Вы находитесь на странице: 1из 18

MAKALAH PRESENTASI KASUS PYODERMA

BIDANG RESEPTIR



Oleh:
Kelompok 10

Arian Putra, SKH B94134306
Rohan Nurhadi, SKH B94134350
Sulhi Aufa, SKH B94134355
Yuliani Indrawati, SKH B94134359
Yusti Maulida, SKH B94134360















PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
PENDAHULUAN

Pyoderma merupakan suatu infeksi bakteri yang dapat terjadi pada
berbagai lapisan kulit. Infeksi kulit ini sering terjadi pada anjing dan jarang terjadi
pada kucing (Moriello 2013). Pyoderma dapat terjadi pada lapisan superfisial dan
pada lapisan dalam kulit (deep pyoderma). Pada infeksi di bagian superfisial kulit,
lesio yang tampak biasanya ditunjukkan dengan terbentuknya pustula dan lama
kelamaan menjadi pecah kemudian terjadi kebotakan. Apabila pyoderma terjadi
pada lapisan kulit paling dalam, biasanya lesio yang muncul adalah terbentuknya
pus. Pyoderma dapat terjadi karena adanya infeksi dari berbagai macam jenis
bakteri. Bakteri yang menyebabkan pyoderma antara lain Staphylococcus
intermedius, Staphylococcus ureus, Staphylococcus hyicus, Pasteurella multocida,
atau Pseudomonas aeroginosa (Paterson 2008). Selain itu, infeksi kulit ini dapat
terjadi sebagai akibat komplikasi dari alergi kulit (alergi kutu, alergi lingkungan,
dan alergi makanan), ketidakseimbangan hormon (hipotiroidism, Cushings
disease), dan kondisi lain yang berkaitan dengan sistem imun (Ward E 2009).
Gejala klinis yang muncul pada infeksi pyoderma superfisial secara umum
adalah terbentuknya pustula pada kulit, merah, bengkak (berisi pus berwarna putih
pada bagian tengahnya, gatal, dan kerontokan rambut. Bagian tubuh yang paling
sering mengalami pyoderma superfisial biasanya pada bagian leher, kepala, dan
proksimal ekstremitas. Sedangkan gejala klinis yang muncul pada deep pyoderma
adalah rasa sakit, bau, terdapat eksudat darah dan pus, erythema, kebengkakan,
dan ulserasi pada kulit. Infeksi deep pyoderma sering terjadi pada bagian
interdigital, hock, dan tungkai bagian lateral (Moriello 2013).







Gambar 1 deep pyoderma dan superficial pyoderma (Irhke 2007)
Diagnosa pada pyoderma biasanya didasarkan pada anamnesis dan sejarah
medis dari hewan tersebut. Selain itu dapat juga dilakukan uji tambahan seperti uji
darah, kultur kulit, dan uji sensitivitas terhadap antibiotik serta uji kultur fungi
pada kulit. Pengobatan yang diberikan pada kondisi ini adalah dengan antibiotik
topikal selama kurang lebih 3 minggu hingga beberapa bulan. Pada deep
pyoderma pengobatan yang dilakukan lebih sulit dan diperlukan kontrol terhadap
penyakit yang lebih. Resistensi bakteri terhadap antibiotik sangat mungkin terjadi,
oleh sebab itu diperlukan pemberian dosis yang tepat dan monitoring terhadap
pasien penting untuk dilakukan.

Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai penyakit
pyoderma serta terapinya pada hewan kecil.

TINJAUAN PUSTAKA

Terapi / Treatment Pyoderma
Terapi yang dipakai untuk pyoderma adalah terapi menggunakan
antibiotik. Antibiotik yang digunakan pada penyakit ini bisa bersifat topikal dan
sistemik tergantung dari kasus yang ditemukan. Antibiotik topikal biasanya
digunakan untuk terapi pyoderma permukaan (superficial pyoderma) seperti
halnya pada kasus pyotraumatic dermatitis dan intertrigo. Sedangkan antibiotik
sistemik diperlukan untuk terapi pyoderma mucocutaneous yang pertumbuhan
bakteri dipermukaan kulit berlebihan. Namun, Kesuksesan terapi dari kebanyakan
kasus superficial pyoderma dan deep pyoderma memerlukan terapi antibiotik
yang sifatnya sistemik. Terapi antibiotik topikal umumnya digunakan sebagai
terapi tambahan pada kasus pyoderma mucocutaneous yang berfungsi
menghambat pertumbuhan bakteri yang berlebihan di permukaan kulit, untuk
mempercepat persembuhan, meningkatkan kualitas hidup hewan, dan berpotensi
untuk menghambat kasus pyoderma berulang. Terapi immunomodulator juga
dapat diberikan namun jarang, biasanya ditujukan untuk mencegah atau
menghambat frekuensi infeksi yang berulang. Penggunaan antibiotik yang
diperpanjang harus dipertimbangkan sebagai pilihan terakhir dalam management
terapi pyoderma berulang.
A. Terapi Antibiotik
Prinsip dasar penggunaan antibiotik sebagai salah satu pilihan terapi yai
tu pemilihan antibiotik yang tepat, penetapan dosis yang optimal, dan dosis
maintenance dalam jangka waktu yang tepat. Pemilihan antibiotik dapat
berdasarkan dari pengalaman empiris, kultur bakteri dan uji kepekaan. Pemilihan
antibiotik secara empiris sebaiknya terlebih dahulu mengetahui spektrum yang
digunakan terhadap bakteri penyebab penyakit dan sebaiknya antibiotik tersebut
tidak diinaktifasi oleh -lactamase. Terapi antibiotik untuk superficial pyoderma
diberikan setidaknya selama 1 minggu sedangkan untuk deep pyoderma terapi
dilakukan minimal selama dua minggu (Irhke 2007).
Terapi antibiotik secara empiris yang ideal seharusnya memiliki aktifitas
spektrum yang spesifik, efek samping yang kecil, biaya yang rasional dan telah
menunjukkan efektifitas yang baik. Beberapa penelitian kecil menunjukkan
bahwa agen bakterisidal lebih efektif dibandingkan dengan bakteriostatis pada
terapi superfisial pyoderma tanpa komplikasi.
Tabel 1. Beberapa Terapi antibakteri untuk superficial dan deep infeksi bakteri
(pyoderma) pada kucing
Antibiotik Dosis Indikasi
Amikasin 5-10 mg/kg SQ s12j Bakteri batang Gram
negatif, mycobakterium
(M. avium)
Amoxicillin 11-22mg/kg PO
s12j/s8j
Abses akibat gigitan
kucing
Ampicillin 20 mg/kg PO s12j Actinomyces, Nocardia,
Dermatophilus
Cephalexin 25 mg/kg PO s12j Nocardia, dermatophilus
Clavamox (amoxicillin
dan asam clavulanat)
12.5-25mg/kg PO
s12j-s8j
Abses gigitan kucing,
infeksi staphylococcus
Clindamycin 5.5 mg/kg PO s12j Nocardia, Abses gigitan
kucing, infeksi
staphylococcus
Clofazimin 2-12 mg/kg PO s12j,
jangka panjang
sampai 6 bulan
Lepra kucing
Enrofloxacin 5 mg/kg PO s12j Bakteri batang Gram
negatif, mycobacterium
(M. avium), infeksi
staphylococcus
Lincomycin 22 mg/kg PO s12j Infeksi staphylococcus,
dermatophilus
Penicillin G procain
Potensialsulfonamid
(trimethoprim/sulfonamid)
10-15 mg/kg IM atau
SQ s12j
Actinomyces
Rifampin 5 mg/kg PO s12j Actinobacillus, nocardia
Sterptomycin 10 mg/kg IM atau SC
s24j
Lepra kucing
Tetracyclin 10-22 mg/kg PO
s12j-s8j
Actonobacillus,
Actinomyces,

Penicilin, ampicillin, amoxicillin, dan tetracyclin adalah pilihan yang
kurang tepat untuk terapi pyoderma pada anjing. Beberapa kasus telah
menunjukkan resistensi terutama pada kasus deep pyoderma. Beberapa clinical
trial telah menunjukkan beberapa antibiotik yang efektif untuk kasus pyoderma
antara lain erythromycin, tylosin, lincomycin, clindamycin, chloramphenicol,
trimethoprim dan ormetoprin yang dipotensiasi sulfonamide, oxacillin,
cephalexin, cefadroxil, fluoroquinolones, amoxicillin-clabulanate, dan rifampin.
Untuk antibiotik spektrum sempit yang lebih suka digunakan adalah
erythromycin, lincomycin, dan oxacillin, sedangkan untuk spectrum luas antara
lain cephalexin, cefadroxil, sulfonamide yang dipotensiasi dengan ormetropim,
enrofloxacin dan marbofloxacin (Irhke 2007) .
Pemberian antibiotik lebih baik diberikan sehari sekali atau 2 kali sehari
dibandingkan yang 3 hari sekali. Sulfadimethoxine yang di potensiasi oleh
ormetoprim dan fluoroquinolone adalah antibiotik yang dapat diberikan sehari
sekali. Cephalexin, cefadroxil, dan lincomycin diberikan 2 hari sekali sedangkan
antibiotik lainnya diberikan 3 hari sekali.
Beberapa antibiotik dirokemendasikan untuk terapi pyoderma antara lain
erythromycin, lincomycin, clindamycin dan sulfadimethoxine. Antibiotik tersbut
jika dipotensiasi dengan ormetropim akan sangat efektif untuk terapi superficial
pyoderma tanpa komplikasi. Generasi pertama cephalosporin (Cephalexin dan
cefadroxil), enrofloxacim, dan oxacilin dapat direkomendasikan untuk terapi
pyoderma berulang. Beberapa dokter hewan kulit juga menggunakan amoxicillin-
clavulanate untuk kasus terapi berulang tersebut. Untuk kasus yang kronik, deep
pyoderma membutuhkan antibiotik yang memiliki kemampuan penetrasi kuat
karena fokal infeksi dan scar dapat menghambat akses antibiotik ke lokasi infeksi.
Cephalexin, enrofloxacin dan marbofloxacin memiliki kemampuan daya penetrasi
yang lebih baik. Apabila penggunaan obat tersebut tidak berefikasi yang baik,
maka rifampin (yang dikombinasikan dengan cephalexin atau oxacillin) dapat
diberikan.
Enrofloxacin, marbofloxacin dan fluoroquinolone lain memberikan
keuntungan lain yaitu pemberian dosis satu hari sekali, penetrasi jaringan yang
sangat baik, aktifitas melawan S. intermedius dan infeksi sekunder gram negative
dan resiko terbentuknya resistensi yang lebih rendah.
Oxacilin merupakan antibiotik yang resisten terhadap -lactamase,
berspektrum sempit dan bersifat penicillin sintetis. Keuntungan yang lain adalah
efikasi yang stabil untuk kasus pyoderma dan efek samping yang rendah. Hanya
saja penggunaan oxacillin memiliki harga yang mahal meskipun obat generik
karena diberikan 3 kali sehari dan harus diberikan setidaknya satu jam sebelum
makan karena makanan dapat mengganggu proses penyerapannya.

B.Terapi Topikal
Terapi topikal memiliki peranan penting dalam pyoderma. Terapi topikal
berupa sampo antibakteri mengkin efektif untuk kasus pyoderma tertentu tanpa
perlu memberikan antibiotik. Terapi topikal digunakan sebagai terapi tambahan
untuk superficial dan deep pyoderma. Penggunaan sampo antibakteri ditujukan
untuk debridement, memperbaiki drainase, mengurangi rasa sakit dan gatal. Selain
itu juga dapat mengurangi jumlah bakteri di permukaan kulit dan mengurangi
rekolonisasi organisme sehingga mencegah terjadinya pyoderma berulang.
Sampo antibakteri yang cocok untuk kasus pyoderma adalah sampo yang
mengandung benzoyl peroxide dengan atau tanpa sulfur, chlorhexidine, ethyl
lactate, atau triclosan. Sampo antibakteri bisa digunakan dua kali seminggu.
Sampo benzoyl peroxide dapat mengurangi resiko kejadian pyoderma berulang
pada hewan yang rentan karena benzoyl peroxide berfungsi sebagai anti-
seborrhoic dan antibakteri. Selain sediaan sampo, beberapa bahan atau obat lain
juga dapat diberikan secara topikal baik itu dalam bentuk gel, krim, maupun
ointment seperti Mupirocin dan fucidic acid.

C. Terapi Immunomodulator
Pemberian immunomodulator pada pyoderma masih menjadi kontroversi
sebagai terapi penyembuhan. Pemberian immunomodulator harus disesuaikan
dengan antibiotik dan terapi topikal yang diberikan kepada hewan agar terapi
tersebut dapat efektif mengurangi frekuensi kejadian pyoderma, mengurangi
derajat keparahan dan kejadian pyoderma berulang. Oleh karena itu pemberian
immunomodulator biasanya dikombinasikan dengan antibiotik sistemik dan
topikal.
Immunomodulator dapat berupa sediaan bacterial maupun nonbacterial.
Produk komersialnya dapat mengandung staphylococcus atau Propionibacterium
sp sebagai antigen. Sedangkan untuk immunomodulator nonbacterial antara lain
levamisole dan cimetidine.

D. Kegagalan Terapi dan komplikasi
Kegagalan terapi yang sering terjadi dikarenakan kegagalan dalam
menjalankan prinsip dasar terapi antibiotik sistemik, diantaranya dikarenakan
dosis terapi yang tidak optimal dan gagal menjalankan terapi untuk periode yang
cukup lama. Sedangkan beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya
komplikasi pada pyoderma adalah kegagalan dari terapi itu sendiri.
Kejadian kasus yang terjadi secara bersamaan seperti demodeciosis,
gangguan kornifikasi, gangguan folikel rambut, hypothyroidisme dan penggunaan
steroid merupakan beberapa factor yang menyebabkan kegagalan terapi.

PEMBAHASAN

Kasus I
Anamnesa
Kucing jantan steril berumur 10.5 tahun memiliki berat 5 kg dengan ras
Tortoiseshell domestic long hair, mengalami kesulitan bernafas dan terdapat ulkus
pada bibir sejak 1.5 tahun yang lalu. Kucing mengalami infestasi kutu yang
berkembang menjadi lumbosacral pruritus, dermatitis papular, dan ulkus pada
bibir kiri atas. Kucing telah diberikan pengobatan menggunakan imidakloporid,
Setelah 2 bulan masalah kutu dan dermatitis lumbosacral selesai, namun masih
terjadi ulkus pada bibir. Dokter memberikan Methyl prednisolone dengan dosis
yang tidak diketahui dan memberikan amoxicillin asam clavulanat. Setelah
sebulan ditemukan lesi pada bibir atas berkembang pada bagian kanan dan kiri
dan menebal, tedapat eritrematosa, kebengkakan, ulser dengan fokus berwarna
kuning, dan muntah. Dokter kembali menyarankan untuk melakukan perubahan
diet pada pakan, memberhentikan memberian amoxicillin asam clavulanat, dan
biopsi. Hasil dari biopsi ditemukan neutrofilik, eosinofilik, dan bentuk coccus
(Wildermuth et al. 2006)

Tata laksana terapi
Clindamycin
Indikasi : Antibakteri, menghambat sintesa protein bakteri melalui
penghambatan ribosom bakteri. Bersifat bakteriostatik
gram positif dan anaerob.
Dosis : 11 mg/kg BB
Rute : PO
Frekuensi : Setiap 24 Jam
Nama Paten : Albiotin, Climadan, dan Clinmas.
Dosis pemberian : 11 mg/kg x 5 kg = 55 mg

Salbutamol
Indikasi : Bronkodilatator
Dosis : 0.02 mg/kgBB
Frekuensi : Setiap 8 jam
Kekuatan : Setiap tablet mengandung 2 mg
Catatan :Kombinasi dengan Prednisolone sinergik dalam efek
bronkodilatator
Nama Paten : Ventolin
Dosis pemberian : 0.02 mg/kg x 5 kg = 0.1 mg


Chlorhexidin 2%
Indikasi : Bakterisidal, fungisidal
Dosis : Pemakaian sudah diketahui
Rute : Topikal
Frekuensi : Setiap 1 minggu (pemakaian sudah diketahui)
Nama Paten : Chlorhexiderm maximum shampoo, Malaseb shampoo
Metokloperamide
Indikasi : Antiemetik
Kontraindikasi : Gastrointestinal haemoragic
Dosis : 0.2 mg/kg BB
Rute : PO
Frekuensi : Setiap 8 jam
Kekuatan : setiap tablet mengandung 5 mg primperan
Catatan : pemberian jam sebelum makan
Nama Paten : primperan
Dosis pemberian : 0.2 mg/kg x 5 kg = 0.1
CTM (Chlorpheneramin Maleat)
Indikasi : Antihistamin H1 bloker
Dosis : 2 mg/kg BB
Rute : PO
Frekuensi : Setiap 12 jam
Kekuatan : setiap tablet mengandung 4 mg CTM
Nama Paten : Chlorpenon
Dosis pemberian : 2 mg/kg x 5 kg = 10 mg
Echinaceae Extract
Indikasi : meningkatkan sistem imun
Dosis : 1 C.th
Rute : PO
Frekuensi : setiap 24 Jam
Nama Paten : Imboost Syr





















Kasus II
Anamnesa
Kucing abu-abu domestic short hair jantan steril berumur 7 tahun dengan
berat 6.3 kg mengalami eosinofilik plak sejak 6 bulan lalu. Lesi berkembang
setelah klien pindah tempat tinggal, ditemukan alopecia pada daerah perut dan
inguinal. Kucing setiap bulan rutin diberikan Imidacloprid dan saat terjadi
Klinik Hewan IKO
Drh. Yuliani Indrawati
Jl. Salemba Raya, Jakarta Pusat
Telp. (021) 391 6042
SIP: 0214/SP/JB/14
Jakarta, 18 Juni 2014
R/Clindamycin tab 55 mg
m.f.l.a. pulv. dtd. da. In. caps. No. XV
s.s.d.d. I. caps. Pc
paraf
R/Salbutamol tab 0.1 mg
m.f.l.a.pulv.dtd.da.in.caps.No.XXI
.s.t.d.d. I. caps. P.c
paraf
R/Chlorhexidin 2% sol 250 ml No. I fles
s.u.c
paraf
R/Metokloperamide tab 1 mg
m.f.l.a.pulv.dtd.da,in,caps. No. XXI
.s.t.d.d. I caps. a.c
paraf
R/ CTM (Chlorpheneramin Maleat) tab 10 mg
m.f.l.a.pulv.dtd.da.in.caps No.XV
s.b.d.d I Caps pc
paraf
R/Echinaceae extract Syr 120 ml No I Fles
s.s.d.d. I C.th. pc
paraf

Pro : xxx (Kucing jantan steril, 5 kg, 10.5 th)
Nama pemilik : Tn. Xxx
Alamat : Jl. Delima, Jakarta
No. Telp : 085212345678
penyakit diberikan benzoil peroksida. Setelah dibawa ke dokter diketahui plak
eritematosa bersifat eksudatif, lembab, dan erosive pada ventral perut. Alopecia
ringan ditemukan disekitar plak dan paha bilateral bagian medial. Sampel biopsy
diambil pada plak dibagian perut dan hasilnya ditemukan dominasi bakteri coccus
(Wildermuth et al. 2006).

Tata laksana terapi
Asam Clavulanat+amoxicillin
Indikasi : Antibiotik betalaktam dan penghambat enzim betalaktamase
Kontraindikasi : Hipersensitif
Dosis : 12 mg/kg BB
Rute : PO
Frekuensi : Setiap 12 jam
Kekuatan : Setiap tablet mengandung amoxicillin 500 mg dan asam
clavulanat 125 mg
Nama Paten : Co Amoxyclav, Claneksi
Dosis pemberian: 12 mg/kg x 6.3 kg = 75.6 mg

Chlorhexidin 2%
Indikasi : Bakterisidal, fungisidal
Dosis : Pemakaian sudah diketahui
Rute : Topikal
Frekuensi : Setiap 1 minggu (pemakaian sudah diketahui)
Nama Paten : Chlorhexiderm maximum shampoo, Malaseb shampoo

CTM (Chlorpheneramin Maleat)
Indikasi : Antihistamin H1 bloker
Dosis : 2 mg/kg BB
Rute : PO
Frekuensi : Setiap 12 jam
Kekuatan : setiap tablet mengandung 4 mg CTM
Nama Paten : Chlorpenon
Dosis pemberian : 2 mg/kg x 6.3 kg = 12.6 mg

Echinaceae Extract
Indikasi : meningkatkan sistem imun
Dosis : 1 C.th
Rute : PO
Frekuensi : setiap 24 Jam
Nama Paten : Imboost Syr














Kasus III
Anamnesa
Kucing domestic short hair betina steril berumur 8 bulan dengan berat 2.3
kg mengalami anoreksia dan demam 106 F setelah dilakukan ovariohisterektomi.
Setelah dibawa ke dokter diketahui bahwa ditemukan eritematosa dan peradangan
pada daerah perut dan mukosa mulut. Pada kulit bagian perut ditemukan nekrosis
multifocal yang menebal dengan kerak dibagian atas dan terdapat eksudat
purulent. Biopsi dan kultur dilakukan dan diketahui bahwa ditemukan
Pseudomonas aeruginosa (Wildermuth et al. 2006).
Klinik Hewan IKO
Drh. Yuliani Indrawati
Jl. Salemba Raya, Jakarta Pusat
Telp. (021) 391 6042
SIP: 0214/SP/JB/14
Jakarta, 18 Juni 2014

R/Asam clavulanat+amoxicillin tab 75.6 mg
m.f.l.a. pulv. Dtd. da. In. caps. No. XV
s.s.d.d. I. caps. Pc
paraf
R/Chlorhexidin 2% sol 250 ml No. I fles
s.u.c
paraf
R/ CTM (Chlorpheneramin Maleat) tab 12.6 mg
m.f.l.a.pulv.dtd.da.in.caps No.XV
s.b.d.d I Caps pc
paraf
R/Echinaceae extract Syr 120 ml No I Fles
s.s.d.d. I C.th. pc
paraf
Pro : xxx (Kucing, jantan steril, 6.3 kg, 7 th)
Nama pemilik : Tn. Xxx
Alamat : Jl. Delima, Jakarta
No. Telp : 085212345678



Tata laksana terapi
Cefadroxil
Indikasi : Antibiotik betalaktam, menghambat pembentukan dinding
sel, dan kematian sel
Kontra indikasi : Hipersensitif
Dosis : 22 mg/kg BB
Rute : PO
Frekuensi : Setiap 12 Jam
Kekuatan : Setiap kapsul mengandung 250 mg cefadroxil
Catatan : Generasi pertama sefalosforin, tidak murah, efeksamping
mual dan muntah.
Nama Paten : Cefat
Dosis Pemberian : 22 mg/kg x 2.3 kg = 50.6 mg

Mupirocin 2%
Indikasi : Bakterisidal
Dosis : pemakaian sudah diketahui
Rute : Topikal
Frekuensi : Setiap 24 Jam
Nama Paten : Bacitroban

CTM (Chlorpheneramin Maleat)
Indikasi : Antihistamin H1 bloker
Dosis : 2 mg/kg BB
Rute : PO
Frekuensi : Setiap 12 jam
Kekuatan : setiap tablet mengandung 4 mg CTM
Nama Paten : Chlorpenon
Dosis Pemberian : 22 mg/kg x 2.3 kg = 50.6 mg

Echinaceae Extract
Indikasi : Meningkatkan sistem imun
Dosis : 1 Cth
Rute : PO
Frekuensi : setiap 24 Jam
Nama Paten : Imboost Syr

Curcumin
Indikasi : Meningkatkan nafsu makan
Dosis : 1 Cth
Rute : PO
Frekuensi : setiap 24 Jam
Nama Paten : Curcuma Plus















Klinik Hewan IKO
Drh. Yuliani Indrawati
Jl. Salemba Raya, Jakarta Pusat
Telp. (021) 391 6042
SIP: 0214/SP/JB/14
Jakarta, 18 Juni 2014

R/Cefadroxil caps 50.6 mg
m.f.l.a. pulv. Dtd. da. In. caps. No. XV
s.s.d.d. I. caps. Pc
paraf
R/Mupirocin 2% oint No. I tube
s.u.e
paraf
R/ CTM (Chlorpheneramin Maleat) tab 12.6 mg
m.f.l.a.pulv.dtd.da.in.caps No.XV
s.b.d.d I Caps pc
paraf
R/Echinaceae extract Syr 120 ml No I Fles
s.s.d.d. I C.th. pc
paraf
R/Curcumin syr 120 ml No. I fles
s.s.d.d I. C.th. p.c.
paraf

Pro : xxx (Kucing betina steril, 2.3 kg, 8
bulan)
Nama pemilik : Tn. Xxx
Alamat : Jl. Delima, Jakarta
No. Telp : 085212345678



Kasus 4
Anamnesa
Pugie seekor anjing ras Pug jantan berumur 10 tahun, memiliki berat 8 kg.
Anjing jantan tersebut mengalami kelainan berupa kulit kemerahan hampir
seluruh tubuh, disertai gatal. Suhu tubuh Pugie 38.5
0
C. Kulit dan rambutnya
kusam, ada kebotakan di daerah punggung dan ventral tubuh, alopecia tidak
simetris, serta terdapat luka terbuka (ulcer) pada tubuh dengan bau tidak enak
(tengik) dan kerak di kulit punggung. Setelah dilakukan pemeriksaan Pugie
diduga mengalami Atopic dermatitis yaitu peradangan pada kulit yang dapat
terjadi akibat peningkatan kadar serum IgE. Anjing ras Pug merupakan
predisposisi dari Atopic dermatitis. Kejadian ini dapat diakibatkan oleh adanya
alergi seperti disebabkan oleh ektoparasit, superfisial pyoderma akibat
Staphylococcus, faktor temperatur dan kelembaban, serta faktor kulit (kulit yang
kering).
Tata laksana terapi :
Cefadroxil
Indikasi : Antibiotik betalaktam, menghambat pembentukan dinding
sel bakteri.
Kontra indikasi : Hipersensitif
Dosis : 22 mg/kg BB
Rute : PO
Frekuensi : Setiap 12 Jam
Kekuatan : Setiap kapsul mengandung 250 mg cefadroxil
Catatan : Generasi pertama sefalosforin, tidak murah, efeksamping
mual dan muntah.
Nama Paten : Cefat
Dosis Pemberian : 22 mg/kg x 8 kg = 176 mg

Diphenydhramine HCl
Indikasi :Mediator radang dengan mengahambat pembentukan
prostaglandin, menghambat reaksi alergi.
Dosis : 2 mg/kg BB
Rute : PO
Frekuensi : Setiap 8 Jam
Dosis Pemberian : 2 mg/kg x 8 kg = 16 mg

Chlorhexidin 2%
Indikasi : Bakterisidal dan Fungisidal
Dosis : Sudah diketahui
Rute : Topikal
Frekuensi : Setiap 12 Jam

Beta-carotene
Indikasi : vitamin perawatan kulit dan rambut
Dosis : 0.72 mg/kg BB
Rute : PO
Frekuensi : Setiap 24 Jam
Dosis Pemberian : 0.72 mg/kg x 8 kg = 5.76 mg
drh. Yusti Maulida
Babakan Lebak, Bogor (0251-271288)
SIP: 270/09/2014
Bogor, 21 Juni 2014

R/Chlorhexidin 2% sol 250 ml No. 1 fls
s.u.c
-------------------------------------------------paraf
R/Cefadroxil 176 mg
m.f.pulv.d.t.d. da in caps No. XLII
s.b.d.d.I cap.p.c.
--------------------------------------------------paraf
R/Diphenydhramine HCl 16 mg
m.f.pulv.d.t.d.da in caps No. LXIII
s.t.d.d.I cap.p.c.
--------------------------------------------------paraf
















KESIMPULAN

Pyoderma merupakan suatu infeksi bakteri yang dapat terjadi pada
berbagai lapisan kulit. Bakteri yang menyebabkan pyoderma antara lain
Staphylococcus intermedius, Staphylococcus ureus, Staphylococcus hyicus,
Pasteurella multocida, atau Pseudomonas aeroginosa. Pyoderma terbagi atas
superficial pyoderma dan deep pyoderma. Terapi Pyoderma dapat menggunakan
antibiotik sistemik antara lain erythromycin, lincomycin, clindamycin dan
sulfadimethoxine dan antibiotik topikal seperti sampo dengan kandungan
chlorhexidin. Selain itu terapi pyoderma juga bisa menggunakan
immunomodulator namun harus menyesuaikan dengan antibiotiknya.


DAFTAR PUSTAKA

R/Beta caroten 5.76 mg
m.f.pulv.d.t.d. da in caps No. XXI
s.s.d.d.I cap.
--------------------------------------------------paraf
Nama pasien: Pugie (Anjing Pug, 8 kg), Jantan
Nama pemilik: xxxx
Alamat: Jl. Kenangan 11 (021-271192)


Moriello KA. 2013. Overview of Pyoderma. Mercks Manuals [internet]. [diunduh
2013 Juni 21]. Tersedia pada http://www.merckmanuals.com/
vet/integumentary_system/pyoderma/overview_of_pyoderma.html
Paterson S. 2008. Manual of the Skin Diseases of Dogs and Cats. Ed ke-2. Oxford
(GB): Blackwell. Hlm: 26-47.

Irhke PJ. 2007. Infectious Diseases of the Dog and Cat. Ed ke-3. Oxford (GB):
Blackwell. Hlm: 6-7.

Ward E.2009.Pyoderma in Dogs. VCA Animal Hospital [internet]. [diunduh 2013
Juni 21]. Tersedia pada http://www.vcahospitals.com/main/pet-health-
information/article/animal-health/pyoderma-in-dogs/913.
Wildermuth BE, Griffin CE, Rosenkrantz WS. 2006. Feline pyoderma therapy.
Clintech Small Animal. 21:150-156.

Вам также может понравиться