Вы находитесь на странице: 1из 24

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) diperlukan untuk merias dan menutup cacat
pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan
efek psikologis yang baik, seperti percaya diri (self confident). Dalam kosmetik
riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar (Tranggono, 2007). Salah satu
kosmetik riasan yang banyak digunakan adalah pewarna pipi.
Pewarna pipi adalah sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi dengan
sentuhan artistik sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah.
Pewarna pipi dapat digunakan langsung dengan melekatkan pada kulit pipi, tetapi
dalam banyak hal lebih baik digunakan setelah sediaan alas rias, baik sebelum
maupun sesudah menggunakan bedak. Pewarna pipi bubuk dapat disajikan dalam
bentuk bubuk tabur dan bubuk kompak. Formulasi bubuk kompak umumnya
mengandung talk dengan kadar tinggi dan zat pengikat, sehingga campuran bahan
dapat dikempa dalam bentuk kompak. Pewarna pipi dibuat dalam berbagai corak
warna yang bervariasi mulai dari warna merah jambu hingga merah tua. Pewarna pipi
konvensional lazim mengandung pigmen merah atau merah kecoklatan dengan kadar
tinggi. Pewarna pipi yang mengandung pigmen kadar rendah digunakan sebagai
pelembut warna atau pencampur untuk memperoleh efek yang menyolok (Ditjen
POM, 1985).
Dalam daftar lampiran Peringatan No. HM.03.03.1.43.14.12.8256 tanggal 27
Desember 2012 tentang kosmetika mengandung bahan berbahaya dan zat warna yang
dilarang, ntuuk menghindari efek samping yang cukup berbahaya, maka telah banyak
digunakan pewarna alami yang lebih sehat dan aman sebagai pengganti pewarna
sintetik. Hal ini didukung juga oleh gaya hidup back to nature yang di usung oleh
masyarakat modern.
Indonesia kaya akan akan sumber flora dan banyak diantaranya dapat digunakan
sebagai bahan pewarna alami. Pewarna alami yang mempunyai potensi untuk
dikembangkan sebagai pewarna dalam sediaan kosmetik adalah zat warna dari
kesumba keling (Bixa orellana L.) yang bewarna merah. Biji kesumba keling
mengandung tanin, steroid/terpenoid, flavonoid, zat warna bixin/norbixin dan
2
karotenoid. Zat warna merah dan kuning yang dihasilkan dari biji kesumba keling
digunakan untuk mewarnai margarin, kornet, sosis, keju, minuman, cat kuku, lipstik.
Selain itu serbuk dari biji kesumba keling juga bisa digunakan untuk pengobatan
antidote pada keracunan singkong dan jarak pagar, dan untuk cacingan (Dalimartha,
2009).
Berdasarkan hal di atas, penulis tertarik memanfaatkan zat warna biji kesumba keling
(Bixa orellana L.) sebagai bahan pewarna untuk sediaan perona pipi atau rouge.
1.2 TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Tujuan dilakukannya penulisan makalah ini adalah memformulasi dan memahami
cara pembuatan perona pipi atau rouge berwarna merah berasal dari bahan alam.
1.3 MANFAAT PENULISAN
Dilakukannya penulisan makalah ini diharapkan memberikan manfaat bagi penulis
maupun pembaca yakni sebagai tambahan sumber informasi mengenai sediaan perona
pipi berwarna merah berasal dari bahan alam.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
2.1.1 Anatomi Kulit
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan
organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada
orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit
tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan
bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam
yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan
jaringan ikat. (Ganong, 2008).
Gambar 1. Skema Penampang Kulit
4
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah
epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan
dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat. (Ganong, 2008)
Secara histopatologis kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu :
a. Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel
berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal
epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak
tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit.
Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan
yang paling atas sampai yang terdalam):
1. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dantelapak
tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan
sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin
yang mengandung protein kaya akan histidin.
4. Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap
filamenfilame tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi
sel dan melindungi terhadap efek abrasi.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan
sel epidermis secara konstan.
Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini tergantung
letak, usia dan faktor lain.Merupakan satu lapis sel yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin,
pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel
Langerhans). (Ganong, 2008; Sherwood, 2001)
b. Dermis
5
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True
Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya
dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki
sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :
Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal,
kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung
beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam
dermis. Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi. (Ganong, 2008; Sherwood, 2001)
c. Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak.
Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan
jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh
dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk
regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber. (Sherwood,
2001)
2.1.2 Fisioligi Kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi,
mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi
proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma
mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi
telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba
karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit
berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi
dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan
6
melalui keringat, insessible loss dari kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur
kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperatur
meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi
temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal kimia yang
dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh
darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas. dapat
meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang menurun, pembuluh darah
kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan panas.(Ganong, 2008)
Sensasi kulit adalah sensasi yang reseptornya ada dikulit, sedangkan sensasi visera
adalah sensasi yang berkaitan dengan persepsi lingkungan dalam, nyeri dari alat-alat
visera biasanya digolongkan sebagai sensasi visera. Terdapat 4 sensasi kulit yaitu:
raba-tekan (tekanan adalah rabaan yang ditahan agak lama), dingin, hangat, dan nyeri.
Kulit mengandung berbagai jenis ujung saraf sensorik yang meliputi ujung saraf
telanjang, saraf yang melebar, serta ujung saraf yang terselubung. (Ganong, 2008)
Reseptor yang cepat beradaptasi di kulit yaitu reseptor taktil (sentuh) dikulit yang
memberitahu mengenai perubahan tekanan pada permukaan kulit. Karena reseptor ini
cepat beradaptasi maka seseorang tidak menyadari sedang memakai jam tangan,
cincin dan sebagainya. Sewaktu memakai sesuatu maka akan terbiasa karena adanya
adaptasi cepat reseptor tersebut. Sewaktu mencopotnya maka akan menyadarinya
karena adanya off response. (Sherwood, 2001)
Mekanisme adaptasi untuk korpus atau badan Pacini (Pacinian corpuscle) suatu
reseptor kulit yang mendeteksi tekanan dan getaran diketahui dari sifat-sifat fisiknya.
Korpus Pacini adalah suatu ujung reseptor khusus yang terdiri dari lapisan-lapisan
konsentrik jaringan ikat mirip kulit bawang yang membungkus ujung perifer suatu
neuron aferen. (Sherwood, 2001)
Setiap neuron sensorik berespons terhadap informasi sensorik hanya dalam daerah
terbatas dipermukaan kulit sekitarnya, daerah ini dikenal sebagai lapangan reseptif
(receptive field). Ukuran lapangan reseptif bervariasi berbanding terbalik dengan
kepadatan reseptor didaerah tersebut. Semakin dekat penempatan reseptor jenis
tertentu, maka semakin kecil daerah kulit yang terpantau oleh reseptor tersebut.
Semakin kecil lapangan reseptif di suatu daerah maka semakin besar ketajaman
(acuity) atau kemampuan diskriminatif. (Sherwood, 2001)
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan
papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis.
7
Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla
dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat
pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis.
(Moffat, 2004)
2.1.3 Fungsi Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut: (Ganong, 2008; Moffat,
2004; Sherwood, 2001)
1. Pelindung atau proteksi
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringanjaringan tubuh
di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruhpengaruh luar seperti luka
dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit ari diselubungi dengan lapisan
tipis lemak, yang menjadikan kulit tahan air. Kulit dapat menahan suhu tubuh,
menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk ke dalam tubuh
serta menghalau rangsang-rangsang fisik seperti sinar ultraviolet dari matahari.
2. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai rangsang sensorik yang berhubungan dengan
sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan getaran. Kulit sebagai alat
perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
3. Pengatur panas atau thermoregulasi
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan konstruksi pembuluh kapiler serta
melalui respirasi yang keduanya dipengaruhi saraf otonom. Tubuh yang sehat
memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat Farenheit atau sekitar 36,50C. Ketika
terjadi perubahan pada suhu luar, darah dan kelenjar keringat kulit mengadakan
penyesuaian seperlunya dalam fungsinya masing-masing. Pengatur panas adalah
salah satu fungsi kulit sebagai organ antara tubuh dan lingkungan. Panas akan
hilang dengan penguapan keringat.
4. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat
yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan
zat kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui
keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai pembentukan
keringat yang tidak disadari.
5. Penyimpanan.
8
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
6. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam lemak
dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka dapat masuk
melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada tingkatan yang sangat tipis.
Penyerapan terjadi melalui muara kandung rambut dan masuk ke dalam saluran
kelenjar palit, merembes melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran
darah kemudian ke berbagai organ tubuh lainnya.
7. Penunjang penampilan
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus,
putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan Fungsi lain dari kulit yaitu
kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah, pucat maupun
konstraksi otot penegak rambut.
2.2 ROUGE ATAU PERONA PIPI
Perona pipi atau yang sering dikenal sebagai pemerah pipi, rouge, blush on adalah
sediaan kosmetik yang digunakan untuk mewarnai pipi dengan sentuhan artistik
sehingga dapat meningkatkan estetika dalam tata rias wajah (Depkes RI, 1985).
Pemerah pipi dibuat dalam berbagai corak warna yang bervariasi mulai dari warna
merah jambu hingga merah tua. Pemerah pipi konvensional lazim mengandung zat
pewarna, pemerah pipi yang mengandung zat warna dengan kadar rendah digunakan
sebagai pelembut warna atau pencampur untuk memperoleh efek yang menyolok.
Pemerah pipi dapat digunakan langsung dengan melekatkan pada kulit pipi, tetapi
dalam banyak hal lebih baik digunakan setelah sediaan alas rias, baik sebelum
maupun sesudah menggunakan bedak (Depkes RI, 1985).
Fungsi dari pemerah pipi ini yaitu untuk memberikan rona segar pada pipi dan untuk
memperjelas keindahan struktur wajah yang terfokus pada tonjolan tulang pipi.
Pemerah pipi juga berperan untuk menyatukan nuansa warna rias wajah secara
keseluruhan. Karena itulah pemerah pipi seringkali dibaurkan secara tipis pada
seluruh wajah sebagai sentuhan terakhir (finishing).
Dari sudut pandang kualitas, Perona pipi harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
a. Cocok dipakai sebagai foundation
b. Lembut dipakai
9
c. Tidak ada perubahan warna saat dipakai
d. Memiliki wadah yang sesuai
e. Mampu melekat dengan baik dan memberikan kesan kilau di pipi
f. Mudah diusapkan dan tidak melukai kulit (pipi). (Mitsui, 1997)
2.2.1 Jenis Perona Pipi
Jenis kulit menjadi salah satu pertimbangan ketika akan mernbeli atau
menggunakan perona pipi. Hendaknya ketahui terlebih dahulu jenis kulit
wajah,termasuk yang berjenis kulit berminyak, normal atau kering sebelum
memilih jenis blush on yang tersedia. Ada beberapa jenis perona pipi atau blush on
yang ada saat ini:
a. Padat
Merupakan perona pipi yang paling urnum dikenal. Digunakan dengan bantuan
blush brush/kuas pada bagian pipi. Serbuk warna perona pipi yang dipadatkan ini akan
menghasilkan warna yang sangat nyata. Jenis ini dapat dipakai untuk semua jenis kulit, terutarna
untuk yang memiliki kulit berminyak karena akan mengurangi minyak yang ada selama
dipakai. Dalarn penggunaannya, blush on ini tidak boleh diaplikasikan terlalu tebal karena dapat
menyebabkan tampakan cakey.
Terdapat 2 bentuk dipasaran yaitu loose powder rouges dan compact powder rouges. Loose powder
adalah bentuk yang paling sederhana berisi pigmen dan lakes dalam bentuk kering diencerkan dengan
bahan-bahan powder standar seperti talcum, zinc stearat dan magnesium carbonat. Kandungan pigmen
biasanya 5 20 %. Compact rouges lebih popular dibandingkan loose powder karena: tidak begitu
beterbangan ketika dipakai dan melekat lebih baik pada kulit. (Tanggono, 2007)
b. Krim
Bentuknya tidak sepadat blush on padat dan mernilild tekstur lebih basah. Karena tekstur inilah,
maka warna yang dihasilkan dapat lebih menyatu alarni dengan warna kulit wajah. Jenis ini
kurang cocok digunakan seseorang yang berjenis kulit berminyak karena dapat mernbuat
wajah terlihat lebih basah atau berrninyak. Namun dernikian, cream blush ini sangat cocok
digunakan pada daerah zona T wajah berrninyak dan memberikan kilau natural. Cara
pengaplikasiannya adalah dengan menggunakan jari. Pada anhydrous cream rouges, zat-zat
pewarna (pigmen, lakes dan / atau cat larut minyak) didispersikan atau dilarutkan dalam base fat-oil-
wax. Dibandingkan dengan yang powder, anhydrous cream rouges memiliki keuntungan dapat
membentuk lapisan tipis yang rata di permukaan kulit sehingga tampak lebih alami dari pada loose
10
powder. Krim inijuga bersifat menolak air, sehingga resiko lunturnya rouge karena perspirasi
terhindari. (Tranggono., 2007)
c. Liquid / cair
Liquid blush sangat mirip konsistensinya dengan cream blush, hanya saja liquid blush
sedikit lebih encer. Jenis ini hanya boleh diaplikasikan di daerah pipi dan cocok untuk
kulit normal dan kering. Preparat ini terdiri dari larutan warna dengan bahan pelarut air atau
hidroalkohol. Zat-zat warna yang dipilih harus sangat harmonis dengan kulit. Glycerol, sorbitol
liquid dan lain-lain memberikan rasa lembut pada pemakaian, tetapi sebaiknya tidak digunakan
banyak-banyak karena dapat menghambat pengeringan rouge di kulit. Gum atau mucin memberikan
konsistensi yang memperbaiki penyebaran rouge di kulit. (Tranggono., 2007)
d. Gel
Berbentuk gel dan warna yang dihasilkan tidak terlalu nyata sehingga cocok untuk pernakaian
sehari-hari atau bila ingin diaplikasikan dandanan yang natural. Perona pipi gel ini cocok untuk
kulit kering.
e. Balls
Menyerupai bola-bola kecil. Cara menggunakannya adalah dengan
menggunakan kuas yang diputar-putar di atas bola-bola tersebut. Serbuk yang
menempel pada kuas kemudian dapat disapukan pada pipi. Dapat digunakan untuk
semua jenis kulit.
f. Stick
Bentuk stik ini seperti lipstick dan cocok untuk semua jenis kulit. Cara
pemakaiannya adalah dengan mengaplikasikannya secara lurus pada pipi,
kemudian diratakan dengan jari.
2.2.2 Komposisi Perona Pipi
a. Basis
Basis yang digunakan pada pembuatan blush on kompak sama dengan basis yang
digunakan pada pembuatan bedak kompak. Basis tersebut bertujuan untuk
memberikan struktur yang baik dan memberikan rasa licin, misalnya : Talc.
Basis yang digunakan pada pembuatan Liquid blusher mirip dengan basis yang
digunakan dalam pembuatan liquid foundation.
b. Pigmen warna
11
Beberapa pewarna yang masih dapat digunakan adalah besi (III) oksida, titanium
dioksida, dan beberapa pewarna lain seperti:
D&C Red No.6 Ba Lake
D&C Red No.7 Ca Lake
D&CRed No.30 Al Lake
D&C Red No.34 Ca Lake
D&C Red No.36 Al Lake
D&C Yellow No.10 Al Lake
FD&C Yellow No.5 Al Lake
FD&C Yellow No.6 Al Lake
FD&C Red No.3 Al Lake
FD&C Red No.40 Al Lake
c. Pengikat (Binder)
Material-material yang digunakan sebagai pengikat dapat meningkatkan gaya kohesi.
Terdapat beberapa macam zat pengikat, yakni: zat kering/powder, minyak, silicon,
dan emulsi.
Powder contohnya metalik stearat seperti Zn-stearat dan Mg-stearat. Pati juga
biasanya dipilih sebagai pengikat yang baik, namun perlu peninjauan khusus agar
tidak terbentuk cake yang keras.
Pengikat minyak dapat digunakan pada beberapa formulasi blush on padat/kompak.
Contoh: minyak mineral, isopropyl myristate, dan derivat lanolin.
d. Pengawet
Pengawet diperlukan dalam sediaan pemerah pipi untuk mencegah kontaminasi
produk oleh mikroba selama produksi, distribusi, maupun setelah sampai dan
digunakan oleh konsumen.
Pengawet yang biasa digunakan adalah metil paraben dan propil paraben dengan
konsentrasi 0,05 -0,20 %.
e. Fragrance
Parfum merupakan konstituen yang penting dalam pemerah pipi agar dapat menutupi
bau yang tidak sedap dari bahan serta menciptakan suatu ketertarikan tersendiri bagi
konsumen. Beberapa jenis parfum kadang mengandung bahan yang sangat mudah
teroksidasi sehingga penambahan antioksidan dapat membantu. Namun demikian,
antioksidan dapat menyebabkan iritasi. Oleh karena itu, parfum yang paling sering
digunakan adalah soft floral fragrance.
12
f. Bahan Tambahan Lain
Komponen tambahan pembuatan Perona Pipi
Pengkilau, Contohnya Bismuth Oxychloride
Emolient, Contohnya Dimethicone
Skin protectan dan sunscreen agent, Contohnya Zinc oxide
Anticaking, Contohnya Zinc Stearate
2.2.3 Metode Pembuatan Perona Pipi
Metode pembuatan perona pipi yang dimaksud disni ialah metode pembuatan untuk
perona pipi jenis padat (compact powder). Adapun metode dalam pembuatan perona
pipi melalui tahapan berikut:
1. Colour extension
Kunci utama dari proses pigmentasi produk adalah kehomogenan dispersi
pigmen dengan basis. Dispersi ini sangat bergantung pada efisiensi
mixer, dan sifat fisik dari material-material yang akan dicampurkan.
Dispersi pigmen yang homogen dapat diperoleh dengan ekstensi pigmen
(melewatkan pigmen dan talc pada hammer mill). Aglomerat pigmen akan
terpecah yang kernudian akan menjadi stabil dengan bergabung dalam
partikel talc.
2. Penyiapan basis
Basis putih (Talc) dimixer dalam blender stainless-steel tipe ribbon selama
20 menit sampai 3 jam tergantung dari tipe mixer, dan kapasitas. Setelah itu,
ditambahkan extended colour dan dimixer bersama hingga homogen. Terakhir,
ditambahkan parfurn dan pengikat.
3. Pengopakan
Metode yang paling sering digunakan adalah metode kempa kering.
2.2.4 Evaluasi Perona Pipi
1. Uji Dispersi Warna
Dispersi warna diuji dengan menyebarkan serbuk pada permukaan berwarna
putih dan ditentukan dari keindahannya. Tidak boleh ada warna yang tercoreng,
atau tidak merata.
2. Pay-Off
13
Parameter ini digunakan untuk melihat efek dari pengopakan yang kurang
baik. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan aplikator. Hasil dari sediaan
harus selalu diperiksa pada kulit. Jika tekanan pada cake terlalu besar, bedak yang
dihasilkan tidak akan tersapu bersih dengan mudah, dan akan ada gaya adhesi yang
tidak cukup dari bahan terhadap puff. Jika tekanannya terlalu rendah, cake akan
menjadi lembek dan mempunyai kecenderungan menjadi remuk dan pecah.
3. Microbial Testing
Pada formula sediaan ini terdapat Metyl Paraben dan Propyl Paraben yang dapat
bekerja menahan pertumbuhan mikroba pada basis berminyak dan diharapkan hasil
uji mikroba tidak lebih dari 100 cfu / gram.
4. Stability Test.
Tes ini untuk mengetahui stabilitas pressed rouge powder dalam jangka waktu
tertentu, dilakukan dalam alat climatic chamber.
5. Uji Tekanan
Pada sediaan tekanan yang diberikan secara alami haruslah rata, dengan adanya
kantung-kantung udara akan membuat cake menjadi mudah pecah. Keseragaman dan
kekerasan dari cake sebaiknya diperiksa dengan penetrometer. Pemeriksaan pada
table sebaiknya diambil dari berbagai segi untuk meyakinkan bahwa produk cukup
keras dan tekanan yang diberikan seragam.
6. Tes Keretakan
Langkah yang paling baik terhadap kecenderungan bedak menjadi pecah adalah
dengan menjatuhkan bedak pada permukaan kayu beberapa kali pada ketinggian 8-10
inci. Jika cake yang dihasilkan tidak rusak, mengindikasikan bahwa kekompakannya
lulus uji dan dapat disimpan tanpa menghasilkan hal-hal yang tidak memuaskan.
7. Uji iritasi
Tes untuk mengetahui keamanan sediaan perona pipi yang dihasilkan.
2.2.5 KESUMBA KELING (Bixa orellana L.)
2.3.1 Uraian Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.)
Tumbuhan kesumba keling dengan nama latin Bixa orellana L. ini adalah termasuk
suku Bixaceae. Tumbuhan ini dapat hidup dengan baik di tempat-tempat yang terbuka
dan terkena sinar matahari secara langsung. Kesumba keling berasal dari Amerika
tropis tumbuhan ini banyak ditanam di tepi jalan, pagar dan tumbuh liar di hutan dari
ketinggian 11.200 m di atas permukaan laut. Di Indonesia, kesumba keling masih
14
sebatas dimanfaatkan sebagai tanaman peneduh, di pinggir jalan, di taman-taman
kota, atau di komplek perkantoran. Daya tarik utama kesumba keling buahnya yang
berwarna merah cerah mirip buah rambutan, karena permukaan kulitnya juga berbulu.
Beda dengan buah rambutan, buah kesumba keling berkulit tipis, bentuknya agak
pipih, dan bagian dalamnya berongga. Didalam rongga buah kesumba keling terdapat
sekitar 50 butir biji kecil berwarna merah cerah. Pada kulit biji kesumba keling ini
terdapat pigmen warna merah dalam volume cukup besar (Dalimartha, 2009)
2.3.2 Morfologi Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.)
Tumbuhan kesumba keling perdu tegak atau pohon kecil dengan tinggi 2-8 m. Daun
tunggal bertangkai panjang dan besar. Helaian daun berbentuk bulat telur. Ujung
runcing pangkal rata berbentuk jantung tepi rata. Pertulangan menyirip panjang 8-20
cm, lebar 5-12 cm berwarna hijau dan berbintik merah. Berbunga majemuk berwarna
merah muda atau putih diameter 4-6 cm. Buah seperti rambutan, tertutup rambut
singkat, berwarna hijau saat muda dan merah tua setelah masak, pipih, panjang 2-4
cm berisi biji kecil berwarna merah.
Nama daerah kesumba keling antara lain yaitu kasumbo, kasumba, kusumba, batang
kesumba, buah prada, delinggem, gelinggem, kunyit jawa (sumatera), galinggem,
galugu, galuga, kesumba king, pacar kling, somba kling, ghalugha, kasombha, kasoba
kleng (Jawa), sumba, tuwa, rapo parada, bunga parada, paparada, kasumba wo kayu
(Sulawesi), taluka, galuga, kasumba, kasupa (Maluku), kasumba (Kalimantan).
(Dalimartha, 2009)
2.3.3 Klasifikasi Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.)
Dalam sistematika tumbuhan (taksonomi), buah kesumba keling diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Violales
Famili : Bixaceae
Genus : Bixa
Spesies : Bixa orellana L.
15
Gambar 3. Kesumba Keling (Bixa orellana L.)
2.3.4 Kandungan Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.)
Kandungan kimia tanaman kesumba keling, terutama batang dan daunnya
mengandung tanin, kalsium oksalat, saponin, dan lemak. Daun dan akar mengandung
orellin, glukosida, zat samak dan damar sedangkan biji kesumba keling mengandung
tanin, steroid/terpenoid, flavonoid dan zat warna bixin/norbixin. Kulit biji juga
mengandung karotenoid yang memberi warna merah (Dalimartha, 2009)
2.3.5 Manfaat Tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.)
Bagian yang digunakan dalam pengobatan adalah daun, kulit kayu, kulit akar, daging
buah, kulit biji, dan biji.
Daun kesumba keling digunakan untuk pengobatan yaitu sebagai disentri, diare,
bengkak air (udem), perut kembung, masuk angin, sakit kuning, perdarahan, dan
kurang nafsu makan. Kulit batang dan kulit akar digunakan untuk mengatasi demam
dan influenza. Daging buah digunakan untuk mengatasi nyeri lambung (gastritis). Dan
bubuk dari kulit biji kesumba keling digunakan untuk pengobatan cacingan, antidote
pada keracunan singkong dan jarak pagar (Jatropa curcas).
Pada masyarakat Indian Aztek Kuno memanfaatkan kesumba keling untuk mewarnai
tubuh mereka pada saat upacara adat maupun perang. Mereka menyebut kesumba
keling dengan nama achioti. Dari sinilah asal usul nama achiote untuk menyebut
16
kesumba keling. Selain itu tanaman penghasil zat warna ini juga disebut Annatto
(Dalimartha, 2009).
Di Amerika Tengah dan Selatan, pigmen warna merah kesumba keling adalah bahan
industri yang cukup penting Di argentina, kesumba keling diproduksi sebagai obat
diare, demam, dan penguat fungsi jantung. Di Brasil, digunakan sebagai obat luka
bakar, malaria, dan hepatitis. Di Kolombia dan di Kuba digunakan untuk gonorrhhea
(kencing nanah). Kesumba keling juga digunakan secara luas di Meksiko, Paraguay,
Peru, Trinidad, dan di beberapa negara lain. Di beberapa negara, kesumba keling
bahkan dipercaya sebagai antioksidan dan bisa menyembuh kanker. Di Amerika Latin
serbuk biji kesumba keling juga menjadi bumbu aneka masakan yang disebut saffron,
dan digunakan dalam Arroz con Polio, semacam nasi goreng dengan lauk ayam.
Sebagai bahan pewarna dalam industri makanan dan minuman, serbuk zat warna biji
kesumba keling resmi bisa digunakan di seluruh dunia, dengan kode dagang (E-
number) EI 60b. Di negara-negara maju lainnya serbuk zat warna biji kesumba keling
digunakan dalam industri margarin, korned, sosis, keju, minuman, bahan anyaman,
katun, cat kuku, lipstick, dan ginju (Dalimartha, 2009)
2.4 PRAFORMULASI
a. Talc / Magnesium Silikat
Pemerian : Berupa serbuk hablur sangat halus, putih atau putih
kelabu. Berkilat, mudah melekat pada kulit dan bebas dari
butiran debu. Tidak berbau, tidak berasa, agak higroskopis
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam larutan asam dan alkalis, pelarut
organic dan air.
Rumus Kimia : 3MgO. 4SiO
2
.H
2
O
Fungsi : Pengisi
(Depkes RI, 1993; Depkes RI, 1995; Rowe, 2009)
b. Bismuth Oxychloride
Sinomin : Basic Bismuth Chloride; Bismuth Chloride Oxide;
Bismuth Subchloride; Bismuthine, Chlorooxo;
Bismuthine, Chlorooxo-; Bismuthyl Chloride;
Chlorbismol; Chlorooxo- Bismuthine;
Chlorooxobismuthine; Ci 77163; Pearl Super Supreme
17
Pemerian : Bubuk kristal halus berwarna putih, tidak berbau. Tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam cairan minyak.
Rumus Kimia : BiClO
BM : 260.43 g mol
1
Kelarutan : Tidak larut dalam air, larut dalam minyak
Fungsi : Pengkilap, Colorant
c. Methyl paraben
Sinonim : Nipagin, metill p-hisroksi benzoate
Pemerian : Serbuk hablur kecil tidak berwarna atau sebruk hablur
putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai
sedikit rasa terbakar.
Kelarutan : larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih,
dalam 3.5 bagian etanol(95%) dan dalam3 bagian aseton
P, mdah larut dalam eter P dan dalam larutan
alkalihidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas
dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas. Jika
didinginkan larutan tetap jernih
Suhu Lebur : 125 - 128
o
C
Fungsi : Pengawet (konsentrasi pakai: 0,1 -0,20 %)
(Depkes RI, 1993; Depkes RI, 1995; Rowe, 2009)
d. Propylparaben
Sinonim : Nipasol, propel p-hisroksi benzoate
Pemerian : Hablur kecil tidak berwarna atau serbuk hablur putih,
tidak berbau
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol
dan eter dan sukar larut dalam air mendidih, larut dalam
minyak, propilenglikol dan gliserol
Suhu Lebur : Antara 95- 98
o
C
Fungsi : Pengawet (konsentrasi pakai: 0,05 -0,1%)
(Depkes RI, 1993; Depkes RI, 1995; Rowe, 2009)
e. Paraffin Liquid
f.
Pemerian : Transparan, tidak berwarna, cairan berminyak yang
18
viskos, tidak berfluoresensi pada siang hari. Tidak berasa,
tidak berbau saat dingin. Memiliki sedikit bau petroleum
saat dipanaskan.
Kelarutan : Tidak larut dalam etanol 95%, gliserindan air.
Larut di dalam aseton, benzena, kloroform, karbon
disulfida, eter dan pertroleum eter. Larut dalam minyak
menguap, dalam hampir semua jenis minyak lemak
hangat.
Fungsi : Basis minyak, emollient, lubrikan, pengikat (
Stabilitas : Terkena cahaya dan panas secara langsung akan
teroksidasi
(Depkes RI, 1993; Depkes RI, 1995; Rowe, 2009)
f. Kaolin
Pemerian : Serbuk, putih, ringan, tidak mengandung butiran
kasar,tidak atau hampir tidak berbau.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam asam mineral.
Fungsi : Pengisi, pelincir, absorben.
g. Zinc Stearate
Sinonim : Octadecanoid Acid, Zinc Salt; Stearic Acid, Zinc Salt; Zinc
Distearate; Dibasic Zinc Stearate; Zinc Octadecanoate;
Pemerian : Berbentuk bubuk padat; serbuk putih, serbuk yang
hidrophobik, berbau jelas, Tidak larut dalam air, Dapat larut
dalam pelarut asam, benzene. Tidak larut dalam eter, alkohol
Rumus kimia : ZN-(C
18
H
35
O
2
)
2
Titik leleh : 120-122
0
C
pH : 6,5 - 7,5 (33%)
Kegunaan : Bahan ini membantu dalam hal pelekatan dalam kulit.Selain
meningkatkan daya lekat (daya adesif), menghasilkan produk
yang lembut
Kadar : 3% dan 10%; jumlah yang besar dari ini menghasilkan efek
bercak pada kulit, sehingga akan mengurangi sifat slip dari
bahan yang lain
(Depkes RI, 1993; Depkes RI, 1995; Rowe, 2009)
19
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 FORMULA PERONA PIPI
No. Bahan
Formula (% b/b)
Fungsi Bahan
F I F II F III F IV
2 Bismuth Oxychloride 6 4 Pengkilap, Adhesi
3 Calcium Silicate 0.2 Absorbent, Opacifying
4 D & C Red No. 30 Lake 1 Pewarna
5 Dicapryl malate 3 Emmolient
6 Dimetichone 2 Emmolient
7
Ekstrak Biji Kesumba
Keling
6 Pewarna
8
Ekstrak bunga
belilimbing wuluh
6 Pewarna
9 Imidazolidinyl urea 0.25 Pengawet
10 Iron Oxide, red 0.25 Pewarna
11 Iron Oxide, yellow 0.5 Pewarna
12 Isopropyl Myristate 4 Pengikat, emollient
13 Kaolin 9 9 9 Pengikat
14 Lanolin 5 Emollient
15 Magnesium Myristate 3 Opacifying, Anticaking
14 Methyl paraben 0.2 0.2 0.2 Pengawet
15 Mica 20 Opacifiying agent
19 Paraffin liq 3 3 Emollient, pengikat
20 Perfume qs qs qs Pewangi
21 Pigment 3 Pewarna
22
Polyglyceryl-3
diisostearate
0.5 Emulsifying
23 Preservative qs Pengawet
24 Prophyl paraben 0.1 0.1 Pengawet
25
Talc 48 80 Ad
100
Ad
100
Pengisi
27 Zinc myristate 5 Opacifying, Anticaking
28
Zinc stearate 3 3 Cosmetic colorant,
Anticaking
Ket: F I : Harrys Cosmeticology F III : Zahniar, 20011
F II : New Cosmetic Science F IV : Formula Sendiri
20
Formula Karakteristik
F I Sediaan compact yang dihasilkan memiliki karakteristik berwarna agak
kemerahan, bau khas, tidak mudah pecah dan agak mengkilap.
F II Sediaan compact yang memiliki warna dan bau yang khas, daya oles dan
masking baik, serta tidak mudah pecah
F III Sediaan compact yang hasilkan homogen berwarna agak kemerahan, bau khas
perfume, hasil uji poles baik dan merata, kekerasan sediaan 0.2 Kg dan tidak
mudah pecah. Stabilitas fisik berubah setelah hari ke 75 yakni terjadi
perubahan warna dan bau.
F IV Sediaan yang dihasilkan memiliki karakteristik bentuk compact, berwarna
merah, agak mengkilap, memiliki bau khas mawar dan daya oles baik.
3.2 PEMBAHASAN
a. Formula I
Pada formula ini Talc, Sericite, methicone berfungsi sebagai basis yang memberikan
rasa halus dan lembut. Magnesium myristate berfungsi untuk meningkatkan gaya
kohesi antar partikel serbuk dan untuk mencegah caking / membantu ditambahkan
Calcium silicate. Bismuth Oxychloride memberikan kilau pada sediaan dan disertai
dengan penambahan warna D&C Red no 30 Lake, Iron Oxide, yellow dan Iron Oxide,
red akan menambah nilai estetik pada produk. Untuk menghindari perusakan oleh
mikroba pada formula ini ditambahkan pengawet (Metyl Paraben dan Propyl Paraben)
dan Imidazolidinyl urea. Pada formula ini sebagai pelembab ditambahkan Dicapryl
malate, Dimethicone dan Polygliceryl 3-diisostearate.
b. Formula II
Campur semua bahan bahan kecuali Perfume dan Pengikat (Liquid paraffin)
bersama-sama dengan blender. Semprotkan pengikat dan perfume ke dalam blender
dan kemudoan serbukkan. Ayak dan cetak menjadi bentuk compact rouge.Pada
formula ini Talc berfungsi sebagai basis yang memberikan rasa halus.Kaolin
berfungsi sebagai facial masking. Zinc myristate berfungsi anticaking. Sebagai
emollient ditambahkan Liquid paraffin.Untuk mencegah mikroba ditambahkan
Preservative dan untuk meningkatkan nilai estetika di tambahkan Pigment dan
Perfume.
c. Formula III
21
Pada formula III ini ekstrak bunga belimbing wuluh didapat dari ekstraksi bunga
belimbing wuluh dibuat dengan cara maserasi 500 gram bunga belimbing
menggunakan 500 ml etanol 96% yang telah dicampurkan dengan 2% asam sitrat dan
0,1% natrium metabisulfit. Maserat lalu dipekatkan dengan penguap berputar (rotary
evaporator) pada suhu 48C sampai diperoleh ekstrak kental. Selanjutnya hasil
yang diperoleh dilakukan pengeringan beku (freeze drying) -40C selama 2 hari
sehingga diperoleh ekstrak bunga belimbing wuluh kental sebanyak 41,62 gram.
Ekstrak diformulasi dengan menggunakan talkum, kaolin, zink stearat, parfum,
nipagin, isopropyl miristat, lanolin dengan variasi konsentrasi ekstrak 2, 4, 6, 8 dan
10%. Campuran dikempa dengan menggunakan pencetak diameter 1,5cm. Kemudian
dilakukan pemeriksaan mutu fisik (homogenitas, uji poles (pay off), uji kekerasan, uji
keretakan), uji cemaran mikroba, uji iritasi, kesukaan dan stabilitas. (Fahraint, 2013)
Hasil pemeriksaan mutu fisik sediaan menunjukan bahwa sediaan memiliki warna
yang homogeny, hasil polesan baik dan rata. Hasil uji kekerasan pewarna pipi
menggunakan pewarna ekstrak bunga belimbing wuluh 6% adalah 0,2 kg. Warna dan
bau dari semua sediaan yang dibuat mengalami perubahan (tidak stabil) selama 75
hari. Hal ini dikarenakan bahan dalam formula mengalami oksidasi. Semua sediaan
tidak pecah, tidak stabil dalam penyimpanan selama 90 hari dan tidak menyebabkan
iritasi.
d. Formula IV
Formula IV ini merupakan formula yang didisain sendiri. Pada formula ini zat warna
merah diperoleh dari tanaman Kesumba Keling (Bixa orellana L.). Bagian tanaman
yang digunakan untuk diektraksi ialah bagian biji. Ekstraksi zat warna dari biji
kesumba keling dilakukan dengan metode maserasi menggunakan etanol 96%
kemudian ekstrak dipekatkan dengan menggunakan penguap berputar sampai
diperoleh ekstrak kental. Zat warna yang terdapat dalam biji kesumba keling
dihasilkan oleh zat warna yang bernama bixin dan norbixin yang berwarna orange
sampai merah.
Formula sediaan perona pipi ini terdiri dari talcum, yang berfungsi sebagai pengisi,
kaolin dan paraffin liquid yang berfungsi sebagai pengikat, methyl paraben dan propyl
paraben berfungsi sebagai pengawet, bismuth oxychloride sebagai pengkilap dan
peningkat adhesi sehingga saat di aplikasikan ke wajah/pipi mudah teroleskan atau
tersapukan. Parfum yang digunakan ialah oleum roase, sehingga perona pipi yang
22
dihasilkan diharapkan memiliki bau/aroma mawar. Penggunaan zinc stearat pada
formula perona pipi tersebut juga berfungsi sebagai anticaking yang menjaga agar
sediaan tetap dalam keadaan free flowing sehingga memudahkan serbuk mengalir
saat akan dikempa. Selain itu anticaking agent juga dapat berfungsi sebagai penyerap
kelembaban yang berlebihan dan juga melapisi partikel sehingga menjadikannya anti
air. Sementara lparaffin liquid juga dapat berfungsi sebagai emollient.
Dari penggunaan bahan-bahan tersebut maka sediaan perona pipi yang diharapkan
memiliki karakteristik sebagai berikut berbentuk compact, berwarna merah, agak
mengkilap, memiliki bau khas mawar dan daya oles baik serta tidak mudah luntur
karena keringat. Pengujian terhadap sediaan yang dibuat adalah pemeriksaan mutu fisik
mencakup pemeriksaan homogenitas dan stabilitas sediaan selama periode tertentu. Selian
juga dilakukan uji terhadap keamanan sediaan perona pipi tersebut seperti uji mikroba
dan uji iritasi.
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Secara umum karakteristik perona pipi berbentuk compact rouge ialah formula mudah
dikempa, memiliki kekerasan yang sesuai sehingga tidak mudah pecah dan retak,
memiliki dispersi warna yang homogen, dan mudah diaplikasikan pada wajah atau
pipi.
2. Komponen dalam pembuatan perona pipi berbentuk compact terdiri dari bahan
pengisi serti talcum, pigmen warna, pengikat/binder, pengawet, dan bahan tambahan
lain seperti parfume, anticaking agent, pengkilap dan emollient.
3. Pigmen warna merah dari biji kesumba keling dihasilkan oleh senyawa bixin dan
norbixin. Pada formula IV, perona pipi yang dihasilkan diharapkan memiliki
karakteristik berbentuk compact, berwarna merah, agak mengkilap, memiliki bau khas
mawar dan daya oles baik serta tidak mudah luntur karena keringat.
4.2 SARAN
Sebaiknya dilakukan percobaan mengenai jumlah konsentrasi ekstrak biji kesumba
keling yang digunakan sebagai pewarna dalam perona pipi sehingga menghasilkan
perona pipi dengan warna merah yang sesuai. Serta dilakukan pembuatan terhadap
formula-formula tersebut sehingga dapat dilakukan evaluasi terhadap sedian tersebut,
baik evaluasi secara fisik maupun evaluasi uji keamanan sabun wajah. Sehingga dapat
ditemukan formula menghasilkan perona pipi dengan warna merah yang paling baik.
24
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha, Setiawan. 2009. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid IV. Jakarta: Puspa Swara.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1993. Kodeks Kosmetika Indonesia, edisi 11. Vol
I. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, edisi IV. Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan.
Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetik Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia
Bismuth Oxychloride. Diambil dari
http://www.ewg.org/skindeep/ingredient/700778/BISMUTH_OXYCHLORIDE/.
Tanggal akses 26 Juni 2014
Bismuth Oxychloride. Diambil dari http://www.makingcosmetics.com/Bismuth-
Oxychloride_p_234.html. Tanggal akses 26 Juni 2014
Fahraint, Izafella. 2014. Skripsi. Formulasi Sediaan Pewarna Pipi Dalam Bentuk Padat
Dengan Menggunakan Esktrak Bunga Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.).
Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatra Utara.
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Mitsui, T. 1993. New Cosmetic Science. Amsterdam: Elsevier
Moffat, dkk.2004. At a Glance Anatomy. Jakarta: Penerbit Erlangga
Rieger MM, editor. 2000. Harry's cosmeticology. 8
lh
ed. New York: Chemical Publishing Co.
Inc.
Rowe, Raymond C, dkk, editor. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipient, 6
th
edition.
London: Pharmaceutical Press.
Sherwood, L. 2001. Figiologi Manusia: dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
Tranggono, Retno Iswari. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: PT.
gramedia Pustaka Utama.
Zahniar. 2011. Skripsi. Penggunaan Serbuk Zat Warna Biji Kesumba Keling (Bixa Orellana,
L) Dalam Formulasi Sediaan Pewarna Rambut Bentuk Larutan. Medan: Fakultas
Farmasi Universitas Sumatra Utara.

Вам также может понравиться