Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
= x =
= 16,8 mL
VIII. CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dipisahkan fase minyak dan fase air
3. Dicampur fase minyak (-Tokoferol, gliserin, dan propil paraben) pada
minyak ikan. (campuran 1).
4. Dibuat mucilago dengan melarutkan PGA kedalam air panas setelah itu
ditambahkan campuran 1. (campuran 2).
5. Dilarutkan nipagin kedalam air panas lalu ditambahkan pada campuran
2.
6. Ditambahkan Na.sakarin dan tartrazine kedalam campuran 2.
7. Diaduk semua bahan sampai homegen
8. Dimasukkan kedalam botol lalu ditambahkan oleum citri
9. Diberi etiket, lalu dikemas.
FORMULA 2
I. FORMULA ASLI
Emulsi Shampo Cair Jernih
II. RANCANGAN FORMULA
Chloroxylenol 0,1%
Natrium Lauryl Sulfat 10 %
Polietilen Alkil Fenol 2 %
Na.EDTA 0,1%
Cetyl Alkohol 3 %
Gliserin 15 %
Propilenglikol 15 %
Nipagin 0,18 %
Nipasol 0,02 %
NaCl 2,5 %
Asam Sitrat 2 %
Menthol 0,1%
Aquadest ad 100 ml
III. MASTER FORMULA
Nama Produk : SHACAJE
No.Reg : DBL.13.120.002.38 A1
No.Batch :13 002 38 A1
PT. STIFA
FARMA
SHACAJE
Kode
Bahan
Nama bahan Kegunaan Perdosis Perbatch
Ch Chloroxylenol zat aktif 0,1 0,11
NlS Na. lauryl
sulfat
surfaktan
anionic
10 11
Paf Polietilen alkil
fenol
Pendispersi 2 2,2
NE Na.EDTA pengikat logam 0,1 0,11
Ca cetyl alkohol Emolien 9 9,9
G gliserin Penjernih 15 16,5
P PG Humektan 15 16,5
MP Metil paraben Pengawet 0,18 0,198
PP Propil
paraben
Pengawet 0,02 0,022
NC NaCl pengatur
viskositas
2,5 2,75
AS As.Sitrat pengatur Ph 2 2,2
M Menthol pemberi
sensasi
0,1 0,11
Aq Aquadest Pelarut 50 55
IV. Alasan Penambahan Bahan
1. Natrium Lauryl Sulfat
Merupakan surfaktan anionic yang dikenal sebagai deterjen
yang mempunyai gugus hidrofilik dan lipofilik. Gugus lipofilik (asam
laurat) akan mengikat minyak dan kotoran yang ada dirambut.
Sedangkan natrium adalah gugus hidrofilik yang membuat kotoran
tersebut mudah larut dalam air saat pembilasan setelah proses
penyampoan. Jadi fungsi utama dari surfaktan ini adalah untuk
membersihkan kotoran yang ada di rambut.
Natrium Lauryl Sulfat mempunyai sifat deterjen yang utama
dikehendaki shampo, yaitu kemampuan membangkitkan busa . busa
adalah emulsi udara dalam cairan Natrium Lauryl Sulfat, juga
berfungsi sebagai surfaktan sehingga teganggan permukaan menjadi
lebih kecil dan kedua fase bercampur homogen.
2. Propilenglikol
Digunakan sebagai humektan atau pembasah. Propilenglikol
juga digunakan sebagai carrier dari bahan pengemulsi sehingga bahan
pengemulsi dapat berfungsi. Selain itu propilenglikol juga berfungsi
sebagai penjernih pada shampoo, batasnya hingga 15%.
3. Polietilen Alkil Fenol
Berfungsi sebagai bahan pendispersi garam kalsium. Tujuan dari
produk ini adalah untuk mencegah penggendapan sediaan kalsium
perlekatan atau rambut yang lepek dari bahan ini. Aksi ini
menyebabkan peningkatan busa. Bahan pendispersi garam kalsium
adalah secara khusus penting bagi shampoo.
4. Na.EDTA
Berfungsi untuk mengikat logam berat (KI Mg) yang terdapat
dalam air pencuci rambut. Penambahan sejumlah kecil 21%
sequestrant, akan kabut karena air yang kaya akan kalsium dari sabun
shampoo dan jugamencegah flokulasi yang dapat terjadi pada botol
oleh pelepasan garam kalsium . selain itu juga berfungsi memperbaiki
busa dengan menghambat pembentukan busa.
5. Gliserin
Shampo yang jernih secara absolut dapat berkabut, sehingga
dapat digunakan gliserin untuk mencegah pengkabutan, selain itu
gliserin juga digunakan sebagai pengubah viskositas dan juga dapat
menyerap air sehingga dapat melembabkan kulit dan melindunginya
dari kekeringan.
6. NaCl
Pada shampo cair jernih, harus memiliki konsistensi yang sesuai.
Oleh karena itu, digunakan NaCl dalam shampo sebagai pengental,
menyesuaikan viskositas dengan cara mengubah sifat dari ion-ion
yang terdapat didalamnya. Selain itu, digunakan untuk
mengendalikan ukuran pembentuk misel yang terbentuk dari bahan
pengemulsi.
7. Asam Sitrat
Digunakan sebagai pengatur pH diperlukan agar menetralisasi
reaksi busa yang terjadi dalam penyampoan rambut, karena bila
shampo bersifat busa akan merusak rambut, karena bila shampoo
bersifat basa akan merusak rambut. Batasnya 0,1-2%.
8. Cetyl Alkohol
Digunakan sebagai pelembab rambut. Sebagai emolien untuk
menstabilkan formulasi sebagai humektan dan emulsi yaitu 2-5%.
9. Nipagin
Zat yang berguna untuk melindungi rusaknya shampo dari
pengaruh mikroba yang dapat merusak sediaan, seperti hilangnya
warna dan timbul kekeruhan. Digunakan dengan rentang pH 1-2%.
V. Uraian Bahan
1. Natrium Lauryl Sulfat (RPS 18
th
)
Nama Resmi : SODIUM LAURYL SULFATE
Sinonim : Sulfonic acid monodecyl ester sodium
RM / BM : C
12
H
25
O
3
Na
Pemerian : Kristal putih/kuning muda, memiliki bau khas,
bongkahan hablur putih
Kelarutan : 1 gram dalam 10 ml air, membentuk larutan
yang sangat mudah larut dalam air,
membentuk llarutan yang sangat mudah larut
dalam air, membentuk larutan berkabut, larut
dalam etanol (95%) P.
2. Aquadest (FII Edisi III:96)
Nama resmi : Aqua destiliata
Nama lain : Air suling,aquadest
RM/BM : H
2
O/18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
3. Sodium Klorida
Nama Resmi : NATRII CHLORIDUM
Sinonim : Natrium Klorida
RM / BM : NaCl / 58,14
Pemerian : Hablur heksahedral, tidak berwarna, bentuk
hablur putih, tidak berbau, rasa asin.
Kelarutan : Larut dalam 0,8 bagian air, dalam 2,7 bagian
air mendidih, dan dalam 10 bagian gliserol.
4. Gliserin (FE Edisi III P.271)
Nama Resmi : GLYCEROLUM
Sinonim : Gliserol/gliserin
RM / BM : C
3
H
8
O
3
/92,10
BJ : 1,255-1,260
Pemerian : Cairan seperti sirop, jenih, tidak berwarna,
tidak berbau
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dengan etanol
(95%) P.
5. Na EDTA
Nama Resmi : NATRIUM ETILENDIAMIN TETRA ASETAT
Sinonim : Disodium Edetat
Pemerian : Cairan jernih; tidak berwarna atu kuning; bau
mirip amoniak.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam kloroform dan eter,
sedikit larut dalm etanol (95%0; larut dalam
11 bagian air
Stabilitas : Garam edetat lebih stabil dari pada asam
bebas, yang mana dekarboksilat jika dipanasi
diatas 150C. disodium edetat dihidrat
kehilangan air dari Kristal saat dipanasi pada
temperatur 120C. larutan encer asam edetat
atau garam edetat dapat disterilisasi dengan
autoclave, dan dapat disimpan pada wadah
bebas basa
6. Cetyl Alkohol
Nama Resmi : CETYL ALKOHOL
Sinonim : Alcohol cetylicus
RM/BM : C
16
H
34
O / 242.44
Pemerian : Bentuk lilin, serpih putih, bentuk kubus,
warna redup dan rasa lunak.
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter,
kelarutan dapat ditingkatkan dengan
meningkatkan temperatur, praktis tidak
larut dalam air,
7. Nipagin
Nama resmi : METHYL HYDROXIBENZOATE
Sinonim : metil para hidroxybenzoat/methyl oxiben
Pemerian : Kristal tidak berwarna atau serbuk putih,
berbau atau tidak berbau, seperti bau
lemak
Kelarutan : larut dalam 400 bagiam air, dalam 3
bagianalcohol, 10 bagian eter, mudah
larut dalammetal alkohol.
VI. PERHITUNGAN BAHAN
Chloroxylenol 0,1% x 110 ml = 0,1 ml
Natrium Lauryl Sulfat 10 % x 110 ml = 11 ml
Polietilen Alkil Fenol 2 % x 110 ml = 2,2 ml
Na.EDTA 0,1% x 110 ml = 0,11 ml
Cetyl Alkohol 3 % x 110 ml = 9,9 ml
Gliserin 15 % x 110 ml = 16,5 ml
Propilenglikol 15 % x 110 ml = 16,5 ml
Nipagin 0,18 % x 110 ml = 0,198 ml
Nipasol 0,02 % x 110 ml = 0,022 ml
NaCl 2,5 % x 110 ml = 2,75 ml
Asam Sitrat 2 % x 2,2 ml = 2,2 ml
Menthol 0,1% x 110 ml = 0,11 ml
Aquadest = 38,4 ml
VII. CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Semua bahan ditimbang sesuai dengan perhitungan.
3. Dilarutkan nipagin dalam air panas dan ditambahkan menthol
4. Natrium lauryl sulfat dimasukkan kedalam lumping, diaduk hingga
mengembang (membentuk busa putih) ditambahkan H
2
O sedikit demi
sedikit hingga homogen.
5. Ditambahkan Chloroxylenol, polietylen alkil fenol, Na.EDTA, dan
Propilenglikol.
6. Dimasukkan campuran lainnya seperti gliserin, cetyl alcohol, nipasol,
nipagin,NaCl , dan asam sitrat.
7. Dimasukan semua campuran bahan kedalam botol yang sudah ditarer
kemudian dicukupkan dengan aquadest.
8. Dikemas dan diberi etiket.
BAB IV
PEMBAHASAN
Emulsi adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih bahan aktif
yang terdiri dari 2 fase yang tidak saling bercampur satu sama lainnya, dimana
ada fase air dan fase minyak yang distabilkan dengan zat penstabil berupa
emulgator.
Pada percobaan emulsi ini formula emulsi yang dibuat adalah emulsi
minyak ikan dan emulsi shampo cair jernih.
Pada formula 1 (satu) emulsi yang dibuat adalah emulsi minyak ikan.
Emulsi minyak ikan zat aktif yang digunakan yaitu Oleum lecoris aselli diperoleh
yang dari minyak hati ikan segar yaitu ikan gadus morhus, kandungan kadar
vitamin A dan vitamin D agak tinggi masing-masing minimal 600 dan 80 /gr. Zat
pengemulsi yang digunakan yaitu gom arab karena gom arab sangat baik
digunakan untuk emulsi tipe O/W dan untuk obat minum, kestabilan emulsi yang
dibuat dengan gom arab berdasarkan dua faktor yaitu kerja gom sebagai koloid
pelindung dan terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju
pengendapan cukup kecil sedangkan massa mudah dituang. Gliserin digunakan
terutama untuk sifat humektan dan emoliennya. Gliserin juga digunakan sebagai
pelarut atau cosolvent. Dalam krim dan emulsi penggunaan humektan sangat
berguna dalam penurunan sudut kontak dan pembasah akan dipermudah.
Sedangkan pada formula 2 (dua) emulsi yang dibuat adalah emulsi shampo
cair jernih menggunakan bahan aktif yaitu chloroxylenol untuk membersihkan
kotoran pada kepala, Na.lauryl sulfat sebagai surfakatan dan sebagai pemberi
busa pada shampo yang juga dapat sebagai pembersih, propilenglikol sebagai
humektan atau pembasah dan juga dapat digunakan sebagai penjernih pada
shampoo, kemudian Na.EDTA digunakan untuk mengikat logam berat (KI/Mg)
yang terdapat dalam air pencuci rambut, dan juga dapat berfungsi untuk
memperbaiki busa dengan menghambat pembentukan busa. Lalu digunakan
NaCl yang memiliki konistensi yang sesuai, yang digunakan sebagai pengental,
menyesuaikan viskositas dengan cara mengubah sifat ion-ion yang terdapat
didalamnya. Cetyl alcohol untuk melembabkan rambut, dan sebagai emolien
untuk menstabilkan formulasi. Shampo cair jernih sendiri merupakan sediaan
kosmetik untuk membersihkan kulit kepala yang digunakan umumnya 1 kali
sehari, dan untuk perawatan biasanya digunakan 2 kali sehari.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa :
1. Pada percobaan emulsi minyak ikan tidak dilakukan pembuatan ,
sehingga tidak ada sediaan yang dihasilkan. Dan formula emulsi minyak
ikan berupa formula yang terdiri dari bahan-bahan seperti Oleum Lecoris
Aselli, Gom Arab, Gliserin, Metil Paraben, Natrium Sakarin, -tokoferol,
tartrazin, oleum citri, dan aquadest.
2. Dan pada percobaan shampoo cair jernihjuga tidak dilakukan, sehingga
tidak ada sediaan yang dihasilkan. Untuk formula yang dibuat adalah
emulsi shampocair jernihterdiri dari bahan-bahanSodium Lauril Sulfat,
Chloroxylenol, setil alkohol, polioksietilen alkil fenol, gliserin, Na
2
EDTA,
metil paraben, propil paraben, mentol, PEG, NaCl, Asam sitrat, dan
Aquadest.
V.2. Saran
Diharapkan agar selanjutnya dilakukan praktikum di laboratorium
tentang formula yang telah disetujui oleh asisten.
DAFTAR PUSTAKA
1. Balsam M.S and Edward Sagarin, (1972), Cosmetics Science and Technology
Vol I, Willey-Interscience: USA.
2. Dirjen POM, (1979), Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen kesehatan RI:
Jakarta.
3. Gennaro, Alfonso R., (1990), Remington: The Science and Practice of
Pharmacy 18
th
edition, Philadelphia College of Pharmacy and Science:
Philadelphia.
4. Jenkins, Glenn L., (1957), Scovilles the Art of Compounding Ninethedition,
The McGraw-Hill Book Company, Inc: USA.
5. Keithler, WM.R., (1956), The Formulation of Cosmetics and Cosmetic
Specialties, Drug and Cosmetic Industry : New York.
6. Kibbe, Arthur H., (2000), Handbook of Pharmaceutical Excipients Third
Edition, American Pharmaceutical Association Washington DC: USA.
7. Lachman, L. et all, (1986), The Theory and Practice of Pharmacy Industry 3
rd
Edition, Lea & Pinger : Philadelphia.
8. Lieberman, Herbert, (1908), Pharmaceutical Dosage Form Disperse System
Vol I, Marcel Dekker, Inc: USA.
9. Martin, Alfred, (1983), Physical Pharmacy, Lea & Febiger: USA.
10. Martin, W., (1971), Dispending of Medication 7
th
edition, Marck Publishing
Company: USA.
11. Parrot, Eugene L., (1968), Pharmaceutical Technology, Burgess Publishing
Company: Iowa.