PENGUKURAN SESAR MENGGUNAKAN METODE CSAMT DI AREA GEOTHERMAL
KAMOJANG
Awwaludin Assalam 1 Program Study Geofisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada Sekip Utara, Bulaksumur, Yogyakarta 55281
SARI CSAMT adalah metode elektromagntik yang menggunakan sumber elektromagnetik ( EM ) buatan yang dapat dikontrol frekuensinya guna mendapatkan sinyal EM yang lebih kuat dari sinyal EM alam. Survey CSAMT dengan jangkauan frekuensi 10 Hz 92 KHz telah dilakukan untuk menggambarkan resistivity bawah permukaan yang dapat mencapai kedalaman sekitar 1 Km. Survey CSAMT ini dilakukan pada tanggal 20 23 Januari 2008 di Area Geothermal Kamojang, Jawa Barat.
Pengukuran dilakukan disekitar Gunung Jahe yang dengan arah lintasan N 140 0 E. Sistem pengukuran yang dilakukan terdiri dari komponen penerima, Stratagem Geometric Model 267160.01 dan komponen pemancar dengan daya 400 Am 2 . Data yang terdiri dari 5 titik pengukuran dianalisa menggunakan analisis 1D dan 2D menggunakan software imagem kemudian menghasilkan pseudo section dari harga resistivitas.
Hasil dari pengolahan menunjukan bahwa resistivitas rendah pada kedalaman 0 200 m dapat diprediksi sebagai perlapisan yang tidak kontinyu, sehingga ini diprediksi sebagai Sesar Kandang yang merupakan target dari survey CSAMT ini.
Key Words : Geothermal, Resistivitas, Mineral Hydrothermal, Sesar.
1. Pendahuluan Kamojang merupakan lapangan geothermal yang pertama di Indonesia yang telah dieksploitasi dan telah menghasilkan listrik sejak 1983. Area Geothermal Kamojang terletak di pegunungan tinggi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Indonesia dengan ketinggian sekitar 1500 m di atas permukaan laut.
Reservoir pada area geothermal ini terletak pada kedalaman sekitar 544 m sampai 1700 m. Permeabilitas pada reservoar sebagian besar disebabkan oleh sesar turun dan kekar kekar yang berasosiasi.
Salah satu sesar adalah Sesar Kendang yang merupakan target dari Survey CSAMT ini. Terdapatnya lapisan dengan resistivitas rendah (0 - 40 ohm meter ) pada kedalaman 0 200 m yang tidak kontinyu dapat dipredisi sebagai sesar.
2. Data dan Metode Penelitian 2.1 Data Penelitian Data yang digunakan dalam penilitian ini berupa peta geologi, peta topografi, dan data resistivitas. Peta geologi ini berfungsi sebagai sumber informasi geologi pada daerah penelitian, dan juga sebagai acuan dalam menentukan lintasan survey dan interpretasi geologi. Peta topografi digunakan untuk mengetahui geomorfologi daerah penelitian, sedangkan data resistivitas adalah data yang PIT33-OS-001 338
diperoleh dari hasil pengukuran dilapangan. Data resistivitas ini digunakan untuk menentukan struktur bawah permukaan bumi.
2.1.1 Geologi Regional Kamojang merupakan lapangan geothermal yang pertama di Indonesia yang telah dieksploitasi dan telah menghasilkan listrik sejak 1983. Area geothermal kamojang terletak di pegunungan tinggi di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Indonesia dengan ketinggian sekitar 1500 m di atas permukaan laut.
Reservoir pada area geothermal ini terletak pada kedalaman sekitar 544 m sampai 1700 m. Batuan reservoir terdiri dari interbedded pyroclastic dan lava yang komposisinya berupa andesit dengan beberapa basaltic andesite dan lacustrine tuffs.
Pada area geothermal ini terdapat dua mineral hydrothermal, yaitu mineral yang dihasilkan oleh fluida asam dan fluida netral. Mineral yang dihasilkan oleh fluida asam berada pada kedalaman rendah ( kedalaman sekitar 100 -300 m ) dan terdiri dari kaolin, smectite, alunite, kuarsa, cristobalite, dan pyrite (Utami, 2000). Sedangkan mineral yang dihasilkan oleh fluida netral berada pada kedalaman yang lebih dalam, terdiri dari kuarsa, adularia, albite, epidote, titanite, wairakite, laumantite, calcite, siderite, hematite, pyrite, anhydrite, smectite, chlorite, illite, dan interlayered clays. Kedua jenis mineral ini, baik mineral yang disebabkan oleh fluida asam dan fluida netral menunjukan bahwa fluida alterasi adalah liquid (Utami, 2000).
Area geothermal kamojang merupakan vapor dominanted system tetapi mineral hydrothermal menunjukan bahwa batuan yang teralterasi fluida secara dominan adalah liquid (Utami, 2000)
2.2 Metode Penelitian 2.2.1 Metode Pengambilan Data Pengambilan data CSAMT di daerah Kamojang dilakukan selama tiga hari yaitu pada tanggal 20 23 Januari 2008. Pengambilan data CSAMT ini menggunakan komponen transmitter dan receiver Stratagem versi 2671-01 REV.D. Dalam satu hari diperoleh tiga titik pengukuran dengan spasi 150 m. Pengambilan data dilakukan pada 3 band frekuensi yaitu : Band 1 : 10 Hz 1kHz Band 4 : 500 Hz 3 kHz Band 7 : 750 HZ 100 kHz Secara otomatis alat Stratagem akan melakukan penapisan sebanyak empat, tujuh atau empat belas segmen untuk setiap band dan memerlukan waktu sekitar lima menit. 2.2.2 Instrumentasi Instrumentasi yang digunakan adalah komponen receiver Stratagem versi 2671-01 REV.D yang terdiri dari : - 4 batang patok elektroda stainlessstel - 1 batang patok ground dan kabel ground - 4 buah sambungan elektroda dengan kabel-kabel telluric 2 meter - 1 buah modul analog front end (AFE ) - 2 buah kumparan medan magnetik - 2 buah kabel penghubungan kumparan / AFE standard - 1 buah console pemroses sinyal startagem - 1 buah keyboard kompatible - 1 buah kabel daya console - 1 buah aki 12 volt - Peta dan kompas - Alat pendukung lainnya ( log book dan alat tulis sendiri )
2.2.3 Metode Pengolahahan Data Survey geofisika metode magnetoteluric ini menggunakan Stratagen ( Geometrics ) yang di dalamnya telah terdapat 339
rutin rutin pengolahan data . Rutin pengolahan data ini memungkinkan menampilkan data hasil pengukuran dalam bentuk koherensi, resistivitas, serta beda fasenya. Hasil akhir dari pengolahan data berupa sebaran nilai true resistivity dalam fungsi kedalaman. Adapun rutin pengolahan data magnetoteluric secara garis besar adalah : - Melakukan pengukuran komponen E dan H dalam arah tegak lurus yang memiliki rentang frekuensi tertentu - Melakukan analisis frekuensi ( spektrum ) - Melakukan pemilihan sinyal sinyal pengukuran pada spektrum tertentu ( yang dianggap mewakili kedalaman tertentu ) - Melakukan perhitungan nilai resistivitas berdasarkan nilai E dan H yang bersesuain - Melakukan perhitungan kedalaman oleh suatu frekuensi melalui persamaan skin depth - Hasil akhir dalam nilai resistivitas untuk berbagai frekuensi ( atau kedalaman ) diplot sebagai nilai resistivitas terhadap kedalaman. Pada alat Stratagem Geometrics ini, langkah langkah tersebut kemuadian dinntegrasikan dengan algoritma Bostik, analisa koherensi, korelasi, dan sebagainya untuk mendapatkan hasil terbaik.
3. Hasil dan Diskusi 3.1 Hasil Pengolahan CSAMT Pengukuran dengan Metode CSAMT akan diperoleh data yang bersifat sounding. Data dianalisis secara 1D dan 2D menggunakan software imagem kemudian diperoleh pseudo section dari nilai resistivitas ( Gambar 1 ), kemudian hasil tersebut diolah di software surfer dan diplotkan beserta data topografi dari titik titik pengukuran ( Gambar 2 )
Jarak (m) Gambar 1. Hasil pengolahan data yang menunjukan sebaran nilai resistivitas dalam fungsi kedalaman
Gambar 2. Nilai resistivitas dalam fungsi kedalaman diplotkan dengan topografi titik ukur
Berdasarkan hasil pengolahan data dari menggunakan imagem maupun surfer dapat diketahui bahwa daerah dengan kedalaman 0-200 didominasi harga resistivitas rendah 0-40 ohm meter, pada kedalaman 200-350 m ditemui harga resistivitas yang lebih tinggi (40-100 ohm meter),pada kedalaman 400 1000 m ditemui harga resistivitas tinggi (100-650 ohm meter), sedangkan pada kedalaman lebih dari 1000 m diperoleh nilai resistivitas 650 950 ohm meter .
340
Berdasarkan informasi geologi yang diketahui, Area Geothermal Kamojang terdapat dua mineral hydrothermal, yaitu mineral yang dihasilkan oleh fluida asam dan fluida netral. Mineral yang dihasilkan oleh fluida asam berada pada kedalaman rendah ( kedalaman sekitar 0 -300 m ) dan terdiri dari kaolin, smectite, alunite, kuarsa, cristobalite, dan pyrite. Sedangkan mineral yang dihasilkan oleh fluida netral berada pada kedalaman yang lebih dalam (Utami, 2000). Reservoir pada Area Geothermal Kamojang terletak pada kedalaman sekitar 544 m sampai 1700 m terdiri dari interbedded pyroclastic dan lava yang komposisinya berupa andesit dengan beberapa basaltic andesite dan lacustrine tuffs ( Utami, 2000 )
Resistivitas dari zona smectite ditentukan oleh tipe dan intensitas dari alterasi, perubahan saturasi, suhu, pada umumnya zona ini mempunyai nilai resistivitas 1- 10 ohm meter. Pada suhu yang lebih tinggi, jumlah smectite menurun,resistivitas akan naik, zona transisi ini mempunyai nilai resistivitas 20 100 ohm meter ( Anderson et al, ).
Hasil pengolahan data CSAMT ini dapat diinterpretasi berdasarkan informasi geologi. Berdasarkan informasi geologi maka dapat diperkirakan bahwa pada kedalaman 0 200 m yang mempunyai nilai resistivitas sikirar 0 40 ohm meter merupakan zona yang didominasi oleh mineral lempung (jenis smectite, kaolin). Pada kedalaman 200 350 m, mempunyai nilai resistivitas 40 100 ohm meter dapat diperkirakan sebagai zona transisi (chlorite plus smectite atau illite, chlorite plus interlayered clays). Pada kedalaman lebih 400 m dapat diperkirakan masih cap rock (lempung illite dan chlorite).
Pada informasi geologi menerangkan bahwa permeabilitas pada batuan reservoar sebagian besar disebabkan oleh adanya sesar turun dan kekar kekar yang saling berasosiasi. Sesar dan kekar kekar tersebut terisi oleh endapan mineral hydrothermal ( Utami, 2000). Adanya endapan mineral hydrothermal ini dapat menyebabkan nilai resistivitas menjadi rendah sehingga pada lapisan pertama ditemui lapisan yang tidak menerus dengan nilai resistivitas yang rendah ( 600 m di sumbu X ). Itu diperkirakan sebagai sesar Kendang yang menjadi target dari survei CSAMT.
4. Kesimpulan Dari data resistivitas dan informasi geologi yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa pada kedalaman 0 200 m yang mempunyai nilai resistivitas sikirar 0 40 ohm meter merupakan zona yang didominasi lempung (jenis smectite, koalin). Pada kedalaman 200 350 m, mempunyai nilai resistivitas 40 100 ohm meter dapat diperkirakan sebagai zona transisi (chlorite plus smectite atau illite, chlorite plus interlayered clays). Pada kedalaman lebih 400 m dapat diperkirakan masih cap rock (lempung illite dan chlorite). Pada lapisan pertama terdapat lapisan yang tidak menerus dengan nilai resistivitas yang rendah ( 600 m di sumbu X ) diperkirakan sebagai zona sesar Kendang.
5. Daftar Pustaka Utami, P.,2000, Characteristic of The Kamojang Geothermal Reservoar ( West Java )as Revealed by Its Hydrothermal Alteration Mineralogy, UGM.
Anderson, E,.Crosby,D.and Ussher,G.,As Plain as the Nose on Your face Geothermal Systems Revealed.
Ussher,G.,Harvey,C.,Johnstone,R. and Anderson,E., 2000,Understanding The Resistivity Observed in Geothermal Systems.PB Power GENZL Division,New Zealand.