Вы находитесь на странице: 1из 4

1

CHANCROID
Oleh : Desi Ratnasari
1. Definisi
Chancroid atau ulkus mole adalah infeksi menular seksual yang ditandai
dengan ulkus pada daerah genetalia disertai pembengkakan kelenjar limfe inguinal
dan penanahan yang disebabkan oleh streptobacillus ducrey (haemophilus ducreyi),
bakteri tersebut mempunyai sifat mati pada suhu 50
0
C selama 1 jam dan mati
dengan antiseptik (Suwarni, 2011).
2. Etiologi
Chancroid disebabkan oleh bakteri gram negatif Haemophilus ducreyi.
Bakteri ini merupakan bakteri berbentuk batang pendek, ramping, dengan ujung
membulat (coccobasilus), anaerob fakultatif, non-motile, tidak membentuk spora,
mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan berukuran sekitar 1,5 m (panjang) da 0,2 m
(lebar). Basil seringkali berkelompok, berderet membentuk rantai (Streptobacillus)
pada pewarnaan Gram (Rook et al, 2011).
3. Insidensi
Penyakit ini bersifat endemik dan tersebar di daerah tropik dan subtropik,
terutama dikota dan pelabuhan. Selain itu dapat terjadi di daerah yang memiliki
sarana kesehatan yang kurang misalnya di Afrika, Asia, dan Karibia. Di Afrika
bagian selatan dan timur, dimana yang melakukan sirkumsisi agak rendah dan
prevalensi HIV yang tinggi.
4. Patofisiologi
Setelah bakteri masuk ke dalam tubuh lebih kurang 7 hari muncul pustula
yang kemudian pecah dan meninggalkan ulkus yang dalam. Luka infeksi
mengakibatkan kematian jaringan di sekitarnya. Penyakit ditularkan secara
langsung melalui hubungan seksual, predileksi pada genital, jari mulut dan dada.
5. Gambaran Klinis
Setelah masa inkubasi satu hingga dua minggu, chancroid atau ulkus mole
menimbulkan benjolan kecil yang kemudian menjadi borok/lesi dalam satu hari dan
2

benjolan berwarna abu-abu kekuningan serta jika dilukai atau dikikis misal dengan
kuku maka akan keluar darah, terasa nyeri yang sangat hebat.
6. Pemeriksaan
Adapun pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis chancroid adalah :
Pemeriksaan gram (Gram stain).
Spesimen diambil dari apusan eksudat ulkus. Eksudat diperoleh dari dasar
ulkus dengan cotton swab. dapat memperlihatkan basil gram negatif, pendek,
berantai, yang disebut dengan tampilan school of fish, namun, H. ducreyi sulit
dilihat pada apusan gram dan spesimennya sering mengalami kontaminasi
polimikrobial.
Metode kultur.
Ini merupakan metode diagnostik yang paling baik. H. ducreyi tidak dapat
dibiakkan pada medium rutin. Akan tetapi, dapat dibiakkan pada media khusus
yakni media yang diperkaya gonococcal agar dan Mueller-Hinton chocolate agar
atau Mueller-Hinton agar dibagian dasar, kemudian dibagian atasnya ditambah
dengan chocolate horse blood and isovitale X (MH-HBC). Selain itu, pada media
ini ditambahkan vancomycin hydrochlorida untuk menghambat pertumbuhan yang
berlebihan dari bakteri kontaminan. Organisme ini paling baik tumbuh pada suhu 33
oC 35 oC dengan kelembaban tinggi. Koloni-koloninya berwarna kuning keabu-
abuan dan nonmukoid.
PCR.
Ini adalah tes diagnostik yang merupakan gold-standart dan mempunyai
sensibilitas dan spesifisitas paling tinggi. Teknik PCR ini disebut juga dengan M-
PCR (multiplex polymerase chain reaction) yang melibatkan penambahan pasangan
primer multipel ke campuran reaksi dalam rangka memperbanyak sekuans DNA
lesi (Rook et al, 2011).
7. Diagnosa Banding
a. Herpes simplex
b. Ulkus durum atau sifilis primer
c. Limfogranuloma venereum
3

d. Granuloma inguinale
8. Penatalaksaan
a. Terapi sitemik
Pasien dengan ulkus genitalia sebaiknya diterapi dengan pengobatan sifilis
dan ulkus mole. Terapi pada granuloma inguinale diberikan pada area endemik dan
terapi limfogranuloma venerum sebaiknya diberikan jika ada pembesaran kelenjar
getah bening inguinal.
Azitromycin 1 gr, oral, single dose.
Seftriakson 250 mg dosis tunggal, injeksi IM.
Siprofloksasin 2x500 mg selama 3 hari.
Eritromisin 4x500 mg selama 7 hari.
Amoksisilin + asam klavunat 3x125 mg selama 7 hari.
Streptomisin 1 gr sehari selama 10 hari.
Kotrimoksasol 2x2 tablet selama 7 hari.
b. Terapi Topikal
Terapi lokal dilakukan dengan membersihkan dan mengkompres bubo untuk
mengurangi edema. Pemberian antiseptik seperti povidon yodium. Limfadenitis
tidak boleh diinsisi. Bila perlu diaspirasi untuk mencegah rupture spontan. Pasien
dengan bubo yang tidak berfluktuasi dan berespon baik terhadap antibiotik tidak
perlu dilakukan drainase pada lesinya (Suwarni, 2011).
9. Komplikasi
Jika ulkus membesar dapat menjadi Gian Chancroid pembesaran kelenjar limfe
Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan disekitarnya (Suwarni, 2011).
Menurut Adrew (2011), komplikasi lainnya yang dapat terjadi pada
penderita adalah mixed chancre, abses kelenjar inguinal, balanitis, fimosis,
parafimosis, fistula uretra dan faso sphiroketosis.
10. Prognosis
Prognosis chancroid atau ulkus mole adalah baik dan disarankan pasien dan
pasangannya diobati bersama-sama dan tidak melakukan aktivitas seksual sampai
lesi sembuh sempurna (Suwarni, 2011).
4

Daftar pustaka
Adrew, J. 2011. Tropical Dermatophatology. Bolognia : Tropical Series
Rook, H ; Filtzpatrick ; Holmes. 2011. Pediatric Dermatology. Bolognia : Tropical Series
Suwarni, D. 2011. Penyakit Kelamin: Ulkus Molle. Jakarta : DepkesRI press

Вам также может понравиться