Вы находитесь на странице: 1из 78

1

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN



~ Nama dulu : - Toksemia gravidarum
ternyata tidak ada toksin
Ada sewaktu hamil
~ Sebagai salah satu sebab kematian ibu
~ Juga ada yang menamakan :
EP Gestosis
Eklamsia Pre-eklamsia
Khusus untuk : Gestosis
PE ringan
PE berat
Eklamsi
2
PRE EKLAMSIA (PE)
Definisi :
PE adalah salah satu komplikasi
kehamilan setelah 20 minggu yang
ditandai timbulnya hipertensi dan
proteinuria

Bila disertai kejang : Eklamsia
Hipertensi : TD 140/90 mmHg
3
KLASIFIKASI H.D.K.

I. HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN (H.GESTATIONAL)
1. Hipertensi : Hipertensi akibat kehamilan tanpa
proteinuria
- TD naik > mmHg (D) dalam 2 kali ukur
dengan jarak 2 4 jam
- Proteinuria ()
- Hamil 2 0 minggu
- TD > 140/90

2. PE (Pre-eklamsia) Ringan
- TD (D) naik 15 mmHg atau > 90 mmHg dalam 2 kali
ukur dengan jarak 2 4 jam
- Hamil 20 mgg, proteinuria : (+) 1+
- TD > 140/90
4
3. PE Berat : - TD (D) > 110 mmHg
- Proteinuria 2+, oligouria, hiperrefleksia,
gangguan penglihatan, nyeri epigastrium

4. Eklamsia : - Hipertensi, proteinuria, usia hamil > 20 mgg.,
kejang
- Atau : gejala PE + kejang/koma
5
II. HIPERTENSI KRONIK
1. Hipertensi Kronik : - Hipertensi (TD >140/90)
- Hamil < 20 mgg.
2. Superimposed Pre-eclampsia :
- Hipertensi kronik , TD 140/90 mmHg
- Proteinuria : > 300 mg/24 jam sesudah hamil
20 mgg.
- Ada tanda-tanda lain PE
- Juga dikatakan hipertensi kronik dengan pre-eklamsia
(Pada hamil < 20 minggu sebagai hipertensi kronik,
sesudah hamil 20 mgg, disertai tanda-tanda PE lainnya)
6
Gejala dan tanda yang
selalu ada
Gejala dan tanda
kadang ada
Kemungkinan
diagnosis
TD (D) 90 mmHg
Hamil < 20 mgg.
Hipertensi kronik
TD (D) 90-110
mmHg
Hamil > 20 mgg
Prot. <++
Hipertensi kronik
dengan
superimposed
PE ringan
TD (D) 90-110
mmHg (2 ukur,
jarak 4 jam)
Hamil >20 mgg.
Prot. ()
Hipertensi Dalam
Kehamilan
TD (D) 90-110
mmHg (2 ukur, jarak
4 jam)
Hamil >20 mgg.
Prot. Sampai ++

PE Ringan
7
Gejala dan tanda yang
selalu ada
Gejala dan tanda
kadang ada
Kemungkinan
diagnosis
TD (D) 90 mmHg
Hamil > 20 mgg.
Prot. +++
Hiperrefleksia ()
Nyeri kepala (tidak
hilang dengan anal-
getika biasa) ()
Penglihatan kabur
()
Oligouria (<4cc/
jam) ()
Nyeri abd. atas
(epigastrium) ()
Edema paru ()
PE Berat
Kejang
TD (D) 90 mmHg
Hamil > 20 mgg.
Prot. ++
Koma/kejang
Sama seperti PEB
Eklamsia
8
FAKTOR PREDISPOSISI DAN KOMPLIKASI P.E.
Usia
Paritas
R a s Gene-
tik
Ling-
kungan
Sos
Ek
Hiper-
plantosis
Gizi
AA
EPA
TxA2
PGI2
PE
P
R
E
D
I
S
P
O
S
I
S
I
Edema
serebri
Edema
paru
Fungsi ginjal/
hati +
Sirkulasi
uterus-plasenta +
IUFD
(KJDK)
Preterm
Hipoksia
janin
PJT
K
O
M
P
L
I
K
A
S
I
TxA2 : Tromboxan
PGI2 : Prostacyclin
AA : Arachidonic Acid
EPA : Eicosapentaenoic
Acid
9
Dari gejala, tanda tsb. Ada penyakit lain dengan
disertai gejala seperti :

~ Tetanus
~ Malaria
~ Epilepsia
~ Meningitis / ensefalitis
~ Migrain
~ Trauma kepala
10
Trismus Kaku kuduk
Punggung melengkung
Perut kaku
Spasme spontan
Tetanus
Kejang
Riwayat kejang
TD : N
Epilepsi
Demam
Menggigil
Nyeri kepala
Nyeri otot sendi
Limpa > Malaria
Demam
Menggigil
Nyeri kepala
Nyeri otot/sendi
Koma
Anemia
Kejang
Jaundice
Malaria dengan komplikasi
Nyeri kepala, kaku
kuduk, fotofobia, demam
Kejang
Gelisah
Koma
Meningitis/ensefalitis
Nyeri kepala
Penglihatan kabur
Muntah Migrain
11
ETIOLOGI
] Secara pasti : Belum diketahui THE DISEASE OF
THEORIES
] Hipotesa :
1. Iskhemia plasenta
Pada PE, perubahan pada a.spiralis pada lapisan desidua,
perubahan 35 50% perfusi darah ke plasenta +
Iskhemia plasenta.

2. Maladaptasi imum
Hal ini sebabkan dangkalnya invasi a.spiralis oleh sel-sel
sitotrofoblast endovaskuler dan disfungsi sel endotel.

3. Genetic Imprinting (kel. genetik)

4. Perbandingan VLDL dan toxicity preventing activity (TxPA)
12
PATOFISIOLOGI
PE Sindroma, manifestasi : ibu dan janin
~ Ibu : Vasospasmus
Aktivasi sistem koagulasi
Perubahan pada sistem yang kontrol volume
dan tekanan darah
Dasarnya : Proses iskhemia pada plasenta,
ginjal, hepar, otak
Vasospasmus penyempitan vaskuler
hipertensi arterial

Disfungsi sel endotel
- Peran penting dari patofisiologi PE
- Dapat rusak endotel lihat :
= di glomerulus ginjal
= di plasenta
= pembuluh darah uterus
- Sel endotel rusak relaksasi pembuluh darah tahanan
perifer TD
13
ISKHEMIA UTEROPLASENTA

O Hamil normal, arteri spiralis dapat alami penyusutan untuk
hadapi kebutuhan darah di uterus (sampai 10 kali).

O Terjadi dengan cara : invasi fisiologis sel-sel trofoblas ke
lapisan otot tunika media dan tunika intima a.sppiralis dan
gantikan dengan jaringan elastis arteri dapat melebar
TD

O Pada PE :
~ Invasi trofoblast pada a.spiralis tidak sempurna (hanya
pada daerah desidua, 30 50% saja)
~ A.spiralis didaerah otot rahim tetap tidak dapat dilatasi.
terjadi vasokonstriksi kurang darah ke plasenta
mortalitas morbiditas perinatal7.
14
TEKANAN DARAH
Pada PE : a. Ada kerusakan sel endotel sensitif terhadap
penyebab vasokonstriksi.
b. Sel endotel rusak gangguan produk relaksasi
pembuluh darah tahanan perifer7
TD7


PROTEINURIA.

] Protein di urin : 3 mg/24 jam atau 3 mg/dl = 1+

] Pada PE : - Perfusi darah ginjal dan kecepatan filtrasi
(20 25%) PE ringan
- PE berat sampai 50%
- Penurunan ini kerusakan endotel kapiler glo-
merulus vasokonstriksi proteinuria
15
KLASIFIKASI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

I. Hipertensi Gestational = Hipertensi karena kehamilan
O TD 140/90 mmHg pertama sekali selama kehamilan,
tanpa proteinuria.
O TD kembali normal < 12 minggu p.p.
O Diagnosa akhir ditegakkan p.p.
O Dapat disertai tanda-tanda lain PE : - Nyeri epig.
- Trombositopenia

II. Pre Eklampsia
Kriteria umum :
O TD 140/90 mmHg, setelah kehamilan 2 minggu (dua
kali ukur, jarak 4 jam)
O Proteinuria : 300 mg/24 jam atau 1+ dengan Dipstick/
dengan cara biasa : 2+
O Gejala tersebut menghilang : < 12 minggu p.p.
16
VLDL : Very Low Density Lipoprotein

~ Bila kadar VLDL melebihi TxPA sebabkan Disfungsi
Endotel
~ Keempat faktor tersebut saling berkaitan dan akhirnya :
- Invasi sel trofoblast abnormal
- Iskhemia plasenta
- Kerusakan sel-sel endotel
Bersatu menjadi fenomena PE
17
a. PE Ringan : - TD S : > 120 , < 160
D : >90 , < 110
- Keluhan subjektif : (-)
- Proteinuria : 1+ 2+

b. PE Berat : - Hiperrefleksia
- TD S 160
- TD D 110
- Keluhan subjektip :
= Kel. Serebral : Sakit kepala frontal
= Gangguan penglihatan : kabur, di-
plopia
= Nyeri epigastrium : mual, mau muntah
= Edema pulmonum sesak
- Oligouria : 400 cc/24 jam
- Proteinuria : 5 g/24 jam
Impending Ekl.
(Ekl. mengancam)
- Kel. subj7
- Tanda obj7
Eklampsia
Yunani : Halilintar
18
c. Eklampsia : - Kejang yang bukan disebabkan penyakit
lainnya pada wanita dengan PE
- PE : Kejang/koma
- Saat : Ekl. Gravidarum
Ekl. Parturientum
Ekl. Puerperale

Kepastian PE meningkat :

O TD 160/110 mmHg
O Proteinuria : 2.0 g/24 jam ( 24 jam)
O Serum kreatinin > 1.2 mg/dl
O Trombosit < 100.000/mm3
O Microangiopathic hemolysis (LDH7)
LDH = Lactic Dehidrogenase
O Peningkatan ALT (Alanine Amino Transferase)
O Nyeri kepala : menetap atau gangguan serebral atau
visual
O Nyeri epigastrium menetap
19
III. Superimposed PE (Pada hipertensi kronis)
O Timbulnya proteinuria 3 mg/24 jam pada wanita hi-
pertensi, tetapi tidak ada sebelum kehamilan 20 mgg.
O Peningkatan yang tiba-tiba sesudah hamil 20 mgg. dari :
- Proteinuria
- TD
- Trombosit menurun < 100.000/cc
pada wanita hamil dengan hipertensi sebelumnya.


IV. Hipertensi kronis
TD : 140/90 mmHg sebelum hamil atau hipertensi pertama
didiagnosa setelah kehamilan 20 mgg. dan akan tetap menetap
setelah 12 mgg. p.p.
20
PENILAIAN KLINIS
1. Anamnesa : - Cari faktor predisposisi : usia, paritas, sos-ek,
gizi, penyakit sebelumnya.
Ingat : Primi muda, primi tua
- Keluhan subjektif
- Tanda-tanda objektif

2. Pemeriksaan : a. Umum : Kesadaran, tanda vital :TD S/D,
respirasi, nadi, suhu.

b. Lokal : - Inspeksi : - Muka/tubuh, oedem luas
- Kesadaran
- Palpasi : - Tanda PJT (pertumbuhan
janin terhambat)

c. Reflek : - KPR lutut
- APR achilles

Jangan lupa faktor lain : Gemelli, mola hidatidosa, bayi besar, DM,
Hidramnion, obesitas
21
d. Penunjang
O Jumlah urine : 4 jam, 24 jam
O Lab. : Analisa protein di urine (darah)
Darah :
= Fungsi hati : bilirubin, LDH,SGOT
= Fungsi ginjal : serum kreatinin
= Jumlah trombosit
= LDH
= ALT dan AST (Aspartat Amino
Tranferase)
O Funduskopi
O USG : Tanda PJT / KJDK
22
TANDA DAN GEJALA
TD Sist. : Dipengaruhi emosi
Diast. : Indikator prognosis. Ukur tahanan perifer 2 kali
jarak 4 jam ; TD (D) 90 mmHg hipertensi
Proteinuria : protein di urine
Hiperrefleksia : Reflek lutut : KPR
Reflek kaki : APR
Nyeri kepala : Nyeri serebral ; sakit kepala frontal
Gangguan penglihatan : Kabur, diplopia
Nyeri epigastrium : Mual, mau muntah
Kejang : Tonik/klonik
Koma : Tidak sadar
Edema : - Edema tungkai sampai keatas
- Edema paru
23
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
TD (D) 90 mmHg, 2x dalam jarak > 4 jam dan usia hamil >20
Minggu, bersamaan dengan proteinuria Diag. Pre Eklampsia


Penyebab Proteinuria lainnya :

Infeksi tract. urinarius
Anemia berat
Gagal jantung
Partus lama
Haematuria
Kontaminasi darah dari vagina

Penapisan : Uji Dipstik
Urin dalam tabung reaksi, panaskan, teteskan
1 tetes as. Asetat 2%.
Endapan : tetap proteinuria.
Ambil urin : Midstream
24
PENANGANAN H.D.K.

I. Pencegahan HDK
O Pembatasan kalori, cairan, garam Tidak dapat cegah
HDK, bahkan berbahaya pada janin.
O Manfaat aspirin, kalsium, obat cegah hipertensi
belum terbukti.
O Deteksi dini + penanganan ibu hamil dengan faktor
resiko penting
- Follow up teratur
- Nasihat jelas
- Keluarga : juga tahu (tanda-tanda).
Perlu dukungan: sosial/moral kepada pasien
25
KOMPLIKASI H.D.K.

PJT terminasi
Kesadaran/koma perdarahan serebral
Turunkan TD pelan-pelan
Gagal jantung, ginjal, hati
Kuagulopati HELLP SYNDROME
Infeksi nosokomial : infus/kateter
Infus overload cairan
26
HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN TANPA PROTEINURIA

RAWAT JALAN
Pantau TD, urin (protein) dan kondisi janin setiap minggu
Bila TD7, rawat sebagai PE ringan
Kalau kondisi janin buruk (PJT) rawat : nilai keadaan janin
Beritahu pasien dan keluarga : tanda bahaya dan gejala PE/E
TD stabil, janin dapat lahir normal
27
HIPERTENSI KRONIK

o Anjurkan istirahat lebih banyak
o Penurunan TD tiba-tiba ganggu perfusi bahaya pada
janin
Tidak ada bukti : TD (N) akan perbaiki keadaan janin
- Jika sebelum hamil sudah dapat obat anti hipertensi/
terkontrol teruskan
- Jika TD(D) 100 mmHg ; (S) 160 mmHg beri obat
anti hipertensi
- Jika prot. (+), atau tanda-tanda lain kemungkinan
superimposed PE rawat sebagai PE
28
o Pantau pertumbuhan / kondisi janin
o Bila tidak ada komplikasi, tunggu aterm
o Bila DJJ (<100/m , >180/m) gawat janin
o Bila petumbuhan janin terhambat :
Nilai serviks :
- Serviks matang : amniotomi + induksi
- Serviks belum matang : matangkan (PGS/kateter
foley)
29
P.E. RINGAN
Hamil < 37 minggu :
Belum ada perbaikan
Lakukan penilaian 2 kali/minggu (rawat jalan)
- Pantau TD, urin (prot.), reflek, kondisi janin
- Konseling : pasien/keluarga, tanda-tanda bahaya
PE/E
Istirahat lebih banyak
Tidak perlu obat-obat (penenang, anti hipertensi)
30
Kalau rawat tidak mungkin rawat inap (RS)
- Diet biasa
- Pantau TD 2x/hari, urin (prot.) 1x/hari
- Obat-obat tidak perlu
- Diuretik (-), kecuali ada oedem paru, dekompensasi
jantung, gagal ginjal akut.
- Jika TD(D) - normal dapat pulang
Nasihat : istirahat, tanda-tanda PE berat.
Kontrol 2x/minggu : pantau TD, urin (prot.), keadaan
janin, gejala/tanda PEB

31
Jika TD(D)7 lagi rawat kembali :
- Tidak ada perbaikan tetap rawat, penanganan dan
observasi kesehatan janin
- Jika terdapat tanda PJT, pertimbangkan terminasi keha-
milan
- Jika tidak terdapat, rawat sampai aterm
- Jika proteinuria 7, tangani seperti PEB

KEHAMILAN > 37 MINGGU :
O Serviks matang : pecahkan + induksi
O Serviks belum matang : matangkan atau SC
32
PE BERAT DAN EKLAMPSIA
Penanganan : Sama
Sifatnya : Aktif

PENANGNAN UMUM

TD(D) tetap 110 mmHg beri obat hipertensi

Tujuan : - Pertahankan TD(D) 90 - 110 mmHg
- Cegah perdarahan serebral

Obat : = Hidralazin 5 mg i.v. pelan-pelan. Tiap 5 menit
TD(D). Dapat ulang tiap jam, k/p beri 12,5 mg im.
tiap 2 jam.

= Labetolol 10 mg i.v. ; respon tidak ada, beri 20 mg iv.
Dapat naikkan dosis sampai 40 mg dan 80 mg sesu-
dah 1 menit (bila tidak respon)
33
= Nefedipin 5 mg sublingual tidak turun 10 menit,
dapat tambah 5 mg sublingual

= Metil Dopa : 3x250-500 mg/hari

~ Pasang infus dengan jarum besar (16 gauge)
~ Ukur keseimbangan cairan (jangan berlebihan)
~ Pasang kateter urin ; pantau pengeluaran urin/protein
~ Jika jumlah urin < 30 cc/jam, hentikan pemberian
MgSO4 (Magnesium Sulfat) dan berikan cairan i.v.
(NaCl 0,9%/Ringer Laktat 1 liter/ jam). Hati-hati
edema paru
~ Jangan tinggalkan pasien sendirian (Kejang + aspirasi
muntah kematian ibu/janin)
~ Awasi tanda-tanda vital, refleks, djj/jam.
~ Awasi paru (auskultasi) tanda oedema paru
- Hentikan pemberian/perlambat cairan i.v.
- Beri diuretik (furosemid) 4 mg i.v. (satu kali saja)

34
~ Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana
(bedside clotting test, COT)
- Ambil 2 cc darah vena, masuk tabung reaksi kaca
yang bersih, kering.
- Pegang tabung dalam genggaman (jaga tetap hangat)
- Setelah 4 menit, ketuk tabung secara perlahan lihat
apakah pembekuan sudah terbentuk. Kemudian ketuk
tiap menit sampai darah beku dan tabung dapat diba-
lik

~ Kegagalan terbentuknya bekuan setelah 7 menit/ada bekuan
lunak yang dapat pecah dengan mudah

Koagulopati (Kegagalan pembekuan darah)

- Dapat menjadi penyebab dan akibat perdarahan hebat
- Juga pada solusio plasenta
- KJDK
- Eklampsia
- Emboli air ketuban
35
PENANGANAN KEJANG
O Beri obat anti konvulsan
- Magnesium Sulfat (MgSO4) obat pilihan
- MgSO4 tidak ada Diazepam Resiko depresi
pernafasan neonatal
Beri sekali tidak ada bahaya beri i.v. terus menerus
(bayi iskhemia uteroplacental prematur)

DIAZEPAM diberi, bila MgSO4 tidak ada
Pemberian i.v.
= Dosis awal : - 10 mg i.v. pelan 2 menit
- Kejang ulang ulangi dosis awal

= Dosis pemeliharaan :
- 40 mg dalam 500 cc lar. RL infus
- Dosis > 30 mg/jam depresi pernf. neonatal
- Pemberian peroral bila i.v. tidak mungkin
- 20 mg dalam spuit tanpa jarum ke rektum
36
PEMBERIAN S.M. PADA PE BERAT/EKLAMPSI
Dosis Awal
MgSO4 4 gr i.v., lar. 40% 10 menit
Segera lanjutkan : 8 gr MgSO4 40% - boka/boki i.m.
ditambah 1 cc Lignokain 2%
Kejang ulang setelah 15 menit, berikan 2 gr larutan 40%
i.v. 5 menit

Dosis Pemeliharaan
MgSO4 1 2 gr/jam infus
Lanjutkan sampai 24 jam PP/kejang berakhir (6 gr 40%
dalam 500 cc infus RL, 20 30 gtt/menit)
37
SEBELUM BERI MgSO4 PERIKSA :
Frek. Resp. 16 kali/menit
Reflek patell (+)
Urin > 30 cc/jam, pada 4 jam terakir

HENTIKAN MgSO4 :
Frek. Resp. < 16 kali/menit
Reflek patella (-)
Urin < 30 cc/jam, pada 4 jam terakhir

SIAPKAN ANTIDOTUM :
Henti nafas : ventilasi (masker, balon)
Beri kalsium glukonat 1 gr (20 cc lar. 10%) i.v. pelan-
pelan sampai nafas spontan
38
PERLENGKAPAN UNTUK TANGANI KEJANG
(Jalan nafas, sedotan, masker dan balon, O2)
O Beri O2 4 6 L/menit
O Lindungi pasien dari trauma (jangan ikat keras)
O Baringkan pasien pada sisi kiri kurangi resiko aspirasi
O Setelah kejang : aspirasi mulut dan tenggorokan jika
perlu.

INGAT : Penilaian dan penataan awal Eklampsia
Berteriak minta tolong mobilisasi
Cepat evaluasi pernafasan, kesadaran
Periksa jalan nafas, TD, nadi
Miringkan ke kiri
Lindungi jangan cedera
Infus, O2, kateter, dan jangan tinggalkan ibu tanpa
penjaga


39
PENATALAKSANAAN SESUDAH KEJANG (KONVULSI)

- Cegah kejang lanjutan
- Kendalikan TD (D) : 90 - 110
- Persiapan untuk kelahiran (jika belum partus)

INGAT : JANGAN BERIKAN ERGOMETRIN/METERGIN
PADA IBU DENGAN PE/E, HIPERTENSI :
DAPAT MENINGKATKAN RESIKO KEJANG
DAN GANGGUAN CEREBRO VASKULER
40
STRATEGI UNTUK CEGAH EKELAMPSIA

O Asuhan ANC dan kenal hipertensi
O Identifikasi dan perawatan PE oleh
penolong yang terampil
O Kelahiran tepat waktu
O 3 4% wanita dengan PEB akan alami
konvulsi
O Eklampsia merupakan salah satu sebab
kematian ibu
41
PEMATAUAN SETIAP JAM
Evaluasi Penemuan normal
Tingkat kesadaran Mengantuk tapi bisa dibangunkan
TD Diastolik 90 110 mmHg
Jalan pernafasan 16x/menit
Reflek tendon Minimal, masih ada
Djj Penurunan dalam variabilitas
Evaluasi Penemuan abnormal Penatalaksanaan
Paru Edema pulmonum Hentikan SM
Output urine <30 cc/jam atau
<120 cc/4 jam
Hentikan SM
Uterus (setelah
partus)
Atonia uteri (PPP) Oksitosin selama
24 jam PP
42
KEJANG (KONVULSI) PADA EKLAMPSIA
4 TINGKAT

I. AWAL (AURA) : 30 DETIK
~ Mata buka tanpa lihat
~ Kel. ata bergetar
~ Tangan bergetar
~ Kepala : putar ka/ki

II. KEJANG : TONIK : 30 DETIK
~ Otot muka dan seluruh otot : kaku
~ Tangan : genggam
~ Kaki : membengkak kedalam
~ Nafas : berhenti
~ Wajah : sianopsis
~ Lidah : dapt tergigit
43
III. KEJANG : KLONIK : 1 2 MENIT
- Semua otot : kontraksi/ulang cepat
- Mulut : tutup/buka
- Lidah : dapat tergigit
- Bola mata : menonjol
- Kejang hebat : dapat jatuh dari tempat tidur
- Akhirnya kejang berhenti : os tarik nafas dengkur
IV. K O M A
- Lamanya tidak tentu
- Perlahan-lahan dapat sadar
- Dapat serangan kejang baru tanpa sadar/sadar dulu
atau tanpa sadar tetap koma (bervariasi)

Selama serangan kejang : - TD7
- Nadi 7
- Temp. 7
INGAT : SERANGAN KEJANG : PERMUDAH/RANGSANG :
- SUARA RIBUT
- CAHAYA
- MANIPULASI (VT, INJEKSI)
44
PERAWATAN KEJANG
O Baik di Ruang Intensif/Ruang Khusus (Isolasi)
- Kamar tenang
- Ventilasi baik
- Diawasi terus
- Peralatan tersedia
= Spatel lidah
= Jalan nafas bersih
= Kepala sedikit rendahkan miring
= Fiksasi badan ke tempat tidur (tidak bahaya)
= O2
= Cairan infus
= Obat-obat
= Kateter

O Bila koma > 24 jam, cegah decubitus, beri makan (kalori)
dengan NGT (Naso-Gastric Tube)
45
PERSALINAN
Usahakan segera setelah keadaan pasien stabil (penundaan :
7resiko ibu/janin)
] Periksa serviks :
= Matang : pecahkan + induksi
= Persalinan pervaginam tidak dapat diharapkan dalam
2 jam (eklampsia) atau dalam 24 jam (PE) SC
] Jika DJJ < 100/menit atau > 180/menit SC
] Serviks belum matang, janin hidup SC
] Jika : Anestesia untuk SC tidak ada
Janin mati
Janin terlalu kecil

- Usahakan lahir pervaginam
- Matangkan serviks
46
BILA SC AKAN DILAKUKAN
~ Tidak ada koagulopati
~ Anestesi yang aman anestesi umum
Anestesi spinal resiko hipotensi (beri 500 1000 cc
cairan sebelum anestesi)
~ Anestesi umum tidak tersedia dan janin mati atau janin
hidup, kemungkinan hidup kecil partus pervaginam



PERAWATAN PASCA PERSALINAN
- Anti konvulsan teruskan sampai 24 jam postpartum/
kejang berakhir
- Anti hipertensi : teruskan bila TD(D) 100 mmHg
- Pantau urin (prot.)
47
R U J U K A N
Oligouria (> 400 cc/24 jam) selama 4 jam postpartum
Koagulopati (+), sindrom HELLP (+)
Koma > 24 jam, sesudah kejang

KOMPLIKASI H.D.K.
Pertumbuhan janin terhambat terminasi kehamilan
Jika kesadaran/koma, kemungkinan perdarahan serebral
TD pelan-pelan + terapi suportif
Jika ada gagal jantung, ginjal, hati terapi suportif
Jika ada uji beku darah (+) koagulopati
Pasien dapat infus/kateter hati-hati infeksi nosokomial
(perlu PI)
Pasien infus balans cairan
48
PENGAWASAN (MONITORING) PE/E RAWAT INAP

1) Anam. : keluhan subjektif
2) Pemeriksaan : ~ Vital sign, TD, nadi, resp., temp.
~ Reflek
~ Paru : oedema pulmo
~ Mata : funduskopi (k/p)
~ Kesadaran
3) Jumlah cairan keluar/masuk/jumlah urine
4) Keadaan janin : djj, tinggi FU ; k/p USG - PJT
- KJDK
5) Lab. : - Protein di urine
- Dll : = Fungsi hati : Bilirubin, SGOT, LDH
= Fungsi ginjal : ureum, kreatinin
= Trombosit
49
PRINSIP PENANGANAN PE/E

O PER PEB E
O Prognosa : E lebih jelek daripada PEB
PEB lebih jelek daripada PER
O Sebab : tidak tahu
O Tujuan : - Cegah komplikasi pada ibu/janin
- Lahirkan janin hidup dan trauma minimal
pada ibu/janin

O Terapi : Sifatnya simptomatis.
Bila anak/plasenta lahir keadaan membaik

O Dasar penanganan :
- Medik : obat simptomatis
- Obstetrik : Lahirkan bayi cukup optimal
50
I N G A T :
PER sering tanpa gejala
Proteinuria7 memburuknya PE
Edema pada tungkai bukan tanda sahih PE
PER PEB E
Kejang :
= Dapat terjadi tanpa hubungan dengan beratnya hipertensi
= Sukar diramalkan dapat terjadi : tanpa hiperrefleksia,
nyeri kepala atau gangguan penglihatan
= 25% pasca persalinan
= Dapat ulang-ulang mati
= Dapat ikuti koma

Ergometrin : jangan berikan pada ibu dengan PE, E
Hipertensi - 7 resiko kejang
- Gangguan serebro vaskuler
51
KOMPLIKASI KEJANG
1) Lidah tergigit
2) Luka fraktur
3) Gangguan pernafasan
4) Sol. Plasenta
5) Perdarahan otak
6) Keluhan mata ablatio retina
7) Nekrosis hati
8) Kel. ginjal

HELLP Syndrom
H : Haemolisis
EL : Elevated Liver enzym
LP : Low Platelet count (trombosit)
-Aspirasi
- Oedema paru
52
O Sebelum peberian ulangan MgSO4, periksa :
- Frekuensi respirasi, minimal 16x/menit
- Reflek patella (+)
- Urin minimal 30 cc/jam dalam 4 jam terakhir

O Hentikan pemberian MgSO4 :
- Frekuensi respirasi < 16x/menit
- Reflek patella (-)
- Urin <30 cc/jam dalam 4 jam terakhir

O Kalau henti nafas bantu dengan masker dengan
balon ventilator
Beri antidotum : kalsium glukonat 1 g (20 cc dalam
larutan 10%) i.v. pelan-pelan sampai pernafasan
mulai lagi


53
DARI PROGNOSA :
O Kematian ibu : 9,8 25,5%
Karena : = Perdarahan otak
= Decompensasi cordis
= Edema paru
= Gagal ginjal
= Aspirasi isi lambung ke jalan nafas
= HELLP syndrom

O Kematian bayi : 42 48%
Karena : = Hipoksia
= PJT dismatur
= Prematuritas
54
PENCEGAHAN
~ PER PEB

O Kenali di ANC
O Tangani di ANC k/p RS
O Cari faktor prerdisposisi
O Nasihat pekerjaan sehari-hari (istirahat)
O Pengawasan terus menerus ; juga dari keluarga
O Diet : kontroversi

~ PEB E

O Rawat di RS
O Awasi tanda-tanda tidak baik
O Berikan perawatan sebagai Eklampsia
O Ada petunjuk dapat terminasi

~ Eklampsia : aktif bila kondisi sudah memungkinkan
55
M A S A L A H
- Wanita hamil/baru melahirkan : mengeluh nyeri kepala
hebat/penglihatan kabur (PEB)
- Wanita hamil/baru melahirkan : kejang/koma (Ekl.)

PENANGANAN UMUM
- Ibu tidak sadar/kejang/koma mobilisasi. Siapkan
fasilitas gawat darurat
- Segera nilai KU, tanda vital (TD, nadi, pernaf.) dan cari
riwayat penyakit sekarang/dulu/kel.
- Jika tidak bernafas/nafas dangkal :
- Periksa, bebaskan jalan nafas
- Tidak nafas, ventilasi dengan masker dan balon,
k/p intubasi
- Jika nafas : beri O2 4 6 L/menit dengan masker/kanul
56
- Jika tidak sadar/koma :
- Bebaskan jal;an nafas
- Baringkan pada sisi kiri
- Ukur suhu
- Periksa apa ada kaku kuduk
- Jika syok atasi
- Jika perdarahan atasi
- Jika kejang :
= Baringkan pada sisi kiri, kepala sedikit ditinggikan
(cegah aspirasi muntah/sekret)
= Bebaskan jalan nafas
= Hindari jatuh dari tempat tidur
= Pengawasan ketat
57
- Jika diagnosa EKLAMPSIA beri SM
Dapat berguna : kepekaan syaraf pusat
TD
Utama 7 diuresis
anti kejang

- Jika penyebab kejang belum diketahui,
tangani sebagai eklampsia sambil mencari
penyebab lainnya
58
PRONOSA EKLAMPSIA (KRITERIA EDEN)
BILA DIDAPAT > 1 JELEK

1) Koma lama ( 6 jam)
2) Nadi : > 120x/menit
3) Suhu : > 39C
4) TD-S : > 200 mmHg ; D : > 120 mmHg
5) Protein > 10 g/L
6) Kejang > 10 x
7) Tidak ada edema
8) Gagal kardiovaskuler (oedem paru, sianosis TD)
9) Elektrolit imbalance
10) Gagal terapi :
- Hentikan kejang
- Urine tetap < 30 cc/jam
- Gagal hemodilusi : HT 10%
11) HELLP Syndrome (+)
59
PEMBERIAN MgSO4 PADA PE BERAT, EKLAMPSIA

O DOSIS AWAL
~ MgSO4 4 gr i.v. , larutkan 20% - 5 menit.
~ Segera lanjutkan pemberian gr MgSO4 40%, masing-
masing 4 gr diboka/ki i.m. dalam (+ 1 cc Lignokain 2%
pada tempat yang sama. Rasa panas waktu pemberian.
~ Jika kejang berulang setelah 15 menit, beri MgSO4 2 gr
(larutan 40%) i.v. selama 10 menit

O DOSIS PEMELIHARAAN
~ 4 gr MgSO4 tiap jam (40%), bila tidak ada kontraindikasi
~ Lanjutkan pemberian sampai 24 jam pasca persalinan
atau kejang terakhir.
60
PE BERAT
1) TD > 160/110 mmHg
2) Proteinuria > 2 gr/24 jam > 2+
3) Keluhan subjektif
4) Serum kreatinin 7
5) Oligouria < 500 cc/24 jam
6) Trombositopenia
7) Enzym hati 7
8) P J T
9) Edema paru / cyanosis
61
DOSIS PEMELIHARAAN

1 2 gr./jam / infus

2 gr./jam 500 cc

5 jam, 20-30 tetes/menit

Bulatkan 5 jam 10 gr

25 cc 40% SM dalam 500 cc
20-30 gtt/menit

50 cc, 20% SM dalam 500 cc
(20-30 gtt/menit)

62
PERSALINAN
Terapi definitif PE, cegah PER + PEB (ibu)
Janin : apakah intra uterin lebih baik dari ekstra uterin
Diuretik vasokonstriksi TD 7
Antihipertensi aliran darah

Pengaruhi janin

Indikasi partus :

~ Ibu : - Usia hamil 37 minggu
- Trombosit < 100.000/cc
- Gangguan fungsi hati/ginjal (agresif)
- Solusio plasenta
- Keluhan subjektif : menetap

~ Janin : - Oligohidramnion
- PJT
63
MgSO4
Tujuan : ~ Cegah, timbul kejang dan komplikasi (akibatnya)
~ mortalitas dan morbiditas ibu/janin

Cara kerja : a. Neuro-muscular junction s.s. pusat
Hantaran impuls kontraksi otot
b. Hambat/blok sistem neuromuskuler perifer
(kemampuan otot berkontraksi )

Juga : Vasodilatasi - TD
Iskemia cerebral
Kadar terapeutik : 4 7 mEq/L
64
RESIKO PREMATURITAS

Kortikosteroid :
Usia 24 34 minggu dengan resiko :
~ Betametason 12 mg. 2x interval 24 jam (i.m.)
~ Deksametason 6 mg. 4x interval 12 jam (i.m.)

65
PROTOKOL P.E.B. (R.S. PENDIDIKAN - MEDAN)
Obat : 1. Tirah baring
2. O2
3. Kateter menetap
4. IVFD : R.laktat, kolloid input 2000 cc/24 jam
(input/output)
5. MgSO4

I. a. Awal : 4 gr. , 20% i.v. (4 5 menit) IVFD 1 gr/jam
b. Mantenance : 4 gr., 40%/4 jam

II. a. Awal : 4 gr, 20% i.v. (4 5 menit) IVFD 1 gr./jam
6 gr., 40% (15 cc) RL 500 cc 2 gtt/menit
b. Anti hipertensi : D 110 mmHg Nifedipin 10 mg
sublingual.
1 jam tidak turun ulang 5 10 mg. sublingual/oral
jarak 1 2 jam (turun max. 30%) 90 mmHg :
Diastole
66
DIURETIKA TIDAK DIBERI, KECUALI :
- Edema paru
- Gagal jantung
- Edema anasarka

OBSTETRIK :
PEB hamil 37 minggu
a. Belum Inpartu
- Induksi, sesudah beri SM ke-2
- Amniotomi + oksitosin drip (pelvic score 5)
- SC : - Syarat drip tidak terpenuhi
- 12 jam post drip, anak tidak lahir
- Pada primi cenderung SC

b. Inpartu
Fase laten : 6 jam tidak masuk fase aktif SC
Fase aktif : - amniotomi k/p oksitosin
- 6 jam pembukaan tidak lengkap SC

c. Kala-II dipercepat EV/EF
67
d. Persalinan sudah harus selesai kurang dari 12 jam
setelah amniotomi dan drip ; atau 6 jam tidak ada
kemajuan SC

e. Ergometrin rutin tidak diberikan kecuali atonia uteri

f. SM dapat diberi sampai 24 jam p.p. jika TD masih tinggi
MgSO4 henti : - Ada tanda-tanda intoksikasi
- 8 jam p.p. TD normal

PEB, usia hamil < 37 minggu
- Obat : MgSO4, 1x24 jam
- Obst. : 24 jam sesudah MgSO4 tidak ada perbaikan
SC
68
SINDROMA HELLP
DIAGNOSA
a. Gejala Klinik
~ Nyeri epigastrium
~ Sakit kepala
~ Mual, muntah
~ Malaise
~ Tanda hemolise : perdarahan gusi, vagina

b. Laboratorium
~ Darah tepi : - Burr Cell
- Spherocytes
- Schistocytes
- Trianguler cell
~ LDH > w/l
~ Bilirubin > 1,2 mg%
~ SGOT > 70 IU/L
~ Trombosit < 100.000/mm
~ Enzym hepar : Aspartate, alanine, laktat
~ Hipertensi
~ Ikterus
~ Edema
~ Perut kanan atas tegang
69
PENANGANAN
- PE Berat / Ekl. Bukan indikasi
- Stabilisasi yang utama

SINDROMA HELLP : 50% Eklampsi menjadi SH
12% PE menjadi SH
21% PEB menjadi SH

ETIOLOGI
~ Belum pasti
~ Kejadian akhir dari kerusakan endotel mikrovaskuler
dan aktivasi dari platelet (intravaskuler)


BAGI
1. Parsial : Salah satu atau lebih berubah [H],[EL],[LP]
2. Murni : Perubahan ketiganya
70
PENGOBATAN
Tirah baring
O2
Kateter menetap
IVFD : Ringer Laktat Koloid
Input : 2000 cc/24 jam
pedoman : diuresis
SM
Serupa
Anti hipertensi : D : > 40 mmHg

Nifedepin sublingual 10 mg sesuai kebutuhan
(1 jam dapat diulang)

5 10 mg
TD (tidak boleh Diast. < 90 mmHg)

71
PENANGANAN SH
Prinsip : - Seperti penanganan PEB
- Bukan indikasi untuk SS
- Stabilitas ibu yang utama

Tambahan :
Deksametason 10 mg i.v./12 jam 2x
N. acetyl systen : 3x600 mg
Trombosit - <50.000 mm beri trombosit 10 U
Anemi Fresh Whole Blood
AB
Koma ICU

Trombosit , periksa : - Fibrinogen
- Protrombin Time Partial Tromboplastin
- D-dimer


72
O Diuretikum
Indikasi : - Edema paru
- Edema anasarka
- Gagal jantung kongestif

O Deksametason : 10 mgi.v./12 jam ; 2x

Oradexon (5 mg/ampul)

O N. asetil systen (fluimucil) 3x600 mg

O Beri trombosit kl. Tromb. < 50.000/mm

10 menit ; atau beri transf. (whole blood)

O AB

O Kalau koma ICU

O Anemi tranf. darah segar
73
Serum kreatinin meningkat
Trombositopenia
Enzym hati meningkat
P J T
74
OBST.
Ibu stabil : = Terminasi : Harus selesai < 4 jam
= Konservatif : - TD < 160/110 mmHg
- Oligo membaik setelah IVFD
- Nyeri epig. (-)
- Usia hamil 37 minggu

Terminasi : - Serviks matang, tidak ada kontra indikasi obst.
induksi + amniotomi
Kala II percepat
SS : - Skor pelvik < 5
- Induksi > 12 jam tidak ada kemajuan
- Obst.

SS : - Insisi midline
- Plika vesika uterine : terbuka
- Pasang drain abdomen
- Post SC : ICU
75
ANESTESI
Epidural / Umum

Bila trombosit < 50.000 mm
- Edema laring
- Gemuk
- Leher pendek

PASCA PERSALINAN
~ Awasi tanda vital, balans cairan, tanda perdarahan
~ Deksametason dapat diteruskan. Dosis : 10 mg, 10 mg,
5 mg, 5 mg interval, 12 jam
~ SM : Dapat diteruskan 24 jam (TD normal, sesudah 8 jam
terakhir)
~ Lab. : Tiap hari (48 jam I)

76
LIHAT TANDA D.I.C. (Disseminated Intravascular Coagulation)

Suatu kumpulan gejala (sindroma)
Sekunder dari satu penyakit
Sistem pembekuan darah aktif secara menyeluruh
(disseminated)
Hasil pembentukan fibrin i. vaskuler
Dapat menyebabkan penyumbatan thrombosis pada
pembuluh darah
Dapat berakhir dengan perdarahan masif (faktor pembekuan
darah sudah habis)

77
D.I.C. : Penyakit akibat kelainan darah, dengan tanda
klinis :
- Perdarahan, petechie, pervaginam
- Lab. : ~ Masa protrombin (14)
- Masa tromboplastin partial (40)
- Trombositopenia : < 100.000/mm
- Fibrinogen : <300 mg/dl

Edema paru : Tertumpuknya cairan pada paru akibat
ekstravasasi cairan ke jaringan ekstra-
seluler dengan tanda :
- Sesak nafas, batuk, sianosis
- Periksa Ronkhi basah (basal)
- Foto thorax : gambaran edema paru
78
KELAINAN PEMBEKUAN DARAH
Trombosit < 50.000/mm
Fibrinogen : <300 mg/L
Waktu protrombin (>14)
Partial tromboplastin time (>40)

A K I B A T
Perdarahan bawah kulit Peticheia
Perdarahan banyak : - Antepartum
- Postpartum

____________

Вам также может понравиться