Вы находитесь на странице: 1из 11

1

MEDIKOLEGAL

Medikolegal secara harafiah berasal dari dua pengertian yaitu medic yang
berarti profesi dokter dan legal yang berarti hokum. Sehingga batasan medikolegal
adalah ilmu hokum yang mengatur bagaimana profesi dokter ini dilakukan sehingga
memenuhi aturan-aturan hokum yang ada. Hal ini untuk mencegah penyelewengan
pelaksanaan professional medis maupun mengantisipasi dengan berkembang serta
lajunya ilmu-ilmu kedokteran yang tentunya terdapat hal-hal rawan terhadap hokum.

Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau prosedur penatalaksanaan dan
berbagai aspek yang berkaitan pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum.
Secara garis besar prosedur mediko-legal mengacu kepada peraturan perundang
undangan yang berlaku di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu
kepada sumpah dokter dan etika kedokteran.

LINGKUP PROSEDUR MEDIKO-LEGAL
Pengadaan visum et repertum,
Tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka.
Pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan dan pemberian
keterangan ahli di dalam persidangan,
Kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran,
Tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan Surat Keterangan Medik
Tentang fitness / kompetensi pasien untuk menghadapi pemeriksaan penyidik,

DASAR PENGADAAN VISUM ET REPERTUM (masa penyidikan)
PASAL 133 KUHAP

Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
2

pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya

Ps 133 (2-3) KUHAP:
Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan
secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk
pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat
Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada
rumah sakit harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan
terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilak
dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain
badan mayat.

PERMINTAAN VISUM ET REPERTUM
Menurut Pasal 133 KUHAP
wewenang penyidik
tertulis (resmi)
terhadap korban, bukan tersangka
ada dugaan akibat peristiwa pidana
Bila mayat :
identitas pada label
jenis pemeriksaan yang diminta
ditujukan kepada :
ahli kedokteran forensik
dokter di rumah sakit

SANKSI HUKUM BILA MENOLAK
PASAL 216 KUHP
3

Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu,
atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk
mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan sengaja
mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan tindakan guna menjalankan
ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau
denda palingbanyak sembilan ribu rupiah.

PEMERIKSAAN MAYAT UNTUK PERADILAN
PASAL 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

PERMINTAAN SEBAGAI SAKSI AHLI (masa persidangan)
PASAL 179 (1) KUHAP :
Setiap orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau
dokter atau ahli lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan

PASAL 224 KUHP :
Barangsiapa dipanggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang
dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban berdasarkan undang-undang yang harus
dipenuhinya,diancam : dalam perkara pidana, dengan penjara paling lama sembilan
bulan.

PEMERIKSAAN TERSANGKA
PASAL 66 KUHAP
Tersangka atau terdakwa tidak dibebani kewajiban pembuktian

4

PASAL 37 KUHAP
(2) Pada waktu menangkap tersangka atau dalam hal tersangka sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dibawa kepada penyidik, penyidik berwenang menggeledah
pakaian dan atau menggeledah badan tersangka.

PASAL 53 UU KESEHATAN
(3) Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan
medis terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan

PEMBUATAN VISUM ET REPERTUM
BAGI TERSANGKA (misalnya : VR psikiatris)

PASAL 120 KUHAP
(1) Dalam hal penyidik menganggap perlu, ia dapat minta pendapat orang ahli
atau orang yang memiliki keahlian khusus.

PASAL 180 KUHAP
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di
siding Pengadilan, Hakim Ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat
pula minta agar diajukan bahan baru oleh yang berkepentingan

KETERANGAN AHLI
PASAL 1 BUTIR 28 KUHAP :
Untuk Keterangan Ahli adalah keterangan yang diberikan seorang yang memiliki
keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara
pidana guna kepentingan pemeriksaan. (Pengertian K.A. secara umum atau generik)
Agar dapat diajukan ke sidang pengadilan sebagai upaya pembuktian, harus
dikemas dalam bentuk ALAT BUKTI SAH
5


ALAT BUKTI SAH

PASAL 183 KUHAP :
Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak
pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

PASAL 184 KUHAP :
Alat bukti yang sah adalah :
(a) Keterangan saksi, (b) Keterangan ahli, ( c ) Surat, (d) Petunjuk, (e)
Keterangan terdakwa

KETERANGAN AHLI DIBERIKAN SECARA LISAN

PASAL 186
untuk Keterangan ahli adalah apa yang seorang ahli nyatakan di sidang pengadilan.

PENJELASAN PASAL 186
untuk Keterangan ahli ini dapat juga sudah diberikan pada waktu pemeriksaan oleh
penyidik atau penuntut umum yang dituangkan dalam suatu bentuk laporan dan
dibuat dengan mengingat sumpah di waktu menerima jabatan atau pekerjaan (BAP
saksi ahli).

ALAT BUKTI SAH KETERANGAN AHLI KETERANGAN AHLI DIBERIKAN
SECARA TERTULIS
PASAL 187 KUHAP
Surat sebagaimana tesebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c , dibuat atas sumpah
jabatan atau dikuatkan dengan sumpah, adalah :
6

Untuk (c) surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan
keahliannya mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi
dari padanya.

ALAT BUKTI SAH SURAT PEJABAT YG BERWENANG MEMINTA VISUM
ET REPERTUM
PASAL 133 KUHAP : PENYIDIK
PASAL 6 (1) KUHAP :

Untuk penyidik adalah :
pejabat polisi negara republik indonesia
pejabat pns tertentu yg diberi wewenang khusus oleh undang-undang
yg membutuhkan visum et repertum adalah kasus pidana umum, sehingga
penyidiknya adalah polisi.
penyidik pns tidak berwenang meminta visum et repertum

PASAL 11 KUHAP :
untuk penyidik pembantu mempunyai wewenang seperti tersebut dalam pasal 7 (1),
kecuali mengenai penahanan yang wajib diberikan dengan pelimpahan wewenang
dari penyidik. untuk mendatangkan ahli atau meminta visum et repertum boleh
dilakukan penyidik pembantu. jadi, yang berwenang meminta visum et repertum
adalah : untuk penyidik polisi dan untuk penyidik pembantu polisi

PP NO 27 TAHUN 1983
PASAL 2 PP No 27 TAHUN 1983
(2) Penyidik adalah : a.Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang
sekurang-kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua polisi (Ajun Inspektur
Dua)

7

PASAL 3 PP No 27 TAHUN 1983
(2) Penyidik pembantu adalah :
a.Pejabat Polisi Negara RI tertentu yg sekurangkurangnya berpangkat Sersan Dua
polisi;
b.Pejabat PNS tertentu yg sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur Muda (golongan
II/a) atau yang disamakan dengan itu.

PASAL 2 (2) PP No 27 TAHUN 1983
(3) Dalam hal di suatu Sektor Kepolisian tidak ada pejabat penyidik sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) huruf a, maka Komandan Kepolisian yang
berpangkat bintara di bawah Pembantu Letnan Dua Polisi, karena jabatannya
adalah penyidik.

ARTINYA :
tidak semua polisi berpangkat pelda ke atas adalah penyidik
tidak semua polisi berpangkat sersan adalah penyidik pembantu
setiap kapolsek pasti penyidik jenjang kepangkatan polisi

DALAM PRAKTEK :
surat permintaan visum et repertum :
surat tertulis
surat resmi (kop surat, nomor, tanggal, alamat surat, isi, tandatangan, nama
jelas, pangkat, nrp, stempel dinas)
mengatas-namakan kapolsek (penyidik)

SEBAGAI PEJABAT ATRIBUTIF.
Penandatangan surat (pejabat mandat) boleh siapa saja yang secara organisatoris
berwenang mengatas namakan pejabat atributif.

8

KETENTUAN LAIN VER KORBAN HIDUP
Surat permintaan ver dapat terlambat :
korban luka dibawa ke dokter (rs) dulu sebelum ke polisi
spv menyebutkan peristiwa pidana yang dimaksud
ver = surat keterangan, jadi dapat dibuat berdasarkan rekam medis (rm telah
menjadi barang bukti sejak datang spv)
pembuatan ver tanpa ijin pasien, sedangkan skm lain harus dengan ijin.
Pasien / klien boleh tidak diantar petugas kepolisian, alasan :
korban luka dibawa ke dokter (rs) dulu sebelum ke polisi
tak ada peraturan yang mengharuskan adanya petugas pengantar korban
memang sebaiknya diantar petugas agar dapat dipastikan identitas korban dan
statusnya sebagai barang bukti
memang sebaiknya dilengkapi spv agar jelas statusnya sebagai barang bukti

AUTOPSI
TERDAPAT 3 JENIS AUTOPSI :
AUTOPSI ANATOMIS :
untuk pendidikan mahasiswa kedokteran.
dasar : uu kesehatan
AUTOPSI KLINIS :
untuk kepentingan diagnosis akhir
cara kematian : natural (sakit)
dasar : kesepakatan (hk. perdata)
AUTOPSI FORENSIK :
untuk kepentingan peradilan
cara & sebab kematian : belum diketahui
dasar : kuhap (hk. pidana)


9

AUTOPSI FORENSIK
PASAL 134 KUHAP
(1) Dalam hal sangat diperlukan di mana untukkeperluan pembuktian bedah
mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib memberitahukan terlebih
dahulu kepada keluarga korban.
(2) Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan sejelas-jelasnya
tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya pembedahan tsb.
(3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari keluarga atau
pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik segera melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undang-undang
ini.

APAKAH AUTOPSI FORENSIK DAPAT DIHALANG-HALANGI ?
PASAL 222 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
pemeriksaan mayat untuk pengadilan, diancam dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah

BAGAIMANA DENGAN PEMERIKSAAN FORENSIK BAGI KORBAN HIDUP?
dapatkah pemeriksaan forensik pada korban hidup dihalang-halangi? atau
bolehkah korban menolak pemeriksaan?
tidak ada peraturan perundang-undangan yang mengharuskan atau memberi
sanksi bagi pelanggarnya
korban adalah juga pasien yang masih memiliki hak autonominya (rights to
self determination)
(status barang bukti = bukan orangnya)



10

RAHASIA KEDOKTERAN
PASAL 1 PP No 10 TAHUN 1966
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran.

PASAL 2 PP No 10 TAHUN 1966
Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang yang tersebut
dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang sederajat atau lebih tinggi
dari pada PP ini menentukan lain.

PASAL 3 PP No 10 TAHUN 1966
Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1 ialah :
Tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang- Undang tentang tenaga kesehatan.
Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan pemeriksaan,
pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan

SUMPAH DOKTER :
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan
saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter
PASAL 2 UU tentang TENAGA KESEHATAN
Yang dimaksud dengan tenaga kesehatan dalam undang-undang ini adalah :
I. Tenaga Kesehatan Sarjana, yaitu :
a. dokter
b. dokter gigi
c. apoteker
d. sarjana-sarjana lain dalam bidang kesehatan

11

II. Tenaga Kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah
a. di bidang farmasi : asisten apoteker dsb.
b. di bidang kebidanan : bidan dan sebagainya
c. di bidang perawatan : perawat, fisioterapis dsb
d. di bidang kesehatan masyarakat : penilik kesehatan, nutrisionis dan lain
lain.
e. bidang-bidang kesehatan lain.

SANKSI BAGI PELANGGAR
PASAL 322 KUHP
(1)Barangsiapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena
jabatan atau pencahariannya, baik yang sekarang, maupun yang dahulu, diancam
dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak Rp 600.-
(2)Jika kejahatan dilakukan terhadap seorang tertentu, maka perbuatan itu hanya
dapat dituntut atas pengaduan orang itu.

PASAL 112 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja mengumumkan surat-surat, berita-berita atau keterangan
keterangan yang diketahui bahwa harus dirahasiakan untuk kepentingan negara, atau
dengan sengaja memberitahukan atau memberikannya kepada negara asing, kepada
seorang raja atau suku bangsa, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun

PASAL 4 PP No 10 TAHUN 1966
Terhadap pelanggaran ketentuan mengenai wajib simpan rahasia kedokteran yang
tidak atau tidak dapat dipidana menurut pasal 322 atau pasal 112 KUHP, menteri
kesehatan dapat melakukan tindakan administratip berdasarkan pasal UU
tentang tenaga kesehatan

Вам также может понравиться