Вы находитесь на странице: 1из 9

Volume 2 Nomor 2, Agustus

2006
PENGARUH
PENGGUNAAN
PASIR
LAUT SEBAGAI
AGREGAT
HALUS
BETON
TERHADAP
KEKUATAN
BETON
PASGA
BAKAR
The tnfluence
of sea sand as Fine Aggregate
of concrdte'for
EvaluationofConcreteStrengthatVariousTemperatures:
.
of lncineration.
Siti Nur Rahmah
Anwaf
ABSTR,AK
Betondenganbahandasarberupakombinasipasirsungaidanpasir
laut
(1:1) memiliki
karafteistik
cukup
memenuhi
syarat
untuk digunakan
Jabai'bahan
nanginin,
Herawati
QAO4.
Hat ini disebabkan
karena'selai4
mengandung
senyawa
garam
yang mellgikan,
pasir tau.t di
pantai Tanjung
kirirs
iNisl
i"ng"iiuig
Lnsir
sitika cukup
tingsi sebesar
54'1 /o'
fi6i
'kebakaran
iig
i"rirg
terigdi.
pada'
konstruksi
beton
,bertulang
iiiienaO4an
t<erusaXin
eteien
struktur
baik secara
pa*al maupun
iniat
lJntuk
itu,
pedu diteliti
karakteristik
beton dengan
bahah
dasar
;;;i,
kombinasi
p'asir sungai
dan
pa.sir laut
pasca bakar'
Benda uii Aaiim
pe"nelitian'ini
berupa
sitindel b.9t91 denAan
agregat
hatus
biipa
xdmniiaii'pasir
taut dan
pasir sungai
(1:1) berdiameter
150
mm, tinggi
300 mm
yang dibakallenOa|.
tiga vaias! suhu 200oC' 500oC'
i/6d i"i"ig",
arriii
iorstan
60 nenit
iemakai
tungku
yang dilengkapi
dua tabung
gas seoaga
i irin",
"pi.
Thermokopet
dan
ltooyatgh
digunakan
"ii"A"i
ieigontrot's;uhu
dan
durasi
pembakaran- Pembakaran'
silinder
betoi dilakuian
setelah
benda
uiiberumur
90 hai'
""*
-
;;"i-i1i
XjX tekan
beion
menuniukkan_!92y".p"da
suhu 200oC
kuattek:an
meiingkaili,t'SZ
o/o
dan
pada'suhu 500oC dan SbaoC
menurun
.tijam
masing-misiig
so,tas T" dai.65,^356
%o. Berat volumo
(kepadatan)
mengalami
p"nu*r'"n berturut-turut
1,295 %, 10,597 Yo dan 15,006 %.
Sedangkan
modutui
elastislfas
meningkat
pada be!o1
pasca^bakar 200oC
sebesar
4,597 %-aii
^"rurun
pada suhu 500
oC
dan 800
oC
masing-
masing
21,33 % dan 41,87 %.
Kata kunci
:
pasir laut,
pasca bakar,
kuat tekan, berat satuan,
modulus
elasfi.sifas
PENDAHULUAN
Pasirlautmerupakansumberdayaalampotensialyangberlimpahdi
lndonesia
sepanjang
tiO-OOO
km' Pantai
yang menghadaO
ke Samudera
lnaonesia
sepe*i
p"antai selatan
Jawa,
Bali, Nusa Tenggara
dan Barat
Surit"r"
merupakan
pantai berpasir.
Herawati
eAA4
dalam
penelitiannya
menun;ufXan
6anwa
pasir taut O-a.rl
pantai Tanjung Karang
(NTB)
mempunvai
ranounjan'
silica 54,1
7o. dan dalam
penggunaannya
pada
material
penyusun ieton dengan
kombinasi
dengan
pasir sungai
sebesar
i't *"nfn"iiman
Oeton denfan
kekuatan
yang cukup memenuhi
syarat
sebagai
bahan bangunan.
*
siti Nur Rahmah Anwar, ST., MT.; Pengajar
pada Jurusan Teknik sipil Fakultas Teknik universitas
Mataram
68
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2006
Tragedi kebakaran yang sering terjadi
pada
bangunan beton
bertulang menyebabkan kerusakan elemen-elemen struktur baik material
maupun kestabilan elemen struktur tersebut"
Kombinasi
pasir laut dan
pasir
sungai secara struktural dapat
digunakan sebagai
penyusun
beton dan untuk menyikapi seringnya terjadi
kasus kebakaran bangunan, maka
perlu
diketahui
perilaku
kekuatan
material beton akibat
pengaruh temperatur tinggi-
Tujuan diadakan
penelitian iniadalah :
1. Untuk mengetahui kuat tekan beton dengan agregat halus berupa
kombinasi
pasir sungai dan
pasir laut pasca bakar.
2. Untuk mengetahui berat volume (kepadatan) beton dengan agregat
halus berupa kombinasi
pasir
sungai dan
pasir
laut
pasca
bakar.
3. Untuk mengetahui modulus elastisitas beton dengan agregat halus
berupa kombinasi
pasir sungai dan
pasir laut pasca
bakar.
TINJAUAN PUSTAKA
Noor (1993) meneliti
pengaruh garam NaCl
pada
campuran beton
sebesar 0,1 gr/lt, A,2
grlll,03 gr/lt dan seterusnya sampai 1,0 grllt.
Hasil
penelitian menunjukkan beton dengan kandungan garam
<
0,5 grllt
masih
memenuhi syarat terhadap kekuatan beton.
Beton dengan agregat kasar berupa kombinasi kerikil dan batu
karang (4-1) dapat meningkatkan kuat tekan beton sebesar 7,OS %,
Sukrisman (2000).
Kuat tekan beton dengan agregat halus berupa kombinasi pasir
sungai dan
pasir laut (1:1) meningkat sebesar 4,482%, Herawti (2AO4.
Lianasari (2000) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa pasta
semen yang dipanaskan sampai suhu 400
oC
mengalami sedikit
peningkatan kekuatan akibat
penguapan air.
Abdillah (2000) menetiti
pengaruh pembakaran terhadap kuat tekan
beton dengan variasi suhu 200 "C, 300
oC,
400
oC,
500
oC
dan 600
oC.
Pada
suhu 200
oC,
kuat tekan meningkat 3,155 % dan menurun berturut-turut
3,197
a/o,
13,504
o/o,
34,118
o/o
dan 56,376 Vo
pada
suhu 300
oC,
400
oC,
500
oC
dan 600
oC
Perilaku beton
pada
suhu tinggi dalam batas tertentu dipengaruhi
oleh
jenis
agregat- Komposisi mineral agregat memperigaruhi kelangsungan
reaksi agregat terhadap temperatur tinggi" Temperatur tinggi menyebabkan
volume agregat mengembang. Pengembangan volume agregat terjadi
pada
suhu 200
oC,
tetapi
pasta semen mengalami penyusutan. Pada suhu ruang
(27
'C)
angka muai agregat lebih rendah dibandingkan
pasta
semen.
Perbedaan tersebut menyebabkan terjadinya retak beton.
Kuat tekan beton diukur dengan melakukan
pembebanan
silinder
beton dengan suatu
gaya
tekan
yang tegak lurus dengan kecepatan tertentu
sampai silinder tersebut hancur, Kuat,tekan dirumuskan dengan
persamaan:
f"
=
P/A
kuat tekan beton (Mpa)
beban yang ditahan oleh beton sampaihancur (Newton)
dimana:
f.:
P:
(1)
69
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2006
A : luas benda uji/sampelbeton
(mm2)
Berat satuan merupakan
perbandingan antara berat dengan volume
beton
yang merupakan
perwujudan dari kepadatan (kekompakan ikatan)
material-material
penyusun beton. Beton normal biasanya memiliki berat
satuan 2200
-
2500 kg/m3 (SK SNI T-15-1991-03).
w"
=
WA/
Modulus elastisitas adalah rasio dari tegangan normal tarik atau
tekan terhadap regangan
yang bersangkutan dibawah batas
proporsional
dari material
(SK SNI T-15-1991-03).
Berbeda dengan baja, modulus
elastisitas beton berubah-ubah.
Modulus Secant berada
pada kemiringan 25
% - 50
o/o
dari kuat tekan
(f") :
Et=O.2llcf e
-
0.5f"/e
Modulus elastisitas beton dirumuskan sebagai :
Ez=f.le
dimana:
E2 : modulus elastisitas
(MPai
f" : kuat tekan beton
(MPa)
e : regangan
Menurut SK SNI T-15-1991-03 modulus elasisitas beton adalah :
Ea
=
(w"
)1's
x 0.043 {f" ...
dimana:
E3 : modulus elastisitas
(MPa)
fc : kuat tekan beton
(MPa)
w" : berat volume beton
(kg/cm")
Menurut ASTM C-469 modulus elasisitas beton adalah :
E+
=
(Sz-Sr)i( e2- 0.00005)
dimana:
Ea : modulus elastisitas
(MPa)
51 : kuat tekan
pada saat regangan beton mencapai 0.00005
(Mpa)
52 : kuat tekan sebesar O.4 f" (MPa)
t2 : regangan beton
METODE PENELITIAN
Peneiitian dilakukan secara eksperimental di Laboratorium Struktur
& Bahan JTS
-
FT Universitas Mataram dengan membuat benda uji berupa
silinder beton dengan agregat halus berupa kombinasi
pasir laut dan
pasir
sungai
(1:1) berdiameter 150 mm, tingg-i 300 mm. Silinder beton tersebut
dibalar'secara
konstan
pada suhu 200
oc,
500
oC,
dan 800
oC
selama 60
menit. Setelah didinginkan secara alami, benda uji diuji kuat tekan, berat isi
dan modulus elastisitas dan hasilnya dibandingkan dengan kuat tekan,
berat isi dan modulus elastisitas benda uji yang tidak dibakar untuk mencari
perilaku material beton dengan agregat halus
pasir laut pasca bakar.
(2)
'
(3i
(4)
(6)
7A
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2006
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisa agregat,
pasir
laut yang digunakan dalam
penelitian ini (pasir laut dari
pantaiTanjung Karang) berada dalam daerah lV
yang
artinya
pasir
laut tersebut bergradasi sangat halus dengan modulus
halus butir 2.54.
Proses
pembakaran menggunakan tungku dengan dua tabung
sebagai sumber api. Setelah suhu
pembakaran
tercapai, api dibiarkan
konstan dengan cara mengontrol suhu api melalui kran tabung. Proses
perambatan
suhu digambarkan dalam Gambar 1. berikut :
Gambar 1. Hubungan antara Suhu dan Durasi Pembakaran
Hasil
pengamatan visual terhadap beton
pasel
bakar suhu 200'C,
belum menunjukkan
perubahan fisik yang signifikan. Pada suhu 500
oG,
beton mengalami retak rambut dan
perubahan warna menjadi keputih-
putihan. Retak-retak
yang terjadi semakin besar
pada pembakaran
beton
dengan suhu 800
oC
disertai dengan spalling
yang ditandai dengan adanya
bunyi ledakan
pada
saat
proses pembakaran berlangsung. Beton semakin
kelihatan
putih dan mudah rapuh-
Setelah beton mengalami
pendinginan
sera alami, dilakukan uji
tekan beton, berat volume dan modulus elastisitas.
Pada suhu 200
oC
terjadi kenaikan kuat tekan beton akibat terjadi
hidrasi lanjutan semen dengan uap air. Penurunan kuat tekan
pada
suhu
500
oC
dan 800
oC
kemungkinan besar disebabkan oleh
penguapan
air
bebas dalam
pori-pori kapiler
gel yang lebih kecil ukurannya tetapi terikat
lebih kuat karena migrasi molekul air
yang akan keluar terhalang sehingga
terjadi friksi dengan dinding
pori-pori beton
yang mengakibatkan timbulnya
retak mikro sehingga
porositas beton meningkat dan mengakibatkan kuat
tekan beton menurun. Kuat tekan beton
pasca
bakar
pada
suhu 200
"C,
500
oC
dan 800
oC
berturut- turut sebesar 31,764 MPa, 18,241 MPa dan 9,9
MPa atau mengalami
peningkatan 11,152
o/o
pada
suhu 200
oC
dan
penurunan 36,168
o/o
dan 65,356
o/o
pada suhu 500
oC
dan 800
oC.
Perilaku
Hubungan antara Suhu dan YVaktu
Pembakaran
250
200
-
Hm
;
5r0
50
0
200 4m 6m 800 !00
VlHrtu Pembakanan
{menit)
Votume
2 Nomor 2, Agusfus
20
beton
pada suhu tinggi
dalam
batas tertentu
dipengaruhi
oteh
jenis agregat-
Komposisi
mineral
"iir"g"t
mempengaruhi
kelangsungan
reaksi agregat
ffi;"p
temperatur
ti;d.
Tempeiatui
tinggi
menyeba.bkan
volume agregat
mengembang.
eenge;i:ngan
volume.a{r!gat
terjadi
pada strhu 200
oc'
tetapi
pasta semen
m"nddmi
penyusutan
. iada suhu
ruang
(27
"C)
angka
;;;gr"g"t
tebih
,*0""n
dibandingkan
pasta semen.
Perbedaan
tersebut
menyebabkan
terjadinya
retak beton'
lfubungan
antara
Suhu
mbakaran
dan Kuat Tekan
Beton
Pe
J3
830
ot 25
N0-
c
o20
,!
0-
{E
t
10
4
l_
E5
0
0
200
400
600
800
Suhu
Pembakann
(oC)
Gambar
2. Hubungan
antara
Suhu
Pembakaran
dan Kuat Tekan Beton
Fbbungan
antara
Suhu
Pembakaran
dan Perubahan
Kuat
Tekan
Beton
aa
;flo
:l_
v
.t'80
.cf,bUl
rqi
I
,srn ]
3rol
el
0- 20l
I
200
400
600 800
Suhu
Pembakaran
(oC)
Gambar
3- Hubungan
antara
Suhu
Pembakaran
dan Perubahan
Kuat Tetan
Beton
Berat
isi beton
menurun
seiring
dengan
kenaikan.
suhu
pembakaran
akibat
porositas
yang semakin
meningkat
sepertigambar
berikut'
72
l'bbungan antara Suhu
Pembakaran dan Berat lsiBeton
2400
,
2350
E
2300
E
-2250
P
E
zzoo
14
E 260
E
rt
zno
fi
2o5o
2000
o50
200 400 600 800 000
$.fu Pembakaran(oC)
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2006
Gambar 4. Hubungan antara Suhu Pembakaran dan Berat lsi Beton
Gambar 5. Hubungan antara suhu Pembakaran
dan Perubahan Berat lsi Beton
Dalam pengujian
modulus elastisitas, pada
benda uji dipasang dial
gauge
dan
pembebanan
dilakukan sedemikian' rupa sehingga perubahan
panjang
silinder (AL) bisa terbaca. Dari data perubahan panjang,
dapat
diketahui besamya regangan yang
tedadi (e
=
AUL). Modulus elastisitas
beton dihitung berdasarkan modulus sekan (E1),
SK-SNI-T-1S-1991-03 (E2
dan E3) dan ASTM C469 (E4). Keempat cara perhitungan
modulus
elastisitas memberikan nilai yang
berbeda
;
modulus sekan (E1)
dan
modulus elastisitas menurut ASTM c469 (E4)
memperlihatkan prosentase
perubahan yang
tidak
jauh
berbeda. Perubahan nilai modulus elastisitas
disebabkan persamaan yang
diberikan oleh ASTM menganggap bahwa
garis linear yang
terbentuk saat beton mengalami pembebanan
tekan aksial
dimulai ketika regangan mencapai 0.00005 sedangkan pada
modulus
sekan, garis
linear yang
terjadidiperhitungkan pada
titik nol saat beton mulai
lhbungan antara Suhu
Pembakaran dan Perubahan Berat
Volume Beton
o5
-t
o0
4=Y
sESor
iEU^
vv
irH
so
0-.tE
^-
moc
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2006
dibebani.
Perubahan
nilai modulus elastisltas
sama dengan
perubahan nilai
kuat tekan,
pada suhu 200
oC
mengalami
periingkatan tetapi
pada suhu
diatas
500
oC
mengalami
Penurunan.
Tabel 1. Modulus Elastisitas
Beton
Modulus Elastisitas
(MPa)
Suhu
("C) E1
E2
E3
264.980
Tabel 2. Prosentase
Perubahan
Modulus Elastisitas Beton
E4
84.319
27
200
Modulus
Elastisitas
(%)
Suhu
fC)
E1
E2
200 "c
4.955
2,683
+
modulus elastis
meningkat
modulus
elastisitas
menurun
lirbungan antara Suhu Pembakaran
dan
tlodulus
Eastisitas
Beton
30000
200 4s 600 8m om
$fu Pembd<anan
(oC)
Garnbar
6. Hubungan antara suhu Pembakaran
dan Modulus Elastisitas
Beton
_1
1
Flrbungan antara Suhu Pembakaran dan
Perubahan llodulus Eastbitas Beton
T
2AA 400 600 800
Suhu Pernbakaran
(oC)
Gambar 7. Hubungan
.antara
Suhu Pembakaran dan Perubahan Modulus
Elastisitas Beton
Berbeda dengan baja, modulus elastisitas beton berubah-ubah
menurut kekuatannya, Modulus elastisitas beton
juga
dipengaruhi oleh umur
beton,'sifat-sifat agregat dan semen, kecepatan
pembebanan;
jenis
dan
ukuran benda uji. Perilaku beton
pada suhu tinggi dalam batas tertentu
dipengaruhi oleh
jenis
agregat. Komposisi mineral agregat mempengaruhi
kelangsungan reaksi agregat terhadap temperatur tinggi. Modulus elastisitas
beton dipengaruhi oleh mutu agregat
(bahan-bahan) pembentuknya.
Semakin bagus kualitas agregat maka semakin bagus
pula /modulus
elastisitas agregat. Temperatur tinggi menyebabkan volume agregat
mengembang. Pada suhu ruang (27
'C) angka muai agregat lebih rendah
dibandingkan
pasta
semen. Perbedaan tersebut menyebabkan terjadinya
retak beton. Fenomena munculnya retak beton
juga
dipengaruhi oleh
kualitas agregat disamping
perbedaan tegangan antara suhu luar dan suhu
didalam inti beton.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Pada suhu tinggi, beton dengan agregat halus
pasir laut mengalami
penurunan kuat tekan, berat satuan
(kepadatan) dan modulus elastisitas
tetapi khusus
pada suhu 200
oC
mengalami'peningkatan kekuatan.
2. Beton dengan agregat halus
pasir laut
yang
dibakar
pada
suhu
>
500
oC
mengalami retak yang didikuti dengan terkelupasnya beton (spalling).
Saran
Diperlukan alat
pembakaran yang dilengkapi
pengukur dan
pengatur
suhu otomatis dan berkapasitas besar agar
perlakuan pembakaran
benda uji betul- betul terkontrol.
Dalam
pembuatan benda uji hendaknya dibuat dalam satu adukan
sehingga diperoleh mutu beton
yang seragam.
p0
o
5oo
o
I l:8o
i.\
fi Eoo
L&
-P
t!
an
rE
'-
tzo
IL
0
1.
Volume 2 Nomor 2, Agustus 2006
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2000, Petunjuk
Praktikum
Beton I, Fakultas Teknik
Universitas
Mataram, Mataram.
AMillah,
A', D', 2a00, Pengaruh
Pembakaran
terhadap
Kuat Tekan
Beton, Skripsi,
Universitas
Mataram.
Heiawati, L., 2AA2,
pengaruh
penggunaan
Pasir Laut Terhadap
Sifaf Befon, Skripsi, Universitas
Mataram.
Lianasaii, E., Angelina,
1999, Peilaku
& Rehabilitasi
Struktur Beton
pasca
Kebakaran,
tvtallUn
Mahasiswa
Teknik Universitas
Atmajaya'
Yogyakarta.
Noor, A.;
'1993, Pengaruh
Garam NaCl Pada Campuran
Adukan
Beton Terhadap
Kekuatannfa,
Majalah
Kalimantan
Science,
Universitas
Lambung Mangkurat
Banjarmasin
ASfM-Cgg-93a,
Sfanda rd Test Methode
for Compressive
Sfrengrf;
of Cytindrical
Cancrete
Specimens
Murdock,
L., J.; 1986,
Tata Cara Pembuatan
Beton, Erlangga'
Jakarta
Tjokrodimulio,K',lgg6,TeknologiBeton,Nafiri,Yogyakarta'
(usum",
G, 1994,
pedoman
pengeriaan
Beton Bertulang
Berdasarkan
SK SNt T-1*1991-03'
Erlangga,
Jakarta
Fintel, M., 1987, Buku Pegangan
Tentang Teknik
geton,
Cetakan
Pertama,
Pradnya Paramita,
Jakarta.
76

Вам также может понравиться