Вы находитесь на странице: 1из 15

format lepas (Kwarto: A4)

1
ADVEN 2009
Tema :
Syukur atas Habitus Baru
Bertekad Bulat Mewujudkan Pembaruan Hidup Beriman

PENGANTAR
Keuskupan Agung Semarang (KAS) telah menetapkan tahun 2010 sebagai Tahun Syukur atas
pelaksanaan ARDAS KAS 2006-2010. Tahun Syukur ini dimaksudkan untuk mensyukuri, sekaligus
untuk berefleksi dan berevaluasi atas segala sesuatu yang telah dilaksanakan dan dicapai dalam
gerakan hidup menggereja di KAS, demi perkembangan dan kemajuan selanjutnya. Refleksi dan
evaluasi ini berkaitan dengan upayanya untuk menjadikan keluarga sebagai basis hidup beriman serta
melibatkan anak-anak, remaja, dan kaum muda dalam pengembangan umat. Upaya ini tidak dapat
dilepaskan dari niat baik untuk mengembangkan semangat berbagi terhadap yang kecil, lemah, miskin
dan tersingkir serta melestarikan keutuhan ciptaan. Gerakan hidup menggereja di KAS juga ditandai
dengan upayanya mewujudkan gereja yang kredibel (dapat dipercaya), dengan mengembangkan
semangat transparansi (terbuka) dan akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan) di segala bidang
kehidupan berparoki, baik yang menyangkut pengelolaan harta benda, administrasi kantor, maupun
tata penggembalaan. Aneka pedoman yang jelas dan menjadi tolok ukur berparoki dibuat untuk
mendukung kehidupan gereja KAS yang kredibel, misalnya Pedoman Dasar Dewan Paroki, Pedoman
Pelaksanaan Dewan Paroki, Pedoman Keuangan dan Akuntansi Paroki, Pedoman Kekaryawanan
paroki, dan sebagainya.
Masa Adven sebagai tahun baru liturgi dan masa penantian juga ditempatkan dalam kerangka
tahun syukur KAS. Masa penantian yang diwarnai dengan rasa syukur serta refleksi dan evaluasi ini
menjadi proses penyadaran umat beriman di KAS, baik hidup menggereja maupun memasyarakat.
Proses penyadaran ini dilaksanakan dengan cara memperdalam pengetahuan atau pemahaman agar
umat mampu mempertanggungjawabkan imannya ketika berjumpa dengan orang lain, baik yang
seiman maupun tidak seiman. Itulah sebabnya bahan Adven 2009 lebih menitikberatkan pada proses
pembelajaran dengan cara mendalami bahan, berdiskusi, dan menggali informasi sebanyak-banyaknya
agar pengetahuan atau pemahaman umat menjadi utuh. Pembelajaran ini dapat dilakukan, baik di
tingkat lingkungan maupun blok atau rukun umat.
Tema Adven 2009 adalah SYUKUR ATAS HABITUS BARU, BERTEKAD BULAT
MEWUJUDKAN PEMBARUAN HIDUP BERIMAN, yang diolah dalam empat sub tema, yaitu: 1) Makna
Adven, 2) Tanggungjawab Keluarga dalam Gereja, 3) Panggilan Keluarga dalam Mewujudkan iman di
Masyarakat, dan 4) Meneladan Maria dalam pembaruan hidup beriman. Sub tema pertama dibahas
dengan maksud agar umat lebih memahami Adven itu sendiri dan segala sesuatunya yang
berhubungan dengan Adven. Kata keluarga dalam sub tema kedua dan ketiga ditampilkan karena ingin
menempatkan ketiga fokus pastoral, yaitu keluarga, anak-remaja, dan kaum muda, sebagai satu
kesatuan sebagai keluarga. Keluarga yang terdiri dari ayah-ibu, anak-remaja, dan kaum muda. Sub
tema keempat menampilkan Maria karena menjadi sosok teladan yang melaksanakan kehendak Allah
dengan sepenuh hati “Niat Ingsun” dan sekaligus mengingatkan kembali akan devosi umat kepada
Maria.
Akhir kata, selamat memasuki Tahun Syukur KAS dengan semangat bersyukur serta berefleksi
dan berevaluasi bersama demi masa depan yang lebih indah bagi gereja KAS.
Komkat KAS

2
Pertemuan Pertama
MAKNA ADVEN
Tujuan:
Umat semakin memahami makna Adven dan pelaksanaannya.

1. Pembuka
a. Lagu Pembuka: dipilih sesuai dengan tema pertemuan
b. Doa Pembuka: dibuat sendiri, yang berisi:
- Ungkapan syukur atas pertemuan Adven pertama.
- Mohon terang Roh Kudus agar umat mampu memahami makna Adven.
2. Pengantar
Masa Adven mempunyai arti yang sangat penting bagi umat beriman karena merupakan saat
persiapan diri untuk menerima kedatangan Tuhan yang akan dirayakan pada hari Natal. Dalam
pertemuan ini, kita akan mendalami makna Adven dan pelaksanaannya agar pemahaman kita
semakin mendalam.
3. Pertanyaan Awal
a. Apa itu Adven?
b. Apa yang terjadi dalam masa Adven?

4. Materi
a. Sejarah Adven
Kata Adven berasal dari bahasa Latin adventus yang berarti kedatangan. Masa Adven
dipahami sebagai masa persiapan menantikan kedatangan Tuhan. Masa Adven meliputi empat
hari Minggu sebelum Natal. Masa Adven dirayakan dengan maksud 1) mengarahkan umat
beriman supaya menantikan kedatangan Tuhan yang kedua pada akhir zaman dengan penuh
harapan, dan 2) menyiapkan hari Natal, yaitu merayakan kedatangan Yesus, Putera Allah, yang
hadir di dunia, di antara umat manusia. Berdasarkan kedua maksud tersebut, maka bacaan
Ekaristi selama 4 hari minggu mempunyai tekanan yang berbeda. Minggu Adven I berbicara
mengenai kedatangan Yesus Kristus pada akhir zaman, Minggu Adven II dan III menampilkan
Yohanes Pembaptis yang menyiapkan jalan bagi Tuhan, serta Minggu Adven IV menampilkan
Maria yang melahirkan Yesus.
Kapan tradisi Adven dilakukan? Tidak begitu jelas dan pasti, tetapi ada sumber yang
menunjukkan bahwa tradisi Adven muncul di Spanyol sekitar abad IV. Awalnya, Adven
merupakan persiapan pesta Epifani (Penampakan Tuhan) yang jatuh pada tanggal 6 Januari,
dengan cara bermatiraga (askese) sambil berdoa. Kemudian, sekitar pertengahan abad VI, di
Roma, Adven dirayakan sebagai persiapan Natal yang diwarnai suasana gembira dan penuh
harapan. Awalnya, Adven berlangsung selama enam minggu, kemudian Paus Gregorius Agung
(591-604) menetapkan Adven menjadi empat minggu. Tema sentral Adven adalah penantian
kelahiran Yesus dan kedatangan-Nya yang kedua (parousia).
Konsili Vatikan II tetap mempertahankan makna Adven sebagai penantian kelahiran
Yesus sebagai Mesias dan kedatangan-Nya yang kedua (parousia), sehingga Adven tidak
pertama-tama menekankan pertobatan dan penyesalan, seperti masa Pra-paska, melainkan
perayaan yang bersifat pesta (mengandaikan kegembiraan) mengenai inkarnasi, harapan
kesucian dan parousia.
Adven merangkum keseluruhan misteri kedatangan Allah dalam sejarah sampai pada
pemenuhan-Nya. Adven menunjuk pada dimensi sejarah keselamatan, yaitu Allah yang
dinantikan dalam diri Yesus dari Nazaret tampak nyata dalam sejarah hidup manusia di muka
bumi. Dalam Dia, Allah menampilkan wajah-Nya (Yoh 14:9). Selain itu, Adven juga berkaitan
3
dengan dimensi eskatologis kehidupan murid-murid Yesus. Allah memelihara murid-murid
Yesus agar mengalami keselamatan (1Tes 5:9) dan mewujudkan janji-Nya yang mengarah
kepada “Hari Tuhan” (1Kor 1:8 ; 5:5).
Itulah sebabnya Gereja mengajak kita untuk menantikan kedatangan Hari Tuhan
dengan sikap berjaga-jaga penuh kegembiraan dan optimis dalam pengharapan dengan berdoa
”Maranatha”: Datanglah ya Tuhan Yesus (Why 22:17-20), menumbuhkan sikap tobat dan
berpaling kepada Allah karena Dia adalah pokok pengharapan kita (Rm 8:24-25), serta
menghayati semangat lembut hati dan rendah hati (Mat 5:3-12). Sikap-sikap seperti inilah yang
diungkapkan dan direnungkan dalam bacaan-bacaan Ekaristi selama Masa Adven.
b. Lilin dan Lingkaran Adven
Lilin Adven adalah empat batang lilin yang diletakkan di lingkaran Adven (korona
Adven), yang terdiri dari tiga lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah muda. Keempat
lilin ini melambangkan keempat minggu dalam masa Adven. Lilin ungu, yang melambangkan
pertobatan, dinyalakan di minggu Adven pertama, kedua, dan ketiga. Lilin merah muda, yang
melambangkan suka cita pada hari Natal yang hampir tiba, dinyalakan pada Minggu Adven
ketiga bersamaan dengan lilin ungu ketiga. Minggu ini disebut Minggu Gaudete (bahasa Latin)
yang berarti bersukacitalah karena Natal hampir tiba. Pada hari Minggu Adven keempat,
keempat lilin tersebut digantikan dengan lilin-lilin putih yang melambangkan suasana masuk ke
dalam suka cita besar Natal.
Lilin-lilin yang ditempatkan dalam lingkaran Adven tersebut mempunyai makna tidak
berawal dan berakhir, yang menggambarkan Allah yang abadi, tanpa awal dan akhir. Lingkaran
Adven selalu dibuat dari daun evergreen, berupa daun cemara, yang berarti senantiasa hijau,
senantiasa hidup. Daun ini melambangkan Kristus yang mati namun hidup kembali untuk
selamanya.
c. Warna Liturgi
Masa Adven adalah masa penantian kedatangan Tuhan, yang bernuansa pengharapan dan
pertobatan. Nuansa ini digambarkan dalam rupa warna liturgi, baik yang berkaitan dengan
pakaian maupun hiasan. Selama Adven warna liturgi yang ditampilkan adalah ungu, yang
melambangkan penantian dalam suasana waspada sekaligus gembira dan berharap dalam
merayakan Natal. Selama Adven lagu Te Deum (Pujian Kepada Allah) dan Gloria (Kemuliaan)
ditiadakan.
d. Pelaksanaan
Adven sebagai masa penantian kedatangan Tuhan dapat dilaksanakan dalam suasana
harapan dan kegembiraan, dengan aneka kegiatan yang mendukung baik yang bersifat jasmani
maupun rohani. Aspek jasmani tampak dalam kesibukan umat untuk mulai menyiapkan pernik-
pernik Natal, antara lain menyiapkan gua Natal dan pohon terang dengan lampunya yang
indah, menyiapkan kado dan pakaian yang akan digunakan untuk merayakan Natal, bahkan
lagu-lagu bernuansa Natal mulai diperdengarkan. Tidak hanya itu, umat mulai memikirkan untuk
melaksanakan aksi Natal bagi saudara-saudara yang kecil, lemah. miskin dan tersingkir
(KLMT), baik yang hidup di tempat kumuh, panti asuhan, panti wreda, maupun daerah tertinggal
yang membutuhkan uluran kasih. Aspek rohani diharapkan menjadi kegiatan yang lebih penting
daripada aspek jasmani, baik yang dilakukan secara pribadi, dalam keluarga, maupun di
lingkungan. Aspek rohani diupayakan dengan cara meningkatkan frekuensi doa pribadi dan
bersama, membaca Kitab Suci pribadi dan bersama, terlibat dalam pendalaman bahan Adven
serta menerima sakramen Pengampunan Dosa.
Semua itu dilakukan sebagai upaya umat untuk menghayati persiapan diri dan hidupnya
agar semakin pantas menantikan kedatangan Tuhan yang kedua dan merayakan Natal yang
membawa kedamaian di bumi dan bagi semua manusia.

4
4. Pendalaman materi
Di akhir pertemuan, pemandu memberikan waktu tanya jawab kepada umat.
5. Penutup
a. Penyalaan Lilin Korona Adven dan Doa Syukur atas habitus baru
b. Doa Penutup: dibuat sendiri, yang berisi:
- Terima kasih atas penyertaan Allah selama pertemuan
- Umat mampu memahami makna Adven dalam hidupnya sebagai umat beriman.
c. Lagu Penutup (dipilih sesuai dengan tema pertemuan)

5
Pertemuan Kedua
TANGGUNGJAWAB KELUARGA DALAM GEREJA
Tujuan:
Umat semakin memahami tanggungjawab keluarga dalam Gereja

1. Pembuka
a. Lagu Pembuka: dipilih sesuai dengan tema pertemuan
b. Doa Pembuka: dibuat sendiri, yang berisi:
- Ungkapan syukur atas pertemuan Adven kedua
- Mohon terang Roh Kudus agar umat mampu memahami tanggungjawab keluarga dalam
Gereja.
2. Pengantar
Keuskupan Agung Semarang, melalui Arah Dasar 2006-2010, telah menetapkan fokus pastoral
dalam setiap tahunnya. Pada tahun 2006 umat diajak mengenal Ardas KAS, tahun 2007 fokus
patoralnya pada keluarga sebagai basis hidup beriman, tahun 2008 fokus pastoralnya pada anak
dan remaja yang terlibat untuk pengembangan umat, pada tahun 2009 kaum muda yang terlibat
untuk pengembangan umat, dan pada tahun 2010 umat diajak untuk mensyukuri habitus barunya.
Ketiga fokus pastoral (keluarga, anak dan remaja, serta kaum muda) akan dilihat dan dipahami
sebagai keluarga, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak.
Keluarga Katolik merupakan sel terkecil dari Gereja. Keluarga katolik tidak hanya peduli
dengan kepentingan keluarganya sendiri, tetapi ikut terlibat dalam kehidupan umat beriman di
lingkungan, wilayah, stasi, dan parokinya. Keluarga Katolik tidak hanya menjadi tempat anak
bertumbuh secara fisik, tetapi bertumbuh secara psikis, moral, sosial, dan spiritual, baik secara
konsep maupun dalam praktek. Keluarga Katolik menjadi tempat berkembangnya kepribadian dan
iman anak secara utuh dan menyeluruh, termasuk ketika anak harus mencari dan menemukan
panggilan Allah, baik menjadi imam, biarawan-biarawati, maupun hidup berkeluarga.

3. Pertanyaan Awal
a. Apa yang dimaksud dengan keluarga Katolik?
b. Sebutkan tanggungjawab keluarga Katolik?
c. Apa yang telah Anda lakukan sebagai keluarga Katolik untuk mengembangkan Gereja
(lingkungan, wilayah, stasi, dan paroki)?

4. Materi
a. Keluarga Katolik.
Gereja berharap bahwa hidup berkeluarga dipahami dan dihayati sebagai yang luhur dan
suci, didasarkan pada perkawinan Katolik yang sah. Keabsahan perkawinan Katolik
pertama-tama terletak pada perkawinan yang terjadi di hadapan imam dan dua orang
saksi, bukan pada misa atau tidak misa. Perkawinan Katolik dikatakan sakramen kalau
dilakukan oleh dua orang yang telah dibaptis serta bersifat monogam (satu dengan satu,
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan) dan tak terceraikan (untuk selama hidup).
Kebersamaan hidup yang didasarkan pada perkawinan Katolik hendaknya dipahami dan
dihayati dalam persekutuan suami-isteri yang mesra. Kemesraan ini hanya dapat terjadi
kalau keduanya mengembangkan hubungan pribadi yang didasarkan pada kasih, karena
keduanya melambangkan hubungan Kristus dengan Gereja-Nya (Ef 5:22-35). Tujuannya
tidak lain adalah kesejahteraan suami-isteri serta kelahiran dan pendidikan anak.
Keluarga Katolik diharapkan menjadi komunitas kehidupan dan kasih, yang ditandai
dengan sikap hormat dan syukur terhadap anugrah kehidupan serta kasih timbal-balik dari

6
semua anggota keluarga (GS 48). Situasi seperti inilah yang menjadi upaya setiap keluarga
Katolik, yaitu menjadikan keluarganya sebagai Gereja kecil yang guyub dan dijiwai iman.
b. Tanggungjawab keluarga
1) Keluarga menjadi tempat pendidikan pertama dan utama
Keluarga Katolik tidak hanya menjadi tempat anak bertumbuh secara fisik, tetapi bertumbuh
secara psikis, moral, sosial, dan spiritual, baik secara konsep maupun dalam praktek.
Keluarga Katolik menjadi tempat berkembangnya kepribadian dan iman anak secara utuh
dan menyeluruh, termasuk ketika anak harus mencari dan menemukan panggilan Allah,
baik menjadi imam, biarawan-biarawati, maupun hidup berkeluarga. Itulah sebabnya
keluarga Katolik diyakini sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama.
a) Keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama.
Sebelum menjalani pendidikan di luar rumah, anak mengalami pendidikan di rumah
bersama dengan orangtuanya sendiri. Segala pendidikan yang dilakukan orangtua
terhadap anaknya dipahami dan dihayati sebagai konsekuensi atas perkawinan dan
kelahiran anak. Inilah hak dan kewajiban orangtua yang tidak boleh diingkari (GE 3).
b) Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama.
Ketika anak mulai mendapatkan pendidikan formal di luar rumah, keluarga tetap
menjadi tempat pendidikan yang utama. Pendidikan formal di luar rumah tidak
menggantikan, tetapi melengkapi pendidikan yang terjadi di rumah, yang dilakukan
oleh orangtua. Orangtua adalah pendidik yang utama dan pertama, yang tidak
tergantikan oleh pendidik formal di luar rumah (FC 36).
2) Keluarga menjadi tempat pembenihan dan pengembangan panggilan hidup
Sebagai tempat pendidikan yang pertama dan utama, keluarga diharapkan mampu
mengembangkan kepribadian dan iman anak-anak, sehingga kelak menjadi pribadi
dewasa. Kedewasaan pribadi dan iman ini dapat diupayakan melalui penanaman aneka
keutamaan hidup, baik keutamaan manusiawi maupun keutamaan kristiani. Melalui
penanaman aneka keutamaan inilah, keluarga mampu menjadikan dirinya sebagai
tempat pembekalan yang sangat penting dan menentukan demi pengembangan diri
dan hidup bagi semua anggota keluarga, khususnya ketika menatap masa depan.
Demikian pula bagi anak-anak, keluarga diharapkan menjadi tempat pembenihan dan
pengembangan panggilan hidup bagi mereka di masa depan, baik menjadi imam,
biarawan-biarawati, maupun hidup berkeluarga.
a) Pengembangan keutaman-keutamaan manusiawi
Keluarga perlu mengupayakan relasi yang baik, harmonis, dan timbal-balik antar
anggota keluarga, demi kepentingan bersama. Semua anggota keluarga memahami dan
menghayati hak dan kewajibannya masing-masing sebagai anggota keluarga. Orangtua
mampu mengasihi anak-anak tanpa syarat dan penuh keteladanan, sebaliknya anak-
anak mampu mengasihi orangtua dengan penuh kesungguhan hati dan ketaatan.
Situasi seperti ini sangat menguntungkan untuk menumbuhkembangkan aneka
keutamaan manusiawi dalam kebersamaan semua anggota keluarga.
Di satu pihak, orangtua tidak hanya menuntut tetapi juga memberikan teladan baik bagi
anak-anaknya, di lain pihak, anak-anak merasa tidak hanya dituntut tetapi dengan
penuh kesadaran menumbuhkembangkan aneka keutamaan itu dalam diri dan
hidupnya, baik yang bersifat personal (kesehatan, kerapian, ketekunan, dan
sebagainya) maupun yang bersifat sosial (kesopanan, keramahtamahan,
keterbukaan, keadilan, dan sebagainya).
b) Pengembangan keutamaan-keutamaan kristiani
Sebagai Gereja mini, keluarga Katolik diharapkan menjadi sekolah kesucian dan
kemuridan yang mengajarkan jalan-jalan Allah dan nilai-nilai Injil bagi semua

7
anggotanya. Saat ini, keluarga Katolik mengalami banyak kesulitan untuk menjadi
sekolah kesucian dan kemuridan tersebut, dengan berbagai alasan, yaitu orangtua sibuk
bekerja untuk mencari nafkah, orangtua sibuk dengan aktivitasnya di luar rumah,
anak-anak sibuk belajar dan kesibukan lain, berkembangnya arus-arus zaman yang
menguasai keluarga, dan sebagainya. Semuanya itu berpengaruh dalam kehidupan
keluarga Katolik sehingga keluarga merasa sulit mencari dan menyediakan waktu
khusus untuk mengembangkan iman.
Pengembangan iman ini dapat dilakukan dengan menumbuhkembangkan aneka
keutamaan kristiani, baik orangtua maupun anak-anak. Keutamaan-keutamaan
kristiani ini meliputi berdoa, berdevosi, membaca dan merenungkan Kitab Suci,
merayakan sakramen-sakramen dengan pantas dan setia, khususnya perayaan
Ekaristi, dan sebagainya.
3) Cita-cita keluarga
Keluarga Katolik diharapkan mampu menjadi Gereja mini, dengan panggilan dan
perutusannya yang khas, yaitu mewujudkan Kerajaan Allah di dunia ini. Salah satu cara
yang dapat dilakukan keluarga adalah semua anggota keluarga mau terlibat secara aktif
dengan kehidupan Gereja. Keterlibatan jangan diartikan bahwa semua anggota keluarga
harus terlibat dengan semua kegiatan sehingga menyita banyak waktu untuk kepentingan
diri sendiri dan keluarga. Keterlibatan lebih dipahami sebagai aku mengambil bagian dalam
salah satu atau salah dua dari kegiatan-kegiatan yang ada, baik sebagai umat maupun
pengurus, baik kegiatan pribadi maupun bersama, baik di tingkat lingkungan, wilayah, stasi,
maupun paroki. Masing-masing anggota keluarga dapat menentukan sendiri jenis kegiatan
yang akan diikuti, berdasarkan kemampuan, minat, dan sebagainya, agar dia mampu
melakukan kegiatan tersebut dengan suka cita, kesungguhan dan ketulusan hati. Dia
mampu menghidupi dan bertanggungjawab atas kegiatan yang diikutinya.
Keterlibatan anggota keluarga ini jangan hanya dipahami sebagai yang penting ikut atau
terlibat, grubyak-grubyuk dengan lainnya, daripada nganggur di rumah karena tidak ada
kegiatan, dan sebagainya, tetapi hendaknya dipahami dan dihayati sebagai keterlibatan
yang didasarkan pada panggilan dan perutusan Yesus serta digerakkan oleh Roh Allah.
Daya inilah yang diharapkan dapat mendorong dan memurnikan keterlibatan anggota
keluarga.
Mungkinkah keluarga Katolik tetap mampu mengembangkan iman dan keterlibatannya di
tengah dunia yang dikuasai oleh semangat materialistis, hedonistis, konsumeristis,
sekularistis, serta perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat canggih?
Mungkinkah keluarga Katolik masih mengembangkan kebiasaan doa bersama ketika televisi
dan internet membuat anak-anak dan orangtua terpaku berjam-jam di depannya?
Mungkinkah keluarga masih mampu berhubungan dengan yang ilahi ketika HP berbunyi
atau HP digunakan untuk SMS atau telepon ketika merayakan Ekaristi? Inilah tantangan
keluarga Katolik sekarang, masih banyak lagi tantangan yang akan dialami bersama dengan
perkembangan zaman.

5. Pendalaman Materi
Pada akhir pertemuan, pemandu memberikan waktu tanya jawab kepada peserta.
6. Penutup

a. Penyalaan Lilin Korona Adven dan Doa Syukur atas habitus baru
b. Doa Penutup: dibuat sendiri, yang berisi:
- Terima kasih atas penyertaan Allah selama pertemuan
- Umat mampu memahami tanggungjawab keluarga dalam Gereja
c. Lagu Penutup (dipilih sesuai dengan tema pertemuan)

8
Pertemuan Ketiga
PANGGILAN KELUARGA DALAM
MEWUJUDKAN IMAN DI MASYARAKAT

Tujuan
Umat mensyukuri panggilan hidup keluarga dalam mewujudkan iman di tengah masyarakat.

1. Pembuka
a. Lagu Pembuka: dipilih sesuai dengan tema pertemuan
b. Doa Pembuka: dibuat sendiri, yang berisi:
- Ungkapan syukur atas pertemuan Adven ketiga.
- Mohon terang Roh Kudus agar umat mampu mensyukuri panggilan keluarga dalam
mewujudkan iman di tengah masyarakat.
2. Pengantar
Keluarga Katolik, sebagai Gereja mini, yang hidup di tengah masyarakat menerima panggilan dan
perutusan yang khas untuk mewartakan Kerajaan Allah, dalam segala segi kehidupan manusia.
Kekhasan panggilan dan perutusan di tengah masyarakat ini adalah menyucikan dunia dan
mengupayakan kesejahteraan masyarakat. Tugas ini tidak mudah, sehingga memerlukan komitmen
dan keterlibatan banyak pihak yang berkehendak baik untuk terlibat di dalamnya. Keluarga Katolik
tidak boleh hanya berpangku tangan menyaksikan ketidaknyamanan dunia yang kita tempati,
karena terjadinya kemerosotan moral masyarakat. Semua hanya berpikir tentang kepentingan diri
sendiri dan kelompoknya, tanpa memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan bersama.

3. Pertanyaan Awal
a. Sebutkan tugas-tugas keluarga Katolik dalam mewartakan Kerajaan Allah di tengah
masyarakat?
b. Apa yang sudah Anda lakukan di tengah masyarakat sebagai wujud syukur kita atas tugas-
tugas tersebut?

4. Materi
a. Panggilan keluarga Katolik hidup di tengah masyarakat
Keluarga Katolik, sebagai Gereja mini, diharapkan hadir di tengah masyarakat luas karena
keluarga Katolik hidup di tengah masyarakat dan menjadi bagian yang tak terpisahkan
dengan masyarakat. Keduanya sangat erat berhubungan dan saling mempengaruhi.
Kehadiran keluarga Katolik dapat mempengaruhi suasana hidup masyarakat, sebaliknya
masyarakat sangat mudah mempengaruhi cara hidup keluarga Katolik. Jika ini yang terjadi,
lalu apa yang dapat dilakukan keluarga Katolik?
Dalam Familiaris Consortio, Paus Yohanes Paulus II mengatakan bahwa dewasa ini
keluarga Katolik mengalami krisis ganda, yaitu di satu pihak, terjadi peningkatan kesadaran
tentang martabat manusia, di lain pihak, terjadi kemerosotan atas nilai-nilai dasar yang
berkaitan dengan kehidupan manusia, antara lain moralitas perkawinan, pengguguran,
seksualitas, keluarga, dan sebagainya. Nota Pastoral Keuskupan Agung Semarang tahun
2003 ” MENGHAYATI IMAN DALAM ARUS-ARUS BESAR ZAMAN INI” juga menyebutkan
tantangan-tantangan zaman yang mengusai kehidupan keluarga Katolik saat ini, yaitu
sekularisme (memutlakkan otonomi hal-hal duniawi tanpa keterbukaan kepada yang ilahi),
materialisme (mengumpulkan harta atau uang sebanyak-banyaknya karena ada anggapan
inilah yang memberi keselamatan), hedonisme (mengagung-agungkan kesenangan dan
kenikmatan badani), dan konsumerisme (dengan harta atau uang orang dapat membeli
apa pun, bukan karena kebutuhan tetapi lebih pada gengsi atau harga diri). Inilah aneka
kemerosotan yang mempengaruhi dan bahkan menggerogoti penghayatan hidup dan iman
keluarga Katolik.

9
Keberadaan keluarga Katolik tidak dapat dilepaskan dengan keadaan masyarakat dan
perkembangan zaman. Di satu pihak, keluarga Katolik diajak untuk menyikapi dengan
bijaksana situasi masyarakat dan perkembangan zaman, di lain pihak, keluarga Katolik
berupaya untuk mengatasi kemerosotan-kemerosotan yang dapat menghalangi
pembangunan dan kesejahteraan masyarakat, sebagai bentuk kesaksian dari murid-murid
Yesus di tengah masyarakat (Yak 2:17). Di sini, keluarga Katolik hendaknya tidak bekerja
sendirian, tetapi sebaiknya mengikutsertakan sebanyak mungkin orang yang ada di
sekitarnya agar tidak muncul kesan ”mengkristenkan”. Kita bersyukur kalau banyak orang
terlibat mengatasi kemerosotan-kemerosotan tersebut agar terwujud kesejahteraan
masyarakat.
b. Iman yang terwujud di tengah Masyarakat
Keluarga Katolik hidup di tengah masyarakat yang sedang menghadapi tantangan dan
keprihatinan zaman ini. Apa yang sebaiknya dilakukan oleh keluarga-keluarga Katolik untuk
mewujudkan imannya? Salah satu cara adalah melibatkan dirinya dalam kancah
perjuangan untuk mengupayakan kesejahteraan masyarakat, dengan mengangkat
keluhuran martabat manusia, mengembangkan semangat solidaritas terhadap KLMT, dan
memelihara keutuhan ciptaan.
1) Keluarga Katolik mengangkat keluhuran martabat manusia
Dewasa ini, keluhuran martabat manusia sering dilecehkan atau bahkan dianggap tidak
ada oleh banyak orang, baik dalam bentuk kekerasan, pembunuhan, dan ketidakadilan.
Banyak peristiwa telah terjadi yang mengarah pada tindak pelecehan ini. Pelakunya
adalah orang-orang beragama. Orang begitu mudah bercerai, selingkuh dengan
mempunyai PIL atau WIL, melakukan pengguguran, melakukan tindak KDRT dengan
menganiaya anak dan pasangannya, membunuh orang lain dengan berbagai cara dan
alasan (termasuk demi agama), dan sebagainya. Sangat memilukan dan
memprihatinkan.
Semuanya itu terjadi karena orang hanya berpikir dengan sudut pandangnya sendiri,
hanya mementingkan kepuasaan diri sendiri, sehingga tidak mau mendengarkan
pandangan orang lain dan menghargai kepentingan orang lain. Orang menjadi egois.
Biasanya, orang egois tidak berpikir bahwa orang lain itu pantas dihormati sebagai
manusia yang diciptakan menurut citra Allah (Kej 1:26-28), yang bermartabat luhur dan
mulia.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengangkat keluhuran martabat manusia, antara
lain menghargai kehidupan, menghargai kesetaraan laki-laki dan perempuan sebagai
suami-isteri, menjauhkan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), menghargai
keberagaman yang ada di antara warga masyarakat dalam semangat kasih dan
kerukunan, dan sebagainya. Inilah yang harus diperjuangkan oleh keluarga-keluarga
Katolik agar masyarakat juga mampu mengupayakan hal yang sama demi
kesejahteraan masyarakat.
2) Keluarga Katolik mengembangkan semangat solidaritas terhadap KLMT
Negara kita sebenarnya kaya dalam segalanya (gemah ripah loh jinawi) yang dapat
membuat rakyat hidup layak, bahkan makmur, tetapi yang terjadi justru sebaliknya,
yaitu rakyat tetap terbelakang dan miskin. Miskin lebih dilihat sebagai tidak mempunyai
harta atau hidup serba berkekurangan, dengan menjadi gelandangan, pengamen,
pengemis, pengungsi, dan sebagainya. Penyebabnya juga dapat bermacam-macam,
antara lain pengangguran, penggusuran, bencana alam, penindasan, ketidakadilan, dan
sebagainya. Orang-orang seperti inilah yang dianggap sebagai kaum KLMT (Kecil,
Lemah, Miskin, dan Tersingkir). Apa yang dapat dilakukan bagi mereka?
Selama ini Gereja Katolik senantiasa berpihak pada kalum KLMT ini, dengan keyakinan
dasarnya yang berbunyi “option to the poor”. Keyakinan inilah yang senantiasa
diperjuangkan, sehingga gerakan nyata yang dapat dilihat adalah nama yayasan gereja
10
di KAS adalah PGPM (Pengurus Gereja dan Papa Miskin), 10% dari kolekte umum dan
amplop persembahan disisihkan untuk membantu kaum KLMT, hasil APP yang
dikumpulkan selama masa Prapaska juga dipergunakan untuk pemberdayaan kaum
KLMT, dan sebagainya.
Keluarga Katolik, sebagai anggota Gereja dan sekaligus anggota masyarakat, diajak untuk
berperan serta dalam mengentaskan kemiskinan mereka. Keterlibatan ini dapat berupa
kegiatan sosial karitatif, pemberdayaan, penyediaan lapangan kerja, pemberian beasiswa,
kesediaan menjadi orangtua asuh, dan sebagainya. Inilah semangat berbagi dan solidaritas
yang diharapkan tumbuh dan berkembang dalam keluarga Katolik, demi kesejahteraan
masyarakat. Keutamaan seperti inilah yang harus berkembang dalam diri dan hati semua
anggota keluarga Katolik.
3) Keluarga Katolik memelihara keutuhan ciptaan
Isu aktual dewasa ini adalah pemanasan global (global warming). Dunia terasa semakin
panas, yang mencairkan es di kutub utara dan selatan sehingga volume air naik ke
seluruh permukaan bumi serta beberapa daratan rendah dan pulau tenggelam.
Penyebab pemanasan global adalah terjadinya kerusakan lingkungan hidup yang
dikarenakan oleh kerakusan manusia. Kerusakan lingkungan ini menyebabkan aneka
bencana alam, yaitu banjir, tanah longsor, gempa bumi, kebakaran hutan, dan
sebagainya.
Keluarga Katolik diharapkan mempunyai hati untuk terlibat mengurangi atau justru
mengatasi kerusakan lingkungan hidup tersebut. Beberapa cara dapat ditempuh, antara
lain menjadi tani lestari dengan nuansa organiknya, mengelola sampah, melakukan
gerakan hemat air bersih serta hemat energi listrik dan BBM, mengurangi pemakaian
plastik, menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, menanam pohon pada lahan-
lahan kritis, dan sebagainya.

5. Mensyukuri perutusan keluarga Katolik di tengah masyarakat


Segala sesuatu yang dilakukan oleh keluarga Katolik di tengah masyarakat sungguh diyakini
sebagai bentuk kesaksian nyata yang harus disyukuri. Keluarga Katolik mampu menjadi garam
dan terang (Mat 5:13-16) bagi masyarakat sekitar. Masyarakat akan mengenal dan mencintai
Gereja Katolik karena keluarga Katolik yang dipandang baik dan mau bersaudara dengan
semua warga masyarakat serta terlibat dengan kehidupan masyarakat. Keluarga Katolik
merupakan unsur terpenting untuk mewujudkan Gereja di tengah masyarakat yang sangat
beragam.
Sudahkah keluarga-keluarga Katolik melaksanakannya, sebagai bentuk penyadaran akan
panggilan dan perutusan menjadi saksi-saksi Kristus di tengah kehidupan masyarakat?
Sudahkah keluarga-keluarga Katolik mengajak dan memberdayakan semua anggota
keluarganya untuk terlibat di tengah masyarakat? Pertanyaan reflektif ini menjadi salah satu
tolok ukur untuk dapat mensyukuri apa yang telah dilakukan keluarga-keluarga Katolik dewasa
ini.

6. Pendalaman Materi
Pada akhir pertemuan, pemandu memberikan waktu tanya jawab kepada peserta.

7. Penutup
a. Penyalaan Lilin Korona Adven dan Doa Syukur atas habitus baru
b. Doa Penutup: dibuat sendiri, yang berisi:
Terima kasih atas penyertaan Allah selama pertemuan
Umat mampu memahami panggilan keluarga dalam mewujudkan iman di tengah
masyarakat.
c. Lagu Penutup (dipilih sesuai dengan tema pertemuan)

11
Pertemuan Keempat
MENELADAN MARIA
DALAM PEMBARUAN HIDUP BERIMAN
Tujuan
Umat mampu membuat pembaruan hidup beriman,
baik melalui keteladanan hidup maupun berdevosi kepada Maria

1. Pembuka
a. Lagu Pembuka: dipilih sesuai dengan tema pertemuan
b. Doa Pembuka: dibuat sendiri, yang berisi:
- Ungkapan syukur atas pertemuan Adven keempat.
- Mohon terang Roh Kudus agar Umat mampu membuat pembaruan hidup beriman, baik
melalui keteladanan hidup maupun berdevosi kepada Maria

2. Pengantar
Karya keselamatan Allah, dalm diri Yesus Kristus, tidak dapat dilepaskan dari peran Maria.
Kesediaan Maria menerima panggilan Allah menjadi bunda Yesus, baik dalam hati, pikiran, maupun
tubuhnya menjadi awal terjadinya karya keselamatan-Nya. Maria mengandung Putera tunggalnya
dari kuasa Roh Kudus sebagai wujud kesediaannya untuk mengambil bagian dalam karya
keselamatan Allah bagi semua orang. Maka, sudah sepantasnya kalau Maria dihormati oleh Gereja
dengan kebaktian yang khas dan istimewa sambil mencontoh keteladanan hidupnya (LG 66)
karena dia sendiri yang mengarahkan Gereja kepada Yesus.

3. Pertanyaan Awal
a. Mengapa Maria ditempatkan secara istimewa dalam Gereja Katolik?
b. Sebutkan peristiwa-peristiwa dalam Kitab Suci yang menempatkan peran Maria?

4. Materi
Adven menjadi saat yang istimewa bagi kita untuk merenungkan karya keselamatan Allah, yang
tampak dalam diri Yesus Kristus. Allah berkehendak untuk memperbarui manusia yang jatuh dalam
dosa menjadi ciptaan yang “sungguh amat baik” (Kej 1:31). Berulang kali Allah berbicara kepada
manusia melalui para nabi, kini Ia hadir secara pasti dalam diri Yesus Kristus (Ibr 1:1-2). Kehadiran
yang membawa pembaruan dan tidak dapat dilepaskan dari peran seorang perempuan, yang
bernama Maria. Siapakah Maria dan bagaimana perannya?
a. Maria tumbuh dalam bimbingan orangtuanya
Menurut tradisi, Maria adalah anak Yoakim dan Anna. Mereka tinggal di daerah Sepforis (tidak
disebut dalam Perjanjian Baru). Ketika Maria dilahirkan sekitar tahun 18 SM, bangsa Romawi
menduduki wilayah utara Palestina yang dikenal sebagai Galilea. Ketika kota Sepforis habis
terbakar, Yoakim, Anna, dan Maria mengungsi ke desa kecil bernama Nasaret, kira-kira 6,5 km
sebelah tenggara Sepforis. Ketika Maria lahir, Yoakim dan Anna mempersembahkan dia
kepada Allah melalui imam Zakaria di Bait Allah. Maria tumbuh di bawah asuhan imam Zakaria
dalam adat dan tradisi Yahudi yang kuat. Ketika Maria berumur 14 tahun, dia sudah dianggap
dewasa dan dipertunangkan dengan Yusuf.
Kitab Suci kita tidak banyak bercerita tentang kehidupan Maria sebelum menerima kabar
gembira dari malaikat Gabriel. Kita hanya dapat membayangkan bagaimana kehidupan dan
pendidikan yang diterima Maria dalam keluarganya. Aneka keutamaan hidup Maria, misalnya
kesederhanaan, kesetiaan, ketekunan, pasti tidak muncul begitu saja dari dirinya tetapi hasil
dari pendidikan orangtuanya. Maria dididik sedemikian rupa sehingga aneka keutamaan hidup

12
tersebut sungguh tumbuh dan berkembang dalam diri dan hidupnya sebagai bekal hidup ketika
berhadapan dengan panggilan Allah.
Salah satu keutamaan hidup yang paling menonjol adalah kesederhanaan. Kesederhanaan
Maria tampak dalam kehidupannya sehari-hari, baik dalam kata maupun perbuatan.
Kesederhanaan ini menjadikan Maria tidak sombong, tetapi yang tampak berkembang justru
kerendahan hatinya berhadapan dengan kenyataan hidup yang harus dijalani, misalnya
keterbukaan hati menerima panggilan Allah untuk mengandung dan melahirkan Yesus (Luk
1:26-38), ketulusan hati untuk memperhatikan dan membantu orang lain (Luk 1:39-56; Yoh 2:1-
11), ketaatan terhadap hukum Taurat (Luk 2:21-40.41-52), ketabahan hati untuk mendampingi
Puteranya yang menderita sampai di bawah kayu salib (Yoh 19:25-27), kesetiaan untuk
mendampingi para murid Yesus yang menantikan kedatangan Roh Kudus (Kis 1:12-14). Maria
menerima dan melaksanakan semua peristiwa itu tanpa berulah, tetapi dengan gembira,
senyum, ketulusan, dan penuh kepasrahan. Inilah bentuk kesederhanaan Maria.
b. Fiat Voluntas Tua (jadilah padaku menurut perkataan-Mu)
Jawaban Maria atas panggilan Allah “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah
padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38) mengakhiri percakapan antara Maria dan malaikat
Gabriel yang sangat menentukan sejarah keselamatan manusia. Maria menjawab dengan
mantap dan penuh kebebasan, bukan keterpaksaan. Jawaban Maria menjadi jawaban dan
keputusan yang membuka babak baru dalam karya keselamatan Allah, meski ia sadar akan
konsekuensi atas jawaban tersebut. Konsekuensi yang diterima tidaklah ringan karena ia harus
memasuki lorong-lorong yang gelap dalam hidupnya. Ia harus berjalan melaksanakan
kehendak Allah tanpa mengetahui apa yang sebenarnya akan terjadi. Ia berhadapan dengan
banyak hal yang tidak diketahuinya karena kehendak Allah sungguh misteri.
Jawaban Maria dapat dipahami sebagai satu keutamaan bahwa ia berani meninggalkan
kepentingan pribadi dan menomorsatukan kehendak Allah. Jawaban ini dapat menjadi contoh
sikap orang beriman, yaitu berani meninggalkan kepentingan dirinya dengan penuh kesadaran.
Hal ini tentu berbeda dengan kecenderungan orang pada umumnya, yang selalu menghitung
untung rugi dalam segala hal. Orang lebih suka menjawab “tidak” terhadap hal-hal yang
merugikan kepentingan pribadi dan menjawab “ya” terhadap hal-hal yang menguntungkan.
c. Per Mariam ad Jesum (melalui Maria sampai kepada Yesus)
Karya keselamatan Allah memuncak pada diri Yesus Kristus, yang dikandung dan dilahirkan
dari seorang perawan dan diberi nama Imanuel (Mat 1:23 lih. Yes 7:14). Perawan itu adalah
Maria. Keberadaan dan peranan Maria dalam karya keselamatan Allah dan keterkaitan Maria
dengan Puteranya Yesus tidaklah diragukan. Maka sudah sepantasnya kalau Maria ditetapkan
menjadi Bunda Allah yang mengantar umat beriman sampai kepada Yesus Puteranya
sepanjang masa. Itulah sebabnya Bunda Maria juga disebut Bunda Gereja.
Keberadaan dan peran Bunda Maria yang penting ini diakui oleh Gereja Katolik, sehingga
Gereja memberikan penghormatan yang khusus dan istimewa dalam liturgi Gereja sebanyak 15
kali, baik hari raya, pesta, maupun peringatan. Selain itu, ada kebiasaan umat beriman untuk
berdoa rosario setiap hari pada Mei dan Oktober. Penghormatan kepada Bunda Maria tidak
hanya berhenti pada hal-hal yang berkaitan dengan liturgi dan berdoa rosario, tetapi sampai
pada pengakuan bahwa Bunda Maria adalah pengantara rahmat bagi umat beriman.
Kepengantaraan Bunda Maria tentu tidak akan mengambil alih kepengantaraan Yesus Kristus,
sebagai satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia, seperti dikatakan oleh santo
Paulus “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan
manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi
semua manusia” (1Tim 2:5-6). Kepengantaraan Bunda Maria adalah mengundang umat
beriman agar mendekatkan diri kepada Yesus Kristus, sehingga boleh mengalami rahmat
keselamatan-Nya, dengan ungkapan yang khas per Mariam ad Jesum.
Keberadaan Bunda Maria dalam Gereja Katolik tampak dalam rumusan Lumen Gentium 67
“Konsili mendorong putera Gereja, supaya mereka dengan rela hati mendukung kebaktian

13
kepada Santa Perawan, terutama yang bersifat liturgis... selanjutnya hendaklah kaum beriman
mengingat, bahwa bakti yang sejati tidak terdiri dari perasaan yang mandul dan bersifat
sementara, tidak pula dalam sikap mudah percaya tanpa dasar. Bakti itu bersumber pada iman
yang sejati, yang mengajak kita untuk mengaku keunggulan Bunda Allah, dan mendorong kita
untuk sebagai putera-puteranya mencintai Bunda kita dan meneladan keutamaan-
keutamaannya.” Rumusan tersebut mengandung tiga hal yang saling terkait, yaitu 1) Gereja
menghormati atau berdevosi kepada Bunda Maria, 2) umat beriman diajak berdevosi secara
benar, dan 3) umat beriman diajak mencintai dan meneladan Bunda Maria.
Penghormatan atau berdevosi kepada Bunda Maria berbeda ketika Gereja Katolik menghormati
dan bersembahsujud kepada Yesus Kristus. Penghormatan kepada Bunda Maria tidak
mengganti sembah-sujud kepada Yesus Kristus karena Dia satu-satunya pengantara kepada
Allah. Sebagai pengantara, Maria adalah ”sarana rahmat” yang ditempatkan di bawah Yesus
Kristus. Itulah sebabnya, Gereja Katolik mengajak umat beriman untuk menghormati Maria
secara benar. Ajakan ini bukan berarti bahwa umat beriman mengurangi devosinya kepada
Bunda Maria, baik dalam bentuk ziarah ke gua Maria, berdoa rosario, berdoa litani kepada
Bunda Maria, maupun novena tiga Salam Maria, tetapi menempatkan Bunda Maria sesuai
dengan perannya. Ada banyak contoh sederhana tapi perlu dipikirkan lagi, agar devosi kepada
Bunda Maria menjadi benar, antara lain: umat beriman berdoa rosario ketika mengikuti
perayaan Ekaristi, umat beriman lebih mengutamakan ziarah ke gua Maria dibanding mengikuti
perayaan Ekaristi Minggu (padahal di tempat ziarah tidak ada Ekaristi), umat beriman
memperlakukan tempat ziarah untuk maksud tertentu yang bersifat magis, dan sebagainya.
d. Meneladan Maria dalam melaksanakan perutusan sebagai agen pembaru dan saluran
berkat
Melalui sakramen Baptis dan Penguatan atau Krisma yang telah diterima, umat beriman diajak
untuk menyadari diri dan hidupnya akan panggilan dan perutusan untuk mewartakan
keselamatan Allah di dunia, seperti sabda Yesus “Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah
Injil kepada segala makhluk” (Mrk 16:15). Warta keselamatan Allah yang disampaikan selalu
mengandung aspek pembaru dan berkat. Umat beriman yang diutus mewartakan keselamatan
Allah berarti diutus untuk menjadi agen pembaru dan saluran berkat bagi siapa pun, tanpa
terkecuali, baik dalam kata maupun perbuatan. Menjadi agen pembaru dan saluran berkat
bukan hanya teori tetapi penghayatan pribadi yang nyata sebagai bentuk kesaksian hidupnya.
Semua ini dapat terjadi kalau umat beriman mau dan berani mengembangsuburkan aneka
keutamaan hidup, seperti yang dihayati oleh Bunda Maria. Semoga, dengan aneka keutmaan
yang berkembang dalam diri dan hidup Bunda Maria, umat beriman mampu menjadi agen
pembaru dan saluran berkat bagi banyak orang.
Berdasarkan semangat Bunda Maria, umat beriman mampu mewartakan keselamatan Allah di
tengah masyarakat yang sedang mengalami berbagai krisis karena ketidakadilan, penindasan,
kemiskinan, penderitaan, perusakan lingkungan hidup, perang, dan sebagainya. Semoga
kehadiran umat beriman membawa sukacita dan kedamaian sehingga terbentuklah habitus
baru yang mendukung terciptanya kesejahteraan masyarakat.

5. Pendalaman Materi
Pada akhir pertemuan, pemandu memberikan waktu tanya jawab kepada peserta.
6. Penutup
a. Penyalaan Lilin Korona Adven dan Doa Syukur atas habitus baru
b. Doa Penutup: dibuat sendiri, yang berisi:
- Terima kasih atas penyertaan Allah selama pertemuan
- Umat mampu membuat pembaruan hidup beriman, baik melalui keteladanan hidup maupun
berdevosi kepada Maria
c. Lagu Penutup: sesuai dengan tema atau alternatif lagu berjudul ”Maria, Hamba Allah Bunda
Gereja”, cipt. J. Pujasumarta, Pr.

14
LAMPIRAN
Ritus Penyalaan Lilin Korona Adven
Refren : Datanglah Tuhan Allahku, selamatkanlah umat-Mu.
P: Ya Bapa, berbelaskasihlah kepada kami,
Hamba-Mu yang merindukan Putera-Mu,
Nyalakanlah harapan kami yang gelap ini,
nyalakanlah harapan kami (Lilin adven dinyalakan).
Bagaikan nyala lilin yang semakin terang,
Sampai kami berjumpa dengan Juru Selamat kami,
Yang terbaring di palungan suci.
Angkatlah tanganMu yang mungil, Putra Allah yang Agung,
Berkatilah seluruh umatMu
Ajarilah kami untuk selalu bersyukur
atas Habitus Baru yang sudah kami kembangkan,
Sehingga kami siap sedia bertekad bulat
mewujudkan pembaruan hidup beriman,
Terangilah, lindungilah, bimbinglah dan hantarkanlah kami
Selalu pada Yesus Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U: Amin.
Refren : Datanglah Tuhan Allahku, selamatkanlah umat-Mu.

Doa Syukur atas Habitus Baru


Ya Bapa yang bertahta dalam Kerajaan Surga, puji dan syukur kami persembahkan kepada Mu,
khususnya atas berkat melimpah yang boleh kami terima selama perjalanan Arah Dasar Keuskupan
Agung Semarang ini. Kami bersyukur atas keluarga yang menjadi basis hidup beriman,
keterlibatan anak-anak, remaja dan kaum muda dalam hidup menggereja dan masyarakat yang
semakin berkembang,terlebih usaha memperhatikan yang kecil, lemah, miskin dan tersingkir.
Semua ini kami lakukan bersama-sama karena harapan terwujudnya “habitus baru” dalam kehidupan.
Ya Bapa, kami juga bersyukur atas semakin terbukanya hati dan pikiran kami untuk selalu belajar
dari sabda PutraMu Yesus Kristus,sehingga kami semakin cerdas dan tangguh imannya,
semakin sadar bahwa laki-laki dan perempuan sama dihadapanMu, mau terbuka dengan siapa saja
yang berkehendak baik dan bersyukur atas alam ciptaanMu yang diciptakan
untuk kelangsungan hidup kami dengan tetap melestarikannya.
Ya Bapa, berikanlah rahmat penyertaan-Mu agar kami selalu ada kebutuhan dan kerinduan menjawab
tantangan zaman dan siap mewujudkan “habitus baru” bagi hidup beriman kami.
Semoga atas penyertaan-Mu dalam terang Roh Kudus-Mu, kami mampu menjawab tugas panggilan
untuk senantiasa menjadi utusan dan semakin bertumbuhnya benih-benih panggilan
untuk menjadi imam, bruder dan suster di tengah umat Keuskupan Agung Semarang.
Semoga kami semakin bersiap menempatkan diri kami
untuk menerangi dunia dengan kebenaran Kristus;
menanggapi segala situasi dalam cinta kasih
dan seantiasa mewartakan harapan akan Kristus.
Bersama Bunda Maria, hamba Allah dan bunda Gereja,
teladan kesetiaan dan kerendahan hati,
kami persembahkan doa, syukur, niat dan upaya kami kepada-Mu
melalui Yesus Kristus PuteraMu, Tuhan dan pengantara kami.
Amin.

15

Вам также может понравиться