Вы находитесь на странице: 1из 10

1 | Keadilan Nicomachean Ethics V

Keadilan sebagai Keutamaan Moral


(Buku V Etika Nikomakhea)

Yohanes Alexander Ratrigis*

Abstrak: Keadilan diuraikan secara mendalam oleh Aristoteles dalam bagian ke-5 buku
Nicomachean Ethics. Aristoteles menempatkan keadilan sebagai keutamaan yang paling
penting dalam politik. Alasannya, keadilan merupakan keutamaan yang lengkap
dibandingkan dengan keutamaan lain karena pelaksanaanya selalu berkaitan dengan
orang atau pihak lain. Keadilan tentu saja berkaitan dengan diri kita sendiri. Akan tetapi
lebih dari itu keadilan menjadi sangat penting karena menuntut tanggung jawab terhadap
yang lain, menurut pentingnya melakukan sesuatu yang memberi manfaat bagi pihak
lain. Keadilan mengingatkan kita akan pentingnya memperhitungkan orang atau pihak
lain ketika kita berusaha mengejar dan memenuhi kepentingan diri sendiri (1129a-b).
Menurutnya keadilan merupakan kualitas yang berkaitan dengan perilaku kita dalam
relasi antar pribadi; bersikap lurus dalam hubungan dengan orang lain.
Kata-Kata Kunci: Keadilan,, Keutamaan, Jalan tengah, Keadilan Distributif, Keadilan
Korektif, Kesetaraan, Proporsional, Hukum, Resiprositas

PENGANTAR
Konsep keadilan (diakaiosun) dalam pemikiran Aristoteles memiliki pengertian yang
lebih luas daripada konsep keadilan modern, seperti yang sering kita dengar sekarang. Jadi
bersikap adil dalam pengertian modern berarti memiliki kehendak untuk mengakui dan
menghormati hak-hak tiap orang dengan memberikan apa yang memang menjadi hak orang
tersebut. Bagi Aristoteles istilah keadilan memiliki banyak pengertian, tetapi secara umum
keadilan merujuk pada kualitas yang berkaitan dengan perilaku kita dalam relasi antar pribadi;
berhubungan dengan bersikap lurus dalam hubungan dengan orang lain. Ia membedakan antara
keadilan sebagai legalitas, yakni keadilan sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh hukum, dan
keadilan sebagai kesetaraan, yakni keadilan yang didasarkan pada penghormatan akan
kesetaraan (equality).
2 | Keadilan Nicomachean Ethics V

Selain itu, Aristoteles juga membedakan antara keadilan dalam arti khusus dan
keadilan dalam arti umum. Dalam arti umum keadilan berkaitan dengan perilaku yang selaras
dengan keutamaan-keutamaan dalam relasi sosial dan merupakan keutamaan yang sempurna
sebab, katanya, dalam keadilan tiap-tiap keutamaan terangkum jadi satu (EN V. 3,1129b30).
Dalam arti khusus keadilan berkaitan dengan distribusi penghormatan dan kekayaan yang
setara dalam komunitas (EN V.5, 1130b30-33).
1

Berbicara mengenai keadilan dalam arti khusus, Aristoteles menyebutkan ada dua
bentuk keadilan: (1) keadilan distributif atau proposional (distributive Justice) berkaitan dengan
pembagian penghormatan dan harta dalam ruang publik yang sesuai atau proporsional dengan
jasa masing-masing. Akan adil apabila orang yang berjasa banyak pada kounitas dan menerima
imbalan yang lebih banyak daripada mereka yang jasanya sedikit. (2) dan dalam keadilan
korektif atau aritmatik tiap-tiap orang diperlakukan secara sama, tanpa membeda-bedakan.
Secara umum, menurut Aristoteles, dapat dikatakan juga bahwa keadilan juga merupakan
ukuran tengah, sedangkan ketidakadilan merupakan ukuran yang ekstrem.
Dalam arti umum, keadilan sering diartikan sebagai suatu sifat yang menjadikan orang
untuk menjadi pelaku adil, yang dapat membuat orang dapat bertindak adil serta yang dapat
membuat orang menginginkan yang adil. Hal yang sama juga dapat dikenakan pada arti
ketidakadilan. Jika orang berlaku tidak adil maka orang tersebut akan berkeinginan pada yang
tidak adil. (1129a 6-10). Contoh orang yang tidak adil (unjust); orang yang selalu melanggar
hukum dan orang yag selalu tidak jujur dan mengambil bagian orang lain yang bukan miliknya.
Dengan pernyataan seperti ini, jelaslah bahwa orang yang adil (just) adalah penegak hukum dan
orang yang jujur. Oleh karena itu, adil berkenaan dengan sikap taat dan mengikuti hukum atau
aturan dan jujur, sedangkan tidak adil adalh sikap yang tidak patuh atau tidak mengikuti
hukum atau aturan dan yang tidak jujur. (1129a 26-35).
Orang yang tidak adil akan mengambil lebih banyak dari bagiannya dan selalu memilih
bagian yang lebih besar. Jika pilihannya berada di antara hal yang tanpa syarat buruk ia akan
memilih yag lebih kecil. Namun keburukan yang sangat kecil lebih baik dan orang yang

1
Dwi Kristanto, Diktat Kuliah Menempa Keutamaan, Mendulang Bahagia: Sebuah Catatan Pengantar Membaca
Etika Nicomachea Aristoteles, STF Driyarkara: Jakarta, 2013. Hlm 7
3 | Keadilan Nicomachean Ethics V

mengambil bagian yang lebih besar dari yang baik berarti orang itu mementingkan dirinya
sendiri. Ia disebut tidak adil.
Dalam kasus keadilan, yang melanggar hukum disebut tidak adil dan pengikut atau orang
yang menaati hukum disebut adil. Jadi siapapun yang mengikuti hukum berarti ia berlaku adil
karena caranya mengikuti atau taat pada hukum adalah cara yang sudah ditetapkan oleh Undang-
Undang. Hukum tersedia dengan aturan-aturan bagi kehidupan manusia dan tujuan dari hukum
adalah mengamankan yang baik secara umum. Bertindak adil dapat menghasilkan dan
menyelamatkan kebahagiaan bagi komunitas sosial dan politik. Hukum memampukan kita untuk
memenuhi tugas kita sebagai orang yang berani (misalnya tidak meninggalkan tugas kita dan
tidak menyerah), menunjukkan karakter kita sebagai orang yang mampu mengendalikan diri
(misalnya tidak berselingkuh atau tidak berkelahi), sebagai orang terhormat (misalnya tidak
menyerang atau menjelekkan orang lain), dan begitu juga memampukan orang untuk bersikap
pada kebajikan dan kejahatan yang lainnya.
Keadilan semacam ini adalah kebajikan atau keutamaan yang lengkap tanpa syarat.
Keadilan dianggap sebagai yang tertinggi di antara keutamaan-keutamaan lainnya, dan dalam
keadilaanlah semua keutamaan itu diringkaskan. Ia keadilan merupakan keutamaan yang
sempurna karena keadilan merupakan praktik yang utuh dari kebajikan. Keadilan disebut
lengkap karena siapa saja yang menerapkan keadilan dapat menjalankan kebajikan bukan bagi
dirinya sendiri, tetapi juga dalam hubungannya dengan orang-orang disekitarnya.
Orang yang dianggap memiliki sifat buruk adalah orang yang melakukan kejahatan
terhadap dirinya sendiri, seperti ia melakukannya terhadap temannya juga. Sebaliknya, orang
yang dianggap memiliki sifat baik adalah orang yang tidak melakukan kebajikan bagi dirinya
sendiri, tetapi ia melakukannya demi dan terhadap orang lain, sebab tindakan seperti orang baik
ini dianggap lebih sulit untuk dicapai. Keadilan dalam arti ini bukan hanya bagian dari
keutamaan, tetapi merupakan seluruh kebajikan atau keutamaan dan yang berkaitan dengan
ketidakadilan adalah kebalikan atau lawan arti dari keadilan itu sendiri. Dalam hal ini, keadilan
dapat dipahami ketika konsep ini dikaitkan dengan hubungan kita orang lain, sedangkan
kebajikan adalah salah satu sifat dari keadilan.


4 | Keadilan Nicomachean Ethics V


KEADILAN KHUSUS ATAU PARTIKULAR
Keadilan in sering dikaitkan dengan hal penghormatan pada kesetaraan dalam relasi
interpersonal. Keadilan ini bukanlah merupakan keseluruhan dari keutamaan, tetapi merupakan
bagian dari keutamaan, misalnya orang melakukan perzinahan demi memperoleh keuntungan
dan memperoleh penghasilan bagi dirinya sendiri, selain itu adapun yang lainnya melakukan
perzinahan karena desakan hawa nafsu dan oleh karena itu ia menghabiskan uang untuknya. Dari
dua hal ini, dalam kasus yag kedua lebih bersikap lemah hati (salah satu bentuk dari sifat yang
buruk) sedangkan yang pertama tidak adil (unjust), tetapi tidak lemah hati dengan jelasi ia
mengambil kepuasan pribadi untuk diri sendiri. Dengan ilustrasi ini, Aristoteles ingin
menegaskan bahwa ketidakadilan khusus ketidakadilan yang berkaitan dengan keinginan untuk
mendapatkan keuntungan yang tidak seharusnya.
Jadi seperti halnya keadilan umum/legal, keadilan partikular ini juga menyangkut
hubungan dengan orang lain, namun secara spesifik terungkap dalam sikap tidak menghormati
kesetaraan (equality) antar dua belah pihak. Dengan kata lain, keadilan legal (umum) dan
keadilan partikular (menyangkut kesetaraan) masih masuk dalam satu genus, tapi memiliki
differentia specifica yang berlainan.
Keadilan legal terwujud dalam relasi dengan orang lain dalam keseluruhan keutamaan
(the whole of virtue), yakni dalam menaati hukum polis, sedangkan keadilan sebagai kesetaraan
(khusus/partikular) terwujud dalam relasi dengan orang lain dari sudut pandang keinginan untuk
mendapatkan bagian yang lebih dari yang seharusnya khususnya dalam hal uang, kehormatan,
atau kenyamanan. Evidently, therefore, there is apart from injustice in the wide sense another,
particular, injustice which shares the name and nature of the first, because its definition falls
within the same genus; for the significance of both consists in a relation to another, but the one
is concerned with honour or money or safety* or that which includes all these, if we had a
single name for it and its motive is the pleasure that arises from gain; while the other is
concerned with all the objects with which the good man is concerned (1130a33-1130b5).
2



2
Lesley Brown, Aristotle: The Nicomachean Etichs. Oxford University; New York, 2009. Hlm 82
5 | Keadilan Nicomachean Ethics V


Pada bagian ini, Aristoteles membagi keadilan khusus ini dalam dua bagian. Pertama,
keadilan distributive atau proporsional (distributive justice). Keadilan ini dinilai dari pembagian
penghormatan dan pembagian harta dalam polis yang sesuai atau proporsional dengan jasa.
Keadilan ini berfokus pada distribusi, honor, kekayaan dan barang-barang lain yang sama-sama
bisa didapatkan di dalam masyarakat. Dengan mengesampingkan pembuktian matematis, jelas
bahwa apa yang dimaksudkan oleh Aristoteles adalah distribusi kekayaan dan barang lain
berdasarkan nilai yang berlaku di kalangan masyarakat.
Dalam arti ini, yang adil adalah yang proporsional, dan yang tidak adil adalah yang
melanggar persamaan ini. Orang yang bertindak tidak adil memiliki lebih banyak dari bagian
yang seharusnya dan orang yang diperlakukan secara tidak adil memiliki bagian yang lebih
sedikit. (1131b 16-20). Untuk lebih memahami bagaimana seharusnya berlaku adil dalam tahap
ini saya member sebuah contoh. Dalam sebah perusahaan Alex telah bekerja selama lima tahun
dan pada saat yang bersamaan terhitung pula bahwa karyawan lainnya, Nesta sudah bekerja
selama dua tahun dengan jenis pekerjaan yang sama. Pada waktu mereka menerima imbalan atas
jasa mereka bekerja (gaji), haruslah dibedakan antara Alex dan Nesta, yaitu perbedaan sesuai
lama waktu bekerjanya mereka di perusahaan itu. Andaikata Alex menerima imbalan sebesar Rp.
5.000.000.00 maka Nesta seharusnya akan menerima imbalan yang lebih sedikit daripada Alex,
misalnya Nesta akan mendapat Rp. 3.000.000.00. Dalam hal ini, jika besar imbalan yang
diterima Alex dan Nesta adalah sama, maka hal ini dinilai tidak adil karena pembagian imbalan
tidaklah sesuai dengan proporsi kerja atau jasa dan pretasi masing-masing.
Pada bagian lainnya, Aristoles menyebutkan ada juga Keadilan Korektif atau aritmatik
(Corective Justice) yang terdiri dari pengoreksian dan perbaikan hubungan antar pribadi. Dalam
keadilan bentuk ini tiap orang diperlakukan sama tanpa membeda-bedakan. Keadilan ini selalu
berfokus pada pembetulan sesuatu yang salah. Jika suatu aturan dilanggar atau kesalahan
dilakukan, maka hukuman yang sepantasnya perlu diberikan kepada si pelaku. Bagaimanapun
juga, ketidakadilan akan mengakibatkan terganggunya kesetaraan yang sudah mapan atau yang
telah terbentuk. Keadilan ini dibedakan lagi menjadi: 1) keadilan korektif dalam suatu hubungan
atau transaksi antar pribadi yang bersifat sukarela. Disebut sukarela karena inisiatif dalam
transaksi ini bersifat sukarela dan 2) yang tidak bersifat sukarela. Hubungan atau transaksi antar
6 | Keadilan Nicomachean Ethics V

pribadi yang bersifat sukarela misalnya dalam perdagangan jual-beli, pinjam- meminjam dengan
bunga atau tanpa bunga, pemberian jaminan dan penyimpanan melalui kepercayaan dan
penyewaan untuk dikonsumsi atau untuk digunakan. Ini dilakukan secara terbuka dan diketahui
dan disetujui oleh kedua belah pihak secara publik. Hubungan atau transaksi yang tidak sukarela
yang dimaksud Aristoteles misalnya pencurian, perzinahan, kesaksian palsu, penculikan, dsb.
Yang dimaksud tak suka rela (involuntary) oleh Aristoteles di sini ialah hubungan atau
transaksi yang pada mulanya tak ada kesepaktan atau persetujuan antara kedua belah pihak,
bahkan bisa dikatakan satu pihak adalah korban. Tindakan yang mengindikasikan keadilan
yang bersifat tidak suka rela ini misalnya penyelundupan, pencurian, peracunan, mucikari,
godaan budak, perburuan, dan memberikan kesaksian palsu. Sebagiannya lagi dilakukan di
bawah tekanan, misalnya serangan, pemenjaraan, pebunuhan, perampokan dengan kekerasan,
pencederaan, pemfitnahan, dan pencorengan nama baik. (1130b 30- 1131a 9)
3


KEADILAN DALAM ARTI UMUM ATAU KEADILAN LEGAL
Keadilan legal adalah keadilan yang sesuai dengan hukum yang berlaku ada suatu polis
tertentu. Hukum yang terdapat di dalam polis dibuat untuk mendukung dan mengembangkan
keutamaan (virtue) dan menghalangi serta menghindari segala hal yang bersifat buruk (vice)
demi kebaikan dan kebahagian di dalam polis tersebut. Maka setiap orang yang mematuhi
hukum yang berlaku di di dalam polis, adalah orang yang bisa mempraktikan keutamaan.
Keadilan legal ini merupakan keutamaan yang lengkap atau sempurna karena orang yang
mematuhi hukum yang ada di dalam polis dengan sendirinya mewujudkan berbagai jenis
keutamaan sekaligus. (1129b 31)

KEADILAN DISTRIBUTIF / PEMBAGIAN
Disebutkan bahwa karena orang yang tidak adil dan tindakan tidak adil adalah tidak adil
atau tidak sama, maka jelaslah bahwa di antaranya ada juga istilah tengah antara dua ekstrem
tentang ketidaksamaan. We have shown that both the unjust man and the unjust act are unfair
or unequal;* now it is clear that there is also an inter- mediate between the two unequals

3
Ibid. hlm 84
7 | Keadilan Nicomachean Ethics V

involved in either case. And this is the equal; for in any kind of action in which there is a more
and a less there is also what is equal (1131a10-13). Inilah yang disebut adil atau sama rata
karena setiap tindakan yang membolehkan lebih atau kurang juga membolehkan adanya
kesamaan.
Kesetaraan (equality) dalam keadilan distributif terletak pada proporsionalitas yaitu
proporsionalitas antara besarnya kehormatan atau harta yang diberikan dengan besarnya jasa atau
kepantasan (merit) pihak yang menerima. Jasa atau kepantasan di sini bisa berbeda-beda menurut
konstiusi polis yang bersangkutan.
Jika orang bertindak tidak adil maka dia menerapkan sikap tidak sama rata atau tidak
seimbang karena yang adil tentunya sama rata. Karena yang sama rata adalah jalan tengah, maka
yang adil juga merupakan jalan tengah. Adil di sini dilihat sebagai jalan tengah atau garis tengah
antara dua ekstrem, yaitu antara yang lebih dan yang kurang, menyangkut dua bagian yang sama
rata.
Tindakan adil adalah sesuatu yang sesuai proporsional karena proporsi tidak hanya dapat
diterapkan pada angka atau pada jumlah yang abstrak, tapi juga untuk jumlah dalam arti umum.
Proporsi adalah kesamaan perbandingan. Misalnya empat term dan perbandingan yang
digunakan antara sepasang term sama dengan sepasang term yang lainnya karena orang dan
benda-benda sama-sama mengikuti pembagian. Term A dan B = term s dan d dan bisa jadi
kemungkinannya untuk A dan c = B dan d. Inilah kesatuan term yang dinyatakan oleh
pembagian atau distribusi (tentang kehormatan, kekayaan, dsb.) Konsekuensinya kombinasi term
(orang) A dengn term (bagian) c dan term (orang) B dan term (bagian) d dalam distribusi itu
adalah adil, dan adil dalam jenis ini adalah jalan tengah, sementara ketidakadilan adalah yang
melakukan pelanggaran dalam pembagian. Pasalnya, yang proporsional adalah jalan tengah dan
yang adil itu proporsional. Ahli matematika memandang persaman jenis ini dengan sebutan
geometris, karena dalam persamaan geometris suatu keseluruhan terkait dengan yang lainnya.
Dapat dikatakan bahwa yang adil dalam arti ini adalah yang proporsional dan yang tidak
adil adalah yang melanggar persamaan (proporsional) tersebut. Orang yang bertindak tidak adil
memiliki lebih banyak dari bagian yang seharusnya dan orang yang diperlakukan secara tidak
adil memiliki bagian yang lebih sedikit dari yang seharusnya.

8 | Keadilan Nicomachean Ethics V



KEADILAN KOREKTIF / PEMBETULAN
Keadilan ini sering disebur sebagai salah satu jenis pembetulan, yang dapat kita temukan
di dalam transaksi baik secara suka rela maupun tidak suka rela. Keadilan korektif berhubungan
dengan persamaan aritmatika, But the justice in transactions between man and man is a sort of
equality indeed, and the injustice a sort of inequality; not according to that kind of proportion,
however, but according to arithmetical proportion. (1131b30-1132a1). Ketidakadilan di sini
adalah ketidakseimbangan atau ketidaksamaan.
Keadilan sebagai sebuah pembetulan adalah suatu jalan tengah antara untung dan rugi.
Orang yang dilukai atau disakiti merasa dirugikan dan yang satunya merasa bahwa ia
melakukannya (melukai) orang lain karena keinginannya. Istilah rugi dan untung yang
digunakan pada kajian ini berasal dari pertukaran yang bersifat sukarela. Untuk mendapatkan
lebih dari apa yang dimiliki seseorang tindakan ini disebut sebagai tindakan untuk memperoleh
keuntungan dan dengan sendirinya pihak lain merasa dirugikan karena ia memperoleh lebih
sedikit. Misalnya di dalam pembelian, penjualan dan transaksi lainnya. Itulah sebabnya dalam
kasus seperti ini orang sering membutuhkan hakim untuk mengatasipersoalan seperti ini. Pergi
kepada seorang hakim untuk menyelesaikan kasus ini berarti pergi menuju kepada yang adil.
Karena hakim adalah perwujudan langsung dari yang adil.
Hakim adalah penengah, penghubung antara negara dan masyarakat. Dengan
mengandalkan hakim, orang yakin bahwa orang akan mendapatkan apa yang adil. Ini merupakan
indikasi lain bahwa yang adil adalah sejenis garis tengah karena seorang hakim juga bisa disebut
sebagai perantara atau penghubung. and in some states they call judges mediators, on the
assumption that if they get what is intermediate they will get what is just. The just, then, is an
intermediate, since the judge is so. Hakim dilihat dapat mengembalikan keseimbangan. Ia
mengembalikan yang menjadi hak orang lain yang merasa dirugikan. Dengan kata lain, hakim
akan berupaya menegakkan keadilan dengan mengambil keuntungan yang telah dirampas dan
mengembalikannya kepada si korban agar kesetaraan antar kedua belah pihak ditegakkan
kembali. Dalam keadilan korektif ini, keduabelah pihak diperlakukan sama di hadapan hukum.
9 | Keadilan Nicomachean Ethics V



KEADILAN TIMBAL BALIK (RESIPROSITAS)
Kaum Pythagorean mengatakan bahwa adil dalam arti tanpa syarat adalah tindakan
kesalingan (resiprocity) karena yang dimaksudkan dengan adil tanpa syarat adalah penderitaan
yang dilakukan seseorang terhadap yang lain. Adil dalam arti ini mengandung ikatan yang
mengikat hubungan bersama, yaitu resiprositas kesalingan dalam arti kaitannya dengan
proporsi dan bukan kesamaan yang tepat sebagai gantinya. Dalam hal ini, orang harus membalas
kemurahan hati atau kebaikan orang dengan porsi yang sudah ia terima. Oleh karena kontribusi
yang seimbanglah di antara dua orang atau lebih, orang-orang terikat secara bersama. Kita harus
melayani orang yang telah menolong kita (1133a 1-5)
Dalam keadilan semacam ini, uang menjadi penengah karena ia mengukurmenjadi
tolok ukursemua hal dari semua kegiatan transaksi atau kesalingan antara orang-orang.nbukan
hanya saja menyangkut keseimbangan yang diperoleh di dalamnya tetapi juga jumlah lebih atau
kurangnya satu sama lain. Oleh karena itu bandingkan apakah sepatu dalam jumlah yang banyak
seimbang dengan sebuah rumah atau sejumlah makanan tertentu? Hubungan antara pembuat
sepatu dan pembangun rumah oleh karenanya harus berkaitan jumlah tertentu dari sepatu, rumah
dan makanan. Jika di antara mereka tidak ada yang seimbang maka tidak ada pertukaran dan
tidak aka nada komunitas-komunitas ini (antara pembuat sepatu dan pembangun rumah).
Hubungan di antara mereka tidak akan seimbang jika barang akan dipertukarkan antara mereka
itu seimbang jumlahnya atau sama porsinya.
Sebagai konsekuensinya, semua barang harus dinilai dari satu patokan ukuran, dan
patokan itu dapat mengikat segala sesuat secara bersama-sama di dalam komunitas. Jika orang
tidak menginginkan sesuatu atau menginginkan sesuatu secara sama, maka tidak aka nada
pertukaran. Dengan melalui persetujuan bersama, uang dinilai menjadi alat yang dapat mewakili
kesepakatan itu untuk sama-sama mendapatkan apa yang dinginkan. (1133a 20-30)
4


4
Ibid. hlm 87
10 | Keadilan Nicomachean Ethics V

Sebagai ilustrasi untuk lebih memberi penjelasan dalam kaitan dengan keadilan seperti
ini, saya mengemukakan sebuah ilustrasi sederhana seperti ini; Jika pada suatu kesempatan saya
tertarik dengan sepatu sepak bola yang dimiliki oleh Nesta yag dibelinya di toko dengan harga
Rp. 100.000,- dan berkeinginan untuk mendapatkan darinya maka saya haruslah menukarnya
dengan dua potong baju kemeja yang pernah saya beli dengan harga masing-masing Rp. 50.000,-
sehingga pertukaran antara saya dan Nesta dapat dikatakan seimbang dan menemui kesepakatan
bersama antara saya dan Nesta. Contoh semacam inilah yang ingin disampaikan berkaitan
dengan pemahaman kita pada keadilan ini, keadilan timbal-balik.
Menutup tulisan ini saya ingin menguti sebuah kalimat yang sangat baik disampaikan
oleh Rm. Jost Kokoh dalam buku karyanya Keadilan akan membangun perdamaian jika dalam
pelaksanaannya setiap orang menghormati hak orang lain dan benar-benar melaksanakan tugas
yang sudah ditentukan bagi mereka.
5




5
Jost Kokoh, Xxi Interupsi. Kanisius: Yogyakarta, 2010. Hlm 170
*Keterangan:

Mahasiswa : Yohanes Alexander Ratrigis

NIM : 0 2 1 4 9 0 3 2 1 1

Prodi : Teologi

Вам также может понравиться