Вы находитесь на странице: 1из 24

BATUAN METAMORF

(METAMORPHIC ROCKS)

Menurut Katili dan Marks (1965), bahwa batuan metamorf adalah batuan yang telah
berubah bentuknya akibat bertambahnya tekanan atau meningkatnya temperature. Batuan
metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang telah ada sebelumnya yang
ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi mineral, tekstur dan struktur batuan yang
terjadi pada fase padat (solid rate) akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi
kimia di kerak bumi (Ehlers and Blatt, 1982).
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme, dimana
terjadi perubahan atau alterasi ; physical (struktur, tekstur) dan chemical (minelarogical) dari
suatu batuan, pada temperature dan tekanan tinggi di dalam kerak bumi. Menurut
Huang,1962, Faktor-faktor (agen) yang berperan dalam proses metamorfisme yaitu:
1. Panas (temperature)
2. Tekanan.
3. Cairan panas/aktivitas larutan kimia.
Perubahan temperatur dapat terjadi oleh karena berbagai macam sebab, antara lain oleh
adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien geothermal. Tekanan yang
menyebabkan terjadinya suatu metamorfosis bervariasi dasarnya. Metamorfosis akibat intrusi
magmatik dapat terjadi mendekati tekanan permukaan yang besarnya beberapa bar saja.
Sedangkan metamorfosis yang terjadi pada suatu kompleks ofiolit dapat terjadi dengan tekanan
lebih dari 30-40 kBar (Bucher & Frey, 1994). Pada kondisi ini temperature sekitar 350
o
C-1200
o
C
dan tekanan 1- 1000 bar (Jackson) = (0,9869) atm.
Aktivitas kimiawi fluida dan gas yang berada pada jaringan antara butir batuan,
mempunyai peranan yang penting dalam metamorfosis. Fluida aktif yang banyak berperan
adalah air beserta karbon dioksida, asam hidroklorik dan hidroflorik. Umumnya fluida dan gas
tersebut bertindak sebagai katalis atau solven serta bersifat membentuk reaksi kimia dan
penyetimbang mekanis (Huang WT, 1962).
Berdasarkan kenampakan hasil metamorfisme pada batuan, proses proses
pembentukannya dapat dikelompokkan menjadi:
a) Deformasi mekanik (mechanical deformation), deformasi mekanik ini akan cenderung
menghancurkan, menggerus, dan membentuk foliasi.
b) Rekristalisasi kimia (chemical recrystalisation). Rekristalisasi kimia merupakan proses
perubahan komposisi mineral serta pembentukan mineral-mineral baru, dimana H
2
O dan
CO
2
terlepas akibat terjadinya kenaikan suhu.
Perbedaan jenis metamorfisme mencerminkan perbedaan tingkat atau derajat kedua proses
itu.
Macam-macam metamorfisme
1. Metamorfisme Kontak/ Sentuh.
Metamorfisme ini biasanya juga disebut metamorfisme thermal atau kontak.
Faktor yang sangat berperan ialah panas, sedangkan tekanan relative rendah, terjadi dekat
intrusi magma. Metamorfisme kontak terjadi akibat adanya intrusi tubuh magma panas
pada batuan yang dingin dalam kerak bumi. Akibat kenaikan suhu, maka rekristalisasi
kimia memegang peran utama, sedangkan deformasi mekanik sangat kecil, bahkan tidak
ada.

Gambar 6.1 Macam-Macam Agen Metamorfisme
Batuan yang terkena intrusi akan mengalami pemanasan dan termetamorfosis,
membentuk suatu lapisan di sekitar intrusi yang dinamakan aureole metamorphic (batuan
ubahan). Batuan metamorf yang terjadi sangat keras terdiri dari mineral yang seragam
dan halus yang saling mengunci (interlocking), dinamakan Hornfels.
Metamorfisme sentuh dapat dibagi 3 golongan:
a. Pirometamorfisme ; terbentuk oleh pengaruh lagsung dari panas intrusi magma.
Contoh ; hornfelsik, skarn, buchites dll.
b. Pneumatolysa ; pengaruh gas-gas panas yang berasal dari magma yang sedang naik,
yang dapat merubah batuan sekelilingnya dan membentuk mineral-mineral baru.
Contoh ; tourmaline-hornfels, tourmaline-slate, skarn dan lain-lain.
c. Hydrothermal ; metamorfisme yang diakibatkan oleh larutan panas pada waktu terjadi
intrusi. Contoh: Pyrophyllite, Schist, quartzite dll.


Gambar 6.2 Metamorfisme Kontak


2. Metamorfisme dynamo :
Metamorfisme ini juga disebut metamorfisme kinetic atau dislokasi, diakibatkan
oleh adanya pergeseran atau dislokasi pada batuan. Misalnya oleh sesar. Jadi faktor yang
memegang peranan ialah tekanan dan daerahnya relative sempit. Contoh : mylonite,
phyllonite, friction breccias dan lain-lain.


Gambar 6.3 Metamorfisme Dynamo
3. Metamorfisme regional (daerah)
Batuan metamorf yang dijumpai di kerak bumi dengan penyebaran sangat luas
sampai puluhan ribu kilometer persegi, dibentuk oleh metamorfisme regional dengan
melibatkan deformasi mekanik dan rekristalisasi kimia sehingga memperlihatkan adanya
foliasi. Batuan ini umumnya dijumpai pada deretan pegunungan atau yang sudah tererosi,
berupa batu sabak (slate), filit, sekis dan gneiss. Faktor temperature dan tekanan yang
sangat tinggi, bekerja bersama di tempat yang dalam dan luas di dalam kerak bumi. Oleh
adanya tekanan terarah timbullah mineral-mineral tekanan (Stress mineral). Misalnya:
serisit, moskivit, epidot, straulit dll. Di dalam kerak bumi umumnya tekanan bekerja dari
segala arah yang di sebut tekanan lithostatic. Metamorfisme regional dapat dibagi dalam
tiga bagian yaitu :
a. Epizone ; daerah metamorfisme regional temperature rendah (lebih kecil 350
o
C),
tekanan hidrostatik dan tekanan terarah kadang-kadang sangat tinggi. Contoh : slate,
chlorite schist, mica schist dll.
b. Mesozone ; temperature sedang (350
o
-500
o
) C, tekanan hydrostatic dan terarah
sedang pada kedalaman menengah. Contoh : schist biotit dan hornblende schist,
garnet schist dan muscovite schist dll.
c. Katazone ; temperature sangat tinggi (500
o
-1200
o
) C, tekanan hydrostatic sangat
tinggi dan tekanan terarah rendah. Terbentuk pada kedalaman kerak bumi, berasosiasi
dengan bentuk intrusi. Contoh : Gneiss, granulites, eclogist, schist tingkat tinggi,
pyroxene gneiss dan hornblende dll.

Gambar 6.4 Metamorfisme Regional

Bucher dan Frey (1994) mengemukakan bahwa berdasarkan tatanan geologinya,
metamorfosis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1) Metamorfosis regional / dinamothermal
Metamorfosis regional atau dinamothermal merupakan metamorfosis yang terjadi
pada daerah yang sangat luas. Metamorfosis ini terjadi pada daerah yang sangat luas.
Metamorfosis ini dibedakan menjadi tiga yaitu : metamorfosis orogenik, burial, dan
dasar samudera (ocean-floor).
a) Metamorfosis Orogenik
Metamorfosis ini terjadi pada daerah sabuk orogenik dimana terjadi proses
deformasi yang menyebabkan rekristalisasi. Umumnya batuan metamorf yang
dihasilkan mempunyai butiran mineral yang terorientasi dan membentuk sabuk
yang melampar dari ratusan sampai ribuan kilometer. Proses metamorfosis ini
memerlukan waktu yang sangat lama berkisar antara puluhan juta tahun lalu.
b) Metamorfosis Burial
Metamorfosis ini terjadi oleh akibat kenaikan tekanan dan temperatur pada daerah
geosinklin yang mengalami sedimentasi intensif, kemudian terlipat. Proses yang
terjadi adalah rekristalisai dan reaksi antara mineral dengan fluida.
c) Metamorfosis Dasar dan Samudera
Metamorfosis ini terjadi akibat adanya perubahan pada kerak samudera di sekitar
punggungan tengah samudera (mid oceanic ridges). Batuan metamorf yang
dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultrabasa. Adanya pemanasan air laut
menyebabkan mudah terjadinya reaksi kimia antara batuan dan air laut tersebut.
2) Metamorfosis Lokal
Merupakan metamorfosis yang terjadi pada daerah yang sempit berkisar antara
beberapa meter sampai kilometer saja. Metamorfosis ini dapat dibedakan menjadi :
a) Metamorfosis Kontak
Terjadi pada batuan yang menalami pemanasan di sekitar kontak massa batuan
beku intrusif maupun ekstrusif. Perubahan terjadi karena pengaruh panas dan
material yang dilepaskan oleh magma serta oleh deformasi akibat gerakan massa.
Zona metamorfosis kontak disebut contact aureole. Proses yang terjadi umumnya
berupa rekristalisasi, reaksi antara mineral, reaksi antara mineral dan fluida serta
penggantian dan penambahan material. Batuan yang dihasilkan umumnya berbutir
halus.

Gambar 6.5 Metamorfisme Kontak dan Mineral Penyusun Batuan

b) Pirometamorfosis/ Metamorfosis optalic/Kaustik/Thermal.
Adalah jenis khusus metamorfosis kontak yang menunjukkan efek hasil
temperatur yang tinggi pada kontak batuan dengan magma pada kondisi volkanik
atau quasi volkanik. Contoh pada xenolith atau pada zone dike.
c) Metamorfosis Kataklastik/Dislokasi/Kinemati/Dinamik
Terjadi pada daerah yang mengalami deformasi intensif, seperti pada patahan.
Proses yang terjadi murni karena gaya mekanis yang mengakibatkan penggerusan
dan sranulasi batuan. Batuan yang dihasilkan bersifat non-foliasi dan dikenal
sebagai fault breccia, fault gauge, ataumilonit.
d) Metamorfosis Hidrotermal/Metasotisme
Terjadi akibat adanya perkolasi fluida atau gas yang panas pada jaringan antar
butir atau pada retakan-retakan batuan sehingga menyebabkan perubahan
komposisi mineral dan kimia. Perubahan juga dipengaruhi oleh adanya confining
pressure.


Gambar 6.6 Lokasi dan Tipe Metamorfisme
a) Metamorfosis Impact
Terjadi akibat adanya tabrakan hypervelocity sebuah meteorit. Kisaran waktunya
hanya beberapa mikrodetik dan umumnya ditandai dengan terbentuknya
mineral coesite danstishovite. Metamorfosis ini erat kaitannya dengan pab\nas
bumi (geothermal).
b) Metamorfosis Retrogade/Diaropteris
Terjadi akibat adanya penurunan temperature sehingga kumpulan mineral
metamorfosis tingkat tinggi berubah menjadi kumpulan mineral stabil pada
temperature yang lebih rendah (Combs, 1961).
Tekstur Batuan Metamorf
Merupakan kenampakan batuan yang berdasarkan pada ukuran, bentuk dan orientasi
butir mineral dan individual penyusun batuan metamorf. Penamaan tekstur batuan
metamorf umumnya menggunakan awalan blasto atau akhiran blastik tang ditambahkan
pada istilah dasarnya. (Jacson, 1997).
Tektur batuan metamorf dibagi dalam 4 golongan :
1. Tekstur Berdasarkan Ketahanan Terhadap Proses Metamorfosis
Berdasarkan ketahanan terhadap prose metamorfosis ini tekstur batuan metamorf dapat
dibedakan menjadi:
a. Relict/Palimset/Sisa
Merupakan tekstur batuan metamorf yang masih menunjukkan sisa tekstur batuan asalnya
atau tekstur batuan asalnya nasih tampak pada batuan metamorf tersebut. Terdiri atas :
Blastoporpiritik/Blastofiritik ; adalah tekstur sisa yang bersifat pofiritik.

Tekstur Blastoporpiritik
Blastopsepitik ; tekstur sisa bersifat psepitik (pebel)

Tekstur Psepitik
Blastofitik ; tekstur sisa bersifat opitik/saling memasuki.

Tekstur Blastofitik
Blastopsammitik ; tekstur sisa bersifat pasir.

Tekstur Blastopsammitik
Blastopelitik ; tekstur sisa bersifat lempung.

Tekstur Blastopelitik
b. Kristaloblastik
Merupakan tekstur batuan metamorf yang terbentuk oleh sebab proses metamorfosis itu
sendiri. Batuan dengan tekstur ini sudah mengalami rekristalisasi sehingga tekstur
asalnya tidak tampak. Penamaannya menggunakan akhiran blastik.
2. Tekstur Berdasarkan Bentuk Mineral
Berdasarkan bentuk mineralnya tekstur batuan metamorf dapat dibedakan
menjadi:
a) Lepidoblastik ; umumnya mineral penyusunnya berbentuk pipih.

Tekstur Lepidoblastik
b) Nematoblastik ; mineral penyusunnya berbentuk prismatic.

Tekstur Nematoblastik
c) Granoblastik ; mineral penyusunnya bersifat equidimensional.

Tekstur Granoblastik
Selain tekstur yang diatas terdapat beberapa tekstur khusus lainnya diantaranya adalah
sebagai berikut:
a) Porfiroblastik, apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut sering
disebut porphyroblasts.

Tekstur Porfiroblastik
b) Poikloblastik/Sieve texture, tekstur porfiroblastik dengan porphyroblasts tampak
melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil.

Tekstur Poikoblastik
c) Mortar teksture, apabila fragmen mineral yang lebih besar terdapat padamassadasar
material yang barasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crhusing).
d) Decussate texture yaitu tekstur kristaloblastik batuan polimeneralik yang tidak
menunjukkan keteraturan orientasi.
e) Saccaroidal Texture yaitu tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir.
f) Batuan mineral yang hanya terdiri dari satu tekstur saja, sering disebut
berstekturhomeoblastik.

Komposisi Mineral Batuan Metamorf
Mineral-mineral umum yang terdapat pada batuan metamorphosis :
1. Feldspar : bentuk dan sifatnya sama dengan feldspar pada batuan beku atau agak pipih
akibat tekanan.
2. Kwarsa : bentuk agak pipih atau mengkristal tak teratur berwarna agak mengkilap, putih
jernih atau putih kehijauan oleh pengotoran mineral-mineral klorit, banyak terdapat
dalam batuan gneiss dan sekis serta filit.
3. Mika : bentuk dan sifat sama dalam batuan beku, sering dalam bentuk lembaran-
lembaran halus, dapat memberikan warna mengkilap pada filit, sekis dll. Terdapat
melimpah pada batuan sekis dan gneiss.
4. Klorit : berwarna hijau, coklat atau hijau kehitaman, bentuk terpilin atau bengkok, seperti
sisik atau seperti tanah. Kilab vitreus, kekerasan 1-2,5. Mineral ini banyak di temukan
dalam bentuk sekis.
5. Andalusit : mengkristal dalam system rhombis, prismatic kasar, berwarna pudar, merah
jambu sampai merah violet. Kialap vitreus, kekerasan 5-7. Banyak terdapat dalam batuan
sekis, filit dan slate.
6. Aktinolit : mengkristal dalam system monoklin, menjarum halus atau serupa serat-serat,
rapuh, warna hijau atau abu-abu kehijauan, kilab vitreus seperti sutra. Kekerasan 2-3,
mineral ini di temukan terutama pada batuan metamorf fosis sekis, gneiss dan marmer.
7. Glaukofan : Kristal monoklin, prismatic seperti serat, batang atau butiran, pecahan
concoidal, warna biru abu-abu kehitaman. Kekerasan 6-6,5, sering di jumpai dalam
batuan sekis dan gneiss, biasanya berasosiasi dengan moskovit, kwarsa dan sphene.
8. Kianit : bentuk Kristal triklin, memanjang atau lempeng-lempeng. Kekerasan 4-7, juga
dapat berbentuk serat-serat atau batang. Warna biru laut, kilap vitreus. Ditemukan dalam
batuan sekis dan gneiss, berasosiasi dengan kwarsa, muskovit garnet stomalit dan rutil,
tidak ditemukan dalam batuan beku.
9. Garnet : Kristal system regular, bentuk kubus, granular seperti pasir, warna merah jambu
hingga merah coklat atau merah tua. Kilap vitreus, kekerasan 6,5-7,5. Trasparant hingga
opak. Dijumpai pada batuan sekis dan gneiss.
10. Talk : mengkristal dalam system monoklin, bentuk granular. Tipis-tipis atau semacam
serabut. Flexible, warna berminyak kekerasan 1-2, banyak terdapat dalam batuan sekis,
berasosiasi dengan batuan serpentin dan magnesit.
11. Serpentine : Bentuk Kristal pipih atau seratan fleksible. Kilap sutra atau lemak, warna
merah kecoklatan dan hijau kekuningan, kekerasan 3,0-5,5. Dijumpai dalam batuan
serpentine atau pada sekis, berasosiasi dengan klorit dan talk.
12. Kordierit : Mengkristal dalam system orthorombik, prismatic pendek, kompak tau
granular, berwarna abu-abu kebiruan, hijau kuning atau tak berwarna. Kilap vitreus
seperti gelas dan kekerasan 7-7,5, seperti kuarsa biru. Banyak di jumpai dalam batuan
gneiss, sekis dan pigmatit, berasosiasi dengan garnet/granat, mika, kwarsa, andalusit,
silimatit dan straulit.
13. Silimanit : Kristal seperti kordierit, panjang-panjang tipis seperti jarum, serabut yang
radier atau seperti batang ada striasi, radier, kadang-kadang bengkok, warna abu-abu
putih, atau kuning pucat. Kilap vitreus, kekerasan 6-7 ditemukan dalam batuan sekis,
gneiss dan pigmatit.
14. Tremolit : Mengkristal dalam system monoklin, lempeng-lempeng berserat seperti asbes,
granular. Warna putih, abu-abu, hijau, atau kuning. Kilap vitreus. Belahan prismatic
menyudut 56
o
dan 124
o
. Kekerasan 5-6. Terdapat dalam batuan sekis dan marmer.
15. Walastonit : Kristal system triklin, tabular, prismatic, berserat-serat parallel, menyebar
atau granular. Warna putih keabu-abuan atau tidak berwarna. Kilap sutra, kekerasan 4-5.
Merupakan mineral batuan metamorphosis kontak yang berasosiasi dengan garnet,
diopsit, vesuvianit, termolit, epidot dan kalsit. Ditemikan tertutama pada batuan marmer
dekat kontak batuan beku granit.

Struktur Batuan Metamorf
Struktur bataun metamorf ialah kenampakan dari bentuk dan susunan orientasi
mineral-mineral berupa bidang atau garis atau bentuk orientasi polygranular dari mineral-
mineral dalam batuan metamorf (Jacson,1997)
Struktur batuan metamorf dapat di bagi atas tiga bagian yaitu :
A. Struktur Foliasi.
Struktur foliasi ialah suatu kenampakan dari batuan pecah-pecah menurut bidang
yang sejajar dengan permukaan mineral (penjajaran mineral), akibat perbedaan sifat dari
mineral itu sendiri.
a) Slaty cleavage ; foliasi dari penjajaran mineral dalam suatu biadang tertentu,
rekristalisasi kecil. (lihat gambar dibawah ini). Umumnya ditemukan pada
batuan metamorf berbutir sangat halus (mikrokristalin) yang dicirikan oleh
adanya bidang-bidang belah planar yang sangat rapat, teratur dan sejajar.
Batuannya disebut slate (batusabak).


Gambar 6.7 Struktur Slaty Cleavage dan Sketsa Pembentukan Struktur
b) Schistose ; kenampakan dari foliasi dimana bentuk penjajaran mineral pipih
relative jauh lebih banyak daripada mineral butiran. (Lihat gambar di bawah ini).

Gambar 6.8 Struktur Schistosic dan Sketsa Pembentukan Struktur
c) Gnessic Struktur ; Struktur foliasi pada mineral butiran prismatic dan tabular
dimana mineral pipih dalam jumlah lebih kecil. (lihat gambar dibawah ini).


Gambar 6.9 Struktur Gneissic dan Sketsa Pembentukan Struktur

B. Struktur Non Foliasi
Struktur yang tak memperlihatkan adanya mineral pipih, tetapi menunjukkan
agregasi dari mineral-mineral equidimensional atau butiran.
1. Hornfelsik ; kenampakan dari agregasi mineral-mineral equidimensional, tanpa
terjadi penjajaran mineral pipih.
2. Granulose ; Struktur dari mineral-mineral equigranular, tanpa terjadi penjajaran
mineral pipih, umumnya berbentuk polygonal,(Granulose Structure). Batuannya
disebut hornfles (batutanduk)

3. Cataclastic Structure.
Cataclastic Structure Adalah struktur yang terbentuk oleh adanya gaya
kinetic/dinamik.
4. Flasser struktur ; struktur yang terjadi oleh metamorfisme dynamic dimana
butirannya kasar berbentuk lensa, tanpa terjadi penghancuran material, adanya
zona bergelombang dari foliasi mineral-mineral halus.
5. Boudinage Structure ; struktur deformasi dimana dalam batuan metamorf
ditemukan fragmen bentuk lensa atau bulat panjang yang diakibatkan oleh
proses tektonik, perlipatan, sesar dan lain-lain.
6. Milonitik Structure ; struktur pada batuan mylonite, baisanya terjadi pada zona
sesar, tanpa terjadi rekristalisasi, menunjukkan adanya foliasi yang halus. (lihat
gambar di bawah ini).

Struktur Milonitik
7. Augen Structure ; struktur lensa dimana mineral fenokrisnya berbentuk lensa
dalam tekstur porphyroblastik. (lihat gambar dibawah ini).

8. Phyllonitik structure ; struktur kataklastik yang lebih halus dari struktur
mylonitik, sudah tampak adanya rekristalisasi.

Fasies Batuan Metamorf
Secara umum pengertian fasies batuan metamorf merupakan keadaan suhu dan
tekanan lingkungan Diana terbentuknya suatu batuan metamorf. Setiap fasies dalam
batuan metamorf umumnya dinamakan jenis batuan (kumpulan mineral) yang dianggap
kritis dan diagnestik untuk fasies yang bresangkutan (Turner, 1960).
1. Fasies Green Schist
Greenschist merupakan salah satu fasies dari metamorf dimana fasies ini
terbentuk pada suhu sekitar 380 550
o
C, tekanan sekitar 4-9 Kilobar dan pada
kedalaman sekita 10-30 kilo meter. Dimana mineral pencirinya yaitu muskovit,
klorit, kuarsa, albit, epidot, plagioklas feldsfar, aktinolit
2. Fasies Blue Schist
Blueschist merupakan salah satu fasies metamorf yang terbentuk pada suhu
sekitar 200-400
o
C, tekanan 5,5-12 kilobar, dan pada kedalaman 17-40 kilometer.
dimana mineral pencirinya yaitu glaukopan, garnet, muskovit, garnet, albit, klorit.

3. Fasies Amphibolit
Amphibolith merupakan salah satu fasies metamorf yang terbentuk pada suhu
sekitar 600-700
o
C, tekanan sekitar 3-14 kilobar dan pada kedalaman 10-30
kilometer. dimana mineral pencirinya muskovit, olivin, biotit, garnet, plagioklas
feldsfar, amphibol.
4. Fasies Granulit
Granulite merupakan salah satu fasies metamorf yang terbentuk pada suhu sekitar
810-890
0
C, tekanan 3-16 kilobar, dan pada kedalaman 10-90 kilometer. Dimana
mineral pencirinya yaitu garnet, silimanit, plagioklas feldsfar, kuarsa, piroksin.
5. Fasies Eklogit
Eklogit meuapakan salah satu fasies metamorf yang terbentuk pada suhu sekitar
600-800
o
C,
tekanan >15
kilobar dan
pada
kedalaman
>43
kilometer.
Dimana
mineral pencirinya yaitu garnet, piroksin, kursa, omposite.









Gambar 6.10 Tatanan Tektonik Kaitannya Dengan Fasies Metamorf


6.6 Klasifikasi Batuan Metamorf Berdasarkan Struktur, Tekstur Dan Komposisi Mineral
A. Batuan Foliasi.
1. Slate :
Disebut batusabak, berbutir halus, strutur slaty cleavage tekstur blastopelitik
(palimpsest). Batuan ini mudah terbelah melalui bidang-bidang foliasi, termasuk hasil
metamorfisme regional (epizone) dari batupasir halus/shale.
2. Phyllite :
Berbutir halus, struktur antara slaty cleavage dengan schistose, foliasi tinggi
banyak mengandung mika, chlorite quarts, magnetit, tourmaline dan zircon dll.
Batuan ini sering mengkilap oleh mineral-mineral mika, termasuk metamorfisme
regional (epizona) yang lebih tinggi dari slate.
3. Schist :
Schistosity kuat, banyak mengandung mika chlorit, kwarsa dll. Merupakan hasil
metamorfisme regional (mesozone-katazone) berasal dari bermacam-macam batuan
yang mengalami metamorfisme.
4. Amphibolit schist :
Schistosity baik, mengandung terutama mineral hornblende, plagiokalas, epidot
dll. Termasuk mertamorfisme reginal sedang (mesozone) dari basalt daibas, basaltic
tuffgabros, beberapa andesit, diorite dan beberapa batuan sedimen.
5. Chlorite schist :
Schistosity baik, mengandung klorit, mika, chloritoid, quartz dll. Termasuk
metamorfisme regional sedang (mesozone) dari abtuan beku basalt, andesit dan tufa.
6. Chlorite schist :
Batuan ini terbagi dua yaitu :
a. Pyrophyllite schist
b. Pyrophyllite quartz schist
Kedua batuan ini mengandung mineral chlorit, chloritoid, sericite, kaolinite, pyrite
dan feldspar sering disertai mineral-mineral hematite, magnetit, ilmenit, leucoxene,
epidot, zoilite, calcite, alunite, diaspere, shene, rutile, dan zircon. Poryphyllite
terbentuk oleh metamorphosis hydrothermal berupa pelapukan dari batuan vulkanik
intermediet.
7. Talc schist :
Batuan metamorf regional rendah (epizone) yang banyak mengandung talc,
mineral penyerta chlorite, serpentin dll. Berasal dari metamorfisme batuan beku
peridotite dan serpentinite.
8. Mica schist :
Dibedakan dalam dua bagian yaitu :
a. Biotite schist : batuan ini terutama disusun oleh mineral biotit dan sedikit
amphiboles, plagioklas dll. Sering ditemukan mineral-mineral tourmaline,
microcline, sillimanite, staurolite, diopsite dll. Termasuk batuan
metamorphosis regional tingkat rendah (epizone) dari shale, tufa dan rhyolite.
b. Muscovite schist : batuan yang banyak mengandung muscovite, sering di
temukan kwarsa, ilmenit, hematite, zircon, shene, apatit, dll. Termasuk batuan
metamorfisme regional tingkat rendah (epizone) dari shale, tufa dan rhyolite.
9. Serpentinite schist :
Tersusun oleh mineral-mineral serpentinite dan sedikit talc dan chlorite, termasuk
batuan metamorfisme kontak dan kinetic dari batuan ultra basah.
10. Graphite Schist :
Batuan schist yang banyak mengandung graphite, mineral penyerta muscovite,
biotit, quartz, orthoclase, garnet, silimanite, plagioklas, zircon, apatite, epidote,
zoilite, magnetit, pyrite dll. Termasuk batuan metamorfisme tingkat menengah
sampai tinggi dari abtuan sedimen lempung karbonat dan batubara.
11. Migmatite :
Batuan metamorf yang bercampur dengan granite, granodiorite dengan struktur
schistosity atau granulose, mengandung mineral feldspar, amphibole, quartz, biotite
dll. Termasuk metamorfisme kontak/injection dari intrusi batuan beku terhadap
batuan metamorphic sendiri.
12. Gneiss :
Batuan metamorf mengandung lensa-lensa kecil dari mineral butiran, seperti
quartz, feldspar yang berorientasi dengan bidang-bidang foliasi, batuan ini termasuk
batuan metamorfisme regional tinggi (katazone).
13. Quartzofeldspathic gneiss :
Batuan metamorfisme gneissic yang banyak mengandung quartz dan feldspar,
termasuk batuan metamorfisme regional tingkat sedang-tinggi (mesozone-katazone)
dari granit shale, diorite, rhyolit dan arenaceous sedimen.
14. Amphibolites/hornblended gneiss :
Batuan metamorfisme gneissic, yang mengandung hornblende dan plagioklas.
Batuan ini sering ditemukan pada kontak dengan schist, gneiss, granite, marble dan
quartzite, merupakan batuan metamorf dari batuan ultra mafic, limestone dan
calcareous sediment.
15. Pyroxenite gneiss :
Batuan metamorf gneissic yang kaya akan mineral-mineral pyroxene dan sedikit
hornblende, plagioklas, quartz, klorit. Merupakan batuan metamorfisme tingkat tinggi
(katazone) dari abtuan basa-ultra basa, sering ditemukan pada kontak intrusi batuan
felsic dengan batuan ultra mafic.

B. Batuan Metamorf Unfoliasi.
Batuan metamorf unfoliasi ialah abtuan metamorfisme yang tidak
memperlihatkan adanya struktur foliasi tetapi disusun oleh mineral-mineral bentuk
prismatic, butiran yang equidimensional.
1. Hornfels.
Merupakan batuan metamorfisme kontak antara batuan intrusi dengan clay, shale,
graywecke, banyak mengandung mineral-mineral butiran equidimensional atau
prismatic. Seperti quartz, feldspar, biotit, muskovit, pyroxene, garnet, calsite dan
mineral silica lainnya. Struktur hornfelsic.
2. Granulite.
Struktur granulose berbutir seragam, banyak mengandung mineral quartz,
feldspar, mineral penyerta kyanite, cordierite, diopsite, hornblende, hyperstene,
graphit dll. Granulite termasuk batuan metamorfisme regional paling tinggi
(katazone) dari berbagai jenis batuan.
3. Marble/marmer.
Batuan metamorfisme kontak/regional (rendah-sedang) atau epizone-mesozone
dari limestone dan dolomite. Komposisinya terdiri dari kalsit, sedikit iron mineral,
forsterite, chamerrodite, phlogopite, spinel tremolite, brucite dan periclase.
4. Skarn.
Batuan metamorfisme sentuh/kontak antara intrusi granodiorite, granit dengan
batugamping. Skarn semacam marmer yang banyak mengandung mineral-mineral
silikat, mineral penyerta seperti garnet, pyroxene, pyrite, chalcopyrite, galena dll.
Struktur granulose.
5. Silicified.
Batuan metamorfisme sentuh oleh proses silisifikasi batu pasir, tufa, serpih dll.
Komposisi mineral silikat dan feldspar.
6. Quartzite
Batuan metamorfisme kontak atau regional tingkat rendah-sedang, dari sandstone,
feldspatic sandstone, argillaceouc sandstone, calcareous sandstone dan chert.
Komposisi terutama quartz. Struktur granulose.
7. Buchites.
Merupakan batuan metamorfisme thermal (pyrometamorfisme) dari basalt atau
diabase seperti xenoliths. Komposisi bervariasi dari beberapa mineral, struktur
hornfelsic.
C. Batuan Metamorfisme Kataklastik.
Batuan metamorfisme dari ahsil deformasi mekanik (kinetic).
1. Friction Breccias (Brecciated Rocks).
Batuan ini disebut juga breksi geseran dari sesar mempunyai struktur flaser.

2. Phacoidal Rocks.
Batuan metamorf kataklistik dengan fragmen/matriks berbentuk ellipsoidal atau
lensoid. Komposisi berbagai macam fragmen batuan mineral.
3. Mylonite.
Batuan metamorf terbentuk dari penghancuran mekanis (dislokasi), semacam
microbreccias dengan struktur mylonitic, tak ada rekristalisasi.
4. Phyllonite.
Semacam mylonite yang sangat halus, tampak adanya rekristalisasi, mempunyai
struktur phyllonitic.
Meta Rock
Dalam proses metamorfisme dan intrusi batuan beku, tidak selamnya mampu merubah
batuan-batuan sekitarnya (country rocks), menjadi abtuan metamorf, akan tetapi terdapat
beberapa batuan yang mengalami sedikit perubahan atau sama sekali tidak memberikan
penampakan adanya bahan atau sama sekali tidak memberikan kenampakan adanya
uabhan baik sifat fisik maupun sifat kimia. Batuan yang demikian agak sulit diberi nama
dan susah di ebdakan dari batuan lainnya terutama batuan yang sudah mulai mengalami
pelapukan dan diagenesa pada batuan sedimen. Untukmemudahkan penamaannya maka
istilah meta diberikan sebagai awalan pada nama batuannya.
Batuan ini dapat dibedakan dalam dua bagian yaitu :

1. Meta igneous
Perubahan sebagian dari sifat batuan beku akibat pengaruh metamorfisme/intrusi
batuan beku. Contoh : metadiorite, metagabro, metagranite, meta basalt, metarhyolite,
metagranodiorite, metadasite dll.
2. Meta sediment.
Gejala-gejala perubahan batuan sedimen. Contoh : metabreksi, metakonglomerat,
metasandstone, meta siltstone, metagraywacke, metaclay, metalimestone, metachert dll.

Вам также может понравиться