Вы находитесь на странице: 1из 42

METODE ANALISIS

KEBUTUHAN OKSIGEN KIMIA, KOK (CHEMICAL OXYGEN


DEMAND, COD)
KOK / COD mg O
2
mengoksidasi zat-zat organik dalam
satu liter sampel air menggunakan K
2
Cr
2
O
7
atau KMnO
4
.
Angka COD ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat
organik yang secara alamiah dapat dioksidasi melalui proses
mikrobiologis dan mengakibatkan berkurangnya oksigen
terlarut di dalam air.
Melalui tes COD ini sebagian besar zat organik dioksidasi
oleh K
2
Cr
2
O
7
dalam keadaan asam yang mendidih optimum,
Ditambahkan Ag
2
SO
4
sebagai katalisator dan HgSO
4
untuk
menghilangkan gangguan klorida yang pada umumnya ada di
dalam air buangan.
Memastikan zat organik habis teroksidasi
setelah proses refluks: K
2
Cr
2
O
7
harus masih tersisa.
Sisa K
2
Cr
2
O
7
ditentukan melalui titrasi dengan ferro
ammonium sulfat (FAS), reaksi:

Titik akhir titrasi diamati menggunakan ferroin (hijau
biru menjadi coklat merah).
KEBUTUHAN OKSIGEN BIOKIMIAWI, KOB
(BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND, BOD)
KOB / BOD: suatu karakteristik yang menunjukkan
jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh
mikroorganisme untuk mengurai bahan organik dalam
kondisi aerobik.
Bahan organik siap terdekomposisi (readily
decomposable organic matter).
Nilai BOD menentukan beban pencemaran akibat air
buangan penduduk atau industri.

Penguraian zat organik proses oksidasi
alamiah, bakteri dapat menghabiskan oksigen
terlarut selama proses oksidasi kematian
ikan-ikan dalam air.
Selama biooksidasi, oksigen digunakan
oksidasi bahan organik dan proses sintesa dan
oksidasi sel mikroorganisme.
Zat organik / anorganik toksik (CN
-
, Cu) harus
dikurangi sampai batas yang diijinkan.

Kelemahan penentuan BOD:
Perlu waktu analisis cukup lama.
Diperlukan benih bakteri (seed) yang teraklimatisasi,
aktif, konsentrasi tinggi.
Perlu pretreatment sampel dari perairan yang
mengandung bahan toksik.
Efek atau pengaruh dari organisme nitrifikasi (nitrifying
organism) harus dikurangi.
BOD tetap menjadi parameter penting kualitas air, karena:
(1) Mengetahui kebutuhan oksigen untuk menguraikan bahan
organik secara biologi;
(2) Memperhitungkan ukuran fasilitas unit pengolahan limbah;
(3) Memperhitungkan efisiensi proses pengolahan limbah;
(4) Mengevaluasi kesesuaiannya dengan batasan yang
diperbolehkan bagi pembuangan air limbah.

Metode Analisis BOD
Prinsip: mengukur kandungan oksigen terlarut dalam sampel
awal (DO
i
) dan setelah diinkubasi selama 5 hari (DO
5
) pada
kondisi gelap dan suhu tetap 20
o
C [ tidak terjadi fotosintesis,
hanya terjadi proses dekomposisi oleh mikroorganime].
Selisih (DO
i
DO
5
) merupakan nilai BOD (mg/L).
Pengukuran oksigen dapat dilakukan dengan titrasi (metode
Winkler, iodometri) atau menggunakan DO-meter probe khusus.

Penting: masih ada oksigen tersisa pada
pengamatan hari kelima sehingga DO
5
tidak
nol. Bila DO
5
nol BOD tidak dapat
ditentukan.
Analisis BOD memerlukan kecermatan tertentu
mengingat kondisi sampel atau perairan yang
sangat bervariasi, diperlukan penetralan pH,
pengenceran, aerasi, atau penambahan
populasi bakteri. Pengenceran dan/atau aerasi
diperlukan agar masih cukup tersisa oksigen
pada hari kelima.
Lama inkubasi dan % bahan organik teroksidasi
Lama inkubasi vs % oksidasi
0
20
40
60
80
100
120
0 5 10 15 20 25
hari
% oksidasi
Terdapat pembatasan BOD yang penting sebagai petunjuk dari
pencemaran organik.
Ion logam toksik aktivitas bakteri terhambat BOD <
semestinya.
Analisis BOD metode Winkler-Alkali iodida azida, mengukur
berkurangnya O
2
sampel dalam botol tertutup, diinkubasi 5 hari
pada temperatur kamar.
Larutan pengencer: MgSO
4
, FeCl
3
, CaCl
2
dan buffer fosfat.
Penetapan kadar oksigen terlarut dengan metode Alkali iodida azida
menggunakan pereaksi MnSO
4
, H
2
SO
4
, dan alkali iodida azida,
dititrasi dengan natrium thiosulfat dan indikator amilum.
Cara Perhitungan COD dan BOD
Nilai BOD dapat diketahui setelah waktu inkubasi 5 hari, Nilai
COD segera diketahui setelah 1 atau 2 jam.
Jumlah total bahan organik diketahui melalui COD, tetapi nilai
BOD masih tetap diperlukan.
Mengetahui nilai BOD diketahui proporsi jumlah bahan organik
biodegradable gambaran jumlah oksigen yang akan terpakai
untuk dekomposisi di perairan dalam sepekan (5 hari)
mendatang.
Membandingkan nilai BOD dan COD diketahui jumlah bahan-
bahan organik yang lebih persisten di perairan.
TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS), TOTAL DISOLVED SOLID (TDS)
Air minum harus memenuhi syarat kuantitas, kualitas dan
kontinuitas.
Kualitas air bersih yang digunakan harus memenuhi syarat
secara fisik: jernih tidak berwarna, tidak berasa/tawar, tidak
berbau, temperatur normal dan tidak mengandung zat padatan
(TSS dan TDS), kimia: derajat keasaman, kesadahan,
kandungan oksigen, bahan organik (BOD, COD, dan TOC),
nutrien/hara, mineral atau logam, dan mikrobiologi:
mikroorganisme sebagai indikator.
Total Suspended Solid (TSS)
Padatan Tersuspensi Total (Total Suspended Solid) adalah residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel
maksimal 2m atau lebih besar dari ukuran partikel koloid.
kekeruhan pada air akibat padatan tidak terlarut dan tidak dapat
langsung mengendap.
partikel-partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari
sedimen, misalnya tanah liat, bahan-bahan organik tertentu, sel-sel
mikroorganisme, dan sebagainya.
tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan
berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan
dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik di suatu perairan.
dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS
memberikan kontribusi kekeruhan dengan membatasi penetrasi cahaya
untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan nilai kekeruhan tidak
dapat dikonversi ke nilai TSS.

Kekeruhan sendiri merupakan kecenderungan ukuran sampel untuk
menyebarkan cahaya. Sementara hamburan diproduksi oleh adanya
partikel tersuspensi dalam sampel.
Kekeruhan adalah murni sebuah sifat optik. Pola dan intensitas
sebaran akan berbeda akibat perubahan dengan ukuran dan bentuk
partikel serta materi.
Sebuah sampel yang mengandung 1.000 mg/L fine talcum powder
akan memberikan intensitas kekeruhan yang berbeda dengan sampel
yang mengandung 1.000 mg/L coarsely ground talc. Kedua sampel
juga akan memberikan intensitas kekeruhan yang berbeda dengan
sampel yang mengandung 1.000 mg/L ground pepper, meskipun tiga
sampel tersebut mengandung nilai TSS yang sama.
TSS berhubungan erat dengan erosi tanah dan erosi dari saluran
sungai. TSS sangat bervariasi, mulai < 5 mg/L s/d paling ekstrem
mencapai 30.000 mg/L di beberapa sungai. ukuran penting erosi di
alur sungai. Baku mutu air berdasarkan peraturan pemerintah No.82
tahun 2001, batas ambang dari TSS di sungai 50 mg/L.
Estimasi nilai TSS diperoleh dengan cara menimbang residu
kering dari hasil penyaringan menggunakan rumus:



A = berat kertas saring + residu kering (mg)
B = berat kertas saring (mg)
V = volume contoh (mL)
Padatan tersuspensi bisa bersifat toksik bila dioksidasi
berlebih oleh organisme sehingga dapat menurunkan
konsentrasi oksigen terlarut sampai dapat menyebabkan
kematian pada ikan.


L
mg
V
B A
TSS
1000 .

Total Dissolve Solid (TDS)


Total Dissolve Solid (TDS) yaitu ukuran zat terlarut (baik itu zat
organik maupun anorganik) yang terdapat pada sebuah larutan.
TDS menggambarkan jumlah zat terlarut dalam part per million
(ppm) atau sama dengan milligram per liter (mg/L).
Sesuai definisi diatas zat terlarut dalam air harus dapat melewati
saringan yang berdiameter 10 mikrometer.
Menjadi parameter kualitas air pada berbagai keperluan:
pertanian/perikanan dan industri.

Untuk larutan ionik mencerminkan konsentrasi ion (pengukuran
kualitatif), tetapi tidak menjelaskan pada jenis, sifat atau hubungan ion
serta tidak memberikan wawasan dalam masalah kualitas air yang
spesifik uji indikator untuk menentukan kualitas umum dari air.
Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari
pertanian, limbah rumah tangga, dan industri.
Unsur kimia yang paling umum adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium,
kalium dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul
atau aglomerasi dari ribuan molekul.
Kandungan TDS yang berbahaya adalah pestisida yang timbul dari
aliran permukaan.

Beberapa padatan total terlarut alami berasal dari
pelapukan dan pelarutan batu dan tanah.
Batas ambang dari TDS yang diperbolehkan di sungai
adalah 1000 mg/L. Peningkatan padatan terlarut
kematian ikan secara langsung, meningkatkan
penyakit dan menurunkan tingkat pertumbuhan ikan
serta perubahan tingkah laku dan penurunan
reproduksi ikan. Selain itu, kuantitas makanan alami
ikan akan semakin berkurang.

Metode yang sering digunakan dalam pengukuran TDS:
1. Gravimetri
pemeriksaan jumlah zat dengan cara penimbangan langsung
massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain.
transformasi unsur atau radikal kesenyawaan murni stabil
yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang
dengan teliti.
butuh waktu yang cukup lama. Adanya pengotor pada
konstituen dapat diuji dan bila perlu digunakan faktor-faktor
koreksi. Faktor paling penting: proses pemisahan harus cukup
sempurna sehingga kualitas analit yang ditimbang mendekati
murni.
2. Electrical Conductivity
Ion dari konsentrasi padatan terlarut dalam air menciptakan
kemampuan pada air untuk menghantarkan arus listrik yang
dapat diukur menggunakan conductivity meter.
Semakin banyak bahan (mineral logam maupun non logam)
dalam air maka hasil pengukuran akan semakin besar.
Sebaliknya, bila sangat sedikit bahan yang terkandung dalam air
maka hasilnya mendekati nol, atau disebut air murni.
Prinsip kerjanya dengan memberikan tegangan listrik pada dua
plat elektrode dalam larutan yang diukur, kemudian dengan
rangkaian pemprosesan sinyal akan mengeluarkan output yang
menujukkan besar konduktivitas/daya hantar listrik sampel air
tersebut.

ANALISIS FENOL
SNI 06-6989.21-2004 (Spektrofotometri 4-aminoantipirin)
Fenol diproduksi sebagai limbah kilang minyak, pabrik kokas, dan
dalam beberapa pabrik kimia.
Perairan alami biasanya mengandung kurang dari 1 g/L, tetapi
konsentrasi sampai dengan 20 g/L terjadi di beberapa daerah.
Tingkat konsentrasi 10 s/d 100 g/L fenol dapat dideteksi dengan
rasa dan bau.
Analisis fenol dalam air dan air limbah dapat menggunakan SNI 06-
6989.21-2004 (menggunakan aminoantipirin dan instrumen
Spektrofotometer).
Kisaran konsentrasi 0,005 mg/L s/d 0,1 mg/L 460 nm dan untuk
konsentrasi > 0,1 mg/L menggunakan 500 nm.
Prinsip: fenol dalam air akan bereaksi dengan 4-aminoantipirin pada
pH 7,9 0,1 dalam suasana larutan kalium ferri sianida membentuk
warna merah kecoklatan dari antipirin. Warna yang terbentuk diukur
absorbansinya pada panjang gelombang 460 nm atau 500 nm.
Reaksi:

Analisis Sulfida
SNI 6989.70_2009 (spektrofotometri biru metilen)
Sulfida (S
2-
) dalam air dan air limbah pada kisaran konsentrasi
0,02 mg/L sampai dengan 1,0 mg/L.
Prinsip: Sulfida bereaksi dengan ferri klorida dan dimetil-p-
fenilendiamina membentuk senyawa berwarna biru metilen,
pengukuran absorban terhadap 664 nm. Reaksi:

Analisis segera dilakukan setelah sampling, bila tidak
mungkin, maka contoh uji diawetkan.
Sebelum diawetkan, catat volume contoh uji (V1).
Pengawetan:
Wadah: Botol plastik (polyethylene ) / gelas.
Tambahkan 4 tetes seng asetat 2N per 100 mL dan
NaOH sampai pH > 9.
Lama Penyimpanan: 2 minggu.
Kondisi Penyimpanan: 4C 2C.
Alasan setting pH > 9 ?
Sulfida dalam air reaksi kesetimbangan :
S
2-
+ H
2
O OH
-
+ HS
-


OH
-
+ HS
-
+ H
2
O 2H
2
S + 2OH
-

Menaikkan pH menggeser kesetimbangan ke kiri
menekan lepasan sulfida dari sampel.
Analisis minyak dan lemak
SNI 06-6989.10-2004 Gravimetri
Analisis gravimetri minyak dan lemak dalam contoh uji air dan air
limbah.
Minyak mineral: minyak dari tambang minyak termasuk crude oil
dan fraksi-fraksi lainnya.
Termasuk penanganan emulsi tertentu, zat yang tidak menguap,
zat lain yang terekstraksi oleh pelarut dari contoh uji yang
diasamkan (senyawa belerang, pewarna organik dan klorofil).
Tidak dapat digunakan untuk mengukur fraksi yang mempunyai titik
didih < 70
o
C bila menggunakan pelarut trichlorotriflouroethane atau
bila menggunakan pelarut campuran n-hexana dan methyl tert
buthyl ether (8:2) pada titik didih di bawah 85C.
Metoda ini dapat digunakan untuk contoh uji yang mengandung
minyak dan lemak > 10 mg/L.
Minyak dan lemak dalam sampel diekstraksi dengan pelarut organik
menggunakan corong pisah. Untuk menghilangkan air yang masih
tersisa digunakan Na
2
SO
4
anhidrat. Ekstrak minyak dan lemak
dipisahkan dari pelarut organik secara destilasi. Residu pada labu
destilasi ditimbang sebagai minyak dan lemak.
Pengawetan sampel:
a) Asamkan dengan HCl 1:1 atau H
2
SO
4
1:1 pH 2 .
b) Contoh uji disimpan pada pendingin 4
o
C dengan waktu
simpan 28 hari.
Sumber gangguan:
a) Setelah ekstraksi, emulsi yang tak dapat dipisahkan diatasi
melalui sentrifugasi.
b) Penyerapan/pengeringan air dari ekstrak menggunakan Na
2
SO
4

dalam jumlah cukup, bila kapasitas pengeringan dari Na
2
SO
4

terlampaui, maka dapat melarutkan Na
2
SO
4
dan masuk ke dalam
labu. Setelah pengeringan, kristal Na
2
SO
4
akan terlihat dalam labu
menambah berat residu memperbesar hasil analisis.
c) Jika terlihat kristal dalam labu setelah pengeringan, larutkan lagi
minyak-lemak dengan 30 mL pelarut organik dan pindahkankan
pelarut melalui corong yang terdapat kertas saring yang telah
dibasahi dengan pelarut ke dalam labu bersih. Cuci labu pertama
sebanyak 2 kali, selanjutnya gabungkan semua pelarut dalam
labu yang baru, tangani sebagai contoh uji yang diekstrak.
Prosedur
a) Pindahkan sampel ke corong pisah, tambah 30 mL
pelarut organik.
b) Kocok dengan kuat selama 2 menit. Biarkan lapisan
memisah, keluarkan lapisan air.
c) Keluarkan lapisan pelarut melalui corong dg kertas
saring dan 10 g Na
2
SO
4
anhidrat (telah dicuci dengan
pelarut), ke dalam labu bersih yang telah ditimbang.
d) Jika ekstrak keruh (terdapat emulsi > 5 mL),
sentrifugasi 2400 rpm selama 5 menit. Pindahkan
ekstrak melalui corong dengan kertas saring dan 10 g
Na
2
SO
4
(telah dicuci dg pelarut), ke dalam labu bersih
yang telah ditimbang.
e) Gabungkan lapisan air dan emulsi sisa atau padatan
dalam corong pisah. Ekstraksi 2 kali lagi @ 30 mL
pelarut.
f) Ulangi langkah pada butir e) jika terdapat emulsi
dalam tahap ekstraksi berikutnya.

g) Gabungkan ekstrak dalam labu destilasi yang telah
ditimbang, termasuk cucian terakhir dari saringan dan
Na
2
SO
4
anhidrat dengan tambahan 10 mL sampai
dengan 20 mL pelarut.
h) Destilasi pelarut dalam penangas air pada suhu 85C.
i) Saat terlihat kondensasi pelarut berhenti, pindahkan
labu dari penangas air. Dinginkan dalam desikator
selama 30 menit pastikan labu kering dan timbang
sampai diperoleh berat tetap.

Perhitungan
Jumlah minyak-lemak dalam contoh uji:

Kadar minyak-lemak (mg /L) =

A: berat labu + ekstrak, mg;
B: berat labu kosong, mg.


uji contoh mL
x B A
. .
1000
Metode Pengambilan Sampel
Metode sampling air sungai berdasarkan composite sample:
1. Setelah alat pengambil sampel dipersiapkan, sampel diambil + 4 liter
kemudian dicampurkan ke dalam penampung sementara hingga merata,
titik kedalaman pengambilan sampel adalah satu meter di bawah
permukaan air dengan titik pengambilan sampel air untuk tiap lokasi yaitu
bagian kiri, tengah dan kanan badan air.
2. Pemeriksaan parameter yang dapat berubah dengan cepat (pH, suhu)
dilakukan langsung setelah pengambilan sampel kemudian dicatat.
3. Pemberian label sampel air, selanjutnya sampel di analisis di laboratorium.
4. Hasil analisa laboratorium kemudian digunakan untuk evaluasi Indeks
Pencemaran (IP).

Indeks Pencemaran menurut Kementrian Lingkungan Hidup (2006):




P
ij
= indeks pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi
dari Ci/Lij;
C
i
= konsentrasi parameter kualitas air (i) dari analisis cuplikan air
pada suatu lokasi pengambilan cuplikan di suatu alur sungai;
L
ij
= konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam
baku mutu suatu peruntukan air (j);
(C
i
/ L
ij
) m = nilai, C
i
/L
ij
maksimum
(C
i
/ L
ij
) R = nilai, C
i
/L
ij
ratarata
ij
i
ij
L
C
P
Kategori nilai PI adalah:
a. 0 < P
ij
< 1,0 = memenuhi baku mutu
b. 1,0 < P
ij
< 5,0 = cemar ringan
c. 5,0 < P
ij
< 10 = cemar sedang
d. P
ij
> 10 = cemar berat

Вам также может понравиться