Вы находитесь на странице: 1из 183

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 1

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 2


Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal i
KATA PENGANTAR
Perencanaan program dan kegiatan
pembangunan perkebunan pada periode 2015-
2019 sesuai arahan umum RPJMN 2015-2019
difokuskan pada pencapaian daya saing
kompetitif perekonomian yang berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan sumber
daya manusia berkualitas, oleh karena itu
kebijakan program dan kegiatan Direktorat
Jenderal Perkebunan kedepan harus juga
diarahkan dalam hal pemanfaatan SDA yang efektif dan efisien
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing
komoditi perkebunan serta diiringi oleh peningkatan kapasitas dan
kapabilitas SDM perkebunan.
Kaitan dengan hal tersebut, Direktorat Jenderal Perkebunan
menekankan bahwa pola perencanaan pembangunan perkebunan
berdasarkan prinsip sinergi antara pola top down policy dan bottom
up planning. Dengan pola ini sangat diharapkan bahwa kegiatan
yang dilakukan benar-benar sesuai dengan tujuan nasional,
potensi, kebutuhan dan kesiapan daerah sebagai pelaksananya.
Pada kenyataannya, pola bottom up planning yang selama ini di
adopsi memiliki banyak kelemahan terutama dalam hal proses
pengajuan kegiatan dari daerah (SKPD Provinsi dan
Kabupaten/Kota) yang dilakukan melalui mekanisme manual
proposal.
Pada dasarnya, manual proposal yang selama ini diterapkan
memiliki beberapa kelemahan diantaranya bersifat keproyekan,
hanya berisi daftar keinginan (shopping list), tidak efisien karena
menghabiskan banyak kertas, mudah rusak karena penyimpanan,
kurang tersedianya data dan informasi tentang potensi keunggulan
daerah dan terbatasnya peran pemerintah Pusat dalam
menganalisis kelayakan kegiatan yang diusulkan. Untuk mengatasi
kelemahan tersebut, mekanisme pengajuan usulan kegiatan
dilaksanakan dalam kerangka pelaksanaan reformasi birokrasi
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal ii
yaitu mewajibkan K/L membangun dan mengembangkan sistem
elektronik pemerintah (e-goverment) dengan rencana aksi antara
lain pelaksanaan e-office, e-planning, e-budgetting, e-procurement,
e-performance dan e-audit. Implementasi pelaksanaan e-planning
dalam rangka mengefektifkan dan mengefisienkan pengajuan
usulan kegiatan dari daerah adalah dalam bentuk e-proposal
(elektronik proposal).
Direktorat Jenderal Perkebunan merasa memiliki
kepentingan dan kewajiban di dalam membangun dan
mengembangkan sistem aplikasi e-proposal tersebut karena pada
hakikatnya eksistensi dan kesuksesan pelaksanaan kegiatan
pembangunan perkebunan tidak terjadi dengan sendirinya atau
tidak ditentukan secara general oleh Pusat, namun lahir dari
dinamika proses berbagai aspek pelaksanaan kegiatan di daerah.
Untuk menjembatani pemerintah Pusat dan Daerah dalam hal
perencanaan kegiatan pembangunan perkebunan maka di susunlah
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan
Pembangunan Perkebunan melalui e-Proposal. Pedoman ini
berfungsi sebagai salah satu alat/instrumen untuk kelancaran
penyusunan kegiatan pembangunan perkebunan. Pedoman ini
berupaya mendorong para pengusul kegiatan di daerah untuk
memanfaatkan sebanyak mungkin potensi lokal masing-masing
daerah dalam ruang lingkup pengembangan kawasan/cluster
berbasis komoditas perkebunan. Selain itu, pedoman ini
memberikan masukan kepada daerah untuk membangun
keunggulan kompetitif berdasar pada keunggulan komparatif dari
produk unggulan daerah serta berkontribusi dalam mempercepat
pembangunan perkebunan dalam meningkatkan daya saing
komoditi perkebunan dan meningkatkan kesejahteraan petani/
pekebun.
Buku pedoman ini disusun dan diterbitkan untuk
memberikan panduan kepada SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota
yang menangani fungsi perkebunan dalam mengajukan rencana
kegiatan pembangunan perkebunan untuk mendapatkan
pendanaan APBN. Dengan terbitnya Buku Pedoman ini diharapkan
SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal iii
dapat menyusun dan mengajukan proposal yang sejalan dengan
ketentuan dan kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan serta
sesuai dengan potensi dan kebutuhan pembangunan perkebunan di
daerah sehingga akan tercapai peningkatan kualitas dan sinergitas
perencanaan di tingkat Pusat dan Daerah serta diharapkan dapat
mencapai tujuan kegiatan dengan lebih baik. Akhir kata, kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat untuk
memberikan masukan dan berpartisipasi aktif dalam penyusunan
pedoman perencanaan pengajuan usulan kegiatan pembangunan
perkebunan melalui e-proposal. Kami juga sangat mengharapkan
saran perbaikan yang bersifat membangun untuk penyempurnaan
buku pedoman ini dimasa mendatang.

Jakarta, Maret 2014
Direktur Jenderal,


Ir. Gamal Nasir, MS
Nip. 19560728 198603 1 001






Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal iv
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal v
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................................. iv
DAFTAR TABEL .................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... ix
I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2. Maksud dan Tujuan ............................................................................. 4
1.3. Sasaran dan Ruang Lingkup ............................................................ 5
1.4. Pengertian ............................................................................................... 6
II. PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN
PERKEBUNAN ............................................................................................ 10
2.1. Komoditas Unggulan Nasional Perkebunan .......................... 10
2.2. Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditi
Perkebunan ......................................................................................... 14
2.3. Program Direktorat Jenderal Perkebunan ............................. 19
2.4. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan ............................. 21
2.5. Jenis Kegiatan dan Sub Kegiatan Direktorat
Jenderal Perkebunan ....................................................................... 22
III. MEKANISME PENGAJUAN USULAN KEGIATAN
MELALUI e-PROPOSAL .......................................................................... 36
3.1. Prosedur dan Jadwal Pengusulan Kegiatan ........................... 36
3.2. Persyaratan Pengusul Kegiatan melalui
e-Proposal ............................................................................................. 42
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal vi
3.3. Gambaran Umum Sistem Aplikasi e-proposal ...................... 45
3.4. Ketentuan Umum Pengajuan Usulan Kegiatan
Melalui e-proposal ............................................................................ 48
3.4.1. Muatan e-proposal tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota .................................................................... 53
3.4.2. Alur Pengajuan Usulan Kegiatan Melalui
e-proposal tingkat Provinsi dan Kabupaten/
Kota ............................................................................................ 73
3.5. Bagan Proses Pengajuan Usulan Kegiatan Melalui
e-proposal ............................................................................................ 84
3.5.1. Bagan Proses Pengajuan e-proposal sebagai
Admin SKPD Provinsi .......................................................... 84
3.5.2. Bagan Proses Pengajuan e-proposal sebagai
Admin SKPD Kabupaten/Kota ........................................ 98
IV. PENILAIAN KELAYAKAN USULAN KEGIATAN
MELALUI e-PROPOSAL ........................................................................ 121
4.1. Proses Penilaian e-proposal tingkat Provinsi ..................... 121
4.1.1. Kriteria Penilaian e-proposal tingkat
Provinsi ................................................................................... 125
4.1.2. Bobot Penilaian e-proposal tingkat
Provinsi ................................................................................... 127
4.1.3. Bagan Penilaian e-proposal tingkat
Provinsi ................................................................................... 131
4.2. Proses Penilaian e-proposal tingkat Pusat ........................... 136
V. PENGORGANISASIAN e-PROPOSAL DIREKTORAT
JENDERAL PERKEBUNAN ................................................................... 151
VI. PENUTUP .................................................................................................... 153
LAMPIRAN .......................................................................................................... 155

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tahapan Pengusulan Kegiatan Pembangunan
Perkebunan Melalui e-Proposal ................................................ 39
2. Standarisasi Skor Penilaian dari Masing-Masing
Indikator Kriteria Penilaian Proposal .................................. 128
3. Matriks Standarisasi Penilaian Usulan Kegiatan Oleh
Direktorat Jenderal Perkebunan ............................................ 147









Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skematik Proses Perencanaan Berbasis Sistem
Aplikasi e-proposal ........................................................................ 42
2. Alur Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan
Perkebunan Melalui e-proposal dari SKPD Provinsi......... 78
3. Alur Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan
Perkebunan Melalui e-proposal dari SKPD
Kabupaten/Kota .............................................................................. 83
4. Mekanisme Verifikasi Usulan Kegiatan Pembangunan
Perkebunan Melalui e-proposal ............................................. 122














Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Form Database Spesifik Kecamatan Perkebunan ............ 155
2. Form Database Spesifik Kabupaten/Kota Sub Sektor
Perkebunan .................................................................................... 158
3. Form Database Umum Wilayah Provinsi ............................ 165
4. Informasi terkait Narasi e-proposal ................................. 169
5. Data Pendukung Uploading E-Proposal .............................. 170


Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal x
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Reformasi perencanaan dan penganggaran kegiatan
pembangunan perkebunan mencakup 3 (tiga) faktor utama yaitu
tepat, akuntabel dan transparan. Tepat maksudnya, setiap kegiatan
yang dilakukan memiliki kinerja yang terukur dan runut mulai dari
indikator, program dan kegiatan yang dilakukan serta tepat dalam
pembagian urusan pemerintah antara Pemerintah Pusat dan
Daerah. Kegiatan juga harus dilakukan realistis berdasarkan
ketersediaan anggaran, potensi sumber daya alam dan sumber
daya manusia. Akuntabel ditentukan berdasarkan kejelasan dari
sasaran yang akan dicapai dan penanggungjawabnya sedangkan
transparan maksudnya kegiatan dapat diikuti dan dicermati oleh
masyarakat. Perencanaan dan penganggaran berbasis kinerja,
berjangka menengah serta penganggaran terpadu merupakan
perwujudan dari prinsip-prinsip pengelolaan keuangan publik
yaitu kerangka kebijakan fiskal, alokasi pada prioritas dan efisiensi
dalam pelaksanaan. Reformasi perencanaan dan penganggaran
merupakan titik tolak mencapai good governance dalam rangka
reformasi birokrasi.
Mengacu pada Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Perkebunan tahun 2010-2014, salah satu strategi khusus untuk
mencapai sasaran pembangunan perkebunan melalui reformasi
perencanaan dan penganggaran adalah strategi peningkatan
produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan
berkelanjutan. Strategi ini merupakan upaya untuk meningkatkan
produksi, produktivitas dan mutu tanaman perkebunan baik
melalui penerapan teknologi budidaya yang baik (Good Agricultural
Practices/GAP) maupun yang ditetapkan dari strategi
pengembangan komoditas perkebunan melalui upaya-upaya
memprioritaskan pengembangan komoditas unggulan nasional
yang meliputi Karet, Kelapa, Kelapa Sawit, Kopi, Kakao, Teh, Jambu
Mete, Cengkeh, Lada, Jarak Pagar, Tebu, Tembakau, Kapas, Nilam
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 2
dan Kemiri Sunan serta mendorong Pemerintah Daerah untuk
memfasilitasi pengembangan komoditas spesifik dan potensial di
wilayahnya. Kedepan untuk tahun 2015-2019, strategi Direktorat
Jenderal Perkebunan diharapkan masih mengakomodir aspek
peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman
perkebunan walaupun prioritas komoditinya akan mengalami
perubahan dengan melihat kinerja pembangunan perkebunan
selama periode 2010-2014 tetapi berdasarkan keragaan besarnya
potensi dari komoditi sagu dan pala maka kedua komoditi tersebut
akan menjadi prioritas pengembangan Direktorat Jenderal
Perkebunan sebagai komoditi spesifik daerah.
Berdasarkan pengalaman pelaksanaan pembangunan
perkebunan pada tahun-tahun sebelumnya, perencanaan
pembangunan perkebunan yang diakomodir melalui proposal
kegiatan masih banyak yang belum mengacu pada Rencana
Strategis dan masih berupa daftar kebutuhan (shopping list)
sehingga memerlukan pembenahan pada tingkat pendalaman
maupun responsibilitas terhadap lingkungan strategis baik secara
internal maupun eksternal. Hal ini penting diketahui agar produk
perencanaan dapat akomodatif terhadap kebutuhan daerah dan
aspirasi masyarakat. Selain itu, selama ini proposal kegiatan dari
daerah dalam bentuk hardcopy/manual proposal, format dan isi
beragam menjadikan seleksi pengajuan kegiatan tidak optimal,
pengiriman yang tidak terjadwal, pemberkasan proposal
menumpuk di pusat, isi proposal belum mencerminkan kebutuhan,
sulit dianalisis, proposal belum dinilai secara kuantitatif dan
transparan, persepsi bahwa proposal dijadikan alat untuk
mendapat anggaran dan belum menjadi acuan dalam penyusunan
anggaran secara kualitatif. Untuk mengatasi hal tersebut,
perencanaan pembangunan perkebunan kedepan diperlukan suatu
sistem untuk meningkatkan kualitas perencanaan, efisiensi dan
efektivitas manajemen perencanaan. Amanat 9 langkah Reformasi
Birokrasi salah satunya adalah mewajibkan K/L termasuk
Kementerian Pertanian untuk membangun sistem elektronik
pemerintah (e-government) yang mencakup e-office, e-procurement,
e-planning, e-budgetting, e-performance dan e-audit. Tindak lanjut
dari e-planning adalah di dalamnya memuat data dan informasi
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 3
terkait e-proposal, Musrenbang, Renja, RKA-KL, pedoman umum
dan lain-lain. Pengembangan e-proposal inilah yang nantinya
sebagai unjung tombak pelaksanaan kegiatan pembangunan
perkebunan berdasarkan mekanisme bottom up planning.
Melalui sistem e-proposal, mekanisme pengajuan usulan
kegiatan pembangunan perkebunan diharapkan mampu
mengedepankan potensi kawasan dan kemampuan masyarakatnya.
Hal ini dapat di implementasikan melalui pelaksanaan kegiatan
pembangunan perkebunan dengan penetapan lokasi kawasan
berbasis komoditas perkebunan sesuai amanat Peraturan Menteri
Pertanian (Permentan) nomor 50 tahun 2012 tentang pedoman
pengembangan kawasan pertanian. Substansi penting dalam
Permentan tersebut adalah perlunya setiap K/L terkait untuk
mendukung pengembangan kawasan pertanian sesuai tupoksinya.
Berkaitan dengan hal tersebut bahwa Direktorat Jenderal
Perkebunan mempunyai semangat dan tujuan yang sama dalam
mengembangkan kawasan pertanian kedepan khususnya
pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan sesuai
potensi daerah. Dengan penerapan kawasan tersebut diharapkan
pelaksanaan kegiatan pembangunan perkebunan akan berjalan
efektif, efisien, terfokus, terpadu dan berkelanjutan serta daerah
sebagai ujung tombak pelaksanaan pembangunan perkebunan
memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam
meningkatkan daya saing komoditi perkebunan di pasar nasional
dan internasional.
Penyusunan pedoman perencanaan pengajuan usulan
kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal merupakan
rencana penting didalam mengajukan usulan kegiatan yang
bersumber dari dana APBN Direktorat Jenderal Perkebunan karena
memiliki 3 alasan yaitu (1) pedoman ini merupakan representasi
dari potensi, kemampuan dan kesiapan daerah terhadap rencana
program dan kegiatan perkebunan yang akan dijalankan, (2)
pedoman ini merupakan representasi dari asumsi daerah terhadap
prospek peningkatan dan pengembangan pembangunan
perkebunan, dan (3) pedoman ini merupakan tolok ukur dan
panduan bagi daerah untuk melaksanakan kegiatan pembangunan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 4
perkebunan. Dengan pertimbangan tersebut maka Pedoman
Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan
Perkebunan Melalui e-Proposal diterbitkan sebagai satu
kelengkapan materi dalam mengajukan rencana usulan kegiatan
pembangunan perkebunan serta sebagai kelengkapan panduan
bagi Pusat dan Daerah dalam rangka mendampingi dan
mengarahkan kegiatan pembangunan perkebunan di daerah.
Pedoman perencanaan pengajuan usulan kegiatan
pembangunan perkebunan melalui e-proposal pada dasarnya
merupakan sarana/alat acuan dalam pelaksanaan kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh pemerintah baik Pusat maupun Daerah.
Dengan terbitnya Buku Pedoman ini diharapkan SKPD Provinsi dan
SKPD Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan dapat
menyusun dan mengajukan usulan kegiatan pembangunan
perkebunan melalui mekanisme aplikasi e-proposal yang sejalan
dengan ketentuan dan kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan.
Harapan lain adalah SKPD pengusul dapat mengajukan usulan
kegiatan yang menjadi prioritas nasional serta sesuai dengan
potensi dan kebutuhan pembangunan perkebunan di daerah
sehingga akan tercapai peningkatan kualitas dan sinergitas
perencanaan di tingkat Pusat dan Daerah untuk mencapai tujuan
kegiatan pembangunan perkebunan dengan lebih baik. Secara
teknis diharapkan dengan adanya e-proposal, pengusulan kegiatan
akan lebih cepat, efektif dan efisien dalam pelayanannya dengan
menekankan asas keterbukaan serta mempertimbangkan
kemampuan dan kebutuhan pekebun.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud diterbitkannya pedoman perencanaan pengajuan
usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal
adalah untuk mendorong, memfasilitasi, memberikan kesempatan
dan pemahaman bagi SKPD Provinsi dan SKPD Kabupaten/Kota
yang membidangi perkebunan agar secara konsisten dan
berkelanjutan mampu mengusulkan kegiatan pembangunan
perkebunan sesuai potensi, kebutuhan, kemampuan dan kesiapan
di Daerah.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 5
Tujuan diterbitkannya pedoman perencanaan pengajuan
usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal
adalah :
1. Memberikan acuan pengajuan usulan kegiatan pembangunan
perkebunan melalui sistem aplikasi e-proposal bagi SKPD
Provinsi dan SKPD Kabupaten/Kota yang membidangi
perkebunan dalam menjalankan fungsi perencanaan kegiatan
pembangunan perkebunan.
2. Meningkatkan kualitas perencanaan kegiatan pembangunan
perkebunan di Pusat dan Daerah.
3. Meningkatkan koordinasi, keterpaduan dan sinergisme
perencanaan kegiatan pembangunan perkebunan antara
pemerintah Pusat dan pemerintah Daerah.
4. Meningkatkan efisiensi, efektivitas, tertib dan transparan serta
tanggung jawab dalam penyusunan rencana kegiatan
pembangunan perkebunan sehingga memudahkan monitoring
dan evaluasi kinerja pelaksanaan pembangunan perkebunan.
5. Memperkuat koordinasi perencanaan satu pintu di Pusat,
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
6. Meningkatnya mutu penyajian proposal kegiatan
pembangunan perkebunan sebagai sasaran utama dari
penyusunan rencana program dan kegiatan pembangunan
perkebunan.
7. Membangun dan mengembangkan database perencanaan
terutama terkait potensi daerah dan pengembangan kawasan
berbasis komoditi perkebunan.
1.3. Sasaran dan Ruang Lingkup
Sasaran diterbitkannya pedoman perencanaan pengajuan
usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal
adalah :
1. Terwujudnya penyusunan proposal rencana kegiatan
pembangunan perkebunan melalui mekanisme situs
web/website yang mengacu pada program dan kegiatan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 6
Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai implementasi
kebijakan dan strategi pembangunan perkebunan.
2. Terjabarkannya program pembangunan perkebunan di daerah
ke dalam kegiatan-kegiatan operasional berdasarkan anggaran
kinerja pembangunan perkebunan yang diusulkan daerah
melalui mekanisme situs web/website.
3. Terlaksananya koordinasi dan keterpaduan dalam penyusunan
rencana dan kegiatan pembangunan perkebunan baik antar
pusat dan daerah maupun antar sub sektor.
4. Terlaksananya pengajuan usulan kegiatan melalui sistem e-
proposal oleh SKPD Provinsi dan SKPD Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan sesuai dengan arah dan kebijakan
Direktorat Jenderal Perkebunan.
Ruang lingkup pedoman perencanaan pengajuan usulan
kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal antara lain
meliputi program dan kegiatan pembangunan perkebunan,
mekanisme pengajuan usulan kegiatan melalui e-proposal,
penilaian kelayakan usulan kegiatan melalui e-proposal dan
pengorganisasian e-proposal Direktorat Jenderal Perkebunan.
1.4. Pengertian
Beberapa pengertian dari istilah-istilah yang terdapat pada
pedoman perencanaan pengajuan usulan kegiatan pembangunan
perkebunan melalui e-proposal yaitu :
1. E-planning adalah situs web (laman) yang dikembangkan
Kementerian Pertanian dalam rangka mewujudkan amanat
Reformasi Birokrasi. E-planning Kementerian Pertanian
memuat berbagai informasi peraturan perundang-undangan
terkait perencanaan dan penganggaran, pedoman,
juklak/juknis, musrenbangtan, Renja dan RKAKL Kementerian
Pertanian, perencanaan kawasan, aplikasi e-Proposal dan
lainnya.
2. E-proposal adalah aplikasi untuk pengusulan dan penilaian
proposal berbasis situs web (online) yang dikembangkan
Kementerian Pertanian guna memudahkan mengelola data dan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 7
informasi proposal secara efektif, efisien, akuntabel dan
transparan.
3. Satuan Kerja pada Instansi Pemerintah (Satker) adalah
organisasi dalam pemerintah yang dibentuk untuk
melaksanakan tugas tertentu di bidang masing-masing atau
bertugas melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari satu
program.
4. Program/Outcome adalah bentuk instrumen kebijakan yang
berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh satu
atau beberapa unit organisasi dalam satu atau beberapa
instansi untuk mencapai tujuan dan sasaran kebijakan serta
memperoleh alokasi anggaran.
5. Kegiatan/Output adalah bagian dari program yang
dilaksanakan oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai
bagian pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan
terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumberdaya
(manusia, material, dana, teknologi) sebagai masukan (input)
untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
barang/jasa.
6. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) adalah dokumen
perencanaan tahunan yang memuat kerangka makro dan
program-program pembangunan baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan
mendorong partisipasi masyarakat untuk kurun waktu 1
(satu) tahun.
7. Rencana Strategis (Renstra) K/L adalah dokumen
perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program-
program pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat untuk kurun waktu lima tahun.
8. Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
(RKA-KL) adalah dokumen perencanaan yang merupakan
pedoman tugas bagi pelaksanaan tugas kementerian dan
merupakan penjabaran dari RKP dan rencana strategis
kementerian yang bersangkutan dalam satu tahun anggaran.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 8
9. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat, yang masa
berlakunya dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember tahun berkenaan.
10. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) atau dokumen
lain yang dipersamakan dengan DIPA adalah suatu dokumen
pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan
Lembaga atau Satuan Kerja serta disahkan oleh Direktur
Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Ditjen
Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan dan berfungsi
sebagai dokumen pelaksanaan kegiatan.
11. Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) adalah dokumen
yang merupakan bagian tak terpisahkan dari DIPA dan RKA-KL
yang memuat kegiatan secara rinci dan dijadikan acuan dalam
pelaksanaan kegiatan dalam kurun waktu satu tahun.
12. Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari
Pemerintah kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah
dan/atau kepada Instansi Vertikal di wilayah tertentu.
13. Tugas Pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah
kepada daerah untuk melaksanakan tugas tertentu dengan
kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan
pelaksanaannya kepada yang menugaskan.
14. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN
yang dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah
yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam
rangka pelaksanaan Dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang
dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah.
15. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari
APBN yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua
penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas
pembantuan.
16. DAK adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 9
tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan
urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas
nasional.
17. DAK Bidang Pertanian adalah alokasi dari APBN kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota tertentu untuk mendanai kegiatan
infrastruktur/ prasarana dasar bidang pertanian yang menjadi
urusan Pemerintah Daerah dan sesuai dengan Prioritas
Nasional.
18. SIKP adalah Sistem Informasi Perencanaan Kawasan Pertanian
merupakan laman yang berisi informasi mengenai kawasan
pertanian. SIKP memuat data existing kawasan yang
memanfaatkan database yang dihimpun dari aplikasi e-
proposal sampai pada level kecamatan.
















Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 10
BAB II
PROGRAM DAN KEGIATAN
PEMBANGUNAN PERKEBUNAN
2.1. Komoditas Unggulan Nasional Perkebunan
Kondisi topografi di indonesia mempunyai strata topografi
yang paling lengkap mulai dari dataran tinggi, menengah dan
dataran tinggi. Di setiap daerah pada umumnya mempunyai
komoditas unggulan yang mempunyai cita rasa khusus di
bandingkan dengan komoditas serupa didaerah lainnya sehingga
jika komoditas tersebut dikembangkan secara optimal akan
mempunyai tingkat produksi dan nilai jual yang cukup tinggi bagi
kesejahteraan petani. Dengan begitu strategi pembangunan
pertanian ke depan dalam rangka mendukung revitalisasi
pertanian ditekankan, diintensifkan dan difokuskan kepada
kualitas komoditas unggulan tersebut baik pada penerapan
teknologi produksi, teknologi pascapanen, efisiensi biaya produksi
sampai dengan pemasaran. Pemberdayaan petani di pedesaan
perlu juga dilakukan dengan fokus optimalisasi komoditas
unggulan daerah bertujuan terwujudnya sektor pertanian nasional
yang tangguh dan mampu bersaing dalam era pasar bebas.
Berkaitan dengan hal tersebut, perencanaan pembangunan
perkebunan dengan pendekatan komoditas unggulan menekankan
motor penggerak pembangunan suatu daerah pada komoditas-
komoditas yang dinilai bisa menjadi unggulan baik di tingkat
domestik maupun internasional. Penentuan komoditas unggulan
merupakan langkah awal menuju pembangunan perkebunan yang
berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan
komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi
perdagangan. Ada beberapa kriteria mengenai penentuan
komoditas unggulan nasional perkebunan, diantaranya :
1. Komoditas unggulan perkebunan harus mampu menjadi
penggerak utama pembangunan perekonomian yaitu dapat
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 11
memberikan kontribusi yang signifikan baik pada peningkatan
produksi, pendapatan maupun pengeluaran.
2. Komoditas unggulan perkebunan mempunyai keterkaitan ke
depan dan ke belakang yang kuat baik sesama komoditas
unggulan maupun komoditas-komoditas lainnya lingkup
pertanian.
3. Komoditas unggulan perkebunan mampu bersaing dengan
produk sejenis dari wilayah lain di pasar nasional maupun
internasional baik dalam harga produk, biaya produksi,
kualitas pelayanan maupun aspek-aspek lainnya.
4. Komoditas unggulan perkebunan di suatu daerah memiliki
keterkaitan dengan daerah lain baik dalam hal pasar maupun
pasokan bahan baku.
5. Komoditas unggulan perkebunan mampu menyerap tenaga
kerja berkualitas secara optimal sesuai dengan skala
produksinya.
6. Komoditas unggulan perkebunan bisa bertahan dalam jangka
waktu tertentu, mulai dari fase kelahiran, inisiasi,
pertumbuhan, puncak hingga penurunan.
7. Komoditas unggulan perkebunan tidak rentan terhadap
gejolak eksternal dan internal.
8. Pengembangan komoditas unggulan perkebunan berorientasi
pada kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
Selanjutnya untuk menjadikan suatu daerah dapat
dijadikan sentra produksi komoditas unggulan baik dalam
konstelasi Kabupaten/Kota, Provinsi, Nasional maupun Regional
terdapat beberapa prasyarat diantaranya :
1) Adanya jaminan atau kepastian pasar dan pemasaran
komoditas.
2) Adanya sistem penjaminan mutu dari produksi komoditas
yang dihasilkan, baik segar maupun olahan.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 12
3) Ketepatan dalam pemilihan komoditas unggulan dan wilayah
pengembangannya.
4) Potensi sumber daya wilayah berupa lahan, agroklimat, tenaga
kerja, sarana maupun prasarana sosial dan ekonomi serta
kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat.
5) Tingkat ketersediaan dan aplikasi IPTEKS yang mendukung
pengembangan agribisnis dan agroindustri.
6) Skala ekonomi usaha tani/koperasi yang secara teknis,
ekonomis dan lingkungan bersifat efisien serta mampu
menjamin kontinuitas produksi, distribusi dan pemasaran
komoditas.
7) Peran aktif petani/pengusaha kecil dan tingkat kemampuan
untuk mengakses seluruh potensi sumberdaya (sumber daya
alam, sumber daya manusia, teknologi, distribusi dan
pemasaran, modal dan kelembagaan).
8) Orientasi untuk menciptakan usaha yang memiliki tingkat
pemanfaatan sumberdaya secara optimal dengan tingkat
keuntungan yang optimal pula dan lestari atau berkelanjutan.
9) Kelembagaan agribisnis spesifik komoditas dan lokasi yang
kokoh dalam pengembangan teknologi, permodalan,
pemasaran, penyuluhan, pelayanan dan peningkatan mutu
serta penanganan lingkungan.
10) Kemitraan yang saling membutuhkan, tergantung, adil,
menguntungkan dan meningkatkan daya saing.
11) Faktor pendukung untuk kemudahan dalam pelayanan
teknologi, perizinan investasi, perpajakan, permodalan, sarana
produksi, distribusi, insentif dan peningkatan mutu produk.
12) Political will dari pemerintah pusat dan daerah yang
ditunjukkan dalam bentuk operasionalisasi seluruh gerakan
pembangunan agribisnis yang didukung oleh seluruh sektor
terkait dalam kondisi clean government dan good governance.
13) Koordinasi dan sinkronisasi yang harmonis antar instansi
terkait dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 13
pembangunan agribisnis komoditas unggulan secara
keseluruhan.
Komoditas unggulan perkebunan dapat juga ditinjau dari
sisi penawaran dan permintaan. Dari sisi penawaran komoditas
unggulan perkebunan dicirikan oleh superioritas dalam
pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi dan kondisi sosial
ekonomi petani di suatu wilayah. Sementara dari sisi permintaan,
komoditas unggulan perkebunan dicirikan oleh kuatnya
permintaan di pasar baik pasar domestik maupun internasional.
Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa komoditas
unggulan perkebunan merupakan komoditas yang memiliki nilai
strategis berdasarkan pertimbangan fisik (kondisi tanah dan iklim)
maupun sosial ekonomi dan kelembagaan (penguasaan teknologi,
kemampuan sumber daya manusia, infrastruktur dan kondisi sosial
budaya) untuk dikembangkan di suatu wilayah dan di lahan
perkebunan.
Berkaitan dengan aspek komoditas, komoditi perkebunan
terdiri atas 127 jenis tanaman, berupa tanaman tahunan dan
tanaman semusim dengan areal sebaran mulai dataran rendah
sampai dataran tinggi, hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri
Pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006 tentang jenis komoditi
tanaman binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, Direktorat
Jenderal Tanaman Pangan dan Direktorat Jenderal Hortikultura
serta Keputusan Menteri Pertanian nomor 3399/Kpts/PD.310/
10/2009 tentang perubahan lampiran I dari Keputusan Menteri
Pertanian nomor 511/Kpts/PD.310/9/2006. Dari 127 komoditas
binaan Direktorat Jenderal Perkebunan, prioritas penanganan
untuk difasilitasi dan dikembangkan sesuai dengan arah dan
kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Renstra Ditjen.
Perkebunan periode 2010-2014 adalah difokuskan pada 15
komoditas strategis yang menjadi unggulan nasional yaitu Karet,
Kelapa Sawit, Kelapa, Kakao, Kopi, Lada, Jambu Mete, Teh, Cengkeh,
Jarak Pagar, Kemiri Sunan, Tebu, Kapas, Tembakau dan Nilam
sedangkan Pemerintah Daerah didorong untuk memfasilitasi dan
melakukan pembinaan komoditas spesifik dan potensial di
wilayahnya masing-masing. Mengingat besarnya potensi daerah
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 14
untuk pengembangan komoditi Pala dan Sagu terutama di wilayah
Indonesia Timur seperti Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku dan
Maluku Utara maka Direktorat Jenderal Perkebunan akan
menjadikan kedua komoditi tersebut sebagai prioritas/fokus
kebijakan pengembangan komoditi perkebunan untuk di fasilitasi
kegiatan dan pendanaannya kedepan.
Untuk itu, dalam rangka pengembangan komoditas
unggulan nasional perkebunan, Kementerian Pertanian secara
intensif telah melakukan berbagai langkah strategis dengan
mengidentifikasi dan mengembangkan potensi komoditas
unggulan tersebut di berbagai daerah di Indonesia. Langkah
strategis tersebut dapat diketahui dengan terbitnya Peraturan
Menteri Pertanian (Permentan) nomor 50/Permentan/OT.140/8/
2012 tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian.
2.2. Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditi
Perkebunan
Arahan dan kebijakan dari Permentan nomor 50 tahun
2012 terkait pengembangan komoditas pertanian dalam ruang
lingkup kawasan antara lain :
1. Menteri Pertanian memfasilitasi kawasan pertanian bagi
pengembangan 40 komoditas unggulan nasional di
Kabupaten/Kota dengan mengembangkan potensi yang ada,
melanjutkan dari kondisi saat ini, pengutuhan kegiatan,
menyediakan sarana dan prasarana, kemudahan perijinan,
pemanfaatan lahan, penyediaan data dan informasi, promosi,
penganggaran, membangun keterpaduan secara multi-years
sehingga menjadi satu kesatuan sistem pertanian industrial
(Pasal 3 ayat 1).
2. Gubernur dan Bupati/Walikota mensinergikan kegiatan untuk
mendukung pengembangan kawasan pertanian melalui dana
APBD maupun sumber pembiayaan lainnya (Pasal 3 ayat 2).
3. Provinsi dan Kabupaten/Kota yang tidak termasuk dalam
lokasi kawasan komoditas unggulan nasional dapat
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 15
mengalokasikan APBD dalam rangka mendukung pencapaian
swasembada pangan (Pasal 3 ayat 3).
4. Kawasan pertanian dibedakan menjadi kawasan pertanian
nasional, kawasan pertanian Provinsi dan kawasan pertanian
Kabupaten/Kota (Pasal 4 ayat 1).
5. Kawasan pertanian nasional ditetapkan oleh Menteri, kawasan
pertanian Provinsi ditetapkan oleh Gubernur, dan kawasan
pertanian Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota
(Pasal 4 ayat 2).
6. Pengembangan kawasan pertanian harus memperhatikan
rencana tata ruang wilayah, menjamin kelestarian sumberdaya
alam, fungsi lingkungan, keselamatan masyarakat dan selaras
dengan Rencana Strategis Pembangunan Daerah (Pasal 5).
7. Dalam kawasan pertanian dapat dikembangkan komoditas lain
dengan pola polikultur, tumpangsari, rotasi tanam, pola tanam
dan/atau pola integrasi antar komoditas (Pasal 6).
8. Kementerian Pertanian melakukan kegiatan yang fokus dan
terpadu untuk mendukung kawasan pertanian pada lokasi
Kabupaten/Kota dimaksud sesuai dengan hasil identifikasi
potensi dan kebutuhan pembangunan (Pasal 7).
9. Kementerian Pertanian mendorong Kementerian/ Lembaga
(K/L) terkait untuk mendukung pengembangan kawasan
pertanian sesuai dengan tupoksinya (Pasal 8).
10. Kementerian Pertanian bersama dengan Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota mendorong minat investor
(BUMN, BUMD, PMA, PMDN, koperasi dan lainnya) untuk
mengembangkan kawasan pertanian (Pasal 9).
11. Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang antara lain meliputi
aspek perbenihan, penyuluhan, penelitian, infrastruktur serta
pengendalian organisme pengganggu tanaman dan penyakit
hewan serta perkarantinaan harus tersedia di setiap wilayah
NKRI (Pasal 10).
Pokok-pokok penting dari Permentan tersebut, salah
satunya adalah mendorong setiap K/L terkait untuk mendukung
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 16
pengembangan kawasan pertanian sesuai tupoksinya (Pasal 8) dan
Direktorat Jenderal Perkebunan memiliki semangat dan tujuan
yang sama seperti yang diamanatkan di Permentan tersebut dalam
mengembangkan kawasan pertanian yaitu melalui pengembangan
kawasan berbasis komoditi perkebunan. Pengembangan kawasan
berbasis komoditi perkebunan adalah salah satu pendekatan yang
dilaksanakan dalam rangka menjaga kualitas pemanfaatan ruang
untuk sub sektor perkebunan dengan cara mengoptimalkan
sinergitas intra dan/atau antar wilayah yang memiliki kemiripan
agro-ekosistem sehingga utuh secara ekonomis dan teknis.
Pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan
pada era otonomi daerah menjadi tanggung jawab sepenuhnya
pemerintah daerah, yang dalam hal ini adalah di tingkat
Kabupaten/Kota sebagai daerah otonom, dengan demikian daerah
sebagai ujung tombak pembangunan nasional dituntut untuk dapat
bersaing dalam meningkatkan daya saing wilayahnya agar dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, dengan mengacu
pada tolok ukur kemajuan pembangunan wilayah yaitu
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, pendapatan per kapita yang
merata dan tingkat pengangguran yang rendah. Pemerintah pusat
dalam hal ini hanya berfungsi sebagai pemangku kebijakan dan
regulasi dalam mendukung pengembangan kawasan berbasis
komoditi perkebunan, selain itu memiliki kewenangan dalam
pengawasan dan evaluasi kegiatan pembangunan perkebunan
berbasis kawasan yang dilaksanakan di daerah.
Secara garis besar, kriteria umum pengembangan kawasan
berbasis komoditi perkebunan adalah :
1. Kawasan eksisting atau kawasan berpotensi dari masing-
masing jenis budidaya tanaman perkebunan.
2. Jenis pengusahaannya : rakyat atau besar.
3. Pengusahaan dengan skala terintegrasi dengan unit
pengolahannya.
4. Mitra dengan usaha perkebunan rakyat berkelanjutan.
5. Memiliki keterkaitan dengan pengolahan dan pemasaran hasil.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 17
6. Dapat ditingkatkan produksi dan produktivitasnya.
7. Pengembangan pengolahan skala wilayah.
8. Pengembangan kebersamaan ekonomi petani melalui
pemberdayaan.
9. Arah pengembangan menuju prinsip pembangunan
berkelanjutan.
10. Sejalan dengan Renstra Kementerian Pertanian dan Renstra
Direktorat Jenderal Perkebunan.
11. Dukungan dari Pemerintah Daerah dan swadaya masyarakat.
Dalam pengembangan kawasan perkebunan, suatu daerah
dapat dikatakan berhasil apabila memiliki beberapa kriteria
keberhasilan pengembangan kawasan perkebunan yaitu :
1. Memiliki kegiatan ekonomi yang dapat menggerakkan
pertumbuhan daerah.
2. Mempunyai sektor ekonomi unggulan yang mampu
mendorong kegiatan ekonomi sektor lain dalam kawasan itu
sendiri maupun di kawasan sekitarnya.
3. Memiliki keterkaitan kedepan (memiliki daerah pemasaran
produk-produk yang dihasilkan) maupun ke belakang
(mendapat suplai kebutuhan komponen produksinya dari
daerah belakang) dengan beberapa daerah pendukung.
4. Memiliki kemampuan untuk memelihara sumber daya alam
sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan
mampu menciptakan kesejahteraan ekonomi secara adil dan
merata bagi seluruh masyarakat.
Untuk mewujudkan pengembangan kawasan perkebunan
yang berhasil maka diperlukan strategi yang optimal. Strategi
pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan adalah
menempatkan komoditas perkebunan sebagai komoditas unggulan
nasional melalui pengembangan industri perkebunan yang
menghasilkan produk hulu hingga hilir serta pengembangan
produk samping secara industrial. Strategi pengembangan kawasan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 18
ini perlu didukung oleh kebijakan yang lebih operasional
menyangkut aspek-aspek yang menjadi kriteria pengembangan
kawasan diantaranya 1) kesesuaian sumber daya alam (agro-
ekologi); 2) ketersediaan sarana dan prasarana penunjang
(dukungan infrastruktur); 3) potensi dukungan layanan
pengembangan (service); 4) kontribusi terhadap ekonomi wilayah
(kontribusi ekonomi); 5) dukungan stakeholder (support); 6)
penerimaan masyarakat (sosial budaya) dan 7) potensi
keberlanjutan pengembangan kawasan (kelestarian). Dari ketujuh
kriteria pengembangan kawasan tersebut akan menjadi dasar
dalam penetapan kawasan berbasis komodiri perkebunan
berdasarkan peringkat Kabupaten/Kota yang dihitung dengan
menggunakan metode AHP (Analisis Hierarkhi Proses).
Rekomendasi teknis pengembangan kawasan yang menjadi
arah dan kebijakan Direktorat Jenderal Perkebunan kedepan
adalah memfasilitasi pengembangan komoditi unggulan
perkebunan sesuai peringkat kawasan per Kabupaten/Kota melalui
intervensi program/kegiatan dan penetapan regulasi yang akan
menjadi dasar pengalokasian anggaran berjalan secara terpadu,
terintegrasi dan berkelanjutan. Bagi pemerintah daerah (Provinsi
dan Kabupaten/Kota) melalui SKPD yang membidangi perkebunan
diharapkan dapat mendukung penetapan peringkat kawasan
berbasis komoditi perkebunan, salah satunya adalah dengan cara
menetapkan CP/CL melalui kelompok tani penerima manfaat yang
berkinerja baik dan lokasi pengembangan dengan potensi yang
baik pula serta dengan menyusun rencana strategis daerah terkait
pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan. Hal lain
bagi SKPD Provinsi sesuai amanat Permentan nomor 50 tahun
2012 adalah segera membuat Masterplan pengembangan
kawasan pertanian/perkebunan dan SKPD Kabupaten/Kota
menjabarkan masterplan tersebut kedalam rencana aksi untuk
setiap tahun perencanaan.
2.3. Program Direktorat Jenderal Perkebunan
Pembangunan perkebunan saat ini dan dimasa yang akan
datang menghadapi tantangan yang cukup berat. Selain
tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 19
juga mampu memecahkan masalah kemiskinan dan
pengangguran. Keberhasilan pembangunan perkebunan di era yang
penuh persaingan ini adalah bagaimana kita dapat
mensinergikan seluruh potensi sumber daya yang ada untuk
mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan.
Berdasarkan hasil restrukturisasi program dan kegiatan
sesuai surat edaran bersama Menteri Keuangan nomor SE-
1848/MK/2009 dan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Bappenas nomor 0142/M.PPN/06/2009 tanggal 19 Juni
2009, setiap unit Eselon I mempunyai satu program yang
mencerminkan nama Eselon I yang bersangkutan dan setiap unit
Eselon II hanya mempunyai dan tanggung jawab terhadap
pelaksanaan kegiatan. Dengan demikian indikator kinerja unit
Eselon I adalah outcome dan indikator kinerja unit Eselon II adalah
output.
Sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan,
peluang dan tantangan pembangunan perkebunan ditetapkan
bahwa program pembangunan perkebunan tahun 2010-2014 yang
menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Perkebunan adalah:
Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman
perkebunan berkelanjutan. Program ini dimaksudkan untuk
lebih meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu tanaman
perkebunan melalui rehabilitasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan
diversifikasi yang didukung oleh peningkatan produksi,
produktivitas dan mutu tanaman semusim, tanaman tahunan dan
tanaman rempah penyegar yang didukung oleh penanganan
pascapanen dan pembinaan usaha serta dukungan pelaksanaan
perlindungan perkebunan. Untuk program pembangunan
perkebunan tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal Perkebunan
masih dalam tahap menggali potensi dan kemampuan institusi
terhadap pengembangan komoditi perkebunan kedepan dan
disesuaikan dengan arah kebijakan RPJMN 2015-2019 serta
melalui evaluasi terhadap kinerja pembangunan perkebunan
selama periode 2010-2014.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 20
Arahan umum RPJMN 2015-2019 adalah pencapaian daya
saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber
daya alam dan sumber daya manusia berkualitas yang di
implementasikan melalui 5 kebijakan teknis yaitu 1) peningkatan
produksi pangan pokok; 2) stabilitas harga; 3) perbaikan kualitas
gizi masyarakat; 4) pemberdayaan dan perlindungan petani/
nelayan/ pembudidaya ikan dan 5) peningkatan daya saing, nilai
tambah komoditi pertanian dan perikanan. Berdasarkan hal
tersebut maka secara garis besar Kementerian Pertanian
memfokuskan pengembangan komoditas pertanian menjadi
beberapa komoditi unggulan diantaranya :
1. Komoditi yang menjadi Prioritas Swasembada Pangan (padi,
jagung, kedelai, tebu, daging sapi, cabai, bawang merah).
2. Komoditi yang menjadi Bahan Makanan Pokok Nasional
(Beras, Jagung, Kedelai, Gula/Tebu, Daging Unggas, Daging
Sapi-Kerbau).
3. Komoditi yang menjadi Bahan Makanan Pokok Lokal (Sagu,
Jagung, Ubi kayu, Ubi jalar).
4. Komoditi yang menjadi Produk Pertanian Pengendali Inflasi
(Cabai, Bawang Merah, Bawang Putih, CPO/Minyak Goreng).
5. Komoditi yang menjadi Bahan Baku Industri (CPO, Karet,
Kakao, Kopi, Kelapa, Jambu Mete, Lada, Teh, Cengkeh, Pala,
Kapas, Susu, Ubi kayu).
6. Komoditi yang menjadi Bahan Baku Industri lainnya
(Nilam/Minyak Atsiri, Sorgum, Gandum, Tanaman Obat).
7. Komoditi yang menjadi Produk Industri Pertanian Prospektif
(Aneka Tepung, Jamu, Sagu).
8. Komoditi yang menjadi Produk Energi Pertanian Prospektif
(Biodiesel, Bioetanol, Biogas).
9. Komoditi yang menjadi Produk Pertanian Berorientasi Ekspor
Prospektif (Nanas, Manggis, Salak, Mangga, Kambing dan
Domba, Babi, Florikultura).

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 21
2.4. Kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan
Sebagai penjabaran dari program, masing-masing unit
Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan mempunyai satu
kegiatan. Dengan demikian di lingkup Direktorat Jenderal
Perkebunan terdapat 9 kegiatan pembangunan perkebunan sesuai
Peraturan Menteri Pertanian nomor 61/Permentan/T.140/10/
2010 tanggal 14 Oktober 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Pertanian yaitu:
(1) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Semusim dengan fokus pengembangan pada 4 komoditas
strategis yaitu Tebu, Kapas, Tembakau dan Nilam.
(2) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Rempah dan Penyegar dengan fokus pengembangan pada 6
komoditas strategis yaitu Kakao, Kopi, Lada, Teh, Cengkeh dan
Pala.
(3) Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman
Tahunan dengan fokus pengembangan pada 7 komoditas
strategis yaitu Karet, Kelapa Sawit, Kelapa, Jambu Mete, Jarak
Pagar, Kemiri Sunan dan Sagu.
(4) Dukungan Penanganan Pascapanen dan Pembinaan Usaha
dengan fokus pengembangan pada kegiatan penanganan
pascapanen (tanaman semusim, tanaman rempah penyegar dan
tanaman tahunan), antisipasi dampak perubahan iklim,
bimbingan usaha dan perkebunan berkelanjutan serta
penanganan gangguan usaha dan konflik perkebunan.;
(5) Dukungan Perlindungan Perkebunan dengan fokus
pengembangan pada kegiatan penurunan luas areal
perkebunan yang terserang OPT (Organisme Pengganggu
Tumbuhan).
(6) Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya dengan
fokus pengembangan pada kegiatan pelayanan dan pembinaan
yang berkualitas di bidang perencanaan, keuangan, umum dan
evaluasi serta pelaporan.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 22
(7) Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan
Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan BBP
2
TP Medan,
Surabaya dan Ambon dengan fokus pengembangan pada
kegiatan pelayanan sertifikasi benih (jumlah bibit yang
disertifikasi) dan peningkatan jumlah teknologi terapan
perlindungan perkebunan. Sedangkan untuk bidang Proteksi
Tanaman Perkebunan Pontianak (BPTP Pontianak) difokuskan
pada kegiatan pengembangan teknologi proteksi perkebunan.
2.5. Jenis Kegiatan dan Sub Kegiatan Direktorat
Jenderal Perkebunan
Berikut ini dapat dijelaskan mengenai jenis kegiatan dan
sub kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan pada proses
pengajuan usulan e-proposal baik pada kegiatan tugas pembantuan
Kabupaten/Kota (SKPD Kabupaten/Kota), tugas pembantuan
Provinsi (SKPD Provinsi) maupun kegiatan dekonsentrasi (Pusat,
SKPD Provinsi dan UPT).
A. Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu
Tanaman Rempah Penyegar
Pada kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan
mutu tanaman rempah dan penyegar untuk e-proposal
perencanaan kegiatan tahun 2015 difokuskan pada komoditi
Kakao, Kopi, Teh, Lada, Cengkeh dan Pala. Daftar jenis kegiatan dan
sub kegiatan pada pengembangan tanaman rempah dan penyegar
antara lain :
1. Kegiatan pengembangan komoditi Kakao, dengan sub kegiatan
sebagai berikut :
a. Rehabilitasi tanaman kakao (Hektar)
b. Intensifikasi tanaman kakao (Hektar)
c. Perluasan tanaman kakao (Hektar)
d. Peremajaan tanaman kakao (Hektar)
e. Integrasi tanaman kakao-ternak (kelompok tani/KT)
f. Pemberdayaan pekebun tanaman kakao (orang)
g. Pembangunan kebun sumber bahan tanam kakao (Hektar)
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 23
h. Penilaian, pemurnian, penetapan kebun sumber bahan
tanam kakao (kegiatan)
i. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam kakao (Hektar)
j. Revitalisasi perkebunan kakao (bulan)
k. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan
penyegar (bulan)
2. Kegiatan pengembangan komoditi Kopi, dengan sub kegiatan
sebagai berikut :
a. Rehabilitasi tanaman kopi (Hektar)
b. Intensifikasi tanaman kopi (Hektar)
c. Perluasan tanaman kopi (Hektar)
d. Peremajaan tanaman kopi (Hektar)
e. Integrasi tanaman kopi-ternak (kelompok tani/KT)
f. Pemberdayaan pekebun tanaman kopi (orang)
g. Pembangunan kebun sumber bahan tanam kopi (Hektar)
h. Penilaian, pemurnian, penetapan kebun sumber bahan
tanam kopi (kegiatan)
i. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam kopi (Hektar)
j. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan
penyegar (bulan)
3. Kegiatan pengembangan komoditi Teh, dengan sub kegiatan
sebagai berikut :
a. Rehabilitasi tanaman teh (Hektar)
b. Intensifikasi tanaman teh (Hektar)
c. Integrasi tanaman teh-ternak (kelompok tani/KT)
d. Pemberdayaan pekebun tanaman teh (orang)
e. Pembangunan kebun sumber bahan tanam teh (Hektar)
f. Penilaian, pemurnian, penetapan kebun sumber bahan
tanam teh (kegiatan)
g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam teh (Hektar)
h. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan
penyegar (bulan)
4. Kegiatan pengembangan komoditi Lada, dengan sub kegiatan
sebagai berikut :
a. Rehabilitasi tanaman lada (Hektar)
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 24
b. Intensifikasi tanaman lada (Hektar)
c. Perluasan tanaman lada (Hektar)
d. Pemberdayaan pekebun tanaman lada (orang)
e. Pembangunan kebun sumber bahan tanam lada (Hektar)
f. Penilaian, pemurnian, penetapan kebun sumber bahan
tanam lada (kegiatan)
g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam lada (Hektar)
h. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan
penyegar (bulan)
5. Kegiatan pengembangan komoditi Cengkeh, dengan sub
kegiatan sebagai berikut :
a. Rehabilitasi tanaman cengkeh (Hektar)
b. Intensifikasi tanaman cengkeh (Hektar)
c. Perluasan tanaman cengkeh (Hektar)
d. Pemberdayaan pekebun tanaman cengkeh (orang)
e. Pembangunan kebun sumber bahan tanam cengkeh
(Hektar)
f. Penilaian, pemurnian, penetapan kebun sumber bahan
tanam cengkeh (kegiatan)
g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam cengkeh
(Hektar)
h. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan
penyegar (bulan)
6. Kegiatan pengembangan komoditi Pala, dengan sub kegiatan
sebagai berikut :
a. Rehabilitasi tanaman pala (Hektar)
b. Intensifikasi tanaman pala (Hektar)
c. Perluasan tanaman pala (Hektar)
d. Pemberdayaan pekebun tanaman pala (orang)
e. Pembangunan kebun sumber bahan tanam pala (Hektar)
f. Penilaian, pemurnian, penetapan kebun sumber bahan
tanam pala (kegiatan)
g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam pala (Hektar)
h. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan
penyegar (bulan)
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 25
7. Kegiatan koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah
dan penyegar (Pusat/dekonsentrasi), dengan sub kegiatan
sebagai berikut :
a. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan
penyegar (12 bulan)
B. Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu
Tanaman Semusim
Pada kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan
mutu tanaman semusim untuk e-proposal perencanaan kegiatan
tahun 2015 difokuskan pada komoditi Tebu, Kapas, Nilam dan
Tembakau. Daftar jenis kegiatan dan sub kegiatan pada
pengembangan tanaman semusim antara lain :
1. Kegiatan pengembangan komoditi Tebu, dengan sub kegiatan
sebagai berikut :
a. Perluasan tebu rakyat (Hektar)
b. Bongkar ratoon (Hektar)
c. Rawat ratoon (Hektar)
d. Pembangunan kebun benih datar (Hektar)
e. Demplot pengembangan tebu (Hektar)
f. Operasional tenaga pendamping (TKP dan PLP-TKP)
(orang)
g. Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan tebu
(orang)
h. Bantuan peralatan (unit)
i. Penataan varietas (paket)
j. Sensus database tebu sistem online (paket)
k. Integrasi tanaman tebu-ternak (kelompok tani/KT)
l. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim
(bulan)
2. Kegiatan pengembangan komoditi Kapas, dengan sub kegiatan
sebagai berikut :
a. Penanaman kapas (Hektar)
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 26
b. Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan kapas
(orang)
c. Operasional tenaga pendamping (TKP dan PLP-TKP)
(orang)
d. Pembangunan kebun induk penanaman kapas (Hektar)
e. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim
(bulan)
3. Kegiatan pengembangan komoditi Nilam, dengan sub kegiatan
sebagai berikut :
a. Penanaman nilam (Hektar)
b. Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan nilam
(orang)
c. Pembangunan kebun penangkar benih nilam (Hektar)
d. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim
(bulan)
4. Kegiatan pengembangan komoditi Tembakau, dengan sub
kegiatan sebagai berikut :
a. Penanaman tembakau (Hektar)
b. Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan
tembakau (orang)
c. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim
(bulan)
5. Kegiatan koordinasi kegiatan pengembangan tanaman
semusim (Pusat/dekonsentrasi), dengan sub kegiatan sebagai
berikut :
a. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim (12
bulan)
C. Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu
Tanaman Tahunan
Pada kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan
mutu tanaman tahunan untuk e-proposal perencanaan kegiatan
tahun 2015 difokuskan pada komoditi Kelapa Sawit, Karet, Kelapa,
Jambu Mete, Kemiri Sunan, Jarak Pagar dan Sagu. Daftar jenis
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 27
kegiatan dan sub kegiatan pada pengembangan tanaman tahunan
antara lain:
1. Kegiatan pengembangan komoditi Kelapa Sawit, dengan sub
kegiatan sebagai berikut :
a. Peremajaan tanaman kelapa sawit (Hektar)
b. Perluasan tanaman kelapa sawit (Hektar)
c. Intensifikasi tanaman kelapa sawit (Hektar)
d. Demplot peremajaan kelapa sawit (Hektar)
e. Pemberdayaan pekebun dan penguatan kelembagaan
kelapa sawit (orang)
f. Pembangunan kebun sumber bahan tanam kelapa sawit
(Hektar)
g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam kelapa sawit
(Hektar)
h. Penilaian, pemurnian dan penetapan kebun sumber bahan
tanam kelapa sawit (kegiatan)
i. Integrasi tanaman kelapa sawit-ternak (kelompok tani/KT)
j. Revitalisasi perkebunan kelapa sawit (bulan)
k. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan
(bulan)
2. Kegiatan pengembangan komoditi Karet, dengan sub kegiatan
sebagai berikut :
a. Peremajaan tanaman karet (Hektar)
b. Perluasan tanaman karet di wilayah perbatasan, bencana
alam dan pasca konflik (Hektar)
c. Pemberdayaan pekebun tanaman karet (orang)
d. Pembangunan kebun sumber bahan tanam karet (Hektar)
e. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam karet (Hektar)
f. Penilaian, pemurnian dan penetapan kebun sumber bahan
tanam karet (kegiatan)
g. Revitalisasi perkebunan karet (bulan)
h. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan
(bulan)

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 28
3. Kegiatan pengembangan komoditi Kelapa, dengan sub
kegiatan sebagai berikut :
a. Peremajaan tanaman kelapa (Hektar)
b. Perluasan tanaman kelapa (Hektar)
c. Rehabilitasi tanaman kelapa (Hektar)
d. Demplot peremajaan tanaman kelapa (Hektar)
e. Pemberdayaan pekebun tanaman kelapa (orang)
f. Pembangunan kebun sumber bahan tanam kelapa (Hektar)
g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam kelapa (Hektar)
h. Penilaian, pemurnian dan penetapan kebun sumber bahan
tanam kelapa (kegiatan)
i. Integrasi tanaman kelapa-ternak (kelompok tani/KT)
j. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan
(bulan)
4. Kegiatan pengembangan komoditi Jambu Mete, dengan sub
kegiatan sebagai berikut :
a. Peremajaan tanaman jambu mete (Hektar)
b. Perluasan tanaman jambu mete (Hektar)
c. Rehabilitasi tanaman jambu mete (Hektar)
d. Intensifikasi tanaman jambu mete (Hektar)
e. Pemberdayaan pekebun tanaman jambu mete (orang)
f. Pembangunan kebun sumber bahan tanam jambu mete
(Hektar)
g. Pemeliharaan kebun sumber bahan tanam jambu mete
(Hektar)
h. Penilaian, pemurnian dan penetapan kebun sumber bahan
tanam jambu mete (kegiatan)
i. Demplot tanaman jambu mete (Hektar)
j. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan
(bulan)
5. Kegiatan pengembangan komoditi Kemiri Sunan, dengan sub
kegiatan sebagai berikut :
a. Perluasan tanaman kemiri sunan (Hektar)
b. Pemberdayaan pekebun tanaman kemiri sunan (Orang)
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 29
c. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan
(bulan)
6. Kegiatan pengembangan komoditi Jarak Pagar, dengan sub
kegiatan sebagai berikut :
a. Perluasan tanaman jarak pagar (Hektar)
b. Pengadaan kompor tanaman jarak pagar (unit)
c. Pemberdayaan pekebun tanaman jarak pagar (orang)
d. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan
(bulan)
7. Kegiatan pengembangan komoditi Sagu, dengan sub kegiatan
sebagai berikut :
a. Perluasan tanaman sagu (Hektar)
b. Penataan tanaman sagu (Hektar)
c. Pemberdayaan pekebun tanaman sagu (orang)
d. Penilaian, pemurnian dan penetapan kebun sumber bahan
tanam sagu (kegiatan)
e. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan
(bulan)
8. Kegiatan koordinasi kegiatan pengembangan tanaman
tahunan (Pusat/dekonsentrasi), dengan sub kegiatan sebagai
berikut :
a. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan (12
bulan)
D. Kegiatan Dukungan Pascapanen dan Pembinaan Usaha
Kegiatan dukungan pascapanen dan pembinaan usaha
untuk e-proposal perencanaan kegiatan tahun 2015 difokuskan
untuk mendukung semua komoditi unggulan perkebunan. Daftar
jenis kegiatan dan sub kegiatan pada dukungan penanganan
pascapanen dan pembinaan usaha antara lain:
1. Kegiatan penanganan pascapanen tanaman rempah penyegar,
dengan sub kegiatan sebagai berikut :
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 30
a. Penanganan pascapanen tanaman kakao (kelompok
tani/KT)
b. Penanganan pascapanen tanaman kopi (kelompok tani/KT)
c. Penanganan pascapanen tanaman teh (kelompok tani/KT)
d. Penanganan pascapanen tanaman lada (kelompok tani/KT)
e. Penanganan pascapanen tanaman cengkeh (kelompok
tani/KT)
f. Penanganan pascapanen tanaman pala (kelompok tani/KT)
2. Kegiatan penanganan pascapanen tanaman semusim, dengan
sub kegiatan sebagai berikut :
a. Penanganan pascapanen tanaman tebu (kelompok tani/KT)
b. Penanganan pascapanen tanaman kapas (kelompok
tani/KT)
c. Penanganan pascapanen tanaman nilam (kelompok
tani/KT)
d. Penanganan pascapanen tanaman tembakau (kelompok
tani/KT)
3. Kegiatan penanganan pascapanen tanaman tahunan, dengan
sub kegiatan sebagai berikut :
a. Penanganan pascapanen tanaman kelapa sawit (kelompok
tani/KT)
b. Penanganan pascapanen tanaman karet (kelompok
tani/KT)
c. Penanganan pascapanen tanaman kelapa (kelompok
tani/KT)
d. Penanganan pascapanen tanaman jambu mete (kelompok
tani/KT)
e. Penanganan pascapanen tanaman kemiri sunan (kelompok
tani/KT)
f. Penanganan pascapanen tanaman jarak pagar (kelompok
tani/KT)
g. Penanganan pascapanen tanaman sagu (kelompok tani/KT)
4. Kegiatan dukungan penanganan pascapanen dan pembinaan
usaha perkebunan, dengan sub kegiatan sebagai berikut
(khusus untuk usulan kegiatan di TP Provinsi) :
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 31
a. Inventarisasi dan identifikasi serta penanganan kasus
gangguan usaha perkebunan (Kabupaten)
b. Inventarisasi dan identifikasi serta penanganan kasus
konflik usaha perkebunan (Kabupaten)
c. Pertemuan koordinasi penanganan gangguan usaha dan
konflik perkebunan (Kabupaten)
d. Pemantauan, pengawasan dan penyelesaian masalah PIR
TRANS/KKPA (Kabupaten)
e. Pemantauan, pengawasan dan penyelesaian masalah
PIRBUN (Kabupaten)
f. Pembinaan usaha perkebunan berkelanjutan (Kabupaten)
g. Penilaian usaha perkebunan (Kabupaten)
h. Penerapan standar perkebunan besar berkelanjutan
(Kabupaten)
i. Penerapan standar perkebunan berkelanjutan pola plasma
dan swadaya (Kabupaten)
j. Koordinasi kegiatan penanganan pascapanen dan
pembinaan usaha di pusat/dekonsentrasi (bulan)
E. Kegiatan Dukungan Perlindungan Perkebunan
Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan untuk e-
proposal perencanaan kegiatan tahun 2015 difokuskan untuk
mendukung semua komoditi unggulan perkebunan. Daftar jenis
kegiatan dan sub kegiatan pada dukungan perlindungan
perkebunan antara lain:
1. Kegiatan penanganan organisme pengganggu tanaman (OPT)
tanaman rempah dan penyegar, dengan sub kegiatan sebagai
berikut :
a. Pengendalian OPT tanaman kakao (Hektar)
b. Pengendalian OPT tanaman kopi (Hektar)
c. Pengendalian OPT tanaman teh (Hektar)
d. Pengendalian OPT tanaman lada (Hektar)
e. Pengendalian OPT tanaman cengkeh (Hektar)
f. Pengendalian OPT tanaman pala (Hektar)

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 32
2. Kegiatan penanganan organisme pengganggu tanaman (OPT)
tanaman semusim, dengan sub kegiatan sebagai berikut :
a. Pengendalian OPT tanaman tebu (Hektar)
b. Pengendalian OPT tanaman kapas (Hektar)
c. Pengendalian OPT tanaman nilam (Hektar)
d. Pengendalian OPT tanaman tembakau (Hektar)
3. Kegiatan penanganan organisme pengganggu tanaman (OPT)
tanaman tahunan, dengan sub kegiatan sebagai berikut :
a. Pengendalian OPT tanaman kelapa sawit (Hektar)
b. Pengendalian OPT tanaman karet (Hektar)
c. Pengendalian OPT tanaman kelapa (Hektar)
d. Pengendalian OPT tanaman jambu mete (Hektar)
e. Pengendalian OPT tanaman kemiri sunan (Hektar)
f. Pengendalian OPT tanaman jarak pagar (Hektar)
g. Pengendalian OPT tanaman sagu (Hektar)
4. Kegiatan dukungan perlindungan perkebunan, dengan sub
kegiatan sebagai berikut :
a. Operasional laboratorium lapangan/LL (Unit)-termasuk
kegiatan dekonsentrasi yang hanya di usulkan oleh SKPD
Provinsi
b. Operasional laboratorium utama pengendalian
hayati/LUPH (Unit)-termasuk kegiatan dekonsentrasi yang
hanya diusulkan oleh SKPD Provinsi
c. Operasional sub laboratorium hayati (Unit)-termasuk
kegiatan dekonsentrasi yang hanya diusulkan oleh SKPD
Provinsi
d. Sekolah lapang pengendalian hama terpadu/SLPHT
tanaman perkebunan (kelompok tani/KT)-dapat diusulkan
oleh SKPD Kabupaten/Kota
e. Antisipasi dampak perubahan iklim (Kegiatan)-termasuk
kegiatan TP Provinsi yang hanya diusulkan oleh SKPD
Provinsi
f. Koordinasi kegiatan perlindungan perkebunan di pusat/
dekonsentrasi (bulan)
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 33
F. Kegiatan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
Lainnya (Pusat)
Kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis
lainnya (pusat) untuk e-proposal perencanaan kegiatan tahun 2015
merupakan kegiatan dukungan secara administratif Ditjen.
Perkebunan yang termasuk kedalam kegiatan dekonsentrasi.
Daftar jenis kegiatan dan sub kegiatan pada dukungan manajemen
dan dukungan teknis lainnya antara lain:
1. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman rempah dan
penyegar (pusat), dengan sub kegiatan sebagai berikut :
a. Koordinasi, pembinaan dan monev pengembangan tanaman
rempah dan penyegar (dokumen)
b. Layanan perkantoran rempah dan penyegar (dokumen)
2. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman semusim (pusat),
dengan sub kegiatan sebagai berikut :
a. Koordinasi, pembinaan dan monev pengembangan tanaman
semusim (dokumen)
b. Layanan perkantoran semusim (dokumen)
3. Koordinasi kegiatan pengembangan tanaman tahunan (pusat),
dengan sub kegiatan sebagai berikut :
a. Koordinasi, pembinaan dan monev pengembangan tanaman
tahunan (dokumen)
b. Layanan perkantoran tahunan (dokumen)
4. Koordinasi kegiatan dukungan pascapanen dan pembinaan
usaha (pusat), dengan sub kegiatan sebagai berikut :
a. Koordinasi, pembinaan dan monev kegiatan dukungan
pascapanen dan pembinaan usaha (dokumen)
b. Layanan perkantoran pascapanen dan pembinaan usaha
(dokumen)


Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 34
5. Koordinasi kegiatan dukungan perlindungan perkebunan
(pusat), dengan sub kegiatan sebagai berikut :
a. Koordinasi, pembinaan dan monev kegiatan dukungan
perlindungan perkebunan (dokumen)
b. Layanan perkantoran perlindungan perkebunan (dokumen)
6. Koordinasi kegiatan dukungan manajemen dan dukungan
teknis lainnya Ditjen. Perkebunan (pusat/sekretariat), dengan
sub kegiatan sebagai berikut :
a. Dokumen perencanaan (dokumen)
b. Dokumen keuangan dan perlengkapan (dokumen)
c. Dokumen kepegawaian, hukum dan humas (dokumen)
d. Dokumen evaluasi dan pelaporan (dokumen)
e. Layanan perkantoran sekretariat (dokumen)
7. Kegiatan dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya
(dekonsentrasi) hanya di khususkan bagi SKPD Provinsi,
dengan sub kegiatan sebagai berikut :
a. Administrasi kegiatan dana dekonsentrasi/DK (bulan)
b. Administrasi kegiatan dana tugas pembantuan/TP (bulan)
c. Perencanaan (bulan)
d. Pengelolaan keuangan dan aset (bulan)
e. Data informasi dan statistik (bulan)
f. Insentif mantri statistik perkebunan (bulan)
g. Monitoring dan evaluasi (bulan)
h. Insentif pengawas benih tanaman (bulan)
i. Operasional PPNS (bulan)
j. Dukungan kegiatan manajemen dan teknis lainnya (bulan)
G. Kegiatan Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih
dan Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan
Kegiatan dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan
Penerapan Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan untuk e-
proposal perencanaan kegiatan tahun 2015 merupakan kegiatan
dukungan secara administratif dari UPT pusat lingkup Ditjen.
Perkebunan yang termasuk kedalam kegiatan dekonsentrasi yang
meliputi bidang sertifikasi benih dan teknologi penerapan proteksi
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 35
tanaman perkebunan. Daftar jenis kegiatan dan sub kegiatan pada
dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan
Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan antara lain:
1. Dukungan Pengujian, Pengawasan Mutu Benih dan Penerapan
Teknologi Proteksi Tanaman Perkebunan (UPT pusat), dengan
sub kegiatan sebagai berikut :
a. Layanan perkantoran UPT (dokumen)
b. Perangkat pengolah data dan komunikasi (unit)
c. Peralatan dan fasilitas perkantoran (unit)
d. Gedung dan bangunan (unit)
e. Operasional laboratorium (bulan)
f. Pembangunan kebun contoh, demplot, uji koleksi, dll
(Hektar)
g. Pengawasan peredaran benih (dokumen)
h. Rakitan teknologi spesifikasi proteksi tanaman perkebunan
(paket)
i. Pemanfaatan agensia hayati (jenis)
j. Sertifikasi dan pengujian mutu benih (batang)
k. Administrasi keuangan dan kepegawaian (bulan)
l. Penyusunan rencana kegiatan (laporan)
m. Peningkatan kapabilitas pegawai/petugas (orang)
n. Monitoring dan evaluasi (laporan)










Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 36
BAB III
MEKANISME PENGAJUAN USULAN KEGIATAN
MELALUI E-PROPOSAL
3.1. Prosedur dan Jadwal Pengusulan Kegiatan
Berikut ini adalah prosedur pengusulan usulan kegiatan
pembangunan perkebunan melalui e-proposal dari daerah (need
assessment) yang terlebih dahulu melalui mekanisme
MUSRENBANG sebagai berikut :
1. Rancangan usulan kegiatan pembangunan perkebunan dimulai
dari penjaringan aspirasi di lapangan (need assessment). Di
tingkat lapangan, petani melalui kelompok tani di
kecamatan/desa melakukan perencanaan partisipatif dalam
rangka menyusun rencana program dan anggaran kinerja
pembangunan perkebunan. Usulan dari kelompok tani
tersebut memuat kebutuhan petani dalam pengembangan
kegiatan pembangunan perkebunan dan merupakan aspirasi
terpadu yang didasari oleh kondisi nyata di lapangan sesuai
potensi daerah.
2. Rumusan rancangan kebutuhan kegiatan dan anggaran dari
kelompok tani didaerah yang dihasilkan dari mekanisme need
assessment akan dibahas pada Musyawarah Perencanaan
Pembangunan tingkat Desa, Kelurahan hingga tingkat
Kecamatan sebelum diusulkan ke SKPD Kabupaten/Kota. Hasil
Musrenbang tersebut selanjutnya di usulkan ke SKPD yang
membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota agar dibahas
pada Musyawarah Perencanaan Pembangunan Perkebunan
tingkat Kabupaten/Kota.
3. Pelaksanaan Musrenbangbun tingkat Kabupaten/Kota
dilaksanakan dengan menjaring beberapa usulan kegiatan
kelompok tani/pekebun dari tingkat Kecamatan. Hasil
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Perkebunan tingkat
Kabupaten/Kota diusulkan oleh SKPD yang membidangi
perkebunan di Kabupaten/Kota dengan meng-input melalui
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 37
sistem aplikasi e-proposal. Hasil input beberapa usulan
kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal
selanjutnya di sampaikan kepada SKPD yang membidangi
perkebunan di tingkat Provinsi.
4. Pemerintah Provinsi melalui SKPD yang membidangi
perkebunan melakukan kompilasi semua usulan kegiatan
SKPD Kabupaten/Kota yang disampaikan melalui e-proposal
setelah melalui mekanisme Musrenbangbun tingkat
Kabupaten/Kota. Hasil kompilasi tersebut dilakukan penilaian
untuk menentukan apakah usulan kegiatan tersebut layak
untuk diterima dengan penilaian yang baik atau tidak. Usulan
kegiatan yang dinilai layak akan dibahas kembali melalui
Musyawarah Perencanaan Pembangunan Perkebunan tingkat
Provinsi. Hasil keputusan usulan kegiatan melalui e-proposal
dari Musrenbangbun tingkat Provinsi selanjutnya akan
menentukan pengajuan atau tidaknya kepada Direktorat
Jenderal Perkebunan dengan mempertimbangkan kebijakan
pimpinan daerah.
5. Selanjutnya, Direktorat Jenderal Perkebunan melakukan
penilaian terhadap semua usulan kegiatan melalui e-proposal
dari SKPD Provinsi dan SKPD Kabupaten/Kota setelah
dilakukan verifikasi penilaian tingkat provinsi. Usulan kegiatan
dengan penilaian yang baik dan dinyatakan layak maka akan di
rekapitulasi/di rangkum sebagai bahan pembahasan lanjutan
melalui Musrenbangtan/nas yang akan menentukan
pengalokasian anggaran sesuai keputusan/kebijakan
pimpinan.
Menyesuaikan dengan jadwal agenda penyusunan RKP
(Rencana Kerja Pemerintah), RKA-KL (Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian/Lembaga), DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran)
untuk Kementerian Pertanian, maka jadwal pemrosesan usulan
kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal adalah
sebagai berikut:
1. Bulan Januari-Februari yaitu sosialisasi sistem aplikasi e-
proposal dan penyebarluasan Pedoman Perencanaan
Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan melalui
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 38
e-proposal. Pada bulan ini juga direncanakan kegiatan
penyerahan POK (Petunjuk Operasional Kegiatan) dan
sosialisasi pedoman pelaksanaan/teknis kegiatan lingkup
Direktorat Jenderal Perkebunan.
2. Bulan Februari-Maret yaitu usulan kegiatan yang dibahas
pada forum Musrenbangbun tingkat Kabupaten/Kota telah
mendapat persetujuan dari pimpinan daerah
(Bupati/Walikota) melalui SKPD yang membidangi
Perkebunan lingkup Kabupaten/Kota untuk segera di-input
melalui sistem aplikasi e-proposal. Selanjutnya disampaikan
kepada SKPD Provinsi yang membidangi perkebunan untuk
dilakukan proses verifikasi melalui penilaian kelayakan yang
hasilnya akan dibahas dalam forum Musrenbangbun
(Musyawarah Perencanaan Pembangunan Perkebunan)
tingkat Provinsi hingga pada akhirnya dapat diajukan/
disampaikan ke Direktorat Jenderal Perkebunan.
3. Bulan Maret yaitu rekapitulasi usulan kegiatan pembangunan
perkebunan melalui e-proposal dari SKPD Provinsi yang sudah
dilakukan penilaian kelayakannya dan dilakukan pembahasan
pada forum Musrenbangbun tingkat Provinsi, harus sudah
diterima di Direktorat Jenderal Perkebunan. Dokumen ini
selanjutnya akan dievaluasi dan dijadikan bahan pembahasan
untuk penetapan alokasi kegiatan dan anggaran pembangunan
perkebunan untuk disampaikan kepada Direktur Jenderal
Perkebunan sebagai bahan MUSRENBANG tingkat nasional di
Bappenas dan MUSRENBANGTAN yang akan dilaksanakan
pada bulan April.
4. Bulan April-Mei yaitu Kegiatan Musrenbangtan dilaksanakan
oleh Kementerian Pertanian setiap tahunnya pada awal atau
pertengahan bulan April dengan memperhatian waktu, tema
dan agenda Musrenbangnas yang diselenggarakan oleh
Bappenas pada akhir bulan April setiap tahunnya. Sebelum
Musrenbangnas didahului pelaksanaan pra musrenbangnas.
Pada awal bulan Mei tindaklanjut Musrenbangnas adalah
pelaksanaan pasca Musrenbangnas hingga penyempurnaan/
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 39
finalisasi Rencana Kerja Pemerintah (RKP) menjadi Rancangan
Akhir RKP dengan diterbitkannya Perpres penetapan RKP.
5. Batas waktu penyampaian usulan kegiatan melalui e-proposal
bagi SKPD Kabupaten/Kota diharapkan dapat diajukan ke
SKPD Provinsi paling lambat tanggal 30 Maret setiap tahunnya.
Sedangkan SKPD Provinsi melakukan proses penilaian dan
mengajukan ke Pusat paling lambat tanggal 31 Maret setiap
tahunnya. Namun batas waktu tersebut dapat diperpanjang
sampai dengan Oktober setiap tahunnya untuk mengakomodir
usulan-usulan yang berkembang pada proses perencanaan
(sifatnya non regular).
6. Dokumen lembar pengesahan usulan kegiatan pembangunan
perkebunan disampaikan kepada Sekretaris Direktorat
Jenderal Perkebunan melalui fax atau pos surat.
Berikut ini adalah Tabel yang menunjukkan tahapan
pengusulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui
mekanisme e-proposal.
Tabel 1. Tahapan pengusulan kegiatan pembangunan perkebunan
melalui e-proposal
Uraian Kegiatan
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun-Nov
Identifikasi kegiatan (need
assessment) dari kelompok
tani (KT) yang akan
diusulkan di tingkat
Kabupaten/Kota (sekaligus
penetapan CP/CL)

Sosialisasi aplikasi e-
proposal dan penyampaian
pedoman perencanaan
pengajuan usulan kegiatan
pembangunan perkebunan
melalui e-proposal oleh
petugas pusat (Biro
Perencanaan dan Ditjenbun)

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 40
Lanjutan Tabel 1 :
Uraian Kegiatan
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun-Nov
Usulan kegiatan dibahas
pada forum Musrenbangbun
tingkat Kabupaten/Kota
dan telah mendapat
persetujuan dari pimpinan
daerah (Bupati/Walikota)
melalui SKPD yang
membidangi Perkebunan
lingkup Kabupaten/Kota

Input usulan kegiatan
melalui sistem aplikasi e-
proposal oleh SKPD yang
membidangi Perkebunan
Kabupaten/Kota (hasil
Musrenbangbun Kab/Kota)
sekaligus penyampaian ke
SKPD yang membidangi
perkebunan Provinsi

Semua usulan kegiatan SKPD
Kabupaten/Kota akan di
nilai kelayakannya/ di
verifikasi yang selanjutnya
dibahas melalui mekanisme
Musrenbangbun tingkat
Provinsi untuk menentukan
usulan kegiatan yang dapat
di ajukan ke Pusat

Penyampaian e-proposal
oleh SKPD yang membidangi
Perkebunan Provinsi ke
Pusat/ Direktorat Jenderal
Perkebunan



Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 41
Lanjutan Tabel 1 :
Uraian Kegiatan
Bulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun-Nov
E-proposal harus diterima
oleh Ditjen. Perkebunan
untuk selanjutnya di lakukan
telaah melalui proses
penilaian sebagai bahan
pembahasan pada forum
Musrenbangtan/nas

Pelaksanaan
Musrenbangtan/nas (Proses
Validasi Usulan Kegiatan)
yang akan disetujui melalui
mekanisme penganggaran

Usulan kegiatan melalui E-
Proposal yang telah disetujui
anggarannya akan di proses
dalam RENJA & RKAKL
Ditjen. Perkebunan

Sistem aplikasi e-proposal merupakan proses perencanaan
yang berbasis situs web dalam mengajukan usulan kegiatan
pembangunan perkebunan di tahun berikutnya. Untuk lebih
memahami proses perencanaan yang berbasis situs web maka
dapat dijelaskan pada Gambar 1 yang menunjukkan skematik
proses perencanaan berbasis sistem aplikasi e-proposal.







Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 42



Gambar 1. Skematik Proses Perencanaan berbasis Sistem Aplikasi
e- proposal
3.2. Persyaratan Pengusul Kegiatan Melalui e-Proposal
Beberapa persyaratan pengusul kegiatan pembangunan
perkebunan melalui sistem aplikasi e-proposal antara lain :
1. Yang mengajukan usulan kegiatan pembangunan perkebunan
adalah SKPD Kabupaten/Kota dan SKPD Provinsi. Pengusulan
kegiatan oleh SKPD Kabupaten/Kota di dapat dari hasil
mekanisme need assessment yang dilaksanakan oleh kelompok
tani (KT) melalui proses CP/CL yaitu dengan mengidentifikasi
calon petani, calon lokasi pengembangan, kebutuhan kegiatan
dan anggaran, kemampuan petani dan potensi daerah.
2. Kelompok tani/gapoktan sebagai penerima manfaat harus
terdaftar di Bakorluh/Bapeluh setempat dengan
menunjukkan/menyampaikan nomor register penetapan
kelompok tani/gapoktan atau nomor SK pengukuhan
kelompok tani/gapoktan.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 43
3. Mengajukan usulan kegiatan menggunakan user name dan
password yang sudah diberikan untuk log in kedalam aplikasi
e-proposal.
4. Mengusulkan kegiatan yang bersumber pada dana tugas
pembantuan (TP Kabupaten) bagi SKPD Kabupaten/Kota dan
kegiatan yang bersumber pada dana dekonsentrasi dan dana
tugas pembantuan (TP Provinsi) bagi SKPD Provinsi.
5. Mempersiapkan data dan informasi secara lengkap terkait
pengisian database umum, database spesifik Kabupaten/Kota
dan database spesifik Kecamatan serta data informasi lain
terkait pengusulan kegiatan/anggaran, informasi profil SKPD,
dukungan APBD, narasi e-proposal dan penerima manfaat.
Pengisian data statistik berasal dari BPS atau sumber resmi
lain berdasarkan angka tetap.
6. Mengajukan usulan kegiatan dalam mendukung
pengembangan kawasan berbasis komoditas perkebunan yaitu
sesuai dengan penetapan peringkat Kabupaten/Kota untuk
masing-masing komoditi unggulan perkebunan.
7. Memperhatikan komoditi unggulan yang menjadi
prioritas/fokus program pengembangan komoditi di
Kementerian Pertanian dan Ditjen. Perkebunan antara lain
komoditi yang mendukung ketahanan pangan, pengembangan
ekspor/substitusi impor, bioindustry/ bioenergy dan komoditi
prioritas lainnya.
8. Mengusulkan maksimal 3 (tiga) komoditi unggulan
perkebunan di daerahnya per sub sektor untuk setiap SKPD
Kabupaten/Kota.
9. SKPD Kabupaten/Kota sebagai pengusul kegiatan harus
berkinerja baik dalam pelaksanaan kegiatan ditahun-tahun
sebelumnya dengan menunjukkan beberapa data/informasi
yang mendukung keberhasilan kegiatan pembangunan
perkebunan di tahun sebelumnya seperti capaian fisik dan
serapan anggaran (untuk satker mandiri).
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 44
10. Adanya alokasi anggaran APBD Provinsi dan APBD
Kabupaten/Kota dalam mendukung kegiatan yang diusulkan
karena hal ini menunjukkan keseriusan SKPD pengusul
kegiatan dalam mengembangkan komoditi unggulan
didaerahnya dan juga menentukan penilaian e-proposal.
11. Mempersiapkan dokumen pendukung terkait penerima
manfaat kegiatan untuk di upload kedalam aplikasi e-proposal
seperti RAB kegiatan, peta kawasan, kinerja pembangunan
perkebunan sebelumnya, potensi pengembangan, Perda
RTRW, nomor registrasi keputusan penetapan kelompok
tani/nomor SK pengukuhan dll.
12. Nomenklatur SKPD menyertakan nama perkebunan akan
menjadi prioritas pengalokasian kegiatan dan anggaran Ditjen.
Perkebunan.
13. Memperhatikan beberapa kegiatan yang dibatasi oleh
pendanaan APBN antara lain :
a. Penyelenggaraan rapat, rapat dinas, seminar, pertemuan,
lokakarya, peresmian kantor/proyek dan sejenisnya
dibatasi pada hal-hal yang sangat penting dan dilakukan
sesederhana mungkin.
b. Pemasangan telepon baru kecuali untuk satker (satuan
kerja) yang belum ada.
c. Pembangunan gedung baru yang sifatnya tidak langsung
menunjang untuk pelaksanaan tupoksi/tugas pokok dan
fungsi (antara lain mess, wisma, rumah dinas/rumah
jabatan dan gedung pertemuan) kecuali untuk gedung
yang bersifat pelayanan umum dan gedung/bangunan
khusus (laboratorium dan gudang) dan hanya dapat
dialokasikan melalui kegiatan DAK bidang pertanian.
d. Pengadaan kendaraan bermotor, kecuali 1) kendaraan
fungsional (seperti ambulance untuk rumah sakit,
kendaraan roda 2 untuk petugas lapangan; 2) pengadaan
kendaraan bermotor untuk satker baru yang sudah ada
ketetapan Kemeneg-PAN dan RB (Kementerian Negara
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 45
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi) dilakukan secara bertahap sesuai dana yang
tersedia; 3) penggantian kendaraan operasional yang
benar-benar rusak berat sehingga secara teknis tidak
dapat dimanfaatkan lagi; 4) penggantian kendaraan yang
rusak berat yang secara ekonomis memerlukan biaya
pemeliharaan yang besar untuk selanjutnya harus
dihapuskan dari daftar inventaris dan tidak diperbolehkan
dialokasikan biaya pemeliharaannya (didukung oleh
berita acara penghapusan); 5) kendaraan roda 4 dan atau
roda 6 untuk keperluan antar jemput pegawai dapat
dialokasikan secara sangat selektif. Kesemuanya
pengadaan kendaraan bermotor tersebut hanya dapat
dipenuhi dalam pengalokasian kegiatan DAK bidang
pertanian.
14. Memperhatikan beberapa kegiatan yang dilarang oleh
pendanaan APBN antara lain :
a. Perayaan atau peringatan hari besar, hari raya dan hari
ulang tahun Kementerian/Lembaga.
b. Pemberian ucapan selamat, hadiah/tanda mata, karangan
bunga dan sebagainya untuk berbagai peristiwa.
c. Pesta untuk berbagai peristiwa dan pekan olah raga pada
Kementerian/Lembaga kecuali Kementerian
Negara/Lembaga yang mengemban fungsi-fungsi tersebut.
d. Pengeluaran lain untuk kegiatan dan keperluan sejenis
dengan tersebut diatas.
e. Kegiatan yang memerlukan dasar hukum berupa
PP/Perpres namun pada saat penelaahan RKA-KL belum
ditetapkan dengan PP/Perpres.
3.3. Gambaran Umum Sistem Aplikasi e-proposal
Perencanaan pembangunan merupakan suatu proses
penyiapan seperangkat keputusan untuk dilaksanakan pada waktu
yang akan datang dan diarahkan pada sasaran tertentu. Unsur
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 46
perencanaan pembangunan diantaranya berhubungan dengan
masa depan, mendesain seperangkat kegiatan dan alokasi
sumberdaya secara sistematis serta dirancang untuk mencapai
tujuan tertentu. Menurut Arsyad, Lincoln, 1999 dan Kunarjo, 1992,
dalam Munir (2002) bahwa perencanaan di kelompokkan menjadi
beberapa macam diantaranya :
1. Jangka waktu (panjang/25tahun, menengah/5 tahun dan
pendek/tahunan).
2. Sifat perencanaan (Komando dan Rangsangan).
3. Alokasi sumber daya (Keuangan dan Fisik).
4. Tingkat keluwesan (Indikatif dan Imperatif).
5. Sistem ekonomi (Kapitalis, Sosialis dan Campuran).
6. Arus informasi (top-down, bottom-up, kombinasi).
7. Dimensi pendekatan (Ma, Se, Re dan Mi).
Berkaitan dengan penjelasan tersebut bahwa penerapan
dan pengembangan sistem aplikasi e-proposal ini merupakan
bagian dari mekanisme perencanaan pembangunan. E-proposal
adalah aplikasi yang dibangun untuk mendukung sistem bottom up
planning yang efektif dan efisien di Kementerian Pertanian. Dengan
adanya e-proposal akan mampu menjelaskan kebutuhan anggaran
yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang ditargetkan, lengkap
dengan daya dukung yang akurat dan legalitas dari SKPD terkait.
Sistem e-proposal memiliki beberapa tujuan diantaranya:
1) Menjaring sebanyak mungkin usulan-usulan dari daerah yang
potensial untuk dikembangkan dari pekebun/kelompok tani.
2) Mempercepat pengiriman data proposal dari seluruh
Kabupaten/Kota dan Provinsi.
3) Memperkuat peran SKPD Provinsi sebagai koordinator
mekanisme perencanaan satu pintu.
4) Mempercepat proses penilaian proposal oleh tim pusat.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 47
5) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengalokasian
anggaran pemerintah Kabupaten/Kota dan Provinsi di seluruh
Indonesia.
6) Mendukung upaya hemat barang persediaan/paperless.
7) Pengelolaan database potensi pengembangan daerah yang
lebih baik dari aspek perencanaan dan aspek teknis
pengembangan kawasan.
8) Mendukung percepatan birokrasi dimana usulan-usulan dari
daerah akan diproses di pusat dengan transparan dan
akuntabel.
9) Meminimalisisr/mengurangi potensi intervensi dari pihak lain
terkait pengalokasian kegiatan dan anggaran.
Untuk dapat mengakses aplikasi e-proposal dalam rangka
pengisian usulan kegiatan pembangunan perkebunan maka ada
beberapa perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software)
dan perangkat pengelola (brainware) yang dibutuhkan antara lain :
A. Perangkat Keras (hardware)
Perangkat keras yang digunakan adalah
komputer/laptop/notebook dengan sistem operasi windows XP
atau lebih tinggi (vista, 7, 8, dll), Minimal processor pentium
III/yang setara atau yang lebih tinggi, memori atau RAM 512 MB
atau yang lebih tinggi serta sambungan/koneksi internet (bisa
menggunakan modem GSM/CDMA, speedy, wifi/hotspot, dll).
B. Perangkat Lunak (software)
Perangkat lunak yang digunakan antara lain browser
internet (disarankan menggunakan mozilla firefox atau google
chrome) dan menggunakan adobe acrobat reader untuk membaca
file tipe .pdf.
Server aplikasi e-proposal Kementerian Pertanian
dijalankan oleh PUSDATIN (Pusat Data dan Informasi, kementerian
Pertanian) yang berwenang sebagai pusat data dan informasi e-
proposal. Software (perangkat lunak) aplikasi e-proposal adalah 1)
perangkat lunak yang terprogram di desktop SKPD
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 48
Kabupaten/Kota untuk menginput data terkait pengajuan proposal,
2) perangkat lunak di SKPD Provinsi, dan 3) perangkat lunak di
server pusat data E-Form. Fungsinya adalah sebagai program
untuk menginput proposal elektronik ke server pusat data E-Form
dan juga software di SKPD Provinsi dan UPT Pusat.
C. Perangkat Pengelola (brainware)
Brainware disini dimaksudkan pengelola terhadap aplikasi
e-proposal lingkup Kementerian Pertanian. Pengelola sistem
aplikasi e-proposal terdiri atas :
1. Biro Perencanaan, Sekretariat Jenderal.
a. Admin (Bagian Kebijakan Program dan Wilayah, Biro
Perencanaan).
b. Tim Penilai (Sekretaris Ditjen/Badan Eselon I dan Kapala
Bagian Perencanaan tiap Eselon-1 lingkup Kementerian
Pertanian).
2. Petugas penginput data (operator) ditunjuk oleh SKPD
Kabupaten/Kota.
3. Petugas operator SKPD Provinsi.
3.4. Ketentuan Umum Pengajuan Usulan Kegiatan
Melalui e-proposal
Beberapa ketentuan umum dalam pengajuan usulan
kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal sebagai
berikut :
1) Pengajuan usulan kegiatan pembangunan perkebunan dapat
diakses melalui alamat situs web app1.pertanian.go.id/
eproposal2015_beta2/ atau www.pertanian.go.id/
eplanning lalu memilih kolom proposal kemudian mengklik
eproposal.
2) Usulan kegiatan yang diajukan berdasarkan hasil kesepakatan
pada forum Musrenbangbun Kabupaten/Kota dan
Musrenbangbun Provinsi.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 49
3) Menu kegiatan yang akan di usulkan SKPD Pengusul terbagi ke
dalam kegiatan hulu, onfarm, hilir dan penunjang. Kegiatan
tidak lagi dipisahkan secara langsung menunjuk nama Eselon I,
namun sistem yang akan mengkelompokan sub-sub menu
kegiatan di Eselon I ke dalam menu kegiatan besar.
4) Penggunaan user name dan password bersifat rahasia dan
identik yang artinya hanya dapat dikelola oleh
penanggungjawab kegiatan yaitu Kepala SKPD atau Sekretaris
SKPD/Kepala Bidang/sub bidang Perencanaan dan diketahui
oleh operator e-proposal di tiap SKPD saja serta dapat di rubah
sewaktu-waktu untuk updating safety.
5) Pengisian database spesifik level Kecamatan dalam
mendukung pengembangan komoditas perkebunan dan
memperkuat sistem perencanaan akan digunakan sebagai
basis data SIKP (Sistem Informasi Kawasan Pertanian) dengan
memanfaatkan data tabular dan di overlay diatas data spasial.
Informasi ini akan disajikan secara lebih lengkap, terperinci
dan utuh pada situs web SIKP yang juga merupakan bagian
dari e-Planning yaitu dapat diakses melalui :
http://www.pertanian.go.id/sikp
6) Pada database spesifik kecamatan selain mengisi database sub
sektor perkebunan, juga harus mengisi database sub sektor
PSP dan sub sektor PPHP termasuk mengenai isian database
UPH (Unit Pengolahan Hasil).
7) Pengisian data terkait database spesifik kecamatan, database
spesifik level Kabupaten/Kota, database umum level Provinsi,
informasi terkait narasi e-proposal dan data pendukung yang
akan di upload pada sistem aplikasi e-proposal akan
dilengkapi dengan form sebagaimana dapat disajikan pada
LAMPIRAN pedoman ini dengan tujuan untuk mempermudah
SKPD Pengusul dalam mempersiapkan data dan informasi
terkait pengisian database tersebut.
8) Narasi e-proposal berisi tujuan, masalah, potensi kawasan,
prospek pengembangan, strategi, kegiatan prioritas, indikator
kinerja dan analisis resiko.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 50
9) Penerima manfaat adalah sasaran petani/calon petani/
kelompok tani yang akan dialokasikan pendanaan APBN untuk
kegiatan pengembangan komoditi perkebunan di daerahnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
a. Mengisi penerima manfaat termasuk koordinat
pelaksanaan kegiatan.
b. Daftar kelompok tani yang ada dalam aplikasi e-proposal
sudah di verifikasi oleh BPPSDMP melalui
Bakorluh/Bapeluh setempat, untuk itu kelompok tani
perkebunan yang belum terdaftar/kelompok tani
baru/kelompok tani yang berdiri sendiri harus meng-
entry kelompok tani dengan mengakses bidang yang
ditangani penyuluhan pada bagian profil SKPD.
c. Untuk sasaran penerima manfaat yang berasal dari UPT
pusat/SKPD Provinsi atau unit instansi/SKPD/balai
dibawah eselon I yang bukan kelompok tani maka
mengentry pada bagian penerima manfaat bukan
kelompok.
d. Penyeleksian kelompok tani oleh SKPD Kabupaten/Kota
melalui mekanisme CP/CL sudah harus dicermati pada
pengisian penerima manfaat ini.
e. Pola penentuan CP/CL dibangun Kementerian Pertanian
secara bertahap mengarah kepada pola tertutup, dimana
setiap SKPD Kabupaten/Kota pengusul diharuskan
menseleksi CP/CL di setiap kegiatan mengacu pada usulan
calon penerima manfaat yang ada/terdaftar di dalam
database e-proposal penerima manfaat yang bertujuan
agar perencanaan kegiatan dapat lebih tepat sasaran dan
dapat dipantau serta dievaluasi dengan lebih baik.
f. Peran SKPD Kabupaten/Kota yang membidangi
penyuluhan sangat penting untuk mengidentifikasi
kelompok tani dan gabungan kelompok tani yang ada di
wilayah kerjanya masing-masing melalui koordinasi
dengan para penyuluh.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 51
10) SKPD yang membidangi perkebunan di Provinsi harus
memverifikasi atau menilai kelayakan atas usulan kegiatan
melalui e-proposal dari SKPD yang membidangi perkebunan di
Kabupaten/Kota sebelum diajukan ke pusat dengan
memperhatikan beberapa indikator kriteria teknis.
11) Catatan verifikasi yang disampaikan oleh Tim verifikasi
Provinsi akan sangat berguna bagi Tim Pusat untuk menjadi
pertimbangan dalam melakukan penilaian, begitu juga dengan
catatan yang disampaikan oleh Tim Penilai Pusat akan sangat
berguna bagi daerah untuk mengetahui
kekurangan/perbaikan usulan kegiatan atau tidak layaknya
sebuah usulan kegiatan selain bermanfaat dalam melakukan
penelaahan bahan Musrenbangtan/ pembahasan dengan
pimpinan. Catatan ini dapat berupa : data kelompok tani
sasaran yang diusulkan belum diisi, narasi proposal belum
lengkap, database dari kabupaten/kota belum lengkap, tidak
mengisi dukungan APBD, justifikasi kenapa usulan kegiatan
tidak layak diajukan ke pusat, justifikasi mengenai usulan
kegiatan dikembalikan ke Kabupaten/Kota untuk di revisi dan
lainnya.
12) Kelengkapan pengisian data dan informasi terkait pengajuan
usulan kegiatan melalui e-proposal akan sangat
mempengaruhi penilaian kelayakan selain melihat dari
pertimbangan indikator kriteria teknis lainnya. Bobot
indikator yang tertinggi adalah jika usulan kegiatan
pembangunan perkebunan berada di lokasi kawasan yang
sesuai dengan penetapan peringkat Kabupaten/Kota dari
masing-masing komoditi unggulan perkebunan (100 besar).
13) Penilaian terhadap usulan kegiatan juga dilakukan oleh
Pusat/Ditjen. Perkebunan melalui beberapa kriteria penilaian
dengan sistem pembobotan. Mekanisme penilaian ini akan
menentukan analisis keputusan untuk menyetujui atau tidak
usulan kegiatan tersebut dibahas pada forum
Musrenbangtan/nas yang selanjutnya diputuskan
pengalokasiaan anggarannya oleh pimpinan.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 52
14) Pemantauan hasil penilaian Tim Pusat harus dilakukan secara
berkala oleh SKPD pengusul, selain itu SKPD pengusul wajib
menyampaikan lembar pengesahan usulan kegiatan
kepada Ditjen. Perkebunan sebagai kelengkapan administrasi.
15) Mekanisme pengusulan kegiatan dari UPT Pusat dan Satker
Pusat pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pengusulan
kegiatan dari SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota, hanya saja
kegiatan yang diusulkan dikhususkan pada kegiatan
dekonsentrasi yaitu kegiatan dukungan manajemen dan
dukungan teknis lainnya Ditjen. Perkebunan (Pusat) dan
kegiatan dukungan pengujian, pengawasan mutu benih dan
penerapan teknologi proteksi tanaman perkebunan.
16) Mekanisme pengusulan kegiatan DAK bidang pertanian adalah
dengan mengisi data teknis DAK tiap sub sektor bagi pengusul
kegiatan (SKPD Provinsi dan SKPD Kabupaten/Kota).
17) SKPD Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 30 Maret
setiap tahunnya sudah harus menyampaikan usulan
kegiatan melalui e-proposal kepada SKPD Provinsi,
sedangkan SKPD Provinsi melakukan proses verifikasi
penilaian dan mengajukan ke Pusat paling lambat tanggal
31 Maret setiap tahunnya.
18) Ketentuan-ketentuan umum lainnya seperti adanya
Kecamatan dan Kabupaten/Kota yang di mekarkan/di merger
hendaknya disampaikan kepada Pusat (Biro Perencanaan dan
Ditjen. Perkebunan) agar dapat membuat user name dan
password serta menyesuaikan database dalam e-proposal.
19) Apabila terdapat kendala dalam meng-input usulan kegiatan
melalui e-proposal dapat berkonsultasi melalui alamat email:
perencanaanditjenbun@gmail.com dengan menuliskan
subjek email konsultasi e-proposal.



Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 53
3.4.1. Muatan e-proposal tingkat Provinsi dan Kabupaten/
Kota
Berikut ini dapat dijelaskan mengenai muatan e-proposal
untuk pengusul kegiatan yang berasal dari SKPD yang membidangi
perkebunan di Provinsi dan pengusul kegiatan yang berasal dari
SKPD yang membidangi perkebunan di Kabupaten/Kota.
I. Informasi profil SKPD
Pada informasi profil SKPD ini memuat :
1. Tahun perencanaan berisi tahun pengusulan usulan kegiatan
melalui e-proposal yang sudah secara otomatis ditampilkan
oleh aplikasi.
2. Nama SKPD berisi nama Dinas yang membidangi perkebunan
di Provinsi dan nama Dinas yang membidangi perkebunan di
Kabupaten/Kota.
3. Alamat berisi alamat SKPD yang membidangi perkebunan di
Provinsi dan di Kabupaten/Kota. Di harapkan pengisian alamat
secara lengkap agar mudah dalam pengiriman pos surat.
4. Kabupaten/Kota berisi nama Provinsi dan Kabupaten/Kota
yang secara otomatis ditampilkan oleh aplikasi.
5. Mendukung komoditas berisi nama bidang yang ditangani
sesuai tupoksi SKPD di Provinsi dan di Kabupaten/Kota.
6. Nomor Telephone dan Nomor Fax SKPD provinsi dan
kabupaten/kota wajib diisi secara lengkap dan masih aktif
untuk memudahkan penyampaian data, informasi dan
komunikasi.
7. Alamat email SKPD yang wajib diisi secara lengkap oleh SKPD
yang membidangi perkebunan di Provinsi dan di
Kabupaten/Kota untuk memudahkan penyampaian data,
informasi dan komunikasi. Alamat email tersebut harus dalam
keadaan aktif. Untuk SKPD Kabupaten/Kota disertai alamat
email alternatif.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 54
8. Contact Person yang menangani perencanaan berisi nama
orang yang menangani bidang perencanaan dengan nama dan
gelar lengkap beserta nomor telephone/HP yang masih aktif.
9. Nama kepala SKPD berisi nama penanggung jawab kegiatan di
SKPD yang menangani perkebunan di Provinsi dan di
Kabupaten/Kota dengan nama dan gelar lengkap beserta NIP.
II. Database Umum
Pada database umum ini, SKPD yang membidangi perkebunan di
Provinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan mengisi atau melengkapi
database umum yang berisi :
1. Letak wilayah provinsi dan kabupaten/kota secara geografis
berisi letak wilayah yang di ukur berdasarkan sistem
koordinat garis lintang (Lintang Utara/LU dan Lintang
Selatan/LS) dan letak bujur (bujur timur/BT dan bujur
barat/BB).
2. Batas wilayah berisi batas wilayah provinsi dan
kabupaten/kota dari utara, selatan, barat dan timur.
3. Luas wilayah berisi luas daratan dan luas lautan dalam
provinsi dan dalam kabupaten/kota menggunakan satuan km
2
.
4. Untuk SKPD provinsi : Administrasi pemerintahah
Kabupaten/Kota berisi jumlah kabupaten, jumlah kecamatan,
jumlah desa dan jumlah kelurahan yang ada di provinsi
tersebut.
5. Untuk SKPD kabupaten/kota : Administrasi pemerintahah
Kabupaten/Kota berisi jumlah kecamatan, jumlah desa dan
jumlah kelurahan yang ada di kabupaten/kota tersebut.
6. Kondisi demografi berisi :
a. Jumlah penduduk di provinsi atau di kabupaten/kota dalam
satuan jiwa.
b. Luas wilayah secara keseluruhan/total di provinsi atau di
kabupaten/kota dalam satuan km
2
.
c. Ratio jenis kelamin berisi persentase penduduk yang
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 55
d. Pendidikan berisi persentase penduduk yang tamat
pendidikan SD, SLTP, SMU, Diploma, Sarjana, Master dan
Doktor dari total penduduk di provinsi atau di
kabupaten/kota.
e. Total rumah tangga berisi jumlah keluarga per KK yang
berada di provinsi atau di kabupaten/kota.
f. Jumlah keluarga petani berisi jumlah keluarga per KK yang
berada di provinsi atau di kabupaten/kota yang bermata
pencaharian sebagai petani.
g. Jumlah angkatan kerja produktif berisi jumlah penduduk
dalam satuan orang yang berada pada usia produktif yang
berkisar antara 15-64 tahun atau 18-55 tahun menurut
sumber yang lain.
7. Kondisi perekonomian berisi :
a. Total Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi
atau PDRB kabupaten/kota dalam satuan Rp. (rupiah).
b. Dukungan PDRB sektor terhadap perekonomian daerah
berisi persentase kontribusi sektor-sektor perekonomian
terhadap peningkatan PDRB provinsi atau PDRB
kabupaten/kota seperti sektor pertanian dan kehutanan
(peternakan, perikanan dan perkebunan); sektor
pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan;
sektor listrik, gas dan air bersih; sektor konstruksi, sektor
perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan
komunikasi, sektor keuangan, real estate dan jasa
keuangan; sektor jasa-jasa lainnya.
c. Dukungan PDRB dari sub sektor terhadap sektor pertanian
berisi persentase kontribusi sub sektor perekonomian
terhadap peningkatan PDRB sub sektor pertanian provinsi
atau kabupaten/kota seperti sub sektor tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan.
8. Kelembagaan berisi :
a. Kelembagaan petani berisi jumlah gapoktan, jumlah
kelompok tani, jumlah KT wanita dan jumlah pemuda tani
di provinsi atau kabupaten/kota.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 56
b. Kelembagaan penyuluhan berisi jumlah penyuluh PNS (laki-
laki dan perempuan), jumlah penyuluh THP-TB PP (laki-laki
dan perempuan), jumlah penyuluh swadaya (laki-laki dan
perempuan) dan jumlah BPP di kecamatan (satuan unit).
c. Kelembagaan pembiayaan berisi jumlah dalam satuan unit
dari koperasi, BPR (Bank Perkreditan Rakyat), Bank
Pemerintah, Bank Swasta dan LKMA (Lembaga Keuangan
Mikro Agribisnis).
d. Kelembagaan pemasaran berisi jumlah unit pasar, jumlah
unit supermarket, jumlah unit pasar tani, jumlah
perusahaan eksportir, jumlah unit sub terminal agribisnis
(STA) dan jumlah unit terminal agribisnis (TA).
e. Kelembagaan sarana berisi jumlah unit kios alsintan (alat
dan mesin pertanian), jumlah unit kios saprotan (sarana
produksi pertanian) dan jumlah unit penggilingan.
9. Kondisi/sumber ketersediaan air berisi jumlah unit sumber air
yang berada di provinsi atau di kabupaten/kota seperti danau,
sungai, waduk, embung dan sumber air lainnya.
10. Utilitas listrik berisi kondisi sarana prasarana ketersediaan
listrik dan jangkauan sumber listrik ke daerah di provinsi atau
di kabupaten/kota apakah baik, sedang atau rusak.
11. Luas lahan pertanian berisi luas lahan pertanian tanaman
pangan, lahan perkebunan dan lahan hortikultura yang berada
di provinsi atau di kabupaten/kota dalam satuan hektar.
III. Database teknis level kecamatan
Khusus untuk usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui
e-proposal dari SKPD yang membidangi perkebunan di
Kabupaten/Kota dilengkapi dengan form isian database teknis
level kecamatan sebagai database spesifik tingkat kecamatan yang
akan digunakan untuk basis data sistem aplikasi SIKP (sistem
informasi kawasan pertanian). Muatan database teknis level
kecamatan ini memuat :
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 57
1. Database teknis level kecamatan sub sektor perkebunan
memuat nama kecamatan dan komoditas unggulan
perkebunan yang akan diusulkan meliputi :
a. Data per kecamatan untuk komoditi tanaman tahunan
(kepala sawit, karet, kelapa, jambu mete, kemiri sunan,
jarak pagar dan sagu) yang terdiri dari :
- Data luas areal (tanaman belum menghasilkan/TBM,
tanaman menghasilkan/TM, tanaman rusak/TTR dan
luas areal total) dalam satuan hektar untuk
pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan
2 tahun sebelumnya (t-2).
- Data produksi dalam satuan ton untuk pengembangan
kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun
sebelumnya (t-2).
- Data produktivitas dalam satuan ton/ha untuk
pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan
2 tahun sebelumnya (t-2).
- Data unit pengolahan hasil perkebunan (UPH) dalam
satuan unit yang ada di lokasi pengembangan kegiatan
1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-
2).
- Data luas areal potensi pengembangan komoditi
perkebunan dalam satuan hektar pada kondisi
sekarang (t0), kondisi 1 tahun kedepan (t+1) dan
kondisi 2 tahun kedepan (t+2).
b. Data per kecamatan untuk komoditi tanaman semusim
(tebu, nilam, kapas dan tembakau) yang terdiri dari :
- Data luas areal eksisting dalam satuan hektar untuk
pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan
2 tahun sebelumnya (t-2).
- Data produksi dalam satuan ton untuk pengembangan
kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun
sebelumnya (t-2).
- Data produktivitas dalam satuan ton/ha untuk
pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan
2 tahun sebelumnya (t-2).
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 58
- Data unit pengolahan hasil perkebunan (UPH) dalam
satuan unit yang ada di lokasi pengembangan kegiatan
1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-
2).
- Data luas areal potensi pengembangan komoditi
perkebunan dalam satuan hektar pada kondisi
sekarang (t0), kondisi 1 tahun kedepan (t+1) dan
kondisi 2 tahun kedepan (t+2).
c. Data per kecamatan untuk komoditi tanaman rempah dan
penyegar (kakao, kopi, teh, cengkeh, lada dan pala) yang
terdiri dari :
- Data luas areal (tanaman belum menghasilkan/TBM,
tanaman menghasilkan/TM, tanaman rusak/TTR dan
luas areal total) dalam satuan hektar untuk
pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan
2 tahun sebelumnya (t-2).
- Data produksi dalam satuan ton untuk pengembangan
kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun
sebelumnya (t-2).
- Data produktivitas dalam satuan ton/ha untuk
pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan
2 tahun sebelumnya (t-2).
- Data unit pengolahan hasil perkebunan (UPH) dalam
satuan unit yang ada di lokasi pengembangan kegiatan
1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-
2).
- Data luas areal potensi pengembangan komoditi
perkebunan dalam satuan hektar pada kondisi
sekarang (t0), kondisi 1 tahun kedepan (t+1) dan
kondisi 2 tahun kedepan (t+2).
2. Database teknis level kecamatan PSP-Perkebunan dalam
mendukung sub sektor perkebunan, memuat data sarana
prasarana perkebunan seperti :
a. Nama kecamatan yang sudah terdaftar di aplikasi.
b. Pengisian data jalan produksi dalam satuan km (kilo
meter).
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 59
c. Pengisian data jumlah unit traktor roda 4 yang dipakai
(unit).
3. Database teknis level kecamatan PPHP dalam mendukung sub
sektor perkebunan, memuat data pengolahan dan pemasaran
hasil perkebunan seperti:
a. Nama kecamatan yang sudah terdaftar di aplikasi.
b. Pengisian data UPH (unit pengolahan hasil) yang meliputi
nama sub sektor yang didukung dan jumlah unit UPH.
c. Pengisian data jumlah sentra kemasan PPHP.
d. Pengisian data jumlah pasar tani (unit).
IV. Narasi proposal
Narasi proposal bagi SKPD provinsi dan SKPD kabupaten/kota
yang membidangi perkebunan ini memuat :
1. Tujuan berisi tujuan akhir yang ingin dicapai dalam pengajuan
proposal untuk pengembangan kawasan berbasis komoditas
unggulan perkebunan.
2. Masalah berisi masalah utama yang dihadapi dalam
pengembangan kawasan berbasis komoditas unggulan
pekebunan. Masalah utama diperoleh berdasarkan identifikasi
lapangan dan diskusi dengan pihak terkait.
3. Potensi kawasan berisi nama komoditas unggulan yang
potensial serta luas potensi pengembangan. Boleh
menyebutkan lebih dari satu komoditas tetapi maksimal 3
komoditas per sub sektor dalam satu kabupaten/kota.
4. Prospek pengembangan berisi prospek pengembangan
komoditi perkebunan ke depan mencakup perluasan areal,
produksi, produktivitas, penyerapan tenaga kerja,
pengembangan usaha industri dan pemasarannya.
5. Strategi berisi cara untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Startegi ini nantinya akan dijabarkan lebih lanjut kedalam
kebijakan/regulasi, program dan kegiatan.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 60
6. Kegiatan prioritas berisi kegiatan prioritas (maksimal 3
kegiatan) yang mampu memberikan daya pengungkit
(trigger)/berdampak besar bagi pencapaian tujuan.
7. Indikator kinerja berisi nama indikator kinerja output dan
outcome yang dilengkapi dengan angka kuantitatif beserta
besaran dan satuan volumenya.
8. Analisis resiko berisi tingkat risiko pada setiap tahapan
pelaksanaan kegiatan yang mengacu pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 mengenai Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.
V. Usulan Kegiatan
Usulan kegiatan ini memuat :
1. Sub sektor berisi nama sub sektor yang terkait tupoksi SKPD
Provinsi dan Kabupaten/Kota.
2. Komoditas berisi nama komoditas unggulan perkebunan yang
akan diusulkan SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota yang
terdiri atas 17 komoditas yaitu Kelapa sawit, karet, kelapa,
kakao, tebu, kopi, teh, jambu mete, nilam, kapas, tembakau,
kemiri sunan, lada, cengkeh, jarak pagar, pala dan sagu.
3. Status kegiatan berisi kegiatan yang akan diusulkan tersebut
apakah kegiatan baru atau kegiatan lanjutan di tahun
sebelumnya.
4. Sumber anggaran berisi pengajuan usulan kegiatan tersebut
akan didanai APBN yang bersumber dari RM (rupiah murni),
HLN (hibah luar negeri), PLN dan PNBP (penerimaan negara
bukan pajak).
5. Pola pendanaan berisi apakah mengajukan pola pendanaan
yang bersumber dari APBN murni, APBN-APBD, APBN-swasta
atau APBN-APBD-Swasta.
6. Dukungan APBD Kabupaten berisi kontribusi anggaran APBD
dalam mendukung pengusulan kegiatan dalam bentuk rupiah
murni dan persentase dari total anggaran APBD
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 61
Kabupaten/Kota. Dukungan APBD Kabupaten ini wajib diisi
jika pola pendanaan yang dipilih adalah APBN-APBD.
7. Dukungan swasta berisi kontribusi anggaran swasta dalam
mendukung pengusulan kegiatan dalam bentuk rupiah murni.
Dukungan swasta ini wajib diisi jika pola pendanaan yang
dipilih adalah APBN-Swasta.
8. Kegiatan berisi usulan kegiatan yang akan diajukan dimana
secara otomatis mendukung komoditas yang diusulkan.
Kegiatan disini terdiri dari kegiatan hulu (terkait output
kegiatan Ditjen. Perkebunan), kegiatan hilir (terkait output
kegiatan Ditjen. PPHP) dan kegiatan onfarm (terkait output
kegiatan Ditjen. PSP). Pada kegiatan ini memuat:
a. Sub kegiatan berisi sub output kegiatan yang akan
diusulkan dari masing-masing eselon II lingkup Ditjen.
Perkebunan, Ditjen. PSP atau Ditjen. PPHP.
b. Volume dan satuan berisi volume kegiatan yang akan
diusulkan dalam satuan perhitungan tertentu.
c. Harga satuan dan jumlah berisi anggaran yang akan
diusulkan per satuan harga dan secara otomatis akan
menjumlah total anggaran yang akan diusulkan (dalam
rupiah).
VI. Penerima manfaat
Form penerima manfaat pada pengusulan kegiatan melalui e-
proposal wajib di isi oleh pengusul kegiatan dari SKPD Provinsi dan
SKPD Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan karena akan
menentukan tahapan pengusulan kegiatan selanjutnya untuk dapat
diajukan ke provinsi bagi SKPD Kabupaten/Kota dan diajukan ke
pusat bagi SKPD Provinsi.
Form penerima manfaat ini dibagi 2 yaitu penerima manfaat yang
merupakan kelompok (diisi oleh SKPD Kabupaten/Kota) dan
penerima manfaat yang bukan kelompok (diisi oleh SKPD Provinsi
dan Kabupaten/Kota). Untuk sasaran penerima manfaat yang
berasal dari UPT pusat/SKPD Provinsi atau unit
instansi/SKPD/balai dibawah eselon I yang bukan kelompok tani di
wajibkan meng-entry penerima manfaat pada bagian penerima
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 62
manfaat bukan kelompok. Berikut ini adalah form penerima
manfaat yang merupakan kelompok dan yang bukan merupakan
kelompok memuat:
1. Nama SKPD yang membidangi perkebunan.
2. Kegiatan/output kegiatan masing-masing eselon II lingkup
Ditjen. Perkebunan.
3. Sub kegiatan/ sub output kegiatan masing-masing eselon II
lingkup Ditjen. Perkebunan.
4. Komoditas yang diusulkan.
5. Usulan dana/anggaran yang diusulkan dalam rupiah.
6. Upload file pendukung 1 sampai dengan 5 berisi file
pendukung usulan kegiatan seperti RAB kegiatan, peta
kawasan, kinerja pembangunan perkebunan sebelumnya,
potensi pengembangan, Perda RTRW, nomor registrasi
keputusan penetapan kelompok tani/nomor SK pengukuhan
dll. (dalam format pdf, word, excel, power point, jpeg yang
dibatasi total 1 MB).
7. Daftar kelompok tani yang merupakan penerima manfaat
kegiatan termasuk dalam kelompok memuat :
a. Daftar kelompok tani kegiatan di kabupaten/kota yang
sudah di verifikasi oleh BPPSDMP melalui
Bakorluh/Bapeluh di daerah. Daftar kelompok ini secara
otomatis terdiri atas :
- Jika menampilkan data gapoktan maka akan muncul
nama kecamatan, nama desa, nama Gapoktan, ketua
Gapoktan dan kolom tambahkan ke penerima manfaat.
- Jika menampilkan data poktan maka akan muncul
nama kecamatan, nama desa, nama Gapoktan, nama
poktan, ketua poktan, SK pengukuhan, komoditas yang
diusahakan dan kolom tambahkan ke penerima
manfaat.
b. Daftar kelompok tani kegiatan di provinsi hanya memuat
penerima manfaat kegiatan non kelompok (untuk penerima
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 63
manfaat SKPD/UPT/Balai dll) yang berisi nama penerima
non kelompok dan lokasi.
c. Pada kelompok tani penerima manfaat kegiatan di
kabupaten/kota akan dilengkapi dengan titik koordinat
lokasi usulan kegiatan yang berisi lokasi geografis usulan
kegiatan pengembangan komoditi unggulan perkebunan di
tingkat kecamatan/desa. Koordinat lokasi penerima
manfaat kegiatan ini memuat nama poktan, nama gapoktan,
nama desa, nama kabupaten/kota dan titik koordinat lokasi
dalam bentuk LU, LS, BT atau BB yang dapat diisi pada
kolom tindakan.
d. Terdapat kolom tindakan untuk mengedit atau menghapus
koordinat lokasi penerima manfaat kegiatan.
VII. Database spesifik Kabupaten/Kota (sub sektor perkebunan)
Database spesifik kabupaten/kota memuat data dan informasi yang
perlu di isi dan dilengkapi oleh SKPD provinsi dan kabupaten/kota
yang membidangi perkebunan mengenai kondisi agroekosistem,
kondisi kelembagaan, kondisi perekonomian, kondisi penanganan
perlindungan perkebunan, kondisi sarana prasarana, kondisi luas
areal eksisting komoditi perkebunan, kondisi luas areal potensi
pengembangan komoditas perkebunan, kondisi produksi dan
produktivitas komoditi perkebunan, kondisi kinerja satker dan
kondisi kebijakan lainnya. Muatan data spesifik kabupaten/kota
untuk sub sektor perkebunan meliputi :
1. Kondisi agro-ekosistem yang memuat :
a. Curah hujan dengan satuan mm/tahun.
b. Ketinggian tempat dengan satuan dpl (diatas permukaan
laut).
c. Topografi tempat yang menunjukkan bentuk relief
permukaan bumi dari suatu daerah yang terdiri dari
dataran rendah (DAS, pantai, padang rumput, dll), dataran
sedang (lereng, flat, plato, lembah, dll) dan dataran tinggi
(perbukitan, gunung, pegunungan, dll).
d. Temparatur udara yang menunjukkan suhu rata-rata udara
di daerah setempat dengan satuan C (derajat celcius).
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 64
Dapat juga dihitung menggunakan rumus T = 26,3C-0,61h
(h= ketinggian tempat/dpl).
e. Kelembaban udara dengan satuan %.
f. Lama bulan iklim menunjukkan periode waktu atau
lamanya waktu suatu daerah mengalami bulan basah atau
bulan kering jika dilihat dari rerata curah hujan per bulan.
Pengelompokkan lama bulan iklim pada dasarnya ada 3 tipe
yaitu :
- Bulan basah adalah bulan yang curah hujannya > 100
mm dalam 1 bulan. Jumlah curah hujan melampaui
penguapan.
- Bulan kering adalah bulan yang curah hujannya < 60
mm dalam 1 bulan. Penguapan banyak berasal dari
dalam tanah daripada curah hujan.
- Di antara bulan basah dan bulan kering (60-100
mm/bulan) disebut bulan lembab. Curah hujan dan
penguapan relatif seimbang.
g. Ketersediaan sumber air menunjukkan ada tidaknya
sumber hidrologi dalam kawasan pengembangan komoditi
perkebunan yang terdiri atas :
- Hidrologi alami seperti berasal dari laut, sungai, mata
air, air hujan, air terjun, danau dan sumber-sumber
lain.
- Hidrologi buatan seperti waduk, dam, sumur air tanah
dalam (bor dan sumur resapan), sumur air permukaan,
irigasi, embung dan lain-lain.
h. Jenis tanah yang menunjukkan jenis tanah yang cocok dan
sesuai untuk pengembangan komoditi perkebunan di
daerah tersebut meliputi :
- Tanah Vulkanik adalah tanah hasil pelapukan abu
vulkanik dari gunung berapi. Tanah vulkanik dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu : Regosol, Latosol,
Andosol, Tuff, Hidromorf, Entisol.
- Tanah Organosol merupakan tanah hasil pelapukan
bahan-bahan organik. Tanah jenis ini dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu : Tanah Humus, Tanah
Gambut/Argosol.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 65
- Tanah Aluvium (Alluvial) adalah tanah hasil erosi yang
diendapkan di dataran rendah. Jenis tanah ini antara
lain : Tanah Endapan, dan lain-lain.
- Tanah Podzol/Podzolit yang terbentuk akibat
pengaruh curah hujan yang tinggi dan suhu yang
rendah.
- Tanah Laterit adalah tanah hasil pencucian karena
terdapat pelarutan oleh air. Jenis tanah ini diantaranya
: Tanah Padas, Tanah Ultisol dan lain-lain.
- Tanah Litosol adalah tanah hasil pelapukan batuan
beku dan batuan sedimen yang baru terbentuk
sehingga butirannya besar. Jenis tanah ini diantaranya :
Tanah Inceptisol dan lain-lain.
- Tanah Kapur merupakan hasil pelapukan batuan kapur
(gamping). Tanah ini terbagi jadi beberapa jenis yaitu :
Renzina, Mediteran/Terrarosa, Grumusol dan lain-lain.
- Tanah Mergel yang terjadi dari campuran batuan
kapur, pasir dan tanah liat. Pembentukan tanah mergel
dipengaruhi oleh hujan yang tidak merata sepanjang
tahun.
- Tanah Vertisol yang merupakan tanah liat tinggi yang
mengembang pada waktu basah dan pecah-pecah pada
waktu kering.
- Tanah Oxisol yang terdiri atas aluminium oksida.
- Tanah Pasir adalah tanah yang terbentuk dari batuan
beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar
dan berkerikil.
2. Kondisi kelembagaan yang memuat :
a. Jumlah tenaga kerja di sub sektor perkebunan secara total
di Kabupaten/Kota dengan satuan jiwa dan juga terdiri dari
jumlah laki-laki dan perempuan.
b. Jumlah petani/pekebun perkebunan di Kabupaten/Kota per
kepala keluarga (KK).
c. Jumlah penangkar benih perkebunan dalam satuan orang.
d. Jumlah kelompok tani di Kabupaten/Kota dengan satuan
KT.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 66
e. Jumlah petugas perkebunan POPT (pengendali organisme
penganggu tumbuhan) dan petugas PBT (pengawas benih
tanaman) dalam satuan orang.
3. Kondisi perekonomian yang memuat :
a. Kontribusi PDRB sub sektor perkebunan terhadap sektor
pertanian di Kabupaten/Kota dalam %.
b. Volume ekspor dari komoditi unggulan perkebunan di
kabupaten/kota dalam satuan ton. Volume ekspor
berdasarkan pada angka tetap tahun terakhir (Sumber BPS
atau sumber resmi lainnya).
c. Jenis barang ekspor seperti untuk komoditi kelapa sawit
dalam bentuk TBS, CPO atau minyak sawit lainnya.
4. Kondisi penanganan perlindungan perkebunan yang memuat :
a. Jenis OPT yang dominan menyerang komoditas unggulan
perkebunan di kabupaten/kota.
b. Luas serangan OPT tersebut di kabupaten/kota selama 2
tahun sebelumnya (t-2) dan 1 tahun sebelumnya (t-1)
dalam satuan hektar.
c. Luas lahan yang sudah dapat dikendalikan dari serangan
OPT tersebut di kabupaten/kota selama 2 tahun
sebelumnya (t-2) dan 1 tahun sebelumnya (t-1) dalam
satuan hektar.
d. Lokasi pengendalian OPT di kecamatan.
e. Intensitas serangan OPT dapat dikategorikan ringan,
sedang atau berat.
f. Luas kebakaran lahan dan kebun di kabupaten/kota selama
2 tahun sebelumnya (t-2) dan 1 tahun sebelumnya (t-1)
dalam satuan hektar.
g. Lokasi kebakaran lahan dan kebun di kecamatan.
h. Persentase kebakaran lahan dan kebun dari total
lahan/kebun pengembangan komoditi perkebunan dalam
satuan %.
i. Konversi lahan perkebunan yang dapat berubah fungsi
menjadi lahan permukiman, lahan tanaman pangan, lahan
hortikultura, lahan peternakan/ padang pengembalaan,
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 67
lahan pertambangan, lahan perkantoran, lahan konservasi/
ruang terbuka dll.
j. Luasan konversi lahan komoditi perkebunan menjadi lahan
konversi lain dalam 2 tahun terakhir dengan satuan hektar.
5. Kondisi sarana prasarana pada saat ini yang memuat :
a. Jalan produksi yang memiliki kondisi yang baik sebagai
jalan produksi pengembangan komoditi perkebunan di
kabupaten/kota dalam satuan km (kilo meter).
b. Adanya kebun sumber bahan tanam untuk mendukung
pengembangan komoditi perkebunan di kabupaten/kota
yang terdiri dari kebun entres (KE) dan kebun induk (KI)
dalam satuan hektar.
c. Adanya unit pengolahan hasil untuk mendukung
pengembangan komoditi perkebunan di kabupaten/kota
yang terdiri dari banyaknya UPH (unit) dan kapasitas UPH
(ton/hari).
6. Kondisi luas areal eksisting komoditi perkebunan yang
memuat :
a. Data luas areal eksisting tanaman rempah penyegar dan
tanaman tahunan yang terdiri dari :
- Luas areal eksisting tanaman belum
menghasilkan/TBM (hektar) untuk pengembangan
kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun
sebelumnya (t-2).
- Luas areal eksisting tanaman menghasilkan/TM
(hektar) untuk pengembangan kegiatan 1 tahun
sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).
- Luas areal eksisting tanaman rusak/TTR (hektar)
untuk pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-
1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).
- Luas areal total (hektar) untuk pengembangan
kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun
sebelumnya (t-2).
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 68
b. Data luas areal eksisting tanaman semusim dalam satuan
hektar untuk pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya
(t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).
7. Kondisi luas areal potensi pengembangan komoditas
perkebunan yang memuat data luas areal potensi
pengembangan komoditi perkebunan dalam satuan hektar
pada kondisi sekarang (t0), kondisi 1 tahun kedepan (t+1) dan
kondisi 2 tahun kedepan (t+2).
8. Kondisi produksi dan produktivitas komoditi perkebunan yang
memuat:
a. Data produksi tanaman semusim, tanaman rempah
penyegar dan tanaman tahunan dalam satuan ton untuk
pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2
tahun sebelumnya (t-2).
b. Data produktivitas tanaman semusim, tanaman rempah
penyegar dan tanaman tahunan dalam satuan kg/ha untuk
pengembangan kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2
tahun sebelumnya (t-2).
9. Kondisi kinerja satker yang memuat :
a. Total pagu dalam rupiah bagi satker mandiri (TP provinsi
dan TP kabupaten/kota) dari kegiatan peningkatan
produksi, produktivitas dan mutu tanaman semusim,
tanaman rempah penyegar, tanaman tahunan, dukungan
pascapanen dan pembinaan usaha serta dukungan
perlindungan perkebunan. Data total pagu untuk kegiatan 1
tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun sebelumnya (t-2).
b. Realisasi/serapan anggaran dari total pagu dalam rupiah
bagi satker mandiri (TP provinsi dan TP kabupaten/kota)
dari kegiatan peningkatan produksi, produktivitas dan
mutu tanaman semusim, tanaman rempah penyegar,
tanaman tahunan, dukungan pascapanen dan pembinaan
usaha serta dukungan perlindungan perkebunan. Data
realisasi pagu untuk kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan
2 tahun sebelumnya (t-2).
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 69
c. Persentase capaian/realisasi fisik dalam % bagi satker
mandiri (TP provinsi dan TP kabupaten/kota) dari kegiatan
peningkatan produksi, produktivitas dan mutu tanaman
semusim, tanaman rempah penyegar, tanaman tahunan,
dukungan pascapanen dan pembinaan usaha serta
dukungan perlindungan perkebunan. Data realisasi pagu
untuk kegiatan 1 tahun sebelumnya (t-1) dan 2 tahun
sebelumnya (t-2).
10. Kondisi kebijakan lainnya yang memuat :
a. Peraturan daerah tentang penetapan rencana tata ruang
dan wilayah (RTRW) di kabupaten/kota yang terdiri dari
nomor Perda, tanggal berlaku Perda dan Lampirkan
Perda/Peraturan daerah (attach file).
b. Peraturan daerah tentang penetapan kawasan sentra
pengembangan komoditi perkebunan di kabupaten/kota
yang terdiri dari nomor Perda, tanggal berlaku Perda dan
Lampirkan Perda/Peraturan daerah (attach file).
VIII. Pengajuan ke Pusat atau ke Provinsi
Setelah semua usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui
e-proposal terisi beserta data dan informasinya maka SKPD yang
membidangi perkebunan di Provinsi wajib mengajukan usulan
kegiatan tersebut ke Pusat untuk dilakukan proses penilaian
kelayakan usulan kegiatan dan bagi SKPD yang membidangi
perkebunan di Kabupaten/Kota wajib mengajukan usulan kegiatan
tersebut ke SKPD Provinsi untuk dilakukan proses verifikasi
dengan sistem penilaian. Berikut ini adalah muatan e-proposal
pada form pengajuan ke pusat atau ke provinsi :
1. Form pengajuan usulan kegiatan SKPD yang membidangi
perkebunan dari Provinsi ke Pusat memuat :
a. Proposal kegiatan tahun anggaran.
b. Nama SKPD provinsi.
c. Alamat SKPD provinsi.
d. Sub sektor yang menjadi tupoksi SKPD.
e. Komoditas yang diusulkan.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 70
f. Dukungan APBD provinsi dalam rupiah dan persentase dari
total APBD provinsi.
g. Upload lembar pengesahan.
h. Ajukan ke pusat (Ditjen. Perkebunan) yang berisi perintah
ya atau tidak. Jika ya langsung terdapat kolom kirim ke
pusat.
i. Setelah pengajuan usulan kegiatan melalui e-proposal di
kirim ke pusat maka akan mendapatkan nomor registrasi e-
proposal yang bersifat identik yang nantinya akan
digunakan untuk mencetak (print) lembar pengesahan dan
selanjutnya dikirim ke pusat.
2. Form pengajuan usulan kegiatan SKPD yang membidangi
perkebunan dari Kabupaten/Kota ke Provinsi memuat :
a. Proposal kegiatan tahun anggaran.
b. Nama SKPD kabupaten/kota.
c. Nama SKPD/Dinas provinsi sebagai verifikator.
d. Dukungan APBD kabupaten/kota dalam rupiah dan
persentase dari total APBD kabupaten/kota.
e. Upload lembar pengesahan.
f. Ajukan ke SKPD provinsi yang berisi perintah ya atau tidak.
Jika ya langsung terdapat kolom kirim ke provinsi.
g. Setelah pengajuan usulan kegiatan melalui e-proposal di
kirim ke provinsi maka akan mendapatkan nomor registrasi
e-proposal yang bersifat identik yang nantinya akan
digunakan untuk mencetak (print) lembar pengesahan dan
selanjutnya dikirim ke pusat tembusan ke SKPD provinsi.
IX. Status
Status pengajuan usulan kegiatan pembangunan perkebunan
melalui e-proposal dapat dipantau terhadap proses verifikasi
penilaian kelayakan oleh SKPD yang membidangi perkebunan di
Provinsi dan terhadap proses persetujuan kegiatan oleh tim Pusat
(Ditjen. Perkebunan).
1. Status pengajuan e-proposal kegiatan Provinsi memuat
proposal kegiatan tahun anggaran, nama SKPD provinsi,
alamat SKPD provinsi, sub sektor berdasarkan tupoksi SKPD,
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 71
dukungan APBD provinsi, hasil penilaian pusat (persetujuan)
dan catatan penilaian dari pusat terkait persetujuan kegiatan.
2. Status pengajuan e-proposal kegiatan Kabupaten/Kota
memuat :
a. Nama dinas/SKPD provinsi yang membidangi perkebunan
sebagai verifikator.
b. Verifikasi penilaian e-proposal tingkat provinsi yang terdiri
dari indikator kriteria, pengukuran indikator dalam satuan
unit analisis masing-masing kabupaten/kota, satuan
indikator dalam skala 1-9, sumber data, satuan data, nilai
dan jumlah nilai. Mekanisme verifikasi e-proposal ini akan
dibahas pada Bab IV tentang penilaian kelayakan usulan
kegiatan melalui e-proposal.
c. Dukungan APBD kabupaten/kota dalam pengusulan
kegiatan ini (dalam rupiah dan persentase dari total APBD
kabupaten/kota).
d. Dukungan APBD provinsi dalam pengusulan kegiatan ini
(dalam rupiah dan persentase dari total APBD provinsi).
e. Kolom penilaian provinsi.
f. Catatan dari provinsi terkait verifikasi.
g. Hasil penilaian tingkat pusat yang terdiri dari persetujuan
kegiatan (disetujui atau tidak) dan catatan dari pusat
terkait persetujuan kegiatan.
X. Lembar pengesahan
Berikut ini adalah form lembar pengesahan usulan kegiatan melalui
e-proposal baik SKPD provinsi maupun SKPD kabupaten/kota yang
membidangi perkebunan, memuat :
1. Kop surat yang dituju yaitu Kepada Yth Sekretariat Ditjen.
Perkebunan cq. Bagian Perencanaan dengan nomor Telephone
dan Fax.
2. Nomor registrasi proposal.
3. Tahun perencanaan.
4. Nama SKPD.
5. Alamat SKPD.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 72
6. Nama Provinsi.
7. Mendukung komoditas sesuai tupoksi SKPD.
8. Nomor telephone dan fax.
9. Alamat email SKPD.
10. Contact person yang menangani perencanaan beserta nomor
Hp.
11. Nama kelapa SKPD beserta NIP nya.
12. Nama usulan kegiatan dan sub kegiatan.
13. Usulan jumlah anggaran.
14. Tanda tangan kepala SKPD beserta nama jelasnya.
XI. Tindakan
Kolom tindakan pada aplikasi e-proposal ini adalah memuat
penanda edit atau hapus semua data dan informasi terkait
pengajuan usulan kegiatan pembangunan perkebunan. Tindakan
edit atau hapus ini dapat dilakukan sebelum usulan kegiatan
diajukan ke Pusat atau ke Provinsi.
XII. Tambah usulan proposal
Kolom tambah usulan proposal ini memuat usulan kegiatan lainnya
yang akan diajukan ke Provinsi atau ke Pusat. Kolom ini dimulai
dengan mengisi dan melengkapi form pengusulan proposal sampai
pada akhirnya diajukan ke Provinsi atau Pusat.
XIII. Verifikasi SKPD Kabupaten/Kota
Untuk SKPD yang membidangi perkebunan di Provinsi memiliki
tugas dan kewajiban untuk melakukan verifikasi atau menilai
kelayakan semua usulan kegiatan pembangunan melalui e-proposal
yang berasal dari SKPD Kabupaten/Kota. Verifikasi dilakukan
melalui penyesuaian usulan kegiatan Kabupaten/Kota dengan
indikator kinerja yang dipersyaratkan di Provinsi yang dilengkapi
dengan skor nilai. Mekanisme verifikasi oleh SKPD Provinsi yang
membidangi perkebunan ini akan dibahas lebih lanjut pada Bab IV
tentang penilaian kelayakan usulan kegiatan melalui e-proposal.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 73
3.4.2. Alur Pengajuan Usulan Kegiatan Melalui e-proposal
tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota
Pengajuan usulan kegiatan pembangunan perkebunan
melalui e-proposal dapat dilakukan oleh SKPD yang membidangi
perkebunan di Provinsi seluruh Indonesia sebagai pemegang
koordinasi lintas Kabupaten/Kota dan SKPD yang membidangi
perkebunan di Kabupaten/Kota seluruh Indonesia sebagai
pemegang koordinasi lintas Kecamatan yang didalamnya terdiri
dari pekebun/kelompok tani. Berikut ini adalah alur pengajuan
usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal
mulai dari tingkat Provinsi sampai tingkat Kabupaten/Kota.
A. Alur Pengajuan e-Proposal untuk SKPD yang membidangi
perkebunan di Provinsi
Mekanisme pengajuan e-proposal tingkat SKPD Provinsi adalah
sebagai berikut :
1) Memulai log in ke aplikasi e-proposal dengan user name dan
password yang telah diberikan.
2) Mengisi atau mengentry data mengenai informasi/profil SKPD
dan dapat merubah/memperbaharui/meng-edit bagi data
yang belum lengkap.
3) Mengisi atau melengkapi database umum/gambaran wilayah
umum tingkat Provinsi.
4) Mengisi atau melengkapi narasi e-proposal yang meliputi
tujuan, masalah, potensi kawasan, prospek pengembangan,
strategi, kegiatan prioritas, indikator kinerja dan analisis
resiko. Pengisian narasi ini dapat dilakukan dengan cara men-
copy paste dari dokumen word yaitu melalui ctrl c dan ctrl v.
5) Hanya dapat mengusulkan kegiatan yang bersumber dari dana
dekonsentrasi atau kegiatan lain terkait fungsi koordinasi,
pembinaan, manajemen dan dukungan teknis lainnya yang
termasuk kegiatan TP provinsi.
6) Mengisi formulir usulan proposal dengan terlebih dahulu
melengkapi pemilihan sub sektor, komoditas, status kegiatan,
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 74
sumber kegiatan, pola pendanaan, dukungan APBD Provinsi
dan dukungan swasta.
7) Terkait fungsi koordinasi, pembinaan, manajemen dan
dukungan teknis lainnya/dekonsentrasi, SKPD Provinsi yang
membidangi perkebunan dapat mengajukan usulan kegiatan
dengan memilih komoditi semua komoditi.
8) Mengisi pilihan kegiatan yang akan diusulkan sesuai dengan
pemilihan sub sektor dan komoditas pada butir 6. Pengisian
kegiatan ini mencakup kegiatan hulu (kegiatan Ditjen.
Perkebunan), kegiatan hilir (kegiatan Ditjen. PPHP) dan
kegiatan onfarm (kegiatan Ditjen. PSP).
9) SKPD Provinsi yang telah mengisi pilihan kegiatan maka dapat
melengkapinya dengan pilihan usulan sub kegiatan,
volume/satuan dan harga satuan yang secara otomatis me-link
ke items jumlah rupiah murni yang diusulkan.
10) Dapat juga menambah usulan kegiatan lain seperti kegiatan
hilir atau onfarm nya atau kegiatan hulu lainnya.
11) Mengisi atau melengkapi database spesifik level
Kabupaten/Kota.
12) Mengisi formulir penerima manfaat kegiatan non kelompok
dengan meng-entry nama penerima manfaat yang berasal dari
SKPD/UPT/Balai atau instansi lain yang berada dibawah
eselon I lingkup Ditjen. Perkebunan. Hal ini penting karena
jika tidak mengisi tahapan ini maka e-proposal yang
diusulkan tidak bisa di ajukan ke pusat dan tidak bisa
mendapat nomor registrasi pengusulan kegiatan.
13) Dapat melihat daftar Gapoktan dari berbagai Kabupaten/Kota
yang telah diverifikasi oleh Bakorluh/Bapeluh dan daftar
poktan non Gapoktan dengan meng-klik tanda penyuluhan di
bagian mendukung komoditas pada form profil SKPD.
Muatannya adalah :
a. Daftar gapoktan akan berisi nama kabupaten, nama
kecamatan, nama desa, nama gapoktan, nama ketua,
tanggal pengukuhan dan daftar poktan.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 75
b. Daftar poktan non gapoktan berisi nama kabupaten, nama
kecamatan, nama desa, nama poktan, nomor registrasi
poktan, nama ketua dan jumlah anggota poktan.
14) Pengisian formulir penerima manfaat ini terdiri dari upload file
pendukung usulan kegiatan (RAB, peta potensi, gambar
pengembangan, manual proposal, nomor registrasi
pendaftaran kelompok tani/nomor SK pengukuhan dll) dengan
format pdf, word, excel, power point, jpeg dan dibatasi
size/ukuran total file yang di upload adalah 1 MB.
15) Setelah mengisi penerima manfaat non kelompok maka meng-
klik kolom tambah maka secara otomatis nama penerima
manfaat non kelompok dan lokasi nya akan tercatat dan
kemudian meng-klik selesai maka akan muncul tanda
warna hijau pada bagian isi penerima manfaat yang artinya
usulan kegiatan siap diajukan ke pusat.
16) Diharuskan mengajukan usulan proposal kegiatan ke Pusat.
Pengajuan usulan kegiatan akan tertera pada kolom ajukan ke
pusat.
17) Wajib melihat perkembangan penilaian dari Pusat dengan
melihat kolom status secara berkala.
18) Sebagai bukti sah/otentik dan salah satu persyaratan
administratif, setiap SKPD Provinsi wajib mencetak lembar
pengesahan pengusulan kegiatan yang dilengkapi dengan
nomer registrasi e-proposal yang kemudian ditandatangani
Kelapa SKPD Provinsi dan dikirimkan ke Pusat (Ditjen.
Perkebunan) melalui :





Bagian Perencanaan, Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan
Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jalan Harsono RM No.3
Gedung C, Ragunan-Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12550
Telp : (021) 7815380-4, Fax : (021) 7815486-7815586
Situs web : http://ditjenbun.pertanian.go.id
Email : perencanaanditjenbun@gmail.com
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 76
19) Dapat meng-edit atau menghapus seluruh isian, data atau
informasi dari beberapa tahap pengusulan kegiatan seperti
yang dijelaskan pada butir sebelumnya pada kolom tindakan.
20) Dapat mengusulkan kegiatan DAK bidang perkebunan untuk
tahun perencanaan 2015 dan tahun-tahun mendatang pada
kolom entry DAK dengan mekanisme pengusulan yang akan
diatur kemudian.
21) Dapat melihat usulan proposal kegiatan dari masing-masing
SKPD Kabupaten/Kota dengan meng-klik proposal SKPD
Kabupaten/Kota karena fungsinya sebagai verifikator e-
proposal sebelum diajukan ke pusat.
22) Proses mem-verifikasi usulan proposal kegiatan dari masing-
masing SKPD Kabupaten/Kota dimulai dengan meng-klik
proposal SKPD Kabupaten/Kota lalu memilih kolom tindakan
lihat usulan proposal. Pada bagian proposal SKPD
Kabupaten/Kota akan muncul nomor proposal, nama dinas
Kabupaten, usulan anggaran, sub sektor, status verifikasi dan
tindakan verifikasi lihat usulan proposal.
23) Pada bagian lihat usulan proposal yang akan di verifikasi
terdapat isi proposal dari masing-masing usulan kegiatan
SKPD Kabupaten/Kota yang terdiri dari nama SKPD, nomor
registrasi proposal, sub sektor/komoditas, total anggaran,
narasi e-proposal, kegiatan dan anggaran yang diusulkan,
penerima manfaat, penilaian proposal, dukungan APBD
Kabupaten/Kota, dukungan APBD Provinsi, kesimpulan
verifikasi Provinsi, catatan dan tombol kirim ke pusat.
24) Wajib mengisi form/lembar verifikasi penilaian proposal
untuk setiap usulan kegiatan dari SKPD Kabupaten/Kota.
Penilaian proposal ini mencakup indikator kriteria,
pengukuran indikator dalam satuan unit analisis masing-
masing Kabupaten/Kota, satuan indikator, data, satuan data
dan nilai. Proses penilaian ini akan dibahas lebih lanjut pada
Bab IV.
25) Setelah pengisian lembar penilaian, setiap SKPD Provinsi dapat
mengisi besarnya dukungan pembiayaan APBD Provinsi.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 77
26) Wajib mengisi kesimpulan verifikasi Provinsi apakah layak
diusulkan ke pusat, tidak layak diusulkan ke pusat, belum
dinilai atau kembalikan ke Kabupaten/Kota untuk direvisi. Hal
ini penting untuk segera ditanggapi karena SKPD
Kabupaten/Kota dapat memantau secara berkala proses
verifikasi dan penilaian dari SKPD Provinsi sebelum diajukan
ke pusat.
27) Mengisi catatan verifikasi yang berisi catatan-catatan
berkaitan dengan pengajuan usulan kegiatan melalui e-
proposal misalnya catatan: data kelompok tani sasaran yang
diusulkan belum diisi, narasi proposal belum lengkap,
database dari kabupaten/kota belum lengkap, justifikasi
kenapa usulan kegiatan tidak layak diajukan ke pusat,
justifikasi mengenai usulan kegiatan dikembalikan ke
Kabupaten/Kota untuk direvisi dan lainnya. Catatan yang
disampaikan oleh Tim verifikasi Provinsi ini sangat berguna
bagi Tim Pusat untuk menjadi perhatian dalam melakukan
penilaian e-Proposal.
28) Jika pada kesimpulan verifikasi provinsi sudah menyatakan
layak untuk diusulkan kedaerah maka langkah terakhir adalah
meng-klik tombol kirim ke pusat. SKPD Provinsi juga dapat
mendowload form verifikasi provinsi dengan format excel.
Secara singkat dapat dijelaskan melalui Gambar 2 mengenai
alur pengajuan usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui
e-proposal untuk SKPD yang membidangi perkebunan di Provinsi.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 78

Gambar 2. Alur pengajuan usulan kegiatan pembangunan
perkebunan melalui e-proposal dari SKPD Provinsi
B. Alur Pengajuan e-Proposal untuk SKPD yang membidangi
perkebunan di Kabupaten/Kota
Mekanisme pengajuan e-proposal tingkat SKPD Kabupaten/Kota
adalah sebagai berikut :
1) Memulai log in ke aplikasi e-proposal dengan user name dan
password yang telah diberikan.
2) Mengisi atau mengentry data mengenai informasi/profile
SKPD dan dapat merubah/meng-edit bagi data yang belum
lengkap.
3) Mengisi atau melengkapi database umum/gambaran wilayah
umum tingkat Provinsi.
4) Mengisi atau melengkapi database spesifik teknis kecamatan
perkebunan, teknis kecamatan PPHP-Bun dan teknis
kecamatan PSP-Bun.
5) Wajib mengisi atau melengkapi narasi e-proposal yang
meliputi tujuan, masalah, potensi kawasan, prospek
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 79
pengembangan, strategi, kegiatan prioritas, indikator kinerja
dan analisis resiko. Pengisian narasi ini dapat dilakukan
dengan cara men-copy paste dari dokumen word yaitu melalui
ctrl c dan ctrl v.
6) Mengisi formulir usulan proposal dengan terlebih dahulu
melengkapi pemilihan sub sektor, komoditas, status kegiatan,
sumber kegiatan, pola pendanaan, dukungan APBD
Kabupaten/Kota dan dukungan swasta.
7) Dapat mengisi pilihan kegiatan yang akan diusulkan sesuai
dengan pemilihan sub sektor dan komoditas pada butir 6.
Pengisian kegiatan ini mencakup kegiatan hulu (kegiatan
Ditjen. Perkebunan), kegiatan hilir (kegiatan Ditjen. PPHP) dan
kegiatan onfarm (kegiatan Ditjen. PSP).
8) Setiap SKPD Kabupaten/Kota setelah mengisi pilihan kegiatan
maka dapat melengkapinya dengan pilihan usulan sub
kegiatan, volume/satuan dan harga satuan yang secara
otomatis me-link ke items jumlah rupiah murni yang
diusulkan.
9) Dapat juga menambah usulan kegiatan lain seperti kegiatan
hilir atau onfarm nya atau kegiatan hulu lainnya.
10) Wajib mengisi atau melengkapi database spesifik level
Kabupaten/Kota.
11) Diwajibkan mengisi atau melengkapi formulir penerima
manfaat baik penerima manfaat yang termasuk kelompok,
penerima manfaat bukan kelompok atau penerima manfaat
baru yang tidak terdaftar di aplikasi e-proposal sesuai dengan
sasaran penerima manfaat kegiatan masing-masing karena
jika tidak mengisi tahapan ini maka e-proposal yang
diusulkan tidak bisa di ajukan ke provinsi dan tidak bisa
mendapat nomor registrasi pengusulan kegiatan.
12) Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh SKPD
Kabupaten/Kota dalam pengisian penerima manfaat
sebagai berikut :
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 80
a. Penerima manfaat yang termasuk kelompok adalah
kelompok tani/gapoktan yang sudah terdaftar di
Bakorluh/Bapeluh setempat di daerah.
b. Penerima manfaat bukan kelompok adalah penerima
manfaat yang berasal dari UPT pusat/ SKPD Provinsi
atau unit instansi/SKPD/balai dibawah eselon I yang
bukan kelompok tani. Isi penerima manfaat (non
kelompok) ini memuat nama penerima manfaat,
lokasinya dan tindakan untuk meng-edit atau
menghapus.
c. Untuk itu kelompok tani perkebunan yang baru atau
yang berdiri sendiri atau yang belum terdaftar pada
Bakorluh/Bapeluh maka harus meng-entry kelompok
tani penerima manfaat dengan mengakses bidang
yang ditangani penyuluhan selain bidang
perkebunanpada bagian profile SKPD.
13) Mengisi penerima manfaat/kelompok tani/gapoktan yang
tidak terdaftar dengan mengentry di aplikasi e-proposal pada
kolom entry gapoktan/poktan dan dengan mengklik edit
data maka akan memunculkan :
a. Daftar Gapoktan dalam 1 Kabupaten/Kota yang telah di
verifikasi Bakorluh/Bapeluh. Daftar gapoktan ini terdiri
nama kecamatan, nama desa, nama gapoktan, nomor
registrasi gapoktan, nama ketua, tanggal pengukuhan,
daftar poktan yang menjadi anggota gapoktan dan kolom
untuk edit atau hapus data. Pada daftar poktan akan
dilengkapi data mengenai nama poktan, nomor registrasi
poktan, nama ketua dan jumlah anggota poktan. Pada
bagian daftar poktan juga dilengkapi entry kelompok
tani/poktan baru yang akan masuk kedalam gapoktan
dengan mengisi :
- Nama KT dan ketua KT.
- Nomor SK pengukuhan.
- Jumlah anggota.
- Luas lahan total anggota kelompok.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 81
- Jenis komoditas yang di usahakan.
- Nama penyuluh pembina, status penyuluh pembina,
nomor Hp penyuluh dan email penyuluh.
- Nama BPP dan email BPP kecamatan.
- Bantuan yang pernah diterima 5 tahun terakhir
(tahun, jenis bantuan dan nilai rupiah).
b. Form entry gapoktan yang tidak terdaftar di
Bakorluh/Bapeluh. Pengisian form gapoktan ini terdiri
dari :
- Nama kecamatan dan desa.
- Nama gapoktan dan ketuanya.
- Nomor SK pengukuhan dan tanggal pengukuhan.
- Alamat gapoktan.
- Jenis kegiatan gapoktan.
- Nama penyuluh pembina, status penyuluh pembina,
nomor Hp penyuluh dan email penyuluh.
- Nama BPP dan email BPP kecamatan.
- Bantuan yang pernah diterima 5 tahun terakhir
(tahun, jenis bantuan dan nilai rupiah).
c. Form entry kelompok tani/poktan yang berdiri
sendiri/non gapoktan yang tidak terdaftar di Bakorluh/
Bapeluh. Pengisian form entry poktan non gapoktan ini
terdiri dari :
- Nama kecamatan dan desa.
- Nama poktan dan ketuanya.
- Nomor SK pengukuhan.
- Jumlah anggota dan luas lahan anggota kelompok.
- Jenis komoditas yang diusahakan.
- Nama penyuluh pembina, status penyuluh pembina,
nomor Hp penyuluh dan email penyuluh.
- Nama BPP dan email BPP kecamatan.
- Bantuan yang pernah diterima 5 tahun terakhir
(tahun, jenis bantuan dan nilai rupiah).
14) Harus meng-upload file pendukung usulan kegiatan seperti
RAB kegiatan, peta potensi, gambar pengembangan, manual
proposal, noreg penetapan kelompok tani/SK pengukuhan dll)
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 82
dengan format pdf, word, excel, power point, jpeg dan dibatasi
size/ukuran total file yang di upload adalah 1 MB.
15) Kelompok tani yang sudah terdaftar di aplikasi e-proposal
sebagai penerima manfaat termasuk kelompok harus meng-
klik tambahkan ke penerima manfaat untuk selanjutnya
wajib mengisi koordinat lokasi kegiatan pada bagian
tindakan. Koordinat ini harus tepat karena akan menentukan
monitoring evaluasi di lapangan, menghindari dari daerah
pengembangan yang palsu dan akan me-link ke aplikasi SIKP
yang berbasis kecamatan.
16) Setelah pengisian penerima manfaat yang termasuk kelompok,
maka otomatis pada isi penerima manfaat akan ditandai
dengan munculnya tanda berwarna hijau yang
membuktikan kelompok tani sudah terisi dan usulan kegiatan
tersebut siap diajukan ke Provinsi.
17) Selanjutnya diharuskan mengajukan usulan proposal kegiatan
ke SKPD yang membidangi perkebunan di Provinsi untuk
dilakukan verifikasi penilaian. Pengajuan usulan kegiatan akan
tertera pada kolom ajukan ke provinsi.
18) Wajib melihat perkembangan verifikasi dan penilaian di
tingkat provinsi dan pusat dengan melihat kolom status
secara berkala.
19) Sebagai bukti sah/otentik dan sebagai persyaratan
administratif, setiap SKPD Kabupaten/Kota wajib mencetak
lembar pengesahan pengusulan kegiatan yang dilengkapi
dengan nomer registrasi e-proposal dan ditandatangani oleh
kepala SKPD Kabupaten/Kota untuk selanjutnya dikirimkan ke
Pusat (Ditjen. Perkebunan) melalui :





Bagian Perencanaan, Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan
Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Jalan Harsono RM No.3
Gedung C, Ragunan-Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12550
Telp : (021) 7815380-4, Fax : (021) 7815486-7815586
Situs web : http://ditjenbun.pertanian.go.id
Email : perencanaanditjenbun@gmail.com
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 83
20) Dapat meng-edit atau menghapus seluruh isian, data atau
informasi dari beberapa tahap pengusulan kegiatan seperti
yang dijelaskan pada butir sebelumnya pada kolom tindakan.
21) Dapat mengusulkan kegiatan DAK bidang perkebunan untuk
tahun perencanaan 2015 dan tahun-tahun mendatang pada
kolom entry DAK dengan mekanisme pengusulan kegiatan
DAK yang akan diatur kemudian.
Secara singkat dapat dijelaskan melalui Gambar 3 mengenai
alur pengajuan usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui
e-proposal dari SKPD Kabupaten/Kota yang membidangi
perkebunan.

Gambar 3. Alur pengajuan usulan kegiatan pembangunan
perkebunan melalui e-proposal dari SKPD
Kabupaten/Kota


Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 84
3.5. Bagan Proses Pengajuan Usulan Kegiatan Melalui
e-proposal
Usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-
proposal diajukan oleh pengusul kegiatan yang berasal dari SKPD
Provinsi dan SKPD Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan.
Berikut ini adalah bagan proses pengajuan usulan kegiatan tersebut
baik dari SKPD Provinsi maupun SKPD Kabupaten/Kota.
3.5.1. Bagan Proses Pengajuan e-proposal sebagai Admin
SKPD Provinsi
Tahap 1. Klik alamat situs web app1.pertanian.go.id/
eproposal2015_beta2/ maka akan muncul screen seperti
dibawah ini, kemudian masukkan user name dan password SKPD
Provinsi dan klik login.










Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 85
Tahap 2. Akan muncul prakata mengenai e-proposal seperti pada
gambar berikut. Lalu memulai pengusulan kegiatan dengan meng-
klik entry proposal.

Tahap 3. Mengisi atau memperbaharui mengenai informasi/profil
SKPD provinsi lalu klik simpan.

Bisa ubah password
Klik entry proposal
Isi form ini lalu klik Simpan Data
Isi/perbaharui profil SKPD
Klik bidang perkebunan
untuk mengusulkan
kegiatan perkebunan
Klik penyuluhan untuk
melihat daftar
Gapoktan dan poktan
non Gapoktan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 86
Catatan dengan memilih bidang yang ditangani penyuluhan
selain bidang perkebunan maka :
1. SKPD Provinsi dapat melihat daftar Gapoktan dan Poktan per
Kabupaten/Kota yang telah diverifikasi oleh
Bakorluh/Bapeluh.
2. SKPD Provinsi dapat juga melihat daftar kelompok tani/poktan
non Gapoktan.
Tahap 4. Akan muncul entry Gapoktan/Poktan lalu untuk
melihat Gapoktan/Poktan dengan meng-klik edit/koreksi data.






Akan muncul entry
Gapoktan/Poktan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 87
Tahap 5. Muncul halaman yang menunjukkan daftar Gapoktan
Provinsi per Kabupaten/Kota.

Tahap 6. Selanjutnya mengisi atau memperbaharui database
umum dengan meng-klik edit/koreksi data.


Daftar Poktan
non Gapoktan
Daftar Poktan yang
termasuk Gapoktan
Edit/koreksi
data umum
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 88
Tahap 7. Akan muncul halaman pengisian database umum yaitu
formulir II Gambaran Umum Wilayah Provinsi lalu simpan data.

Isi/perbaharui database umum
Isi form ini lalu klik Simpan Data
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 89
Tahap 8. Mengisi atau memperbaharui narasi proposal dengan
meng-klik edit/koreksi data.

Tahap 9. Akan muncul halaman pengisian/perbaharui narasi
proposal lalu simpan data.

Klik edit/koreksi data
Isi/perbaharui narasi proposal
Isi form ini lalu klik Simpan Data
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 90
Tahap 10. Mengisi usulan kegiatan.

Tahap 11. Akan muncul halaman seperti dibawah ini lalu klik
tambah usulan proposal.

Klik usulan kegiatan
Klik tambah usulan proposal
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 91
Tahap 12. Pengisian formulir pengusulan proposal SKPD Provinsi.
Untuk usulan kegiatan SKPD Provinsi dengan mengklik komoditas
Semua Komoditas

Tahap 13. Mengisi usulan kegiatan pembangunan perkebunan
(kegiatan hulu, hilir dan on farm) seperti pada gambar berikut ini
setelah mengisi tahap 12.

Klik pilih kegiatan maka akan muncul
kegiatan hulu (Ditjen. Perkebunan),
kegiatan hilir (Ditjen. PPHP) dan
kegiatan onfarm (Ditjen. PSP)
Klik komoditas semua komoditas
Isi formulir pengusulan proposal seperti
sub sektor, komoditas, status keg, sumber
anggaran, pola pendanaan, dukungan
APBD Kab dan dukungan swasta
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 92
Tahap 14. Akan muncul halaman seperti gambar dibawah ini lalu
mengisi sub kegiatan, volume/satuan dan harga satuan yang akan
me-link ke jumlah anggaran yang diusulkan lalu simpan data.







Isi sub kegiatan, volume/
satuan dan harga satuan
Menambah usulan
kegiatan
Isi form ini lalu klik
Simpan Data
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 93
Tahap 15. Akan muncul halaman seperti gambar dibawah ini lalu
mengisi penerima manfaat.

Tahap 16. Pengisian form penerima manfaat kegiatan non
kelompok seperti gambar di bawah ini.

Isi penerima manfaat
Masukkan file pendukung
dengan meng-klik
browser lalu upload
Klik tambah lalu selesai
Isi nama penerima dan lokasi
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 94
Tahap 17. Akan muncul halaman seperti gambar dibawah ini lalu
pengisian/perbaharui form database spesifik Kabupaten/Kota
(Bun).

Tahap 18. Akan muncul halaman pengisian data dasar potensi
kawasan berbasis komoditi perkebunan (Kabupaten/Kota) lalu
simpan data.
Tahap 19. Langkah selanjutnya adalah usulan kegiatan
pembangunan perkebunan di ajukan ke pusat.

penanda sudah di isi
penerima manfaat
Klik database spesifik
Kab/Kota (Bun)
Klik ajukan ke pusat
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 95
Tahap 20. Muncul halaman ajukan proposal kegiatan ke pusat
seperti pada gambar di bawah ini. Isi dukungan APBD Provinsi,
upload lembar pengesahan dan ajukan YA ke pusat.

Tahap 21. Muncul penanda bahwa usulan kegiatan telah di ajukan
ke pusat. Lalu akan muncul nomor registrasi proposal. Selanjutnya
melihat status pengajuan proposal apakah sudah disetujui atau
belum oleh pusat.

Klik Ya
Klik browser untuk upload
lembar pengesahan
Kirim ke pusat
Penanda bahwa e-proposal
sudah diajukan ke pusat
Cek status pengajuan
usulan kegiatan e-proposal
Muncul No. Reg Proposal
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 96
Tahap 22. Muncul halaman yang menunjukkan status pengajuan
proposal apakah sudah disetujui atau belum oleh pusat.

Tahap 23. Lembar pengesahan usulan kegiatan yang sudah
dilengkapi dengan nomor registrasi e-proposal di print/di cetak.

Penanda penilaian pusat
Klik print
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 97
Tahap 24. Muncul lembar pengesahan usulan kegiatan,
ditandatangani kelapa SKPD Provinsi kemudian dikirim ke pusat
melalui fax atau pos atau meng-upload seperti pada tahap 20.

Tahap 25. Usulan e-proposal dapat di-edit atau di hapus seperti
gambar berikut ini.

Tandatangan kepala
SKPD Provinsi
Klik cetak
Klik edit/hapus
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 98
Tahap 26. Mengajukan usulan kegiatan lain pada bagian tambah
usulan proposal.

3.5.2. Bagan Proses Pengajuan e-proposal sebagai Admin
SKPD Kabupaten/Kota
Tahap 1. Klik alamat situs web app1.pertanian.go.id/
eproposal2015_beta2/ maka akan muncul screen seperti
dibawah ini, kemudian masukkan user name dan password SKPD
Kabupaten/Kota seperti pada gambar dibawah ini lalu klik login.







Tambah usulan proposal
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 99
Tahap 2. Maka akan muncul prakata mengenai e-proposal seperti
pada gambar berikut. Lalu memulai pengusulan e-proposal dengan
meng-klik entry proposal.

Tahap 3. Mengisi atau memperbaharui mengenai informasi/profil
SKPD kabupaten/kota lalu klik simpan.

Klik entry proposal
Isi/perbaharui profil SKPD
Bisa ubah password
Klik bidang perkebunan
untuk mengusulkan
kegiatan perkebunan
Klik penyuluhan untuk
meng-entry kelompok
tani yang tidak terdaftar
Isi form ini lalu klik Simpan Data
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 100
Catatan dengan memilih bidang yang ditangani penyuluhan
selain bidang perkebunan maka :
1. SKPD Kabupaten/Kota dapat melihat daftar Gapoktan dan
Poktan yang ada di Kabupaten/Kota berdasarkan list penerima
manfaat (kelompok) dan telah di verifikasi oleh
Bakorluh/Bapeluh.
2. SKPD Kabupaten/Kota dapat meng-entry Gapoktan baru yang
tidak terdaftar di list penerima manfaat (kelompok) e-
proposal.
3. SKPD Kabupaten/Kota dapat meng-entry kelompok
tani/Poktan baru (berdiri sendiri/non gapoktan) yang tidak
terdaftar di list penerima manfaat (kelompok) e-proposal.
Tahap 4. Akan muncul entry Gapoktan/Poktan lalu untuk meng-
entry Gapoktan/Poktan yang tidak terdaftar di list penerima
manfaat (kelompok) adalah dengan meng-klik edit data.

Tahap 5. Akan muncul halaman daftar gapoktan dan poktan di
Kabupaten/Kota yang sudah terdaftar di list penerima manfaat
(kelompok).
1. Klik entry Gapoktan untuk mengisi Gapoktan baru yang tidak
terdaftar.
2. Klik entry Poktan non Gapoktan untuk mengisi poktan yang
berdiri sendiri/non gapoktan.
edit data untuk entry
Gapoktan/Poktan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 101

Tahap 6. Dengan meng-klik entry gapoktan maka akan muncul
form untuk meng-entry Gapoktan baru.

Klik entry gapoktan
untuk gapoktan baru
Klik entry poktan non gapoktan untuk
kelompok tani yang berdiri sendiri
Gapoktan yang
sudah terdaftar
Poktan yang
sudah terdaftar
Isi semua form entry
data gapoktan baru
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 102
Tahap 7. Dengan meng-klik entry poktan non gapoktan maka
akan muncul halaman untuk meng-entry kelompok tani baru non
gapoktan seperti gambar berikut ini.

Tahap 8. Dengan meng-klik entry kelompok tani non gapoktan
maka akan muncul form untuk meng-entry poktan baru yang
berdiri sendiri/non gapoktan.

Klik entry kelompok
tani non gapoktan
Isi semua form entry
kelompok tani khusus
non gapoktan
Lalu simpan data
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 103
Tahap 9. Selanjutnya mengisi atau memperbaharui database
umum dengan meng-klik edit data.














Klik edit data
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 104
Tahap 10. Akan muncul halaman pengisian database umum yaitu
formulir II Gambaran Umum Wilayah Kabupaten/Provinsi lalu
simpan data.

Isi/perbaharui database umum
Isi form ini lalu klik
Simpan Data
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 105
Tahap 11. Mengisi atau memperbaharui database spesifik
kecamatan perkebunan dengan meng-klik data teknis kecamatan
Bun. SKPD Kabupaten/Kota juga diharuskan mengisi data teknis
kecamatan PSP-Bun dan PPHP.

Tahap 12. Akan muncul formulir data teknis kecamatan
perkebunan yang akan digunakan sebagai basis data SIKP. Formulir
data teknis kecamatan ini terdiri dari :
1. Pengisian data level kecamatan tanaman tahunan per
komoditas.
2. Pengisian data level kecamatan tanaman semusim per
komoditas.
3. Pengisian data level kecamatan tanaman rempah dan penyegar
per komoditas.
Klik data teknis kecamatan Bun
Klik data teknis kecamatan
PSP-Bun dan PPHP untuk
mengentry data
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 106

Tahap 13. Dengan meng-klik data teknis kecamatan PSP-Bun
maka akan muncul pengisian data teknis kecamatan sarana
prasarana yang mendukung sub sektor perkebunan .


Isi data teknis tingkat kecamatan
untuk komoditi tanaman
tahunan, tanaman semusim dan
tanaman rempah penyegar
Memilih kecamatan dan
komoditi sesuai potensi
daerah lalu bisa menambah
kecamatan baru
Setelah mengisi data secara
lengkap lalu simpan data
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 107
Tahap 14. Dengan meng-klik data teknis kecamatan PPHP maka
akan muncul pengisian data teknis kecamatan pengolahan dan
pemasaran hasil pertanian yang mendukung sub sektor
perkebunan .

Tahap 15. Mengisi atau memperbaharui narasi e-proposal dengan
meng-klik edit data.


Klik edit data narasi proposal
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 108
Tahap 16. Akan muncul halaman pengisian narasi e-proposal lalu
simpan data.

Tahap 17. Mengisi usulan kegiatan pembangunan perkebunan
dengan meng-klik usulan kegiatan.

Isi/perbaharui form lalu klik simpan data
Isi/perbaharui narasi
e-proposal
Klik usulan kegiatan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 109
Tahap 18. Mengisi usulan kegiatan dengan mengklik tambah
usulan proposal.

Tahap 19. Mengisi formulir pengusulan proposal seperti pada
gambar berikut ini. Untuk pilihan komoditas, SKPD
Kabupaten/Kota tidak boleh memilih semua komoditas karena
menjadi kewenangan SKPD Provinsi melalui dana dekonsentrasi.

Klik tambah usulan proposal
Isi formulir pengusulan
proposal seperti sub
sektor, komoditas, status
keg, sumber anggaran, pola
pendanaan, dukungan
APBD Kab dan dukungan
swasta
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 110
Tahap 20. Mengisi usulan kegiatan pembangunan perkebunan
(kegiatan hulu, hilir dan onfarm) seperti pada gambar berikut ini
setelah mengisi tahap 19.

Tahap 21. Mengisi usulan kegiatan pembangunan perkebunan
(sub kegiatan, volume kegiatan dan anggaran) seperti pada gambar
berikut ini lalu simpan data.

Klik pilih kegiatan maka akan muncul
kegiatan hulu (Ditjen. Perkebunan),
kegiatan hilir (Ditjen. PPHP) dan kegiatan
onfarm (Ditjen. PSP)
Pilih komoditas lalu
secara otomatis akan
muncul kegiatan hulu,
hilir dan onfarm
Isi usulan kegiatan seperti
sub kegiatan, volume
kegiatan dan anggaran
Klik tambah
kegiatan lalu akan
muncul kegiatan
baru yang akan di
usulkan
Isi form ini lalu klik
Simpan Data
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 111
Tahap 22. Lalu akan muncul halaman daftar proposal dari SKPD
kabupaten/kota tahun perencanaan 2015 seperti pada gambar
berikut ini. Langkah selanjutnya adalah mengisi penerima
manfaat baik yang berasal dari kelompok maupun yang non
kelompok.

Tahap 23. Dengan meng-klik isi penerima manfaat (kelompok)
maka kelompok tani sudah terdaftar di Bakorluh/Bapeluh lalu akan
muncul halaman yang berisi form penerima manfaat kegiatan yang
wajib di lengkapi file pendukung seperti pada gambar berikut ini.

Klik isi penerima manfaat
(kelompok atau non kelompok)
Masukkan file pendukung dengan
meng-klik browser lalu upload
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 112
Tahap 24. Pengisian daftar kelompok tani yang akan menerima
manfaat (termasuk kelompok) dengan meng-klik lihat daftar
kelompok.

Tahap 25. Lalu akan muncul halaman list daftar kelompok seperti
pada gambar di bawah ini yang selanjutnya pilih sesuai penerima
manfaatnya.

Catatan : Jika kelompok tani penerima manfaat tidak ada dalam list
daftar kelompok, maka diharuskan meng-entry kelompok tani baru
seperti pada tahap 3-8 lalu SK pengukuhannya di upload dan di
informasikan kepada BPPSDMP melalui Bakorluh/Bapeluh
didaerah.
Klik lihat daftar kelompok
Klik tambahkan ke penerima manfaat
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 113
Tahap 26. Lalu akan muncul halaman/form pengisian titik
koordinat lokasi usulan kegiatan seperti pada gambar di bawah ini.

Tahap 27. Pengisian form titik lokasi penerima manfaat kegiatan
seperti pada gambar di bawah ini.

Pengisian titik koordinat lokasi lalu klik simpan
Isi form ini lalu klik Simpan Data
Klik koordinat lokasi untuk mengisi
titik koordinat lokasi usulan kegiatan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 114
Tahap 28. Lalu akan muncul halaman titik koordinat lokasi usulan
kegiatan yang telah di isi lalu klik selesai.

Tahap 29. Lalu akan muncul penanda yang membuktikan
penerima manfaat sudah terisi seperti pada gambar dibawah ini.


Klik selesai
Akan muncul tanda

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 115
Tahap 30. Untuk pengisian penerima manfaat (non kelompok)
adalah penerima manfaat yang berasal dari SKPD/UPT/Balai di
daerah dan bukan merupakan kelompok tani.

Tahap 31. Akan muncul form pengisian penerima manfaat non
kelompok seperti gambar berikut ini.

Klik isi penerima manfaat (non kelompok)
Klik tambah lalu selesai
Pengisian nama penerima
(SKPD/UPT/Balai di daerah dan
bukan merupakan kelompok
tani) dan lokasinya
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 116
Tahap 32. Pengisian database spesifik Kabupaten/Kota (bun)
seperti pada gambar dibawah ini.

Tahap 33. Akan muncul halaman pengisian form data dasar
potensi kawasan berbasis komoditi perkebunan (Kabupaten/Kota)
lalu simpan data.
Tahap 34. Langkah selanjutnya adalah ajukan usulan kegiatan ke
provinsi seperti pada gambar dibawah ini.


Klik database spesifik
Kabupaten/Kota (BUN)
Klik ajukan ke Provinsi
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 117
Tahap 35. Akan muncul halaman ajukan proposal kegiatan ke
provinsi seperti gambar berikut ini. SKPD Kabupaten/Kota wajib
mengisi dukungan APBD Kabupaten/Kota untuk proposal ini lalu
meng-upload lembar pengesahan e-proposal dan diproses/kirim ke
provinsi.

Tahap 36. Akan muncul halaman seperti gambar berikut ini yang
dilengkapi nomor registrasi proposal.

Klik Ya
Klik Kirim ke provinsi
Isi dukungan APBD Kabupaten
Akan muncul tanda
Akan muncul nomor registrasi proposal
Upload lembar pengesahan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 118
Tahap 37. Lihat status untuk melihat status pengajuan usulan
kegiatan apakah sudah di verifikasi SKPD Provinsi atau belum
seperti gambar berikut ini.

Tahap 38. Mencetak lembar pengesahan usulan kegiatan e-
proposal seperti gambar berikut ini.

Form verifikasi SKPD Provinsi
Belum di nilai oleh SKPD Provinsi
Belum di nilai oleh Pusat
Klik print
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 119
Tahap 39. Akan muncul lembar pengesahan usulan proposal untuk
di cetak, ditandatangani kepala SKPD Kabupaten/Kota dan
dikirimkan ke Pusat melalui fax, pos surat atau di upload seperti
pada tahap 35.







Klik cetak
Tandatangan kepala
SKPD Kabupaten/Kota
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 120
Tahap 40. Usulan e-proposal dapat di-edit atau di hapus seperti
gambar berikut ini.

Tahap 41. Tambah usulan kegiatan melalui e-proposal seperti
gambar berikut ini.



Klik edit atau hapus
Tambah usulan proposal
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 121
BAB IV
PENILAIAN KELAYAKAN USULAN KEGIATAN
MELALUI E-PROPOSAL
4.1. Proses Penilaian E-proposal tingkat Provinsi
Proses penilaian usulan kegiatan pembangunan
perkebunan melalui e-proposal dilakukan oleh SKPD yang
membidangi perkebunan di Provinsi terhadap usulan kegiatan dari
SKPD Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan. Proses
penilaian ini merupakan proses verifikasi e-proposal yang
bertujuan untuk menyeleksi usulan kegiatan apakah sesuai dengan
kriteria kelayakan pengembangan komoditi perkebunan di tiap
Provinsi. Pada dasarnya manfaat dilakukannya penilaian usulan
kegiatan melalui e- proposal adalah :
1. Dapat menilai kelayakan dari suatu proposal diajukan.
2. Sebagai sarana evaluasi dan pelaporan dari suatu proposal.
3. Dapat meningkatkan pengorganisasian dari gambaran fakta
dan data dalam proposal sehingga dapat diketahui secara jelas
dan sistematik tujuan pengajuan proposal beserta isi kegiatan
yang akan mencerminkan kelayakan penilaian proposal.
4. Sebagai dasar tindak lanjut yang menggambarkan rencana
pengalokasian kegiatan dan anggaran.
5. Dapat menunjukkan kesimpulan dan substansi penting dari
muatan usulan kegiatan yang akan menggambarkan kelayakan
proposal.
Proses verifikasi terhadap kelayakan usulan kegiatan
dilakukan melalui penilaian terhadap dokumen proposal yang
diajukan secara keseluruhan (desk evaluation) dengan
memperhatikan beberapa persyaratan teknis. Proposal yang telah
diseleksi dengan kriteria penilaian oleh SKPD Provinsi, kemudian
akan diajukan ke Pusat untuk disinkronkan dengan arah dan
kebijakan dari Eselon I terkait lingkup Kementerian Pertanian
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 122
(Direktorat Jenderal Perkebunan) serta disesuaikan dengan
kebijakan Menteri Pertanian dan/atau DPR. Proposal yang telah
disetujui oleh Pusat akan dipersiapkan mekanisme
penganggarannya untuk selanjutnya dituangkan dalam Rencana
Kerja (Renja) eselon I terkait. Secara umum mekanisme verifikasi
usulan kegiatan pembangunan perkebunan dapat digambarkan
sebagai berikut :


























Gambar 4. Mekanisme verifikasi usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal
Direktorat Jenderal Perkebunan Usulan kegiatan di telaah
melalui PROSES PENILAIAN
oleh Tim Penilai Direktorat
Jenderal Perkebunan
Mekanisme Penganggaran

Usulan SKPD
perkebunan
Provinsi
Usulan SKPD
perkebunan
Kabupaten/Kota
Usulan Kegiatan
Gapoktan/Poktan
Pertimbangan :
1. Hasil penilaian e-proposal
2. Ketersediaan Anggaran
3. Keterpaduan Pusat-Daerah (Renstra)
4. Kinerja Satker (realisasi anggaran/fisik)
5. Kesiapan daerah
6. Penerima Manfaat
7. Potensi daerah pengembangan
8. Nomenklatur SKPD
9. Komitmen daerah (APBD)
10. Kebijakan Menteri Pertanian/direktif presiden/DPR
11. Lain-lain

Verifikasi penilaian :
1. Kesesuaian RPJMD
2. Kesesuaian kawasan
3. Kesesuaian target
pembangunan
pertanian
4. Kelengkapan database
5. Kesesuaian prioritas
program
6. Kesesuaian RTRW
(Musrenbangtan)
(Musrenbangbun Kab/Kota)
(Musrenbangbun Prov)
Persetujuan usulan kegiatan
hasil MUSRENBANGTAN
Rekapitulasi usulan kegiatan
yang lolos penilaian sebagai
bahan pembahasan
MUSRENBANGTAN
Kebijakan/keputusan
pimpinan
RENCANA KERJA
DITJEN. PERKEBUNAN


Pada gambar 4 dapat dijelaskan bahwa mekanisme
verifikasi usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-
proposal dimulai dari usulan kegiatan yang diajukan dari kelompok
tani/masyarakat pekebun ke SKPD yang membidangi perkebunan
di Kabupaten/Kota. Dari SKPD Kabupaten/Kota setelah melalui
pembahasan di tingkat Musrenbangbun Kabupaten/Kota maka
usulan kegiatan tersebut di input kedalam sistem aplikasi e-
proposal dengan mengisi data dan informasi terkait pengajuan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 123
kegiatan. Setelah proses input usulan kegiatan selesai maka SKPD
Kabupaten/Kota di wajibkan mengirimkan usulan kegiatan
tersebut kepada SKPD Provinsi yang membidangi perkebunan
untuk selanjutnya dilakukan penilaian apakah usulan kegiatan
tersebut layak diajukan ke Pusat atau tidak (langkah-langkah
pengajuan e-proposal sudah dibahas pada BAB sebelumnya).
Proses verifikasi ini dilakukan oleh SKPD yang membidangi
perkebunan di Provinsi terhadap kelayakan usulan kegiatan dari
SKPD Kabupaten/Kota. Verifikasi dilakukan dengan menilai usulan
kegiatan sesuai dengan indikator kriteria penilaian mengunakan
nilai skor 1, 3, 5, 7 dan 9. Indikator kriteria penilaian dari SKPD
Provinsi terdiri dari kesesuaian RPJMD, kesesuaian pengembangan
kawasan, kesesuaian target pembangunan pertanian, kelangkapan
database e-proposal, kesesuaian prioritas program dan kesesuaian
RTRW. Setelah memverifikasi usulan kegiatan dengan penentuan
kelayakan usulan kegiatan dari penilaian yang terbaik maka akan
lebih lanjut dibahas pada forum Musrenbangbun tingkat Provinsi
untuk memilih usulan kegiatan tersebut apakah layak diajukan ke
Pusat/Ditjen. Perkebunan.
Seluruh usulan kegiatan dari SKPD Provinsi akan di telaah
melalui proses penilaian oleh tim penilai lingkup Ditjen.
Perkebunan. Standar penilaian usulan kegiatan dari masing-masing
eselon I lingkup Kementerian Pertanian akan berbeda-beda
tergantung penetapan kebijakan penilaian. Usulan kegiatan
tersebut dilakukan penilaian dengan sistem perkalian bobot dari
masing-masing sub kriteria penilaian dengan nilai skor penilaian
tersebut sehingga range total penilaian tersebut akan menentukan
apakah usulan kegiatan tersebut lolos penilaian atau tidak. Kriteria
penilaian dari pusat/ Ditjen. Perkebunan meliputi kriteria
pengembangan kawasan, kriteria kinerja pengelolaan
program/kegiatan, kriteria kesesuaian muatan proposal dan
kriteria pendanaan proposal. Dari kriteria tersebut akan terbagi
lagi menjadi sub-sub kriteria yang akan menentukan penilaian
melalui faktor perkalian dengan nilai skor penilaian. Usulan
kegiatan yang dinyatakan lolos penilaian dari range penilaian akan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 124
direkapitulasi sebagai bahan pembahasan pada forum
Musrenbangtan.
Pada forum Musrenbangtan, usulan kegiatan pembangunan
perkebunan akan dibahas lagi bersama dengan Menteri Pertanian,
eselon I terkait lingkup Kementerian Pertanian dan dihadiri oleh
SKPD Provinsi yang membidangi perkebunan. Pembahasan
tersebut dimaksudkan untuk mensinkronkan kebijakan daerah
melalui usulan kegiatan eproposal dengan arah dan kebijakan dari
Kementerian Pertanian yang nantinya akan menentukan disetujui
atau tidaknya usulan kegiatan tersebut. Jika usulan kegiatan
tersebut disetujui maka tindak lanjutnya adalah akan dibahas
kembali secara intern oleh Direktorat Jenderal Perkebunan yang
selanjutnya berdasarkan keputusan/ kebijakan pimpinan akan
menentukan mekanisme penetapan prioritas kegiatan dan
anggaran yang akan dituangkan kedalam Renja (rencana Kerja).
Persetujuan penetapan mekanisme anggaran dari masing-
masing usulan kegiatan setelah melalui forum Musrenbangtan
adalah dengan memperhatikan beberapa pertimbangan dari
pimpinan Direktorat Jenderal Perkebunan dalam menyusunan
rencana kerja pembangunan perkebunan yaitu diantaranya :
1. Pertimbangan hasil penilaian usulan kegiatan oleh tim penilai
Ditjen. Perkebunan.
2. Pertimbangan ketersediaan anggaran.
3. Pertimbangan adanya keterpaduan pusat-daerah dalam
dokumen Renstra.
4. Pertimbangan kinerja Satker dalam 2-3 tahun terakhir baik
yang dicirikan capaian anggaran dan fisik yang memuaskan
sesuai target yang ditetapkan.
5. Pertimbangan kesiapan daerah dalam mengembangkan
komoditi perkebunan yang dibuktikan dengan target produksi
tercapai, kelengkapan database, kesiapan SDM, infrastruktur,
kesiapan anggaran, CP/Cl, dan lain-lain.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 125
6. Pertimbangan penerima manfaat yang berupa kelompok tani
harus jelas yang ditandai dengan nomor pengukuhan
kelompok tani, luasan hektar pengembangan dan lain-lain.
7. Pertimbangan adanya potensi daerah untuk mengembangkan
komoditi perkebunan baik untuk kegiatan perluasan,
rehabilitasi, intensifikasi, peremajaan dll.
8. Pertimbangan nomenklatur SKPD harus menunjukkan
perkebunan yang membuktikan bahwa daerah secara serius
ingin mengembangkan komoditi perkebunan di daerahnya.
9. Pertimbangan adanya komitmen daerah yang ditunjukkan
dengan dukungan APBD terhadap pengembangan komoditas
perkebunan, selain itu adanya perda penetapan RTRW,
penetapan kawasan perkebunan, peta wilayah potensi
perkebunan, dll.
10. Pertimbangan adanya kebijakan on top dari Presiden, Menteri
Pertanian dan DPR dalam pengembangan komoditi
perkebunan.
11. Pertimbangan lainya.
4.1.1. Kriteria Penilaian e-Proposal tingkat Provinsi
Kriteria-kriteria dalam menilai kelayakan pengajuan
proposal oleh SKPD Provinsi sebagai mekanisme verifikasi usulan
kegiatan dari SKPD Kabupaten/Kota dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1) Kesesuaian usulan proposal dengan RPJMD Provinsi
Kegiatan yang diusulkan dari SKPD Kabupaten/Kota harus
fokus pada arah dan kebijakan provinsi yang telah tercantum
dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) yang telah ditetapkan Gubernur/Kepala Daerah.


Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 126
2) Kesesuaian proposal dengan kebijakan pengembangan
kawasan pertanian
Pemerintah daerah pada tingkat provinsi berdasarkan amanat
dari Permentan nomor 50 tahun 2012 di haruskan untuk
mengembangkan kawasan pertanian provinsi dengan
mendorong masuknya investasi serta mendukung melalui
APBD dan sumber pembiayaan lainnya. Diharapkan bagi SKPD
Kabupaten/Kota pada pengusulan kegiatan harus mengikuti
pengembangan kawasan yang telah ditetapkan pemerintah
daerah Provinsi untuk komoditi unggulan perkebunan.
3) Kesesuaian usulan proposal dengan target/sasaran
pembangunan pertanian provinsi
Setiap periode 5 tahunan, pemerintah provinsi menyusun
Rencana Strategis Daerah (Renstrada) melalui penetapan
target/sasaran pengembangan komoditi unggulan di provinsi
dan kabupaten/kota. Diharapkan bagi SKPD Kabupaten/Kota
pada pengusulan kegiatan harus mengikuti arah dan kebijakan
pemerintah provinsi yang tercantum dalam dokumen
Renstrada dengan mengimplementasikan target/sasaran yang
ingin dicapai dalam pengembangan komoditas unggulan
perkebunan melalui kegiatan yang terarah, tepat sasaran dan
efisien.
4) Kelengkapan database
Pengusul kegiatan pembangunan perkebunan dari SKPD
Kabupaten/Kota harus melenkapi semua data dan informasi
terkait pengusulan kegiatan seperti database umum, database
spesifik kecamatan, database spesifik Kabupaten/Kota,
penerima manfaat, pengusulan kegiatan/sub kegiatan dan
anggaran serta dokumen terkait lainnya.
5) Kesesuaian usulan proposal dengan prioritas program di
provinsi
Pemerintah daerah provinsi dalam merencanakan
pembangunan di daerahnya perlu menetapkan program
prioritas yang di tuangkan melalui Renstrada. Program
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 127
prioritas ini bersifat kekhususan dari tiap sektor dan sub
sektor bahkan untuk masing-masing fokus pengembangan
komoditas. Diharapkan pengusul kegiatan memperhatikan
prioritas kegiatan pembangunan perkebunan dan prioritas
pengembangan komoditi perkebunan yang ditetapkan
pemerintah provinsi seperti prioritas program swasembada
gula, program ketahanan pangan, dll.
6) Kesesuaian RTRW provinsi
Masing-masing pemerintah provinsi seharusnya sudah
menetapkan rencana tata ruang dan wilayah provinsi yang
diterbitkan melalui Peraturan Daerah. Dokumen RTRW ini
memuat tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah
provinsi, rencana struktur ruang wilayah provinsi, rencana
pola ruang wilayah provinsi, penetapan kawasan strategis
provinsi, arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi dan
arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi
yang sudah di atur melalui Permendagri nomor 47 tahun 2012
mengenai pedoman penyusunan peraturan daerah tentang
RTRW provinsi dan kabupaten/kota. Berdasarkan hal tersebut,
di harapkan pengusul kegiatan memperhatikan Perda
penetapan RTRW provinsi terkait pengembangan kawasan
berbasis komoditi perkebunan.
4.1.2. Bobot Penilaian e-Proposal tingkat Provinsi
Dalam penilaian proposal oleh SKPD Provinsi terhadap
usulan kegiatan dari SKPD Kabupaten/Kota dilakukan dengan
Sistem Nilai Skor untuk masing-masing indikator kriteria penilaian
dimana total nilai skor tersebut akan menentukan jumlah nilai yang
mengindikasi seberapa pantas/layak suatu usulan kegiatan dari
daerah akan diajukan ke pusat/Direktorat Jenderal Perkebunan.
Untuk penentuan sistem skor penilaian terbagi kedalam 5
range skor yaitu skor 1 menunjukkan ketidaksesuaian/tidak ada
penetapan, skor 3 menunjukkan kurang sesuai, skor 5
menunjukkan sesuai atau cukuo sesuai, skor 7 menunjukkan sangat
sesuai dan skor 9 menunjukkan mutlak sesuai. Dengan adanya
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 128
Standarisasi Skor Penilaian yang merupakan pedoman/ukuran
layak atau tidaknya suatu usulan kegiatan tersebut diajukan ke
pusat. Standarisasi skor penilaian ini akan menentukan apakah
proposal tersebut layak diajukan ke pusat dengan range jumlah
skor nilai yang lebih tinggi atau dapat tidak dapat diajukan ke pusat
jika berada pada range jumlah skor nilai yang lebih rendah. Berikut
adalah standarisasi skor penilaian dari masing-masing indikator
kriteria penilaian proposal oleh SKPD Provinsi yang tersaji pada
Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Standarisasi skor penilaian dari masing-masing indikator
kriteria penilaian proposal
No. Indikator Kriteria Teknis Nilai
Skor
Keterangan
a. Mutlak sesuai dengan
RPJMD
9
b. Sangat sesuai dengan
RPJMD
7
c. Sesuai dengan RPJMD 5
d. Kurang sesuai dengan
RPJMD
3
e. Tidak sesuai dengan
RPJMD
1
a. Mutlak sesuai dengan
luas dan lokasi kawasan
pengembangan pertanian
9
b. Sangat sesuai dengan
luas dan lokasi kawasan
pengembangan pertanian
7
c. Sesuai dengan luas dan
lokasi kawasan
pengembangan pertanian
5
d. Kurang sesuai dengan
luas dan lokasi kawasan
pengembangan pertanian
3
e. Tidak ada penetapan
kawasan pengembangan
pertanian
1
Point View Pengukuran
Indikator
Kesesuaian usulan
proposal dengan RPJMD
Provinsi
1. Keterkaitan dengan
dokumen RPJMD
Provinsi
2. Kesesuaian proposal
dengan kebijakan provinsi
dalam rangka
pengembangan kawasan
pertanian
Keterkaitan dengan
penerbitan SK
Gubernur/ Bupati/
Walikota tentang
pengembangan
kawasan pertanian




Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 129
Lanjutan :
No. Indikator Kriteria Teknis Nilai
Skor
Keterangan Point View Pengukuran
Indikator

a. Mutlak sesuai dengan
target luas areal dan
produksi pengembangan
komoditi pertanian provinsi
9
b. Sangat sesuai dengan
target luas areal dan
produksi pengembangan
komoditi pertanian provinsi
7
c. Sesuai dengan target
luas areal dan produksi
pengembangan komoditi
pertanian provinsi
5
d. Kurang sesuai dengan
target luas areal dan
produksi pengembangan
komoditi pertanian provinsi
3
e. Tidak sesuai dengan
target luas areal dan
produksi pengembangan
komoditi pertanian provinsi
1
Keterkaitan dengan
Renstrada Provinsi
Kesesuaian usulan
proposal dengan
target/ proyeksi/ sasaran
pembangunan pertanian
provinsi
3.

4. Kelengkapan database
pengisian e-proposal
a. Data spesifik kecamatan,
data spesifik
kabupaten/ kota dan data
umum terisi dengan
lengkap
9
b. Data spesifik kecamatan
tidak lengkap, hanya
data spesifik Kab/ Kota
dan data umum yang
terisi
7
c. Hanya data spesifik
Kabupaten/ Kota yang
terisi
5
d. Hanya data umum yang
terisi
3
e. Tidak ada database yang
terisi
1
Terkait kelengkapan
dan terisinya
database
kecamatan,
kabupaten/ kota,
umum di aplikasi e-
proposal





Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 130
Lanjutan :
No. Indikator Kriteria Teknis Nilai
Skor
Keterangan Point View Pengukuran
Indikator

a. Seluruh kegiatan yang
diusulkan sesuai dengan
prioritas/ fokus program
provinsi
9
b. Hanya 75% kegiatan
yang diusulkan sesuai
dengan prioritas/ fokus
program provinsi
7
c. Hanya 50% kegiatan
yang diusulkan sesuai
dengan prioritas/ fokus
program provinsi
5
d. Hanya 25% kegiatan
yang diusulkan sesuai
dengan prioritas/ fokus
program provinsi
3
e. Tidak ada kegiatan yang
diusulkan sesuai dengan
prioritas/ fokus program
provinsi
1
6. Kesesuaian RTRW provinsi a. Mutlak sesuai dengan
luas dan lokasi RTRW
provinsi
9
b. Sangat sesuai dengan
luas dan lokasi RTRW
provinsi
7
c. Sesuai dengan luas dan
lokasi RTRW provinsi
5
d. Kurang sesuai dengan
luas dan lokasi RTRW
provinsi
3
e. Tidak ada penetapan
RTRW provinsi
1
Kesesuaian wilayah
pengembangan
komoditi pertanian
di Kabupaten/ Kota
dengan tataruang
wilayah provinsi
Keterkaitan dengan
Renstrada Provinsi
Kesesuaian usulan
proposal dengan prioritas
program di provinsi
5.

Keterangan Standarisasi Penilaian :
a. Jumlah nilai skor 30-54 = Usulan kegiatan tersebut dapat
diterima/approve.
b. Jumlah nilai skor < 30 = Usulan kegiatan tidak dapat
diterima/reject.



Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 131
4.1.3. Bagan Penilaian e-Proposal tingkat Provinsi
Pada bagian ini dapat dijelaskan disertai gambar mengenai
alur proses verifikasi penilaian kelayakan usulan kegiatan oleh
SKPD Provinsi untuk diajukan ke Pusat.
Tahap 1. Melalui Admin/user name SKPD Provinsi, proses
verifikasi dimulai dengan meng-klik proposal SKPD Kab/Kota.






Klik proposal SKPD Kab/Kota
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 132
Tahap 2. Akan muncul halaman yang menunjukkan daftar proposal
yang telah masuk ke SKPD Provinsi lalu pilih proposal yang akan di
verifikasi dengan meng-klik lihat usulan proposal.

Tahap 3. Akan muncul halaman yang menunjukkan isi dari
verifikasi usulan kegiatan. Tahapan isi verifikasi usulan kegiatan
dapat di bagi menjadi 5 bagian yaitu:
1. Bagian ini yang menunjukkan isi proposal (Nama SKPD
pengusul, Nomor proposal, sub sektor/komoditas dan total
anggaran) dan narasi proposal.
Klik lihat usulan proposal
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 133

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 134
2. Bagian ini yang menunjukkan data teknis kecamatan dari
komoditas yang diusulkan (data teknis kecamatan yang warna
merah artinya belum terisi).



Klik komoditas yang diusulkan
Akan muncul data
teknis kecamatan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 135
3. Bagian ini yang menunjukkan kegiatan/sub kegiatan (volume/
satuan dan usulan anggaran) dan penerima manfaat beserta
file pendukungnya.

4. Bagian ini adalah form verifikasi proposal melalui penilaian
usulan kegiatan. Pada bagian ini diharapkan SKPD Provinsi
dapan memverifikasi penilaian kelayakan usulan kegiatan
dengan meng-klik pengukuran indikator yang disertai dengan
skor 1, 3, 5, 7 dan 9.

Akan muncul penerima manfaat
Akan kegiatan dan
usulan anggaran
Mengisi penilaian
sesuai pengukuran skor
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 136
5. Bagian ini merupakan bagian yang menunjukkan data
pendukung verifikasi penilaian usulan kegiatan yang meliputi
dukungan APBD Kabupaten/Kota dan Provinsi, kesimpulan
verifikasi provinsi dan catatan verifikasi. Pada tahap ini SKPD
Provinsi diharapkan mengisi dukungan APBD provinsi
terhadap proposal, meng-klik usulan kegiatan apakah layak
diusulkan ke pusat dan mengisi catatan verifikasi lalu kirim ke
pusat.

4.2. Proses Penilaian e-Proposal tingkat Pusat
Proses penilaian usulan kegiatan pembangunan
perkebunan melalui e-proposal di tingkat Pusat dilakukan terhadap
usulan kegiatan yang diajukan oleh SKPD yang membidangi
perkebunan di Provinsi setelah melalui proses verifikasi penilaian
tingkat Provinsi. Penilaian di tingkat pusat ditujukan sebagai
proses seleksi usulan kegiatan untuk dibahas kembali pada forum
Musrenbangtan yang pada akhirnya akan menentukan mekanisme
anggaran oleh pimpinan.
Penilaian usulan kegiatan dilakukan oleh tim penilai Ditjen.
Perkebunan yang berasal dari bagian perencanaan Sekretariat
Direktorat Jenderal Perkebunan beserta tim perencanaan dari
Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan. Seperti pada
Isi dukungan
APBD provinsi
Klik kelayakan
diusulkan ke pusat
Isi catatan
verifikasi
Kirim ke pusat
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 137
proses verifikasi penilaian usulan kegiatan yang dilakukan oleh
SKPD Provinsi yang membidangi perkebunan bahwa penilaian
usulan kegiatan oleh tim penilai Ditjen. Perkebunan dilakukan
dengan sistem pembobotan dari masing-masing kriteria teknis.
Dari kriteria tersebut akan terbagi lagi menjadi sub-sub kriteria
yang akan menentukan penilaian melalui faktor perkalian. Sistem
pembobotan penilaian ini dihitung dengan mekanisme perkalian
antara bobot dari sub kriteria teknis penilaian dan nilai skor dari
penilaian itu sendiri. Hasil perkalian tersebut pada range tertentu
akan menentukan apakah usulah kegiatan tersebut dapat lolos
penilaian atau tidak.
Usulan kegiatan yang telah memenuhi kriteria penilaian
akan dibahas lebih lanjut (site evaluation) pada forum
Musrenbangtan yang selanjutnya akan ditentukan jumlah
pendanaan APBN dengan memperhatikan pertimbangan-
pertimbangan putusan/kebijakan pimpinan seperti ketersediaan
anggaran dan kebijakan pembangunan perkebunan seperti
dukungan terhadap komoditas unggulan nasional yang telah
ditetapkan Direktorat Jenderal Perkebunan dan dalam hal
pengembangan pembangunan perkebunan berbasis
kawasan/cluster komoditas perkebunan.
Berikut ini adalah kriteria dan sub kriteria teknis penilaian
yang dilakukan oleh tim penilai Ditjen. Perkebunan.
1) Kriteria Pengembangan Kawasan Berbasis Komoditi
Perkebunan
Kriteria pengembangan kawasan berbasis komoditi
perkebunan menunjukkan bahwa usulan kegiatan pembangunan
perkebunan harus memenuhi lokasi kawasan yang ditetapkan
DItjen. Perkebunan beserta data dan informasi pendukung dalam
lokasi kawasan tersebut. Total bobot kriteria ini adalah 30 point
yang terbagi lagi menjadi bobot per sub kriteria. Kriteria
pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan terbagi
kedalam 3 sub kriteria teknis diantaranya :
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 138
a. Sub kriteria : Peringkat prioritas kawasan menurut
Kabupaten/Kota
Pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan
menurut Kabupaten/kota sudah ditetapkan berdasarkan kajian
Biro Perencanaan, PSEKP dan Ditjen. Perkebunan. Hasil penetapan
lokasi kawasan ini perlu dicermati oleh SKPD Kabupaten/Kota
untuk mengusulkan kegiatan sesuai dengan potensi, kebutuhan
dan keragaan pengembangan 15 komoditi unggulan perkebunan
sebagaimana dijelaskan dalam Lampiran. Perlu untuk diketahui
bagi SKPD Kabupaten/Kota agar mengajukan usulan kegiatan
lebih mengutamakan/memprioritaskan pada komoditi yang
berada pada peringkat 100 besar menurut Kabupaten/Kota.
Bobot penilaian sub kriteria ini adalah 20 point dengan nilai skor 0,
1, 2 dan 3.
b. Sub kriteria : Kelengkapan isian database kawasan
level/spesifik Kecamatan
Kelengkapan isian database kawasan spesifik Kecamatan
pada e-proposal juga akan menentukan proses penilaian oleh pusat
karena database level kecamatan akan digunakan sebagai basis
data perencanaan kedepan, evaluasi kegiatan sebelumnya dan
sumber data SIKP (sistem informasi kawasan pertanian) yang
terdiri atas data tabular dan spasial. Bobot penilaian sub kriteria ini
adalah 5 point dengan nilai skor 0, 1, 2 dan 3.
c. Sub kriteria : Kelengkapan isian database kawasan
level/spesifik Kabupaten/Kota
Kelengkapan isian database kawasan spesifik
Kabupaten/Kota menunjukkan potensi dan kemampuan
Kabupaten/Kota dalam mengembangkan kawasan perkebunan
yang pada akhirnya akan menentukan jumlah kebutuhan usulan
kegiatan dan anggaran di Kabupaten/Kota tersebut. Data dan
informasi dalam isian spesifik Kabupaten/Kota akan digunakan
sebagai basis data dan informasi untuk perencanaan kedepan
sekaligus sebagai bahan evaluasi kegiatan di tahun sebelumnya.
Bobot penilaian sub kriteria ini adalah 5 point dengan nilai skor 0,
1, 2 dan 3.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 139
2) Kriteria Kinerja Pengelolaan Program/Kegiatan
Kriteria kinerja pengelolaan program/kegiatan
mengandung pengertian sejauh mana SKPD Provinsi yang
membidangi perkebunan melaksanakan program/kegiatan dan
pengelolaan anggaran yang telah ditetapkan oleh Pusat dan
mengkoordinir SKPD Kabupaten/Kota untuk pelaksanaan kegiatan
di daerahnya. Total bobot kriteria ini adalah 21 point yang terbagi
lagi menjadi bobot per sub kriteria. Penilaian atas kriteria kinerja
pengelolaan program/kegiatan terbagi menjadi beberapa sub
kriteria diantaranya :
a. Sub kriteria : Ketepatan pelaporan kegiatan
Ketepatan pelaporan kegiatan yang telah dan sedang
dilaksanakan menjadi salah satu faktor penilaian yang penting. Sub
kriteria ini ditunjukan oleh bagaimana SKPD Provinsi dan
Kabupaten/Kota melaporkan kegiatan yang didanai APBN kepada
pusat untuk setiap triwulan nya yang bertujuan sebagai bahan
evaluasi terhadap adanya kendala atau hambatan dalam
pelaksanaan kegiatan sekaligus sebagai rekomendasi teknis dalam
pencapaian pelaksanaan kegiatan di tahun mendatang. Bobot
penilaian sub kriteria ini adalah 5 point dengan nilai skor 0, 1, 2
dan 3.
b. Sub kriteria : Capaian kinerja fisik tahun sebelumnya (t-1)
Sejauh mana kinerja fisik telah dicapai selama 1 tahun
pelaksanaan kegiatan menjadi faktor kunci yang menentukan
kinerja instansi secara keseluruhan dari tiap SKPD Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang didanai oleh alokasi APBN. Persentase
capaian kinerja fisik harus mengikuti target/sasaran yang
ditetapkan Pusat/Ditjen. Perkebunan setiap triwulan karena hal ini
akan menggambarkan tingkat keberhasilan anggaran diaplikasikan
ditingkat pelaksanaan kegiatan secara fisik. Capaian kinerja fisik
pada sub kriteria ini diukur dari persentase kinerja fisik
pelaksanaan kegiatan dari tiap satker (SKPD Provinsi dan
Kabupaten/Kota) pada 1 tahun sebelumnya baik di lihat per
triwulan maupun secara total pada akhir tahun pelaksanaan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 140
kegiatan. Bobot penilaian sub kriteria ini adalah 4 point dengan
nilai skor 0, 1, 2 dan 3.
c. Sub kriteria : Capaian/serapan kinerja anggaran tahun
sebelumnya (t-1)
Sejauh mana serapan anggaran telah dicapai selama 1
tahun pelaksanaan kegiatan menjadi faktor kunci yang
menentukan kinerja instansi secara keseluruhan dari tiap SKPD
Provinsi dan Kabupaten/Kota yang didanai oleh alokasi APBN.
Persentase capaian kinerja anggaran harus mengikuti
target/sasaran yang ditetapkan Pusat/Ditjen. Perkebunan setiap
triwulan karena hal ini akan menggambarkan tingkat keberhasilan
anggaran diserap untuk mendanai pelaksanaan kegiatan. Capaian
kinerja anggaran pada sub kriteria ini diukur dari serapan
anggaran per satker (SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota) untuk
pelaksanaan kegiatan pada 1 tahun sebelumnya baik di lihat per
triwulan maupun secara total pada akhir tahun pelaksanaan
kegiatan. Bobot penilaian sub kriteria ini adalah 5 point dengan
nilai skor 0, 1, 2 dan 3.
d. Sub kriteria : Temuan KN/TGR dari BPK/BPKP/Itjen
Pada dasarnya pelaksanaan kegiatan tidak terlepas dari
adanya hambatan dan kendala di tingkat lapangan dalam
pengaplikasiannya. Setiap pelaksanaan kegiatan didaerah pada
periode tertentu secara berkala selalu di audit dan di evaluasi
apakah pelaksanaan kegiatan dan pengalokasian anggaran sesuai
dengan koridor atau arah kebijakan yang telah ditetapkan Pusat
atau tidak. Adanya temuan KN/TGR menjadi salah satu faktor
penilaian yang cukup penting karena pada sub kriteria ini
menggambarkan kepatuhan daerah dalam pelaksanaan kegiatan
yang pada akhirnya akan menentukan kinerja kegiatan dan SKPD.
Temuan KN/TGR menggambarkan hasil audit dari BPK/BPKP/Itjen
di tiap Kementerian apakah terdapat penyelewengan anggaran
yang terindikasi menyebabkan kerugian Negara atau tidak. Bobot
penilaian sub kriteria ini adalah 5 point dengan nilai skor 0, 1, 2
dan 3.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 141
e. Sub kriteria : Tindak lanjut KN/TGR pada t-2 dan tahun
sebelumnya
Berdasarkan hasil audit BPK/BPKP/Itjen bahwa
pelaksanaan kegiatan di salah satu SKPD terindikasi menyebabkan
kerugian negara dalam pengalokasian anggarannya maka badan
pemeriksa keuangan/Itjen biasanya menerbitkan simpulan hasil
temuan disertai dengan rekomendasi teknis atas perbaikan dari
pelaksanaan kegiatan tersebut. Rekomendasi teknis ini biasanya
berupa solusi/penjabaran pemecahan masalah terhadap
munculnya penyelewengan anggaran pada pelaksanaan kegiatan
agar tidak terjadi lagi di tahun pelaksanaan kegiatan berikutnya.
SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan menindaklanjuti
hasil rekomendasi tersebut jika ditemukan indikasi kerugian
negara pada 2 tahun sebelumnya atau tahun-tahun sebelumnya
melalui perbaikan-perbaikan pelaksanaan kegiatan dan
pengalokasian anggaran. Bobot penilaian sub kriteria ini adalah 2
point dengan nilai skor 0, 1, 2 dan 3.
3) Kriteria Muatan Usulan Kegiatan/e-proposal
Usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-
proposal harus memuat fokus/prioritas program/kegiatan dan
arah kebijakan pengembangan komoditi perkebunan yang telah
ditetapkan baik pada level Kementerian Pertanian maupun level
kebijakan Ditjen. Perkebunan. Total bobot kriteria ini adalah 30
point yang terbagi lagi menjadi bobot per sub kriteria. Penilaian
atas kriteria muatan usulan kegiatan melalui e-proposal terbagi
menjadi beberapa sub kriteria diantaranya :
a. Sub kriteria : Keterkaitan usulan kegiatan dengan
prioritas/fokus program Kementerian Pertanian
Usulan kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-
proposal dari SKPD Provinsi dan Kabupaten/kota harus memiliki
keterkaitan dengan prioritas/fokus program Kementerian
Pertanian pada periode 2015-2019 yang tertuang dalam Renstra
Kementerian Pertanian. Pada periode tersebut program
Kementerian Pertanian difokuskan pada 4 program yaitu 1)
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 142
program peningkatan ketahanan pangan (tebu dan sagu); 2)
program pengembangan komoditas ekspor (kelapa sawit, karet,
kakao, kopi, pala, lada, teh); 3) program pengembangan bio-
industri dan bio-energi (integrasi tanaman perkebunan-ternak,
CPO) dan 4) program pengembangan infrastruktur pertanian.
Bobot penilaian sub kriteria ini adalah 5 point dengan nilai skor 0,
1, 2 dan 3.
b. Sub kriteria : Kesesuaian usulan kegiatan dengan
pengembangan kawasan berbasis komoditi perkebunan
Kementerian pertanian dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan pertanian kedepan memfokuskan pengembangan
pada lokasi-lokasi kawasan yang memiliki potensi pengembangan
serta terintegrasi, terpadu dan berkelanjutan dari beberapa lintas
sub sektor. Direktorat Jenderal Perkebunan memiliki kewajiban
untuk menetapkan lokasi pengembangan dari hasil need assessment
daerah yang akan dijadikan kawasan perkebunan sesuai amanat
dari Permentan nomor 50 tahun 2012 tentang pedoman
pengembangan kawasan pertanian. Implementasinya adalah
menetapkan peringkat Kabupaten/Kota untuk tiap komoditi
unggulan perkebunan. Peringkat 100 besar Kabupaten/Kota untuk
tiap komoditi unggulan perkebunan diharapkan dapat menjadi
prioritas dalam pengusulan kegiatan di daerah. Bobot penilaian sub
kriteria ini adalah 6 point dengan nilai skor 0, 1, 2 dan 3.
c. Sub kriteria : Kesesuaian target usulan kegiatan dengan
sasaran/target kegiatan Kementerian Pertanian
Pengajuan usulan kegiatan pembangunan perkebunan
melalui e-proposal harus memiliki kesesuaian dengan target
kegiatan yang meliputi luas areal, produksi dan produktivitas
dalam pengembangan komoditi perkebunan yang ditetapkan Pusat.
Target dari luas areal, produksi dan produktivitas dari komoditi
perkebunan akan tertuang dalam dokumen Rencana Strategis baik
Renstra Kementerian Pertanian maupun Renstra Ditjen.
Perkebunan untuk setiap tahun pelaksanaan kegiatan sehingga
SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota diharapkan mampu
menjabarkan target-target tersebut untuk setiap tahun
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 143
pelaksanaan kegiatan. Bobot penilaian sub kriteria ini adalah 5
point dengan nilai skor 0, 1, 2 dan 3.
d. Sub kriteria : Kesesuaian target usulan kegiatan dengan
kebutuhan/potensi/pemecahan masalah dari kegiatan itu
sendiri
Penilaian sub kriteria ini menggambarkan apakah usulan
kegiatan pembangunan perkebunan melalui e-proposal sudah
memikirkan kebutuhan daerah dalam pengembangan komoditi
perkebunan yang disesuaikan dengan potensi pengembangan yang
ada serta apakah usulan kegiatan mampu menjawab permasalahan
pembangunan perkebunan di daerah. Hal ini akan menjadi
semacam rules bahwa daerah dapat mengusulkan kegiatan
sedemikian rupa hingga dari usulan kegiatan tersebut mampu
memecahkan permasalahan pembangunan perkebunan, usulan
kegiatan tersebut sesuai dengan kebutuhan petani dalam
pengembangan komoditi perkebunan dan usulan kegiatan tersebut
sesuai dengan potensi daerah yang ada. Bobot penilaian sub
kriteria ini adalah 3 point dengan nilai skor 0, 1, 2 dan 3.
e. Sub kriteria : Kejelasan sasaran calon penerima manfaat
SKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam mengusulkan
kegiatan harus jelas siapa calon penerima manfaat yang akan
didanai APBN melalui pelaksanaan kegiatan. Sasaran calon
penerima manfaat ini berupa kelompok tani/gapoktan yang di
identifikasi melalui mekanisme need assessment dari SKPD
Kabupaten/Kota atau mekanisme penetapan CP/CL. Penentuan
siapa calon kelompok tani yang menerima manfaat pengalokasian
kegiatan dan anggaran dari Ditjen. Perkebunan sangat penting
karena akan menentukan capaian kinerja fisik dan serapan
anggaran untuk tiap SKPD. Penentuan calon petani ini diharapkan
melalui evaluasi pada pelaksanaan kegiatan ditahun sebelumnya
yang mana di prioritaskan bagi penerima manfaat yang berkinerja
baik atau kelompok tani baru yang sesuai kriteria teknis walaupun
masih pada tahap inisiasi pengembangan. Bobot penilaian sub
kriteria ini adalah 4 point dengan nilai skor 0, 1, 2 dan 3.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 144
f. Sub kriteria : Kejelasan calon lokasi kegiatan di Kecamatan
atau Desa
Selain penetapan calon petani atau calon penerima
manfaat, need assessment yang dilakukan SKPD pengusul kegiatan
adalah menetapkan calon lokasi kawasan pengembangan di tiap
kecamatan/desa. Penentuan calon lokasi ini diharapkan masih
dalam prioritas pengembangan kawasan sesuai peringkat
Kabupaten/Kota dari tiap komoditi yang diusulkan. Calon lokasi
kegiatan juga perlu memperhatikan potensinya dan kebutuhan
pengembangan. Bobot penilaian sub kriteria ini adalah 4 point
dengan nilai skor 0, 1, 2 dan 3.
g. Sub kriteria : Detail isian dalam e-proposal
Detail isian dalam e-proposal juga menentukan penilaian
Pusat terhadap muatan usulan kegiatan yang diajukan. Detail isian
ini meliputi kelengkapan database spesifik kecamatan, database
spesifik kabupaten/kota, kejelasan penerima manfaat dan lokasi
kegiatan, kejelasan usulan kegiatan yang meliputi usulan anggaran
dan sub kegiatan yang diusulkan serta data dan informasi lain
terkait pengusulan kegiatan pembangunan perkebunan. Bobot
penilaian sub kriteria ini adalah 3 point dengan nilai skor 0, 1, 2
dan 3.
4) Kriteria Pendanaan Usulan Kegiatan/e-proposal
Kriteria pendanaan terhadap usulan kegiatan melalui e-
proposal dapat berarti adanya dukungan pendanaan dari
pemerintah daerah dalam pengembangan komoditi perkebunan.
Hal-hal lain yang mendukung penilaian pada kriteria ini adalah
kewajaran pengusulan kegiatan baik volume kegiatan maupun
besaran anggaran. Total bobot kriteria ini adalah 19 point yang
terbagi lagi menjadi bobot per sub kriteria. Penilaian atas kriteria
pendanaan usulan kegiatan melalui e-proposal terbagi menjadi
beberapa sub kriteria diantaranya :


Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 145
a. Sub kriteria : Dukungan APBD Kabupaten/Kota
Komitmen pemerintah daerah Kabupaten/Kota dalam
pengembangan komoditi perkebunan di daerahnya dicirikan
adanya dukungan pendanaan dari APBD Kabupaten/Kota. Bentuk
dukungan pendanaan dari APBD Kabupaten/Kota adalah faktor
yang cukup strategis dalam mendukung pengembangan komoditi
perkebunan yang menunjukkan keseriusan daerah tersebut. Bobot
penilaian sub kriteria ini adalah 4 point dengan nilai skor 0, 1, 2
dan 3.
b. Sub kriteria : Dukungan APBD Provinsi
Komitmen pemerintah daerah Provinsi dalam
pengembangan komoditi perkebunan di daerahnya dicirikan
adanya dukungan pendanaan dari APBD Provinsi. Bentuk
dukungan pendanaan dari APBD Provinsi adalah faktor yang sangat
strategis dalam mendukung pengembangan komoditi perkebunan
yang menunjukkan keseriusan daerah tersebut. Bobot penilaian
sub kriteria ini adalah 4 point dengan nilai skor 0, 1, 2 dan 3.
c. Sub kriteria : Dukungan BUMN/Swasta
Dalam pengembangan komoditi perkebunan di Provinsi
dan Kabupaten/Kota tidak terlepas dari campur tangan BUMN dan
swasta. Campur tangan disini berkonotasi baik yang dicirikan
adanya dukungan pendanaan dari BUMN dan swasta terhadap
pengembangan komoditi perkebunan di daerah tersebut. Bentuk
dukungan pendanaan ini dapat berupa mekanisme CSR maupun
bantuan langsung kepada kelompok tani/masyarakat pekebun.
Bobot penilaian sub kriteria ini adalah 2 point dengan nilai skor 0,
1, 2 dan 3.
d. Sub kriteria : Kewajaran jumlah usulan kegiatan
Dalam mengusulkan kegiatan, SKPD Provinsi dan
Kabupaten/Kota diharapkan memperhatikan kewajaran dalam
mengusulkan jumlah kegiatan. Kegiatan yang diusulkan diharapkan
dibatasi oleh kegiatan yang menjadi prioritas Kementerian
Pertanian dan Ditjen. Perkebunan. Pengusulan kegiatan oleh SKPD
Kabupaten/Kota juga di batasi maksimal 3 komoditi per sub sektor
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 146
untuk masing-masing Kabupaten/Kota. Bobot penilaian sub
kriteria ini adalah 3 point dengan nilai skor 0, 1, 2 dan 3.
e. Sub kriteria : Kewajaran volume kegiatan/ output/ sub
output/ komponen kegiatan
Dalam mengusulkan kegiatan, SKPD Provinsi dan
Kabupaten/Kota diharapkan memperhatikan kewajaran dalam
mengusulkan volume output kegiatan/sub output/komponen
kegiatan. Volume kegiatan yang dimaksudkan disini adalah volume
dari pengusulan kegiatan harus benar-benar memperhatikan
kebutuhan daerah dan disesuaikan dengan potensi pengembangan
yang ada serta berlangsung bertahap/continue. Pengusulan volume
kegiatan juga perlu memperhatikan perencanaan kegiatan secara
bertahap artinya mengusulkan volume kegiatan tidak langsung
dalam volume besar, harus bertahap per tahun sesuai periode
perencanaan 5 tahun dan memperhatikan komponen kegiatan yang
prioritas dahulu misalnya kegiatan peremajaan dulu baru kegiatan
perluasan. Bobot penilaian sub kriteria ini adalah 3 point dengan
nilai skor 0, 1, 2 dan 3.
f. Sub kriteria : Kewajaran jumlah usulan anggaran
Sub kriteria ini merupakan hal yang sangat penting dalam
pengusulan kegiatan yang menggambarkan kewajaran SKPD
Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam mengusulkan jumlah
anggaran. Pada dasarnya APBN berfungsi sebagai
trigger/pengungkit pelaksanaan kegiatan didaerah sehingga ada
kewajiban Pusat untuk mengalokasikan kegiatan yang sesuai
prioritas kebijakan pengembangan dan tersebar seluruh Indonesia
yang disesuaikan dengan kebutuhan daerah, potensi daerah dan
ketersediaan anggaran Pusat. Selama ini anggaran Ditjen.
Perkebunan tergolong tidak terlalu besar untuk memenuhi
investasi pengembangan sub sektor perkebunan sehingga dalam
pengalokasiannya dibutuhkan dukungan pendanaan dari APBD.
Bobot penilaian sub kriteria ini adalah 3 point dengan nilai skor 0,
1, 2 dan 3.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 147
Penilaian Ditjen. Perkebunan terhadap e-proposal kegiatan
dilaksanakan melalui mekanime pembobotan seperti yang
dijelaskan pada bagian sebelumnya. Mekanisme pembobotan ini di
aplikasikan melalui faktor perkalian antara bobot dari masing-
masing sub kriteria dengan skor nilai (0, 1, 2 dan 3). Indikator
kesesuaian dari skor nilai 0, 1, 2 dan 3 dapat dijelaskan pada tabel
3 yang juga disertai dengan penjelasan terhadap range penilaian
proposal tersebut diterima atau tidak. Secara lengkap standarisasi
penilaian Ditjen. Perkebunan terhadap usulan kegiatan
pembangunan perkebunan melalui e-proposal dapat dijelaskan
pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Matriks Standarisasi Penilaian Usulan Kegiatan oleh
Ditjen. Perkebunan
0 1 2 3
1. 30
a. Peringkat prioritas kawasan
Kabupaten/ Kota (hasil kajian roren-
litbang-ditjenbun)
20 > 400 200-400 100-200 < 100
b. Kelengkapan isian database
kecamatan pada proposal
5
tidak ada
isian
< 50% 50-90% > 90%
c. Kelengkapan isian database
kabupaten/ kota pada proposal
5
tidak ada
isian
< 50% 50-90% > 90%
2.
21
a. Ketepatan pelapor an kegiatan
5
tidak
lapor
< 50% 50-90% > 90%
b. Capaian kiner ja fisik tahun
sebelumnya (t-1)
4 nol < 60% 60-90% >90%
c. Serapan anggaran pada t- 1 5 nol < 60% 60-90% >90%
d. Temuan KN/ TGR dari BPK/ BPKP/ Itjen
pada t-1
5
> Rp.
100 juta
Rp. 10-
100 juta
< Rp. 10
juta
tidak
ada
e. Tindaklanjut KN/ TGR pada t-2 dan
sebelumnya
2 tidak ada
TL <
50%
TL

50%
tidak
ada KN
atau
100%
selesai
3. 30
a. Keter kaitan usulan kegiatan dengan
prioritas/ fokus program Kementer ian
Pertanian
5
tidak
ter kait
kurang
(<50%)
cukup (50-
90%)
sesuai
(>90%)
b. Kesesuaian usulan kegiatan dengan
pengembangan kawasan
6
tidak
sesuai
kurang
(<50%)
cukup (50-
90%)
sesuai
(>90%)
Hasil Nilai
(Bobot X Skor)
Kesesuaian Muatan Usulan Proposal
Kriteria/ Sub Kriteria Teknis Penilaian No. Bobot
Pengembangan Kawasan
Kinerja Pengelolaan
Program/ Kegiatan
Skor Nilai
Skor


Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 148
Lanjutan
0 1 2 3
1. 30
Hasil Nilai
(Bobot X Skor)
Kriteria/ Sub Kriteria Teknis Penilaian No. Bobot
Pengembangan Kawasan
Skor Nilai
Skor

c. Kesesuaian target kegiatan dengan
sasaran/ target Kementerian Pertanian 5
tidak
sesuai
kurang
(<50%)
cukup (50-
90%)
sesuai
(>90%)
d. Kesesuaian kegiatan dengan
kebutuhan/ potensi/ pemecahan
masalah
3
tidak
sesuai
kurang
(<50%)
cukup (50-
90%)
sesuai
(>90%)
e. Kejelasan sasaran calon penerima
manfaat 4
tidak
jelas
kurang
jelas
(<50%)
cukup
jelas (50-
90%)
jelas
(>90%)
f. Kejelasan calon lokasi kegiatan di
kecamatan/ desa 4
tidak
jelas
kurang
jelas
(<50%)
cukup
jelas (50-
90%)
jelas
(>90%)
g. Detail isian proposal
3
tidak
detail
kurang
detail
(<50%)
cukup
detail (50-
90%)
detail
(>90%)
4. 19
a. Dukungan APBD Kabupaten/ Kota
4 tidak ada
< Rp.
100 juta
Rp. 100-
500 juta
> Rp.
500 juta
b. Dukungan ABPD Provinsi
4 tidak ada
< Rp. 50
juta
Rp. 50-
250 juta
> Rp.
250 juta
c. Dukungan BUMN/ swasta
2 tidak ada
< Rp.
100 juta
Rp. 100
juta-1
milyar
> Rp. 1
milyar
d. Kewajaran jumlah usulan kegiatan
3
tidak
wajar
<50%
wajar
50-90%
wajar
>90%
wajar
e. Kewajaran volume
kegiatan/ output/ komponen kegiatan
3
tidak
wajar
<50%
wajar
50-90%
wajar
>90%
wajar
f. Kewajaran besar an jumlah usulan
anggaran APBN
3
tidak
wajar
<50%
wajar
50-90%
wajar
>90%
wajar
100
Pendanaan Proposal
TOTAL

Keterangan range skoring penilaian :
a. Total nilai 150-300 = usulan kegiatan disetujui
b. Total nilai < 150 = usulan kegiatan tidak disetujui
Substansi penting dari proses penilaian usulan kegiatan
pembangunan perkebunan melalui e-proposal seperti yang
dijelaskan sebelumnya adalah dengan melihat apakah usulan
kegiatan yang telah diajukan dan dinilai kelayakannya sudah sesuai
dan sudah memenuhi kriteria penilaian proposal yang ditetapkan
atau memang belum memenuhi kriteria tersebut. Pada dasarnya
penilaian usulan kegiatan melalui e-proposal hanya berfungsi
sebagai sarana evaluasi dan pelaporan mengenai kelayakan suatu
proposal untuk dibahas pada forum Musrenbangtan dan
selanjutnya menentukan mekanisme anggarannya. Beberapa hal
yang menjadi substansi penting setelah Ditjen. Perkebunan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 149
melakukan penilaian terhadap semua usulan kegiatan melalui e-
proposal dari SKPD Provinsi dan SKPD Kabupaten/Kota yang
membidangi perkebunan :
1. Mekanisme penilaian usulan kegiatan melalui e-proposal oleh
Ditjen. Perkebunan berlangsung dengan mekanisme tertutup
pada aplikasi e-proposal tetapi hasil penilaian dari kriteria
teknis penilaian akan disampaikan secara transparan dan
terbuka kepada SKPD pengusul.
2. Usulan kegiatan melalui e-proposal oleh Ditjen. Perkebunan
hanya akan dinilai jika SKPD Provinsi sudah melakukan
verifikasi penilaian terhadap usulan kegiatan SKPD
Kabupaten/Kota dan memenuhi standar/range penilaian yang
bisa diajukan ke Pusat.
3. Range skoring penilaian dari usulan kegiatan yang layak
disetujui adalah dengan total nilai (bobot x skor) antara 150-
300, sedangkan yang tidak layak disetujui dengan total nilai
dibawah 150.
4. Penilaian usulan kegiatan melalui e-proposal hanya
menentukan apakah usulan kegiatan tersebut disetujui untuk
dibahas dalam forum Musrenbangtan/nas.
5. Penilaian usulan kegiatan melalui e-proposal tidak
menentukan apakah usulan tersebut dapat disetujui untuk
didanai APBN melalui mekanisme anggaran.
6. Penentuan mekanisme anggaran tiap usulan kegiatan
ditetapkan setelah melalui forum Musrenbangtan/nas.
7. Pengalokasian anggaran tiap usulan kegiatan menjadi
kewenangan/ keputusan/ kebijakan pimpinan dengan
mempertimbangkan hal-hal seperti pada gambar 4.
8. Hasil nilai skor e-proposal juga akan menjadi pertimbangan
pimpinan untk mengalokasikan anggaran.
9. Ditjen. Perkebunan akan mengkompilasi dan merekapitulasi
semua usulan kegiatan yang di ajukan SKPD Provinsi dan
Kabupaten/Kota baik yang layak disetujui maupun yang tidak
layak.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 150
10. Untuk usulan kegiatan yang layak disetujui, Ditjen. Perkebunan
akan me-rangking usulan kegiatan per Kabupaten/Kota
menurut jumlah skor penilaian tertinggi dan akan disampaikan
kepada SKPD pengusul.
11. Setiap usulan kegiatan yang sudah melalui mekanisme
anggaran akan menjadi Rencana Kerja (Renja) Ditjen.
Perkebunan untuk selanjutnya ditetapkan dalam RKAKL dari
pagu indikatif, pagu anggaran sampai pagu alokasi anggaran.
12. Untuk mengakomodir usulan-usulan yang berkembang pada
proses perencanaan akan ditentukan kemudian berdasarkan
arah dan kebijakan pimpinan Kementerian Pertanian dan
Ditjen. Perkebunan.
















Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 151
BAB V
PENGORGANISASIAN E-PROPOSAL
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Untuk menunjang pelaksanaan e-proposal diperlukan
sistem pengorganisasian lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan
baik di pusat maupun daerah. Pengorganisasiaan ini bersifat ad-hoc
untuk menjalankan tugas koordinasi pengelolaan e-proposal.
Struktur pengorganisasian e-proposal lingkup Direktorat Jenderal
Perkebunan diuraikan sebagai berikut:
1. Seperti pada tingkat Kementerian Pertanian, organisasi
pengelolaan e-proposal lingkup Direktorat Jenderal
Perkebunan dilaksanakan dengan membentuk Tim yang
terdiri dari Tim Pengarah, Tim Pelaksana dan Tim Teknis.
2. Tim Pengarah adalah Direktur Jenderal Perkebunan. Tim
Pengarah bertugas untuk memberikan arahan kepada Tim
Pelaksana dalam pelaksanaan perencanaan berbasis e-
proposal lingkup Ditjen. Perkebunan agar dapat berjalan
dengan baik. Tim Pengarah berkewajiban mengkoordinasi
segala hal menyangkut arah dan kebijakan Ditjen. Perkebunan
terkait perencanaan berbasis e-proposal kepada Sekretaris
Jenderal sebagai ketua Tim Pengarah.
3. Tim Pelaksana yang diketuai Sekretaris Ditjen. Perkebunan
beranggotakan para Direktur lingkup Ditjen. Perkebunan. Tim
Pelaksana bertugas untuk mengoperasionalkan arahan dan
kebijakan Tim Pengarah, memberikan masukan atas
pelaksanaan perencanaan berbasis e-proposal lingkup Ditjen.
Perkebunan. Tim Pelaksana berkewajiban mengkoordinasi
segala hal menyangkut operasional pelaksanaan perencanaan
berbasis e-proposal kepada Kepala Biro yang membidangi
perencanaan sebagai ketua Tim Pelaksana.
4. Tim Teknis yang diketuai Kepala Bagian Perencanaan
beranggotakan tim perencanaan di masing-masing Eselon II
lingkup Ditjen. Perkebunan. Tim Teknis bertugas menyusun
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 152
substansi dan penyempurnaan struktur pada sistem e-
proposal, bertangunggjawab dalam mensosialisasikan sistem
e-proposal kepada user yaitu SKPD Kabupaten/Kota lingkup,
SKPD Provinsi, UPT pusat dan Satker Pusat lingkup Direktorat
Jenderal Perkebunan dalam menerapkan sistem perencanaan
berbasis e-proposal. Dalam menjalankan tugasnya Kepala
Bagian Perencanaan dibantu oleh Kepala Sub Bagian yang
membidangi program/kegiatan, pejabat fungsional dan staf
yang kompeten mengelola perencanaan berbasis e-proposal.
Tim Teknis berkewajiban mengkoordinasi segala hal
menyangkut teknis pelaksanaan perencanaan berbasis e-
proposal kepada Kepala Bagian yang membidangi penyusunan
kebijakan, program dan wilayah sebagai ketua Tim Teknis.
5. Kepala Bagian yang membidangi perencanaan memiliki fungsi
dalam menyusun program dan kegiatan serta tahapan atau
alur pengusulan program dan kegiatan melalui mekanisme e-
proposal dan dibantu oleh Kepala Bagian yang membidangi
evaluasi dan pelaporan dalam menyusun rekomendasi hasil
evaluasi yang akan digunakan dalam proses perencanaan
berbasis e-proposal.
6. Tim Teknis dalam menjalankan tugasnya berkonsultasi kepada
Tim Pelaksana. Demikian juga Tim Pelaksana berkonsultasi
kepada Tim Pengarah.
7. Tim Teknis membuat laporan secara berkala kepada Tim
Pelaksana, dan selanjutnya Tim Pelaksana membuat laporan
secara berkala kepada Tim Pengarah.
8. Pengorganisasian e-proposal di daerah meliputi SKPD lingkup
Perkebunan Provinsi dan Kabupaten/Kota diatur lebih lanjut
oleh masing-masing SKPD.





Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 153
BAB VI
PENUTUP
Sebagai bagian dari perencanaan pembangunan nasional,
tujuan dan sasaran Pembangunan Pertanian Nasional 2015-2019
difokuskan pada pencapaian daya saing kompetitif perekonomian
berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya
manusia berkualitas, oleh karena itu kebijakan program dan
kegiatan Direktorat Jenderal Perkebunan kedepan harus juga
diarahkan dalam hal pemanfaatan SDA yang efektif dan efisien
dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing
komoditi perkebunan serta diiringi oleh peningkatan kapasitas dan
kapabilitas SDM perkebunan. Implementasi terhadap pencapaian
daya saing komoditi pertanian diharapkan dapat di wujudkan
melalui pencapaian target-target utama pengembangan komoditi
pertanian. Selanjutnya target tersebut akan menjadi pedoman bagi
Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota
dalam menetapkan sasaran Pembangunan Perkebunan di tingkat
nasional dan regional yang disesuaikan dengan potensi sumber
daya serta karakteristik permasalahan yang dihadapi di lapangan.
Salah satu tantangan berat yang dihadapi dalam
perencanaan pembangunan perkebunan adalah kompleksnya
permasalahan kegiatan pengembangan komoditi perkebunan mulai
dari aspek perencanaan sampai dengan implementasi kegiatan
tersebut ke tingkat lapangan. Selain itu, pemerintah pusat
dihadapkan dengan masalah keterbatasan anggaran karena setiap
kegiatan yang diusulkan sebagian besar termasuk kegiatan
prioritas, namun pemerintah belum mampu memfasilitasinya
secara utuh. Disisi lain target kontribusi produksi perkebunan di
daerah diharapkan terus meningkat sehingga diperlukan
perencanaan dan koordinasi dalam implementasi pembangunan
perkebunan baik di pusat maupun di daerah. Oleh karena itu
diharapkan agar anggaran pemerintah yang terbatas dapat
dimanfaatkan secara tepat sasaran dalam rangka menggerakkan
partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 154
perkebunan. Pedoman perencanaan pengajuan usulan kegiatan
pembangunan perkebunan melalui e-proposal ini masih bersifat
umum dan belum sempurna sehingga perlu dilengkapi dan
dijabarkan lebih lanjut kedalam kegiatan-kegiatan operasional
berdasarkan anggaran kinerja sesuai dengan tujuan dan prioritas
nasional, potensi, karakteristik, kebutuhan dan kesiapan daerah
sebagai pelaksananya.
Pembangunan dibidang perkebunan melibatkan aspek yang
sangat luas dan terkait dengan kewenangan instansi lain di dalam
dan di luar lingkup Kementerian Pertanian, maka kerjasama yang
harmonis secara lintas instansi sangat dibutuhkan. Dukungan para
pelaku usaha agribisnis, pemda dan masyarakat luas khususnya
pekebun yang merupakan komponen utama di dalam sistem
agribisnis perkebunan nasional juga sangat dibutuhkan. Melalui
kerjasama yang efektif dan bersifat saling mendukung diharapkan
program-program yang telah dirumuskan dapat direalisasikan dan
mencapai tujuan serta sasaran yang diinginkan.











Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 155
LAMPIRAN 1.
FORM DATABASE SPESIFIK KECAMATAN PERKEBUNAN
1. Luasan Areal Eksisting Tanaman Rempah Penyegar dan
Tanaman Tahunan
No.
Komoditas
T-2
(Hektar)
T-1
(Hektar)
TM TBM TTR Total TM TBM TTR Total
Tanaman Rempah Penyegar
1. Kakao
2. Kopi
3. Teh
4. Cengkeh
5. Lada
6. Pala
Tanaman Tahunan
1. Kelapa Sawit
2. Karet
3. Kelapa
4. Jambu Mete
5. Kemiri Sunan
6. Jarak Pagar
7. Sagu
2. Luasan Areal Eksisting Tanaman Semusim
No. Komoditas
Luas Areal Eksisting
(Hektar)
T-2 T-1
Tanaman Semusim
1. Tebu
2. Nilam
3. Kapas
4. Tembakau



Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 156
3. Luas Areal Potensi Pengembangan Komoditas Perkebunan
No. Komoditas
Luas Areal Potensi Pengembangan (Hektar)
T0 T+1 T+2
1. Kelapa sawit
2. Karet
3. Kelapa
4. Jambu Mete
5. Kemiri Sunan
6. Jarak Pagar
7. Tebu
8. Nilam
9. Tembakau
10. Kakao
11. Kopi
12. T e h
13. Kapas
14. Cengkeh
15. Lada
16. Sagu
17. Pala
4. Produksi Dan Produktivitas Komoditas Perkebunan
No. Komoditas
Produksi (Ton)
Produktivitas
(Kg/Ha)
T-2 T-1 T-2 T-1
1. Kelapa sawit
2. Karet
3. Kelapa
4. Jambu Mete
5. Kemiri Sunan
6. Jarak Pagar
7. Tebu
8. Nilam
9. Tembakau
10. Kakao
11. Kopi
12. T e h
13. Kapas
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 157
No. Komoditas
Produksi (Ton)
Produktivitas
(Kg/Ha)
T-2 T-1 T-2 T-1
14. Cengkeh
15. Lada
16. Sagu
17. Pala

















Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 158
LAMPIRAN 2.
FORM DATABASE SPESIFIK KABUPATEN/KOTA
(SUB SEKTOR PERKEBUNAN)
I. KONDISI AGRO-EKOSISTEM
1) Curah hujan : ...mm/tahun
2) Ketinggian tempat :dpl
3) Topografi tempat :(pilih salah satu)
a. Dataran rendah (DAS, Pantai, Padang Rumput,
lainnya............)
b. Dataran sedang (Lereng, Flat/rata, Plato, Lembah,
lainnya.)
c. Dataran tinggi (Perbukitan, Gunung, Pegunungan,
lainnya...)
4) Temperatur udara : C
5) Kelembaban udara : %
6) Lama bulan iklim
a. Bulan kering (< 60 mm/bulan) : . bulan
b. Bulan lembab (60-100 mm/bulan) : . bulan
c. Bulan basah (> 100 mm/bulan) : . bulan
7) Ketersediaan sumber air : (ada/tidak), jika ada :
Jenisnya : (air terjun, air tanah, air rawa/telaga, air laut,
air hujan, mata air, air sungai, air danau, air desalinasi, dll)
8) Jenis tanah : ...
(contoh : andosol, regosol, organosol, aluvial, litosol, dll)
II. KONDISI KELEMBAGAAN
1) Jumlah tenaga kerja di sub sektor perkebunan : jiwa
a. Jumlah laki-laki : ...........jiwa
b. Jumlah perempuan : ...........jiwa
2) Jumlah petani/pekebun perkebunan : ............KK
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 159
3) Jumlah penangkar : ..........orang
4) Jumlah kelompok tani : ...........KT
5) Jumlah petugas perkebunan
a. POPT : ..........orang
b. PBT : ..........orang

III. KONDISI PEREKONOMIAN
1) Kontribusi PDRB sub sektor perkebunan terhadap sektor
pertanian :...........%
2) Volume ekspor komoditi perkebunan :
No. Komoditas Volume Ekspor
(ton)
Jenis Barang Ekspor
1. Kelapa sawit
2. Karet
3. Kelapa
4. Jambu Mete
5. Kemiri Sunan
6. Jarak Pagar
7. Tebu
8. Nilam
9. Tembakau
10. Kakao
11. Kopi
12. T e h
13. Kapas
14. Cengkeh
15. Lada
16. Sagu
17. Pala
Keterangan :
- Volume ekspor berdasarkan pada angka tetap pada tahun
terakhir.
- Contoh jenis barang yang diekspor dari komoditi kelapa sawit
seperti TBS, CPO, minyak sawit lainnya dan lain-lain.
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 160
IV. KONDISI PENANGANAN PERLINDUNGAN PERKEBUNAN
1) Penanganan OPT Perkebunan
No. Komoditas
Jenis
OPT
Dominan
Luas
Serangan
OPT
(Hektar)
Luas Lahan
yang sudah
dikendalikan
(Hektar)
Lokasi
Pengen
dalian OPT
(Nama
Kecamatan)
Intensitas
Serangan OPT
(ringan,
sedang,
berat) T-2 T-1 T-2 T-1
1. Kelapa sawit
2. Karet
3. Kelapa
4. Jambu Mete
5. Kemiri Sunan
6. Jarak Pagar
7. Tebu
8. Nilam
9. Tembakau
10. Kakao
11. Kopi
12. T e h
13. Kapas
14. Cengkeh
15. Lada
16. Sagu
17. Pala
2) Penanganan kebakaran lahan dan kebun
No. Komoditas
Luas Kebakaran
Lahan/Kebun
(Hektar)
Lokasi Kebakaran
Lahan/Kebun
(Kecamatan)
Persentase
Kebakaran
Lahan/Kebun dari
Total Lahan (%) T-2 T-1
1. Kelapa sawit
2. Karet
3. Kelapa
4. Jambu Mete
5. Kemiri Sunan
6. Jarak Pagar
7. Tebu
8. Nilam
9. Tembakau
10. Kakao
11. Kopi
12. T e h
13. Kapas
14. Cengkeh
15. Lada
16. Sagu
17. Pala
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 161
3) Konversi lahan
No. Komoditas
Konversi Lahan
Perkebunan menjadi :
Luasan Konversi Lahan dalam
2 tahun terakhir (Hektar)
1. Kelapa sawit
2. Karet
3. Kelapa
4. Jambu Mete
5. Kemiri Sunan
6. Jarak Pagar
7. Tebu
8. Nilam
9. Tembakau
10. Kakao
11. Kopi
12. T e h
13. Kapas
14. Cengkeh
15. Lada
16. Sagu
17. Pala
Keterangan : Konversi lahan komoditi perkebunan dapat berubah fungsi menjadi lahan
permukiman, lahan tanaman pangan, lahan hortikultura, lahan peternakan/
padang pengembalaan, lahan pertambangan, lahan perkantoran/gedung,
lahan konservasi/ruang terbuka/taman dan lain-lain.
V. KONDISI SARANA PRASARANA
No. Komoditas
Jalan
Produksi
(km)
Kebun Sumber Bahan
Tanam (Ha)
Unit Pengolahan Hasil
(UPH)
Kebun
Entres
(Ha)
Kebun
Induk
(Ha)
Banyaknya
UPH (unit)
Kapasitas
(ton/hari)
1. Kelapa sawit
2. Karet
3. Kelapa
4. Jambu Mete
5. Kemiri Sunan
6. Jarak Pagar
7. Tebu
8. Nilam
9. Tembakau
10. Kakao
11. Kopi
12. T e h
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 162
No. Komoditas
Jalan
Produksi
(km)
Kebun Sumber Bahan
Tanam (Ha)
Unit Pengolahan Hasil
(UPH)
Kebun
Entres
(Ha)
Kebun
Induk
(Ha)
Banyaknya
UPH (unit)
Kapasitas
(ton/hari)
13. Kapas
14. Cengkeh
15. Lada
16. Sagu
17. Pala
Keterangan : Kondisi Sarana Prasarana adalah kondisi pada saat ini/current time
VI. LUAS AREAL EKSISTING KOMODITAS PERKEBUNAN
1) Tanaman rempah penyegar dan tanaman tahunan
No. Komoditas
T-2
(Ha)

T-1
(Ha)
TM TBM TTR Total TM TBM TTR Total
Tanaman Rempah Penyegar
1. Kakao
2. Kopi
3. Teh
4. Cengkeh
5. Lada
6. Pala
Tanaman Tahunan
1. Kelapa Sawit
2. Karet
3. Kelapa
4. Jambu Mete
5. Kemiri Sunan
6. Jarak Pagar
7. Sagu
2) Tanaman semusim
No. Komoditas
Luas Areal Eksisting
(Ha)
T-2 T-1
Tanaman Semusim
1. Tebu
2. Nilam
3. Kapas
4. Tembakau

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 163
VII. LUAS AREAL POTENSI PENGEMBANGAN KOMODITAS
PERKEBUNAN
No. Komoditas
Luas Areal Potensi Pengembangan (Ha)
T0 T+1 T+2
1. Kelapa sawit
2. Karet
3. Kelapa
4. Jambu Mete
5. Kemiri Sunan
6. Jarak Pagar
7. Tebu
8. Nilam
9. Tembakau
10. Kakao
11. Kopi
12. T e h
13. Kapas
14. Cengkeh
15. Lada
16. Sagu
17. Pala
VIII.PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS KOMODITAS
PERKEBUNAN
No. Komoditas
Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha)
T-2 T-1 T-2 T-1
1. Kelapa sawit
2. Karet
3. Kelapa
4. Jambu Mete
5. Kemiri Sunan
6. Jarak Pagar
7. Tebu
8. Nilam
9. Tembakau
10. Kakao
11. Kopi
12. T e h
13. Kapas
14. Cengkeh
15. Lada
16. Sagu
17. Pala

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 164
IX. KONDISI KINERJA SATKER (diisi bagi SKPD yang menjadi
satker mandiri)
No. Kegiatan
T-2 T-1
Total
Pagu
(Rp.)
Realisasi
(Rp.)
%
Total
Pagu
(Rp.)
Realisasi
(Rp.)
%
1. Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu
Tanaman Semusim

2. Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu
Tanaman Rempah dan
Penyegar

3. Peningkatan Produksi,
Produktivitas dan Mutu
Tanaman Tahunan

4. Dukungan Pascapanen dan
Pembinaan Usaha

5. Dukungan Perlindungan
Perkebunan

X. DUKUNGAN KEBIJAKAN LAINNYA

1) Peraturan Daerah (Perda) penetapan rencana tata
ruang dan wilayah (RTRW) :
a. No. Perda : ..
b. Tanggal berlaku : ..
c. Lampirkan Perda : (attach file)

2) Peraturan Daerah (Perda) penetapan kawasan sentra
pengembangan komoditi perkebunan :
a. No. Perda :
b. Tanggal berlaku :
c. Lampirkan Perda : (attach file)



Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 165
LAMPIRAN 3.
FORM DATABASE UMUM WILAYAH PROVINSI
I. Letak Wilayah (Geografis) Kabupaten/Kota
1. Lintang Utara (LU) :
2. Lintang Selatan (LS) :
3. Bujur Timur (BT) :
II. Batas Wilayah
a. Utara :
b. Selatan :
c. Timur :
d. Barat :
III. Luas Wilayah
a. Luas Daratan :.....................Km
2

b. Luas Lautan :.....................Km
2

IV. Administrasi Pemerintahan Kabupaten/Kota
a. Jumlah Kecamatan :
b. Jumlah Desa :
c. Jumlah Kelurahan :
V. Kondisi Demografi
a. Jumlah Penduduk :.jiwa
b. Luas Wilayah :.Km
2

c. Ratio Jenis Kelamin : Laki-laki =.%
Perempuan =.%
d. Pendidikan : SD =.%
SLTP =.%
SMU =.%
Diploma =.%
Sarjana =.%
Master =.%
Doktor =.%

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 166
e. Jumlah Keluarga Menurut Mata Pencaharian :
- Total Rumah Tangga =.KK
- Jumlah Keluarga Petani =.KK
- Jumlah Angkatan Kerja Produktif =.Orang
VI. Kondisi Perekonomian
a. Total Produk Domestik Bruto (PDRB) Kab/Kota : Rp..
b. Dukungan PDRB sektor terhadap perekonomian daerah
(PDRB)
- Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan (%)
- Pertambangan dan Penggalian (%)
- Industri Pengolahan (%)
- Listrik, Gas dan Air Bersih (%)
- Konstruksi (%)
- Perdagangan, Hotel dan Restoran (%)
- Pengangkutan dan Komunikasi (%)
- Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan (%)
- Jasa-jasa (%)
c. Dukungan PDRB sub sektor pertanian terhadap PDRB
sektor pertanian
- Tanaman Pangan =..%
- Perkebunan =..%
- Peternakan =..%
- Kehutanan =..%
- Perikanan =..%
VII. Kelembagaan
1. Kelembagaan Petani
a. Jumlah Gapoktan : .........Gapoktan
b. Jumlah kelompok tani : ..........KT
c. Jumlah kelompok wanita tani : ..........KT
d. Jumlah kelompok pemuda tani : ..........KT
2. Kelembagaan Penyuluhan
a. Jumlah penyuluh PNS laki-laki : orang
b. Jumlah penyuluh PNS perempuan : orang
Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 167
c. Jumlah THL-TB PP laki-laki : orang
d. Jumlah THL-TB PP perempuan : orang
e. Jumlah swadaya laki-laki : orang
f. Jumlah swadaya perempuan : orang
3. Kelembagaan Pembiayaan
a. Jumlah koperasi :unit koperasi
b. Jumlah BPR : unit BPR
c. Jumlah Bank Pemerintah : unit bank
d. Jumlah Bank Swasta : unit bank
e. Jumlah LKMA : unit LKM
4. Kelembagaan pemasaran
a. Jumlah pasar : unit pasar
b. Jumlah supermarket/kios : unit
c. Jumlah STA : unit STA
d. Jumlah TA : unit TA
e. Jumlah Pasar Tani : .unit pasar
f. Jumlah eksportir : unit
eksportir
5. Kelembagaan sarana
a. Jumlah kios alsintan : unit kios
b. Jumlah kios saprotan : unit kios
c. Jumlah penggilingan : unit
d. Jumlah pengeringan : unit

VIII.Kondisi/Sumber Ketersediaan Air
a. Danau :..unit
b. Sungai :..unit
c. Waduk :..unit
d. Embung :..unit
e. Sumber air lainnya :..unit
IX. Utilitas Listrik
a. Ketersediaan listrik : baik, sedang, rusak
b. Sumber listrik : baik, sedang, rusak

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 168
X. Luas Lahan Pertanian
a. Lahan pertanian tanaman pangan :...hektar
b. Lahan perkebunan :...hektar
c. Lahan hortikultura :...hektar

















Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 169
LAMPIRAN 4.
INFORMASI TERKAIT NARASI E-PROPOSAL
1. Tujuan berisi tujuan akhir yang ingin dicapai dalam pengajuan
proposal untuk pengembangan kawasan berbasis komoditas
unggulan perkebunan.
2. Masalah berisi masalah utama yang dihadapi dalam
pengembangan kawasan berbasis komoditas unggulan
pekebunan. Masalah utama diperoleh berdasarkan identifikasi
lapangan dan diskusi dengan pihak terkait.
3. Potensi kawasan berisi nama komoditas unggulan yang
potensial serta luas potensi pengembangan. Boleh
menyebutkan lebih dari satu komoditas tetapi maksimal 3
komoditas per sub sektor dalam satu kabupaten/kota.
4. Prospek pengembangan berisi prospek pengembangan
komoditi perkebunan ke depan mencakup perluasan areal,
produksi, produktivitas, penyerapan tenaga kerja,
pengembangan usaha industri dan pemasarannya.
5. Strategi berisi cara untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
Startegi ini nantinya akan dijabarkan lebih lanjut kedalam
kebijakan/regulasi, program dan kegiatan.
6. Kegiatan prioritas berisi kegiatan prioritas (maksimal 3
kegiatan) yang mampu memberikan daya pengungkit
(trigger)/berdampak besar bagi pencapaian tujuan.
7. Indikator kinerja berisi nama indikator kinerja output dan
outcome yang dilengkapi dengan angka kuantitatif beserta
besaran dan satuan volumenya.
8. Analisis resiko berisi tingkat risiko pada setiap tahapan
pelaksanaan kegiatan yang mengacu pada Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 mengenai Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah.

Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 170
LAMPIRAN 5.
DATA PENDUKUNG UPLOADING E-PROPOSAL
1. RAB atau komponen kegiatan yang akan di usulkan
2. Peta pengembangan kawasan perkebunan
3. Peta sebaran potensi komoditi perkebunan
4. Kinerja pembangunan perkebunan baik serapan anggaran
maupun capaian fisik (%)
5. Peraturan daerah mengenai RTRW Provinsi
6. Nomor registrasi keputusan penetapan kelompok tani atau
nomor SK pengukuhan kelompok tani
7. Rencana strategis pengembangan perkebunan di daerah
8. Rencanan dukungan APBD per kegiatan pembangunan
perkebunan









Pedoman Perencanaan Pengajuan Usulan Kegiatan Pembangunan Perkebunan Melalui e-Proposal 171

Вам также может понравиться