Вы находитесь на странице: 1из 4

337

PENGUKURAN SESAR MENGGUNAKAN METODE CSAMT DI AREA GEOTHERMAL


KAMOJANG

Awwaludin Assalam
1
Program Study Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada
Sekip Utara, Bulaksumur, Yogyakarta 55281

SARI
CSAMT adalah metode elektromagntik yang menggunakan
sumber elektromagnetik ( EM ) buatan yang dapat
dikontrol frekuensinya guna mendapatkan sinyal EM yang
lebih kuat dari sinyal EM alam. Survey CSAMT dengan
jangkauan frekuensi 10 Hz 92 KHz telah dilakukan untuk
menggambarkan resistivity bawah permukaan yang dapat
mencapai kedalaman sekitar 1 Km. Survey CSAMT ini
dilakukan pada tanggal 20 23 Januari 2008 di Area
Geothermal Kamojang, Jawa Barat.

Pengukuran dilakukan disekitar Gunung Jahe yang dengan
arah lintasan N 140
0
E. Sistem pengukuran yang dilakukan
terdiri dari komponen penerima, Stratagem Geometric
Model 267160.01 dan komponen pemancar dengan daya
400 Am
2
. Data yang terdiri dari 5 titik pengukuran
dianalisa menggunakan analisis 1D dan 2D menggunakan
software imagem kemudian menghasilkan pseudo section
dari harga resistivitas.

Hasil dari pengolahan menunjukan bahwa resistivitas
rendah pada kedalaman 0 200 m dapat diprediksi sebagai
perlapisan yang tidak kontinyu, sehingga ini diprediksi
sebagai Sesar Kandang yang merupakan target dari survey
CSAMT ini.

Key Words : Geothermal, Resistivitas, Mineral
Hydrothermal, Sesar.



1. Pendahuluan
Kamojang merupakan lapangan geothermal yang pertama
di Indonesia yang telah dieksploitasi dan telah
menghasilkan listrik sejak 1983. Area Geothermal
Kamojang terletak di pegunungan tinggi di Kabupaten
Bandung, Jawa Barat, Indonesia dengan ketinggian sekitar
1500 m di atas permukaan laut.

Reservoir pada area geothermal ini terletak pada kedalaman
sekitar 544 m sampai 1700 m. Permeabilitas pada reservoar
sebagian besar disebabkan oleh sesar turun dan kekar
kekar yang berasosiasi.

Salah satu sesar adalah Sesar Kendang yang merupakan
target dari Survey CSAMT ini. Terdapatnya lapisan dengan
resistivitas rendah (0 - 40 ohm meter ) pada kedalaman 0
200 m yang tidak kontinyu dapat dipredisi sebagai sesar.

2. Data dan Metode Penelitian
2.1 Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penilitian ini berupa peta
geologi, peta topografi, dan data resistivitas. Peta geologi
ini berfungsi sebagai sumber informasi geologi pada daerah
penelitian, dan juga sebagai acuan dalam menentukan
lintasan survey dan interpretasi geologi. Peta topografi
digunakan untuk mengetahui geomorfologi daerah
penelitian, sedangkan data resistivitas adalah data yang
PIT33-OS-001
338

diperoleh dari hasil pengukuran dilapangan. Data
resistivitas ini digunakan untuk menentukan struktur bawah
permukaan bumi.

2.1.1 Geologi Regional
Kamojang merupakan lapangan geothermal yang pertama
di Indonesia yang telah dieksploitasi dan telah
menghasilkan listrik sejak 1983. Area geothermal
kamojang terletak di pegunungan tinggi di Kabupaten
Bandung, Jawa Barat, Indonesia dengan ketinggian sekitar
1500 m di atas permukaan laut.

Reservoir pada area geothermal ini terletak pada kedalaman
sekitar 544 m sampai 1700 m. Batuan reservoir terdiri dari
interbedded pyroclastic dan lava yang komposisinya berupa
andesit dengan beberapa basaltic andesite dan lacustrine
tuffs.

Pada area geothermal ini terdapat dua mineral
hydrothermal, yaitu mineral yang dihasilkan oleh fluida
asam dan fluida netral. Mineral yang dihasilkan oleh fluida
asam berada pada kedalaman rendah ( kedalaman sekitar
100 -300 m ) dan terdiri dari kaolin, smectite, alunite,
kuarsa, cristobalite, dan pyrite (Utami, 2000). Sedangkan
mineral yang dihasilkan oleh fluida netral berada pada
kedalaman yang lebih dalam, terdiri dari kuarsa, adularia,
albite, epidote, titanite, wairakite, laumantite, calcite,
siderite, hematite, pyrite, anhydrite, smectite, chlorite, illite,
dan interlayered clays. Kedua jenis mineral ini, baik
mineral yang disebabkan oleh fluida asam dan fluida netral
menunjukan bahwa fluida alterasi adalah liquid (Utami,
2000).

Area geothermal kamojang merupakan vapor dominanted
system tetapi mineral hydrothermal menunjukan bahwa
batuan yang teralterasi fluida secara dominan adalah liquid
(Utami, 2000)

2.2 Metode Penelitian
2.2.1 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data CSAMT di daerah Kamojang dilakukan
selama tiga hari yaitu pada tanggal 20 23 Januari 2008.
Pengambilan data CSAMT ini menggunakan komponen
transmitter dan receiver Stratagem versi 2671-01 REV.D.
Dalam satu hari diperoleh tiga titik pengukuran dengan
spasi 150 m. Pengambilan data dilakukan pada 3 band
frekuensi yaitu :
Band 1 : 10 Hz 1kHz
Band 4 : 500 Hz 3 kHz
Band 7 : 750 HZ 100 kHz
Secara otomatis alat Stratagem akan melakukan penapisan
sebanyak empat, tujuh atau empat belas segmen untuk
setiap band dan memerlukan waktu sekitar lima menit.
2.2.2 Instrumentasi
Instrumentasi yang digunakan adalah komponen receiver
Stratagem versi 2671-01 REV.D yang terdiri dari :
- 4 batang patok elektroda stainlessstel
- 1 batang patok ground dan kabel ground
- 4 buah sambungan elektroda dengan kabel-kabel
telluric 2 meter
- 1 buah modul analog front end (AFE )
- 2 buah kumparan medan magnetik
- 2 buah kabel penghubungan kumparan / AFE
standard
- 1 buah console pemroses sinyal startagem
- 1 buah keyboard kompatible
- 1 buah kabel daya console
- 1 buah aki 12 volt
- Peta dan kompas
- Alat pendukung lainnya ( log book dan alat tulis
sendiri )

2.2.3 Metode Pengolahahan Data
Survey geofisika metode magnetoteluric ini menggunakan
Stratagen ( Geometrics ) yang di dalamnya telah terdapat
339

rutin rutin pengolahan data . Rutin pengolahan data ini
memungkinkan menampilkan data hasil pengukuran dalam
bentuk koherensi, resistivitas, serta beda fasenya. Hasil
akhir dari pengolahan data berupa sebaran nilai true
resistivity dalam fungsi kedalaman.
Adapun rutin pengolahan data magnetoteluric secara garis
besar adalah :
- Melakukan pengukuran komponen E dan H
dalam arah tegak lurus yang memiliki rentang
frekuensi tertentu
- Melakukan analisis frekuensi ( spektrum )
- Melakukan pemilihan sinyal sinyal pengukuran
pada spektrum tertentu ( yang dianggap mewakili
kedalaman tertentu )
- Melakukan perhitungan nilai resistivitas
berdasarkan nilai E dan H yang bersesuain
- Melakukan perhitungan kedalaman oleh suatu
frekuensi melalui persamaan skin depth
- Hasil akhir dalam nilai resistivitas untuk berbagai
frekuensi ( atau kedalaman ) diplot sebagai nilai
resistivitas terhadap kedalaman.
Pada alat Stratagem Geometrics ini, langkah langkah
tersebut kemuadian dinntegrasikan dengan algoritma
Bostik, analisa koherensi, korelasi, dan sebagainya untuk
mendapatkan hasil terbaik.

3. Hasil dan Diskusi
3.1 Hasil Pengolahan CSAMT
Pengukuran dengan Metode CSAMT akan diperoleh data
yang bersifat sounding. Data dianalisis secara 1D dan 2D
menggunakan software imagem kemudian diperoleh
pseudo section dari nilai resistivitas ( Gambar 1 ),
kemudian hasil tersebut diolah di software surfer dan
diplotkan beserta data topografi dari titik titik pengukuran
( Gambar 2 )

Jarak (m)
Gambar 1. Hasil pengolahan data yang menunjukan sebaran nilai
resistivitas dalam fungsi kedalaman

Gambar 2. Nilai resistivitas dalam fungsi kedalaman diplotkan
dengan topografi titik ukur

Berdasarkan hasil pengolahan data dari menggunakan
imagem maupun surfer dapat diketahui bahwa daerah
dengan kedalaman 0-200 didominasi harga resistivitas
rendah 0-40 ohm meter, pada kedalaman 200-350 m
ditemui harga resistivitas yang lebih tinggi (40-100 ohm
meter),pada kedalaman 400 1000 m ditemui harga
resistivitas tinggi (100-650 ohm meter), sedangkan pada
kedalaman lebih dari 1000 m diperoleh nilai resistivitas 650
950 ohm meter .

340

Berdasarkan informasi geologi yang diketahui, Area
Geothermal Kamojang terdapat dua mineral hydrothermal,
yaitu mineral yang dihasilkan oleh fluida asam dan fluida
netral. Mineral yang dihasilkan oleh fluida asam berada
pada kedalaman rendah ( kedalaman sekitar 0 -300 m ) dan
terdiri dari kaolin, smectite, alunite, kuarsa, cristobalite,
dan pyrite. Sedangkan mineral yang dihasilkan oleh fluida
netral berada pada kedalaman yang lebih dalam (Utami,
2000). Reservoir pada Area Geothermal Kamojang terletak
pada kedalaman sekitar 544 m sampai 1700 m terdiri dari
interbedded pyroclastic dan lava yang komposisinya berupa
andesit dengan beberapa basaltic andesite dan lacustrine
tuffs ( Utami, 2000 )

Resistivitas dari zona smectite ditentukan oleh tipe dan
intensitas dari alterasi, perubahan saturasi, suhu, pada
umumnya zona ini mempunyai nilai resistivitas 1- 10 ohm
meter. Pada suhu yang lebih tinggi, jumlah smectite
menurun,resistivitas akan naik, zona transisi ini mempunyai
nilai resistivitas 20 100 ohm meter ( Anderson et al, ).

Hasil pengolahan data CSAMT ini dapat diinterpretasi
berdasarkan informasi geologi. Berdasarkan informasi
geologi maka dapat diperkirakan bahwa pada kedalaman 0
200 m yang mempunyai nilai resistivitas sikirar 0 40
ohm meter merupakan zona yang didominasi oleh mineral
lempung (jenis smectite, kaolin). Pada kedalaman 200
350 m, mempunyai nilai resistivitas 40 100 ohm meter
dapat diperkirakan sebagai zona transisi (chlorite plus
smectite atau illite, chlorite plus interlayered clays). Pada
kedalaman lebih 400 m dapat diperkirakan masih cap rock
(lempung illite dan chlorite).

Pada informasi geologi menerangkan bahwa permeabilitas
pada batuan reservoar sebagian besar disebabkan oleh
adanya sesar turun dan kekar kekar yang saling
berasosiasi. Sesar dan kekar kekar tersebut terisi oleh
endapan mineral hydrothermal ( Utami, 2000). Adanya
endapan mineral hydrothermal ini dapat menyebabkan nilai
resistivitas menjadi rendah sehingga pada lapisan pertama
ditemui lapisan yang tidak menerus dengan nilai resistivitas
yang rendah ( 600 m di sumbu X ). Itu diperkirakan sebagai
sesar Kendang yang menjadi target dari survei CSAMT.

4. Kesimpulan
Dari data resistivitas dan informasi geologi yang diperoleh,
maka dapat disimpulkan bahwa pada kedalaman 0 200 m
yang mempunyai nilai resistivitas sikirar 0 40 ohm meter
merupakan zona yang didominasi lempung (jenis smectite,
koalin). Pada kedalaman 200 350 m, mempunyai nilai
resistivitas 40 100 ohm meter dapat diperkirakan sebagai
zona transisi (chlorite plus smectite atau illite, chlorite plus
interlayered clays). Pada kedalaman lebih 400 m dapat
diperkirakan masih cap rock (lempung illite dan chlorite).
Pada lapisan pertama terdapat lapisan yang tidak menerus
dengan nilai resistivitas yang rendah ( 600 m di sumbu X )
diperkirakan sebagai zona sesar Kendang.

5. Daftar Pustaka
Utami, P.,2000, Characteristic of The Kamojang
Geothermal Reservoar ( West Java )as Revealed by Its
Hydrothermal Alteration Mineralogy, UGM.

Anderson, E,.Crosby,D.and Ussher,G.,As Plain as the
Nose on Your face Geothermal Systems Revealed.

Ussher,G.,Harvey,C.,Johnstone,R. and Anderson,E.,
2000,Understanding The Resistivity Observed in
Geothermal Systems.PB Power GENZL Division,New
Zealand.

Вам также может понравиться