Вы находитесь на странице: 1из 12

PENGARUH PEMBERIAN SUSU KEDELAI TERHADAP KADAR

KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS WISTAR MODEL


HIPERKOLESTEROLEMIA










Disusun Oleh :
Qurotul Aini
NIM. 135070209111075





PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang
Organisasi kesehatan (WHO) pada tahun 1976 menyimpulkan bahwa
setiap tahun tingkat pengapuran koroner naik sebesar 3% sejak usia seseorang
melewati 20 tahun. Hal ini menunjukan bahwa arteroklerosis adalah penyakit
yang progresif. Penyakit yang menjalar perlahan-lahan tanpa gejala yang pasti. Di
Eropa Arteroklerosis merupakan bagian dari penyakit jantung, lebih dari 1.5%
dari semua penderita meninggal karena aterosklerosis. Jumlah penderita
aterosklerosis di era globalisasi dan industrialisasi cenderung meningkat. Pada
dekade terakhir ini penyakit jantung dan pembuluh darah yang didasari oleh
atherosklerosis berkembang menjadi pembunuh utama di Indonesia. Dari
penelitian menunjukkan, penyebab kematian dari penduduk dunia yang diteliti
adalah jantung distribusi menurut tempat, waktu, (42,9%), stroke (25,9%),
penyakit paru dan asma (12,5%), kanker (5,4%), dan penyakit lain (kurang dari
empat persen).Salah satu penyebab fenomena ini adalah pola hidup masyarakat
yang tidak sehat.
Faktor resiko terjadinya aterosklerosis dapat diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu faktor resiko utama dan faktor resiko pendukung. Faktor resiko utama
meliputi faktor resiko utama yang dapat dikontrol dan yang tidak dapat dikontrol.
Faktor resiko utama yang tidak dapat dikontrol adalah usia,hereditas, ras, jenis
kelamin. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau dapat dikontrol adalah
merokok, kadar kolesterol darah yang tinggi, hipertensi, inaktivitas fisik, obesitas
dan kelebihan berat badan, diabetes mellitus. Sedangkan faktor resiko
pendukungnya adalah stress, hormone seks, pil pengontrol kelahiran, asupan
alcohol berlebih, dan kadar homosistein.

Aterosklerosis atau kekakuan pembuluh darah arteri., merupakan
proses yang komplek dan membahayakan, walaupun proses tersebut tidak
dipahami dengan pasti, bukti ilmiah menunjukkan bahwa proses tersebut
dimulai ketika lapisan pelindung bagian dalam arteri (endothelium) rusak.
Secara bertahap ketika zat lemak, kolesterol, produk buangan sel, kalsium,
dan fibrin melewati pembuluh darah, zat tersebut mengendap di lapisan dalam
arteri. Akibat pengendapan materi tersebut terbentuk plak lipid yang dilapisi
fibrosa, yang juga sebagai atheroma dan aliran dalam arteri menjadi tersumbat
sebagian atau keseluruhan. (Gonce, 2011) Cedera pada pembuluh darah dan
akumulasi yang diakibatkan zat ini dalam lapisan bagian dalam arteri
menyebabkan sel darah putih, sel otot polos, dan trombosit mengalami
agregasi di area ini.

Akibatnya, matriks kolagen dan serabut elastis terbentuk, dan
endothelium menjadi lebih tebal. Inti plak fibrosa dapat menjadi nekrotik, dan
hemorargi serta kalsifikasi dapat terjadi. Thrombosis juga dapat terjadi
sehingga lebih berperan pada penyumbatan lumen pembuluh darah. Karena
plak fibrosa jumlah darah yang mengalir melalui arteri berkurang yang
menyebabkan penurunan suplai oksigen ke jaringan, melalui studi
epidemiologi, salah satu factor resiko dari aterosklerosis adalah kolesterol
darah yang tinggi. Kadar kolesterol yang tinggi meningkatkan resiko penyakit
arteri koronari. Orang dewasa menengah dengan kadar kolesterol darah total
di bawah 200 mg/dl memiliki resiko penyakit arteri koronari yang relative
rendah. Kadar kolesterol darah total dalam rentang 200 mg/dl sampai 239
mg/dl menggambarkan resiko yang sedang tetapi meningkat. Ketika kadarnya
naik diatas 240 mg/dl, resiko penyakit arteri koronari akan berlipat ganda.
(Gonce, 2011).



Survei di jepang yang dilakukan oleh Suzuki tahun 1998
menunjukkan bahwa rendahnya angka kematian akibat jantung coroner,
kanker payudara, kanker Rahim, dan aterosklerosis dipengaruhi oleh
tingginya tingkat konsumsi makanan yang berasal adari kedelai, seperti tahu,
natto, misso dan susu kedelai. Hal tersebut diduga oleh karena peran isoflavon
kedelai yaitu genistein, antioksidan dan antimutagen. Isoflavon kedelai juga
telah dibuktikan dapat memberikan efek farmakologis seperti menurunkan
kadar kolesterol total dan LDL masing-masing sebanyak 9,3% dan 12,9%
serta meningkatkan HDL sebanyak 2,4%. Beberapa ahli menyarankan agar
konsumsi isoflavon per hari adalah 30-40 mg. jumlah tersebut dapat diperoleh
dari sekitar 70-100 gram tahu, 70-100 gram tempe, atau 0,5 liter susu kedelai,
atau dari produk lainnya. (Astawan, 2009)

Salah satu bahan dari olahan kedelai adalah susu kedelai, susu kedelai
merupakan salah satu minuman suplemen yang dianjurkan diminum secara
berkala atau teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh, kandungan dalam susu
kedelai meliputi zat besi, kalsium karbohidrat, fosfor, vitamin A, vitamin B
kompleks dosisi tinggi, air, dan lesitin. Lesitin diketahui memiliki keampuhan
menggelontor timbunan kolesterol dalam darah. (Amrin, 2000). Menurut
Prof.H.M Hembing lesitin yang terkandung dalam susu kedelai selain
menyehatkan juga dapat mencegah penyakit jantung, tekanan darah tinggi,
dan aterosklerosis.(Suprapti, 2005)

Mengingat potensi kedelai yang cukup besar tersebut, maka akan
sangat bermanfaat bagi masyarakat jika dilakukan penelitian eksperimental
terkait manfaat dan pengaruh kedelai dalam penurunan kadar kolesterol total
pada hewan coba yang mengalami hiperkolesterol. Adanya kandungan pada
kedelai seperti isoflavon,lesitin,dan antioksidan diduga akan berpengaruh
dalam penurunan kadar kolesterol total

1.1 Rumusan Masalah
Apakah susu kedelai memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar
kolesterol total pada tikus putih (Rattus novergicus) wistar model
hiperkolesterolemia?

1.2 Tujuan Penelitian
1.2.1 Tujuan Umum
Menguji pengaruh susu kedelai terhadap penurunan kadar
kolesterol total pada Rattus novergicus galur wistar model
hiperkolesterolemia.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kadar kolesterol total pada tikus (Rattus
novergicus galur wistar) normal tanpa diberikan susu kedelai.
b. Mengidentifikasi kadar kolesterol total pada tikus (Rattus
novergicus galur wistar) dengan diet aterogenik tanpa diberi susu
kedelai.
c. Mengidentifikasi kadar kolesterol total pada tikus (Rattus
novergicus galur wistar) dengan diet aterogenik yang diberi susu
kedelai 0.81 gram/tikus/hari dalam 3 ml aquadest
d. Mengidentifikasi kadar kolesterol total pada tikus (Rattus
novergicus galur wistar) dengan diet aterogenik yang diberi susu
kedelai 1.62 gram/tikus/hari dalam 3 ml aquadest
e. Mengidentifikasi kadar kolesterol total pada tikus (Rattus
novergicus galur wistar) dengan diet aterogenik yang diberi susu
kedelai 3.24 gram/tikus/hari dalam 3 ml aquadest
f. Membandingkan kadar kolesterol total pada tikus (Rattus
novergicus galur wistar) normal tanpa diberikan susu kedelai,
tikus dengan diet aterogenik tanpa diberikan susu kedelai, tikus
dengan diet aterogenik yang diberikan susu kedelai 0.81
gram/tikus/hari dalam 3 ml aquadest, tikus dengan diet
aterogenik yang diberikan susu kedelai 1.62 gram/tikus/hari
dalam 3 ml aquadest, dan tikus dengan diet aterogenik yang
diberikan susu kedelai 3.24 gram/tikus/hari dalam 3 ml aquadest.

1.3 Manfaat Penelitian
1.3.1 Akademik
a. Pendidikan
Dapat mengembangkan wawasan mahasiswa keperawatan,
serta mendapatkan literatur penelitian tentang khasiat susu
kedelai sebagai alternative baru dalam penatalaksanaan
hiperkolesterolemia.
b. Perawat
Perawat mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk
mengembangkan metode baru dan terapi untuk pasien
hiperkolesterolemia

1.3.2 Praktek
Apabila terbukti pemberian susu kedelai dapat
menurunkan kadar kolesterol pada tikus galur wistar
hiperkolesterolemia, maka susu kedelai dapat menjadi
alternatif dalam pemberian terapi hiperkolesterolemia.






DAFTAR PUSTAKA
Amrin, totok, 2000, susu kedelai, Jakarta: niaga swadaya
Astawan, made, 2009, sehat dengan hidangan kacang dan biji-bijian, Jakarta: penebar
swadaya
Gonce patricia, 2011, keperawatan kritis: pendekatan asuhan holistic, alih bahasa,
budhi subekti,Jakarta: EGC
Peter, Kabo, 2008. Mengungkap pengobatan penyakit jantung coroner, kesaksian
seorang ahli jantung dan ahli coroner, Jakarta: Gramedia pustaka utama
Warisno, 2010, meraup untung dari olahan kedelai, Jakarta: agro media pustaka


















Patogenesis aterosklerosis
Inisiasi dan perkembangan aterosklerosis melibatkan interaksi
antara sel-sel endotel (EC), trombosit, leukosit, SMCs pembuluh darah dan sitokin.
Menurut "respon terhadap cedera" teori, aterosklerosis
adalah penyakit peradangan kronis pada dinding pembuluh arteri
diprakarsai oleh injury.1 endotel, 7 Selama hidup kita beberapa beracun
dan faktor risiko metabolik termasuk hiperkolesterolemia, hiperglikemia,
merokok dan infeksi virus rokok bertindak untuk mengganggu vaskular
endothelium dengan memicu respon inflamasi. Awal
tahap proses aterosklerosis ditandai oleh endotel
kerusakan atau disfungsi, dengan peningkatan permeabilitas kepadatan rendah
lipoprotein (LDL) partikel dan sel-sel darah yang beredar dan elaborasi
sitokin dan faktor pertumbuhan. Partikel LDL menumpuk di arteri
dinding pembuluh darah, di mana mereka menjadi teroksidasi oleh spesies oksigen
toksik
diproduksi oleh cells.1 inflamasi Sejumlah molekul adhesi sel
termasuk adhesi sel vaskular molekul-1 (VCAM-1), intraseluler
adhesi molekul-1 (ICAM-1) dan P-selektin diekspresikan pada
endotelium diaktifkan dan terlibat dalam perekrutan
trombosit dan leukosit, termasuk T-limfosit dan monocytes.8
Tertarik monosit bermigrasi ke intima subendothelial dan membedakan
menjadi makrofag, yang internalisasi partikel LDL teroksidasi
melalui reseptor pemulung di permukaan dan akhirnya
menjadi cells.1 busa besar makrofag ini pada gilirannya juga memproduksi
sitokin seperti interleukin (IL) -1 dan tumor necrosis factor-
(TNFa) dan kemokin seperti monosit chemotactic protein-1
(MCP-1), sehingga dalam perekrutan sel inflamasi lebih.
Pada tahap ini prekursor dari ateroma, yang disebut lemak beruntun,
telah dibentuk, yang sebagian besar terdiri dari sel-sel busa dengan beberapa
tambahan
limfosit, trombosit dan SMCs vaskular lokal. Berturut-turut
sitokin dan faktor pertumbuhan produksi oleh sel busa, leukosit dan
Sel-sel dinding pembuluh darah memodulasi fungsi SMCs, sehingga memfasilitasi
migrasi SMCs dari media ke intima dan merangsang
SMCs proliferation.1 Fenotip perubahan SMC dari kontraktil a
negara ke negara sintetis, yang ditandai dengan hilangnya
yang kontraktil berfungsi peningkatan kapasitas untuk menghasilkan ekstraseluler
matrix (ECM) komponen seperti elastin dan kolagen. Ini
Hasil dalam generasi topi fibrosa, yang melindungi lesi
dari lumen. Pada tahap ini lesi terdiri dari inti lipid
tetesan, sel busa dan SMCs dalam kolagen matriks kaya. Sebagai
proses inflamasi berlangsung, apoptosis dan matriks degradasi
oleh matriks metalloproteinase (MMPs) menjadi menonjol. Akibatnya,
materi nekrotik terakumulasi dalam lesi dan meradang
topi fibrosa akan menjadi lebih tipis. Sebagai akibat dari peradangan plak,
meningkat kebutuhan oksigen dan tidak selalu terpenuhi.9 Kurangnya
oksigen memicu angiogenesis dan sebagai akibat microvessels adventitial
memperpanjang seluruh media ke plak. Integritas endotel
ini microvessels patologis yang baru terbentuk sering terganggu
dan membuat themprone kebocoran dan perdarahan intraplaque, yang
menurunkan stabilitas plak.

Menariknya, pengembangan plak sering dikaitkan dengan luar
renovasi arteri, melestarikan lumen artery.10 yang
Oleh karena itu, aterosklerosis kemungkinan akan tanpa gejala selama bertahun-
tahun.
Sebagai plak berlangsung, akhirnya ke dalam renovasi akan menyebabkan
insufisiensi arteri sehingga AP atau klaudikasio intermiten.
Namun, gejala akut yang buruk mungkin terjadi pada plak
pecah atau erosi, mengakibatkan oklusi atherothrombotic dengan
infark miokard, stroke iskemik atau iskemia kritis dalam
jaringan perifer sebagai konsekuensi besar.
2.2. Peran koagulasi jalur ekstrinsik dalam aterosklerosis
TF adalah glikoprotein permukaan sel yang memulai koagulasi in vivo
ketika datang dalam kontak dengan (diaktifkan) koagulasi faktor VII
(FVIIa) hadir dalam plasma.11 TF biasanya tidak hadir di permukaan
dari ECs dan karena endotelium sehat tidak mendukung koagulasi.
2 Setelah cedera, TF dari lapisan menengah dan luar darah
kapal menjadi terkena beredar blood.2 Akibatnya TF dan FVIIa
dari plasma membentuk kompleks (TF / FVIIa) yang mengaktifkan FX, sehingga
Formasi FXA. FXA kemudian menghasilkan jumlah jejak trombin,
yang dapat mengaktifkan FXI sehingga memicu loop propagasi. FXIa
pada gilirannya mengaktifkan FIX, dan FIXa bersama-sama dengan kofaktor FVIIIa
yang menghasilkan
lebih FXA mengakibatkan ledakan trombin cukup untuk mengubah
fibrinogen menjadi fibrin. Akhirnya, polimer fibrin yang silang dihubungkan oleh
FXIIIa, dan dalam hubungannya dengan trombosit dan eritrosit membentuk gumpalan
atau steker hemostatik, yang dalam kondisi fisiologis menutup
luka dan mencegah kehilangan darah yang berlebihan. Untuk menghindari koagulasi
sistemik
setelah inisiasi, tiga rute utama peraturan mengontrol ketat
proses koagulasi. Pertama, TFPI bersama-sama dengan protein kofaktor S
menghambat FXA menghasilkan umpan balik negatif pada TF / FVIIa dengan
membentuk
sebuah kuaterner TF / FVIIa / FXA / TFPI kompleks aktif, mematikan
aktivasi ekstrinsik koagulasi. Kedua, inhibitor enzim langsung
hadir untuk menghambat enzim koagulasi gratis, membatasi koagulasi
Menanggapi lokasi cedera. Ketiga, setelah jejak trombin telah
terbentuk, endotel kompleks trombomodulin-trombin mengaktifkan
protein C, yang pada gilirannya inactivates FVA dan FVIIIa, mengakibatkan
penghambatan
pembentukan trombin dan pemulihan keseimbangan koagulasi
(Gambar 1). Dalam kapal yang sakit, TF berlimpah hadir dalam aterosklerotik
plak dan TF diregulasi dalam SMCs sebagai peristiwa awal pada arteri
injury.12, 13 Plak pecah atau plak aterosklerotik erosi memungkinkan
lesi terkait TF untuk menginduksi koagulasi dan diyakini bahwa ini
TF-dimediasi koagulasi adalah penting dalam arteri thrombosis.14 Itu
ditunjukkan dalam injurymodel arteri pada kelinci hiperlipidemia bahwa trombus
terbentuk pada intima normal atau pada neointima kaya makrofag berbeda
dalam ukuran dan konstitusi; pada intima yang normal trombus platelet kecil yang
diamati sedangkan pada neointima besar trombus platelet-fibrin yang
formed.15 Administrasi rekombinan TFPI (rTFPI) atau argatroban,
inhibitor trombin langsung, nyata mengurangi platelet dan fibrin
isi pada neointima, tetapi tidak pada intima normal, menunjukkan bahwa kedua
ukuran trombus dan konstitusi tergantung pada tingkat TF-dimediasi
trombin generation.15 Consistentwith temuan ini ditingkatkan
TF antigen dan tingkat aktivitas yang ditemukan dalam spesimen atherectomy
koroner
diperoleh dari pasien dengan AMI atau tidak stabil AP dibandingkan
dengan pasien dengan AP.3 stabil, 16 Selain merangsang ini langsung
efek prothrombotic, kompleks TF / FVIIa dapat mempromosikan aterosklerosis,
SMC migrasi dan intima hyperplasia.17, 18 Namun, kontribusi
TF / FVIIa sinyal dalam atherogenesis diperselisihkan, 19 sebagai heterozigot
TF kekurangan (TF + / -) tikus dibiakkan pada ApoE-/ - latar belakang tidak
Acara berkurang aterosklerosis comparedwith TF + / + tikus dibesarkan di
yang background.20 yang sama Selain itu, produk-produk hilir ekstrinsik
aktivasi koagulasi (FXA dan trombin) adalah modulator potensial
dari atherosclerosis.18 Sindrom koroner akut sering tahap akhir
dari serangkaian acara atherothrombotic non-oklusif yang terjadi di
hari sebelumnya atau weeks.21 Kejadian-kejadian trombotik non-oklusif
mungkin tetap subklinis, meskipun respon trombotik diyakini
untuk memainkan peran dalam plak progression.22 FXA kontribusi untuk produksi
sitokin, kemokin dan faktor pertumbuhan dan ekspresi sel
adhesionmolecules.18Moreover, FXA upregulates TF dan proliferasi SMC.
18,23 Thrombin meningkatkan permeabilitas endotel dan mengaktifkan ECs
dengan ekspresi molekul adhesi sel dan sekresi endotel
kemokin dan sitokin (MCP-1, IL-6 dan IL-8) .24 Peningkatan IL-6
tingkat menyebabkan peningkatan fibrinogen dan PAI-1, sehingga meningkatkan
state.24 prothrombotic Selain itu, trombin mengaktifkan migrasi SMC
dan proliferasi, merangsang produksi komponen ECM, MMPs
dan TF, dan potently mengaktifkan platelets.18, 25 trombosit Activated rilis
faktor pertumbuhan platelet diturunkan termasuk faktor pertumbuhan (PDGF),
amediator
SMC migrasi dan proliferasi. 26,27 Efek TF / FVIIa, TF /
FVIIa / FXA, FXA dan trombin pada sel sinyal aremediated via protease
receptors.28 activatable khusus FXA dan trombin inhibitor, rekombinan
centang peptida antikoagulan (TAP) dan hirudin, ditunjukkan untuk mengurangi
restenosis angiografik setelah angioplasti balon di rabbits.29, 30
Akhirnya, fibrin dan produk degradasi yang hadir dalam aterosklerotik
lesi andmay pada gilirannya mempengaruhi atherogenesis.31 proliferasi SMC
dirangsang
oleh fibrin, tetapi dihambat oleh produk degradasi fibrin. Selain itu
degradasi fibrin productsmay merusak fungsi EC, dengan hilangnya hambatan
fungsi dan peningkatan perekrutan sel inflamasi.

Вам также может понравиться