Вы находитесь на странице: 1из 2

Otak Pecandu Seks Sama Aktifnya dengan

Pecandu Obat Terlarang


Rahma Lillahi Sativa - detikHealth
Minggu, 13/07/2014 08:54 WIB

Cambridge, Inggris, Sampai detik ini masih banyak yang belum percaya apakah ada orang-orang
yang bisa kecanduan pada perilaku seksual tertentu misal menonton film porno. Untuk
memastikannya, para ilmuwan pun mencoba 'membongkar' dan mempelajari kondisi otak beberapa
orang.

Tim peneliti dari University of Cambridge melakukan scan otak dengan fMRI (functional magnetic
resonance imaging) pada 19 pria. Enam di antaranya terobsesi menonton video porno hingga
mempengaruhi kehidupan dan mengabaikan pekerjaannya.

fMRI digunakan peneliti untuk mengamati perubahan aktivitas otak yang disebabkan oleh kebiasaan
menonton video porno. Kemudian otak orang-orang ini dibandingkan dengan otak orang yang
mengidap perilaku seksual kompulsif serta orang sehat.

Di akhir studi ditemukan ada tiga bagian otak yang mengalami peningkatan aktivitas saat kesemua
partisipan diminta menonton video porno, yakni ventral striatum, dorsal anterior cingulate dan
amygdala. Ini persis dengan yang terjadi pada otak pecandu obat-obatan.

"Bisa dikatakan ini studi pertama yang berhasil membongkar otak orang-orang yang punya perilaku
seks melebihi normal seperti ini, tapi kita belum bisa memastikan apakah itu kecanduan atau
bukan," ujar peneliti, Dr Valerie Voon seperti dikutip dari BBC, Minggu (13/7/2014).

Dr Voon belum bisa memastikan apakah karena ada peningkatan aktivitas di otak lantas orang-orang
ini jadi kecanduan seks atau perilaku ini adalah semata efek dari pornografi itu sendiri.

Temuan ini juga diamini Dr John Williams, kepala divisi ilmu saraf dan kesehatan mental dan yayasan
Wellcome Trust.

"Sejauh ini kebiasaan seperti menonton konten porno secara berlebihan, kebanyakan makan, tak
bisa berhenti berjudi itu masih tergolong sebagai perilaku kompulsif. Namun studi yang dilakukan Dr
Voon setidaknya mendorong kita untuk mencari tahu, mengapa kita cenderung mengulangi perilaku
yang jelas-jelas berpotensi merusak mental kita," katanya.

Di sisi lain, Dr Williams berharap bila studi tersebut ditindaklanjuti, bisa jadi para ilmuwan akan
menemukan bagaimana cara terbaik untuk menanggulangi tak hanya kecanduan seks, melainkan
juga kecanduan obat-obatan atau gangguan makan sekalipun.

"Termasuk kapan kita bisa mengintervensi mereka sehingga siklusnya bisa diputus di tengah jalan,"
tutupnya.

(lil/up)

Вам также может понравиться