ACUAN: 1. Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia 2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) 3. Standar Akuntansi Keuangan (SAK non ETAP) 4. Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan BPR 5. Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum
3 Ketentuan Bank Indonesia 1. SE 15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Bang Perkreditan Rakyat 2. SE BI 15/3/PBI/2013 tangggal 21 Mei 2013 Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat 3. SE BI No.12/14/DKBU, Pelaksanaan Pedoman Akuntansi BPR 4. SE BI No.11/37/DKBU tanggal 31 Desember 2009, Penetapan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan bagi BPR 5. PBI No.13/20/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, Transparansi kondisi keuangan BPR 6. PBI 13/26/PBI/2011 Perubahan PBI 8/19/2006, Perubahan PP BI 8/19/2006; Kualitas aktiva produktif dan pembentukan PPAP
4 Standar Akuntansi Keuangan ETAP Bandung, 21 Oktober 2013 Memberikan infomasi posisi keuangan, kinerja perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), dan pertanggung jawaban sumber daya yang dipercayakan kepadanya Memenuhi kebutuhan sebagian besar pemakai. Menyediakan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan menyediakan informasi non keuangan. Tujuan Laporan Keuangan Ref: PSAK Conceptual Framework 6 Untuk keseragaman laporan keuangan Memudahkan penyusun laporan keuangan karena ada pedoman baku sehingga meminimalkan bias dari penyusun Memudahkan auditor Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda. Pengguna laporan keuangan banyak pihak sehingga penyusun tidak dapat menjelaskan kepada masing- masing pengguna Standar Akuntansi ?? 7 Empat Pilar Standar Akuntansi Indonesia Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik signifikan - SAK-ETAP Standar Akuntansi Syariah SAK Syariah Standar Akuntansi Pemerintahan - SAP
8 IFRS hanya diadopsi PSAK SAK ETAP diluncurkan pada tanggal 17 July 2009 Instansi Pemerintah menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan PP 71 tahun 2010
SAK ETAP SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik Digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik. ETAP adalah entitas yang: Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.
9 AKUNTABILITAS PUBLIK SIGNIFIKAN Harus menggunakan PSAK IFRS based Namun, dapat menggunakan SAK ETAP jika ada regulasi yang mengijinkan penggunaan SAK ETAP BPR
10 SAK ETAP: Why? PSAK IFRS based sulit diterapkan bagi perusahaan menengah kecil mengingat penentuan fair value memerlukan biaya yang tidak murah. PSAK IFRS rumit dalam implementasinya seperti kasus PSAK 50 dan PSAK 55 meskipun sudah disahkan tahun 2006 namun implementasinya tertunda bahkan 2010 sudah keluar PSAK 50 (revisi). PSAK IFRS menggunakan principle based sehingga membutuhkan banyak professional judgement. PSAK IFRS perlu dokumentasi dan IT yang kuat SAK ETAP sebagai solusi utk SME (ETAP) 11 Manfaat SAK ETAP Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil, menengah, mampu untuk menyusun laporan keuangannya sendiri, dapat diaudit dan mendapatkan opini audit, sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana (misalnya dari Bank) untuk pengembangan usaha. Lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK IFRS sehingga lebih mudah dalam implementasinya Tetap memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan. 12 SAK ETAP Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai kondisi di Indonesia dan dibuat lebih ringkas. SAK ETAP masih memerlukan professional judgement namun tidak sebanyak untuk PSAK IFRS. Dalam beberapa hal tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan PSAK lama: contoh PSAK 16 (1994). Namun ada beberapa hal yang dimodifikasi dari IFRS/IAS. 13 IFRS for SMEs IFRS for SMEs, merupakan mini Full IFRS Terdapat pengurangan opsi dan pengungkapan Tidak terdapat pengakuan dan pengukuran yang berbeda dengan Full IFRS, kecuali borrowing cost dibebankan langsung dan tidak dikapitalisasi, dan terdapat pengaturan mengenai ekuitas Target dari IFRS for SMEs adalah perusahaan menengah ke bawah. 14 SAK ETAP PSAK yang disederhanakan: Pilihan pada alternatif standar yang lebih sederhana Penyederhaaan pengakuan dan pengukuran Mengurangi pengungkapan Penyederhanaan Merupakan standar yang berdiri sendiri secara keseluruhan (stand alone) 15 ISI SAK ETAP 16 Bab Bab 1 Ruang Lingkup 16 Aset Tidak Berwujud 2 Konsep dan Prinsip Pervasive 17 Sewa 3 Penyajian Laporan Keuangan 18 Kewajiban Diestimasi dan Kontijensi 4 Neraca 19 Ekuitas 5 Laporan Laba Rugi 20 Pendapatan 6 Laporan Perubahan Ekuitas 21 Biaya Pinjaman 7 Laporan Arus Kas 22 Penurunan Nilai Aset 8 Catatan atas Laporan Keuangan 23 Imbalan Kerja 9 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan 24 Pajak Penghasilan 10 Investasi pada Efek Tertentu 25 Mata Uang Pelaporam 11 Persediaan 26 Transaksi dalam Mata Uang Asing 12 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Entitas Anak 27 Peristiwa setalah Akhir Periode Pelaporan 13 Investasi pada Joint Venture 28 Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa 14 Propoerti Investasi 29 Ketentuan Transisi 15 Aset Tetap 30 Tanggal Efektif Daftar Istilah Ruang lingkup SAK ETAP, dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang: Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal 17 Ruang lingkup 18 Entitas dengan akuntabilitas publik signifikan Telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau sedang dalam proses pengajuan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau Menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP. Contoh: Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Laporan keuangan untuk tujuan umum Laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pengguna laporan keuangan, misalnya: pemegang saham, kreditor, pekerja, masyarakat dalam arti luas 19 Pedoman Akuntansi BPR Bandung, 21 Oktober 2013 Pedoman Akuntansi BPR Kebijakan Bank Indonesia yang mengijinkan BPR untuk menerapkan SAK ETAP Pedoman Akuntansi BPR merupakan penjabaran lebih lanjut prinsip dan substansi pengaturan dalam SAK ETAP untuk membantu BPR dalam menyusun laporan keuangan. Penyusunan PA-BPR ini bertujuan : untuk memberikan acuan minimum yang harus dipenuhi oleh BPR dalam menyusun laporan keuangannya. untuk menciptakan keseragaman sehingga dapat meningkatkan daya banding laporan keuangan di antara BPR. Proses penyusunan Pedoman Akuntansi BPR yang melibatkan stakeholder dan melalui due process procedure), termasuk public hearing dan limited hearing.
Tujuan PA BPR Untuk membantu pengguna dalam menyusun laporan keuangan agar sesuai dengan tujuan laporan keuangan, yaitu: Pengambilan keputusan ekonomi semua pihak Menilai prospek arus kas Memberikan informasi atas sumber daya ekonomi Menciptakan keseragaman sehingga meningkatkan daya banding laporan keuangan BPR. Menjadi acuan minimum yang harus dipenuhi oleh BPR dalam menyusun laporan keuangan.
Isi Pedoman Akuntansi BPR Bab I Pendahuluan Bab II Tata Cara Penyesuaian atas Pos-Pos Laporan Keuangan Bab III Laporan Keuangan Bab IV Akuntansi Aset Bab V Akuntansi Kewajiban BaB VI Akuntansi Ekuitas BaB VII Laporan Laba Rugi Bab VIII Laporan Arus Kas Bab IX Laporan Perubahan Ekuitas Bab X Catatan atas Laporan Keuangan Contoh Kasus Acuan Penyusunan Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Standar Akuntansi Keuangan (SAK non - ETAP). Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan BPR. Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum.
Dalam hal standar akuntansi keuangan memberikan pilihan atas perlakuan akuntansi, maka BPR wajib mengikuti pilihan sesuai ketentuan Bank Indonesia. BAB II Ketentuan Lain Jurnal, akun dan contoh yang digunakan dalam Pedoman ini hanya merupakan ilustrasi dan tidak bersifat mengikat. BPR dapat mengembangkan metode sesuai sistem masing-masing sepanjang memberikan hasil akhir yang tidak berbeda. Transaksi BPR yang dicantumkan dalam Pedoman ini diprioritaskan pada transaksi yang umum terjadi pada BPR. Pedoman ini secara periodik akan dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan bisnis dan produk BPR, ketentuan standar akuntansi keuangan, ketentuan Bank Indonesia, dan ketentuan lain yang terkait dengan BPR. Penyesuaian Pos Laporan Keuangan Ketentuan Umum mengakui semua aset dan kewajiban dipersyaratkan Pedoman tidak mengakui pos-pos apabila Pedoman tidak mengijinkan mereklasifikasikan pos-pos; menerapkan Pedoman ini dalam pengukuran; dampak penyesuaian diakui pada saldo laba awal 2010.
BAB II Penyesuaian 1 N0 Penyesuaian Jurnal A Aktiva dalam Valas Db. Kas dalam valuta asing Kr. Aktiva dalam valuta asing B Kredit yang Diberikan sebelum 1 Januari 2010. Saldo pokok kredit yang masih ada direklasifikasi Db. Kredit yang diberikan Pokok Kr. Kredit yang diberikan C Provisi yang diterima untuk kredit sebelum 1 Januari 2010. Saldo provisi yang belum diamortisasi direklasifikasi Db. Rupa-rupa pasiva Provisi Kr. Kredit yang diberikan Provisi D Provisi yang diterima untuk kredit sebelum 1 Januari 2010 Saldo provisi yang belum diamortisasi direklasifikasi Db. Pendapatan operasional Provisi dan komisi Kr. Pendapatan bunga Provisi E Penyesuaian amortisasi provisi per 1 Juli 2010. Apabila seluruh provisi telah langsung diakui sebagai Pendapatan Operasional Provisi untuk transaksi pemberian kredit sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 maka dilakukan penyesuaian. Db. Pendapatan operasional Provisi dan komisi Kr. Kredit yang diberikan Provisi Kr. Pendapatan bunga Provisi(sebesar jumlah proporsional sesuai jangka waktu kredit) Penyesuaian N0 Penyesuaian Jurnal F Biaya transaksi untuk kredit sebelum 1Januari 2010 Saldo biaya transaksi yang ditanggung oleh BPR yang belum diamortisasi disesuaikan: Db. Kredit yang diberikan Biaya transaksi Kr. Pos yang terkait
G Penyesuaian amortisasi biaya transaksi per 1 Juli 2010 Amortisasi biaya transaksi yang telah dilakukan sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 dan diakui sebagai Beban Operasional direklasifikasi menjadi pengurang Pendapatan Bunga Db. Pendapatan bunga Biaya transaksi Kr. Beban operasional yang terkait H Penyesuaian amortisasi biaya transaksi per 1 Juli 2010. Apabila seluruh biaya transaksi telah langsung diakui sebagai Beban Operasional untuk transaksi pemberian kredit sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 maka dilakukan Penyesuaian Db. Kredit yang diberikan Biaya transaksi (yang belum diamortisasi) Db. Pendapatan bunga Biaya transaksi (sebesar jumlah proporsional sesuai jangka waktu kredit) Kr. Beban operasional yang terkait I Apabila AYDA tidak memenuhi definisi AYDA berdasarkan PA-BPR pada 1 Januari 2010, direklasifikasi Agunan tersebut dicatat dalam rekening administratif. Pembentukan penyisihan kerugian kredit yang diberikan sebagai hasil reklasifikasi agunan Db. Kredit yang diberikan Kr. Rupa-rupa aktiva Agunan yang diambil alih Db. Saldo laba Kr. Penyisihan kerugian kredit Penyesuaian N0 Penyesuaian Jurnal J Penyesuaian penyisihan kerugian kredit per 1 Juli 2010 Apabila terdapat pengambilalihan agunan yang terjadi sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 yang tidak memenuhi definisi AYDA berdasarkan PA-BPR, maka pembentukan penyisihan kerugian kredit yang diberikan dimunculkan kembali Db. Kredit yang diberikan Kr. Rupa-rupa aktiva Agunan yang diambil alih Db. Beban operasional Penyisihan kerugian kredit Kr. Penyisihan kerugian kredit K AYDA yang memenuhi definisi AYDA berdasarkan PABPR ini pada 1 Januari 2010 . Apabila jumlah rugi penurunan nilai yang baru diketahui setelah 1 Januari 2010 dibebankan sebagai rugi penurunan nilai pada periode tahun 2010 Db. Saldo laba Kr. Akumulasi rugi penurunan nilai L Aset tetap yang direvaluasi Saldo Surplus Revaluasi Aset Tetap di ekuitas pada 1 Januari 2010 direklasifikasi ke Saldo Laba Apabila terjadi revaluasi aset tetap sejak 1 Januari 2010 maka surplus revaluasi yang ada di ekuitas tidak boleh direklasifikasi ke Saldo Laba hingga terjadi pelepasan aset tetap. Db. Surplus revaluasi aset tetap Kr. Saldo laba M Saldo utang bunga yang sebelumnya disajikan dalam Rupa-rupa Pasiva dan Kewajiban Segera direklasifikasi ke Utang Bunga Db. Kewajiban segera/Rupa-rupa pasiva Kr. Utang bunga
Penyesuaian N0 Penyesuaian Jurnal L Penyesuaian penyisihan kerugian kredit per 1 Juli 2010 Apabila terdapat pengambilalihan agunan yang terjadi sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 yang tidak memenuhi definisi AYDA berdasarkan PA-BPR, maka pembentukan penyisihan kerugian kredit yang diberikan dimunculkan kembali Db. Kredit yang diberikan Kr. Rupa-rupa aktiva Agunan yang diambil alih Db.Beban operasional Penyisihan kerugian kredit Kr. Penyisihan kerugian kredit K AYDA yang memenuhi definisi AYDA berdasarkan PABPR ini pada 1 Januari 2010 . Apabila jumlah rugi penurunan nilai yang baru diketahui setelah 1 Januari 2010 dibebankan sebagai rugi penurunan nilai pada periode tahun 2010 Db. Saldo laba Kr. Akumulasi rugi penurunan nilai Penyesuaian N0 Penyesuaian Jurnal N Simpanan dalam bentuk deposito dengan jangka waktu 1 (satu) tahun. Penyesuaian biaya transaksi yang dikeluarkan dan dapat dikaitkan secara langsung pada 1 (satu) rekening deposito per 1 Juli 2010. Biaya transaksi yang telah diakui sebagai Beban Operasional sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 disesuaikan sebagai Beban Bunga dan atau sebagai pengurang deposito: Db. Beban operasional Bunga (sebesar jumlah proporsional sesuai jangka waktu deposito) Db. Deposito Biaya transaksi Kr. Beban operasional yang terkait O Simpanan yang sudah jatuh tempo (tabungan atau deposito) dan belum diambil pemilik. Saldo simpanan yang sudah jatuh tempo (tabungan atau deposito) direklasifikasi ke Kewajiban Segera: Db. Tabungan/Deposito/Antar bank pasiva Tabungan/Deposito Kr. Kewajiban segera Simpanan jatuh tempo P Pinjaman yang diterima. Saldo biaya transaksi dan provisi yang belum diamortisasi direklasifikasi (Penyesuaian terkait dengan pengakuan biaya/ pendapatan sebagai bagian dari biaya perolehan historical cost) Db. Pinjaman yang diterima Biaya transaksi Db. Pinjaman yang diterima Provisi Kr. Pos yang terkait (Rupa-rupa aktiva) Penyesuaian N0 Penyesuaian Jurnal Q Penyesuaian amortisasi biaya transaksi dan provisi per 1 Juli 2010. Amortisasi biaya transaksi dan provisi yang telah dilakukan sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 dan diakui sebagai Biaya Operasional direklasifikasi
Apabila seluruh biaya transaksi dan provisi telah langsung diakui sebagai Beban Operasional untuk transaksi pinjaman yang diterima sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 (Koreksi porsi biaya bunga yang seharusnya belum dapat diakui) Db. Beban bunga Biaya transaksi dan provisi Kr. Beban operasional yang terkait
Db. Pinjaman diterima Biaya transaksi Db. Pinjaman diterima Provisi Db. Beban operasional-Bunga Biaya transaksi dan provisi (sebesar jumlah proporsional sesuai jangka waktu pinjaman diterima) Kr. Beban operasional yang terkait R Kewajiban imbalan kerja Saldo Kewajiban Imbalan Kerja (pascakerja) direklasifikasi. Db. Rupa-rupa pasiva Imbalan kerja/pos yang terkait Kr. Kewajiban imbalan kerja S Pendapatan bunga yang akan diterima Saldo Pendapatan Bunga yang akan Diterima direklasifikasi Db. Pendapatan bunga yang akan diterima Kr. Rupa-rupa aktiva Pendapatan bunga yang masih akan diterima T Dana setoran modal Dana Setoran Modal yang tidak memenuhi definisi ekuitas direklasifikasi ke kewajiban: Db. Dana setoran modal (ekuitas) Kr. Dana setoran modal (kewajiban)
Penyesuaian N0 Penyesuaian Jurnal U Modal pinjaman Modal Pinjaman di ekuitas direklasifikasi ke kewajiban:) Db. Modal pinjaman (ekuitas) Kr. Modal pinjaman (kewajiban) V Penyesuaian pengakuan bunga kredit non- performing Penerimaan setoran dari debitur dengan kualitas kurang lancar sejak 1 Januari s.d 30 Juni 2010 dan diakui terlebih dahulu sebagai pendapatan bunga maka harus direklasifikasi sebagai pelunasan tunggakan pokok kredit (jika ada) terlebih dahulu dan kemudian sisanya diakui sebagai pendapatan bunga. Db. Pendapatan bunga Kr. Kredit yang diberikan Pokok Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi pengguna dalam membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya. Komponen laporan keuangan Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Bahasa laporan keuangan bahasa Indonesia. Tanggung jawab Direksi BPR Mata uang pelaporan mata uang rupiah. Transaksi menggunakan mata uang selain dari rupiah dijabarkan dalam mata uang rupiah dengan kurs laporan yang ditetapkan BI BAB III Kebijakan Akuntansi Kebijakan tersebut harus mencerminkan prinsip kehatihatian dan mencakup semua hal yang material sesuai SAK ETAP Dalam hal SAK ETAP belum mengatur maka manajemen harus menetapkan kebijakan yang: relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan dalam pengambilan keputusan; dapat diandalkan, dengan pengertian: mencerminkan kejujuran penyajian kinerja dan posisi keuangan BPR; menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya; netral, yaitu bebas dari keberpihakan; mencerminkan kehati-hatian; dan mencakup semua hal yang material.
BAB III Kebijakan Akuntansi Dalam menetapkan kebijakan akuntansi tersebut, maka harus mempertimbangkan: Persyaratan dan panduan dalam SAK ETAP yang berhubungan dengan hal yang serupa dan terkait. Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran aset, kewajiban, pendapatan, dan beban dalam prinsip pervasif (yang mempunyai dampak manfaat luas bagi pihak-pihak yang berkepentingan) dari SAK ETAP. Persyaratan dan panduan dalam SAK non-ETAP yang berhubungan dengan hal yang serupa dan terkait. BAB III Penyajian Laporan Keuangan Harus menyajikan secara wajar sesuai ketentuan yang berlaku Aset disajikan berdasarkan likuiditas, kewajiban urutan jatuh tempo Saldo transaksi hubungan istimewa diungkapkan terpisah Laporan laba rugi dengan multiple step mulai dari kegiatan utama Catatan laporan keuangan disajikan secara sistematis dengan urutan sesuai dengan penyajian LK Tidak dipergunakan menggunakan kata sebagian besar harus dengan nominal atau prosentase BAB III Perubahan Kebijakan Akuntansi Perubahan estimasi Jika terdapat perubahan dengan estimasi yang digunakan Diterapkan secara retrospektif Perubahan kebijakan akuntansi Dilakukan jika dopersyaratkan oleh SAK ETAP Dampak retrospektif dengan menyajikan ulang laporan keuangan. Jika retrospektif tidak praktis diteapkan pada tanggal kebijakan tersebut dimungkinkan dapat diberlakukan. Kesalahan periode lalu
BAB III Kebijakan Akuntansi Konsistensi penyajian Materialitas dan agregasi Laporan keuangan didasarkan pada konsep materialitas Disajikan tersendiri jika material Material jika kelalaian menyampaian dapat mempengaruhi keputusan Saling hapus tidak boleh kecuali secara hukum dibenarkan Periode pelaporan wajib disajikan secara tahunan berdasarkan tahun takwin. Informasi komparatif Disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya. Informasi komparatif naratif dan deskriptif wajib diungkapkan kembali apabila relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan. BAB III Keterbatasan Laporan Keuangan a. Bersifat historis, menunjukan transaksi dan peristiwa telah lampau. b. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna. Biasanya informasi khusus tidak dapat secara langsung dipenuhi semata-mata dari laporan keuangan. c. Penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran. d. Menggunakan pertimbangan materialitas. e. Lebih menekankan pada penyajian transaksi dan peristiwa sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya (formalitas). f. Berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomi dan tingkat kinerja antar BPR. Akuntansi Aset Pos-pos aset yang umum dimiliki oleh BPR adalah sebagai berikut: a. Kas b. Kas dalam valuta asing; c. Sertifikat Bank Indonesia; d. Pendapatan bunga yang akan diterima; e. Penempatan pada bank lain (giro, tabungan, deposito dan sertifikat deposito); f. Aset tetap dan inventaris; g. Aset tidak berwujud; h. Aset lain-lain. BAB IV Kas dan Setara Kas Meliputi: 1. Kas uang tunai 2. Giro dan tabungan pada bank lain 3. Penempatan pada bank lain 4. SBI yang jatuh tempo tidak lebih dari 3 (tiga) bulan, sejak tanggal perolehan, dan tidak jadi jaminan
Kas merupakan uang kertas dan logam rupiah yang ada pada: kas besar, kas kecil, ATM, dan kas dalam perjalanan.
Tidak termasuk kas: emas batangan dan commemorative coins (uang logam untuk memperignati peristiwa nasional), mata uang rupiah yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran dan tidak berlaku sebagai alat pembayaran yang sah (aset lain-lain)
Kas diakui sebesar nilai nominalnya, disajikan dalam pos tersendiri. Harus diungkapkan: Jumlah rincian kas; dan kas yang ada di ATM.
Kas dan Setara Kas Kas Valas merupakan uang kertas dan uang logam asing, termasuk travellers cheque yang masih berlaku.
BPR dapat memiliki kas valas hanya untuk perdagangan valas, sepanjang telah mendapat izin Bank Indonesia
Uang valas yang tidak berlaku namun masih bisa ditukarkan ke bank sentral terkait, disajikan sebagai aset lain-lain, sebesar nilai nominalnya dikurangi dengan biaya reptriasinya. 44 Kas dalam Valuta Asing Kas Valas disajikan dalam pos tersendiri sebesar nilai kurs pada saat perolehannya
Untuk laporan, kas valas disajikan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (RpT). Selisih nilai tercatatnya disajikan sebagai keuntungan atau kerugian Non Operasional.
Hal-hal yang perlu diungkap antara lain: rincian mata uang asing; jumlah nominal masing-masing mata uang asing; jumlah selisih valas yang diakui dalam laporan laba rugi
45 Kas dalam Valuta Asing
SBI dapat diklasifikasikan menjadi: Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (HTM), jika dimaksud memiliki hingga jatuh tempo. Tersedia Untuk Dijual (AFS), kelayakan klasifikasi ditelaah ulang pada awal periode berikutnya. Pengakuan dan Pengukuran HTM Biaya perolehan = harga beli (termasuk diskonto) + biaya-biaya yang terjadi. Diskonto dan biaya transaksi diamortisasi s/d jatuh tempo menggunakan metode garis lurus sebagai pendapatan bunga. AFS Biaya perolehan = harga beli, biaya diakui sebagai beban saat terjadinya. Marked to market, selisih nilai wajar dengan nilai tercatat diakui sebagai Laba/Rugi yang belum direalisasi (ekuitas) dan diakui sebagai keuntungan/kerugian dalam L/R pada saat direalisasi. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Penyajian Disajikan berdasarkan tingkat likuiditasnya. HTM = nilai nominal - diskonto + biaya transaksi yang belum diamortisasi. AFS = nilai wajarnya. Laba atau rugi yang belum direalisasi dijadikan sebagai komponen yang tersendiri dalam ekuitas. Arus kas SBI = arus kas aktivitas investasi.
Rumus menentukan nilai tunai SBI Sertifikat Bank Indonesia (SBI) = 360 360
=
1+ ) 360
Pengungkapan Uraian SBI Tersedia Untuk Dijual dan Dimiliki Hingga Jatuh Tempo berdasarkan: nilai wajar agregat, laba atau rugi yang belum direalisasi dari pemilikan SBI, biaya perolehan, termasuk jumlah diskonto dan biaya transaksi yang belum diamortisasi. Nilai wajar dan nilai tercatat SBI yang Dimiliki Hingga Jatuh Tempo Uraian mengenai: penerimaan dari penjualan SBI dalam kategori Tersedia Untuk Dijual, laba dan rugi yang direalisasi dari penjualan tersebut. dasar penentuan biaya perolehan dalam menghitung laba atau rugi yang direalisasi dengan menggunakan metode identifikasi khusus. perubahan laba atau rugi yang belum direalisasi Setiap penjualan atau reklasifikasi SBI yang dijadikan jaminan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Sertifikat Bank Indonesia (SBI) HTM AFS Pada saat membeli: Db. SBI Nominal Db. SBI Biaya transaksi (jika ada) Kr. SBI Diskonto Kr. Kas/Rekening Pada saat membeli: Db. SBI Db. Beban investasi Biaya transaksi Kr. Kas/Rekening Pada saat amortisasi diskonto dan biaya transaksi: Db. SBI Diskonto Kr. SBI Biaya transaksi (jika ada) Kr. Pendapatan bunga Pada saat penilaian kembali: Db/Kr. SBI Db/Kr. Laba/Rugi yang belum direalisasi (ekuitas) Pada saat jatuh tempo: Db. Kas/Rekening Kr. SBI Nominal Pada saat dijual: Db. Kas/Rekening Db/Kr. Laba/Rugi yang belum direalisasi (ekuitas) Db/Kr Keuntungan/kerugian Kr. SBI Pendapatan Bunga yang akan Diterima Pendapatan bunga dari kredit performing (L) yang telah diakui sebagai pendapatan tetapi belum diterima pembayarannya. Termasuk dalam pengertian ini adalah pengakuan pendapatan bunga dari penempatan pada bank lain. 50 Penempatan Pada Bank Lain Penempatan pada bank lain merupakan simpanan BPR pada bank lain, yaitu berupa: Giro, Tabungan, Deposito, dan sertifikat deposito. Pengakuan dan Pengukuran Giro, tabungan, dan deposito diakui sebesar nilai nominal. Pendapatan bunga diakui secara akrual sebesar jumlah yang menjadi hak BPR. Sertifikat deposito diakui sebesar nilai nominal dikurangi nilai diskonto. Amortisasi diskonto dilakukan secara garis lurus. Penyajian: Selain Giro pada bank umum, disajikan sebesar nominal dengan penyisihan kerugian sebagai pengurang (offsetting account). Pengungkapan : rincian per jenis simpanan pada bank lain; hubungan istimewa; jumlah dsimpanan yang diblokir; rincian pendenpatan dan pendapatan penempatan pada bank syariah.
51 Penempatan Pada Bank Lain Jumlah penyisihan kerugian, ditetapkan berdasarkan penelaahan terhadap kolektibilitas masing-masing saldo penempatan. Tingkat kolektibilitas (kualitas aktiva produktif) Penempatan Pada Bank Lain, ditetapkan menjadi 3 : Lancar; Kurang Lancar; dan Macet. Kriteria dari masing-masing kolektibilitas Penempatan pada Bank Lain: Lancar, Tidak terdapat tunggakan pokok dan atau bunga PPAP 0,5% Kurang Lancar, Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga, paling lama 5 (lima) hari Kerja PPAP 10% Macet: PPAP 100% dari saldo penempatan Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga, lebih dari 5 hari Kerja. Bank yang menerima penempatan dana antar bank tersebut ditetapkan Dalam Perhatian Khusus (DPO) Bank yang menerima penempatan dana tersebut telah dilikuidasi
52 Kredit yang Diberikan 53 Definisi : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara BPR dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Pengakuan dan pengukuran Nilai buku awal kredit = pokok kredit provisi + biaya transaksi Provisi & biaya transaksi diamortisasi selama jangka waktu kredit secara garis lurus, diakui sebagai bagian dari pendapatan bunga Nilai buku kredit selanjutnya = sisa pokok kredit unamortised provisi + unamortised biaya transaksi Biaya transaksi adalah semua biaya tambahan yang terkait secara langsung dengan pemberian kredit yang ditanggung oleh BPR, misalnya marketing fee. Biaya tambahan: tidak akan dikeluarkan apabila tidak terdapat penyaluran kredit. Provisi kredit Biaya yang harus dibayar debitur pada saat kredit disetujui dan biasanya dinyatakan dalam persentase. Amortisasi provisi dan biaya transaksi dilakukan tanpa melihat kualitas kredit Kredit Yang Diberikan 54 PA BPR PAPI 2001 Kredit yang diberikan = Pokok kredit Provisi + Biaya transaksi Kredit yang diberikan = Pokok kredit Provisi diamortisasi selama masa kredit secara garis lurus sbg pendapatan bunga (penambah pendapatan bunga). Provisi sbg Pendapatan provisi kredit yg diterima di muka, diamortisasi selama masa kredit. Berdasarkan azas materialitas dan azas manfaat, provisi dapat diakui sekaligus sebagai pendapatan u/ kredit s/d 1 bulan kecuali melewati tanggal neraca. Berdasarkan azas materialitas dan azas manfaat, provisi dapat diakui sekaligus sebagai pendapatan non-bunga. Amortisasi biaya transaksi diakui sebagai bagian dari pendapatan bunga (pengurang pendapatan bunga). Biaya transaksi diakui sekaligus sebagai beban periode berjalan Jurnal Kredit yang Diberikan 55 Keterangan Jurnal Persetujuan kredit (off B/S) Db. Rek lawan Fas. Kredit yg belum digunakan Kr. Kwjbn komitmen Fas. Kredit yg blm digunakan Biaya transaksi Db. Kredit yg diberikan biaya transaksi Kr. Kas/Rekening Provisi Db. Kas/Rekening Kr. Kredit yg diberikan Provisi Penarikan kredit Reversal Off B/S: Db. Kwjbn komitmen Fas Kredit yg blm digunakan Kr. Rek lawan Fas Kredit yg blm digunakan Pencairan dana: Db. Kredit yg diberikan Baki debet Kr. Kas/Rekening Jurnal Kredit yang Diberikan 56 Keterangan Jurnal Kredit Performing (L) Pengakuan bunga (akrual): Db. Pendapatan bunga yg akan diterima (pos tersendiri) Kr. Pendapatan bunga Amortisasi biaya transaksi & provisi terus dilakukan tanpa melihat kualitas kredit: Db. Kredit yg diberikan Provisi Kr. Kredit yg diberikan Biaya transaksi Db/Kr.Pendapatan bunga Penerimaan bunga & pokok
Db. Kas/Rekening Kr. Pendapatan bunga yang akan diterima Kr. Kredit yg diberikan Baki debet Jurnal Kredit yang Diberikan Non Performing 57 Keterangan Jurnal Koreksi pengakuan bunga Db. Pendapatan bunga (Current Year) Db. Pendapatan bunga (Previous Years) Kr. Pendapatan bunga yg akan diterima Pencatatan kewajiban debitur di Off B/S
Db. Tagihan kontinjensi pendapatan bunga kredit dlm penyelesaian Kr. Rek lawan Tagihan kontinjensi (pdptn bunga kredit dlm penyelesaian) Penerimaan pelunasan tunggakan: Pelunasan tunggakan pokok didahulukan (jika ada): Db. Kas/Rekening Kr. Kredit yang diberikan Baki debet Pelunasan tunggakan bunga Db. Kas/Rekening Kr. Pendapatan bunga Reversal kewajiban debitur di Off B/S Kr. Rek lawan Tghn kontinjensi (pdptn bunga kredit dalam penyelesaian) Db. Tghn kontinjensi pend bunga kredit dlm Penyelesaian Jenis & jumlah kredit berdasarkan sektor ekonomi. Jumlah kredit pada pihak terkait Kedudukan BPR dalam pembiayaan bersama dan porsi yang dibiayai BPR. Jumlah kredit yang dijamin dan besar resikonya Jumlah kredit channeling dan kredit exekuting Jumlah kredit yang direstrukturisasi Klasifikasi kredit menurut jangka waktu, kualitas dan tingkat suku bunga rata-rata Ikhtisar perubahan PPAP Kebijakan penghapusan dan penanganan kredit bermasalah Kebijakan pengendalian resiko kredit oleh manajemen Besarnya NPL dan PPAP per sektor ekonomi Saldo kredit yang sudah dihentikan pembebanan bunganya Anggunan Yang Diambil Alih (AYDA) Ikhtisar kredit yang dihapusbukukan
58 Pengungkapan Kredit yang Diberikan
Penyisihan Kerugian Kredit dibentuk untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam kredit. Penghapusbukuan Kredit (Hapus Buku) adalah tindakan administratif BPR untuk menghapus buku kredit macet dari neraca sebesar kewajiban debitur tanpa menghapus hak tagih BPR kepada debitur. Penghapusan Hak Tagih Kredit (Hapus Tagih) adalah tindakan BPR menghapus kewajiban debitur yang tidak dapat diselesaikan. 59 59 Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan
Besar penyisihan kerugian kredit berdasarkan: Kualitas kredit; Agunan, jenis pengikatan agunan, harga pasar dan penilaian penilai independen. Minimal penyisihan yang wajib dibentuk sesuai ketentuan yang berlaku. Penghentian pengakuan kredit: Dilunasi, atau Diselesaikan dengan pengambilalihan agunan Hapus buku dan hapus tagih dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. 60 60 Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan Pengakuan dan Pengukuran BPR wajib membentuk penyisihan kerugian kredit minimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pembentukan penyisihan dapat dilakukan setiap saat atau pada setiap tanggal laporan keuangan. Ganti rugi dari perusahaan asuransi diakui pada saat: diperoleh kepastian atas ganti rugi tersebut, apabila terdapat syarat tertentu untuk memperoleh ganti rugi. penyisihan kredit yang dijamin, apabila BPR memiliki hak atas ganti rugi tanpa syarat tertentu. Kredit serta tagihan lainnya yang dihapus buku dan bukan dalam rangka hapus tagih tetap dicatat secara extra comptable (off balance sheet). Sedangkan untuk hapus buku dalam rangka hapus tagih, BPR tidak lagi mencatat kredit/tagihan lain secara extra comptable. Pencatatan kredit dan tagihan lain yang telah dihapus buku dalam extra comptable dapat dihentikan apabila dalam jangka waktu tertentu tidak diperoleh pembayaran setelah dilakukan usaha penagihan dan mendapat keputusan manajemen atau dilakukan hapus tagih. Setoran yang diterima dari debitur atas kredit yang telah dihapus buku/hapus tagih diakui sebagai Pendapatan Operasional Lainnya. 61 61 Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan Penyajian 1. Beban pembentukan penyisihan kerugian kredit disajikan setelah Beban Bunga pada pos Beban Penyisihan Kerugian Kredit. 2. Saldo Penyisihan Kerugian Kredit disajikan sebagai pos pengurang dari kredit. 3. Piutang dari ganti rugi asuransi dan akumulasi kerugian penurunan nilai tidak dapat disajikan secara neto (saling hapus) dalam neraca. 4. Pendapatan ganti rugi dan beban penghapusan kredit dapat disajikan secara neto (saling hapus) dalam laporan laba rugi. 5. Penerimaan setoran kredit yang dihapus buku/hapus tagih disajikan secara terpisah dalam Pendapatan Operasional Lainnya. 62 62 Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan Pengungkapan 1. Ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusbukuan kredit dalam tahun bersangkutan: a) saldo awal tahun (a) b) pembentukan/pembalikan penyisihan selama tahun berjalan (b) c) penghapusbukuan kredit tahun bersangkutan (c) d) saldo akhir tahun (a) + (b) - (c) 2. Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan pengelolaan kredit bermasalah. 3. Besaran dan tarif dari masing-masing jenis penyisihan. 63 63 Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan Jurnal Penyisihan
64 Keterangan Jurnal Pembentukan penyisihan kerugian Db. Beban penyisihan kerugian kredit Kr. Penyisihan kerugian kredit Penghapusbukuan kredit dilakukan setelah memperhitungkan hasil penjualan agunan (jika ada) Penghapusbukuan tagihan bunga dilakukan pada saat kredit menjadi non-performing Db. Penyisihan kerugian kredit Kr. Kredit yg diberikan baki debet Off B/S kewajiban debitur Db. Memorial kredit yg dihapus buku Kr. Rek lawan Memorial kredit yg dihapus buku Jurnal Penyisihan
65 Keterangan Jurnal Penerimaan setoran atas kredit yang telah dihapusbuku Db. Kas/rekening Kr. Pendapatan operasional lainnya Reversal Off B/S kewajiban debitur Db. Rek lawan Memorial kredit yg dihapus buku Kr. Memorial kredit yg dihapus buku Hapus tagih atas kredit Reversal Off B/S kewajiban debitur Pokok : Db. Rek lawan Memorial kredit yg dihapus buku Kr. Memorial kredit yg dihapus buku Bunga: Kr. Rek lawan Tghn kontinjensi (pdptn bng kredit DP) Db. Tagihan kontinjensi pdptn bunga kredit DP
Restrukturisasi Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan BPR dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. Berdasarkan pertimbangan ekonomi atau hukum, BPR memberikan konsesi khusus kepada debitur, yaitu konsesi yang tidak akan diberikan apabila tidak terdapat kesulitan keuangan di pihak debitur. Restrukturisasi kredit dilakukan apabila BPR mempunyai keyakinan bahwa debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajibannya setelah kreditnya direstrukturisasi.
66 66 Restrukturisasi Kredit
Pengakuan dan pengukuran Nilai Tunai Penerimaan Kas Masa Depan adalah nilai tunai perkiraan arus kas masa depan dari total kewajiban debitur sesuai dengan perjanjian restrukturisasi kredit berdasarkan tingkat diskonto tertentu (suku bunga kontraktual awal). Cara Restrukturisasi Modifikasi persyaratan kredit: penurunan suku bunga, perpanjangan, pengurangan tunggakan Penambahan fasilitas kredit: fresh money atau konversi tunggakan bunga 67 67 Restrukturisasi Kredit
1. Modifkasi persyaratan Pembayaran yang akan diterima di masa depan berdasarkan persyaratan yang baru diukur sebesar nilai tunai. Arus kas masa depan diukur sebesar nilai tunai menggunakan suku bunga kontraktual awal kredit. Jika nilai tunai lebih rendah selisihnya diakui sebagai kerugian restrukturisasi 2. Penambahan fasilitas - konversi tunggakan bunga Penambahan fasilitas diakui sebagai pendapatan bunga yg ditangguhkan. pendapatan bunga yg ditangguhkan diamortisasi dan diakui sebagai pendapatan bunga sepanjang kredit termasuk kategori performing, tidak diamortisasi dan tidak diakui jika termasuk non performing.. 68 68 Restrukturisasi Kredit
Penyajian 1. Kerugian restrukturisasi kredit disajikan sebelum beban operasional pada pos Beban Kerugian Restrukturisasi Kredit. 2. Penyisihan restrukturisasi kredit, yang merupakan selisih antara nilai tercatat kredit dengan nilai tunai penerimaan kas masa depan, disajikan sebagai pos pengurang dari kredit yang direstrukturisasi. 3. Pendapatan bunga yang ditangguhkan, yang merupakan hasil konversi tunggakan bunga, disajikan sebagai pos pengurang dari kredit yang direstrukturisasi. 69 69 Restrukturisasi Kredit
Pengungkapan 1. Jumlah kredit yang direstrukturisasi, jenis restrukturisasi yang dilakukan, dan alasan restrukturisasi. 2. Data komparatif mengenai: a) jumlah kredit bermasalah; b) jumlah pendapatan yang diakui dengan basis kas selama periode timbulnya kredit bermasalah; c) jumlah fasilitas kredit tambahan yang diberikan kepada debitur yang direstrukturisasi; d) d) kerugian restrukturisasi kredit; dan informasi lain atas kredit yang direstrukturisasi. 70 70 Restrukturisasi Kredit Jurnal Restrukturisasi 71 Keterangan Jurnal Modifikasi persyaratan kredit Apabila nilai tunai lebih rendah dibandingkan nilai tercatat Db. Kredit yang diberikan (baru) Kr. Kredit yang diberikan (lama) Db. Beban kerugian restrukturisasi kredit Kr. Penyisihan kerugian kredit Konversi tunggakan tagihan bunga a) Pada saat restrukturisasi Db. Kredit yang diberikan Kr. Pendapatan bunga yang ditangguhkan Amortisasi pendapatan bunga yang ditangguhkan pada saat kredit yang direstrukturisasi termasuk kategori performing Db. Pendapatan bunga yang ditangguhkan Kr. Pendapatan bunga Pada saat kredit yang direstrukturisasi termasuk kategori nonperforming Tidak ada amortisasi pendapatan bunga yang ditangguhkan Jumlah penyisihan kerugian, ditetapkan berdasarkan penelaahan terhadap kolektibilitas masing-masing saldo penempatan. (PBI No.8/19/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 dan PBI No.13/26/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011).
Kredit diklasifikasikan sebagai berikut: Kredit dengan angsuran diluar KPR Kredit tanpa angsuran Kredit dengan angsuran untuk KPR
72 Kredit Yang Diberikan Tingkat kolektibilitas (kualitas aktiva produktif) Penempatan Pada Bank Lain, ditetapkan menjadi 4 (empat) golongan: Lancar; Kurang Lancar; Diragukan dan Macet.
Kualitas Kredit dengan masa angsuran kurang dari 1 (satu) bulan: Lancar Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga tidak lebih dari 1 (satu) bulan dan kredit belum jatuh tempo Kurang Lancar Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 1 (satu) bulan, tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) bulan Kredit telah jatuh tempo, tapi tidak lebih dari 1 (satu) bulan
73 Kredit Yang Diberikan non KPR
Diragukan Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 3 (tiga) bulan, tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, tapi tidak lebih dari 2 (dua) bulan Macet: Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 6 (enam) bulan Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi
74 Kredit Yang Diberikan Non KPR Kredit Yang Diberikan non KPR masang angsuran >= 1bulan 7. Kualitas Kredit dengan masa angsuran 1 (satu) bulan atau lebih:
75 Lancar Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga tidak lebih dari 3 (tiga) kali angsuran dan kredit belum jatuh tempo
Kurang Lancar Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 3 (tiga) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 6 (enam) kali angsuran Kredit telah jatuh tempo, tapi tidak lebih dari 1 (satu) bulan
Diragukan Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 6 (enam) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) kali angsuran Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, tapi tidak lebih dari 2 (dua) bulan Macet: Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 12 kali angsuran Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi 8. Kualitas Kredit dengan angsuran untuk KPR Lancar Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga tidak lebih dari 6 (enam) kali angsuran dan kredit belum jatuh tempo
76 Kredit Yang Diberikan - KPR Kurang Lancar Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 6 (enam) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 9 (sembilan) kali angsuran Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan
Diragukan Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 9 (sembilan) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 30 (tiga puluh) kali angsuran Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, tapi tidak lebih dari 2 (dua) bulan
77 Kredit Yang Diberikan - KPR Macet: Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 30 (tiga puluh) kali angsuran Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi
78 Kredit Yang Diberikan - KPR 9. Kualitas Kredit tanpa angsuran Lancar Tidak terdapat tunggakan angsuran bunga Terdapat tunggakan angsuran bunga tidak lebih dari 3 (tiga) kali angsuran dan kredit belum jatuh tempo
Kurang Lancar Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 3 (tiga) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 6 (enam) kali angsuran Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan
79 Kredit Yang Diberikan Tanpa Angsuran Diragukan Terdapat tunggakan angsuran bunga, lebih dari 6 (enam) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) kali angsuran
Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, tapi tidak lebih dari 2 (dua) bulan
80 Kredit Yang Diberikan Tanpa Angsuran Macet: Terdapat tunggakan angsuran bunga, lebih dari 12 (dua belas) kali angsuran Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi
81 Kredit Yang Diberikan Tanpa Angsuran Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) 1. Aktiva Produktif adalah penyediaan dana BPR dalam bentuk rupiah untuk memperoleh penghasilan dari Penempatan Dana Antar Bank dan Kredit Yang Diberikan 2. PPAP merupakan dana yang dibentuk/dicadangkan sebagai perhitungan/kompensasi atas kemungkinan kerugian dari pengelolaan aktiva produktif, sehingga diperoleh nilai wajar dari aktiva produktif terkait dan perolehan laba pada periode terkait 3. Pembentukan PPAP dihitung berdasarkan persentase tetap dari saldo aktiva produktif setelah dikurangi dengan agunan yang dikuasai, kecuali: Aktiva Produktif lancar Aktiva Produktif Macet lebih dari 2 (dua) tahun
82 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) 4. Besarnya persentase PPAP, sesuai PBI No.8/19/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 dan PBI No.13/26/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011, adalah sbb.: Lancar 5% Kurang Lancar 10% Diragukan 50% Macet 100% 5. PPAP dibagi 2 (dua) kategori, yaitu: Penyisihan Kerugian Umum adalah aktiva produktif dengan kolektibilitas lancar; dan Penyisihan Kerugian Khusus adalah aktiva produktif yang tergolong kurang lancar, diragukan dan macet
6. Penyajian PPAP dalam laporan keuangan (neraca), adalah sebagai faktor pengurang dari aktiva produktif terkait
83 AYDA adalah aset yang diperoleh BPR, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada BPR. Biaya untuk menjual adalah biaya yang dapat diatribusikan kepada pelepasan aset. 84 Agunan yang Diambil Alih (AYDA) 1. AYDA adalah aset yang diperoleh BPR, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada BPR. 2. AYDA yang dapat dicatat pada neraca, hanya aset tetap dan atau bergerak yang berasal dari penyelesaian kredit yang diberikan
3. Urutan pos penyajian AYDA dalam neraca adalah pada urutan pos setelah nilai bersih Kredit Yang Diberikan, dan sebelum Aset Tetap Inventaris 85 Agunan yang Diambil Alih (AYDA) 3. Penyajian AYDA pada saat pengakuan awal adalah sebesar nilai pasar wajarnya setelah dikurangi dengan biaya-biaya untuk menjualnya kembali, dan maksimal sebesar baki debet (outstanding) kredit yang diberikan
4. Bank tidak boleh mengakui laba pada saat pengambilalihan aset
86 Agunan yang Diambil Alih (AYDA) 5. Penyajian AYDA setelah pengakuan awal, disajikan berdasarkan nilai terendah antara nilai tercatat dengan nilai pasar wajarnya setelah diperhitungkan biaya untuk menjualnya
6. Selisih lebih antara nilai tercatat dengan nilai pasar wajar AYDA setelah dikurangi biaya untuk menjualnya, diakui sebagai kerugian atas Beban Penurunan Nilai AYDA dalam Laporan Rugi-Laba
87 Agunan yang Diambil Alih (AYDA) 7. Agunan yang diambil alih tidak disusutkan
8. Beban-beban sehubungan dengan perolehan AYDA dan pemeliharaannya dibebankan pada saat terjadinya transaksi
9. Selisih antara nilai tercatat dengan hasil penjualan AYDA diakui sebagai Laba atau Rugi Penjulan AYDA dalam pos Pendapatan atau Beban Non Operasional
88 Agunan yang Diambil Alih (AYDA) Aset Tetap dan Inventaris 1. Aset tetap disajikan/dinyatakan sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan
2. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method), berdasarkan masa mafaat ekonomis aset tetap tersebut
3. Pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan rutin Aset Tetap dan Inventaris dibebankan sebagai beban operasi pada laporan rugi-laba pada saat terjadinya 89
4. Pengeluaran yang memperpanjang umur ekonomis Aset Tetap dan Inventaris ditambahkan pada jumlah tercatat asset yang bersangkutan (dikapitalisasi)
5. Apabila Aset Tetap dan Inventaris tidak digunakan lagi dan atau dijual, nilai tercatat serta akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari neraca sebagai asset tetap
6. Keuntungan dan kerugian yang terjadi akibat dikeluarkannya asset tetap dan iventaris dari pencatatan, diakui sebagai laba atau rugi pada tahun buku terkait
90 Aset Tetap dan Inventaris Aset Lain - Lain 1. Aset dinyatakan sebesar nilai buku aset lain-lain terkait
2. Yang tergolong kepada aset lain-lain di BPR adalah seluruh aset yang tidak bisa di kelompokan kepada komponen di atas (komponen: kas dan setara kas, penempatan pada bank lain, kredit diberikan, aset tetap serta good will), yaitu berupa, antara lain: Uang muka pajak badan Perlengkapan kantor 91 Aset Tidak Berwujud Aset Tidak Berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Dapat diperoleh secara eksternal melalui atau dihasilkan secara internal Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari eksternal. Umur manfaat berdasarkan hak kontraktual hukum atau 10 tahun jika tidak dapat diestimasi, Nilai residu 0 kecuali ada komitmen pihak ketiga untuk membeli Indikasi penurunan nilai. Biaya pendirian tidak memenuhi definisi aset tidak berwujud beban 92 Aset Lain - Lain Pajak dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka premi penjaminan simpanan, Persediaan alat tulis, Piutang intern operasi, Sewa dibayar dimuka , Asuransi dibayar dimuka., panjar- panjar , Asuransi karyawan Biaya tangguhan: Software system BPR Piutang dari perusahaan asuransi Mata uang kertas dan logam yan ditarik dari peredaran dsb
93 Ilustrasi Neraca Ilustrasi Neraca Kewajiban Segera 1. Kewajiban Segera dinyatakan sebesar nilai bukunya
2. Kewajiban Segera adalah segala kewajiban yang harus segera dibayarkan, selambatnya dalam kurun 1 (satu) bulan ke depan harus diselesaikan 96 BAB V Kewajiban Segera 3. Yang tergolong kepada Kewajiban Segera di BPR pada umumnya berupa: Titipan pajak Titipan DPLK Titipan Jamsostek Titipan Askes Titipan Dana pihak ketiga Titipan Realisasi kredit dsb
97 Hutang Bunga 1. Hutang Bunga dinyatakan sebesar nilai bukunya
2. Hutang bunga pada BPR bersifat accrual. Maksudnya Hutang bunga timbul karena Beban bunga pada saat tutup buku akhir bulan dan atau akhir tahun harus diperhitungkan sesuai dengan hari berjalan, sementara kewajibannya belum jatuh tempo
3. Komponen Hutang Bunga di BPR pada umumnya berupa: Bunga Accrual Deposito Bunga Accrual Pinjaman diterima (dari bank dan atau lembaga keuangan lainnya, seperti PNM)
98 Hutang Pajak 1. Hutang Pajak, merupakan kewajiban pajak intern BPR (bukan titipan pajak masyarakat) yang jatuh temponya lebih dari 1 (satu) bulan
2. Hutang pajak ini umumnya berupa Hutang pajak PPh Badan Hutang pajak PPh simpanan
99 Simpanan 1. Simpanan merupakan dana yang dipercayakan masyarakat/nasabah kepada bank untuk menyimpanannya berdasarkan perjanjian penyimpanan
2. Simpanan BPR hanya dalam mata uang rupiah, berupa: Tabungan dan Deposito
3. Simpanan dinyatakan sebesar nilai kewajiban bank kepada nasabah
100 Simpanan Dari Bank Lain 1. Simpanan merupakan dana yang dipercayakan bank lain kepada bank untuk menyimpanannya berdasarkan perjanjian penyimpanan
2. Simpanan dari bank lain BPR hanya dalam mata uang rupiah, berupa: Tabungan dan Deposito
3. Simpanan Dari Bank Lain dinyatakan sebesar nilai kewajiban bank kepada kepada bank lain 101
Pinjaman Diterima
1. Pinjaman Diterima merupakan dana yang diterima dari lembaga keuangan maupun non lembaga keuangan, dengan kewajiban membayar kembali, sesuai persyaratan perjanjian pinjaman
102
Pinjaman Diterima
2. Pinjaman diterima di BPR hanya dalam mata uang rupiah, yang biasanya bersumber dari: Bank Umum Bank Indonesia Bank BPR PNM Lembaga keuangan lain Non Lembaga keuangan dan pribadi
3. Pinjaman Diterima dinyatakan sebesar nilai kewajiban bank kepada kepada pihak ketiga sesuai perjanjian Pinjaman
103 Kewajiban Lain-Lain 1. Kewajiban Lain-Lain merupakan kewajiban BPR kepada pihak lain yang jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, dan BPR kewajiban membayar kembali, sesuai persyaratan yang diperjanjikan. Kewajiban ini tidak bisa diklasifikasikan dalam pos-pos pasiva di atas 104 Kewajiban Lain-Lain 2. Kewajiban Lain-Lain di BPR biasanya terdiri dari: Rekening Antara Modal Disetor Penampungan dana resiko kasir Penampungan dana THR Penampungan dana Kesehatan Penampungan dana Jasa Produksi Penampungan dana Promosi Penampungan dana Kesejahteraan dsb 3. Kewajiban Lain - Lain dinyatakan sebesar nilai kewajiban bank kepada para pihak dan atau aturan intern BPR
105 Ekuitas 1. Secara umum definisi ekuitas BPR adalah merupakan sumber dana intern BPR yang tidak dibebani bunga. Secara teknis, definisi ekuitas adalah hak residual atas aset BPR setelah dikurangi semua kewajibannya
2. Komponen Ekuitas di BPR terdiri dari: Modal Dana Setoran Modal - ekuitas Laba/Rugi yang belum direalisasi Surplus revaluasi aset tetap Saldo Laba
106 BAB VI Ekuitas 3. Komponen Modal BPR terdiri dari: Modal Dasar Merupakan seluruh nilai nominal saham sesuai anggaran dasar Modal disetor Merupakan modal yang efektif telah diterima BPR. Pada koperasi ini biasanya dalam bentuk: simpanan pokok; simpanan wajib; dan modal penyertaan Tambahan Modal Disetor (Agio Saham) Selisih lebih setoran modal yang diterima BPR sebagai harga saham yang melebihi nilai nominalnya Modal Sumbangan Berupa sumbangan dari pemilik, berbentuk aset atau dana lainnya, termasuk pengembalian saham pemilik
107 4. Komponen Dana Setoran Modal Ekuitas (DSM- Ekuitas). Merupakan dana yang sudah disetor riil investor ke rekening BPR di bank umum dan diblokir utk tujuan penambahan setoran modal dan telah memenuhi ketentuan permodalan, namun belum didukung kelengkapan persyaraatan, seperti RUPS dan pengesahan akta anggaran dasar.
108 Ekuitas Ekuitas 5. Komponen Laba/Rugi Yang Belum Direalisasi. Merupakan selisih nilai wajar surat berharga dalam kategori tersedia untuk dijual pada tanggal neraca dengan nilai tercatat. (ini berasal dari SBI).
6. Komponen Surplus Revaluasi Aset Tetap. Merupakan selisih antara nilai aset tetap tercatat dengan hasil revaluasinya.
7. Komponen Saldo Laba. Merupakan: Saldo Laba ditahan; Cadangan Tujuan; Cadangan Umum; Cadangan yang belum ditentukan tujuannya.
109 Ilustrasi Neraca LAPORAN LABA RUGI BPR 1. Laporan Laba Rugi adalah laporan yang menunjukan semua penghasilan dan beban BPR dalam suatu periode.
2. Pos-Pos Laporan Lab Rugi BPR adalah: Pendapatan Operasional Beban Operasional Pendapatan Non Operasional Beban Non Operasional Beban Pajak Penghasilan
111 BAB VII LAPORAN LABA RUGI BPR 3. Pendapatan Operasional adalah semua pendapatan yang berasal dari kegiatan utama BPR, terdiri dari:
Pendapatan Bunga, meliputi pendapatan bunga dan provisi atas: pemberian kredit; penempatan pada bank lain; dan sertifikat Bank Indonesia.
Pendapatan Operasional Lainnya, meliputi pendapatan: payment point, jasa pengiriman uang, adm tabungan, penalty pencairan deposito, keuntungan penjualan valas dan SBI, penerimaan PH, pemulihan PPAP. 112 Laporan Laba Rugi BPR 4. Beban Operasional adalah semua beban yang berasal dari kegiatan utama BPR, terdiri dari: yang meliputi beban bunga dan beban atas penghimpunan dana lainnya; beban PPAP; beban pemasaran; beban R&D; beban adm dan umum.
5. Pendapatan Non Operasional merupakan semua pendapatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR, seperti: selisih SKVA; keuntungan penjualan aset tetap; penjualan AYDA. 6. Beban Non Operasional merupakan semua beban yang bukan merupakan kegiatan utama BPR, seperti: selisih SKVA; kehilangan ataupun kerugian penjualan aset tetap.
113 Pendapatan Bunga 1. Sumber pendapatan bunga BPR antara lain dari: Kredit yang diberikan Penempatan pada bank lain Sertifikat Bank Indonesia
2. Pendapatan Bunga, meliputi: Pendapatan bunga kontraktual Amotisasi provisi kredit Diskonto Biaya Transaksi (yang terkait langsung) Amortisasi pendapatan bunga tangguhan
114 Pendapatan Bunga 3. Pengakuan dan Pengukuran: Pendapatan bunga diakui secara accrual, kecuali kredit non performing. Jika kolektibilitas kredit berubah menjadi kurang lancar (non performing), maka pendapatan bunga yang sudah di- accrued, harus dibatalkan dan dijadikan sebagai tagihan kontigensi (pendapatan bunga kredit dalam penyelesaian). Penerimaan setoran dari debitur kredit performing digunakan terlebih dahulu untuk melunasi tagihan bunga. Tapi jika non performing, maka digunakan melunasi tunggakan pokok, sisanya untuk pelunasan bunga tunggakan bunga. Pendapatan provisi dan Biaya Transaksi kredit diamortisir secara garis lurus selama masa kredit, meskipun kredit berubah menjadi non performing. Amortisasi pendapatan bunga tangguhan dilakukan saat kredit masuk kategori non performing.
115 Pendapatan Bunga 4. Penyajian atau format rincian pendapatan bunga dalam laporan keuangan BPR sbb: Pendapatan Bunga: Pendapatan bunga kontraktual xxxx Pendapatan provisi xxxx Biaya transaksi (xxxx) Total xxxx 5. Pengungkapan: Kebijakan akuntansi yang digunakan. Rincian pendapatan: bunga performing; bunga non performing; pendapatan lainnya. Rincian pendapatan bunga yang berasal dari penjualan AYDA. Pendapatan operasional hasil kerjasama dengan pihak lain.
116 Beban Bunga 1. Sumber Beban bunga BPR antara lain dari: Simpanan masyarakat (tabungan dan deposito); Simpanan dari bank lain (umumnya deposito); Pinjaman Diterima (dari bank dan non bank). 2. Rincian Beban Bunga, meliputi: Beban bunga tabungan Beban bunga deposito Beban bunga simpanan dari bank lain Beban bunga pinjaman diterima. 3. Pengakuan dan Pengukuran: Beban bunga diakui secara accrual, sesuai jumlah yang sudah menjadi kewajiban BPR.
117
4. Penyajian Beban Bunga dalam format Laporan Laba Rugi BPR, adalah secara total, dengan terminologi Beban Bunga. 5. Pengungkapan: Kebijakan akuntansi yang digunakan Rincian Beban Bunga harus dirinci berdasarkan unsurnya: bunga kontraktual; amortisasi provisi; adm dan biaya transaksi (termasuk premi penjaminan). Rincian Beban Bunga: - Beban bunga tabungan xxxx - Beban bunga deposito xxxx - Beban bunga dari bank lain xxxx - Beban bunga pinjaman diterima (xxxx) Total xxxx Hubungan istimewa dengan penyimpan dan kreditur. Perlakuan bunga dengan pihak hubungan istimewa
118 Beban Bunga Pendapatan Operasional Lainnya 1. Pendapatan operasional lainnya adalah berbagai pendapatan yang timbul dari dari aktivitas yang mendukung kegiatan operasional BPR
2. Pendapatan Operasional Lainnya meliputi: Payment point. Jasa pengiriman uang. Adm tabungan. Penalty pencairan deposito. Keuntungan penjualan valas dan SBI. Penerimaan kredit yang dihapusbukukan Pemulihan PPAP Dsb. 119 Pendapatan Operasional Lainnya 4. Pengakuan pendapatan operasional lainnya adalah pada saat memenuhi persyaratan, dengan jumlah sebesar yang menjadi hak BPR. 5. Penyajian pendapatan operasional lainnya, disajikan secara terpisah dari pendapatan bunga, yaitu dalam satu pos tersendiri dalam laporan laba rugi.
120 6. Pengungkapan Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk mengakui pendapatan operasional lainnya. Pendapatan operasional lainnya dari hasil kerjasama dengan pihak lain. Rrincian sesuai jenisnya, pada umumnya sbb.: Denda Tunggakan pokok/bunga pinjaman Pendapatan Payment point. Pendapatan Jasa pengiriman uang. Penggantian ongkos Administrasi Pendapatan Penalty pencairan deposito. Keuntungan penjualan valas dan SBI. Penerimaan kredit yang dihapusbukukan 121 Pendapatan Operasional Lainnya 1. Rincian pos beban operasional (diluar beban bunga) dalam Laporan Laba Rugi BPR adalah: Beban penyisihan penghapusan/penyusutan Beban pemasaran Beban penelitian dan pengembangan Beban adminitrasi dan umum Beban operasional lainnya. 2. Pengakuan dan pengukuran Premi dibayar dimuka diakui sebesar amortisasi dari beban tersebut Beban adm dan umum diakui seluruhnya pada periode terjadinya Beban adm dan umum yang mempunyai masa mafaat lebih dari satu periode pelaporan, diakui sebesar amortisasi periode terkait. 122 Beban Operasional Diluar Beban Bunga 3. Penyajian Beban operasional disajikan pada pos terpisah (tersendiri) dalam laporan laba rugi BPR, sesuai rincian pos masing-masing (No.1) Penyajian biaya adm dan umum dirinci dalam pos tersendiri.
4. Hal yang perlu diungkapkan Jumlah beban adm dan umum yang terkait dengan manajemen kunci Rincian beban umum dan administrasi 123 Beban Operasional Diluar Beban Bunga 1. Pendapatan Non Operasional merupakan semua pendapatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR, seperti: selisih SKVA; keuntungan penjualan aset tetap; penjualan AYDA. 2. Pengakuan dan pengukuran Pendapatan non operasional diakui sebesar jumlah yang menjadi hak BPR 3. Penyajian Pendapatan non operasional disajikan sebagi pos terpisah dalam laporan laba rugi BPR 4. Pengungkapan BPR harus mengungkapkan rincian pendapatan non operasional.
124 Pendapatan Non Operasional 1. Beban Non Operasional merupakan semua beban yang bukan merupakan kegiatan utama BPR, seperti: Selisih SKVA; Dijual/hilangnya aset tetap; Denda atau sanksi karena suatu pelanggaran. 2. Pengakuan dan pengukuran Beban non operasional diakui pada saat terjadinya sebesar jumlah yang harus diselesaikan 3. Penyajian Beban non operasional disajikan sebagi pos terpisah dalam laporan laba rugi BPR 4. Pengungkapan BPR harus mengungkapkan rincian beban non operasional.
125 Beban Non Operasional 126 Ilustrasi Laporan Laba Rugi 1. Beban PPh adalah jumlah beban pajak kini yang diperhitungkan dalam perhitungan laba atau rugi pada suatu periode Beban pajak kini adalah jumlah pajak PPh terhutang atas penghasilan kena pajak pada suatu periode. Beban pajak kini dihitung berdasarkan laba fiscal. 2. Pengakuan dan pengukuran Beban PPh diakui pada saat terjadinya sebesar jumlah yang harus diselesaikan 3. Penyajian Beban PPh disajikan sebagi pos terpisah dalam laporan laba rugi BPR 4. Pengungkapan Rincian pajak periode berjalan Proses restitusi pajak (jika ada).
127 Beban Pajak Penghasilan Laporan Arus Kas a. Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas BPR selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. b. Aktivitas operasi (operating) adalah aktivitas penghasil utama pendapatan BPR (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. c. Aktivitas investasi (investing) adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. d. Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman BPR. e. Kas adalah saldo kas dan rekening giro di Bank Umum. f. Setara kas adalah penempatan dana dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan sangat likuid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek. 128 BAB VIII Laporan Perubahan Ekuitas Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan: a. laba atau rugi untuk periode pelaporan; b. pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas; c. untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai Bab 9: Kebijakan Akuntansi, Estimasi, dan Kesalahan; d. untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari: a) laba atau rugi; b) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas; c) jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang menunjukkan secara terpisah modal saham, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas. 129 BAB IX Ilustrasi Laporan Perubahan Ekuitas Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan BPR. Catatan atas laporan keuangan memuat: penjelasan mengenai gambaran umum BPR ikhtisar kebijakan akuntansi penjelasan pos-pos laporan keuangan informasi penting lainnya. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan: dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan. Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan Pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan pengungkapan lain
131 Catatan atas Laporan Keuangan BAB X Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting; Informasi yang diwajibkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, misalnya subklasifikasi pos-pos tertentu; Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar; Untuk pos-pos yang nilainya material, harus dirinci dan dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Sedangkan untuk pos-pos yang bersifat khusus harus dirinci dan dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan tanpa mempertimbangkan materialitasnya; Untuk pos yang merupakan hasil penggabungan beberapa pos sejenis dirinci dan dijelaskan sifat dari unsur utamanya dalam catatan atas laporan keuangan. 132 Isi Catatan Atas Laporan Keuangan Gambaran Umum BPR: Pendiriwn, riwayat ringkas, tanggal pendirian, bidang usaha, tempat kedudukan, tanggal mulai beroperasi, kepemilikan, direksi, komisaris dan jml karyawan. Ikhtisar kebijakan akuntansi: Pernyataan BPR menggunakan SAK ETAP Dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan Kebijakan akuntansi: konsep dasar, kredit, penyisihan kerugian, investasi di SBI, agunan, kas, aset tetap, pengkuan pendapatan&beban, pajak penghasilan dan imbalan kerja. Penjelasan atas pos-pos laporan keuangan: transaksi hubungan istimewa, perubahan akuntansi & koreksi kesalahan, kesalahan. Komotme dan kontijensi Informasi penting lainnya Peristiwa setelah tanggal neraca Perkembangan terakhir SAK ETAP dan peraturan lain Reklasifikasi.
133 Unsur Catatan Atas Laporan Keuangan 1. Kewajiban komitmen dan Kontijensi, antara lain nilai-nilai sbb: Komitmen Fasilitas pinjaman diterima yang belum ditarik Fasilitas kredit yang diberikan yang belum ditarik nasabah Pinjaman channeling Kontinjen Pendapatan bunga dalam penyelesaian dari kredit yang diberikan. Pendapatan bunga dalam penyelesaian dari produk lain. Aktiva produktif yang dihapusbukukan
134 Hal Lain yang Perlu Diungkapkan 2. Penerapan imbalan pasca kerja, antara lain perlu dijelaskan sbb.: Jumlah iuran jamsostek yang telah dibayarkan Jumlah iuran dana pension yang telah dibayarkan 3. Transaksi dengan pihak terkait, perlu dijelaskan: Bentuk transaksi yang terjadi, apakah pada pos simpanan dan atau pinjaman Dijelaskan jumlahnya Dijelaskan suku bunganya Dijelaskan apakah ada perlakuan khususnya. 4. Peristiwa setelah tanggal neraca, sekiranya ada dijelaskan.
135 Hal Lain yang Perlu Diungkapkan 5. Informasi penting lainnya, antara lain berupa: Rasio kecukupan modal (CAR) Rasio kredit yang dberikan terhadap dana pihak ketiga (LDR) Rasio kredit non performing (NPL) Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional Rasio aktiva produktif bermasalah terhadap aktiva produktif. Rasio laba sebelum pajak terhadap aset rata-rata (ROA) Rasio laba setelah pajak terhadap rata-rata ekuitas (ROE)
136 Hal Lain yang Perlu Diungkapkan Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR N0 Pos PAPI 2001 PA BPR 1 Kas Rupiah/valas Termasuk mata uang Rupiah dan valas yang ditarik dari peredaran dan yang masih dalam masa tenggang untuk penukaran. Mata uang Rupiah dan valas yang ditarik dari peredaran tidak berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Direklasifikasi kedalam aset lain- lain. 2 Aktiva dalam valas/Kas dalam valas Aktiva dalam valas Kas dalam valas Perubahan nama rekening 3 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Pengklasifikasian SBI: Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (HTM) Diperdagangkan (Trading) Tersedia Untuk Dijual (AFS) Pengklasifikasian SBI : Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (HTM) Tersedia Untuk Dijual (AFS) SBI tidak untuk trading. Penyederhanaan untuk kesesuaian dengan kegiatan BPR Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR N0 Pos PAPI 2001 PA BPR 4 Pendapatan bunga yang akan Diterima Dicatat dalam Aktiva lainlain. Disajikan dalam pos tersendiri. Menggambarkan tagihan bunga yg merupakan kegiatan utama 5 Kredit yang diberikan 1. Kredit awal = pokok kredit. 2. Berdasarkan azas materialitas dan manfaat, provisi dan biaya transaksi dapat diamortisasi straight line. 3. Kredit selanjutnya (outstanding credit) = baki debet. 1. Kredit awal = pokok kredit (-/-) provisi (+ /+)biaya transaksi. 2. Provisi dan biaya transaksi diamortisasi straight line. 3. Kredit selanjutnya = baki debet (-/-) unamortized provisi (+/+) unamortized biaya transaksi. Sesuai dengan prinsip historical Cost Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR N0 Pos PAPI 2001 PA BPR 6 Urutan pelunasan kredit tidak lancar 1. Setoran debitur untuk kredit L, DPK & KL, urutan: biaya, bunga, pokok. 2. untuk kredit D &M, urutan: Pokok, bunga Setoran kredit performing untuk pelunasan bunga. Untuk kredit nonperforming digunakan terlebih dahulu melunasi tggkn pokok yg telah jatuh tempo , jika ada sisa u/ pelunasan tggkn bunga. Penyempurnaan 7 Aset tidak berwujud Termasuk aktiva lain-lain Disajikan dalam pos tersendiri: Aset Tidak Berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR N0 Pos PAPI 2001 PA BPR 8 Restrukturisasi kredit Penyisihan restrukturisasi kredit, yang merupakan selisih antara saldo kredit dengan nilai tunai penerimaan kas masa depan, disajikan sebagai pos pengurang dari kredit yang direstrukturisasi. 1. Nilai tunai dihitung dengan menggunakan suku bunga kontraktual yang ditentukan pada awal pemberian kredit. 2. Apabila nilai tunai lebih rendah dibandingkan nilai tercatat kredit pada saat direstrukturisasi, maka selisihnya diakui sebagai kerugian. 9 Biaya pendirian PSAK 16 (2007) PSAK 19 (2009): Biaya pendirian (biaya perintisan) termasuk diakui sebagai beban saat terjadinya. (tidak ada perubahan) PSAK 16 (2007) PSAK 19 (2009): Biaya pendirian (biaya perintisan) termasuk diakui sebagai beban saat terjadinya. (tidak ada perubahan) Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR N0 Pos PAPI 2001 PA BPR 10 Agunan Yang diambilalih (AYDA) Tidak diatur. (merupakan bagian dari rupa-rupa aktiva) 1. AYDA timbul dari pengambilalihan agunan sebagai penyelesaian kredit dan kredit dihapus tagih. 2. Pengambilalihan agunan dalam proses penyelesaian kredit yang tidak diikuti penghapustagihan kredit dicatat secara off balance sheet. 3. AYDA dinilai setiap tahun. 4. Apabila hasil penilaian AYDA lebih rendah dari nilai tercatat, selisih diakui sebagai kerugian penurunan nilai Memperjelas bahwa AYDA diakui sebagaipengganti kredit (swap), sehingga perlu diikuti dengan hapustagih. Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR N0 Pos PAPI 2001 PA BPR 11 Kewajiban Segera Kewajiban segera adalah kewajiban kepada pihak lain yang sifatnya wajib segera dibayarkan sesuai dengan perintah pemberi amanat atau perjanjian yang ditetapkan sebelumnya. Terdapat tambahan klausula yaitu termasuk kewajiban yang telah jatuh tempo, di luar utang bunga. Disempurnakan dengan tambahan kriteria kewajiban yg telah jatuh tempo. 12 Utang Bunga Utang bunga dicatat dalam pos kewajiban lain-lain. Utang bunga dicatat tersendiri dalam pos Utang Bunga. Menggambarkan utang bunga yg merupakan kegiatan utama BPR Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR N0 Pos PAPI 2001 PA BPR 13 Simpanan Beban bunga diakui sesuai dengan perhitungan tingkat bunga (kontraktual). 1. Beban bunga yang diakui termasuk biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung. 2. Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung adalah biaya dari simpanan dengan jangka waktu tertentu. Sesuai dengan prinsip historical cost 14 Pinjaman yang diterima 1. Pinjaman yang diterima diakui sebesar nilai nominal. 2. Biaya transaksi diakui sebagai beban dalam periode berjalan. 1. Pinjaman yang diterima diakui sebesar nilai pokok ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan. 2. Biaya transaksi yang dapat diatribusikan diamortisasi secara straight line dan diakui sebagai beban bunga. Sesuai prinsip historical cost Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR N0 Pos PAPI 2001 PA BPR 15 Dana setoran modal Tidak diatur Pengakuan Dana Setoran Modal (DSM) sesuai karakteristiknya yakni: 1. DSM Kewajiban, yaitu dana yang telah disetor secara riil ke rekening BPR di Bank Umum dan diblokir namun belum dinyatakan memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku atau telah dinyatakan tidak memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku.
2. DSM Ekuitas, yaitu DSM yang dinyatakan memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku, namun belum didukung dengan kelengkapan persyaratan untuk digolongkan sebagai modal disetor Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR N0 Pos PAPI 2001 PA BPR 16 Kewajiban imbalan kerja Tidak diatur Pencatatan Kewajiban Imbalan Kerja sesuai dengan Undang- Undang berlaku dan disajikan sebagai pos tersendiri. U/ memperjelas pencatatan (dlm praktek sebelumnya dicatat di pasiva lain-lain) dan dan mendukung ketentuan. 17 Utang Pajak Tidak diatur Mengatur kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities): pajak terutang (payable) untuk periode mendatang akibat perbedaan temporer kewajiban pajak penghasilan badan yang terutang atas penghasilan BPR, setelah diperhitungkan pajak yang dibayar dimuka. Disajikan tersendiri Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR N0 Pos PAPI 2001 PA BPR 18 Modal Pinjaman Modal pelengkap terdiri dari cadangan yang dibentuk tidak berasal dari laba, modal pinjaman, dan pinjaman Subordinasi 1. Modal pinjaman menimbulkan kewajiban kontraktual bagi BPR untuk menyelesaikannya dalam bentuk penyerahan kas dan setara kas. 2. Keterbatasan kemampuan BPR untuk memenuhi kewajiban kontraktualnya atas modal pinjaman dengan adanya ketentuan untuk memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, tidak membatalkan kewajiban kontraktual tersebut. Diklasifikasikan sebagai kewajiban - Penyesuaian konsep, dalam regulasi masih termasuk kedalam modal pelengkap. 19 Selisih penilaian aktiva tetap Selisih penilaian kembali aktiva tetap Surplus revaluasi aset tetap. Perubahan nama dan perlakuan dengan kriteria khusus. mengingat penurunan/pemulihan nilai aset tetap dibebankan ke L/R (impairment) Perbedaan PAPI 2001 dan PA-BPR N0 Pos PAPI 2001 PA BPR 20 Modal Sumbagan Modal yang ddiperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut dijual Sumbangan yang berasal dari pemilik BPR dalam bentuk dana atau aset lainnya termasuk pengembalian sama pemilik 21 Beban bunga Beban bunga diakui sebagai beban pada periode berjalan Pengertian beban bunga termasuk beban amortisasi biaya simpanan yang dapat diatribusikan secara langsung. Konsekuensi dari pencatatan historical atas utang BPR Pelaporan BPR Bandung, 21 Oktober 2013 Akuntansi dan Audit Laporan Keuangan BPR
ACUAN: 1. Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia 2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) 3. Standar Akuntansi Keuangan (SAK non ETAP) 4. Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan BPR 5. Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum
149 Ketentuan Bank Indonesia 1. SE 15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Bang Perkreditan Rakyat 2. SE BI 15/3/PBI/2013 tangggal 21 Mei 2013 Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat 3. SE BI No.12/14/DKBU, Pelaksanaan Pedoman Akuntansi BPR 4. SE BI No.11/37/DKBU tanggal 31 Desember 2009, Penetapan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan bagi BPR 5. PBI No.13/20/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, Transparansi kondisi keuangan BPR 6. PBI 13/26/PBI/2011 Perubahan PBI 8/19/2006, Perubahan PP BI 8/19/2006; Kualitas aktiva produktif dan pembentukan PPAP
150 Laporan BPR 1. Laporan BPR terdiri dari : 1. Laporan Tahunan memberikan gambaran lengkap kinerja BPR dalam stu tahun yang antara lain berisikan Laporan Keuangan Tahunan 2. Laporan Keuangan Publikasi memberikan gambaran informasi mengenai laporan keungan, informasi lainnya, pengurus, komposisi pemegang saham, triwulanan. 2. Laporan BPR didasarkan pada SAK yang berlaku bagi BPR yaitu SAK ETAP, Pedoman Akuntansi bagi BPR dan ketentuan yang ditetapkan BI. 3. Laporan disusun dalam Bahasa Indonesia, mata uang rupiah. 4. Total aset >= 10milyar wajib diaudit KAP yang terdaftar di BI 5. Laporan disampaikan oleh kantor pusat BPR 151 Laporan Tahunan Laporan tahunan memuat : Informasi umum pengurus, kepemilikan, perkembangan usaha BPR Laporan keuangan tahunan disajikan dengan perbandingan dengan satu tahun sebelumnya. Laporan keuangan terdiri dari Neraca Laporan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Arus Kas Catatan atas laporan keuangan, termasuk informasi mengenai komitmen dan kontijensi Opini Akuntan Publik apabila LKT diaudit oleh AP Pengungkapan
152 Perkembangan BPR 1. Riwayat ringkas pendirian BPR 2. Ikhtisar data keuangan penting pendapatan, beban operasional, pendapatan dan beban non operasional, laba sebelum PPh, taksiran PPh dan laba bersih. 3. Rasio keuangan paling kurang meliputi Kualitas Aktiva Produktif (KAP) Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) Kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL), Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), Return on Asset (ROA), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Cash Ratio, dan Loan to Deposit Ratio (LDR); Perbandingan jumlah kredit bermasalah terhadap total kredit yang diberikan dan penyebab utama kredit bermasalah; dan Perkembangan usaha yang berpengaruh signifikan terhadap BPR pada periode laporan seperti ekspansi atau penciutan kegiatan usaha dan jaringan kantor.
153 Perkembangan BPR 4. Strategi dan kebijakan manajemen informasi mengenai manajemen risiko: indentifikasi dan pengendalian risiko 5. Laporan manajemen mengenai pengelolaan BPR dalam rangka tata kelola yang baik, yang mencakup : Struktur organisasi; bidang usaha; Teknologi informasi, Perkembangan dan target pasar; jumlah, jenis, dan lokasi kantor; Kerjasama BPR dengan bank; kepemilikan oleh anggota Direksi; Keterkaitan antar pemilik, antar pengurus, dan antara pemilik dengan pengurus BPR; Sumber Daya Manusia (SDM) jumlah, pendidikan, dan pengembangan SDM Kebijakan gaji, tunjangan, dan fasilitas bagi Direksi dan Dewan Komisaris Perubahan penting lainnya yang terjadi di BPR dan/atau di kelompok usaha BPR yang mempengaruhi operasional BPR dalam tahun yang bersangkutan. 154 Pengungkapan informasi lain 1. Iktisar kebijakan akuntansi pernyataan bahwa BPR menggunakan SAK ETAP; dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan; dan kebijakan akuntansi BPR yang antara lain meliputi kebijakan konsep dasar pengukuran, kredit yang diberikan, penyisihan kerugian kredit, investasi di SBI, agunan yang diambil alih, kas dan setara kas, aset tetap dan inventaris serta penyusutan, pengakuan pendapatan bunga, pengakuan beban bunga, pajak penghasilan, dan imbalan kerja. 2. Penjelasan atas pos-pos laporan keuangan dengan memperhatikan urutan penyajian neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, informasi tambahan sesuai pengungkapan. 155 Pengungkapan tambahan sesuai SAK 1. Transaksi hubungan istimewa: rincian jumlah, penjelasan transaksi, sifat hubungan, alasan pembentukan penyisihan piutang hub istimewa. 2. Perubahan akuntansi dan koreksi kesalahan: Perubahan estimasi hakekat, jumlah dan pengaruh Perubahan kebijakan akuntansi hakikat, alasan, tujuan, jumlah dan pengaruh Kesalahan hakikat, jumlah nilai, informasi komparatif disajikan kembali. 3. Komitmen dan kontijensi Pengungkapan kontrak dan perjanjian Uraian mengenai peraturan yang mengikat dan dampaknya Uraian mengenai kewajiban pajak tambahan 4. Perkembangan terakhir SAK ETAP dan peraturan lainnya. 5. Reklasifikasi 6. Informasi penting yang mempengaruhi kinerja BPR 7. Peristiwa setelah tanggal neraca (subsequent event)
156 Laporan Keuangan Publikasi 1. Laporan Keuangan Publikasi triwulan Maret, Juni, September, Desember. 2. Laporan gabungan kantor pusat dan seluruh cabangnya 3. Laporan komparatif dengan format yang sama. 4. Pengungkapan sesuai dengan SAK ETAP dan PA BPR. Laporan keuangan lengkap ditambah komitmen dan kontijensi Kualitas aktiva produktif: penempatan pada bank lain, kredit yang diberikan Rasio keuangan : KPMM, NPM dan PPAP, ROA dan BOPO, Cash ratio, LDR Susunan pengurus dan komposisi pemegang saham Nama KAP dan nama AP yang bertanggung jawab 5. Apliasi laporan keuangan publikasi terintegrasi dalam laporan keuangan bulanan. 6. Prosedur pengoperasian aplikasi LK Publikasi
157 Hubungan Kerja antara BPT dan Akuntan Publik
Penugasan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam rangka audit Laporan Keuangan Tahunan BPR wajib dilakukan dengan perjanjian kerja; Perjanjian kerja antara BPR dan Kantor Akuntan Publik berpedoman pada Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Bank Indonesia ini 158 Sangsi Penyampaian Laporan Terlambat (30 April) mengumumkan Laporan Tahunan 50 ribu per hari Tidak menyampaikan Laporan Tahunan 3 juta (setelah 31 Mei) Penyusunan LT tidak sesuai ketentuan BI 5 juta jika telah diberi surat peringatan 2kali. Terlambat mengumumkan Laporan Keuangan Publikasi, 50 ribu per hari terlambat. Tidak mengumumkan LK Publikasi pada papan pengumuman atau media lain dan surat kabar lokal Terlambat menyampaikan bukti pengumuman LK Publikasi, 50 ribu per hari.
159 Penyampaian Laporan
Laporan Tahunan dan bukti pengumuman Laporan Keuangan Publikasi disampaikan kepada Bank Indonesia Laporan Keuangan Publikasi secara on-line dilakukan melalui fasilitas jaringan ekstranet Bank Indonesia. Laporan disampaikan secara off-line dalam bentuk rekaman data (soft copy) berupa compact disk atau media perekam data elektronik lainnya maka laporan disampaikan pada BI.
160 Kasus SBI Pada tanggal 3 Desember 2010, BPR ABC membeli SBI jangka waktu 3 bulan di pasar sekunder: Nilai nominal SBI Rp 500.000.000 Tingkat diskonto 7% Jangka waktu 3 bulan Nilai tunai = (500.000.000 x 360)/(360 + (tingkat diskonto x jangka waktu)) Nilai tunai = 491,400,491 Nilai diskonto = Nilai nominal Nilai tunai Nilai diskonto = 8,599,509 Biaya Transaksi = 2,000,000 Amortisasi Unamortizes diskonto s.d. 31/12/10 = 2,675,403 5,924,106 biaya transaksi s.d. 31/12/10 = 622,222 1,377,778 Kasus SBI Asumsi tujuan kepemilikan: Dimiliki Hingga Jatuh Waktu a. Tanggal 3 Desember 2010, pada saat membeli: Db. SBI Nominal Rp 500.000.000 Db. SBI Biaya transaksi Rp 2.000.000 Kr. SBI Diskonto Rp 8.599.509 Kr. Kas/Rekening Rp 493.400.491 Jumlah kas keluar adalah nilai tunai Rp491.400.491 + biaya transaksi Rp2.000.000.
b. Tanggal 31 Desember 2010, pada saat amortisasi diskonto dan biaya transaksi: Db. SBI Diskonto Rp 2.675.403 Kr. SBI Biaya transaksi Rp 622.222 Kr. Pendapatan bunga Rp 2.053.180 Perhitungan amortisasi adalah 28/90hari (3 31 Desember dari total tenor SBI) dari diskonto dan biaya transaksi.
c. Tanggal 3 Maret 2011, pada saat jatuh tempo: Db. Kas/Rekening Rp 500.000.000 Kr. SBI Nominal Rp 500.000.000 Amortisasi dilakukan untuk diskonto dan biaya transaksi. Db. SBI Diskonto Rp 286.650 Kr. SBI Biaya transaksi Rp 66.667 Kr. Pendapatan bunga Rp 219.983 TERIMA KASIH Dwi Martani martani@ui.ac.id atau dwimartani@yahoo.com 081318227080 / 08161932935 http:/staff.blog.ui.ac.id/martani/ http://dwimartani.com