Вы находитесь на странице: 1из 8

BPH

; Manifestasi Klinis
Gajala yang muncul pada BPH secara umum dapat dibagi menjadi 2
kategori yaitu gejala obstruktif dan gejala iritatif.
Gejala obstruktif, biasanya dikenal dengan prostatismus atau
bladder outlet obstruction, terjadi ketika faktor dinamik atau statik
menrunkan pengosongan bladder. Tekanan aliran urine menjadi
berkurang, pengosongan bladder menjadi tidak sempurna dan
memerlukan waktu yang lebih lama. Pasien juga harus mengedan saat
berkemih dan pancaran urinenya cukup lemah. Terjadi dribbling!
pada urine yang merupakan urine yang menetes"netes, serta merasa
bladder mereka masih penuh meskipun telah selesai berkemih.
Beberapa pasien bahkan mengatakan bahwa mereka perlu menekan
bladder mereka untuk mengeluarkan urine. Pada kasus yang berat
dapat terjadi retensi urine saat pengososngan bladder tidak dapat
dilakukan. Pada kasus seperti ini dapat terjadi nyeri suprapubik karena
o#erdistensi dari bladder.
$ekitar %&"'&( pasien memiliki gejala iritatif, yang sebenarnya
terjadi pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut. Gejla iritatif terjadi
karena obstruksi yang terjadi dalam waktu yang lama pada bladder
neck. )ntuk mengkonpensasinya, terjadi hipertro* pada otot"otot
bladder agar dapat memberikan tekanan korntraksi yang lebih besar
untuk menekan urine melalui obstruksi di bladder neck. +eskipun
kompensasi ini dapat membantu, namun sering kali terjadi
dekompensasi, dan hipertro* bladder tidak mampu lagi memberikan
tekanan kontraksi yang adekuat, seiring bladder menjadi hipersensitif
dan tidak efektif dalam menampung urine. Hasilnya, jumlah urine yang
sedikit dapat mengiritasi bladder dan menginisiasi respon
pengosongan bladder. Pasien mengeluhkan frekuensi, urgensi, dan
nocturia.
; Diagnosis
o ,namnesis
Pemeriksaan awal terhadap pasien BPH adalah melakukan
anamnesis untuk menggali riwayat penyakit yang diderita oleh
pasien. ,namnesis tersebut meliputi-
; .eluhan yang dirasakan dan seberapa lama keluhan itu telah
mengganggu.
; /iwayat penyakit lain dan penyakit pada saluran urogenitalia
0pernah mengalami cedera, infeksi, atau pembedahan1.
; /iwayat kesehatan secara umum dan keadaan fungsi seksual.
; 2bat"obatan yang saat ini dikonsumsi yang dapat menimbulkan
keluhan miksi.
; Tingkat kebugaran pasien yang mungkin diperlukan untuk
tindakan pembedahan
Selain itu, dapat juga melakukan anamnesis berdasarkan International Prostate
Symptom Score (IPSS). IPSS merupakan salah satu alat untuk membantu
mengarahkan dan menentukan adanya gejala obstruksi akibat pembesaran prostat atau
tidak.
Tabel International Prostate Symptom Score (IPSS)
3alam 4 bulan terakhir
Tidak
pernah
.urang
dari
sekali
dalam %
kali
.urang
dari
setengah
.adang"
kadang
0sekitar
%&(1
5ebih dari
setengah
Hampir
selalu
$kor
1!br0ken!! $eberapa
sering ,nda merasa masih
ada sisa selesai kencing6
& 4 2 7 8 %
2!br0ken!! $eberapa
sering ,nda harus kembali
kencing dalam waktu
kurang dari 2 jam setelah
selesai kencing6
& 4 2 7 8 %
!br0ken!! $eberapa
sering ,nda mendapatkan
bahwa ,nda kencing
terputus"putus6
& 4 2 7 8 %
!!br0ken!! $eberapa
sering pancaran kencing
,nda lemah6
& 4 2 7 8 %
"!br0ken!! $eberapa
sering pancaran kencing
,nda lemah6
& 4 2 7 8 %
#!br0ken!! $eberapa
sering ,nda harus
mengejan untuk mulai
kencing6
& 4 2 7 8 %
$!br0ken!! $eberapa
sering ,nda harus bangun
untuk kencing, sejak mulai
tidur pada malam hari
hingga bangun di pagi
hari6
& 4 2 7 8 %
$kor 9P$$ total 0pertanyaan 4 sampai :1 ;
$eandainya ,nda harus
menghabiskan
sisa hidup dengan fungsi
kencing
seperti saat ini, bagaimana
perasaan
,nda6
$enang
sekali
$enang
Pada
umumny
a puas
<ampura
n antara
puas dan
tidak
Pada
umumny
a tidak
puas
Tidak
bahagia
Buruk
sekali
$kor kualitas hidup 0=o51 ;
Interpretasi IPSS dapat menggambarkan keadaan pasien %P& berdasarkan jumlah skor yang
diperoleh adalah sebagai berikut '
; $kor &":- Gejala ringan
; $kor '"4> - Gejala sedang
; $kor 2&"7% - Gejala berat
o Pemeriksaan ?isik
<olok dubur atau Digital Rectal Examination 03/@1 merupakan
pemeriksaan yang penting pada pasien BPH, disamping
pemeriksaan *sik pada regio suprapubik untuk mencari
kemungkinan adanya distensi buli"buli.
Pada pemeriksaan *sik mungkin didapatkan bladder yang terisi
penuh dan teraba masa kistus di daerah supra sim*sis akibat
retensi urine. Pada colok dubur diperhatikan - 041 tonus s*ngter ani A
reBeks bulboka#ernosus untuk menyingkirkan adanya kelainan
bladder neurogenik, 021 mukosa rectum, 071 keadaan prostat, antara
lain- kemungkinan adanya nodul, krepitasi, konsistensi prostat,
simetri antar lobus, dan batas prostat.
Pada BPH akan didapatkan konsistensi prostat kenyal seperti
meraba ujung hidung, lobus kanan dan kiri simetris, dan tidak
didapatkan nodul. $edangkan pada karsinoma prostat, konsistensi
prostat teraba kerasAteraba nodul, dan mungkin diantara lobus
prostat tidak simetris. )ntuk mengukur besarnya hipertro* prostat
dapat dipakai berbagai pengukuran, yaitu-
Cenis pengukuran
Grade
&Anormal
Grade 4 Grade 2 Grade 7 Grade 8
/ectal grading
+emeperkirakan berapa cm
prostat menonjol ke dalam
lumen rektum
&"4 cm 4"2 cm 2"7 cm 7"8 cm D 8 cm
<linical grading
$isa urine setelah miksi
pada pagi hari yang menjadi
patokan
sisa urine
& cc
sisa urin
&"%& cc
sisa urin
%&"4%&
cc
sisa
urine D
4%& cc
anuria
9ntra urethral grading
+elihat berapa jauh penonjolan lobus lateral
ke dalam lumen uretra. Hanya bisa dilakukan
dengan alat khusus.
o Pemeriksaan Penunjang
; Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis dapat mengungkapkan adanya leukosituria
dan hematuria. BPH yang sudah menimbulkan komplikasi infeksi
saluran kemih, batu buli"buli atau penyakit lain yang
menimbulkan keluhan miksi, di antaranya - karsinoma buli"buli in
situ atau striktur uretra, pada pemeriksaan urinalisis
menunjukkan adanya kelainan. )ntuk itu pada kecurigaan adanya
infeksi saluran kemih perlu dilakukan pemeriksaan kultur urin, dan
kalau terdapat kecurigaan adanya karsinoma buli"buli perlu
dilakukan pemeriksaan sitologi urin. Pada pasien BPH yang sudah
mengalami retensi urin dan telah memakai kateter, pemeriksaan
urinalisis tidak banyak manfaatnya karena seringkali telah ada
leukosituria maupun eritostiruria akibat pemasangan kateter.
; Pemeriksaan Fungsi Ginjal
2bstruksi infra#esika akibat BPH menyebabkan gangguan pada
traktus urinarius bawah ataupun bagian atas. Pasien 5)T$ yang
diperiksa ultrasonogra* didapatkan dilatasi sistem pel#ikalises
&,'( jika kadar kreatinin serum normal dan sebanyak 4',>( jika
terdapat kelainan kadar kreatinin serum. 2leh karena itu
pemeriksaan faal ginjal ini berguna sebagai petunjuk perlu
tidaknya melakukan pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih
bagian atas.
; Pemeriksaan PSA (Prostate Specifc Antigen)
P$, disintesis oleh sel epitel prostat dan bersifat organ specifc
tetapi bukan cancer specifc. $erum P$, dapat dipakai untuk
meramalkan perjalanan penyakit dari BPHE dalam hal ini jika
kadar P$, tinggi berarti- 0a1 pertumbuhan #olume prostat lebih
cepat, 0b1 keluhan akibat BPHAlaju pancaran urine lebih jelek, dan
0c1 lebih mudah terjadinya retensi urin akut. Pertumbuhan #olume
kelenjar prostat dapat diprediksikan berdasarkan kadar P$,.
3ikatakan oleh /oehrborn et al 02&&&1 bahwa makin tinggi kadar
P$, makin cepat laju pertumbuhan prostat. 5aju pertumbuhan
#olume prostat rata"rata setiap tahun pada kadar P$, &,2"4,7
ngAdl laju adalah &,: m5Atahun, sedangkan pada kadar P$, 4,8"
7,2 ngAdl sebesar 2,4 m5Atahun, dan kadar P$, 7,7">,> ngAdl
adalah 7,7 m5Atahun. .adar P$, di dalam serum dapat mengalami
peningkatan pada keradangan, setelah manipulasi pada prostat
0biopsi prostat atau T)/P1, pada retensi urine akut, kateterisasi,
keganasan prostat, dan usia yang makin tua. /entang kadar P$,
yang dianggap normal berdasarkan usia adalah-
; 8&"8> tahun- &"2,% ngAml
; %&"%> tahun-&"7,% ngAml
; F&"F> tahun-&"8,% ngAml
; :&":> tahun- &"F,% ngAml
+eskipun BPH bukan merupakan penyebab timbulnya karsinoma
prostat, tetapi kelompok usia BPH mempunyai resiko terjangkit
karsinoma prostat. Pemeriksaan P$, bersamaan dengan colok
dubur lebih superior daripada pemeriksaan colok dubur saja
dalam mendeteksi adanya karsinoma prostat. 2leh karena itu
pada usia ini pemeriksaan P$, menjadi sangat penting guna
mendeteksi kemungkinan adanya karsinoma prostat.
; Catatan Harian Miksi (Voiding Diaries)
Voiding diaries saat ini dipakai secara luas untuk menilai fungsi
traktus urinarius bagian bawah dengan reliabilitas dan #aliditas
yang cukup baik. Pencatatan miksi ini sangat berguna pada
pasien yang mengeluh nokturia sebagai keluhan yang menonjol.
3engan mencatat kapan dan berapa jumlah asupan cairan yang
dikonsumsi serta kapan dan berapa jumlah urine yang dikemihkan
dapat diketahui seorang pasien menderita nokturia idiopatik,
instabilitas detrusor akibat obstruksi infra"#esika, atau karena
poliuria akibat asupan air yang berlebih. $ebaiknya pencatatan
dikerjakan : hari berturut"turut untuk mendapatkan hasil yang
baik.
; Pemeriksaan yang tidak direkomendasikan ada asien
!PH
Berbagai pemeriksaan saat ini tidak direkomendasikan sebagai
alat diagnostik pada pasien BPH, kecuali untuk tujuan penelitian,
di antaranya adalah-
1!br0ken!! IVU, kecuali jika pada pemeriksaan awal didapatkan
adanya - hematuria, infeksi saluran kemih berulang, riwayat
pernah menderita urolitiasis, dan pernah menjalani operasi
saluran kemih.
2!br0ken!! Uretrograf retrograd, kecuali pada pemeriksaan awal
sudah dicurigai adanya striktur uretra
!br0ken!! Urethral pressure proflometry (UPP)
!!br0ken!! Voiding cystourethrography (VCU)
"!br0ken!! External urethral sphincter electromyography
#!br0ken!! Filling cystometrography
; "atalaksana
Tujuan terapi pada pasien BPH adalah mengembalikan kualitas hidup
pasien. Terapi yang ditawarkan pada pasien tergantung pada derajat
keluhan, keadaan pasien, maupun kondisi obyektif kesehatan pasien
yang diakibatkan oleh penyakitnya. 3i 9ndonesia, tindakan
ransurethral Resection !" he Prostate 0T)/P1 masih merupakan
pengobatan terpilih untuk pasien BPH.
a!br0ken!! 2bser#asi
#atch"ul $aiting, artinya pasien tidak mendapatkan terapi apapun
tetapi perkembangan penyakitnya keadaannya tetap diawasi oleh
dokter. Pilihan tanpa terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan
skor 9P$$ dibawah :, yaitu keluhan ringan yang tidak menggangu
akti#itas sehari"hari. Pasien dengan keluhan sedang hingga berat
0skor 9P$$ D :1, pancaran urine melemah 0=maG H 42 m5Adetik1,
dan terdapat pembesaran prostat D 7& gram tentunya tidak banyak
memberikan respon terhadap $atch"ul $aiting. Pada watchful
waiting ini, pasien tidak mendapatkan terapi apapun dan hanya
diberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat
memperburuk keluhannya, misalnya 041 jangan banyak minum dan
mengkonsumsi kopi atau alkohol setelah makan malam, 021 kurangi
konsumsi makanan atau minuman yang menyebabkan iritasi pada
buli"buli 0kopi atau cokelat1, 071 batasi penggunaan obat"obat
inBuenIa yang mengandung fenilpropanolamin, 081 kurangi
makanan pedas dan asin, dan 0%1 jangan menahan kencing terlalu
lama. $etiap F bulan, pasien diminta untuk datang kontrol dengan
ditanya dan diperiksa tentang perubahan keluhan yang dirasakan,
9P$$, pemeriksaan laju pancaran urine, maupun #olume residual
urine. Cika keluhan miksi bertambah jelek daripada sebelumnya,
perlu dipertimbangkan pilihan terapi yang lain.
b!br0ken!! +edikamentosa
3engan memakai sitem skoring 9P$$ dapat ditentukan kapan
seorang pasien memerlukan terapi. $ebagai patokan jika skoring D:
berarti pasien perlu mendapatkan terapi medikamentosa atau terapi
lain.
Tujuan terapi medikamentosa adalah berusaha untuk- 041
mengurangi resistensi otot polos prostat sebagai komponen
dinamik atau 021 mengurangi #olume prostat sebagai komponen
statik. Cenis obat yang digunakan adalah-
1!br0ken!! ,ntagonis adrenergik reseptor J yang dapat berupa-
Pengobatan dengan antagonis adrenergik"J bertujuan
menghambat kontraksi otot polos prostat sehingga mengurangi
resistensi tonus leher buli"buli dan uretra.
2batnya dapat berupa -
a!br0ken!! Preparat non selektif - fenoksibenIamin.
b!br0ken!! Preparat selektif masa kerja pendek - praIosin,
aBuIosin, dan indoramin.
(!br0ken!! Preparat selektif dengan masa kerja lama - doksaIosin,
teraIosin, dan tamsulosin.
?enoksibenIamine adalah obat antagonis adrenergik"J non
selektif yang pertama kali diketahui mampu memperbaiki laju
pancaran miksi dan mengurangi keluhan miksi. Kamun obat ini
tidak disenangi oleh pasien karena menyebab"kan komplikasi
istemik yang tidak diharapkan, di antaranya adalah hipotensi
postural dan menyebabkan penyulit lain pada sistem
kardio#askuler. 3iketemukannya obat antagonis adrenergik J4
dapat mengurangi penyulit sistemik yang diakibatkan oleh efek
hambatan pada"J2 dari fenoksibenIamin. Beberapa golongan
obat antagonis adrenergik J4 yang selektif mempunyai durasi
obat yang pendek 0short acting1 di antaranya adalah praIosin
yang diberikan dua kali sehari, dan long acting yaitu, teraIosin,
doksaIosin, dan tamsulosin yang cukup diberikan sekali sehari.
2!br0ken!! 9nhibitor % J redukstase, yaitu finasteride dan
dutasteride
?inasteride adalah obat inhibitor %"J reduktase pertama yang
dipakai untuk mengobati BPH. 2bat ini bekerja dengan cara
menghambat pembentukan dihidrotestosteron 03HT1 dari
testosteron, yang dikatalisis oleh enIim % J"redukstase di dalam
sel"sel prostat. @fek maksimum *nasteride dapat terlihat setelah
F bulan.
!br0ken!! ?itofarmaka
Beberapa ekstrak tumbuh"tumbuhan tertentu dapat dipakai
untuk memperbaiki gejala akibat obstruksi prostat, tetapi data"
data farmakologik tentang kandungan Iat aktif yang mendukung
mekanisme kerja obat *toterapi sampai saat ini belum diketahui
dengan pasti. .emungkinan *toterapi bekerja sebagai- anti"
estrogen, anti"androgen, menurunkan kadar %ex &ormone
'inding (lo)ulin 0$HBG1, inhibisi 'asic Fi)ro)last (ro$th Factor
0b?G?1 dan Epidermal (ro$th Factor 0@G?1, mengacaukan
metabolisme prostaglandin, efek anti"inBamasi, menurunkan
out*o$ resistance, dan memperkecil #olume prostat. 3i antara
*toterapi yang banyak dipasarkan adalah - Pygeum a"ricanum,
%erenoa repens, &ypoxis rooperi, Radix urtica dan lain"lain.
!!br0ken!! 9nter#ensi
+erupakan tindakan spesialistik, yang terdiri atas terapi
pembedahan dan terapi in#asif minimal. Tindakan ini dilakukan
jika -
; Pasien dengan keluhan sedang hingga berat yang memilih
terapi inter#ensi
; Pasien gagal setelah mendapatkan terapi medikamentosa
; Pasien BPH dengan komplikasi
)erapi in*asi+ minimal dikerjakan pada tempat,tempat yang ada +asilitas untuk itu.
Pilihannya antara lain'
; Pembedahan
; Prostatektomi terbuka
; @ndourologi -
- /eseksi Prostat Transuretra 0T)/P1
+erupakan operasi yang paling banyak dilakukan,
operasi ini lebih disenangi karena tidak diperlukan insisi
pada kulit perut, massa mondok lebih cepat, dan
memberikan hasil yang tidak banyak berbeda dengan
tindakan operasi terbuka.
- 9nsisi Prostat Transuretra 0T)9P1
Tindakan insisi ini hanya dilakukan pada hyperplasia
prostat yang tidak terlalu besar dan tanpa pembesaran
lobus medius. $ebelum melakukan tindakan ini harus
disingkirkan kemungkinan adanya karsinoma prostat
dengan melakukan colok dubur, melakukan pemeriksaan
)$G transrektal, atau pengukuran kadar P$,.
- T)5P
- @lektro#aporisasi
; 9n#asif minimal -
; H9?) 0High 9ntensity ?ocused )ltrasound1
<ara ini memakai energy panas yang berasal dari
gelombang )$G untuk menimbulkan nekrosis pada prostat.
3ata klinis menunjukkan terjadi perbaikan gejala klinis %&"
F&(, dan kegagalan terapi tercatat sebanyak 4&( setiap
tahun.
; $tent uretra
$tent dipasang pada uretra pars prostatika untuk
mengatasi obstruksi karena pembesaran prostat, sehingga
urine dapat leluasa melewati lumen uretra prostatika.
Pemasangan alat ini diperuntukkan bagi pasien yang tidak
mungkin menjalani operasi karena resiko pembedahan
yang cukup tinggi. $ayangnya setelah pemasangan kateter
ini, pasien masih merasakan keluhan miksi berupa gejala
iritatif, perdarahan uretra, atau rasa tidak enak di daerah
penis.
; T)K, 0Transurethral Keedle ,blation1
Teknik ini memakai energy dari frekuensi radio yang
menimbukan panas sampai mencapai 4&&
&
<, sehingga
menyebabkan nekrosis jaringan prostat. Pasien seringkali
mengeluh hematuria, disuria, kadang"kadang retensi urine,
dan epididimo"orkitis.
; T)+T 0Transurethral +icrowa#e Thermotherapy1
; 95<
; Prognosis
Prognosis untuk BPH berubah"ubah dan tidak dapat diprediksi pada
tiap indi#idu walaupun gejalanya cenderung meningkat. Kamun BPH
yang tidak segera ditindak memiliki prognosis yang buruk karena
dapat berkembang menjadi kanker prostat. +enurut penelitian, kanker
prostat merupakan kanker pembunuh nomer 2 pada pria setelah
kanker paru"paru. BPH yang telah diterapi juga menunjukkan berbagai
efek samping yang cukup merugikan bagi penderita.
Daftar Pustaka
)anagho - ., /(.nin(h 0 1, 200!, Lange: Smiths General Urology, Si2teenth -dition,
/(3ra4 &ill ' %oston.
Purnomo, %asuki, 200!, Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto ' /alang.
5irby, 6S, 200, n tlas o! Prostatic Diseases, rd ed. )he Parthenon Publishing 3roup'
7ondon.

Вам также может понравиться