliputi pengendalian terhadap
kebijakan perencanaan pembangunan daerah dan pelaksanaan rencana
pembangunan daerah.
Pengendalian oleh Bupati dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Bappeda
untuk keseluruhan perencanaan pembangunan daerah, oleh Kepala
SKPD untuk program dan/ atau kegiatan sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya. Pengendalian oleh Bappeda meliputi pemantauan, supervisi
dan tindak lanjut penyimpangan terhadap pencapaian tujuan agar
program dan kegiatan sesuai dengan kebijakan pembangunan daerah.
Pemantauan pelaksanaan program dan/ atau kegiatan oleh SKPD
meliputi realisasi pencapaian target, penyerapan dana, dan kendala yang
dihadapi. Hasil pemantauan program dan/ atau kegiatan disusun dalam
bentuk laporan triwulan untuk disampaikan kepada Bappeda. Kepala
Bappeda melaporkan hasil pemantauan dan supervisi rencana
pembangunan kepada Kepala Daerah, disertai dengan rekomendasi dan
langkah-langkah yang diperlukan.

b. Evaluasi
RPJM Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 dapat dievaluasi
dengan mekanisme sebagai berikut :
Evaluasi terhadap perencanaan pembangunan daerah lingkup
kabupaten, yang meliputi evaluasi terhadap kebijakan perencanaan
pembangunan daerah, pelaksanaan rencana pembangunan daerah, dan
hasil rencana pembangunan daerah, dilakukan oleh Bupati Ngada.
X-3

Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan oleh Bappeda untuk keseluruhan
perencanaan pembangunan daerah dan oleh Kepala SKPD untuk capaian
kinerja pelaksanaan program dan kegiatan SKPD periode sebelumnya.
Evaluasi oleh Bappeda meliputi penilaian terhadap pelaksanaan proses
perumusan dokumen rencana pembangunan daerah, dan pelaksanaan
program dan kegiatan pembangunan daerah.
Hasil evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan
daerah untuk periode berikutnya. Bupati berkewajiban memberikan
informasi mengenai hasil evauasi pelaksanaan pembangunan daerah
kepada masyarakat.
RPJM Daerah Kabupaten Ngada dapat dievaluasi secara umum pada akhir
periode, dan dibuat sebagai evaluasi resmi kinerja tahunan dan lima tahunan
Pemerintah Kabupaten Ngada dalam menjabarkan capaian RPJM Daerah sekaligus
sebagai pertimbangan dalam penyiapan RPJM Daerah periode berikutnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, pelaksanaannya perlu didasarkan atas
prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Transparan yaitu membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan
negara dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi,
golongan, dan rahasia negara.
2. Responsif yaitu dapat mengantisipasi berbagai potensi, masalah dan
perubahan yang terjadi di daerah.
3. Efisien yaitu pencapaian keluaran tertentu dengan masukan terendah atau
masukan terendah dengan keluaran maksimal.
4. Efektif merupakan kemampuan mencapai target dengan sumber daya yang
dimiliki, dengan cara atau proses yang paling optimal.
5. Akuntabel yaitu setiap kegiatan dan hasil akhir dari perencanaan
pembangunan daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
6. Partisipatif merupakan hak masyarakat untuk terlibat dalam setiap proses
tahapan perencanaan pembangunan daerah dan bersifat inklusif terhadap
X-4

kelompok masyarakat rentan termarginalkan, melalui jalur khusus komunikasi
untuk mengakomodasi aspirasi kelompok masyarakat yang tidak memiliki
akses dalam pengambilan kebijakan.
7. Terukur adalah penetapan target kinerja yang akan dicapai dan cara-cara
untuk mencapainya.
8. Berkeadilan adalah prinsip keseimbangan antarwilayah, sektor,
pendapatan,gender dan usia.
9. Berwawasan lingkungan yaitu untuk mewujudkan kehidupan adil dan
makmur tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan yang berkelanjutan
dalam mengoptimalkan manfaat sumber daya alam dan sumber daya
manusia, dengan cara menserasikan aktivitas manusia dengan kemampuan
sumber daya alam yang menopangnya.












IX-1

BAB XI
PENUTUP

RPJMD merupakan pedoman bagi SKPD dalam penyempurnaan rancangan
Renstra SKPD, dalam penyusunan RKPD, penguatan peran serta para pemangku
kepentingan, dan merupakan dasar dalam evaluasi dan pelaporan kinerja hingga
berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah (2010-2015).
RPJMD adalah sebuah dokumen perencanaan yang harus dipatuhi dan
diimplementasi, karena di dalamnya telah ditetapkan secara sadar arah dan tujuan
pembangunan yang hendak dicapai hingga tahun 2015. Untuk itu, semua pejabat
yang terkait dalam birokrasi pemerintah kabupaten, diharapkan untuk mampu
memahami substansi RPJMD ini secara kreatif.
Implementasi dokumen perencanaan ini menuntut adanya koordinasi lintas
instansi atau satuan kerja yang solid, agar tidak terjadi duplikasi dalam pelaksanaan
kegiatan. Pentingnya koordinasi tersebut dapat dipahami juga dari sisi bagaimana
menciptakan efisiensi dalam pelaksanakaan pembangunan. Dalam kondisi di mana
kemampuan keuangan daerah relatif terbatas, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
pada masing-masing instansi harus dikoordinasi sedemikian rupa sehingga dapat
menghilangkan pemborosan keuangan daerah.
Untuk itu perlu ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut :
1. Pemerintah Daerah dan masyarakat termasuk dunia usaha berkewajiban untuk
melaksanakan program program dalam Rencana pembangunan Jangka
Menengah Daerah Tahun 2010-2015 dengan sebaik baiknya;
2. Semua Satuan Kerja Perangkat daerah (SKPD) berkewajiban untuk menyusun
rencana strategis yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program,
dan kegiatan pokok pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD yang
disusun dengan berpedoman pada Rencana pembangunan Jangka Menengah
Daerah tahun 2010-2015 yang nantinya akan menjadi pedoman dalam
menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD);
IX-2

3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah yang disusun harus
menjabarkan visi, misi, dan program Kepala Daerah yang nantinya akan menjadi
pedoman dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah;
4. Pemerintah Daerah berkewajiban menjamin konsistensi antara Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah 2010-2015 dengan Rencana
Strategis (Renstra) Satuan Kerja pemerintah Daerah (SKPD);
5. Dalam rangka meningkatkan efektivitas pelaksanaan Rencana pembangunan
jangka Menengah Daerah tahun 2010-2015, Kepala Bappeda Kabupaten
berkewajiban untuk melakukan pemantauan terhadap penjabaran Rencana
Pembangunan jangka Menengah (RPJM) Daerah ke dalam Rencana Strategis
(Renstra) Satuan Kerja Pemerintah Daera (SKPD).
6. Dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan dan mengisi kekosongan
rencana pembangunan daerah tahun 2016 (Rencana Kerja Pemerintah Daerah
2016) yang diperlukan sebagai pedoman bagi penyusunan Rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2016 serta dengan mengingat waktu
yang sangat sempit bagi Bupati terpilih hasil Pemilihan Umum Tahun 2015 nanti,
untuk menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah
tahun 2010-2015 serta Rencana Kerja pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2016,
maka Pemerintah menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun
2015 sesuai dengan jadwal dengan agenda menyelesaikan masalah-masalah
pembangunan yang belum seluruhnya tertangani sampai dengan tahun 2015 dan
masalah-masalah pembangunan yang akan dihadapi tahun 2016.
7. Selajutnya Bupati Terpilih dan Dewan Perwakilan Rakyat hasil Pemilihan Umum
Tahun 2015 tetap mempunyai ruang gerak yang luas untuk menyempurnakan
Rencana Kerja pemerintah Tahun 2016 dan Rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah Tahun 2015 yang sudah disusun untuk pelaksanaan
pembangunan daerah yang lebih baik.
Demikian Rencana Pembangunan Jangka Menegah (RPJM) Daerah ini
disusun sebagai arah pembangunan yang ingin dicapai daerah kabupaten Ngada
dalam kurun waktu masa bhakti Kepala Daerah terpilih yang disusun berdasarkan
visi, misi dan program Kepala Daerah dimana program dan kegiatan yang
direncanakan sesuai urusan pemerintah yang menjadi batas kewenangan daerah
dengan mempertimbangkan kemampuan/kapasitas keuangan daerah.
IX-3

RPJM Daerah Kabupaten Ngada Tahun 2010-2015 harus dijalankan oleh
pemerintah dan seluruh komponen masyarakat secara bertanggungjawab dan
dilandasi semangat untuk membangun Kabupaten Ngada yang lebih berbudaya,
unggul, mandiri dan sejahtera.

BUPATI NGADA



MARIANUS SAE

Вам также может понравиться