Вы находитесь на странице: 1из 12

MODUL XIII

MOMENTUM LINIER (bagian 2)


5. Tumbukan Lenting pada Satu DimensiPenyeesaian Masaa! dengan
Menggunakan "ekekaan Ene#gi dan M$mentum
Kita sekarang menerapkan hukum kekekalan momentum dan energi kinetik pada
tumbukan lenting sempurna antara dua benda yang kecil (partikel) yang
bertumbukan dari depan, sehingga semua gerak berada pada garis yang sama. Mari
kita anggap bahwa kedua partikel pada awalnya bergerak dengan kecepatan 1 dan
2 sepanjang sumbu x, Gambar a. !etelah tumbukan, kecepatan mereka adalah 1"
dan 2", Gambar b. #ntuk $ %, partikel bergerak ke kanan (x bertambah),
sementara untuk & %, partikel bergerak ke kiri (x berkurang).
'ari kekekalan momentum, kita dapatkan
2
'
2
1
'
1 2 2 1 1
m m m m + = +
Karena tumbukan dianggap lenting, energi kinetik juga kekal(
2 '
2 2 2
1
2 '
2 1 2
1
2
2 2 2
1
2
1 1 2
1
m m m m + = +
Kita mempunyai dua persamaan, sehingga kita bisa menyelesaikan untuk dua hal
yang tidak diketahui. )ika diketahui massa dan kecepatan awal, kecepatan setelah
tumbukan,
1
dan
2
bisa dicari dengan menggunakan persamaan*persamaan ini.
+ertama kita turunkan dulu suatu hasil yang akan berguna. #ntuk melakukannya kita
tulis ulang persamaan momentum menjadi
( ) ( )
2
'
2 2
'
1 1 1
+ = + m m
(i)
dan kita tulis ulang persamaan ,K menjadi
( ) ( )
2
2
2 '
2 2
2 '
1
2
1 1
= m m
,
adatu -dengan mengingat bahwa (a . b) (a / b)0 a
2
. b
2
1 kita tuliskan persamaan ini
sebagai
( )( ) ( )( )
2
'
2 2
'
2 2
'
1 1
'
1 1 1
+ = + m m
(ii)
Kita bagi persamaan (ii) dengan persamaan (i), dan (dengan menganggap 1
1

dan
2

2
) didapat
2
'
2
'
1 1
+ = +
Kita dapat menulis ulang persamaan ini menjadi
PUS%T PEN&EM'%N&%N '%(%N %)%R*UM' Dian +idiastuti
,ISI"% I 1
( )
'
2
'
1
'
1
'
2 2 1


=
=
-tumbukan lenting berhadapan1 (-*.)
2ni merupakan hasil yang menarik3 menjelaskan kepada kita bahwa untuk tumbukan
lenting, laju relati4 dari kedua partikel setelah tumbukan mempunyai besar yang
sama seperti sebelumnya (tetapi dengan arah yang berbeda), tidak peduli berapapun
massanya.
Gambar ( 'ua partikel, dengan massa m1 dan m2, (a)
sebelum tumbukan, (b) setelah tumbukan.
5ontoh (
6. 6ola bilyar dengan massa m yang bergerak dengan laju bertumbukan dari
depan dengan bola kedua yang massanya sama dan sedang dalam keadaan
diam (2 0 %). 6erapa laju kedua bola setelah tumbukan, dengan
menganggap tumbukan tersebut lenting 7
)awab (
Karena 1 0 dan
2
0 %, dan m
1
= m
2
= m, maka kekekalan momentum
menghasilkan
'
2
'
1
m m m + =
atau
PUS%T PEN&EM'%N&%N '%(%N %)%R*UM' Dian +idiastuti
,ISI"% I 2
m
1
m
2
v
1
v
2
(a)
y
x
m
1
m
2
v
1
v
2
(b)
y
x
'
2
'
1
+ =
karena m saling meniadakan. 8da dua hal yang tidak diketahui (
1
" dan
2
),
sehingga kita membutuhkan persamaan kedua, yang bisa merupakan
kekekalan energi kinetik, atau persamaan 9* yang lebih sederhana yang kita
turunkan darinya, yang menghasilkan
'
1
'
2 2 1
=
atau
'
1
'
2
=
Kita kurangkan persamaan ini dari persamaan momentum ( =
1
+
2
) dan
didapat
% 0 21",
berarti 0
'
1
= . 2ni adalah salah satu dari yang kita cari, dan sekarang kita
dapat mencari yang lainnya (
= + = + = 0
'
1
'
2
#ntuk merangkumnya, sebelum tumbukan diketahui
=
1
0
2
=
dan setelah tumbukan
0
'
1
= =
'
2
:aitu, bola 1 diberhentikan oleh tumbukan, sementara bola 2 mendapat
kecepatan awal bola 1. ;asil ini sering terlihat oleh para pemain bilyar, dan
hanya berlaku jika kedua bola memiliki massa yang sama (dan bola*bola
tersebut tidak diberi putaran.)
5ontoh (
7. +roton dengan massa 1,%1 u (satuan massa atom yang disatukan) yang
berjalan dengan laju <, 1%
=
m>s bertumbukan dari depan dengan inti
helium (;e) (m;e 0 = u) yang sedang diam. 6erapa kecepatan proton dan inti
helium setelah tumbukan tersebut7 (1 u 0 1, 1%
*29
kg)
)awab (
!ebut arah awal gerak sebagai /x. Kita mengetahui 2 0 ;e = % dan
1
=
p
=
3,6 104 m/s. Kita ingin menemukan kecepatan
p
dan
He
setelah
tumbukan. 'ari kekekalan momentum kita dapatkan
He
He
p
p p p
m m m
' '
0 + = +
PUS%T PEN&EM'%N&%N '%(%N %)%R*UM' Dian +idiastuti
,ISI"% I <
Karena tumbukan lenting, energi kenetik kekal dan kita dapat menggunakan
+ersamaan 9* yang menjadi
p He
p
' '
0 =
'engan demikian
p He
p
' '
=
dan dengan mensubstitusi persamaan ini ke persamaan momentum kita
dapatkan
He
He p p
He
p p p
m m m m
' '
+ =
'engan menyelesaikan untuk ";e, kita dapatkan
( )( )
4
4
'
10 45 , 1
01 , 5
10 6 , 3 01 , 1 2
2
=

=
+
=
u
u
m m
m
He p
p p
He

m>s.
:ang tidak diketahui lainnya adalah "p yang sekarang bisa kita dapatkan dari
s m
p
He p
/ 10 15 , 2
10 6 , 3 10 45 , 1
4
4 4
' '
=
=
=
?anda minus menyatakan bahwa proton berubah arah setelah tumbukan, dan
kita lihat bahwa lajunya lebih kecil dari laju awalnya. ;al ini masuk akal dari
pengalaman biasa( proton yang lebih ringan akan diharapkan untuk
@terpantul@ dari inti helium yang lebih besar, tetapi tidak dengan kecepatan
awalnya seperti jika menumbuk dinding yang padat (yang akan sama dengan
massa yang sangat besar, atau tak hingga).
./ Tumbukan Tidak Lenting
?umbukan di mana energi kinetik tidak kekal disebut tumbukan tidak lenting.
!ebagian energi kinetik awal pada tumbukan seperti ini dibuah menjadi energi jenis
lain, seperti energi panas atau potensial, sehingga energi kinetik akhir total lebih kecil
dari energi kinetik awal total. Kebalikannya juga bisa terjadi ketika energi potensial
(seperti kimia atau nuklir) dilepaskan, di mana energi kinetik akhir total bisa lebih
besar dari energi kinetik awal total. Aedakan merupakan contoh jenis ini. )ika dua
benda bersatu sebagai akibat dari tumbukan, tumbukan tersebut dikatakan tidak
enting sama sekai. 'ua bola yang bertumbukan kemudian bersatu atau dua
gerbong kereta yang menyambung ketika bertabrakan merupakan contoh dari
tumbukan yang tidak lenting sama sekali. ,nergi kinetik pada beberapa kasus
seluruhnya diubah menjadi energi bentuk lain pada tumbukan yang tidak lenting,
tetapi pada kasus lain hanya sebagian. +ada contoh <, misalnya, kita lihat bahwa
PUS%T PEN&EM'%N&%N '%(%N %)%R*UM' Dian +idiastuti
,ISI"% I =
ketika gerbong kereta yang berjalan bertumbukan dengan yang diam, gerbong*
gerbong yang tersambung tersebut berjalan dengan energi kinetik tertentu. +ada
tumbukan tidak lenting sama sekali, jumlah maksimum energi kinetik diubah menjadi
bentuk lain yang konsisten dengan kekekalan momentum. 6ahkan walaupun energi
kinetik tidak kekal pada tumbukan tidak lenting, energi total tetap kekal, dan jumlah
Bektor momentum juga selalu kekal.
5ontoh (
C. #ntuk tumbukan yang tidak lenting sama sekali dari dua gerbong yang kita
bahas pada contoh <, hitung berapa besar energi kinetik awal yang diubah
menjadi energi panas atau bentuk energi lainnya.
)awab (
+ada awalnya, energi kinetik total adalah
6
2
1
2
1 1 2
1
10 88 , 2 24 000 . 10 = = m ).
!etelah tumbukan, energi kinetik total adalah
6 2
2
1
10 44 , 1 12 000 . 20 = ).
'engan demikian energi yang diubah menjadi bentuk lain adalah
6 6 6
10 44 , 1 10 44 , 1 10 88 , 2 = )
yang ternyata sebesar setengah dari ,K awal.
5ontoh (
. +endulum balistik adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur laju
proyektil, misalnya peluru. +eluru, dengan massa m, ditembakkan ke balok
yang besar (terbuat dari kayu atau bahan lainnya) dengan massa M, yang
digantung seperti pendulum. (6iasanya, M lebih besar dari m.) !ebagai akibat
dari tumbukan tersebut, sistem pendulum*proyektil terayun ke atas sampai
ketinggian maksimum h, ?entukan hubungan antara laju awal peluru, , dan
ketinggian h.
)awab (
Kita analisis proses ini dengan membaginya menjadi dua bagian( (1)
tumbukan itu sendiri, dan (2) gerakan berikutnya dari pendulum dari posisi
tergantung Bertikal sampai tinggi h. +ada bagian (1) Gambar 9a kita anggap
waktu tumbukan sangat singkat, sehingga perluru berhenti di dalam balok
sebelum balok bergerak dari posisinya langsung di bawah penggantungnya.
'engan demikian tidak ada gaya luar total dan momentum kekal(
PUS%T PEN&EM'%N&%N '%(%N %)%R*UM' Dian +idiastuti
,ISI"% I D
( )
'
M m m + = (i)
di mana adalah laju balok dan peluru di dalamnya persis setelah tumbukan,
sebelum bergerak cukup jauh. 6egitu pendulum mulai bergerak (bagian 2,
Gambar 9b), akan ada gaya luar total (graBitasi, yang cenderung menarik
balok kembali ke posisi Bertikalnya). !ehingga, untuk bagian (2), kita tidak
bisa menggunakan kekekalan momentum. ?etapi kita bisa menggunakan
kekekalan energi mekanik karena energi kinetik langsung setelah tumbukan
diubah seluruhnya menjadi energi potensial graBitasi ketika pendulum
mencapai ketinggian maksimumnya, h. 'engan demikian (dengan
menentukan y 0 % untuk pendulum pada posisi Bertikal) (
2 2 1 1
EP EK EP EK + = +
atau
( ) ( ) gh M m M m + = + + 0 0
2 '
2
1
(ii)
jadi gh 2
'
= . Kita gabungkan (i) dan (ii) untuk mendapatkan
gh
m
M m
m
M m
2
'
+
=
+
=
PUS%T PEN&EM'%N&%N '%(%N %)%R*UM' Dian +idiastuti
,ISI"% I
M
l
m
v
v
M
= 0 (a)
h
l
v
M + m
(b)
Gambar 9 ( +endulum balistik (5ontoh E).
yang merupakan hasil akhirnya. #ntuk mendapatkan hasil ini, kita harus
opurtunis, dalam arti kita gunakan hukum kekekalan manapun yang dapat
dipakai( pada (1) kita hanya dapat menggunakan kekekalan momentum,
karena tumbukan tidak lenting dan kekekalan energi mekanik tidak Balid3 dan
pada (2), kekekalan energi mekanik Balid, tetapi tidak demikian halnya
dengan kekekalan momentum. +ada bagian (1), jika ada gerakan yang
berarti dari pendulum pada waktu pelambatan peluru dalam balok, berarti
ada gaya luar selama tumbukan!sehingga kekekalan momentum tidak akan
Balid, dan hal ini akan diperhitung.
-/ Tumbukan pada Dua atau Tiga Dimensi
Kekekalan momentum dan energi juga bisa diterapkan pada tumbukan dua atau tiga
dimensi, dan si4at Bektor momentum sangat penting. !atu tipe umum dari tumbukan
yang tidak berhadapan adalah di mana sebuah partikel yang bergerak (disebut
proyektil) menabrak partikel kedua yang diam (partikel Ftarget@). 2ni merupakan
situasi umum pada permainan seperti bilyar, dan untuk eksperimen pada 4isika atom
dan nuklir (proyektol, dari pancaran radioakti4 atau akselerator energi*tinggi,
menabrak inti target yang stasioner).
Gambar C ( +artikel 1, proyektil, bertumbukan dengan
partikel 2, target. Mereka berpencar setelah tumbukan
dengan momentum p"1 dan p"2 dengan sudut "1 dan "2.
PUS%T PEN&EM'%N&%N '%(%N %)%R*UM' Dian +idiastuti
,ISI"% I 9
y
x

1
m
1
m
2
m
1
p
1
p0
1
p0
2
m
2
Gambar C menunjukkan partikel 1 (proyektil, m1) yang berjalan sepanjang
sumbu G menuju partikel 2 (target, m2), yang pada awalnya diam. )ika partikel*
partikel ini merupakan bola bilyar, m1 menabrak m2 dan mereka berpencar dengan
sudut
1
dan
2
berturut*turut, yang diukur relati4 terhadap arah awal m1 (sumbu G).
+artikel*partikel tersebut mungkin mulai membelok sebelum bersentuhan jika ada
gaya listrik, magnet, atau nuklir yang bekerja di antara mereka.
Mari kita terapkan hukum kekekalan momentum pada tumbukan seperti pada
Gambar C. kita pilih bidang xy sebagai bidang di mana momentum awal dan akhir
berada. Karena momentum merupakan Bektor, dan kekal, komponen*komponennya
pada arah x dan y tetap konstan. +ada arah x,
x x
x x
p p p p 2
'
1
'
2 1
+ = +
atau
2
'
2
'
2
1
'
1
'
1 1 1
"#s "#s m m m + =
(-*-a)
Karena pada awalnya tidak ada gerak pada arah y, komponen y dari momentum total
adalah nol(
y y
y y
p p p p 2
'
1
'
2 1
+ = +
atau
2
'
2
'
2
1
'
1
'
1
s$n s$n 0 m m + =
(-*-b)
5ontoh (
10. !ebuah bola bilyar yang bergerak dengan laju 1 0 <% m>s pada arah +x
(Gambar C) menabrak bola lain dengan massa sama yang dalam keadaan
diam. Kedua bola terlihat berpencar dengan sudut =D% terhadap sumbu x
(bola 1 ke atas dan bola 2 ke bawah). :aitu, "1 = 45% dan "2 = 45% pada
Gambar C. 6erapa laju bola*bola tersebut7
)awab (
'engan si4at simetri, kita bisa mengatakan bahwa kedua bola memiliki laju
yang sama. ?etapi kita jangan membuat anggapan itu sekarang. Halaupun
kita tidak diberitahu apakah tumbukan tersebut lenting atau tidak, kita masih
dapat menggunakan kekekalan momentum. )adi kita dapat memakai
+ersamaan 9*9a dan b, dan kita ingin menyelesaikan untuk "1 dan "2. Kita
ketahui bahwa m1 0 m2 (0 m) sehingga
) 45 "#s( ) 45 "#s( 2
'
1
'
1
+ = m m m
PUS%T PEN&EM'%N&%N '%(%N %)%R*UM' Dian +idiastuti
,ISI"% I C
dan
) 45 s$n( ) 45 s$n( 0 2
'
1
'
+ = m m
m saling meniadakan pada kedua persamaan. +ersamaan kedua
menghasilkan -ingat bahwa sin (I&) = sin 1(
1
'
1
'
1
'
2
'
45 s$n
45 s$n
) 45 s$n(
) 45 s$n(
=

=
sehingga kedua bola tersebut mempunyai laju yang sama sebagaimana telah
kita duga sebelumnya. +ersamaan komponen G menghasilkan -ingat bahwa
cos (I) 0 cos 1(
) 45 "#s( 2 ) 45 "#s( ) 45 "#s( 1
'
2
'
1
'
1
= + =
sehingga
1 , 2
) 707 , 0 ( 2
3
) 45 "#s( 2
1
2
' '
1
'
= =

= =


m>s.
)ika ada dua persamaa yang independen, kita bisa mencari, sebanyak*banyaknya,
dua Bariabel yang tidak diketahui.
)ika diketahui bahwa suatu tumbukan ternyata lenting, kita dapat
menerapkan kekekalan energi kinetik dan mendapatkan persamaan ketiga(
2
'
1
'
2 1
EK EK EK EK + = +
atau, untuk tumbukan yang ditunjukkan pada Gambar C,
2
2
'
2
1
2
1
'
1 2
1
2
1 2
1
m m m + =
-tumbukan lenting1 (-*-1)
)ika tumbukan tersebut lenting, kita mempunyai tiga persamaan yang independen
dan kita bisa menyelesaikan untuk tiga Bariabel yang tidak diketahui. )ika diketahui
m1, m2, 1 (dan 2, jika tidak nol), kita tidak bisa, misalnya, meramalkan Baribel*
Baribel akhir "1, "2, "1 dan "2, karena ada empat yang harus dicari. 6agaimapun, jika
kita ukur satu dari Baribel*Bariabel ini, katakanlah, "1, maka ketiga Bariabel yang lain
("1, "2 dan "2) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 9*9a, b, c.
2/ Pusat Massa (PM)
+engamatan*pengamatan pada gerak benda menunjukkan bahwa walaupun sebuah
benda berotasi, atau ada beberapa benda yang bergerak relati4 satu dengan yang
lainnya, ada satu titik yang bergerak dalam lintasan yang sama dengan yang dilewati
partikel jika mendapat gaya yang sama. ?itik ini disebut pusat massa (disingkat +M).
Gerak umum benda yang diperluas (atau sistem benda) dapat dianggap sebagai
PUS%T PEN&EM'%N&%N '%(%N %)%R*UM' Dian +idiastuti
,ISI"% I E
jumlah gerak translasi dari +M, ditambah gerak rotasi, getaran (vibrasi), atau jenis
gerak lainya di sekitar +M.
+M dide4inisikan sebagai berikut. Kita dapat menganggap benda yang diperluas
terdiri dari banyak partikel kecil. ?etapi pertama kita bayangkan sebuah sistem yang
hanya terdiri dari dua partikel, dengan massa m1 dan m2. kita pilih sistem koordinat
sedemikian sehingga kedua partikel berada pada sumbu x pada posisi x1 dan x2,
Gambar E. +usat massa sistem ini dide4inisikan pada posisi x+M, yang dinyatakan
dengan
M
x m x m
m m
x m x m
x
PM
2 2 1 1
2 1
2 2 1 1
+
=
+
+
=
(-*2a)
di mana M = m
1
+ m
2
adalah massa total sistem. +usat massa berada pada garis
yang menghubungkan m
1
dan m
2
. )ika kedua massa sama (m
1
= m
2
= m), x
'(
berada
di tengah antara keduanya, karena dalam hal ini
2
) (
2
) (
2 1 2 1
x x
m
x x m
x
PM
+
=
+
= -massa sama1
Gambar E ( +usat massa sistem dua*partikel berada pada
garis penghubung antara kedua massa.
)ika satu massa lebih besar dari yang lain, katakanlah, m
1
$ m
2
, maka +M lebih dekat
ke massa yang lebih besar. )ika ada lebih dari dua partikel sepanjang satu garis,
akan ada suku*suku tambahan pada +ersamaan 9*Ca, sebagaimana ditunjukkan
oleh 5ontoh !oal N$ 3 di m$du 45.
)ika partikel*partikel tersebar dalam dua atau tiga dimensi, kita tidak hanya perlu
menspesi4ikasi sumbu x dari +M saja (x+M), tetapi juga koordinat y dan z, yang akan
dinyatakan oleh rumus seperti persamaan 9*Ca. !ebagai contoh, untuk dua partikel
dengan massa m
1
dan m
2
, yang koordinat y*nya adalah y
1
dan y
2
, berturut*turut,
PUS%T PEN&EM'%N&%N '%(%N %)%R*UM' Dian +idiastuti
,ISI"% I 1%
m
1
m
2
x
2
x
1
x
CM
x
)*$+
s,m
-,
koordinat y dari +M mereka adalah(
M
y m y m
m m
y m y m
y
PM
2 2 1 1
2 1
2 2 1 1
+
=
+
+
=
#ntuk partikel yang lebih banyak, akan ada lebih banyak suku pada rumus ini.
!ebuah konsep yang hampir sama dengan pusat massa adalah pusat
g#a6itasi (+G). +G sebuah benda adalah titik di mana gaya graBitasi bisa dianggap
bekerja. ?entu saja, gaya graBitasi sebenarnya bekerja pada semua bagian atau
partikel pada benda, tetapi untuk tujuan menentukan gerak translasi benda sebagai
satu kesatuan, kita dapat menganggap bahwa seluruh berat benda tersebut (yang
merupakan jumlah berat semua bagiannya) bekerja pada +G. !ingkatnya, ada
perbedaan konseptual antara pusat graBitasi dengan pusat massa, tetapi untuk
tujuan praktis, keduanya biasanya merupakan titik yang sama.
!eringkali lebih mudah untuk menentukan +M atau +G dari sebuah benda
yang diperluas secara eksperimen dan bukan analitis. )ika sebuah benda
digantungkan dari titik mana saja, ia akan berayun (Gambar 1%) kecuali jika
ditempatkan sedemikian rupa sehingga +G berada pada garis Bertikal persis di
bawah titik di mana benda tersebut digantungkan. )ika benda itu dua dimensi, atau
mempunyai bidang simetri, ia hanya perlu digantungkan dari dua titik sumbu yang
berbeda dan garis Bertikal (pengukur) yang digambar. 'engan demikian pusat
graBitasi akan berada pada perpotongan dua garis, seperti pada Gambar 11. )ika
benda tidak memiliki bidang simetri, +G terhadap dimensi ketiga didapat dengan
menggantungkan benda dari setidaknya tiga titik yang garis ukurnya tidak berada
pada bidang yang sama. #ntuk benda*benda yang berbentuk simetris seperti silinder
(roda), bola, dan benda padat persegi, +G terletak di pusat geometri benda tersebut.
Gambar 1% ( Gaya graBitasi, dianggap bekerja pada +G,
menyebabkan benda berotasi terhadap titik sumbu kecuali
+G berada pada garis Bertikal tepat di bawah sumbu, di
PUS%T PEN&EM'%N&%N '%(%N %)%R*UM' Dian +idiastuti
,ISI"% I 11
)*$+ s,m-,
./
mg
mana benda tersebut tetap diam.
Gambar 11 ( Mencari +G.
PUS%T PEN&EM'%N&%N '%(%N %)%R*UM' Dian +idiastuti
,ISI"% I 12

Вам также может понравиться