Вы находитесь на странице: 1из 17

1

Referat
Insect Bite
Fitrianty Samantha Putri, S.Ked
Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
FK UNSRI/RSUP Mohammad Hoesin Palembang
2014

Pendahuluan
Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan
serangga disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan
Arthropoda.
1
Sebuah gigitan atau sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang
tersusun dari protein dan substansi lain yang memicu reaksi alergi kepada penderita.
Gigitan serangga juga mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang
tersengat. Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan
jumlah spesies hampir 80 % dari jumlah total hewan di bumi. Dari 750.000 spesies
golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia.
1

American Association of Poison melaporkan 42.620 kasus eksposur terhadap
serangga pada tahun 2007. Sekitar 200 kasus tersebut tercatat sebagai reaksi sedang
atau berat. Reaksi sedang didefinisikan sebagai tanda atau gejala yang lebih menonjol,
sedangkan reaksi utama adalah yang mengancam jiwa atau menimbulkan gejala sisa.
Sebuah penelitian di Zimbabwe memaparkan bahwa 1,5% pasien terkait dengan
paparan terhadap serangga termasuk gigitan dan sengatan. Sebagian besar dari mereka
ialah Arakhnida atau Hymenoptera.
1,4

Prevalensi insect bite atau gigitan serangga yang sama di seluruh dunia. Dapat
terjadi pada iklim tertentu dan hal ini juga merupakan fenomena musiman, meskipun
tidak menutup kemungkinan kejadian ini dapat terjadi disekitar kita. Prevalensi antara
pria dan wanita sama. Bayi dan anak-anak lebih rentan terkena gigitan serangga
dibanding orang dewasa. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit
ini yaitu terjadi pada tempat-tempat yang banyak serangga, seperti di perkebunan,
persawahan, dan lain-lain.
5,6

Kematian terkait gigitan serangga merupakan reaksi hipersensitivitas tipe
lambat, baik anafilaksis (dimediasi immunoglobulin E [IgE]) atau anafilaktoid (non-
IgE mediated) atau dari komplikasi akibat infeksi. US Centers for Disease Control
and Preventive memperkirakan dalam setahun, 90-100 kematian akibat anafilaksis
2

disebabkan oleh racun serangga. Pada pasien anafilaksis sekunder akibat racun
serangga, faktor risiko untuk peningkatan derajat keparahan reaksi termasuk usia tua,
penyakit kardiovaskular, pengobatan dengan golongan beta-adrenergic blocker atau
ACE inhibitor dan jenis serangga (lebah madu memiliki risiko tertinggi).
1

Serangga termasuk dalam filum Arthropoda. Arthropoda berasal dari bahasa
yunani arthro yang artinya ruas dan poda berarti kaki, jadi Arthropoda adalah hewan
yang mempunyai ciri utama kaki beruas-ruas.
2,3

Tujuan penulisan tinjauan pustaka ini untuk mengetahui definisi,
epidemiologi, patogenesis, klasifikasi insekta, gejala insekta, diagnosis serta
penatalaksanaan dan prognosis insect bite sehingga dapat memberikian tatalaksana
yang baik.

Etiologi
Insect bite disebabkabn oleh Arthropoda kelas insekta. Insekta memiliki
eksoskeleton yang keras, 3 pasang kaki dan tubuh bersegmen dimana kepala, toraks,
dan abdomennya menyatu.
1

Secara sederhana gigitan dan sengatan lebah dibagi menjadi 2 grup yaitu
Venomous (beracun) dan Non Venomous (tidak beracun). Serangga yang beracun
biasanya menyerang dengan cara menyengat, misalnya tawon atau lebah, ini
merupakan suatu mekanisme pertahanan diri yakni dengan cara menyuntikan racun
atau bisa melalui alat penyengatnya. Sedangkan serangga yang tidak beracun
menggigit dan menembus kulit dan masuk menghisap darah, ini biasanya yang
menimbulkan rasa gatal.
1,4

Ada 30 lebih jenis serangga tapi hanya beberapa saja yang bisa menimbulkan
kelainan kulit yang signifikan. Kelas Arthropoda yang melakukan gigitan dan
sengatan pada manusia terbagi atas 3 kelas.
2,4
Kelas Arachnida terbagi menjadi
Acarina, Araneae (Laba-Laba), Scorpionidae (Kalajengking), Kelas Chilopoda dan
Diplopoda, dan Kelas Insecta.
2,4







3

Klasifikasi Insecta Bite terbagi atas
2,4
:
1. Anoplura (Phtirus Pubis, Pediculus humanus, capitis et corporis)
2. Coleoptera (Kumbang)
3. Diptera (Nyamuk, lalat)
4. Hemiptera ( Kutu busuk, cimex)
5. Hymenoptera (Semut, Lebah, tawon)
6. Lepidoptera (Kupu-kupu)
7. Siphonaptera (Xenopsylla, Ctenocephalides, Pulex)

Klasifikasi Insect Bite
1. Anoplura

Gambar 1. P. Humanus capitis
4

Spesies dari ordo ini tergolong kutu penghisap dan biasanya ukuran tubuh lebih
besar dibandingkan kutu penggigit. Kutu ini tidak bersayap dan hidup sebagai
ektoparasit pada manusia. Pediculosis adalah gangguan pada rambut kepala yang
disebabkan oleh infeksi kutu rambut, yang disebut Pediculus Humanus Capitis atau
Pediculus hamnus var capitis (kepala kutu), P. humanus var corporis (badan kutu)
dan Phthirus pubis. Pediculosis telah dikenal sejak jaman dahulu dan ditemukan
kosmopolit (di seluruh dunia).
4

4


Gambar 2. Anoplura
4

Anoplura memiliki tiga famili yang sangat penting, berkaitan dengan bidang
veteriner dan manusia yaitu Haematopinidae, Linognathidae dan Pediculidae. Kutu
penghisap famili Haematopinidae, dengan ciri-ciri kepala memanjang dibelakang
antena, tulang belakang lebar dan ditandai adanya keeping parategral serta baris spina
pada tiap segmen abdomen. Kutu penghisap famili ini meliputi H. tuberculatus (pada
kerbau), H. suis (pada babi) dan H. quadripertusus yang menyerang genus
Haematopinus asini yang menyerang kuda, H. bufali dan sapi.
4

Gejala klinis yang ditimbulkan adalah iritasi karena garukan akibat rasa gatal
dan reaksi alergi. Pada saat menghisap darah atau cairan tubuh air liur diinjeksikan
kedalam luka untuk mencegah koagulasi darah manusia. Reaksi terhadap air liur kutu
mengakibatkan gejala iritasi. Reaksi peradangan kulit disertai dengan penebalan
epidermis dan peningkatan jumlah limfosit, monosit, sel mast, dan fibroblas jaringan.
Lesi-lesi pada kulit dapat menyebabkan infeksi sekunder. Diagnosa dapat ditegakkan
berdasarkan gejala klinis dan menemukan telur, nimfa dan kutu dewasa pada inang.
4



Gambar 3. Siklus hidup Anoplura
4

5

Gambar 4. Bleester beetle

Siklus hidup kutu rambut merupakan metamorfosis tidak sempurna, yaitu telur-
nimfa-dewasa. Telur akan menetas menjadi nimfa dalam waktu 5-10 hari sesudah
dikeluarkan oleh induk kutu rambut. Sesudah mengalami 3 kali pergantian kulit,
nimfa akan berubah menjadi kutu rambut dewasa dalam waktu 7-14 hari. Dalam
keadaan cukup makanan kutu rambut dewasa dapat hidup 27 hari lamanya.
4


2. Coleoptera










Ordo Coleoptera termasuk kedalam golongan animalia, phylum Arthropoda,
sub phylum mandibulata, kelas insekta, sub kelas pterigota dan masuk ke dalam
Endopterigota. Ordo Coleoptera merupakan ordo terbesar dari serangga-serangga dan
mengandung kira-kira 40% yang terkenal dalam hexapoda.
1
Ordo Coleoptera, diambil dari kata coeleos yang berarti seludang dan pteron
yang berarti sayap, maka dapat disimpulkan Coleoptera adalah serangga yang
memiliki seludang pada sayapnya. Empat puluh persen dari seluruh spesies serangga
adalah kumbang (sekitar 350.000 spesies), dan spesies baru masih sering ditemukan.
Terdapat tiga sub ordo meliputi Archostemata, Myxophaga, Adepagha, dan
polyphaga tetapi pada subordo Archostemata jarang dikenal karena termasuk
serangga primitif. Sedangkan pada Adepagha terdapat 8 famili dan Polyphaga
terdapat 115 famili, Myxophaga terdapat 4 famili.
2,3

Ordo Coleoptera sering disebut kumbang karena kebanyakan didominasi oleh
kelompok kumbang, dan memiliki sayap depan yang keras, tebal dan merupakan
penutup bagi sayap belakang dan tubuhnya. Sayap depan disebut elitron. Ketika
terbang sayap depan kumbang tidak berfungsi hanya sayap belakang yang digunakan
untuk terbang. Sayap belakang berupa selaput dan pada waktu istirahat dilipat
6

dibawah elitra. Tipe alat mulut kumbang yaitu tipe penggigit dan pengunyah,
kumbang juga memiliki kepala yang bebas dan kadng memanjang ke depan atau ke
bawah sehingga berubah menjadi moncong. Kumbng memiliki mata majemuk (facet)
besar, tanpa mata tunggal (ocellus). Abdomen memiliki 10 ruas dan pada daerah
sternum ruas-ruas tersebut tidak semua terlihat. Pada kumbang jantan, protoraks dan
mandibula kerapkali membesar dan digunakan unuk berkelahi.
2,3

Kumbang (ordo Coleoptera) mengalami metamorfosis sempurna mengalami
tiga tahap berbeda yang dimulai dari telur, larva (ulat), dan pupa (kepompong) hingga
menjadi dewasa. Siklus hidup pada ordo ini bervariasi lamanya dari empat keturunan
setahun sampai satu keturunan dalam beberapa tahun kebanyakan satu keturunan
dalam setiap tahun.
2,3
Walaupun kumbang tidak menggigit atau menyengat manusia,
banya spesies kumbang yang mengandung bahan kimia yang bisa menyebabkan kulit
melepuh. Walaupun beberapa kumbang mampu mengeluarkan bahan kimia, sebagian
besar kasus blister pada kumbang yang mengakibatkan dermatosis pada kulit adalah
hasil dari bahan kimia kumbang yang hancur terhadap kulit. Kumbang yang paling
terkenal menyebabkan dermatosis pada kulit adalah Lytta vesicatoria, yang
ditemukan di Eropa utara dan mengandung kimia Cantharidin. Cantharidin,
menyebabkan vesikulasi pada kulit, yang digunakan pada terapi kutil dan molluscum
contagiosum. Spesies lain pada kumbang, Paederus species jika terkena sengatannya
akan mengakibatkan dermatitis.
2

Coleoptera dapat ditemukan hampir di semua habitat, namun tidak diketahui
terjadi di lautan atau di daerah kutub. Interaksi mereka dengan ekosistem dilakukan
dengan berbagai cara. Mereka sering makan tumbuhan dan jamur, merusak
pertahanan binatang dan tumbuhan, dan memangsa invertebrata lain. Beberapa
spesies dimangsa, berbagai binatang seperti burung dan mamalia. Jenis tertentu
merupakan hama agrikultur, seperti kumbang kentang Colorado Leptinotarsa
decemlineata, kumbang tanaman kapas Anthonomus grandis, kumbang tepung merah
Tribolium castaneum, dan kumbang mungbean atau cowpea Callosobruchus
maculatus. Seperti contoh, coccinellidae ("ladybirds" atau "kumbang tutul") yang
mengkonsumsi aphid, hama pohon, thrips, dan serangga penghisap tanaman lainnya
yang menyebabkan kerusakan panen tanaman.
2,3




7

Gambar 5. Miasis pada kulit; nodul, furuncle. Lesi memiliki pusat
pori. Pada gambar yang kecil menunjukkan larva yang telah diekstrak.
3


3. Diptera
Diptera memiliki beberapa famili penting, yaitu : Culicidae (nyamuk),
Simulidae (lalat hitam), Ceratopogonidae (sandflies), dan Glossinidae (lalat tsetse).
Famili ini menimbulkan cedera kulit dari gigitan mereka, dan mereka juga secara
kolektif, bertanggung jawab untuk transmisi penyakit. Miasis pada kulit dapat
disebabkan oleh pengendapan larva lalat ke kulit yang bersih atau luka terbuka.
1

Culicidae (nyamuk) termasuk di dalam salah satu kelas Diptera. Famili
culicidae memiliki lebih dari 2000 spesies, kebanyakan dari mereka berperan
menularkan penyakit. Beberapa jenis nyamuk, termasuk anopheles, culex dan aedes,
merupakan vektor penyakit malaria, yellow fever dan demam dengue, filariasis dan
encepalitis virus. Gigitan nyamuk menyebabkan lesi papular dan gatal, wheal
dibentuk akibat respon terhadap saliva nyamuk untuk mencegah koagulasi. Gigitan
nyamuk mungkin dapat menyebabkan urtikaria, vesikel, eksim, atau granulomatosa.
Reaksi gigitan biasanya menghilang dalam beberapa hari.
2,3




Gigitan dari kelas Diptera seharusnya dibersihkan dengan sabun dan air untuk
menghindari infeksi sekunder. Steroid topikal dan antihistamin sistemik dapat
mengotrol pruritus. Cutaneous Myasis harus dilakukan pembedahan berupa eksisi
lokal larva dan jaringan sekitar. Cetirizine atau ebastine sebagai profilaksis untuk
menurunkan angka kejadian wheal dan gatal.
2,3





8

Gambar 6. Bedbug
2

4. Heminoptera



Dua famili Hemiptera yang memiliki gejala signifikan pada kulit, yaitu :
(1) Cimicidae, contohnya Cimex lectularius (kutu busuk) dan (2) Reduvidae,
contohnya Triatoma species (kissingbugs).
2,3

Cimicidae
Cimex lectularius adalah nokturnal yang tetap bersembunyi di siang hari di
celah bingkai foto, di belakang wallpaper atau tempat gelap lainnya. Gigitan
Cimex lectularius biasanya tidak terlalu sakit. Gigitan Cimex lectularius pada
kulit biasanya berkelompok dan akan menimbulkan reaksi bintik dan papula,
dan sering dengan pungtum hemoragik kecil yang bersifat sentral pada daerah
bekas gigitan. Reaksi bulosa pada gigitan Cimex lectularius juga mungkin
terjadi pada individu yang memiliki reaksi hipersensitivitas sudah pernah
dilaporkan. Bukti penularan penyakit ini pada sesama manusia masih belum
dapat dipastikan.
1

9

Gambar 7. Papular Urtikaria, gigitan Bedbug
1



Istilah (bedbug) ialah parasit pada manusia termasuk dalam famili cimicidae.
Bedbug ialah parasit nocturia karena menyerang pada malam hari dan bersembunyi
pada siang hari di tempat gelap. Setelah penderita tertidur di malam hari, parasit ini
keluar dari persembunyian untuk mencari darah. Mereka tertarik terhadap suhu hangat
dan karbondioksida pada penderita.
4

Gigitan bedbug biasanya tidak nyeri dan tidak disadari hingga jumlah gigitan
telah banyak. Gigitan biasanya multipel dan berkelompok berbentuk linear. Reaksi
akibat gigitan dari dapat berupa wheal dan papul, sering dengan bintik perdarahan
kecil di tengah lesi. Reaksi gigitan berupa bula dapat terjadi pada penderita
hipersensitivitas. Penatalaksanaan minimal akibat gigitan dan perawatan luka untuk
menghindari infeksi sekunder. Topikal antiseptik atau krim antibiotik berperan jika
terjadi infeksi sekunder. Pruritus pada penderita dapat diberikan topikal
kortikosteroid.
1,3


Reduviidae
Kissing bug atau assassin bug merupakan famili Reduviidae dan yang
terkenal dengan bentuk segitiganya yang terbentuk dengan bentuk khas
membran pada sayapnya. Semua Reduviidae memiliki mulut yang lancip
untuk menghisap darah. Kebanyakan spesies Reduviidae ini ditemukan di
Amerika, dan sedikit spesies Reduviidae ini ditemukan di Afrika, Asia, dan
Eropa. Reduviidae jika menggigit untuk pertahanan akan sangat sakit, tetapi
tidak terlalu sakit jika dipakai menggigit untuk makan (menghisap darah
manusia). Gigitan Reduviidae bisa terbentuk reaksi kulit berupa papul,
urtikaria, dan bullosa. Gigitan Reduviidae untuk pertahanan akan memberikan
reaksi lokal berat, seperti nekrosis dan ulserasi.
2,3

10

KissingBug merupakan famili dari reduvidia menyebabkan gigitan di daerah
dekat bibir sebagai predileksinya. Gigitan dapat menyebabkan efloresensi berupa
papul, urtikaria dan bula. Pertahanan gigitan dapat menyebabkan reaksi kutaneus
lebih parah termasuk nekrosis dan ulserasi.
3,4


5. Hymenopthera
Ordo dari hymenopthera memiliki beberapa famili diantaranya Apidae dan
Bombidae (lebah), dan Formicidae (semut). Banyak anggota dari ordo ini memiliki
kelenjar racun digunakan untuk pertahanan atau berburu. Disamping reaksi kutaneus,
sengatan Hymenopthera memiliki insiden tertinggi terhadap reaksi anafilaktik.
2,3

Semua jenis sengatan Hymenopthera disebabkan oleh serangga betina melalui
sebuah alat ovipositor atau egg-laying apparatus. Kebanyakan dari gigitan serangga
ini terjadi ketika mereka dalam keadaan terancam. Lebah madu akan mati setelah
menyengat mangsa karena mengeviserasikan sendiri sepasang kantung racun. Jarum
penyengat yang tertusuk di kulit setelah sengatan harus segera dicabut untuk
mencegah pemompaan racun lebih lanjut ke dalam kulit.
2,3

Fire ants (solenopsis invicta) dari brazil adalah spesies agresif dengan racun
berupa nonprotein, faktor hemolitik yang dikenal dialkylpiperidine, solenopsin D
yang menginduksi degranulasi sel mast. Sengatan semut ini menghasilkan inflamasi
hebat yang menimbulkan reaksi wheal and flare kemudian menjadi pustul steril dan
dapat progresif ke arah nekrosis lokal dan terbentuk skar. Individu yang hipersensitif
dapat mengalami reaksi bullosa.
2,3

Manifestasi Klinis sengatan Hymenopthera secara tipikal menghasilkan rasa
nyeri dan terbakar secara langsung diikuti reaksi eritematosa lokal hebat dengan
pembengkakan dan urtikaria. Reaksi Tipikal sengatan Hymenopthera menghilang
dalam beberapa jam. Bagaimanapun, banyak reaksi lokal hebat dapat terjadi termasuk
edema pada tempat sengatan dan indurasi dapat memanjang hingga 1 minggu. Cell-
mediated immune response diketahui juga terlibat dalam reaksi ini. Reaksi anafilaktik
mungkin dapat dibuktikan sebagai urtikaria generalisata, angioedema dan
bronkospasme.
2,3

Penatalaksanaan sengatan Hymenopthera tergantung dari derajat keparahan
reaksi. Reaksi kutaneus lokal yang ringan hanya membutuhkan aseptik lokal dan
injeksi anestesi lokal untuk mengontrol nyeri. Oral atau parenteral difenhidramin
dapat mengontrol urtikaria dan pruritus.
3

11

6. Lepidoptera








Gambar 8. Puss caterpillar
2

Ordo Lepidoptera merupakan ordo insekta terbesar kedua di dunia dan memiliki
lebih dari 100.000 spesies ulat, ngengat, dan kupu-kupu. Efek medis yang disebabkan
oleh ordo ini sering disebut lepidopterisme.
3
Banyak teori yang menjelaskan
mekanisme lepidoperisme mempunyai pengaruh terhadap mekanisme iritasi, injeksi
toxin dan meningkatkan hipersensitifitas kulit sehingga menimbulkan gatal,
kemerahan, berupa papul yang banyak.
4

Gambar 9. A. reaksi kulit ketika kontak dengan ulat. B. Megalopyge opercularis
2

Di Amerika, kelainan medis yang paling sering ditemui pada ulat seperti ekor
coklat ngengat kupu-kupu (Nygmia phoeorrhoea), puss caterpillar (Megalopyge
opercularis), saddleback caterpillar (Sibine stimulae), io moth caterpillar (Automeris
io), flanel ngengat kupu-kupu (Megalopyge crispata), Oklahoma puss caterpillar
(Lagoa crispata), Douglas fir tussock moth caterpillar (Orgyia pseudotsugata), buck
moth caterpillar ( Hemileuca maia), dan kupu-kupu ngengat (Norape cretata).
2

12


Gambar 10. Saddleback caterpillar
2


Kontak kutaneus dengan rambut dari ulat ini dapat menyebabkan dermatitis
pruritus di karakteristikkan dengan multipel papul eritematosa tersusun linear.
Megalopyge opercularis, yang menginjeksi racun melalui syringe-like hairs
berkapasitas menyebabkan nyeri lokal yang hebat dan menghasilkan karakteristik
pola train-track dari purpura pada lokasi sengatan. Penatalaksanaan untuk
lepidopterisme ialah simptomatik dengan antihistamin sistemik, topikal yang
mengandung menthol dan camphor serta kortikosteroid potensial sedang hingga tinggi
dapat digunakan untuk mengontrol pruritus. Steroid sistemik berguna pada reaksi
berat. Nyeri akibat sengatan Megalopyge membutuhkan oral atau parenteral analgesik
opioid.
3


7. Siphonaptera
Insekta dari ordo Siphonaptera tergolong ektoparasit penghisap darah
terutama pada stadium dewasa. Ektoparasit ini termasuk insekta tidak bersayap dan
mengalami metamorfosis sempurna. Bentuk tubuh pipih kedua sisi lateral dengan
sejumlah bulu (bristle) dan tampak jelas, warna bervariasi dari kuning kecoklatan
sampai gelap. Kutu adalah famili Siphonaptera, serangga pengisap darah kecil
bersayap dan mampu melompat hingga ketinggian 18 sentimeter.
2,3

13

Gambar 11. Papular urtikaria: gigitan kutu, gatal,
papul urtikaria, D < 1cm. Bila tergoresakan erosi,
krusta, urtikaria, pruritus, dan angioedema.
2





Tempat gigitan tungau yang biasanya terkena adalah daerah kaki, terutama pada
plantar di kulit surface, subungul atau periungal, terdapat juga di lengan tapi bisa juga
mengenai di berbagai regio di seluruh permukaan tubuh. Papul kemerahan secara
akan membesar lebih dari 1 minggu dengan diameter 4-10 milimeter. Kebanyakan
nodul berwarna putih atau kekuningan, terutama jika terkena di subungual, atau rasa
sakit dapat mencerminkan impetigo sekunder dan jarang terjadi limfangitis dan
septikemia. Gigitan tungau dapat berupa rasa nyeri dan gatal.
1


Gambar 12. Gigitan Tungau
2




14

Siklus hidup Siphonaptera termasuk metamorfosis sempurna dimulai dari
telur, larva, pupa dan dewasa. Bentuk telur ovoid, besar, licin, jernih dan berukuran
0,5 mm. biasanya kotoran diletakkan pada debu, kotoran atau pada tubuh host. Telur
menetas dalam 7-10 hari pada kondisi suhu optimal 25
o
C. Pada suhu 35
o
C-37
o
C
perkembangan telur lebih lambat.
4,5

Patogenesis
Saliva pada serangga dapat membantu dalam pencernaannya, menghambat
koagulasi, meningkatkan aliran darah pada tempat gigitan, atau menganestesi daerah
gigitan. Banyak lesi yang terjadi biasanya merupakan akibat dari respon imun
terhadap sekret insekta ini. Kebanyakan gigitan serangga bentuknya kecil dan hanya
menghasilkan luka tusuk superfisial.
1
Gigitan atau sengatan serangga akan menyebabkan kerusakan kecil pada kulit,
lewat gigitan atau sengatan antigen yang akan masuk langsung direspon oleh sistem
imun tubuh. Racun dari serangga mengandung zat-zat yang kompleks. Reaksi
terhadap antigen tersebut biasanya akan melepaskan histamin, serotonin, asam formic
atau kinin. Lesi yang timbul disebabkan oleh respon imun tubuh terhadap antigen
yang dihasilkan melalui gigitan atau sengatan serangga. Reaksi yang timbul
melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat dibagi dalam 2 kelompok :
Reaksi immediate dan reaksi delayed.
2

Reaksi immediate merupakan reaksi yang sering terjadi dan ditandai dengan
reaksi lokal atau reaksi sistemik. Lesi juga timbul karena adanya toksin yang
dihasilkan oleh gigitan atau sengatan serangga. Nekrosis jaringan yang lebih luas
dapat disebabkan karena trauma endotel yang dimediasi oleh pelepasan neutrofil.
Spingomyelinase D adalah toksin yang berperan dalam timbulnya reaksi neutrofilik.
Enzim Hyaluronidase yang juga ada pada racun serangga akan merusak lapisan
dermis sehingga dapat mempercepat penyebaran dari racun tersebut.
2








15

Diagnosis
Anamnesis
Kebanyakan pasien sadar dengan adanya gigitan serangga ketika terjadi reaksi
atau tepat setelah gigitan, namun paparannya sering tidak diketahui kecuali terjadi
reaksi yang berat atau berakibat sistemik. Pasien yang memiliki sejarah tidak
memiliki rumah atau pernah tinggal di tempat penampungan mungkin mengalami
paparan terhadap organisme, seperti serangga kasur. Pasien dengan penyakit mental
juga memungkinkan adanya riwayat paparan dengan parasit serangga. Paparan
dengan binatang liar maupun binatang peliharaan juga dapat menyebabkan paparan
terhadap gigitan serangga.
6

Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium jarang dibutuhkan. Pemeriksaan laboratorium yang
sesuai harus dilakukan apabila pasien mengalami reaksi yang berat dan membutuhkan
penanganan di rumah sakit atau dicurigai mengalami kegagalan organ akhir atau
membutuhkan evaluasi akibat infeksi sekunder, seperti selulitis.
6

Pemeriksaan mikroskopis dari apusan kulit dapat bermanfaat pada diagnosis
scabies atau kutu, namun tidak berguna pada kebanyakan gigitan serangga.
6

Pemeriksaan serologis mungkin berguna dalam menentukan infeksi yang
diakibatkan oleh vektor serangga, namun jarang tersedia dan membutuhkan waktu
yang lama untuk mendapatkan hasilnya.
6


Prognosis
Prognosis dari gigitan serangga tergantung jenis serangga serta racun yang
dimasukkannya ke dalam tubuh manusia. Dan apabila terjadi syok anafilaktik maka
prognosisnya bergantung dari penangan yang cepat dan tepat.
7









16

Diagnosis Banding
Reaksi yang diakibatkan oleh sengatan atau gigitan serangga kebanyakan menyerupai
erupsi kulit yang lainnya. Seperti yang dapat dilihat reaksi yang diakibatkan oleh serangga
menunjukkan adanya papul-papul.
6

Dibawah ini merupakan beberapa diagnosis banding dari reaksi akibat gigitan atau
serangan serangga antara lain :
1. Prurigo : Biasanya kronik, berbentuk papula/nodula kronik yang gatal. Mengenai
ekstremitas terutama pada permukaan anterior paha dan tungkai bawah.
6,7

2. Dermatitis Kontak : Jelas ada bahan-bahan kontaktan atau alergen, lesi sesuai dengan
tempat kontak.
6

























17

Ringkasan
Insect Bite atau gigitan serangga adalah kelainan akibat gigitan atau tusukan
serangga yang disebabkan reaksi terhadap toksin atau alergen yang dikeluarkan
artropoda penyerang. Prevalensinya sama antara pria dan wanita. Bayi dan anak-anak
labih rentan terkena gigitan serangga dibanding orang dewasa. Salah satu faktor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit ini yaitu terjadi pada tempat-tempat yang banyak
serangga, seperti di perkebunan, persawahan, dan lain-lain. Secara sederhana gigitan
dan sengatan lebah dibagi menjadi 2 grup yaitu Venomous (beracun) dan Non
Venomous (tidak beracun).
Reaksi yang timbul melibatkan mekanisme imun. Reaksi yang timbul dapat
dibagi dalam 2 kelompok : Reaksi immediate dan reaksi delayed. Reaksi lokal yang
biasanya muncul dapat berupa papular urtikaria. Papular urtikaria dapat langsung
hilang atau juga akan menetap, biasa disertai dengan rasa gatal, dan lesi nampak
seperti berkelompok maupun menyebar pada kulit. Papular urtikaria dapat muncul
pada semua bagian tubuh atau hanya muncul terbatas disekitar area gigitan. Pada
awalnya, muncul perasaan yang sangat gatal disekitar area gigitan dan kemudian
muncul papul-papul. Papul yang mengalami ekskoriasi dapat muncul dan akan
menjadi prurigo nodularis. Vesikel dan bulla dapat muncul yang dapat menyerupai
pemphigoid bullosa, sebab manifestasi klinis yang terjadi juga tergantung dari respon
sistem imun penderita masing-masing.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat aktivitas
diluar rumah yang mempunyai resiko mendapat serangan serangga. Terapi biasanya
digunakan untuk menghindari gatal dan mengontrol terjadinya infeksi sekunder pada
kulit. Gatal biasanya merupakan keluhan utama, campuran topikal sederhana seperti
menthol, fenol, atau camphor bentuk lotion atau gel dapat membantu untuk
mengurangi gatal, dan juga dapat diberikan antihistamin oral. Steroid topikal dapat
digunakan untuk mengatasi reaksi hipersensitifitas dari sengatan atau gigitan. Infeksi
sekunder dapat diatasi dengan pemberian antibiotik topikal maupun oral. Jika terjadi
reaksi berat dengan gejala sistemik dapat diberikan Epinefrin.

Вам также может понравиться