Вы находитесь на странице: 1из 23

LO

1. OBESITAS
Faktor penyebab obesitas :
Setiap orang memang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi,
penyekat panas, penyerap guncangan, dan lainnya. Namun dalam jumlah berlebihan,
timbunan lemak justru akan merugikan metabolisme tubuh.
Pengendalian berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan
merupakan usaha jangka panjang. Agar aman dan efektif, setiap program penurunan berat
badan harus ditujukan untuk pendekatan jangka panjang.
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan dan
pembakaran kalori ini masih belum jelas. Ada beberapa faktor yang mempengaruhinya:

Faktor genetik
Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Namun,
anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup
yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya
hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik
memberikan pengaruh sebesar 33 persen terhadap berat badan seseorang.

Faktor lingkungan
Lingkungan yang dimasuk yaitu perilaku/pola hidup seperti apa kualitas dan kuantitas
makanan serta bagaimana seseorang beraktivitas. Jika genetik tidak dapat diubah, pola makan
dan aktivitas dapat diubah jika ada kemauan dari seseorang untuk memperbaiki hidupnya.

Faktor psikis
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak
orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan. Salah satu bentuk
gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang
serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas.

Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam
jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari. Kedua pola makan ini biasanya
dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang
makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan
memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi
sangat banyak.

Pada sindroma makan di malam hari, konsekuensinya adalah berkurangnya nafsu makan di
pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan dan insomnia pada malam hari.
BODY MASS INDEX (BMI) = Indeks Massa Tubuh

Istilah normal, overweight dan obese dapat berbeda-beda, masing-masing
negara dan budaya mempunyai kriteria sendiri-sendiri, oleh karena itu, WHO
menetapkan suatu pengukuran / klasifikasi obesitas yang tidak bergantung pada
bias-bias kebudayaan.
Metoda yang paling berguna dan banyak digunakan untuk mengukur tingkat
obesitas adalah BMI (Body Mass Index), yang didapat dengan cara membagi
berat badan (kg) dengan kuadrat dari tinggi badan (meter). Nilai BMI yang
didapat tidak tergantung pada umur dan jenis kelamin.
Keterbatasan BMI adalah tidak dapat digunakan bagi:
Anak-anak yang dalam masa pertumbuhan
Wanita hamil
Orang yang sangat berotot, contohnya atlet
BMI dapat digunakan untuk menentukan seberapa besar seseorang dapat terkena
resiko penyakit tertentu yang disebabkan karena berat badannya. Seseorang
dikatakan obese dan membutuhkan pengobatan bila mempunyai BMI di atas 30,
dengan kata lain orang tersebut memiliki kelebihan BB sebanyak 20%.
Klasifikasi BMI Menurut WHO (1998)

Kategori BMI (kg/m2) Resiko Comorbiditas
Underweight < 18.5 kg/m
2

Rendah (tetapi resiko terhadap
masalah-masalah klinis lain
meningkat)
Batas Normal 18.5 - 24.9 kg/m
2
Rata-rata
Overweight: > 25
Pre-obese 25.0 29.9 kg/m
2
Meningkat
Obese I 30.0 - 34.9kg/m
2
Sedang
Obese II 35.0 - 39.9 kg/m
2
Berbahaya
Obese III > 40.0 kg/m
2
Sangat Berbahaya





Para ahli sedang memikirkan untuk membuat klasifikasi BMI tersendiri untuk
penduduk Asia. Hasil studi di Singapura memperlihatkan bahwa orang
Singapura dengan BMI 27 28 mempunyai lemak tubuh yang sama dengan
orang-orang kulit putih dengan BMI 30. Pada orang India, peningkatan BMI dari
22 menjadi 24 dapat meningkatkan prevalensi DM menjadi 2 kali lipat, dan
prevalensi ini naik menjadi 3 kali lipat pada orang dengan BMI 28.
Klasifikasi Berat Badan yang diusulkan berdasarkan BMI pada
Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)

Kategori BMI (kg/m2) Risk of Co-morbidities
Underweight < 18.5 kg/m
2

Rendah (tetapi resiko terhadap masalah-
masalah klinis lain meningkat)
Batas Normal 18.5 - 22.9 kg/m
2
Rata rata
Overweight: > 23
At Risk 23.0 24.9 kg/m
2
Meningkat
Obese I 25.0 - 29.9kg/m
2
Sedang
Obese II > 30.0 kg/m
2
Berbahaya




PENYEBARAN LEMAK

Lingkar Pinggang dan Perbandingan antara lingkar pinggang dengan
lingkar pinggul
Mengetahui jumlah total lemak di dalam tubuh adalah hal utama untuk
mengetahui tingkat obesitas dan bahaya kesehatan yang ditimbulkannya, hal lain
yang juga tak kalah penting adalah mengetahui distribusi atau lokasi lemak
tersebut.
Lemak yang berada di sekitar perut memberikan resiko kesehatan yang lebih
tinggi dibandingkan lemak di daerah paha atau bagian tubuh.yang lain. Suatu
metoda yang sederhana namun cukup akurat untuk mengetahui hal tersebut
adalah lingkar pinggang.
Perlu ditekankan bahwa resiko penyakit yang berhubungan dengan lingkar
pinggang adalah bervariasi pada populasi dan kelompok etnik yang berbeda.
Sebagai contoh, lemak di sekitar perut pada wanita kulit hitam kurang
menunjukan hubungan yang kuat dengan resiko penyakit jantung dan diabetes
dibandingkan dengan wanita kulit putih. Oleh karena itu, diperlukan nilai
maksimum (cut-off points) yang lebih spesifik berdasarkan seks dan populasi.

Pengukuran
PRIA WANITA
Resiko
Meningkat
Resiko sangat
meningkat
Resiko
Meningkat
Resiko sangat
meningkat
Lingkar pinggang > 94cm > 102cm > 80cm > 88cm
Perbandingan lingkar
pinggang/lingkar pinggul
0.9 1.0 0.8 0.9























Bentuk Tubuh
Cara lain untuk mengetahui distribusi lemak tubuh adalah dengan cara melihat
bentuk tubuh. Terdapat 3 macam bentuk tubuh berdasarkan karakteristik
distribusi lemak.

Gynoid (Bentuk Peer)
Lemak disimpan di sekitar pinggul dan bokong
Tipe ini cenderung dimiliki wanita. Resiko
terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya
kecil, kecuali resiko terhadap penyakit arthritis
dan varises vena (varicose veins).


Apple Shape (Android)
Biasanya terdapat pada pria. dimana lemak
tertumpuk di sekitar perut. Resiko kesehatan pada
tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe
Gynoid, karena sel-sel lemak di sekitar perut lebih
siap melepaskan lemaknya ke dalam pembuluh
darah dibandingkan dengan sel-sel lemak di
tempat lain. Lemak yang masuk ke dalam
pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan
arteri (hipertensi), diabetes, penyakit gallbladder,
stroke, dan jenis kanker tertentu (payudara dan
endometrium).
Melihat hal tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa seorang pria kurus dengan perut gendut
lebih beresiko dibandingkan dengan pria yang
lebih gemuk dengan perut lebih kecil.


Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian
badan". Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-
orang yang gemuk secara genetik









OBESITAS SEBAGAI SUATU PENYAKIT KRONIK
Resiko Ko-morbiditas
Ko-morbiditas
Overweight dan Obesitas erat hubungannya dengan peningkatan resiko sejumlah komplikasi
yang dapat terjadi sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Seperti yang telah disebutkan di
awal, komorbiditas itu dapat berupa hipertensi, dislipidemia, penyakit kardiovaskular, stroke,
diabetes tipe II, penyakit gallblader, disfungsi pernafasan, gout, osteoarthritis, dan jenis
kanker tertentu. Penyakit kronik yang paling sering menyertai obesitas adalah diabetes tipe II,
hipertensi, dan hiperkolesterolemia. Data dari NHANES (National Health and Nutrition
Examination Survey) III, 1988 1994, memperlihatkan bahwa dua pertiga pasien obese dan
overweight dewasa (BMI 27) mengidap paling sedikit satu dari banyak penyakit kronik
tersebut dan 27% dari mereka mengidap dua atau lebih penyakit.


Lebih lanjut, dampak komorboditas pada obesitas ini berkembang seiring dengan
peningkatan BB pasien, baik itu resiko kejadian, prevalensi dan tingkat keparahan, yang
secara umum berhubungan langsung dengan BMI. Studi epidemik telah menemukan adanya
hubungan linier antara BB dan resiko peningkatan mortalitas dan morbiditas. Kenyataanya,
komorbiditas penyakit kronik merupakan suatu resiko yang utama.
Obesitas dan Diabets Tipe 2
NHANES III menyebutkan bahwa kurang lebih 12% orang dengan BMI 27 menderita
diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 merupakan tipe diabetes yang paling sering ditemui, yaitu
sekitar 85% - 90% dari keseluruhan penderita diabetes. Obesitas merupakan faktor resiko
utama pada diabetes tipe 2. Sebanyak 80% dari penderita penyakit tersebut menderita obese.
Tingkat prevalensi (untuk diabetes tipe 2) meningkat sesuai dengan pertambahan
umur dan bertambahnya BMI, baik pada wanita maupun pada pria.

Tingkat resiko juga meningkat seiring dengan peningkatan BMI pada pasien dewasa (lihat
gambar di atas). Contohnya, satu studi pada wanita berusia 30 sampai 50 tahun usia rentan
terkena diabetes tipe 2 - menunjukkan bahwa angka resiko diabetes tipe 2 pada wanita
dengan BMI 22 adalah 15.8, untuk BMI 27.0 adalah 28.9, dan untuk BMI 31.0 32.9 adalah
40.3. Bandingkan angka-angka tersebut pada wanita dengan BMI 35.0 yang jauh lebih tinggi,
yaitu 93 kali, terhadap peningkatan/perkembangan penyakit diabetes tipe 2 ini.
Bagi mereka yang mengalami kegemukan di sekitar perut (abdominally obese), salah satu
mekanisme yang diduga menjadi predisposisi diabetes tipe 2, adalah terjadinya pelepasan
asam-asam lemak bebas secara cepat, yang berasal dari suatu lemak visceral yang membesar.
Proses ini menerangkan terjadinya sirkulasi tingkat tinggi dari asam-asam lemak bebas di hati
sehingga kemampuan hati untuk mengikat dan mengekstrak insulin dari darah menjadi
berkurang. Hal ini dapat mengakibatkan hiperinsulinemia. Akibat lainnya adalah peningkatan
glukoneogenesis - dimana glukosa darah meningkat.
Efek kedua dari peningkatan asam-asam lemak bebas adalah menghambat pengambilan
glukose oleh sell otot, dengan demikian, walalupun kadar insulin meningkat, namun glukosa
darah tetap abnormal tinggi. Hal ini menerangkan suatu resistensi fisiologis terhadap insulin
seperti yang terdapat pada diabetes tipe 2.
Keadaan di atas merupakan bagian dari suatu kompleks gangguan metabolisme yang biasa
disebut sindrom resisten insulin, atau sindrome X. Pada kasus resistensi insulin, ciri-cirinya
adalah hiperglikemia, hipertensi serta perubahan kadar dan komposisi lipoprotein yang
meningkatkan resiko penyakit jantung koroner.
Hipertensi dan Obesitas
"Obesitas merupakan suatu faktor utama (bersifat fleksibel ) yang mempengaruhi tekanan
darah dan juga perkembangan hipertensi. Kurang lebih 46% pasien dengan BMI 27 adalah
penderita hipertensi. Framingham Studi telah menemukan bahwa peningkatan 15% BB dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 18%. Dibandingkan dengan
mereka yang mempunyai BB normal, orang yang overweight dengan kelebihan BB sebesar
20% mempunyai resiko delapan kali lipat lebih besar terhadap hipertensi.


Hiperkolesterolemia dan Obesitas
Kadar abnormal lipid darah erat kaitannya dengan obesitas. Kurang lebih 38% pasien dengan
BMI 27 adalah penderita hiperkolesterolemia. Pada kondisi ini , perbandingan antara HDL
(High Density Lipoprotein) dengan LDL (low Density Lipoprotein) cenderung menurun
(dimana kadar trigliserida secara umum meningkat) sehingga memperbesar resiko
Atherogenesis.
Framingham Studi memperlihatkan bahwa untuk setiap 10% kenaikan BB terjadi
peningkatan plasma kolesterol sebesar 12 mg/dL.
Dari data NHANES II juga ditemukan bahwa resiko hiperkolesterolemia (serum kolesterol
250 mg/dL) pada orang Amerika yang overweight adalah 1.5 kali lebih besar dibandingkan
pada individu normal usia 20 sampai 75 tahun.


Komorbiditas-komorbiditas lain:
Penyakit Jantung Koroner (PKH): Kurang lebih sebanyak 40% kejadian CHD
terjadi pada seseorang dengan BMI di atas 21, sehingga penyakit ini sebetulnya
dapat dicegah.
Stroke: Overweight merupakan faktor resiko utama terhadap stroke. Kegemukan
(terutama di sekitar perut/abdomen) dapat meningkatkan resiko stroke (kondisi ini
tidak tergantung besarnya BMI).
Penyakit Kantung Empedu: Orang obese cenderung lebih mudah terkena batu
empedu.
Osteoarthritis (OA): Overweight berhubungan dengan OA pada sendi tangan dan
lutut. Bagaimanapun, keterbatasan kemampuan berolah raga pada pasien OA juga
dapat peranan terhadap timbulnya overweight.
Kanker: Obesitas dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit kanker tertentu.
Suatu studi yang dilakukan oleh American Cancer Society menjelaskan bahwa
kematian yang diakibatkan oleh kanker prostat dan rektal-colon (colorectal)
meningkat pada laki-laki obese, sedangkan kanker endometrium, uterus, mulut
rahim (cervix), dan indung telur (ovarium) meningkat pada wanita obese.
Dibandingkan wanita dengan berat normal pada masa post-menousal, wanita
obese mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap kanker payudara.
Kelainan (gangguan) lain: Obesitas juga berhubungan dengan varieses vena,
beberapa gangguan hormonal dan infertilitas.


2. ANTROPOMETRI
Pengukuran antropometri merupakan salah satu cara pengukuran yang paling sering
digunakan, karena:
1. alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lengan atas, alat pengukur
panjang bayi yang dapat dibuat sendiri di rumah.
2. pengukuran dapat dilakukan berulang dengan mudah dan objektif
3. pengukuran dapat dilakukan oleh petugas yang telah terlatih tidak perlu tenaga khusus
profesional
4. biaya relatif murah
5. hasil dapat disimpulkan, karena mempunyai ambang batas dan buku rujukan yang
sudah pasti
6. prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar
7. dapat mendeteksi keadaan status gizi masa lampau
8. dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk
9. parameter yang digunakan antar lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada dan jaringan lemak

Alat yang biasa digunakan untuk mengukur berat badan adalah dacin dengan
kemampuan
20 25 kg. Ada 9 tahap penimbangan yang dikenal sebagai petunjuk penimbangan balita
yaitu:


1. Gantungkan dacin pada dahan pohon, palang pintu atau penyangga kaki tiga
2. Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat. Tarik batang dacin ke bawah kuat-
kuat
3. Sebelum dipakai letakkan bandul geser pada angka 0 (nol). Batang dacin dikaitkan
pada tali pengaman
4. Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang yang kosong pada
dacin
5. Seimbangkan dacin yang sudah dibebani selana timbang, kotak timbang atau sarung
timbangan dengan cara memasukkan pasir ke dalam kantong plastik
6. Anak ditimbang dan seimbangkan dacin
7. Tentukan berat badan anak dengan membaca angka di ujung bandul geser
8. Catat hasil penimbangan di atas dengan secarik kertas
9. Geserlah bandul ke angka nol, letakkan batang dacin dalam tali pengaman, setelah
itu bayi atau anak dapat diturunkan.

Dalam menimbang bayi perlu diperhatikan antara lain:
1. pakaian dibuat seminim mungkin, sepatu, baju/pakaian yang cukup tebal harus dilepas
2. balita di masukkan ke dalam kantung timbang dan bayi bila tidak ada alat timbangan
yang sudah ada, dapat ditidurkan dalam kain sarung
3. geserlah anak timbangan sampai tercapai keadaan seimbang, kedua ujung jaum
terdapat pada satu titik
4. lihatlah angka pada skala batang dacin yang menunjukkan berat badan bayi.
5. Catat berat badan dengan teliti sampai satu angka desimal



Gambar 10. Penimbangan Anak

Status gizi anak balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan
antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan
(standart) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar,
anak tersebut dikatakan memiliki gizi baik. Kalau sedikit dibawah standar disebut gizi
kurang. Apabila jauh dibawah standar dikatakan gizi buruk. Namun perhitungan berat badan
menurut panjang badan lebih memberi arti klinis.
Diagnosis kurang gizi selain ditegakkan melalui pemeriksaan antropometri
(penghitungan berat badan menurut umur/panjang badan) dapat pula melalui temuan klinis.
Keadaan klinis gizi buruk dapat dibagi menjadi kondisi marasmus, kwasiorkhor dan bentuk
campuran (marasmus kwasiorkhor).
Parameter yang dianjurkan oleh WHO untuk diukur pada survei gizi dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
Tabel 1. Parameter yang Dianjurkan WHO untuk diukur dalam Survei Gizi
Dikutip dari Measuring Change in Nutritional Status: Guidelines for Assessing The
Nutritional Impact of Supplementary Feeding Programmes fos Vulnerable Groups,
WHO 1993
Usia Pengamatan di Lapangan Pengamatan Lebih Rinci
0 1 tahun Berat dan panjang badan. Panjang batang badan, lingkar kepala dan
dada, diameter krista iliaka, lipat kulit dada,
triseps dan sub-skapula.
1 5 tahun Berat dan panjang badan Panjang batang badan (2 tahun), tinggi duduk
(sampai 2 tahun), tinggi
badan ( di atas 2 tahun), lipat
kulit biseps dan triseps,
lingkar lengan.
(di atas 2 tahun), lingkar kepala dan dada
(inspirasi setengah), diameter bikristal, lipat
kulit dada dan sub-skapula, lingkar betis,
rontgen postero-anterior tangan dan kaki.
5 20 tahun Berat dan tinggi badan, lipat
kulit triseps.
Tinggi duduk, diameter bikristal, diameter
biakromial, lipat kulit di tempat lain, lingkar
lengan dan betis, rontgen postero-anterior
tangan dan kaki.
> 20 tahun Berat dan tinggi badan, lipat
kulit triseps.
Lipat kulit di tempat lain, lingkar lengan dan
betis.
1. A. Prinsip Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros
artinya ukuran. Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Pengertian dari
sudut pandang gizi, Jellife (1966) mengungkapkan bahwa:
Nutritional anthropometry is measurement of the variations of the physical dimensions and
the gross composition of the human body at different age levels and degree of nutrition.
Dari definisi tersebut diatas dapat ditarik pengertian bahwa antropometri gizi adalah
berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai
ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada
pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam
tubuh.
1. B. Metode Umum Antropometri
Pengukuran antropometri ada 2 tipe yaitu pertumbuhan linear dan pertumbuhan massa
jaringan. Metode pengukuran untuk pertumbuhan linear adalah dengan menggunakan tinggi
badan, lingkar dada, dan lingkar kepala. Sedangkan massa jaringan dengan menggunakan
metode berat badan, LILA, dan tebal lemak bawah kulit. Penilaian pertumbuhan merupakan
komponen esensial dalam surveilan kesehatan anak karena hampir setiap masalah yang
berkaitan dengan fisiologi, interpersonal, dan domain sosial dapat memberikan efek yang
buruk pada pertumbuhan anak. Alat yang penting untuk penilaian pertumbuhan adalah kurva
pertumbuhan.
Dari sudut pandang antropometri, pertumbuhan linear dan pertumbuhan massa jaringan
memiliki arti yang berbeda. Pertumbuhan linear menggambarkan status gizi yang
dihubungkan pada saat lampau dan pertumbuhan massa jaringan menggambarkan status gizi
yang dihubungakn pada saat sekarang atau saat pengukuran.
1. Pertumbuhan Linear
Bentuk dari ukuran linear adalah ukuran yang berhubungan dengan panjang. Contoh ukuran
linear adalah panjang badan, lingkar dada, dan lingkar kepala. Ukuran linear yang rendah
biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang
diderita waktu lampau. Ukuran linear yang paling sering digunakan adalah tinggi atau
panjang badan.
1. Pertumbuhan Massa Jaringan
Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contoh ukuran massa jaringan adalah
berat badan, lingkar lengan atas (LLA), dan tebal lemak bawah kulit. Apabila ukuran ini
rendah atau kecil, menunjukkan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein
yang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Ukuran massa jaringan yang paling sering
digunakan adalah berat badan.
Tabel 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan (sumber: Jellife DB, 1989.
Community Nutritional Assessment. Oxford University Press, hlm. 57).
Faktor Contoh
I Internal
a. Genetik - Individu (keluarga)
- Ras/lingkungan intrauterin (ketidakcukupan plasenta)
b. Obstetrik - BBLR
- Lahir kembar
c. Seks - Laki-laki lebih panjang dan lebih berat
II Eksternal
a. Gizi - Fetus (diet maternal; protein, energi dan iodium)
- Bayi (ASI dan susu botol)
- Anak (protein, energi, iodium, zink, vitamin D dan asam folat)
b. Obat-obatan - Alkohol, tembakau dan kecanduan obat-obat lainnya
- Altitude
c. Lingkungan - Iklim
- Daerah kumuh
d. Penyakit
1. Endokrin - Hormon pertumbuhan (hipofisis)
2. Infeksi - Bakteri akut dan kronis, virus dan cacing
3. Kongetinal - Anemia sel sabit, kelainan metabolis sejak lahir
4. Penyakit kronis - Kanker, malabsorpsi usus halus, jantung, ginjal dan hati
5. Psikologis - Kemunduran mental/emosi
1. C. Kegunaan Antropometri
Penggunaan antropometri sebagai alat ukur status gizi semakin luas digunakan dalam
program-program gizi antara lain:
1. Kualitas sumber daya manusia.
2. Penilaian status gizi.
3. Pemantauan pertumbuhan anak.
4. Survei nasional vitamin A.
5. Survei sosial ekonomi nasional.
6. Pemantauan status gizi.
7. Pengukuran tinggi badan anak baru masuk sekolah.
8. Kegiatan penapisan.
9. Kegiatan di klinik.
10. Swa uji risiko KEK.
11. KMS ibu hamil.
12. Pemantauan status gizi orang dewasa.
Kegunaan pengukuran status gizi dengan metode antropometri adalah sebagai berikut:
1. Metode ini relatif mudah dilakukan.
2. Non-invasive dan tidak membahayakan.
3. Pada beberapa situasi, sebagian besar dapat dikerjakan dengan mudah (terutama untuk
mengevaluasi hasil intervensi yang dirancang untuk meningkatkan faktor status gizi,
kesehatan, ekonomi dan lingkungan).
4. Salah satu indikator yang baik untuk kesejahteraan manusia dan digunakan untuk
memonitor dua masalah gizi utama yaitu kurang energi protein (KEP) dan obesitas.
5. Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang dan gizi buruk, karena
sudah ada ambang batas yang jelas.
6. Metode antropometri gizi dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode
tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
7. Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan
terhadap gizi.
Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah:
1. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,
mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri di rumah.
2. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif. Contohnya,
apabila terjadi kesalahan pada pengukuran lingkar lengan atas pada anak balita, maka
dapat dilakukan pengukuran kembali tanpa harus persiapan alat yang rumit. Berbeda
dengan pengukuran status gizi dengan metode biokimia, apabila terjadi kesalahan
maka harus mempersiapkan alat dan bahan terlebih dahulu yang relatif mahal dan
rumit.
3. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga oleh
tenaga lain setelah dilatih untuk itu.
4. Biaya relatif murah, karena alat mudah didapat dan tidak memerlukan bahan-bahan
lainnya.
5. Hasilnya mudah disimpulkan, karena mempunyai ambang batas (cut off points) dan
baku rujukan yang sudah pasti.
6. Secara ilmiah diakui kebenarannya. Hampir semua negara menggunakan antropometri
sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat, khususnya untuk penapisan
status gizi. Hal ini dikarenakan antropometri diakui kebenarannya secara ilmiah.
1. D. Kelebihan Antropometri
Kelebihan pengukuran status gizi dengan metode antropometri adalah sebagai berikut:
1. Prosedurnya sederhana, aman, non-invasive dan metode yang digunakan jelas.
Pengukuran antropometri dapat digunakan tidak hanya pada pasien individu tapi juga dapat
mencakup dalam jumlah yang banyak.
Contoh : pengukuran TB dan BB pada balita.
1. Metode antropometri menghasilkan ketepatan dan keakuratan dengan penggunaan
tehnik yang standar.
1. Peralatannya tidak mahal dan terjangkau.
Peralatannya bersifat mudah dipindahkan (mudah dibawa), tidak mudah rusak, dan mudah
untuk membuat atau membelinya. Memang ada alat antropometri yang mahal dan harus
diimpor dari luar negeri, tetapi penggunaan alat itu hanya tertentu saja seperti Skin Fold
Caliper untuk mengukur tebal lemak bawah kulit.
Contoh : penggunaan dacin dapat digunakan dengan mudah oleh kader dan merupakan alat
pengukuran berat badan yang dapat dibuat sendiri dan tidak mahal untuk membelinya.
1. Mudah digunakan dan relatif tidak membutuhkan tenaga ahli (unskilled personnel).
Orang yang tidak memiliki ketrampilan dapat menggunakan sesuai prosedur pengukuran dan
cukup dilakukan oleh tenaga yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan
pengukuran antropometri. Kader gizi (posyandu) tidak perlu seorang ahli, tetapi dengan
pelatihan singkat ia dapat melaksanakan kegiatannya secara rutin.
Contoh : pengukuran BB dengan timbangan injak.
1. Bersifat retrospective.
Informasi berkaitan dengan riwayat panjang keadaan gizi dan kesulitan untuk
mendapatkannya dengan kesamaan kepercayaan jika menggunakan tehnik yang lainnya.
Pengukuran antropometri menggambarkan keadaan gizi pada masa lampau dan jangka waktu
yang lama. Pengukurannya juga dapat dilakukan berulang-ulang oleh satu atau lebih
pengukur jika terjadi kesalahan dalam pengukuran.
Contoh : pengukuran TB, lingkar dada, dan lingkar kepala.
1. Pengukuran status gizi.
Dapat mengidentifikasi overnutrition dan undernutrition (mild, moderate and severe state of
malnutrition), karena sudah ada ambang batas yang jelas.
Contoh : dengan pengukuran TB dan BB dapat digunakan sebagai parameter pengukuran
status gizi.
1. Perubahan status gizi dapat diamati.
Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode tertentu, atau dari satu generasi ke
generasi berikutnya., fenomena tersebut dikenal sebagai trend umum dari antropometri.
Contoh : dengan pengukuran LILA seorang ibu hamil yang diketahui KEK akan berisiko
melahirkan bayi dengan BBLR.
1. Digunakan sebagai tes skrinning.
Pengukuran antropometri digunakan untuk mengidentifikasi individu yang memiliki risiko
tinggi menderita undernutrition atau overnutrition.
Contoh : pengukuran BB dan TB.
1. E. Kelemahan Antropometri
Metode penentuan status gizi secara antropometri, memiliki kelemahan-kelemahan yaitu
sebagai berikut:
1. Tidak sensitive.
Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu singkat (hari atau minggu).
Disamping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti Zink dan Fe.
1. Faktor di luar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.
2. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi,
dan validitas pengukuran antropometri gizi.
3. Kesalahan ini terjadi karena:
4. a. Pengukuran.
5. b. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan.
6. c. Analisis dan asumsi yang keliru.
1. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:
2. a. Latihan petugas yang tidak cukup.
3. b. Kesalahan alat atau alat yang tidak ditera.
4. c. Kesulitan pengukuran.
F. Kesalahan Dalam Antropometri
Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi, akurasi, dan
validitas pengukuran antropometri gizi. Ada 3 penyebab utama kesalahan yang signifikan
yaitu:
1. Kesalahan pengukuran.
2. Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan.
3. Analisis dan asumsi yang keliru.
Sedangkan kesalahan lainnya yang umum terjadi dalam pengukuran antropometri antara lain:
1. a. Pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan posisi
orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul, dan tumit harus
menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisi siap sempurna. Disamping itu pula
kesalahan juga terjadi apabila petugas tidak memperhatikan situasi pada saat anak
diukur. Contohnya adalah anak menggunakan sandal atau sepatu.
2. b. Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol, dacin
belum dalam keadaan seimbang dan dacin tidak berdiri tegak lurus.
3. c. Kesalahan pada peralatan. Peralatan yang digunakan untuk mengukur berat
badan adalah dacin dengan kapasitas 20-25 kg dan ketelitian 0,1 kg. Untuk mengukur
panjang badan, alat pengukur panjang badan berkapasitas 110 cm dengan skala 0,1
cm. Tinggi badan dapat diukur dengan mikrotoa berkapasitas 200 cm dengan
ketelitian 0,1 cm. Lingkar lengan atas dapat diukur dengan pita LLA yang
berkapasitas 33 cm dengan skala 0,1 cm.
4. d. Kesalahan yang disebabkan oleh tenaga pengukur. Kesalahan ini dapat terjadi
karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum mendapat pelatihan yang
memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran sering disebut
Measurement Error.

Вам также может понравиться

  • Hepatitis New
    Hepatitis New
    Документ32 страницы
    Hepatitis New
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Jurnal Tesis Tb.5
    Jurnal Tesis Tb.5
    Документ3 страницы
    Jurnal Tesis Tb.5
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Bahan Tesis Okie Ayu Ardiyawati
    Bahan Tesis Okie Ayu Ardiyawati
    Документ2 страницы
    Bahan Tesis Okie Ayu Ardiyawati
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Документ2 страницы
    Daftar Pustaka
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Bam Bang
    Bam Bang
    Документ7 страниц
    Bam Bang
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • AMPISILIN
    AMPISILIN
    Документ5 страниц
    AMPISILIN
    Nita Andriyani
    Оценок пока нет
  • Epidemiologi Penyakit Menular: Hafni Bachtiar FK Unand
    Epidemiologi Penyakit Menular: Hafni Bachtiar FK Unand
    Документ28 страниц
    Epidemiologi Penyakit Menular: Hafni Bachtiar FK Unand
    LianSiahaan
    Оценок пока нет
  • Farm A Kodi Namik
    Farm A Kodi Namik
    Документ12 страниц
    Farm A Kodi Namik
    Pradnya Paramita
    Оценок пока нет
  • Kuesioner TB Paru
    Kuesioner TB Paru
    Документ9 страниц
    Kuesioner TB Paru
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Absrak Jurnal Tesis 4
    Absrak Jurnal Tesis 4
    Документ2 страницы
    Absrak Jurnal Tesis 4
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • BAB III-CR DR - Imam
    BAB III-CR DR - Imam
    Документ6 страниц
    BAB III-CR DR - Imam
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • BAB III-CR DR - Imam
    BAB III-CR DR - Imam
    Документ6 страниц
    BAB III-CR DR - Imam
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Penanganan Demam Secara Umum
    Penanganan Demam Secara Umum
    Документ26 страниц
    Penanganan Demam Secara Umum
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Документ2 страницы
    Kata Pengantar
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • DM Step 1-6
    DM Step 1-6
    Документ56 страниц
    DM Step 1-6
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Derilium Yang Tidak Diinduksi Oleh Zat Alkohol Atau Psikoaktif Lainnya
    Derilium Yang Tidak Diinduksi Oleh Zat Alkohol Atau Psikoaktif Lainnya
    Документ7 страниц
    Derilium Yang Tidak Diinduksi Oleh Zat Alkohol Atau Psikoaktif Lainnya
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Bam Bang
    Bam Bang
    Документ7 страниц
    Bam Bang
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Hasil Diskusi Skenario 1
    Hasil Diskusi Skenario 1
    Документ55 страниц
    Hasil Diskusi Skenario 1
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • AMPISILIN
    AMPISILIN
    Документ5 страниц
    AMPISILIN
    Nita Andriyani
    Оценок пока нет
  • Cover
    Cover
    Документ1 страница
    Cover
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • LO
    LO
    Документ2 страницы
    LO
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Kesimpulan (Fix)
    Kesimpulan (Fix)
    Документ1 страница
    Kesimpulan (Fix)
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • 2.halaman Pengesahan
    2.halaman Pengesahan
    Документ1 страница
    2.halaman Pengesahan
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Soal Sken 3
    Soal Sken 3
    Документ15 страниц
    Soal Sken 3
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Kata Pengantar: Assalammu'alaikum Wr. WB
    Kata Pengantar: Assalammu'alaikum Wr. WB
    Документ3 страницы
    Kata Pengantar: Assalammu'alaikum Wr. WB
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Laporan Gizi
    Laporan Gizi
    Документ2 страницы
    Laporan Gizi
    Alexander Dicky
    Оценок пока нет
  • Step 1-5
    Step 1-5
    Документ22 страницы
    Step 1-5
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет
  • Hasil Translate Tugas AM
    Hasil Translate Tugas AM
    Документ3 страницы
    Hasil Translate Tugas AM
    Rahma Putri Kinasih
    Оценок пока нет