Вы находитесь на странице: 1из 18

MAKALAH

TEORI APUNGAN BENUA


(CONTINENTAL DRIFT THEORY)
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geodinamika
Disusun oleh :
Puji Rianto (4211411028)
Ratna Sri Wulandari (4211411030)
Bra Wandita Murbanendra (4211411052)
Pradita Ajeng Wiguna (4211412011)
Budi Antoni Saputra (4211412060)
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat TuhanYang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah serta lindungan-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Teori Apungan Benua (Continental Drift
Theory) .
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih adanya
kekurangan dan keterbatasan, namun berkat bantuan dan bimbingan serta dorongan
dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam
hal ini penulis mengucapkan terimakasih kepada,
1. Tuhan YME
2. Dr. Khumaedi, M.Si.
Semoga amal baik dari semua pihak mendapat balasan yang berlipat ganda
dari Tuhan Yang Maha Esa. Penulis menyadari bahwa dalampenulisan makalah ini
masih jauh dari sempurna, meskipun belumdapat memberikan informasi yang lebih
lengkap, kami tetap berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca tentu sangat
penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini, membawa
manfaat yang baik untuk pembaca dalam mengenal teori terbentuknya kulit bumi.
Semarang, April 2014
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................... 2
DAFTAR ISI.................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................... 4
B. Rumusan Masalah.............................................................. 4
C. Tujuan................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Bumi ................................................................................. 6
B. Proses Terjadinya Bumi ............................... 6
C. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory) dalam Proses
Tebentuknya Kulit Bumi................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah sejak lama para ahli kebumian mengetahui bahwa daratan-daratan
yang ada di muka bumi ini sebenarnya tidaklah tetap di tempatnya, tetapi secara
berlahan daratan-daratan tersebut bermigrasi di sepanjang bola bumi. Terpisahnya
bagian daratan dari asalnya dapat membentuk suatu lautan yang baru dan dapat juga
berakibat pada terjadinya proses daur ulang lantai samudera kedalam interior bumi.
Sifat mobilitas kerak bumi ditandai dengan adanya gempa bumi, aktivitas gunung
api dan pembentukan pegunungan (orogenesa). Berdasarkan ilmu pengetahuan
kebumian, teori yang menjelaskan mengenai bumi yang dinamis (mobil) dikenal
dengan teori Tektonik Lempeng
Revolusi dalam ilmu pengetahuan kebumian sudah dimulai sejak awal abad
ke 19, yaitu ketika munculnya suatu pemikiran yang bersifat radikal pada kala itu
dengan mengajukan hipotesa tentang benua-benua yang bersifat mobil yang ada di
permukaan bumi. Sebenarnya teori tektonik lempeng sudah muncul ketika gagasan
mengenai hipotesa Pengapungan Benua (Continental Drift) diperkenalkan pertama
kalinya oleh Alfred Wegener (1915) dalam bukunya The Origins of Oceans and
Continents. Pada hakekatnya hipotesa pengapungan benua adalah suatu hipotesa
yang menganggap bahwa benua-benua yang ada saat ini dahulunya bersatu yang
dikenal sebagai super-kontinen yang bernama Pangaea. Super-kontinen Pangea ini
diduga terbentuk pada 200 juta tahun yang lalu yang kemudian terpecah-pecah
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil yang kemudian bermigrasi (drifted) ke
posisi seperti saat ini.
Oleh karena itu, penulisan dalam makalah ini akan mencoba mengaji lebih
jauh mengenai teori pengapungan benua (continental drift theory).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan mencoba membahas
beberapa masalah, diantaranya,
a. Apa definisi tentang bumi?
5
b. Bagaimana proses terjadinnya bumi?
c. Bagaimana teori pengapungan benua (continental drift theory) yang
menjelaskan proses terbentuknya kulit bumi?
C. Tujuan
a. Mengetahui definisi tentang bumi.
b. Mengetahui dan memahami proses terbentuknya bumi.
c. Mengetahui dan memahami teori apungan benua yang menjelaskan proses
terbentuknya kulit bumi.
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bumi
Bumi adalah bola batuan raksasa yang bergerak di angkasa dengan
kecepatan hampir mencapai 3000 m per detik. Beratnya 6000 juta, juta, juta ton.
Hampir dua pertiga permukaan bumi yang berbatu-batu tertutup oleh air. Batuan
yang tidak tertutup air membentuk daratan. Bumi diselimuti lapisan gas yang
disebut atmosfer dengan mencapai ketinggian lapisan sekitar 700 km dari
permukaan bumi. Di luar batas atmosfer inilah, dimulainya lapisan luar angkasa.
B. Proses Terjadinya Bumi
Proses terbentuknya planet bumi tidak dapat dipisahkan dengan
sejarah terbentuknya tata surya. Hal ini dikarenakan bumi merupakan salah satu
anggota keluarga matahari, di samping planet-planet lain, komet, asteroid, dan
meteor. Bahkan para ilmuwan memperkirakan bahwa matahari terbentuk terlebih
dahulu, sedangkan planet-planet masih dalam wujud awan debu dan gas kosmis
yang disebut nebula berputar mengelilingi matahari. Awan, debu, dan gas
kosmis tersebut terus berputar dan akhirnya saling bersatu karena pengaruh
gravitasi, kemudian mengelompok membentuk bulatan-bulatan bola besar yang
disebut planet, termasuk planet bumi.
Dari proses tersebut, kita memperoleh gambaran bahwa sistem tata
surya berasal dari massa gas (kabut gas atau nebula) yang bercahaya dan
berputar perlahan-lahan. Massa gas tersebut secara berangsur-angsur mendingin,
mengecil, dan mendekati bentuk bola. Karena massa gas itu berotasi dengan
kecepatan yang makin lama semakin tinggi, pada bagian khatulistiwa (ekuatornya)
yang mendapat gaya sentrifugal paling besar, sehingga massa tersebut
menggelembung. Akhirnya dari bagian yang menggelembung tersebut ada bagian
yang terlepas (terlempar) dan membentuk bola-bola pijar dengan ukuran berbeda
satu sama lain.
Massa gas induk tersebut akhirnya menjadi matahari, sedangkan bola-
bola kecil yang terlepas dari massa induknya mendingin menjadi planet,
7
termasuk bumi kita. Pada saat terlepas dari massa induknya, planet-planet
anggota tata surya masih merupakan bola pijar dengan suhu sangat tinggi.
Karena planet berotasi, maka ada bagian tubuhnya yang terlepas dan berotasi
sambil beredar mengelilingi planet tersebut. Benda tersebut selanjutnya
dinamakan bulan (sateit).
Menurut hasil penelitian para ahli astronomi dan geologi, bumi kita
sendiri terbentuk atau terlepas dari tubuh matahari sekitar 4500 juta tahun yang lalu.
Perkiraan terbentuknya bumi ini didasarkan atas penelaahan palentologi (ilmu yang
mempelajari fosil-fosil sisa mahluk hidup purba pada masa lampau) dan stratigrafi
(ilmu yang mempelajari struktur lapisan-lapisan batuan pembentuk muka bumi).
Pada saat terlahir (sekitar 4500 juta tahun yang lalu) bumi kita pada awalnya
masih merupakan bola pijar yang sangat panas, suhu permukaannya mencapai
4.000 C. Dalam jangka waktu jutaan tahun, secara berangsurangsur bumi kita
mendingin. Akibat proses pendinginan, bagian luar bumi membeku membentuk
lapisan kerak bumi atau kulit bumi yang disebut litosfer, sedangkan bagian dalam
planet bumi sampai sekarang masih dalam keadaan panas dan berpijar.
Selain pembekuan kerak bumi, pendinginan massa bumi ini
mengakibatkan terjadinya proses penguapan gas secara besar-besaran ke angkasa.
Proses penguapan ini terjadi dalam waktu jutaan tahun, sehingga terjadi
akumulasi uap dan gas yang sangat banyak. Pada saat inilah mulai terbentuk
atmosfer bumi.
Uap air yang terkumpul di atmosfer dalam waktu jutaan tahun tersebut, pada
akhirnya dijatuhkan kembali sebagai hujan untuk pertama kalinya di bumi, dengan
intensitas tinggi dan dalam waktu yang sangat lama. Titik-titik air hujan yang jatuh
selanjutnya mengisi cekungan-cekungan muka bumi membentuk bentang perairan
laut dan samudera.
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa pada awal pembentukannya, seluruh
bagian planet bumi relatif dingin. Kemudian pada proses selanjutnya, suhu bumi
semakin meningkat hingga mencapai suhu seperti saat ini. Berdasarkan penelitian
para ilmuwan, dijelaskan adanya tiga faktor yang menyebabkan naiknya suhu bumi
tersebut, yaitu sebagai berikut:
8
1. Akresi (accretion) yaitu naiknya suhu bumi akibat tumbukan benda-
benda angkasa atau meteor yang menghujani bumi. Energi dari benda-
benda tersebut berubah menjadi panas. Bayangkan saja, 5 ton berat benda
angkasa, kemudian menghantam bumi dengan kecepatan 30 km per detik,
diperkirakan memberikan energi yang sama dengan ledakan nuklir sebesar
1000 ton. Daerah sekitar tumbukan tersebut meninggalkan lubang-lubang
yang sangat besar (kawah) di permukaan bumi. Pada saat bersamaan, bulan
juga ditabrak oleh benda angkasa tersebut. Karena itu, apabila kamu melihat
bulan dengan menggunakan teropong maka kamu bisa menyaksikan kawah
yang terbentuk pada masa lampau.
2. Kompresi yaitu semakin memadatnya bumi karena adanya gaya
gravitasi. Bagian dalam bumi menerima tekanan yang lebih besar
dibandingkan bagian luarnya, sehingga pada bagian dalam bumi suhunya
lebih panas. Tingginya suhu di bagian dalam bumi (inti bumi)
mengakibatkan unsur besi pada bumi menjadi cair, sehingga inti bumi
merupakan cairan.
3. Adanya disintegrasi atau penguraian unsur-unsur radioaktif seperti
uranium, thorium, dan potasium. Jumlah unsur-unsur tersebut sebenarnya
relatif kecil tetapi dapat meningkatkan suhu bumi. Atom-atom dari unsur-
unsur tersebut secara spontan terurai dan mengeluarkan partikel-partikel
atomyang berubah menjadi unsur lain dan diserap oleh batuan di sekitarnya.
Gambar 1. Proses meningkatnya suhu bumi
Secara ringkas, proses pembentukan bumi hingga terjadinya perlapisan
tersebut terbagi menjadi tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
9
Gambar 2. Proses pembentukan lapisan bumi
1. Tahap pada saat bumi merupakan planet yang homogen atau
belumterjadi diferensiasi dan zonafikasi.
2. Proses diferensiasi atau pemilahan, yaitu ketika material besi yang
lebih berat tenggelam menuju pusat bumi, sedangkan material yang lebih
ringan bergerak ke permukaan. Dengan demikian, bumi tidak lagi dalam
keadaan homogen, melainkan terdiri atas material yang lebih berat (besi)
di pusat bumi dan material yang lebih ringan di bagian yang lebih luar atau
kerak bumi.
3. Proses zonafikasi, yaitu tahap ketika bumi terbagi menjadi beberapa zona
atau lapisan, yaitu inti besi yang padat, inti besi cair, mantel bagian bawah,
zona transisi, astenosfer yang cair, dan litosfer yang terdiri atas kerak benua
dan kerak samudera.
Dengan demikian, perubahan suhu yang dimulai dari bahan
pembentuk bumi hingga terbentuk bumi, kemudian mengalami pendinginan dan
terjadinya kenaikan suhu kembali, seperti yang dijelaskan di atas, mengakibatkan
bumi sebagai planet yang memiliki lapisan-lapisan. Proses zonafikasi pada
bumi telah membaginya ke dalam beberapa lapisan.
10
Pada dasarnya planet bumi mempunyai struktur utama (dari
permukaan sampai ke dalam), yaitu sebagai berikut.
Gambar 3. Struktur Interior bumi
Litosfer : bersifat kaku / rigid (0 - 70 km)
Astenosfer : bersifat plastis (70 350 km)
Zona transisi : bersifat cair (350 700 km)
Mantel : bersifat cair (700 - 2900 km)
Liquid Core : bersifat cair (2900 6370 km)
Solid Iron Core : bersifat padat (4980 6370 km)
1. Litosfer (lapisan batuan pembentuk kulit bumi atau crust)
Litosfer berasal dari kata lithos berarti batu dan sfhere/sphaira berarti bulatan atau
lapisan. Dengan demikian Litosfer dapat diartikan lapisan batuan pembentuk kulit
bumi. Dalam pengertian lain, litosfer adalah lapisan bumi paling atas dengan
ketebalan lebih kurang 70 km yang tersusun dari batuan penyusun kulit bumi.
2. Astenosfer (lapisan selubung atau mantle)
Astenosfer, yaitu lapisan yang terletak di bawah litosfer dengan ketebalan sekitar
2.900 km berupa material cair kental dan berpijar dengan suhu
11
sekitar 3.000 C merupakan campuran dari berbagai bahan yang bersifat cair,
padat dan gas bersuhu tinggi.
3. Barisfer (lapisan inti bumi atau core)
Barisfer, yaitu lapisan inti bumi yang merupakan bagian bumi paling dalam yang
tersusun atas lapisan Nife (Niccolum atau nikel dan ferrrum atau besi). Lapisan ini
dapat pula dibedakan atas dua bagian yaitu inti luar dan inti dalam.
a. Inti luar (Outer core)
Inti luar adalah inti bumi yang ada di bagian luar. Tebal lapisan ini
sekitar 2.200 km, tersusun atas materi besi dan nikel yang bersifat cair,
kental, dan panas berpijar bersuhu sekitar 3.900 C.
b. Inti dalam (Inner core)
Inti dalam adalah inti bumi yang ada di lapisan dalam dengan
ketebalan sekitar 2.500 km, tersusun atas materi besi dan nikel pada suhu
yang sangat tinggi yakni sekitar 4.800 C, akan tetapi tetap dalam keadaan
padat dengan densitas sekitar 10 gram/cm3. Hal itu disebabkan adanya
tekanan yang sangat tinggi dari bagian-bagian bumi lainnya.
Lapisan atas kerak bumi, di daerah daratan, biasanya dilapisi tanah. Tanah,
yang terdiri atas partikel batuan yang ditimpa cuaca, juga mengandung banyak zat
organik yang berasal dari pembusukan makhluk hidup zaman purba. Tanah
mendukung kehidupan tanaman di bumi dan juga binatang karena makanan hewan,
baik langsung maupun tidak berasal dari tanaman.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
lapisan bumi paling dalam (inti) memiliki sifat pejal atau keras yang diselubungi
lapisan cair relatif kental, sedangkan bagian luar atau atasnya berupa litosfer
yang pejal dan keras pula.
C. Teori Pengapungan Benua (Continental Drift Theory) dalam Proses
Tebentuknya Kulit Bumi
Kulit bumi dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Hal ini telah
menjadi bahan pemikiran para ahli untuk mengungkap proses perubahan dan
perkembangan kulit bumi pada masa lalu, sekarang dan prediksi pada masa yang
akan datang. Ada 5 teori terbentuknya kulit bumi namun disini yang akan dikaji
lebih dalam adalah teori apungan benua,
12
1. Teori kontraksi (Contraction theory)
2. Teori dua benua (Laurasia-Gondwana theory)
3. Teori pengapungan benua (Continental drift theory)
4. Teori konveksi (Convection theory)
5. Teori lempeng tektonik (Plate Tectonic theory)
Seorang ahli ilmu cuaca dari Jerman yang bernama Alfred Wegener
(1912), dalam teorinya yang terkenal yaitu teori pengapungan benua
(Continental drift theory) mengemukakan bahwa sampai sekitar 225 juta tahun lalu,
di bumi baru ada satu benua dan samudra yang maha luas. Benua raksasa
ini dinamakan pangea, sedangkan kawasan samudera yang mengapitnya
dinamakan panthalassa.
Sedikit demi sedikit pangea mengalami retakan-retakan dan pecah.
Sekitar 135 juta tahun yang lalu, benua raksasa tersebut pecah menjadi dua,
yaitu pecahan benua di sebelah utara dinamakan Laurasia dan di bagian
selatan dinamakan gondwana. Kedua benua itu dipisahkan oleh jalur laut
sempit yang dinamakan Laut Tethys. Sisa Laut Tethys pada saat ini merupakan jalur
cebakan minyak bumi di sekitar laut-laut di kawasan Timur Tengah.
Baik Laurasia maupun Gondwana kemudian terpecah-pecah lagi
menjadi daratan yang lebih kecil dan bergerak secara tidak beraturan dengan
kecepatan gerak berkisar antara 1 10 cm pertahun (coba kalian lihat teori
tektonik lempeng). Dalam sejarah perkembangan planet bumi, sekitar 65 juta
tahun lalu, Laurasia merupakan cikal bakal benua-benua yang saat ini letaknya di
sebelah utara ekuator (belahan bumi utara), meliputi Eurasia, Amerika Utara, dan
pulau-pulau kecil di sekitarnya. Adapun Gondwana merupakan cikal bakal benua-
benua di belahan bumi selatan, meliputi Amerika Selatan, Afrika, Sub benua India,
Australia, dan Antartika, hingga terbentuklah benuabenua yang kita saksikan saat
ini. Perhatikan gambar berikut,
13
Gambar 4. Proses pemisahan superbenua Pangea menjadi benua-benua seperti
yang ada saat ini.
Bukti yang mendasari teori apungan benua antara lain :
a. Kecocokan garis pantai benua
Wegener menggabungkan peta garis pantai Amerika Selatan dan
Afrika sebagai bukti pertamanya untuk membuktikan teori apungan benua.
Menurut Wegener, garis pantai yang sesuai jika digabungkan itu
menunjukkan bahwa pada mulanya benua tersebut bergabung menjadi satu.
b. Rangkaian pegunungan dan batuan yang serupa
Penjelajah menemukan bahwa benua-benua yang berjauhan terdiri
dari batuan dengan usia dan cirri yang sama. Penemuan ini menunjukkan
14
bahwa pada mulanya benua-benua tidak terpisah seperti sekarang. Sebagai
contoh, yang mereka temukan ketika mereka menjelajah pegunungan
Appalachian di Amerika Utara :
pegunungan memanjang ke utara dari arah timur Amerika Serikat ke
provinsi Atlantik bagian timur Kanada. Terlihat bahwa rangkaian
pegunungan itu berakhir secara tiba-tiba di pulau Newfounland.
rangkaian pegunungan yang sangat mirip dari usia dan tipe batuan
yang sama juga nampak di bagian timur Greenland, Irlandia,
Britania Raya, dan Norwegia. Ketika daratan ini diletakkan secara
bersama-sama, pegunungan membentuk satu rangkaian memanjang,
seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar 5. Rangkaian peguungan yang membentuk satu rangkaan
memanjang.
Rangkaian batuan hampir sama pada titik yang berhubungan pada
kedua sisi Atlantik.
Amerika Selatan Afrika
Sandstone Limestone
Siltstone Loess
Sanstone Sanstone
Slate Slate
Granite Granite
Satu ketentuan dasar dari proses geologi adalah bahwa batuan
terbaru berada pada puncak dan batuan semakin tua pada arah lapisan ke
15
bawah. Lapisan atas tidak identik karena sebagian terbentuk 80 juta tahun
setelah benua terpisah.
c. Bukti fosil
Fosil merupakan bukti kehidupan masa purba. Fosil-fosil dari
spesies yang sama ditemukan pada titik yang berhubungan pada kedua sisi
samudra. Sulit dipercaya jika organisme yang sama tinggal berjauhan satu
sama lain, atau mereka dapat berenang dari pulau satu ke pulau yang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa pada mulanya kehidupan ini membentuk satu
kehidupan bersama pada sebuah benua tunggal, seperti ditunjukkan pada
gambar berikut.
Berikut adalah fosil-fosil yang berasal dari binatang dan tumbuhan
yang tersebar luas dan terpisah di beberapa benua, antara lain :
1. Fosil Cynognathus, suatu reptil yang hidup sekitar 240 juta tahun
yang lalu dan ditemukan di benua Amerika Selatan dan benua
Afrika.
2. Fosil Mesosaurus, suatu reptil yang hidup di danau air tawar dan
sungai yang hidup sekitar 260 juta tahun yang lalu, ditemukan di
benua Amerika Selatan dan benua Afrika.
3. Fosil Lystrosaurus, suatu reptil yang hidup di daratan sekitar 240
juta tahun yang lalu, ditemukan di benua benua Afrika, India, dan
Antartika.
4. Fosil Clossopteris, suatu tanaman yang hidup 260 juta tahun yang
lalu, dijumpai di benua benua Afrika, Amerika Selatan, India,
Australia, dan Antartika.
Pertanyaannya adalah, bagaimana binatang-binatang darat tersebut
dapat bermigrasi menyeberangi lautan yang sangat luas serta di laut yang
terbuka? Boleh jadi jawabannya adalah bahwa benua-benua yang ada
sekarang pada waktu itu bersatu yang kemudian pecah dan terpisah-pisah
seperti posisi saat ini.
16
Gambar 6. Bukti kesesuaian fosil di benua-benua yang berjauhan
d. Bukti Gletser
Bukti gletser dapat dilihat pada Gambar 4, bahwa struktur tanah
bekas gletser ditemukan pada berbagai wilayah selatan setiap benua.
Gambar 7. Bukti struktur tanah bekas gletser
Para ahli kebumian juga telah mempelajari mengenai ilklim purba,
di mana pada 250 juta tahun yang lalu diketahui bahwa belahan bumi bagian
selatan pada zaman itu terjadi iklim dingin, di mana belahan bumi bagian
selatan ditutupi oleh lapisan es yang sangat tebal, seperti benua Antartika,
Australia, Amerika Selatan, Afrika, dan India. Wilayah yang terkena
glasiasi di daratan Afrika ternyata menerus hingga ke wilayah ekuator. Akan
17
tetapi argumentasi ini kemudian ditolak oleh para ahli kebumian, karena
selama perioda glasiasi di belahan bumi bagian selatan, di belahan bumi
bagian utara beriklim tropis yang ditandai dengan berkembangnya hutan
rawa tropis yang sangat luas dan merupakan material asal dari endapan batu
bara yang dijumpai di Amerika bagian timur, Eropa dan Asia.
Pada saat ini, para ahli kebumian baru percaya bahwa daratan yang
mengalami glasiasi berasal dari satu daratan yang dikenal dengan super-
kontinen Pangaea yang terletak jauh di bagian selatan dari posisi saat ini.
Bukti-bukti dari Wegener dalam mendukung hipotesa Pengapungan Benua
baru diperoleh setelah 50 tahun sebelum masyarakat ahli kebumian
mempercayai kebenaran tentang hipotesa Pengapungan Benua.
Kelemahan teori Apungan Benua
Wegener tidak dapat memberikan penjelasan yang tepat mengenai
apa yang membuat benua bergerak sampai muncul teori baru yang disebut
Lempeng Tektonik.. Berdasarkan teori Lempeng Tektonik, mantel teratas
sepanjang kerak bumi diatasnya, bersifat kuat dan merupakan lapisan yang
kaku. Lapisan ini disebut Lithosphere.
18
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Bumi adalah bola batuan raksasa yang bergerak di angkasa dengan
kecepatan hampir mencapai 3000 m per detik. Hampir dua pertiga
permukaan bumi yang berbatu-batu tertutup oleh air. Batuan yang tidak
tertutup air membentuk daratan. Bumi diselimuti lapisan gas yang disebut
atmosfer.
2. Proses terbentuknya planet bumi tidak dapat dipisahkan dengan
sejarah terbentuknya tata surya. Menurut hasil penelitian para ahli
astronomi dan geologi, bumi kita sendiri terbentuk atau terlepas dari tubuh
matahari sekitar 4500 juta tahun yang lalu. Pada saat terlahir (sekitar 4500
juta tahun yang lalu) bumi kita pada awalnya masih merupakan bola pijar
yang sangat panas, suhu permukaannya mencapai 4.000 C. Dalam jangka
waktu jutaan tahun, secara berangsur-angsur bumi kita mendingin. Akibat
proses pendinginan, bagian luar bumi membeku membentuk lapisan kerak
bumi atau kulit bumi yang disebut litosfer, sedangkan bagian dalam planet
bumi sampai sekarang masih dalam keadaan panas dan berpijar.
3. Teori pengapungan benua dikemukakan oleh Alfred Wegener pada 1912. Ia
menyatakan bahwa pada awalnya di bumi hanya ada satu benua besar yang
disebut Pangea. Menurutnya benua tersebut kemudian terpecah-pecah dan
terus bergerak melalui dasar laut. Gerakan rotasi bumi yang sentrifugal,
mengakibatkan pecahan benua tersebut bergerak ke arah barat menuju
equator. Teori ini didukung oleh bukti-bukti berupa kesamaan garis pantai
Afrika bagian barat dengan Amerika Selatan bagian timur, serta adanya
kesamaan batuan dan fosil pada kedua daerah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/01/bumi-pengertian-proses-
pembentukan-kulit-lapisan.html#ixzz2xiYZ5rJh
Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. 2006. Gunungapi.
Oberret, Kenn. -. The Theory of Continental Drift.

Вам также может понравиться