Вы находитесь на странице: 1из 16

TINJAUAN TEORITIS

2.1. DEFENISI

Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa
Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan berada di luar tempat
yang semestinya.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus,
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun
dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan
benar akan membahayakan bagi sipenderita (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan,
2005)
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih
juga dipakai,oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam
uterus tetapi tidak pada tempat yang normal.
(Sarwono prawirohardjo,ilmu kandungan,2005)
Kehamilan ektopik adalah terjadi bila telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh di
luar endometrium kavum uterik. Kehamilan ekstrauterin tidak sinonim dengan kehamilan
ektopik karma kehamilan pada pars interstisialis tubah dan kanalis servikalis masih termasuk
dalam uterus, tetapi jelas bersifat ektopik. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus
atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini
disebut kehamilan ektopik terganggu.
2.2. INSIDEN

Kejadian hamil ektopik tidak dapat disamakan karena sangat tergantung pada perilaku
dan budaya masyarakat. Pada masyarakat yang mempunyai kecenderungan untuk melakukan
hubungan seksual bebas,dapat diasumsikan kejadian hamil ektopik akan makin meningkat.
Kejadian infeksi hubungan seksual sangat berperan untuk terjadinya hamil ektopik
,khususnya infeksi Clhamydia trachomatis,infeksi ini akan merusak endometrium dan sel
siliaris sehingga mengganggu transportasi spermatozoa,ovum,dan hasil konsepsi.
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40
tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan penanganan secara tepat dan
benar akan membahayakan bagi sipenderita (Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005)
Beberapa penulis mengemukakan kejadian hamil ektopik:
a) Jone Derek Llewellyn (1:80-150 kehamilan)
b) SK Resevear (2% dari kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 24-34 tahun)
c) Manuaba (1:97 kehamilan dengan umur kejadian maksimal antara 26-35 tahun)
Berkaitan dengan lokasi,kehamilan ektopik dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tuba fallopi 98%
Ampula tuba 93%
Isthmus tuba 4%
Interstisial tua 2%
Kehamilan ektopik servikal 0,1%
Kehamilan ovarial 0,5%
Kehamilan abdominal 0,03%
Kehamilan interstisial 0,01%

2.3. ETIOLOGI

Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur
(ovarium) ke rahim (uterus). Dari beberapa studi faktor resiko yang diperkirakan sebagai
penyebabnya adalah (3,4,6):
a. Infeksi saluran telur (salpingitis),seperti bakteri khusus dapat menimbulkan
gangguan pada tuba fallopi adalah Chlamydia trachomatis pada motilitas saluran
telur.
b. Riwayat operasi tuba.
c. Cacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
d. Kehamilan ektopik sebelumnya.
e. Aborsi tuba dan infeksi pemakaian IUD.
f. Kelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
g. Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan
pada endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus
terlambat.
h. Operasi pada tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab
lumen tuba menyempit
i. Abortus buatan.
j. Pada hipoplasia lumen tuba sempit dan berkelok-kelok dan hal ini sering di
sertai gangguan fungsi silia endosalping.
k. Tumor yang mengubah bentuk tuba dan menekan dinding tuba
l. Ibu pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya (terdapat riwayat
kehamilan ektopik)
m. Memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual (PMS) seperti gonorrhea,
klamidia dan PID (pelvic inflamamtory disease)

2.4. KLASIFIKASI

a. KEHAMILAN SERVIKAL

Kehamilan servikal jarang terjadi. Nidasi terjadi dalam selaput lender servik. Dengan
tumbuhnya telur,servik menggembung. Pada implantasi di serviks, dapat terjadi perdarahan
tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan terjadinya abortus spontan sangat besar. Jika
kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan / ruptur yang terjadi sangat berat, sehingga
sering diperlukan tindakan histerektomi total.

b. KEHAMILAN OVARIAL
Jarang terjadi dan biasanya berakhir dengan rupture pada hamil muda. Untuk
mendiagnosa kehamilan ovarial harus dipenuhi kriteria dari spiegelberg.
Kehamilan ovarial ditegakkan atas dasar kriteria Spiegelberg :
1. tuba pada sisi kehamilan harus normal
2. kantung janin harus terletak dalam ovarium
3. kantung janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii proprium
4. jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin
Pada kenyataannya kriteria ini sulit dipenuhi, karena umumnya telah terjadi kerusakan
jaringan ovarium, pertumbuhan trofoblas yang luas, dan perdarahan menyebabkan topografi
kabur, sehingga pengenalan implantasi permukaan ovum sukar ditentukan secara pasti.

c. KEHAMILAN TUBA
Kejadian kehamilan tuba ialah 1 di antara 150 persalinan (Amerika). Kejadian
dipengaruhi oleh factor social : mungkin karena pada golongan pendapatan rendah lebih
sering terdapat gonorrhoe karena kemungkinan berobat kurang. Ovum yang dibuahi dapat
berkembang disetiap bagian oviduktus yang menyebabkan kehamilan tuba di
ampula,ismus,atau interstisium. Ampula adalah tempat tersering kehamilan tuba,sedangkan
kehamilan interstisium terhitung hanya sekitar 3% dari seluruh gestasi tuba.
Menurut tempatnya nidasi dapat terjadi:
Kehamilan ampula (dalam ampula tuba)
Kehamilan isthmik (dalam isthmus tuba)
Kehamilan interstisil (dalam pars interstitialis tubae)
Kehamilan infundibulum tuba
Kehamilan abdomoinal primer atau sekunder

d. KEHAMILAN INTERSTISIAL
Implantasi telur terjadi dalam pars interstisialis tuba. Karena lapisan myometrium disini
lebih tebal maka ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke-3 atau ke-4.
Kalau terjadi ruptur maka perdarahan hebat karena tempat ini banyak pembuluh darahnya
sehingga dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan kematian.

e. KEHAMILAN ABDOMINAL PRIMER
Dimana telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut dengan cirri-ciri tuba
dan ovarium normal,tidak terdapat fistula utero-plasenter,dan implantasi umumnya di sekitar
uterus dan CD.

f. HAMIL ABDOMINAL SEKUNDER
Yang asalnya kehamilan tuba dan setelah rupture,ekspulsi dari ostium tuba eksternumnya
dan ekspulsi dari fistula utero-plasenter baru menjadi kehamilan abdominal. Biasanya
plasenta terdapat pada daerah tuba,permukaan belakang rahim dan ligamentum latum. Ada
kalanya hamil abdominal sekunder ini mencapai umur cukup bulan,tapi hal ini jarang
terjadi,yang lazim ialah bahwa janin mati sebelum mencapai maturitas (bulan ke 5 atau ke 6)
karena pengambilan makanan kurang sempurna.
Menurut lokasinya,kehamilan ektopik sebenarnya banyak klasifikasi dan dapat dibagi dalam
beberapa golongan:
a) Tuba fallopi: pars interstisialis,isthmus,ampulla,infundibulum,fimbria.
b) Uterus: kanalis servikalis,divertikulum,koruna,tanduk rudimenter.
c) Ovarium
d) Intraligamenter
e) Abdominal: primer,sekunder
f) Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus
Namun diantara kehamilan-kehamilan ektopik,yang terbanyak ialah yang terjadi di tuba
(90%) khususnya di ampula dan isthmus.


1.5. KLASIFIKASI BERDASARKAN DIAGNOSIS

1) Kehamilan ektopik belum terganggu
a. Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui,karena biasanya penderita tidak
menyampaikan keluhan yang khas.
b. Amenorea atau gangguan haid dilaporkan oleh 75%-95% penderita. Tanda-kehamilan muda
seperti nausea hanya dilaporkan oleh 10%-25% kasus.
c. Disamping gangguan haid,keluhan yang paling sering disampaikan ialah nyeri diperut bawah
yang tidak khas,walaupun kehamilan ektopik belum mengalami rupture. Kadang-kadang
teraba tumor disamping uterus dengan batas yang sukar ditentukan. Keadaan ini pun masih
harus dipastikan dengan alat bantu diagnostik yang lain,seperti Ultrasonografi dan
Laparoskopi.
d. Bagaimana pun juga,mengingat bahwa setiap kehamilan ektopik akan berakhir dengan
abortus atau rupture yang disertai perdarahan dalam rongga perut yang apabila terlambat
diatasi akan membahayakan jiwa penderita,maka pada setiap wanita dengan gangguan haid
dan lebih-lebih setelah diperiksa dicurigai akan adanya kehamilan ektopik ,harus ditangani
dengan sungguh-sungguh dengan menggunakan alat bantu diagnostic yang ada,sampai
diperoleh kepastian diagnostic kehamilan ektopik.



2) Kehamilan ektopik terganggu
a. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak(akut) biasanya tidak sulit.
Keluhan yang sering disampaikan ialah haid yang terlambat untuk beberapa waktu atau
terjadi gangguan siklus haid disertai nyeri perut bagian bawah dan penesmus. Dapat terjadi
perdarahan pervaginam.
b. Yang menonjol ialah penderita tampak kesakitan,pucat,dan pada pemeriksaan ditemukan
tanda-tanda syok serta perdarahan dalam rongga perut. Pada pemeriksaan ginekologik
ditemukan servik yang nyeri bila digerakkan dan kavum douglas yang menonjol dan nyeri
raba.
c. Kesulitan diagnosis biasanya terjadi pada kehamilan ektopik terganggu jenis apitik atau
menahun. Kelambatan haid tidak jelas,tanda dan gejala kehamilan muda tidak jelas,demikian
pula nyeri perut tidak nyata dan sering penderita tampak tidak terlalu pucat. Hal ini dapat
terjadi apabila perdarahan pada kehamilan ektopik yang terganggu berlangsung lambat.
Dalam keadaan demikian,alat bantu diagnostik amat diperlukan untuk memastikan diagnosis.
3) Kehamilan ektopik lanjut
Yaitu kehamilan ektopik diman janin dapat tumbuh terus karena mendapat cukup zat-zat
makanan dan oksigen dari plasenta yang meluaskan implantasinya ke jaringan
sekitarnya,misalnya ligamentum latum,uterus,dasar panggul,usu,dan sebagainya.


1.6. TANDA DAN GEJALA

a) Ada riwayat terlambat haid atau amenorrhea dan gejala kehamilan muda.
b) Perdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala yang tidak
jelas sehingga sukar membuat diagnosisnya
c) Nyeri merupakan keluhan utama pada kehamilan ektopi terganggu. Nyeri perut bagian
bawah, pada ruptur tuba nyeri terjadi tiba-tiba dan hebat, menyebabkan penderita pingsan
sampai shock.
d) Perdarahan pervaginam berwarna cokelat tua
e) Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks digerakkan, nyeri pada
perabaan dan kavum douglasi menonjol karena ada bekuan darah
f) Keadaan umum ibu dapat baik sampai buruk / syok, tergantung beratnya perdarahan yang
terjadi.
g) Level HCG rendah
h) Pembesaran uterus: pada kehamilan ektopik uterus membesar.
i) Gangguan kencing: kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangsangan
peritonium oleh darah di dalam rongga perut
Gejala tahap lanjut pada kehamilan ektopik
Rasa sakit perut yang muncul akan terjadi semakin sering
Gejala lainnya adalah kulit ibu hamil terlihat lebih pucat
Adanya tekanan darah rendah (hipotensi)
Terjadinya denyut nadi yang meningkat
Shock karena hypovoluemia.
Perubahan darah: dapat di duga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba
yang terganggu karena perdarahan yang banyak dalam rongga perut.

1.7. PATOFISIOLOGI

Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah
dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam
tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa
kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke
ujung distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada
kehamilan ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum
biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat
dari distensi berlebihan tuba dan faktor utama yang menyebabkan rupture ialah
penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke perineum.
Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan
pemeriksaan vaginal.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila
ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat
terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal
ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak,
sampai menimbulkan syok dan kematian.
4. Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil kosepsi tidak mungkin janin tumbuh
secara utuh seperti dalam uterus.sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur
kehamilan antara 6-10 minggu.
5. Hasil kosepsi mati dan diresorbsi pada implantasi secara kolumner,ovum yang dibuahi cepat
mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total.dalam keadaan ini
penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
6. Factor lain, seperti Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau
sebaliknya dapat memperpanjang perjalan telur yang dibuahi ke uterus pertumbuhan telur
yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi premature.

REFERENSI
1. Obstetric Williams panduan ringkas /Kenneth J.levenu(etal);alih bahasa,Brahm U.pendit
editor edisi bahasa Indonesia,Egi komara Yudha,Nike Budhi Subeccti Ed.21-Jakarta
:EGC.2009.
2. Ilmu kebidanan,penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan /ida
Bagus Gde Manuaba jakarta EGC,1998.
3. Ilmu bedah kebidanan /editor kedua ,Hanifa wikrijosastro editor,Abdul Bari
Saifuddin,Trijatmo RachimhadhiEd.1.cetJakarta: yayasan bina pustaka Sarwono
Prawirohardjo,2000.
4. Obtetri patologi,bagian obstetric & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung.
5. Pengantar kuliah obtetri/penulis,Ida Bagus Gde Manuaba,Ida Ayu Chandranita Manuaba,Ida
Bagus Fajar Manuaba.-Jakarta:EGC,2007.
6. Ilmu Kandungan/editor ketua, Hanifa Winkjosastro
Editor,Abdul Bari Saifuddin,Trijatmo Rachimhadhi.
Ed.2,Cet.7,...Jakarta: PT Bina Pustaka SarwonoPrawirohardjo,2009

Definisi
Pada kehamilan normal, telur yang sudah dibuahi akan melalui tuba falopi(saluran tuba) menuju ke
uterus (rahim). Telur tersebut akan berimplantasi(melekat) pada rahim dan mulai tumbuh menjadi
janin. Pada kehamilan ektopik, telur yang sudah dibuahi berimplantasi dan tumbuh di tempat yang tidak
semestinya.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar kavum uteri.Sering disebut juga
kehamilan ekstrauterin. Kurang tepat, karena kehamilan pada cornu uteri atau serviks uteri (intrauterin)
juga masih termasuk sebagai kehamilan ektopik (Cakul, 2000).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar ronnga uterus (Syarifudin, 2001).
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang ditandai dengan terjadinya implantasi di luar endometrium
kavum uteri setelah fertilisasi (syafrudin, 2001).
Kehamilan ektopik adalah suatu keadaan dimana hasil konsepsi berimplantasi, tumbuh dan berkembang
di luar endometrium kavum uteri. Bila kehamilan tersebut mengalami proses pengakhiran (abortus)
maka disebut kehamilan ektopik terganggu (Achadiat, 2004).
Kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan ektopik yang terganggu, dapat terjadi abortus atau
pecah dan hal ini berbahaya bagi wanita tersebut (Yulaikhah, 2009).
Lokasi Kehamilan Ektopik
Kehamilan ektopik paling sering terjadi di daerah tuba falopi (98%),
1. Ujung fimbriae tuba falopii (17%)
2. Ampula tubae ( 55%)
3. Isthmus tuba falopii (25%)
4. Pars interstitsialis tuba falopii (2%)
ovarium (indung telur),
rongga abdomen (perut),
serviks (leher rahim)

Lokasi Kehamilan Ektopik
Etiologi
Etiologi pasti tak diketahui.
Faktor Resiko
Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Namun perlu diingat bahwa
kehamilan ektopik dapat terjadi pada wanita tanpa faktor risiko. Faktor risiko kehamilan ektopik adalah :
1. Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
Risiko paling besar untuk kehamilan ektopik. Angka kekambuhan sebesar 15% setelah kehamilan
ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30% setelah kehamilan ektopik kedua.
2. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil progesteron
Kehamilan ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi spiral (3 4%). Pil
yang mengandung hormon progesteron juga meningkatkan kehamilan ektopik karena pil progesteron
dapat mengganggu pergerakan sel rambut silia di saluran tuba yang membawa sel telur yang sudah
dibuahi untuk berimplantasi ke dalam rahim.
3. Kerusakan dari saluran tuba
Telur yang sudah dibuahi mengalami kesulitan melalui saluran tersebut sehingga menyebabkan telur
melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba. Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan gangguan
saluran tuba diantaranya adalah :
Merokok : kehamilan ektopik meningkat sebesar 1,6 3,5 kali dibandingkan wanita yang tidak
merokok. Hal ini disebabkan karena merokok menyebabkan penundaan masa ovulasi (keluarnya
telur dari indung telur), gangguan pergerakan sel rambut silia di saluran tuba, dan penurunan
kekebalan tubuh
Penyakit Radang Panggul : menyebabkan perlekatan di dalam saluran tuba, gangguan pergerakan
sel rambut silia yang dapat terjadi karena infeksi kuman TBC, klamidia, gonorea
Endometriosis : dapat menyebabkan jaringan parut di sekitar saluran tuba
Tindakan medis : seperti operasi saluran tuba atau operasi daerah panggul, pengobatan infertilitas
seperti bayi tabung > menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba.
2.5 Tanda dan Gejala
Pada minggu-minggu awal, kehamilan ektopik memiliki tanda-tanda seperti kehamilan pada umumnya,
yaitu terlambat haid, mual dan muntah, mudah lelah, dan perabaan keras pada payudara.
a. Gejala
Nyeri Nyeri panggul atau abdomen hampir selalu terdapat.
Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ; terlokalisir atau menyebar.
Nyeri subdiafragma atau nyeri bahu tergantung ada atau tidaknya perdarahan intra-abdominal.
Perdarahan Perdarahan uterus abnormal (biasanya berupa bercak perdarahan ) terjadi pada 75%
kasus yang merupakan akibat dari lepasnya sebagian desidua.
Amenorea Amenorea sekunder tidak selalu terdapat dan 50% penderita KE mengeluhkan adanya
spotting pada saat haid yang dinanti sehingga tak jarang dugaan kehamilan hampir tidak ada.
Sinkope Pusing, pandangan berkunang-kunang dan atau sinkope terjadi pada 1/3 sampai kasus
KET.
Desidual cast 5 10% kasus kehamilan ektopik mengeluarkan desidual cast yang sangat
menyerupai hasil konsepsi.
b. Tanda
Ketegangan abdomen
Rasa tegang abdomen yang menyeluruh atau terlokalisir terdapat pada 80% kasus kehamilan
ektopik terganggu
Nyeri goyang servik (dan ketegangan pada adneksa) terdapat pada 75% kasus kehamilan ektopik.
Masa adneksa Massa unilateral pada adneksa dapat diraba pada sampai kasus KE. Kadang-
kadang dapat ditemukan adanya masa pada cavum Douglassi (hematocele)
Perubahan pada uterus Terdapat perubahan-perubahan yang umumnya terjadi pada kehamilan
normal seperti ada riwayat terlambat haid dan gejala kehamilan muda
Apabila seorang wanita dengan kehamilan ektopik mengalami gejala diatas, maka dikatakan bahwa
wanita tersebut mengalami Kehamilan Ektopik Terganggu. Apabila anda merasa hamil dan mengalami
gejala-gejala seperti ini maka segera temui dokter anda. Hal ini sangat penting karena kehamilan
ektopik dapat mengancam nyawa apabila ruptur (pecah) dan menyebabkan perdarahan di dalam.
Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang telah dibuahi dalam
perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan embrio dalam tuba tidak dapat
terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal
ini yaitu :
1. Kemungkinan tubal abortion, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung distal (fimbria)
dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla, darah yang
keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak karena dibatasi
oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi
berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba.
Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan
muda. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam
hal ini akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak, sampai
menimbulkan syok dan kematian.
a. Abortus Tuba

Perjalanan Lebih Lanjut dari Abortus Tuba
Terjadi pada 65% kasus dan umumnya terjadi implantasi didaerah fimbriae dan ampula.
Berulangnya perdarahan kecil pada tuba menyebabkan lepasnya dan yang diikuti dengan kematian
ovum.
Perjalanan selanjutnya adalah :
1. Absorbsi lengkap secara spontan.
2. Absorbsi lengkap secara spontan melalui ostium tubae menunju cavum peritoneum.
3. Abosrbsi sebagian sehingga terdapat konsepsi yang terbungkus bekuan darah yang menyebabkan
distensi tuba.
4. Pembentukan tubal blood mole.
b. Ruptur Tuba
1.
Perjalanan Lebih Lanjut Ruptur Tuba
Terjadi pada 35% kasus dan seringkali terjadi pada kasus kehamilan ektopik dengan implantasi
didaerah isthmus.
Ruptura pars ampularis umumnya terjadi pada kehamilan 6 10 minggu , namun ruptura pada
pars isthmica dapat berlangsung pada usia kehamilan yang lebih awal.
Pada keadaan ini trofoblast menembus lebih dalam dan seringkali merusak lapisan serosa tuba,
ruptura dapat berlangsung secara akut atau gradual .
Bila ruptur terjadi pada sisi mesenterik tuba maka dapat terjadi hematoma ligamentum latum.
Pada kehamilan ektopik pars interstitisialis, ruptura dapat terjadi pada usia kehamilan yang lebih
tua dan menyebabkan perdarahan yang jauh lebih banyak.
Patologi
Proses implantasi ovum yang dibuahi, yang terjadi di tuba pada dasarnya sama halnya di kavum
uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau interkolumner. Perkembangan telur selanjutnya
dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian diresobsi.
Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen tuba oleh lapisan jaringan yang
menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Pembentukan desidua di tuba tidak
sempurna. Perkembangan janin selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat
implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.
Mengenai nasib kehamilan dalam tuba terdapat beberapa kemungkinan. Sebagian besar kehamilan
tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu.
1. Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
2. Abortus ke dalam lumen tuba
3. Ruptur dinding tuba
(www.medforum.nl)

Komplikasi Kehamilan Ektopik (Perdarahan)
2.8 Diagnosa Kehamilan Ektopik Terganggu
1. Anamnesis : riwayat terlambat haid / amenorrhea, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada
atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah.
2. Pemeriksaan fisis : keadaan umum dan tanda vital dapat baik sampai buruk, ada tanda akut
abdomen. Saat pemeriksaan adneksa dengan vaginal touch, ada nyeri bila porsio digerakkan
(nyeri goyang porsio).
3. Pemeriksaan penunjang diagnostik : urine B-hCG (+), kuldosentesis (ditemukan darah di kavum
Douglasi), USG.
4. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
2.9 Diagnosis Banding Kehamilan Ektopik Terganggu
Hati-hati dengan diagnosis banding, misalnya appendisitis pada usia kehamilan muda : mungkin ada
tanda kehamilan, mungkin juga ada tanda akut abdomen sebaliknya kehamilan ektopik terganggu
belum tentu pula disertai gejala perdarahan. Diagnosa diferensial dari kehamilan ektopik yaitu:
1) abortus biasa
2) salpingitis akut
3) appendicitis akut
4) rupture korpus luteum
5) torsi kista ovarium
6) mioma submukosa yang terpelintir
7) retrofleksi uteri gravida inkarserata
8)rupture pembuluh darah mesenterium
Di bawah ini dikemukakan perbedaan gejala dan tanda :
GEJALA KET Abortus Kista ovarium Infeksi pelvis
Amenore
Perdarahan
pervaginam
Perdarahan
abdominal
Pireksia
Massa pelvis
Uterus
Nyeri
Anemia
Lekositosis
Ada (75%)
Sedikit
Banyak
<38 C
Di bawah
Sedikit membesar
Hebat
Ada
Bisa ada
(+)75%
Semua
Banyak
Tidak
Tidak
Tidak
Membesar
Tidak
Bias ada
Tidak
(+)
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Ada
Tidak
Hebat
Tidak
Tidak
Tidak
Ada (25%)
Bisa ada
Tidak
>38 C
Ada bilateral
Tidak besar
Nyeri
Tidak
Ada
Tidak
Reaksi kehamilan
Shiffting dullness
Ada Tidak Tidak Tidak
2.11 Tatalaksana
Karena kehamilan ektopik dapat mengancam nyawa, maka deteksi dini dan pengakhiran kehamilan
adalah tatalaksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan melalui:
1. Obat-obatan
Dapat diberikan apabila kehamilan ektopik diketahui sejak dini. Obat yang digunakan adalah
methotrexate (obat anti kanker).
2. Operasi
Untuk kehamilan yang sudah berusia lebih dari beberapa minggu, operasi adalah tindakan yang lebih
aman dan memiliki angka keberhasilan lebih besar daripada obat-obatan. Apabila memungkinkan, akan
dilakukan operasi laparaskopi.
Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :
1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi
longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari
luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior
dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
Operasi Laparoskopik : Salfingostomi
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar -hCG rendah maka dapat
diberikan injeksi methrotexate kedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin
dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler.
Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik:
1. Ukuran kantung kehamilan <>
2. Keadaan umum baik (hemodynamically stabil)
3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik
Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila :
1. Masa tuba <>
2. Usia kehamilan <>
3. Janin mati
4. Kadar -hCG <>
Kontraindikasi pemberian Methrotexate :
1. Laktasi
2. Status Imunodefisiensi
3. Alkoholisme
4. Penyakit ginjal dan hepar
5. Diskrasia darah
6. Penyakit paru aktif
7. Ulkus peptikum
Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap minggu
sampai negatif. Bila perlu lakukan second look operation.
2.12 Pencegahan
Berhenti merokok akan menurunkan risiko kehamilan ektopik. Wanita yang merokok memiliki
kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik. Berhubungan seksual secara aman
seperti menggunakan kondom akan mengurangi risiko kehamilan ektopik dalam arti berhubungan seks
secara aman akan melindungi seseorang dari penyakit menular seksual yang pada akhirnya dapat
menjadi penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul dapat menyebabkan jaringan parut pada
saluran tuba yang akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.
Kita tidak dapat menghindari 100% risiko kehamilan ektopik, namun kita dapat mengurangi komplikasi
yang mengancam nyawa dengan deteksi dini dan tatalaksana secepat mungkin. Jika kita memiliki
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, maka kerjasama antara dokter dan ibu sebaiknya ditingkatkan
untuk mencegah komplikasi kehamilan ektopik.
2.13 Prognosis kehamilan di masa depan
Adalah suatu kewajaran untuk khawatir menganai masalah kesuburan setelah mengalami kehamilan
ektopik. Seseorang yang mengalami kehamilan ektopik bukan berarti tidak dapat mengalami kehamilan
normal namun berarti seseorang memiliki kemungkinan untuk mengalami kehamilan ektopik lagi di
masa depan.
Umumnya penyebab kehamilan ektopik (misalnya penyempitan tuba atau pasca penyakit radang
panggul) bersifat bilateral. Sehingga setelah pernah mengalami kehamilan ektopik pada tuba satu sisi,
kemungkinan pasien akan mengalami kehamilan ektopik lagi pada tuba sisi yang lain
Apabila saluran tuba ruptur (pecah) akibat kehamilan ektopik dan diangkat melalui operasi, seorang
wanita akan tetap menghasilkan ovum (sel telur) melalui saluran tuba sebelahnya namun kemungkinan
hamil berkurang sebesar 50 %. Apabila salah satu saluran tuba terganggu (contoh karena perlekatan)
maka terdapat kemungkinan saluran tuba yang di sebelahnya mengalami gangguan juga. Hal ini dapat
menurunkan angka kehamilan berikutnya dan meningkatkan angka kehamilan ektopik selanjutnya. Pada
kasus yang berkaitan dengan pemakaian spiral, tidak ada peningkatan risiko kehamilan ektopik apabila
spiral diangkat.
REFERENSI
1. Anthonius Budi. M, Kehamilan Ektopik, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2001.
2. Arif M. dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta 2001. Hal. 267-271.
3. Hanifa W, dkk., IlmuKebidanan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 1992, Hal. 323-334.
4. ____________, Ilmu Kandungan,Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 1999, Hal 250-255.
5. Karsono, B. Ultrasonografi dalam Obstetri, dalam : Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. FKUI. Jakarta
2002
6. Mochtar, R. Sinopsis Obstetri ed 2. EGC. Jakarta. 1998
7. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
8. Rachimhadhi, T. Kehamilan Ektopik, dalam : Wiknjosastro, H. Ilmu Kebidanan. FKUI. Jakarta. 2002
9. Rustam. M, MPH, Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Penerbit Buku Kedokteran EGC.Hal.226-235.
10. Taber Ben-Zoin. 1994. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi. EGC. Jakarta
11. Wijayanegara, H. Ultrasonografi Dalam Bidang Obstetri, dalam : Dasar-dasar Ultrasonografi dan
Peranannya pada Keadaan Gawat Darurat. Penerbit ALUMNI. 1985
12. Yulaikhah Lily. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. EGC. Jakarta.
13. http://hidayat2.wordpress.com/category/materi-kuliah/page/4/
14. http: //www.khairmidwifery07.blogspot.com/2009_06_01_arch
15. http://www.indianradiologist.com/cme2.htm
16. http://radiology.creighton.edu/pregnancy.htm
Memuat...

Вам также может понравиться