YOANISTA ILUS KOTAN (21111103), R. HERNI KUSRIANI.M.Si.,Apt.
ABSTRAK Buah duwet atau jamblang (Syzygium cumini) merupakan salah satu buah tropis yang juga banyak ditemui di Indonesia. Buah ini memiliki banyak kandungan kimia seperti minyak atsiri, tanin, asam galat, gula, dan lain-lain. Salah satu kandungan kimia pada kulit buah duwet adalah antosianin. Antosianin adalah salah satu grup pigmen yang berwarna merah muda sampai biru/ungu, tersebar luas dalam tanaman dan larut dalam air. Karena antosianin merupakan pigmen berwarna dalam tumbuhan maka antosianin dapat digunakan sebagai pewarna alami dalam industri makanan ataupun industri farmasi yang akan lebih aman daripada penggunaan pewarna alami sintetik. Antosianin merupakan senyawa yang tidak stabil, kestabilan antosianin dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, cahaya dan pH. Jenis antosianin dalam buah duwet atau jamblang adalah malvidin 3-glukosida, petunidin 3-glukosida, petunidin 3-rhamnosa, dan beberapa jenis lagi sesuai varietasnya. Antosianin dari buah jamblang atau duwet dapat diambil dengan cara ekstraksi menggunakan metode maserasi, kemudian ekstrak dimurnikan dengan kromatografi kolom. Setelah diperoleh isolat murni kemudian diidentifikasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Menurut beberapa penelitian juga dikatakan bahwa buah duwet atau jamblang juga dapat dijadikan sebagai obat antidiabetes dan antioksidan. Kata kunci: Syzygium cumini, antosianin, pewarna alami ABSTRACT Duwet or jamblang fruit (Syzygium cumini) is a tropical fruit that is also found in Indonesia. This fruit has many chemical constituents such as essential oils, tannins, gallic acid, sugar, and others. One of the chemical constituents of the duwet fruits skin is anthocyanin. Anthocyanins are a group of pigments pink to blue / purple, is widespread in plants and water soluble. Because anthocyanins are colored pigment anthocyanin in the plant can be used as a natural colorant in the food industry or in the pharmaceutical industry that will be safer than synthetic dyes. Anthocyanins are unstable compounds, anthocyanin stability is influenced by several factors such as temperature, light and pH. Types of anthocyanins in the Duwet or jamblang fruit are mal-vidin - 3-glucoside, petunidin - 3-glucoside, petunidin - 3-rhamnosa, and some more types appropriate varieties. Anthocyanin from Duwet fruits can be taken with maceration method, then extracts were purified by column chromatography. After obtaining pure isolates were then identified using UV-Vis spectrophotometer. According to some studies also say that the fruit Duwet or jamblang also can be used as antidiabetic drugs and antioxidants. Keywords: Syzygium cumini, anthocyanin, natural dyes
2014 KAJIAN PUSTAKA ANTOSIANIN DARI BUAH DUWET
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 2
PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Salah satu sumber daya alam itu adalah tanaman. Tanaman bukan hanya dapat dijadikan sebagai sumber pangan tapi dapat dijadikan sebagai sumber pengobatan karena mengandung zat-zat berkhasiat didalamnya. Tanaman yang mengandung zat berkhasiat biasanya dikenal sebagai tanaman obat. Tanaman obat ini sangat bermanfaat dalam dunia farmasi baik sebagai bahan utama atau zat aktif dalam pembuatan obat maupun sebagai zat tambahan. Salah satu zat tambahan dalam industri pembuatan obat adalah zat pewarna. Zat pewarna adalah zat yang ditambahkan dengan tujuan untuk menambah daya tarik obat atau ditujukan untuk membedakan satu obat dengan obat yang lain. Zat pewarna biasanya diperoleh dari hasil sintesis zat kimia karena lebih mudah diperoleh dan lebih murah harganya. Namun seiring berjalannya waktu ternyata penggunaan pewarna sintetik yang non food grade dapat memicu kanker. Oleh karena itu dibutuhkan zat pewarna alami yang lebih aman penggunaannya menurut Hanum (Kukuk Yudiono, 2011). Pewarna alami yang terdapat pada tumbuhan berasal dari pigmen. Pigmen didefenisikan sebagai komponen alami yang terdapat dalam jaringan atau sel tumbuhan yang dapat memberikan warna pada tumbuhan itu. Salah satu tanaman yang memiliki pigmen yang bermanfaat sebagai pewarna adalah jamblang atau duwet. Jamblang atau duwet (Syzygium cumini) merupakan sumber pigmen antosianin yang dapat dijadikan sebagai zat pewarna. Jenis antosianin yang ada pada buah ini antara lain malvidin 3-glukosida, petunidin 3-glukosida, petunidin 3-rhamnosa, dan beberapa jenis lagi sesuai varietasnya. Pigmen antosianin ini berwarna merah, biru, atau violet tergantung pH. Untuk memperoleh suatu pigmen antosianin ini atau pigmen-pigmen lainnya diperlukan metode ekstraksi yang sesuai dengan sifat bahan (sumber pigmen), serta pemilihan jenis pelarut, agar diperoleh rendeman dan stabilitas pigmen yang tinggi (Sari, 2003). KTI ini bertujuan untuk mempelajari tentang jamblang atau duwet (Syzygium cumini) dan berbagai metode untuk memperoleh pigmen antosianin ini.
TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Botani Klasifikasi dari tanaman Syzygium cumini
Gambar 1. Buah duwet AAAAAAAAAAAAA AA 2014 KAJIAN PUSTAKA ANTOSIANIN DARI BUAH DUWET
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 3
(Menurut Sari et al., 2009) Buah duwet merupakan salah satu buah tropis yang juga banyak ditemui di Indonesia. Buah ini dapat ditemukan pada daerah dengan ketinggian 500m diatas permukaan laut. Buah duwet biasanya dikonsumsi secara langsung dalam bentuk buah segar, mempunyai rasa manis, asam, dan sedikit sepat (astringen). Buah ini berbentuk lonjong sampai bulat telur, sering agak bengkok, 1-5 cm, bermahkota cuping kelopak, dengan kulit tipis licin mengkilap, merah tua sampai ungu kehitaman, kadang-kadang putih. Sering dalam gerombolan besar. Daging buah putih, kuning kelabu sampai agak merah ungu, hampir tak berbau, dengan banyak sari buah, sepat masam sampai masam manis. Biji lonjong, sampai 3,5 cm. Buahnya ada yang tak berbiji, ada juga yang berbiji dengan batas jumlah 5. 2. Tinjauan Kimia Buah duwet atau jamblang sendiri mengandung minya atsiri, damar, asam galat, dan glikosida. Sedangkan biji buah duwet atau jamblang mengandung antimelin, jambulol, fitosterin, zat pati, protein, zat samak, asam galat, gula, minyak atsiri dan minyak lemak. Dari sumber lain juga dikatakan bahwa duwet ata jamblang mengandung minyak atsri, fenol (methyl-xanthoxylin), alkaloid (jambosine), asam organik, triterpenoid, resi yang berwarna Kulit duwet atau jamblang sendiri berwarna ungu, ini diakibatakan keberadaan antosianin. Antosianin dapat memberikan warna merah, ungu, violet dan biru pada bunga, buah, daun dan sayur. Buah duwet mengandung antosianin yaitu sianidin, petunidin, dan malvidin ramno-glikosida (Sari et al, 2005). Kadar dan keberadaan dari masing-masing jenis antosianin tersebut beragam pada varietas duwet atau jamblang yang berbada. Dari hasil pengujian kandungan total antosianin monomerik (metoe pH diferensial) buah duwet segar matang mengandung antosianin sebesar 161 mg/100g buah segar. Bagian kulit buah duwet matang mengandung rata-rata sebesar 731mg/100g kulit buah (bb) atau 3430mg/100g (bk). Kandungan antosianin pada kulit buah duwet 4,5 kali lebih banyak dibandingkan pada buah utuh yang segar. Hal ini menunjukan bagian kulit buah duwet berpotensi untuk digunakan sebagai sumber antosianin (Sari et al, 2009). Antosianin Antosianin adalah salah satu grup pigmen yang berwarna merah muda sampai biru/ungu, tersebar luas dalam tanaman dan larut dalam air (Effendi,1991) Antosianin disusun dari sebuah aglikon ( antosianidin ) yang teresterifikasi dengan satu atau lebih gugus gula ( glikon ). Kebanyakan antosianin ditemukan dalam enam bentuk antosianidin,yaitu pelargonidin ,sianidin, peonidin, delfinidin, petunidin,dan malvidin. Gugus gula pada antosianin bervariasi namun kebanyakan dalam bentuk glukosa, ramnosa, galaktosa, atau arabinosa. Gugus gula ini bias dalam bentuk mono atau disakarida dan dapat diasilasi dengan asam fenolat atau asam alifatis. Terdapat sekitar 539 jenis antosianin yang telah diekstrak dari tanaman. Secara visual rumus struktur antosianin disajikan pada Gambar 2
Gambar 2. Struktur antosianin 2014 KAJIAN PUSTAKA ANTOSIANIN DARI BUAH DUWET
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 4
Degradasi antosianin dapat terjadi selama proses ekstraksi, pengolahan makanan, dan penyimpanan. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas antosianin tersebut yaitu adanya modifikasi pada struktur spesifik antosianin (glikosilasi dengan asam alifatik atau aromatic), pH, temperature, cahaya, keberadaan ion logam, oksigen, kadar gula, enzim,dan pengaruh sulfur dioksida. Substansi beberapa gugus kimia pada rangka antosianin dapat mempengaruhi warna yang diekspreikan oleh antosianin dan kestabilannya. Penambahan gugus glikosida atau peningkatan jumlah gugus hidroksi bebas pada cincin A ( Gambar 2 ) menyebakan warna cenderung biru dan relative tidak stabil. Sebaliknya penambahan jumlah gugus metoksi atau metilasi akan menyebabkan warna cenderung merah dan relative stabil. Di dalam larutan , antosianin berada dalam lima bentuk kesetimbangan tergantung pada kondisi pH. Kelima bentuk tersebut yaitu kation flavilium, basa karbinol, kalkon ,basa quinonooidal, dan quinonoidal anionic.Pada pH sangat asam (pH 1-2 ), bentuk dominan antosianin adalah Kation flavilium. Pada bentuk ini,antosianin berada dalam kondisi paling stabil dan paling berwarna. Ketika pH meningkat di atas 4 terbentuk senyawa antosianin berwarna kuning (bentuk kalkon), senyawa berwarna biru (bentuk quinouid) atau senyawa yang tidak berwarna (basa karbinol). Oleh karena pigmen ini paling stabil di pH rendah, aplikasi pigmen antosianin sering digunakan untuk produk-produk seperti minuman ringan,manisan,saus,pikel ,makanan kalengan, dan yoghurt yang bersifat asam. Temperatur juga dapat menggeser kesetimbangan antosianin. Perlakuan panas dapat menyebabkan kesetimbangan antosianin cenderung menuju bentuk yang tidak berwarna, yaitu basa karbinol dan kalkon. Kerusakan akibat pemanasan ini dapat terjadi melalui dua tahap. Pertama hidrolisis terjadi pada ikatan glikosidik antosianin sehingga menghasilkan aglikon-aglikon yang tidak stabil. Kedua, cincin aglikon terbuka membentuk gugus karbinol dan kalkom. Degradasi ini dapat terjadi lebih lanjut jika terdapat oksidator sehingga terbentuk senyawa yang berwarna coklat. Oleh karena itu, pada proses pengolahan pangan , aplikasi pewarna antosianin harus diusahakan pada tahap akhir dimana proses pemanasan sudah minimal . Cahaya seperti halnya panas , mampu mendegradasi pigmen antosianin dan membentuk kalkon yang tidak berwarna. Energi yang dikeluarkan oleh cahaya memicu terjadinya reaksi fitokimia atau fotooksidasi yang dapat mebuka cincin antosianin. Paparan yang lebih lama menyebabkan terjadinya degradasi lanjutan dan terbentuk senyawa turunan lain seperti 2,4,6-trihidroksibenzaldehid dan asam benzoate tersubsitusi. Jenis pelarut antosianin secara nyata mempengaruhi warna yang diekspresikannya. Sifat antosianin yang hidrofilik menyebabkannya sering diekstrak dengan menggunakan pelarut alcohol atu air. Pelarut alcohol menghasilkan warna antosianin yang lebih biru dibandingkan dengan pelarut air. Pengaruh gula terhadap stabilitas antosianin masih menjadi perdebatan. Beberapa sumber menyebutkan bahwa gula dapat menginduksi peningkatan intensitas warna antosianin,terutama pada kondisi sedikit asam. Namun sumber yang lain menyebutkan bahwa keberadaan asam askorbat,asam amino dan fenol juga diketahui 2014 KAJIAN PUSTAKA ANTOSIANIN DARI BUAH DUWET
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 5
dapat mempercepat degradasi antosianin karena keempat senyawa tersebut dapat berkondensasi dengan antosianin menghasilkan phlobafen yang berwarna coklat. 3. Tinjauan Farmakologi Secara tradisional buah duwet atau jamblang digunakan untuk berbagai pengobatan antara lain untuk mengatasi kencing manis, diare, mengerem air seni (ngompol), batuk kronis, sesak napas, dan nyeri lambung. Duwet atau jamblang juga dapat menurunkan kadar gula darah ini ditunjukan oleh beberapa penelitian antara lain: penelitian dari H. Romadhan Subakti, dkk (bagian farmakologi, FK UNPAD) menyatakan bahwa pemberian 10 % ekstrak biji jamblang mampu menurunkan kadar gula darah secara bermakna dengan p < 0,05 dan sangat bermakna dengan p < 0,01 tiga jam setelah perlakuan, sedangkan penelitian dari Atik Purwani, 1992 (Fakultas Biologi, UGM) menyatakan bahwa pemberian perasan daging buah jamblang dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes pada dosis terendah (0,5ml/100g bb) (Dalimartha, Setiawan, 2004) . Kandungan antosianin yang terdapat pada kulit buah duwet atau jamblang sendiri dipercaya dapat memberikan manfaat bagi kesehatan manusia. Antosianin ini diketahui dapat diabsorbsi dalam bentuk molekul utuh dalam lambung menurut Passamonti et al., 2003 (Setyaningrum Arivianin 2010), meskipun absorbsinya jauh dibawah 1%, antosianin setelah ditransport ke tempat yang memiliki aktivitas metabolik tinggi memperlihatkan aktivitas sistemik seperti antineoplastik, antikarsinogenik, antiatherogenik, antiviral, dan efek anti-inflammatory, menurunkan permeabilitas dan fragilitas kapiler dan penghambatan agregasi platelet serta immunitas, semua aktivitas ini didasarkan pada peranannya sebagai antioksidan (Ariviani Setyaningrum, 2010). Antosianin yang tidak terabsorbsi memberikan perlindungan terhadap kanker kolon (Ariviani Setyaningrum, 2010). Antosianin merupakan senyawa flavonoid yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Umumnya senyawa flavonoid berfungsi sebagai antioksidan primer, chelator dan scavenger terhadap superoksida anion. 4. Tinjauan Metode Antosianin dari buah duwet dapat diperoleh dengan cara: - Preparasi Sampel (Menurut Puspita Sari et al., 2009) buah duwet disortasi basah, kemudian kulit buah dipisahkan, dan dikeringkan dengan pengering beku (freez dryer) dan disimpan pada suhu -20C. - Ekstraksi metode yang digunakan adalah metode maserasi dengan pelarut metanol yang diasamkan dengan HCl dan Asam sitrat (pH 1) (Menurut Fani Sari et al., 2013). Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi dan pelarut yang digunakan adalah air yang diasamkan dengan penambahan 1% HCL (Menurut Setyaningrum Ariviani, 2010). Antosianin di ekstrak dengam pelarut metanol yang mengandung 0,1% HCl (Francis, 1982) dan dengan metode maserasi (Menurut Puspita sari et al, 2009).
- Pemantauan ekstrak Pemantauan ekstrak menggunakan metode KLT dengan fase diam silikia gel dan fase gerak yang berbeda, yaitu HCl 1% dan BAA (butanol:asam asetat : air dengan perbandingan 4:1:5; lapisan atas) dan dihitung 2014 KAJIAN PUSTAKA ANTOSIANIN DARI BUAH DUWET
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 6
nilai Rf (Harborne, 1987 : 84). Nilai Rf antosianin dalam fase gerak HCl 1% adalah rendah sampai pertengahan dan nilai Rf antosianin dalam fase gerak BAA adalah sedang (0,10 0,40) (Menurut Supiyanti et al., 2010). - Pemurnian Ekstrak Pemurnian ekstrak antosianin dilakukan berdasarkan metode kromatografi kolom. Hasil ektraksi dimurnikan dengan kromatgrafi kolom menggunakan fasa diam resin poliakrilik Amberlite XAD-7. Fase gerak yang digunakan adalah (1) asetontril (CH 3 CN) 6% (CH 3 CN : TFA : H 2 O), (2) Asetonitril 50% (CH 3 CN : TFA : H 2 O), (3) Asetonitril 99,5% (CH 3 CN : TFA) (Menurut Sadiyah dan kodir, 2012). - Identifikasi Hasil tahap pemurnian yang berupa fraksi-fraksi dari kromatografi kolom kemudian digunakan untuk proses identifikasi antosiann menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Parameter yang diukur adalah puncak-puncak serapan pada panjang gelombang 200-800 nm (Menurut Sadiyah dan kodir, 2012).
- Uji Stabilitas warna Antosianin dipengaruh lingkungan antara lain: 1. Pengaruh Suhu Zat warna dilarutkan dalam. Larutan dipanaskan pada shu 30C dan 80C selama 1 jam. Volume dikembalikan ke volume awal dengan menambah aquades panas, kemudian diukur absorbansinya pada pajang gelombang 400-600nm. 2. Pengaruh lama pemanasan Sepuluh ml dari larutan dimasukkan ke dalam botol kemudian dipanaskan pada suhu 80C selama 3 jam. Volume dikembalian pada volume awal. Setiap interval waktu 1 jam diukur nilai absorbansinya pada pajang gelombang 400-600 nm 3. Pengaruh pH Stabilitas ekstrak pigmen dibuat dalam 3 tingkatan keasaman (pH: 3, 4, 5). Rentetan pigmen dilarutkan dalam buffer asam sitrat sesuai dengan variasi pH. Kemuduian dilakukan pengukuran absorbansi pada panjang gelombang absorbansi 400 600 nm. (Saraswati dan Astutik, 2011)
PEMBAHASAN Duwet atau jamblang (Syzygium cumini) merupakan salah satu buah tropis yang banyak ditemui di Indonesia. Buah ini mempunyai rasa manis, asam, dan sedikit sepat (astringen). Buah duwet atau jamblang sendiri memiliki banyak kandungan kimia didalamnya, antara lain; minyak atsiri, tanin, asam galat, gula, dan lain-lain. Salah satu kandungan dalam buah duwet atau jamblang adalah antosianin. Antosianin pada buah duwet atau jamblang ini banyak terkandung pada kulit buahnya. Kandungan antosianin pada kulit buah duwet atau jamblang inilah yang bertanggung jawab pada warna ungu yang ada dalam buah ini. Karena kandungan antosianin inilah buah duwet atau jamblang dapat dijadikan sebagai sumber pewarna alami. Jenis antosianin yang ada pada buah ini antara lain malvidin 3-glukosida, petunidin 3-glukosida, petunidin 3-rhamnosa, dan beberapa jenis lagi sesuai varietasnya. Antosianin adalah salah satu grup pigmen yang berwarna merah muda sampai biru/ungu, tersebar luas dalam tanaman dan larut dalam air. Antosianin tersusun dari sebuah aglikon ( antosianidin ) yang teresterifikasi dengan satu atau lebih gugus gula ( glikon ). Kebanyakan antosianin ditemukan dalam enam bentuk antosianidin, yaitu pelargonidin, sianidin, peonidin, delfinidin, petunidin,dan malvidin. Antosianin adalah senyawa yang mudah terdegradasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kestabilan antosianin adalah: - Suhu 2014 KAJIAN PUSTAKA ANTOSIANIN DARI BUAH DUWET
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 7
Perlakuan panas dapat menyebabkan keseimbangan antosianin cendrung menuju bentuk yang tidak berwarna (basa karbinol dan basa kalkon). Kerusakan akibat pemanasan melalui dua tahap pertama hidrolisis terjadi pada ikatan glikosidik antosianin sehingga menghasilkan aglikon-aglikon tidak stabil. Kedua cincin aglikon terbuka membentuk gugus karbonil dan kalkom. - Cahaya Cahaya seperti halnya panas, mampu mendegradasi pigmen antosianin dan membentuk kalkon yang tidak berwarna. - pH Warna yang ditimbulkan oleh antosianin tergantung dari tingkat keasaman (pH) lingkungan sekitar sehingga pigmen ini dapat dijadikan sebagai indikator pH. Warna yang ditimbulkan adalah merah (pH 1), biru kemerahan (pH 4), ungu (pH 6), biru (pH 8), hijau (pH 12), dan kuning (pH 13). Untuk mendapatkan warna yang diinginkan, antosianin harus disimpan menggunakan larutan bufer dengan pH yang sesuai. Secara tradisional buah duwet atau jamblang digunakan untuk pengobatan kencing manis, diare, mengerem air seni (ngompol), batuk kronis, sesak napas, dan nyeri lambung. Duwet atau jamblang juga digunakan sebagai antidiabetes karena dapat menurunkan kadar gula darah, ini dibuktikan pada percobaan H. Romadhan Subakti, dkk (bagian farmakologi, FK UNPAD) menyatakan bahwa pemberian 10 % ekstrak biji jamblang mampu menurunkan kadar gula darah secara bermakna dengan p < 0,05 dan sangat bermakna dengan p < 0,01 tiga jam setelah perlakuan, sedangkan penelitian dari Atik Purwani, 1992 (Fakultas Biologi, UGM) menyatakan bahwa pemberian perasan daging buah jamblang dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes pada dosis terendah (0,5ml/100g bb) (Dalimartha, Setiawan, 2004). Ini dikarenakan adanya kandungan tanin yang diduga dapat menghambat metabolisme glukosa di dalam usus halus. Kandungan antosianin dalam buah duwet atau jamblang juga dapat mengobati berbagai penyakit seperti: antineoplastik, antikarsinogenik, antiatherogenik, antiviral, dan efek anti-inflammatory, menurunkan permeabilitas dan fragilitas kapiler dan penghambatan agregasi platelet serta immunitas, semua aktivitas ini didasarkan pada peranannya sebagai antioksidan (Ariviani Setyaningrum, 2010). Antosianin dapat diperoleh dengan cara: pertama dilakukan terlebih dahulu preparasi sampel, kulit buah duwet atau jamblang dikupas dan diblender kemudian dikeringkan dengan pengering beku atau freez dryer ini dikarenakan antosianin tidak stabil pada suhu tinggi sehingga proses pengeringannya sebaiknya tidak menggunakan suhu yang tinggi. Setelah itu dilakukan proses estraksi. Ekstraksi adalah proses pemisahan senyawa dari suatu bahan campuran menggunakan pelarut tertentu. Metode yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah metode maserasi. Proses maserasi merupakan salah satu proses ekstraksi tanpa menggunakan proses pemanasan sehingga aman untuk senyawa-senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan. Menurut beberapa sumber pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi ini adalah air yang diasamkan dengan HCl dan metanol yang diasamkan dengan HCl. Penggunaan air dan metanol dipilih dikarenakan antosianin adalah senyawa polar yang larut dalam senyawa-senyawa polar sehingga dipilihlah air dan metanol yang bersifat polar. Namun dalam sistem pangan sebaiknya tidak menggunakan metanol karena sifatnya yang toksik. Penambahan HCl sendiri 2014 KAJIAN PUSTAKA ANTOSIANIN DARI BUAH DUWET
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 8
bertujuan untuk memeberikan suasana asam karena antosianin bersifat lebih stabil pada pH asam. Selain itu kemampuan mendonorkan hidrogen ( hydrogen-donating activity) dari antosianin meningkat pada kondisi yang semakin asam. pH berpengaruh terhadap efisiensi ekstraksi antosianin dan koefisien difusinya, semakin rendah pH maka koefisien distribusi semakin tinggi. Penggunaan HCl 1% dalam ekstraksi antosianin akan menyebabkan hidrasi sebagian hingga total antosianin yang terasetilasi sehingga akan mempengaruhi absorbsinya dalam tubuh. Setelah ekstrasi maka hasil ekstraksi perlu dipantau untuk mengetahui apakah ekstak yang didapat sudah mengandung antosianin atau belum. Pemantauan dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis. Prinsip kerja kromatografi lapis tipis adalah dengan melihat kemampuan seyawa untuk terikat pada fase diam atau fase gerak dari KLT berdasarkan kepolarannya. Nilai Rf antosianin dengan fase gerak BAA ( butanol : asam asetat : air ) adalah 0,10 0,40. Selanjutnya dilakukan pemurnian untuk memperoleh fraksi-fraksi yang lebih murni. Pemurnian menggunakan metode kromatografi kolom dengan fasa diam berupa resin poliakrilik Amberlite XAD-7 dan menggunakan tiga fase gerak yaitu (1) asetronitril 6%(CH 3 CN : TFA : H 2 O) komposisi ini digunakan untuk elusi pertama (E1), menarik fraksi yang mengandung senyawa-senyawa antosianin gula bebas, asam-asam organik dan asam-asam fenolat, (2) asetonitril 50% (CH 3 CN : TFA : H 2 O) komposisi ini digunakan untuk elusi kedua (E2) menarik fraksi yang mengandung antosianidin, dan (3) Asetonitril 99,5% (CH 3 CN : TFA) komposisi ini digunakan untuk elusi ketiga (E3) menarik fraksi yang mengandung sisa-sisa senyawa fenolat. Dari hasil pengujian Sari et al, 2009 kandungan total antosianin buah duwet segar matang mengandung antosianin sebesar 161 mg/100g buah segar. Dan yang terakhir dilakukan identifikasi antosianin menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 200-800. Panjang gelombang ini dipilih karena antosinanin memiliki serapan maksimum antara panjang gelombang 270-560 nm. Kemudian dilakukan uji stabilitas antosianin untuk mengatahui stabilitas antosianin terhadap pengaruh suhu, pengaruh perubahan pH, dan lama pemanasan.
Dari hasil penelitian Saraswati dan Astutik, 2011 dilihat dari nilai absorbansi sampel pada pemanasan pada suhu 30 o C dan dan pada suhu 80 o C tidak ada perbedaan yag signifikan. Penurunan absorbansi dikarenakan pada suhu tinggi terjadi dekomposisi antosianin dari bentuk aglikon menjadi kalkon (tidak berwarna) dan akhirnya membentuk alfa diketon yang berwarna coklat (Markakis, 1982 dikutip dari Effendi, 1991). Sehingga pada suhu tinggi terjadi penurunan stabilitas atau pemucatan warna pada zat antosianin. Maka pemansan yang lebh baik adalah pemanasan pada suhu 30 o C. Pada percobaan pengaruh lama pemanasan terhadap stabilitas antosianin didapat bahwa semakin lama pemansan maka Gambar 3. Grafik hubungan pengaruh suhu terhadap absorbansi antosianin Gambar 4. Grafik hubungan pengaruh lama pemanasan terhadap absorbansi antosianin Gambar 5. Grafik hubungan pengaruh pH terhadap absorbansi antosianin 2014 KAJIAN PUSTAKA ANTOSIANIN DARI BUAH DUWET
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 9
stabilitas antosianin akan semakin menurun sehingga terjadi pemucatan warna. Sama sepeti pengaruh suhu ini dikarenakan teradinya perubahan struktur pigmen antosianin sehingga bentuk aglikon menjadi kalkon (tidak berwarna) dan akhirnya membentuk alfa diketon yang berwarna coklat. Pada pengujian pengaruh pH didapatkan hasil bahwa adanya kenaikan serapan (absorbansi) dengan menurunnya pH (semakin pH). Semakin rendah nilai pH maka warna konsetrat semakin stabil atau dengan kata lain semakin pH mendekati satu warna akan semakin stabil. Hal ini disebabkan antosianin pada kondisi asam adalah kation flavium sedangkan iti kation flavium dari pigmen antosianin kekurangan elektron sehingga semakin reaktiv (Francis et al,1982 dikutip dari Hanum, 2000).
KESIMPULAN Dari karya tulis ilmiah ini dapat disimpulkan: 1. Buah duwet atau jamblang merupakan salah satu buah tropis yang mengandung minyak atsiri, tanin, asam galat, gula, dan lain-lain. 2. Buah duwet memiiki manfaat utuk mengobati kencing manis, diare, mengerem air seni (ngompol), batuk kronis, sesak napas, nyeri lambung, antidiabetes dan sebagai antioksidan. 3. Kulit dari buah duwet atau jamblang mengandung pigmen pewarna alami antosianin yaitu sianidin, petunidin, dan malvidin ramno-glikosida . 4. Untuk mendapatkan antosianin dari buah duwet atau jamblang dengan cara ekstraksi metode maserasi, pemurnian dengan metode kromatografi kolom, dan identifikasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis 5. Faktor yang mempengaruhi kestabilan antosianin adalah suhu, cahaya, dan pH
DAFTAR PUSTAKA - Agung, Lukman dan Yunita. EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI LIMBAH KULIT UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas L.) METODE MICROWAVE ASSISTED EXTRACTION (Kajian Waktu Ekstraksi dan Rasio Bahan:Pelarut). - Ariviani, Setyaninggrum. 2010. ISOLASI, IDENTIFIKASI, DAN UJI ANTIOKSIDAN SENYAWA ANTOSIANIN DARI BUAH SIKADUDUK (Melastoma malabathricum L.) SERTA APLIKASI SEBAGAI PEWARNA ALAMI. CARAKA TANI. 25 (1): 43-49 - Dalimartha, Setiawan. (2004) Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. 3: 19-23. Jakarta: Trubus Agriwidya - Effendi, W. 1991. Ekstraksi Purifikasi, dan Karakteristik Antosianin dari Kulit manggis (Garcinia mangostana L.). Fakultas Teknologi Pertanian Institu Pertanian Bogor. Bogor - Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. ITB - Mooryati, Soedibyo. 1998. Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan. Jakarta: Balai Pustaka - Qinxue, Ni et al. 2012. Investigation of the stability and antioxidant properties of anthocyanins-based purple potato colorants after processing. African Journal of Biotechnology. 11(14): 3379-3387 - Sadiyah, Esti, Rachmawati dan Kodir, Reza,Abdul. 2012. Studi Awal Kandungan Antosianin Pada Buah Cantigi Ungu (Vaccinium Varingiaef\ Folium (BL.)MIQ) yang Berpotensi Sebagai Suplemen Antioksidan. ISSN. 3(1): 95-100 - Saraswati, N,D dan Astutik, S,E. 2011. Ekstraksi Zat Warna Alami Dari Kulit Manggis Serta Uji Stabilitasnya. 2014 KAJIAN PUSTAKA ANTOSIANIN DARI BUAH DUWET
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung| 10
Semarang: Jurusan Teknik Kimia, Universitas Diponegoro - Sari, Puspita et al. 2005. Ekstaksi dan Stabilitas Antosianin dari Kulit Buah Duwet (Sizygium cumini). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. XVI(2): 142-150 - Sari, Puspita et al.2009.Identifikasi Buah Duwet (Syzigum cumini) menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi-Diode Aray Detection.Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. XX(2), 102-108. - Setiawan, dalimartha. 2004. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 3. Jakarta: Trubus Agriwidya - Sudarsono dan Didik, Gunawan. 2002. Tumbuhan Obat 2. Yogyakarta: UGM - Supiyanti, Wiwin, Wulansari, E,D dan Kusmita, Lia. 2010. UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN PENENTUAN KANDUNGAN ANTOSIANIN TOTAL KULIT BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L). Majalah Obat Tradisional. 15 (2): 64-70 - Wen-jiang Huang, Shao-ling Zhang1, Gai-hua Qin, Le Wenquan and Jun Wu. 2012. Isolation and determination of major anthocyanin pigments in the pericarp of P. communis L. cv. Red Du Comices and their association with antioxidant activity. African Journal of Agricultural Research. Vol. 7(26): 3772-3780 - Yudiono, kukuk. 2011. EKSTRAKSI ANTOSIANIN DARI UBIJALAR UNGU (Ipomoea batatas cv. AYAMURASAKI) DENGAN TEKNIK EKSTRAKSI SUBCRITICAL WATER. Jurnal Teknologi Pangan. Vol.2 No.1. hal 1- 30