Вы находитесь на странице: 1из 19

1

Analisa Urinalis dan Endurologi









Nama Kelompok :
1 Noveliana Naben
2 Martelda Anunut
3 Yayan Afriska
4 Theresia O Kheran
5 Dwi S Wijaya
6 Alexandre D Saliva


Prodi Ilmu Keperawatan S1
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kadiri

2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Urinalisa adalah suatu metode untuk mendapatkan bahan bahan atau zat zat yang
dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat kelainan pada urine.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit
ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi
(hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Sedangkan Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkanya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam saluran
kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit (perkutan).
Probe pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai energi hiraulik,
energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Analisa Urinalisa dan Tindakan Endourologi?
2. Apa tujuan dari Analisa Urinalisa dan Tindakan Endourologi?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Analisa Urinalisa dan Tindakan Endourologi
2. Mengetahui tujuan dari Analisa Urinalisa dan Tindakan Endourologi








3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
2.1.1 Analisa Urinalisa
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan
oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses
urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam
darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh.
Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana
komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju
kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti
urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin
berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang
proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap
kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa
mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih
atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di
dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin
dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan
untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang
dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung
gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-
obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang
"kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal
atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung
bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara
medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari
urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril. Urin
dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.
4


Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan
tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
2.1.2 Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkanya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung
kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi
kecil pada kulit (perkutan). Probe pemecahan batu dapat dilakukan secara
mekanik, dengan memakai energi hiraulik, energi gelombang suara, atau dengan
energi laser. Beberapa tindakan endourologi itu adalah:
1. PNL( Percutaneus Nephro Litholapaxy): yaitu mengeluarkan batu yang
berada didalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke
system kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau
dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
2. litotripsi: yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan
memasukkan alat pemecah batu (litotriptor) kedalam buli-buli. Pecahan batu
dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3. uretroskopi atau uretro-renoskopi: yaitu memasukkan alat uretroskopi
peruretram guna melihat keadaan ureter atau system pielo-kalises ginjal.
Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada didalam ureter maupun
system pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
uretroskopi/uretreorenoskopi ini.
4. ekstraksi Dormia: yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya
melalui alat keranjang dormia.
2.2 Tujuan
2.2.1 Analisa Urinalisa
Untuk menentukan infeksi saluran kemih, terutama yang berbau busuk
karena nitrit leokosit dan atau bakteri, menentukan kemungkinan gangguan
metabolisme misalnya diabetes melitus atau komplikasi kehamilan dan
menentukan berbagai jenis ginjal.
2.2.2 Endourologi
5


Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkanya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung
kedalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi
kecil pada kulit (perkutan). Probe pemecahan batu dapat dilakukan secara
mekanik, dengan memakai energi hiraulik, energi gelombang suara, atau dengan
energi laser.


















6


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisa Urinalis
Urialisis dapat meberikan informasi klinik yang penting. Urinalisis merupakan
pemeriksaan rutin pad sebagian besar kondisi klinis, pemeriksaan urin menangkup evluasi
hal-hal berikut:
1. Observasi warna dan kejernihan urin.
2. Pengkajian bau urin
3. Pengukuran keasaman dan berat jenis urin
4. Tes untuk memeriksa keberadaan protein, glukosa, dan badan keton dalam urin (masing-
masing untuk proteinuria, glukosuria, da ketonoria)
5. Pemeriksaan mikroskopik sedimen urin sesudah melakukan pemusingan (centrifuging)
untuk mendeteksi sel darah erah (hematuria), sel darah putih, slinder (silindruria), Kristal
(kristaluria), pus (piuria) dan bakteri (bakteriuria).
Cara Pengumpulan Sampel Urin adalah Pengumpulan sampel urin dilakukan
sewaktu bangun tidur pagi, karena specimen ini lebih pekat dan lebih besar kemungkinannya
untuk mengungkapkan abnormalitas. Spesimen tersebut dikumpulkan dalam wadah yang
bersih dan dilindungi terhadap kontaminasi bakteri serta perubahan kimiawai. Semua
specimen harus diseimpan dalam lemari pendingin. Karena jika dibiarkan dalam suhu kamar
urin akan menjadi alkalis akibat kontaminasi bakteri pemecah ureum dari lingkungan
sekitarnya.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit
ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi
(hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.



7


Contoh hasil tes saring pada urinalisis
No Pemeriksaan
kimia
Nilai rujukan Contoh abnormal Tes diagnosis antara lain
1 Kejernian jernih Keruh,berawan
gelap
Mungkin porfirin
2 Bau Tidak berbau Busuk,atau
amoniak
Sesuaikan dengan hasil
sedimen
3 Warna Kuning mudah Kuning tua coklat
Merah coklat
Tes faal hati
Tes faal hati
4 pH 4.5 8.0 < diet protein
asidosis
< diet sayur
alkalosis
pH darah kalau perlu
pH darah kalau perlu biakan
kuman

5 Berar jenis 1.010 -1.020 Pekat diabetes
melitus
Glukosa darah

3.1.1 Spesimen
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas. Sekresi
vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada pria dapat
mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel, dan
mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan sekitarnya.
Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa millimeter pertama
urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu membersihkan daerah genital
sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid harus memasukkan tampon yang bersih
sebelum menampung specimen. Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk
memperoleh spesimen yang tidak tercemar.
Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine sewaktu
cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari adalah yang paling
bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa asupan cairan yang lama,
sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami pemekatan.
Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin. Hindari
sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin. Jangan gunakan urin
yang mengandung antiseptik.
Lakukan pemeriksaan dalam waktu satu jam setelah buang air kecil.
Penundaan pemeriksaan terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat
mengurangi validitas hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam
8


setelah pengambilan spesimen. Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain :
unsur-unsur berbentuk dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat
dan fosfat yang semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan
mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami oksidasi bila
terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin turun, dan badan keton, jika
ada, akan menguap.
3.1.2 Pemeriksaan Makroskopik, Mikroskopik Dan Kimia Urin
Dikenal pemeriksaan urin rutin dan lengkap. Yang dimaksud dengan
pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan makroskopik, mikroskopik dan kimia urin
yang meliputi pemeriksaan protein dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan
pemeriksaan urin lengkap adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan
pemeriksaan benda keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
a. Pemeriksaan Makroskopik
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik : warna
dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih sampai sedikit
berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan urobilin. Intensitas
warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer hampir tidak berwarna, urine
pekat berwarna kuning tua atau sawo matang. Kekeruhan biasanya terjadi karena
kristalisasi atau pengendapan urat (dalam urine asam) atau fosfat (dalam urine
basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan oleh bahan selular berlebihan atau protein
dalam urin.
b. Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat
badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas
orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin dalam 24 jam
antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24
jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri.
Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti pemasukan
cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai efek diuretika.
Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan patologik seperti diabetes
mellitus, diabetes insipidus, hipertensi, pengeluaran cairan dari edema. Bila
volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini dikatakan oliguri.
9


Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -muntah, deman
edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah urin selama
24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan
ginjal. Jumlah urin siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih
banyak dari urin malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut
nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
c. Warna urin
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasikan
kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria), penyakit hati,
kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu juga dapat
mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar
protein dalam urin (proteinuria). Urin yang baru di kemihkan berwarna jernih.

Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen,
porfirin. Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit,
rhubab (kelembak), senna.
Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat
untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.
Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin.
Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).
Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu.
Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin, asam
homogentisat, indikans, urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat :
levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.
Seprti susu : Penyebab patologik : fosfat dan urat jumlah besar, getah prostat
protein yang membeku.
10


d. Bau urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah
bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol,
petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau
amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada
urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula
dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada
karsinoma saluran kemih.
3.1.3 Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan
sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran
kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang
segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen
dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan
penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang
dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB.
Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu
jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit.
Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan
dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen
dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal
dari sesuatu organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder,
potongan jaringan, sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari
sesuatu organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.
a. pH urin







11



Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan
saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung
pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 8,0. pH bervariasi
sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan,
lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi
hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit
gangguan keseimbangan asam-basa juga dapat mempengaruhi pH urine.
Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka
pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak
memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine,
seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang
hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat
menyebabkan terjadinya batu asam urat.

Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine :
pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih
(Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia),
terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi.
pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis
sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau
metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+),
terapi pengasaman.
b. Pemeriksaan glukosa
Pemeriksaan glukosa dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens
pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion cupri
menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu pada
urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti : galaktosa, fruktosa,
laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti streptomycin,
salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan dengan cara
reduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl,
sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
12


Juga cara ini lebih spesifik untuk glukosa, karena gula lain seperti
galaktosa, laktosa, fruktosa dan pentosa tidak bereaksi. Dengan cara enzimatik
mungkin didapatkan hasil negatip palsu pada urin yang mengandung kadar
vitamin C melebihi 75 mg/dl atau benda keton melebihi 40 mg/dl.
Pada orang normal tidak didapati glukosa dalam urin. Glukosuria dapat
terjadi karena peningkatan kadar glukosa dalam darah yang melebihi kepasitas
maksimum tubulus untuk mereabsorpsi glukosa seperti pada diabetes mellitus,
tirotoksikosis, sindroma Cushing, phaeochromocytoma, peningkatan tekanan
intrakranial atau karena ambang rangsang ginjal yang menurun seperti pada renal
glukosuria, kehamilan dan sindroma Fanconi.
c. Berat jenis urin
Pemeriksaan berat jenis urin dapat dilakukan dengan cara piknometer, carik
celup, dan urinometer. Yang lebih umum di gunakan adalah dengan carik celup,
namun pemeriksaan berat jenis urin dengan piknometer lebih teliti. Tingginya
berat jenis itu memberi kesan tentang pekatnya urin, jadi bertalian dengan faal
pemekat ginjal.
BJ urin 24 jam pada orang normal sekitar 1,016 1,022. Sedangkan BJ
urin sewaktu pada orang normal 1,003 1,030. Bila BJ urin sewaktu 1,025 atau
lebih sedangkan reduksi urin dan protein negatif, hal ini menunjukan faal
pemekatan ginjal baik. Dan bila BJ urin lebih dari 1,030 kemungkinan glukosuria.




Urin yang jumlahnya sedikit dapat diencerkan dengan aquadest, sedangkan
urin yang sangat sedikit Bjnya dapat ditentukan dengan alat refraktometer.
d. Pemeriksaan protein urin
Biasanya, hanya sebagian kecil protein plasma disaring di glomerulus yang
diserap oleh tubulus ginjal. Normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi
Gambar refraktometer
13


150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml
didefinisikan sebagai proteinuria.
Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan
fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging
dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin.
Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein
tinggi.
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi
albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang
disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi.
Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah
merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna Bromphenol biru,
yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terhadap globulin, protein
Bence-Jones, dan mukoprotein. Protein Bence Jones merupakan protein globulin
monoclonal yang dapat ditemui di dalam darah dan urin yang berukuran kecil
dengan berat molekul antara 22 hingga 24 kDa (kilo Dalton). Pada keadaan
normal, protein Bence Jones tidak ditemukan pada urin manusia. Jika protein
Bence Jones ditemukan pada urin seseorang, maka hal itu merupakan indikasi
bahwa orang tersebut menderita Multiple Myeloma yang dikenal juga dengan
nama Plasma Cell Myeloma atau Kahlers disease. Multiple myeloma merupakan
bentuk kanker dari sel-sel plasma dimana sel-sel yang abnormal akan
terakumulasi di tulang sehingga menyebabkan terjadinya lesi atau luka pada
tulang.



Adanya protein Bence Jones yang ditemukan pada urin digunakan sebagai
penegakan diagnosis awal atas seseorang yang menderita kegagalan ginjal sebagai
manifestasi dari penyakit Multiple Myeloma atau Kahlers disease. Ukurannya
14


yang kecil membuat protein Bence Jones dapat lolos dari proses penyaringan
(filtrasi) yang terjadi di ginjal. Keadaan ditemukannya protein di dalam urin
disebut proteinuria. Kadar protein yang tinggi di dalam urin atau adanya gejala-
gejala yang mengarah pada keadaan multiple myeloma merupakan dasar
dilakukannya pengujian (tes kuantitatif) protein Bence Jones.
Urine immunofixation adalah metode pengujian terbaik untuk mendeteksi
protein Bence Jones. Prinsipnya adalah mendeteksi melalui proses pengendapan
yang terjadi sebagai akibat dari terjadinya reaksi spesifik antara Antigen (dalam
hal ini adalah protein Bence Jones) dengan Antibodi. Pengendapan dapat dilihat
langsung dengan mata telanjang atau mikroskop.
3.2 Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkanya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam
saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Probe pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hiraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser. Beberapa tindakan
endourologi itu adalah:
a. PNL( Percutaneus Nephro Litholapaxy): yaitu mengeluarkan batu yang berada
didalam saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke system kalises
melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil.
b. litotripsi: yaitu memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat
pemecah batu (litotriptor) kedalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan
evakuator Ellik.
c. uretroskopi atau uretro-renoskopi: yaitu memasukkan alat uretroskopi peruretram
guna melihat keadaan ureter atau system pielo-kalises ginjal. Dengan memakai
energi tertentu, batu yang berada didalam ureter maupun system pelvikalises dapat
dipecah melalui tuntunan uretroskopi/uretreorenoskopi ini.
d. ekstraksi Dormia: yaitu mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjang dormia.

15


3.2.1 Pemeriksaan sistoskopi
Merupakan metode untuk melihat lanngsung uretra dan kandung kemih.
Alat sistokop, yang dimasukan melalui uretra ke dalam kandung kemih, memiliki
system lensa optis yang sudah ada pada alat itu sendiri sehingga akan meemberikan
gambar kandung kemih yang diperbesar dan terang. Sistoskop tersebut dapat
dimanipulasi untuk memungkinkan visualisasi uretra dan kandung kemih secara
lengkap selain visualisasi orifisium uretra dan uretra pars prostatika. Kateter uretra
yang halus dapat dimasukan melalui sistoskop sehingga ureterdan pelvis ginjal dapat
dikaji. Sistoskop juga memungkinkanahli urologi untuk mendapatkan spesimen urin
dari setiap ginjal guna mengevaluasi fungsi ginjal tersebut. Alat forceps dapat
dimasukkan melalui sistoskop untuk keperluan biopsi. Batu dapat dikeluarkan dari
uretra, kandung kemih dan ureter melalui sistoskop. Alat endoskop dimasukkan
dengan melihatnya secara langsung. Uretra dan kandunng kemih diinspeksi. Larutan
irigasi steril disemprotkan untuk menimbulkan distensi kandung kemih dan membilas
keluar semua bekuan darah sehinngga visualisasi menjadi lebih baik. Penggunaan
cahaya denngan intensitas tinggi dan lensa yang bisa ditukar-tukar memungkinkan
visualisasi yang sangat baik serta memudahkan pembuatan gambar-gambar yang diam
dan yang bergerak dari struktur ini. Sebelum melaksanakan prosedur pemeriksaan
dapat diberikan preparat sedativ. Anestesi topical local disemprotkan kedalam uretra
sebelum ahli urologi memasukkan alat sistoskop. Pemberian diazepam (valium)
intravena bersama dengan preparat anestesi topical uretra dapat diberikan. Sebagai
alternative lain dapat dilakukan anestesi spinal atau umum.
Setelah menjalani pemeriksaan sistoskopik, kadang-kadang penderita
kelainan patologik obstruktif mengalami retensi urin sebagai akibat dari edema yang
disebabkan oleh instrumentasi. Penderita hyperplasia prostat harus dipantau dengan
cermat akan adanya kemungkinan retensi urin. Pasien yang menjalani instrumentasi
traktus urinarus (yaitu, sistoskopi) perlu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dan
gejala infeksi urinarius. Edema uretra yang terjadi sekunder akibat trauma local dapat
menyumbat aliran urin, oleh karena itu pemantauan akan adanya tanda-tanda dan
gejala obstruksi pada pasien juga perlu dilakukan.
3.2.2 Brush biopsy ginjal dan uretra
Teknik brush biopsy akan menghasilkan informasi yang spesifik apabila
hasil pemeriksaan radiologi ureter atau pelvis ginjal yang abnormal tidak dapat
menunjukan apakah kelainan tersebut merupakan tumor, batu, bekuan darah atau
16


hanya artefak. Pertama-tama dilakukan pemeriksaan sistoskopik. Kemudian dipasang
kateter uretra yang di ikuti oleh tindakan memasukkan alat sikat khusus (biopsy
brush) melalui kateter tersebut. Kelainan yang dicurigai disikat maju mundur secara
teratur untuk mendapatkan sel-sel dan fragmen jaringan permukaan untuk
pemeriksaan analisis histology. Setelah prosedur pemeriksaan selesai dilakukan,
pemberian cairan infus dapat dilakukan untuk membersihkan ginjal dan mencegah
pembentukan bekuan darah. Urin dapat mengandung darah (yang biasanya menjadi
jernih dalam waktu 24-48 jam) akibat perembesan pada tempat penyikatan.
3.2.3 Endoskopi renal (nefroskopi)
Merupakan pemeriksaan dengan cara memasukkan fiberskop kedalam
pelvis ginjal melalui luka insisi (pielotomi) atau secara perkkutan untuk melihat
bagian dalam pelvis ginjal, mengelluarkan batu, melakukan biopsi lesi yang kecil dan
membantu menegakan diagnose hematuria serta tumor renal tertentu.
3.2.4 Biopsi ginjal
Bopsi ginjal dilakukan dengan menusukan jarum biopsi melalui kulit
kedalam jaringan renal atau dengan melakukan biopsi terbuka melalui luka insisi yang
kecil didaerah pinggang. Pemeriksaan ini berguna untuk mengevaluasi perjalanan
penyakit ginjal dan mendapatkan specimen bagi pemeriksaan mikroskopik electron
serta imunofluoresen, khususnya bagi penyakit glomerulus.Sebelum biopsi dilakukan,
pemeriksan koagulasi perlu dilakukan lebih dahulu untuk mengidentifikasi setiap
resiko terjadinya perdarahan pascabiopsi.
Prosedur, pasien dipuasakan selama 6 hingga 8 jam sebelum pemeriksaan.
Set infuse dipasang. Spesimen urin dikumpulkan dan disimpan untuk dibandingkan
dengan specimen pascabiopsi. Jika akan dilakukan biopsi jarum pasien diberitahukan
agar menahan nafas ketika jarum biopsi ditusukan. Pasien yang sudah dalam keadaan
sedasi di tempatkan dalam posisi berbaring telungkup dengan bantal pasir diletakan
dibawah perut. Kulit pada lokasi biopsy diinfiltrasi denngan preparat anestesi local.
Lokasi jarum dapat dipastikan melalui fluuoroskopi atau ultrasound dengan
menggunakan teknik khusus. Pada biopsi terbuka dilakukan insisi yang kecil didaerah
ginjal dapat dilihat secara langsung.
3.2.5 Pemeriksaan radio isotop
Merupakan tindakan noninvasive yang tidak mengganggu prosesfisiologik
normal dan tidak memerlukan persiapan pasien yang khusus. Preparat
radiofarmaseutikal disuntikan intravena. Pemeriksaan dilakukan dengan kamera
17


skintilasi yang ditempatkan disebelah posterior ginjal sementara pasien berada dalam
posisi telentang,telungkup atau duduk. Gambar yang dihasilkan (yang disebut
pemindai) menunjukan distribusi preparat radiofarmaseutikal didalam ginjal.
Pemeriksaan pemindai Tc menghasilkan informasi tentang perfusi ginjal dan sangat
berguna untuk menunjukan fungsi ginjal yang buruk. Pemeriksaan pemindai hippurate
memberikan informasi tentang fungsi ginjal.
3.2.6 Pengukuran urodinamik
Pengukuran urodinamik menghasilkan berbagai pemeriksaan fisiologik dan
structural untuk mengevaluasi fungsi kandung kemih serta uretra dengan mengukur :
a. Kecepatan aliran urin
b. Tekanan kandung kemih pada saat buang air kecil dan saat istirahat
c. Resitensi uretra internal
d. Kontras serta relaksasi kandung kemih
Tekanan abdominal , kandung kemih serta detrusor, aktivitas sfingter,
inervasi kandung kemih, tonus otot dan reflex sacrum dikaji. Berikut ini merupakan
pengukuran urodinamik yang paling sering dilakukan :
a. Uroflometri (kecepatan aliran) merupakan rekaman volume urin yang mengalir
melalui ureter per satuan waktu (ml/s)
b. Sistometrogram merupakan rekaman grafik tekanan dalam kadung kemih (intra
vesikal) pada berbagai fase pengisian dan pengosongan kandung kemih
untukmengkaji fungsinya. Selama prosedur pemeriksaan dilakukan, jumlah cairan
yang dimasukan dan dikeluarkandari kandung kemih disamping rasa penuh pada
kandung kemih dan keinginan untuk buang air kecil harus dicatat. Kemudian semua
hasil ini dibandingkandengan tekanan yang diukur dalam kandung kemih selama
pengisian kandung kemih dan berkemih. Pertama-tama pasien diminta untuk
berkemih, dan dokter mengamati lamanya waktu yang diperlukan untuk memulai,
ukuran, kekuatan serta kontinuitas aliran urin, dan derajat mengajan serta adanya
hesitancy. Kateterretensi dimasukan melalui uretra kedalam kandung kemih.
Volume sisa diukur dan kateter tersebut dibiarkan pada tempatnya. Kateter uretral
dihubungkan dengan manometer air, dan larutan steril dibiarkan mengalir kedalam
kandung kemih dengan kecepatan biasanya 1 ml/s. pasien memberitahukan dokter
pada saat terasa ingin buang air kecil, dan pada saat kandung kemih terasa penuh.
Derajat pengisian kandung kemih pada kedua situasi ini dicatat. Tekanan diatas
18


tingkat nol pada simfisis pubis diukur, dan tekanan serta volume dalam kandung
kemih diukur serta dicatat.
c. Profil tekanan uretra mengukur resitensi uretra disepanjang uretra. Gas dan cairan
dimasukkan melalui sebuah kateter yang ditarik keluar sambil mengukur tekanan
disepanjang dinding uretra.
d. Sistouretrogram memungkinkan visualisasi uretra dan kandung kemih yang dapat
dilakukandengn penyntikan retrograd atau dengan mengeliminasi media kontras.
e. Pada voiding cystourethogram, kandung kemih diisi dengan media kontras dan
pasien berkemih sementara foto-foto spot dibuang dpengn cepat. Ada tidaknnya
refluks vesikouretral atau kelainan congenital pada traktus urinarius inferior dapat
diperlihatkan. Voidingcystourethrogram juga digunakan untuk menyelidiki
kesulitan dalam pengosongan kandung empedu dan inkontinensia.
f. Elektromiografi meliputi penempatan elektroda dalam otot dasar panggul dan
fingter ani untuk mengevaluasi fungsi neuromuskuler traktus urinarius inferior.















19



BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan
diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit
ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah
tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum.
Tindakan endourologi adalah tindakan invasive minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian
mengeluarkanya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung kedalam
saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada kulit
(perkutan). Probe pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik, dengan memakai
energi hiraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama mahasiswa
keperawatan dan semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam berbagai
diskusi dan forum terbuka.

Вам также может понравиться