Вы находитесь на странице: 1из 7

Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004)

Auditorium Universitas Gunadarma, J akarta, 24 25 Agustus 2004 ISSN : 1411-6286



PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP KEKUATAN
TARIK DAN KETANGGUHAN IMPAK PADA PADUAN
ALUMINUM TUANG 320

Purnomo

J urusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Industri
Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya (ITATS)
J l. Arief Rahman Hakim 100 Surabaya.
Telp.(031)5927810, (031)5945043 ext 808, Fax.(031)5994620
E-mail : purnomo_10@yahoo.com


Abstrak
Telah dilakukan pengujian dan penelitian tentang pengaruh pengecoran ulang terhadap
kekuatan tarik dan ketangguhan impak pada paduan aluminium tuang 320. Bahan yang
digunakan adalah sekrap aluminium terpilih. Bahan dilebur dan tuang pada temperatur
rekristalisasi dengan cetakan logam, kemudian dibuat spesimen standar ASTM E8 untuk
pengujian tarik dan ASTM E23 untuk ketangguhan impak. Tuang ulang (remelting) dilakukan
sampai 3 kali dengan kondisi penuangan yang sama. Alat uji yang digunakan adalah Mesin Uji
tarik Universal dan Mesin Impak Charphy. Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk
tuang ulang pertama menghasilkan kekuatan tarik dan ketangguhan impak lebih besar dari pada
pengujian tuang ulang kedua dan tuang ulang ketiga. Penurunan kekuatan tarik dan ketangguhan
impak tersebut disebabkan karena pada struktur mikronya terjadi peningkatan porositas dari
remelting pertama sampai ketiga. Porositas terjadi karena timbulnya gas H2 pada saat
aluminium dilebur. Kesimpulannya adalah bahwa proses remelting akan menurunkan kekuatan
dan ketangguhan bahan.

Kata Kunci : tuang ulang ( remelting ), kekuatan tarik, ketangguhan impak.


1. Pendahuluan.

Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat mekanik, ketahana korosi
dan hataran listrik yang baik. Logam ini dipergunakan secara luas bukan saja untuk peralatan
rumah tangga, tetapi juga dipakai untuk keperluan material pesawat terbang, otomotif, kapal laut,
konstruksi dan lain lain. Untuk mendapatkan peningkatan kekuatan mekanik, biasanya logam
aluminium dipadukan dengan dengan unsur Cu, Si, Mg, Zn, Mn, Ni, dan sebagainya. Mengolah
biji logam menjadi aluminium (Al) memerlukan energi yang besar, sedangkan sumber biji
aluminium semakin berkurang. Salah satu usaha untuk mengatasi hal ini adalah dengan
melakukan daur ulang.
Karena keterbatasan yang ada seperti pada industri kecil (kasus pengecoran pada industri
kecil) tidak semua menggunakan bahan baku murni, tetapi memanfaatkan aluminium sekrap
ataupun reject materials dari peleburan sebelumnya untuk dituang ulang (remelting). Dari hasil
pengecoran industri kecil ( pelek misalnya ) pada saat digunakan mengalami beban berulang dan
kadang - kadang beban kejut sehingga peralatan tersebut harus mendapatkan jaminan terhadap
kerusakan akibat retak lelah, sehingga aman dalam penggunaan atau bahkan mempunyai usia
pakai (life time) lebih lama.

Pengaruh Pengecoran Ulang Terhadap Kekuatan Tarik 905
dan Ketangguhan Impak Pada Paduan Aluminium Tuang 3201

Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004)
Auditorium Universitas Gunadarma, J akarta, 24 25 Agustus 2004 ISSN : 1411-6286

2. Teori Dasar.

Aluminium dipakai sebagai paduan berbagai logam murni, sebab tidak kehilangan sifat
ringan dan sifat sifat mekanisnya dan mampu cornya diperbaiki dengan menambah unsur
unsur lain. Unsur unsur paduan itu adalah tembaga, silisium, magnesium, mangan, nikel, dan
sebagainya yang dapat merubah sifat paduan aluminium. Macam macam Unsur paduan
aluminium dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Paduan aluminium tembaga, aluminium temabaga silisium.
Paduan aluminium tembaga adalah paduan aluminium yang mengandung tembaga 4,5 %,
memiliki sifat sifat mekanik dan mampu mesin yang baik sedangkan mampu cornya agak
jelek. Paduan aluminium tembaga silisium dibuat dengan menambah 4 5 % silisium pada
paduan aluminium tembaga untuk memperbaiki sifat mampu cornya. Paduan ini dipakai
untuk bagian bagian motor mobil, meteran, dan rangkah utama dari katup.
2. Paduan aluminium silisium, aluminium silisium magnesium.
Paduan eutektik dari aluminium dan silisium sekitar 2 % disebut silumin yang memiliki
mampu cor yang baik, sehingga terutama dipakai untuk bagian bagian meisn biasa. Tetapi
paduan yang biasa dicor mempenyai sifat mekanik yang jelek karena butir butir silisium
yang besar, sehingga dicor dengan tambahan natrium dan agitasi dari logam cair untuk
membuat kristal halus dan memperbaiki sifat sifat mekanik, tetapi cara ini tidak efektif
untuk coran besar. Paduan aluminium silisium diperbaiki sifat mekaniknya dengan
menambahkan magnesium, tembaga atau mangan dan selanjutnya diperbaiki dengan
perlakuan panas.
3. Paduan aluminium magnesium.
Paduan aluminium yang mengandung magnesium 4 % atau 10 % mempunyai ketahanan
korosi dan sifat mekanik yang baik. Paduan ini mempunyai kekuatan tarik diatas 30 kgf/mm2
dan perpanjangan diatas 12 % dipakia untuk alat alat industri kimia , kapal laut, dan
pesawar terbang.
4. Paduan aluminium tahan panas.
Paduan ini terdiri dari Al Cu Ni Mg yang kekuatannya tidak berubah sampai 300 C,
sehingga paduan ini dipakai untuk torak dan tutup silender.


Tuang Ulang :
Peleburan aluminium tuang dapat dilakukan pada tanur krus besi cor, tanur krus dan tanur
nyala api. Logam yang dimasukkan pada dapur terdiri dari sekrap ( remelt ) dan aluminium ingot.
Aluminium paduan tuang ingot didapatkan dari peleburan primer dan sekunder serta pemurnian.
Kebanyakan kontrol analisa didapatkan dari analisis pengisian yang diketahui, yaitu ketelitian
pemisahan tuang ulang dan ingot aluminium baru. Ketika perlu ditambahkan elemen pada
aluminium, untuk logam yang mempenyai titik lebur rendah seperti seng dan magnesium dapat
ditambahkan dalam bentuk elemental. Sekrap dari bermacam macam logam tidak dapat
dicampurkan bersama ingot dan tuang ulang apabila standar ditentukan. Praktek peluburan yang
baik mengharuskan dapur dan logam yang dimasukan dalam keadaan bersih. Untuk menghemat
waktu peleburan dan mengurangi kehilangan karena oksidasi lebih baik memotong logam
menjadi potongan kecil yang kemidian dipanaskan mula. Kalau bahan sudah mulai mencair, fluks
harus ditaburkan untuk mengurangi oksidasi dan absorbsi gas. Selama pencairan, permukaan
harus ditutup fluk dan cairan diaduk pada jangka waktu tertentu untuk mencegah segresi.



906 Pengaruh Pengecoran Ulang Terhadap Kekuatan Tarik
dan Ketangguhan Impak Pada Paduan Aluminium Tuang 3201

Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004)
Auditorium Universitas Gunadarma, J akarta, 24 25 Agustus 2004 ISSN : 1411-6286

Hasil pengecoran ketidaksempurnaan yang mempengaruhi kemampuan mekanis. Cacat
hasil pengecoran terdiri dari :
a. Salah bentuk cetakan
Cacat yang disebabkan oleh salah dalam membuat medel cetakan.
b. Cacat inklusi pasir
Yaitu cacat yang disebabkan pasir dari cetakan masuk kedalam cairan logam
c. Cacat gas.
Apabila diberi kesempatan paduan aluminium akan menyerap gas hidrogen. Peningkatan
temperatur sebuah efek yang sangat besar pada kelarutan maksimum dari hidrogen pada
aluminium, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1. Pada titik lebur tiba tiba terjadi
kenaikkan kelarutan hidrogen pada aluminium sampai dicapainya temperatur penuangan.














Gamar 1. Pengaruh temperatur pada kelarutan hidrogen dalam aluminium

d. Cacat penyusutan.
Yaitu cacat yang disebabkan kontraksi volume di dalam larutan dan pada saat pembekuan.

3. Proses Pengecoran.

Bertitik tolak pada cara kerja proses ini, maka proses pembuatan jenis pengecoran ini
dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Proses penuangan.
2. Proses pencetakan.
Proses penuangan adalah proses pembuatan benda kerja dari logam tanpa adanya penekanan
sewaktu logam cair mengisi cetakan. Cetakan biasanya terbuat dari pasir, plaster, keramik, atau
bahan tahan api lainnya.
Proses pencetakan adalah proses pembuatan benda kerja dari logam cair disertai dengan
penekanan pada waktu logam cair tersebut mengisi rongga cetakan. Proses ini, cetakan biasanya
terbuat dari logam.

4 Uji Tarik

Untuk mengetahui kekuatan tarik suatu bahan adalah dengan menggunkan pengujian
tarik. Beban dikenakan pada spesimen yang ditarik dengan tarikan konstan. Beban (P) dan
perpanjangan ( ) hasilk langsung dari pengujian. Sedangkan tegangannya () adalah beban (P)
dibagi dengan luas penampang ( A ), sehingga rumusnya adalah :


Pengaruh Pengecoran Ulang Terhadap Kekuatan Tarik 907
dan Ketangguhan Impak Pada Paduan Aluminium Tuang 3201

Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004)
Auditorium Universitas Gunadarma, J akarta, 24 25 Agustus 2004 ISSN : 1411-6286

=
A
P
kg / mm
2
(1)


dimana : =Tegangan
P =Beban
A =Luas penampang.






Gambar 2. Spesimen uji tarik


5. Pengujian Impak.

Tenaga impak adalah tenaga yang diperlukan untuk memematahkan standar benda uji di
bawah beban impak dan ini merupakan ketangguhan dari bahan. Pada umumnya pengukuran
tenaga impak menggunakan Charpy. Batang percobaan berbentuk batang empat persegi panjang
dengan ukuran yang dinormalisir. Beban dijatuhkan dengan sudut jatuh dan sisi pisau mengenai
batang percobaan yang oleh karenanya akan patah dan berayun melalui sudut
Pada metode charpy batang uji ditunjang pada kedua ujungnya diletakkan horizontal dan
arah pemukulan searah dengan takikkan. ( gambar 4 )















Gambar 3. Spesimen Uji Impak

Kekuatan impak dapat didefinisikan sebagai energi yang digunakan untuk mematahkan batang
uji dibagi dengan luas penampang pada daerah takikkan. Energi yang mematahkan barang uji
dihitung berdasarkan berat dan ketinggian ayuana pendulum sebelum dan setelah impak. Tanpa
memperhatikan kehilangan energi. Energi yang dipakai untuk mematahkan test piece dapat
dihitung sebagai berikut :

- Energi awal (Eo) : W L =W (1 Cos ) (2)
908 Pengaruh Pengecoran Ulang Terhadap Kekuatan Tarik
dan Ketangguhan Impak Pada Paduan Aluminium Tuang 3201

Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004)
Auditorium Universitas Gunadarma, J akarta, 24 25 Agustus 2004 ISSN : 1411-6286

- Energi akhir (E1) : W L1 =W ( 1 Cos ) (3)

Energi unutk mematahkan test piece adalah :

- (E) =W . L ( cos - cos ) kgm (4)

Untuk kekuatan impak dari paduan aluminium dapat dihitung dengan rumus ;


- IS =
A
WLg ) cos (cos
(kg/mm
2
) (5)


5. Cara Penelitian

Bahan yang diteliti adalah paduan aluminium dengan komposisi kimia : 72,37 % Al,
11,39% Si, 6,82% Mg, 2,77% Cu.
J alan pene;itian :
1. Proses pengecoran untuk membuat spesimen pengujian.
2. Proses Machining.
3. Pengujian bahan
4. Analisa data.

Diagram alir penelitian dapat dilihat di bawah ini :

Bahan



Spesimen
Remelting III
Spesimen
Spesimen
Pengujian
Remelting II
Remelting I
















Kekuatan Tarik, Ketangguhan Impak

Gambar 4. Diagram alir penelitian

Pengaruh Pengecoran Ulang Terhadap Kekuatan Tarik 909
dan Ketangguhan Impak Pada Paduan Aluminium Tuang 3201

Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004)
Auditorium Universitas Gunadarma, J akarta, 24 25 Agustus 2004 ISSN : 1411-6286

6.1 Hasil dan Pembahasan.

Kekuatan Tarik
Hasil pengujian terhadap kekuatan tarik terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil pengujian kekuatan tarik
Spesimen Diameter
mm
Luas
(mm
2
)
P maks
(kg)

(kg/mm
2
)
rata-rata Keterangan
R1
R1
R1
8
8
8
50,24
50,24
50,24
1500
1330
1420
29,85
26,47
28,26
28,19 Remelting I
R2
R2
R2
8
8
8
50,24
50,24
50,24
1363
1130
1213
27,12
22,49
24,14
24,58 Remelting II
R3
R3
R3
8
8
8
50,24
50,24
50,24
1245
1018
1121
24,78
20,26
22,31
22,45 Remelting III

Pada remelting 1 menghasilkan kekuatan tarik rata rata 28,19 kg/mm
2
, remelting II rata rata
24,58 kg/mm
2
, dan remelting III rata rata 22,45 kg/mm
2



Kg/mm
2


28 *

24 *

22 *


0 1 2 3
Remelting













Gambar 5. Grafik perubahan kekuatan tarik.

Dari grafik diatas terlihat bahwa pada remelting mengakibatkan terjadinya penurunan kekuatan
tarik. Sehingga kecenderungannya bahan yang dituang ulang secara terus menerus akan semakin
kecil kekuatan tariknya.

Ketangguhan Impak.
Hasil pengujian terhadap ketangguhan impak terlihat pada tabel 2.






910 Pengaruh Pengecoran Ulang Terhadap Kekuatan Tarik
dan Ketangguhan Impak Pada Paduan Aluminium Tuang 3201

Proceedings, Komputer dan Sistem Intelijen (KOMMIT2004)
Auditorium Universitas Gunadarma, J akarta, 24 25 Agustus 2004 ISSN : 1411-6286

Tabel 2. Hasil pengujian ketangguhan impak
Spesimen Sudut
0
Sudut
0
Tenaga patah
(kgm)
Tenaga patah
Rata rata
Keterangan
R1a
R1b
R1c
155
155
155
150
151.5
152
2.2
1.8
1.2
1.73 Remelting I
R2a
R2b
R2c
155
155
155
151.9
152
152
1.7
1.3
1.3
1.43 Remelting II
R3a
R3b
R3c
155
155
155
152
152
152
1.3
1.3
1.3
1.3 Remelting III

Perubahan ketangguhan impak

kgm
2
*
1.5 *
*
0.5

0 1 2 3
Remelting

Gambar6. Grafik perubahan ketangguhan impak

Dari grafik diatas terlihat bahwa terhadi penurunan ketangguhan impak pada bahan yang dituang
semakin sering dituang ulang maka bahan semakin getas.

7. Kesimpulan.

Berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan pada aluminium paduan Al.320, maka dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Tuang ulang mengakibatkan penurunan kekuatan tarik.
2. Tuang ulang mengakibatkan penurunan ketangguhan impak
3. Penurunan kekuatan tarik dan ketangguhan impak disebabkan karena pada struktur
mikronya terjadi peningkatan porositas setiap dilakukan tuang ulang. Porositas terjadi
karena timbulnya gas H
2
.

8. Daftar Pustaka.

[1] Neff, David V., 2002 Understanding Aluminium Degassing, Modern Casting, May
2002.
[2] Surdia, T., dan Chijiwa K., 1991, Teknik Pengecoran Logam, PT Pradnya Paramita,
J akarta.
[3] Surdia, T., dan Shinroku., 1992, Pengetahuan Bahan Teknik, PT Pradnya Paramita,
J akarta.
[4] Shachelfort J .F., 1992, Introduction to Materials Science for Engineers, Prentice
Hall International Inc
Pengaruh Pengecoran Ulang Terhadap Kekuatan Tarik 911
dan Ketangguhan Impak Pada Paduan Aluminium Tuang 3201

Вам также может понравиться