Вы находитесь на странице: 1из 163

Akuntansi BPR

Bandung, 21 Oktober 2013


Agenda
Pendahuluan 1.
SAK ETAP 2.
Pedoman Akuntansi BPR 3.
Pelaporan BPR 4.
Penutup 5.
Akuntansi dan Audit Laporan
Keuangan BPR

ACUAN:
1. Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
3. Standar Akuntansi Keuangan (SAK non ETAP)
4. Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan
BPR
5. Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum


3
Ketentuan Bank Indonesia
1. SE 15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 Laporan Tahunan dan Laporan
Keuangan Publikasi Bang Perkreditan Rakyat
2. SE BI 15/3/PBI/2013 tangggal 21 Mei 2013 Transparansi Kondisi
Keuangan Bank Perkreditan Rakyat
3. SE BI No.12/14/DKBU, Pelaksanaan Pedoman Akuntansi BPR
4. SE BI No.11/37/DKBU tanggal 31 Desember 2009, Penetapan
penggunaan Standar Akuntansi Keuangan bagi BPR
5. PBI No.13/20/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, Transparansi kondisi
keuangan BPR
6. PBI 13/26/PBI/2011 Perubahan PBI 8/19/2006, Perubahan PP BI
8/19/2006; Kualitas aktiva produktif dan pembentukan PPAP

4
Standar Akuntansi Keuangan ETAP
Bandung, 21 Oktober 2013
Memberikan infomasi
posisi keuangan,
kinerja
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi
Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah
dilakukan manajemen (stewardship), dan pertanggung
jawaban sumber daya yang dipercayakan kepadanya
Memenuhi kebutuhan sebagian besar pemakai.
Menyediakan pengaruh keuangan dari kejadian di masa
lalu dan tidak diwajibkan menyediakan informasi non
keuangan.
Tujuan Laporan Keuangan
Ref: PSAK Conceptual Framework
6
Untuk keseragaman laporan keuangan
Memudahkan penyusun laporan keuangan karena ada
pedoman baku sehingga meminimalkan bias dari
penyusun
Memudahkan auditor
Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk
menginterpretasikan dan membandingkan laporan
keuangan entitas yang berbeda.
Pengguna laporan keuangan banyak pihak sehingga
penyusun tidak dapat menjelaskan kepada masing-
masing pengguna
Standar Akuntansi ??
7
Empat Pilar Standar Akuntansi Indonesia
Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik signifikan -
SAK-ETAP
Standar Akuntansi Syariah SAK
Syariah
Standar Akuntansi Pemerintahan - SAP

8
IFRS hanya diadopsi PSAK
SAK ETAP diluncurkan pada tanggal 17 July 2009
Instansi Pemerintah menggunakan Standar Akuntansi
Pemerintahan PP 71 tahun 2010

SAK ETAP
SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa
akuntabilitas publik
Digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik.
ETAP adalah entitas yang:
Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general
purpose financial statement) bagi pengguna eksternal.
Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat
langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga
pemeringkat kredit.

9
AKUNTABILITAS PUBLIK SIGNIFIKAN
Harus menggunakan PSAK IFRS based
Namun, dapat menggunakan SAK ETAP jika ada
regulasi yang mengijinkan penggunaan SAK
ETAP BPR

10
SAK ETAP: Why?
PSAK IFRS based sulit diterapkan bagi perusahaan menengah
kecil mengingat penentuan fair value memerlukan biaya yang
tidak murah.
PSAK IFRS rumit dalam implementasinya seperti kasus PSAK
50 dan PSAK 55 meskipun sudah disahkan tahun 2006 namun
implementasinya tertunda bahkan 2010 sudah keluar PSAK 50
(revisi).
PSAK IFRS menggunakan principle based sehingga
membutuhkan banyak professional judgement.
PSAK IFRS perlu dokumentasi dan IT yang kuat
SAK ETAP sebagai solusi utk SME (ETAP)
11
Manfaat SAK ETAP
Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil,
menengah, mampu untuk
menyusun laporan keuangannya sendiri,
dapat diaudit dan mendapatkan opini audit,
sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk
mendapatkan dana (misalnya dari Bank) untuk pengembangan
usaha.
Lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK IFRS sehingga
lebih mudah dalam implementasinya
Tetap memberikan informasi yang handal dalam penyajian
laporan keuangan.
12
SAK ETAP
Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan
modifikasi sesuai kondisi di Indonesia dan dibuat lebih
ringkas.
SAK ETAP masih memerlukan professional judgement
namun tidak sebanyak untuk PSAK IFRS.
Dalam beberapa hal tidak ada perubahan signifikan
dibandingkan dengan PSAK lama: contoh PSAK 16
(1994). Namun ada beberapa hal yang dimodifikasi dari
IFRS/IAS.
13
IFRS for SMEs
IFRS for SMEs, merupakan mini Full IFRS
Terdapat pengurangan opsi dan pengungkapan
Tidak terdapat pengakuan dan pengukuran yang berbeda
dengan Full IFRS, kecuali
borrowing cost dibebankan langsung dan tidak dikapitalisasi,
dan
terdapat pengaturan mengenai ekuitas
Target dari IFRS for SMEs adalah perusahaan menengah
ke bawah.
14
SAK ETAP
PSAK yang disederhanakan:
Pilihan pada alternatif standar yang lebih sederhana
Penyederhaaan pengakuan dan pengukuran
Mengurangi pengungkapan
Penyederhanaan
Merupakan standar yang berdiri sendiri secara
keseluruhan (stand alone)
15
ISI SAK ETAP
16
Bab Bab
1 Ruang Lingkup 16 Aset Tidak Berwujud
2 Konsep dan Prinsip Pervasive 17 Sewa
3 Penyajian Laporan Keuangan 18 Kewajiban Diestimasi dan Kontijensi
4 Neraca 19 Ekuitas
5 Laporan Laba Rugi 20 Pendapatan
6 Laporan Perubahan Ekuitas 21 Biaya Pinjaman
7 Laporan Arus Kas 22 Penurunan Nilai Aset
8 Catatan atas Laporan Keuangan 23 Imbalan Kerja
9 Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Kebijakan Akuntansi dan Koreksi
Kesalahan
24 Pajak Penghasilan
10 Investasi pada Efek Tertentu 25 Mata Uang Pelaporam
11 Persediaan 26 Transaksi dalam Mata Uang Asing
12 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Entitas
Anak
27 Peristiwa setalah Akhir Periode Pelaporan
13 Investasi pada Joint Venture 28 Pengungkapan Pihak-pihak yang
Mempunyai Hubungan Istimewa
14 Propoerti Investasi 29 Ketentuan Transisi
15 Aset Tetap 30 Tanggal Efektif
Daftar Istilah
Ruang lingkup
SAK ETAP, dimaksudkan untuk digunakan oleh
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu
entitas yang:
Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan
Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum
bagi pengguna eksternal
17
Ruang lingkup
18
Entitas dengan akuntabilitas publik signifikan
Telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau sedang dalam
proses pengajuan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau
regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau
Menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk
sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas
asuransi,pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa
dana dan bank investasi.
Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat
menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi
mengizinkan penggunaan SAK ETAP.
Contoh: Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
Laporan keuangan untuk tujuan umum
Laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan
keuangan, misalnya:
pemegang saham,
kreditor,
pekerja,
masyarakat dalam arti luas
19
Pedoman Akuntansi BPR
Bandung, 21 Oktober 2013
Pedoman Akuntansi BPR
Kebijakan Bank Indonesia yang mengijinkan BPR untuk
menerapkan SAK ETAP
Pedoman Akuntansi BPR merupakan penjabaran lebih lanjut prinsip
dan substansi pengaturan dalam SAK ETAP untuk membantu BPR
dalam menyusun laporan keuangan.
Penyusunan PA-BPR ini bertujuan :
untuk memberikan acuan minimum yang harus dipenuhi oleh BPR
dalam menyusun laporan keuangannya.
untuk menciptakan keseragaman sehingga dapat meningkatkan daya
banding laporan keuangan di antara BPR.
Proses penyusunan Pedoman Akuntansi BPR yang melibatkan
stakeholder dan melalui due process procedure), termasuk public
hearing dan limited hearing.


Tujuan PA BPR
Untuk membantu pengguna dalam menyusun laporan
keuangan agar sesuai dengan tujuan laporan keuangan,
yaitu:
Pengambilan keputusan ekonomi semua pihak
Menilai prospek arus kas
Memberikan informasi atas sumber daya ekonomi
Menciptakan keseragaman sehingga meningkatkan daya
banding laporan keuangan BPR.
Menjadi acuan minimum yang harus dipenuhi oleh BPR dalam
menyusun laporan keuangan.

Isi Pedoman Akuntansi BPR
Bab I Pendahuluan
Bab II Tata Cara Penyesuaian atas Pos-Pos
Laporan Keuangan
Bab III Laporan Keuangan
Bab IV Akuntansi Aset
Bab V Akuntansi Kewajiban
BaB VI Akuntansi Ekuitas
BaB VII Laporan Laba Rugi
Bab VIII Laporan Arus Kas
Bab IX Laporan Perubahan Ekuitas
Bab X Catatan atas Laporan Keuangan
Contoh Kasus
Acuan Penyusunan
Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
(SAK ETAP).
Standar Akuntansi Keuangan (SAK non - ETAP).
Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan BPR.
Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum.

Dalam hal standar akuntansi keuangan memberikan pilihan
atas perlakuan akuntansi, maka BPR wajib mengikuti pilihan
sesuai ketentuan Bank Indonesia.
BAB
II
Ketentuan Lain
Jurnal, akun dan contoh yang digunakan dalam Pedoman
ini hanya merupakan ilustrasi dan tidak bersifat mengikat.
BPR dapat mengembangkan metode sesuai sistem
masing-masing sepanjang memberikan hasil akhir yang
tidak berbeda.
Transaksi BPR yang dicantumkan dalam Pedoman ini
diprioritaskan pada transaksi yang umum terjadi pada
BPR.
Pedoman ini secara periodik akan dievaluasi dan
disesuaikan dengan perkembangan bisnis dan produk
BPR, ketentuan standar akuntansi keuangan, ketentuan
Bank Indonesia, dan ketentuan lain yang terkait dengan
BPR.
Penyesuaian Pos Laporan Keuangan
Ketentuan Umum
mengakui semua aset dan kewajiban
dipersyaratkan Pedoman
tidak mengakui pos-pos apabila Pedoman
tidak mengijinkan
mereklasifikasikan pos-pos;
menerapkan Pedoman ini dalam
pengukuran;
dampak penyesuaian diakui pada saldo
laba awal 2010.

BAB
II
Penyesuaian 1
N0 Penyesuaian Jurnal
A Aktiva dalam Valas Db. Kas dalam valuta asing
Kr. Aktiva dalam valuta asing
B Kredit yang Diberikan sebelum 1 Januari
2010. Saldo pokok kredit yang masih
ada direklasifikasi
Db. Kredit yang diberikan Pokok
Kr. Kredit yang diberikan
C Provisi yang diterima untuk kredit
sebelum 1 Januari 2010. Saldo provisi
yang belum diamortisasi direklasifikasi
Db. Rupa-rupa pasiva Provisi
Kr. Kredit yang diberikan Provisi
D Provisi yang diterima untuk kredit
sebelum 1 Januari 2010
Saldo provisi yang belum diamortisasi
direklasifikasi
Db. Pendapatan operasional Provisi
dan komisi
Kr. Pendapatan bunga Provisi
E Penyesuaian amortisasi provisi per 1 Juli
2010. Apabila seluruh provisi telah
langsung diakui sebagai Pendapatan
Operasional Provisi untuk transaksi
pemberian kredit sejak 1 Januari s.d. 30
Juni 2010 maka dilakukan penyesuaian.
Db. Pendapatan operasional Provisi
dan komisi
Kr. Kredit yang diberikan Provisi
Kr. Pendapatan bunga
Provisi(sebesar jumlah proporsional
sesuai jangka waktu kredit)
Penyesuaian
N0 Penyesuaian Jurnal
F
Biaya transaksi untuk kredit sebelum 1Januari 2010
Saldo biaya transaksi yang ditanggung oleh BPR yang
belum diamortisasi disesuaikan:
Db. Kredit yang diberikan Biaya transaksi
Kr. Pos yang terkait

G
Penyesuaian amortisasi biaya transaksi per 1 Juli 2010
Amortisasi biaya transaksi yang telah dilakukan sejak 1
Januari s.d. 30 Juni 2010 dan diakui sebagai Beban
Operasional direklasifikasi menjadi pengurang
Pendapatan Bunga
Db. Pendapatan bunga Biaya transaksi
Kr. Beban operasional yang terkait
H
Penyesuaian amortisasi biaya transaksi per 1 Juli 2010.
Apabila seluruh biaya transaksi telah langsung diakui
sebagai Beban Operasional untuk transaksi pemberian
kredit sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 maka dilakukan
Penyesuaian
Db. Kredit yang diberikan Biaya transaksi
(yang belum diamortisasi)
Db. Pendapatan bunga Biaya transaksi
(sebesar jumlah proporsional sesuai jangka
waktu kredit)
Kr. Beban operasional yang terkait
I
Apabila AYDA tidak memenuhi definisi AYDA
berdasarkan PA-BPR pada 1 Januari 2010,
direklasifikasi
Agunan tersebut dicatat dalam rekening administratif.
Pembentukan penyisihan kerugian kredit yang
diberikan sebagai hasil reklasifikasi agunan
Db. Kredit yang diberikan
Kr. Rupa-rupa aktiva Agunan yang diambil
alih
Db. Saldo laba
Kr. Penyisihan kerugian kredit
Penyesuaian
N0 Penyesuaian Jurnal
J Penyesuaian penyisihan kerugian kredit per 1 Juli 2010
Apabila terdapat pengambilalihan agunan yang terjadi
sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 yang tidak memenuhi
definisi AYDA berdasarkan PA-BPR, maka
pembentukan penyisihan kerugian kredit yang diberikan
dimunculkan kembali
Db. Kredit yang diberikan
Kr. Rupa-rupa aktiva Agunan yang diambil
alih
Db. Beban operasional Penyisihan kerugian
kredit
Kr. Penyisihan kerugian kredit
K AYDA yang memenuhi definisi AYDA berdasarkan
PABPR ini pada 1 Januari 2010 .
Apabila jumlah rugi penurunan nilai yang baru diketahui
setelah 1 Januari 2010 dibebankan sebagai rugi
penurunan nilai pada periode tahun 2010
Db. Saldo laba
Kr. Akumulasi rugi penurunan nilai
L Aset tetap yang direvaluasi Saldo Surplus Revaluasi
Aset Tetap di ekuitas pada 1 Januari 2010
direklasifikasi ke Saldo Laba
Apabila terjadi revaluasi aset tetap sejak 1 Januari
2010 maka surplus revaluasi yang ada di ekuitas tidak
boleh direklasifikasi ke Saldo Laba hingga terjadi
pelepasan aset tetap.
Db. Surplus revaluasi aset tetap
Kr. Saldo laba
M Saldo utang bunga yang sebelumnya disajikan dalam
Rupa-rupa Pasiva dan Kewajiban Segera direklasifikasi
ke Utang Bunga
Db. Kewajiban segera/Rupa-rupa pasiva
Kr. Utang bunga

Penyesuaian
N0 Penyesuaian Jurnal
L
Penyesuaian penyisihan kerugian kredit
per 1 Juli 2010
Apabila terdapat pengambilalihan agunan
yang terjadi sejak 1 Januari s.d. 30 Juni
2010 yang tidak memenuhi definisi AYDA
berdasarkan PA-BPR, maka pembentukan
penyisihan kerugian kredit yang diberikan
dimunculkan kembali
Db. Kredit yang diberikan
Kr. Rupa-rupa aktiva Agunan yang
diambil alih
Db.Beban operasional Penyisihan
kerugian kredit
Kr. Penyisihan kerugian kredit
K
AYDA yang memenuhi definisi AYDA
berdasarkan PABPR ini pada 1 Januari
2010 .
Apabila jumlah rugi penurunan nilai yang
baru diketahui setelah 1 Januari 2010
dibebankan sebagai rugi penurunan nilai
pada periode tahun 2010
Db. Saldo laba
Kr. Akumulasi rugi penurunan nilai
Penyesuaian
N0 Penyesuaian Jurnal
N Simpanan dalam bentuk deposito dengan jangka waktu
1 (satu) tahun.
Penyesuaian biaya transaksi yang dikeluarkan dan
dapat dikaitkan secara langsung pada 1 (satu) rekening
deposito per 1 Juli 2010.
Biaya transaksi yang telah diakui sebagai Beban
Operasional sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010
disesuaikan sebagai Beban Bunga dan atau sebagai
pengurang deposito:
Db. Beban operasional Bunga (sebesar
jumlah proporsional sesuai jangka waktu
deposito)
Db. Deposito Biaya transaksi
Kr. Beban operasional yang terkait
O Simpanan yang sudah jatuh tempo (tabungan atau
deposito) dan
belum diambil pemilik.
Saldo simpanan yang sudah jatuh tempo (tabungan
atau deposito)
direklasifikasi ke Kewajiban Segera:
Db. Tabungan/Deposito/Antar bank pasiva
Tabungan/Deposito
Kr. Kewajiban segera Simpanan jatuh tempo
P Pinjaman yang diterima.
Saldo biaya transaksi dan provisi yang belum
diamortisasi direklasifikasi
(Penyesuaian terkait dengan pengakuan biaya/
pendapatan sebagai bagian dari biaya perolehan
historical cost)
Db. Pinjaman yang diterima Biaya transaksi
Db. Pinjaman yang diterima Provisi
Kr. Pos yang terkait (Rupa-rupa aktiva)
Penyesuaian
N0 Penyesuaian Jurnal
Q Penyesuaian amortisasi biaya transaksi dan provisi per
1 Juli 2010.
Amortisasi biaya transaksi dan provisi yang telah
dilakukan sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 dan diakui
sebagai Biaya Operasional direklasifikasi

Apabila seluruh biaya transaksi dan provisi telah
langsung diakui sebagai Beban Operasional untuk
transaksi pinjaman yang diterima sejak 1 Januari s.d.
30 Juni 2010 (Koreksi porsi biaya bunga yang
seharusnya belum dapat diakui)
Db. Beban bunga Biaya transaksi dan provisi
Kr. Beban operasional yang terkait




Db. Pinjaman diterima Biaya transaksi
Db. Pinjaman diterima Provisi
Db. Beban operasional-Bunga Biaya transaksi
dan provisi (sebesar jumlah proporsional
sesuai jangka waktu pinjaman diterima)
Kr. Beban operasional yang terkait
R Kewajiban imbalan kerja
Saldo Kewajiban Imbalan Kerja (pascakerja)
direklasifikasi.
Db. Rupa-rupa pasiva Imbalan kerja/pos yang
terkait
Kr. Kewajiban imbalan kerja
S Pendapatan bunga yang akan diterima
Saldo Pendapatan Bunga yang akan Diterima
direklasifikasi
Db. Pendapatan bunga yang akan diterima
Kr. Rupa-rupa aktiva Pendapatan bunga yang
masih akan diterima
T Dana setoran modal
Dana Setoran Modal yang tidak memenuhi definisi
ekuitas direklasifikasi ke kewajiban:
Db. Dana setoran modal (ekuitas)
Kr. Dana setoran modal (kewajiban)

Penyesuaian
N0 Penyesuaian Jurnal
U
Modal pinjaman
Modal Pinjaman di ekuitas direklasifikasi ke
kewajiban:)
Db. Modal pinjaman (ekuitas)
Kr. Modal pinjaman (kewajiban)
V
Penyesuaian pengakuan bunga kredit non-
performing
Penerimaan setoran dari debitur dengan kualitas
kurang lancar sejak 1 Januari s.d 30 Juni 2010
dan diakui terlebih dahulu sebagai pendapatan
bunga maka harus direklasifikasi sebagai
pelunasan tunggakan pokok kredit (jika ada)
terlebih dahulu dan kemudian sisanya diakui
sebagai pendapatan bunga.
Db. Pendapatan bunga
Kr. Kredit yang diberikan Pokok
Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan memberikan informasi tentang posisi
keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi
lainnya yang bermanfaat bagi pengguna dalam membuat keputusan
ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya.
Komponen laporan keuangan Laporan keuangan yang lengkap
terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas,
laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Bahasa laporan keuangan bahasa Indonesia.
Tanggung jawab Direksi BPR
Mata uang pelaporan mata uang rupiah. Transaksi
menggunakan mata uang selain dari rupiah dijabarkan dalam
mata uang rupiah dengan kurs laporan yang ditetapkan BI
BAB
III
Kebijakan Akuntansi
Kebijakan tersebut harus mencerminkan prinsip kehatihatian dan
mencakup semua hal yang material sesuai SAK ETAP
Dalam hal SAK ETAP belum mengatur maka manajemen harus
menetapkan kebijakan yang:
relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan dalam pengambilan
keputusan;
dapat diandalkan, dengan pengertian:
mencerminkan kejujuran penyajian kinerja dan posisi keuangan BPR;
menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan
tidak semata-mata bentuk hukumnya;
netral, yaitu bebas dari keberpihakan;
mencerminkan kehati-hatian; dan
mencakup semua hal yang material.

BAB
III
Kebijakan Akuntansi
Dalam menetapkan kebijakan akuntansi tersebut, maka harus
mempertimbangkan:
Persyaratan dan panduan dalam SAK ETAP yang berhubungan
dengan hal yang serupa dan terkait.
Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran aset, kewajiban,
pendapatan, dan beban dalam prinsip pervasif (yang mempunyai
dampak manfaat luas bagi pihak-pihak yang berkepentingan) dari SAK
ETAP.
Persyaratan dan panduan dalam SAK non-ETAP yang berhubungan
dengan hal yang serupa dan terkait.
BAB
III
Penyajian Laporan Keuangan
Harus menyajikan secara wajar sesuai ketentuan yang berlaku
Aset disajikan berdasarkan likuiditas, kewajiban urutan jatuh tempo
Saldo transaksi hubungan istimewa diungkapkan terpisah
Laporan laba rugi dengan multiple step mulai dari kegiatan utama
Catatan laporan keuangan disajikan secara sistematis dengan
urutan sesuai dengan penyajian LK
Tidak dipergunakan menggunakan kata sebagian besar harus
dengan nominal atau prosentase
BAB
III
Perubahan Kebijakan Akuntansi
Perubahan estimasi
Jika terdapat perubahan dengan estimasi yang digunakan
Diterapkan secara retrospektif
Perubahan kebijakan akuntansi
Dilakukan jika dopersyaratkan oleh SAK ETAP
Dampak retrospektif dengan menyajikan ulang laporan keuangan.
Jika retrospektif tidak praktis diteapkan pada tanggal kebijakan tersebut
dimungkinkan dapat diberlakukan.
Kesalahan periode lalu

BAB
III
Kebijakan Akuntansi
Konsistensi penyajian
Materialitas dan agregasi
Laporan keuangan didasarkan pada konsep materialitas
Disajikan tersendiri jika material
Material jika kelalaian menyampaian dapat mempengaruhi keputusan
Saling hapus tidak boleh kecuali secara hukum dibenarkan
Periode pelaporan wajib disajikan secara tahunan berdasarkan
tahun takwin.
Informasi komparatif
Disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya.
Informasi komparatif naratif dan deskriptif wajib diungkapkan kembali apabila
relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
BAB
III
Keterbatasan Laporan Keuangan
a. Bersifat historis, menunjukan transaksi dan peristiwa telah lampau.
b. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak
pengguna. Biasanya informasi khusus tidak dapat secara langsung
dipenuhi semata-mata dari laporan keuangan.
c. Penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran.
d. Menggunakan pertimbangan materialitas.
e. Lebih menekankan pada penyajian transaksi dan peristiwa sesuai
dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk
hukumnya (formalitas).
f. Berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan
sehingga menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya
ekonomi dan tingkat kinerja antar BPR.
Akuntansi Aset
Pos-pos aset yang umum dimiliki oleh BPR adalah
sebagai berikut:
a. Kas
b. Kas dalam valuta asing;
c. Sertifikat Bank Indonesia;
d. Pendapatan bunga yang akan diterima;
e. Penempatan pada bank lain (giro, tabungan, deposito dan
sertifikat deposito);
f. Aset tetap dan inventaris;
g. Aset tidak berwujud;
h. Aset lain-lain.
BAB
IV
Kas dan Setara Kas
Meliputi:
1. Kas uang tunai
2. Giro dan tabungan pada bank lain
3. Penempatan pada bank lain
4. SBI yang jatuh tempo tidak lebih dari 3 (tiga) bulan,
sejak tanggal perolehan, dan tidak jadi jaminan




Kas merupakan uang kertas dan logam rupiah yang ada pada: kas
besar, kas kecil, ATM, dan kas dalam perjalanan.

Tidak termasuk kas: emas batangan dan commemorative coins
(uang logam untuk memperignati peristiwa nasional), mata uang
rupiah yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran dan tidak
berlaku sebagai alat pembayaran yang sah (aset lain-lain)

Kas diakui sebesar nilai nominalnya, disajikan dalam pos tersendiri.
Harus diungkapkan: Jumlah rincian kas; dan kas yang ada di ATM.


Kas dan Setara Kas
Kas Valas merupakan uang kertas dan uang logam
asing, termasuk travellers cheque yang masih berlaku.

BPR dapat memiliki kas valas hanya untuk perdagangan
valas, sepanjang telah mendapat izin Bank Indonesia

Uang valas yang tidak berlaku namun masih bisa
ditukarkan ke bank sentral terkait, disajikan sebagai aset
lain-lain, sebesar nilai nominalnya dikurangi dengan
biaya reptriasinya.
44
Kas dalam Valuta Asing
Kas Valas disajikan dalam pos tersendiri sebesar nilai
kurs pada saat perolehannya

Untuk laporan, kas valas disajikan berdasarkan kurs
tengah Bank Indonesia (RpT). Selisih nilai tercatatnya
disajikan sebagai keuntungan atau kerugian Non
Operasional.

Hal-hal yang perlu diungkap antara lain: rincian mata
uang asing; jumlah nominal masing-masing mata uang
asing; jumlah selisih valas yang diakui dalam laporan
laba rugi

45
Kas dalam Valuta Asing

SBI dapat diklasifikasikan menjadi:
Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (HTM), jika dimaksud memiliki hingga jatuh tempo.
Tersedia Untuk Dijual (AFS), kelayakan klasifikasi ditelaah ulang pada awal
periode berikutnya.
Pengakuan dan Pengukuran
HTM
Biaya perolehan = harga beli (termasuk diskonto) + biaya-biaya yang terjadi.
Diskonto dan biaya transaksi diamortisasi s/d jatuh tempo menggunakan
metode garis lurus sebagai pendapatan bunga.
AFS
Biaya perolehan = harga beli, biaya diakui sebagai beban saat terjadinya.
Marked to market, selisih nilai wajar dengan nilai tercatat diakui sebagai
Laba/Rugi yang belum direalisasi (ekuitas) dan diakui sebagai
keuntungan/kerugian dalam L/R pada saat direalisasi.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Penyajian
Disajikan berdasarkan tingkat likuiditasnya.
HTM = nilai nominal - diskonto + biaya transaksi yang belum
diamortisasi.
AFS = nilai wajarnya. Laba atau rugi yang belum direalisasi dijadikan
sebagai komponen yang tersendiri dalam ekuitas.
Arus kas SBI = arus kas aktivitas investasi.

Rumus menentukan nilai tunai SBI
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
=
360
360


=

1+
)
360

Pengungkapan
Uraian SBI Tersedia Untuk Dijual dan Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
berdasarkan: nilai wajar agregat, laba atau rugi yang belum direalisasi
dari pemilikan SBI, biaya perolehan, termasuk jumlah diskonto dan
biaya transaksi yang belum diamortisasi.
Nilai wajar dan nilai tercatat SBI yang Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Uraian mengenai:
penerimaan dari penjualan SBI dalam kategori Tersedia Untuk Dijual, laba
dan rugi yang direalisasi dari penjualan tersebut.
dasar penentuan biaya perolehan dalam menghitung laba atau rugi yang
direalisasi dengan menggunakan metode identifikasi khusus.
perubahan laba atau rugi yang belum direalisasi
Setiap penjualan atau reklasifikasi
SBI yang dijadikan jaminan

Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
HTM AFS
Pada saat membeli:
Db. SBI Nominal
Db. SBI Biaya transaksi (jika ada)
Kr. SBI Diskonto
Kr. Kas/Rekening
Pada saat membeli:
Db. SBI
Db. Beban investasi Biaya
transaksi
Kr. Kas/Rekening
Pada saat amortisasi diskonto dan
biaya transaksi:
Db. SBI Diskonto
Kr. SBI Biaya transaksi (jika ada)
Kr. Pendapatan bunga
Pada saat penilaian kembali:
Db/Kr. SBI
Db/Kr. Laba/Rugi yang belum
direalisasi (ekuitas)
Pada saat jatuh tempo:
Db. Kas/Rekening
Kr. SBI Nominal
Pada saat dijual:
Db. Kas/Rekening
Db/Kr. Laba/Rugi yang belum
direalisasi (ekuitas)
Db/Kr Keuntungan/kerugian
Kr. SBI
Pendapatan Bunga yang akan Diterima
Pendapatan bunga dari kredit performing (L) yang telah
diakui sebagai pendapatan tetapi belum diterima
pembayarannya.
Termasuk dalam pengertian ini adalah pengakuan
pendapatan bunga dari penempatan pada bank lain.
50
Penempatan Pada Bank Lain
Penempatan pada bank lain merupakan simpanan BPR
pada bank lain, yaitu berupa: Giro, Tabungan, Deposito,
dan sertifikat deposito.
Pengakuan dan Pengukuran
Giro, tabungan, dan deposito diakui sebesar nilai nominal.
Pendapatan bunga diakui secara akrual sebesar jumlah yang menjadi
hak BPR.
Sertifikat deposito diakui sebesar nilai nominal dikurangi nilai diskonto.
Amortisasi diskonto dilakukan secara garis lurus.
Penyajian:
Selain Giro pada bank umum, disajikan sebesar nominal dengan
penyisihan kerugian sebagai pengurang (offsetting account).
Pengungkapan : rincian per jenis simpanan pada bank lain;
hubungan istimewa; jumlah dsimpanan yang diblokir;
rincian pendenpatan dan pendapatan penempatan pada
bank syariah.

51
Penempatan Pada Bank Lain
Jumlah penyisihan kerugian, ditetapkan berdasarkan penelaahan
terhadap kolektibilitas masing-masing saldo penempatan.
Tingkat kolektibilitas (kualitas aktiva produktif) Penempatan Pada Bank
Lain, ditetapkan menjadi 3 : Lancar; Kurang Lancar; dan Macet.
Kriteria dari masing-masing kolektibilitas Penempatan pada Bank Lain:
Lancar, Tidak terdapat tunggakan pokok dan atau bunga PPAP 0,5%
Kurang Lancar, Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga, paling lama 5 (lima)
hari Kerja PPAP 10%
Macet: PPAP 100% dari saldo penempatan
Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga, lebih dari 5 hari Kerja.
Bank yang menerima penempatan dana antar bank tersebut ditetapkan Dalam
Perhatian Khusus (DPO)
Bank yang menerima penempatan dana tersebut telah dilikuidasi




52
Kredit yang Diberikan
53
Definisi : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan pinjam-meminjam antara BPR dan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Pengakuan dan pengukuran
Nilai buku awal kredit = pokok kredit provisi + biaya transaksi
Provisi & biaya transaksi diamortisasi selama jangka waktu kredit secara
garis lurus, diakui sebagai bagian dari pendapatan bunga
Nilai buku kredit selanjutnya = sisa pokok kredit unamortised provisi +
unamortised biaya transaksi
Biaya transaksi adalah semua biaya tambahan yang terkait secara langsung
dengan pemberian kredit yang ditanggung oleh BPR, misalnya marketing fee.
Biaya tambahan: tidak akan dikeluarkan apabila tidak terdapat penyaluran kredit.
Provisi kredit Biaya yang harus dibayar debitur pada saat kredit disetujui
dan biasanya dinyatakan dalam persentase.
Amortisasi provisi dan biaya transaksi dilakukan tanpa melihat kualitas kredit
Kredit Yang Diberikan
54
PA BPR PAPI 2001
Kredit yang diberikan = Pokok kredit
Provisi + Biaya transaksi
Kredit yang diberikan = Pokok kredit
Provisi diamortisasi selama masa kredit
secara garis lurus sbg pendapatan bunga
(penambah pendapatan bunga).
Provisi sbg Pendapatan provisi kredit yg
diterima di muka, diamortisasi selama
masa kredit.
Berdasarkan azas materialitas dan azas
manfaat, provisi dapat diakui sekaligus
sebagai pendapatan u/ kredit s/d 1 bulan
kecuali melewati tanggal neraca.
Berdasarkan azas materialitas dan azas
manfaat, provisi dapat diakui sekaligus
sebagai pendapatan non-bunga.
Amortisasi biaya transaksi diakui sebagai
bagian dari pendapatan bunga (pengurang
pendapatan bunga).
Biaya transaksi diakui sekaligus sebagai
beban periode berjalan
Jurnal Kredit yang Diberikan
55
Keterangan Jurnal
Persetujuan kredit
(off B/S)
Db. Rek lawan Fas. Kredit yg belum digunakan
Kr. Kwjbn komitmen Fas. Kredit yg blm digunakan
Biaya transaksi Db. Kredit yg diberikan biaya transaksi
Kr. Kas/Rekening
Provisi Db. Kas/Rekening
Kr. Kredit yg diberikan Provisi
Penarikan kredit Reversal Off B/S:
Db. Kwjbn komitmen Fas Kredit yg blm digunakan
Kr. Rek lawan Fas Kredit yg blm digunakan
Pencairan dana:
Db. Kredit yg diberikan Baki debet
Kr. Kas/Rekening
Jurnal Kredit yang Diberikan
56
Keterangan Jurnal
Kredit Performing (L) Pengakuan bunga (akrual):
Db. Pendapatan bunga yg akan diterima (pos
tersendiri)
Kr. Pendapatan bunga
Amortisasi biaya transaksi & provisi terus dilakukan
tanpa melihat kualitas kredit:
Db. Kredit yg diberikan Provisi
Kr. Kredit yg diberikan Biaya transaksi
Db/Kr.Pendapatan bunga
Penerimaan bunga
& pokok

Db. Kas/Rekening
Kr. Pendapatan bunga yang akan diterima
Kr. Kredit yg diberikan Baki debet
Jurnal Kredit yang Diberikan
Non Performing
57
Keterangan Jurnal
Koreksi pengakuan
bunga
Db. Pendapatan bunga (Current Year)
Db. Pendapatan bunga (Previous Years)
Kr. Pendapatan bunga yg akan diterima
Pencatatan kewajiban
debitur di Off B/S

Db. Tagihan kontinjensi pendapatan bunga kredit dlm
penyelesaian
Kr. Rek lawan Tagihan kontinjensi (pdptn bunga kredit dlm
penyelesaian)
Penerimaan pelunasan
tunggakan:
Pelunasan tunggakan pokok didahulukan (jika ada):
Db. Kas/Rekening
Kr. Kredit yang diberikan Baki debet
Pelunasan tunggakan
bunga
Db. Kas/Rekening
Kr. Pendapatan bunga
Reversal kewajiban
debitur di Off B/S
Kr. Rek lawan Tghn kontinjensi (pdptn bunga kredit dalam
penyelesaian)
Db. Tghn kontinjensi pend bunga kredit dlm Penyelesaian
Jenis & jumlah kredit berdasarkan sektor ekonomi.
Jumlah kredit pada pihak terkait
Kedudukan BPR dalam pembiayaan bersama dan porsi yang dibiayai BPR.
Jumlah kredit yang dijamin dan besar resikonya
Jumlah kredit channeling dan kredit exekuting
Jumlah kredit yang direstrukturisasi
Klasifikasi kredit menurut jangka waktu, kualitas dan tingkat suku bunga rata-rata
Ikhtisar perubahan PPAP
Kebijakan penghapusan dan penanganan kredit bermasalah
Kebijakan pengendalian resiko kredit oleh manajemen
Besarnya NPL dan PPAP per sektor ekonomi
Saldo kredit yang sudah dihentikan pembebanan bunganya
Anggunan Yang Diambil Alih (AYDA)
Ikhtisar kredit yang dihapusbukukan

58
Pengungkapan Kredit yang Diberikan

Penyisihan Kerugian Kredit dibentuk untuk menutup kemungkinan
kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke
dalam kredit.
Penghapusbukuan Kredit (Hapus Buku) adalah tindakan
administratif BPR untuk menghapus buku kredit macet dari neraca
sebesar kewajiban debitur tanpa menghapus hak tagih BPR kepada
debitur.
Penghapusan Hak Tagih Kredit (Hapus Tagih) adalah tindakan BPR
menghapus kewajiban debitur yang tidak dapat diselesaikan.
59
59
Penyisihan Kerugian dan Penghentian
Pengakuan

Besar penyisihan kerugian kredit berdasarkan:
Kualitas kredit;
Agunan, jenis pengikatan agunan, harga pasar dan penilaian
penilai independen.
Minimal penyisihan yang wajib dibentuk sesuai ketentuan yang
berlaku.
Penghentian pengakuan kredit:
Dilunasi, atau
Diselesaikan dengan pengambilalihan agunan
Hapus buku dan hapus tagih dilakukan sesuai ketentuan yang
berlaku.
60
60
Penyisihan Kerugian dan Penghentian
Pengakuan
Pengakuan dan Pengukuran
BPR wajib membentuk penyisihan kerugian kredit minimal sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Pembentukan penyisihan dapat dilakukan setiap saat atau pada setiap tanggal
laporan keuangan.
Ganti rugi dari perusahaan asuransi diakui pada saat:
diperoleh kepastian atas ganti rugi tersebut, apabila terdapat syarat tertentu untuk
memperoleh ganti rugi.
penyisihan kredit yang dijamin, apabila BPR memiliki hak atas ganti rugi tanpa syarat
tertentu.
Kredit serta tagihan lainnya yang dihapus buku dan bukan dalam rangka hapus
tagih tetap dicatat secara extra comptable (off balance sheet). Sedangkan untuk
hapus buku dalam rangka hapus tagih, BPR tidak lagi mencatat kredit/tagihan
lain secara extra comptable.
Pencatatan kredit dan tagihan lain yang telah dihapus buku dalam extra
comptable dapat dihentikan apabila dalam jangka waktu tertentu tidak diperoleh
pembayaran setelah dilakukan usaha penagihan dan mendapat keputusan
manajemen atau dilakukan hapus tagih.
Setoran yang diterima dari debitur atas kredit yang telah dihapus buku/hapus
tagih diakui sebagai Pendapatan Operasional Lainnya.
61
61
Penyisihan Kerugian dan Penghentian
Pengakuan
Penyajian
1. Beban pembentukan penyisihan kerugian kredit disajikan setelah
Beban Bunga pada pos Beban Penyisihan Kerugian Kredit.
2. Saldo Penyisihan Kerugian Kredit disajikan sebagai pos pengurang
dari kredit.
3. Piutang dari ganti rugi asuransi dan akumulasi kerugian penurunan
nilai tidak dapat disajikan secara neto (saling hapus) dalam neraca.
4. Pendapatan ganti rugi dan beban penghapusan kredit dapat disajikan
secara neto (saling hapus) dalam laporan laba rugi.
5. Penerimaan setoran kredit yang dihapus buku/hapus tagih disajikan
secara terpisah dalam Pendapatan Operasional Lainnya.
62
62
Penyisihan Kerugian dan Penghentian
Pengakuan
Pengungkapan
1. Ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusbukuan
kredit dalam tahun bersangkutan:
a) saldo awal tahun (a)
b) pembentukan/pembalikan penyisihan selama tahun berjalan (b)
c) penghapusbukuan kredit tahun bersangkutan (c)
d) saldo akhir tahun (a) + (b) - (c)
2. Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan
pengelolaan kredit bermasalah.
3. Besaran dan tarif dari masing-masing jenis penyisihan.
63
63
Penyisihan Kerugian dan Penghentian
Pengakuan
Jurnal Penyisihan

64
Keterangan Jurnal
Pembentukan penyisihan
kerugian
Db. Beban penyisihan kerugian kredit
Kr. Penyisihan kerugian kredit
Penghapusbukuan kredit
dilakukan setelah
memperhitungkan hasil
penjualan agunan (jika ada)
Penghapusbukuan tagihan
bunga dilakukan pada saat
kredit menjadi non-performing
Db. Penyisihan kerugian kredit
Kr. Kredit yg diberikan baki debet
Off B/S kewajiban debitur
Db. Memorial kredit yg dihapus buku
Kr. Rek lawan Memorial kredit yg dihapus buku
Jurnal Penyisihan

65
Keterangan Jurnal
Penerimaan setoran atas
kredit yang telah dihapusbuku
Db. Kas/rekening
Kr. Pendapatan operasional lainnya
Reversal Off B/S kewajiban debitur
Db. Rek lawan Memorial kredit yg dihapus buku
Kr. Memorial kredit yg dihapus buku
Hapus tagih atas kredit
Reversal Off B/S kewajiban
debitur Pokok :
Db. Rek lawan Memorial kredit yg dihapus buku
Kr. Memorial kredit yg dihapus buku Bunga:
Kr. Rek lawan Tghn kontinjensi (pdptn bng kredit
DP)
Db. Tagihan kontinjensi pdptn bunga kredit DP

Restrukturisasi Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan BPR
dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami
kesulitan untuk memenuhi kewajibannya.
Berdasarkan pertimbangan ekonomi atau hukum, BPR memberikan
konsesi khusus kepada debitur, yaitu konsesi yang tidak akan
diberikan apabila tidak terdapat kesulitan keuangan di pihak debitur.
Restrukturisasi kredit dilakukan apabila BPR mempunyai keyakinan
bahwa debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan mampu
memenuhi kewajibannya setelah kreditnya direstrukturisasi.

66
66
Restrukturisasi Kredit

Pengakuan dan pengukuran
Nilai Tunai Penerimaan Kas Masa Depan adalah nilai tunai
perkiraan arus kas masa depan dari total kewajiban debitur sesuai
dengan perjanjian restrukturisasi kredit berdasarkan tingkat diskonto
tertentu (suku bunga kontraktual awal).
Cara Restrukturisasi
Modifikasi persyaratan kredit: penurunan suku bunga, perpanjangan,
pengurangan tunggakan
Penambahan fasilitas kredit: fresh money atau konversi tunggakan
bunga
67
67
Restrukturisasi Kredit

1. Modifkasi persyaratan
Pembayaran yang akan diterima di masa depan berdasarkan
persyaratan yang baru diukur sebesar nilai tunai.
Arus kas masa depan diukur sebesar nilai tunai menggunakan suku
bunga kontraktual awal kredit.
Jika nilai tunai lebih rendah selisihnya diakui sebagai kerugian
restrukturisasi
2. Penambahan fasilitas - konversi tunggakan bunga
Penambahan fasilitas diakui sebagai pendapatan bunga yg
ditangguhkan.
pendapatan bunga yg ditangguhkan diamortisasi dan diakui sebagai
pendapatan bunga sepanjang kredit termasuk kategori performing, tidak
diamortisasi dan tidak diakui jika termasuk non performing..
68
68
Restrukturisasi Kredit

Penyajian
1. Kerugian restrukturisasi kredit disajikan sebelum beban
operasional pada pos Beban Kerugian Restrukturisasi Kredit.
2. Penyisihan restrukturisasi kredit, yang merupakan selisih antara
nilai tercatat kredit dengan nilai tunai penerimaan kas masa
depan, disajikan sebagai pos pengurang dari kredit yang
direstrukturisasi.
3. Pendapatan bunga yang ditangguhkan, yang merupakan hasil
konversi tunggakan bunga, disajikan sebagai pos pengurang
dari kredit yang direstrukturisasi.
69
69
Restrukturisasi Kredit

Pengungkapan
1. Jumlah kredit yang direstrukturisasi, jenis restrukturisasi yang
dilakukan, dan alasan restrukturisasi.
2. Data komparatif mengenai:
a) jumlah kredit bermasalah;
b) jumlah pendapatan yang diakui dengan basis kas selama periode
timbulnya kredit bermasalah;
c) jumlah fasilitas kredit tambahan yang diberikan kepada debitur
yang direstrukturisasi;
d) d) kerugian restrukturisasi kredit; dan informasi lain atas kredit
yang direstrukturisasi.
70
70
Restrukturisasi Kredit
Jurnal Restrukturisasi
71
Keterangan Jurnal
Modifikasi persyaratan kredit
Apabila nilai tunai lebih rendah
dibandingkan nilai tercatat
Db. Kredit yang diberikan (baru)
Kr. Kredit yang diberikan (lama)
Db. Beban kerugian restrukturisasi kredit
Kr. Penyisihan kerugian kredit
Konversi tunggakan tagihan bunga
a) Pada saat restrukturisasi Db. Kredit yang diberikan
Kr. Pendapatan bunga yang ditangguhkan
Amortisasi pendapatan bunga yang
ditangguhkan pada saat
kredit yang direstrukturisasi termasuk
kategori performing
Db. Pendapatan bunga yang ditangguhkan
Kr. Pendapatan bunga
Pada saat kredit yang direstrukturisasi
termasuk kategori nonperforming
Tidak ada amortisasi pendapatan bunga
yang ditangguhkan
Jumlah penyisihan kerugian, ditetapkan berdasarkan
penelaahan terhadap kolektibilitas masing-masing saldo
penempatan. (PBI No.8/19/PBI/2006 tanggal 5 Oktober
2006 dan PBI No.13/26/PBI/2011 tanggal 28 Desember
2011).

Kredit diklasifikasikan sebagai berikut:
Kredit dengan angsuran diluar KPR
Kredit tanpa angsuran
Kredit dengan angsuran untuk KPR


72
Kredit Yang Diberikan
Tingkat kolektibilitas (kualitas aktiva produktif) Penempatan Pada
Bank Lain, ditetapkan menjadi 4 (empat) golongan: Lancar; Kurang
Lancar; Diragukan dan Macet.

Kualitas Kredit dengan masa angsuran kurang dari 1 (satu) bulan:
Lancar
Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga tidak lebih dari 1 (satu)
bulan dan kredit belum jatuh tempo
Kurang Lancar
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 1 (satu)
bulan, tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) bulan
Kredit telah jatuh tempo, tapi tidak lebih dari 1 (satu) bulan



73
Kredit Yang Diberikan
non KPR

Diragukan
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 3 (tiga)
bulan, tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan
Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, tapi tidak lebih dari 2
(dua) bulan
Macet:
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 6
(enam) bulan
Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan
Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN)
Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan
asuransi




74
Kredit Yang Diberikan
Non KPR
Kredit Yang Diberikan
non KPR masang angsuran >= 1bulan
7. Kualitas Kredit dengan masa angsuran 1 (satu)
bulan atau lebih:

75
Lancar
Tidak terdapat tunggakan
angsuran pokok dan atau
bunga
Terdapat tunggakan
angsuran pokok dan atau
bunga tidak lebih dari 3
(tiga) kali angsuran dan
kredit belum jatuh tempo

Kurang Lancar
Terdapat tunggakan
angsuran pokok dan atau
bunga, lebih dari 3 (tiga)
kali angsuran, tetapi tidak
lebih dari 6 (enam) kali
angsuran
Kredit telah jatuh tempo,
tapi tidak lebih dari 1
(satu) bulan

Diragukan
Terdapat tunggakan
angsuran pokok dan atau
bunga, lebih dari 6 (enam)
kali angsuran, tetapi tidak
lebih dari 12 (dua belas)
kali angsuran
Kredit telah jatuh tempo
lebih dari 1 (satu) bulan,
tapi tidak lebih dari 2 (dua)
bulan
Macet:
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 12 kali angsuran
Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan
Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN)
Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi
8. Kualitas Kredit dengan angsuran untuk KPR
Lancar
Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau
bunga
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau
bunga tidak lebih dari 6 (enam) kali angsuran dan
kredit belum jatuh tempo



76
Kredit Yang Diberikan - KPR
Kurang Lancar
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga,
lebih dari 6 (enam) kali angsuran, tetapi tidak lebih
dari 9 (sembilan) kali angsuran
Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan

Diragukan
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga,
lebih dari 9 (sembilan) kali angsuran, tetapi tidak lebih
dari 30 (tiga puluh) kali angsuran
Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, tapi
tidak lebih dari 2 (dua) bulan



77
Kredit Yang Diberikan - KPR
Macet:
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga,
lebih dari 30 (tiga puluh) kali angsuran
Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan
Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang
Negara (BUPN)
Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada
perusahaan asuransi



78
Kredit Yang Diberikan - KPR
9. Kualitas Kredit tanpa angsuran
Lancar
Tidak terdapat tunggakan angsuran bunga
Terdapat tunggakan angsuran bunga tidak lebih dari
3 (tiga) kali angsuran dan kredit belum jatuh tempo

Kurang Lancar
Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau
bunga, lebih dari 3 (tiga) kali angsuran, tetapi tidak
lebih dari 6 (enam) kali angsuran
Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan


79
Kredit Yang Diberikan
Tanpa Angsuran
Diragukan
Terdapat tunggakan angsuran bunga, lebih
dari 6 (enam) kali angsuran, tetapi tidak
lebih dari 12 (dua belas) kali angsuran

Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu)
bulan, tapi tidak lebih dari 2 (dua) bulan


80
Kredit Yang Diberikan
Tanpa Angsuran
Macet:
Terdapat tunggakan angsuran bunga, lebih
dari 12 (dua belas) kali angsuran
Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua)
bulan
Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan
Piutang Negara (BUPN)
Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi
kepada perusahaan asuransi


81
Kredit Yang Diberikan
Tanpa Angsuran
Penyisihan Penghapusan
Aktiva Produktif (PPAP)
1. Aktiva Produktif adalah penyediaan dana BPR dalam bentuk rupiah
untuk memperoleh penghasilan dari Penempatan Dana Antar Bank
dan Kredit Yang Diberikan
2. PPAP merupakan dana yang dibentuk/dicadangkan sebagai
perhitungan/kompensasi atas kemungkinan kerugian dari
pengelolaan aktiva produktif, sehingga diperoleh nilai wajar dari
aktiva produktif terkait dan perolehan laba pada periode terkait
3. Pembentukan PPAP dihitung berdasarkan persentase tetap dari
saldo aktiva produktif setelah dikurangi dengan agunan yang
dikuasai, kecuali:
Aktiva Produktif lancar
Aktiva Produktif Macet lebih dari 2 (dua) tahun





82
Penyisihan Penghapusan Aktiva
Produktif (PPAP)
4. Besarnya persentase PPAP, sesuai PBI No.8/19/PBI/2006 tanggal 5
Oktober 2006 dan PBI No.13/26/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011,
adalah sbb.:
Lancar 5%
Kurang Lancar 10%
Diragukan 50%
Macet 100%
5. PPAP dibagi 2 (dua) kategori, yaitu: Penyisihan Kerugian Umum
adalah aktiva produktif dengan kolektibilitas lancar; dan
Penyisihan Kerugian Khusus adalah aktiva produktif yang
tergolong kurang lancar, diragukan dan macet

6. Penyajian PPAP dalam laporan keuangan (neraca), adalah
sebagai faktor pengurang dari aktiva produktif terkait


83
AYDA adalah aset yang diperoleh BPR, baik melalui
pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan
penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau
berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari
pemilik agunan dalam hal debitur tidak memenuhi
kewajibannya kepada BPR.
Biaya untuk menjual adalah biaya yang dapat
diatribusikan kepada pelepasan aset.
84
Agunan yang Diambil Alih (AYDA)
1. AYDA adalah aset yang diperoleh BPR, baik melalui pelelangan
maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara
sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk
menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal debitur tidak
memenuhi kewajibannya kepada BPR.
2. AYDA yang dapat dicatat pada neraca, hanya aset tetap dan atau
bergerak yang berasal dari penyelesaian kredit yang diberikan

3. Urutan pos penyajian AYDA dalam neraca adalah pada urutan pos
setelah nilai bersih Kredit Yang Diberikan, dan sebelum Aset Tetap
Inventaris
85
Agunan yang Diambil Alih (AYDA)
3. Penyajian AYDA pada saat pengakuan awal adalah
sebesar nilai pasar wajarnya setelah dikurangi dengan
biaya-biaya untuk menjualnya kembali, dan maksimal
sebesar baki debet (outstanding) kredit yang diberikan

4. Bank tidak boleh mengakui laba pada saat
pengambilalihan aset


86
Agunan yang Diambil Alih (AYDA)
5. Penyajian AYDA setelah pengakuan awal, disajikan
berdasarkan nilai terendah antara nilai tercatat dengan
nilai pasar wajarnya setelah diperhitungkan biaya untuk
menjualnya

6. Selisih lebih antara nilai tercatat dengan nilai pasar
wajar AYDA setelah dikurangi biaya untuk menjualnya,
diakui sebagai kerugian atas Beban Penurunan Nilai
AYDA dalam Laporan Rugi-Laba




87
Agunan yang Diambil Alih (AYDA)
7. Agunan yang diambil alih tidak disusutkan

8. Beban-beban sehubungan dengan perolehan AYDA
dan pemeliharaannya dibebankan pada saat terjadinya
transaksi

9. Selisih antara nilai tercatat dengan hasil penjualan
AYDA diakui sebagai Laba atau Rugi Penjulan AYDA
dalam pos Pendapatan atau Beban Non Operasional

88
Agunan yang Diambil Alih (AYDA)
Aset Tetap dan Inventaris
1. Aset tetap disajikan/dinyatakan sebesar harga
perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan

2. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode
garis lurus (straight-line method), berdasarkan masa
mafaat ekonomis aset tetap tersebut

3. Pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan rutin
Aset Tetap dan Inventaris dibebankan sebagai beban
operasi pada laporan rugi-laba pada saat terjadinya
89

4. Pengeluaran yang memperpanjang umur ekonomis
Aset Tetap dan Inventaris ditambahkan pada jumlah
tercatat asset yang bersangkutan (dikapitalisasi)

5. Apabila Aset Tetap dan Inventaris tidak digunakan lagi
dan atau dijual, nilai tercatat serta akumulasi
penyusutannya dikeluarkan dari neraca sebagai asset
tetap

6. Keuntungan dan kerugian yang terjadi akibat
dikeluarkannya asset tetap dan iventaris dari
pencatatan, diakui sebagai laba atau rugi pada tahun
buku terkait




90
Aset Tetap dan Inventaris
Aset Lain - Lain
1. Aset dinyatakan sebesar nilai buku aset lain-lain terkait

2. Yang tergolong kepada aset lain-lain di BPR adalah
seluruh aset yang tidak bisa di kelompokan kepada
komponen di atas (komponen: kas dan setara kas,
penempatan pada bank lain, kredit diberikan, aset
tetap serta good will), yaitu berupa, antara lain:
Uang muka pajak badan
Perlengkapan kantor
91
Aset Tidak Berwujud
Aset Tidak Berwujud adalah aset non-moneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik.
Dapat diperoleh secara eksternal melalui atau dihasilkan secara
internal
Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari
eksternal.
Umur manfaat berdasarkan hak kontraktual hukum atau 10 tahun
jika tidak dapat diestimasi,
Nilai residu 0 kecuali ada komitmen pihak ketiga untuk membeli
Indikasi penurunan nilai.
Biaya pendirian tidak memenuhi definisi aset tidak berwujud
beban
92
Aset Lain - Lain
Pajak dibayar dimuka
Biaya dibayar dimuka premi penjaminan simpanan,
Persediaan alat tulis, Piutang intern operasi, Sewa
dibayar dimuka , Asuransi dibayar dimuka., panjar-
panjar , Asuransi karyawan
Biaya tangguhan: Software system BPR
Piutang dari perusahaan asuransi
Mata uang kertas dan logam yan ditarik dari peredaran
dsb


93
Ilustrasi Neraca
Ilustrasi Neraca
Kewajiban Segera
1. Kewajiban Segera dinyatakan sebesar nilai bukunya

2. Kewajiban Segera adalah segala kewajiban yang harus
segera dibayarkan, selambatnya dalam kurun 1 (satu)
bulan ke depan harus diselesaikan
96
BAB
V
Kewajiban Segera
3. Yang tergolong kepada Kewajiban Segera di BPR pada
umumnya berupa:
Titipan pajak
Titipan DPLK
Titipan Jamsostek
Titipan Askes
Titipan Dana pihak ketiga
Titipan Realisasi kredit
dsb

97
Hutang Bunga
1. Hutang Bunga dinyatakan sebesar nilai bukunya

2. Hutang bunga pada BPR bersifat accrual. Maksudnya Hutang
bunga timbul karena Beban bunga pada saat tutup buku akhir
bulan dan atau akhir tahun harus diperhitungkan sesuai dengan
hari berjalan, sementara kewajibannya belum jatuh tempo

3. Komponen Hutang Bunga di BPR pada umumnya berupa:
Bunga Accrual Deposito
Bunga Accrual Pinjaman diterima (dari bank dan atau lembaga
keuangan lainnya, seperti PNM)

98
Hutang Pajak
1. Hutang Pajak, merupakan kewajiban pajak intern BPR
(bukan titipan pajak masyarakat) yang jatuh temponya
lebih dari 1 (satu) bulan

2. Hutang pajak ini umumnya berupa
Hutang pajak PPh Badan
Hutang pajak PPh simpanan

99
Simpanan
1. Simpanan merupakan dana yang dipercayakan
masyarakat/nasabah kepada bank untuk
menyimpanannya berdasarkan perjanjian penyimpanan

2. Simpanan BPR hanya dalam mata uang rupiah, berupa:
Tabungan dan Deposito

3. Simpanan dinyatakan sebesar nilai kewajiban bank
kepada nasabah


100
Simpanan Dari Bank Lain
1. Simpanan merupakan dana yang dipercayakan bank
lain kepada bank untuk menyimpanannya berdasarkan
perjanjian penyimpanan

2. Simpanan dari bank lain BPR hanya dalam mata uang
rupiah, berupa: Tabungan dan Deposito

3. Simpanan Dari Bank Lain dinyatakan sebesar nilai
kewajiban bank kepada kepada bank lain
101

Pinjaman Diterima

1. Pinjaman Diterima merupakan dana yang diterima dari
lembaga keuangan maupun non lembaga keuangan,
dengan kewajiban membayar kembali, sesuai
persyaratan perjanjian pinjaman

102

Pinjaman Diterima

2. Pinjaman diterima di BPR hanya dalam mata uang
rupiah, yang biasanya bersumber dari:
Bank Umum
Bank Indonesia
Bank BPR
PNM
Lembaga keuangan lain
Non Lembaga keuangan dan pribadi

3. Pinjaman Diterima dinyatakan sebesar nilai kewajiban
bank kepada kepada pihak ketiga sesuai perjanjian
Pinjaman




103
Kewajiban Lain-Lain
1. Kewajiban Lain-Lain merupakan kewajiban BPR
kepada pihak lain yang jatuh tempo lebih dari 1 (satu)
bulan, dan BPR kewajiban membayar kembali, sesuai
persyaratan yang diperjanjikan. Kewajiban ini tidak bisa
diklasifikasikan dalam pos-pos pasiva di atas
104
Kewajiban Lain-Lain
2. Kewajiban Lain-Lain di BPR biasanya terdiri dari:
Rekening Antara Modal Disetor
Penampungan dana resiko kasir
Penampungan dana THR
Penampungan dana Kesehatan
Penampungan dana Jasa Produksi
Penampungan dana Promosi
Penampungan dana Kesejahteraan
dsb
3. Kewajiban Lain - Lain dinyatakan sebesar nilai kewajiban bank
kepada para pihak dan atau aturan intern BPR


105
Ekuitas
1. Secara umum definisi ekuitas BPR adalah merupakan
sumber dana intern BPR yang tidak dibebani bunga.
Secara teknis, definisi ekuitas adalah hak residual atas
aset BPR setelah dikurangi semua kewajibannya

2. Komponen Ekuitas di BPR terdiri dari:
Modal
Dana Setoran Modal - ekuitas
Laba/Rugi yang belum direalisasi
Surplus revaluasi aset tetap
Saldo Laba

106
BAB
VI
Ekuitas
3. Komponen Modal BPR terdiri dari:
Modal Dasar
Merupakan seluruh nilai nominal saham sesuai anggaran dasar
Modal disetor
Merupakan modal yang efektif telah diterima BPR. Pada koperasi ini
biasanya dalam bentuk: simpanan pokok; simpanan wajib; dan modal
penyertaan
Tambahan Modal Disetor (Agio Saham)
Selisih lebih setoran modal yang diterima BPR sebagai harga saham yang
melebihi nilai nominalnya
Modal Sumbangan
Berupa sumbangan dari pemilik, berbentuk aset atau dana lainnya,
termasuk pengembalian saham pemilik

107
4. Komponen Dana Setoran Modal Ekuitas (DSM-
Ekuitas). Merupakan dana yang sudah disetor riil
investor ke rekening BPR di bank umum dan diblokir utk
tujuan penambahan setoran modal dan telah
memenuhi ketentuan permodalan, namun belum
didukung kelengkapan persyaraatan, seperti RUPS dan
pengesahan akta anggaran dasar.

108
Ekuitas
Ekuitas
5. Komponen Laba/Rugi Yang Belum Direalisasi.
Merupakan selisih nilai wajar surat berharga dalam
kategori tersedia untuk dijual pada tanggal neraca
dengan nilai tercatat. (ini berasal dari SBI).

6. Komponen Surplus Revaluasi Aset Tetap. Merupakan
selisih antara nilai aset tetap tercatat dengan hasil
revaluasinya.

7. Komponen Saldo Laba. Merupakan: Saldo Laba
ditahan; Cadangan Tujuan; Cadangan Umum;
Cadangan yang belum ditentukan tujuannya.

109
Ilustrasi Neraca
LAPORAN LABA RUGI BPR
1. Laporan Laba Rugi adalah laporan yang menunjukan
semua penghasilan dan beban BPR dalam suatu
periode.

2. Pos-Pos Laporan Lab Rugi BPR adalah:
Pendapatan Operasional
Beban Operasional
Pendapatan Non Operasional
Beban Non Operasional
Beban Pajak Penghasilan

111
BAB
VII
LAPORAN LABA RUGI BPR
3. Pendapatan Operasional adalah semua pendapatan
yang berasal dari kegiatan utama BPR, terdiri dari:

Pendapatan Bunga, meliputi pendapatan bunga dan provisi atas:
pemberian kredit; penempatan pada bank lain; dan sertifikat Bank
Indonesia.

Pendapatan Operasional Lainnya, meliputi pendapatan: payment
point, jasa pengiriman uang, adm tabungan, penalty pencairan
deposito, keuntungan penjualan valas dan SBI, penerimaan PH,
pemulihan PPAP.
112
Laporan Laba Rugi BPR
4. Beban Operasional adalah semua beban yang berasal
dari kegiatan utama BPR, terdiri dari: yang meliputi
beban bunga dan beban atas penghimpunan dana
lainnya; beban PPAP; beban pemasaran; beban R&D;
beban adm dan umum.

5. Pendapatan Non Operasional merupakan semua
pendapatan yang bukan merupakan kegiatan utama
BPR, seperti: selisih SKVA; keuntungan penjualan aset
tetap; penjualan AYDA.
6. Beban Non Operasional merupakan semua beban yang
bukan merupakan kegiatan utama BPR, seperti: selisih
SKVA; kehilangan ataupun kerugian penjualan aset
tetap.


113
Pendapatan Bunga
1. Sumber pendapatan bunga BPR antara lain
dari:
Kredit yang diberikan
Penempatan pada bank lain
Sertifikat Bank Indonesia

2. Pendapatan Bunga, meliputi:
Pendapatan bunga kontraktual
Amotisasi provisi kredit
Diskonto
Biaya Transaksi (yang terkait langsung)
Amortisasi pendapatan bunga tangguhan

114
Pendapatan Bunga
3. Pengakuan dan Pengukuran:
Pendapatan bunga diakui secara accrual, kecuali kredit non
performing.
Jika kolektibilitas kredit berubah menjadi kurang lancar (non
performing), maka pendapatan bunga yang sudah di- accrued,
harus dibatalkan dan dijadikan sebagai tagihan kontigensi
(pendapatan bunga kredit dalam penyelesaian).
Penerimaan setoran dari debitur kredit performing digunakan
terlebih dahulu untuk melunasi tagihan bunga. Tapi jika non
performing, maka digunakan melunasi tunggakan pokok, sisanya
untuk pelunasan bunga tunggakan bunga.
Pendapatan provisi dan Biaya Transaksi kredit diamortisir secara
garis lurus selama masa kredit, meskipun kredit berubah menjadi
non performing.
Amortisasi pendapatan bunga tangguhan dilakukan saat kredit
masuk kategori non performing.



115
Pendapatan Bunga
4. Penyajian atau format rincian pendapatan bunga dalam laporan
keuangan BPR sbb:
Pendapatan Bunga:
Pendapatan bunga kontraktual xxxx
Pendapatan provisi xxxx
Biaya transaksi (xxxx)
Total xxxx
5. Pengungkapan:
Kebijakan akuntansi yang digunakan.
Rincian pendapatan: bunga performing; bunga non performing;
pendapatan lainnya.
Rincian pendapatan bunga yang berasal dari penjualan AYDA.
Pendapatan operasional hasil kerjasama dengan pihak lain.

116
Beban Bunga
1. Sumber Beban bunga BPR antara lain dari:
Simpanan masyarakat (tabungan dan deposito);
Simpanan dari bank lain (umumnya deposito);
Pinjaman Diterima (dari bank dan non bank).
2. Rincian Beban Bunga, meliputi:
Beban bunga tabungan
Beban bunga deposito
Beban bunga simpanan dari bank lain
Beban bunga pinjaman diterima.
3. Pengakuan dan Pengukuran: Beban bunga diakui secara accrual,
sesuai jumlah yang sudah menjadi kewajiban BPR.



117

4. Penyajian Beban Bunga dalam format Laporan Laba
Rugi BPR, adalah secara total, dengan terminologi
Beban Bunga.
5. Pengungkapan:
Kebijakan akuntansi yang digunakan
Rincian Beban Bunga harus dirinci berdasarkan
unsurnya: bunga kontraktual; amortisasi provisi; adm
dan biaya transaksi (termasuk premi penjaminan).
Rincian Beban Bunga:
- Beban bunga tabungan xxxx
- Beban bunga deposito xxxx
- Beban bunga dari bank lain xxxx
- Beban bunga pinjaman diterima (xxxx)
Total xxxx
Hubungan istimewa dengan penyimpan dan kreditur.
Perlakuan bunga dengan pihak hubungan istimewa


118
Beban Bunga
Pendapatan Operasional Lainnya
1. Pendapatan operasional lainnya adalah berbagai
pendapatan yang timbul dari dari aktivitas yang
mendukung kegiatan operasional BPR

2. Pendapatan Operasional Lainnya meliputi:
Payment point.
Jasa pengiriman uang.
Adm tabungan.
Penalty pencairan deposito.
Keuntungan penjualan valas dan SBI.
Penerimaan kredit yang dihapusbukukan
Pemulihan PPAP
Dsb.
119
Pendapatan Operasional Lainnya
4. Pengakuan pendapatan operasional lainnya
adalah pada saat memenuhi persyaratan, dengan
jumlah sebesar yang menjadi hak BPR.
5. Penyajian pendapatan operasional lainnya,
disajikan secara terpisah dari pendapatan bunga,
yaitu dalam satu pos tersendiri dalam laporan
laba rugi.


120
6. Pengungkapan
Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk mengakui
pendapatan operasional lainnya.
Pendapatan operasional lainnya dari hasil kerjasama
dengan pihak lain.
Rrincian sesuai jenisnya, pada umumnya sbb.:
Denda Tunggakan pokok/bunga pinjaman
Pendapatan Payment point.
Pendapatan Jasa pengiriman uang.
Penggantian ongkos Administrasi
Pendapatan Penalty pencairan deposito.
Keuntungan penjualan valas dan SBI.
Penerimaan kredit yang dihapusbukukan
121
Pendapatan Operasional Lainnya
1. Rincian pos beban operasional (diluar beban
bunga) dalam Laporan Laba Rugi BPR adalah:
Beban penyisihan penghapusan/penyusutan
Beban pemasaran
Beban penelitian dan pengembangan
Beban adminitrasi dan umum
Beban operasional lainnya.
2. Pengakuan dan pengukuran
Premi dibayar dimuka diakui sebesar amortisasi
dari beban tersebut
Beban adm dan umum diakui seluruhnya pada
periode terjadinya
Beban adm dan umum yang mempunyai masa
mafaat lebih dari satu periode pelaporan, diakui
sebesar amortisasi periode terkait.
122
Beban Operasional
Diluar Beban Bunga
3. Penyajian
Beban operasional disajikan pada pos terpisah
(tersendiri) dalam laporan laba rugi BPR, sesuai
rincian pos masing-masing (No.1)
Penyajian biaya adm dan umum dirinci dalam pos
tersendiri.

4. Hal yang perlu diungkapkan
Jumlah beban adm dan umum yang terkait dengan
manajemen kunci
Rincian beban umum dan administrasi
123
Beban Operasional
Diluar Beban Bunga
1. Pendapatan Non Operasional merupakan semua
pendapatan yang bukan merupakan kegiatan
utama BPR, seperti:
selisih SKVA;
keuntungan penjualan aset tetap;
penjualan AYDA.
2. Pengakuan dan pengukuran
Pendapatan non operasional diakui sebesar jumlah
yang menjadi hak BPR
3. Penyajian
Pendapatan non operasional disajikan sebagi pos
terpisah dalam laporan laba rugi BPR
4. Pengungkapan
BPR harus mengungkapkan rincian pendapatan
non operasional.

124
Pendapatan Non Operasional
1. Beban Non Operasional merupakan semua beban yang bukan
merupakan kegiatan utama BPR, seperti:
Selisih SKVA;
Dijual/hilangnya aset tetap;
Denda atau sanksi karena suatu pelanggaran.
2. Pengakuan dan pengukuran
Beban non operasional diakui pada saat terjadinya sebesar
jumlah yang harus diselesaikan
3. Penyajian
Beban non operasional disajikan sebagi pos terpisah dalam
laporan laba rugi BPR
4. Pengungkapan
BPR harus mengungkapkan rincian beban non operasional.


125
Beban Non Operasional
126
Ilustrasi
Laporan
Laba Rugi
1. Beban PPh adalah jumlah beban pajak kini yang diperhitungkan
dalam perhitungan laba atau rugi pada suatu periode
Beban pajak kini adalah jumlah pajak PPh terhutang atas
penghasilan kena pajak pada suatu periode.
Beban pajak kini dihitung berdasarkan laba fiscal.
2. Pengakuan dan pengukuran
Beban PPh diakui pada saat terjadinya sebesar jumlah yang
harus diselesaikan
3. Penyajian
Beban PPh disajikan sebagi pos terpisah dalam laporan laba rugi
BPR
4. Pengungkapan
Rincian pajak periode berjalan
Proses restitusi pajak (jika ada).



127
Beban Pajak Penghasilan
Laporan Arus Kas
a. Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan
pengeluaran kas BPR selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam
aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
b. Aktivitas operasi (operating) adalah aktivitas penghasil utama pendapatan
BPR (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan
merupakan aktivitas investasi dan pendanaan.
c. Aktivitas investasi (investing) adalah perolehan dan pelepasan aset jangka
panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas.
d. Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan
perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman BPR.
e. Kas adalah saldo kas dan rekening giro di Bank Umum.
f. Setara kas adalah penempatan dana dalam jangka waktu paling lama 3
(tiga) bulan dan sangat likuid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas
jangka pendek.
128
BAB
VIII
Laporan Perubahan Ekuitas
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan:
a. laba atau rugi untuk periode pelaporan;
b. pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
c. untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi
dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai Bab 9: Kebijakan Akuntansi,
Estimasi, dan Kesalahan;
d. untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat
awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang
berasal dari:
a) laba atau rugi;
b) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas;
c) jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang menunjukkan secara
terpisah modal saham, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas.
129
BAB
IX
Ilustrasi Laporan Perubahan Ekuitas
Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan
dari laporan keuangan BPR.
Catatan atas laporan keuangan memuat:
penjelasan mengenai gambaran umum BPR
ikhtisar kebijakan akuntansi
penjelasan pos-pos laporan keuangan
informasi penting lainnya.
Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis
dengan urutan:
dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan.
Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan
Pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan pengungkapan lain

131
Catatan atas Laporan Keuangan
BAB
X
Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi
yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting;
Informasi yang diwajibkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam neraca,
laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, misalnya
subklasifikasi pos-pos tertentu;
Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi,
laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas tetapi diperlukan dalam rangka
penyajian secara wajar;
Untuk pos-pos yang nilainya material, harus dirinci dan dijelaskan dalam catatan
atas laporan keuangan. Sedangkan untuk pos-pos yang bersifat khusus harus
dirinci dan dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan tanpa
mempertimbangkan materialitasnya;
Untuk pos yang merupakan hasil penggabungan beberapa pos sejenis dirinci
dan dijelaskan sifat dari unsur utamanya dalam catatan atas laporan keuangan.
132
Isi Catatan Atas Laporan Keuangan
Gambaran Umum BPR: Pendiriwn, riwayat ringkas, tanggal pendirian, bidang
usaha, tempat kedudukan, tanggal mulai beroperasi, kepemilikan, direksi,
komisaris dan jml karyawan.
Ikhtisar kebijakan akuntansi:
Pernyataan BPR menggunakan SAK ETAP
Dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan
Kebijakan akuntansi: konsep dasar, kredit, penyisihan kerugian, investasi di SBI, agunan, kas, aset
tetap, pengkuan pendapatan&beban, pajak penghasilan dan imbalan kerja.
Penjelasan atas pos-pos laporan keuangan: transaksi hubungan istimewa,
perubahan akuntansi & koreksi kesalahan, kesalahan.
Komotme dan kontijensi
Informasi penting lainnya
Peristiwa setelah tanggal neraca
Perkembangan terakhir SAK ETAP dan peraturan lain
Reklasifikasi.



133
Unsur Catatan Atas
Laporan Keuangan
1. Kewajiban komitmen dan Kontijensi, antara lain nilai-nilai sbb:
Komitmen
Fasilitas pinjaman diterima yang belum ditarik
Fasilitas kredit yang diberikan yang belum ditarik nasabah
Pinjaman channeling
Kontinjen
Pendapatan bunga dalam penyelesaian dari kredit yang
diberikan.
Pendapatan bunga dalam penyelesaian dari produk lain.
Aktiva produktif yang dihapusbukukan


134
Hal Lain yang Perlu Diungkapkan
2. Penerapan imbalan pasca kerja, antara lain perlu
dijelaskan sbb.:
Jumlah iuran jamsostek yang telah dibayarkan
Jumlah iuran dana pension yang telah dibayarkan
3. Transaksi dengan pihak terkait, perlu dijelaskan:
Bentuk transaksi yang terjadi, apakah pada pos simpanan
dan atau pinjaman
Dijelaskan jumlahnya
Dijelaskan suku bunganya
Dijelaskan apakah ada perlakuan khususnya.
4. Peristiwa setelah tanggal neraca, sekiranya ada
dijelaskan.

135
Hal Lain yang Perlu Diungkapkan
5. Informasi penting lainnya, antara lain berupa:
Rasio kecukupan modal (CAR)
Rasio kredit yang dberikan terhadap dana pihak ketiga
(LDR)
Rasio kredit non performing (NPL)
Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional
Rasio aktiva produktif bermasalah terhadap aktiva
produktif.
Rasio laba sebelum pajak terhadap aset rata-rata (ROA)
Rasio laba setelah pajak terhadap rata-rata ekuitas (ROE)


136
Hal Lain yang Perlu Diungkapkan
Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR
N0 Pos PAPI 2001 PA BPR
1 Kas Rupiah/valas Termasuk mata uang
Rupiah dan valas yang
ditarik dari peredaran
dan yang masih dalam
masa tenggang untuk
penukaran.
Mata uang Rupiah dan valas yang
ditarik dari peredaran tidak berlaku
sebagai alat pembayaran yang
sah.
Direklasifikasi kedalam aset lain-
lain.
2 Aktiva dalam
valas/Kas dalam
valas
Aktiva dalam valas Kas dalam valas
Perubahan nama rekening
3 Sertifikat Bank
Indonesia (SBI)
Pengklasifikasian SBI:
Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
(HTM)
Diperdagangkan (Trading)
Tersedia Untuk Dijual (AFS)
Pengklasifikasian SBI :
Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
(HTM)
Tersedia Untuk Dijual (AFS) SBI
tidak untuk trading.
Penyederhanaan untuk
kesesuaian dengan kegiatan BPR
Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR
N0 Pos PAPI 2001 PA BPR
4
Pendapatan
bunga yang
akan
Diterima
Dicatat dalam Aktiva lainlain. Disajikan dalam pos tersendiri.
Menggambarkan tagihan
bunga yg merupakan kegiatan
utama
5
Kredit yang
diberikan
1. Kredit awal = pokok
kredit.
2. Berdasarkan azas
materialitas dan manfaat,
provisi dan biaya
transaksi dapat
diamortisasi straight line.
3. Kredit selanjutnya
(outstanding credit) = baki
debet.
1. Kredit awal = pokok kredit
(-/-) provisi (+ /+)biaya
transaksi.
2. Provisi dan biaya transaksi
diamortisasi straight line.
3. Kredit selanjutnya = baki
debet (-/-) unamortized
provisi (+/+) unamortized
biaya transaksi.
Sesuai dengan prinsip
historical Cost
Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR
N0 Pos PAPI 2001 PA BPR
6
Urutan
pelunasan
kredit tidak
lancar
1. Setoran debitur untuk
kredit L, DPK & KL,
urutan: biaya, bunga,
pokok.
2. untuk kredit D &M,
urutan: Pokok, bunga
Setoran kredit performing
untuk pelunasan bunga.
Untuk kredit nonperforming
digunakan terlebih dahulu
melunasi tggkn pokok yg telah
jatuh tempo , jika ada sisa u/
pelunasan tggkn bunga.
Penyempurnaan
7
Aset tidak
berwujud
Termasuk aktiva lain-lain Disajikan dalam pos tersendiri:
Aset Tidak Berwujud adalah
aset non-moneter yang dapat
diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik.
Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR
N0 Pos PAPI 2001 PA BPR
8 Restrukturisasi
kredit
Penyisihan restrukturisasi kredit,
yang merupakan selisih antara
saldo kredit
dengan nilai tunai penerimaan
kas masa
depan, disajikan sebagai pos
pengurang dari kredit yang
direstrukturisasi.
1. Nilai tunai dihitung dengan
menggunakan suku bunga
kontraktual yang ditentukan
pada awal pemberian kredit.
2. Apabila nilai tunai lebih rendah
dibandingkan nilai tercatat
kredit pada saat
direstrukturisasi, maka
selisihnya diakui sebagai
kerugian.
9
Biaya pendirian
PSAK 16 (2007)
PSAK 19 (2009):
Biaya pendirian (biaya
perintisan) termasuk diakui
sebagai beban saat terjadinya.
(tidak ada perubahan)
PSAK 16 (2007)
PSAK 19 (2009):
Biaya pendirian (biaya
perintisan) termasuk diakui
sebagai beban saat terjadinya.
(tidak ada perubahan)
Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR
N0 Pos PAPI 2001 PA BPR
10
Agunan Yang
diambilalih
(AYDA)
Tidak diatur.
(merupakan
bagian dari rupa-rupa
aktiva)
1. AYDA timbul dari pengambilalihan
agunan sebagai penyelesaian
kredit dan kredit dihapus tagih.
2. Pengambilalihan agunan dalam
proses penyelesaian kredit
yang tidak diikuti
penghapustagihan kredit dicatat
secara off balance sheet.
3. AYDA dinilai setiap tahun.
4. Apabila hasil penilaian AYDA lebih
rendah dari nilai tercatat, selisih
diakui sebagai kerugian
penurunan nilai
Memperjelas bahwa AYDA diakui
sebagaipengganti kredit (swap),
sehingga perlu diikuti dengan
hapustagih.
Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR
N0 Pos PAPI 2001 PA BPR
11
Kewajiban Segera Kewajiban segera adalah
kewajiban kepada pihak lain
yang sifatnya wajib segera
dibayarkan sesuai dengan
perintah pemberi amanat
atau perjanjian yang
ditetapkan sebelumnya.
Terdapat tambahan klausula
yaitu termasuk kewajiban yang
telah jatuh tempo, di luar utang
bunga.
Disempurnakan dengan
tambahan kriteria kewajiban yg
telah jatuh tempo.
12
Utang Bunga Utang bunga dicatat dalam
pos kewajiban lain-lain.
Utang bunga dicatat tersendiri
dalam pos Utang Bunga.
Menggambarkan utang bunga
yg merupakan kegiatan utama
BPR
Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR
N0 Pos PAPI 2001 PA BPR
13
Simpanan Beban bunga diakui
sesuai dengan
perhitungan tingkat
bunga (kontraktual).
1. Beban bunga yang diakui termasuk
biaya transaksi yang dapat
diatribusikan secara langsung.
2. Biaya transaksi yang dapat
diatribusikan secara langsung
adalah biaya dari simpanan dengan
jangka waktu tertentu.
Sesuai dengan prinsip historical cost
14
Pinjaman
yang
diterima
1. Pinjaman yang diterima
diakui sebesar nilai
nominal.
2. Biaya transaksi diakui
sebagai beban dalam
periode berjalan.
1. Pinjaman yang diterima diakui
sebesar nilai pokok ditambah biaya
transaksi yang dapat diatribusikan.
2. Biaya transaksi yang dapat
diatribusikan diamortisasi secara
straight line dan diakui sebagai
beban bunga.
Sesuai prinsip historical cost
Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR
N0 Pos PAPI 2001 PA BPR
15
Dana
setoran
modal
Tidak diatur Pengakuan Dana Setoran Modal (DSM)
sesuai karakteristiknya yakni:
1. DSM Kewajiban, yaitu dana yang telah
disetor secara riil ke rekening BPR di Bank
Umum dan diblokir namun belum dinyatakan
memenuhi ketentuan permodalan yang
berlaku atau telah dinyatakan tidak memenuhi
ketentuan permodalan yang berlaku.

2. DSM Ekuitas, yaitu DSM yang dinyatakan
memenuhi ketentuan permodalan yang
berlaku, namun belum didukung dengan
kelengkapan persyaratan untuk digolongkan
sebagai modal disetor
Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR
N0 Pos PAPI 2001 PA BPR
16
Kewajiban
imbalan
kerja
Tidak diatur Pencatatan Kewajiban Imbalan
Kerja sesuai dengan Undang-
Undang berlaku dan disajikan
sebagai pos tersendiri.
U/ memperjelas pencatatan (dlm
praktek sebelumnya dicatat di
pasiva lain-lain) dan dan
mendukung ketentuan.
17
Utang
Pajak
Tidak diatur
Mengatur kewajiban pajak
tangguhan (deferred tax
liabilities): pajak terutang
(payable) untuk periode
mendatang akibat
perbedaan temporer
kewajiban pajak penghasilan
badan yang terutang atas penghasilan
BPR, setelah diperhitungkan pajak
yang dibayar dimuka.
Disajikan tersendiri
Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR
N0 Pos PAPI 2001 PA BPR
18 Modal
Pinjaman
Modal pelengkap
terdiri dari cadangan
yang dibentuk tidak
berasal dari laba,
modal pinjaman, dan
pinjaman
Subordinasi
1. Modal pinjaman menimbulkan kewajiban
kontraktual bagi BPR untuk menyelesaikannya
dalam bentuk penyerahan kas dan setara kas.
2. Keterbatasan kemampuan BPR untuk memenuhi
kewajiban kontraktualnya atas modal pinjaman
dengan adanya ketentuan untuk memperoleh
persetujuan dari Bank Indonesia, tidak
membatalkan kewajiban kontraktual tersebut.
Diklasifikasikan sebagai kewajiban -
Penyesuaian konsep, dalam regulasi masih
termasuk kedalam modal pelengkap.
19 Selisih
penilaian
aktiva tetap
Selisih penilaian
kembali aktiva tetap
Surplus revaluasi aset tetap.
Perubahan nama dan perlakuan dengan kriteria
khusus. mengingat penurunan/pemulihan nilai
aset tetap dibebankan ke L/R (impairment)
Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR
N0 Pos PAPI 2001 PA BPR
20
Modal
Sumbagan
Modal yang ddiperoleh kembali
dari sumbangan saham,
termasuk selisih antara nilai
yang tercatat dengan harga jual
apabila saham tersebut dijual
Sumbangan yang berasal dari
pemilik BPR dalam bentuk dana
atau aset lainnya termasuk
pengembalian sama pemilik
21
Beban
bunga
Beban bunga diakui
sebagai beban pada
periode berjalan
Pengertian beban bunga termasuk
beban amortisasi biaya simpanan
yang dapat diatribusikan secara
langsung.
Konsekuensi dari pencatatan
historical atas utang BPR
Pelaporan BPR
Bandung, 21 Oktober 2013
Akuntansi dan Audit Laporan
Keuangan BPR

ACUAN:
1. Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
3. Standar Akuntansi Keuangan (SAK non ETAP)
4. Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan
BPR
5. Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum


149
Ketentuan Bank Indonesia
1. SE 15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 Laporan Tahunan dan Laporan
Keuangan Publikasi Bang Perkreditan Rakyat
2. SE BI 15/3/PBI/2013 tangggal 21 Mei 2013 Transparansi Kondisi
Keuangan Bank Perkreditan Rakyat
3. SE BI No.12/14/DKBU, Pelaksanaan Pedoman Akuntansi BPR
4. SE BI No.11/37/DKBU tanggal 31 Desember 2009, Penetapan
penggunaan Standar Akuntansi Keuangan bagi BPR
5. PBI No.13/20/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, Transparansi kondisi
keuangan BPR
6. PBI 13/26/PBI/2011 Perubahan PBI 8/19/2006, Perubahan PP BI
8/19/2006; Kualitas aktiva produktif dan pembentukan PPAP

150
Laporan BPR
1. Laporan BPR terdiri dari :
1. Laporan Tahunan memberikan gambaran lengkap kinerja BPR dalam stu
tahun yang antara lain berisikan Laporan Keuangan Tahunan
2. Laporan Keuangan Publikasi memberikan gambaran informasi mengenai
laporan keungan, informasi lainnya, pengurus, komposisi pemegang saham,
triwulanan.
2. Laporan BPR didasarkan pada SAK yang berlaku bagi BPR yaitu
SAK ETAP, Pedoman Akuntansi bagi BPR dan ketentuan yang
ditetapkan BI.
3. Laporan disusun dalam Bahasa Indonesia, mata uang rupiah.
4. Total aset >= 10milyar wajib diaudit KAP yang terdaftar di BI
5. Laporan disampaikan oleh kantor pusat BPR
151
Laporan Tahunan
Laporan tahunan memuat :
Informasi umum pengurus, kepemilikan, perkembangan usaha
BPR
Laporan keuangan tahunan disajikan dengan perbandingan dengan
satu tahun sebelumnya. Laporan keuangan terdiri dari
Neraca
Laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Arus Kas
Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi mengenai komitmen
dan kontijensi
Opini Akuntan Publik apabila LKT diaudit oleh AP
Pengungkapan



152
Perkembangan BPR
1. Riwayat ringkas pendirian BPR
2. Ikhtisar data keuangan penting pendapatan, beban operasional, pendapatan dan
beban non operasional, laba sebelum PPh, taksiran PPh dan laba bersih.
3. Rasio keuangan paling kurang meliputi
Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL),
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP),
Return on Asset (ROA),
Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO),
Cash Ratio, dan
Loan to Deposit Ratio (LDR);
Perbandingan jumlah kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan dan
penyebab utama kredit bermasalah; dan
Perkembangan usaha yang berpengaruh signifikan terhadap BPR pada periode
laporan seperti ekspansi atau penciutan kegiatan usaha dan jaringan kantor.

153
Perkembangan BPR
4. Strategi dan kebijakan manajemen informasi mengenai
manajemen risiko: indentifikasi dan pengendalian risiko
5. Laporan manajemen mengenai pengelolaan BPR dalam
rangka tata kelola yang baik, yang mencakup :
Struktur organisasi; bidang usaha;
Teknologi informasi,
Perkembangan dan target pasar; jumlah, jenis, dan lokasi kantor;
Kerjasama BPR dengan bank; kepemilikan oleh anggota Direksi;
Keterkaitan antar pemilik, antar pengurus, dan antara pemilik dengan pengurus
BPR;
Sumber Daya Manusia (SDM) jumlah, pendidikan, dan pengembangan
SDM
Kebijakan gaji, tunjangan, dan fasilitas bagi Direksi dan Dewan Komisaris
Perubahan penting lainnya yang terjadi di BPR dan/atau di kelompok usaha
BPR yang mempengaruhi operasional BPR dalam tahun yang bersangkutan.
154
Pengungkapan informasi lain
1. Iktisar kebijakan akuntansi
pernyataan bahwa BPR menggunakan SAK ETAP;
dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan; dan
kebijakan akuntansi BPR yang antara lain meliputi kebijakan konsep dasar
pengukuran, kredit yang diberikan, penyisihan kerugian kredit, investasi di SBI,
agunan yang diambil alih, kas dan setara kas, aset tetap dan inventaris serta
penyusutan, pengakuan pendapatan bunga, pengakuan beban bunga, pajak
penghasilan, dan imbalan kerja.
2. Penjelasan atas pos-pos laporan keuangan dengan
memperhatikan urutan penyajian neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, informasi tambahan sesuai
pengungkapan.
155
Pengungkapan tambahan
sesuai SAK
1. Transaksi hubungan istimewa: rincian jumlah, penjelasan
transaksi, sifat hubungan, alasan pembentukan penyisihan
piutang hub istimewa.
2. Perubahan akuntansi dan koreksi kesalahan:
Perubahan estimasi hakekat, jumlah dan pengaruh
Perubahan kebijakan akuntansi hakikat, alasan, tujuan, jumlah dan
pengaruh
Kesalahan hakikat, jumlah nilai, informasi komparatif disajikan kembali.
3. Komitmen dan kontijensi
Pengungkapan kontrak dan perjanjian
Uraian mengenai peraturan yang mengikat dan dampaknya
Uraian mengenai kewajiban pajak tambahan
4. Perkembangan terakhir SAK ETAP dan peraturan lainnya.
5. Reklasifikasi
6. Informasi penting yang mempengaruhi kinerja BPR
7. Peristiwa setelah tanggal neraca (subsequent event)


156
Laporan Keuangan Publikasi
1. Laporan Keuangan Publikasi triwulan Maret, Juni, September,
Desember.
2. Laporan gabungan kantor pusat dan seluruh cabangnya
3. Laporan komparatif dengan format yang sama.
4. Pengungkapan sesuai dengan SAK ETAP dan PA BPR.
Laporan keuangan lengkap ditambah komitmen dan kontijensi
Kualitas aktiva produktif: penempatan pada bank lain, kredit yang diberikan
Rasio keuangan : KPMM, NPM dan PPAP, ROA dan BOPO, Cash ratio, LDR
Susunan pengurus dan komposisi pemegang saham
Nama KAP dan nama AP yang bertanggung jawab
5. Apliasi laporan keuangan publikasi terintegrasi dalam laporan
keuangan bulanan.
6. Prosedur pengoperasian aplikasi LK Publikasi



157
Hubungan Kerja antara BPT dan Akuntan Publik

Penugasan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan
Publik dalam rangka audit Laporan Keuangan
Tahunan BPR wajib dilakukan dengan perjanjian
kerja;
Perjanjian kerja antara BPR dan Kantor Akuntan
Publik berpedoman pada Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat
Edaran Bank Indonesia ini
158
Sangsi Penyampaian Laporan
Terlambat (30 April) mengumumkan Laporan Tahunan 50
ribu per hari
Tidak menyampaikan Laporan Tahunan 3 juta (setelah
31 Mei)
Penyusunan LT tidak sesuai ketentuan BI 5 juta jika
telah diberi surat peringatan 2kali.
Terlambat mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi,
50 ribu per hari terlambat.
Tidak mengumumkan LK Publikasi pada papan
pengumuman atau media lain dan surat kabar lokal
Terlambat menyampaikan bukti pengumuman LK
Publikasi, 50 ribu per hari.



159
Penyampaian Laporan

Laporan Tahunan dan bukti pengumuman Laporan
Keuangan Publikasi disampaikan kepada Bank Indonesia
Laporan Keuangan Publikasi secara on-line dilakukan
melalui fasilitas jaringan ekstranet Bank Indonesia.
Laporan disampaikan secara off-line dalam bentuk
rekaman data (soft copy) berupa compact disk atau media
perekam data elektronik lainnya maka laporan
disampaikan pada BI.


160
Kasus SBI
Pada tanggal 3 Desember 2010, BPR ABC membeli SBI jangka waktu 3 bulan di
pasar sekunder:
Nilai nominal SBI Rp 500.000.000
Tingkat diskonto 7%
Jangka waktu 3 bulan
Nilai tunai = (500.000.000 x 360)/(360 + (tingkat diskonto x jangka waktu))
Nilai tunai = 491,400,491
Nilai diskonto = Nilai nominal Nilai tunai
Nilai diskonto = 8,599,509
Biaya Transaksi = 2,000,000
Amortisasi Unamortizes
diskonto s.d. 31/12/10 = 2,675,403 5,924,106
biaya transaksi s.d. 31/12/10 = 622,222 1,377,778
Kasus SBI
Asumsi tujuan kepemilikan: Dimiliki Hingga Jatuh Waktu
a. Tanggal 3 Desember 2010, pada saat membeli:
Db. SBI Nominal Rp 500.000.000
Db. SBI Biaya transaksi Rp 2.000.000
Kr. SBI Diskonto Rp 8.599.509
Kr. Kas/Rekening Rp 493.400.491
Jumlah kas keluar adalah nilai tunai Rp491.400.491 + biaya
transaksi Rp2.000.000.

b. Tanggal 31 Desember 2010, pada saat amortisasi diskonto dan biaya transaksi:
Db. SBI Diskonto Rp 2.675.403
Kr. SBI Biaya transaksi Rp 622.222
Kr. Pendapatan bunga Rp 2.053.180
Perhitungan amortisasi adalah 28/90hari (3 31 Desember dari
total tenor SBI) dari diskonto dan biaya transaksi.

c. Tanggal 3 Maret 2011, pada saat jatuh tempo:
Db. Kas/Rekening Rp 500.000.000
Kr. SBI Nominal Rp 500.000.000
Amortisasi dilakukan untuk diskonto dan biaya transaksi.
Db. SBI Diskonto Rp 286.650
Kr. SBI Biaya transaksi Rp 66.667
Kr. Pendapatan bunga Rp 219.983
TERIMA KASIH
Dwi Martani
martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com
081318227080 / 08161932935
http:/staff.blog.ui.ac.id/martani/
http://dwimartani.com

163

Вам также может понравиться