Вы находитесь на странице: 1из 14

ASUHAN KEPERAWATAN TROMBOPHLEBITIS

A. Pengertian
Trombophlebitis adalah kelainan pada masa nifas yaitu masa setelah melahirkan
dimana terjadi sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang
membeku (Parwiriharjo 2005 ).
Tromboflebitis adalah invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti
aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya. Tromboflebitis didahului dengan
trombosis, dapat terjadi pada kehamilan tetapi lebih sering ditemukan pada masa
nifas.(Wiknjosastro: 2002).
Trombophlebitis adalah penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan
merupakan penyebab penting dari kematian karena infeksi puerperalis (mobstetri
patologis FKUI, 2005 ).
Tomboflebitis cenderung terjadi pada periode pasca partum pada saat kemampuan
penggumpalan darah meningkat akibat peningkatan fibrinogen, dilatasi vena ekstremitas
bagian bawah disebabkan oleh tekanan kepala janin selama kehamilan dan persalinan dan
aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan penimbunan statis dan pembekuan
darah pada ekstremitas bagian bawah.
(Adele Pillitteri, 2007).

B. Klasifikasi Trombophlebitis
1. Pelvio Tromboflebitis
Pelvio tromboflebitis mengenai vena-vena dinding uterus dan ligamentum latum, yaitu
vena ovarika, vena uterina dan vena hipograstika. Vena yang paling sering terkena
ialah vena overika dekstra karena infeksi pada tempat implantasi plasenta terletak
dibagian atas uterus, yang biasanya dengan proses unilateral.
Perluasan infeksi dari vena ovarika dekstra, mengalami inflamasi dan akan
menyebabkan perisalpingo - ooforitis dan peridiapendisitis. Perluasan infeksi dari vena
uterna ke vena iliaka komunis. Biasanya terjadi sekitar hari ke - 14 atau ke - 15 pasca
partum.
2. Tomboflebitis Femoralis
Tromboflebitis femoralis mengenai vena-vena pada tungkai, misalnya vena vemarolis,
vena poplitea dan vena safena. Sering terjadi sekitar hari ke - 10 pasca partum.



C. Etiologi
1. Pasca Bedah : Perluasan infeksi endometrium
Invasi/perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang
vena dan cabang-cabangnya, sehingga dapat menyebabkan perluasan
mikroorganisme ke endometrium dan menyebabkan infeksi pada endometrium.
2. Imobilisasi dalam jangka waktu yang lama, seperti istirahat setelah operasi, bekerja
dikantor tanpa beranjak dari tempat duduk, sedang hamil dan menyusui.
3. Beberapa jenis kanker seperti kanker pancreas yang menyebabkan peningkatan
procoagulants dalam darah (zat yang diperlukan dalam pembekuan darah).
4. Hamil atau baru saja melahirkan menyebabkan peningkatan tekanan darah di kaki
dan vena pelvis.
5. Memiliki insidens tinggi untuk mengalami tromboflebitis dalam keluarga. Kelainan
jantung yang secara hemodinamik menyebabkan kelainan pula pada system aliran
vena.
6. Mempunyai varises pada vena
Terjadi karena aliran darah lambat da daerah lipat paha karena vena tersebut yang
tertekan oleh ligamentum inguinale juga karena kadar fibrinogen yang tinggi
sehingga pada penderita varises vena memungkinkan untuk terjadi tromboflebitis.
7. Obesitas (kegemukan)
Pada penderita obesitas ini berkaitan dengan aliran darah yang lambat serta
kemungkinan terjadi varises pada penderita obesitas yang menjadi salah satu
penyebab dari tromboflebitis,sehinga pada obesitas pula kemungkinan terjadi
tromboflebitis.
8. Obat-obatan konstraseptis oral
Hormon estrogen yang ada dalam pil kontraseptis menimbulkan dilatasi vena,
menurunnya aktifitas anti trombin III dan proses fibrinolitik dan meningkatnya
faktor pembekuan darah. Keadaan ini akan mempermudah terjadinya trombosis
vena.
9. Pernah mengalami tramboflebitis
Seseorang dengan riwayat tromboflebitis merupakan faktor yang mengakibatkan
terulangnya kembali kejadian tromboflebitis,karena perlukaan yang ditimbulkan dari
tromboflebitis itu sendiri.
10. Trauma
Beberapa sebab khusus karena rangsangan langsung pada vena dapat menimbulkan
keadaan ini. Umumnya pemberian infus (di lengan atau di tungkai) dalam jangka
waktu lebih dari 2 hari pada tempat yang sama atau pemberian obat yang iritan
secara intra vena.

D. Tanda dan Gejala
a. Pelvic Tromboflebitis
1) Nyeri yang terdapat pada perut bagian bawah dan atau perut bagian samping,
timbul pada hari ke 2-3 masa nifas dengan atau tanpa panas.
2) Penderita tampak sakit berat dengan gambaran karakteristik sebagai berikut:
a) Mengigil berulang kali, menggigil inisial terjadi sangat berat (30-40 menit)
dengan interval hanya beberapa jam saja dan kadang-kadang 3 hari pada waktu
menggigil penderita hampir tidak panas.
b) Suhu badan naik turun secara tajam (36
o
C menjadi 40
o
C) yang diikuti
penurunan suhu dalam 1 jam (biasanya subfebris seperti pada endometritis)
c) Penyakit dapat langsung selama 1-3 bulan
d) Cenderung terbentuk pus, yang menjalar kemana-mana, terutama ke paru-paru
3) Abses pada pelvis
4) Gambaran darah
a) Terdapat leukositosis (meskipun setelah endotoksin menyebar kesirkulasi, dapat
segera terjadi leukopenia)
b) Untuk membuat kultur darah, darah diambil pada saat tepat sebelum mulainya
menggigil, kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah anaerob.
5) Pada periksa dalam hampir tidak diketemukan apa-apa karena yang paling banyak
terkena adalah vena ovarika; yang sukar dicapai dalam pemeriksaan dalam.

b. Tromboflebitis femoralis
1) Keadaan umum tetap baik, suhu badan subfebris selama 7-10 hari, kemudian suhu
mendadak naik kira-kira pada hari ke-10-20 yang disertai dengan menggigil dan
nyeri sekali.
2) Pada salah satu kaki yang terkena, biasanya kaki kiri akan memberikan tanda-tanda
sebagai berikut:
a) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar bergerak, lebih
panas dibandingkan dengan kaki lainnya.
b) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras pada paha
bagian atas
c) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
d) Reflektorik akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi bengkak, tegang,
putih, nyeri, dan dingin dan pulsasi menurun.
e) Edema kadang-kadang terjadi sebelum atau sesudah nyeri dan pada umumnya
terdapat pada paha bagian atas, tetapi lebih sering dimulai dari jari-jari kaki dan
pergelangan kaki kemudian melus dari bawah ke atas.
f) Nyeri pada betis, yang terjadi spontan atau dengan memijat betis atau dengan
meregangkan tendo akhiles (tanda homan positif)

E. Patofisiologi
Penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi dan merupakan sebab yang terpenting
kematian karena infeksi puerperalis. Dua golongan vena yang memegang peranan, yaitu :
1. Trombophlebitis pelvic (vena-vena dinding rahim dan ligamentum latum)
Yang paling sering meradang adalah vena ovarica karena mengalir darah dari
luka bekas plasenta yaitu daerah fundus uteri. Penjalaran thrombophlebitis pada vena
ovarica kiri ialah ke vena renalis dan dari vena ovarica kanan ke vena cafa inferior.
Karena radang terjadi thrombosis yang bermaksud untuk menghalangi perjalanan
kuman-kuman. Dengan proses ini infeksi dapat sembuh , tapi kalau daya tahan tubuh
kurang maka thrombus menjadi nanah. Bagian-bagian kecil thrombus terlepas dan
terjadilah emboli atau sepsis dan karena embolus ini mengandung nanah disebut
pyaemia. Embolus ini biasanya tersangkut pada paru-paru, ginjal, atau katup jantung.
Pada paru-paru dapat menimbulkan infark.
2. Thrombophlebitis femoralis (vena-vena tungkai)
Dapat terjadi karena peradangan vena femoralis sendiri, penjalaran
thrombophlebitis pada vena uterine, atau akibat parametritis.
Thrombophlebitis pada vena femoralis mungkin terjadi karena aliran darah
lambat di daerah lipat paha karena vena tersebut tertekan oleh ligamentum inguinale,
lagi pula kadar fibrinogen tinggi pada masa nifas.
Pada thromboplebitis femoralis terjadi oedem tungkai yang mulai dari jari kaki,
dan naik ke betis dan paha, kalau thrombophlebitis itu mulai pada vena femoralis.
Sebaliknya jika terjadi sebagai lanjutan thrombophlebitis pelvic, maka oedem mulai
terjadi pada paha dan turun ke betis. Thrombophlebitis femoralis jarang menyebabkan
emboli.
Penyakit ini juga terkenal dengan nama phlagmasi alba dolens (radang yang
putih dan nyeri)

F. Komplikasi
1. Komplikasi pada paru-paru: infark karena adanya thrombus yang menyumbat dan dapat
mengakibatkan kekakuan pada pembuluh darah sehingga sirkulasi ke seluruh tubuh dan
jaringan terganggu.
2. Abses paru
Bagian-bagian kecil thrombus terlepas dan terjadilah emboli atau sepsis dan karena
embolus ini mengandung pus disebut juga pyaemia. Embolus ini biasanya tersangkut
pada paru, ginjal, atau katub jantung. Pada paru dapat menimbulkan infark,. Jika derah
yang mengalami infark meluas, pasien meninggal dengan mendadak dan jika pasien
tidak meninggal, dapat timbul abses paru (Krisnadi, 2005).
3. Serangan jantung atau stroke. Jika memiliki beberapa jenis cacat jantung bawaan yang
menyebabkan lubang di jantung - seperti paten foramen ovale (PFO), cacat septum
atrium atau defek septum ventrikel - gumpalan yang melalui aliran darah anda dapat
memasuki arteri koroner atau otak dan menyebabkan serangan jantung atau stroke.
4. Komplikasi pada ginjal sinistra, dikarenakan meluasnya mikroorganisme patogen yang
mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabangnya sampai ke ginjal, nyeri
mendadak, yang diikuti dengan proteinuria dan hematuria.

G. Pemeriksaan penunjang
1. USG Doppler
Pada akhir abad ini, penggunaan USG berkembang dengan pesat, sehingga adanya
trombosis vena dapat di deteksi dengan USG, terutama USG Doppler. Pemeriksaan ini
memberikan hasil sensivity 60,6% dan spesifity 93,9%. Metode ini dilakukan terutama
pada kasus-kasus trombosis vena yang berulang, yang sukar di deteksi dengan cara
objektif lain.
2. Venografi kontras untuk memastikan trombosis vena dalam.
Sampai saat ini venografi masih merupakan pemeriksaan standar untuk trombosis
vena. Akan tetapi teknik pemeriksaanya relatif sulit, mahal dan bisa menimbulkan
nyeri dan terbentuk trombosis baru sehingga tidak menyenangkan penderitanya.
Prinsip pemeriksaan ini adalah menyuntikkan zat kontras ke dalam di daerah dorsum
pedis dan akan kelihatan gambaran sistem vena di betis, paha, inguinal sampai ke
proksimal ke vena iliaca.
3. Hb atau Ht untuk mengidentifikasi hemokonsentrasi
4. Pemeriksaan koagulasi untuk mengidentifikasi hiperkoagulasi
5. Impedans pletisnografi : mendeteksi obstruksi vena
Prinsip pemeriksaan ini adalah mengobservasi perubahan volume darah pada tungkai.
Pemeriksaan ini lebih sensitif pada tombosis vena femrlis dan iliaca dibandingkan
vena di betis.
6. Tes D-Dimer pemeriksaan ini mengukur kadar D-Dimar dalam darah yang biasanya
dikeluarkan ketika bekuan darah memecah.
7. CT-Scan dan MRI.
Dengan Ct-Scan dapat menunjukkan adanya trombosis vena dalam dan jaringan lunak
sekitar tungkai yang membengkak. Sedangkan MRI sangat sensitif dan dapat
mendiagnostik kecurigaan adanya trombosis pada vena iliaka atau vena cava inferior.

H. Penatalaksanaan
a. Pelvic Tromboflebitis
1. Lakukan pencegahan terhadap endometritis dan tromboflebitis dengan
menggunakan teknik aseptik yang baik
2. Rawat inap : penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakit dan
mencegah terjadinya emboli pulmonum
3. Terapi medic : pemberian antibiotika, heparin terdapat tanda-tanda atau dugaan
adanya emboli pulmonum
4. Terapi operatif : pengikatan vena kava inferior dan vena ovarika jika emboli
septik terus berlangsung sampai mencapai paru-paru, meskipun sedang dilakukan
hipernisasi, siapkan untuk menjalani pembedahan
(Abdul Bari Saifudin, dkk., 2002)

b. Tromboflebitis Femoralis
1. Anjurkan ambulasi dini untuk meningkatkan sirkulasi pada ekstremitas bawah dan
menurunkan kemungkinan pembentukan pembekuan darah.
2. Pastikan klien untuk tidak berada pada posisi litotomi dan menggantung kaki lebih
dari 1 jam dan pastikan untuk memberikan alas pada penyokong kaki guna
mencegah adanya tekanan yaang kuat pada betis.
3. Sediakan stocking pendukung kepada klien pasca patrum yang memiliki varises
vena untuk meningkatkan sirkulasi vena dan membantu mencegah kondisi stasis.
4. Instruksikan kepada klien untuk memakai stocking pendukung sebelum bangun
pagi dan melepaskannya 2x sehari untuk mengkaji keadaan kulit dibawahnya.
5. Anjurkan tirah baring dan mengangkat bagian kaki yang terkena.
6. Dapatkan nilai pembekuan darah perhari sebelum obat anti koagulan diberikan.
7. Berikan anti koagulan, analgesik dan anti biotik sesuai dengan resep.
8. Berikan alat pamanas seperti lampu atau kompres hangat basah sesuai instruksi,
pastikan bahwa berat dari kompres panas tersebut tidak menekan kaki klien
sehingga aliran darah tidak terhambat.
9. Sediakan bed cradle untuk mencegah selimut menekan kaki yang terkena.
10. Ukur diameter kaki pada bagian paha dan betis dan kemudian bandingkan
pengukuran tersebut dalam beberapa hari kemudian untuk melihat adanya
peningkatan atau penurunan ukuran.
11. Dapatkan laporan mengenai lokhea dan timbang berat pembalut perineal untuk
mengkaji pendarahan jika klien dalam terapi antikoagulan.
12. Kaji adanya kemungkinan tanda pendarahan lain, misalnya: pendarahan pada gusi,
bercak ekimosis pada kulit atau darah yang keluar dari jahitan episiotomi.
13. Yakinkan klien bahwa heparin yang diterimanya dapat dilanjutkan pada masa
menyusui karena obat ini tidak akan berada di dalam air susu.
14. Siapkan pemberian protamin sulfat sebagai antagonis heparin.
15. Jelaskan pada klien mengenai pemberian heparin yang harus dilakukan melalui
terapi subkutan
16. Jelaskan kepada klien bahwa untuk kehamilan selanjutnya ia harus
memberitahukan tenaga kesehatan yang dia hadapi untuk memastikan bahwa
pencegahan tromboflebitis yang tepat telah dilakukan.
(Adele Pillitteri, 2007)

I. Asuhan keperawatan
I. Pengkajian dasar data Pasien
1. Riwayat Penyakit
Riwayat varises, hiperkoagulasi, penyakit neoplasma, penyakit kardiovaskuler,
pembedahan mayor, resiko tinggi cedera, obesitas. Riwayat duduk lama, baik karena
berhubungan dengan pekerjaan atau akibat dari pembatasan aktivitas. Imobilitas
berkenaan dengan tirah baring dan anestesia.
2. Sirkulasi
a. Varises vena.
b. Sedikit peningkatan frekuansi nadi.
c. Riwayat trombosis vena sebelumnya, masalah jantung, hemoragi, hipertensi karena
kehamilan, hiperkoagulasi pada puerperium dini.
d. Nadi perifer berkurang, tanda homan positif atau mungkin tidak terlihat.
e. Ekstremitas bawah mungkin hangat dan warna kemerahan atau tungkai sakit/ nyeri
tungkai, dingin, pucat, oedem.
f. Inspeksi tungkai mulai dari selangkangan kaki, perhatikan perbedaan antara
keduanya.
g. Palpasi, untuk menentukan daerah nyeri tekan dan thrombosis menggunakan 3 atau
4 jari.
h. Sering cek dari denyut nadi, tekanan darah, suhu (juga kenaikan suhu pada
tungkai), kulit kondisi, dan sirkulasi mungkin diperlukan.
3. Makanan/cairan
Penambahan berat badan berlebihan/kegemukan.
4. Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan dan pada area yang sakit misalnya betis atau paha. Trombosis dapat
teraba, menojol/berkeluk.
5. Keamanan
Adanya endometritis pascapartum atau selulitis pelvis. Suhu agak meninggi,
kemajuan pada peninggian yang dapat dilihat dan menggigil.
6. Seksualitas
- Multipara.
- Persalinan lama berkenaan dengan tekanan kepala janin pada vena vena pelvis,
penggunaan penjejak kaki atau posisi yang salah dari ekstremitas selama fase
intrapartum atau kelahiran melalui operasi, termasuk kelahiran sesaria.
7. Penyuluhan / pembelajaran
a. Penggunaan kontrasepsi.
Penggunaan obat kontrasepsi yang mengandung hormone progesterone, dapat
menormalkan pembekuan dalam darah.
b. Penggunaan estrogen untuk supresi laktasi.
Penggunaan obat yang mengandung esterogen dapat meningkatkan stasis darah dan
koagulasi darah.
II. Diagnosa keperawatan
Marilynn E. Doenges dalam Rencana Asuhan Keperawatan mengemukakan beberapa
Diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Kerusakan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan aliran darah/ stasis
vena (obstruksi vena sebagian/ penuh).
2. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Kurang pengetahuan tentang kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan
kesalahan interpretasi informasi.

III. Intervensi keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d penurunan aliran darah / statis vena
(obstruksi vena sebagian / penuh ), ditandai dengan : oedema jaringan, penurunan nadi
perifer, pengisian kapiler, pucat, eritema
Hasil yang diharapkan :
a. Menunjukkan perbaikan perfusi yang dibuktikan oleh adanya nadi perifer / sama,
warna kulit dan suhu normal, tidak ada odema.
b. Peningkatan perilaku / tindakan yang meningkatkan perfusi jaringan
c. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji ekstremitas, palpasi tegangan jaringan local, regangan kulit
Rasional : distensi vena superficial dapat terjadi karena aliran balik vena dari
percabangan.
b. Kaji tanda human
Rasional : tanda human positif tidak konsisten sebagai manifestasi klinik yang dapat
ada atau tidak ada.
c. Tinggikan kaki bila ditempat tidur atau duduk, secara periodic tinggikan kaki dan
telapak kaki diatas tinggi jantung.
Rasional : menurunkan pembengkakan jaringan dan pengosongan cepat vena
superficial dan tibial, mencegah distensi berlebihan dan sehingga meningkatkan aliran
balik vena.
d. Lakukan latihan aktif dan pasif sementara di tempat tidur. Bantu melakukan ambulasi
secara bertahap.
Rasional : tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan aliran balik vena dari
ekstremitas yang lebih rendah dan menurunkan stasis vena, juga memperbaiki tonus
otot umum/regangan.
e. Peringatkan pasien untuk menghindari menyilang kaki atau hiperfleksi lutut (posisi
duduk dengan kaki menggantung atau berbaring dengan posisi menyilang).
Rasional : pembatasan fisik terhadap sirkulasi mengganggu aliran darah dan
meningkatkan stasis vena pada pelvis, popliteal, dan pembuluh kaki, jadi
meningkatkan pembengkakan dan ketidaknyamanan.
f. Anjurkan pasien untuk menghindari pijatan / urut pada ekstremitas yang sakit.
Rasional : aktivitas ini potensial memecahkan/menyebarkan thrombus. Menyebabkan
embolisasi dan meningkatkan risiko komplikasi.
g. Dorong latihan nafas dalam
Rasional : meningkatkan tekanan negatif pada toraks, yang membantu pengosongan
vena besar.
h. Tingkatkan pemasukan cairan sampai sedikitnya 2000 ml/hari dalam toleransi jantung.
Rasional : dehidrasi meningkatkan viskositas darah dan stasis vena. Pencetus
pembentukan thrombus.
i. Kolaborasi : pemberian kompres hangat/basah atau panas pada ekstremitas yang sakit
; dan antikoagulan.
Rasional : dapat diberikan untuk meningkatkan vasodilatasi dan aliran balik vena dan
perbaikan edema local.
j. Pantau pemeriksaan laboratorium : masa protrombin (PT), masa tromboplastin partial
(PTT), masa tromboplastin teraktifasi partial (APTT),; darah lengkap.
Rasional : pantau terapi antikoagulan dan adanya faktor resiko, contoh
hemokonsentrasi dan dehidrasi, yang potensial membentuk bekuan.
k. Berikan dukungan kaus kaki elastik setelah fase akut, hati-hati untuk menghindari efek
tornikuet.
Rasional : dukungan kaus kaki penekan yang tepat berguna (bila ambulasi telah
dimulai) untuk meminimalkan atau memperlambat pembentukan sindrom
pascaflebotik.
l. Siapkan intervensi bedah bila diindikasikan.
Rasional : trombolektomi kadang-kadang perlu bila inflamasi meluas secara proksimal
atau sirkulasi terbatas sekali.

2. Nyeri b.d inflamasi, ditandai dengan ; pasien mengatakan nyeri, hati-hati pada kaki
yang sakit, gelisah dan perilaku distraksi.
Hasil yang diharapkan :
Nyeri hilang / terkontrol, menunjukkan tindakan rileks, mampu tidur / istirahat dan
meningkatkan aktifitas
Intervensi Keperawan :
a. Kaji derajat nyeri, palpasi kaki dengan hati-hati.
Rasional : derajat nyeri secara langsung b.d luasnya kekurangan sirkulasi, proses
inflamasi, derajat hipoksia, dan edema luas sehubungan dengan terbentuknya
thrombus.
b. Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : menurunkan ketidaknyamanan sehubungan dengan kontraksi otot dan
gerakan.
c. Tinggikan ektremitas yang sakit.
Rasional : mendorong aliran balik vena untuk memudahkan sirkulasi, menurunkan
pembentukan stasis/edema.
d. Berikan ayunan kaki.
Rasional : ayunan mempertahankan tekanan baju tidur pada kaki yang sakit, sehingga
menurunkan ketidaknyamanan tekanan.
e. Dorong pasien untuk sering mengubah posisi.
Rasional : menurunkan/mencegah kelemahan otot, membantu meminimalkan spasme
otot.
f. Pantau tanda vital : catat peningkatan suhu.
Rasional : peninggian frekuensi jantung dapat menunjukan peningkatan
nyeri/ketidaknyamanan atau terjadi respon terhadap demam dan proses inflamasi.
Demam yang terjadi juga meningkatkan ketidaknyamanan pasien.
g. Kolaborasi : analgesik, antipiretik, pemberian kompres panas pada ekstremitas.
Rasional : mengurangi nyeri dan menurunkan tegangan otot, menurunkan demam dan
inflamasi, meningkatkan vasodilatasi yang meningkatkan sirkulasi, merileksasikan
otot.

3. Kurang pengetahuan tentang kondisi, program pengobatan b.d kurang terpajan,
kesalan interpretasi, tidak mengenal sumber informasi, kurang mengingat , ditandai
dengan : minta informasi, pernyataan kesalahan konsep, tidak tepat dalam mengikuti
instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.
Hasil yang diharapkan :
a. Menyatakan pemahaman proses penyakit, programpengobatan dan pembaasan
b. Berpartisipasi dalam proses belajar
c. Mengidentifikasi tanda dan gejala yang memerlukan evaluasi medis
d. Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alsan tindakan
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji ulang patofisiologi kondisi dan tanda/gejala, kemungkinan komplikasi.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi dan memahami informasi dan memahami/mengidentifikasi
kebutuhan perawatan kesehatan.
b. Jelaskan tujuan pembatasan aktifitas dan kebutuhan keseimbangan aktifitas / tidur.
Rasional : istirahat menurunkan kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan yang rusak
dan menurunkan risiko pemecahan thrombus. Keseimbangan istirahat mencegah
kelelahan dan gangguan lanjut perfusi seluler.
c. Adakan latihan yang tepat.
Rasional : membantu dalam mengembangkan sirkulasi kolateral, meningkatkan
aliran balik vena, dan mencegah kambuh.
d. Selesaikan masalah factor pencetus yang mungkin ada, contoh : tindakan yang
memerlukan berdiri /duduk lama, kegemukan, kontrasepsi oral, imobilisasi, dll.
Rasional : melibatkan pasien secara aktif dalam identifikasi dan melakukan
perubahan pola hidup/perilaku untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah
kambuhnya kondisi/terjadinya komplikasi.
e. Identifikasi pencegahan keamanan, contoh : penggunaan sikat gigi, pencukur
jenggot, sarung tangan untuk berkebun, menghindari objek tajam.
Rasional : menurunkan resiko cedera traumatic, yang potensial
perdarahan/pembentukan pembekuan.
f. Kaji ulang kemungkinan interaksi obat dan tekankan perlunya membaca label
kandungan obat yang mungkin obat tersebut dijual bebas.
Rasional : salisilat dan kelebihan alcohol menurunkan aktivitas protombin, juga
vitamin K (multivitamin, pisang, sayuran hijau) meningkatkan aktivitas protombin.
g. Identifikasi efek obat antikoagulan.
Rasional : deteksi dini kerusakan efek terapi (memanjangnya masa pembekuan)
memungkinkan intervensi berkala dan dapat mencegah komplikasi serius.
h. Tekankan pentingnya pemeriksaan lab.
Rasional : pemahaman bahwa pengawasan ketat terhadap terapi antikoagulan adalah
perlu (rentang dosis terapeutik sempit dan komplikasi mungkin mematikan)
meningkatkan partisipasi pasien.
i. Dorong menggunakan kartu / gelang identifikasi.
Rasional : mewasdakan pemberi perawatan kesehatan untuk menggunakan
antikoagulan.
j. Anjurkan perawatan kulit ekstremitas bawah
Rasional : kongesti vena/sindrom pascaflebotik kronis dapat terjadi (khususnya pada
adanya keterlibatan vaskuler berat dan/episode kambuh) potensial risiko stasis
luka/infeksi.

























DAFTAR PUSTAKA
Pillitteri, Adele. 2007. Perawatan Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta : EGC
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC
Bari, Saifuddin Abdul dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatol. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirotarjo , 2002. Ilmu
Kebidanan . Jakarta : Yayasan Bina Puataka Sarwono Prawiroharjo.
Sitti Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.
------. 1990. Buku Pegangan Guru Pendidikan Diploma III Keperawatan. DepKes RI.
Saifuddin. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Doengoes. E, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Ed 3. EGC. Jakarta.

Вам также может понравиться