Вы находитесь на странице: 1из 23

1

SATUAN ACARA PENYULUHAN



I. IDENTITAS
Topik :Gangguantidur
Sub Topik : Mengenalmacam-macamgangguantidur
Hari/Tanggal : Jumat, 18Juni 2014
Waktu : 10.00-11.00 WIB
Sasaran : Pasien dan keluarga pasien yang berkunjung ke poliklinik
Tempat : Ruang tunggu poliklinik

II. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang pentingnya mengetahui macam-
macam gangguan tidur, diharapkan pasien dan keluarga pasien yang merupakan sasaran
dari penyuluhan ini memahami factor penyebab terjadinya gangguan tidur serta berbagai
macam gangguan tidur dan penanganannya.

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah dilakukan penyuluhan selama 60 menit diharapkan para peserta dapat:
1. Memahami factor penyebab terjadinya gangguan tidur.
2. Memahami tentang macam-macam gangguan tidur.
3. Memahami tanda-tanda gangguan tidur dan tatalaksananya.

IV. MATERI (TERLAMPIR)

V. MEDIA
1. Laptop
2. LCD
3. Microphone
4. Leaflat

VI. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
2


KEGIATAN PENYULUHAN
NO Kegiatan Penyuluhan Audiance Waktu
1. Pembukaan Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri
Menjawab salam
Memperhatikan
5 menit
2. Isi Penyampaianisimateri Menyampaikan
pengetahuannya
Mendengarkan dan
memperhatikan
penyampaian materi
45 menit
3. Penutup Menyimpulkan materi
Memberikan kesempatan
peserta untuk bertanya
Menutup dan mengucapkan
salam
Mendengarkan dan
memperhatikan
Aktif mengajukan
pertanyaan
Menjawab salam
10 menit
3

BAB I
PENDAHULUAN


Tidur merupakan keadaan berkurangnya tanggapan dan interaksi dengan lingkungan
yang bersifat reversible dan berlangsung cepat. Tidur merupakan suatu fenomena fisiologis
penting dalam menjaga keseimbangan regulasi system tubuh, juga merupakan suatu proses
otak yang dibutuhkan oleh seseorang untuk dapat berfungsi dengan baik. Fisiologi tidur
merupakan proses yang kompleks dan melibatkan berbagai macam neurotransmiter. Dengan
adanya tidur, maka manusia dapat memelihara kesegarannya, kebutuhan, dan metabolism
seluruh tubuhnya. Tidur memiliki fungsi restorasi yang penting untuk termoregulasi dan
cadangan energy tubuh. Pada saat tidur tenaga yang hilang dipulihkan dan terjadi pelemasan
otot.
Para peneliti telah mengakui pentingnya tidur untuk perbaikan sel-sel tubuh yang
rusak. Proses ini didorong oleh Growth Hormon yang dihasilkan pada tahap tidur dalam.
Melambatnya kerja tubuh saat tidur member kesempatan kepada sel-sel penyembuh untuk
memperbaiki sel-sel yang rusak. Aktivitas kerja dan kegiatan lain yang mengeluarkan energi,
pikiran kacau dan stress dapat membuat sel-sel tubuh rusak. Tubuh secara otomatis akan
memperbaiki sel-sel rusak tersebut pada saat kita tidur.
Dikarenakan dianggap sesuatu yang alami dan manusiawi, banyak orang
mengganggap remeh kesehatan tidur.Ganguan tidur sangat sering terjadi dan merupakan
salah satu keluhan yang paling sering ditemukan pada penderita yang berkunjung ke praktek.
Gangguan tidur dapat dialami oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin,
berpendidikan tinggi dan rendah maupun orang muda, serta yang paling sering ditemukan
pada usia lanjut. Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan
mengakibatkan perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, menurun daya tahan
tubuh serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang konsentrasi,
kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri sendiri atau orang lain.
Menurut beberapa peneliti gangguan tidur yang berkepanjangan didapatkan 2,5 kali lebih
sering mengalami kecelakaan mobil dibandingkan pada orang yang tidurnya cukup. Sebagian
besar masalah tidur yang menetap ditandai dengan tidur yang berlebihan atau rasa mengantuk
sepanjang hari termasuk pula tertidur selama melakukan aktivitas seperti makan, mengemudi
atau duduk di dalam kelas.
4

Diperkirakan jumlah penderita akibat gangguan tidur setiap tahun semakinlama
semakin meningkat sehingga menimbulkan maslah kesehatan. Di dalam praktek sehari-hari,
kecendrungan untuk mempergunakan obat hipnotik, tanpa menentukan lebih dahulu
penyebab yang mendasari penyakitnya, sehingga sering menimbulkan masalah yang baru
akibat penggunaan obat yang tidak adekuat. Melihat hal diatas, jelas bahwa gangguan tidur
merupakan masalah kesehatan yang akan dihadapkan pada tahun-tahun yang akan datang.
Pasien dapat meminta pertolongan dari seorang dokter karena: (1) ketidakmampuan
tidur akut atau kronik pada waktu malan; (2) pusing yang kronik, tidur atau kelelahan
sepanjang hari; atau (3) manifestasi perilaku yang dikaitkan dengan tidur sendiri.
Banyak gangguan tidur yang dialami oleh orang. Namun, saat ini orang-orang
beranggapan bahwa hanya insomnia semata yang menjadi gangguan tidur. Padahal masih
banyak gangguan tidur lain yang perlu diketahui, seperti narkolepsi, sleep apneu, restless legs
syndrome (RLS), parasomnia, REM behavior disorder (RBD), dan sebagainya. Dengan
mengetahui jenis-jenis gangguantidur, kita dapat mengetahui cara mengatasinya.




















5

BAB II
PEMBAHASAN

I. TIDUR FISIOLOGIS
Tidur merupakan salah satu cara untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan
mental. Dengan tidur semua keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali
mendapatkan tenaga serta semangat untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
Semua makhluk hidup mempunyai irama kehidupan yang sesuai dengan beredarnya
waktu dalam siklus 24 jam. Irama yang seiring dengan rotasi bola dunia disebut sebagai
irama sirkadian. Pusat kontrol irama sirkadian terletak pada bagian ventral anterior
hypothalamus. Bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi
terletak pada substansia ventrikulo retikularis medulo oblogata yang disebut sebagai pusat
tidur. Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi
terdapat pada bagian rostral medulo oblogata disebut sebagai pusat penggugah atau
aurosal state.
Tidur dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
1. Tipe Rapid Eye Movement (REM)
2. Tipe Non Rapid Eye Movement (NREM )
Fase awal tidur didahului oleh fase NREM yang terdiri dari 4 stadium, lalu diikuti
oleh fase REM. Keadaan tidur normal antara fase NREM dan REM terjadi secara
bergantian antara 4-7 kali siklus semalam. Bayi baru lahir total tidur 16-20 jam/hari,
anak-anak 10-12 jam/hari, kemudian menurun 9-10 jam/hari pada umur diatas 10 tahun
dan kira-kira 7-7,5 jam/hari pada orang dewasa.

Tipe NREM dibagi dalam 4 stadium yaitu:
1. Tidur stadium Satu.
Fase ini merupakan antara fase terjaga dan fase awal tidur. Fase ini didapatkan
kelopak mata tertutup, tonus otot berkurang dan tampak gerakan bola mata kekanan
dan kekiri. Fase ini hanya berlangsung 3-5 menit danmudah sekali dibangunkan.
Gambaran EEG biasanya terdiri dari gelombangcampuran alfa, betha dan kadang
gelombang theta dengan amplitudo yang rendah. Tidak didapatkan adanya gelombang
sleep spindle dan kompleks K.

2. Tidur stadium dua
6

Pada fase ini didapatkan bola mata berhenti bergerak, tonus otot masih
berkurang, tidur lebih dalam dari pada fase pertama. Gambaran EEG terdiri dari
gelombang theta simetris. Terlihat adanya gelombang sleep spindle, gelombang
verteks dan komplek K.
3. Tidur stadium tiga
Fase ini tidur lebih dalam dari fase sebelumnya. Gambaran EEG terdapat lebih
banyak gelombang delta simetris antara 25%-50% serta tampak gelombang slee[
spindle.
4. Tidur stadium empat
Merupakan tidur yang dalam serta sukar dibangunkan. Gambaran
EEGdidominasi oleh gelombang delta sampai 50% tampak gelombang sleep spindle.
Fase tidur NREM, ini biasanya berlangsung antara 70 menit sampai 100 menit,
setelah itu akan masuk ke fase REM. Pada waktu REM jam pertama prosesnya
berlangsung lebih cepat dan menjadi lebih insten dan panjang saat menjelang pagi atau
bangun.
Pola tidur REM ditandai adanya gerakan bola mata yang cepat, tonus otot yang
sangat rendah, apabila dibangunkan hampir semua organ akan dapat menceritakan
mimpinya, denyut nadi bertambah dan pada laki-laki terjadi eraksi penis, tonus otot
menunjukkan relaksasi yang dalam.
Pola tidur REM berubah sepanjang kehidupan seseorang seperti periode neonatal
bahwa tidur REM mewakili 50% dari waktu total tidur. Periode neonatal ini pada EEG-
nya masuk ke fase REM tanpa melalui stadium 1 sampai 4. Pada usia 4 bulan pola
berubah sehingga persentasi total tidur REM berkurang sampai 40% hal ini sesuai dengan
kematangan sel-sel otak, kemudian akan masuk keperiode awall tidur yang didahului oleh
fase NREM kemudian fase REM pada dewasa muda dengan distribusi fase tidur sebagai
berikut:
NREM (75%) yaitu stadium 1: 5%; stadium 2 : 45%; stadium 3 : 12%;stadium 4 :
13%.
REM; 25 %.

II. PERANAN NEUROTRANSMITER
Keadaan jaga atau bangun sangat dipengaruhi oleh sistim ARAS (Ascending
Reticulary Activity System). Bila aktifitas ARAS ini meningkat orang tersebut dalam
keadaan tidur. Aktifitas ARAS menurun, orang tersebut akan dalam keadaan tidur.
7

Aktifitas ARAS ini sangat dipengaruhi oleh aktifitas neurotransmiter seperti sistem
serotoninergik, noradrenergik, kholonergik, histaminergik.
Sistem serotonergik
Hasil serotonergik sangat dipengaruhi oleh hasil metabolisma asam amino
trypthopan. Dengan bertambahnya jumlah tryptopan, maka jumlah serotonin yang
terbentuk juga meningkat akan menyebabkan keadaan mengantuk/tidur. Bila serotonin
dari tryptopan terhambat pembentukannya, maka terjadikeadaan tidak bisa tidur/jaga.
Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem serotogenik ini terletak pada
nukleus raphe dorsalis di batang otak, yang mana terdapat hubungan aktifitas serotonis
dinukleus raphe dorsalis dengan tidur REM.
Sistem Adrenergik
Neuron-neuron yang terbanyak mengandung norepineprin terletak di badan sel
nukleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus sangat
mempengaruhi penurunan atau hilangnya REM tidur.Obat-obatan yang mempengaruhi
peningkatan aktifitas neuron noradrenergik akan menyebabkan penurunan yang jelas
pada tidur REM dan peningkatan keadaan jaga.
Sistem Kholinergik
Sitaram et al (1976) membuktikan dengan pemberian prostigimin intra vena dapat
mempengaruhi episode tidur REM. Stimulasi jalur kholihergik ini, mengakibatkan
aktifitas gambaran EEG seperti dalam keadaan jaga. Gangguan aktifitas kholinergik
sentral yang berhubungan dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi,
sehingga terjadi pemendekan latensi tidur REM. Pada obat antikolinergik (scopolamine)
yang menghambat pengeluaran kholinergik dari lokus sereleus maka tamapk gangguan
pada fase awal danpenurunan REM.
Sistem histaminergik
Pengaruh histamin sangat sedikit mempengaruhi tidur.
Sistem hormon
Pengaruh hormon terhadap siklus tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon seperti
ACTH, GH, TSH, dan LH. Hormon hormon ini masing-masing disekresi secara teratur
oleh kelenjar pituitary anterior melalui hipotalamus patway. Sistem ini secara teratur
mempengaruhi pengeluaran neurotransmiter norepinefrin, dopamin, serotonin yang
bertugas menagtur mekanisme tidur dan bangun.

III. INSIDENSI
8

Hampir semua orang pernah mengalami gangguan tidur selama masa kehidupannya.
Diperkirakan tiap tahun 20%-40% orang dewasa mengalamikesukaran tidur dan 17%
diantaranya mengalami masalah serius.Prevalensi gangguan tidur setiap tahun cendrung
meningkat, hal ini juga sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai penyebabnya.
Kaplan dan Sadock melaporkan kurang lebih 40-50% dari populasi usia lanjut menderita
gangguan tidur. Gangguan tidur kronik (10-15%) disebabkan oleh gangguan psikiatri,
ketergantungan obat dan alkohol.
Menurut data internasional of sleep disorder, prevalensi penyebab-penyebab
gangguan tidur adalah sebagai berikut: Penyakit asma (61-74%), gangguan pusat
pernafasan (40-50%), kram kaki malam hari (16%), psychophysiological (15%),
sindroma kaki gelisah (5-15%), ketergantungan alkohol (10%), sindroma terlambat tidur
(5-10%), depresi (65). Demensia (5%), gangguan perubahan jadwal kerja (2- 5%),
gangguan obstruksi sesak saluran nafas (1-2%), penyakit ulkus peptikus (<1%),
narcolepsy (mendadak tidur) (0,03%-0,16%).

IV. KLASIFIKASI
I nternasional Classification of Sleep Disorders
1. Dissomnia
Gangguan tidur intrisik
Narkolepsi, gerakan anggota gerak periodik, sindroma kaki gelisah, obstruksi
saluran nafas, hipoventilasi, post traumatik kepala, tidur berlebihan (hipersomnia),
idiopatik.
Gangguan tidur ekstrisik
Tidur yang tidak sehat, lingkungan, perubahan posisi tidur,
toksik,ketergantungan alkohol, obat hipnotik atau stimulant
Gangguan tidur irama sirkadian
Jet-lag sindroma, perubahan jadwal kerja, sindroma fase terlambat tidur,
sindroma fase tidur belum waktunya, bangun tidur tidak teratur, tidak tidur selama
24 jam.

2. Parasomnia
Gangguan aurosal
Gangguan tidur berjalan, gangguan tidur teror, aurosal konfusional
Gangguan antara bangun-tidur
9

Gerak tiba-tiba, tidur berbicara,kramkaki, gangguan gerak berirama
Berhubungan dengan fase REM
Gangguan mimpi buruk, gangguan tingkah laku, gangguan sinus arrest
Parasomnia lain-lainnya
Bruxism (otot rahang mengeram), mengompol, sukar menelan,
distoniaparosismal.

3. Gangguan tidur berhubungan dengan gangguan kesehatan/psikiatri
Gangguan mental
Psikosis, anxietas, gangguan afektif, panik (nyeri hebat), alkohol
Berhubungan dengan kondisi kesehatan 5
Penyakit degeneratif (demensia, parkinson, multiple sklerosis), epilepsi,status
epilepsi, nyeri kepala, Huntington, post traumatik kepala, stroke, Gilles de-la
tourette sindroma.
Berhubungan dengan kondisi kesehatan
Penyakit asma,penyakit jantung, ulkus peptikus, sindroma fibrositis, refluks
gastrointestinal, penyakit paru kronik (PPOK)
4. Gangguan tidur yang tidak terklassifikasi

1. DISSOMNIA
Adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesukaran menjadi jatuh
tidur (failling as sleep), mengalami gangguan selama tidur (difficulty in staying as
sleep), bangun terlalu dini atau kombinasi daintaranya.
A. Gangguan tidur spesifik
Narkolepsi
Ditandai oleh serangan mendadak tidur yang tidak dapat dihindari pada
siang hari, biasanya hanya berlangsung 10-20 menit atau selalu kurang dari 1
jam, setelah itu pasien akan segar kembali dan terulang kembali 2- 3 jam
berikutnya. Narkolepsi menyerang lebih dari 200.000 penduduk di Amerika
Serikat dan tampaknya mempunyai dasar genetik. Gejala secara tipikal mulai
pada decade kedua, meskipun awitan pada usia antara 5 sampai 50 tahun.
Seatu stress yang teridentifikasi (seperti gangguan siklus tidur bangun,
perceraian, kehilangan orang yang dicintai) dapat mendahului awal gejala.
10

Gambaran tidurnya menunjukkan penurunan fase REM 30-70%. Gejala Pada
serangan tidur dimulai dengan fase REM. Berbagai bentuk narkolepsi:
Narkolepsi kataplesia, adalah kehilangan tonus otot yang sementara baik
sebagian atau seluruh otot tubuh seperti jaw drop, head drop.
Hypnagogic halusinasi auditorik/visual adalah halusinasi pada saat jatuh
tidur sehingga pasien dalam keadaan jaga, kemudian ke kerangka pikiran
normal.
Sleep paralis adalah otot volunter mengalami paralis pada saat masuk tidur
sehingga pasien sadar ia tidak mampu menggerakkan ototnya. Gangguan
ini merupakan kelainan heriditer, kelainannya terletak pada lokus
kromoson 6 didapatkan pada orang-orang Caucasian white dengan
populasi lebih dari 90%, sedangkan pada bangsa Jepang 20-25%, dan
bangsa Israel 1:500.000. Tidak ada perbedaan antara jenis kelamin laki dan
wanita. Kelainan ini diduga terletak antara batang otak bagian atas dan
kronik pada malam harinya serta tidak rstorasi seperti terputusnya fase
REM
Pengobatan narkolepsi adalah simptomatik. Somnolen diobati dengan
stimulant. Pengobatan katalepsi, halusianasi hipnogogik, dan paralisis tidur
memerlukan antidepresan, yang efektif, sebagian karena efek menekan
REM poten.

Gangguan gerakan anggota gerak badan secara periodik (periodiklimb
movement disorders)/mioklonus nortuknal
Ditandai adanya gerakan anggota gerak badan secara streotipik, berulang
selama tidur. Paling sering terjadi pada anggota gerak kaki baik satu atau
kedua kaki. Bentuknya berupa sktensi ibu jari kaki dan fleksi sebagian pada
sendi lutut dan tumit. Gerak itu berlangsung antara 0,5-5detik, berulang dalam
waktu 20-60 detik atau mungkin berlangsung terusmenerus dalam beberapa
menit atau jam. Bentuk tonik lebih sering dari pada mioklonus. Sering timbul
pada fase NREMatau saat onset tidur sehingga menyebabkan gangguan tidur
kronik yang terputus. Lesi pada pusatkontrol pacemaker batang otak. Insidensi
5% dari orang normal antara usia 30-50 tahun dan 29% pada usia lebih dari 50
tahun.
11

Berat ringan gangguan ini sangat tergantung dari jumlah gerakan yang
terjadi selama tidur, bila 5-25 gerakan/jam: ringan, 25-50 gerakan/jam:
sedang, danlebih dari 50 kali/jam : berat. Didapatkan pada penyakit seperti
mielopati kronik, neuropati, gangguan ginjal kronik, PPOK, rhematoid
arteritis, sleep apnea, ketergantungan obat, anemia.

Sindroma kaki gelisah (Restless legs syndrome)/Ekbomssyndrome
Pasien dengan dissomnia yang dihubungkan dengan restless legs
syndrome mengalami usaha keras untuk menggerakkan tungkai mereka saat
bangun dan tidak aktif, terutama bila berbaring di tempat tidur sebelum tidur.
Keadaan ini mengganggu keinginan untuk tertidur. Ditandai oleh rasa sensasi
pada kaki/kaku, yang terjadi sebelum onset tidur. Gangguan ini sangat
berhubungan dengan mioklonus nokturnal. Pergerakan kaki secara periodik
disertai dengan rasa nyeri akibat kejang otot M. tibialis kiri dan kanan
sehingga penderita selalu mendorong-dorong kakinya. Ditemukan pada
penyakit gangguan ginjal stadium akut, parkinson,wanita hamil. Lokasi
kelainan ini diduga diantara lesi batang otakhipotalamus.

Gangguan bernafas saat tidur (sleep apnea)
Terdapat tiga jenis sleep apnea yaitu central sleep apnea, upper airway
obstructive apnea dan bentuk campuran dari keduanya. Apnea tidur adalah
gangguan pernafasan yang terjadi saat tidur, yang berlangsung selama lebih
dari 10 detik. Dikatakan apnea tidur patologis jika penderita mengalami
episode apnea sekurang kurang lima kali dalam satu jam atau 30 episode
apnea selama semalam. Selama periodik ini gerakan dada dan dinding perut
sangat dominan. Apnea sentral sering terjadi pada usia lanjut, yang ditandai
dengan intermiten penurunan kemampuan respirasi akibat penurunan saturasi
oksigen. Apnea sentral ditandai oleh terhentinya aliran udara dan usaha
pernafasan secara periodik selama tidur, sehingga pergerakan dada dan
dinding perut menghilang. Hal ini kemungkinan kerusakan pada batang otak
atau hiperkapnia.
Gangguan saluran nafas (upper airway obstructive) pada saat tidur
ditandai dengan peningkatan pernafasan selama apnea, peningkatan usaha otot
dada dan dinding perut dengan tujuan memaksa udara masuk melalui
12

obstruksi. Gangguan ini semakin berat bila memasuki fase REM. Gangguan
saluran nafas ini ditandai dengan nafas megap-megap atau mendengkur pada
saat tidur. Mendengkur ini berlangsung 3-6 kali bersuara kemudian
menghilang dan berulang setiap 20-50 detik. Serangan apnea pada saat pasien
tidak mendengkur.Akibat hipoksia atauhipercapnea, menyebabkan respirasi
lebih aktif yang diaktifkan oleh formasi retikularis dan pusat respirasi medula,
dengan akibat pasien terjaga danrespirasi kembali normal secara reflek.
Baik pada sentral atau obstruksi apnea, pasien sering terbangun berulang
kali dimalam hari, yang kadang-kadang sulit kembali untuk jatuh tidur.
Gangguan ini sering ditandai dengan nyeri kepala atau tidak enak perasaan
pada pagi hari. Pada anak-anak sering berhubungan dengan gangguan
kongenital saluran nafas, dysotonomi syndrome, adenotonsilar hypertropi.
Pada orang dewasa obstruksi saluran nafas septal defek, hipotiroid, atau
bradikardi, gangguan jantung, PPOK, hipertensi, stroke, GBS, arnord chiari
malformation.
Paska trauma kepala
Sebagian besar pasien dengan paska trauma kepala sering mengeluh
gangguan tidur. Jarak waktu antara trauma kepala dengan timbulnya keluhan
gangguan tidur setelah 2-3 tahun kemudian. Pada gambaran
polysomnography tampak penurunan fase REM dan peningkatan sejumlah
fase jaga. Hal ini juga menunjukkan bahwa fase koma (trauma kepala) sangat
berperan dalam penentuan kelainan tidur. Pada penelitian terakhir
menunjukkan pasien tampak selalu mengantuk berlebih sepanjang hari tanpa
diikuti oleh fase onset REM. Penanganan dengan proses program rehabilitasi
seperti sleep hygine. Litium carbonat dapat menurunkan angka frekuensi
gangguan tidur akibat trauma kepala.

B. Gangguan tidur irama sirkadian
Sleep wake schedule disorders (gangguan jadwal tidur) yaitu gangguan
dimana penderita tidak dapat tidur dan bangun pada waktu yang
dikehendaki,walaupun jumlah tidurnya tatap. Gangguan ini sangat berhubungan
dengan irama tidur sirkadian normal. Bagian-bagian yang berfungsi dalam
pengaturan sirkadian antara lain temperatur badan,plasma darah, urine, fungsi
ginjal dan psikologi. Dalam keadan normal fungsi irama sirkadian mengatur siklus
13

biologi irama tidurbangun, dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga
untuk bangun/aktivitas. Siklus irama sirkadian ini dapat mengalami gangguan,
apabila irama tersebut mengalami peregseran. Menurut beberapa penelitian terjadi
pergeseran irama sirkadian antara onset waktu tidur reguler dengan waktu tidur
yang irreguler (bringing irama sirkadian). Perubahan yang jelas secara organik
yang mengalami gangguan irama sirkadian adalah tumor pineal. Gangguan irama
sirkadian dapat dikategorikan dua bagian:
1) Sementara (acute work shift, Jet lag)
2) Menetap (shift worker)
Keduanya dapat mengganggu irama tidur sirkadian sehingga terjadi
perubahan pemendekan waktu onset tidur dan perubahan pada fase REM.
Berbagai macam gangguan tidur gangguan irama sirkadianadalah sebagai berikut:
1) Tipe fase tidur terlambat (delayed sleep phase type)
yaitu ditandai oleh waktu tidur dan terjaga lebih lambat yang diinginkan.
Gangguan ini sering ditemukan dewasa muda, anak sekolah atau pekerja
sosial. Orangorang tersebut sering tertidur (kesulitan jatuh tidur) dan
mengantuk pada siang hari (insomnia sekunder).
2) Tipe Jet lag
ialah menangantuk dan terjaga pada waktu yang tidak tepat menurut jam
setempat, hal ini terjadi setelah berpergian melewati lebih dari satu zone
waktu. Gambaran tidur menunjukkan sleep latensnya panjang dengan tidur
yang terputus-putus.
3) Tipe pergeseran kerja (shift work type).
Pergeseran kerja terjadi pada orang tg secara teratur dan cepat mengubah
jadwal kerja sehingga akan mempengaruhi jadwal tidur. Gejala ini sering
timbul bersama-sama dengan gangguan somatik seperti ulkus peptikum.
Gambarannya berupa pola irreguler atau mungkin pola tidur normal dengan
onset tidur fase REM.
4) Tipe fase terlalu cepat tidur (advanced sleep phase syndrome).
Tipe ini sangat jarang, lebih sering ditemukan pada pasien usia
lanjut,dimana onset tidur pada pukul 6-8 malam dan terbangun antara pukul 1-
3 pagi. Walaupun pasien ini merasa cukup ubtuk waktu tidurnya.Gambaran
tidur tampak normal tetapi penempatan jadwal irama tidur sirkadian yang tdk
sesuai.
14

5) Tipe bangun-tidur beraturan
6) Tipe tidak tidur-bangun dalam 24 jam.

C. Lesi susunan saraf pusat (neurologis)
Sangat jarang. Les batang otak atau bulber dapat mengganggu awal atau
memelihara selama tidur, ini merupakan gangguan tidur organik. Feldman dan
wilkus et al menemukan fase tidur pada lesi atau trauma daerah ventral pons, yang
mana fase 1 dan 2 menetap tetapi fase REM berkurang atau tidak ada sama sekali.
Penderita chroea ditandai dengan gangguan tiduryang berat, yang diakibatkan
kerusakan pada raphe batang otak. Penyakit seperti Gilles de la Tourettes
syndrome, parkinson, khorea, dystonia, gerakan-gerakan penyakit lebih sering
timbul pada saat pasien tidur. Gerakan ini lebih sering terjadi pada fase awal dan
fase 1 dan jarang terjadi pada fase dalam. Pada dememsia sinilis gangguan tidur
pada malam hari, mungkinakibat diorganisasi siklus sirkadian, terutama
perubahan suhu tubuh. Pada penderita stroke dapat mengalami gangguan tidur,
bila terjadi gangguan vaskuler didaerah batang otak epilepsi seringkali terjadi
pada saat tidur terutama pada fase NREM (stadium ) jarang terjadi pada fase
REM.

D. Gangguan kesehatan, toksik
Seperti neuritis, carpal tunnel sindroma, distessia, miopati distropi, low back
pain, gangguan metabolik seperti hipo/hipertiroid, gangguan ginjal akut/kronik,
asma, penyakit, ulkus peptikus, gangguan saluran nafas obstruksi sering
menyebabkan gangguan tidur seperti yang ditunjukkan mioklonus nortuknal.

E. Obat-obatan
Gangguan tidur dapat disebabkan oleh obat-obatan seperti penggunaan obat
stimulan yang kronik (amphetamine, kaffein, nikotine), antihipertensi,
antidepresan, antiparkinson, antihistamin, antikholinergik. Obat ini dapat
menimbulkan terputus-outus fase tidur REM.

2. PARASOMNIA
Istilah parasomnia menunjukkan gangguan perilaku selama tidur yang
dihubungkan dengan gangguan parsial atau singkat tetapi tidak dengan gangguan tidur
15

yang nyata atau gangguan kesadaran siang hari.Parasomnia yaitu merupakan
kelompok heterogen yang terdiri dari kejadian-kejadian episode yang berlangsung
pada malam hari pada saat tidur atau pada waktu antara bangun dan tidur. Kasus ini
sering berhubungan dengan gangguan perubahan tingkah laku danaksi motorik
potensial, sehingga sangat potensial menimbulkan angka kesakitan dan kematian.
Keluhan yang ada biasanya terkait dengan perilaku sendiri. Kebanyakan keluhan
lebih lazim pada anak-anak tetapi dapat menetap pada masa dewasa bila kejadiannya
mempunyai patologik lebih signifikan. Insidensi ini sering ditemukan pada usia anak
berumur 3-5 tahun (15%) dan mengalami perbaikan ataupenurunan insidensi padausia
dewasa (3%).
Ada 3 faktor utama presipitasi terjadinya parasomnia yaitu:
a) Peminum alkohol
b) Kurang tidur (sleep deprivation)
c) Stress psikososial
Kelainan ini terletak pada aurosal yang sering terjadi pada stadium transmisi
antarabangun dan tidur. Gambaran berupa aktivitas otot skeletal dan perubahan sistem
otonom. Gejala khasnya berupa penurunan kesadaran (konfuosius), dan diikuti
aurosal dan amnesia episode tersebut. Seringkali terjadi pada stadium 3 dan 4.

A. Gangguan tidur berjalan (slepp walking)/somnabulisme
Merupakan gangguan tingkah laku yang sangat komplek termasuk adanya
automatis dan semipurposeful aksi motorik, seperti membukapintu, menutup
pintu, duduk ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki, berbicara. Tingkah
laku berjalan dalam beberapa menit dan kembali tidur. Gambaran tipikal
gangguan tingkah laku ini didapat dengan gelombang tidur yang rendah,
berlangsung 1/3 bagian pertama malam selama tidur NREM pada stadium 3 dan4.
Selama serangan, relatif tidak memberikan respon terhadap usaha orang lain
untuk berkomunikasi dengannya dan dapat dibangunkan susah payah. Pada
gambaran EEG \ menunjukkan iram acampuran terutama theta dengangelombang
rendah. Bahkan tidak didapatkan adanya gelombang alpha.
B. Gangguan teror tidur (sleep teror)
Gangguan ini juga disebut pavornocturnus, terjadi primer pada anak-anak
muda selama beberapa jam pertama setelah awitan tidur. Ditandai dengan pasien
mendadak berteriak, suara tangisan dan berdiri ditempat tidur yang tampak seperti
16

ketakutan dan bergerak-gerak. Serangan ini terjadi sepertiga malam yang
berlangsung selama tidur NREM pada stadium 3 dan 4. Kadang-kadang penderita
tetap terjaga dalam keadaan terdisorientasi, atau sering diikuti tidur berjalan.
Gambaran teror tidur mirip dengan teror berjalan baik secara klinis maupun dalam
pemeriksaan polisomnografy. Teror tidurmungkin mencerminkan suatu kelainan
neurologis minor pada lobus temporalis. Pada kasus ini sering kali terjadi
perubahan sistem otonomnya seperti takhicardi, keringat dingin, pupil dilatasi, dan
sesak nafas. Serangan rekuren jarang terjadi. Tertidur dan tidur berjalan
menggambarkan abnormalitas bangun.
C. Gangguan tidur berhubungan dengan fase REM
Ini meliputi gangguan tingkah laku, mimpi buruk dan gangguan sinus arrest.
Gangguan tingkah laku ini ditandai dengan atonia selama tidur (EMG) dan
selanjutnya terjadi aktifitas motorik yang keras, episode ini sering terjadi pada
larut malam (1/2 dari larut malam) yang disertai dengan ingat mimpi yang
jelas. Paling banyak ditemukan pada laki-laki usia lanjut, gangguan psikiatri atau
dengan janis penyakit-penyakit degenerasi, peminum alkohol. Kemungkinan
lesinya terletak pada daerah pons atau juga didapatkan pada kasus
sepertiperdarahan subarakhnoid. Gambaran menunjukkan adanya REM burst dan
mioklonik potensial pada rekaman EMG.

3. GANGGUAN TIDUR DIHUBUNGKAN DENGAN GANGGUAN
MEDIS/PSIKIATRI
A. Gangguan Tidur Dihubungkan dengan Gangguan Mental
Skizofrenia kronik biasanya dapat tidur nyenyak. Sebaliknya, pasien dengan
gangguan psikiatri lain (gangguan ansietas, penyakit afektif, gangguan obsesif-
kompulsif dan alkoholisme kronik) sering sulit tidur. Depresi dapat dihubungkan
dengan insomnia awitan tidur, dan/atau bangun terlalu pagi.
Pada mania dan hipomania, latensi tidur meningkat, dan waktu tidur total
berkurang. Pasien dengan gangguan obsesif-kompulsif mempunyai gangguan tidur
yang serupa dengan pasien yang mengalami depresi endogen. Tidur alkoholik
kronik tetap terganggu selama bertahun-tahun setelah berhenti mengkonsumsi
alkohol.
B. Gangguan Tidur Dihubungkan dengan Gangguan Neurologik
Berbagai penyakit neurologic menyebabkan putusnya tidur melalui
17

mekanisme nonspesifik, tidak langsung (seperti nyeri pada spondilodisservikal
atau low back pain)atau oleh gangguan struktur saraf pusat yang terserang dan
control tidur itu sendiri.
C. Gangguan Tidur Dihubungkan dengan Gangguan Medis Lain
Sejumlah kondisi medis dihubungkan dengan gangguan tidur. Hubungan
bisa non spesifik, sebagai contoh, antara gangguan tidur dan nyeri kronik dari
gangguan rematologik. Selain itu, gangguan tidur berasal dari penggunaan obat
yang sesuai seperti steroid atau dari gejala penyakit lain. Beberapa penyakit yang
dapat menyebabkan gangguan tidur yaitu asma, iskemia jantung, penyakit paru
obstrsuktif

V. DIAGNOSA ETIOLOGI
Sebelum mencari diagnosa penyebab suatu gangguan tidur, sebaiknya ditentukan
terlebih dahulu jenis danlamanya gangguan tidur (duration of sleep disorder), dengan
mengetahui jenis dan lamanya gangguan tidur, selain untuk membantu mengidentifikasi
penyebabnya, juga dapat memberikan pengobatan yang adekuat.
Pada tahun 1984, The International Institute of Health membuat suatu konsensus
pengelompokan gangguan tidur berdasarkan lamanya gangguan yang terdiri dari:
1) Transient yaitu jika gangguan tidurnya kurang dari 7 hari.
2) Short term yaitu jika gangguan tidurnya menetap lebih dari 7 hari dan kurang dari
3 minggu. Kedua gangguan tersebut biasanya berhubungan dengan stress yang
akut seperti perubahan kehidupan sosial, peningkatan emosional, faktor
lingkungan, faktor sistemik, kelainan gangguankesehatan, desinkronisaso irama
sirkadian.
3) Long term yaitu jika gangguan tidur menetap lebih dari 3 minggu. Biasanya
berhubungan dengan gangguan tidur primer, gangguan psikiatri, gangguan
kesehatan, gangguan psikologi.
Pada tahun 1990, American Sleep Disorders Association membuat reklasifikasi
untuk mencari kemungkinan penyebab gangguan tidur menjadi 4 kelompok yaitu:
1) Dissomnia, misalnya: ganguan intrisik, gangguan ekstrisik, gangguan irama
sirkadian.
2) Parasomnia, misalnya: Gangguan aurosal, gangguan bangun-tidur, berhubungan
fase REM.
18

3) Gangguan kesehatan/psikiatri, misalnya: gangguan mental, gangguan neurologi,
gangguan kesehatan.
4) Gangguan yang tidak terklasifikasi

VI. PENATALAKSANA UMUM
1. Pendekatan hubungan antara pasien dan dokter, tujuannya:
Untuk mencari penyebab dasarnya danpengobatan yang adekuat.
Sangat efektif untuk pasien gangguan tidur kronik.
Untuk mencegah komplikasi sekunder yang diakibatkan oleh penggunaan obat
hipnotik, alkohol, gangguan mental.
Untuk mengubah kebiasaan tidur yang jelek

2. Konseling dan Psikotherapi
Psikotherapi sangat membantu pada pasien dengan gangguan psikiatri seperti
(depressi, obsessi, kompulsi), gangguan tidur kronik. Dengan psikoterapi ini kita
dapat membantu mengatasi masalah-masalah gangguan tidur yang dihadapi oleh
penderita tanpa penggunaan obat hipnotik.

3. Sleep hygiene terdiri dari:
a) Tidur dan bangunlah secara reguler/kebiasaan
b) Hindari tidur pada siang hari/sambilan
c) Jangan mengkonsumsi kafein pada malam hari
d) Jangan menggunakan obat-obat stimulan seperti decongestan
e) Lakukan latihan/olahraga yang ringan sebelum tidur
f) Hindari makan pada saat mau tidur, tapi jangan tidur dengan perut kosong
g) Segera bangun dari tempat bila tidak dapat tidur (15-30 menit)
h) Hindari rasa cemas atau frustasi
i) Buat suasana ruang tidur yang sejuk, sepi, aman dan enak

4. Pendekatan farmakologi
Dalam mengobati gejala gangguan tidur, selain dilakukan pengobatan secara
kausal, juga dapat diberikan obat golongan sedatif hipnotik. Pada dsarnya semua obat
yang mempunyai kemampuan hipnotik merupakan penekanan aktifitas dari reticular
activating system (ARAS) diotak. Hal tersebut didapatkan pada berbagai obat yang
19

menekan susunan sarafpusat, mulai dari obat anti anxietas dan beberapa obat anti
depres. Obat hipnotik selain penekanan aktivitas susunan saraf pusat yang dipaksakan
dari proses fisiologis, juga mempunyai efek kelemahan yang dirasakan efeknya pada
hari berikutnya (long acting) sehingga menggangguaktifitas sehari-hari. Begitu pula
bila pemakain obat jangka panjang dapat menimbulkan over dosis dan ketergantungan
obat. Sebelum mempergunakan obat hipnotik, harus terlebih dahulu ditentukan jenis
gangguan tidur misalnya, apakah gangguan pada fase latensi panjang(NREM)
gangguan pendek, bangun terlalu dini, cemas sepanjang hari, kurang tidur pada
malam hari, adanya perubahan jadwal kerja/kegiatan atau akibat gangguan penyakit
primernya.
Walaupun obat hipnotik tidak ditunjukkan dalam penggunaan gangguan tidur
kronik, tapi dapat dipergunakan hanya untuk sementara, sambil dicari penyebab yang
mendasari. Dengan pemakaian obat yang rasional, obat hipnotik hanya untuk
mengkoreksi dari problema gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilai kondisi
primernya dan harus berhati-hati padapemakaian obat hipnotik untuk jangka panjang
karena akan menyebabkan terselubungnya kondisi yang mendasarinya serta akan
berlanjut tanpa penyelesaian yang memuaskan.
Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik adalah mengidentifikasi
dari problem gangguan tidur sedini mungkin tanpa menilaikondisi primernya
danharus berhati-hati pada pemakain obat hipnotik untuk jangka panjang karena akan
menyebabkan terselubungnya kondisi yang mendasarinya serta akan berlanjut tanpa
penyelesaian yang memuaskan. Jadi yang terpenting dalam penggunaan obat hipnotik
adalah mengidentifikasi penyebab yang mendasarinya atau obat hipnotik adalah
sebagai pengobatan tambahan. Pemilihan obat hipnotik sebaiknya diberikan jenis obat
yang bereaksi cepat (short action) dgnmembatasipenggunaannya sependek mungkin
yang dapat mengembalikan pola tiduryang normal.Lamanya pengobatan harus
dibatasi 1-3 hari untuk transient insomnia, dantidak lebih dari 2 minggu untuk short
term insomnia. Untuk long terminsomnia dapat dilakukan evaluasi kembali untuk
mencari latar belakang penyebab gangguan tidur yang sebenarnya. Bila penggunaan
jangka panjang sebaiknya obat tersebut dihentikan secara berlahan-lahan
untukmenghindarkan withdraw terapi.
Terapi yang dapat dilakukan
a. Pola tidur-bangun
Pertahankan bangun tidur yang teratur
20

Hilangkan tidur siang kecuali jika tidur siang merupakan bagian rutin dariawal
Apabila tidur siang, batasi20 menit.
Hindari tidur yang lama.
Pergi tidursaat mengantuk
Gunakan teknik relaksasi untuk meningkatkan tidur
Jika tidak dapat tidur dalam 15 sampai 30 menit, turun dari tempat tidur
b. Lingkungan
Tidurlah ditempat anda yang nyaman.
Jaga kebisingan.
Gunakan lampu tidur dan jaga jalur kekamar mandi bebas dari hambatan
Atur temperatur kamar sesuai keinginan.
c. Medikasi/obat-obatan
Gunakan sedatif dan hipnotiksesuairesepdokterdandosis.
Sesuaikan medikasi yang diperlukan.
d. Diet
Batasi alkohol, kafein, dan rokokdan malam hari
Konsumsi karbohidrat atau susu sebagai makanan ringan sebelum tidur
Kurangi asupan cairan 2 sampai 4 jam sebelum tidur















21

DAFTAR PUSTAKA

1. Sadock, Benjamin J, Sadock, Virginia. Buku Ajar Psikiatri Klinis. EGC. Jakarta: 2010
2. Elvira, Sylvia D, Hadisukanto, Gitayanti. Buku Ajar Psikiatri. FKUI. Jakarta: 2010
3. Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. FK Unika
Atmajaya. Jakarta:2001
4. Harrison. Prinsip-PrinsipIlmuPenyakitDalam volume 1. Jakarta: EGC. 2000
5. Prasadja, Andreas. Ayo Bangun! DenganBugarKarenaTidur yang Benar. Jakarta: PT
MizanPublika. 2009

























22

DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN
GANGGUAN KEPRIBADIAN

No Nama Alamat TandaTangan



















23


DAFTAR HADIR PESERTA PENYULUHAN
GANGGUAN KEPRIBADIAN
No Nama Alamat TandaTangan

Вам также может понравиться