Вы находитесь на странице: 1из 14

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROGRAM STRATEGI


DOTS (DI RECTLY OBSERVED TREATMENT SHORTCOURSE) PADA
PENGOBATAN TUBERCULOSIS DI KABUPATEN SLEMAN



Naskah Publikasi
Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat
Sarjana Keperawatan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta









HAPANDI RUDI CHANDRA
20090320096





PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
ii

LEMBAR PENGESAHAN

Naskah Publikasi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROGRAM STRATEGI
DOTS (DI RECTLY OBSERVED TREATMENT SHORTCOURSE) PADA
PENGOBATAN TUBERCULOSIS DI KABUPATEN SLEMAN

Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal
15 Juni 2013

Oleh
HAPANDI RUDI CHANDRA
NIM 20090320096


Pembimbing
Sri Tasminatun, M.Si.,Apt (..)
Penguji
Titih Huriah, Ns.,M.Kep.,Sp.Kom (..)


Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(dr. Ardi Pramono, Sp.An.,M.Kes)
iii

PERNYATAAN

Dengan ini selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Nama : Hapandi Rudi Chandra
NIM : 20090320096
Judul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Program Strategi DOTS Pada
Pengobatan Tuberculosis Di Kabupaten Sleman

Setuju/tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian yang disusun oleh yang
bersangkutan dipublikasikan dengan/tanpa*) mencantumkan nama pembimbing
sebagai co-author.

Demikian harap maklum.

Yogyakarta, 31 Juni 2013

Pembimbing Mahasiswa


Sri Tasminatun M.Si.,Apt. Hapandi Rudi Chandra

*) Coret yang tidak perlu

iv

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Program Strategi DOTS (Directly
Observed Treathment Shortcourse) Pada Pengobatan Tuberculosis di
Kabupaten Sleman

Hapandi Rudi Chandra
1
, Sri Tasminatun M.Si.,Apt
2
Karya Tulis Ilmiah, Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

INTISARI

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan dunia
terutama bagi negara-negara berkembang karena dapat mengancam kehidupan.
Sleman merupakan salah satu daerah dengan prevalensi TB yang tinggi di DIY.
Salah satu upaya untuk menangani dan memberantas penyakit TB adalah dengan
strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse), dimana fokus utama
DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi Strategi DOTS dalam
pengobatan TB di Kabupaten Sleman.
Penelitian ini menggunakan metode survei analitik atau sering disebut
explanatory study dengan pendekatan cross sectional. Responden dalam
penelitian ini adalah petugas TB di seluruh Puskesmas Kabupaten Sleman dan
penderita TB yang tercatat di Puskesmas sedang dalam masa pengobatan. Data
yang diperoleh dari kuesioner dianalisa secara bertahap dengan menggunakan uji
korelasi pearson dan uji regresi linier.
Hasil penelitian terhadap angka kesembuhan TB menunjukkan bahwa
variabel faktor sarana dan penderita berpengaruh terhadap angka kesembuhan TB
dengan taraf signifikansi 0,000. Faktor sarana berpengaruh terhadap angka
kesembuhan TB dengan signifikansi 0,000, sedangkan faktor penderita
berpengaruh terhadap angka kesembuhan TB dengan signifikansi 0,001. Adapun
faktor keluarga tidak ada hubungan yang bermakna terhadap angka kesembuhan
TB di kabupaten sleman dengan taraf signifikansi (p values=0,476).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor sarana memiliki pengaruh
yang dominan terhadap keberhasilan Strategi DOTS pada pengobatan TB di
Kabupaten Sleman.

Kata Kunci : Strategi DOTS, sarana, penderita, keluarga

1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhahammadiyah Yogyakarta.
2
Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.

v

Factors of the Influence Program DOTS (Directly Observed Treathment
Shortcourse) Strategy at Cure of Tuberculosis in District Sleman

Hapandi Rudi Chandra
1
, Sri Tasminatun M.Si.,Apt.
2
Faculty of Medicine and Science Muhammadiyah University of Yogyakarta

ABSTRACT

Tuberculosis (TB) is one of the world's health problems, especially for
developing countries because it can be life threatening. Sleman is one of the areas
with a high prevalence of TB in the province. One effort to address and eradicate
TB is the DOTS strategy (Directly Observed Treatment Shortcourse), where the
main focus is the discovery and healing DOTS patients. The purpose of this study
was to determine what the factors influence DOTS strategy in the treatment of TB
in Sleman.
This study used a survey method was often called analytic or explanatory
study with cross sectional approach. Respondents in this study were TB officers in
all health centers and Sleman district TB patients were registered at the health
center in the treatment period. Data obtained from the questionnaire and analyzed
in stages by used Pearson correlation test and linear regression.
The results of the TB cure rate indicate that the variable means and patient
factors affect the TB cure rate with a significance level of 0.000. Means factors
affect TB cure rate with significance 0.000, while the patient factors influence the
TB cure rate with significance 0.001. The family factor no meaningful
relationship to the TB cure rate in District Sleman (p values = 0.476).
Conclusion of this study is means factor has particularly dominant
influence to success DOTS strategy at cure of TB in District Sleman.

Keywords: DOTS strategy, means, patients, families.


1
Nursing Student, School of Nursing, Faculty of Medicine, Muhammadiyah University
of Yogyakarta
2
Lecture at Faculty of Medicine and Science, Muhammadiyah University of Yogyakarta
1

PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan dunia
terutama bagi negara-negara berkembang karena dapat mengancam kehidupan.
Penyakit ini disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan
penyakit TB dapat terjadi secara langsung dari orang ke orang melalui percikan
dahak yang mengandung kuman Mycobacterium tuberculosis, terisap oleh orang
sehat melalui jalan napas dan kemudian berkembangbiak di paru. Berdasarkan
cara penularan ini, TB paru dimasukkan dalam golongan airbone disease.
1
TB merupakan problem kesehatan dunia yang utama dan dianggap penting
karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis
2
. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif
secara ekonomis (15-50 tahun), ditambah lagi dengan munculnya epidemi
HIV/AIDS di dunia yang dapat meningkatkan jumlah penderita TB di dunia
3
.
Menyikapi hal tersebut pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai
kedaruratan dunia (global emergency).
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Indonesia berada pada urutan ke-8 di dunia yang sebelumnya berada pada urutan
ke-3 setelah India dan China
4
. TB di Indonesia adalah 285 per 100.000 penduduk
dengan insidensi 189 per 100.000 penduduk
5
.
Sleman menjadi salah satu daerah yang mempunyai prevalensi yang cukup
tinggi. Tahun 2009 jumlah kasus dengan BTA positif yang diobati sebanyak 146
kasus, jumlah yang dinyatakan sembuh sebanyak 121 kasus, dengan demikian
jumlah kasus yang telah sembuh sebesar 81,88%. Tahun 2010 angka kesembuhan
mencapai 219 kasus (79,3%). Namun pada tahun 2011 angka kesembuhan
mencapai target yakni lebih dari 85% (89,84%).
Salah satu upaya untuk menanggulangi dan memberantas masalah TB
adalah dengan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) yakni
suatu strategi yang lebih menekankan pada pengawasan langsung terhadap
penderita TB baik oleh keluarga maupun petugas TB. Fokus utama Program
Strategi DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien. Keberhasilan program
penanggulangan TB tidak lagi dilihat dari banyaknya penderita yang berhasil
2

dijaring namun telah bergeser kearah seberapa besar kasus penderita dapat diobati
sampai sembuh.
Berdasarkan uraian diatas, Program Strategi DOTS pada penyakit TB
sangat penting untuk diteliti agar dapat mengetahui faktor apa saja yang
mendukung keberhasilan Program Strategi DOTS. Adapun tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Program Strategi
DOTS pada pengobatan TB di Kabupaten Sleman.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode survei analitik atau sering disebut
explanatory study, yaitu suatu tipe penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan
pengaruh dan menganalisa kecenderungan antara variabel-variabel penelitian
melalui pengujian hipotesa. Variabel dalam penelitian ini adalah Program Strategi
DOTS (dependent variable) dan faktor yang mempengaruhi seperti faktor sarana,
faktor penderita, dan faktor keluarga (independent variable).
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional yaitu suatu
penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor dengan efek,
dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu
saat (point time approach)
6
.
Populasi dalam penelitian ini adalah petugas TB dan penderita TB yang
ada di Puskesmas se-Kabupaten Sleman yang berjumlah 25 orang petugas TB
dan 152 orang penderita TB BTA positif yang terdaftar pada tahun 2011. Petugas
TB adalah petugas yang bertanggung jawab dan memegang masalah TB yang
menangani masalah tuberculosis dari penjaringan penderita sampai
pengobatannya. Sedangkan penderita TB adalah orang yang terdiagnosis TB
dengan BTA positif pada tahun 2012 dan masih dalam proses pengobatan pada
saat penelitian berlangsung. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive
Sampling. Penelitian ini berlangsung dari bulan Maret sampai April 2013.
Data yang diperoleh dari kuesioner diolah secara bertahap, yakni mulai
dari editing, coding, dataentry, dan cleaning. Data yang telah diolah sesuai
tahapan diatas selanjutnya dianalisa dengan melakukan uji hipotesis dengan
3

Correlate Perason dan Regresiion Linier. Analisis ini dapat dilakukan apabila
memenuhi syarat, yaitu nilai p value pada analisis bevariate (Korelasi Pearson)
adalah < 0,25
7
.

HASIL PENELITIAN
Analisis Univariate
Tabel 1. Karakteristik Data
Kategori N %
Sarana Baik
Cukup
Rendah
25 100
Penderita Baik
Cukup
Rendah
53 100
Keluarga Baik
Cukup
Rendah
31
22
58,5
41,5
Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor sarana di Kabupaten Sleman
adalah baik (100%).
Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor penderita di Kabupaten Sleman
adalah baik (100%).
Hasil analisa menunjukkan bahwa faktor keluarga di Kabupaten Sleman
cukup baik (41,5%) dan baik (58,5%).
Analisis Bevariate
Tabel 2. Hasil Uji Korelasi
r p values Arah Korelasi
Sarana
Penderita
Keluarga
0,623
0,546
0,100
0,000
0,000
0,476
+ (positif)
+ (positif)
+ (positif)
Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel sarana memiliki hubungan
yang kuat (r=0,623), dan secara statistik ada hubungan yang bermakna dengan p
values 0,000 dengan arah korelasi positif, dimana semakin baik faktor sarana
maka semakin baik pula angka kesembuhan TB di Kabupaten Sleman.
Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel penderita memiliki hubungan
yang cukup kuat (r=0,546), dan secara statistik ada hubungan yang bermakna
4

dengan p values 0,000 dengan arah korelasi positif, dimana semakin baik faktor
sarana maka semakin baik pula angka kesembuhan TB di Kabupaten Sleman.
Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel keluarga tidak memiliki
hubungan (r=0,100), dan secara statistic tidak ada hubungan yang bermakna
dengan p values 0,476, artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor
keluarga terhadap angka kesembuhan TB di Kabupaten Sleman.
Analisis Multivariate
Tabel 3. Hasil Uji Regresi Linier
Model R Square Sig.
1 Regresi
Sarana
Penderita
0,508 0,000
0,000
0,001
Hasil analisa menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R Square)
adalah 0,508, artinya bahwa 50,8% variasi dari angka kesembuhan TB di
Kabupaten Sleman bisa dijelaskan oleh variasi dari kedua variabel independen,
sedangkan sisanya dijelaskan oleh sebab-sebab yang lain.
Hasil analisa menunjukkan bahwa variasi kedua variabel independen
berpengaruh terhadap angka kesembuhan TB dengan signifikansi 0,000.
Hasil analisa menunjukkan bahwa variabel independen yang paling
berpengaruh terhadap angka kesembuhan TB di kabupaten Sleman adalah faktor
sarana dengan signifikansi 0,000.

PEMBAHASAN
Faktor Sarana
Sarana adalah segala sumber daya yang mendukung untuk tercapainya
sebuah tujuan, dimana apabila semakin baik sarana maka hasil yang dicapai juga
semakin baik. Sarana yang mendukung keberhasilan pengobatan TB yakni
meliputi edukasi petugas pelayanan kesehatan yang baik, tersedianya obat yang
cukup dan kontinyu, dan pemberian regimen OAT yang adekuat.
Edukasi merupakan bekal yang harus dimiliki seseorang dalam bekerja,
dimana dengan pendidikan seseorang dapat mempunyai suatu keterampilan,
pengetahuan serta kemampuan
8
. Pengetahuan, kemampuan serta keterampilan
5

yang tinggi dapat meningkatkan kemampuan kerja petugas TB dalam memberikan
pelayanan kepada penderita TB guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas
pelayanan kesehatan. Menurut Notoatmojo, bahwa pengetahuan berpengaruh
terhadap praktik yang dapat bersifat langsung atau melalui perantara sikap
9
. Hal
ini sesuai dengan penelitian Nurmala, sikap petugas berpengaruh terhadap
keberhasilan program penanggulangan TB
10
.
Edukasi petugas yang baik mempengaruhi kinerja petugas dalam
menemukan dan penyembuhan pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian Maryun,
bahwa pengetahuan berpengaruh terhadap kinerja petugas TB dengan p value
0,000
11
.
Ketersedian obat menjadi salah satu elemen penting dalam proses
pengobatan. Edukasi yang baik tanpa dilengkapi dengan ketersedian obat yang
cukup dan kontinyu akan menghambat petugas dalam mengobati pasien. Menurut
Amin dan Bahar, pengobatan tuberculosis memiliki dua prinsip dasar yakni,
bahwa terapi yang berhasil memerlukan minimal dua macam obat yang basilnya
peka terhadap obat tersebut dimana salah satu dari obat tersebut harus
bakterisisdik dan bahwa penyembuhan penyakit membutuhkan pengobatan yang
baik setelah perbaikan gejala klinisnya
2
.
Pemberian regimen OAT yang adekuat merupakan faktor pendukung
sarana yang baik, karena dengan pemberian OAT yang tepat dan benar akan
membuat proses pengobatan berjalan dengan baik dan lancar. Prinsip pengobatan
adalah 5B dan 1W, yakni benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara
pemberian, dan benar tempat masuknya serta waspada terhadap efek samping
obat. Adapun dalam prinsip pengobatan dengan menggunakan strategi DOTS
adalah directly, yakni penanganan secara langsung terhadap sumber penyakit.
Untuk mengetahui sumber penyakit TB, tentu diperlukan suatu pemeriksaan
mikroskopis untuk menentukan adanya kuman Mycobacterium tuberculosis.
Sehingga dengan pendeteksian yang cepat dan benar, maka pemberian regimen
OAT akan tepat dan adekuat.
Hasil diatas sesuai dengan hasil penelitian Hariadi dkk, bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara keterampilan petugas dan ketersedian sarana
6

dengan cakupan penderita TB Paru BTA positif di Kabupaten Bengkulu Utara
dengan signifikansi 0,000
12
. Penemuan penderita TB adalah salah satu indikator
keberhasilan pengobatan TB dengan strategi DOTS.
Faktor Penderita
Penderita merupakan elemen terpenting untuk bisa mencapai keberhasilan
pengobatan. Faktor penderita yang baik dapat dilihat dari 3 elemen, yakni
pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita TB. Pengetahuan merupakan
pemahaman seseorang terhadap sesuatu yang diperoleh dari pendidikan,
pengalaman, buku, internet, dll. Menurut Nurmala, orang yang berpengetahuan
baik mempunyai peluang yang lebih besar untuk sembuh dari pada orang yang
berpengetahuan rendah.
Pengetahuan menjadi elemen yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang baik sikap maupun perilaku. Menurut Azwar, sikap
merupakan komponen antara komponen-komponen pemikiran (kognitif), hal
perasaan (afektif), dan predisposisi tindakan (konatif) yang saling berinteraksi
dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek di lingkungan
sekitarnya
13
. Sikap patuh penderita dalam menjalani pengobatan memiliki peluang
untuk sembuh yang besar. Hal ini sesuai dengan penelitian Nurmala, sikap
penderita berpengaruh terhadap keberhasilan program penanggulangan TB dengan
signifikansi 0,001
10
.
Perilaku individu dipengaruhi oleh pengetahuan dan keyakinan, sikap
mental, tingkat kebutuhan, tingkat keterikatan dalam kelompok dan tingkat
kemampuan yang dimiliki individu
14
. Menurut Arifin, dikatakan bahwa felt
need (perasaan perlu akan sesuatu) itu mempengaruhi seseorang untuk bersikap
ke hal tersebut demand, dengan kata lain seseorang yang perlu untuk sembuh
akan berusaha mengikuti saran yang diberikan oleh petugas kesehatan
10
.
Menurut Nurmala, pengetahuan tidak akan berpengaruh terhadap
kesembuhan pasien apabila tidak ditindaklanjuti dengan sikap
10
. Pedoman
Nasional Penanggulangan TB mengatakan bahwa kerjasama antara pasien TB
dan petugas kesehatan sangat mempengaruhi sembuh atau tidaknya penderita,
dimana hal ini berkaitan dengan pengetahuan dan sikap penderita
3
.
7

Faktor Keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat memiliki hubungan yang
erat terhadap status kesehatan para anggotanya. Friedmen menyebutkan bahwa
keluarga memiliki fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan, yaitu fungsi untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki
produktivitas tinggi
13
. Keluarga menjadi sumber dukungan sosial dalam
menyelesaikan masalah kesehatan. Curona menyebutkan tipe dukungan keluarga
yang tersedia dalam keluarga adalah dukungan konkret, dukungan emosional,
dukungan informasi, dan dukungan penghargaan
14
. Dukungan keluarga sangatlah
penting terutama bagi pasien kronis.
Hasil uji hipotesa menunjukkan bahwa dukungan keluarga sebagai PMO
tidak berpengaruh terhadap angka kesembuhan TB dengan taraf signifikansi >0,05
(0,476). Tidak adanya hubungan antara dukungan keluarga terhadap kesembuhan
TB bisa disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya belum maksimalnya
kuesioner untuk faktor keluarga, informasi dukungan keluarga yang tidak didapat
langsung dari anggota keluarga pasien yang bersangkutan, dan masih rendahnya
reliabilitas untuk variabel faktor sarana. Dukungan keluarga sebagai PMO adalah
pandangan dan penilaian penderita TB terhadap interaksi dengan keluarga berupa
informasi, perhatian, dorongan, dan bantuan dari PMO sehingga memunculkan
kualitas hubungan yang dapat mempengaruhi kesembuhan penderita
14
.
Hasil diatas sesuai dengan penelitian Nugraha, bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara keluarga dengan keberhasilan pengobatan TB
15
. Meskipun
hasil menunjukkan tidak adanya hubungan antara faktor keluarga terhadap
keberhasilan pengobatan TB, namun yang terpenting adalah peran keluarga
sebagai anggota keluarga sangatlah penting kehadirannya bagi para anggotanya.
Oleh karena itu, peran dan fungsi keluarga menjadi sangat penting dalam
membentuk manusia yang sehat biopsikososial kultural.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dan analisis yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang paling
8

berpengaruh/dominan terhadap keberhasilan Strategi DOTS pada pengobatan TB
di Kabupaten Sleman adalah faktor sarana.
Untuk mempertahankan angka kesembuhan TB, maka peneliti
menyarankan dalam praktik keperawatan TB, perawat TB harus memaksimalkan
edukasi yang diberikan kepada penderita TB dan juga anggota keluarganya yang
menjadi PMO bagi penderita TB. Bagi kepala puskesmas perlu dilakukan
pemantauan program dan membantu memecahkan masalah yang yang ditemukan
petugas TB dalam menangani masalah TB. Disamping itu perlu adanya
bimbingan dan evaluasi pelaksanaan program TB khususnya di Puskesmas yang
angka kesembuhan TB masih dibawah 85%. Adapun untuk mendapatkan
keberhasilan Strategi DOTS yang maksimal, maka perlu bagi peneliti selanjutnya
untuk meneliti penelitian ini lebih lanjut dengan menambahkan variabel terikat
yakni penemuan penderita TB, mengingat fokus utama strategi DOTS adalah
penemuan dan penyembuhan pasien TB.

DAFTAR PUSTAKA
Nawas, A. (1990). Diagnosis Tuberculosis Paru. UPF Paru Bagian Pulmunologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Rumah Sakit Persahabatan,
Jakarta: CDK No.63.
Amin & Bahar. (2010). Tuberkulosis Paru Dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II (Ed 5). Jakarta: EGC.
Dep Kes RI. (2008). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberculosis (Ed. 2).
Jakarta.
Kemkes RI. (2012). Profil Data Kesehatan Indonesia Tahun 2011.
Jakarta:http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN
_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf
Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan (Ed. Rev). Jakarta: Rineka
Cipta
Dahlan, M. S. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Ed. 3. Jakarta:
Salemba Medika.
Jufri, Z. (2004). Kesiapan Sumber Daya Manusia Dalam Mewujudkan RSUD
Sungguminasa Kabupaten Gowa Sebagai Badan Pelayanan Kesehatan (Studi
Kualitatif). Masters thesis, Program Pascasarjana Universitas
Diponegoro.http://eprints.undip.ac.id/9379/
9

Widjanarko, B., Prabamurti, P. N., & Widayat, E. (2006). Pengaruh
Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Petugas PemegangProgram
Tuberkulosis Paru Puskesmas Terhadap Penemuan Suspek TB Paru Di
Kabupaten Blora.Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 1 / No. 1 / Januari
2006.
Nurmala. (2002). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Program Penanggulangan
TB Paru di Puskesmas Medan Helvetia. Program Sarjana Kesehatan
Masyarakat USU. Medan: USU Repository 2009.
Maryun, Y. (2007). Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Petugas
Program TB ParuTerhadap Cakupan Penemuan Kasus Baru BTA (+) di Kota
Tasikmalaya. Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
UNDIP.http://eprints.undip.ac.id/17492/1/YAYUN_MARYUN.pdf.
Hariadi, E., Iswanto, & Akhmad, RA. (2009). Hubungan Faktor Petugas
Puskesmas dengan Cakupan Penderita Tuberculosis Paru BTA
Positif.http://berita-kedokteran-
masyarakat.org/index.php/BKM/article/view/179
Dhewi, GI., Armiyati, Y., & Supriyono, M. (2012). Hubungan Antara
Pengetahuan, Sikap Pasien Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Minum Obat Pada Pasien TB Paru di BKPM
PATI.http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/
view/89/116
Istiawan, R., Sahar, J., & Bachtiar, A. (2006). Hubungan Peran Pengawas Minum
Obat Oleh Keluarga dan Petugas Kesehatan Terhadap Pengetahuan, Prilaku
Pencegahan dan Kepatuhan Klien TBC Dalam Konteks Keperawatan
Komunitas di Kabupaten Wonosobo. Jurnal Keperawatan Soedirman (The
Soedirman Journal of Nursing), Volume 1, No.2, November 2006
Hendiani, N., Sakti, H., & Widayanti, CG. (2013). The Relationships Between
Perceived Family Support As Drug Consumption Controller/ Pengawas
Menelan Obat (PMO)s and Self Efficacy of Tuberculosis Patients in BKPM
Semarang Region. Jurnal Psikologi, Volume 1, Nomer 1, Tahun 2012,
Halaman 94-105. http:/ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/empati.
Nugraha, YA. & Hilman, O. (2008). Pengaruh Keluarga Terhadap Keberhasilan
Pengobatan Tuberculosis di Balai Pengobatan Penyakit Paru-Paru
Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
http://publikasi.umy.ac.id/index.php/pend-dokter/article/view/4059/3387

Вам также может понравиться