Вы находитесь на странице: 1из 11

Oseanografi merupakan kajian ilmu mengenai samudera/lautan dengan berbagai

proses di dalamnya. Secara umum osenografi dibedakan menjadi oseanografi fisik,


kimia, biologi dan geologi. Oseanografi fisik khusus mempelajari segala siat dan
karakter fisik yang membangun system fluidanya. Oseanografi kimia melihat
berbagai proses aksi dan reaksi antar unsur, molekul atau campuran dalam system
samudera yang menyebabkan perubahan zat secara reversible atau ireversibel.
Oseanografi biologi mempelajari sisi hayati samudera guna mengungkap berbagai
siklus kehidupan organisme yang hidup di atau dari samudera. Oseanografi geologi
memfokuskan pada bangunan dasar samudera yang berkaitan dengan struktur
evolusi cekungan samudera.
Terdapat beberapa aspek penting perlunya dilakukan kajian khusus tentang
samudera/lautan. Pertama adalah laut merupakan sumber makanan. Adanya
faktor-faktor fisik air laut, sepeti temperatur dan perubahan arus dapat
menyuburkan laut. Kedua laut digunakan oleh manusia untuk berbagi aktvitas.
Manusia banyak menggunakan laut, seperti untuk transportasi, pengeboran minyak
dan gas, rekreasi, berenang, perikanan dan lain-lain.Ketiga laut mempengaruhi
kondisi cuaca dan iklim. Laut mempengaruhi distribusi hujan, kemarau, banjir dan
kondisi lingkungan suatu daerah.
Tujuan mempelajari Oseanografi fisik adalah untuk memahami sifat-sifat fisik air
laut, seperti temperatur, salinitas dan densitas. Selain itu juga untuk
mendeskripsikan proses-proses penting yang mempengaruhi air laut, seperti
interaksi laut dengan atmosphere, distribusi angin, distribusi arus, distribusi panas
serta distribusi massa air.
Dimensi Samudera
Dimensi samudera merupakan 70,8% permukaan bumi dengan luas mencapai
361.254.000 km2. Menurut definisi internasional terdapat tiga samudera, yaitu
Samudera Atlantik (181,34 x 106 km2), Samudera Pasifik (74,12 x 106 km2) dan
Samudrea India (106,57 x 106 km2). Lebar samudera berkisar antara 1500 km
hingga 13.000 km dengan kedalaman antara 3 hingga 4 km.
Zonasi Lautan
Ekosistem laut dapat dipandang dari dimensi horizontal dan vertikal (Gambar 1).
Secara horizontal, laut dapat dibagi menjadi dua yaitu laut pesisir (zona neritik)
yang meliputi daerah paparan benua dan lautan (zona oseanik). Zonasi perairan
laut dapat pula dilakukan atas dasar faktor-faktor fisik dan penyebaran komunitas
biotanya. Seluruh perairan laut terbuka disebut sebagai daerah pelagis. Organisme
pelagis adalah organisme yang hidup di laut terbuka dan lepas dari dasar laut. Zona
dasar laut beserta organismenya disebut daerah dan organisme bentik.
Pembagian wilayah laut secara vertikal dilakukan berdasarkan intensitas cahaya
matahari yang memasuki kolom perairan, yaitu zona fotik dan zona afotik. Zona
fotik adalah bagian kolom perairan laut yang masih mendapatkan cahaya matahari.
Pada zona inilah proses fotosintesa serta berbagai macam proses fisik, kimia dan
biologi berlangsung yang antara lain dapat mempengaruhi distribusi unsur hara
dalam perairan laut, penyrapan gas-gas dari atmosfer dan pertukaran gas yang
dapat menyediakan oksigen bagi organisme nabati laut. Zona ini disebut juga
sebagai zona epipelagis. Pada umumnya batas zona fotik adalah hingga kedalaman
perairan 50-150 meter. Sementara itu, zona afotik adalah secara terus menerus
dalam keadaan gelap tidak mendapatkan cahaya matahari (Dahuri et al, 2001).
Secara vertikal, zona afotik pada kawasan pelagis juga dapat dibagi lagi kedalam
beberapa zona, yaitu :
1. Zona mesopelagis, zona ini merupakan bagian teratas dari zona afotik
sampai kedalaman 700 1000 meter atau hingga isoterm 10o C.
2. Zona batipelagis terletak pada daerah yang memiliki suhu berkisar antara
10o-4o C dengan kedalaman antara 700-1000 m dan 200 400 m.
3. Zona abisal pelagis, terletak diatas dataran pasang surut (pasut) laut
sampai kedalaman 600 m.
4. Zona hadal pelagis, zona ini merupakan perairan tebuka dari palung laut
dalam dengan kedalaman 6000 hingga 10.000 m.
Pembagian zona dasar laut atau bentik berkaitan erat dengan ketiga zona pelagis
pada daerah afotik yang telah diuraikan di atas. Zona batial adalah daerah dasar
yang mencakup lereng benua sampai kedalaman 4000 m. Zona abisal termasuk
dataran abisal yang luas dari palung laut dengan kedalaman antara 6000-10.000
m.
Zona bentik dibawah zona neritik pelagis pada paparan benua disebut sublitoral
atau zona paparan. Zona ini dihuni berbagai organisme dan terdiri dari beberapa
komunitas seperti padang lamun, rumput laut dan terumbu karang. Daerah pantai
yang terletak diantara pasang tertinggi dan surut terendah disebut
zona interlidal atau litoral. zona litoral merupakan daerah peralihan antara kondisi
lautan ke kondisi daratan sehingga berbagai macam organisme terdapat dalam zona
ini.
BAB II. PROPERTI AIR
Pengetahuan tentang properti air memberikan gambaran tentang karakteristik
lingkungan laut. Air memiliki massa molekul 18. Perbandingan air dengan
komponen hydrogen yang lain menunjukkan bahwa air seharusnya membeku pada
temperatur -100oC dan mendidih pada temperatur -80oC. Pada kenyataannya air
membeku pada temperatur 0oC dan mendidih pada temperatur 100oC. Alasan
untuk anomali air ini adalah kaena struktur molekulnya. Molekul air mengandung
satu atom oksigen ang terikat pada dua atom hydrogen. Sudut antara ikatan atom
tersebut adalah 105o. Perbedaan elektrik antara atom oksigen dan hydrogen adalah
atom hydrogen membawa muatan positif, sementara atom oksigen membawa
muatan negative. Oleh karena struktur kutub, molekul air mempunyai ketertarikan
satu samalain dan cenderung membentuk kelompok-kelompok yang diikan oleh
ikatan intermolekul lemah yang disebut ikatan hydrogen.
Dengan bertambahnya temperatur air tawar diatas 0oC, energi molekul juga akan
bertambah dan berlawanan dengan kecenderungan membentuk kelompok-
kelompok parsial. Molekul secara individu dapat bersama lebih dekat mengisi
ruang-ruang yang ada dan menambah densitas air. Walaupun demikian dengan
betambah tersebut, temperatur akan memberikan lebih banyak energi kepada
molekul dan rerata jarak antaranya bertambah sehingga menyebabkan pengurangan
densitas. Pada temperatur antara 0oC dan 4oC, pengaruh orde yang dominant
adalah pada peningkatan temperatur termal.

Pengaruh garam terlarut
Unsur terlarut dalam cairan mempunyai pengarh menambah densitas cairan
tersebut. Semakin banyak jumlah ang terlarut, akan semakin besar pengaruhnya.
Hal ini terjadi juga pada air. Densitas air tawar mendekati 103 kgm-3 dan rerata
densitas air laut adalah 1,03 x 103 kgm-3 .
Pengaruh lain yang penting dari unsur-unsur terlarut adalah menurunkan titik beku
cairan. Hal ini karena garam terlarut mempunyai kecenderungan dimana molekul
air membentuk kelompok-kelompok orde sehingga densitas hanya diatur oleh
pengaruh pengembangan termal.
BAB III. TEMPERATUR
Temperatur merupakan ukuran energi gerakan molekul dan dinotasikan dengan T.
Satuan internasional untuk temperatur adalah oK (Kelvin) atau oC (Celcius),
dimana :
t [oC] = T [oK] 273,15
Perubahan tekanan, evaporasi, hujan, masukan air sungai serta pembekuan dan
pencairan es merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi temperatur
dan salinitas permukaan air laut. Perubahan temperatur dan salinitas dapat
menaikkan atau menurunkan densitas permukaan air laut. Jika air di permukaan
masuk ke perairan yang lebih dalam, hal tersebut akan menimbulkan hubungan
antara temperatur dan salinitas yang dapat dimanfaatkan untuk mengukur
perubahan laut dalam. Temperatur, salinitas dan tekanan digunakan untuk
mengkalkulasi densitas.
Distribusi temperatur di permukaan laut cenderung membentuk zonasi, bervariasi
secara horisontal sesuai garis lintang dan secara vertikal sesuai kedalaman.
Temperatur juga penting dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran
organisme. Seperti kita ketahui bersama bahwa organisme laut bersifat
poikilotermik/ektotermik, artinya temperatur tubuhnya dipengaruhi oleh
temperatur masa air di sekitarnya.
Secara umum terdapat empat zona biogeografik berdasarkan temperatur, yaitu :
kutub, tropik, beriklim sedang-panas dan beriklim sedang-dingin Temperatur di
laut mengalami penurunan drastis pada kedalaman 50-300 m (zona termoklin).
Lapisan termoklin terjadi sepanjang tahun di perairan tropik, di daerah beriklim
sedang terjadi pada musim panas dan di kutub tidak ada. Temperatur juga
berpengaruh terhadap kerapatan air laut. Air laut yang hangat kerapatannya lebih
rendah dari air yang dingin pada salinitas yang sama.
Temperatur suatu perairan dipengaruhi oleh radiasi matahari, posisi matahari, letak
geografis, musim, kondisi awan serta proses interaksi antara air dan udara. Rata-
rata radiasi matahari yang mencapai bumi dan menembus atmosfir hanya sekitar
70%. Sebesar 30% lainnya dikembalikan ke angkasa oleh awan dan partikel debu.
Dari sekitar 70% yang ada, sebanyak 17% diserap atmosfer, 23% sampai ke
atmosfer sebagai difusi cahaya siang hari dan 30% sampai ke permukaan bumi
sebagai sinar matahari langsung.
Distribusi Temperatur Permukaan
Intensitas insolasi (radiasi matahari yang benar-benar sampai ke permukaan bumi)
terutama tergantung pada sudut dimana sinar matahari mengenai permukaan.
Distribusi temperatur di permukaan bumi bervariasi terhadap lintang dan musim
karena sumbu bumi mengikuti orbitnya mengitari matahari.
Temperatur permukaan laut tergantung pada insolasi dan penentuan jumlah panas
yang kembali diradiasikan ke atmosfer. Temperatur rata-rata laut adalah 3,8OC,
namun pada daerah ekuator temperatur rata-rata lebih rendah dari 4,9OC. Pada
lapisan perairan dimana terjadi perubahan suhu secara drastis pada kedalaman
perairan, dengan temperatur 8-15OC disebut sebagai lapisan termoklin. Pada
daerah tropis, lapisan termoklinterjadi pada kedalaman 150-400 meter, sedangkan
pada daerah subtropis, lapisan ini terjadi pada kdalaman 400 1000 meter.
Panas juga ditransfer di sepanjang permukaan laut melaui konduksi dan konveksi
serta pengaruh penguapan. Jika permukaan laut lebih panas dari udara di atasnya
maka panas dapat ditransfer dari laut ke udara. Panas yang hilang dari laut ke udara
di atasnya terjadi melalui proses konduksi. Namun demikian, kehilangan panas
tersebut tidak penting untuk total panas lautan dan pengaruhnya dapat diabaikan
kecuali untuk percampuran konvektif oleh angin yang memindahkan udara hangat
dari permukaan laut.
Penguapan (transfer air ke atmosfer sebagai uap air) yaitui mekanisme utama
dimana laut kehilangan panasnya sekitar beberapa magnitude dibandingkan yang
hilang melalui konduksi dan percampuran konvektif. Laju kehilangan panas dalam
proses penguapan merupakan perkalian antara panas laten penguapan dan laju
penguapan.

Distribusi Tempertur Terhadap Kedalaman
Secara umum, temperatur di laut akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman.
Pada kedalaman 200-300 meter dan 1000 meter, temperatur akan turun dengan
cepat. Daerah ini dikenal sebagai termoklin permanen. Pada lapisan 1000 meter
kebawah menuju dasar laut tidak mengalami variasi musiman dan temperatur
turun perlahan antara 0oC dan 3oC.
Di atas termoklin pemanen, distribusi temperatur terhadap kedalaman
menunjukkan variasi musiman terutama di lintang tengah. Pada musim dingin,
ketika temperatur rendah dankondisi di pemukaan kasar sehingga lapisan
permukaan tercampur akan melebar ke termoklin pemanen. Pada musim panas,
temperatur permukaan naik, kondisinya kuang kasar dan termoklin musiman sering
terbentuk di atas termoklin pemanen.
Termoklin musiman terbentuk pada musim semi dan maksimum (laju perubahan
tempeatur terbesar/gradien temperatur paling tajam) terjadi pada musim panas.
Angin musim dingin ang dingin dan kuat meningkatkan kedalamn termoklin
musiman dengan cepat dan menurunkan gradien tempeatur, selanjutnya lapisan
campuran akan mencapai ketebalan penuh sebesar 200-300 meter.
Di lintang rendah (ekuator) tidak terdapat musim dingin, sehingga termoklin
musiman menjadi pemanen dan bergabung dengan termoklin pemanen pada
kedalaman 100-150 meter. Di lintang tinggi ang lebih besar dari 60o, tidak ada
termoklin pemanen.
BAB IV. SALINITAS
Definisi sederhana dari salinitas adalah jumlah total material terlarut (gram) dalam
satu kilogram air laut. Sedangkan definisi lebih lengkap dari salinitas adalah
jumlah total material padat (gram) yang dilarutkan dalam satu kilogram air laut
setelah karbonat diubah menjadi oksida, bromine dan iodine dikembalikan oleh
chlorin dan semua bahan organik telah dioksidasi secara menyeluruh. Salinitas
adalah proporsi jumlah chlorin dalam air laut, didefinisikan dengan :
S = 0,03 + 1,805 Cl
Konsentrasi rata-rata garam terlarut di laut adalah 3,5% terhadap berat atau dengan
bagian per seribu (35 ppt). Tabel menyajikan daftar 11 ion utama yang
membentuk 99,9% unsur terlarut air laut.
Konsentrasi rata-rata ion utama dalam air laut dalam o/oo adalah sebagai berikut:
Total ion negative (anion) = 21,861 :
- Klorida (Cl-) = 18,980
- Sulfat (SO42-) = 2,649
- Bikarbonat (HCO3-) = 0,140
- Bromida (Br-) = 0,065
- Borat (H2BO3-) = 0,026
- Florida (F-) = 0,001
Total ion positif (kation) = 12,621 :
- Sodium (Na+) = 10,556
- Magnesium (Mg2+) = 1,272
- Kalsium (Ca2+) = 0,400
- Potasium (K+) = 0,380
- Strontium (Sr2+) = 0,013
Jumlah total salinitas = 34,482
Salinitas bervariasi tergantung pada keseimbangan antara penguapan dan
presipitasi serta percampuran antara air permukaan dan air kedalaman. Secara
umum, perubahan salinitas tidak mempengaruhi proporsi relatif ion-ion utama.
Konsentrasi ion-ion berubah dalam proporsi yang sama yaitu rasio ioniknya tetap
konstan. Meski demikian, untuk beberapa lingkungan laut seperti laut-laut tertutup,
cekungan, daerah yang luas serta dalam sediment laut, terdapat kondisi dimana
rasio-rasio ion menyimpang jauh dari normal.
Distribusi salinitas terhadap kedalaman
Salinitas ditentukan oleh keseimbangan presipitasi dan penguapan di permukaan.
Pengaryh fluktuasi permukaan umumnya kecil untuk perairan di bawah 1000
meter, dimana salinitas air antara 34,5 dan 35 di semua lintang. Zona dimana
salinitas bekurang terhadap kedalaman ditemukan pada lintamg rendah dan
menengah, yaitu antara lapisan permukaan campuran dan bagian atas lapisan
dalam dimana salinitas konstan. Zona tersebut dikenal sebagai haloklin.

Distribusi salinitas permukaan
Salinitas air permukaan laut maksimum di tropis dan lintang subtropics dimana
penguapan melampaui pesipitasi. Daerah ini berhubungan dengan adana padang
pasir ang panas di lintang ang sama. Salinitas berkurang ke arah lintang tinggi
maupun ke arah ekuator. Modifikasi local mengalahkan pola regional terutamaang
dekat dengan darat.
Salinitas pemukaan bekurang akibat ai tawar dari mulut sungai-sungai besar dan
akibat melelhnya es dan salju di lintang tinggi. Sebalikna salinitas pemukaan
cenderung tinggi di laguna dan cekungan laut dangkal, tertutup lainna di lintang
rendah dimana terjadi peguapan tinggi dan terbatasnya aliran air yang masuk ke
daratan.
BAB V. SIRKULASI MASSA AIR
Iklim dan cuaca di bumi merupakan hasil gerakan massa udara yang dikarakterisasi
oleh kombinasi temperatur, kelembaban dan tekanan tertentu. Dengan cara yang
sama, massa air di laut bergerak secara vertical dan horizontal dan dicirikan oleh
temperatur (T), salinitas (S) dan karakter lain yang digunakan untuk mengenali air
dan melacak gerakannya.
Batas massa air terbentuk di bagian teratas dari laut, mulai dari air permukaan atau
dekat permukaan hingga ke dasar termoklin permanen. Kondisi tersebut
diidentifikasi dari temperatur, salinitas dan property lain, termasuk komunitas
organisme yang hidup di dalamnya. Air bergerak lebih lambat dari udara sehingga
massa air kurang bervariasidan batasna tidak banyak berubah walaupun dalam
skala dekade atau abad.
Secara umum, sirkulasi massa air di laut terdiri dari massa air permukaan (upper
water mass) yang meliputi semua air yang terdapat di atas daerah termoklin dan
massa air dalam (deep water mass) yang terdapat di bawah termoklin sampai dasar
laut. Massa air permukaan selalu bergerak, terutama ditimbulkan oleh angin yang
dapat menimbulkan ombak (gelombang) dan arus.
Sirkulasi vertikal laut diatur oleh variasi temperatur dan salinitas yang dikenal
sebagai sirkulasi termohalin. Prinsip utama sirkulasi ini adalah bahwa massa air
yang dingin dan berat dari lintang tinggi turun menyebar di bawah termoklin
permanent.
Inhomogenitas laut terjadi dalam bermacam skala, dan massa air merupakan skala
terbesar. Proses percampuran bertindak menyamakan inhomogenitas tersebut
dimana percampuan dapat berjalan sangat lambat seperti difusi kolekul dan proses-
proses percampuran turbulen yang sangat cepat.
Air laut biasanya bergerak dalam aliran turbulen dan jarang dalam aliran laminar.
Perbedaan kedua aliran tersebut diilustrasikan pada Gambar. Bila fluida bergerak
dalam aliran laminar, maka percampuran terjadi terutama oleh difusi molekul.
Turbulensi dapat mendekati air dengan karakteristik yang berbeda. Hal ini
melibatkan percampuran ang besar. Di lautan, percampuran banyak terjadi
disebabkan oleh difusi turbulen ang lebih cepat daripada difusi molekul.
Turbulensi di laut berkaitan dengan proses-proses berskala besar seperti gerakan
gelombang oleh angin, pembalikan konvektif akibat perbedaan densitas, arus geser
vertikal atau lateral, gerakan air melalui lantai laut ang tidak rata atau di sepanjang
pantai yang tidak rata serta arus pasang surut yang bervariasi terhadap waktu dan
tempat.
BAB VI. ARUS
Sebagai akibat daeri perbedaan suhu dan salinitas serta pengaruhnya terhadap
kerapatan, air laut di samudra dapat dibagi menjadi beberapa massa air, antar alain
massa air permukaan (upper water mass) yang meliputi seluruh massa air yang
terdapat di daerah termoklin serta massa air dalam (deep water mass) yang terdapat
di bawah termoklin dan meluas sampai ke dasar laut. Massa air permukaan selalu
dalam keadaan bergerak. Gerakan ini ditimbulkan terutama oleh kekuatan angin
yang bertiup melintasi permukaan air. Angin ini menghasilkan dua macam
gerakan, yaitu gelombang dan arus.
Arus dapat didefinisikan sebagai pergerakan air yang mengakibatkan perpindahan
horizontal massa air. Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi
pada seluruh lautan di dunia. Selain disebabkan oleh angin, arus juga dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bentuk topografi dasar laut dan
pulau-pulau yang ada di sekitarnya, adanya gaya Coriolis, perbedaan tekanan dan
penyebaran kerapatan air laut serta pengaruh peristiwa pasang surut.
Arus meupakan pergerakan air yang disertai pergerakan material atau pergerakan
massa air laut. Adanya tekanan dapat menimbulkan arus yang besar(termohaline
circulation)
Adanya panas mengakibatkan udara dan rapat massa mengecil sehingga tekanan
udara menjadi kecil. Sementara itu udara yang tidak terkena panas tekanannya
tinggi. Tekanan akan bergerak dari udara yang mempunyai tekanan tinggi ke udara
yang tekanannya rendah. Semakin banyak jumlah partikel, makin besar tekanan.
Tekanan dapat didefinisakan sebagai jumlah partikel per satuan luas.
Pengaruh angin pada permukaan laut
Ketika angin berhembus di laut, energi yang ditransfer dari angin ke batas
permukaan, sebagian energi ini digunakan dalam pembentukan gekombang
gravitasi permukaan, yang memberikan pergerakan air dari ang kecil ke arah
perambatan gelombang dan sebagian untuk membawa arus. Semakin besar
kecepatan angin, semakin besar gaya gesekan yang bekerja pada permukaan laut,
dan semakin besar arus permukaan. Gaya gesekan yang bekerja pada permukaan
merupakan hasil dari hembusan angin disebut Tegangan Angin (wind stress) yang
biasanya disimbulkan dengan , sebanding dengan kuadrat kecepatan angin (W),
sehingga :
dimana c bergantung pada kondisi atmosfer, semakin banak konveksi turbulen ang
terdapat di atmosfer ang melalui permukaan laut, semakin besar nilai c.
Pengaruh wind stress pada permukaan laut adalah transmisi dari gesekan internal
di laut atas yang merupakan hasil dari turbulen.

Arus Angin
Sistem-sistem arus utama dihasilkan oleh beberapa daerah angin utama yang
berbeda satu sama lain, mengikuti garis lintang sekeliling dunia dan di masing-
masing daerah ini angin secara terus menerus bertiup dengan arah yang tak
berubah-ubah.
Tulang punggung system ini adalah angin Pasat Timur Laut yang bertiup dari
timur laut ke barat daya diantara khatulistiwa dan 30 Lintang Utara, serta angin
Pasat Tenggara pada posisi yang sama di sebelah selatan khatulistiwa,
menggerakkan udara dari tenggara ke barat laut. Diantara 30 60 Lintang Utara
dan 30 60 Lintang Selatan, angin barat bertiup dari barat daya ke timur laut di
belahan bumi utara dan dari barat laut ke tenggara di belahan bumi selatan. Angin-
angin ini mendorong bergeraknya air permukaan, menghasilkan suatu gerakan
horizontal yang mampu mengangkut suatu volume air yang sangat besar melintasi
jarak jauh di lautan.
Pengaruh Gaya Coriolis
Arus laut membelok membentuk suatu polar melingkar yang bergerak mengikuti
arah jarum jam pada Belahan Bumi Utara dan kebalikan arah jarum jam pada
Belahan Bumi Selatan. Pembelokan dan gerak melingkar ini diakibatkan oleh
adanya gaya Coriolis. Gaya ini timbul sebagai akibat dari perputaran bumi pada
porosnya.
Karena adanya panas, air akan memuai sehingga tekanannya mengeci. Udara
bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Oleh karena fluida mempunyai
sifat saling bergesekan, maka terdapat gaya untuk mempertahankan diri dalam
posisinya. Sementara itu bumi berputar, sehingga terjadi penyimpangan.
Berputarnya planet bumi mengakibatkan suatu perubahan arah gerakan air. Karena
arah rotasi bumi dari barat ke timur dan karena pembelokan arus yang disebabkan
oleh angin pasat, maka air di daerah khatulistiwa bergerak dari timur ke barat,
menumpuk air di sebelah barat pasu lautan. Ketika air menumpuk di sebelah barat,
air ini bertemu dengan massa daratan yang berbentuk benua dan gugusan pulau-
pulau dan dibelokkan ke utara dan selatan, sebagai arus perbatasan benua. Arus-
arus perbatasan ini pada gilirannya bergerak ke arah kutub, jatuh di bawah
pengaruh angin barat. Angin barat menambah energi arus-arus ini dan
mendorongnya ke arah timur, akhirnya melintasi pasu lautan dan mengembalikan
air ke sebelah timur pasu lautan. Massa daratan benua di sebelah timur
membelokkan gerakan air ke arah khatulistiwa. Pola lingkaran arus yang sangat
besar ini disebut gyre dan terdapat pada semua pasu utama.

Arus Pasang Surut
Arus pasang surut adalah arus yang timbul akibat peristiwa pasang surut. Air yang
bergerak dalam air pasang membentuk arus-arus pasang. Arah dan kecepatannya
tidak hanya tergantung pada keadaan pasang itu tetapi juga pada kedalaman air dan
kedekatan garis pantai.
Pasang terutama disebabkan oleh adanya gaya tarik menarik antara dua tenaga
yang terjadi di lautan, yang berasal dari gara sentrifugal yang disebabkan oleh
perputaran bumi pada sumbunya dan gaya gravitasi yang berasal dari bulan serta
benda langit lainnya seperti matahari. Gaya sentrifugal adalah suatu tenaga yang
didesak ke arah luar dari pusat bumi yang besarnya lebih kurang sama dengan
tenaga yang ditarik ke permukaan bumi.

Arus Geostropik
Peristiwa air yang mulai bergerak akibat gradien tekanan, maka pada saat itu pula
gaya coriolis mulai bekerja. Pada saat pembelokan mencapai 90 derajat, maka arah
gerak partikel akan sejajar dengan garis isobar. Pada saat itu terjadi keseimbangan
antara gaya gradien tekanan dengan gaya coriolis. Pergerakan ini disebut dengan
arus geostropik.
Keseimbangan geostropik dinyatakan dengan (du/dt = dv/dt = 0). Sedangkan
kecepatan geostropik dirumuskan sebagai berikut :
vg = (1/rf) (p/x)
vfg = -(1/rf) (p/y)
Apabila dipilih sumbu x terletak sepanjang isobar dan menyatakan gradien tekahan
sebagai beda (finite difference), maka :
vg = (1/rf) (dr/r)
dimana vg adalah kecepatan arus geostropik dan dr adalah jarak tegak lurus antara
dua isobar.
Arus geostropik adalah arus yang terjadi pada saat ada keseimbangan antara
gradien tekanan dengan gaya coriolis dimana arah arus sejajar dengan arah garis
isobar.

Arus Putar
Apabila gerakan partikel air tidak membentuk lintasan lurus, maka harus ada gaya
satu lagi yaitu gaya sentrifugal akibat lengkungan lintasan. Hal ini berbeda dengan
gaya akibat coriolis. Jadi ada tiga gaya yang bekerja pada arus putar, yaitu gaya
coriolis, gaya gradien tekanan dan gaya sentrifugal.
Gaya gradien tekanan bergerak dari high menuju ke low dan searah denga gaya
sentrifugal. Sementara itu ada gaya coriolis yang berlawan arah. Pada Bumi Bagian
Utara, arah arus dibelokkan ke kanan dan pada Bumi Bagian Selatan dibelokkan ke
kiri. Persamaan arus putar adalah :
f v = [(1/r) (r/r)] + (v2/r)
Arus Inersia
Pada saat angina yang membawa arus tiba-tiba berhenti berhembus, momentum air
tidak berhenti tiba-tiba, sehingga gaya gesekan dan gaya coriolis masih bekerja. Di
laut dalam, gaya gesekan sangat kecil, tapi gaya coriolis tetap bekerja. Gerakan
dibawah pengaruh gaya coriolis disebut dengan arus inersia.
Sirkulasi air laut di perairan Indonesia dipengaruhi oleh sistem angin muson. Oleh
karena sistem angin muson ini bertiup secara tetap, walaupun kecepatan relatif
tidak besar, maka akan tercipta suatu kondisi yang sangat baik untuk terjadinya
suatu pola arus. Pada musim barat, pola arus permukaan perairan Indonesia
memperlihatkan arus bergerak dari Laut Cina Selatan menuju Laut Jawa. Di Laut
Jawa, arus kemudian bergerak ke Laut Flores hingga mencapai Laut Banda.
Sedangkan pada saat Muson Tenggara, arah arus sepenuhnya berbalik arah menuju
ke barat yang akhirnya akan menuju ke Laut Cina Selatan (Wyrtki, 1961).
Perairan Indonesia merupakan perairan di mana terjadi lintasan arus yang
membawa massa air dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia yang biasanya disebut
Arus Lintas Indonesia/Arlindo (Fieux et al., 1996b). Massa air Pasifik tersebut
terdiri atas massa air Pasifik Utara dan Pasifik Selatan (Tomascik et al., 1997a;
Wyrtki, 1961; Ilahude and Gordon, 1996; Molcard et al., 1996; Fieux et al.,
1996a). Terjadinya arlindo terutama disebabkan oleh bertiupnya angin pasat
tenggara di bagian selatan Pasifik dari wilayah Indonesia. Angin tersebut
mengakibatkan permukaan bagian tropik Lautan Pasifik Barat lebih tinggi dari
pada Lautan Hindia bagian timur. Hasilnya terjadinya gradien tekanan yang
mengakibatkan mengalirnya arus dari Lautan Pasifik ke Lautan Hindia. Arus
lintas Indonesia selama Muson Tenggara umumnya lebih kuat dari pada di Muson
Barat Laut.
Sumber air yang dibawa oleh Arlindo berasal dari Lautan Pasifik bagian utara dan
selatan. Perairan Selat Makasar dan Laut Flores lebih banyak dipengaruhi oleh
massa air laut Pasifik Utara sedangkan Laut Seram dan Halmahera lebih banyak
dipengaruhi oleh massa air dari Pasifik Selatan. Gordon et al. (1994) mengatakan
bahwa massa air Pasifik masuk kepulauan Indonesia melalui 2 (dua) jalur utama,
yaitu:
a. Jalur barat dimana massa air masuk melalui Laut Sulawesi
dan Basin Makasar. Sebagian massa air akan mengalir melalui Selat Lombok dan
berakhir di Lautan Hindia sedangkan sebagian lagi dibelokan ke arah timur terus
ke Laut Flores hingga Laut Banda dan kemudian keluar ke Lautan Hindia melalui
Laut Timor.
b. Jalur timur dimana massa air masuk melalui Laut Halmahera dan Laut Maluku
terus ke Laut Banda. Dari Laut Banda, menurut Gordon (1986) dan Gordon et
al.,(1994) massa air akan mengalir mengikuti 2 (dua) rute. Rute utara Pulau Timor
melalui Selat Ombai, antara Pulau Alor dan Pulau Timor, masuk ke Laut Sawu dan
Selat Rote, sedangkan rute selatan Pulau Timor melalui Basin Timor dan Selat
Timor, antara Pulau Rote dan paparan benua Australia.

Вам также может понравиться