0 оценок0% нашли этот документ полезным (0 голосов)
104 просмотров14 страниц
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan pasien anemia. Ringkasannya adalah:
1) Anemia adalah kondisi penurunan sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit di bawah nilai normal yang dapat disebabkan kehilangan darah, kekurangan zat besi atau nutrisi, dan gangguan produksi sel darah merah
2) Manifestasi klinis anemia meliputi pucat, lemah, cepat lelah, dan gangguan fungsi organ seperti
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan pasien anemia. Ringkasannya adalah:
1) Anemia adalah kondisi penurunan sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit di bawah nilai normal yang dapat disebabkan kehilangan darah, kekurangan zat besi atau nutrisi, dan gangguan produksi sel darah merah
2) Manifestasi klinis anemia meliputi pucat, lemah, cepat lelah, dan gangguan fungsi organ seperti
Dokumen tersebut memberikan informasi mengenai asuhan keperawatan pasien anemia. Ringkasannya adalah:
1) Anemia adalah kondisi penurunan sel darah merah, hemoglobin, dan hematokrit di bawah nilai normal yang dapat disebabkan kehilangan darah, kekurangan zat besi atau nutrisi, dan gangguan produksi sel darah merah
2) Manifestasi klinis anemia meliputi pucat, lemah, cepat lelah, dan gangguan fungsi organ seperti
1. PENGERTIAN Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges, 1999). Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 ). Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 ).
2. ETIOLOGI Anemia disebabkan oleh berbagai jenis penyakit, namun semua kerusakan tersebut secara signifikan akan mengurangi banyaknya oksigen yang tersedia untuk jaringan. Menurut Brunner dan Suddart (2001), beberapa penyebab anemia secara umum antara lain : a) Secara fisiologis anemia terjadi bila terdapat kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan. b) Akibat dari sel darah merah yang prematur atau penghancuran sel darah merah yang berlebihan. c) Produksi sel darah merah yang tidak mencukupi. d) Faktor lain meliputi kehilangan darah, kekurangan nutrisi, faktor keturunan, penyakit kronis dan kekurangan zat besi. 3. KLASIFIKASI a) Anemia Defisiensi Karena kekurangan (defisiensi) zat gizi tertentu b) Anemia Hemoragik Karena pengeluaran darah dari tubuh lewat pendarahan c) Anemia Hemolitik Karena penghancuran (destruksi) sel darah merah di dalam tubuh d) Anemia Aplastik Kekurangan produksi sel darah merah. Hal ini bisa terjadi bila sumsum tulang berhenti bekerja sehingga tidak cukup sel darah merah yang di bentuk.
4. PATOFISIOLOGI Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, terpapar zat tosik, invasi tumor, atau kebanyakan akibat idiopatik. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek samping proses ini, bilirubin, yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normalnya 1 mg/dl atau kurang; kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sklera. Apabila sel darah merah mengalami penghancuran seperti yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinema). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya (misal, apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dl), hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urine (hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinema dan hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel darah merah abnormal pada klien dengan hemolisis dan dapat merupakan petunjuk untuk mengetahui sifat proses hemolitik tersebut. Kesimpulan mengenai apakah anemia pada klien tertentu disebabkan oleh penghancuran dengan dasar hitung retikulosis dalam sirkulasi darah, derajat poliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsi, serta ada atau tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
5. MANIFESTASI KLINIK Meurut harirson ( 1999, Hal : 56) Presentase klinis dari pasien yang anemik bergantung pada penyakit yang mendasarinya, demikian juga dengan keparahan serta kronisitasnya anemia. Manifestasi anemia dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip patofisologik, sebagian besar tanda dan gejala anemia mewakili penyesuaian kardiovaskuler dan ventilasi yang mengkompensasi penurunan massa sel darah merah.
Tanda dan gejalanya antara lain: a) Pusing b) Mudah berkunang-kunang c) Lesu d) Aktivitas kurang e) Rasa mengantuk f) Susah konsentrasi g) Cepat lelah h) Prestasi kerja fisik/pikiran menurun i) Konjungtiva pucat j) Telapak tangan pucat k) Iritabilitas dan Anoreksia l) Takikardia , murmur sistoli m) Letargi, kebutuhan tidur meningkat n) Purpura o) Perdarahan Gejala khas masing-masing anemia: a) Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisioensi besi. b) Ikterus, urin berwarna kuning tua/coklat, perut mrongkol/makin buncit pada anemia hemolitik. c) Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
6. KOMPLIKASI a) Kegagalan jantung dimana fungsi jantung menjadi lemah dan tidak mencukupi. b) Masalah semasa mengandung seperti melahirkan anak pematang dan pertumbuhan janin
7. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan penyebabnya, yaitu : 1. Anemia aplastik: Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet ( Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ). 2. Anemia pada penyakit ginjal Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat Ketersediaan eritropoetin rekombinan 3. Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr %. Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari. 5. Anemia megaloblastik Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi. 6. Anemia pasca perdarahan Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia. 7. Anemia hemolitik Dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
8. PENGKAJIAN FOKUS a. DEMOGRAFI Biodata pasien yang meliputi : 1) Identitas pasien a) Nama b) Umur c) Jenis Kelamin d) Agama e) Status perkawinan f) Pendidikan g) Pekerjaan h) Tanggal Masuk i) No. Register j) Diagnosa medis 2) Penanggung jawab a) Nama b) Umur c) Jenis Kelamin d) Pendidikan e) Pekerjaan f) Hubungan dengan pasien
b. RIWAYAT KESEHATAN Riwayat penyakit dahulu Pengkajian riwayat dahulu yang mendukung dengan melakukan serangkaian pertanyaan, meliputi: 1) Apakah sebelumnya klien pernah menderita anemia. 2) Apakah meminum suatu obat tertentu dlam jangka lama. 3) Apakah pernah menderita penyakit malaria. 4) Apakah pernah mengalami pembesaran limfe. 5) Apakah pernah mengalami penyakit keganasan yang tersebar seperti kanker payudara, leukimia, dan multipel mieloma. 6) Apakah pernah kontak dengan zat kimia toksik dan penyinaran dengan radiasi. 7) Apakah pernah menderita penyakit menahun yangmelibatkan ginjal dan hati. 8) Apakah pernah menderita penyakit infeksi dan defisiensi endoktrin. 9) Apakah pernah mengalami kekurangan vitamin penting, seperti vitamin B12 asam folat, vitamin C dan besi.
c. DATA FOKUS TERKAIT PERUBAHAN FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum klien pucat. Umumnya diakibatkan oleh berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin, dan vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman oksigen ke organ-organ vital. Warna kuku, telapak tangan, dan membran mukosa bibir serta konjungtiva dapat digunakan untuk menilai kepucatan.
B1 (Brething) Dispnea (kesulitan bernapas), napas pendek, dan cepat lelah saat melakukan aktivitas jasmani merupakan menifestasi berkurangnya pengiriman oksigen.
B2 (Bleeding) Takikardia dan bising jantung menggambarkan beban jantung dan curah jantung meningkat, pucat pada kuku, telapak tangan, serta membran mukosa bibir dan konjungtiva. Keluhan nyeri dada bila melibatkan arteri koroner. Angina (nyeri dada) khususnya pada pasien usia lanjut dengan stenosis koroner dapat diakibatkan karena iskemia miokardium. Pada anemia berat, dapat menimbulkan gagal jantung kongestif sebab otot jantung yang kekurangan oksigen tidak dapat menyesuaikan diri dengan beban kerja jantung yang meningkat.
B3 (Brain) Disfungsi neurologis, sakit kepala, pusing, kelemahan, dan tinitus (telinga berdengung).
B4 (Bladder) Gangguan ginjal, penurunan produksi urine.
B5 (Bowel) Penurunan intake nutrisi disebabkan karena anoreksia, nausea, konstipasi atau diare, serta stomatitis (sariawan lidah dan mulut).
B6 (Bone) Kelemahan dalam melakukan aktifitas.
Diagnostik Penurunan kadar eritrosit dan hemoglobin dalam darah merupakan tanda utama.
d. PEMERIKSAAN PENUNJANG Menurut wiwik, H., &Hariwibowo,A. S (2008, Hal : 41) pemeriksaan laboratorium pada klien dengan anemia adalah sebagai berikut 1) Pemeriksaan laboratorium hematolgis dilakukan secara bertahap sebagai berikut : a) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen-komponen berikut ini : kadar hemoglobin, indeks eritrosit, (MCV, MCV, Dan MCHC), apusan darah tepi. b) Pemeriksaan rutin merupakan pemeriksaan untuk mengetahuikelainan pada sistem leukosit dan trombosit. Pemeriksaan yang dikerjakan meliputi laju endap darah (LED), hitung diferensial, dan hitung retikulosit. c) ) Pemriksaan sumsum tulang: pemeriksaan ini harus dikerjakan pada sebagian besar kasus anemia untuk mendapatkan diagnosis defenitifmeskipun ada beberapa kasus yang diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang d) Pemeriksaan atas indikasi khusus: pemeriksaan ini akan dikkerjakan jika telah mempunyai dugaan diagnosis awal sehingga fungsinya adalah untuk mengomfirmasi dugaan diagnosis tersebut pemeriksaan tersebut memiliki komponen berikut ini: Anemia defisiensi besi : serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum. Anemia megaloblastik: asam folat darah/ertrosit, vitamin B12. Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb. Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia. 2) Pemeriksaan laboratorium nonhematogolis meliputi: a) Faal ginjal b) Faal endokrin c) Asam urat d) Faal hati e) Biakan kuman 3) Pemeriksaan penunjang lainnya, pada bebrapa kasus anemia diperlukan pemeriksaan penunjang sebagai berikut : a) Biopsy kelenjar uang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi b) Radiologi: torak, bone survey, USG, atau linfangiografi. c) Pemeriksaan sitogenetik. d) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH = fluorescence in situ hybridization).
9. PATHWAYS KEPERAWATAN
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN a) Resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya pengangkutan oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan jumlah sel-sel darah merah di sirkulasi b) Resiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan menurunnya suplai darah ke miokardium c) Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan respon peningkatan frekuensi pernapasan d) Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual dan anoreksia e) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan
11. FOKUS INTERVENSI DAN RASIONAL Dx :Resiko tinggi gangguan perfusi perifer yang berhubungan dengan menurunnya pengangkutan oksigen ke jaringan sekunder dari penurunan jumlah sel-sel darah merah di sirkulasi Tujuan :Dalam waktu 3x24 jam perfusi perifer meningkat Kriteria hasil :Klien tidak mengeluh pusing, tanda-tanda vital dalam batas normal, konjungtiva merah (tidak pucat), urine > 600 ml/hari. Intervensi Keperawatan Rasional Kaji status mental klien secara teratur Mengetahui derajat hipoksia pada otak Kaji faktor-faktor yang menyebabkan penurunan sel darah merah Berkurangnya sel darah merah dapat menyebabkan oleh kekurangan kofaktor untuk eritropoesis, seperti: asam folat, vitamin B12, dan besi. Kaji warna kulit, suhu, sianosis, nadi perifer, dan diaforesis secara teratur. Mengetahui darajad hipoksemia dan peningkatan tahanan perifer. Pantau frekuensi jantung dan irama Perubahan frekuensi dan irama jantung menunjukan komplikasi disritmia. Kolaborasi pemberian darah Transfusi dengan PRC (packed red cells) lebih rasional diberikan pada klien yang mengalami anemia akibat penurunan sel-sel darah merah. Kolaborasi pemberian antibiotika Kematian biasanya disebabkan oleh perdarahan atau infeksi, meskipun antibiotika, khususnya yang aktif terhadap basil gram negatif, telah mengalami kemajuan besar pada klien ini. Klien dengan leukopenia yang jelas harus dilindungi terhadap kontak dengan orang lain yang mengalami infeksi. Antibiotika tidak boleh diberikan secara profilaksis pada klien dengan kadar neutrofil rendah dan abdomen karena aantibiotika dapat mengakibatkan kegawatan akibat resistensi bakteri dan jamur. Pemberian imunosupresif Terapi imunosupresif globulin antitimosit (ATG) diberikan untuk menghentikan fungsi imunologis yang memperpanjang aplasia, sehingga memungkinkan sumsum tulang mengalami penyembuhan. Klien berespon terhadap terapi biasanya akan sembuh dalam beberapa minggu sampai tiga bulan, tetapi respon dapat lambat sampai enam bulan setelah penanganan. Transplantasi Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk memberikan persediaan jaringan hematopoetik yang masih dapat berfungsi.
Dx : Resiko tinggi nyeri dada yang berhubungan dengan menurunnya suplai darah ke miokardium Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam tidak ada keluhan dan terdapat penurunan respon nyeri dada Kriteria hasil : Secara subjektif klien mengatakan penurunan rasa nyeri dada, secara objektif didapatkan TTV dalam keadaan normal, wajah rileks, tidak terjadi penurunan perfusi perifer Intervensi Keperawatan Rasional Catat karakteristik nyeri, lokasi, intensitas, serta lama dan penyebarannya. Variasi penampilan dan perilaku klien karena nyeri terjadi sebagai temuan pengkajian Anjurkan kepada klien untuk melaporkan nyeri dengan segera Nyeri berat dapat menyebabkan syok kardiogenik yang berdampak kematian mendadak Lakukan manajemen nyeri keperawatan sebagai berikut: 1. Atur posisi fisiologis
2. Istirahatkan klien
Posisis fisiologis akan meningkatkan asupan oksigen ke jaringan yang mengalami iskemia Istirahat akan menurunkan kebutuhan
3. Berikan oksigenasi
4. Ajarlan teknik 5. oksigen jaringan perifer, sehingga akan menurunkan kebutuhan miokardium yang membutuhkan oksigen untuk menurunkan iskemia. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada untuk pemakaian miokardium sekaligus mengurangi ketidaknyamanan akibat nyeri dada. Meningkatkan asupan oksigen sehingga akan menurunkan nyeri sekunder dan iskemia jaringan otak. Distraksi (pengalihan perhatian) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme peningkatan produksi endofrin dan enkefalin yang dapat memblok reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan kekorteks serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri. Kolaborasi pemberian terapi farmakologis antiangina Obat-obat antiangina bertujuan untuk meningkatkan aliran darah baik dengan menambah suplai oksigen atau dengan mengurangi kebutuhan miokardium akan oksigen.
Dx : Resiko tinggi pola napas tidak efektif berhubungan dengan respon peningkatan frekuensi pernapasan Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam tidak terjadi perubahan pola napas Kriteria hasil : Klien tidak sesak napas, RR dalam batas normal 16-20 kali/menit, respon batuk berkurang Intervensi Rasional Auskultasi bunyi napas Indikasi edema paru, sekunder akibat dekompensasi jantung Kaji adanya edema Curiga gagal kongestif/ kelebihan volume
Dx : Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan intake, mual dan anoreksia Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam tejadi peningkatan dalam pemenuhan nutrisi Kriteria hasil : Klien secara subjektif termotivasi untuk melakukan pemenuhan nutrisi sesuai anjuran klien dan keluarga tentang asupan nutrisi yang tepat pada klien cairan Ukur intake dan output Penurunan curah jantung, mengakibatkan gangguan perfusi ginjal, retensi natrium/air, dan penurunan pengeluaran urine. Pertahankan pemasukan total cairan 2000 ml/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler Memenuhi kebutuhan cairan tubuh orang dewasa, tetapi memerlukan pembatasan dengan adanya dekompensasi jantung Berikan diet tanpa garam Natrium meningkatkan retensi cairan dan volume plasma yang berdampak terhadap peningkatan beban kerja jantung dan akan meningkatkan kebutuhan miokardium Berikan diuretik Diuretik bertujuan untuk meningkatkan volume plasma dan menurunkan retensi cairan di jaringan, sehingga menurunkan resiko terjadinya edema paru. Intervensi Rasional Jelaskan tentang manfaat mekanan Dengan pemahaman klien akan lebih kooperatif mengikuti aturan. Anjurkan agar klien memakan makanan yang disediakan dirumah sakit Untuk menghindari makanan yang justru dapat mengganggu proses penyembuhan klien Beri makanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil serta diet tinggi kalori tinggi protein Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual, mempercepat perbaikan kondisi, serta mengurangi beban kerja jantung, Beri motivasi dan dukungan psikologis Meningkatkan secara psikologis
Dx : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke jaringan Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien terpenuhi dan meningkatnya kemampuan beraktivitas Kriteria hasil : Klien menunjukan kemampuan beraktivitas tanpa gejala-gejala yang berat, terutama mobilitas di tempat tidur Intervensi Rasional Catat frekuensi dan irama jantung serta perubahan tekanan darah selama dan sesudah aktivitas Respon klien terhadap aktivitas dapat mengidentifikasikan penurunan oksigen miokardium Tingkatkan istirahat, batasi aktivitas dan berikan aktivitas senggang yang tidak berat Menurunka kerja miokardium/ konsumsi oksigen Jelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat aktivitas Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas berlebihan Pertahankan klien tirah baring sementara sakit Untuk mengurangi beban jantung Evaluasi TTV saat kemajuan aktivitas Untuk mengetahui fungsi jantung bila dikaitkan dengan aktivitas Selama aktivitas kaji EKG, dispnea, sianosis, kerja dan frekuensi napas, serta keluhan subjektif Melihat dampak dari aktivitas terhadap fungsi jantung
Pemberian multivitamin Memenuhi asupan vitamin yang kurang dari penurunan asupan nutrisi secara umum dan memperbaiki daya tahan
Daftar Pustaka
Doenges, M.E. 1999. Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC Muttaqin, Arif.2008.Asuhan Keperawatan pada klien dangan gangguan system kardiovaskuler dan hematologi. Jakarta:Salemba Medika Wiwik. H., & Haribowo, A. S.2008.Buku ajar asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sitem hematologi. Jakarta : Salemba Medika. Harrison.1999.Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Editor edisi bahasa Indonesia : Asdie, A. H. Jakarta : EGC.