Вы находитесь на странице: 1из 745

iii

Kata Pengantar
Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ditetapkan bahwa
operasional BPJS Kesehatan dimulai sejak tanggal 1
Januari 2014.
BPJS Kesehatan sebagai Badan Pelaksana merupakan
badan hokum publik yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi
seluruh rakyat Indonesia. Tujuan diberlakukannya
program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) untuk
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh Pemerintah.
Masyarakat sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional
dan stakeholders terkait, khususnya fasilitas kesehatan
baik tingkat pertama maupun tingkat rujukan, perlu
mengetahui prosedur dan kebijakan pelayanan kesehatan
di era JKN. Untuk itu diperlukan Manual Pelaksanaan JKN
- BPJS Kesehatan yang berisi Kumpulan Panduan Praktis
Layanan BPJS Kesehatan dan Peraturan Pelaksanaannya.
iv
Adapun Manual Pelaksanaan JKN - BPJS Kesehatan ini
terdiri dari:
1. Panduan Layanan bagi Peserta BPJS Kesehatan,
2. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan (Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama, Tingkat Lanjutan dan
Pelayanan Kesehatan Lainnya),
3. Panduan Praktis Administrasi Klaim Fasilitas
Kesehatan BPJS Kesehatan (Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama, Tingkat Lanjutan dan Pelayanan
Kesehatan Lainnya),
4. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Tingkat
Pertama,
5. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Tingkat
Lanjutan,
6. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Lainnya
7. Seputar BPJS Kesehatan (dalam bentuk kumpulan
tanya jawab),
8. Regulasi terkait BPJS Kesehatan.
Diharapkan Manual Pelaksanaan JKN - BPJS Kesehatan
yang berisi Kumpulan Panduan Praktis Layanan BPJS
Kesehatan dan Peraturan Pelaksanaannya ini, dapat
membantu pemahaman tentang hak dan kewajiban
stakeholders terkait baik Dokter/ Dokter Gigi yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, Fasilitas Kesehatan
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, Peserta BPJS
v
Kesehatan, maupun pihak-pihak yang memerlukan
informasi tentang program Jaminan Kesehatan Nasional.
Tentu saja, pada perkembangannya Manual Pelaksanaan
JKN - BPJS Kesehatan yang berisi Kumpulan Panduan
Praktis Layanan BPJS Kesehatan dan Peraturan
Pelaksanaannya ini dapat saja direvisi dan diterapkan
berdasarkan dinamika pelayanan yang dapat berkembang
menurut situasi dan kondisi di lapangan serta perubahan
regulasi terbaru.
Selamat membaca. Semoga bermanfaat.
Direktur Utama BPJS Kesehatan
Dr. dr. Fachmi Idris, M.Kes.
w
viii
1
BAB I KEPESERTAAN
2
3
PESERTA JAMINAN KESEHATAN
Setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja
paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah
membayar iuran, meliputi :
1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI)
: fakir miskin dan orang tidak mampu, dengan
penetapan peserta sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
(Non PBI), terdiri dari :
Pekerja Penerima Upah dan anggota
keluarganya
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota TNI;
c. Anggota Polri;
d. Pejabat Negara;
4
e. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
f. Pegawai Swasta; dan
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sd f
yang menerima Upah.
Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia
paling singkat 6 (enam) bulan
Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota
keluarganya
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja
mandiri; dan
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang
bukan penerima Upah
Termasuk WNA yang bekerja di Indonesia
paling singkat 6 (enam) bulan
Bukan Pekerja dan anggota keluarganya
a. Investor;
b. Pemberi Kerja;
c. Penerima Pensiun, terdiri dari :
- Pegawai Negeri Sipil yang berhenti
dengan hak pensiun;
- Anggota TNI dan Anggota Polri yang
5
berhenti dengan hak pensiun;
- Pejabat Negara yang berhenti dengan
hak pensiun;
- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari
penerima pensiun yang mendapat hak
pensiun;
- penerima pensiun lain; dan
- Janda, duda, atau anak yatim piatu dari
penerima pensiun lain yang mendapat
hak pensiun.
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan;
f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari
Veteran atau Perintis Kemerdekaan; dan
g. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a
sd e yang mampu membayar iuran.
ANGGOTA KELUARGA YANG DITANGGUNG
1. Pekerja Penerima Upah :
Keluarga inti meliputi istri/suami dan anak yang
sah (anak kandung, anak tiri dan/atau anak
angkat), sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
6
Anak kandung, anak tiri dari perkawinan
yang sah, dan anak angkat yang sah, dengan
kriteria:
a. Tidak atau belum pernah menikah atau
tidak mempunyai penghasilan sendiri;
b. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun
atau belum berusia 25 (dua puluh lima)
tahun yang masih melanjutkan pendidikan
formal.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja :
Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga
yang diinginkan (tidak terbatas).
3. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga
tambahan, yang meliputi anak ke-4 dan seterusnya,
ayah, ibu dan mertua.
4. Peserta dapat mengikutsertakan anggota keluarga
tambahan, yang meliputi kerabat lain seperti
Saudara kandung/ipar, asisten rumah tangga, dll
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA
Hak Peserta
1. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah
untuk memperoleh pelayanan kesehatan;
7
2. Memperoleh manfaat dan informasi tentang
hak dan kewajiban serta prosedur pelayanan
kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
3. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan; dan
4. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan
saran secara lisan atau tertulis ke Kantor BPJS
Kesehatan.
Kewajiban Peserta
1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta
membayar iuran yang besarannya sesuai dengan
ketentuan yang berlaku ;
2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena
pernikahan, perceraian, kematian, kelahiran,
pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan
tingkat I;
3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang
atau dimanfaatkan oleh orang yang tidak berhak.
4. Mentaati semua ketentuan dan tata cara
pelayanan kesehatan.
8
PENDAFTARAN MENJADI PESERTA
Proses pendaftaran menjadi peserta BPJS Kesehatan
dapat dilakukan secara kolektif maupun perorangan,
dengan ketentuan sebagai berikut :
I. PEKERJA PENERIMA UPAH
A. Pendaftaran secara kolektif :
Mengisi dan menyerahkan Formulir Daftar
Isian Peserta serta melampirkan Pas foto
berwarna terbaru ukuran 3 x 4 cm masing-
masing 1 (satu) lembar.
Pendaftaran secara berkelompok kolektif
disampaikan dalam bentuk format data
yang disepakati.
B. Pendaftaran secara perorangan :
a. Pemberi Kerja Penyelenggara Negara, terdiri
dari :
1) Pejabat Negara : Mengisi Formulir Daftar
Isian Peserta (FDIP) dilampiri dengan pas
foto berwarna terbaru masing-masing
1 (satu) lembar ukuran 3 cm x 4 cm
(kecuali bagi anak usia balita), serta
9
menunjukkan / memperlihatkan
dokumen sebagai berikut :
a) Asli/foto copy petikan SK Penetapan
sebagai Pejabat Negara yang
dilegalisasi;
b) Asli/foto copy Daftar Gaji yang
dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja;
c) Asli/foto copy KP4 yang dilegalisasi;
d) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan
KTP (diutamakan KTP elektronik);
e) Foto copy surat nikah;
f) Foto copy akte kelahiran anak/surat
keterangan lahir/SK Pengadilan
Negeri untuk anak angkat;
g) Surat Keterangan dari sekolah/
perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan
usia ke 25 tahun).
2) Pegawai Negeri Sipil ; Mengisi Formulir
Daftar Isian Peserta (FDIP) yang di tanda
tangani oleh pimpinan unit kerja dan
stempel unit kerja. Daftar Isian Peserta
dilampiri dengan pas foto terbaru
masing-masing 1 (satu) lembar ukuran
10
3x4 cm (kecuali bagi anak usia balita);
serta menunjukkan/ memperlihatkan
dokumen sebagai berikut :
a) Asli/foto copy SK PNS terakhir;
b) Asli/foto copy Daftar Gaji yang
dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja;
c) Asli/foto copy KP4 yang dilegalisasi
d) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan
KTP (diutamakan KTP elektronik);
e) Foto copy surat nikah;
f) Foto copy akte kelahiran anak/surat
keterangan lahir/SK Pengadilan
Negeri untuk satu anak angkat yang
ditanggung;
g) Surat Keterangan dari sekolah/
perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan
usia ke 25 tahun).
3) Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan
pada BUMN/BUMD ; Mengisi Formulir
Daftar Isian Peserta (FDIP) yang di tanda
tangani oleh pimpinan unit kerja dan
stempel unit kerja. Daftar Isian Peserta
11
dilampiri dengan pas foto terbaru
masing-masing 1 (satu) lembar ukuran
3x4 cm (kecuali bagi anak usia balita);
serta menunjukkan/ memperlihatkan
dokumen sebagai berikut :
a) Asli/foto copy SK PNS yang
dipekerjakan pada BUMN/BUMD;
b) Asli/foto copy Daftar Gaji yang
dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja;
c) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan
KTP (diutamakan KTP elektronik);
d) Foto copy surat nikah;
e) Foto copy akte kelahiran anak/surat
keterangan lahir/SK Pengadilan
Negeri untuk anak angkat;
f) Surat Keterangan dari sekolah/
perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan
usia ke 25 tahun).
4) Anggota TNI dan POLRI ; Mengisi
Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP)
dengan melampirkan pas foto terbaru
masing-masing 1 (satu) lembar ukuran
12
3x4 cm (kecuali bagi anak usia balita)
serta menunjukkan/memperlihatkan
dokumen sebagai berikut :
a) Asli/foto copy SK kepangkatan
terakhir;
b) Asli/foto copy Daftar Gaji yang
dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja;
c) Asli/foto copy KU 1 yang dilegalisasi;
d) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan
KTP (diutamakan KTP elektronik);
e) Foto copy surat nikah;
f) Foto copy akte kelahiran anak/surat
keterangan lahir/SK Pengadilan
Negeri untuk satu anak angkat yang
ditanggung;
g) Surat Keterangan dari sekolah/
perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan
usia 25 tahun).
5) Pejabat Negara Non Pegawai Negeri
(Presiden, Menteri, Gubernur/Wkl
Gubernur, Bupati/Wkl Bupati, Walikota/
13
Wakil Walikota, DPR, DPD, DPRD) ;
Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta
(FDIP) dengan melampirkan pas
foto berwarna terbaru ukuran 3x4
cm masing-masing 1 (satu) lembar
(kecuali bagi anak usia balita) serta
menunj ukkan/memperl i hatkan
dokumen sebagai berikut :
a. Asli/foto copy SK pengangkatan
sebagai pejabat Negara;
b. Asli/foto copy Kartu Keluarga dan
KTP (diutamakan KTP elektronik);
c. Foto copy surat nikah;
d. Foto copy akte kelahiran anak/surat
keterangan lahir/SK Pengadilan
Negeri untuk anak angkat;
e. Surat Keterangan dari sekolah/
perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan
usia 25 tahun).
6) Pegawai Pemerintah Non Pegawai
Negeri; Mengisi Formulir Daftar Isian
14
Peserta (FDIP) dengan melampirkan
pas foto berwarna terbaru ukuran 3x4
cm masing-masing 1 (satu) lembar
(kecuali bagi anak usia balita) serta
menunj ukkan/memperl i hatkan
dokumen sebagai berikut :
a) Asli/foto copy SK Pengangkatan dari
kementerian/lembaga;
b) Asli/foto copy Daftar Gaji yang
dilegalisasi oleh pimpinan unit kerja;
c) Foto copy KTP (diutamakan KTP
elektronik);
d) Foto copy surat nikah;Foto copy akte
kelahiran anak/surat keterangan
lahir/SK Pengadilan Negeri untuk
anak angkat;
e) Surat Keterangan dari sekolah/
perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan
usia 25 tahun).
b. Pegawai Swasta/Badan Usaha/Badan
Lainnya; Mengisi Formulir Daftar Isian
Peserta (FDIP) dengan melampirkan pas
15
foto berwarna terbaru ukuran 3x4 cm
masing-masing 1 (satu) lembar (kecuali
bagi anak usia balita) serta menunjukkan/
memperlihatkan dokumen sebagai
berikut :
1) Bukti diri sebagai Tenaga Kerja /
karyawan aktif pada perusahaan;
2) Perjanjian Kerja / SK pengangkatan
sebagai pegawai;
3) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP
(diutamakan KTP elektronik);;
4) Bukti potongan iuran Jaminan
Kesehatan;
5) Foto copy surat nikah;
6) Foto copy akte kelahiran anak/surat
keterangan lahir/SK Pengadilan Negeri
untuk anak angkat;
7) Bagi WNA menunjukan Kartu Ijin Tinggal
Sementara/Tetap (KITAS/KITAP).
II. PEKERJA BUKAN PENERIMA UPAH
A. Pendaftaran secara kolektif :
16
Mengisi dan menyerahkan Formulir Daftar
Isian Peserta serta melampirkan Pas foto
berwarna terbaru ukuran 3 x 4 cm masing-
masing 1 (satu) lembar.
Pendaftaran secara berkelompok kolektif
disampaikan dalam bentuk format data
yang disepakati.
B. Pendaftaran secara perorangan :
1) Pekerja diluar Hubungan Kerja atau Pekerja
Mandiri ; Mengisi Formulir Daftar Isian
Peserta (FDIP) serta melampirkan pas foto
terbaru masing-masing 1 (satu) lembar
ukuran 3x4 cm (kecuali bagi anak usia balita),
serta menunjukkan/memperlihatkan
dokumen sebagai berikut :
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP
(diutamakan KTP elektronik);
b) Foto copy surat nikah
c) Foto copy akte kelahiran anak/
surat keterangan lahir yang menjadi
tanggungan.
17
d) Bagi WNA menunjukan Kartu Ijin
Tinggal Sementara/Tetap (KITAS/
KITAP).
2) Kelompok Paguyuban/Koperasi/Asosiasi ;
Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP)
dengan melampirkan pas foto terbaru
masing-masing 1 (satu) lembar ukuran 3
cm x 4 cm (kecuali bagi anak usia balita),
serta menunjukkan/memperlihatkan
dokumen sebagai berikut :
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP
(diutamakan KTP elektronik);
b) Bagi WNA menunjukan Kartu Ijin
Tinggal Sementara/Tetap (KITAS/
KITAP)
III. BUKAN PEKERJA
A. Pendaftaran secara kolektif :
Jumlah anggota kelompok minimal 2 (dua)
anggota;
Mengisi dan menyerahkan Formulir Daftar
Isian Peserta serta melampirkan Pas foto
18
berwarna terbaru ukuran 3 cm x 4 cm
masing-masing 1 (satu) lembar.
Pendaftaran secara berkelompok kolektif
disampaikan dalam bentuk format data
yang disepakati.
B. Pendaftaran secara perorangan :
1) Investor ; Mengisi Formulir Daftar Isian
Peserta (FDIP) dan melampirkan Pas
foto terbaru ukuran 3 x 4 cm sejumlah
1 (satu) lembar, dengan menunjukan/
memperlihatkan :
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP
b) Bagi WNA menunjukan Kartu Ijin Tinggal
Sementara/Tetap (KITAS/KITAP).
2) Pemberi Kerja ; Mengisi Formulir Daftar
Isian Peserta (FDIP)dan melampirkan pas
foto terbaru ukuran 3x4 cm sejumlah 1
(satu) lembar, dengan menunjukan/
memperlihatkan:
19
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP
b) Bagi WNA menunjukan Kartu Ijin Tinggal
Sementara/Tetap (KITAS/KITAP).
3) Penerima Pensiun :
Penerima Pensiun PNS ; Mengisi
Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) serta
melampirkan pas foto terbaru ukuran 3
x 4 cm sejumlah 1 (satu) lembar, dengan
menunjukan/memperlihatkan:
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP;
b) Asli/fotocopy surat tanda bukti
penerima pensiun atau KARIP;
c) Fotocopy surat nikah
d) Asli/Fotocopy akte kelahiran anak/
keterangan lahir, surat keputusan
pengadilan negeri untuk anak
angkat;
e) Surat keterangan sekolah /
perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan
25 tahun).
20
Penerima Pensiun Pejabat Negara ;
Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta
(FDIP) dan melampiri pas foto terbaru
ukuran 3 x 4 cm sejumlah 1 (satu)
lembar dengan menunjukan /
memperlihatkan :
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP
b) Fotocopy surat tanda bukti penerima
pensiun atau KARIP
c) Fotocopy surat nikah, akte kelahiran
anak/keterangan lahir, surat
keputusan pengadilan negeri untuk
anak angkat .
d) Surat keterangan sekolah /
perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan
25 tahun).
Penerima Pensiun TNI dan POLRI ;
Mengisi Formulir Daftar Isian Peserta
(FDIP) dan melampirkan pas foto
terbaru ukuran 3 x 4 cm sejumlah 1
(satu) lembar dengan menunjukan /
memperlihatkan :
21
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP;
b) Fotocopy surat tanda bukti penerima
pensiun atau Kartu tanda peserta
ASABRI;
c) Fotocopy surat nikah;
d) Fotocopy akte kelahiran anak/
keterangan lahir, surat keputusan
pengadilan negeri untuk anak
angkat;
e) Surat keterangan sekolah /
perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan
25 tahun).
Perintis Kemerdekaan; Mengisi
Formulir Daftar Isian Peserta (FDIP) dan
melampiri pas foto terbaru ukuran 3 x
4 cm sejumlah 1 (satu) lembar dengan
menunjukan / memperlihatkan :
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP;
b) SKEP Perintis Kemerdekaan;
c) Fotocopy surat nikah
22
d) Fotocopy akte kelahiran anak/
keterangan lahir, surat keputusan
pengadilan negeri untuk anak
angkat;
e) Surat keterangan sekolah /
perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan
25 tahun).
Veteran; Mengisi Formulir Daftar Isian
Peserta (FDIP) dan melampirkan pas
foto terbaru ukuran 3 x 4 cm sejumlah
1 (satu) lembar dengan menunjukan /
memperlihatkan :
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga/KTP;
b) Asli/foto copy piagam petikan SK
Pengesahan Gelar Kehormatan
Veteran RI;
c) Fotocopy surat nikah;
d) Fotocopy akte kelahiran anak/
keterangan lahir, surat keputusan
pengadilan negeri untuk anak
angkat;
23
e) Surat keterangan sekolah /
perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan
25 tahun).
Penerima Program Pensiun Badan Usaha/
Badan Lainnya; Mengisi Formulir Daftar
Isian Peserta (FDIP) dan melampirkan
pas foto terbaru ukuran 3 cm x 4
cm sejumlah 1 (satu) lembar dengan
menunjukan /memperlihatkan asli/
foto copy Kartu Keluarga dan KTP.
Janda/Duda/Anak Yatim/Anak Piatu
dan Anak Yatim Piatu dari Penerima
Pensiun PNS / TNI / Polri / Pejabat Negara
/ Veteran/Perintis Kemerdekaan; dengan
ketentuan mengisi Formulir Daftar Isian
Peserta (FDIP) dan melampiri pas foto
terbaru ukuran 3 x 4 cm sejumlah 1
(satu) lembar dengan menunjukan /
memperlihatkan:
a) Asli/foto copy Kartu Keluarga dan
KTP;
24
b) Surat Keputusan Janda/Duda/Anak
Yatim/Anak Piatu dan Anak Yatim
Piatu;
c) Fotocopy akte kelahiran anak/
keterangan lahir, surat keputusan
pengadilan negeri untuk anak
angkat;
d) Surat keterangan sekolah /
perguruan tinggi (bagi anak berusia
lebih dari 21 tahun sampai dengan
25 tahun).
4) Pekerja Informal ; Mengisi Formulir Daftar
Isian Peserta (FDIP) dan melampirkan pas
foto terbaru ukuran 3 x 4 cm sejumlah
1 (satu) lembar dengan menunjukan /
memperlihatkan asli/foto copy Kartu
Keluarga dan KTP
Anggota Keluarga Lain
Anggota keluarga lain dapat diikutsertakan dengan
ketentuan : membayar iuran, mengisi Formulir
Daftar Isian Peserta (FDIP) dan melampirkan pas
foto terbaru ukuran 3 x 4 cm sejumlah 1 (satu)
25
lembar dengan menunjukan / memperlihatkan
asli/foto copy Kartu Keluarga dan KTP dan bagi
WNA menunjukan Kartu Ijin Tinggal Sementara/
Tetap (KITAS/KITAP).
PERUBAHAN DATA KEPESERTAAN
1. Peserta melapor ke BPJS Kesehatan dan akan
mendapatkan penggantian kartu apabila terjadi
hal-hal berikut ini :
a. Kartu Peserta hilang
Surat pernyataan hilang dari yang
bersangkutan (bermaterai cukup)
Menunjukan KTP atau Kartu Keluarga
yang berlaku
b. Kartu Peserta rusak / data pada kartu salah
Menyerahkan kartu peserta yang rusak
/ data salah
Menunjukkan Kartu Tanda
Penduduk(KTP) asli.
2. Peserta melapor ke BPJS Kesehatan tanpa
mendapatkan penggantian kartu apabila terjadi
hal-hal berikut ini :
26
a. Pindah Puskesmas/Dokter Keluarga/Dokter
Gigi
Dapat dilakukan minimal setelah 3
(tiga) bulan peserta terdaftar pada
Puskesmas/Dokter Keluarga/Dokter
Gigi sebelumnya.
Mengisi Formulir Perubahan Data
Peserta (FPDP) dan menunjukkan Asli/
foto copy Kartu Peserta
b. Pindah Tempat Tinggal
Mengisi Formulir Perubahan Data
Peserta (FPDP) dan menunjukkan :
Asli Kartu Peserta
Asli KTP atau surat keterangan pindah
domisili
c. Pindah Tempat Bekerja
Mengisi Formulir Perubahan Data
Peserta (FPDP) dan menunjukkan :
Asli Kartu Peserta
Asli SK mutasi/pindah tempat bekerja
d. Perubahan Golongan Kepangkatan
Mengisi Formulir Perubahan Data
Peserta (FPDP) dan menunjukkan :
Asli Kartu Peserta
27
Asli SK kenaikan Golongan
Kepangkatan
e. Perubahan Jenis Kepesertaan (PNS aktif
menjadi Penerima Pensiun)
Mengisi Formulir Perubahan Data
Peserta (FPDP) dan menunjukkan :
Asli Kartu Peserta
Asli SK Pensiun
f. Perubahan Daftar Susunan Keluarga
Pernikahan
- Mengisi Formulir Perubahan Data
Peserta (FPDP) dan menunjukkan :
- Foto copy Surat Nikah
- Foto copy daftar gaji yang dilegalisir
(bagi PNS aktif)
- Pas foto berwarna terbaru bagi
Isteri/Suami ukuran 3x4 cm
sebanyak 1 (satu) lembar
- Foto copy akte kelahiran anak/
surat keterangan kelahiran/akta
dari pengadilan negeri apabila
terjadi penambahan anak maupun
anak angkat.
Pergantian anak
28
Bagi Pekerja Penerima Upah, jumlah
anak yang dijamin maksimal 3 (tiga)
orang. Apabila terdapat pengurangan
jumlah anak karena sudah menikah/
telah mempunyai penghasilan sendiri/
meninggal dapat digantikan anak
lain, dengan melampirkan Pasfoto
berwarna terbaru ukuran 3 x 4 cm
sebanyak 1 (satu) lembar bagi anak
yang menggantikan (kecuali bagi anak
usia Balita) dan menyerahkan kartu
peserta anak yang akan digantikan
serta menunjukkan :
- Foto copy akte kelahiran anak /
surat keterangan kelahiran anak
yang menggantikan.
- Asli / Foto copy kartu keluarga
- Fotocopy daftar gaji yang dilegalisir
g. Pengurangan peserta
Meninggal Dunia
- Foto copy Surat Keterangan
Kematian dan
- Menyerahkan kartu peserta yang
meninggal dunia.
29
Perceraian
- Surat penetapan akta perceraian
dari Pengadilan
- Menyerahkan asli kartu peserta
isteri / suami.
IURAN
1. Bagi peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan
Kesehatan iuran dibayar oleh Pemerintah.
2. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang
bekerja pada Lembaga Pemerintahan terdiri dari
Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI, anggota Polri,
pejabat negara, dan pegawai pemerintah non
pegawai negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji
atau Upah per bulan dengan ketentuan : 3% (tiga
persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua
persen) dibayar oleh peserta.
3. Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang
bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta sebesar
4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji atau
Upah per bulan dengan ketentuan: 4% (empat
30
persen) dibayar oleh Pemberi Kerja dan 0,5% (nol
koma lima persen) dibayar oleh Peserta.
4. Iuran untuk keluarga tambahan Pekerja Penerima
Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya,
ayah, ibu dan mertua, besaran iuran sebesar
sebesar 1% (satu persen) dari dari gaji atau
upah per orang per bulan, dibayar oleh pekerja
penerima upah.
5. Iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah
(seperti saudara kandung/ipar, asisten rumah
tangga, dll); peserta pekerja bukan penerima upah
serta iuran peserta bukan pekerja adalah sebesar:
a. Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus
rupiah) per orang per bulan dengan manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
b. Rp. 42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus
rupiah) per orang per bulan dengan manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
c. Rp. 59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima
ratus rupiah) per orang per bulan dengan
manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
31
6. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis
Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak yatim
piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan,
iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen)
dari 45% (empat puluh lima persen) gaji pokok
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan
masa kerja 14 (empat belas) tahun per bulan,
dibayar oleh Pemerintah.
7. Pembayaran iuran paling lambat tanggal 10
(sepuluh) setiap bulan
DENDA KETERLAMBATAN PEMBAYARAN
IURAN
1. Keterlambatan pembayaran Iuran untuk Pekerja
Penerima Upah dikenakan denda administratif
sebesar 2% (dua persen) per bulan dari total iuran
yang tertunggak paling banyak untuk waktu 3
(tiga) bulan, yang dibayarkan bersamaan dengan
total iuran yang tertunggak oleh Pemberi Kerja.
2. Keterlambatan pembayaran Iuran untuk Peserta
Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja
32
dikenakan denda keterlambatan sebesar 2% (dua
persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak
paling banyak untuk waktu 6 (enam) bulan yang
dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang
tertunggak.
PENGHENTIAN PELAYANAN KESEHATAN
1. Bagi Pekerja Penerima Upah, jika terjadi
keterlambatan pembayaran iuran lebih dari 3 (tiga)
bulan, maka pelayanan kesehatan dihentikan
sementara.
2. Bagi Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan
Pekerja, jika terjadi keterlambatan pembayaran
Iuran lebih dari 6 (enam) bulan, maka pelayanan
kesehatan dihentikan sementara.
33
GOLONGAN KEPANGKATAN
1. Penyetaraan Golongan PNS dengan TNI dan POLRI :
11
GOLONGAN KEPANGKATAN
1. Penyetaraan Golongan PNS dengan TNI dan POLRI :
GOL Ruang PNS POLRI TNI Angkatan Darat TNI Angkatan Laut TNI Angkatan Udara
IV X Perwira Tinggi
Jenderal Polisi Jenderal Laksamana Marsekal
X Komisaris Jenderal Polisi Letnan Jenderal Laksamana Madya Marsekal Madya
E Pembina Utama Inspektur Jenderal Polisi Mayor Jenderal Laksamana Muda Marsekal Muda
D Pembina Utama Madya Brigadir Jenderal Polisi Brigadir Jenderal Laksamana Pertama Marsekal Pertama
Perwira Menengah
C Pembina Utama Muda Komisaris Besar Polisi Kolonel Kolonel Kolonel
B Pembina Tkt I Ajun Komisaris Besar Polisi Letnan Kolonel Letnan Kolonel Letnan Kolonel
A Pembina Komisaris Polisi Mayor Mayor Mayor
Perwira Pertama
III D Penata Tingkat I
C Penata Ajun Komisaris Polisi Kapten Kapten Kapten
B Penata Muda Tingkat I Inspektur Polisi Satu Letnan Satu Letnan Satu Letnan Satu
A Penata Muda Inspektur Polisi Dua Letnan Dua Letnan Dua Letnan Dua
Bintara Tinggi
II F X Ajun Inspektur Polisi Satu Pembantu Letnan Satu Pembantu Letnan Satu Pembantu Letnan Satu
E X Ajun Inspektur Polisi Dua Pembantu Letnan Dua Pembantu Letnan Dua Pembantu Letnan Dua
Bintara
D Pengatur Tingkat I Brigadir Polisi Kepala Sersan Mayor Sersan Mayor Sersan Mayor
C Pengatur Brigadir Polisi Sersan Kepala Sersan Kepala Sersan Kepala
B Pengatur Muda Tingkat I Brigadir Polisi Satu Sersan Satu Sersan Satu Sersan Satu
A Pengatur Muda Brigadir Polisi Dua Sersan Dua Sersan Dua Sersan Dua
Tamtama Kepala
I F X Ajun Brigadir Polisi Kopral Kepala Kopral Kepala Kopral Kepala
E X Ajun Brigadir Polisi Satu Kopral Satu Kopral Satu Kopral Satu
D Juru Tingkat I Ajun Brigadir Polisi Dua Kopral Dua Kopral Dua Kopral Dua
Tamtama
C Juru Bhayangkara Kepala Prajurit Kepala Kelasi Kepala Prajurit Kepala
B Juru Muda Tingkat I Bhayangkara Satu Prajurit Satu Kelasi Satu Prajurit Satu
A Juru Muda Bhayangkara Dua Prajurit Dua Kelasi Dua Prajurit Dua
2. Pejabat Negara, Penerima Pensiun Pejabat Negara dan Perintis Kemerdekaan
disetarakan PNS Golongan IV.
3. Veteran disetarakan dengan PNS Golongan III.
34
2. Pejabat Negara, Penerima Pensiun Pejabat Negara
dan Perintis Kemerdekaan disetarakan PNS
Golongan IV.
3. Veteran disetarakan dengan PNS Golongan III.
FASILITAS KESEHATAN BAGI PESERTA
Fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan terdiri dari:
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama :
a. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Non Perawatan dan Puskesmas Perawatan
(Puskesmas dengan Tempat Tidur).
b. Fasilitas Kesehatan milik Tentara Nasional
Indonesia (TNI)
TNI Angkatan Darat : Poliklinik kesehatan
dan Pos Kesehatan.
TNI Angkatan Laut : Balai kesehatan A
dan D, Balai Pengobatan A, B, dan C,
Lembaga Kesehatan Kelautan dan Lembaga
Kedokteran Gigi.
TNI Angkatan Udara : Seksi kesehatan TNI
35
AU, Lembaga Kesehatan Penerbangan
dan Antariksa (Laksepra) dan Lembaga
Kesehatan Gigi & Mulut (Lakesgilut)
c. Fasilitas Kesehatan milik Polisi Republik
Indonesia (POLRI), terdiri dari Poliklinik Induk
POLRI, Poliklinik Umum POLRI, Poliklinik Lain
milik POLRI dan Tempat Perawatan Sementara
(TPS) POLRI.
d. Praktek Dokter Umum / Klinik Umum, terdiri
dari Praktek Dokter Umum Perseorangan,
Praktek Dokter Umum Bersama, Klinik Dokter
Umum / Klinik 24 Jam, Praktek Dokter Gigi,
Klinik Pratama, RS Pratama.
2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan :
a. Rumah Sakit, terdiri dari RS Umum (RSU), RS
Umum Pemerintah Pusat (RSUP), RS Umum
Pemerintah Daerah (RSUD), RS Umum TNI, RS
Umum Bhayangkara (POLRI), RS Umum Swasta,
RS Khusus, RS Khusus Jantung (Kardiovaskular),
RS Khusus Kanker (Onkologi), RS Khusus
Paru, RS Khusus Mata, RS Khusus Bersalin, RS
Khusus Kusta, RS Khusus Jiwa, RS Khusus Lain
36
yang telah terakreditasi, RS Bergerak dan RS
Lapangan.
b. Balai Kesehatan, terdiri dari : Balai Kesehatan
Paru Masyarakat, Balai Kesehatan Mata
Masyarakat, Balai Kesehatan Ibu dan Anak dan
Balai Kesehatan Jiwa
3. Fasilitas kesehatan penunjang yang tidak
bekerjasama secara langsung dengan BPJS
Kesehatan namun merupakan jejaring dari fasilitas
kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan, meliputi :
a. Laboratorium Kesehatan
b. Apotek
c. Unit Transfusi Darah
d. Optik
MANFAAT AKOMODASI RAWAT INAP
1. Ruang perawatan kelas III bagi:
37
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan; dan
b. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas III.
2. Ruang Perawatan kelas II bagi:
a. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan
golongan ruang II beserta anggota keluarganya;
b. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota
TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya;
c. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota
Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya;
d. Peserta Pekerja Penerima Upah dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan gaji
atau upah sampai dengan 1,5 (satu setengah)
kali penghasilan tidak kena pajak dengan status
kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota
keluarganya; dan
38
e. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas II;
3. Ruang perawatan kelas I bagi:
a. Pejabat Negara dan anggota keluarganya;
b. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun
pegawai negeri sipil golongan ruang III
dan golongan ruang IV beserta anggota
keluarganya;
c. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota
TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang III dan golongan ruang IV beserta
anggota keluarganya;
d. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota
Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang III dan golongan ruang IV beserta
anggota keluarganya;
e. Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta
anggota keluarganya;
f. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran
atau Perintis Kemerdekaan;
39
g. Peserta Pekerja Penerima Upah bulanan dan
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
dengan gaji atau upah diatas 1,5 (satu setengah)
sampai dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak
kena pajak dengan status kawin dengan 1
(satu) anak, beserta anggota keluarganya; dan
h. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
Manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas I.
PELAYANAN KESEHATAN YANG DIJAMIN
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi
pelayanan kesehatan non spesialistik yang
mencakup:
a. Administrasi pelayanan;
b. Pelayanan promotif dan preventif;
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
medis;
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif
maupun non operatif;
40
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan
medis;
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik
laboratorium tingkat pratama; dan
h. Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan
indikasi medis.
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
meliputi pelayanan kesehatan rawat jalan dan
rawat inap, yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan;
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
spesialistik oleh dokter spesialis dan subspesialis;
c. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun
non bedah sesuai dengan indikasi medis;
d. Pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai;
e. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan
sesuai dengan indikasi medis;
f. Rehabilitasi medis;
41
g. Pelayanan darah;
h. Pelayanan kedokteran forensik klinik;
i. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal
setelah dirawat inap di fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan bpjs kesehatan, berupa
pemulasaran jenazah tidak termasuk peti mati
dan mobil jenazah;
j. Perawatan inap non intensif; dan
k. Perawatan inap di ruang intensif.
3. Persalinan yang ditanggung BPJS Kesehatan di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama maupun
Tingkat Lanjutan adalah persalinan sampai dengan
anak ketiga, tanpa melihat anak hidup/meninggal.
4. Ambulan hanya diberikan untuk pasien rujukan
dari Fasilitas Kesehatan satu ke fasilitas kesehatan
lainnya, dengan tujuan menyelamatkan nyawa
pasien.
42
ALUR PELAYANAN KESEHATAN
TATA CARA MENDAPATKAN PELAYANAN
KESEHATAN
1. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
a. Setiap peserta harus terdaftar pada satu fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang telah bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan.
b. Peserta memperoleh pelayanan kesehatan pada
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat
Peserta terdaftar.
43
c. Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat
inap di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
sesuai dengan indikasi medis.
2. Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjutan
a. Peserta datang ke BPJS Center Rumah Sakit
dengan menunjukkan Kartu Peserta dan
menyerahkan surat rujukan dari Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama / surat perintah
kontrol pasca rawat inap
b. Peserta menerima Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
untuk mendapatkan pelayanan lanjutan.
c. Peserta dapat memperoleh pelayanan rawat
inap di Fasilitas Kesehatan tingkat lanjutan
sesuai dengan indikasi medis.
3. Pelayanan Kegawat Daruratan (Emergency):
a. Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan
kesehatan yang harus diberikan secepatnya
untuk mencegah kematian, keparahan dan
atau kecacatan, sesuai dengan kemampuan
fasilitas kesehatan.
44
b. Peserta yang memerlukan pelayanan gawat
darurat dapat langsung memperoleh
pelayanan di setiap fasilitas kesehatan. Kriteria
kegawatdaruratan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
c. Peserta yang menerima pelayanan kesehatan
di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan, akan segera dirujuk
ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan gawat
daruratnya teratasi dan pasien dalam kondisi
dapat dipindahkan.
d. Biaya akibat pelayanan kegawatdaruratan
ditagihkan langsung oleh Fasiltas Kesehatan
kepada BPJS Kesehatan.
PELAYANAN KESEHATAN YANG TIDAK
DIJAMIN
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa
melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku;
45
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas
kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh
program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau
hubungan kerja sampai nilai yang ditanggung
oleh program jaminan kecelakaan kerja;
4. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh
program jaminan kecelakaan lalu lintas yang
bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh
program jaminan kecelakaan lalu lintas;
5. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar
negeri;
6. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
7. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
8. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
9. Gangguan kesehatan/penyakit akibat
ketergantungan obat dan/atau alkohol;
10. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti
diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri;
46
11. Pengobatan komplementer, alternatif dan
tradisional, termasuk akupuntur, shin she,
chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health
technology assessment);
12. Pengobatan dan tindakan medis yang
dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);
13. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan
susu;
14. Perbekalan kesehatan rumah tangga;
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada
masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah;
dan
16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada
hubungan dengan manfaat jaminan kesehatan
yang diberikan.
17. Klaim perorangan.

47
PENYAMPAIAN INFORMASI DAN KELUHAN
Hubungi :
1. Kantor BPJS Kesehatan setempat dan Hotline
Service sesuai daftar alamat yang tercantum
dalam buku panduan ini.
2. Petugas BPJS Kesehatan di Fasilitas Kesehatan
yang bekerjasama.
3. Pus at Layanan I nf or mas i BPJ S
Kes ehat an 500 400 : Seni n s / d J umat
( Pukul 06. 00 s / d 22. 00 WI B
48
49
BAB II PELAYANAN KESEHATAN
A. Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
( Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama,
Lanjutan dan Pelayanan Kesehatan
Lainnya)
50
51
I Ketentuan Umum
1. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran.
2. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi
hak peserta dan/atau anggota keluarganya. Setiap
peserta berhak untuk memperoleh Jaminan
Kesehatan yang bersifat komprehensif (menyeluruh
yang terdiri dari:
a. pelayanan kesehatan pertama, yaitu Rawat
Jalan Tingkat Pertama (RJTP) dan Rawat Inap
Tingkat Pertama (RITP)
b. pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
yaitu Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL) dan
Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RITL)
c. pelayanan persalinan
d. pelayanan gawat darurat
e. pelayanan ambulan bagi pasien rujukan dengan
kondisi tertentu antar fasilitas kesehatan
f. pemberian kompensasi khusus bagi peserta
di wilayah tidak tersedia fasilitas kesehatan
memenuhi syarat
52
3. Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta
dalam bentuk pelayanan kesehatan yang
bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan
kebutuhan medik sesuai dengan standar pelayanan
medik.
4. Fasilitas kesehatan (Faskes) adalah fasilitas kesehatan
yang digunakan dalam menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan/atau Masyarakat.
II
Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama
A. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah:
1. Rawat Jalan Tingkat Pertama
a. Puskesmas atau yang setara;
b. praktik dokter;
c. praktik dokter gigi;
53
d. klinik Pratama atau yang setara termasuk
fasilitas kesehatan tingkat pertama milik
TNI/POLRI;dan
e. Rumah sakit Kelas D Pratama atau yang
setara.
2. Rawat Inap Tingkat Pertama
Fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan
fasilitas rawat inap.
B. Cakupan Pelayanan
1. Rawat Jalan Tingkat Pertama
a. administrasi pelayanan, meliputi biaya
administrasi pendaftaran peserta untuk
berobat, penyediaan dan pemberian surat
rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan
untuk penyakit yang tidak dapat ditangani
di fasilitas kesehatan tingkat pertama;
b. pelayanan promotif preventif, meliputi:
1) kegiatan penyuluhan kesehatan
perorangan;
Penyuluhan kesehatan perorangan
meliputi paling sedikit penyuluhan
3. Manfaat jaminan yang diberikan kepada peserta
dalam bentuk pelayanan kesehatan yang
bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan
kebutuhan medik sesuai dengan standar pelayanan
medik.
4. Fasilitas kesehatan (Faskes) adalah fasilitas kesehatan
yang digunakan dalam menyelenggarakan upaya
pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
dan/atau Masyarakat.
II
Pelayanan Kesehatan
Tingkat Pertama
A. Fasilitas Kesehatan
Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah:
1. Rawat Jalan Tingkat Pertama
a. Puskesmas atau yang setara;
b. praktik dokter;
c. praktik dokter gigi;
54
mengenai pengelolaan faktor risiko
penyakit dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
2) imunisasi dasar;
Pelayanan imunisasi dasar meliputi
Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri
Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B
(DPTHB), Polio, dan Campak.
3) keluarga berencana;
a) Pelayanan keluarga berencana
meliputi konseling, kontrasepsi
dasar, vasektomi dan tubektomi
bekerja sama dengan lembaga yang
membidangi keluarga berencana.
b) Penyediaan dan distribusi vaksin
dan alat kontrasepsi dasar menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat
dan/atau pemerintah daerah.
c) BPJS Kesehatan hanya membiayai
jasa pelayanan pemberian vaksin dan
alat kontrasepsi dasar yang sudah
termasuk dalam kapitasi, kecuali
55
untuk jasa pelayanan pemasangan
IUD/Implan dan Suntik di daerah
perifer.
4) skrining kesehatan
a) Pelayanan skrining kesehatan
diberikan secara perorangan dan
selektif.
b) Pelayanan skrining kesehatan
ditujukan untuk mendeteksi risiko
penyakit dan mencegah dampak
lanjutan dari risiko penyakit tertentu,
meliputi:
1) diabetes mellitus tipe 2;
2) hipertensi;
3) kanker leher rahim;
4) kanker payudara; dan
5) penyakit lain yang ditetapkan
oleh Menteri.
c) Pelayanan skrining kesehatan
penyakit diabetes mellitus tipe 2 dan
hipertensi dimulai dengan analisis
riwayat kesehatan, yang dilakukan
mengenai pengelolaan faktor risiko
penyakit dan perilaku hidup bersih dan
sehat.
2) imunisasi dasar;
Pelayanan imunisasi dasar meliputi
Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri
Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B
(DPTHB), Polio, dan Campak.
3) keluarga berencana;
a) Pelayanan keluarga berencana
meliputi konseling, kontrasepsi
dasar, vasektomi dan tubektomi
bekerja sama dengan lembaga yang
membidangi keluarga berencana.
b) Penyediaan dan distribusi vaksin
dan alat kontrasepsi dasar menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat
dan/atau pemerintah daerah.
c) BPJS Kesehatan hanya membiayai
jasa pelayanan pemberian vaksin dan
alat kontrasepsi dasar yang sudah
termasuk dalam kapitasi, kecuali
56
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun
sekali.
d) Jika Peserta teridentifkasi
mempunyai risiko penyakit diabetes
mellitus tipe 2 dan hipertensi
berdasarkan riwayat kesehatan,
akan dilakukan penegakan diagnosa
melalui pemeriksaan penunjang
diagnostik tertentu dan kemudian
akan diberikan pengobatan sesuai
dengan indikasi medis.
e) Pelayanan skrining kesehatan untuk
penyakit kanker leher rahim dan
kanker payudara dilakukan sesuai
dengan indikasi medis.
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik
operatif maupun non operatif;
e. pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik
laboratorium tingkat pertama;
57
g. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui
dan bayi ;
h. upaya penyembuhan terhadap efek
samping kontrasepsi termasuk penanganan
komplikasi KB paska persalinan;
i. rehabilitasi medik dasar.
2. Pelayanan Gigi
a. administrasi pelayanan, meliputi biaya
administrasi pendaftaran peserta untuk
berobat, penyediaan dan pemberian surat
rujukan ke fasilitas kesehatan lanjutan
untuk penyakit yang tidak dapat ditangani
di fasilitas kesehatan tingkat pertama
b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
medis
c. premedikasi
d. kegawatdaruratan oro-dental
e. pencabutan gigi sulung (topikal, infltrasi)
f. pencabutan gigi permanen tanpa penyulit
g. obat pasca ekstraksi
h. tumpatan komposit/GIC
i. skeling gigi (1x dalam setahun)
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun
sekali.
d) Jika Peserta teridentifkasi
mempunyai risiko penyakit diabetes
mellitus tipe 2 dan hipertensi
berdasarkan riwayat kesehatan,
akan dilakukan penegakan diagnosa
melalui pemeriksaan penunjang
diagnostik tertentu dan kemudian
akan diberikan pengobatan sesuai
dengan indikasi medis.
e) Pelayanan skrining kesehatan untuk
penyakit kanker leher rahim dan
kanker payudara dilakukan sesuai
dengan indikasi medis.
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
medis;
d. tindakan medis non spesialistik, baik
operatif maupun non operatif;
e. pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik
laboratorium tingkat pertama;
58
3. Rawat Inap Tingkat Pertama
Cakupan pelayanan rawat inap tingkat pertama
sesuai dengan cakupan pelayanan rawat jalan
tingkat pertama dengan tambahan akomodasi
bagi pasien sesuai indikasi medis.
4. Pelayanan darah sesuai indikasi medis
Pelayanan transfusi darah di fasilitas kesehatan
tingkat pertama dapat dilakukan pada kasus:
a. Kegawatdaruratan maternal dalam proses
persalinan
b. Kegawatdaruratan lain untuk kepentingan
keselamatan pasien
c. Penyakit thalasemia, hemofli dan penyakit
lain setelah mendapat rekomendasi dari
dokter Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
C. Prosedur
1. Ketentuan Umum
a. Peserta harus memperoleh pelayanan
kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama tempat Peserta terdaftar
59
b. Ketentuan di atas dikecualikan pada kondisi:
1) berada di luar wilayah Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama tempat
Peserta terdaftar; atau
2) dalam keadaan kegawatdaruratan
medis.
c. Peserta dianggap berada di luar wilayah
apabila peserta melakukan kunjungan
ke luar domisili karena tujuan tertentu,
bukan merupakan kegiatan yang rutin.
Untuk mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama tempat tujuan,
maka peserta wajib membawa surat
pengantar dari Kantor BPJS Kesehatan
tujuan.
d. Dalam hal Peserta memerlukan pelayanan
kesehatan tingkat lanjutan, Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama harus merujuk
ke Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat
lanjutan terdekat sesuai dengan sistem
rujukan yang diatur dalam ketentuan
peraturan perundang- undangan
3. Rawat Inap Tingkat Pertama
Cakupan pelayanan rawat inap tingkat pertama
sesuai dengan cakupan pelayanan rawat jalan
tingkat pertama dengan tambahan akomodasi
bagi pasien sesuai indikasi medis.
4. Pelayanan darah sesuai indikasi medis
Pelayanan transfusi darah di fasilitas kesehatan
tingkat pertama dapat dilakukan pada kasus:
a. Kegawatdaruratan maternal dalam proses
persalinan
b. Kegawatdaruratan lain untuk kepentingan
keselamatan pasien
c. Penyakit thalasemia, hemofli dan penyakit
lain setelah mendapat rekomendasi dari
dokter Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
C. Prosedur
1. Ketentuan Umum
a. Peserta harus memperoleh pelayanan
kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama tempat Peserta terdaftar
60
e. Peserta yang melakukan mutasi pada
tanggal 1 s/d akhir bulan berjalan, tidak
dapat langsung mendapatkan pelayanan
di fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
baru sampai dengan akhir bulan berjalan.
Peserta berhak mendapatkan pelayanan di
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
baru di bulan berikutnya.
f. Peserta dapat memilih untuk mutasi Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama selain Fasilitas
Kesehatan tempat Peserta terdaftar setelah
jangka waktu 3 (tiga) bulan atau lebih.
g. Untuk peserta yang baru mendaftar
sebagai peserta BPJS Kesehatan dan
sudah membayar iuran, maka pada bulan
berjalan tersebut peserta dapat langsung
mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama tempat peserta
terdaftar
2. Rawat Jalan Tingkat Pertama dan Pelayanan
Gigi
a. Peserta menunjukkan kartu identitas BPJS
Kesehatan (proses administrasi).
61
b. Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan
keabsahan kartu peserta
c. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan
kesehatan/pemberian tindakan
d. Setelah mendapatkan pelayanan peserta
menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti
pelayanan disediakan oleh masing-masing
fasilitas kesehatan.
e. Bila diperlukan atas indikasi medis peserta
akan memperoleh obat.
f. Apabila peserta membutuhkan pemeriksaan
kehamilan, persalinan dan pasca melahirkan,
maka pelayanan dapat dilakukan oleh bidan
atau dokter umum.
g. Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata peserta
memerlukan pemeriksaan ataupun tindakan
spesialis/sub-spesialis sesuai dengan indikasi
medis, maka fasilitas kesehatan tingkat
pertama akan memberikan surat rujukan
ke fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai
dengan sistem rujukan yang berlaku.
e. Peserta yang melakukan mutasi pada
tanggal 1 s/d akhir bulan berjalan, tidak
dapat langsung mendapatkan pelayanan
di fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
baru sampai dengan akhir bulan berjalan.
Peserta berhak mendapatkan pelayanan di
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
baru di bulan berikutnya.
f. Peserta dapat memilih untuk mutasi Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama selain Fasilitas
Kesehatan tempat Peserta terdaftar setelah
jangka waktu 3 (tiga) bulan atau lebih.
g. Untuk peserta yang baru mendaftar
sebagai peserta BPJS Kesehatan dan
sudah membayar iuran, maka pada bulan
berjalan tersebut peserta dapat langsung
mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama tempat peserta
terdaftar
2. Rawat Jalan Tingkat Pertama dan Pelayanan
Gigi
a. Peserta menunjukkan kartu identitas BPJS
Kesehatan (proses administrasi).
62
h. Surat rujukan dibutuhkan untuk pertama
kali pengobatan ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan, dan selanjutnya selama
masih dalam perawatan dan belum di rujuk
balik ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
tidak dibutuhkan lagi surat rujukan. Dokter
yang menangani memberi surat keterangan
masih dalam perawatan.
i. Fasilitas kesehatan wajib melakukan
pencatatan pelayanan dan tindakan yang
telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem
Informasi Manajemen yang telah disediakan
BPJS Kesehatan
j. Ketentuan Khusus Pelayanan pemeriksaan
kehamilan (ANC) dan pemeriksaan pasca
melahirkan (PNC)
1) Peserta memeriksakan kehamilan (ANC)
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
atau jejaringnya sesuai dengan prosedur
pemeriksaan di fasilitas kesehatan
tingkat pertama
2) Pemeriksaan kehamilan (ANC) dan
pemeriksaan pasca melahirkan (PNC)
63
diharapkan dilakukan pada satu tempat
yang sama, misalnya pemeriksaan
kehamilan (ANC) dilakukan pada
bidan jejaring maka diharapkan proses
persalinan dan pemeriksaan pasca
melahirkan (PNC) juga dilakukan pada
bidan jejaring tersebut.
3) Pemeriksaan kehamilan (ANC) dan
pemeriksaan pasca melahirkan (PNC)
pada tempat yang sama dimaksudkan
untuk :
a) Monitoring terhadap perkembangan
kehamilan
b) Keteraturan pencatatan partograf
c) Memudahkan dalam administrasi
pengajuan klaim ke BPJS Kesehatan
3. Rawat Inap Tingkat Pertama
a. Peserta datang ke fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang memiliki fasilitas rawat inap
b. Fasilitas kesehatan dapat melayani peserta
yang terdaftar maupun peserta yang dirujuk
dari fasilitas kesehatan tingkat pertama lain
h. Surat rujukan dibutuhkan untuk pertama
kali pengobatan ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan, dan selanjutnya selama
masih dalam perawatan dan belum di rujuk
balik ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
tidak dibutuhkan lagi surat rujukan. Dokter
yang menangani memberi surat keterangan
masih dalam perawatan.
i. Fasilitas kesehatan wajib melakukan
pencatatan pelayanan dan tindakan yang
telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem
Informasi Manajemen yang telah disediakan
BPJS Kesehatan
j. Ketentuan Khusus Pelayanan pemeriksaan
kehamilan (ANC) dan pemeriksaan pasca
melahirkan (PNC)
1) Peserta memeriksakan kehamilan (ANC)
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
atau jejaringnya sesuai dengan prosedur
pemeriksaan di fasilitas kesehatan
tingkat pertama
2) Pemeriksaan kehamilan (ANC) dan
pemeriksaan pasca melahirkan (PNC)
64
c. Peserta menunjukkan identitas BPJS
Kesehatan
d. Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan
keabsahan kartu peserta
e. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan,
perawatan, pemberian tindakan, obat dan
bahan medis habis pakai (BMHP)
f. Setelah mendapatkan pelayanan peserta
menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti
pelayanan disediakan oleh masing-masing
fasilitas kesehatan.
g. Fasilitas kesehatan wajib melakukan
pencatatan pelayanan dan tindakan yang
telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem
Informasi Manajemen yang telah disediakan
BPJS Kesehatan
h. Peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan bila secara indikasi medis
diperlukan
4. Pelayanan darah sesuai indikasi medis
a. Darah disediakan oleh fasilitas pelayanan
65
darah yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan
b. Penggunaan darah sesuai indikasi medis
berdasarkan surat permintaan darah yang
ditandatangani oleh dokter yang merawat.
D. Alur Pelayanan

c. Peserta menunjukkan identitas BPJS
Kesehatan
d. Fasilitas kesehatan melakukan pengecekan
keabsahan kartu peserta
e. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan,
perawatan, pemberian tindakan, obat dan
bahan medis habis pakai (BMHP)
f. Setelah mendapatkan pelayanan peserta
menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti
pelayanan disediakan oleh masing-masing
fasilitas kesehatan.
g. Fasilitas kesehatan wajib melakukan
pencatatan pelayanan dan tindakan yang
telah dilakukan ke dalam Aplikasi Sistem
Informasi Manajemen yang telah disediakan
BPJS Kesehatan
h. Peserta dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan bila secara indikasi medis
diperlukan
4. Pelayanan darah sesuai indikasi medis
a. Darah disediakan oleh fasilitas pelayanan
(Grafk Ada Dihalaman Berikutnya)
66
8


D
.
A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N


A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

R
A
W
A
T

J
A
L
A
N

D
I

F
A
S
I
L
I
T
A
S

K
E
S
E
H
A
T
A
N

T
I
N
G
K
A
T

P
E
R
T
A
M
A

P
R
O
S
E
D
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

R
A
W
A
T

J
A
L
A
N

T
I
N
G
K
A
T

P
E
R
T
A
M
A
F
A
S
K
E
S

T
I
N
G
K
A
T

P
E
R
T
A
M
A
P
E
S
E
R
T
A
M
u
l
a
i
I
d
e
n
t
i
t
a
s
P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
e
l
i
g
i
b
i
l
i
t
a
s
p
e
s
e
r
t
a
P
e
s
e
r
t
a
B
P
J
S
T
i
d
a
k
Y
a
P
e
n
j
a
m
i
n
a
n
P
r
i
b
a
d
i
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
P
e
r
l
u
p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
l
a
n
j
u
t
a
n
/
s
p
e
s
i
a
l
i
s
?
M
e
n
d
a
p
a
t
k
a
n
r
e
s
e
p

o
b
a
t
D
i
t
e
r
b
i
t
k
a
n

s
u
r
a
t

r
u
j
u
k
a
n
P
a
s
i
e
n

P
u
l
a
n
g
P
a
s
i
e
n
m
e
n
g
a
m
b
i
l
r
e
s
e
p

d
i

a
p
o
t
e
k

j
a
r
i
n
g
a
n

P
P
K
P
e
s
e
r
t
a
t
e
r
d
a
f
t
a
r
Y
a
P
e
s
e
r
t
a

d
a
p
a
t

d
i
l
a
y
a
n
i

u
n
t
u
k
1
k
a
l
i
p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

d
e
n
g
a
n

a
p
p
r
o
v
a
l

K
C
t
i
d
a
k
P
e
r
l
u

r
a
w
a
t

i
n
a
p
P
a
s
i
e
n

d
i
r
a
w
a
t

i
n
a
p

d
i

f
a
s
k
e
s

t
k
.
1
y
a
n
g
m
e
m
i
l
i
k
i

f
a
s
i
l
i
t
a
s

r
a
w
a
t

i
n
a
p
P
e
l
a
y
a
n
a
n
T
i
n
g
k
a
t

L
a
n
j
u
t
a
n
Y
a
T
i
d
a
k
Y
a
T
i
d
a
k
Y
a
P
e
r
l
u

p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

p
e
n
u
n
j
a
n
g

d
a
s
a
r
/
p
r
a
t
a
m
a
?
P
a
s
i
e
n

m
e
n
d
a
p
a
t
k
a
n

p
e
l
a
y
a
n
a
n
p
e
n
u
n
j
a
n
g
K
o
n
s
u
l
t
a
s
i

h
a
s
i
l

p
e
n
u
n
j
a
n
g
T
i
d
a
k
Y
A
M
e
r
u
j
u
k

a
l
u
r

p
e
l
a
y
a
n
a
n

r
a
w
a
t

i
n
a
p

t
k
.
1

67
9


A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

R
A
W
A
T

I
N
A
P

D
I

F
A
S
I
L
I
T
A
S

K
E
S
E
H
A
T
A
N

T
I
N
G
K
A
T

P
E
R
T
A
M
A

P
R
O
S
E
D
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

R
A
W
A
T

I
N
A
P

T
I
N
G
K
A
T

P
E
R
T
A
M
A
F
A
S
K
E
S

T
I
N
G
K
A
T

P
E
R
T
A
M
A
P
E
S
E
R
T
A
T
i
d
a
k
P
e
s
e
r
t
a

d
a
p
a
t

d
i
l
a
y
a
n
i

u
n
t
u
k
1
k
a
l
i
p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

d
e
n
g
a
n

a
p
p
r
o
v
a
l

K
C
P
e
l
a
y
a
n
a
n
T
i
n
g
k
a
t
L
a
n
j
u
t
a
n
Y
A
Y
a
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
e
l
i
g
i
b
i
l
i
t
a
s
p
e
s
e
r
t
a
P
e
n
j
a
m
i
n
a
n
P
r
i
b
a
d
i
P
a
s
i
e
n

P
u
l
a
n
g
P
a
s
i
e
n

d
i
r
a
w
a
t

i
n
a
p
D
i
t
e
r
b
i
t
k
a
n
s
u
r
a
t

r
u
j
u
k
a
n
Y
a
P
e
s
e
r
t
a
t
e
r
d
a
f
t
a
r
t
i
d
a
k
P
e
r
l
u

r
a
w
a
t

i
n
a
p
M
u
l
a
i
P
e
s
e
r
t
a
B
P
J
S
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
I
d
e
n
t
i
t
a
s
P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S
F
a
s
k
e
s

m
e
m
i
l
i
k
i

f
a
s
i
l
i
t
a
s

r
a
w
a
t

i
n
a
p
Y
a
P
a
s
i
e
n
s
e
m
b
u
h
D
i
t
e
r
b
i
t
k
a
n
s
u
r
a
t

p
e
r
i
n
t
a
h

r
a
w
a
t

i
n
a
p
Y
a
T
i
d
a
k
D
i
r
u
j
u
k

k
e

f
a
s
k
e
s

t
k
.
1
y
a
n
g
m
e
m
i
l
i
k
i

f
a
s
i
l
i
t
a
s

r
a
w
a
t

i
n
a
p

8


D
.
A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N


A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

R
A
W
A
T

J
A
L
A
N

D
I

F
A
S
I
L
I
T
A
S

K
E
S
E
H
A
T
A
N

T
I
N
G
K
A
T

P
E
R
T
A
M
A

P
R
O
S
E
D
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

R
A
W
A
T

J
A
L
A
N

T
I
N
G
K
A
T

P
E
R
T
A
M
A
F
A
S
K
E
S

T
I
N
G
K
A
T

P
E
R
T
A
M
A
P
E
S
E
R
T
A
M
u
l
a
i
I
d
e
n
t
i
t
a
s
P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
e
l
i
g
i
b
i
l
i
t
a
s
p
e
s
e
r
t
a
P
e
s
e
r
t
a
B
P
J
S
T
i
d
a
k
Y
a
P
e
n
j
a
m
i
n
a
n
P
r
i
b
a
d
i
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
P
e
r
l
u
p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
l
a
n
j
u
t
a
n
/
s
p
e
s
i
a
l
i
s
?
M
e
n
d
a
p
a
t
k
a
n
r
e
s
e
p

o
b
a
t
D
i
t
e
r
b
i
t
k
a
n

s
u
r
a
t

r
u
j
u
k
a
n
P
a
s
i
e
n

P
u
l
a
n
g
P
a
s
i
e
n
m
e
n
g
a
m
b
i
l
r
e
s
e
p

d
i

a
p
o
t
e
k

j
a
r
i
n
g
a
n

P
P
K
P
e
s
e
r
t
a
t
e
r
d
a
f
t
a
r
Y
a
P
e
s
e
r
t
a

d
a
p
a
t

d
i
l
a
y
a
n
i

u
n
t
u
k
1
k
a
l
i
p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

d
e
n
g
a
n

a
p
p
r
o
v
a
l

K
C
t
i
d
a
k
P
e
r
l
u

r
a
w
a
t

i
n
a
p
P
a
s
i
e
n

d
i
r
a
w
a
t

i
n
a
p

d
i

f
a
s
k
e
s

t
k
.
1
y
a
n
g
m
e
m
i
l
i
k
i

f
a
s
i
l
i
t
a
s

r
a
w
a
t

i
n
a
p
P
e
l
a
y
a
n
a
n
T
i
n
g
k
a
t

L
a
n
j
u
t
a
n
Y
a
T
i
d
a
k
Y
a
T
i
d
a
k
Y
a
P
e
r
l
u

p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

p
e
n
u
n
j
a
n
g

d
a
s
a
r
/
p
r
a
t
a
m
a
?
P
a
s
i
e
n

m
e
n
d
a
p
a
t
k
a
n

p
e
l
a
y
a
n
a
n
p
e
n
u
n
j
a
n
g
K
o
n
s
u
l
t
a
s
i

h
a
s
i
l

p
e
n
u
n
j
a
n
g
T
i
d
a
k
Y
A
M
e
r
u
j
u
k

a
l
u
r

p
e
l
a
y
a
n
a
n

r
a
w
a
t

i
n
a
p

t
k
.
1

68
III
Pelayanan Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan
A. Fasilitas Kesehatan
Pelayanan rawat jalan dan rawat inap dapat
dilakukan di:
1. klinik utama atau yang setara;
2. rumah sakit umum; dan
3. rumah sakit khusus.
Baik milik pemerintah maupun swasta yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
B. Cakupan Pelayanan
1. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
a. administrasi pelayanan; meliputi biaya
administrasi pendaftaran peserta untuk
berobat, penerbitan surat eligilibitas
peserta, termasuk pembuatan kartu pasien.
b. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
spesialistik oleh dokter spesialis dan sub
spesialis;
69
c. tindakan medis spesialistik sesuai dengan
indikasi medis;
d. pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai;
e. pelayanan alat kesehatan;
f. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan
sesuai dengan indikasi medis;
g. rehabilitasi medis;
h. pelayanan darah;
i. pelayanan kedokteran forensik klinik
meliputi pembuatan visum et repertum
atau surat keterangan medik berdasarkan
pemeriksaan forensik orang hidup dan
pemeriksaan psikiatri forensik; dan
j. pelayanan jenazah terbatas hanya bagi
peserta meninggal dunia pasca rawat inap
di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama
dengan BPJS tempat pasien dirawat berupa
pemulasaran jenazah dan tidak termasuk
peti mati
2. Rawat Inap Tingkat Lanjutan
Cakupan pelayanan rawat inap tingkat
III
Pelayanan Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan
A. Fasilitas Kesehatan
Pelayanan rawat jalan dan rawat inap dapat
dilakukan di:
1. klinik utama atau yang setara;
2. rumah sakit umum; dan
3. rumah sakit khusus.
Baik milik pemerintah maupun swasta yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
B. Cakupan Pelayanan
1. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
a. administrasi pelayanan; meliputi biaya
administrasi pendaftaran peserta untuk
berobat, penerbitan surat eligilibitas
peserta, termasuk pembuatan kartu pasien.
b. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
spesialistik oleh dokter spesialis dan sub
spesialis;
70
lanjutan adalah sesuai dengan seluruh
cakupan pelayanan di RJTL dengan tambahan
akomodasi yaitu perawatan inap non intensif
dan perawatan inap intensif dengan hak kelas
perawatan sebagaimana berikut:
a. ruang perawatan kelas III bagi:
1) Peserta PBI Jaminan Kesehatan; dan
2) Peserta Pekerja Bukan Penerima
Upah dan Peserta bukan Pekerja
yang membayar iuran untuk Manfaat
pelayanan di ruang perawatan kelas III.
b. ruang perawatan kelas II bagi:
1) Pegawai Negeri Sipil dan penerima
pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta
anggota keluarganya;
2) Anggota TNI dan penerima pensiun
Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan ruang I dan golongan
ruang II beserta anggota keluarganya;
3) Anggota Polri dan penerima pensiun
Anggota Polri yang setara Pegawai
71
Negeri Sipil golongan ruang I dan
golongan ruang II beserta anggota
keluarganya;
4) Peserta Pekerja Penerima Upah dan
Pegawai Pemerintah Non Pegawai
Negeri dengan gaji atau upah sampai
dengan 1,5 (satu koma lima) kali
penghasilan tidak kena pajak dengan
status kawin dengan 1 (satu) anak,
beserta anggota keluarganya; dan
5) Peserta Pekerja Bukan Penerima
Upah dan Peserta bukan Pekerja
yang membayar iuran untuk Manfaat
pelayanan di ruang perawatan kelas II.
c. ruang perawatan kelas I bagi:
1) Pejabat Negara dan anggota
keluarganya;
2) Pegawai Negeri Sipil dan penerima
pensiun pegawai negeri sipil golongan
ruang III dan golongan ruang IV beserta
anggota keluarganya;
3) Anggota TNI dan penerima pensiun
lanjutan adalah sesuai dengan seluruh
cakupan pelayanan di RJTL dengan tambahan
akomodasi yaitu perawatan inap non intensif
dan perawatan inap intensif dengan hak kelas
perawatan sebagaimana berikut:
a. ruang perawatan kelas III bagi:
1) Peserta PBI Jaminan Kesehatan; dan
2) Peserta Pekerja Bukan Penerima
Upah dan Peserta bukan Pekerja
yang membayar iuran untuk Manfaat
pelayanan di ruang perawatan kelas III.
b. ruang perawatan kelas II bagi:
1) Pegawai Negeri Sipil dan penerima
pensiun Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta
anggota keluarganya;
2) Anggota TNI dan penerima pensiun
Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan ruang I dan golongan
ruang II beserta anggota keluarganya;
3) Anggota Polri dan penerima pensiun
Anggota Polri yang setara Pegawai
72
Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan ruang III dan golongan
ruang IV beserta anggota keluarganya;
4) Anggota Polri dan penerima pensiun
Anggota Polri yang setara Pegawai
Negeri Sipil golongan ruang III dan
golongan ruang IV beserta anggota
keluarganya;
5) Veteran dan Perintis Kemerdekaan
beserta anggota keluarganya;
6) janda, duda, atau anak yatim piatu dari
Veteran atau Perintis Kemerdekaan;
7) Peserta Pekerja Penerima Upah dan
Pegawai Pemerintah Non Pegawai
Negeri dengan gaji atau upah di atas
1,5 (satu koma lima) sampai dengan 2
(dua) kali penghasilan tidak kena pajak
dengan status kawin dengan 1 (satu)
anak, beserta anggota keluarganya; dan
8) Peserta Pekerja Bukan Penerima
Upah dan Peserta bukan Pekerja
yang membayar iuran untuk Manfaat
pelayanan di ruang perawatan kelas I.
73
3. Alat Kesehatan di Luar Paket INA CBGs
a. Tarif di luar paket INA CBGs adalah besaran
pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan
kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
atas alat kesehatan yang digunakan secara
tidak permanen di luar tubuh pasien
b. Alat kesehatan di luar paket INA CBGs
ditagihkan langsung oleh fasilitas kesehatan
ke BPJS Kesehatan
c. Alat kesehatan di luar paket INA CBGs
adalah pelayanan yang dibatasi, yaitu:
a) Pelayanan diberikan atas indikasi medis,
b) Adanya plafon maksimal harga alat
kesehatan
c) Adanya batasan waktu pengambilan
alat kesehatan
d. Jenis alat kesehatan di luar paket INA CBGs
adalah sebagai berikut:
1) Kacamata
2) Alat bantu dengar
3) Protesa alat gerak
4) Protesa gigi
Anggota TNI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan ruang III dan golongan
ruang IV beserta anggota keluarganya;
4) Anggota Polri dan penerima pensiun
Anggota Polri yang setara Pegawai
Negeri Sipil golongan ruang III dan
golongan ruang IV beserta anggota
keluarganya;
5) Veteran dan Perintis Kemerdekaan
beserta anggota keluarganya;
6) janda, duda, atau anak yatim piatu dari
Veteran atau Perintis Kemerdekaan;
7) Peserta Pekerja Penerima Upah dan
Pegawai Pemerintah Non Pegawai
Negeri dengan gaji atau upah di atas
1,5 (satu koma lima) sampai dengan 2
(dua) kali penghasilan tidak kena pajak
dengan status kawin dengan 1 (satu)
anak, beserta anggota keluarganya; dan
8) Peserta Pekerja Bukan Penerima
Upah dan Peserta bukan Pekerja
yang membayar iuran untuk Manfaat
pelayanan di ruang perawatan kelas I.
74
5) Korset tulang belakang
6) Collar neck
7) Kruk
e. Tarif alat kesehatan di luar paket INA CBGs
sebagaimana peraturan yang berlaku
C. Prosedur
1. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
a. Peserta membawa identitas BPJS Kesehatan
serta surat rujukan dari fasilitas kesehatan
tingkat pertama
b. Peserta melakukan pendaftaran ke RS
dengan memperlihatkan identitas dan surat
rujukan
c. Fasilitas kesehatan bertanggung jawab
untuk melakukan pengecekan keabsahan
kartu dan surat rujukan serta melakukan
input data ke dalam aplikasi Surat Elijibilitas
Peserta (SEP) dan melakukan pencetakan
SEP
d. Petugas BPJS kesehatan melakukan
legalisasi SEP
75
e. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan,
perawatan, pemberian tindakan, obat dan
bahan medis habis pakai (BMHP)
f. Setelah mendapatkan pelayanan peserta
menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti
pelayanan disediakan oleh masing-masing
fasilitas kesehatan
g. Atas indikasi medis peserta dapat dirujuk ke
poli lain selain yang tercantum dalam surat
rujukan dengan surat rujukan/konsul intern.
h. Atas indikasi medis peserta dapat dirujuk
ke Fasilitas kesehatan lanjutan lain dengan
surat rujukan/konsul ekstern.
i. Apabila pasien masih memerlukan
pelayanan di Faskes tingkat lanjutan
karena kondisi belum stabil sehingga
belum dapat untuk dirujuk balik ke Faskes
tingkat pertama, maka Dokter Spesialis/Sub
Spesialis membuat surat keterangan yang
menyatakan bahwa pasien masih dalam
perawatan.
5) Korset tulang belakang
6) Collar neck
7) Kruk
e. Tarif alat kesehatan di luar paket INA CBGs
sebagaimana peraturan yang berlaku
C. Prosedur
1. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
a. Peserta membawa identitas BPJS Kesehatan
serta surat rujukan dari fasilitas kesehatan
tingkat pertama
b. Peserta melakukan pendaftaran ke RS
dengan memperlihatkan identitas dan surat
rujukan
c. Fasilitas kesehatan bertanggung jawab
untuk melakukan pengecekan keabsahan
kartu dan surat rujukan serta melakukan
input data ke dalam aplikasi Surat Elijibilitas
Peserta (SEP) dan melakukan pencetakan
SEP
d. Petugas BPJS kesehatan melakukan
legalisasi SEP
76
j. Apabila pasien sudah dalam kondisi stabil
sehingga dapat dirujuk balik ke Faskes
tingkat pertama, maka Dokter Spesialis/Sub
Spesialis akan memberikan surat keterangan
rujuk balik.
k. Apabila Dokter Spesialis/Sub Spesialis
tidak memberikan surat keterangan
yang dimaksud pada huruf i dan j maka
untuk kunjungan berikutnya pasien harus
membawa surat rujukan yang baru dari
Faskes tingkat pertama.
2. Rawat Inap Tingkat Lanjutan
a. Peserta melakukan pendaftaran ke RS
dengan membawa identitas BPJS Kesehatan
serta surat perintah rawat inap dari poli atau
unit gawat darurat
b. Peserta harus melengkapi persyaratan
administrasi sebelum pasien pulang
maksimal 3 x 24 jam hari kerja sejak masuk
Rumah Sakit.
c. Petugas Rumah Sakit melakukan
pengecekan keabsahan kartu dan surat
rujukan serta melakukan input data ke
77
dalam aplikasi Surat Elijibilitas Peserta (SEP)
dan melakukan pencetakan SEP
d. Petugas BPJS kesehatan melakukan
legalisasi SEP
e. Fasilitas kesehatan melakukan pemeriksaan,
perawatan, pemberian tindakan, obat dan
bahan medis habis pakai (BMHP)

Peserta harus melengkapi persyaratan
administrasi sebelum pasien pulang,
maksimal 3 x 24 jam hari kerja sejak masuk
Rumah Sakit
f. Setelah mendapatkan pelayanan peserta
menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan. Lembar bukti
pelayanan disediakan oleh masing-masing
fasilitas kesehatan
g. Dalam hal peserta menginginkan kelas
perawatan yang lebih tinggi daripada
haknya, maka Peserta dapat meningkatkan
j. Apabila pasien sudah dalam kondisi stabil
sehingga dapat dirujuk balik ke Faskes
tingkat pertama, maka Dokter Spesialis/Sub
Spesialis akan memberikan surat keterangan
rujuk balik.
k. Apabila Dokter Spesialis/Sub Spesialis
tidak memberikan surat keterangan
yang dimaksud pada huruf i dan j maka
untuk kunjungan berikutnya pasien harus
membawa surat rujukan yang baru dari
Faskes tingkat pertama.
2. Rawat Inap Tingkat Lanjutan
a. Peserta melakukan pendaftaran ke RS
dengan membawa identitas BPJS Kesehatan
serta surat perintah rawat inap dari poli atau
unit gawat darurat
b. Peserta harus melengkapi persyaratan
administrasi sebelum pasien pulang
maksimal 3 x 24 jam hari kerja sejak masuk
Rumah Sakit.
c. Petugas Rumah Sakit melakukan
pengecekan keabsahan kartu dan surat
rujukan serta melakukan input data ke
78
haknya dengan mengikuti asuransi
kesehatan tambahan, atau membayar
sendiri selisih antara biaya yang dijamin
oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang
harus dibayar akibat peningkatan kelas
perawatan.
h. Kenaikan kelas perawatan lebih tinggi
daripada haknya atas keinginan sendiri
dikecualikan bagi peserta PBI Jaminan
Kesehatan
Kenaikan kelas perawatan lebih tinggi
daripada haknya atas keinginan sendiri
dikecualikan bagi peserta PBI Jaminan
Kesehatan
i. Jika karena kondisi pada fasilitas kesehatan
mengakibatkan peserta tidak memperoleh
kamar perawatan sesuai haknya, maka:
1) Peserta dapat dirawat di kelas perawatan
satu tingkat lebih tinggi.
79
2) BPJS Kesehatan membayar kelas
perawatan peserta sesuai haknya.
3) Apabila kelas perawatan sesuai hak
peserta telah tersedia, maka peserta
ditempatkan di kelas perawatan yang
menjadi hak peserta.
4) Perawatan satu tingkat lebih tinggi
paling lama 3 (tiga) hari.
5) Jika kenaikan kelas yang terjadi lebih
dari 3 (tiga) hari, maka selisih biaya yang
terjadi menjadi tanggung jawab Fasilitas
Kesehatan yang bersangkutan atau
berdasarkan persetujuan pasien dirujuk
ke Fasilitas Kesehatan yang setara
j. Penjaminan peserta baru dalam kondisi
sakit dan sedang dalam perawatan
1) Penjaminan diberikan mulai dari pasien
terdaftar sebagai peserta BPJS Kesehatan
yang dibuktikan dengan tanggal bukti
bayar (bukan tanggal yang tercantum
dalam kartu peserta BPJS Kesehatan);
2) Peserta diminta untuk mengurus SEP
dalam waktu maksimal 3 x 24 jam hari
haknya dengan mengikuti asuransi
kesehatan tambahan, atau membayar
sendiri selisih antara biaya yang dijamin
oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang
harus dibayar akibat peningkatan kelas
perawatan.
h. Kenaikan kelas perawatan lebih tinggi
daripada haknya atas keinginan sendiri
dikecualikan bagi peserta PBI Jaminan
Kesehatan
Kenaikan kelas perawatan lebih tinggi
daripada haknya atas keinginan sendiri
dikecualikan bagi peserta PBI Jaminan
Kesehatan
i. Jika karena kondisi pada fasilitas kesehatan
mengakibatkan peserta tidak memperoleh
kamar perawatan sesuai haknya, maka:
1) Peserta dapat dirawat di kelas perawatan
satu tingkat lebih tinggi.
80
kerja sejak pasien terdaftar sebagai
peserta BPJS kesehatan;
3) Apabila peserta mengurus SEP lebih
dari 3 x 24 jam hari kerja sejak terdaftar
sebagai peserta BPJS Kesehatan, maka
penjaminan diberikan untuk 3 hari
mundur ke belakang sejak pasien
mengurus SEP;
4) Biaya pelayanan yang terjadi sebelum
peserta terdaftar dan dijamin oleh BPJS
Kesehatan menjadi tanggung jawab
pasien sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di Fasilitas kesehatan tersebut.
Peserta mengurus Surat Elijibilitas Peserta
(SEP) di BPJS Center dalam waktu maksimal
3 x 24 jam hari kerja sejak pasien terdaftar
sebagai peserta BPJS kesehatan;
5) Untuk pasien baru yang sudah
mendapatkan pelayanan rawat inap,
maka tidak diperlukan surat rujukan
81
dari fasilitas kesehatan tingkat satu
atau keterangan gawat darurat. Untuk
penjaminan selanjutnya, peserta wajib
mengikuti prosedur pelayanan BPJS
Kesehatan yang berlaku.
6) Perhitungan penjaminan berdasarkan
proporsional hari rawat sejak pasien
dijamin oleh BPJS Kesehatan.
7) Besar biaya yang ditanggung oleh BPJS
Kesehatan adalah sejak pasien dijamin
oleh BPJS Kesehatan sampai dengan
tanggal pulang dibagi total hari rawat
kali tarif INA CBGs.
3. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien
atau spesimen ke pemberi pelayanan
kesehatan lain dalam rangka menegakkan
diagnosis atau pemberian terapi, yang
merupakan satu rangkaian perawatan
pasien di Fasilitas kesehatan tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1) pengiriman pasien untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang atau tindakan
kerja sejak pasien terdaftar sebagai
peserta BPJS kesehatan;
3) Apabila peserta mengurus SEP lebih
dari 3 x 24 jam hari kerja sejak terdaftar
sebagai peserta BPJS Kesehatan, maka
penjaminan diberikan untuk 3 hari
mundur ke belakang sejak pasien
mengurus SEP;
4) Biaya pelayanan yang terjadi sebelum
peserta terdaftar dan dijamin oleh BPJS
Kesehatan menjadi tanggung jawab
pasien sesuai dengan ketentuan yang
berlaku di Fasilitas kesehatan tersebut.
Peserta mengurus Surat Elijibilitas Peserta
(SEP) di BPJS Center dalam waktu maksimal
3 x 24 jam hari kerja sejak pasien terdaftar
sebagai peserta BPJS kesehatan;
5) Untuk pasien baru yang sudah
mendapatkan pelayanan rawat inap,
maka tidak diperlukan surat rujukan
82
2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan
penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien
rujukan parsial, maka pada SEP pasien diberi
keterangan Rujukan Parsial, dan rumah
sakit penerima rujukan tidak menerbitkan
SEP baru untuk pasien tersebut.
d. Biaya rujukan parsial menjadi tanggung
jawab Fasilitas Kesehatan perujuk dan
pasien tidak boleh dibebani urun biaya.
e. BPJS Kesehatan membayar biaya pelayanan
sesuai dengan paket INA CBGs ke Fasilitas
Kesehatan perujuk
4. Pelayanan Alat Kesehatan di luar paket INA
CBGs
a. Dokter Spesialis menuliskan resep alat
kesehatan sesuai indikasi medis
b. Peserta mengurus legalisasi alat kesehatan
ke petugas BPJS Center atau Kantor BPJS
Kesehatan.
c. Peserta dapat mengambil alat kesehatan di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau di jejaring
83
fasilitas kesehatan penyedia alat kesehatan
di luar paket INA CBGs yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan, Peserta wajib
membawa :
1) Surat Elijibilitas Peserta (SEP) atau
salinannya
2) Resep alat kesehatan yang telah
dilegalisir petugas BPJS Kesehatan
d. Fasilitas kesehatan melakukan verifkasi
resep dan berkas lainnya kemudian
menyerahkan alat kesehatan tersebut.
Peserta wajib menandatangani bukti
penerimaan alat kesehatan.
D. Alur Pelayanan

2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan
penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien
rujukan parsial, maka pada SEP pasien diberi
keterangan Rujukan Parsial, dan rumah
sakit penerima rujukan tidak menerbitkan
SEP baru untuk pasien tersebut.
d. Biaya rujukan parsial menjadi tanggung
jawab Fasilitas Kesehatan perujuk dan
pasien tidak boleh dibebani urun biaya.
e. BPJS Kesehatan membayar biaya pelayanan
sesuai dengan paket INA CBGs ke Fasilitas
Kesehatan perujuk
4. Pelayanan Alat Kesehatan di luar paket INA
CBGs
a. Dokter Spesialis menuliskan resep alat
kesehatan sesuai indikasi medis
b. Peserta mengurus legalisasi alat kesehatan
ke petugas BPJS Center atau Kantor BPJS
Kesehatan.
c. Peserta dapat mengambil alat kesehatan di
Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau di jejaring
(Grafk Ada Dihalaman Berikutnya)
84
1
5


D
.
A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N


A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

K
E
S
E
H
A
T
A
N

T
I
N
G
K
A
T

L
A
N
J
U
T
A
N

P r o s e d u r K l a i m
A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

K
E
S
E
H
A
T
A
N

T
I
N
G
K
A
T

L
A
N
J
U
T
A
N
K
A
N
T
O
R

C
A
B
A
N
G
B
P
J
S

C
e
n
t
e
r
F
A
S
K
E
S

T
K
.
L
A
N
J
U
T
A
N
P
E
S
E
R
T
A
P
e
n
g
e
c
e
k
a
n
u
l
a
n
g

s
t
a
t
u
s

e
l
i
g
i
b
i
l
i
t
a
s
p
e
s
e
r
t
a
P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S
?
?
L
O
K
E
T

P
E
N
D
A
F
T
A
R
A
N
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

e
l
i
g
i
l
i
t
a
s

p
e
s
e
r
t
a

d
a
n

s
u
r
a
t

r
u
j
u
k
a
n
P
e
s
e
r
t
a
B
P
J
S

e
l
i
j
i
b
e
l
T
u
j
u
a
n

P
e
s
e
r
t
a

:
A
.
P
o
l
i

S
p
e
s
i
a
l
i
s
B
.
U
G
D
B
.
R
a
w
a
t

i
n
a
p

A
.
I
d
e
n
t
i
t
a
s

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S
B
.
s
u
r
a
t

r
u
j
u
k
a
n

(
t
i
d
a
k
u
n
t
u
k

p
a
s
i
e
n

U
G
D
)
P
e
m
b
e
r
i
a
n

p
e
l
a
y
a
n
a
n

k
e
s
e
h
a
t
a
n

s
e
s
u
a
i

i
n
d
i
k
a
s
i

m
e
d
i
s

d
a
n
p
a
k
e
t

I
N
A

C
B
G

s
(
U
G
D
,
r
a
w
a
t

j
a
l
a
n

m
a
u
p
u
n

r
a
w
a
t

i
n
a
p
)
P
e
n
e
r
b
i
t
a
n

S
u
r
a
t

E
l
i
g
i
b
i
l
i
t
a
s

P
e
s
e
r
t
a
M
u
l
a
i
T
i
d
a
k

d
i
j
a
m
i
n
P
e
n
y
e
l
e
s
a
i
a
n
a
d
m
i
n
i
s
t
r
a
s
i
k
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n

s
e
s
u
a
i

a
l
u
r

k
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n
K
o
n
f
i
r
m
a
s
i

s
t
a
t
u
s

k
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n
K
o
n
f
i
r
m
a
s
i
e
l
i
g
i
b
i
t
a
s
k
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n
d
e
n
g
a
n

p
i
h
a
k

R
S
U
n
t
u
k

p
r
o
s
e
s

l
e
b
i
h

l
a
n
j
u
t

a
g
a
r

p
e
s
e
r
t
a

m
e
n
g
u
r
u
s

a
d
m
i
n
i
s
t
r
a
s
i

k
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n

t
e
r
l
e
b
i
h

d
a
h
u
l
u
P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

e
l
i
j
i
b
e
l
P
e
s
e
r
t
a

m
e
n
u
n
j
u
k
k
a
n

i
d
e
n
t
i
t
a
s

p
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S
y
a
t
i
d
a
k
y
a
t
i
d
a
k
t
i
d
a
k
y
a
S
u
r
a
t

E
l
i
j
i
b
i
l
i
t
a
s

P
e
s
e
r
t
a
L
e
g
a
l
i
s
a
s
i

S
u
r
a
t

E
l
i
j
i
b
i
l
i
t
a
s
p
e
s
e
r
t
a


85
1
6


A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

R
U
J
U
K
A
N

A
N
T
A
R

F
A
S
I
L
I
T
A
S

K
E
S
E
H
A
T
A
N

T
I
N
G
K
A
T

L
A
N
J
U
T
A
N

A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

R
U
J
U
K
A
N

A
N
T
A
R

F
A
S
K
E
S

T
I
N
G
K
A
T

L
A
N
J
U
T
A
N
F
A
S
K
E
S

P
E
N
E
R
I
M
A

R
U
J
U
K
A
N
B
P
J
S

C
E
N
T
E
R
F
A
S
K
E
S

P
E
R
U
J
U
KM
U
L
A
I
P
r
o
s
e
s

p
e
n
d
a
f
t
a
r
a
n

s
e
s
u
a
i

d
e
n
g
a
n

a
l
u
r

p
e
l
a
y
a
n
a
n

t
i
n
g
k
a
t

l
a
n
j
u
t
a
n
P
e
s
e
r
t
a

m
e
m
e
r
l
u
k
a
n

r
u
j
u
k
a
n

k
e

f
a
s
k
e
s

l
a
n
j
u
t
a
n

l
a
i
n
D
i
t
e
r
b
i
t
k
a
n

s
u
r
a
t

r
u
j
u
k
a
n

o
l
e
h

d
o
k
t
e
r

s
p
e
s
i
a
l
i
s

d
i

R
S
S
u
r
a
t

r
u
j
u
k
a
n

L
e
g
a
l
i
s
a
s
i

S
u
r
a
t

R
u
j
u
k
a
n

d
a
n

S
E
P
P
e
s
e
r
t
a

d
i
r
u
j
u
k

k
e

f
a
s
k
e
s

l
a
n
j
u
t
a
n

l
a
i
n
P
e
r
l
u
a
m
b
u
l
a
n
F
a
s
k
e
s
m
e
n
e
r
i
m
a
p
a
s
i
e
n

r
u
j
u
k
a
n
P
a
s
i
e
n
l
a
n
g
s
u
n
g
d
i
r
u
j
u
k
S
e
s
u
a
i

a
l
u
r

p
e
l
a
y
a
n
a
n
A
m
b
u
l
a
n
y
a
t
d
k
P
a
s
i
e
n

r
u
j
u
k
a
n

p
a
r
s
i
a
l
P
a
s
i
e
n

d
i
t
e
r
b
i
t
k
a
n

S
E
P

b
a
r
u

d
a
n

a
l
u
r

p
e
l
a
y
a
n
a
n

s
e
s
u
a
i

a
l
u
r

p
e
l
a
y
a
n
a
n

k
e
s
e
h
a
t
a
n

t
i
n
g
k
a
t

l
a
n
j
u
t
a
n
P
a
s
i
e
n

d
i
l
a
y
a
n
i

t
a
n
p
a
d
i
t
e
r
b
i
t
k
a
n
S
E
P

b
a
r
u
t
i
d
a
k
y
a
S
e
l
e
s
a
i

p
e
l
a
y
a
n
a
n

p
a
s
i
e
n

d
i
r
u
j
u
k

b
a
l
i
k

k
e

f
a
s
k
e
s

p
e
r
u
j
u
k
F
a
s
k
e
s

m
e
n
e
r
i
m
a
r
u
j
u
k
a
n

b
a
l
i
k

p
a
s
i
e
n

r
u
j
u
k
a
n

p
a
r
s
i
a
l
C
a
t
a
t
a
n
:
P
e
l
a
y
a
n
a
n

a
m
b
u
l
a
n

t
i
d
a
k

d
i
j
a
m
i
n

u
n
t
u
k

p
e
l
a
y
a
n
a
n

r
u
j
u
k
a
n

p
a
r
s
i
a
l
,


1
5


D
.
A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N


A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

K
E
S
E
H
A
T
A
N

T
I
N
G
K
A
T

L
A
N
J
U
T
A
N

P r o s e d u r K l a i m
A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

K
E
S
E
H
A
T
A
N

T
I
N
G
K
A
T

L
A
N
J
U
T
A
N
K
A
N
T
O
R

C
A
B
A
N
G
B
P
J
S

C
e
n
t
e
r
F
A
S
K
E
S

T
K
.
L
A
N
J
U
T
A
N
P
E
S
E
R
T
A
P
e
n
g
e
c
e
k
a
n
u
l
a
n
g

s
t
a
t
u
s

e
l
i
g
i
b
i
l
i
t
a
s
p
e
s
e
r
t
a
P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S
?
?
L
O
K
E
T

P
E
N
D
A
F
T
A
R
A
N
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

e
l
i
g
i
l
i
t
a
s

p
e
s
e
r
t
a

d
a
n

s
u
r
a
t

r
u
j
u
k
a
n
P
e
s
e
r
t
a
B
P
J
S

e
l
i
j
i
b
e
l
T
u
j
u
a
n

P
e
s
e
r
t
a

:
A
.
P
o
l
i

S
p
e
s
i
a
l
i
s
B
.
U
G
D
B
.
R
a
w
a
t

i
n
a
p

A
.
I
d
e
n
t
i
t
a
s

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S
B
.
s
u
r
a
t

r
u
j
u
k
a
n

(
t
i
d
a
k
u
n
t
u
k

p
a
s
i
e
n

U
G
D
)
P
e
m
b
e
r
i
a
n

p
e
l
a
y
a
n
a
n

k
e
s
e
h
a
t
a
n

s
e
s
u
a
i

i
n
d
i
k
a
s
i

m
e
d
i
s

d
a
n
p
a
k
e
t

I
N
A

C
B
G

s
(
U
G
D
,
r
a
w
a
t

j
a
l
a
n

m
a
u
p
u
n

r
a
w
a
t

i
n
a
p
)
P
e
n
e
r
b
i
t
a
n

S
u
r
a
t

E
l
i
g
i
b
i
l
i
t
a
s

P
e
s
e
r
t
a
M
u
l
a
i
T
i
d
a
k

d
i
j
a
m
i
n
P
e
n
y
e
l
e
s
a
i
a
n
a
d
m
i
n
i
s
t
r
a
s
i
k
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n

s
e
s
u
a
i

a
l
u
r

k
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n
K
o
n
f
i
r
m
a
s
i

s
t
a
t
u
s

k
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n
K
o
n
f
i
r
m
a
s
i
e
l
i
g
i
b
i
t
a
s
k
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n
d
e
n
g
a
n

p
i
h
a
k

R
S
U
n
t
u
k

p
r
o
s
e
s

l
e
b
i
h

l
a
n
j
u
t

a
g
a
r

p
e
s
e
r
t
a

m
e
n
g
u
r
u
s

a
d
m
i
n
i
s
t
r
a
s
i

k
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n

t
e
r
l
e
b
i
h

d
a
h
u
l
u
P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

e
l
i
j
i
b
e
l
P
e
s
e
r
t
a

m
e
n
u
n
j
u
k
k
a
n

i
d
e
n
t
i
t
a
s

p
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S
y
a
t
i
d
a
k
y
a
t
i
d
a
k
t
i
d
a
k
y
a
S
u
r
a
t

E
l
i
j
i
b
i
l
i
t
a
s

P
e
s
e
r
t
a
L
e
g
a
l
i
s
a
s
i

S
u
r
a
t

E
l
i
j
i
b
i
l
i
t
a
s
p
e
s
e
r
t
a


86
IV
Pelayanan Persalinan Dan
Penjaminan Bayi Baru Lahir
A. Pelayanan Persalinan
1. Persalinan merupakan beneft bagi peserta
BPJS Kesehatan tanpa pembatasan jumlah
kehamilan/persalinan yang dijamin oleh BPJS
Kesehatan dan tidak dibatasi oleh status
kepesertaan (peserta/anak/tertanggung lain).
2. Penjaminan persalinan mengikuti sistem
rujukan berjenjang yang berlaku
3. Pelayanan persalinan ditagihkan oleh fasilitas
kesehatan yang memberikan pelayanan. Klaim
perorangan untuk kasus persalinan baik yang
dilakukan di fasilitas kesehatan yang bekerja
sama maupun yang tidak bekerja sama tidak
diperbolehkan.
Klaim pelayanan persalinan ditagihkan oleh
fasilitas kesehatan dan tidak diperkenankan
ditagihkan secara perorangan
87
B. Kepesertaan Bayi Baru Lahir
1. Bayi peserta PBI
Bayi baru lahir dari Peserta PBI secara otomatis
dijamin oleh BPJS Kesehatan. Bayi tersebut
dicatat dan dilaporkan kepada BPJS Kesehatan
oleh fasilitas kesehatan untuk kepentingan
rekonsiliasi data PBI.
2. Bayi peserta jamkesmas non Kuota
Berdasarkan Surat Edaran Menteri Kesehatan
RI Nomor: JP/Menkes/590/XI/2013 tentang
Jaminan Kesehatan Masyarakat tanggal 28
November 2013 2013 point E nomor 2 bahwa:
Bila masih terdapat masyarakat miskin dan
tidak mampu di luar peserta Jaminan Kesehatan
Nasional yang berjumlah 86,4 juta jiwa maka
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah
(sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2013
Tentang Penyusunan APBD Tahun 2014),
maka:
a. Bayi yang lahir dari peserta Jamkesmas non
kuota menjadi tanggung jawab pemerintah
daerah.
IV
Pelayanan Persalinan Dan
Penjaminan Bayi Baru Lahir
A. Pelayanan Persalinan
1. Persalinan merupakan beneft bagi peserta
BPJS Kesehatan tanpa pembatasan jumlah
kehamilan/persalinan yang dijamin oleh BPJS
Kesehatan dan tidak dibatasi oleh status
kepesertaan (peserta/anak/tertanggung lain).
2. Penjaminan persalinan mengikuti sistem
rujukan berjenjang yang berlaku
3. Pelayanan persalinan ditagihkan oleh fasilitas
kesehatan yang memberikan pelayanan. Klaim
perorangan untuk kasus persalinan baik yang
dilakukan di fasilitas kesehatan yang bekerja
sama maupun yang tidak bekerja sama tidak
diperbolehkan.
Klaim pelayanan persalinan ditagihkan oleh
fasilitas kesehatan dan tidak diperkenankan
ditagihkan secara perorangan
88
b. Peserta non kuota Jamkesmas, terhitung
mulai tanggal 1 Januari 2014 tidak dilayani
dalam penyelenggaraan program BPJS
Kesehatan, kecuali didaftarkan sebagai
peserta BPJS Kesehatan.
3. Peserta BPJS Kesehatan Pekerja Penerima Upah
anak ke-1 sd ke-3
Bayi anak ke-1 (satu) sampai dengan anak
ke-3 (tiga) dari peserta Pekerja Penerima Upah
secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan.
4. Bayi baru lahir dari :
a. Peserta pekerja bukan penerima upah;
b. peserta bukan pekerja; dan
c. anak ke-4 (empat) atau lebih dari peserta
penerima upah
Dijamin oleh BPJS Kesehatan jika pengurusan
kepesertaan dan penerbitan SEP dilakukan
dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak
kelahirannya atau sebelum pulang apabila bayi
dirawat kurang dari 7 (tujuh) hari.
Dalam pengurusan kepesertaan bayi dilakukan
pada hari ke-8 atau seterusnya, maka biaya
89
pelayanan kesehatan tersebut tidak dijamin
BPJS Kesehatan.
V Pelayanan Gawat Darurat
A. Fasilitas Kesehatan
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
2. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
baik yang bekerjasama maupun tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
B. Cakupan Pelayanan
1. Pelayanan gawat darurat yang dapat dijamin
adalah sesuai dengan kriteria gawat darurat
yang berlaku.
2. Kriteria gawat darurat terlampir.
3. Cakupan pelayanan gawat darurat sesuai
dengan pelayanan rawat jalan dan rawat inap
di fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun
tingkat lanjutan
b. Peserta non kuota Jamkesmas, terhitung
mulai tanggal 1 Januari 2014 tidak dilayani
dalam penyelenggaraan program BPJS
Kesehatan, kecuali didaftarkan sebagai
peserta BPJS Kesehatan.
3. Peserta BPJS Kesehatan Pekerja Penerima Upah
anak ke-1 sd ke-3
Bayi anak ke-1 (satu) sampai dengan anak
ke-3 (tiga) dari peserta Pekerja Penerima Upah
secara otomatis dijamin oleh BPJS Kesehatan.
4. Bayi baru lahir dari :
a. Peserta pekerja bukan penerima upah;
b. peserta bukan pekerja; dan
c. anak ke-4 (empat) atau lebih dari peserta
penerima upah
Dijamin oleh BPJS Kesehatan jika pengurusan
kepesertaan dan penerbitan SEP dilakukan
dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender sejak
kelahirannya atau sebelum pulang apabila bayi
dirawat kurang dari 7 (tujuh) hari.
Dalam pengurusan kepesertaan bayi dilakukan
pada hari ke-8 atau seterusnya, maka biaya
90
C. Prosedur
1. Dalam keadaan gawat darurat, maka:
a. Peserta dapat dilayani di fasilitas kesehatan
tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan yang bekerjasama maupun
yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan
b. Pelayanan harus segera diberikan tanpa
diperlukan surat rujukan
c. Peserta yang mendapat pelayanan di
Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan harus segera dirujuk
ke Fasilitas Kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan
gawat daruratnya teratasi dan pasien dalam
kondisi dapat dipindahkan
d. Pengecekan validitas peserta maupun
diagnosa penyakit yang termasuk dalam
kriteria gawat darurat menjadi tanggung
jawab fasilitas kesehatan
e. Fasilitas kesehatan tidak diperkenankan
menarik biaya pelayanan kesehatan kepada
peserta
91
Pada kasus kegawatdaruratan medis
tidak diperlukan surat rujukan. Kriteria
kegawatdaruratan sebagaimana terlampir
2. Prosedur Pelayanan Gawat Darurat di Fasilitas
kesehatan yang Bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan
a. Pada keadaan gawat darurat (emergency),
seluruh fasilitas kesehatan baik yang
bekerjasama maupun yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, wajib
memberikan pelayanan kegawatdaruratan
sesuai indikasi medis
b. Pelayanan kegawatdaruratan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama dapat diberikan
pada fasilitas kesehatan tempat peserta
terdaftar maupun bukan tempat peserta
terdaftar
c. Pelayanan kegawatdaruratan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama maupun lanjutan
mengikuti prosedur pelayanan yang berlaku
C. Prosedur
1. Dalam keadaan gawat darurat, maka:
a. Peserta dapat dilayani di fasilitas kesehatan
tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan yang bekerjasama maupun
yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan
b. Pelayanan harus segera diberikan tanpa
diperlukan surat rujukan
c. Peserta yang mendapat pelayanan di
Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan harus segera dirujuk
ke Fasilitas Kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan
gawat daruratnya teratasi dan pasien dalam
kondisi dapat dipindahkan
d. Pengecekan validitas peserta maupun
diagnosa penyakit yang termasuk dalam
kriteria gawat darurat menjadi tanggung
jawab fasilitas kesehatan
e. Fasilitas kesehatan tidak diperkenankan
menarik biaya pelayanan kesehatan kepada
peserta
92
3. Prosedur Pelayanan Gawat Darurat di Fasilitas
kesehatan Tingkat pertama dan Fasilitas
kesehatan Rujukan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan
a. Fasilitas kesehatan memastikan eligibilitas
peserta dengan mencocokkan data peserta
dengan master file kepesertaan BPJS
Kesehatan pada kondisi real time. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara:
1) Fasilitas kesehatan mengakses master
fle kepesertaan melalui website BPJS
Kesehatan www.bpjs-kesehatan.go.id,
sms gateway dan media elektronik
lainnya.
2) Apabila poin (a) tidak dapat dilakukan
maka Fasilitas kesehatan menghubungi
petugas BPJS Kesehatan melalui telepon
atau mendatangi kantor BPJS Kesehatan
b. Apabila kondisi kegawatdaruratan pasien
sudah teratasi dan pasien dalam kondisi
dapat dipindahkan, tetapi pasien tidak
bersedia untuk dirujuk ke Fasilitas Kesehatan
93
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
maka biaya pelayanan selanjutnya tidak
dijamin oleh BPJS. Fasilitas kesehatan
harus menjelaskan hal ini kepada peserta
dan peserta harus menandatangani surat
pernyataan bersedia menanggung biaya
pelayanan selanjutnya
c. Penanganan kondisi kegawatdaruratan di
fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama
ditanggung sebagai pelayanan rawat jalan
kecuali kondisi tertentu yang mengharuskan
pasien dirawat inap.
d. Kondisi tertentu yang dimaksud diatas
adalah sebagai berikut:
1) Tidak ada sarana transportasi untuk
evakuasi pasien.
2) Sarana transportasi yang tersedia
tidak memenuhi syarat untuk evakuasi
Kondisi a dan b dinyatakan oleh petugas
BPJS Kesehatan setelah dihubungi oleh
Fasilitas kesehatan, dan petugas BPJS
Kesehatan tersebut telah berusaha
3. Prosedur Pelayanan Gawat Darurat di Fasilitas
kesehatan Tingkat pertama dan Fasilitas
kesehatan Rujukan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan
a. Fasilitas kesehatan memastikan eligibilitas
peserta dengan mencocokkan data peserta
dengan master file kepesertaan BPJS
Kesehatan pada kondisi real time. Hal ini
dapat dilakukan dengan cara:
1) Fasilitas kesehatan mengakses master
fle kepesertaan melalui website BPJS
Kesehatan www.bpjs-kesehatan.go.id,
sms gateway dan media elektronik
lainnya.
2) Apabila poin (a) tidak dapat dilakukan
maka Fasilitas kesehatan menghubungi
petugas BPJS Kesehatan melalui telepon
atau mendatangi kantor BPJS Kesehatan
b. Apabila kondisi kegawatdaruratan pasien
sudah teratasi dan pasien dalam kondisi
dapat dipindahkan, tetapi pasien tidak
bersedia untuk dirujuk ke Fasilitas Kesehatan
94
mencari ambulan sesuai dengan
kebutuhan.
3) Kondisi pasien yang tidak memungkinkan
secara medis untuk dievakuasi, yang
dibuktikan dengan surat keterangan
medis dari dokter yang merawat.
Pada keadaan gawat darurat (emergency),
seluruh fasilitas kesehatan baik yang bekerja
sama maupun yang tidak bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan, wajib memberikan
pelayanan kegawatdaruratan sesuai
indikasi medis. Fasilitas kesehatan tidak
diperkenankan menarik biaya pelayanan
kesehatan kepada peserta
D. Alur Pelayanan
(Grafk Ada Dihalaman Berikutnya)
95
P
E
N
J
A
M
I
N
A
N

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

E
M
E
R
G
E
N
S
I

P
A
D
A

P
P
K

N
O
N

P
R
O
V
I
D
E
R
P
e
s
e
r
t
a
P
E
S
E
R
T
A
U
n
i
t

G
a
w
a
t

D
a
r
u
r
a
t
T
i
d
a
k
E
m
e
r
g
e
n
c
y
B
u
k
a
n

P
e
s
e
r
t
a
B
u
k
a
n

P
e
s
e
r
t
a
S
t
a
b
i
l
Y
a
Y
a
T
i
d
a
k
T
i
d
a
k
T
i
d
a
k

S
t
a
b
i
l
P
e
s
e
r
t
a
P
e
s
e
r
t
a
S
u
r
a
t

P
e
r
m
o
h
o
n
a
n

P
e
n
j
a
m
i
n
a
n
A
p
r
o
v
a
l

S
u
r
a
t

J
a
m
i
n
a
n

P
e
l
a
y
a
n
a
n
P
e
n
o
l
a
k
a
n

S
u
r
a
t

J
a
m
i
n
a
n

P
e
l
a
y
a
n
a
n
P
e
m
b
e
r
i
a
n

P
e
l
a
y
a
n
a
n

E
m
e
r
g
e
n
s
i
D
i
r
u
j
u
k

k
e

p
o
l
i

y
a
n
g

s
e
s
u
a
i
P
e
s
e
r
t
a

B
a
y
a
r
P
U
L
A
N
G
R
u
j
u
k

k
e

P
P
K

P
R
O
V
I
D
E
R
,

d
e
n
g
a
n

m
e
m
b
a
w
a

r
e
s
u
m
e

U
G
D
,

h
a
s
i
l

p
e
m
e
r
i
k
-
s
a
a
n

p
e
n
u
n
j
a
n
g
P
e
n
g
a
j
u
a
n

s
u
r
a
t

j
a
m
i
n
a
n

p
e
l
a
y
a
n
a
n
,

m
e
l
e
n
g
k
a
p
i

K
a
r
t
u

P
e
s
e
r
t
a
,

r
e
s
u
m
e

m
e
d
i
s
,

S
r
t

K
e
t
.

R
a
w
a
t

I
n
a
p
P
P
K

N
o
n

P
r
o
v
i
d
e
r
K
a
n
t
o
r

C
a
b
a
n
g
C
e
k

K
r
i
t
e
r
i
a

E
m
e
r
g
e
n
s
i
V
a
l
i
d
a
s
i

K
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n
V
a
l
i
d
a
s
i

K
r
i
t
e
r
i
a

U
r
g
e
n
s
i
K
o
n
d
i
s
i

a
k
h
i
r

P
a
s
i
e
n
V
a
l
i
d
a
s
i

K
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n

k
e

K
C
P
a
s
i
e
n

d
i
r
a
w
a
t

i
n
a
p
mencari ambulan sesuai dengan
kebutuhan.
3) Kondisi pasien yang tidak memungkinkan
secara medis untuk dievakuasi, yang
dibuktikan dengan surat keterangan
medis dari dokter yang merawat.
Pada keadaan gawat darurat (emergency),
seluruh fasilitas kesehatan baik yang bekerja
sama maupun yang tidak bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan, wajib memberikan
pelayanan kegawatdaruratan sesuai
indikasi medis. Fasilitas kesehatan tidak
diperkenankan menarik biaya pelayanan
kesehatan kepada peserta
D. Alur Pelayanan
96
VI Pelayanan Ambulan
A. Fasilitas Kesehatan
1. Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
mempunyai ambulan
2. Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang
mempunyai ambulan
Dalam penyelenggaraan pelayanan ambulan,
fasilitas kesehatan dapat melakukan kerja sama
dengan pihak ketiga sebagai jejaring, antara lain:
a. Pemda atau Dinas Kesehatan Propinsi yang
mempunyai ambulan
b. Ambulan 118
c. Yayasan penyedia layanan ambulan
B. Cakupan Pelayanan
1. Pelayanan Ambulan diberikan pada
transportasi darat dan air bagi pasien dengan
kondisi tertentu antar Fasilitas Kesehatan,
disertai dengan upaya atau kegiatan menjaga
kestabilan kondisi pasien dengan tujuan
penyelamatan nyawa pasien sesuai ketentuan
97
peraturan perundang-undangan.
2. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu pada
poin 1 di atas adalah :
a. kondisi pasien sesuai indikasi medis
berdasarkan rekomendasi medis dari dokter
yang merawat
b. kondisi kelas perawatan sesuai hak peserta
penuh dan pasien sudah dirawat paling
sedikit selama 3 hari di kelas satu tingkat di
atas haknya
c. pasien rujukan kasus gawat darurat dari
fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama
dengan tujuan penyelamatan nyawa pasien
atau sebagai perawatan lanjutan setelah
pasien diberikan pelayanan sampai dengan
kondisi kegawatdaruratan telah teratasi dan
dapat dipindahkan.
d. pasien rujuk balik rawat inap yang masih
memerlukan pelayanan rawat inap di
fasilitas kesehatan tujuan
Contoh :
pasien kanker rawat inap dengan terapi
VI Pelayanan Ambulan
A. Fasilitas Kesehatan
1. Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
mempunyai ambulan
2. Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang
mempunyai ambulan
Dalam penyelenggaraan pelayanan ambulan,
fasilitas kesehatan dapat melakukan kerja sama
dengan pihak ketiga sebagai jejaring, antara lain:
a. Pemda atau Dinas Kesehatan Propinsi yang
mempunyai ambulan
b. Ambulan 118
c. Yayasan penyedia layanan ambulan
B. Cakupan Pelayanan
1. Pelayanan Ambulan diberikan pada
transportasi darat dan air bagi pasien dengan
kondisi tertentu antar Fasilitas Kesehatan,
disertai dengan upaya atau kegiatan menjaga
kestabilan kondisi pasien dengan tujuan
penyelamatan nyawa pasien sesuai ketentuan
98
paliatif di RS tipe A dirujuk balik ke RS tipe
di bawahnya untuk mendapatkan rawat
inap paliatif (bukan rawat jalan)
3. Pelayanan ambulan hanya diberikan untuk
rujukan antar Fasilitas kesehatan :
a. sesama fasilitas kesehatan tingkat pertama;
b. dari fasilitas kesehatan tingkat pertama ke
fasilitas kesehatan rujukan;
c. sesama fasilitas kesehatan rujukan sekunder;
d. dari fasilitas kesehatan sekunder ke fasilitas
kesehatan tersier;
e. dan rujukan balik ke fasilitas kesehatan
dengan tipe di bawahnya.
Pelayanan ambulan hanya diberikan untuk
rujukan antar Fasilitas Kesehatan
4. Fasilitas kesehatan perujuk adalah:
a. Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
99
b. Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau
Fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan
yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan khusus untuk kasus gawat
darurat yang keadaan gawat daruratnya
telah teratasi dan pasien dalam kondisi
dapat dipindahkan
5. Fasilitas kesehatan Penerima Rujukan adalah
Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan
6. Pelayanan Ambulan yang tidak dijamin adalah
pelayanan yang tidak sesuai ketentuan di atas,
termasuk:
a. jemput pasien selain dari Fasilitas kesehatan
(rumah, jalan, lokasi lain)
b. mengantar pasien ke selain Fasilitas
kesehatan
c. rujukan parsial (antar jemput pasien atau
spesimen dalam rangka mendapatkan
pemeriksaan penunjang atau tindakan,
yang merupakan rangkaian perawatan
pasien di salah satu Fasilitas kesehatan).
paliatif di RS tipe A dirujuk balik ke RS tipe
di bawahnya untuk mendapatkan rawat
inap paliatif (bukan rawat jalan)
3. Pelayanan ambulan hanya diberikan untuk
rujukan antar Fasilitas kesehatan :
a. sesama fasilitas kesehatan tingkat pertama;
b. dari fasilitas kesehatan tingkat pertama ke
fasilitas kesehatan rujukan;
c. sesama fasilitas kesehatan rujukan sekunder;
d. dari fasilitas kesehatan sekunder ke fasilitas
kesehatan tersier;
e. dan rujukan balik ke fasilitas kesehatan
dengan tipe di bawahnya.
Pelayanan ambulan hanya diberikan untuk
rujukan antar Fasilitas Kesehatan
4. Fasilitas kesehatan perujuk adalah:
a. Fasilitas kesehatan tingkat pertama atau
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
100
d. Ambulan/mobil jenazah
e. Pasien rujuk balik rawat jalan
C. Prosedur
Dalam rangka evakuasi pasien, maka:
1. Fasilitas kesehatan yang memiliki fasilitas
ambulan dapat langsung memberikan
pelayanan ambulan bagi pasien
2. Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki
fasilitas ambulan, maka Fasilitas kesehatan
berkoordinasi dengan penyedia ambulan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan atau
petugas BPJS Kesehatan
3. Proses rujukan antar fasilitas kesehatan
mengikuti ketentuan sistem rujukan berjenjang
yang berlaku
D. Alur Pelayanan
(Grafk Ada Dihalaman Berikutnya)
101
2
3


D
.
A
L
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

A
L
U
R

P
E
N
J
A
M
I
N
A
N

D
A
N

P
R
O
S
E
D
U
R

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

A
M
B
U
L
A
N

P r o s e d u r K l a i m
A
L
U
R

P
E
N
J
A
M
I
N
A
N

D
A
N

P
R
O
S
E
D
U
R

K
L
A
I
M

P
E
L
A
Y
A
N
A
N

A
M
B
U
L
A
N
B
P
J
S

K
E
S
E
H
A
T
A
N
P
R
O
V
I
D
E
R

A
M
B
U
L
A
N
F
A
S
K
E
S
P
E
S
E
R
T
A
M
u
l
a
i
P
e
s
e
r
t
a

b
e
r
o
b
a
t

k
e

f
a
s
k
e
s

p
r
i
m
e
r

a
t
a
u

f
a
s
k
e
s

l
a
n
j
u
t
a
n
P
e
s
e
r
t
a

m
e
m
b
u
t
u
h
k
a
n

p
e
l
a
y
a
n
a
n

a
m
b
u
l
a
n
M
e
n
g
h
u
b
u
n
g
i

P
r
o
v
i
d
e
r

p
e
l
a
y
a
n
a
n

A
m
b
u
l
a
n

y
a
n
g

t
e
l
a
h

b
e
k
e
r
j
a
s
a
m
a

d
e
n
g
a
n
B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

(
d
a
f
t
a
r
p
r
o
v
i
d
e
r

A
m
b
u
l
a
n

d
i
s
e
d
i
a
k
a
n

o
l
e
h

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n
)
M
e
n
e
r
i
m
a

i
n
f
o
r
m
a
s
i

k
e
b
u
t
u
h
a
n

a
m
b
u
l
a
n
I
d
e
n
t
i
t
a
s

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

d
a
n

k
e
l
a
n
g
k
a
p
a
n

b
e
r
k
a
s

l
a
i
n
M
e
n
g
i
r
i
m
k
a
n

u
n
i
t

a
m
b
u
l
a
n

s
e
s
u
a
i

k
e
b
u
t
u
h
a
n
P
e
l
a
y
a
n
a
n

A
m
b
u
l
a
n

o
l
e
h

f
a
s
k
e
s

p
e
r
u
j
u
k
P
e
m
b
e
r
i
a
n

p
e
l
a
y
a
n
a
n

A
m
b
u
l
a
n
F
a
s
k
e
s
m
e
m
p
u
n
y
a
i
a
m
b
u
l
a
n
y
a
t
i
d
a
k
A
m
b
u
l
a
n
t
e
r
s
e
d
i
a
y
a
M
e
n
g
k
o
m
u
n
i
k
a
s
i
k
a
n
d
e
n
g
a
n

p
i
h
a
k

R
S

d
a
n

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n
M
e
n
g
h
u
b
u
n
g
i
B
P
J
S
K
e
s
e
h
a
t
a
n
M
e
n
e
r
i
m
a

i
n
f
o
r
m
a
s
i

k
e
b
u
t
u
h
a
n

a
m
b
u
l
a
n
M
e
n
c
a
r
i

d
a
n

m
e
n
y
e
d
i
a
k
a
n
f
a
s
i
l
i
t
a
s

A
m
b
u
l
a
n
t
i
d
a
k
M
e
n
g
i
r
i
m
k
a
n

u
n
i
t

a
m
b
u
l
a
n

s
e
s
u
a
i

k
e
b
u
t
u
h
a
n

d. Ambulan/mobil jenazah
e. Pasien rujuk balik rawat jalan
C. Prosedur
Dalam rangka evakuasi pasien, maka:
1. Fasilitas kesehatan yang memiliki fasilitas
ambulan dapat langsung memberikan
pelayanan ambulan bagi pasien
2. Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki
fasilitas ambulan, maka Fasilitas kesehatan
berkoordinasi dengan penyedia ambulan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan atau
petugas BPJS Kesehatan
3. Proses rujukan antar fasilitas kesehatan
mengikuti ketentuan sistem rujukan berjenjang
yang berlaku
D. Alur Pelayanan
102
VII Pelayanan Yang Tidak Dijamin
Pelayanan atau hal-hal lain yang tidak termasuk
jaminan yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa
melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku;
2. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas
Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;
3. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh
program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau
hubungan kerja;
4. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh
program jaminan kecelakaan lalu lintas yang
bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh
program jaminan kecelakaan lalu lintas;
5. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
6. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
7. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
103
8. pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
9. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergan-
tungan obat dan/atau alkohol;
10. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti
diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri;
11. pengobatan komplementer, alternatif dan
tradisional, termasuk akupuntur, shin she,
chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health
technology assessment);
12. pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan
sebagai percobaan (eksperimen);
13. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan
susu;
14. perbekalan kesehatan rumah tangga;
15. pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa
tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah;
16. Kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah
(preventable adverse events) yang ditetapkan oleh
Menteri; dan
VII Pelayanan Yang Tidak Dijamin
Pelayanan atau hal-hal lain yang tidak termasuk
jaminan yang ditanggung oleh BPJS Kesehatan adalah
sebagai berikut :
1. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa
melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku;
2. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas
Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;
3. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh
program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau
hubungan kerja;
4. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh
program jaminan kecelakaan lalu lintas yang
bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung oleh
program jaminan kecelakaan lalu lintas;
5. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
6. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
7. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
104
17. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada
hubungan dengan Manfaat Jaminan Kesehatan
yang diberikan.
VIII
Pelayanan Di Wilayah Tidak
Tersedia Faskes Memenuhi
Syarat
A. Penentuan Wilayah Tidak Tersedia Fasilitas
Kesehatan Memenuhi Syarat
1. Dalam hal di suatu daerah belum tersedia
Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat guna
memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta,
BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi
2. Yang dimaksud dengan daerah tidak tersedia
fasilitas kesehatan memenuhi syarat adalah
sebuah Kecamatan yang tidak terdapat Dokter
atau Bidan atau Perawat
3. Penentuan daerah belum tersedia Fasilitas
Kesehatan yang memenuhi syarat guna
memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan setempat atas
105
pertimbangan BPJS Kesehatan dan Asosiasi
Fasilitas Kesehatan
4. Penetapan daerah yang tidak tersedia fasilitas
kesehatan memenuhi syarat dilakukan dengan
keputusan Kepala Dinas Kesehatan. Keputusan
Kepala Dinas Kesehatan dapat ditinjau
sewaktu-waktu menyesuaikan dengan kondisi
ketersediaan fasilitas kesehatan di daerah
tersebut
5. Kompensasi diberikan dalam bentuk
penggantian uang tunai; atau pengiriman
tenaga kesehatan; atau penyediaan fasilitas
kesehatan tertentu.
6. Kompensasi dalam bentuk penggantian uang
tunai berupa klaim perorangan atas biaya
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan.
7. Besaran penggantian atas biaya pelayanan
kesehatan disetarakan dengan tarif Fasilitas
Kesehatan di wilayah terdekat dengan
memperhatikan tenaga kesehatan dan jenis
pelayanan yang diberikan
17. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada
hubungan dengan Manfaat Jaminan Kesehatan
yang diberikan.
VIII
Pelayanan Di Wilayah Tidak
Tersedia Faskes Memenuhi
Syarat
A. Penentuan Wilayah Tidak Tersedia Fasilitas
Kesehatan Memenuhi Syarat
1. Dalam hal di suatu daerah belum tersedia
Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat guna
memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta,
BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi
2. Yang dimaksud dengan daerah tidak tersedia
fasilitas kesehatan memenuhi syarat adalah
sebuah Kecamatan yang tidak terdapat Dokter
atau Bidan atau Perawat
3. Penentuan daerah belum tersedia Fasilitas
Kesehatan yang memenuhi syarat guna
memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan setempat atas
106
8. Kompensasi dalam bentuk pengiriman tenaga
kesehatan dan penyediaan Fasilitas Kesehatan
tertentu dilakukan dengan bekerja sama
dengan dinas kesehatan, organisasi profesi
kesehatan, dan/atau asosiasi fasilitas kesehatan

Penetapan daerah yang tidak tersedia fasilitas
kesehatan memenuhi syarat dilakukan
dengan keputusan Kepala Dinas Kesehatan

B. Kompensasi Uang Tunai
1. Kompensasi uang tunai diberikan langsung
kepada peserta berdasarkan klaim yang
bersangkutan atas pelayanan yang diberikan
oleh Fasilitas kesehatan Tingkat Pertama yang
tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
2. Besaran kompensasi disetarakan dengan tarif
Fasilitas Kesehatan di wilayah terdekat dengan
memperhatikan tenaga kesehatan dan jenis
pelayanan yang diberikan
3. Dasar besaran penggantian kompensasi
107
adalah rata-rata tarif/unit cost pelayanan
di fasilitas kesehatan tingkat pertama di
wilayahnya,dengan tarif maksimal sesuai
ketentuan
4. Selisih biaya yang terjadi atas biaya pelayanan
menjadi tanggung jawab pasien
5. Untuk dapat memperoleh kompensasi uang
tunai, peserta yang tinggal di wilayah tidak
ada fasilitas kesehatan memenuhi syarat
harus mengikuti prosedur pelayanan rujukan
berjenjang sesuai ketentuan yang berlaku
6. Pembayaran untuk pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan ditagihkan langsung oleh
fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan.
7. Prosedur Pelayanan Kesehatan
a. Untuk pertama kali mendapatkan
pelayanan, peserta mendatangi fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang terdekat.
b. Apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama
terdekat tersebut adalah fasilitas kesehatan
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,
maka biaya pelayanan kesehatan akan
8. Kompensasi dalam bentuk pengiriman tenaga
kesehatan dan penyediaan Fasilitas Kesehatan
tertentu dilakukan dengan bekerja sama
dengan dinas kesehatan, organisasi profesi
kesehatan, dan/atau asosiasi fasilitas kesehatan

Penetapan daerah yang tidak tersedia fasilitas
kesehatan memenuhi syarat dilakukan
dengan keputusan Kepala Dinas Kesehatan

B. Kompensasi Uang Tunai
1. Kompensasi uang tunai diberikan langsung
kepada peserta berdasarkan klaim yang
bersangkutan atas pelayanan yang diberikan
oleh Fasilitas kesehatan Tingkat Pertama yang
tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
2. Besaran kompensasi disetarakan dengan tarif
Fasilitas Kesehatan di wilayah terdekat dengan
memperhatikan tenaga kesehatan dan jenis
pelayanan yang diberikan
3. Dasar besaran penggantian kompensasi
108
ditagihkan ke BPJS Kesehatan, peserta tidak
dikenakan urun biaya.
c. Apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama
terdekat tersebut adalah fasilitas kesehatan
yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, maka peserta membayarkan
biaya pelayanan kesehatan terlebih dahulu,
kemudian peserta menagih kepada BPJS
Kesehatan melalui klaim perorangan
d. Apabila dalam kondisi kegawatdaruratan,
peserta dapat langsung menuju RS tanpa
mengikuti sistem rujukan berjenjang yang
berlaku. Biaya yang timbul akibat pelayanan
RS akan ditagihkan oleh RS ke BPJS
Kesehatan, peserta tidak dikenakan urun
biaya
8. Prosedur Pengajuan Klaim Perorangan
a. Peserta mengajukan klaim ke Kantor
Operasional Kabupaten atau Kantor Cabang
BPJS Kesehatan terdekat
b. Klaim perorangan hanya diberlakukan pada
peserta yang mendapatkan pelayanan di
109
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
c. Kelengkapan administrasi klaim perorangan:
1) Formulir pengajuan klaim
2) Berkas pendukung berupa:
a) Salinan KTP/keterangan domisili
(untuk memastikan peserta berada
di wilayah tidak ada Fasilitas
Kesehatan memenuhi syarat sesuai
Surat Keputusan Dinas Kesehatan)
b) Kuitansi asli bermaterai cukup
c) Rincian pelayanan yang diberikan
serta rincian biaya
C. Kompensasi Pengiriman Tenaga Kesehatan
Dan Penyediaan Fasilitas Kesehatan Tertentu
1. Pengiriman tenaga kesehatan dan penyediaan
fasilitas kesehatan tertentu hanya diberikan ke
daerah yang belum tersedia fasilitas kesehatan
yang memenuhi syarat.
2. Penyediaan fasilitas kesehatan tertentu adalah
penyediaan sebuah tim tenaga kesehatan yang
ditagihkan ke BPJS Kesehatan, peserta tidak
dikenakan urun biaya.
c. Apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama
terdekat tersebut adalah fasilitas kesehatan
yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, maka peserta membayarkan
biaya pelayanan kesehatan terlebih dahulu,
kemudian peserta menagih kepada BPJS
Kesehatan melalui klaim perorangan
d. Apabila dalam kondisi kegawatdaruratan,
peserta dapat langsung menuju RS tanpa
mengikuti sistem rujukan berjenjang yang
berlaku. Biaya yang timbul akibat pelayanan
RS akan ditagihkan oleh RS ke BPJS
Kesehatan, peserta tidak dikenakan urun
biaya
8. Prosedur Pengajuan Klaim Perorangan
a. Peserta mengajukan klaim ke Kantor
Operasional Kabupaten atau Kantor Cabang
BPJS Kesehatan terdekat
b. Klaim perorangan hanya diberlakukan pada
peserta yang mendapatkan pelayanan di
110
dilengkapi dengan peralatan medis untuk
memberikan pelayanan medis tertentu sesuai
dengan kebutuhan di wilayah yang akan
dikunjungi
3. Pengiriman tenaga kesehatan dan penyediaan
fasilitas kesehatan tertentu yang dijamin BPJS
kesehatan adalah pengiriman tenaga kesehatan
yang bukan program pemerintah pusat maupun
daerah serta dapat dlakukan melalui kerjasama
dengan dinas setempat, instansi pemerintah
lainnya, maupun swasta
4. Kompensasi dalam bentuk pengiriman tenaga
kesehatan dan penyediaan Fasilitas Kesehatan
tertentu dapat bekerja sama dengan dinas
kesehatan, organisasi profesi kesehatan, dan/
atau asosiasi fasilitas kesehatan
5. Pembayaran pengiriman tenaga kesehatan dan
penyediaan fasilitas kesehatan tertentu sesuai
ketentuan yang berlaku
6. Pembayaran kompensasi dalam bentuk
pengiriman tenaga kesehatan dan penyediaan
fasilitas kesehatan tertentu berupa klaim atas
111
pelayanan yang telah diberikan oleh tenaga
kesehatan dan penyediaan fasilitas kesehatan
tertentu.
IX Koordinasi Manfaat
1. Koordinasi Manfaat atau Coordination of Beneft
(COB) adalah suatu proses dimana dua atau lebih
penanggung (payer) yang menanggung orang
yang sama untuk beneft asuransi kesehatan
yang sama, membatasi total beneft dalam jumlah
tertentu yang tidak melebihi jumlah pelayanan
kesehatan yang dibiayakan.
2. Peserta Koordinasi Manfaat/COB adalah Peserta
BPJS Kesehatan yang mempunyai program jaminan
kesehatan lain yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
3. Prinsip Koordinasi Manfaat
a. BPJS Kesehatan sebagai penjamin pertama
BPJS Kesehatan menjamin Peserta sesuai
haknya sebagai Peserta BPJS Kesehatan,
selebihnya ditanggung oleh Asuransi tambahan
atau Badan Penjamin lain
dilengkapi dengan peralatan medis untuk
memberikan pelayanan medis tertentu sesuai
dengan kebutuhan di wilayah yang akan
dikunjungi
3. Pengiriman tenaga kesehatan dan penyediaan
fasilitas kesehatan tertentu yang dijamin BPJS
kesehatan adalah pengiriman tenaga kesehatan
yang bukan program pemerintah pusat maupun
daerah serta dapat dlakukan melalui kerjasama
dengan dinas setempat, instansi pemerintah
lainnya, maupun swasta
4. Kompensasi dalam bentuk pengiriman tenaga
kesehatan dan penyediaan Fasilitas Kesehatan
tertentu dapat bekerja sama dengan dinas
kesehatan, organisasi profesi kesehatan, dan/
atau asosiasi fasilitas kesehatan
5. Pembayaran pengiriman tenaga kesehatan dan
penyediaan fasilitas kesehatan tertentu sesuai
ketentuan yang berlaku
6. Pembayaran kompensasi dalam bentuk
pengiriman tenaga kesehatan dan penyediaan
fasilitas kesehatan tertentu berupa klaim atas
112
1) Koordinasi manfaat diberlakukan bila
Peserta mengambil kelas perawatan lebih
tinggi dari haknya sebagai Peserta BPJS
Kesehatan, kecuali pelayanan di Rumah
sakit yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, diatur tersendiri antara BPJS
Kesehatan dengan Asuransi tambahan atau
Badan penjamin lainnya.
2) BPJS Kesehatan menanggung biaya
sesuai hak kelas Peserta, Penjamin lain
menanggung selisih biaya akibat kenaikan
kelas Peserta
3) Koordinasi manfaat dapat dilakukan pada
Fasilitas kesehatan yang belum kerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
4) Pelayanan kesehatan dapat diberikan di:
a) Fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan dan Asuransi
tambahan atau Badan Penjamin lain
b) Fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan Asuransi tambahan atau Badan
Penjamin lain tetapi tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan
113
5) Koordinasi manfaat yang ditanggung oleh
BPJS Kesehatan hanya pelayanan yang
sesuai dengan ketentuan BPJS Kesehatan.
b. BPJS Kesehatan sebagai penjamin kedua
BPJS Kesehatan hanya menjamin selisih biaya
dari tarif sesuai hak sebagai Peserta BPJS
Kesehatan dan nilai yang ditanggung oleh
program jaminan kecelakaan lalu lintas.

UNTUK INFORMASI LEBIH LANJUT
HUBUNGI:
1) Koordinasi manfaat diberlakukan bila
Peserta mengambil kelas perawatan lebih
tinggi dari haknya sebagai Peserta BPJS
Kesehatan, kecuali pelayanan di Rumah
sakit yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, diatur tersendiri antara BPJS
Kesehatan dengan Asuransi tambahan atau
Badan penjamin lainnya.
2) BPJS Kesehatan menanggung biaya
sesuai hak kelas Peserta, Penjamin lain
menanggung selisih biaya akibat kenaikan
kelas Peserta
3) Koordinasi manfaat dapat dilakukan pada
Fasilitas kesehatan yang belum kerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
4) Pelayanan kesehatan dapat diberikan di:
a) Fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan dan Asuransi
tambahan atau Badan Penjamin lain
b) Fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan Asuransi tambahan atau Badan
Penjamin lain tetapi tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan
114
X Lampiran
KRITERIA GAWAT DARURAT
NO. BAGIAN DIAGNOSA
I ANAK 1 Anemia sedang / berat
2 Apnea / gasping
3 Bayi ikterus, anak ikterus
4 Bayi kecil/ premature
5 Cardiac arrest / payah jantung
6 Cyanotic Spell (penyakit jantung)
7 Diare profs (> 10/hari) disertai
dehidrasi ataupun tidak
8 Difteri
9 Ditemukan bising jantung, aritmia
10 Edema / bengkak seluruh badan
11 Epitaksis, tanda pendarahan lain
disertai febris
12 Gagal ginjal akut
13 Gangguan kesadaran, fungsi vital
masih baik
14 Hematuri
15 Hipertensi Berat
16 Hipotensi / syok ringan s/d sedang
17 Intoksikasi (minyak tanah, baygon)
keadaan umum masih baik
115
NO. BAGIAN DIAGNOSA
18 Intoksikasi disertai gangguan
fungsi vital (minyak tanah, baygon)
19 Kejang disertai penurunan
kesadaran
20 Muntah profs (> 6 hari) disertai
dehidrasi atau tidak
21 Panas tinggi >400 C
22 Sangat sesak, gelisah, kesadaran
menurun, sianosis ada retraksi
hebat (penggunaan otot pernafasan
sekunder)
23 Sesak tapi kesadaran dan keadaan
umum masih baik
24 Shock berat (profound) : nadi
tidak teraba tekanan darah terukur
termasuk DSS.
25 Tetanus
26 Tidak kencing > 8 jam
27 Tifus abdominalis dengan komplikasi
II BEDAH 1 Abses cerebri
2 Abses sub mandibula
3 Amputasi penis
4 Anuria
5 Apendicitis acute
6 Atresia ani (tidak bisa BAB sama
sekali)
X Lampiran
KRITERIA GAWAT DARURAT
NO. BAGIAN DIAGNOSA
I ANAK 1 Anemia sedang / berat
2 Apnea / gasping
3 Bayi ikterus, anak ikterus
4 Bayi kecil/ premature
5 Cardiac arrest / payah jantung
6 Cyanotic Spell (penyakit jantung)
7 Diare profs (> 10/hari) disertai
dehidrasi ataupun tidak
8 Difteri
9 Ditemukan bising jantung, aritmia
10 Edema / bengkak seluruh badan
11 Epitaksis, tanda pendarahan lain
disertai febris
12 Gagal ginjal akut
13 Gangguan kesadaran, fungsi vital
masih baik
14 Hematuri
15 Hipertensi Berat
16 Hipotensi / syok ringan s/d sedang
17 Intoksikasi (minyak tanah, baygon)
keadaan umum masih baik
116
NO. BAGIAN DIAGNOSA
7 BPH dengan retensio urin
8 Cedera kepala berat
9 Cedera kepala sedang
10 Cedera tulang belakang (vertebral)
11 Cedera wajah dengan gangguan
jalan nafas
12 Cedera wajah tanpa gangguan jalan
nafas, antara lain :
a. Patah tulang hidung/nasal
terbuka dan tertutup
b. Patah tulang pipi (zygoma)
terbuka dan tertutup
c. Patah tulang rahang (maxilla dan
mandibula) terbuka dan tertutup
d. Luka terbuka daerah wajah
13 Cellulitis
14 Cholesistitis akut
15 Corpus alienum pada :
a. Intra cranial b. Leher
b. Thorax
c. Abdomen
d. Anggota gerak
e. Genetalia
16 CVA bleeding
17 Dislokasi persendian
18 Drowning
117
NO. BAGIAN DIAGNOSA
19 Flail chest
20 Fraktur tulang kepala
21 Gastrokikis
22 Gigitan binatang / manusia
23 Hanging
24 Hematothorax dan pneumothorax
25 Hematuria
26 Hemoroid grade IV (dengan tanda
strangulasi)
27 Hernia incarcerate
28 Hidrochepalus dengan TIK
meningkat
29 Hirschprung disease
30 Ileus Obstruksi
31 Internal Bleeding
32 Luka Bakar
33 Luka terbuka daerah abdomen
34 Luka terbuka daerah kepala
35 Luka terbuka daerah thorax
36 Meningokel / myelokel pecah
37 Multiple trauma
38 Omfalokel pecah
39 Pankreatitis akut
40 Patah tulang dengan dugaan cedera
pembuluh darah
NO. BAGIAN DIAGNOSA
7 BPH dengan retensio urin
8 Cedera kepala berat
9 Cedera kepala sedang
10 Cedera tulang belakang (vertebral)
11 Cedera wajah dengan gangguan
jalan nafas
12 Cedera wajah tanpa gangguan jalan
nafas, antara lain :
a. Patah tulang hidung/nasal
terbuka dan tertutup
b. Patah tulang pipi (zygoma)
terbuka dan tertutup
c. Patah tulang rahang (maxilla dan
mandibula) terbuka dan tertutup
d. Luka terbuka daerah wajah
13 Cellulitis
14 Cholesistitis akut
15 Corpus alienum pada :
a. Intra cranial b. Leher
b. Thorax
c. Abdomen
d. Anggota gerak
e. Genetalia
16 CVA bleeding
17 Dislokasi persendian
18 Drowning
118
NO. BAGIAN DIAGNOSA
41 Patah tulang iga multiple
42 Patah tulang leher
43 Patah tulang terbuka
44 Patah tulang tertutup
45 Periappendicullata infltrate
46 Peritonitis generalisata
47 Phlegmon dasar mulut
48 Priapismus
49 Prolaps rekti
50 Rectal bleeding
51 Ruptur otot dan tendon
52 Strangulasi penis
53 Tension pneumothoraks
54 Tetanus generalisata
55 Torsio testis
56 Tracheo esophagus fstel
57 Trauma tajam dan tumpul daerah
leher
58 Trauma tumpul abdomen
59 Traumatik amputasi
60 Tumor otak dengan penurunan
kesadaran
61 Unstable pelvis
62 Urosepsi
119
NO. BAGIAN DIAGNOSA
III Kardio-
vaskular
1 Aritmia
2 Aritmia dan shock
3 Cor Pulmonale decompensata yang
akut
4 Edema paru akut
5 Henti jantung
6 Hipertensi berat dengan komplikasi
(hipertensi enchephalopati, CVA)
7 Infark Miokard dengan komplikasi
(shock)
8 Kelainan jantung bawaan dengan
gangguan ABC (Airway Breathing
Circulation)
9 Kelainan katup jantung dengan
gangguan ABC (airway Breathing
Circulation)
10 Krisis hipertensi
11 Miokarditis dengan shock
12 Nyeri dada
13 Sesak nafas karena payah jantung
14 Syncope karena penyakit jantung
IV Kebidanan 1 Abortus
2 Distosia
NO. BAGIAN DIAGNOSA
41 Patah tulang iga multiple
42 Patah tulang leher
43 Patah tulang terbuka
44 Patah tulang tertutup
45 Periappendicullata infltrate
46 Peritonitis generalisata
47 Phlegmon dasar mulut
48 Priapismus
49 Prolaps rekti
50 Rectal bleeding
51 Ruptur otot dan tendon
52 Strangulasi penis
53 Tension pneumothoraks
54 Tetanus generalisata
55 Torsio testis
56 Tracheo esophagus fstel
57 Trauma tajam dan tumpul daerah
leher
58 Trauma tumpul abdomen
59 Traumatik amputasi
60 Tumor otak dengan penurunan
kesadaran
61 Unstable pelvis
62 Urosepsi
120
NO. BAGIAN DIAGNOSA
3 Eklampsia
4 Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
5 Perdarahan Antepartum
6 Perdarahan Postpartum
7 Inversio Uteri
8 Febris Puerperalis
9 Hyperemesis gravidarum dengan
dehidrasi
10 Persalinan kehamilan risiko tinggi
dan atau persalinan dengan penyulit
V Mata 1 Benda asing di kornea mata /
kelopak mata
2 Blenorrhoe/ Gonoblenorrhoe
3 Dakriosistisis akut
4 Endoftalmitis/panoftalmitis
5 Glaukoma :
a. Akut
b. Sekunder
6 Penurunan tajam penglihatan
mendadak :
a. Ablasio retina
b. CRAO
c. Vitreous bleeding
7 Selulitis Orbita
121
NO. BAGIAN DIAGNOSA
8 Semua kelainan kornea mata :
a. Erosi
b. Ulkus / abses
c. Descematolis
9 Semua trauma mata :
a. Trauma tumpul
b. Trauma fotoelektrik/ radiasi
c. Trauma tajam/tajam tembus
10 Trombosis sinus kavernosis
11 Tumororbita dengan perdarahan
12 Uveitis/ skleritis/iritasi
VI Paru-
paru
1 Asma bronchitis moderate severe
2 Aspirasi pneumonia
3 Emboli paru
4 Gagal nafas
5 Injury paru
6 Massive hemoptisis
7 Massive pleural effusion
8 Oedema paru non cardiogenic
9 Open/closed pneumathorax
10 P.P.O.M Exacerbasi akut
11 Pneumonia sepsis
12 Pneumathorax ventil
NO. BAGIAN DIAGNOSA
3 Eklampsia
4 Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
5 Perdarahan Antepartum
6 Perdarahan Postpartum
7 Inversio Uteri
8 Febris Puerperalis
9 Hyperemesis gravidarum dengan
dehidrasi
10 Persalinan kehamilan risiko tinggi
dan atau persalinan dengan penyulit
V Mata 1 Benda asing di kornea mata /
kelopak mata
2 Blenorrhoe/ Gonoblenorrhoe
3 Dakriosistisis akut
4 Endoftalmitis/panoftalmitis
5 Glaukoma :
a. Akut
b. Sekunder
6 Penurunan tajam penglihatan
mendadak :
a. Ablasio retina
b. CRAO
c. Vitreous bleeding
7 Selulitis Orbita
122
NO. BAGIAN DIAGNOSA
13 Reccurent Haemoptoe
14 Status Asmaticus
15 Tenggelam
VII Penyakit
Dalam
1 Demam berdarah dengue (DBD)
2 Demam tifoid
3 Difteri
4 Disequilebrium pasca HD
5 Gagal ginjal akut
6 GEA dan dehidrasi
7 Hematemesis melena
8 Hematochezia
9 Hipertensi maligna
10 Keracunan makanan
11 Keracunan obat
12 Koma metabolic
13 Leptospirosis
14 Malaria
15 Observasi shock
VIII THT 1 Abses di bidang THT & kepala leher
2 Benda asing laring/trachea/bronkus,
dan benda asing tenggorokan
3 Benda asing telinga dan hidung
4 Disfagia
123
NO. BAGIAN DIAGNOSA
5 Obstruksi jalan nafas atas grade II/
III Jackson
6 Obstruksi jalan nafas atas grade IV
Jackson
7 Otalgia akut (apapun penyebabnya)
8 Parese fasialis akut
9 Perdarahan di bidang THT
10 Syok karena kelainan di bidang THT
11 Trauma (akut) di bidang THT ,Kepala
dan Leher
12 Tuli mendadak
13 Vertigo (berat)
IX Syaraf 1 Kejang
2 Stroke
3 Meningo enchepalitis
NO. BAGIAN DIAGNOSA
13 Reccurent Haemoptoe
14 Status Asmaticus
15 Tenggelam
VII Penyakit
Dalam
1 Demam berdarah dengue (DBD)
2 Demam tifoid
3 Difteri
4 Disequilebrium pasca HD
5 Gagal ginjal akut
6 GEA dan dehidrasi
7 Hematemesis melena
8 Hematochezia
9 Hipertensi maligna
10 Keracunan makanan
11 Keracunan obat
12 Koma metabolic
13 Leptospirosis
14 Malaria
15 Observasi shock
VIII THT 1 Abses di bidang THT & kepala leher
2 Benda asing laring/trachea/bronkus,
dan benda asing tenggorokan
3 Benda asing telinga dan hidung
4 Disfagia
124
125
B. Panduan Praktis Admininstrasi Klaim
Faskes BPJS Kesehatan ( Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama, Lanjutan
dan Pelayanan Kesehatan Lainnya)
126
127
A Ketentuan Umum
1. Fasilitas Kesehatan mengajukan klaim setiap bulan
secara reguler paling lambat tanggal 10 bulan
berikutnya, kecuali kapitasi, tidak perlu diajukan
klaim oleh Fasilitas Kesehatan.
2. BPJS Kesehatan wajib membayar Fasiltas
Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada
peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja
sejak dokumen klaim diterima lengkap di Kantor
Cabang/Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan.
3. Kendali Mutu dan Biaya.
a. Dalam rangka penyelenggaraan kendali mutu
dan kendali biaya, BPJS Kesehatan membentuk
tim kendali mutu dan kendali biaya yang terdiri
dari unsur organisasi profesi, akademisi, dan
pakar klinis.
b. Tim kendali mutu dan kendali biaya dapat
melakukan:
1) sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan
dalam menjalankan praktik profesi sesuai
kompetensi;
128
2) utilization review dan audit medis; dan/atau
3) pembinaan etika dan disiplin profesi kepada
tenaga kesehatan.
c. Pada kasus tertentu, tim kendali mutu dan
kendali biaya dapat meminta informasi tentang
identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan Peserta
dalam bentuk salinan/fotokopi rekam medis
kepada Fasilitas Kesehatan sesuai kebutuhan.
4. Kadaluarsa Klaim
a. Klaim Kolektif
Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah
maupun Swasta, baik Tingkat Pertama
maupun Tingkat Lanjutan adalah 2 (dua)
tahun setelah pelayanan diberikan.
b. Klaim Perorangan
Batas waktu maksimal pengajuan klaim
perorangan adalah 2 (dua) tahun setelah
pelayanan diberikan, kecuali diatur secara
khusus.
5. Kelengkapan administrasi klaim umum
a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
129
1) Formulir pengajuan klaim (FPK) rangkap
3 (tiga)
2) Softcopy data pelayanan bagi Fasilitas
Kesehatan yang telah menggunakan
aplikasi P-Care/aplikasi BPJS Kesehatan
lain (untuk PMI/UTD) atau rekapitulasi
pelayanan secara manual untuk Fasilitas
Kesehatan yang belum menggunakan
aplikasi P-Care.
3) Kuitansi asli bermaterai cukup
4) Bukti pelayanan yang sudah
ditandatangani oleh peserta atau
anggota keluarga.
5) Kelengkapan lain yang dipersyaratkan
oleh masing-masing tagihan klaim
b. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
1) Formulir pengajuan klaim (FPK) rangkap
3 (tiga),
2) Softcopy luaran aplikasi
3) Kuitansi asli bermaterai cukup
4) Bukti pelayanan yang sudah
ditandatangani oleh peserta atau
anggota keluarga.
2) utilization review dan audit medis; dan/atau
3) pembinaan etika dan disiplin profesi kepada
tenaga kesehatan.
c. Pada kasus tertentu, tim kendali mutu dan
kendali biaya dapat meminta informasi tentang
identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan Peserta
dalam bentuk salinan/fotokopi rekam medis
kepada Fasilitas Kesehatan sesuai kebutuhan.
4. Kadaluarsa Klaim
a. Klaim Kolektif
Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah
maupun Swasta, baik Tingkat Pertama
maupun Tingkat Lanjutan adalah 2 (dua)
tahun setelah pelayanan diberikan.
b. Klaim Perorangan
Batas waktu maksimal pengajuan klaim
perorangan adalah 2 (dua) tahun setelah
pelayanan diberikan, kecuali diatur secara
khusus.
5. Kelengkapan administrasi klaim umum
a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
130
5) Kelengkapan lain yang dipersyaratkan oleh
masing-masing tagihan klaim
B
Klaim Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
1. Klaim Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)
Biaya pelayanan RJTP dibayar dengan kapitasi,
yaitu berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar di
Fasilitas Kesehatan tersebut tanpa pengenaan iur
biaya kepada peserta.
Besaran kapitasi adalah sebagai berikut:
No Fasilitas Kesehatan Tarif
1 Puskesmas atau
fasilitas kesehatan
yang setara
Rp 3.000,00 s.d Rp
6.000,00
2 RS Pratama, Klinik
Pratama, Praktek
Dokter atau Fasilitas
Kesehatan yang setara
Rp 8.000,00 s.d Rp
10.000,00
131
No Fasilitas Kesehatan Tarif
3 Praktik Dokter Gigi
di luar Fasilitas
Kesehatan no 1 atau 2
Rp 2.000,00
a. Tarif kapitasi Rp. 6.000,00 di Puskesmas (huruf
A1) dan Rp. 10.000,00 di RS Kelas D Pratama,
klinik pratama, atau fasilitas kesehatan yang
setara (huruf B1) dalam Lampiran I angka I
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun
2013, sudah termasuk dokter gigi.
b. Tarif kapitasi dokter gigi yang berpraktik di
luar fasilitas kesehatan sebagaimana dimaksud
pada huruf a sebesar Rp 2.000,00 per jiwa
c. BPJS Kesehatan membayar kapitasi setiap
bulan maksimal tanggal 15 (Lima Belas) bulan
berjalan tanpa perlu diajukan klaim oleh
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama.
5) Kelengkapan lain yang dipersyaratkan oleh
masing-masing tagihan klaim
B
Klaim Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
1. Klaim Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)
Biaya pelayanan RJTP dibayar dengan kapitasi,
yaitu berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar di
Fasilitas Kesehatan tersebut tanpa pengenaan iur
biaya kepada peserta.
Besaran kapitasi adalah sebagai berikut:
No Fasilitas Kesehatan Tarif
1 Puskesmas atau
fasilitas kesehatan
yang setara
Rp 3.000,00 s.d Rp
6.000,00
2 RS Pratama, Klinik
Pratama, Praktek
Dokter atau Fasilitas
Kesehatan yang setara
Rp 8.000,00 s.d Rp
10.000,00
132
Tarif kapitasi di Puskesmas, RS Kelas D
Pratama, Klinik Pratama atau fasilitas
kesehatan yang setara sudah termasuk dokter
gigi
2. Klaim Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
a. Biaya pelayanan RITP dibayar dengan paket per
hari rawat dengan besaran Rp100.000,00 per
hari. Pasien tidak boleh ditarik iur biaya.
b. Pengajuan klaim RITP atas pelayanan yang
sudah diberikan kepada peserta pada bulan
sebelumnya diajukan secara kolektif setiap
bulan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
kepada Kantor Cabang/Kantor Operasional
Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan, dengan
menyampaikan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan lain
sebagai berikut:
1) Rekapitulasi pelayanan, yang terdiri dari:
a) Nama penderita;
b) Nomor Identitas;
133
c) Alamat dan nomor telepon pasien;
d) Diagnosa penyakit;
e) Tindakan yang diberikan;
f) Tanggal masuk perawatan dan tanggal
keluar perawatan;
g) Jumlah hari rawat;
h) Besaran tarif paket;
i) Jumlah tagihan paket rawat inap tingkat
pertama (besaran tarif paket dikalikan
jumlah hari rawat);
Perhitungan hari rawat adalah tanggal
keluar dikurangi tanggal masuk.
j) Jumlah seluruh tagihan
2) Berkas pendukung masing-masing pasien
a) Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan
b) Surat perintah rawat inap dari Dokter.
Perhitungan hari rawat adalah tanggal keluar
dikurangi tanggal masuk
Tarif kapitasi di Puskesmas, RS Kelas D
Pratama, Klinik Pratama atau fasilitas
kesehatan yang setara sudah termasuk dokter
gigi
2. Klaim Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
a. Biaya pelayanan RITP dibayar dengan paket per
hari rawat dengan besaran Rp100.000,00 per
hari. Pasien tidak boleh ditarik iur biaya.
b. Pengajuan klaim RITP atas pelayanan yang
sudah diberikan kepada peserta pada bulan
sebelumnya diajukan secara kolektif setiap
bulan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
kepada Kantor Cabang/Kantor Operasional
Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan, dengan
menyampaikan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan lain
sebagai berikut:
1) Rekapitulasi pelayanan, yang terdiri dari:
a) Nama penderita;
b) Nomor Identitas;
134
3. Persalinan/maternal dan neonatal non kapitasi
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
a. Biaya pelayanan persalinan/maternal dan
neonatal non kapitasi adalah tarif tanpa
pengenaan iur biaya kepada peserta, sebagai
berikut:
No Jenis Pelayanan
Tarif
(Rp)
1 Pemeriksaan ANC 25,000
2 Persalinan Pervaginam Normal
600,000
3 Penanganan perdarahan paska
keguguran, persalinan pervaginam
dengan tindakan emergensi dasar

750,000
4 Pemeriksaan PNC/neonatus 25,000
5 Pelayanan tindakan paska
persalinan (mis. placenta manual)

175,000
6 Pelayanan pra rujukan pada
komplikasi kebidanan dan neonatal

125,000
135
No Jenis Pelayanan
Tarif
(Rp)
7
Pelayanan KB pemasangan:
- IUD/Implant 100,000
- Suntik 15,000
8 Penanganan komplikasi KB paska
persalinan
125,000
b. Tarif Pelayanan Kesehatan Kebidanan
dan Neonatal yang dilakukan oleh bidan
sebagaimana dimaksud pada angka 1 (ANC),
angka 4 (PNC), dan angka 7 (pelayanan KB)
dalam Lampiran I angka II huruf B Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 69 Tahun 2013 hanya
berlaku untuk pelayanan kesehatan kebidanan
dan neonatal di luar Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama (Puskesmas, RS Kelas D Pratama, klinik
pratama, atau fasilitas kesehatan yang setara)
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
c. Tarif persalinan adalah paket persalinan
termasuk akomodasi. Pasien tidak boleh ditarik
iur biaya.
3. Persalinan/maternal dan neonatal non kapitasi
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
a. Biaya pelayanan persalinan/maternal dan
neonatal non kapitasi adalah tarif tanpa
pengenaan iur biaya kepada peserta, sebagai
berikut:
No Jenis Pelayanan
Tarif
(Rp)
1 Pemeriksaan ANC 25,000
2 Persalinan Pervaginam Normal
600,000
3 Penanganan perdarahan paska
keguguran, persalinan pervaginam
dengan tindakan emergensi dasar

750,000
4 Pemeriksaan PNC/neonatus 25,000
5 Pelayanan tindakan paska
persalinan (mis. placenta manual)

175,000
6 Pelayanan pra rujukan pada
komplikasi kebidanan dan neonatal

125,000
136
c. Pengajuan klaim persalinan dan pelayanan
maternal/neonatal non kapitasi di Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama dapat dilakukan
oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang
memberikan pelayanan (Puskesmas/Puskesmas
PONED/Klinik/Dokter praktek perorangan
dengan jejaring).
d. Jejaring Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
berupa Polindes/Poskesdes dan bidan desa/
praktik mandiri mengajukan tagihan melalui
Fasilitas Kesehatan induknya.
e. Klaim diajukan secara kolektif setiap bulan
kepada Kantor Cabang/Kantor Operasional
Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan dengan
kelengkapan administrasi umum sesuai poin
A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekapitulasi pelayanan:
a) Nama penderita;
b) Nomor Identitas;
c) Alamat dan telepon pasien;
d) Tanggal pelayanan;
e) GPA (Gravid, Partus, Abortus)
137
f) Jenis persalinan (tanpa penyulit/dengan
penyulit);
g) Besaran tarif paket;
h) Jumlah seluruh tagihan
2) Berkas pendukung masing-masing pasien
yang terdiri dari:
a) Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan
b) Salinan lembar pelayanan pada Buku KIA
sesuai pelayanan yang diberikan untuk
pemeriksaan kehamilan, pelayanan
nifas, termasuk pelayanan bayi baru
lahir dan KB pasca persalinan. Apabila
Peserta tidak memiliki buku KIA, dapat
digunakan kartu ibu atau keterangan
pelayanan lainnya pengganti buku KIA
yang ditandatangani ibu hamil/bersalin
dan petugas yang menangani.
c) Partograf yang ditandatangani oleh
tenaga kesehatan penolong persalinan
untuk pertolongan persalinan. Pada
kondisi tidak ada partograf dapat
digunakan keterangan lain yang
c. Pengajuan klaim persalinan dan pelayanan
maternal/neonatal non kapitasi di Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama dapat dilakukan
oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang
memberikan pelayanan (Puskesmas/Puskesmas
PONED/Klinik/Dokter praktek perorangan
dengan jejaring).
d. Jejaring Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
berupa Polindes/Poskesdes dan bidan desa/
praktik mandiri mengajukan tagihan melalui
Fasilitas Kesehatan induknya.
e. Klaim diajukan secara kolektif setiap bulan
kepada Kantor Cabang/Kantor Operasional
Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan dengan
kelengkapan administrasi umum sesuai poin
A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekapitulasi pelayanan:
a) Nama penderita;
b) Nomor Identitas;
c) Alamat dan telepon pasien;
d) Tanggal pelayanan;
e) GPA (Gravid, Partus, Abortus)
138
menjelaskan tentang pelayanan
persalinan yang diberikan
d) Surat keterangan kelahiran
Tarif Persalinan adalah paket persalinan
termasuk akomodasi. Pasien tidak boleh
ditarik iur biaya.
4. Pelayanan Darah
a. Tarif darah disesuaikan dengan tarif yang
diatur di masing-masing daerah, maksimal
Rp360.000,00 per kantong
b. Biaya pelayanan darah terdiri dari jasa, sarana
dan darah per kantong darah. Biaya jasa
dan bahan, alat medis habis pakai termasuk
transfusi set yang digunakan dalam pelayanan
transfusi darah sudah termasuk paket rawat
inap di Puskesmas atau Klinik.
c. Klaim darah diajukan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan oleh
139
PMI atau UTD setempat dengan kelengkapan
administrasi umum sesuai poin A.5. dan
kelengkapan lain sebagai berikut sebagai
berikut:
1) Rekapitulasi pelayanan yang terdiri dari:
a) Nama penderita;
b) Nomor Identitas;
c) Alamat dan nomor telepon pasien;
d) Tanggal pelayanan;
e) Diagnosa penyakit;
f) Jumlah darah per kantong yang
dibutuhkan;
g) Besaran tarif paket;
h) Jumlah seluruh tagihan
2) Berkas pendukung masing-masing pasien
yang terdiri dari :
a) Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan
b) Lembar permohonan darah dari dokter
yang merawat
menjelaskan tentang pelayanan
persalinan yang diberikan
d) Surat keterangan kelahiran
Tarif Persalinan adalah paket persalinan
termasuk akomodasi. Pasien tidak boleh
ditarik iur biaya.
4. Pelayanan Darah
a. Tarif darah disesuaikan dengan tarif yang
diatur di masing-masing daerah, maksimal
Rp360.000,00 per kantong
b. Biaya pelayanan darah terdiri dari jasa, sarana
dan darah per kantong darah. Biaya jasa
dan bahan, alat medis habis pakai termasuk
transfusi set yang digunakan dalam pelayanan
transfusi darah sudah termasuk paket rawat
inap di Puskesmas atau Klinik.
c. Klaim darah diajukan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan oleh
140
Transfusi set yang digunakan dalam transfusi
darah sudah termasuk paket rawat inap/
kapitasi di Puskesmas atau Klinik
5. Pelayanan Obat Program Rujuk Balik
a. Tarif Obat Program Rujuk Balik sesuai e-catalog
ditambah faktor pelayanan dan embalage.
b. Peresepan obat Program Rujuk Balik sesuai
dengan Daftar Obat Program Rujuk Balik.
c. Harga dasar obat Program Rujuk Balik sesuai
dengan e-catalog atau sesuai ketentuan yang
berlaku .
d. Faktor pelayanan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, dengan ketentuan sebagai berikut:
Harga Satuan Obat
Faktor
Pelayanan
Maksimal
Sampai dengan Rp50.000,- 0,20
> Rp50.000,- sampai dengan Rp250.000,- 0,15
> Rp250.000,- sampai dengan Rp500.000,- 0,10
141
Harga Satuan Obat
Faktor
Pelayanan
Maksimal
> Rp500.000,- sampai dengan Rp1.000.000,- 0,05
> Rp1.000.000,- 0,02
e. Embalage sebagaimana dimaksud pada huruf
a, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) embalage untuk setiap resep (per R/) obat
jadi adalah Rp300,00
2) embalage untuk setiap resep obat racikan
adalah Rp500,00
f. Klaim obat PRB ditagihkan secara kolektif
oleh Apotek PRB/Depo Farmasi kepada
BPJS Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya.
g. Klaim diajukan kepada Kantor Cabang/Kantor
Operasional Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan
secara kolektif setiap bulan oleh Apotek PRB
dengan kelengkapan administrasi umum sesuai
poin A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekap Tagihan Obat Program Rujuk Balik
Transfusi set yang digunakan dalam transfusi
darah sudah termasuk paket rawat inap/
kapitasi di Puskesmas atau Klinik
5. Pelayanan Obat Program Rujuk Balik
a. Tarif Obat Program Rujuk Balik sesuai e-catalog
ditambah faktor pelayanan dan embalage.
b. Peresepan obat Program Rujuk Balik sesuai
dengan Daftar Obat Program Rujuk Balik.
c. Harga dasar obat Program Rujuk Balik sesuai
dengan e-catalog atau sesuai ketentuan yang
berlaku .
d. Faktor pelayanan sebagaimana dimaksud pada
huruf a, dengan ketentuan sebagai berikut:
Harga Satuan Obat
Faktor
Pelayanan
Maksimal
Sampai dengan Rp50.000,- 0,20
> Rp50.000,- sampai dengan Rp250.000,- 0,15
> Rp250.000,- sampai dengan Rp500.000,- 0,10
142
2) Lembar Resep Obat Program Rujuk Balik
3) Data tagihan pelayanan dalam bentuk
softcopy sesuai Aplikasi dari BPJS Kesehatan
Harga Obat =
(harga dasar x faktor pelayanan) + embalage
6. Pelayanan Pemeriksaan Penunjang Program
Rujuk Balik
a. Pelayanan pemeriksaan penunjang Program
Rujuk Balik (PRB) yang dijamin oleh BPJS
Kesehatan adalah pemeriksaan Gula Darah
Puasa, Gula Darah Post Prandial dan Gula
Darah Sewaktu.
b. Tarif pemeriksaan GDS, GDP dan GDPP
berdasarkan kesepakatan antara BPJS
Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan dengan
range tarif Rp10.000,00 - Rp20.000,00.
c. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu, Glukosa
Darah Puasa (GDP) dan Glukosa Darah Post
Prandial (GDPP) dilakukan 1 (satu) bulan sekali
143
d. Pemeriksaan lain selain yang termasuk dalam
komponen paket kapitasi dan selain GDP,
GDPP dan GDS dilakukan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan dan biayanya sudah termasuk
dalam paket INA CBGs.
e. Klaim diajukan secara kolektif oleh
Laboratorium/Fasilitas Kesehatan kepada
BPJS Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya.
f. Klaim diajukan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan dengan
kelengkapan administrasi umum sesuai poin
A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekap Tagihan pelayanan laboratorium
Program Rujuk Balik
2) Lembar permintaan pemeriksaan
laboratorium Program Rujuk Balik oleh
dokter
3) Hasil pemeriksaan laboratorium
4) Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan
2) Lembar Resep Obat Program Rujuk Balik
3) Data tagihan pelayanan dalam bentuk
softcopy sesuai Aplikasi dari BPJS Kesehatan
Harga Obat =
(harga dasar x faktor pelayanan) + embalage
6. Pelayanan Pemeriksaan Penunjang Program
Rujuk Balik
a. Pelayanan pemeriksaan penunjang Program
Rujuk Balik (PRB) yang dijamin oleh BPJS
Kesehatan adalah pemeriksaan Gula Darah
Puasa, Gula Darah Post Prandial dan Gula
Darah Sewaktu.
b. Tarif pemeriksaan GDS, GDP dan GDPP
berdasarkan kesepakatan antara BPJS
Kesehatan dengan Fasilitas Kesehatan dengan
range tarif Rp10.000,00 - Rp20.000,00.
c. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu, Glukosa
Darah Puasa (GDP) dan Glukosa Darah Post
Prandial (GDPP) dilakukan 1 (satu) bulan sekali
144
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu yang
dibayar secara fee-for-service hanya untuk
Program Rujuk Balik. Pemeriksaan GDS yang
dilaksanakan di faskes tingkat pertama dan
bukan Program Rujuk Balik termasuk dalam
komponen kapitasi.
7. Pelayanan Pemeriksaan Penunjang Skrining
Kesehatan
a. Pelayanan pemeriksaan penunjang diberikan
kepada Peserta BPJS Kesehatan yang telah
mendapatkan analisis riwayat kesehatan
dengan hasil teridentifkasi mempunyai risiko
penyakit tertentu
b. Pelayanan pemeriksaan penunjang Skrining
Kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan
adalah:
1) Pemeriksaan IVA
2) Pemeriksaan Pap smear
3) pemeriksaan Gula Darah Puasa
4) pemeriksaan Gula Darah Post Prandial.
145
c. Tarif pemeriksaan berdasarkan kesepakatan
antara BPJS Kesehatan dengan Fasilitas
Kesehatan dengan range tarif sebagai berikut :
1) Pemeriksaan IVA:
Maksimal Rp25.000,00
2) Pemeriksaan Pap Smear:
Maksimal Rp125.000,00
3) Pemeriksaan Gula Darah:
Rp10.000,00 sd Rp20.000,00
d. Klaim diajukan oleh Laboratorium/Fasilitas
Kesehatan kepada Kantor Cabang/Kantor
Operasional Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan
secara kolektif maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya dengan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan lain
sebagai berikut:
1) Rekap Tagihan pelayanan
2) Lembar permintaan pemeriksaan oleh
dokter
3) Hasil pemeriksaan laboratorium
4) Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan
Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu yang
dibayar secara fee-for-service hanya untuk
Program Rujuk Balik. Pemeriksaan GDS yang
dilaksanakan di faskes tingkat pertama dan
bukan Program Rujuk Balik termasuk dalam
komponen kapitasi.
7. Pelayanan Pemeriksaan Penunjang Skrining
Kesehatan
a. Pelayanan pemeriksaan penunjang diberikan
kepada Peserta BPJS Kesehatan yang telah
mendapatkan analisis riwayat kesehatan
dengan hasil teridentifkasi mempunyai risiko
penyakit tertentu
b. Pelayanan pemeriksaan penunjang Skrining
Kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan
adalah:
1) Pemeriksaan IVA
2) Pemeriksaan Pap smear
3) pemeriksaan Gula Darah Puasa
4) pemeriksaan Gula Darah Post Prandial.
146
8. Pelayanan Lain di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama
a. Pelayanan lain di Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama yang dijamin oleh BPJS Kesehatan
adalah pelayanan terapi krio untuk kasus
pemeriksaan IVA positif
b. Tarif pelayanan terapi krio adalah Rp150.000,00
c. Pelayanan terapi krio diberikan kepada Peserta
BPJS Kesehatan yang telah teridentifkasi positif
IVA berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang
skrining kesehatan.
d. Pelayanan terapi krio diajukan secara kolektif
bersama dengan klaim tingkat pertama lainnya
oleh Fasilitas Kesehatan kepada BPJS Kesehatan
maksimal tanggal 10 bulan berikutnya.
e. Klaim diajukan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan dengan
kelengkapan administrasi umum sesuai poin
A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekap Tagihan pelayanan
2) Lembar permintaan pelayanan oleh dokter
3) Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan
147
C Klaim Faskes Tingkat Lanjutan
1. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
a. Biaya pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat
lanjutan dibayar dengan paket INA CBGs tanpa
pengenaan iur biaya kepada peserta.
b. Tarif paket INA CBGs sesuai dengan ketetapan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam
Permenkes No 69 Tahun 2013 tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Dan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
c. Tarif paket INA CBGs sudah mencakup biaya
seluruh pelayanan yang diberikan kepada
peserta BPJS Kesehatan, baik biaya administrasi,
jasa pelayanan, sarana, alat/bahan habis pakai,
obat dan lain-lain.
d. Klaim diajukan secara kolektif oleh fasilitas
kesehatan kepada BPJS Kesehatan maksimal
tanggal 10 bulan berikutnya menggunakan
aplikasi INA CBGs Kementerian Kesehatan yang
berlaku.
8. Pelayanan Lain di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama
a. Pelayanan lain di Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama yang dijamin oleh BPJS Kesehatan
adalah pelayanan terapi krio untuk kasus
pemeriksaan IVA positif
b. Tarif pelayanan terapi krio adalah Rp150.000,00
c. Pelayanan terapi krio diberikan kepada Peserta
BPJS Kesehatan yang telah teridentifkasi positif
IVA berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang
skrining kesehatan.
d. Pelayanan terapi krio diajukan secara kolektif
bersama dengan klaim tingkat pertama lainnya
oleh Fasilitas Kesehatan kepada BPJS Kesehatan
maksimal tanggal 10 bulan berikutnya.
e. Klaim diajukan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan dengan
kelengkapan administrasi umum sesuai poin
A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekap Tagihan pelayanan
2) Lembar permintaan pelayanan oleh dokter
3) Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan
148
e. Klaim diajukan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan dengan
kelengkapan administrasi umum sesuai poin
A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekapitulasi pelayanan
2) Berkas pendukung masing-masing pasien,
yang terdiri dari:
a) Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
b) Resume medis/laporan status pasien/
keterangan diagnosa dari dokter yang
merawat bila diperlukan
c) Bukti pelayanan lainnya, misal:
- Protokol terapi dan regimen (jadual
pemberian obat) pemberian obat
khusus
- Perincian tagihan Rumah Sakit
(manual atau automatic billing)
- Berkas pendukung lain yang
diperlukan
149
2. Rawat Inap Tingkat Lanjutan
a. Biaya pelayanan kesehatan rawat inap tingkat
lanjutan dibayar dengan paket INA CBGs tanpa
pengenaan iur biaya kepada peserta.
b. Tarif paket INA CBGs sesuai dengan ketetapan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia dalam
Permenkes No 69 Tahun 2013 tentang
Standar Tarif Pelayanan Kesehatan Pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Dan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
c. Tarif paket INA CBGs sudah mencakup biaya
seluruh pelayanan yang diberikan kepada
peserta BPJS Kesehatan, baik biaya administrasi,
jasa pelayanan, sarana, alat/bahan habis pakai,
obat, akomodasi dan lain-lain.
d. Klaim diajukan secara kolektif oleh fasilitas
kesehatan kepada BPJS Kesehatan maksimal
tanggal 10 bulan berikutnya dalam bentuk
softcopy (luaran aplikasi INA CBGs Kementerian
Kesehatan yang berlaku) dan hardcopy (berkas
pendukung klaim).
e. Klaim diajukan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan dengan
kelengkapan administrasi umum sesuai poin
A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekapitulasi pelayanan
2) Berkas pendukung masing-masing pasien,
yang terdiri dari:
a) Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
b) Resume medis/laporan status pasien/
keterangan diagnosa dari dokter yang
merawat bila diperlukan
c) Bukti pelayanan lainnya, misal:
- Protokol terapi dan regimen (jadual
pemberian obat) pemberian obat
khusus
- Perincian tagihan Rumah Sakit
(manual atau automatic billing)
- Berkas pendukung lain yang
diperlukan
150
e. Tagihan klaim di fasilitas kesehatan lanjutan
menjadi sah setelah mendapat persetujuan
dan ditandatangani Direktur/Kepala Fasilitas
Kesehatan lanjutan dan Petugas Verifkator
BPJS Kesehatan.
f. Klaim diajukan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan dengan
kelengkapan administrasi umum sesuai poin
A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekapitulasi pelayanan
2) Berkas pendukung masing-masing pasien,
yang terdiri dari:
a) Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
b) Surat perintah rawat inap
c) Resume medis yang ditandatangani oleh
DPJP
d) Bukti pelayanan lain yang ditandatangani
oleh DPJP (bila diperlukan), misal:
- Laporan operasi
- Protokol terapi dan regimen (jadual
pemberian obat) pemberian obat
151
khusus
- Perincian tagihan Rumah Sakit
(manual atau automatic billing)
- Berkas pendukung lain yang
diperlukan
D
Klaim Pelayanan Gawat
Darurat
1. Pelayanan Gawat Darurat di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama yang Tidak Kerja Sama dengan
BPJS Kesehatan
a. BPJS Kesehatan menjamin pelayanan gawat
darurat di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
sesuai dengan Kriteria Gawat Darurat yang
berlaku.
b. Klaim diajukan secara kolektif oleh Fasilitas
Kesehatan kepada BPJS Kesehatan maksimal
tanggal 10 bulan berikutnya. Fasilitas Kesehatan
tidak boleh menarik bayar kepada pasien.
e. Klaim diajukan kepada Kantor Cabang/
e. Tagihan klaim di fasilitas kesehatan lanjutan
menjadi sah setelah mendapat persetujuan
dan ditandatangani Direktur/Kepala Fasilitas
Kesehatan lanjutan dan Petugas Verifkator
BPJS Kesehatan.
f. Klaim diajukan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan dengan
kelengkapan administrasi umum sesuai poin
A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekapitulasi pelayanan
2) Berkas pendukung masing-masing pasien,
yang terdiri dari:
a) Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
b) Surat perintah rawat inap
c) Resume medis yang ditandatangani oleh
DPJP
d) Bukti pelayanan lain yang ditandatangani
oleh DPJP (bila diperlukan), misal:
- Laporan operasi
- Protokol terapi dan regimen (jadual
pemberian obat) pemberian obat
152
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan dengan
kelengkapan administrasi umum sesuai poin
A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekapitulasi pelayanan, yang terdiri dari:
a) Nama penderita;
b) Nomor Identitas;
c) Alamat dan nomor telepon pasien;
d) Diagnosa penyakit;
e) Tindakan yang diberikan;
f) Tanggal masuk perawatan dan tanggal
keluar perawatan;
g) Jumlah tagihan per pasien
h) Jumlah seluruh tagihan
2) Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan
f. Tarif pelayanan gawat darurat di Fasilitas
Kesehatan yang tidak bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan setara dengan tarif yang
berlaku untuk fasilitas kesehatan yang setara di
wilayah tersebut dengan tarif Rp100.000,00 sd
Rp150.000,00 per kasus.
153
2. Pelayanan Gawat Darurat di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan Yang Tidak Kerja Sama dengan
BPJS Kesehatan
a. BPJS Kesehatan menjamin pelayanan gawat
darurat di Fasilitas Kesehatan tingkat lanjutan
yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
sesuai dengan Kriteria Gawat Darurat yang
berlaku.
b. Tarif pelayanan gawat darurat di Fasilitas
Kesehatan yang tidak bekerjasama sesuai paket
INA CBGs untuk kelompok tarif RS yang setara
di wilayah tersebut tanpa pengenaan iur biaya
kepada pasien.
c. Fasilitas kesehatan yang belum memiliki
penetapan kelas Rumah Sakit, menggunakan
tarif INA CBGs Rumah Sakit kelas D
d. Klaim diajukan secara kolektif oleh fasilitas
kesehatan kepada BPJS Kesehatan maksimal
tanggal 10 bulan berikutnya dalam bentuk
softcopy (luaran aplikasi INA CBGs Kementerian
Kesehatan yang berlaku) dan hardcopy (berkas
pendukung klaim).
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan dengan
kelengkapan administrasi umum sesuai poin
A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekapitulasi pelayanan, yang terdiri dari:
a) Nama penderita;
b) Nomor Identitas;
c) Alamat dan nomor telepon pasien;
d) Diagnosa penyakit;
e) Tindakan yang diberikan;
f) Tanggal masuk perawatan dan tanggal
keluar perawatan;
g) Jumlah tagihan per pasien
h) Jumlah seluruh tagihan
2) Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan
f. Tarif pelayanan gawat darurat di Fasilitas
Kesehatan yang tidak bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan setara dengan tarif yang
berlaku untuk fasilitas kesehatan yang setara di
wilayah tersebut dengan tarif Rp100.000,00 sd
Rp150.000,00 per kasus.
154
e. Bagi Fasilitas Kesehatan yang belum dapat
mengajukan dalam bentuk softcopy luaran
INA CBG, maka klaim dientry oleh Fasilitas
Kesehatan tersebut di Kantor BPJS Kesehatan
terdekat.
f. Klaim diajukan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan dengan
kelengkapan administrasi umum sesuai poin
A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekapitulasi pelayanan, yang terdiri dari:
a) Nama penderita;
b) Nomor Identitas;
c) Alamat dan nomor telepon pasien;
d) Diagnosa penyakit;
e) Tindakan yang diberikan;
f) Tanggal masuk perawatan dan tanggal
keluar perawatan;
g) Jumlah hari rawat (jika dirawat inap);
h) Jumlah tagihan per pasien;
i) Jumlah seluruh tagihan
2) Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan
155
Pelayanan gawat darurat di Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama dan tingkat
lanjutan yang tidak bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan, klaimnya diajukan oleh Fasilitas
Kesehatan kepada BPJS Kesehatan. Fasilitas
Kesehatan tidak boleh menarik bayar kepada
pasien.
3. Pelayanan Gawat Darurat di Fasilitas Kesehatan
yang Kerja Sama dengan BPJS Kesehatan
Adminitrasi pengajuan klaim sama dengan
kelengkapan administrasi pengajuan klaim kolektif
pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama dan di Fasilitas Kesehatan tingkat lanjutan.
E Klaim Alat Kesehatan
1. Alat kesehatan yang dapat diklaimkan kepada BPJS
Kesehatan adalah alat kesehatan diluar paket INA
CBGs yaitu alat kesehatan yang tidak termasuk
dalam paket layanan yang didasarkan kepada
e. Bagi Fasilitas Kesehatan yang belum dapat
mengajukan dalam bentuk softcopy luaran
INA CBG, maka klaim dientry oleh Fasilitas
Kesehatan tersebut di Kantor BPJS Kesehatan
terdekat.
f. Klaim diajukan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan secara kolektif setiap bulan dengan
kelengkapan administrasi umum sesuai poin
A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
1) Rekapitulasi pelayanan, yang terdiri dari:
a) Nama penderita;
b) Nomor Identitas;
c) Alamat dan nomor telepon pasien;
d) Diagnosa penyakit;
e) Tindakan yang diberikan;
f) Tanggal masuk perawatan dan tanggal
keluar perawatan;
g) Jumlah hari rawat (jika dirawat inap);
h) Jumlah tagihan per pasien;
i) Jumlah seluruh tagihan
2) Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan
156
pengelompokan diagnosis penyakit dan digunakan
secara tidak permanen di luar tubuh pasien.
2. Alat kesehatan di luar paket INA CBGs ditagihkan
langsung oleh fasilitas kesehatan ke BPJS Kesehatan
3. Alat kesehatan di luar paket INA CBGs adalah
pelayanan yang dibatasi, yaitu:
1) Pelayanan diberikan atas indikasi medis,
2) Adanya plafon maksimal harga alat kesehatan
3) Adanya batasan waktu pengambilan alat
kesehatan
4. Tarif alat kesehatan di luar paket INA CBGs adalah:
No Alat Kesehatan Tarif (Rp) Ketentuan
1 Kacamata 1. PBI/Hak rawat
kelas 3:
Rp150.000,00
2. Hak rawat kelas 2:
Rp200.000,00
3. Hak rawat kelas1:
Rp300.000,00
1. Diberikan paling
cepat 2 (dua)
tahun sekali
2. Indikasi medis
minimal:
- Sferis 0,5D
- Silindris 0,25D
2 Alat bantu
dengar
Maksimal
Rp1.000.000,00
Diberikan paling
cepat 5 (lima) tahun
sekali atas indikasi
medis
157
No Alat Kesehatan Tarif (Rp) Ketentuan
3 Protesa alat
gerak
Maksimal
Rp2.500.000,00
1. Protesa alat gerak
adalah:
a. Kaki palsu
b. Tangan palsu
2. Diberikan paling
cepat 5 (lima)
tahun sekali atas
indikasi medis
4 Protesa gigi Maksimal
Rp1.000.000,00
1. Diberikan paling
cepat 2 (dua)
tahun sekali atas
indikasi medis
untuk gigi yang
sama
2. Full protesa
gigi maksimal
Rp1.000.000,00
3. Masing-masing
rahang maksimal
Rp500.000,00
5 Korset tulang
belakang
Maksimal
Rp350.000,00
Diberikan paling
cepat 2 (dua) tahun
sekali atas indikasi
medis
6 Collar neck Maksimal
Rp150.000,00
Diberikan paling
cepat 2 (dua) tahun
sekali atas indikasi
medis
pengelompokan diagnosis penyakit dan digunakan
secara tidak permanen di luar tubuh pasien.
2. Alat kesehatan di luar paket INA CBGs ditagihkan
langsung oleh fasilitas kesehatan ke BPJS Kesehatan
3. Alat kesehatan di luar paket INA CBGs adalah
pelayanan yang dibatasi, yaitu:
1) Pelayanan diberikan atas indikasi medis,
2) Adanya plafon maksimal harga alat kesehatan
3) Adanya batasan waktu pengambilan alat
kesehatan
4. Tarif alat kesehatan di luar paket INA CBGs adalah:
No Alat Kesehatan Tarif (Rp) Ketentuan
1 Kacamata 1. PBI/Hak rawat
kelas 3:
Rp150.000,00
2. Hak rawat kelas 2:
Rp200.000,00
3. Hak rawat kelas1:
Rp300.000,00
1. Diberikan paling
cepat 2 (dua)
tahun sekali
2. Indikasi medis
minimal:
- Sferis 0,5D
- Silindris 0,25D
2 Alat bantu
dengar
Maksimal
Rp1.000.000,00
Diberikan paling
cepat 5 (lima) tahun
sekali atas indikasi
medis
158
No Alat Kesehatan Tarif (Rp) Ketentuan
7 Kruk Maksimal
Rp350.000,00
Diberikan paling
cepat 5 (lima) tahun
sekali atas indikasi
medis
5. Alat kesehatan:
a. Kacamata
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
dengan gangguan penglihatan sesuai
dengan indikasi medis yang merupakan
bagian dari pemeriksaan dan penanganan
yang diberikan pada fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan
2) Penjaminan pelayanan kacamata diberikan
atas rekomendasi dari dokter spesialis mata
dan dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
mata.
3) Klaim diajukan secara kolektif oleh
fasilitas kesehatan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
159
berikutnya dalam bentuk softcopy (luaran
aplikasi) dan hardcopy (berkas pendukung
klaim), dengan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan
lain sebagai berikut:
a) Surat Eligibilitas Peserta (tindasan NCR
atau salinannya)
b) Surat keterangan medis dari dokter yang
merawat (keterangan indikasi medis)
atau resep kacamata
c) Tanda tangan pasien atau anggota
keluarganya
b. Alat Bantu Dengar
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
dengan gangguan pendengaran sesuai
dengan indikasi medis
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan
3) Penjaminan pelayanan alat bantu dengar
diberikan atas rekomendasi dari dokter
spesialis THT
No Alat Kesehatan Tarif (Rp) Ketentuan
7 Kruk Maksimal
Rp350.000,00
Diberikan paling
cepat 5 (lima) tahun
sekali atas indikasi
medis
5. Alat kesehatan:
a. Kacamata
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
dengan gangguan penglihatan sesuai
dengan indikasi medis yang merupakan
bagian dari pemeriksaan dan penanganan
yang diberikan pada fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan
2) Penjaminan pelayanan kacamata diberikan
atas rekomendasi dari dokter spesialis mata
dan dibuktikan dengan hasil pemeriksaan
mata.
3) Klaim diajukan secara kolektif oleh
fasilitas kesehatan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
160
4) Alat bantu dengar dapat diberikan maksimal
sekali dalam 5 (lima) tahun per telinga
5) Klaim diajukan secara kolektif oleh
fasilitas kesehatan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya dalam bentuk softcopy (luaran
aplikasi) dan hardcopy (berkas pendukung
klaim), dengan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan
lain sebagai berikut:
a) Surat Eligibilitas Peserta (tindasan NCR
atau salinannya)
b) Surat keterangan medis dari dokter yang
merawat (keterangan indikasi medis)
atau resep alat bantu dengar
c. Protesa alat gerak
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
sesuai dengan indikasi medis
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan
161
3) Penjaminan pelayanan protesa alat gerak
diberikan atas rekomendasi dari dokter
spesialis bedah umum atau bedah tulang.
4) Protesa alat gerak dapat diberikan maksimal
sekali dalam 5 (lima) tahun untuk bagian
tubuh yang sama.
5) Klaim diajukan secara kolektif oleh
fasilitas kesehatan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya dalam bentuk softcopy (luaran
aplikasi) dan hardcopy (berkas pendukung
klaim), dengan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan
lain sebagai berikut:
a) Surat Eligibilitas Peserta (tindasan NCR
atau salinannya)
b) Surat keterangan medis dari dokter yang
merawat (keterangan indikasi medis)
atau resep protesa gerak
4) Alat bantu dengar dapat diberikan maksimal
sekali dalam 5 (lima) tahun per telinga
5) Klaim diajukan secara kolektif oleh
fasilitas kesehatan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya dalam bentuk softcopy (luaran
aplikasi) dan hardcopy (berkas pendukung
klaim), dengan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan
lain sebagai berikut:
a) Surat Eligibilitas Peserta (tindasan NCR
atau salinannya)
b) Surat keterangan medis dari dokter yang
merawat (keterangan indikasi medis)
atau resep alat bantu dengar
c. Protesa alat gerak
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
sesuai dengan indikasi medis
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan
162
d. Protesa Gigi
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
yang kehilangan gigi sesuai dengan indikasi
medis
2) Pelayanan prothesa gigi diberikan oleh
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
3) Penjaminan pelayanan protesa gigi
diberikan atas rekomendasi dari dokter gigi
4) Klaim diajukan secara kolektif oleh
fasilitas kesehatan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya dalam bentuk softcopy (luaran
aplikasi) dan hardcopy (berkas pendukung
klaim), dengan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan
lain sebagai berikut:
a) Surat Eligibilitas Peserta (tindasan NCR
atau salinannya)
b) Surat keterangan medis dari dokter yang
163
merawat (keterangan indikasi medis)
atau resep protesa gigi
5) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang
belum menggunakan aplikasi P-Care
mengajukan klaim protesa gigi secara
manual
e. Korset Tulang Belakang
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
yang mengalami kelainan/gangguan tulang
atau kondisi lain sesuai dengan indikasi
medis
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
kesehatan rujukan yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan
3) Penjaminan pelayanan korset tulang
belakang diberikan atas rekomendasi
dokter spesialis bedah saraf atau spesialis
bedah tulang atau spesialis bedah umum.
4) Klaim diajukan secara kolektif oleh
fasilitas kesehatan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
d. Protesa Gigi
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
yang kehilangan gigi sesuai dengan indikasi
medis
2) Pelayanan prothesa gigi diberikan oleh
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
3) Penjaminan pelayanan protesa gigi
diberikan atas rekomendasi dari dokter gigi
4) Klaim diajukan secara kolektif oleh
fasilitas kesehatan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya dalam bentuk softcopy (luaran
aplikasi) dan hardcopy (berkas pendukung
klaim), dengan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan
lain sebagai berikut:
a) Surat Eligibilitas Peserta (tindasan NCR
atau salinannya)
b) Surat keterangan medis dari dokter yang
164
Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya dalam bentuk softcopy (luaran
aplikasi) dan hardcopy (berkas pendukung
klaim), dengan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan
lain sebagai berikut:
a) Surat Eligibilitas Peserta (tindasan NCR
atau salinannya)
b) Surat keterangan medis dari dokter yang
merawat (keterangan indikasi medis)/
resep korset
f. Collar Neck
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
sebagai penyangga kepala dan leher karena
trauma pada leher dan kepala ataupun
fraktur pada tulang cervix sesuai dengan
indikasi medis.
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
kesehatan rujukan yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan
3) Klaim diajukan secara kolektif oleh
fasilitas kesehatan kepada Kantor Cabang/
165
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya dalam bentuk softcopy (luaran
aplikasi) dan hardcopy (berkas pendukung
klaim), dengan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan
lain sebagai berikut:
a) Surat Eligibilitas Peserta (tindasan NCR
atau salinannya)
b) Surat keterangan medis dari dokter yang
merawat (keterangan indikasi medis)
atau resep collar neck
g. Kruk
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
sesuai dengan indikasi medis.
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
kesehatan rujukan yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan
3) Penjaminan pelayanan alat kesehatan kruk
diberikan atas rekomendasi dari dokter
spesialis bedah umum, spesialis orthopedi
atau spesial bedah tulang.
Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya dalam bentuk softcopy (luaran
aplikasi) dan hardcopy (berkas pendukung
klaim), dengan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan
lain sebagai berikut:
a) Surat Eligibilitas Peserta (tindasan NCR
atau salinannya)
b) Surat keterangan medis dari dokter yang
merawat (keterangan indikasi medis)/
resep korset
f. Collar Neck
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
sebagai penyangga kepala dan leher karena
trauma pada leher dan kepala ataupun
fraktur pada tulang cervix sesuai dengan
indikasi medis.
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
kesehatan rujukan yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan
3) Klaim diajukan secara kolektif oleh
fasilitas kesehatan kepada Kantor Cabang/
166
4) Klaim diajukan secara kolektif oleh
fasilitas kesehatan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya dalam bentuk softcopy (luaran
aplikasi) dan hardcopy (berkas pendukung
klaim), dengan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan
lain sebagai berikut:
a) Surat Eligibilitas Peserta (tindasan NCR
atau salinannya)
b) Surat keterangan medis dari dokter yang
merawat (keterangan indikasi medis)
atau resep kruk.
F
Klaim Kompensasi Pelayanan
Di Daerah Tidak Ada Fasilitas
Kesehatan Yang Memenuhi
Syarat
a. Kompensasi uang tunai diberikan langsung kepada
peserta berdasarkan klaim yang bersangkutan atas
167
pelayanan yang diberikan oleh Fasilitas kesehatan
Tingkat Pertama yang tidak bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.
b. Besaran kompensasi disetarakan dengan tarif
fasilitas kesehatan di wilayah terdekat dengan
memperhatikan tenaga kesehatan dan jenis
pelayanan yang diberikan, dengan tarif sebesar:
1) Kompensasi uang tunai rawat jalan tingkat
pertama Rp50.000,00 sd Rp100.000,00
2) Kompensasi uang tunai rawat inap tingkat
pertama Rp100.000,00/hari
c. Pembayaran untuk pelayanan kesehatan tingkat
lanjutan ditagihkan langsung oleh fasilitas
kesehatan kepada BPJS Kesehatan dengan tarif
penggantian sesuai paket INA CBGs untuk
kelompok tarif Rumah Sakit yang setara di wilayah
tersebut. Fasilitas Kesehatan tingkat lanjutan tidak
boleh mengenakan iur biaya kepada pasien.
d. Klaim perorangan hanya diberlakukan pada
peserta yang mendapatkan pelayanan di Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
4) Klaim diajukan secara kolektif oleh
fasilitas kesehatan kepada Kantor Cabang/
Kantor Operasional Kabupaten/Kota BPJS
Kesehatan maksimal tanggal 10 bulan
berikutnya dalam bentuk softcopy (luaran
aplikasi) dan hardcopy (berkas pendukung
klaim), dengan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan
lain sebagai berikut:
a) Surat Eligibilitas Peserta (tindasan NCR
atau salinannya)
b) Surat keterangan medis dari dokter yang
merawat (keterangan indikasi medis)
atau resep kruk.
F
Klaim Kompensasi Pelayanan
Di Daerah Tidak Ada Fasilitas
Kesehatan Yang Memenuhi
Syarat
a. Kompensasi uang tunai diberikan langsung kepada
peserta berdasarkan klaim yang bersangkutan atas
168
e. Kelengkapan administrasi klaim perorangan:
1) Formulir pengajuan klaim
2) Berkas pendukung berupa:
a) Salinan KTP/keterangan domisili (untuk
memastikan peserta berada di wilayah tidak
ada Fasilitas Kesehatan memenuhi syarat
sesuai Surat Keputusan Dinas Kesehatan)
b) Kuitansi asli bermaterai cukup
c) Rincian pelayanan yang diberikan serta
rincian biaya
Klaim perorangan hanya diberlakukan pada
peserta yang berada di daerah yang belum
tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi
syarat (sesuai ketentuan yang berlaku),
yang mendapatkan pelayanan di Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama yang tidak bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan.
169
G Klaim Ambulan
1. Pelayanan ambulan diberikan pada transportasi
darat dan air bagi pasien dengan kondisi tertentu
antar fasilitas kesehatan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Penggantian biaya pelayanan ambulan sesuai
dengan standar biaya ambulan yang ditetapkan
oleh Pemerintah Daerah.
3. Dalam hal belum terdapat tarif dasar ambulans
yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, maka
tarif mengacu kepada tarif yang berlaku di
Kabupaten/Kota yang kondisi geografsnya relatif
sama
4. Klaim diajukan secara kolektif oleh fasilitas kesehatan
kepada Kantor Cabang/Kantor Operasional
Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan maksimal tanggal
10 bulan berikutnya dalam bentuk softcopy (luaran
aplikasi) dan hardcopy (berkas pendukung klaim),
dengan kelengkapan administrasi umum sesuai
poin A.5. dan kelengkapan lain sebagai berikut:
a. Surat keterangan medis dari dokter yang
merawat yang menerangkan kondisi medis
e. Kelengkapan administrasi klaim perorangan:
1) Formulir pengajuan klaim
2) Berkas pendukung berupa:
a) Salinan KTP/keterangan domisili (untuk
memastikan peserta berada di wilayah tidak
ada Fasilitas Kesehatan memenuhi syarat
sesuai Surat Keputusan Dinas Kesehatan)
b) Kuitansi asli bermaterai cukup
c) Rincian pelayanan yang diberikan serta
rincian biaya
Klaim perorangan hanya diberlakukan pada
peserta yang berada di daerah yang belum
tersedia fasilitas kesehatan yang memenuhi
syarat (sesuai ketentuan yang berlaku),
yang mendapatkan pelayanan di Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama yang tidak bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan.
170
pasien pada saat akan dirujuk.
b. Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan
c. Bukti pelayanan ambulan yang memuat
informasi tentang :
1) Identitas pasien
2) Waktu pelayanan (hari, tanggal, jam
berangkat dari Fasilitas Kesehatan perujuk
dan jam tiba di Fasilitas Kesehatan tujuan
3) Fasilitas Kesehatan perujuk
4) Fasilitas Kesehatan tujuan rujukan
5) Tandatangan dan cap dari Fasilitas
Kesehatan perujuk dan Fasilitas Kesehatan
penerima rujukan
Klaim pelayanan ambulan diajukan oleh
Fasilitas Kesehatan ke BPJS Kesehatan, bukan
oleh pihak ketiga penyelenggara pelayanan
ambulan yang merupakan jejaring Fasilitas
Kesehatan.
171
H
Klaim Continuous Ambulatory
Peritonial Dialysis (CAPD)
1. Pelayanan Continuous Ambulatory Peritonial
Dialysis (CAPD) diberikan kepada peserta BPJS
Kesehatan dengan kasus gagal ginjal.
2. Tarif pertama pemasangan CAPD sesuai dengan
tarif INA CBGs pada RS yang memberikan
pelayanan.
3. Tarif consumable CAPD sebagai berikut:
a) Consumables dan jasa pelayanan sebesar
Rp5.940.000,00/bulan
b) Transfer set sebesar Rp250.000,00/set
4. Klaim diajukan secara kolektif oleh fasilitas
kesehatan kepada Kantor Cabang/Kantor
Operasional Kabupaten/Kota BPJS Kesehatan
secara kolektif Kesehatan maksimal tanggal 10
bulan berikutnya dengan kelengkapan administrasi
umum sesuai poin A.5. dan kelengkapan lain
sebagai berikut:
a. Rekapitulasi pelayanan
b. Berkas pendukung masing-masing pasien, yang
pasien pada saat akan dirujuk.
b. Salinan identitas peserta BPJS Kesehatan
c. Bukti pelayanan ambulan yang memuat
informasi tentang :
1) Identitas pasien
2) Waktu pelayanan (hari, tanggal, jam
berangkat dari Fasilitas Kesehatan perujuk
dan jam tiba di Fasilitas Kesehatan tujuan
3) Fasilitas Kesehatan perujuk
4) Fasilitas Kesehatan tujuan rujukan
5) Tandatangan dan cap dari Fasilitas
Kesehatan perujuk dan Fasilitas Kesehatan
penerima rujukan
Klaim pelayanan ambulan diajukan oleh
Fasilitas Kesehatan ke BPJS Kesehatan, bukan
oleh pihak ketiga penyelenggara pelayanan
ambulan yang merupakan jejaring Fasilitas
Kesehatan.
172
terdiri dari:
1) Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
2) Resep permintaan CAPD dari dokter yang
merawat
3) Protokol terapi dan regimen penggunaan
consumable CAPD
4) Berkas pendukung lain yang diperlukan
173
terdiri dari:
1) Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
2) Resep permintaan CAPD dari dokter yang
merawat
3) Protokol terapi dan regimen penggunaan
consumable CAPD
4) Berkas pendukung lain yang diperlukan
C. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
1. Edukasi Kesehatan
174
175
I Definisi
Edukasi Kesehatan adalah kegiatan upaya
meningkatkan pengetahuan kesehatan perorangan
paling sedikit mengenai pengelolaan faktor risiko
penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat
dalam upaya meningkatkan status kesehatan
peserta, mencegah timbulnya kembali penyakit dan
memulihkan penyakit.
II Tujuan
Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,
kemampuan, kesadaran dan pemahaman peserta
terhadap pemeliharaan kesehatan serta meningkatkan
aktivitas fsik melalui kegiatan olahraga sehat.
III Bentuk
Edukasi Langsung :
Olah Raga Sehat
Promosi Kesehatan Keliling
176
Edukasi melalui Media:
Media cetak
Media elektronik
IV Sasaran Program
Peserta BPJS.
V Penanggung Jawab (PIC)
Kepala Bagian Manajemen Pelayanan Primer
VI Ruang Lingkup
Peserta sebagai peserta terdaftar
Instansi / Badan Usaha / Paguyuban Masyarakat /
Klub Sehat Peserta BPJS
Fasilitas Kesehatan pengelola program, mencakup
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan/Spesialistik
177
VII Langkah Pelaksanaan
Indikator Pelaksanaan Proses :
Frekuensi kegiatan edukasi langsung minimal sekali
tiap bulan
Jumlah Peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan
Penyediaan materi promosi sesuai kebutuhan
178
Penyebarluasan / distribusi materi promosi
kesehatan sesuai kebutuhan
Efsiensi penggunaan anggaran
Output :
Tingkat partisipasi peserta dalam kegiatan edukasi
Tingkat pemahaman peserta terhadap materi
edukasi
Indeks pemanfaatan media edukasi kesehatan
Kesesuaian materi yang disampaikan dengan
kebutuhan peserta
179
VIII Implementasi Program
1. Kegiatan Edukasi Langsung
1.1. Olah Raga Sehat
a. Perencanaan
Langkah-langkah persiapan yang dilakukan
antara lain:
1) Menyusun Proposal : Membentuk tim /
panitia kegiatan olah raga sehat.
2) Mendapatkan persetujuan kegiatan
3) Membuat alternatif format pelaksanaan
kegiatan misalnya kerjasama dengan institusi
/ dinas, kerjasama dengan penyelenggara
acara atau kerjasama dengan organisasi
masyarakat kesehatan.
4) Membuat kerjasama dengan fasilitas
pelayanan kesehatan untuk pemberian
konsultasi dan pemeriksaan kesehatan
sederhana pada saat kegiatan berlangsung.
5) Melakukan Koordinasi dan mengundang
dengan instansi terkait/kelompok peserta
6) Menyiapkan Sarana dan Prasarana
180
181
7) Membuat publikasi untuk menyebarluaskan
informasi jadwal kegiatan.
8) Melaksanakan, mengevaluasi, dan
melaporkan kegiatan.
b. Pengorganisasian
1) Penanggung jawab kegiatan pada level
provinsi dimana terdapat kantor Divisi
Regional adalah Bidang Manajemen
Pelayanan Kesehatan sedang jika tidak ada
maka Kantor Cabang setempat.
2) Faskes tingkat Pertama berperan sebagai
pemberi pelayanan konsultasi atau
pemeriksaan kesehatan sederhana di lokasi
kegiatan.
3) Kerjasama dengan organisasi kemasyarakat-
an yang bersifat kesehatan dapat dilaksana-
kan untuk mengatur jadwal pelaksanaan
kegiatan.
4) Jika kegiatan dilakukan oleh penyelenggara
acara maka Bidang Manajemen Pelayanan
Kesehatan / Bagian Manajemen Pelayanan
182
Primer berperan sebagai pengawas untuk
memastikan kesesuaian format kegiatan
selama kegiatan berlangsung.
c. Pelaksanaan
1) Kegiatan dilaksanakan pada tiap Ibukota
Provinsi dan Kota/Kabupaten dengan
frekuensi yang disesuaikan dengan
ketersediaan anggaran.
2) Jenis kegiatan yang dapat diselenggarakan
antara lain: senam sehat, senam osteoporosis,
senam lansia, senam pernafasan, senam
diabetisi, dan sebagainya.
3) Tema penyelenggaraan yang ditetapkan
oleh Kantor Pusat (generik) adalah senam
lansia, senam pada hari Diabetes Melitus,
senam dalam rangka ulang tahun BPJS
Kesehatan / Pemerintah Provinsi dan Hari
Kesehatan Nasional. Untuk senam program
tertentu yang spesifk daerah (muatan lokal)
dapat ditentukan masing-masing.
4) Tempat penyelenggaraan di dalam atau luar
183
ruang yang tersedia pada instansi, badan
usaha, kantor dinas/pemerintah, lapangan
terbuka ataupun pada gelanggang olahraga
di wilayah setempat.
5) Konsultasi dan pemeriksaan kesehatan
dapat dilakukan setelah kegiatan.
6) Publikasi dapat dilakukan untuk mendukung
penyebarluasan informasi kegiatan.
d. Monitoring Dan Evaluasi
Penanggung jawab kegiatan memonitor
pelaksanaan kegiatan dengan pengentrian data
pada aplikasi pelaporan kegiatan dan membuat
dokumentasi kegiatan sesuai kebutuhan yang
telah ditentukan. Evaluasi kegiatan dilakukan
mereview :
1) Frekuensi dan jenis kegiatan
2) Jumlah peserta yang berpartisipasi
3) Materi edukasi langsung yang disampaikan
184
1.2. Promosi Kesehatan Keliling
a. Perencanaan
Langkah-langkah persiapan yang dilakukan
antara lain:
1) Mengidentifkasi sasaran kelompok Peserta
dan kebutuhan edukasi
2) Menyusun jadwal, tempat dan nara
sumber kegiatan yang kemungkinan dapat
didukung oleh operasional mobil promosi
kesehatan.
3) Membuat proposal kebutuhan biaya
operasional
4) Koordinasi dengan penanggung jawab
wilayah
5) Menyiapkan Sarana dan Prasarana
6) Melaksanakan, mengevaluasi, dan melapor-
kan kegiatan.
b. Pengorganisasian
1) Penanggung jawab kegiatan adalah Bidang
Manajemen Pelayanan Kesehatan Divisi
Regional selaku koordinator penetapan
target dan sasaran promosi keliling.
185
2) Bagian Manajemen Pelayanan Kesehatan
Kantor Cabang Primer berperan sebagai
pemberi usulan kegiatan promosi keliling.
c. Pelaksanaan
Aktivitas yang dapat dilakukan menggunakan
mobil promosi kesehatan, antara lain:
1) Kegiatan penyuluhan yang mendukung
kampanye aksi pencegahan diabetes dan
hipertensi dan upaya hidup sehat lainnya.
2) Penyebarluasan media promosi kesehatan
kepada khalayak umum, khususnya peserta
BPJS Kesehatan.
3) Pemutaran media elektronik ( video dan
fller) edukasi kesehatan
4) Pelayanan konsultasi dan pemeriksaan
kesehatan yang dilakukan tenaga kesehatan
dalam kegiatan program pengelolaan
penyakit diabetes dan hipertensi.
5) Kegiatan lainnya pada saat pelaksanaan
senam sehat, penyuluhan pemasaran sosial,
pameran dan seminar kesehatan, serta saat
pertemuan kelompok risiko tinggi.
186
Alur Promkesling
Divisi Regional
Manajemen
Pelkes
Menetapkan
target
Institusi
Pemerintah/
Organisasi
Masyarakat
Kantor Cabang
Kabag Manajemen
Pelayanan Primer
Mengindetifkasi
sasaran
Menyusun jadwal tempat
& Narasumber
Laporan
Promosi Kesehatan Keliling
d. Monitoring Dan Evaluasi
Penanggung jawab kegiatan memonitor
pelaksanaan kegiatan dengan pengentrian data
pada aplikasi pelaporan kegiatan dan membuat
dokumentasi kegiatan sesuai kebutuhan yang
telah ditentukan. Evaluasi kegiatan dilakukan
mereview:
1) Frekuensi dan jenis kegiatan
2) Materi edukasi yang disampaikan
3) Tingkat partisipasi peserta/pengunjung
187
1.3 .Edukasi Tidak Langsung Melalui Media
a. Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
Menyusun Desain Media Promosi
Mengidentifkasi kebutuhan Edukasi
Membuat rancangan desain kampanye
materi edukasi kesehatan yang berkaitan
dengan pencegahan risiko penyakit
tidak menular misalnya peningkatan
aktivitas fsik, pengaturan pola makan
untuk pencegahan obesitas dan
kegemukan, dan program pengelolaan
penyakit diabetes dan hipertensi
Menetapkan strategi Edukasi
1. Membuat kerjasama dengan
fasilitas pelayanan primer, instansi
/ kantor dinas, badan usaha dalam
penempatan media promosi
2. Membuat kerjasama dengan media
periklanan dalam penempatan
materi pada iklan layanan masyarakat
misalnya airport tv, media informasi
188
gedung atau lift, dan tempat publik
lainnya.
Mengumpulkan Bahan (Konten Edukasi)
Merancang media edukasi
1. Setiap materi promosi kesehatan
menggunakan Tag Line Sadari Dini,
Deteksi Dini dan Cegah Sejak Dini
dengan penggunaan warna, bentuk,
model tulisan yang sama.
2. Membuat model dan desain media
promosi kesehatan misalnya leafet
/ brosur, banner, poster dan stiker,
fipchart, fller dalam bentuk CD/
DVD, materi iklan radio dan televisi
yang memikat dan seragam serta
pembuatan buku saku / booklet
tentang perawatan dan pencegahan
penyakit secara umum.
3. Membuat tim panel materi untuk
mengkaji rancangan desain
kampanye tersebut dan bekerja sama
konsultan ahli dari perhimpunan /
organisasi profesi kesehatan
189
Persetujuan Desain Media
Pengadaan Media Edukasi
Pengadaan merujuk pada Pedoman yang
berlaku
Distribusi Media Edukasi
Identifkasi sasaran distribusi
Menentukan jumlah media edukasi
persasaran
Mendistribusikan media edukasi
Membuat Laporan
b. Pengorganisasian
1) Penanggung jawab materi kampanye
kesehatan dan rancangan desain oleh
Kantor Pusat.
2) Terjemahan materi Kantor Pusat menjadi
spesifk daerah sesuai sosial budaya
setempat serta pembuatan materi muatan
lokal oleh Bidang Manajemen Pelayanan
Kesehatan
3) Konsultan ahli dari perhimpunan /
organisasi profesi sebagai narasumber
190
materi kesehatan.
4) Media periklanan sebagai pelaksana
produksi dan penempatan materi edukasi
kesehatan di tempat publik
5) Pendistribusian materi promosi kesehatan
untuk instansi / kantor dinas, badan usaha,
dan fasilitas kesehatan oleh jajaran BPJS
Kesehatan
c. Pelaksanaan
1) Tahap awal dengan kampanye kesadaran
kepada masyarakat, serta pengenalan
model dan desain media kampanye promosi
kesehatan.
2) Selanjutnya dilakukan penguatan materi
pencegahan risiko penyakit diabetes melitus
dan hipertensi misalnya kegemukan dan
obesitas, makanan rendah garam.
3) Penetapan bulan kampanye misalnya pada
saat peringatan hari diabetes dunia.
4) Mendukung pelaksanaan kegiatan edukasi
langsung terutama pada saat kegiatan
olahraga sehat.
191
d. Monitoring Dan Evaluasi
Penanggung jawab kegiatan memonitor
distribusi media dan membuat dokumentasi
kegiatan sesuai kebutuhan yang telah
ditentukan. Pelaporan dan pencatatan kegiatan
meliputi :
1) Jumlah dan jenis media.
2) Penempatan media.
3) Hasil evaluasi kuesioner pemanfaatan
media.
IX Hal-Hal Kritis
1. Promkesling
a. Informasi awal peserta sasaran edukasi (bisa
sesuai segmentasi peserta) sehingga tenaga
penyuluh mampu membuat strategi dan materi
penyuluhan yang sesuai
b. Penentuan jenis olahraga sehat yang sesuai
kebutuhan peserta
c. Peningkatan kegiatan Kemitraan dan koordinasi
lintas sektor dalam mensukseskan kegiatan
192
d. Pemantauan jumlah partisipasi peserta yang
berkurang dalam kegiatan (inventarisasi
penyebab dan mengetahui pengaruhnya
terhadap keberhasilan program)
2. Media
1. Memastikan kontinuitas materi media,
pemilihan jenis dan penetapan jumlah
pencetakan serta penempatan sarana promosi
kesehatan melalui media yang tepat sesuai
kebutuhan peserta.
2. Penyusunan konten materi edukasi sesuai
segmentasi dan kebutuhan peserta
3. Proses pengadaan media harus sesuai ketentuan
pengadaan barang dan jasa yang berlaku
193
2. Pelayanan Imunisasi
194
195
I Definisi
Imunisasi adalah memasukkan kuman penyakit yang
sudah dilemahkan ke dalam tubuh dengan cara suntik
atau minum dengan maksud agar terjadi kekebalan
terhadap jenis penyakit tertentu di dalam tubuh
II Landasan Hukum
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 pasal 21 (3)
Pelayanan imunisasi dasar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b meliputi Baccile Calmett Guerin
(BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B
(DPT-HB), Polio, dan Campak.
III Tujuan
Bertujuan untuk meningkatkan cakupan balita yang
mendapatkan imunisasi
196
IV Sasaran
Sasaran program meliputi semua balita peserta BPJS
V Penanggung Jawab (PIC)
Bagian Manajemen Pelayanan Primer Kantor Cabang
BPJS Kesehatan
VI Ruang Lingkup
Imunisasi dasar diberikan kepada balita peserta BPJS
dengan penyediaan vaksin oleh Pemerintah melalui
Dinas Kesehatan setempat.
a. Imunisasi Dasar Lengkap 0 11 bulan
1) BCG 1 kali
2) DPT-HIB 3 kali
3) Polio 4 kali
4) Campak 1 kali
b. Imunisasi HB-0 bayi baru lahir agar satu paket
dengan persalinan, retriksi bukan untuk kasus Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
197
VII Indikator
Proses:
Jumlah balita yang mendapat imunisasi
Jumlah faskes primer pemberi layanan imunisasi
dasar
Output:
Meningkatnya angka cakupan balita yang
mendapatkan imunisasi dasar
VIII Implementasi Program
Imunisasi Dasar
a. Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
1. Mapping data kebutuhan pelayanan imunisasi
termasuk memetakan fasilitas kesehatan
primer yang dapat melakukan imunisasi
dasar, berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan
setempat.
IV Sasaran
Sasaran program meliputi semua balita peserta BPJS
V Penanggung Jawab (PIC)
Bagian Manajemen Pelayanan Primer Kantor Cabang
BPJS Kesehatan
VI Ruang Lingkup
Imunisasi dasar diberikan kepada balita peserta BPJS
dengan penyediaan vaksin oleh Pemerintah melalui
Dinas Kesehatan setempat.
a. Imunisasi Dasar Lengkap 0 11 bulan
1) BCG 1 kali
2) DPT-HIB 3 kali
3) Polio 4 kali
4) Campak 1 kali
b. Imunisasi HB-0 bayi baru lahir agar satu paket
dengan persalinan, retriksi bukan untuk kasus Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
198
2. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk
penyediaan dan distribusi vaksin.
a. Jenis vaksin yang disediakan oleh Pemerintah
Vaksin BCG
Vaksin Polio
Vaksin Campak
Vaksin DPT-HIB
b. Distribusi vaksin program pemerintah
Distribusi ke seluruh faskes yang
melayani pemberian imunisasi.
Fasilitas kesehatan harus mengutamakan
pemberian vaksin yang disuplai oleh
pemerintah
Fasilitas kesehatan dapat menyediakan
vaksin di luar vaksin pemerintah namun
tidak ditanggung pemerintah dan
biayanya ditanggung oleh peserta.
3. Melakukan koordinasi dengan Faskes Tingkat
Pertama dalam penyelenggaraan pelayanan
Imunisasi.
4. Melakukan sosialisasi dan pemberian informasi
ke peserta BPJS Kesehatan yang memiliki Balita,
199
melalui Faskes tingkat pertama (Puskesmas/
Klinik/DokterKeluarga).
5. Membuat Laporan Kegiatan
Melakukan pencatatan balita yang telah
mendapat layanan imunisasi dan melaporkan
penggunaan vaksin ke Pemerintah
2. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk
penyediaan dan distribusi vaksin.
a. Jenis vaksin yang disediakan oleh Pemerintah
Vaksin BCG
Vaksin Polio
Vaksin Campak
Vaksin DPT-HIB
b. Distribusi vaksin program pemerintah
Distribusi ke seluruh faskes yang
melayani pemberian imunisasi.
Fasilitas kesehatan harus mengutamakan
pemberian vaksin yang disuplai oleh
pemerintah
Fasilitas kesehatan dapat menyediakan
vaksin di luar vaksin pemerintah namun
tidak ditanggung pemerintah dan
biayanya ditanggung oleh peserta.
3. Melakukan koordinasi dengan Faskes Tingkat
Pertama dalam penyelenggaraan pelayanan
Imunisasi.
4. Melakukan sosialisasi dan pemberian informasi
ke peserta BPJS Kesehatan yang memiliki Balita,
200
K
C
/
K
O
K
M
a
p
p
i
n
g

D
a
t
a

B
a
l
i
t
a
B
a
l
i
t
a

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S
S
o
s
i
a
l
i
s
a
s
i

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S
D
i
n
a
s

K
e
s
e
h
a
t
a
n
F
a
s
k
e
s
T
i
n
g
k
a
t

I
I
n
p
u
t

D
a
t
a

I
m
u
n
i
s
a
s
i
L
a
p
o
r
a
n

I
m
u
n
i
s
a
s
i
L
a
p
o
r
a
n

I
m
u
n
i
s
a
s
i
I
m
u
n
i
s
a
s
i
A
l
u
r

I
m
u
n
i
s
a
s
i
201
Pengorganisasian
1. Kantor Cabang sebagai penanggung jawab :
a. Melakukan koordinasi dengan dokter
Faskes Tingkat Pertama,
b. Sosialisasi dan informasi kepada peserta,
c. Memonitor laporan pelayanan imunisasi
dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
2. Divisi Regional memonitor cakupan balita
peserta BPJS Kesehatan yang mendapatkan
imunisasi.
c. Pelaksanaan
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama melayani
balita untuk diberikan imunisasi dasar
2. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama mencatat
dan melaporkan pelayanan Imunisasi balita
peserta BPJS Kesehatan kepada KC/KOK BPJS
Kesehatan.
3. BPJS Kesehatan melakukan rekapitulasi dan
membuat laporan penggunaan vaksin kepada
pemerintah dan/atau pemerintah daerah.
K
C
/
K
O
K
M
a
p
p
i
n
g

D
a
t
a

B
a
l
i
t
a
B
a
l
i
t
a

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S
S
o
s
i
a
l
i
s
a
s
i

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S
D
i
n
a
s

K
e
s
e
h
a
t
a
n
F
a
s
k
e
s
T
i
n
g
k
a
t

I
I
n
p
u
t

D
a
t
a

I
m
u
n
i
s
a
s
i
L
a
p
o
r
a
n

I
m
u
n
i
s
a
s
i
L
a
p
o
r
a
n

I
m
u
n
i
s
a
s
i
I
m
u
n
i
s
a
s
i
A
l
u
r

I
m
u
n
i
s
a
s
i
202
d. Monitoring Dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi kegiatan dalam bentuk
pencatatan dan pelaporan, diinput dalam aplikasi
P-Care, dengan kegiatan meliputi :
1) Jumlah faskes tingkat pertama yang melayani
imunisasi
2) Jumlah balita yang terlayani imunisasi
3) Jenis cakupan imunisasi dasar
203
d. Monitoring Dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi kegiatan dalam bentuk
pencatatan dan pelaporan, diinput dalam aplikasi
P-Care, dengan kegiatan meliputi :
1) Jumlah faskes tingkat pertama yang melayani
imunisasi
2) Jumlah balita yang terlayani imunisasi
3) Jenis cakupan imunisasi dasar
204
IX
Hal-hal yang harus
diperhatikan
1. Penentuan mapping faskes yang dapat melayani
imunisasi dan mendapatkan laporan pelaksanaan
imunisasi
2. Memastiksan sosialisasi dan Informasi pemberian
Imunisasi sampai ke peserta BPJS Kesehatan
3. Memastikan komitmen Pemerintah Daerah dalam
penyediaan dan distribusi vaksin
4. Mekanisme pembayaran pelayanan imunisasi
harus dipahami oleh faskes primer bahwa sudah
termasuk dalam komponen kapitasi
5. Pencatatan yang akurat atas pelayanan imunisasi
205
IX
Hal-hal yang harus
diperhatikan
1. Penentuan mapping faskes yang dapat melayani
imunisasi dan mendapatkan laporan pelaksanaan
imunisasi
2. Memastiksan sosialisasi dan Informasi pemberian
Imunisasi sampai ke peserta BPJS Kesehatan
3. Memastikan komitmen Pemerintah Daerah dalam
penyediaan dan distribusi vaksin
4. Mekanisme pembayaran pelayanan imunisasi
harus dipahami oleh faskes primer bahwa sudah
termasuk dalam komponen kapitasi
5. Pencatatan yang akurat atas pelayanan imunisasi
3. Skrining Kesehatan
206
207
I Definisi
Skrining Kesehatan dibedakan menjadi 2 (dua) jenis,
yaitu:
1. Skrining untuk Preventif Primer - Skrining Riwayat
Kesehatan
Skrining Riwayat Kesehatan merupakan bentuk
deteksi dini untuk penyakit yang berdampak
biaya besar dan menjadi fokus pengendalian
BPJS Kesehatan yaitu Diabetes Melitus Tipe 2 dan
Hipertensi.
2. Skrining untuk Preventif Sekunder Selektif (Peserta
RISTI penyakit kronis berdasarkan hasil Skrining
Riwayat Kesehatan dan Deteksi Kanker)
Deteksi Kanker merupakan bentuk deteksi dini
untuk penyakit Kanker Leher Rahim pada wanita
yang sudah menikah dan Kanker Payudara.
II Tujuan
1. Mendeteksi faktor risiko penyakit kronis dalam
rangka mendorong peserta untuk sadari dini,
208
deteksi dini, dan cegah risiko secara dini terhadap
penyakit kronis.
2. Mendeteksi penyakit Kanker Leher Rahim dan
Kanker Payudara pada peserta yang memiliki faktor
risiko tinggi penyakit tersebut secara lebih dini.
III Sasaran
1. Sasaran Skrining Riwayat Kesehatan adalah semua
peserta BPJS Kesehatan yang berusia 30 tahun ke
atas.
2. Sasaran Deteksi Kanker adalah pada wanita
peserta BPJS Kesehatan, meliputi semua wanita
yang pernah menikah dan wanita yang berisiko
yang berusia 30 tahun ke atas.
IV Bentuk Pelaksanaan
1. Skrining Riwayat Kesehatan dilakukan dengan cara
pengisian riwayat kesehatan setiap 1 (satu) tahun
sekali bagi peserta BPJS Kesehatan.
2. Deteksi Kanker Leher Rahim dilakukan melalui
209
pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat (IVA) dan Pap
Smear.
3. Deteksi Kanker Payudara dilakukan melalui metode
Clinical Breast Examination (CBE).
Clinical Breast Examination (CBE)
adalah pemeriksaan payudara yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan
terlatih. Pemeriksaan ini digunakan
untuk mendeteksi kelainan-kelainan
yang ada pada payudara dan untuk
mengevaluasi kanker payudara pada
tahap dini sebelum berkembang ke
tahap yang lebih lanjut.
deteksi dini, dan cegah risiko secara dini terhadap
penyakit kronis.
2. Mendeteksi penyakit Kanker Leher Rahim dan
Kanker Payudara pada peserta yang memiliki faktor
risiko tinggi penyakit tersebut secara lebih dini.
III Sasaran
1. Sasaran Skrining Riwayat Kesehatan adalah semua
peserta BPJS Kesehatan yang berusia 30 tahun ke
atas.
2. Sasaran Deteksi Kanker adalah pada wanita
peserta BPJS Kesehatan, meliputi semua wanita
yang pernah menikah dan wanita yang berisiko
yang berusia 30 tahun ke atas.
IV Bentuk Pelaksanaan
1. Skrining Riwayat Kesehatan dilakukan dengan cara
pengisian riwayat kesehatan setiap 1 (satu) tahun
sekali bagi peserta BPJS Kesehatan.
2. Deteksi Kanker Leher Rahim dilakukan melalui
210
V Penanggungjawab
Penanggungjawab kegiatan Skrining untuk Preventif
Primer dan Skrining untuk Preventif Sekunder Selektif
adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan Bagian
Manajemen Pelayanan Primer.
VI Langkah Pelaksanaan
A. Skrining Riwayat Kesehatan
1. Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
a. Kantor Pusat melakukan koordinasi dengan
Perhimpunan/Ahli untuk penyusunan materi
kuesioner skrining masing-masing penyakit
b. Kantor Divisi Regional atau Kantor Cabang
melakukan pencetakan kuesioner Skrining
c. Kantor Cabang mendistribusikan kuesioner
skrining kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama
211
2. Pengorganisasian
a. Kantor Pusat berperan untuk membuat
skema pertanyaan kuesioner skrining
riwayat kesehatan
b. Kantor Divisi Regional bertugas
mengkoordinasi jumlah ketersediaan
Fasilitas Kesehatan di wilayahnya yang akan
melakukan kegiatan skrining
c. Kantor Cabang sebagai penanggung jawab
melakukan koordinasi dengan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama, sosialisasi dan
informasi kepada peserta dan memonitor
pelaksanaan skrining di wilayah kerja
3. Pelaksanaan oleh Kantor Cabang:
a. Melakukan identifkasi calon peserta sasaran
Skrining Riwayat Kesehatan
b. Mengadakan Formulir Skrining dan sarana
pendukung lainnya (oleh Divisi Regional
atau Kantor Cabang) sesuai dengan jumlah
sasaran peserta Skrining
c. Melakukan koordinasi dengan Fasilitas
V Penanggungjawab
Penanggungjawab kegiatan Skrining untuk Preventif
Primer dan Skrining untuk Preventif Sekunder Selektif
adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan Bagian
Manajemen Pelayanan Primer.
VI Langkah Pelaksanaan
A. Skrining Riwayat Kesehatan
1. Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
a. Kantor Pusat melakukan koordinasi dengan
Perhimpunan/Ahli untuk penyusunan materi
kuesioner skrining masing-masing penyakit
b. Kantor Divisi Regional atau Kantor Cabang
melakukan pencetakan kuesioner Skrining
c. Kantor Cabang mendistribusikan kuesioner
skrining kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama
212
Kesehatan Tingkat Pertama dalam rangka
pelaksanaan Skrining Riwayat Kesehatan
d. Mendistribusikan Formulir Skrining
Koordinator BPJS pada wilayah kerja
melakukan distribusi formulir kepada
peserta BPJS Kesehatan melalui Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama yang meliputi:
1) Peserta baru.
2) Peserta yang berobat di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (Dokter
Keluarga, Puskesmas, Klinik).
3) Peserta yang terindikasi memiliki faktor
risiko penyakit kronis.
Peserta akan diarahkan untuk
berkunjung ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama untuk mendapatkan
pelayanan Skrining Riwayat
Kesehatan
213
e. Mengumpulkan formulir Skrining
f. Entri data Skrining ke dalam Aplikasi
dilakukan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama
g. Kantor Cabang melakukan analisa hasil
Skrining (berdasarkan luaran Aplikasi),
serta menyampaikan hasil analisa Skrining
tersebut ke Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama untuk tindak lanjut
h. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
melakukan tindak lanjut Skrining dengan
melakukan pemeriksaan GDP dan GDPP
bagi peserta yang hasil analisa Skriningnya
berisiko tinggi Diabetes Melitus Tipe 2
i. Menyusun Laporan Hasil Skrining
Jika hasil Skrining Riwayat Kesehatan
mengindikasikan peserta memiliki faktor
risiko Diabetes Melitus Tipe 2 atau
Hipertensi, peserta di edukasi untuk turut
serta dalam Program Pengelolaan Penyakit
Kronis (PROLANIS) Diabetes Melitus Tipe 2
atau Hipertensi.
Kesehatan Tingkat Pertama dalam rangka
pelaksanaan Skrining Riwayat Kesehatan
d. Mendistribusikan Formulir Skrining
Koordinator BPJS pada wilayah kerja
melakukan distribusi formulir kepada
peserta BPJS Kesehatan melalui Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama yang meliputi:
1) Peserta baru.
2) Peserta yang berobat di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (Dokter
Keluarga, Puskesmas, Klinik).
3) Peserta yang terindikasi memiliki faktor
risiko penyakit kronis.
Peserta akan diarahkan untuk
berkunjung ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama untuk mendapatkan
pelayanan Skrining Riwayat
Kesehatan
214
A
l
u
r

S
k
r
i
n
i
n
g

R
i
w
a
y
a
t

K
e
s
e
h
a
t
a
n

D
i
a
b
e
t
e
s

M
e
l
i
t
u
s

T
i
p
e

2

d
a
n

H
i
p
e
r
t
e
n
s
i
:
215
Peserta berisiko tinggi Diabetes
Melitus Tipe 2 (hasil Skrining) akan
dilakukan pemeriksaan kadar Gula
Darah di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama
B. Deteksi Kanker
1. Perencanaan
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain:
a. Mempersiapkan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan
Memetakan Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama yang dapat melakukan pemeriksaan
Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara
b. Melakukan pemetaan peserta wanita
sudah menikah dan wanita berisiko dengan
ketentuan:
1) Berisiko tinggi Kanker Leher Rahim,
antara lain: menikah/hubungan seksual
pada usia muda, sering melahirkan, A
l
u
r

S
k
r
i
n
i
n
g

R
i
w
a
y
a
t

K
e
s
e
h
a
t
a
n

D
i
a
b
e
t
e
s

M
e
l
i
t
u
s

T
i
p
e

2

d
a
n

H
i
p
e
r
t
e
n
s
i
:
216
merokok, berganti-ganti pasangan
seksual, dan infeksi menular seksual
2) Berisiko tinggi Kanker Payudara,
antara lain: riwayat keluarga ada yang
menderita Kanker Payudara, menstruasi
dini, wanita yang mempunyai anak
pertama diatas usia 30 tahun, tidak
pernah menyusui, menopause usia
lanjut, riwayat tumor jinak payudara,
terapi hormon, pajanan radiasi,
kontrasepsi oral terlalu lama, alkohol
dan trauma terus menerus
3) Peserta mendapatkan rekomendasi dari
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
4) Peserta mendaftar dengan lembar
kesediaan Formulir Permohonan
Pelayanan Deteksi Kanker Leher Rahim
atau Kanker Payudara
2. Pengorganisasian
a. Kantor Divisi Regional bertugas mengkoor-
dinasi jumlah dan target sasaran
217
b. Kantor Cabang sebagai penanggung jawab
melakukan koordinasi dengan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama, sosialisasi dan
informasi kepada peserta, dan memonitor
pelaksanaan skrining
3. Pelaksanaan
a. Kantor Pusat menentukan sasaran peserta
per Kantor Regional.
b. Kantor Divisi Regional menentukan sasaran
peserta per Kantor Cabang.
c. Kantor Cabang melakukan:
1) Mengumumkan kepada calon peserta
melalui Instansi/Kelompok Peserta/
Faskes Tingkat Pertama.
2) Menjaring calon peserta, kemudian
dilakukan pencatatan untuk pendataan
dan identifkasi terhadap wanita
menikah dan berisiko yang bersedia
mendapat layanan IVA/Pap Smear,
serta melakukan pencatatan pendataan
terhadap wanita yang berisiko tinggi
merokok, berganti-ganti pasangan
seksual, dan infeksi menular seksual
2) Berisiko tinggi Kanker Payudara,
antara lain: riwayat keluarga ada yang
menderita Kanker Payudara, menstruasi
dini, wanita yang mempunyai anak
pertama diatas usia 30 tahun, tidak
pernah menyusui, menopause usia
lanjut, riwayat tumor jinak payudara,
terapi hormon, pajanan radiasi,
kontrasepsi oral terlalu lama, alkohol
dan trauma terus menerus
3) Peserta mendapatkan rekomendasi dari
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
4) Peserta mendaftar dengan lembar
kesediaan Formulir Permohonan
Pelayanan Deteksi Kanker Leher Rahim
atau Kanker Payudara
2. Pengorganisasian
a. Kantor Divisi Regional bertugas mengkoor-
dinasi jumlah dan target sasaran
218
menderita Kanker Payudara yang
bersedia mendapat layanan CBE.
3) Validasi calon peserta Deteksi Kanker.
4) Menetapkan peserta Deteksi Kanker.
5) Menyampaikan data peserta Deteksi
Kanker kepada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (Dokter atau Bidan).
6) Mengundang peserta melakukan
Deteksi Kanker.
Peserta terlebih dahulu menandatangani
formulir permohonan pelayanan peme-
riksaan Deteksi Kanker (IVA / Pap Smear).
7) Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
melayani wanita yang sudah menikah
dan berisiko untuk diberikan pemerik-
saan deteksi Kanker Leher Rahim atau
Kanker Payudara:
Deteksi Kanker Leher Rahim
didahului dengan pemeriksaan IVA
oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama. Tindakan Pap Smear
merupakan langkah tindak lanjut
219
dari hasil pemeriksaan IVA, yang
akan dilakukan di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan.
Deteksi Kanker Payudara, Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
memberikan edukasi cara melakukan
CBE.
8) Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
mencatat dan menagihkan pelayanan
IVA kepada BPJS Kesehatan.
9) BPJS Kesehatan melakukan proses
verifkasi klaim tagihan.
10) BPJS Kesehatan melakukan entri
data hasil pemeriksaan ke dalam
Aplikasi P-Care dan melakukan proses
pembayaran klaim.
11) Menganalisa hasil Deteksi Kanker.
12) Menyampaikan hasil analisa Deteksi
Kanker ke Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama untuk tindaklanjut.
13) Menyusun laporan hasil pemeriksaan
Deteksi Kanker.
menderita Kanker Payudara yang
bersedia mendapat layanan CBE.
3) Validasi calon peserta Deteksi Kanker.
4) Menetapkan peserta Deteksi Kanker.
5) Menyampaikan data peserta Deteksi
Kanker kepada Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (Dokter atau Bidan).
6) Mengundang peserta melakukan
Deteksi Kanker.
Peserta terlebih dahulu menandatangani
formulir permohonan pelayanan peme-
riksaan Deteksi Kanker (IVA / Pap Smear).
7) Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
melayani wanita yang sudah menikah
dan berisiko untuk diberikan pemerik-
saan deteksi Kanker Leher Rahim atau
Kanker Payudara:
Deteksi Kanker Leher Rahim
didahului dengan pemeriksaan IVA
oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama. Tindakan Pap Smear
merupakan langkah tindak lanjut
220
A
l
u
r

S
k
r
i
n
i
n
g

u
n
t
u
k

D
e
t
e
k
s
i

R
i
s
i
k
o

K
a
n
k
e
r

L
e
h
e
r

R
a
h
i
m
:
P
e
s
e
r
t
a

y
a
n
g

m
e
n
d
e
r
i
t
a

K
a
n
k
e
r

L
e
h
e
r

R
a
h
i
m

d
a
p
a
t

d
i
l
a
k
u
k
a
n

k
r
i
o
t
e
r
a
p
i

d
i

F
a
s
k
e
s

T
i
n
g
k
a
t

P
e
r
t
a
m
a
.
K
r
i
o
t
e
r
a
p
i

a
d
a
l
a
h

p
e
r
u
s
a
k
a
n

s
e
l
-
s
e
l

p
r
a
k
a
n
k
e
r

d
e
n
g
a
n

c
a
r
a

d
i
b
e
k
u
k
a
n

(
d
e
n
g
a
n

m
e
m
b
e
n
t
u
k

b
o
l
a

e
s

p
a
d
a

p
e
r
m
u
k
a
a
n

l
e
h
e
r

r
a
h
i
m
)
.

T
i
n
d
a
k
a
n

i
n
i

d
a
p
a
t

d
i
l
a
k
u
k
a
n

d
i

F
a
s
i
l
i
t
a
s

K
e
s
e
h
a
t
a
n

T
i
n
g
k
a
t

P
e
r
t
a
m
a

s
e
p
e
r
t
i

P
u
s
k
e
s
m
a
s

o
l
e
h

D
o
k
t
e
r

U
m
u
m
/
S
p
e
s
i
a
l
i
s

K
e
b
i
d
a
n
a
n

t
e
r
l
a
t
i
h
P
E
S
E
R
T
A
B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n
I
V
A
d
i

F
a
s
k
e
s

T
k
.

P
e
r
t
a
m
a
P
a
p

S
m
e
a
r
d
i

F
a
s
k
e
s

T
k
.

L
a
n
j
u
t
a
n
E
d
u
k
a
s
i

P
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n

K
e
s
e
h
a
t
a
n

M
a
n
d
i
r
i
T
e
r
a
p
i

K
r
i
o
(
K
r
i
o
t
e
r
a
p
i
)
P
e
n
g
o
b
a
t
a
n

L
a
n
j
u
t
a
n
221
Pemeriksaan IVA bagi peserta BPJS
Kesehatan dilakukan setiap 5 (lima)
tahun sekali
A
l
u
r

S
k
r
i
n
i
n
g

u
n
t
u
k

D
e
t
e
k
s
i

R
i
s
i
k
o

K
a
n
k
e
r

L
e
h
e
r

R
a
h
i
m
:
P
e
s
e
r
t
a

y
a
n
g

m
e
n
d
e
r
i
t
a

K
a
n
k
e
r

L
e
h
e
r

R
a
h
i
m

d
a
p
a
t

d
i
l
a
k
u
k
a
n

k
r
i
o
t
e
r
a
p
i

d
i

F
a
s
k
e
s

T
i
n
g
k
a
t

P
e
r
t
a
m
a
.
K
r
i
o
t
e
r
a
p
i

a
d
a
l
a
h

p
e
r
u
s
a
k
a
n

s
e
l
-
s
e
l

p
r
a
k
a
n
k
e
r

d
e
n
g
a
n

c
a
r
a

d
i
b
e
k
u
k
a
n

(
d
e
n
g
a
n

m
e
m
b
e
n
t
u
k

b
o
l
a

e
s

p
a
d
a

p
e
r
m
u
k
a
a
n

l
e
h
e
r

r
a
h
i
m
)
.

T
i
n
d
a
k
a
n

i
n
i

d
a
p
a
t

d
i
l
a
k
u
k
a
n

d
i

F
a
s
i
l
i
t
a
s

K
e
s
e
h
a
t
a
n

T
i
n
g
k
a
t

P
e
r
t
a
m
a

s
e
p
e
r
t
i

P
u
s
k
e
s
m
a
s

o
l
e
h

D
o
k
t
e
r

U
m
u
m
/
S
p
e
s
i
a
l
i
s

K
e
b
i
d
a
n
a
n

t
e
r
l
a
t
i
h
P
E
S
E
R
T
A
B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n
I
V
A
d
i

F
a
s
k
e
s

T
k
.

P
e
r
t
a
m
a
P
a
p

S
m
e
a
r
d
i

F
a
s
k
e
s

T
k
.

L
a
n
j
u
t
a
n
E
d
u
k
a
s
i

P
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n

K
e
s
e
h
a
t
a
n

M
a
n
d
i
r
i
T
e
r
a
p
i

K
r
i
o
(
K
r
i
o
t
e
r
a
p
i
)
P
e
n
g
o
b
a
t
a
n

L
a
n
j
u
t
a
n
222
A
l
u
r

S
k
r
i
n
i
n
g

u
n
t
u
k

D
e
t
e
k
s
i

R
i
s
i
k
o

K
a
n
k
e
r

P
a
y
u
d
a
r
a
:
P
E
S
E
R
T
A
B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n
N
o
r
m
a
l
R
i
s
i
k
o
R
i
s
i
k
o
R
i
s
i
k
o
N
o
r
m
a
l
N
o
r
m
a
l
S
k
r
i
n
i
n
g

R
i
w
a
y
a
t
E
d
u
k
a
s
i

P
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n

K
e
s
e
h
a
t
a
n

M
a
n
d
i
r
i
C
B
E

/

S
a
d
a
r
i
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

l
a
n
j
u
t
a
n

o
l
e
h

F
a
s
k
e
s

T
k
.

P
e
r
t
a
m
a
M
a
m
o
g
r
a
f

d
i

F
a
s
k
e
s

T
k
.

L
a
n
j
u
t
a
n
P
e
n
g
o
b
a
t
a
n
223
VII Indikator
A. Skrining Riwayat Kesehatan
1. Proses:
Jumlah kuesioner yang terisi data skrining
Jumlah peserta yang dilakukan pemeriksaan
tindak lanjut
2. Output:
Cakupan peserta yang berisiko tinggi
B. Deteksi Kanker
1. Proses:
Jumlah wanita yang mendapat pelayanan
deteksi Kanker Leher Rahim dan Kanker
Payudara
2. Output:
Terlaksananya pemeriksaan deteksi Kanker
Leher Rahim dan Kanker Payudara serta
ditemukannya peserta berisiko tinggi oleh
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
A
l
u
r

S
k
r
i
n
i
n
g

u
n
t
u
k

D
e
t
e
k
s
i

R
i
s
i
k
o

K
a
n
k
e
r

P
a
y
u
d
a
r
a
:
P
E
S
E
R
T
A
B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n
N
o
r
m
a
l
R
i
s
i
k
o
R
i
s
i
k
o
R
i
s
i
k
o
N
o
r
m
a
l
N
o
r
m
a
l
S
k
r
i
n
i
n
g

R
i
w
a
y
a
t
E
d
u
k
a
s
i

P
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n

K
e
s
e
h
a
t
a
n

M
a
n
d
i
r
i
C
B
E

/

S
a
d
a
r
i
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

l
a
n
j
u
t
a
n

o
l
e
h

F
a
s
k
e
s

T
k
.

P
e
r
t
a
m
a
M
a
m
o
g
r
a
f

d
i

F
a
s
k
e
s

T
k
.

L
a
n
j
u
t
a
n
P
e
n
g
o
b
a
t
a
n
224
VIII
Hal - Hal Yang Perlu
Diperhatikan
A. Skrining Riwayat Kesehatan
1. Pengadaan formulir Skrining Riwayat Kesehatan
diantisipasi supaya tidak terjadi keterlambatan
dalam pelaksanaan Skrining Riwayat Kesehatan.
2. Peserta sasaran diwilayah terpencil tidak
tercakup, karena kondisi geografs yang sulit
dijangkau.
3. Pengisian formulir Skrining Riwayat Kesehatan
tidak valid dan tidak lengkap (tidak sesuai
dengan kondisi kesehatan peserta).
4. Target tidak tercapai, karena peserta tidak
bersedia mengikuti program Skrining Riwayat
Kesehatan (takut kondisi kesehatan diketahui).
5. Luaran data tidak valid, disebabkan karena
proses entri yang tidak optimal.
B. Deteksi Kanker
1. Kesulitan mencari peserta sasaran (karena ada
budaya tabu, takut, malu).
225
2. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang melayani
pemeriksaan Deteksi Kanker terutama didaerah
terpencil.
3. Ketersediaan tenaga kesehatan (Dokter atau
Bidan) yang mampu melakukan pemeriksaan
Deteksi Kanker (metode IVA).
VIII
Hal - Hal Yang Perlu
Diperhatikan
A. Skrining Riwayat Kesehatan
1. Pengadaan formulir Skrining Riwayat Kesehatan
diantisipasi supaya tidak terjadi keterlambatan
dalam pelaksanaan Skrining Riwayat Kesehatan.
2. Peserta sasaran diwilayah terpencil tidak
tercakup, karena kondisi geografs yang sulit
dijangkau.
3. Pengisian formulir Skrining Riwayat Kesehatan
tidak valid dan tidak lengkap (tidak sesuai
dengan kondisi kesehatan peserta).
4. Target tidak tercapai, karena peserta tidak
bersedia mengikuti program Skrining Riwayat
Kesehatan (takut kondisi kesehatan diketahui).
5. Luaran data tidak valid, disebabkan karena
proses entri yang tidak optimal.
B. Deteksi Kanker
1. Kesulitan mencari peserta sasaran (karena ada
budaya tabu, takut, malu).
226
227
4. Sistem Rujukan Berjenjang
228
229
I Definisi Dan Ketentuan Umum
A. Definisi
Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik baik
vertikal maupun horizontal yang wajib dilaksanakan
oleh peserta jaminan kesehatan atau asuransi
kesehatan sosial, dan seluruh fasilitas kesehatan.
Peserta
Emergency
Faskes Primer
Rujuk/
Rujuk Balik
Alur Pelayanan Kesehatan
BPJS Kesehatan
Branch Ofce
Rumah Sakit
Klaim
230
B. Ketentuan Umum
1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3
(tiga) tingkatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
merupakan pelayanan kesehatan dasar yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan
pelayanan kesehatan spesialistik yang
dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan
teknologi kesehatan spesialistik.
4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan
pelayanan kesehatan sub spesialistik yang
dilakukan oleh dokter sub spesialis atau
dokter gigi sub spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan sub
spesialistik.
5. Dalam menjalankan pelayanan kesehatan,
231
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan tingkat
lanjutan wajib melakukan sistem rujukan
dengan mengacu pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku
6. Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan
yang tidak sesuai dengan sistem rujukan dapat
dimasukkan dalam kategori pelayanan yang
tidak sesuai dengan prosedur sehingga tidak
dapat dibayarkan oleh BPJS Kesehatan.
7. Fasilitas Kesehatan yang tidak menerapkan
sistem rujukan maka BPJS Kesehatan akan
melakukan recredentialing terhadap kinerja
fasilitas kesehatan tersebut dan dapat
berdampak pada kelanjutan kerjasama
8. Pelayanan rujukan dapat dilakukan secara
horizontal maupun vertikal.
9. Rujukan horizontal adalah rujukan yang
dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam
satu tingkatan apabila perujuk tidak dapat
memberikan pelayanan kesehatan sesuai
dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan
fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang
sifatnya sementara atau menetap.
B. Ketentuan Umum
1. Pelayanan kesehatan perorangan terdiri dari 3
(tiga) tingkatan yaitu:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
2. Pelayanan kesehatan tingkat pertama
merupakan pelayanan kesehatan dasar yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
3. Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan
pelayanan kesehatan spesialistik yang
dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan
teknologi kesehatan spesialistik.
4. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan
pelayanan kesehatan sub spesialistik yang
dilakukan oleh dokter sub spesialis atau
dokter gigi sub spesialis yang menggunakan
pengetahuan dan teknologi kesehatan sub
spesialistik.
5. Dalam menjalankan pelayanan kesehatan,
232
10. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan
antar pelayanan kesehatan yang berbeda
tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
11. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang
lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih
tinggi dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan
spesialistik atau subspesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/
atau ketenagaan.
12. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang
lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih
rendah dilakukan apabila :
a. permasalahan kesehatan pasien dapat
ditangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan
233
tingkat pertama atau kedua lebih baik
dalam menangani pasien tersebut;
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan
yang dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah
dan untuk alasan kemudahan, efsiensi dan
pelayanan jangka panjang; dan/atau
d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan sarana, prasarana,
peralatan dan/atau ketenagaan.
Pelayanan kesehatan sub
spesialistik oleh dokter sub
spesialis di Faskes tingkat
lanjutan
Pelayanan kesehatan
spesialistik oleh dokter
sub spesialis di Faskes
tingkat lanjutan
Pelayanan kesehatan
dasar oleh Faskes
tingkat Pertama
Kasus yang sudah
ditegakkan diagnosis
& rencana terapi,
merupakan pelayanan
berulang dan hanya
tersedia di faskes
primer
Tingkat
Ketiga
Tingkat Kedua
Tingkat Pertama
Sistem Rujukan Berjenjang
10. Rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan
antar pelayanan kesehatan yang berbeda
tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat
pelayanan yang lebih rendah ke tingkat
pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
11. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang
lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih
tinggi dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan
spesialistik atau subspesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/
atau ketenagaan.
12. Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang
lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang lebih
rendah dilakukan apabila :
a. permasalahan kesehatan pasien dapat
ditangani oleh tingkatan pelayanan
kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan
kompetensi dan kewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan
234
II
Tata Cara Pelaksanaan System
Rujukan Berjenjang
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan
secara berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat
pertama oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh
spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas
kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes
sekunder hanya dapat diberikan atas rujukan
dari faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes
tersier hanya dapat diberikan atas rujukan dari
faskes sekunder dan faskes primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat
dirujuk langsung ke faskes tersier hanya untuk
kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan
rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang
dan hanya tersedia di faskes tersier.
235
II
Tata Cara Pelaksanaan System
Rujukan Berjenjang
1. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan
secara berjenjang sesuai kebutuhan medis, yaitu:
a. Dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat
pertama oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama
b. Jika diperlukan pelayanan lanjutan oleh
spesialis, maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas
kesehatan tingkat kedua
c. Pelayanan kesehatan tingkat kedua di faskes
sekunder hanya dapat diberikan atas rujukan
dari faskes primer.
d. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga di faskes
tersier hanya dapat diberikan atas rujukan dari
faskes sekunder dan faskes primer.
2. Pelayanan kesehatan di faskes primer yang dapat
dirujuk langsung ke faskes tersier hanya untuk
kasus yang sudah ditegakkan diagnosis dan
rencana terapinya, merupakan pelayanan berulang
dan hanya tersedia di faskes tersier.
236
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat
dikecualikan dalam kondisi:
a. terjadi keadaan gawat darurat;
Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan
yang berlaku
b. bencana;
Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat dan atau Pemerintah Daerah
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien;
untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana
terapinya dan terapi tersebut hanya dapat
dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan
d. pertimbangan geografs; dan
e. pertimbangan ketersediaan fasilitas
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat
dapat memberikan pelayanan kesehatan
tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan
rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali
237
dalam kondisi gawat darurat dan kekhususan
permasalahan kesehatan pasien, yaitu kondisi
di luar kompetensi dokter dan/atau dokter gigi
pemberipelayanan kesehatan tingkat pertama
5. Rujukan Parsial
a. Rujukan parsial adalah pengiriman pasien atau
spesimen ke pemberi pelayanan kesehatan
lain dalam rangka menegakkan diagnosis
atau pemberian terapi, yang merupakan satu
rangkaian perawatan pasien di Faskes tersebut.
b. Rujukan parsial dapat berupa:
1) pengiriman pasien untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang atau tindakan
2) pengiriman spesimen untuk pemeriksaan
penunjang
c. Apabila pasien tersebut adalah pasien rujukan
parsial, maka penjaminan pasien dilakukan
oleh fasilitas kesehatan perujuk.
3. Ketentuan pelayanan rujukan berjenjang dapat
dikecualikan dalam kondisi:
a. terjadi keadaan gawat darurat;
Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan
yang berlaku
b. bencana;
Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat dan atau Pemerintah Daerah
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien;
untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana
terapinya dan terapi tersebut hanya dapat
dilakukan di fasilitas kesehatan lanjutan
d. pertimbangan geografs; dan
e. pertimbangan ketersediaan fasilitas
4. Pelayanan oleh bidan dan perawat
a. Dalam keadaan tertentu, bidan atau perawat
dapat memberikan pelayanan kesehatan
tingkat pertama sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Bidan dan perawat hanya dapat melakukan
rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi
pelayanan kesehatan tingkat pertama kecuali
238
III
Forum Komunikasi Antar
Fasilitas Kesehatan
1. Untuk dapat mengoptimalisasikan sistem rujukan
berjenjang, maka perlu dibentuk forum komunikasi
antar Fasilitas Kesehatan baik faskes yang setingkat
maupun antar tingkatan faskes, hal ini bertujuan
agar fasilitas kesehatan tersebut dapat melakukan
koordinasi rujukan antar fasilitas kesehatan
menggunakan sarana komunikasi yang tersedia
agar:
a. Faskes perujuk mendapatkan informasi
mengenai ketersediaan sarana dan prasarana
serta kompetensi dan ketersediaan tenaga
kesehatan serta dapat memastikan bahwa
penerima rujukan dapat menerima pasien
sesuai dengan kebutuhan medis.
b. Faskes tujuan rujukan mendapatkan informasi
secara dini terhadap kondisi pasien sehingga
dapat mempersiapkan dan menyediakan
perawatan sesuai dengan kebutuhan medis.
2. Forum Komunikasi antar Faskes dibentuk oleh
masing-masing Kantor Cabang BPJS Kesehatan
239
sesuai dengan wilayah kerjanya dengan menunjuk
Person In charge (PIC) dari masing-masing Faskes.
Tugas PIC Faskes adalah menyediakan informasi
yang dibutuhkan dalam rangka pelayanan rujukan
IV
Pembinaan Dan Pengawasan
Sistem Rujukan Berjenjang
1. Ka Dinkes Kab/Kota dan organisasi profesi
bertanggung jawab atas pembinaan dan
pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan
tingkat pertama.
2. Ka Dinkes provinsi dan organisasi profesi
bertanggung jawab atas pembinaan dan
pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan
tingkat kedua.
3. Menteri bertanggung jawab atas pembinaan dan
pengawasan rujukan pada pelayanan kesehatan
tingkat ketiga.
III
Forum Komunikasi Antar
Fasilitas Kesehatan
1. Untuk dapat mengoptimalisasikan sistem rujukan
berjenjang, maka perlu dibentuk forum komunikasi
antar Fasilitas Kesehatan baik faskes yang setingkat
maupun antar tingkatan faskes, hal ini bertujuan
agar fasilitas kesehatan tersebut dapat melakukan
koordinasi rujukan antar fasilitas kesehatan
menggunakan sarana komunikasi yang tersedia
agar:
a. Faskes perujuk mendapatkan informasi
mengenai ketersediaan sarana dan prasarana
serta kompetensi dan ketersediaan tenaga
kesehatan serta dapat memastikan bahwa
penerima rujukan dapat menerima pasien
sesuai dengan kebutuhan medis.
b. Faskes tujuan rujukan mendapatkan informasi
secara dini terhadap kondisi pasien sehingga
dapat mempersiapkan dan menyediakan
perawatan sesuai dengan kebutuhan medis.
2. Forum Komunikasi antar Faskes dibentuk oleh
masing-masing Kantor Cabang BPJS Kesehatan
240
V
Hal Yang Perlu Diperhatikan
Dalam Sistem Rujukan
Berjenjang
1. Apakah pasien yang tidak mengikuti rujukan
berjenjang dapat dijamin oleh BPJS Kesehatan?
Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan
yang tidak sesuai dengan sistem rujukan dapat
dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak
sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat
dibayarkan oleh BPJS Kesehatan, kecuali dalam
kondisi tertentu yaitu kondisi gawat darurat,
bencana, kekhususan permasalahan pasien,
pertimbangan geografs, dan pertimbangan
ketersediaan fasilitas.
2. Untuk pasien di perbatasan, apakah
diperbolehkan untuk merujuk pasien lintas
kabupaten?
Jika atas pertimbangan geografs dan keselamatan
pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan
rujukan dalam satu kabupaten, maka diperbolehkan
rujukan lintas kabupaten.
241
V
Hal Yang Perlu Diperhatikan
Dalam Sistem Rujukan
Berjenjang
1. Apakah pasien yang tidak mengikuti rujukan
berjenjang dapat dijamin oleh BPJS Kesehatan?
Peserta yang ingin mendapatkan pelayanan
yang tidak sesuai dengan sistem rujukan dapat
dimasukkan dalam kategori pelayanan yang tidak
sesuai dengan prosedur sehingga tidak dapat
dibayarkan oleh BPJS Kesehatan, kecuali dalam
kondisi tertentu yaitu kondisi gawat darurat,
bencana, kekhususan permasalahan pasien,
pertimbangan geografs, dan pertimbangan
ketersediaan fasilitas.
2. Untuk pasien di perbatasan, apakah
diperbolehkan untuk merujuk pasien lintas
kabupaten?
Jika atas pertimbangan geografs dan keselamatan
pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan
rujukan dalam satu kabupaten, maka diperbolehkan
rujukan lintas kabupaten.
5. Kebidanan & Neonatal
242
243
I Definisi
Merupakan upaya untuk menjamin dan melindungi
proses kehamilan, persalinan, pasca persalinan,
penanganan perdarahan pasca keguguran dan
pelayanan KB pasca salin serta komplikasi yang terkait
dengan kehamilan, persalinan, nifas dan KB pasca
salin.
Pelayanan persalinan dilakukan secara terstruktur dan
berjenjang berdasarkan rujukan.
II Cakupan Pelayanan
Pelayanan kebidanan dan neonatal adalah:
1. Pelayanan pemeriksaan kehamilan atau antenatal
care (ANC)
Salah satu fungsi terpenting dari perawatan
antenatal adalah untuk memberikan saran dan
informasi pada seorang wanita mengenai tempat
kelahiran yang tepat sesuai dengan kondisi
dan status kesehatannya. Perawatan antenatal
juga merupakan suatu kesempatan untuk
244
menginformasikan kepada para wanita mengenai
tanda tanda bahaya dan gejala yang memerlukan
bantuan segera dari petugas kesehatan (WHO).
Tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga
agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya,
persalinan dan nifas dengan baik dan selamat,
serta menghasilkan bayi yang sehat (Depkes RI)
sehingga mengurangi angka kematian ibu dan
angka kematian bayi dari suatu proses persalinan.
Pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat
bagi ibu dan janin, antara lain:
a. Bagi ibu
1. Mengurangi dan menegakkan secara dini
komplikasi kehamilan dan mengobati
secara dini komplikasi yang mempengaruhi
kehamilan.
2. Mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan mental dan fsik ibu hamil dalam
menghadapi persalinan.
3. Meningkatkan kesehatan ibu setelah
persalinan dan untuk dapat memberikan
ASI.
245
4. Memberikan konseling dalam memilih
metode kontrasepsi (Manuaba, 1999).
b. Bagi janin
Manfaat untuk janin adalah memelihara
kesehatan ibu sehingga mengurangi persalinan
prematur, berat badan lahir rendah, juga
meningkatkan kesehatan bayi sebagai titik
awal kualitas sumber daya manusia (Manuaba,
1999).
2. persalinan,
3. pemeriksaan bayi baru lahir
4. pemeriksaan pasca persalinan atau postnatal care
(PNC)
Pemeriksaan bayi baru lahir dan ibu pasca persalinan
sangat penting untuk memastikan kesehatan dan
keselamatan bayi dan ibu, terutama pada masa
nifas awal yaitu setelah kelahiran bayi dan selama
7 (tujuh) hari pertama setelah melahirkan. Namun
demikian, sepanjang periode nifas yaitu setelah
melahirkan hingga 28 hari setelah kelahiran adalah
masa-masa risiko tinggi. Kematian bayi lahir hidup
dalam masa 28 hari sejak kelahiran yang dikenal
menginformasikan kepada para wanita mengenai
tanda tanda bahaya dan gejala yang memerlukan
bantuan segera dari petugas kesehatan (WHO).
Tujuan Antenatal Care (ANC) adalah untuk menjaga
agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilannya,
persalinan dan nifas dengan baik dan selamat,
serta menghasilkan bayi yang sehat (Depkes RI)
sehingga mengurangi angka kematian ibu dan
angka kematian bayi dari suatu proses persalinan.
Pemeriksaan antenatal juga memberikan manfaat
bagi ibu dan janin, antara lain:
a. Bagi ibu
1. Mengurangi dan menegakkan secara dini
komplikasi kehamilan dan mengobati
secara dini komplikasi yang mempengaruhi
kehamilan.
2. Mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan mental dan fsik ibu hamil dalam
menghadapi persalinan.
3. Meningkatkan kesehatan ibu setelah
persalinan dan untuk dapat memberikan
ASI.
246
sebagai tingkat kematian neonatal (neonatal
mortality rate) dilaporkan terjadi di seluruh dunia.
Begitu juga dengan kematian ibu karena komplikasi
pasca persalinan cukup tinggi.
Tujuan pemeriksaan pasca persalinan (PNC) adalah:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan diri, nutrisi, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
5. pelayanan KB
III
Biaya Pelayanan Kebidanan
Dan Neonatal
Pelayanan Kebidanan dan Neonatal oleh:
1. Puskesmas/Puskesmas PONED/Klinik/Dokter praktik
perorangan beserta jejaringnya (Pustu, Polindes/
247
Poskesdes, Bidan desa/Bidan praktik Mandiri)
2. Bidan Praktik Mandiri yang menjadi jejaring faskes
tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan dan Bidan Praktik Mandiri pada daerah
tidak ada faskes (Berdasarkan SK Kepala Dinas
Kesehatan Kab/Kota setempat)
3. Rumah Sakit/Klinik yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan
IV
Biaya Pelayanan Kebidanan
Dan Neonatal
1. Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC) dan
Pemeriksaan Pasca Melahirkan (PNC)
a. Pelayanan ANC dan PNC di Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama (Puskesmas, RS Kelas D
Pratama, klinik pratama, atau fasilitas kesehatan
yang setara):
1) Pelayanan ANC dan PNC oleh bidan di dalam
gedung atau menggunakan sarana Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (Puskesmas,
RS Kelas D Pratama, klinik pratama, atau
sebagai tingkat kematian neonatal (neonatal
mortality rate) dilaporkan terjadi di seluruh dunia.
Begitu juga dengan kematian ibu karena komplikasi
pasca persalinan cukup tinggi.
Tujuan pemeriksaan pasca persalinan (PNC) adalah:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya
b. Melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya
c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan diri, nutrisi, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan
perawatan bayi sehat.
5. pelayanan KB
III
Biaya Pelayanan Kebidanan
Dan Neonatal
Pelayanan Kebidanan dan Neonatal oleh:
1. Puskesmas/Puskesmas PONED/Klinik/Dokter praktik
perorangan beserta jejaringnya (Pustu, Polindes/
248
fasilitas kesehatan yang setara) maka
pembayarannya sudah termasuk dalam
kapitasi.
2) Pelayanan ANC dan PNC oleh bidan jejaring
di luar gedung atau tidak menggunakan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(Puskesmas, RS Kelas D Pratama, klinik
pratama, atau fasilitas kesehatan yang
setara) maka pembayarannya ditagihkan per
tindakan (fee for service) dan penagihannya
melalui faske stingkat pertamanya.
Maksimal kunjungan ANC dan PNC yang
bisa ditagihkan secara fee for service adalah
masing-masing sebanyak 4 (empat) kali.
Kunjungan lebih dari 4 (empat) kali tidak
bisa ditagihkan kepada BPJS Kesehatan
secara fee for service, tetapi termasuk
dalam biaya kapitasi.
249
Pemeriksaan ANC dan PNC yang
dapat ditagihkan secara fee for
service kepada BPJS Kesehatan
masing-masing maksimal 4 (empat)
kali. Kunjungan lebih dari 4 kali
tidak dapat ditagihkan secara fee for
service, tetapi termasuk dalam biaya
kapitasi
b. Pelayanan ANC dan PNC di dokter praktek
tingkat pertama yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan.
1) Pelayanan ANC dan PNC oleh dokter praktek
tingkat pertama yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan maka pembayarannya
sudah termasuk dalam kapitasi
2) Pelayanan ANC dan PNC oleh bidan
jejaring dokter praktek tingkat pertama
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
maka pembayarannya adalah fee for service
dan penagihannya melalui faskes tingkat
pertamanya.
fasilitas kesehatan yang setara) maka
pembayarannya sudah termasuk dalam
kapitasi.
2) Pelayanan ANC dan PNC oleh bidan jejaring
di luar gedung atau tidak menggunakan
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(Puskesmas, RS Kelas D Pratama, klinik
pratama, atau fasilitas kesehatan yang
setara) maka pembayarannya ditagihkan per
tindakan (fee for service) dan penagihannya
melalui faske stingkat pertamanya.
Maksimal kunjungan ANC dan PNC yang
bisa ditagihkan secara fee for service adalah
masing-masing sebanyak 4 (empat) kali.
Kunjungan lebih dari 4 (empat) kali tidak
bisa ditagihkan kepada BPJS Kesehatan
secara fee for service, tetapi termasuk
dalam biaya kapitasi.
250

A
N
C
,

P
N
C
,

P
e
l
a
y
a
n
a
n

K
B
K
A
P
I
T
A
S
I
B
I
D
A
N

J
E
J
A
R
I
N
G
F
E
E

F
O
R

S
E
R
V
I
C
E
P
u
s
k
e
s
m
a
s
,

k
l
i
n
i
k
,

R
S

P
r
a
t
a
m
a
251
c. Pemeriksaan ANC dan PNC di fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan
Pada kondisi kehamilan normal ANC harus
dilakukan di faskes tingkat pertama. ANC di
tingkat lanjutan hanya dapat dilakukan sesuai
indikasi medis berdasarkan rujukan dari faskes
tingkat pertama.
Pemeriksaan ANC dan PNC
dilakukan di tempat yang sama,
kecuali dalam keadaan darurat.
Tujuannya untuk keteraturan
pencatatan partograf, monitoring
perkembangan kehamilan dan
memudahkan administrasi klaim
kepada BPJS Kesehatan

A
N
C
,

P
N
C
,

P
e
l
a
y
a
n
a
n

K
B
K
A
P
I
T
A
S
I
B
I
D
A
N

J
E
J
A
R
I
N
G
F
E
E

F
O
R

S
E
R
V
I
C
E
P
u
s
k
e
s
m
a
s
,

k
l
i
n
i
k
,

R
S

P
r
a
t
a
m
a
252
2. Pelayanan Persalinan dan Kebidanan Lainnya di
Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan
a. Pelayanan Persalinan dan Kebidanan Lainnya
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
No Jenis Pelayanan Tarif (Rp)
1 Persalinan Pervaginam Normal 600.000
2 Penanganan perdarahan
paska keguguran, persalinan
pervaginam dengan tindakan
emergensi dasar
750.000
3 Pelayanan tindakan paska
persalinan (mis. placenta
manual)
175.000
4 Pelayanan pra rujukan pada
komplikasi kebidanan dan
neonatal
125.000
253
1) Besaran tarif persalinan merupakan tarif
paket termasuk akomodasi ibu/bayi dan
perawatan bayi. Pasien tidak boleh ditarik
iur biaya.
2) Besaran tarif paket termasuk akomodasi ibu/
bayi dan/atau perawatan bayi sebagaimana
point 1 adalah:
a) Persalinan per vaginam normal
b) Persalinan per vaginam dengan tindakan
emergensi dasar.
Tarif persalinan merupakan tarif
paket termasuk akomodasi ibu/bayi
dan perawatan bayi. Pasien tidak
boleh ditarik iur biaya.
3) Pengajuan klaim persalinan di Faskes
tingkat pertama dapat dilakukan oleh
Faskes tingkat pertama yang memberikan
pelayanan (Puskesmas/Puskesmas PONED/
Klinik/Dokter praktek perorangan dengan
jejaring).
2. Pelayanan Persalinan dan Kebidanan Lainnya di
Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan
a. Pelayanan Persalinan dan Kebidanan Lainnya
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
No Jenis Pelayanan Tarif (Rp)
1 Persalinan Pervaginam Normal 600.000
2 Penanganan perdarahan
paska keguguran, persalinan
pervaginam dengan tindakan
emergensi dasar
750.000
3 Pelayanan tindakan paska
persalinan (mis. placenta
manual)
175.000
4 Pelayanan pra rujukan pada
komplikasi kebidanan dan
neonatal
125.000
254
4) Jejaring Faskes tingkat pertama berupa
Polindes/Poskesdes dan bidan desa/praktik
mandiri mengajukan tagihan melalui Faskes
induknya.
5) Kecuali pada daerah tidak ada Faskes
tingkat pertama (ditetapkan melalui
SK Kepala Dinas Kesehatan setempat),
maka bidan desa/bidan praktik mandiri
dapat menjadi faskes tingkat pertama
yang bekerjasama langsung dengan BPJS
Kesehatan dan mengajukan klaim langsung
ke BPJS Kesehatan
Penagihan klaim kebidanan dan
neonatal dilakukan oleh fasilitas
kesehatan. Pasien tidak boleh
ditarik bayar dan tidak ada klaim
perorangan dari Peserta ke BPJS
Kesehatan
255
b. Pelayanan Persalinan dan Kebidanan Lainnya
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
1) Persalinan normal diutamakan dilakukan di
faskes tingkat pertama
2) Penjaminan persalinan normal di faskes
rujukan tingkat lanjutan hanya dapat
dilakukan dalam kondisi gawat darurat
3) Yang dimaksud kondisi gawat darurat
di atas adalah perdarahan, kejang pada
kehamilan, ketuban pecah dini, gawat janin
dan kondisi lain yang mengancam jiwa ibu
dan bayinya
4) Biaya pelayanan kesehatan, termasuk
pelayanan kebidanan dan persalinan sesuai
dengan tarif INA CBGs yang ditentukan oleh
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
5) Pada kasus persalinan normal pervaginam
dengan berat badan lahir bayi normal/sehat
(tidak ada masalah medis), maka:
a) Untuk pelayanan perawatan bayinya
sudah termasuk ke dalam paket
persalinan ibu sehingga tidakperlu
4) Jejaring Faskes tingkat pertama berupa
Polindes/Poskesdes dan bidan desa/praktik
mandiri mengajukan tagihan melalui Faskes
induknya.
5) Kecuali pada daerah tidak ada Faskes
tingkat pertama (ditetapkan melalui
SK Kepala Dinas Kesehatan setempat),
maka bidan desa/bidan praktik mandiri
dapat menjadi faskes tingkat pertama
yang bekerjasama langsung dengan BPJS
Kesehatan dan mengajukan klaim langsung
ke BPJS Kesehatan
Penagihan klaim kebidanan dan
neonatal dilakukan oleh fasilitas
kesehatan. Pasien tidak boleh
ditarik bayar dan tidak ada klaim
perorangan dari Peserta ke BPJS
Kesehatan
256
dibuatkan Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
tersendiri.
b) Bagi peserta Pekerja Penerima Upah
pada persalinan anak 1 sampai dengan
3, setelah kelahiran anaknya, orang
tua harus segera melapor ke Kantor
Cabang/Kantor Operasional Kabupaten
BPJS Kesehatan untuk mengurus
kartu peserta BPJS Kesehatan dengan
membawa Surat Keterangan Lahir atau
Surat Akte Kelahiran.
c) Proses pendaftaran bayi menjadi peserta
BPJS Kesehatan mengikuti ketentuan
penambahan anggota keluarga yang
berlaku.
6) Pada kasus persalinan pervaginam normal
atau dengan penyulit, ataupun persalinan
operasi pembedahan caesaria, bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan/
atau bayi tidak sehat (mempunyai masalah
medis), maka untuk perawatan bayinya
dibuatkan SEP tersendiri.
257
a) Bayi peserta BPJS Kesehatan Pekerja
Penerima Upah anak ke-1 sampai
dengan ke-3
- Perawatan bayinya dapat langsung
dijamin oleh BPJS Kesehatan dan
diterbitkan SEP tersendiri.
- Segera setelah bayi lahir, orang tua
melapor ke Kantor Cabang atau
Kantor Operasional Kabupaten BPJS
Kesehatan untuk dapat diberikan
identitas nomor kartu peserta
(kartu peserta tidak dicetak) dengan
melampirkan Surat Keterangan
Kelahiran. Nama yang digunakan
untuk entry dalam masterfle
kepesertaan adalah Bayi Ny......
(nama ibunya).
- Identitas nomor kartu peserta ini
berlaku maksimal 3 (tiga) bulan.
- Orang tua bayi harus kembali ke
Kantor Cabang BPJS Kesehatan
untuk mengurus kartu kepesertaan
dibuatkan Surat Eligibilitas Peserta (SEP)
tersendiri.
b) Bagi peserta Pekerja Penerima Upah
pada persalinan anak 1 sampai dengan
3, setelah kelahiran anaknya, orang
tua harus segera melapor ke Kantor
Cabang/Kantor Operasional Kabupaten
BPJS Kesehatan untuk mengurus
kartu peserta BPJS Kesehatan dengan
membawa Surat Keterangan Lahir atau
Surat Akte Kelahiran.
c) Proses pendaftaran bayi menjadi peserta
BPJS Kesehatan mengikuti ketentuan
penambahan anggota keluarga yang
berlaku.
6) Pada kasus persalinan pervaginam normal
atau dengan penyulit, ataupun persalinan
operasi pembedahan caesaria, bayi dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan/
atau bayi tidak sehat (mempunyai masalah
medis), maka untuk perawatan bayinya
dibuatkan SEP tersendiri.
258
bayinya dengan melampirkan
salinan Akte Kelahiran atau Surat
Keterangan Lahir atau Kartu
Keluarga dalam waktu maksimal
3 bulan (sesuai dengan ketentuan
penambahan anggota keluarga yang
berlaku).
- Apabila setelah 3 bulan kartu
BPJS Kesehatan bayi belum diurus
maka penjaminan untuk bayinya
akan dihentikan sementara sampai
dilakukan pengurusan kartu.
b) Bayi peserta BPJS Kesehatan Pekerja
Penerima Upah anak ke-4 dan
seterusnya, Pekerja Bukan Penerima
Upah dan Bukan Pekerja (diluar Penerima
Pensiun PNS, Perintis Kemerdekaan
dan Veteran), untuk semua persalinan
dengan kondisi bayi mempunyai
masalah medis, maka:
- Orang tua bayi diminta segera
mendaftarkan bayi tersebut sebagai
peserta BPJS Kesehatan termasuk
259
pembayaran iuran dan selanjutnya
melapor ke petugas BPJS Center
untuk diterbitkan SEP. Proses
tersebut harus dilakukan dalam
waktu maksimal 7 (tujuh) hari
kalender sejak kelahirannya atau
sebelum pulang apabila bayi dirawat
kurang dari 7 hari.
- Apabila pengurusan kepesertaan
dan penerbitan SEP dilakukan pada
hari ke-8 dan seterusnya atau setelah
pulang, maka biaya pelayanan
kesehatan bayi tidak dijamin BPJS
Kesehatan.
Persalinan merupakan benefit
bagi peserta BPJS Kesehatan tanpa
pembatasan jumlah kehamilan/
persalinan.
bayinya dengan melampirkan
salinan Akte Kelahiran atau Surat
Keterangan Lahir atau Kartu
Keluarga dalam waktu maksimal
3 bulan (sesuai dengan ketentuan
penambahan anggota keluarga yang
berlaku).
- Apabila setelah 3 bulan kartu
BPJS Kesehatan bayi belum diurus
maka penjaminan untuk bayinya
akan dihentikan sementara sampai
dilakukan pengurusan kartu.
b) Bayi peserta BPJS Kesehatan Pekerja
Penerima Upah anak ke-4 dan
seterusnya, Pekerja Bukan Penerima
Upah dan Bukan Pekerja (diluar Penerima
Pensiun PNS, Perintis Kemerdekaan
dan Veteran), untuk semua persalinan
dengan kondisi bayi mempunyai
masalah medis, maka:
- Orang tua bayi diminta segera
mendaftarkan bayi tersebut sebagai
peserta BPJS Kesehatan termasuk
260
V Prosedur Pelayanan
1. Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama


Membawa identitas
peserta BPJS Kesehatan

Fasilitas Kesehatan Tingkat I
tempat terdaftar

mendapatkan pelayanan
kesehatan

Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama memberikan surat rujukan

Membawa identitas peserta
BPJS Kesehatan dan surat
rujukan

Mendapatkan Surat Elijibilitas
Peserta (SEP) di Rumah Sakit

mendapatkan pelayanan
kesehatan Selesai

2. Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan


Membawa identitas
peserta BPJS Kesehatan

Fasilitas Kesehatan Tingkat I
tempat terdaftar

mendapatkan pelayanan
kesehatan

Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama memberikan surat rujukan

Membawa identitas peserta
BPJS Kesehatan dan surat
rujukan

Mendapatkan Surat Elijibilitas
Peserta (SEP) di Rumah Sakit

mendapatkan pelayanan
kesehatan Selesai

261
VI Frequently Asked Questions
1. Dimana saya bisa memeriksakan kehamilan
saya?
Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama tempat terdaftar yang
tertera di kartu identitas peserta BPJS Kesehatan
atau jejaringnya.
Fasilitas kesehatan
tempat terdaftar
3. Apakah pemeriksaan kehamilan saya di
Rumah Sakit dijamin BPJS Kesehatan?
Pemeriksaan kehamilan di Rumah Sakit hanya
dijamin oleh BPJS Kesehatan jika dirujuk oleh
fasilitas kesehatan tingkat pertama karena adanya
V Prosedur Pelayanan
1. Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama


Membawa identitas
peserta BPJS Kesehatan

Fasilitas Kesehatan Tingkat I
tempat terdaftar

mendapatkan pelayanan
kesehatan

Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama memberikan surat rujukan

Membawa identitas peserta
BPJS Kesehatan dan surat
rujukan

Mendapatkan Surat Elijibilitas
Peserta (SEP) di Rumah Sakit

mendapatkan pelayanan
kesehatan Selesai

2. Di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan


Membawa identitas
peserta BPJS Kesehatan

Fasilitas Kesehatan Tingkat I
tempat terdaftar

mendapatkan pelayanan
kesehatan

Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama memberikan surat rujukan

Membawa identitas peserta
BPJS Kesehatan dan surat
rujukan

Mendapatkan Surat Elijibilitas
Peserta (SEP) di Rumah Sakit

mendapatkan pelayanan
kesehatan Selesai

262
masalah medis pada ibu/janin yang tidak bisa
ditangani oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama
tersebut.
VII Daftar Istilah
1. Fee for service adalah sistem pembayaran
pelayanan kesehatan dimana biaya pelayanan
kesehatan dibayar per tindakan/item.
Contohnya: Jika biaya pemeriksaan kehamilan
(ANC) sebesar Rp 25.000 per tindakan, maka
bidan jejaring akan dibayar sebesar Rp 25.000
per pelayanan pemeriksaan kehamilan yang
telah diberikannya kepada seorang peserta BPJS
Kesehatan.
2. Sistem pembayaran Kapitasi adalah sistem
pembayaran pelayanan kesehatan dimana biaya
pelayanan kesehatan dibayar per kurun waktu
tertentu berdasarkan jumlah orang yang terdaftar
di fasilitas kesehatan itu.
Contohnya: Puskesmas Madapangga memiliki
jumlah peserta BPJS Kesehatan yang terdaftar
263
sebanyak 10.000 orang dimana tiap orang yang
terdaftar dibayar kapitasi Rp 6.000 per orang per
bulan. Maka biaya pelayanan kesehatan untuk
peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Madapangga
adalah 10.000 orang x Rp 6.000 = Rp 60.000.000
per bulan. Biaya tersebut dibayarkan oleh BPJS
Kesehatan tanpa memperhitungkan berapa orang
yang sakit di Puskesmas Madapangga.
3. INA CBGs adalah sistem pembayaran pelayanan
kesehatan dimana besaran tarif paket layanan
didasarkan kepada pengelompokan diagnosis
penyakit dan tingkat keparahannya.
4. ANC atau antenatal care adalah pemeriksaan
kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa
keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti
dengan upaya koreksi terhadap kegawatan yang
ditemukan
5. PNC atau postnatal care adalah pemeriksaan ibu
dan bayi setelah persalinan dan selama masa
nifas untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi serta
menangani komplikasi jika terjadi.
6. Surat Eligibilitas Peserta (SEP) adalah bukti
keabsahan peserta yang diterbitkan di fasilitas
masalah medis pada ibu/janin yang tidak bisa
ditangani oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama
tersebut.
VII Daftar Istilah
1. Fee for service adalah sistem pembayaran
pelayanan kesehatan dimana biaya pelayanan
kesehatan dibayar per tindakan/item.
Contohnya: Jika biaya pemeriksaan kehamilan
(ANC) sebesar Rp 25.000 per tindakan, maka
bidan jejaring akan dibayar sebesar Rp 25.000
per pelayanan pemeriksaan kehamilan yang
telah diberikannya kepada seorang peserta BPJS
Kesehatan.
2. Sistem pembayaran Kapitasi adalah sistem
pembayaran pelayanan kesehatan dimana biaya
pelayanan kesehatan dibayar per kurun waktu
tertentu berdasarkan jumlah orang yang terdaftar
di fasilitas kesehatan itu.
Contohnya: Puskesmas Madapangga memiliki
jumlah peserta BPJS Kesehatan yang terdaftar
264
kesehatan yang menyatakan bahwa seseorang
adalah benar peserta BPJS Kesehatan dan berhak
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan
tersebut.
265
kesehatan yang menyatakan bahwa seseorang
adalah benar peserta BPJS Kesehatan dan berhak
mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatan
tersebut.
6. PROLANIS
266
267
I Definisi
PROLANIS adalah suatu sistem pelayanan kesehatan
dan pendekatan proaktif yang dilaksanakan secara
terintegrasi yang melibatkan Peserta, Fasilitas
Kesehatan dan BPJS Kesehatan dalam rangka
pemeliharaan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan
yang menderita penyakit kronis untuk mencapai
kualitas hidup yang optimal dengan biaya pelayanan
kesehatan yang efektif dan efsien.
II Tujuan
Mendorong peserta penyandang penyakit kronis
mencapai kualitas hidup optimal dengan indikator
75% peserta terdaftar yang berkunjung ke Faskes
Tingkat Pertama memiliki hasil baik pada
pemeriksaan spesifk terhadap penyakit DM Tipe 2
dan Hipertensi sesuai Panduan Klinis terkait sehingga
dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit.
268
III Sasaran
Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit
kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi)
IV Bentuk Pelaksanaan
Aktiftas dalam Prolanis meliputi aktiftas konsultasi
medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktiftas klub
dan pemantauan status kesehatan.
V Penanggungjawab
Penanggungjawab adalah Kantor Cabang BPJS
Kesehatan bagian Manajemen Pelayanan Primer.
VI Langkah Pelaksanaan
Persiapan pelaksanaan PROLANIS
1. Melakukan identifkasi data peserta sasaran
berdasarkan:
a. Hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan atau
269
b. Hasil Diagnosa DM dan HT (pada Faskes Tingkat
Pertama maupun RS)
2. Menentukan target sasaran
3. Melakukan pemetaan Faskes Dokter Keluarga/
Puskesmas berdasarkan distribusi target sasaran
peserta
4. Menyelenggarakan sosialisasi Prolanis kepada
Faskes Pengelola
5. Melakukan pemetaan jejaring Faskes Pengelola
(Apotek, Laboratorium)
6. Permintaan pernyataan kesediaan jejaring Faskes
untuk melayani peserta PROLANIS
7. Melakukan sosialisasi PROLANIS kepada peserta
(instansi, pertemuan kelompok pasien kronis di RS,
dan lain-lain)
8. Penawaran kesediaan terhadap peserta
penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi
untuk bergabung dalam PROLANIS
9. Melakukan verifkasi terhadap kesesuaian data
diagnosa dengan form kesediaan yang diberikan
oleh calon peserta Prolanis
10. Mendistribusikan buku pemantauan status
kesehatan kepada peserta terdaftar PROLANIS
III Sasaran
Seluruh Peserta BPJS Kesehatan penyandang penyakit
kronis (Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi)
IV Bentuk Pelaksanaan
Aktiftas dalam Prolanis meliputi aktiftas konsultasi
medis/edukasi, Home Visit, Reminder, aktiftas klub
dan pemantauan status kesehatan.
V Penanggungjawab
Penanggungjawab adalah Kantor Cabang BPJS
Kesehatan bagian Manajemen Pelayanan Primer.
VI Langkah Pelaksanaan
Persiapan pelaksanaan PROLANIS
1. Melakukan identifkasi data peserta sasaran
berdasarkan:
a. Hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan atau
270
11. Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar
12. Melakukan entri data peserta dan pemberian fag
peserta PROLANIS
13. Melakukan distribusi data peserta Prolanis sesuai
Faskes Pengelola
14. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi
data pemeriksaan status kesehatan peserta,
meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah,
IMT, HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah
dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan
pemeriksaan
15. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan
status kesehatan awal peserta per Faskes Pengelola
(data merupakan luaran Aplikasi P-Care)
16. Melakukan Monitoring aktiftas PROLANIS pada
masing-masing Faskes Pengelola:
a. Menerima laporan aktiftas PROLANIS dari
Faskes Pengelola
b. Menganalisa data
17. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
18. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/
Kantor Pusat.
271
3




S
K
E
M
A

P
E
N
G
E
L
O
L
A
A
N

P
E
N
Y
A
K
I
T

K
R
O
N
I
S

B
A
G
I

P
E
S
E
R
T
A

B
P
J
S

K
E
S
E
H
A
T
A
N

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

D
o
k
t
e
r

K
e
l
u
a
r
g
a

A
p
o
t
e
k

L
a
b

/

R
u
m
a
h

S
a
k
i
t




P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n
(
K
l
u
b

R
I
S
T
I
,

I
n
s
t
a
n
s
i
,
D
o
m
i
s
i
l
i
,

d
l
l
)
M
a
p
p
i
n
g

P
e
s
e
r
t
a



-

D
a
t
a

K
l
a
i
m
/

M
e
d
-
R
e
c

-

H
a
s
i
l

M
C
U

-

S
u
r
a
t

R
u
j
u
k

B
a
l
i
k

-

H
a
s
i
l

S
k
r
i
n
i
n
g

S
e
l
e
k
s
i


P
e
s
e
r
t
a


R
e
g
i
s
t
r
a
s
i


P
e
s
e
r
t
a

d
i

D
o
k
t
e
r

K
e
l
u
a
r
g
a

P
e
l
a
y
a
n
a
n

R
J
T
P

-

K
o
n
s
u
l
t
a
s
i

(
P
r
o
m
o
t
f
)

-

P
r
e
v
e
n
t
f
/
K
u
r
a
t
f
/




R
e
h
a
b
i
l
i
t
a
t
f

-

R
e
s
e
p

O
b
a
t

K
r
o
n
i
s

E
n
t
r
i

D
a
t
a

P
e
s
e
r
t
a


-
R
J
T
L
/
R
I
T
L

(
R
u
j
u
k

B
a
l
i
k
)

-
P
e
n
u
n
j
a
n
g

D
i
a
g
n
o
s
t
k

P
r
e
v
e
n
t
f



H
A
S
I
L

P
E
M
E
R
I
K
S
A
A
N



A
m
b
i
l

O
b
a
t

K
r
o
n
i
s
/
R
u
j
u
k

B
a
l
i
k


A
n
a
l
i
s
a


H
A
S
I
L

P
E
M
E
R
I
K
S
A
A
N

S
t
a
t
u
s

K
e
s
e
h
a
t
a
n

P
e
s
e
r
t
a

(
R
e
c
o
r
d

D
o
k
k
e
l
)


P
a
n
d
u
a
n

K
l
i
n
i
s


P
e
l
a
y
a
n
a
n


-

K
I
E


-

P
e
r
t
e
m
u
a
n

K
l
u
b


-

S
e
m
i
n
a
r

K
e
s
e
h
a
t
a
n


-

R
e
m
i
n
d
e
r

A
g
e
n
d
a

K
o
n
s
u
l
t
a
s
i

D
o
k
t
e
r
,

A
m
b
i
l

O
b
a
t
,

K
e
g
i
a
t
a
n
2

d
a
l
a
m

P
r
o
g
r
a
m


S
I
M


-

I
d
e
n
t
t
a
s

P
e
s
e
r
t
a

-

S
t
a
t
u
s

K
e
s
e
h
a
t
a
n

S
t
a
t
u
s

K
e
s
e
h
a
t
a
n

P
e
s
e
r
t
a

(
R
e
c
o
r
d

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n
)



S
t
a
t
u
s

K
e
s
e
h
a
t
a
n

P
e
s
e
r
t
a

(
C
a
t
a
t

B
u
k
u

P
e
m
a
n
t
a
u
a
n
)

K
e
t
e
r
a
n
g
a
n
:

P
r
o
s
e
s

P
r
o
g
r
a
m

K
o
n
e
k
t
v
i
t
a
s

J
a
r
i
n
g
a
n

K
o
m
p
u
t
e
r
i
s
a
s
i

K
e
b
u
t
u
h
a
n

P
a
n
d
u
a
n

K
l
i
n
i
s

s
e
s
u
a
i

j
e
n
i
s

P
e
n
y
a
k
i
t

K
r
o
n
i
s

T
i
t
k

K
r
i
t
s

p
e
l
a
y
a
n
a
n

S
o
s
i
a
l
i
s
a
s
i


P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n

P
e
n
u
n
j
a
n
g

P
e
s
e
r
t
a

R
I
S
T
I

b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n

S
k
r
i
n
i
n
g

R
i
w
a
y
a
t

K
e
s
e
h
a
t
a
n

D
i
a
g
n
o
s
a

D
M

T
i
p
e

2

d
a
n

a
t
a
u

H
i
p
e
r
t
e
n
s
i


Y
a

P
e
s
e
r
t
a

D
a
f
a
r

(
F
o
r
m

K
e
s
e
d
i
a
a
n
)

B
u
k
u

P
e
m
a
n
t
a
u
a
n


G

G

G

-

G

-

G

G

G

11. Melakukan rekapitulasi data peserta terdaftar
12. Melakukan entri data peserta dan pemberian fag
peserta PROLANIS
13. Melakukan distribusi data peserta Prolanis sesuai
Faskes Pengelola
14. Bersama dengan Faskes melakukan rekapitulasi
data pemeriksaan status kesehatan peserta,
meliputi pemeriksaan GDP, GDPP, Tekanan Darah,
IMT, HbA1C. Bagi peserta yang belum pernah
dilakukan pemeriksaan, harus segera dilakukan
pemeriksaan
15. Melakukan rekapitulasi data hasil pencatatan
status kesehatan awal peserta per Faskes Pengelola
(data merupakan luaran Aplikasi P-Care)
16. Melakukan Monitoring aktiftas PROLANIS pada
masing-masing Faskes Pengelola:
a. Menerima laporan aktiftas PROLANIS dari
Faskes Pengelola
b. Menganalisa data
17. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
18. Membuat laporan kepada Kantor Divisi Regional/
Kantor Pusat.
272
Aktifitas PROLANIS
1. Konsultasi Medis Peserta Prolanis : jadwal konsultasi
disepakati bersama antara peserta dengan Faskes
Pengelola
2. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis
Definisi : Edukasi Klub Risti (Klub Prolanis)
adalah kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan dalam upaya
memulihkan penyakit dan mencegah
timbulnya kembali penyakit serta
meningkatkan status kesehatan bagi
peserta PROLANIS
Sasaran : Terbentuknya kelompok peserta (Klub)
PROLANIS minimal 1 Faskes Pengelola
1 Klub. Pengelompokan diutamakan
berdasarkan kondisi kesehatan Peserta
dan kebutuhan edukasi.
Langkah - langkah:
a. Mendorong Faskes Pengelola melakukan
identifkasi peserta terdaftar sesuai tingkat
severitas penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi
yang disandang
273
Aktifitas PROLANIS
1. Konsultasi Medis Peserta Prolanis : jadwal konsultasi
disepakati bersama antara peserta dengan Faskes
Pengelola
2. Edukasi Kelompok Peserta Prolanis
Definisi : Edukasi Klub Risti (Klub Prolanis)
adalah kegiatan untuk meningkatkan
pengetahuan kesehatan dalam upaya
memulihkan penyakit dan mencegah
timbulnya kembali penyakit serta
meningkatkan status kesehatan bagi
peserta PROLANIS
Sasaran : Terbentuknya kelompok peserta (Klub)
PROLANIS minimal 1 Faskes Pengelola
1 Klub. Pengelompokan diutamakan
berdasarkan kondisi kesehatan Peserta
dan kebutuhan edukasi.
Langkah - langkah:
a. Mendorong Faskes Pengelola melakukan
identifkasi peserta terdaftar sesuai tingkat
severitas penyakit DM Tipe 2 dan Hipertensi
yang disandang
274
b. Memfasilitasi koordinasi antara Faskes
Pengelola dengan Organisasi Profesi/Dokter
Spesialis diwilayahnya
c. Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam
Klub
d. Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta
PROLANIS yang berasal dari peserta.
Duta PROLANIS bertindak sebagai motivator
dalam kelompok Prolanis (membantu Faskes
Pengelola melakukan proses edukasi bagi
anggota Klub)
e. Memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana
aktiftas Klub minimal 3 bulan pertama
f. Melakukan Monitoring aktiftas edukasi pada
masing-masing Faskes Pengelola:
1) Menerima laporan aktiftas edukasi dari
Faskes Pengelola
2) Menganalisis data
g. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
h. Membuat laporan kepada Kantor Divisi
Regional/Kantor Pusat dengan tembusan
kepada Organisasi Profesi terkait diwilayahnya
275
3. Reminder melalui SMS Gateway
Definisi : Reminder adalah kegiatan untuk
memotivasi peserta untuk melakukan
kunjungan rutin kepada Faskes
Pengelola melalui pengingatan jadwal
konsultasi ke Faskes Pengelola tersebut
Sasaran : Tersampaikannya reminder jadwal
konsultasi peserta ke masing-masing
Faskes Pengelola
Langkah langkah:
a. Melakukan rekapitulasi nomor Handphone
peserta PROLANIS/Keluarga peserta per
masing-masing Faskes Pengelola
b. Entri data nomor handphone kedalam aplikasi
SMS Gateway
c. Melakukan rekapitulasi data kunjungan per
peserta per Faskes Pengelola
d. Entri data jadwal kunjungan per peserta per
Faskes Pengelola
e. Melakukan monitoring aktiftas reminder
(melakukan rekapitulasi jumlah peserta yang
telah mendapat reminder)
b. Memfasilitasi koordinasi antara Faskes
Pengelola dengan Organisasi Profesi/Dokter
Spesialis diwilayahnya
c. Memfasilitasi penyusunan kepengurusan dalam
Klub
d. Memfasilitasi penyusunan kriteria Duta
PROLANIS yang berasal dari peserta.
Duta PROLANIS bertindak sebagai motivator
dalam kelompok Prolanis (membantu Faskes
Pengelola melakukan proses edukasi bagi
anggota Klub)
e. Memfasilitasi penyusunan jadwal dan rencana
aktiftas Klub minimal 3 bulan pertama
f. Melakukan Monitoring aktiftas edukasi pada
masing-masing Faskes Pengelola:
1) Menerima laporan aktiftas edukasi dari
Faskes Pengelola
2) Menganalisis data
g. Menyusun umpan balik kinerja Faskes PROLANIS
h. Membuat laporan kepada Kantor Divisi
Regional/Kantor Pusat dengan tembusan
kepada Organisasi Profesi terkait diwilayahnya
276
f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah
peserta yang mendapat reminder dengan
jumlah kunjungan
g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi
Regional/Kantor Pusat
4. Home Visit
Definisi : Home Visit adalah kegiatan pelayanan
kunjungan ke rumah Peserta PROLANIS untuk
pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan
lingkungan bagi peserta PROLANIS dan keluarga
Sasaran:
Peserta PROLANIS dengan kriteria :
a. Peserta baru terdaftar
b. Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek
Perorangan/Klinik/Puskesmas 3 bulan berturut-
turut
c. Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3
bulan berturut-turut (PPDM)
d. Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol
3 bulan berturut-turut (PPHT)
e. Peserta pasca opname
277
f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah
peserta yang mendapat reminder dengan
jumlah kunjungan
g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi
Regional/Kantor Pusat
4. Home Visit
Definisi : Home Visit adalah kegiatan pelayanan
kunjungan ke rumah Peserta PROLANIS untuk
pemberian informasi/edukasi kesehatan diri dan
lingkungan bagi peserta PROLANIS dan keluarga
Sasaran:
Peserta PROLANIS dengan kriteria :
a. Peserta baru terdaftar
b. Peserta tidak hadir terapi di Dokter Praktek
Perorangan/Klinik/Puskesmas 3 bulan berturut-
turut
c. Peserta dengan GDP/GDPP di bawah standar 3
bulan berturut-turut (PPDM)
d. Peserta dengan Tekanan Darah tidak terkontrol
3 bulan berturut-turut (PPHT)
e. Peserta pasca opname
278
Langkah langkah:
a. Melakukan identifkasi sasaran peserta yang
perlu dilakukan Home Visit
b. Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk
menetapkan waktu kunjungan
c. Bila diperlukan, dilakukan pendampingan
pelaksanaan Home Visit
d. Melakukan administrasi Home Visit kepada
Faskes Pengelola dengan berkas sebagai
berikut:
1) Formulir Home Visit yang mendapat tanda
tangan Peserta/Keluarga peserta yang
dikunjungi
2) Lembar tindak lanjut dari Home Visit/lembar
anjuran Faskes Pengelola
e. Melakukan monitoring aktiftas Home Visit
(melakukan rekapitulasi jumlah peserta yang
telah mendapat Home Visit)
f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah
peserta yang mendapat Home Visit dengan
jumlah peningkatan angka kunjungan dan
status kesehatan peserta
279
g. Membuat laporan kepada Kantor Divisi
Regional/Kantor Pusat
Langkah langkah:
a. Melakukan identifkasi sasaran peserta yang
perlu dilakukan Home Visit
b. Memfasilitasi Faskes Pengelola untuk
menetapkan waktu kunjungan
c. Bila diperlukan, dilakukan pendampingan
pelaksanaan Home Visit
d. Melakukan administrasi Home Visit kepada
Faskes Pengelola dengan berkas sebagai
berikut:
1) Formulir Home Visit yang mendapat tanda
tangan Peserta/Keluarga peserta yang
dikunjungi
2) Lembar tindak lanjut dari Home Visit/lembar
anjuran Faskes Pengelola
e. Melakukan monitoring aktiftas Home Visit
(melakukan rekapitulasi jumlah peserta yang
telah mendapat Home Visit)
f. Melakukan analisa data berdasarkan jumlah
peserta yang mendapat Home Visit dengan
jumlah peningkatan angka kunjungan dan
status kesehatan peserta
280
VII
Hal-Hal Yang Perlu Mendapat
Perhatian
1. Pengisian formulir kesediaan bergabung dalam
PROLANIS oleh calon peserta PROLANIS. Peserta
PROLANIS harus sudah mendapat penjelasan
tentang program dan telah menyatakan
kesediaannya untuk bergabung.
2. Validasi kesesuaian diagnosa medis calon peserta.
Peserta PROLANIS adalah peserta BPJS yang
dinyatakan telah terdiagnosa DM Tipe 2 dan atau
Hipertensi oleh Dokter Spesialis di Faskes Tingkat
Lanjutan.
3. Peserta yang telah terdaftar dalam PROLANIS harus
dilakukan proses entri data dan pemberian fag
peserta didalam aplikasi Kepesertaan. Demikian
pula dengan Peserta yang keluar dari program.
4. Pencatatan dan pelaporan menggunakan aplikasi
Pelayanan Primer (P-Care).
281
VII
Hal-Hal Yang Perlu Mendapat
Perhatian
1. Pengisian formulir kesediaan bergabung dalam
PROLANIS oleh calon peserta PROLANIS. Peserta
PROLANIS harus sudah mendapat penjelasan
tentang program dan telah menyatakan
kesediaannya untuk bergabung.
2. Validasi kesesuaian diagnosa medis calon peserta.
Peserta PROLANIS adalah peserta BPJS yang
dinyatakan telah terdiagnosa DM Tipe 2 dan atau
Hipertensi oleh Dokter Spesialis di Faskes Tingkat
Lanjutan.
3. Peserta yang telah terdaftar dalam PROLANIS harus
dilakukan proses entri data dan pemberian fag
peserta didalam aplikasi Kepesertaan. Demikian
pula dengan Peserta yang keluar dari program.
4. Pencatatan dan pelaporan menggunakan aplikasi
Pelayanan Primer (P-Care).
7. Program Rujuk Balik
282
283
I Pendahuluan
Sebagai salah satu program unggulan guna
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi
peserta BPJS Kesehatan serta memudahkan akses
pelayanan kesehatan kepada peserta penderita
penyakit kronis, maka dilakukan optimalisasi
implementasi Program Rujuk Balik. Pelayanan
Program Rujuk Balik diberikan kepada peserta BPJS
Kesehatan penderita penyakit kronis, khususnya
penyakit diabetes melitus, hipertensi, jantung, asma,
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsy,
stroke, schizophrenia, Systemic Lupus Erythematosus
(SLE) yang sudah terkontrol/stabil namun masih
memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan
dalam jangka panjang
II Landasan Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun
2013 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan
Kesehatan Nasional.
284
2. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
3. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor HK/
Menkes/32/I/2014 tentang Pelaksanaan Pelayanan
Kesehatan bagi Peserta BPJS Kesehatan pada
Fasilitas Kesehatan Pertama dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan.
III Definisi
Pelayanan Obat Rujuk Balik adalah pemberian obat-
obatan untuk penyakit kronis di Faskes Tingkat
Pertama sebagai bagian dari program pelayanan rujuk
balik
IV Filosofi Program Rujuk Balik
1. Pelayanan Rujuk balik adalah Pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada penderita di Fasilitas
Kesehatan atas rekomendasi/rujukan dari Dokter
Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.
285
2. Pelayanan Program Rujuk Balik adalah Pelayanan
Kesehatan yang diberikan kepada penderita
penyakit kronis dengan kondisi stabil dan
masih memerlukan pengobatan atau asuhan
keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di
Faskes Tingkat Pertama atas rekomendasi/rujukan
dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.
V Manfaat Program Rujuk Balik
1. Bagi Peserta
a. Meningkatkan kemudahan akses pelayanan
kesehatan
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang
mencakup akses promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif
c. Meningkatkan hubungan dokter dengan
pasien dalam konteks pelayanan holistik
d. Memudahkan untuk mendapatkan obat yang
diperlukan
2. Peraturan BPJS Kesehatan Nomor 1 Tahun 2014
tentang Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
3. Surat Edaran Menteri Kesehatan RI Nomor HK/
Menkes/32/I/2014 tentang Pelaksanaan Pelayanan
Kesehatan bagi Peserta BPJS Kesehatan pada
Fasilitas Kesehatan Pertama dan Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan dalam Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan.
III Definisi
Pelayanan Obat Rujuk Balik adalah pemberian obat-
obatan untuk penyakit kronis di Faskes Tingkat
Pertama sebagai bagian dari program pelayanan rujuk
balik
IV Filosofi Program Rujuk Balik
1. Pelayanan Rujuk balik adalah Pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada penderita di Fasilitas
Kesehatan atas rekomendasi/rujukan dari Dokter
Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.
286
2. Bagi Faskes Tingkat Pertama
a. Meningkatkan fungsi Faskes selaku Gate
Keeper dari aspek pelayanan komprehensif
dalam pembiayaan yang rasional
b. Meningkatkan kompetensi penanganan medik
berbasis kajian ilmiah terkini (evidence based)
melalui bimbingan organisasi/dokter spesialis
c. Meningkatkan fungsi pengawasan pengobatan
3. Bagi Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan
a. Mengurangi waktu tunggu pasien di poli RS
b. Meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di
Rumah Sakit
c. Meningkatkan fungsi spesialis sebagai
koordinator dan konsultan manajemen
penyakit
287
VI
Ruang Lingkup
Program Rujuk Balik
1. Jenis Penyakit
Jenis Penyakit yang termasuk Program Rujuk Balik
adalah:
a. Diabetus Mellitus
b. Hipertensi
c. Jantung
d. Asma
e. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
f. Epilepsy
g. Schizophrenia
h. Stroke
i. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Sesuai dengan rekomendasi Perhimpunan Peneliti
Hati Indonesia dan Komite Formularium Nasional,
penyakit sirosis tidak dapat dilakukan rujuk balik ke
Faskes Tingkat Pertama karena :
a. Sirosis hepatis merupakan penyakit yang tidak
curabel
2. Bagi Faskes Tingkat Pertama
a. Meningkatkan fungsi Faskes selaku Gate
Keeper dari aspek pelayanan komprehensif
dalam pembiayaan yang rasional
b. Meningkatkan kompetensi penanganan medik
berbasis kajian ilmiah terkini (evidence based)
melalui bimbingan organisasi/dokter spesialis
c. Meningkatkan fungsi pengawasan pengobatan
3. Bagi Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan
a. Mengurangi waktu tunggu pasien di poli RS
b. Meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di
Rumah Sakit
c. Meningkatkan fungsi spesialis sebagai
koordinator dan konsultan manajemen
penyakit
288
b. Tidak ada obat untuk sirosis hepatis
c. Setiap gejala yang timbul mengarah
kegawatdaruratan (misal : eshopageal bleeding)
yang harus ditangani di Faskes Rujukan Tingkat
Lanjutan
d. Tindakan-tindakan medik untuk menangani
gejala umumnya hanya dapat dilakukan di
Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan.
2. Jenis Obat
Obat yang termasuk dalam Obat Rujuk Balik
adalah:
a. Obat Utama, yaitu obat kronis yang
diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dan
tercantum pada Formularium Nasional untuk
obat Program Rujuk Balik
b. Obat Tambahan, yaitu obat yang mutlak
diberikan bersama obat utama dan diresepkan
oleh dokter Spesialis/Sub Spesialis di Faskes
Rujukan Tingkat Lanjutan untuk mengatasi
penyakit penyerta atau mengurangi efek
samping akibat obat utama.
289
VII Peserta Program Rujuk Balik
Peserta yang berhak memperoleh obat PRB adalah:
Peserta dengan diagnosa penyakit kronis yang telah
ditetapkan dalam kondisi terkontrol/stabil oleh Dokter
Spesialis/Sub Spesialis dan telah mendaftarkan diri
untuk menjadi peserta Program Rujuk Balik.
VIII
Mekanisme Pendaftaran
Peserta PRB
1. Peserta mendaftarkan diri pada petugas Pojok PRB
dengan menunjukan :
a. Kartu Identitas peserta BPJS Kesehatan
b. Surat Rujuk Balik (SRB) dari dokter spesialis
c. Surat Elijibilitas Peserta (SEP) dari BPJS Kesehatan
d. Lembar resep obat/salinan resep
2. Peserta mengisi formulir pendaftaran peserta PRB
3. Peserta menerima buku kontrol Peserta PRB
b. Tidak ada obat untuk sirosis hepatis
c. Setiap gejala yang timbul mengarah
kegawatdaruratan (misal : eshopageal bleeding)
yang harus ditangani di Faskes Rujukan Tingkat
Lanjutan
d. Tindakan-tindakan medik untuk menangani
gejala umumnya hanya dapat dilakukan di
Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan.
2. Jenis Obat
Obat yang termasuk dalam Obat Rujuk Balik
adalah:
a. Obat Utama, yaitu obat kronis yang
diresepkan oleh Dokter Spesialis/Sub Spesialis
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan dan
tercantum pada Formularium Nasional untuk
obat Program Rujuk Balik
b. Obat Tambahan, yaitu obat yang mutlak
diberikan bersama obat utama dan diresepkan
oleh dokter Spesialis/Sub Spesialis di Faskes
Rujukan Tingkat Lanjutan untuk mengatasi
penyakit penyerta atau mengurangi efek
samping akibat obat utama.
290
1
.
K
a
r
t
u
I
d
e
n
t
i
t
a
s
B
P
J
S
2
.
S
E
P
3
.
S
R
B
4
.
R
e
s
e
p
R
u
j
u
k
B
a
l
i
k
P
O
J
O
K

P
R
B
M
e
n
g
i
s
i
F
o
r
m
u
l
i
r
P
e
n
d
a
f
t
a
r
a
n
B
U
K
U

K
O
N
T
R
O
L

P
R
B
P
e
s
e
r
t
a
P
R
B
A
p
p
r
o
v
a
l

o
l
e
h
P
e
t
u
g
a
s
B
P
J
S

P
e
s
e
r
t
a
B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n
291
IX
Mekanisme Pelayanan Obat
PRB
1. Pelayanan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama
a. Peserta melakukan kontrol ke Faskes Tingkat
Pertama (tempatnya terdaftar) dengan
menunjukkan identitas peserta BPJS, SRB dan
buku kontrol peserta PRB.
b. Dokter Faskes Tingkat Pertama melakukan
pemeriksaan dan menuliskan resep obat rujuk
balik yang tercantum pada buku kontrol peserta
PRB.
1
.
K
a
r
t
u
I
d
e
n
t
i
t
a
s
B
P
J
S
2
.
S
E
P
3
.
S
R
B
4
.
R
e
s
e
p
R
u
j
u
k
B
a
l
i
k
P
O
J
O
K

P
R
B
M
e
n
g
i
s
i
F
o
r
m
u
l
i
r
P
e
n
d
a
f
t
a
r
a
n
B
U
K
U

K
O
N
T
R
O
L

P
R
B
P
e
s
e
r
t
a
P
R
B
A
p
p
r
o
v
a
l

o
l
e
h
P
e
t
u
g
a
s
B
P
J
S

P
e
s
e
r
t
a
B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n
292
2. Pelayanan pada Apotek/depo Farmasi yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk
pelayanan obat PRB
a. Peserta menyerahkan resep dari Dokter Faskes
Tingkat Pertama
b. Peserta menunjukkan SRB dan Buku Kontrol
Peserta
3. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali berturut-
turut selama 3 bulan di Faskes Tingkat Pertama.
4. Setelah 3 (tiga) bulan peserta dapat dirujuk
kembali oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
untuk dilakukan evaluasi oleh dokter spesialis/sub-
spesialis.
5. Pada saat kondisi peserta tidak stabil, peserta dapat
dirujuk kembali ke dokter Spesialis/Sub Spesialis
sebelum 3 bulan dan menyertakan keterangan
medis dan/atau hasil pemeriksaan klinis dari dokter
Faskes Tingkat Pertama yang menyatakan kondisi
pasien tidak stabil atau mengalami gejala/tanda-
tanda yang mengindikasikan perburukan dan
perlu penatalaksanaan oleh Dokter Spesialis/Sub
Spesialis.
293
6. Apabila hasil evaluasi kondisi peserta dinyatakan
masih terkontrol/stabil oleh dokter spesialis/sub-
spesialis, maka pelayanan program rujuk balik
dapat dilanjutkan kembali dengan memberikan
SRB baru kepada peserta.
2. Pelayanan pada Apotek/depo Farmasi yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk
pelayanan obat PRB
a. Peserta menyerahkan resep dari Dokter Faskes
Tingkat Pertama
b. Peserta menunjukkan SRB dan Buku Kontrol
Peserta
3. Pelayanan obat rujuk balik dilakukan 3 kali berturut-
turut selama 3 bulan di Faskes Tingkat Pertama.
4. Setelah 3 (tiga) bulan peserta dapat dirujuk
kembali oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
untuk dilakukan evaluasi oleh dokter spesialis/sub-
spesialis.
5. Pada saat kondisi peserta tidak stabil, peserta dapat
dirujuk kembali ke dokter Spesialis/Sub Spesialis
sebelum 3 bulan dan menyertakan keterangan
medis dan/atau hasil pemeriksaan klinis dari dokter
Faskes Tingkat Pertama yang menyatakan kondisi
pasien tidak stabil atau mengalami gejala/tanda-
tanda yang mengindikasikan perburukan dan
perlu penatalaksanaan oleh Dokter Spesialis/Sub
Spesialis.
294
X
Ketentuan Pelayanan Obat
Program Rujuk Balik
1. Obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal 30
(tiga puluh) hari setiap kali peresepan dan harus
sesuai dengan Daftar Obat Formularium Nasional
untuk Obat Program Rujuk Balik serta ketentuan
lain yang berlaku.
2. Perubahan/penggantian obat program rujuk balik
hanya dapat dilakukan oleh Dokter Spesialis/
sub spesialis yang memeriksa di Faskes Tingkat
Lanjutan dengan prosedur pelayanan RJTL. Dokter
di Faskes Tingkat Pertama melanjutkan resep yang
ditulis oleh Dokter Spesialis/sub-spesialis dan tidak
berhak merubah resep obat PRB. Dalam kondisi
tertentu Dokter di Faskes Tingkat Pertama dapat
melakukan penyesuaian dosis obat sesuai dengan
batas kewenangannya.
3. Obat PRB dapat diperoleh di Apotek/depo farmasi
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk
memberikan pelayanan Obat PRB.
4. Jika peserta masih memiliki obat PRB, maka peserta
tersebut tidak boleh dirujuk ke Faskes Rujukan
295
Tingkat Lanjut, kecuali terdapat keadaan emergency
atau kegawatdaruratan yang menyebabkan pasien
harus konsultasi ke Faskes Rujukan Tingkat Lanjut.
X
Ketentuan Pelayanan Obat
Program Rujuk Balik
1. Obat PRB diberikan untuk kebutuhan maksimal 30
(tiga puluh) hari setiap kali peresepan dan harus
sesuai dengan Daftar Obat Formularium Nasional
untuk Obat Program Rujuk Balik serta ketentuan
lain yang berlaku.
2. Perubahan/penggantian obat program rujuk balik
hanya dapat dilakukan oleh Dokter Spesialis/
sub spesialis yang memeriksa di Faskes Tingkat
Lanjutan dengan prosedur pelayanan RJTL. Dokter
di Faskes Tingkat Pertama melanjutkan resep yang
ditulis oleh Dokter Spesialis/sub-spesialis dan tidak
berhak merubah resep obat PRB. Dalam kondisi
tertentu Dokter di Faskes Tingkat Pertama dapat
melakukan penyesuaian dosis obat sesuai dengan
batas kewenangannya.
3. Obat PRB dapat diperoleh di Apotek/depo farmasi
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk
memberikan pelayanan Obat PRB.
4. Jika peserta masih memiliki obat PRB, maka peserta
tersebut tidak boleh dirujuk ke Faskes Rujukan
296
XI Question And Answer
Q : Apa yang dimaksud dengan kondisi stabil/
terkontrol dalam Program Rujuk Balik ?
A : Kondisi terkontrol/stabil adalah suatu kondisi
dimana penderita penyakit kronis berdasarkan
diagnosis mempunyai parameter-parameter
yang stabil sesuai dengan yang ditetapkan oleh
dokter Spesialis/Sub Spesialis
Q : Apakah peserta PRB yang masih memiliki
obat PRB dapat berobat ke Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan ?
297
A : Tidak, kecuali terdapat gejala/tanda-tanda yang
mengindikasikan terjadi perburukan penyakit
sehingga memerlukan penatalaksanaan oleh
Dokter Spesialis di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Lanjutan.
Q : Apakah peserta yang menderita penyakit
lain yang tidak tercantum di dalam cakupan
PRB dapat mengikuti Program Rujuk Balik?
A : Tidak, sesuai dengan ketentuan yang berlaku
untuk saat ini Program Rujuk Balik yang dikelola
BPJS Kesehatan terbatas pada 10 jenis penyakit
saja.
Q : Apakah jasa konsultasi medis pelayanan PRB
dapat ditagihkan oleh Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama kepada BPJS Kesehatan
atau kepada peserta ?
A : Tidak, karena jasa konsultasi medis/jasa
pelayanan sudah termasuk di dalam komponen
paket kapitasi yang telah dibayarkan kepada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Q : Apakah peserta PRB dapat memperoleh
obat di luar Formularium Nasional untuk
obat Program Rujuk Balik?
XI Question And Answer
Q : Apa yang dimaksud dengan kondisi stabil/
terkontrol dalam Program Rujuk Balik ?
A : Kondisi terkontrol/stabil adalah suatu kondisi
dimana penderita penyakit kronis berdasarkan
diagnosis mempunyai parameter-parameter
yang stabil sesuai dengan yang ditetapkan oleh
dokter Spesialis/Sub Spesialis
Q : Apakah peserta PRB yang masih memiliki
obat PRB dapat berobat ke Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan ?
298
A : Tidak, obat PRB yang dijamin oleh BPJS
Kesehatan adalah obat yang tercantum di dalam
Formularium Nasional untuk Program Rujuk
Balik sesuai dengan restriksi dan peresepan
maksimal serta ketentuan lain yang berlaku. Jika
pasien diresepkan obat di luar daftar tersebut
oleh Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama, maka biaya obat sudah termasuk di
dalam komponen kapitasi yang dibayarkan BPJS
Kesehatan kepda Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama.
Q : Mengapa setiap 3 bulan sekali peserta PRB
perlu dilakukan rujukan kembali kepada
Dokter Spesialis/Sub Spesialis di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan?
A : Tujuan dilakukan rujukan rujukan kembali
kepada Dokter Spesialis/Sub Spesialis setiap 3
bulan sekali adalah agar Dokter Spesialis/Sub
Spesialis dapat melakukan evaluasi terhadap
kondisi perkembangan Peserta dan dapat
melakukan perubahan jenis atau dosis obat jika
diperlukan.
299
Q : Apa yang harus dilakukan peserta ketika
mendapatkan kesulitan dalam pelayanan
obat Program Rujuk Balik?
A : Apabila peserta BPJS Kesehatan memerlukan
informasi lebih lanjut mengenai PRB atau peserta
mengalami kesulitan dalam pelayanan PRB,
maka peserta dapat menghubungi :
1. Petugas BPJS Center atau Petugas Pojok PRB di
Rumah Sakit setempat
2. Petugas BPJS Kesehatan Kantor Cabang atau
Kantor Layanan Operasional Kota/Kabupaten
setempat
3. Pusat Layanan Informasi BPJS Kesehatan 500
400
A : Tidak, obat PRB yang dijamin oleh BPJS
Kesehatan adalah obat yang tercantum di dalam
Formularium Nasional untuk Program Rujuk
Balik sesuai dengan restriksi dan peresepan
maksimal serta ketentuan lain yang berlaku. Jika
pasien diresepkan obat di luar daftar tersebut
oleh Dokter di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama, maka biaya obat sudah termasuk di
dalam komponen kapitasi yang dibayarkan BPJS
Kesehatan kepda Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama.
Q : Mengapa setiap 3 bulan sekali peserta PRB
perlu dilakukan rujukan kembali kepada
Dokter Spesialis/Sub Spesialis di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan?
A : Tujuan dilakukan rujukan rujukan kembali
kepada Dokter Spesialis/Sub Spesialis setiap 3
bulan sekali adalah agar Dokter Spesialis/Sub
Spesialis dapat melakukan evaluasi terhadap
kondisi perkembangan Peserta dan dapat
melakukan perubahan jenis atau dosis obat jika
diperlukan.
300
301
8. Kredensialing Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
302
303
Pendahuluan I
UU No 40/2004 pasal 24 menyebutkan bahwa Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali
mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan, kesehatan untuk
meningkatkan efsiensi dan efektivitas.
Sebagai badan pelaksana, BPJS berkewajiban melakukan pengembangan
pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya berusaha memenuhi ketersediaan
provider penyedia layanan kesehatan dan memperkecil gap antara fasilitas
kesehatan yang tersedia sebagai provider penyedia layanan kesehatan
dengan tuntutan yang semakin tinggi dari peserta untuk mempermudah
akses dan memperbaiki disparitas fasilitas kesehatan. Dengan bertambahnya
jumlah dan kebutuhan peserta BPJS tentu akan menuntut BPJS untuk
semakin meningkatkan jaringan layanan kesehatan baik dalam kualitas
fasilitas kesehatan maupun peranan fasilitas kesehatan dalam upaya kendali
mutu layanan kesehatan.
Sebagai persiapan transformasi menuju implementasi SJSN, salah satu upaya
yang harus dilakukan PT Askes (Persero) ialah melakukan kredensialing fasilitas
kesehatan yang menjadi mitra BPJS Kesehatan untuk memastikan pelayanan
kesehatan dengan mutu yang optimal dengan biaya yang terkendali.
Dalam rangka penyempurnaan mekanisme Seleksi Faskes untuk BPJS
mencakup aktivitas credentialing & recredentialing, maka diatur beberapa
ketentuan meliputi:
Standar dan Kriteria Faskes BPJS
Prosedur pengajuan & penawaran Kerja Sama
Mekanisme penilaian Calon Faskes
304
Fasilitas Kesehatan dengan jumlah Peserta yang harus
dilayani.
2. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan
a. Pasal 35
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas
ketersediaan fasilitas kesehatan
b. Pasal 36
BPJS Kesehatan dalam memenuhi kebutuhan jaringan pemberi
pelayanan kesehatan bagi Peserta BPJS memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Fasilitas kesehatann pemerintah dan pemerintah daerah
yang memenuhi persyaratan wajib bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan
- Fasilitas kesehatan swasta yang memenuhi persyaratan
dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
- BPJS kesehatan dengan fasilitas kesehatan membuat
perjanjian tertulis sebagai landasan kerjasama
- Persyaratan sebagai fasilitas kesehatan mengacu pada
peraturan menteri kesehatan yang berlaku
c. Pasal 45
Fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
bagi peserta BPJS Kesehatan mengutamakan hal-hal yang
menjadi aspek kinerja provider sebagai berikut:
- Pemenuhan standar mutu pelayanan kesehatan (sumber
daya manusia, sarana, prasarana, dan standar operasional
prosedur tindakan medis)
Pengertian Teknis II
KREDENSIALING
1. Apakah yang dimaksud dengan kredensialing?
Kredensialing adalah proses seleksi awal melalui penilaian terhadap
pemenuhan persyaratan bagi fasilitas kesehatan yang akan bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
2. Apa tujuan dari dilakukan kredensialing?
Kredensialing dan rekredensialing bertujuan untuk memperoleh fasilitas
kesehatan yang berkomitmen dan mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang efektif dan efsien melalui metode dan standar penilaian
yang terukur dan objektif.
3. Apakah yang menjadi landasan hukumkegiatankredensialing?
1. UU 40/2004
a. Pasal 23 Ayat (1), Manfaat jaminan kesehatan diberikan pada
Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang menjalin
kerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71
Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan
Kesehatan NasionalPasal 5 ayat :
(1) Untuk dapat melakukan kerja sama dengan BPJS
Kesehatan, Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 harus memenuhi persyaratan.
(2) Selain ketentuan harus memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS Kesehatan
dalam melakukan kerja sama dengan Fasilitas Kesehatan
juga harus mempertimbangkan kecukupan antara jumlah
305
Fasilitas Kesehatan dengan jumlah Peserta yang harus
dilayani.
2. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan
a. Pasal 35
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas
ketersediaan fasilitas kesehatan
b. Pasal 36
BPJS Kesehatan dalam memenuhi kebutuhan jaringan pemberi
pelayanan kesehatan bagi Peserta BPJS memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Fasilitas kesehatann pemerintah dan pemerintah daerah
yang memenuhi persyaratan wajib bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan
- Fasilitas kesehatan swasta yang memenuhi persyaratan
dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
- BPJS kesehatan dengan fasilitas kesehatan membuat
perjanjian tertulis sebagai landasan kerjasama
- Persyaratan sebagai fasilitas kesehatan mengacu pada
peraturan menteri kesehatan yang berlaku
c. Pasal 45
Fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
bagi peserta BPJS Kesehatan mengutamakan hal-hal yang
menjadi aspek kinerja provider sebagai berikut:
- Pemenuhan standar mutu pelayanan kesehatan (sumber
daya manusia, sarana, prasarana, dan standar operasional
prosedur tindakan medis)
Pengertian Teknis II
KREDENSIALING
1. Apakah yang dimaksud dengan kredensialing?
Kredensialing adalah proses seleksi awal melalui penilaian terhadap
pemenuhan persyaratan bagi fasilitas kesehatan yang akan bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
2. Apa tujuan dari dilakukan kredensialing?
Kredensialing dan rekredensialing bertujuan untuk memperoleh fasilitas
kesehatan yang berkomitmen dan mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang efektif dan efsien melalui metode dan standar penilaian
yang terukur dan objektif.
3. Apakah yang menjadi landasan hukumkegiatankredensialing?
1. UU 40/2004
a. Pasal 23 Ayat (1), Manfaat jaminan kesehatan diberikan pada
Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang menjalin
kerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71
Tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan
Kesehatan NasionalPasal 5 ayat :
(1) Untuk dapat melakukan kerja sama dengan BPJS
Kesehatan, Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 harus memenuhi persyaratan.
(2) Selain ketentuan harus memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS Kesehatan
dalam melakukan kerja sama dengan Fasilitas Kesehatan
juga harus mempertimbangkan kecukupan antara jumlah
306
c. Peralatan Medis dan Obat-obatan : peralatan medis mutlak,
peralatan kedaruratan, obat-obatan, peralatan medis tambahan,
peralatan kunjungan rumah dan perlengkapan edukasi.
d. Lingkup Pelayanan : konsultasi/pemeriksaan, pelayanan gigi,
pelayanan obat, pelayanan laboratorium sederhana, pelayanan
imunisasi, pelayanan KB, promosi kesehatan dan kunjungan rumah.
e. KomitmenPelayanan : pemenuhan jam praktek, penggunaan aplikasi
SIM, kepatuhan terhadap panduan klinik, penyelenggaraan prolanis,
mendukung aktiftas kesehatan masyarakat yang dilaksanakan BPJS
Kesehatan.
7. Bagaimana proses pendaftaran Faskes untuk menjadi Provider
BPJS Kesehatan ?
Penawaran kerjasama sesuai hasil analisa kebutuhan faskes
Faskes melakukan pendaftaran ke Cabang BPJS terdekat dengan
melampirkan syarat administrasi dan mengisi formulir pendaftaran
Kantor Cabang melakukan verifkasi dan validasi ketentuan
administrasi (terutama ijin praktek)
Bila semua syarat administrasi terpenuhi maka Faskes diberikan
formulir self assessment
Setelah dilakukan penilaian self assessment oleh faskes tersebut,
Kantor Cabang melakukan validasi dan scoring di isian self
assessment dengan format kredensialing melalui kunjungan
lapangan oleh Tim Kredensialing.
Setelah ada keputusan kerjasama/tidak, dikirimkan surat
penerimaan/penolakan ke faskes tersebut.
- Keamanan Pasien (patient safety)
- Kesesuaian pelayanan kesehatan dengan kebutuhan
pasien
- Efektivitas tindakan
4. Apakah kriteria kredensialing faskes tingkat pertama?
Terdapat dua kriteria kredensialing faskes tingkat pertama yaitu kriteria
mutlak dan teknis.
5. KriteriaKredensialing administrasi/mutlak apa saja yang wajib
dipenuhi oleh faskestingkat pertama?
- Surat Ijin Operasional
- Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi dan Surat Ijin Praktik
atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain
- Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker dalam hal klinik
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan
- Perjanjian kerjasama dengan jejaring, jika diperlukan
- Surat Pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional
6. Kriteria teknis apa saja yang wajib dipenuhi oleh faskes tingkat
pertama?
a. Sumber Daya Manusia : ketenagaan, pelatihan kompetensi,
pengalaman kerja, pengalaman kerjasama dengan asuransi,
penghargaan yang dimiliki.
b. Sarana dan Prasarana : bangunan, ruangan pendukung,
perlengkapan praktek, perlengkapan penunjang administrasi dan
perlengkapan penunjang umum.
307
c. Peralatan Medis dan Obat-obatan : peralatan medis mutlak,
peralatan kedaruratan, obat-obatan, peralatan medis tambahan,
peralatan kunjungan rumah dan perlengkapan edukasi.
d. Lingkup Pelayanan : konsultasi/pemeriksaan, pelayanan gigi,
pelayanan obat, pelayanan laboratorium sederhana, pelayanan
imunisasi, pelayanan KB, promosi kesehatan dan kunjungan rumah.
e. KomitmenPelayanan : pemenuhan jam praktek, penggunaan aplikasi
SIM, kepatuhan terhadap panduan klinik, penyelenggaraan prolanis,
mendukung aktiftas kesehatan masyarakat yang dilaksanakan BPJS
Kesehatan.
7. Bagaimana proses pendaftaran Faskes untuk menjadi Provider
BPJS Kesehatan ?
Penawaran kerjasama sesuai hasil analisa kebutuhan faskes
Faskes melakukan pendaftaran ke Cabang BPJS terdekat dengan
melampirkan syarat administrasi dan mengisi formulir pendaftaran
Kantor Cabang melakukan verifkasi dan validasi ketentuan
administrasi (terutama ijin praktek)
Bila semua syarat administrasi terpenuhi maka Faskes diberikan
formulir self assessment
Setelah dilakukan penilaian self assessment oleh faskes tersebut,
Kantor Cabang melakukan validasi dan scoring di isian self
assessment dengan format kredensialing melalui kunjungan
lapangan oleh Tim Kredensialing.
Setelah ada keputusan kerjasama/tidak, dikirimkan surat
penerimaan/penolakan ke faskes tersebut.
- Keamanan Pasien (patient safety)
- Kesesuaian pelayanan kesehatan dengan kebutuhan
pasien
- Efektivitas tindakan
4. Apakah kriteria kredensialing faskes tingkat pertama?
Terdapat dua kriteria kredensialing faskes tingkat pertama yaitu kriteria
mutlak dan teknis.
5. KriteriaKredensialing administrasi/mutlak apa saja yang wajib
dipenuhi oleh faskestingkat pertama?
- Surat Ijin Operasional
- Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi dan Surat Ijin Praktik
atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain
- Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker dalam hal klinik
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
- Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan
- Perjanjian kerjasama dengan jejaring, jika diperlukan
- Surat Pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional
6. Kriteria teknis apa saja yang wajib dipenuhi oleh faskes tingkat
pertama?
a. Sumber Daya Manusia : ketenagaan, pelatihan kompetensi,
pengalaman kerja, pengalaman kerjasama dengan asuransi,
penghargaan yang dimiliki.
b. Sarana dan Prasarana : bangunan, ruangan pendukung,
perlengkapan praktek, perlengkapan penunjang administrasi dan
perlengkapan penunjang umum.
308
efektif dan efsien melalui metode dan standar penilaian yang terukur
dan objektif.
13. Apakah kriteria Rekredensialing faskes tingkat pertama?
Terdapat dua kriteria kredensialing faskes primer yaitu kriteria mutlak
dan teknis.
14. Kriteria Rekredensialing administrasi/mutlak apa saja yang wajib
dipenuhi oleh faskes tingkat pertama?
Updating Surat Ijin Praktek dan Surat Ijin Operasional
15. Kriteria Rekredensialing teknis apa saja yang wajib dipenuhi oleh
faskes tingkat pertama?
a. Sumber Daya Manusia (updating) : ketenagaan, pelatihan
kompetensi, pengalaman kerja, penghargaan yang dimiliki.
b. Sarana dan Prasarana (updating) : bangunan, ruangan pendukung,
perlengkapan praktek, perlengkapan penunjang administrasi dan
perlengkapan penunjang umum.
c. Peralatan Medis dan Obat-obatan (updating) : peralatan medis
mutlak, peralatan kedaruratan, obat-obatan, peralatan medis
tambahan, peralatan kunjungan rumah dan perlengkapan edukasi.
d. Lingkup Pelayanan(updating) : konsultasi/pemeriksaan, pelayanan
gigi, pelayanan obat, pelayanan laboratorium sederhana, pelayanan
imunisasi, pelayanan KB, promosi kesehatan dan kunjungan rumah.
e. Realisasi Komitmen Pelayanan : pemenuhan jam praktek,
penggunaan aplikasi SIM, kepatuhan terhadap panduan klinik,
penyelenggaraan prolanis, mendukung aktiftas kesehatan
masyarakat yang dilaksanakan BPJS Kesehatan.
f. Kinerja Faskes : Angka kepuasan pasien, angka rujukan, angka
keberkunjungan prolanis, ketepatan waktu penyampaian laporan
8. Apakah semua faskes yang melakukan pendaftaran untuk
menjadi provider BPJS dilakukan kredensialing?
Hanya Faskes yang lolos syarat administrasi saja yang dilakukan
kredensialing.
9. Kapan dilakukan kredensialing pertama kali untuk persiapan
BPJS?
Proses kredensialing dimulai sejak Semester II tahun 2013, Selanjutnya
Kredensialing dilakukan sepanjang tahun sesuai kebutuhanpenambahan
fasilitas kesehatan sejalan dengan pertambahan peserta.
10. Siapa pelaksanakegiatan kredensialing?
Kegiatan kredensialing dan rekredensialing dilakukan oleh Tim Seleksi
dan penilaian kinerja Fasilitas Kesehatan yang ditetapkan oleh Kepala
Kantor Cabang dengan jumlah anggota disesuaikan dengan kebutuhan.
Tim Seleksi diketuai Kepala Unit Manajemen Pelayanan Rujukan,
melibatkan Kepala Unit lainnya di Kantor Cabang dan Kepala Kantor
Layanan Operasional Kabupaten/Kota sebagai ketua sub tim serta
beranggotakan staf Kantor Cabang yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
REKREDENSIALING
11. Apakah yang dimaksud dengan rekredensialing?
Rekredensialing adalah proses seleksi ulang terhadap pemenuhan
persyaratan dan kinerja pelayanan bagi fasilitas kesehatan yang telah
dan akan melanjutkan kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
12. Apa tujuan dari dilakukan rekredensialing?
Rekredensialing bertujuan untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang
berkomitmen dan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang
309
efektif dan efsien melalui metode dan standar penilaian yang terukur
dan objektif.
13. Apakah kriteria Rekredensialing faskes tingkat pertama?
Terdapat dua kriteria kredensialing faskes primer yaitu kriteria mutlak
dan teknis.
14. Kriteria Rekredensialing administrasi/mutlak apa saja yang wajib
dipenuhi oleh faskes tingkat pertama?
Updating Surat Ijin Praktek dan Surat Ijin Operasional
15. Kriteria Rekredensialing teknis apa saja yang wajib dipenuhi oleh
faskes tingkat pertama?
a. Sumber Daya Manusia (updating) : ketenagaan, pelatihan
kompetensi, pengalaman kerja, penghargaan yang dimiliki.
b. Sarana dan Prasarana (updating) : bangunan, ruangan pendukung,
perlengkapan praktek, perlengkapan penunjang administrasi dan
perlengkapan penunjang umum.
c. Peralatan Medis dan Obat-obatan (updating) : peralatan medis
mutlak, peralatan kedaruratan, obat-obatan, peralatan medis
tambahan, peralatan kunjungan rumah dan perlengkapan edukasi.
d. Lingkup Pelayanan(updating) : konsultasi/pemeriksaan, pelayanan
gigi, pelayanan obat, pelayanan laboratorium sederhana, pelayanan
imunisasi, pelayanan KB, promosi kesehatan dan kunjungan rumah.
e. Realisasi Komitmen Pelayanan : pemenuhan jam praktek,
penggunaan aplikasi SIM, kepatuhan terhadap panduan klinik,
penyelenggaraan prolanis, mendukung aktiftas kesehatan
masyarakat yang dilaksanakan BPJS Kesehatan.
f. Kinerja Faskes : Angka kepuasan pasien, angka rujukan, angka
keberkunjungan prolanis, ketepatan waktu penyampaian laporan
8. Apakah semua faskes yang melakukan pendaftaran untuk
menjadi provider BPJS dilakukan kredensialing?
Hanya Faskes yang lolos syarat administrasi saja yang dilakukan
kredensialing.
9. Kapan dilakukan kredensialing pertama kali untuk persiapan
BPJS?
Proses kredensialing dimulai sejak Semester II tahun 2013, Selanjutnya
Kredensialing dilakukan sepanjang tahun sesuai kebutuhanpenambahan
fasilitas kesehatan sejalan dengan pertambahan peserta.
10. Siapa pelaksanakegiatan kredensialing?
Kegiatan kredensialing dan rekredensialing dilakukan oleh Tim Seleksi
dan penilaian kinerja Fasilitas Kesehatan yang ditetapkan oleh Kepala
Kantor Cabang dengan jumlah anggota disesuaikan dengan kebutuhan.
Tim Seleksi diketuai Kepala Unit Manajemen Pelayanan Rujukan,
melibatkan Kepala Unit lainnya di Kantor Cabang dan Kepala Kantor
Layanan Operasional Kabupaten/Kota sebagai ketua sub tim serta
beranggotakan staf Kantor Cabang yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan.
REKREDENSIALING
11. Apakah yang dimaksud dengan rekredensialing?
Rekredensialing adalah proses seleksi ulang terhadap pemenuhan
persyaratan dan kinerja pelayanan bagi fasilitas kesehatan yang telah
dan akan melanjutkan kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
12. Apa tujuan dari dilakukan rekredensialing?
Rekredensialing bertujuan untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang
berkomitmen dan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang
310
2. Apa saja tahapan pembentukan Tim Kredensialing?
No Aktifitas PIC
1 Membuat draft usulan tim seleksi fasilitas
kesehatan
staf
2 Memberikan persetujuan ka.unit
3 Membuat konsep SK Tim Seleksi Fasilitas ka.unit
4 Memberikan persetujuan kacab
5 Menetapkan SK Tim Seleksi Fasilitas kacab
6 Menggandakan SK Tim Seleksi fasilitas kesehatan staf
7 Mendistribusikan SK Tim Fasilitas Kesehatan staf
3. Apa saja tahapan pendaftaran faskes?
No Aktifitas PIC
1 Membuat surat penawaran kerjasama Faskes BPJS
(berdasarkan hasil analisa kebutuhan faskes )
staf
2 Memberikan persetujuan ka.unit
3 Menandatangani surat penawaran kacab
4 Menyampaikan surat penawaran kerjasama staf
5 Mengajukan surat penawaran kerjasama faskes
6 Menerima berkas permohonan kerjasama staf
7 Melakukan verifkasi dokumen permohonan
kerjasama
staf
8 Melakukan pemeriksaan kelengkapan administratif staf
9 Menyusun hasil pemeriksaan kelengkapan
administratif
staf
10 Memberikan persetujuan ka.unit
16. Kapan dilakukan Rekredensialing faskes tingkat pertama?
Proses Rekredensialing dilakukan 3 bulan sebelum kontrak dengan
faskes berakhir.
17. Siapa pelaksana kegiatan kredensialing?
Kegiatan rekredensialing dilakukan oleh Tim Seleksi dan penilaian kinerja
Fasilitas Kesehatan yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Cabang
Langkah-Langkah Pelaksanaan III
1. Apa saja tahapan kredensialing Faskes Primer ?
a. Pembentukan Tim Kredensialing di Cabang
b. Penentuan target Faskes yang akan dilakukan kredensialing
c. Pengiriman format self assessment kepada faskes yang akan
dilakukan kredensialing
d. Pelaksanaan kredensialing
e. Pnyusunan ranking Faskes berdasarkan scoring kredensialing
f. Penetapan Faskes yang lolos hasil kredensiang
g. Penetapan Faskes yang akan dilakukan kerjasama
h. Pemberitahuan hasil kredensialing kepa faskes baik yang lolos
kredensialing maupun yang tidak
i. Laporan hasil kredensialing ke Divre/ Kantor Pusat.
311
2. Apa saja tahapan pembentukan Tim Kredensialing?
No Aktifitas PIC
1 Membuat draft usulan tim seleksi fasilitas
kesehatan
staf
2 Memberikan persetujuan ka.unit
3 Membuat konsep SK Tim Seleksi Fasilitas ka.unit
4 Memberikan persetujuan kacab
5 Menetapkan SK Tim Seleksi Fasilitas kacab
6 Menggandakan SK Tim Seleksi fasilitas kesehatan staf
7 Mendistribusikan SK Tim Fasilitas Kesehatan staf
3. Apa saja tahapan pendaftaran faskes?
No Aktifitas PIC
1 Membuat surat penawaran kerjasama Faskes BPJS
(berdasarkan hasil analisa kebutuhan faskes )
staf
2 Memberikan persetujuan ka.unit
3 Menandatangani surat penawaran kacab
4 Menyampaikan surat penawaran kerjasama staf
5 Mengajukan surat penawaran kerjasama faskes
6 Menerima berkas permohonan kerjasama staf
7 Melakukan verifkasi dokumen permohonan
kerjasama
staf
8 Melakukan pemeriksaan kelengkapan administratif staf
9 Menyusun hasil pemeriksaan kelengkapan
administratif
staf
10 Memberikan persetujuan ka.unit
16. Kapan dilakukan Rekredensialing faskes tingkat pertama?
Proses Rekredensialing dilakukan 3 bulan sebelum kontrak dengan
faskes berakhir.
17. Siapa pelaksana kegiatan kredensialing?
Kegiatan rekredensialing dilakukan oleh Tim Seleksi dan penilaian kinerja
Fasilitas Kesehatan yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Cabang
Langkah-Langkah Pelaksanaan III
1. Apa saja tahapan kredensialing Faskes Primer ?
a. Pembentukan Tim Kredensialing di Cabang
b. Penentuan target Faskes yang akan dilakukan kredensialing
c. Pengiriman format self assessment kepada faskes yang akan
dilakukan kredensialing
d. Pelaksanaan kredensialing
e. Pnyusunan ranking Faskes berdasarkan scoring kredensialing
f. Penetapan Faskes yang lolos hasil kredensiang
g. Penetapan Faskes yang akan dilakukan kerjasama
h. Pemberitahuan hasil kredensialing kepa faskes baik yang lolos
kredensialing maupun yang tidak
i. Laporan hasil kredensialing ke Divre/ Kantor Pusat.
312
No Aktifitas PIC
13 Melakukan print out rekapitulasi hasil penilaian
kredensialing faskes
staf
14 Memberikan persetujuan ka.unit
15 Menyampaikan print out rekapitulasi hasil penilaian
kredensialing faskes
ka.unit
16 Memberikan persetujuan kacab
17 Menetapkan hasil kredensialing kacab
18 Menyampaikan surat pemberitahuan hasil
kredensialing kepada faskes yang dikredensialing
staf
19 Menyampaikan laporan hasil kredensialing kepada
divre
staf
5. Apa langkah-langkah Rekredensialing?
No Aktifitas PIC
1 Menginventarisir faskes yang akan
direkredensialing
staf
2 Menyusun daftar faskes yang akan
direkredensialing
staf
3 Memberikan persetujuan ka.unit
4 Menyampaikan daftar faskes yang akan
direkredensialing
ka.unit
5 Memberikan persetujuan kacab
6 Menetapkan daftar faskes yang akan
direkredensialing
kacab
7 Menyusun konsep surat pemberitahuan
rekredensialing
staf
No Aktifitas PIC
11 Membuat konsep hasil pemeriksaan kelengkapan
administratif
ka.unit
4. Apa saja tahapan pelaksanaan kredensialing?
No Aktifitas PIC
1 Menyampaikan surat pemberitahuan kredensialing,
dilampiri form self assesment kredensialing
staf
2 Melakukan kunjungan faskes untuk verifkasi dan
validasi form kredensialing
tim
seleksi
3 Membuat laporan hasil kunjungan kredensialing tim
seleksi
4 Melakukan pembahasan hasil kunjungan
kredensialing
tim
seleksi
5 Memberikan persetujuan hasil kunjungan
kredensialing
kacab
6 Menginput data hasil kunjungan kredensialing
faskes melalui aplikasi Electronic Contract
Management
staf
7 Memberikan persetujuan ka.unit
8 Melakukan approval kredensialing melalui aplikasi
ECM
ka.unit
9 Memberikan persetujuan kacab
10 Melakukan approval kredensialing melalui aplikasi
ECM
kacab
11 Memberikan persetujuan kabid
12 Melakukan approval kredensialing melalui aplikasi
ECM
kabid
313
No Aktifitas PIC
13 Melakukan print out rekapitulasi hasil penilaian
kredensialing faskes
staf
14 Memberikan persetujuan ka.unit
15 Menyampaikan print out rekapitulasi hasil penilaian
kredensialing faskes
ka.unit
16 Memberikan persetujuan kacab
17 Menetapkan hasil kredensialing kacab
18 Menyampaikan surat pemberitahuan hasil
kredensialing kepada faskes yang dikredensialing
staf
19 Menyampaikan laporan hasil kredensialing kepada
divre
staf
5. Apa langkah-langkah Rekredensialing?
No Aktifitas PIC
1 Menginventarisir faskes yang akan
direkredensialing
staf
2 Menyusun daftar faskes yang akan
direkredensialing
staf
3 Memberikan persetujuan ka.unit
4 Menyampaikan daftar faskes yang akan
direkredensialing
ka.unit
5 Memberikan persetujuan kacab
6 Menetapkan daftar faskes yang akan
direkredensialing
kacab
7 Menyusun konsep surat pemberitahuan
rekredensialing
staf
No Aktifitas PIC
11 Membuat konsep hasil pemeriksaan kelengkapan
administratif
ka.unit
4. Apa saja tahapan pelaksanaan kredensialing?
No Aktifitas PIC
1 Menyampaikan surat pemberitahuan kredensialing,
dilampiri form self assesment kredensialing
staf
2 Melakukan kunjungan faskes untuk verifkasi dan
validasi form kredensialing
tim
seleksi
3 Membuat laporan hasil kunjungan kredensialing tim
seleksi
4 Melakukan pembahasan hasil kunjungan
kredensialing
tim
seleksi
5 Memberikan persetujuan hasil kunjungan
kredensialing
kacab
6 Menginput data hasil kunjungan kredensialing
faskes melalui aplikasi Electronic Contract
Management
staf
7 Memberikan persetujuan ka.unit
8 Melakukan approval kredensialing melalui aplikasi
ECM
ka.unit
9 Memberikan persetujuan kacab
10 Melakukan approval kredensialing melalui aplikasi
ECM
kacab
11 Memberikan persetujuan kabid
12 Melakukan approval kredensialing melalui aplikasi
ECM
kabid
314
No Aktifitas PIC
23 Memberikan persetujuan kabid
24 Melakukan approval rekredensialing melalui
aplikasi ECM
kabid
25 Melakukan print out rekapitulasi hasil penilaian
rekredensialing faskes
staf
26 Memberikan persetujuan kabag
27 Menyampaikan print out rekapitulasi hasil penilaian
rekredensialing faskes
kabag
28 Memberikan persetujuan kacab
29 Menetapkan hasil rekredensialing kacab
30 Menyampaikan surat pemberitahuan hasil
rekredensialing kepada faskes yang dikredensialing
staf
31 Menyampaikan laporan hasil rekredensialing
kepada divre
staf
6. Apa langkah-langkah metode scoring pada hasil kredensialing?
a) Mengisi form penilaian Penilaian calon Pemberian rekomendasi
Calon Faskes
b) Membuat scoring yang paling sesuai pada setiap komponen
penilaian
c) Menghitung scoring akhir sesuai bobot yang telah ditentukan pada
setiap komponen
d) Score maksimal dalam penilaian kriteria teknis adalah 100
e) Score akhir setiap Faskes akan direkap dan di urutkan berdasarkan
score tertinggi antar faskes
No Aktifitas PIC
8 Memberikan persetujuan ka.unit
9 Menyusun KV surat pemberitahuan kredensialing ka.unit
10 Memberikan persetujuan kacab
11 Menandatangani surat pemberitahuan
kredensialing
kacab
12 Menyampaikan surat pemberitahuan
rekredensialing, dilampiri form self assesment dan
hasil penilaian kinerja
staf
13 Melakukan kunjungan faskes untuk verifkasi dan
validasi form rekredensialing
tim
seleksi
14 Membuat laporan hasil kunjungan rekredensialing tim
seleksi
15 Melakukan pembahasan hasil kunjungan
rekredensialing
tim
seleksi
16 Mengajukan persetujuan hasil kunjungan
rekredensialing
tim
seleksi
17 Memberikan persetujuan hasil kunjungan
rekredensialing
kacab
18 Menginput data rekredensialing faskes melalui
aplikasi ECM
staf
19 Memberikan persetujuan kabag
20 Melakukan approval rekredensialing melalui
aplikasi ECM
kabag
21 Memberikan persetujuan kacab
22 Melakukan approval rekredensialing melalui
aplikasi ECM
kacab
315
No Aktifitas PIC
23 Memberikan persetujuan kabid
24 Melakukan approval rekredensialing melalui
aplikasi ECM
kabid
25 Melakukan print out rekapitulasi hasil penilaian
rekredensialing faskes
staf
26 Memberikan persetujuan kabag
27 Menyampaikan print out rekapitulasi hasil penilaian
rekredensialing faskes
kabag
28 Memberikan persetujuan kacab
29 Menetapkan hasil rekredensialing kacab
30 Menyampaikan surat pemberitahuan hasil
rekredensialing kepada faskes yang dikredensialing
staf
31 Menyampaikan laporan hasil rekredensialing
kepada divre
staf
6. Apa langkah-langkah metode scoring pada hasil kredensialing?
a) Mengisi form penilaian Penilaian calon Pemberian rekomendasi
Calon Faskes
b) Membuat scoring yang paling sesuai pada setiap komponen
penilaian
c) Menghitung scoring akhir sesuai bobot yang telah ditentukan pada
setiap komponen
d) Score maksimal dalam penilaian kriteria teknis adalah 100
e) Score akhir setiap Faskes akan direkap dan di urutkan berdasarkan
score tertinggi antar faskes
316
Hal-Hal Kritis IV
1. Apa saja hal-hal kritis yang harus diperhatikan dalam proses
kredensialing?
- Objektiftas (tidak ada benturan kepentingan)
Penilaian Kredensialing harus bersifat obyektif sehingga tidak ada
unsur kepentingan pribadi atau kelompok baik dalam penilaian
maupun pengambilan keputusan berdasarkan hasil penilaian.
- Transparansi
Proses kredensialing/rekredensialing harus bersifat transparan,
dalam artian semua pihak harus mengetahui dasar pengambilan
keputusan. Proses transparansi dimulai dari pemberian format self
assessment kepada faskes sebelum dimulai proses kredensialing
sehingga faskes mempunyai kesempatan untuk menilai diri sendiri.
Hasil Kredensialing/ Rekredensialing juga dapat diketahui oleh pihak
faskes.
- Evidense
Semua proses kredensialing/rekredensialing harus disertai dan
dilengkapi dengan bukti tertulis/ evidens yang harus tersimpan dan
terarsip dengan rapi sehingga dapat menjadi dasar untuk audit.
- Kedisiplinan dalam entri aplikasi ECM
Semua hasil kredensialing/rekredensinaling harus dientri dalam
aplikasi ECM
2. Apakah syarat mutlak administrasi untuk dilakukan kredensialing?
Surat ijin praktek dan surat ijin operasional yang masih berlaku.
3. Apakah semua faskes yang akan dilakukan kerjasama wajib
dilakukan kredensialing?
Ya.
f) Catatan khusus tim seleksi faskes merupakan analisa tambahan
terhadap kondisi faskes
g) Faskes yang diterima sebagai provider BPJS adalah mulai dari
peringkat tertinggi dan berurut sesuai score setingkat dibawahnya,
sampai terpenuhi kebutuhan Faskes
7. Bagaimana hasil penilaian kredensialing/Rekredensialing?
Hasil penilaian kredensialing dan rekredensialing dikelompokkan dalam
kategorisasi sebagai berikut:
1. Skor 85 100 = Kategori A (sangat direkomendasikan)
2. Skor 70 84 = Kategori B (direkomendasikan)
3. Skor 60 69 = Kategori C (dapat direkomendasikan)
4. Skor < 60 = Kategori D ( tidak direkomendasikan)
8. Apayang menjadi pertimbangan dalam menetapkan kelulusan
hasil kredensialing?
Selain faskes yang berkualitas, BPJS Kesehatan juga harus memastikan
ketersediaan faskes sesuai kebutuhan peserta.Oleh karena itu BPJS
Kesehatan menetapkan standar kelulusan yang ditingkatkan secara
bertahap sesuai kondisi masing-masing wilayah s.d. terpenuhinya target
ideal tahun 2019.
317
Hal-Hal Kritis IV
1. Apa saja hal-hal kritis yang harus diperhatikan dalam proses
kredensialing?
- Objektiftas (tidak ada benturan kepentingan)
Penilaian Kredensialing harus bersifat obyektif sehingga tidak ada
unsur kepentingan pribadi atau kelompok baik dalam penilaian
maupun pengambilan keputusan berdasarkan hasil penilaian.
- Transparansi
Proses kredensialing/rekredensialing harus bersifat transparan,
dalam artian semua pihak harus mengetahui dasar pengambilan
keputusan. Proses transparansi dimulai dari pemberian format self
assessment kepada faskes sebelum dimulai proses kredensialing
sehingga faskes mempunyai kesempatan untuk menilai diri sendiri.
Hasil Kredensialing/ Rekredensialing juga dapat diketahui oleh pihak
faskes.
- Evidense
Semua proses kredensialing/rekredensialing harus disertai dan
dilengkapi dengan bukti tertulis/ evidens yang harus tersimpan dan
terarsip dengan rapi sehingga dapat menjadi dasar untuk audit.
- Kedisiplinan dalam entri aplikasi ECM
Semua hasil kredensialing/rekredensinaling harus dientri dalam
aplikasi ECM
2. Apakah syarat mutlak administrasi untuk dilakukan kredensialing?
Surat ijin praktek dan surat ijin operasional yang masih berlaku.
3. Apakah semua faskes yang akan dilakukan kerjasama wajib
dilakukan kredensialing?
Ya.
f) Catatan khusus tim seleksi faskes merupakan analisa tambahan
terhadap kondisi faskes
g) Faskes yang diterima sebagai provider BPJS adalah mulai dari
peringkat tertinggi dan berurut sesuai score setingkat dibawahnya,
sampai terpenuhi kebutuhan Faskes
7. Bagaimana hasil penilaian kredensialing/Rekredensialing?
Hasil penilaian kredensialing dan rekredensialing dikelompokkan dalam
kategorisasi sebagai berikut:
1. Skor 85 100 = Kategori A (sangat direkomendasikan)
2. Skor 70 84 = Kategori B (direkomendasikan)
3. Skor 60 69 = Kategori C (dapat direkomendasikan)
4. Skor < 60 = Kategori D ( tidak direkomendasikan)
8. Apayang menjadi pertimbangan dalam menetapkan kelulusan
hasil kredensialing?
Selain faskes yang berkualitas, BPJS Kesehatan juga harus memastikan
ketersediaan faskes sesuai kebutuhan peserta.Oleh karena itu BPJS
Kesehatan menetapkan standar kelulusan yang ditingkatkan secara
bertahap sesuai kondisi masing-masing wilayah s.d. terpenuhinya target
ideal tahun 2019.
318
319
9. Gate Keeper Concept
320
321
I Ketentuan Umum
1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa
perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang
yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh pemerintah.
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan
yang selanjutnya disingkat BPJS Kesehatan
adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.
3. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing
yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran.
4. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi
hak Peserta dan/atau anggota keluarganya.
5. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
perorangan, baik promotif, preventif, kuratif
322
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
Masyarakat.
6. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah
pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non
spesialistik (tingkat pertama) meliputi pelayanan
rawat jalan dan rawat inap.
7. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
adalah upaya pelayanan kesehatan perorangan
yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik
yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat
inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang
perawatan khusus.
8. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan
tanggung jawab pelayanan kesehatan secara
timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
II Definisi
Gatekeeper Concept adalah konsep sistem pelayanan
kesehatan dimana fasilitas kesehatan tingkat pertama
323
yang berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan
dasar berfungsi optimal sesuai standar kompetensinya
dan memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar
pelayanan medik.
III
Tujuan Implementasi
Gatekeeper
1. Mengoptimalkan peran fasilitas kesehatan tingkat
pertama dalam sistem pelayanan kesehatan
2. Mengoptimalkan fungsi fasilitas kesehatan untuk
memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
standar kompetensinya
3. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
di fasiltias kesehatan tingkat lanjutan dengan
melakukan penapisan pelayanan yang perlu dirujuk
sehingga mengurangi beban kerja rumah sakit.
4. Menata sistem rujukan
5. Meningkatkan kepuasan peserta dengan
memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau
Masyarakat.
6. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah
pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non
spesialistik (tingkat pertama) meliputi pelayanan
rawat jalan dan rawat inap.
7. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
adalah upaya pelayanan kesehatan perorangan
yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik
yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat
inap tingkat lanjutan, dan rawat inap di ruang
perawatan khusus.
8. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan
tanggung jawab pelayanan kesehatan secara
timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
II Definisi
Gatekeeper Concept adalah konsep sistem pelayanan
kesehatan dimana fasilitas kesehatan tingkat pertama
324
IV Pelaksana Gatekeeper
1. Puskesmas atau yang setara
2. Praktik dokter baik praktik perorangan maupun
praktik bersama
3. Praktik dokter gigi baik praktik perorangan maupun
praktik bersama
4. Klinik Pratama atau yang setara
5. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara
V
Empat Fungsi Pokok Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
Sebagai Gatekeeper
1. Kontak pertama pelayanan (First Contact)
Fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan
tempat pertama yang dikunjungi peserta setiap kali
mendapat masalah kesehatan.
2. Pelayanan berkelanjutan (Continuity)
Hubungan fasilitas kesehatan tingkat pertama
dengan peserta dapat berlangsung secara
berkelanjutan/kontinyu sehingga penanganan
325
penyakit dapat berjalan optimal
3. Pelayanan paripurna (Comprehensiveness)
Fasilitas kesehatan tingkat pertama memberikan
pelayanan yang komprehensif terutama untuk
pelayanan promotif dan preventif.
4. Koordinasi pelayanan (Coordination)
Fasilitas kesehatan tingkat pertama melakukan
koordinasi pelayanan dengan penyelenggara
kesehatan lainnya dalam memberikan pelayanan
kesehatan kepada peserta sesuai kebutuhannya.
Dokter yang bertugas berfungsi sebagai pengatur
pelayanan (care manager).
IV Pelaksana Gatekeeper
1. Puskesmas atau yang setara
2. Praktik dokter baik praktik perorangan maupun
praktik bersama
3. Praktik dokter gigi baik praktik perorangan maupun
praktik bersama
4. Klinik Pratama atau yang setara
5. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara
V
Empat Fungsi Pokok Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
Sebagai Gatekeeper
1. Kontak pertama pelayanan (First Contact)
Fasilitas kesehatan tingkat pertama merupakan
tempat pertama yang dikunjungi peserta setiap kali
mendapat masalah kesehatan.
2. Pelayanan berkelanjutan (Continuity)
Hubungan fasilitas kesehatan tingkat pertama
dengan peserta dapat berlangsung secara
berkelanjutan/kontinyu sehingga penanganan
326
VI
Peran Penting Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
Dalam Sistem Pelayanan
Kesehatan
1. Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berfungsi
optimal biasanya akan memberikan iuran kualitas
kesehatan yang lebih baik kepada peserta
2. Fasilitas kesehatan tingkat pertama akan
mengurangi beban negara dalam pembiayaan
kesehatan karena mampu menurunkan angka
kesakitan dan mengurangi kunjungan ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan
3. Fasilitas kesehatan tingkat pertama terdistribusi
lebih besar dibandingkan dengan fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan sehingga akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan lebih
tinggi.

327
VII
Kompetensi Fasilitas
Kesehatan Sebagai
Gatekeeper
a. Kompetensi yang wajib dimiliki oleh semua
Gatekeeper adalah :
Standar kompetensi dokter umum sesuai dengan
Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor
11 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi
Dokter Indonesia yaitu pada kompetensi level 4A
(kompetensi yang dicapai saat lulus dokter) dimana
pada level tersebut dokter mampu mendiagnosis
dan melakukan penatalaksanaan secara mandiri
dan tuntas.
b. Kompetensi yang diharapkan dimiliki oleh semua
Gatekeeper adalah :
1) Standar Kompetensi Dokter Keluarga
2) Advance Trauma Life Support (ATLS)
3) Advance Cardiac Life Support (ACLS)
4) Sertifkat Keahlian Medis Endokrin
5) Pelatihan Kesehatan Kerja
6) Sertifkat Pelatihan Kesehatan Lainnya
VI
Peran Penting Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama
Dalam Sistem Pelayanan
Kesehatan
1. Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang berfungsi
optimal biasanya akan memberikan iuran kualitas
kesehatan yang lebih baik kepada peserta
2. Fasilitas kesehatan tingkat pertama akan
mengurangi beban negara dalam pembiayaan
kesehatan karena mampu menurunkan angka
kesakitan dan mengurangi kunjungan ke fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan
3. Fasilitas kesehatan tingkat pertama terdistribusi
lebih besar dibandingkan dengan fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan sehingga akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan lebih
tinggi.

328
VIII Tugas Dan Fungsi Gatekeeper
Tugas Gatekeeper :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan peserta
secara paripurna, terpadu dan bermutu
2. Mengatur akses kepada pelayanan kesehatan
lanjutan melalui sistem rujukan
3. Penasehat, konselor, dan pendidik untuk
mewujudkan keluarga sehat
4. Manajer sumber daya
Fungsi Gatekeeper:
1. Kontak pertama pasien
2. Penapis Rujukan
3. Kendali Mutu dan Biaya
IX
Ruang Lingkup Pelayanan
Gatekeeper
1. Promosi kesehatan (promotif)
2. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
329
(Preventive dan Specific protection)
3. Pengobatan (Curative)
4. Pembatasan kecacatan (disability limitation)
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitative)
X
Implementasi Gate Keeper
Concept
1. Setiap fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan wajib melalui
proses kredensialing dan re-kredensialing sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
2. Penguatan fungsi kontak pertama (first contact)
a. Fasilitas kesehatan diupayakan untuk tidak
memiliki beban kerja yang berlebihan
(overload) yang akan mempengaruhi kualitas
pelayanan yang diberikan, untuk itu harus
dipertimbangkan jumlah pasien yang dilayani
baik peserta BPJS Kesehatan maupun bukan
peserta BPJS Kesehatan, jumlah dokter yang
bertugas, lama kerja dokter dan ada tidaknya
double job dokter.
VIII Tugas Dan Fungsi Gatekeeper
Tugas Gatekeeper :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar
untuk memenuhi kebutuhan kesehatan peserta
secara paripurna, terpadu dan bermutu
2. Mengatur akses kepada pelayanan kesehatan
lanjutan melalui sistem rujukan
3. Penasehat, konselor, dan pendidik untuk
mewujudkan keluarga sehat
4. Manajer sumber daya
Fungsi Gatekeeper:
1. Kontak pertama pasien
2. Penapis Rujukan
3. Kendali Mutu dan Biaya
IX
Ruang Lingkup Pelayanan
Gatekeeper
1. Promosi kesehatan (promotif)
2. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
330
b. Setiap peserta hanya boleh memilih dan
mendaftar pada satu fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
c. Fasilitas kesehatan tingkat pertama harus
mudah diakses secara geografs oleh peserta.
d. Peserta menjadikan Fasilitas kesehatan tingkat
pertama sebagai tempat pertama untuk
mengakses pelayanan kesehatan, berkonsultasi
dan menyampaikan keluhannya, hal ini dapat
dinilai dengan indikator sebagai berikut :
1) Angka kunjungan
2) Jumlah peserta yang datang ke fasilitas
kesehatan tingkat pertama lain
3) Pasien datang langsung ke RS meskipun
tidak dalam kondisi gawat darurat
4) Tidak ada keluhan peserta yang tidak
mendapatkan pelayanan dari dokternya
Data di atas diperoleh melalui laporan, survey,
walk through audit, dll
e. Mengutamakan fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang dapat diakses selama 24 jam.
f. Mendorong agar fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang tidak beroperasi 24 jam tetap
331
dapat diakses walaupun di luar jam praktek
formal dalam bentuk konsultasi jarak jauh,
misalnya: konsultasi melalui telepon, surat
elektronik (email), sms atau sarana komunikasi
lainnya .
g. Fasilitas kesehatan tingkat pertama mempunyai
komitmen untuk melakukan kunjungan
ke rumah pasien (home visit) yang dalam
kondisi tertentu tidak memungkinkan untuk
mengunjungi dokter.
h. Perencanaan konsultasi non akut yaitu
fasilitas kesehatan tingkat pertama membuat
jadwal konsultasi untuk peserta berdasarkan
dokumentasi informasi family folder yang ada
padanya.
i. Fasilitas kesehatan tingkat pertama melakukan
klasifkasi peserta terdaftar berdasarkan
beberapa kriteria misalnya kondisi kesehatan
peserta, demograf, tingkat pendidikan dan
lain-lain. Hal ini digunakan untuk membuat
perencanaan penjadwalan pelayanan peserta
dan edukasi secara langsung maupun tidak
langsung melalui berbagai media.
b. Setiap peserta hanya boleh memilih dan
mendaftar pada satu fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
c. Fasilitas kesehatan tingkat pertama harus
mudah diakses secara geografs oleh peserta.
d. Peserta menjadikan Fasilitas kesehatan tingkat
pertama sebagai tempat pertama untuk
mengakses pelayanan kesehatan, berkonsultasi
dan menyampaikan keluhannya, hal ini dapat
dinilai dengan indikator sebagai berikut :
1) Angka kunjungan
2) Jumlah peserta yang datang ke fasilitas
kesehatan tingkat pertama lain
3) Pasien datang langsung ke RS meskipun
tidak dalam kondisi gawat darurat
4) Tidak ada keluhan peserta yang tidak
mendapatkan pelayanan dari dokternya
Data di atas diperoleh melalui laporan, survey,
walk through audit, dll
e. Mengutamakan fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang dapat diakses selama 24 jam.
f. Mendorong agar fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang tidak beroperasi 24 jam tetap
332
3. Penguatan fungsi pelayanan berkelanjutan
(continuity)
a. Meningkatkan kepercayaan peserta kepada
fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk
datang kembali melakukan kunjungan ulang
atas permasalahan kesehatan yang dialaminya.
b. Meningkatkan kualitas hubungan fasilitas
kesehatan tingkat pertama dengan peserta
sehingga pelayanan kesehatan dapat
berlangsung dengan kontinyu dan berjalan
optimal
c. Fasilitas kesehatan memiliki Family folder atau
informasi kesehatan per keluarga, dengan
tujuan:
1) Pelayanan kesehatan berorientasi pada
keluarga (family centeredness)
2) Pelayanan kesehatan menjadi lebih terfokus
kepada peserta dan bukan pada penyakit
yang diderita. Keterlibatan pasien dalam
pengambilan keputusan akan membuat
pelayanan lebih efektif
3) Fasilitas kesehatan lebih mengenal pasien
333
secara individu dan keluarga sehingga dokter
lebih mudah mengetahui permasalahan
dan penanganan kesehatan
4) Fasilitas kesehatan dapat menjalankan
program promotif dan preventif yang lebih
baik dan terfokus pada individu
d. Rata-rata waktu konsultasi setiap pasien
minimal 15 menit
e. Jumlah ideal peserta terdaftar adalah 3.000
jiwa per dokter
f. Minimal terdaftar selama 3 bulan tanpa
ada keinginan untuk berpindah ke fasilitas
kesehatan tingkat pertama lain (trust building)
g. Fasilitas kesehatan tingkat pertama mempunyai
tanggung jawab terhadap kebutuhan medik
peserta yang terdaftar padanya
h. Indikator atas menguatnya fungsi pelayanan
yang berkelanjutan adalah:
1) Jumlah peserta yang berpindah ke fasilitas
kesehatan pertama lain bukan karena
pindah domisili rendah
3. Penguatan fungsi pelayanan berkelanjutan
(continuity)
a. Meningkatkan kepercayaan peserta kepada
fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk
datang kembali melakukan kunjungan ulang
atas permasalahan kesehatan yang dialaminya.
b. Meningkatkan kualitas hubungan fasilitas
kesehatan tingkat pertama dengan peserta
sehingga pelayanan kesehatan dapat
berlangsung dengan kontinyu dan berjalan
optimal
c. Fasilitas kesehatan memiliki Family folder atau
informasi kesehatan per keluarga, dengan
tujuan:
1) Pelayanan kesehatan berorientasi pada
keluarga (family centeredness)
2) Pelayanan kesehatan menjadi lebih terfokus
kepada peserta dan bukan pada penyakit
yang diderita. Keterlibatan pasien dalam
pengambilan keputusan akan membuat
pelayanan lebih efektif
3) Fasilitas kesehatan lebih mengenal pasien
334
2) Keluhan peserta terhadap pelayanan
dokternya rendah
3) Indeks kepuasan peserta terhadap dokter
dan fasilitas kesehatan meningkat
PENGUATAN FUNGSI GATEKEEPER

Mencegah duplikasi
intervensi
mengurangi bahaya
akibat penanganan
yang tumpang tindih
Memastikan
kontinuitas pelayanan
Sarana untuk meminta
saran treatment
sebelum dirujuk
Data riwayat
kesehatan
Mengenal lingkungan
tempat tinggal
melibatkan komunitas
Mencari tahu
ekspektasi dan opsi
pasien
Data riwayat penyakit
dan riwayat
kunjungan diperoleh
dari aplikasi p-care
BPJS Kesehatan dan
FAMILY FOLDER
DATA KOMUNIKASI
KOORDINASI
PROMOTIF
PREVENTIF
335
4. Penguatan fungsi pelayanan paripurna
(comprehensiveness)
a. Pelayanan yang paripurna dapat mengurangi
rujukan untuk pelayanan non-spesialisasi yang
bisa diberikan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama.
b. Fasilitas kesehatan tingkat pertama memberikan
pelayanan yang komprehensif terutama untuk
pelayanan promotif dan preventif, hal ini dapat
dinilai dengan indikator sebagai berikut:
1) Jumlah fasilitas kesehatan tingkat pertama
yang mempunyai fasilitas pendukung
pelayanan yang menyeluruh yaitu dokter
gigi, laboratorium dan apotik/depo farmasi
dalam satu lokasi (One Stop Service)
2) Dokter atau tenaga medis di fasilitas
kesehatan tingkat pertama harus mampu
membuat diagnosa klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit secara mandiri
dan tuntas minimal 144 DaftarPenyakit
sesuai level kompetensi 4a dalam Standar
Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) tahun
2) Keluhan peserta terhadap pelayanan
dokternya rendah
3) Indeks kepuasan peserta terhadap dokter
dan fasilitas kesehatan meningkat
PENGUATAN FUNGSI GATEKEEPER

Mencegah duplikasi
intervensi
mengurangi bahaya
akibat penanganan
yang tumpang tindih
Memastikan
kontinuitas pelayanan
Sarana untuk meminta
saran treatment
sebelum dirujuk
Data riwayat
kesehatan
Mengenal lingkungan
tempat tinggal
melibatkan komunitas
Mencari tahu
ekspektasi dan opsi
pasien
Data riwayat penyakit
dan riwayat
kunjungan diperoleh
dari aplikasi p-care
BPJS Kesehatan dan
FAMILY FOLDER
DATA KOMUNIKASI
KOORDINASI
PROMOTIF
PREVENTIF
336
2012 berpedoman pada Panduan Praktik
Klinis
3) Pada pelayanan promotif, preventif,kuratif
dan rehabilitatif, dokter pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama sebagai manager
untuk memberikan edukasi, promosi
kesehatan dan program pengelolaan
Penyakit kronis. Fasilitas kesehatan tingkat
pertama juga harus memiliki program
yang terorganisasi dan terukur untuk
pengelolaan terkait dengan edukasi,
promosi, pembentukan klub risti, frekuensi
pemberian informasi yang teratur, sarana
penyampaian informasi melalui berbagai
media termasuk menjadi motivator bagi
peserta untuk hidup sehat
4) Fasilitas kesehatan tingkat pertama rutin
melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap status kesehatan peserta yang
terdaftar padanya.
5. Penguatan fungsi koordinasi pelayanan
(coordination)
a. Fungsi koordinasi pelayanan:
337
1) Mencegah duplikasi pelayanan dan
mengurangi bahaya akibat pelayanan yang
tumpang tindih
2) Memudahkan dan mendekatkan pelayanan
untuk orang dengan feksibilitas terbatas
3) Memastikan kontinuitas pelayanan
terutama jika pasien dilayani di fasilitas
kesehatan lain
4) Sarana untuk meminta saran penanganan
pasien (treatment) sebelum diputuskan
untuk dirujuk
b. Koordinasi antar fasilitas kesehatan tingkat
pertama
1) Fasilitas kesehatan Tingkat pertama dengan
Jejaringnya
Memastikan koordinasi antara dokter
dengan jejaringnya (dokter gigi,
laboratorium, apotek, bidan, perawat,
paramedis maupun non medis lainnya)
dapat berfungsi dengan optimal
2) Antar fasilitas kesehatan tingkat pertama
satu dengan yang lain
2012 berpedoman pada Panduan Praktik
Klinis
3) Pada pelayanan promotif, preventif,kuratif
dan rehabilitatif, dokter pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama sebagai manager
untuk memberikan edukasi, promosi
kesehatan dan program pengelolaan
Penyakit kronis. Fasilitas kesehatan tingkat
pertama juga harus memiliki program
yang terorganisasi dan terukur untuk
pengelolaan terkait dengan edukasi,
promosi, pembentukan klub risti, frekuensi
pemberian informasi yang teratur, sarana
penyampaian informasi melalui berbagai
media termasuk menjadi motivator bagi
peserta untuk hidup sehat
4) Fasilitas kesehatan tingkat pertama rutin
melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap status kesehatan peserta yang
terdaftar padanya.
5. Penguatan fungsi koordinasi pelayanan
(coordination)
a. Fungsi koordinasi pelayanan:
338
Membentuk Forum komunikasi fasilitas
kesehatan tingkat pertama dalam
satu wilayah. Hal ini berfungsi untuk
meningkatkan pelayanan pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama, misalnya :
Media sharing informasi, peer group
review, forum group discussion,dll
Sebagai alternatif dokter pengganti
apabila dokter berhalangan praktek
Koordinasi dalam memberikan
pelayanan kepada peserta
c. Koordinasi fasilitas kesehatan tingkat pertama
dengan fasilitas kesehatan rujukan
1) Fasilitas kesehatan tingkat pertama
melakukan koordinasi dengan dokter
spesialis di fasilitas kesehatan rujukan,
petugas BPJS Kesehatan Center dan Kantor
Cabang /Kantor Operasional Kabupaten/
Kota BPJS Kesehatan setempat.
2) Fasilitas kesehatan tingkat pertama harus
berfungsi sebagai penapis rujukan dengan
indikator pencapaian diukur dari rasio
339
rujukan dan tingkat (rate) rawat jalan tingkat
lanjutan pasien yang terdaftar pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama tersebut.
3) Fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagai
coordinator pelayanan program rujuk balik
4) Mengupayakan fasilitas kesehatan tingkat
pertama untuk menggunakan aplikasi sistem
informasi manajemen (Aplikasi Primary Care
BPJS Kesehatan) yang terintegrasi dengan
pelayanan rujukan.
5) Mengupayakan fasilitas kesehatan
lanjutan untuk berkoordinasi dengan
fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam
menyusun tata laksana penanganan pasien
pasca dirawat inap di rumah sakit (discharge
planning)
6) Fasilitas kesehatan tingkat pertama
melakukan home visit ke pasien pasca rawat
inap
Membentuk Forum komunikasi fasilitas
kesehatan tingkat pertama dalam
satu wilayah. Hal ini berfungsi untuk
meningkatkan pelayanan pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama, misalnya :
Media sharing informasi, peer group
review, forum group discussion,dll
Sebagai alternatif dokter pengganti
apabila dokter berhalangan praktek
Koordinasi dalam memberikan
pelayanan kepada peserta
c. Koordinasi fasilitas kesehatan tingkat pertama
dengan fasilitas kesehatan rujukan
1) Fasilitas kesehatan tingkat pertama
melakukan koordinasi dengan dokter
spesialis di fasilitas kesehatan rujukan,
petugas BPJS Kesehatan Center dan Kantor
Cabang /Kantor Operasional Kabupaten/
Kota BPJS Kesehatan setempat.
2) Fasilitas kesehatan tingkat pertama harus
berfungsi sebagai penapis rujukan dengan
indikator pencapaian diukur dari rasio
340

PERAN RUMAH SAKIT DALAM PENGUATAN FUNGSI GATEKEEPER

RUMAH
SAKIT
MERUJUK
BALIK
PENDERITA
KRONIS YANG
STABIL
MEMBANTU
PENINGKATAN
KOMPETENSI
DOKTER
FASKES TK I
KOORDINASI
DAN
KEMITRAAN
DENGAN
FASKES TK I
MENERIMA
RUJUKAN
BERJENJANG
TERSELEKSI
hanya kasus yang
tidak bisa
diselesaikan secara
tuntas di faskes
tingkat pertama
(kompetensi 4A)
RS FOKUS
MENANGANI
KASUS SESUAI
KOMPETENSI
BEBAN KERJA
RS MENURUN
6. Peningkatan kompetensi fasilitas kesehatan tingkat
pertama
Untuk menunjang pemberian pelayanan kesehatan
yang berkualitas, tenaga medis dan paramedis di
fasilitas kesehatan tingkat pertama harus terus
meningkatkan kompetensinya, melalui:
a. Seminar/Workshop bagi Fasilitas kesehatan
tingkat pertama Berbasis Kedokteran Keluarga
b. Pelatihan dokter Program Penanganan Diabetes
341
Mellitus Tipe 2 (PPDM Tipe 2) dan Program
Penanganan Hipertensi (PPHT) BPJS Kesehatan
c. Seminar Kedokteran dan Obat
d. Pertemuan Kemitraan Fasilitas Kesehatan BPJS
Kesehatan
7. Kendali Mutu dan Biaya
a. Dalam rangka penyelenggaraan kendali mutu
dan kendali biaya, BPJS Kesehatan membentuk
tim kendali mutu dan kendali biaya yang terdiri
dari unsur organisasi profesi, akademisi, dan
pakar klinis.
b. Tim kendali mutu dan kendali biaya dapat
melakukan:
1) sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan
dalam menjalankan praktik profesi sesuai
kompetensi;
2) utilization review dan audit medis; dan/atau
3) pembinaan etika dan disiplin profesi kepada
tenaga kesehatan.
c. Penyelenggaraan kendali mutu dan kendali
biaya oleh BPJS Kesehatan dilakukan melalui:
1) pemenuhan standar mutu Fasilitas
Kesehatan;

PERAN RUMAH SAKIT DALAM PENGUATAN FUNGSI GATEKEEPER

RUMAH
SAKIT
MERUJUK
BALIK
PENDERITA
KRONIS YANG
STABIL
MEMBANTU
PENINGKATAN
KOMPETENSI
DOKTER
FASKES TK I
KOORDINASI
DAN
KEMITRAAN
DENGAN
FASKES TK I
MENERIMA
RUJUKAN
BERJENJANG
TERSELEKSI
hanya kasus yang
tidak bisa
diselesaikan secara
tuntas di faskes
tingkat pertama
(kompetensi 4A)
RS FOKUS
MENANGANI
KASUS SESUAI
KOMPETENSI
BEBAN KERJA
RS MENURUN
6. Peningkatan kompetensi fasilitas kesehatan tingkat
pertama
Untuk menunjang pemberian pelayanan kesehatan
yang berkualitas, tenaga medis dan paramedis di
fasilitas kesehatan tingkat pertama harus terus
meningkatkan kompetensinya, melalui:
a. Seminar/Workshop bagi Fasilitas kesehatan
tingkat pertama Berbasis Kedokteran Keluarga
b. Pelatihan dokter Program Penanganan Diabetes
342
2) pemenuhan standar proses pelayanan
kesehatan; dan
3) pemantauan terhadap luaran kesehatan
Peserta.
d. Pada kasus tertentu, tim kendali mutu dan
kendali biaya dapat meminta informasi tentang
identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan Peserta
dalam bentuk salinan/fotokopi rekam medis
kepada Fasilitas Kesehatan sesuai kebutuhan.
343
XI Daftar Pustaka
1. Starfeld, B., (1998), Primary Care: Balancing
Health Needs, Services, and Technology, Oxford
University Press
2. Saltman B., Rico A., Boerma W., (2006), European
Observatory on Health System and Policy Series:
Primary Care in the drivers seat? , Open University
Press
3. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, (2012),
Buku Saku Gatekeeper Dalam Pelaksanaan SJSN,
Kementerian Kesehatan RI
2) pemenuhan standar proses pelayanan
kesehatan; dan
3) pemantauan terhadap luaran kesehatan
Peserta.
d. Pada kasus tertentu, tim kendali mutu dan
kendali biaya dapat meminta informasi tentang
identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat
pemeriksaan dan riwayat pengobatan Peserta
dalam bentuk salinan/fotokopi rekam medis
kepada Fasilitas Kesehatan sesuai kebutuhan.
344
345
D. Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjut
1. Analisa Kebutuhan Faskes
346
Pendahuluan I
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 Tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan perubahan yang mendasar bagi
perasuransian di Indonesia khususnya Asuransi Sosial dimana salah satu
program jaminan sosial adalah jaminan kesehatan. Dalam Pasal 19 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 dinyatakan bahwa jaminan
kesehatan diselenggarakan dengan tujuan agar peserta memperolah manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan dasar, hal ini merupakan salah satu bentuk atau cara agar
masyarakat dapat dengan mudah melakukan akses ke fasilitas kesehatan
atau mendapatkan pelayanan kesehatan.
Sebagai upaya untuk mewujudkan sistem pembiayaan yang efektif dan
efsien masih perlu diterapkan mekanisme jaminan kesehatan yang berbasis
asuransi sosial. Penyelenggaraan program ini melibatkan beberapa pihak yaitu
Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan), Pemerintah Daerah, Pengelola
Jaminan Kesehatan BPJS Kesehatan, dan Fasilitas Kesehatan yaitu Puskesmas
dan Rumah Sakit dimana masing-masing pihak memiliki peran dan fungsi
yang berbeda dengan tujuan yang sama yaitu mewujudkan pelayanan
kesehatan dengan biaya dan mutu yang terkendali
Penyediaan jaringan Fasilitas Kesehatan yang melayani peserta didasari pada
2 (dua) tujuan yang mendasar yaitu pertama menyediakan akses layanan
kesehatan kepada peserta melalui Fasilitas Kesehatan Provider dan kedua
sebagai alat kendali mutu dan biaya dalam meningkatkan mutu layanan
kesehatan dan derajat kesehatan peserta baik melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Oleh karena itu diperlukan petunjuk pelaksanaan penataan fasilitas kesehatan
di masing-masing daerah supaya dapat dijadikan dasar dan pertimbangan
dalam melakukan perluasan jaringan pelayanan kesehatan di masing-masing
daerah
347
Pendahuluan I
Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 Tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional merupakan perubahan yang mendasar bagi
perasuransian di Indonesia khususnya Asuransi Sosial dimana salah satu
program jaminan sosial adalah jaminan kesehatan. Dalam Pasal 19 ayat
(2) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2004 dinyatakan bahwa jaminan
kesehatan diselenggarakan dengan tujuan agar peserta memperolah manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan
kesehatan dasar, hal ini merupakan salah satu bentuk atau cara agar
masyarakat dapat dengan mudah melakukan akses ke fasilitas kesehatan
atau mendapatkan pelayanan kesehatan.
Sebagai upaya untuk mewujudkan sistem pembiayaan yang efektif dan
efsien masih perlu diterapkan mekanisme jaminan kesehatan yang berbasis
asuransi sosial. Penyelenggaraan program ini melibatkan beberapa pihak yaitu
Pemerintah Pusat (Kementerian Kesehatan), Pemerintah Daerah, Pengelola
Jaminan Kesehatan BPJS Kesehatan, dan Fasilitas Kesehatan yaitu Puskesmas
dan Rumah Sakit dimana masing-masing pihak memiliki peran dan fungsi
yang berbeda dengan tujuan yang sama yaitu mewujudkan pelayanan
kesehatan dengan biaya dan mutu yang terkendali
Penyediaan jaringan Fasilitas Kesehatan yang melayani peserta didasari pada
2 (dua) tujuan yang mendasar yaitu pertama menyediakan akses layanan
kesehatan kepada peserta melalui Fasilitas Kesehatan Provider dan kedua
sebagai alat kendali mutu dan biaya dalam meningkatkan mutu layanan
kesehatan dan derajat kesehatan peserta baik melalui upaya promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Oleh karena itu diperlukan petunjuk pelaksanaan penataan fasilitas kesehatan
di masing-masing daerah supaya dapat dijadikan dasar dan pertimbangan
dalam melakukan perluasan jaringan pelayanan kesehatan di masing-masing
daerah
348
pelayanan kesehatan untuk pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan.
b. Pasal 36
(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua
Fasilitas Kesehatan yang menjalin kerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
(2) Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang memenuhi persyaratan wajib bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
(3) Fasilitas Kesehatan milik swasta yang memenuhi
persyaratan dapat menjalin kerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
(4) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) dilaksanakan dengan membuat perjanjian tertulis.
(5) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) diatur dengan Peraturan Menteri.
4. Siapa saja yang dimaksud dengan faskes tingkat pertama?
1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau yang setara
2. Praktik Dokter Umum / Klinik Umum / Praktik Dokter Umum
Perseorangan
3. Praktik Dokter Gigi
4. Klinik Pratama atau yang setara
5. Faskes tingkat pertama milik TNI/POLRI
6. Faskes Tingkat Pertama milik Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)
7. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara
Pengertian Teknis II
1. Apakah yang dimaksud dengan Fasilitas Kesehatan?
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.
2. Apakah yang dimaksud dengan Faskes Tingkat pertama?
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan
rawat jalan dan rawat inap.
3. Apakah yang menjadi landasan hukum pelaksanaan analisa
kebutuhan faskes?
1. UU 40/2004 Pasal 23
Ayat 1, Manfaat jaminan kesehatan diberikan pada fasilitas milik
Pemerintah atau swasta yang menjalin kerjasama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan Sebagaimana Telah Diubah Dengan
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 Tentang Perubahan
atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan
Kesehatan
a. Pasal 35 ayat (1)
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab
atas ketersediaan Fasilitas Kesehatan dan penyelenggaraan
349
pelayanan kesehatan untuk pelaksanaan program Jaminan
Kesehatan.
b. Pasal 36
(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua
Fasilitas Kesehatan yang menjalin kerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
(2) Fasilitas Kesehatan milik Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang memenuhi persyaratan wajib bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
(3) Fasilitas Kesehatan milik swasta yang memenuhi
persyaratan dapat menjalin kerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
(4) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) dilaksanakan dengan membuat perjanjian tertulis.
(5) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) diatur dengan Peraturan Menteri.
4. Siapa saja yang dimaksud dengan faskes tingkat pertama?
1. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau yang setara
2. Praktik Dokter Umum / Klinik Umum / Praktik Dokter Umum
Perseorangan
3. Praktik Dokter Gigi
4. Klinik Pratama atau yang setara
5. Faskes tingkat pertama milik TNI/POLRI
6. Faskes Tingkat Pertama milik Kepolisian Republik Indonesia (POLRI)
7. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara
Pengertian Teknis II
1. Apakah yang dimaksud dengan Fasilitas Kesehatan?
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.
2. Apakah yang dimaksud dengan Faskes Tingkat pertama?
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama adalah fasilitas kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan
rawat jalan dan rawat inap.
3. Apakah yang menjadi landasan hukum pelaksanaan analisa
kebutuhan faskes?
1. UU 40/2004 Pasal 23
Ayat 1, Manfaat jaminan kesehatan diberikan pada fasilitas milik
Pemerintah atau swasta yang menjalin kerjasama dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan Sebagaimana Telah Diubah Dengan
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 Tentang Perubahan
atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan
Kesehatan
a. Pasal 35 ayat (1)
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab
atas ketersediaan Fasilitas Kesehatan dan penyelenggaraan
350
10. Apa saja Komponen data yang dibutuhkan untuk melakukan
mapping fasilitas kesehatan ?
- Nama Fasilitas Kesehatan
- Jenis Fasilitas Kesehatan ( Tingkat Pertama/Tingkat Lanjutan/
Penunjang)
- Kode dan nama desa
- Kode dan nama kecamatan
- Kode dan nama kabupaten
- Kode dan nama propinsi
- Kode Pos
PROFILING FASILITAS KESEHATAN
11. Apakah yang dimaksud dengan profiling faskes?
Proses pembuatan gambaran profl fasilitas kesehatan yang terdapat
pada wilayah kerja.
12. Apakah tujuan dilakukan profiling Fasilitas Kesehatan ?
Profling fasilitas kesehatan bertujuan untuk mendapatkan informasi
profl dan kapasitas pelayanan dari setiap fasilitas kesehatan baik fasilitas
kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjutan pada tiap - tiap
kabupaten / kota sebagai dasar perhitungan kebutuhan penyediaan
fasilitas kesehatan BPJS Kesehatan
13. Apa saja Komponen data yang dibutuhkan untuk melakukan
profiling Faskes Tingkat Pertama ?
- Foto fasilitas kesehatan (tampak luar dan dalam)
- Kepemilikan
- Ketenagaan ( dokter, dokter gigi, perawat,bidan, apoteker)
5. Apakah yang dimaksud dengan faskes tingkat lanjutan?
Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan adalah fasilitas kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi
rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap
di ruang perawatan khusus.
6. Siapa saja yang dimaksud dengan faskes tingkat lanjutan?
a. Klinik Utama atau yang setara
b. Balai Kesehatan
c. Rumah Sakit Umum
d. Rumah Sakit Khusus
7. Bagaimana tahapan analisa kebutuhan faskes?
- Mapping
- Profling
- Perhitungan kebutuhan faskes
MAPPING FASILITAS KESEHATAN
8. Apakah yang dimaksud dengan mapping fasilitas kesehatan?
Proses pembuatan pemetaan sebaran fasilitas kesehatan yang terdapat
di suatu wilayah kerja.
9. Apakah tujuan mapping faskes?
Mapping fasilitas kesehatan ialah kegiatan yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran ketersediaan dan sebaran fasilitas kesehatan
baik fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjutan
pada tiap-tiap kabupaten / kota sebagai dasar perhitungan kebutuhan
penyediaan fasilitas kesehatan BPJS Kesehatan.
351
10. Apa saja Komponen data yang dibutuhkan untuk melakukan
mapping fasilitas kesehatan ?
- Nama Fasilitas Kesehatan
- Jenis Fasilitas Kesehatan ( Tingkat Pertama/Tingkat Lanjutan/
Penunjang)
- Kode dan nama desa
- Kode dan nama kecamatan
- Kode dan nama kabupaten
- Kode dan nama propinsi
- Kode Pos
PROFILING FASILITAS KESEHATAN
11. Apakah yang dimaksud dengan profiling faskes?
Proses pembuatan gambaran profl fasilitas kesehatan yang terdapat
pada wilayah kerja.
12. Apakah tujuan dilakukan profiling Fasilitas Kesehatan ?
Profling fasilitas kesehatan bertujuan untuk mendapatkan informasi
profl dan kapasitas pelayanan dari setiap fasilitas kesehatan baik fasilitas
kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjutan pada tiap - tiap
kabupaten / kota sebagai dasar perhitungan kebutuhan penyediaan
fasilitas kesehatan BPJS Kesehatan
13. Apa saja Komponen data yang dibutuhkan untuk melakukan
profiling Faskes Tingkat Pertama ?
- Foto fasilitas kesehatan (tampak luar dan dalam)
- Kepemilikan
- Ketenagaan ( dokter, dokter gigi, perawat,bidan, apoteker)
5. Apakah yang dimaksud dengan faskes tingkat lanjutan?
Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan adalah fasilitas kesehatan yang
digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi
rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan rawat inap
di ruang perawatan khusus.
6. Siapa saja yang dimaksud dengan faskes tingkat lanjutan?
a. Klinik Utama atau yang setara
b. Balai Kesehatan
c. Rumah Sakit Umum
d. Rumah Sakit Khusus
7. Bagaimana tahapan analisa kebutuhan faskes?
- Mapping
- Profling
- Perhitungan kebutuhan faskes
MAPPING FASILITAS KESEHATAN
8. Apakah yang dimaksud dengan mapping fasilitas kesehatan?
Proses pembuatan pemetaan sebaran fasilitas kesehatan yang terdapat
di suatu wilayah kerja.
9. Apakah tujuan mapping faskes?
Mapping fasilitas kesehatan ialah kegiatan yang bertujuan untuk
mendapatkan gambaran ketersediaan dan sebaran fasilitas kesehatan
baik fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjutan
pada tiap-tiap kabupaten / kota sebagai dasar perhitungan kebutuhan
penyediaan fasilitas kesehatan BPJS Kesehatan.
352
17. Apa yang perlu dipertimbangkan untuk melakukan penataan
fasilitas kesehatan?
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai dasar
pertimbangan penentuan kebijakan, yaitu:
Ketersediaan (Available)
Kelayakan (appropriate)
Kesinambungan (continue)
Penerimaan (acceptable)
Ketercapaian (achievable)
Keterjangkauan (affordable)
Efsien (effciency)
Efektif (effectivity) ( CR, Nasution ; 2012)
18. Darimana didapatkan data-data untuk analisa kebutuhan faskes?
- Puskes TNI setempat
- Bidokkes Polda setempat
- Data Keanggotaan Asosiasi Fasilitas Kesehatan
- Data Penerbitan STR dari Konsil Kedokteran Indonesia
- Data Penerbitan Surat Ijin Praktek / Surat Ijin Operasional dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
- Faskes bersangkutan (Rumah Sakit/Klinik/Dokkel)
19. Kapan dilaksanakan Analisa kebutuhan Faskes?
Analisa dilakukan sejak semester 2 tahun 2013 persiapan pelaksanaan
JKN sebagai BPJS Kesehatan dan dilakukan updating analisa kebutuhan
faskes dilakukan setiap tahun sesuai perkembangan peserta dan program
- Cakupan Pelayanan
- Waktu Pelayanan
- Akses Pelayanan
14. Apa saja Komponen data yang dibutuhkan untuk melakukan
profiling Faskes Tingkat Lanjutan?
- Foto fasilitas kesehatan (tampak luar dan dalam)
- Kepemilikan
- Ketenagaan ( dokter, dokter gigi, dokter spesialis )
- Cakupan Pelayanan
- Jumlah Tempat Tidur
ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN
15. Apakah yang dimaksud dengan analisa kebutuhan faskes?
Analisa kebutuhan faskes ialah serangkaian kegiatan untuk menganalisa
kecukupan faskes di suatu wilayah.
16. Mengapa perlu dilakukan analisa kebutuhan Fasilitas Kesehatan?
Analisa kebutuhan faskes bertujuan untuk memastikan kecukupan
fasilitas kesehatan bagi peserta. Penyediaan Fasilitas Kesehatan bagi
peserta Askes bertujuan untuk mempermudah akses bagi peserta
untuk mendapatkan layanan kesehatan dan memberikan perlindungan
kesehatan yang paripurna.
Bagi BPJS Kesehatan, manajemen fasilitas kesehatan diperlukan
untuk menjaga kualitas mutu layanan, untuk kendali biaya dan
sebagai kepastian hukum bagi pemberi layanan kesehatan.
353
17. Apa yang perlu dipertimbangkan untuk melakukan penataan
fasilitas kesehatan?
Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan sebagai dasar
pertimbangan penentuan kebijakan, yaitu:
Ketersediaan (Available)
Kelayakan (appropriate)
Kesinambungan (continue)
Penerimaan (acceptable)
Ketercapaian (achievable)
Keterjangkauan (affordable)
Efsien (effciency)
Efektif (effectivity) ( CR, Nasution ; 2012)
18. Darimana didapatkan data-data untuk analisa kebutuhan faskes?
- Puskes TNI setempat
- Bidokkes Polda setempat
- Data Keanggotaan Asosiasi Fasilitas Kesehatan
- Data Penerbitan STR dari Konsil Kedokteran Indonesia
- Data Penerbitan Surat Ijin Praktek / Surat Ijin Operasional dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota
- Faskes bersangkutan (Rumah Sakit/Klinik/Dokkel)
19. Kapan dilaksanakan Analisa kebutuhan Faskes?
Analisa dilakukan sejak semester 2 tahun 2013 persiapan pelaksanaan
JKN sebagai BPJS Kesehatan dan dilakukan updating analisa kebutuhan
faskes dilakukan setiap tahun sesuai perkembangan peserta dan program
- Cakupan Pelayanan
- Waktu Pelayanan
- Akses Pelayanan
14. Apa saja Komponen data yang dibutuhkan untuk melakukan
profiling Faskes Tingkat Lanjutan?
- Foto fasilitas kesehatan (tampak luar dan dalam)
- Kepemilikan
- Ketenagaan ( dokter, dokter gigi, dokter spesialis )
- Cakupan Pelayanan
- Jumlah Tempat Tidur
ANALISA KEBUTUHAN FASILITAS KESEHATAN
15. Apakah yang dimaksud dengan analisa kebutuhan faskes?
Analisa kebutuhan faskes ialah serangkaian kegiatan untuk menganalisa
kecukupan faskes di suatu wilayah.
16. Mengapa perlu dilakukan analisa kebutuhan Fasilitas Kesehatan?
Analisa kebutuhan faskes bertujuan untuk memastikan kecukupan
fasilitas kesehatan bagi peserta. Penyediaan Fasilitas Kesehatan bagi
peserta Askes bertujuan untuk mempermudah akses bagi peserta
untuk mendapatkan layanan kesehatan dan memberikan perlindungan
kesehatan yang paripurna.
Bagi BPJS Kesehatan, manajemen fasilitas kesehatan diperlukan
untuk menjaga kualitas mutu layanan, untuk kendali biaya dan
sebagai kepastian hukum bagi pemberi layanan kesehatan.
354
Pemetaan Faskes Kantor Cabang
No Aktifitas PIC
9 Menetapkan data pemetaan fasilitas kesehatan per
kecamatan, kabupaten/kota
kacab
10 Mengirimkan data pemetaan fasilitas kesehatan
per kecamatan, kabupaten/kota ke Divre
staf
Pemetaan Faskes Kantor Divre
No Aktifitas PIC
1 Menerima data pemetaan fasilitas kesehatan dari
KC
staf
2 Memverifkasi data pemetaan fasilitas kesehatan
dari KC
staf
3 Menggabungkan data pemetaan fasilitas
kesehatan dari KC
staf
4 Memberikan persetujuan analis
5 Membuat konsep pemetaan data fasilitas
kesehatan berdasarkan lokasi per kecamatan,
kabupaten/kota dan propinsi
analis
6 Memberikan persetujuan kabid
7 Menyampaikan konsep pemetaan data fasilitas
kesehatan berdasarkan lokasi per kecamatan,
kabupaten/kota dan propinsi
kabid
8 Memberikan persetujuan kadivre
9 Menetapkan data pemetaan fasilitas kesehatan per
kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi
kadivre
jaminan kesehatan secara bertahap. Updating analisa dapat dilakukan
berkala setiap satu tahun, terutama bila terdapat penambahan secara
signifkan program jaminan kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan
Langkah-Langkah Pelaksanaan III
1. Apa langkah-langkah pemetaan faskes ?
Pemetaan Faskes Kantor Cabang
No Aktifitas PIC
1 Melakukan pengumpulan data fasilitas kesehatan
bersumber dari berbagai data referensi
staf
2 Melakukan validasi data fasilitas kesehatan staf
3 Mengelompokkan data fasilitas kesehatan
berdasarkan jenisnya
staf
4 Melakukan sinkronisasi dengan data fasilitas
kesehatan yang telah bekerjasama dengan BPJS
staf
5 Membuat konsep pemetaan data fasilitas
kesehatan berdasarkan lokasi per kecamatan,
kabupaten/kota
staf
6 Memberikan persetujuan ka.unit
7 Menyampaikan konsep pemetaan data fasilitas
kesehatan berdasarkan lokasi per kecamatan,
kabupaten/kota
ka.unit
8 Memberikan persetujuan kacab
355
Pemetaan Faskes Kantor Cabang
No Aktifitas PIC
9 Menetapkan data pemetaan fasilitas kesehatan per
kecamatan, kabupaten/kota
kacab
10 Mengirimkan data pemetaan fasilitas kesehatan
per kecamatan, kabupaten/kota ke Divre
staf
Pemetaan Faskes Kantor Divre
No Aktifitas PIC
1 Menerima data pemetaan fasilitas kesehatan dari
KC
staf
2 Memverifkasi data pemetaan fasilitas kesehatan
dari KC
staf
3 Menggabungkan data pemetaan fasilitas
kesehatan dari KC
staf
4 Memberikan persetujuan analis
5 Membuat konsep pemetaan data fasilitas
kesehatan berdasarkan lokasi per kecamatan,
kabupaten/kota dan propinsi
analis
6 Memberikan persetujuan kabid
7 Menyampaikan konsep pemetaan data fasilitas
kesehatan berdasarkan lokasi per kecamatan,
kabupaten/kota dan propinsi
kabid
8 Memberikan persetujuan kadivre
9 Menetapkan data pemetaan fasilitas kesehatan per
kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi
kadivre
jaminan kesehatan secara bertahap. Updating analisa dapat dilakukan
berkala setiap satu tahun, terutama bila terdapat penambahan secara
signifkan program jaminan kesehatan yang dikelola BPJS Kesehatan
Langkah-Langkah Pelaksanaan III
1. Apa langkah-langkah pemetaan faskes ?
Pemetaan Faskes Kantor Cabang
No Aktifitas PIC
1 Melakukan pengumpulan data fasilitas kesehatan
bersumber dari berbagai data referensi
staf
2 Melakukan validasi data fasilitas kesehatan staf
3 Mengelompokkan data fasilitas kesehatan
berdasarkan jenisnya
staf
4 Melakukan sinkronisasi dengan data fasilitas
kesehatan yang telah bekerjasama dengan BPJS
staf
5 Membuat konsep pemetaan data fasilitas
kesehatan berdasarkan lokasi per kecamatan,
kabupaten/kota
staf
6 Memberikan persetujuan ka.unit
7 Menyampaikan konsep pemetaan data fasilitas
kesehatan berdasarkan lokasi per kecamatan,
kabupaten/kota
ka.unit
8 Memberikan persetujuan kacab
356
Profiling Faskes Kantor Divre
No Aktifitas PIC
3 Memberikan persetujuan ka.unit
4 Melakukan analisa data profl fasilitas kesehatan ka.unit
5 Menyusun konsep Profl Fasilitas Kesehatan ka.unit
6 Memberikan persetujuan kacab
7 Menetapkan profl fasilitas kesehatan per
kecamatan dan kabupaten/kota
kacab
8 Mengirimkan profl fasilitas kesehatan per
kecamatan dan kabupaten/kota ke Divre
staf
9 Menetapkan data profling fasilitas kesehatan per
kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi
kadivre
10 Mengirimkan data profling fasilitas kesehatan
per kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi ke
Kantor Pusat
staf
3. Apa langkah-langkah analisa kebutuhan faskes?
Analisa Kebutuhan Faskes Kantor Divre
No Aktifitas PIC
1 Menerima data kebutuhan jumlah fasilitas
kesehatan per kecamatan dan kabupaten/kota
dari KC
staf
2 Menggabungkan data kebutuhan jumlah fasilitas
kesehatan per kecamatan dan kabupaten/kota
dari KC
staf
3 Memberikan persetujuan analis
Pemetaan Faskes Kantor Divre
No Aktifitas PIC
10 Mengirimkan data pemetaan fasilitas kesehatan
per kecamatan, kabupaten/kotadan propinsi ke
Kantor Pusat
staf
2. Apa langkah-langkah profiling Faskes?
Profiling Faskes Kantor Cabang
No Aktifitas PIC
1 Melakukan pengumpulan data profl fasilitas
kesehatan berdasarkan hasil mapping faskes
staf
2 Melakukan pengolahan data profl faskes staf
3 Memberikan persetujuan ka.unit
4 Melakukan analisa data profl fasilitas kesehatan ka.unit
5 Menyusun konsep Profl Fasilitas Kesehatan ka.unit
6 Memberikan persetujuan kacab
7 Menetapkan profl fasilitas kesehatan per
kecamatan dan kabupaten/kota
kacab
8 Mengirimkan profl fasilitas kesehatan per
kecamatan dan kabupaten/kota ke Divre
staf
Profiling Faskes Kantor Divre
No Aktifitas PIC
1 Melakukan pengumpulan data profl fasilitas
kesehatan berdasarkan hasil mapping faskes
staf
2 Melakukan pengolahan data profl faskes staf
357
Profiling Faskes Kantor Divre
No Aktifitas PIC
3 Memberikan persetujuan ka.unit
4 Melakukan analisa data profl fasilitas kesehatan ka.unit
5 Menyusun konsep Profl Fasilitas Kesehatan ka.unit
6 Memberikan persetujuan kacab
7 Menetapkan profl fasilitas kesehatan per
kecamatan dan kabupaten/kota
kacab
8 Mengirimkan profl fasilitas kesehatan per
kecamatan dan kabupaten/kota ke Divre
staf
9 Menetapkan data profling fasilitas kesehatan per
kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi
kadivre
10 Mengirimkan data profling fasilitas kesehatan
per kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi ke
Kantor Pusat
staf
3. Apa langkah-langkah analisa kebutuhan faskes?
Analisa Kebutuhan Faskes Kantor Divre
No Aktifitas PIC
1 Menerima data kebutuhan jumlah fasilitas
kesehatan per kecamatan dan kabupaten/kota
dari KC
staf
2 Menggabungkan data kebutuhan jumlah fasilitas
kesehatan per kecamatan dan kabupaten/kota
dari KC
staf
3 Memberikan persetujuan analis
Pemetaan Faskes Kantor Divre
No Aktifitas PIC
10 Mengirimkan data pemetaan fasilitas kesehatan
per kecamatan, kabupaten/kotadan propinsi ke
Kantor Pusat
staf
2. Apa langkah-langkah profiling Faskes?
Profiling Faskes Kantor Cabang
No Aktifitas PIC
1 Melakukan pengumpulan data profl fasilitas
kesehatan berdasarkan hasil mapping faskes
staf
2 Melakukan pengolahan data profl faskes staf
3 Memberikan persetujuan ka.unit
4 Melakukan analisa data profl fasilitas kesehatan ka.unit
5 Menyusun konsep Profl Fasilitas Kesehatan ka.unit
6 Memberikan persetujuan kacab
7 Menetapkan profl fasilitas kesehatan per
kecamatan dan kabupaten/kota
kacab
8 Mengirimkan profl fasilitas kesehatan per
kecamatan dan kabupaten/kota ke Divre
staf
Profiling Faskes Kantor Divre
No Aktifitas PIC
1 Melakukan pengumpulan data profl fasilitas
kesehatan berdasarkan hasil mapping faskes
staf
2 Melakukan pengolahan data profl faskes staf
358
Analisa Kebutuhan Faskes Kantor Cabang
No Aktifitas PIC
6 Membuat konsep kebutuhan jumlah fasilitas
kesehatan per kecamatan dan kabupaten/kota
ka.unit
7 Memberikan persetujuan kacab
8 Menetapkan kebutuhan jumlah fasilitas kesehatan
per kecamatan dan kabupaten/kota
kacab
9 Mengirimkan kebutuhan jumlah fasilitas kesehatan
per kecamatan dan kabupaten/kota ke divre
staf
Hal-Hal Kritis IV
1. Apa saja yang harus diperhatikan dalam analisa kebutuhan
faskes?
a. Pertumbuhan jumlah peserta
b. Karakterisitik peserta tiap wilayah seperti komposisi usia, jenis
kelamin dan angka kesakitan.
c. Jumlah dan keadaan Faskes yang berada di wilayah cabang.
d. Demand peserta
e. Pendataan tentang keadaan khusus yang menjadi karakteristik
di masing-masing wilayan seperti keadaan geografs, kepadatan
penduduk, keadaan politik di wilayah tersebut, kerjasama dengan
pemda atau masalah-masalah lainnya yang dapat berdampak pada
arah kebijakan tentang fasilitas
f. Jumlah dan keadaan faskes yang telah kerjasama
Analisa Kebutuhan Faskes Kantor Divre
No Aktifitas PIC
4 Merumuskan kebutuhan jumlah fasilitas kesehatan
per kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi
analis
5 Memberikan persetujuan kabid
6 Membuat konsep kebutuhan jumlah fasilitas
kesehatan per kecamatan, kabupaten/kota dan
propinsi
kabid
7 Memberikan persetujuan kadivre
8 Menetapkan kebutuhan jumlah fasilitas kesehatan
per kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi
kadivre
9 Mengirimkan data kebutuhan jumlah fasilitas
kesehatan per kecamatan, kabupaten/kota dan
propinsi
staf
Analisa Kebutuhan Faskes Kantor Cabang
No Aktifitas PIC
1 Membuat analisa ketersediaan fasilitas kesehatan
berdasarkan hasil mapping dan profling.
staf
2 Memetakan jumlah peserta pada masing-masing
kecamatan dan kabupaten/kota
staf
3 Membandingkan ketersediaan fasilitas kesehatan
dengan kebutuhan pelayanan oleh peserta
berdasarkan rasio utilisasi yang ditetapkan.
staf
4 Merumuskan kebutuhan jumlah fasilitas kesehatan
per kecamatan, kabupaten/kota
staf
5 Memberikan persetujuan ka.unit
359
Analisa Kebutuhan Faskes Kantor Cabang
No Aktifitas PIC
6 Membuat konsep kebutuhan jumlah fasilitas
kesehatan per kecamatan dan kabupaten/kota
ka.unit
7 Memberikan persetujuan kacab
8 Menetapkan kebutuhan jumlah fasilitas kesehatan
per kecamatan dan kabupaten/kota
kacab
9 Mengirimkan kebutuhan jumlah fasilitas kesehatan
per kecamatan dan kabupaten/kota ke divre
staf
Hal-Hal Kritis IV
1. Apa saja yang harus diperhatikan dalam analisa kebutuhan
faskes?
a. Pertumbuhan jumlah peserta
b. Karakterisitik peserta tiap wilayah seperti komposisi usia, jenis
kelamin dan angka kesakitan.
c. Jumlah dan keadaan Faskes yang berada di wilayah cabang.
d. Demand peserta
e. Pendataan tentang keadaan khusus yang menjadi karakteristik
di masing-masing wilayan seperti keadaan geografs, kepadatan
penduduk, keadaan politik di wilayah tersebut, kerjasama dengan
pemda atau masalah-masalah lainnya yang dapat berdampak pada
arah kebijakan tentang fasilitas
f. Jumlah dan keadaan faskes yang telah kerjasama
Analisa Kebutuhan Faskes Kantor Divre
No Aktifitas PIC
4 Merumuskan kebutuhan jumlah fasilitas kesehatan
per kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi
analis
5 Memberikan persetujuan kabid
6 Membuat konsep kebutuhan jumlah fasilitas
kesehatan per kecamatan, kabupaten/kota dan
propinsi
kabid
7 Memberikan persetujuan kadivre
8 Menetapkan kebutuhan jumlah fasilitas kesehatan
per kecamatan, kabupaten/kota dan propinsi
kadivre
9 Mengirimkan data kebutuhan jumlah fasilitas
kesehatan per kecamatan, kabupaten/kota dan
propinsi
staf
Analisa Kebutuhan Faskes Kantor Cabang
No Aktifitas PIC
1 Membuat analisa ketersediaan fasilitas kesehatan
berdasarkan hasil mapping dan profling.
staf
2 Memetakan jumlah peserta pada masing-masing
kecamatan dan kabupaten/kota
staf
3 Membandingkan ketersediaan fasilitas kesehatan
dengan kebutuhan pelayanan oleh peserta
berdasarkan rasio utilisasi yang ditetapkan.
staf
4 Merumuskan kebutuhan jumlah fasilitas kesehatan
per kecamatan, kabupaten/kota
staf
5 Memberikan persetujuan ka.unit
360
2. Apa saja yang dapat menjadi pertimbangan analisa kebutuhan
faskes tingkat pertama ?
- Rate kunjungan ke Faskes tingkat pertama
- Angka Rujukan
- Ratio Rujukan
- Rata-rata jumlah peserta terdaftar per faskes tingkat pertama.
- Hasil penilaian kinerja Faskes tingkat pertama yang telah kerjasama.
- Pelayanan RJTP dilaksanakan dengan sistem kapitasi; oleh sebab
itu dalam menetapkan jumlah peserta terdaftar di satu Dokter
Keluarga harus menjamin kualitas pelayanan dan jumlah dana
kapitasi bermakna
3. Apa saja yang dapat menjadi pertimbangan analisa kebutuhan
faskes tingkat lanjutan ?
- Hasil penilaian kinerja RS yang telah kerjasama
- BOR RS yang tinggi
4. Output apa saja yang menjadi target kebutuhan faskes?
- Kecukupan kebutuhan dan distribus Faskes di masing-masing
Kecamatan
- Spesifkasi Faskes yang akan dilakukan kerjasama (Dokter praktek
perorangan atau klinik, Rumah Sakit Tipe A/B atau C/D, RS Umum/
Khusus )
361
2. Apa saja yang dapat menjadi pertimbangan analisa kebutuhan
faskes tingkat pertama ?
- Rate kunjungan ke Faskes tingkat pertama
- Angka Rujukan
- Ratio Rujukan
- Rata-rata jumlah peserta terdaftar per faskes tingkat pertama.
- Hasil penilaian kinerja Faskes tingkat pertama yang telah kerjasama.
- Pelayanan RJTP dilaksanakan dengan sistem kapitasi; oleh sebab
itu dalam menetapkan jumlah peserta terdaftar di satu Dokter
Keluarga harus menjamin kualitas pelayanan dan jumlah dana
kapitasi bermakna
3. Apa saja yang dapat menjadi pertimbangan analisa kebutuhan
faskes tingkat lanjutan ?
- Hasil penilaian kinerja RS yang telah kerjasama
- BOR RS yang tinggi
4. Output apa saja yang menjadi target kebutuhan faskes?
- Kecukupan kebutuhan dan distribus Faskes di masing-masing
Kecamatan
- Spesifkasi Faskes yang akan dilakukan kerjasama (Dokter praktek
perorangan atau klinik, Rumah Sakit Tipe A/B atau C/D, RS Umum/
Khusus )
2. Kredensialing Faskes Lanjutan
362
Pendahuluan I
UU No 40/2004 pasal 24 menyebutkan bahwa Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali
mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan, kesehatan untuk
meningkatkan efsiensi dan efektivitas.
Sebagai badan pelaksana, BPJS berkewajiban melakukan pengembangan
pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya berusaha memenuhi ketersediaan
provider penyedia layanan kesehatan dan memperkecil gap antara fasilitas
kesehatan yang tersedia sebagai provider penyedia layanan kesehatan
dengan tuntutan yang semakin tinggi dari peserta untuk mempermudah
akses dan memperbaiki disparitas fasilitas kesehatan. Dengan bertambahnya
jumlah dan kebutuhan peserta BPJS tentu akan menuntut BPJS untuk
semakin meningkatkan jaringan layanan kesehatan baik dalam kualitas
fasilitas kesehatan maupun peranan fasilitas kesehatan dalam upaya kendali
mutu layanan kesehatan.
Sebagai persiapan transformasi menuju implementasi SJSN, salah satu upaya
yang harus dilakukan PT Askes (Persero) ialah melakukan kredensialing fasilitas
kesehatan yang menjadi mitra BPJS Kesehatan untuk memastikan pelayanan
kesehatan dengan mutu yang optimal dengan biaya yang terkendali.
Dalam rangka penyempurnaan mekanisme Seleksi Faskes untuk BPJS
mencakup aktivitas credentialing & recredentialing, maka diatur beberapa
ketentuan meliputi:
Standar dan Kriteria Faskes BPJS
Prosedur pengajuan & penawaran Kerja Sama
Mekanisme penilaian Calon Faskes
363
Pendahuluan I
UU No 40/2004 pasal 24 menyebutkan bahwa Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial mengembangkan sistem pelayanan kesehatan, sistem kendali
mutu pelayanan, dan sistem pembayaran pelayanan, kesehatan untuk
meningkatkan efsiensi dan efektivitas.
Sebagai badan pelaksana, BPJS berkewajiban melakukan pengembangan
pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya berusaha memenuhi ketersediaan
provider penyedia layanan kesehatan dan memperkecil gap antara fasilitas
kesehatan yang tersedia sebagai provider penyedia layanan kesehatan
dengan tuntutan yang semakin tinggi dari peserta untuk mempermudah
akses dan memperbaiki disparitas fasilitas kesehatan. Dengan bertambahnya
jumlah dan kebutuhan peserta BPJS tentu akan menuntut BPJS untuk
semakin meningkatkan jaringan layanan kesehatan baik dalam kualitas
fasilitas kesehatan maupun peranan fasilitas kesehatan dalam upaya kendali
mutu layanan kesehatan.
Sebagai persiapan transformasi menuju implementasi SJSN, salah satu upaya
yang harus dilakukan PT Askes (Persero) ialah melakukan kredensialing fasilitas
kesehatan yang menjadi mitra BPJS Kesehatan untuk memastikan pelayanan
kesehatan dengan mutu yang optimal dengan biaya yang terkendali.
Dalam rangka penyempurnaan mekanisme Seleksi Faskes untuk BPJS
mencakup aktivitas credentialing & recredentialing, maka diatur beberapa
ketentuan meliputi:
Standar dan Kriteria Faskes BPJS
Prosedur pengajuan & penawaran Kerja Sama
Mekanisme penilaian Calon Faskes
364
b. Ayat 2, BPJS wajib membayar faskes paling lambat 15 hari
c. Ayat 3, BPJS mengembangkan sistem pelkes, kendali mutu,
dan sistem pembayaran pelkes untuk meningkatkan efsiensi
dan efektivitas jamkes
Catatan: Terkait Faskes berdasarkan penjelasan Pasal 24 ayat 3
bahwa BPJS membayar faskes yang efektif dan efsien
4. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan
a. Pasal 35
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas
ketersediaan fasilitas kesehatan
b. Pasal 36
BPJS Kesehatan dalam memenuhi kebutuhan jaringan pemberi
pelayanan kesehatan bagi Peserta BPJS memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Fasilitas kesehatann pemerintah dan pemerintah daerah
yang memenuhi persyaratan wajib bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan
- Fasilitas kesehatan swasta yang memenuhi persyaratan
dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
- BPJS kesehatan dengan fasilitas kesehatan membuat
perjanjian tertulis sebagai landasan kerjasama
- Persyaratan sebagai fasilitas kesehatan mengacu pada
peraturan menteri kesehatan yang berlaku
c. Pasal 45
Fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
Pengertian Teknis II
KREDENSIALING
1. Apakah yang dimaksud dengan kredensialing?
Kredensialing adalah proses seleksi awal melalui penilaian terhadap
pemenuhan persyaratan bagi fasilitas kesehatan yang akan bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
2. Apa tujuan dari dilakukan Kredensialing?
Kredensialing dan rekredensialing bertujuan untuk memperoleh fasilitas
kesehatan yang berkomitmen dan mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang efektif dan efsien melalui metode dan standar penilaian
yang terukur dan objektif.
3. Apakah yang menjadi landasan hukumkegiatankredensialing?
1. UU 24/2011 Pasal 11
a. huruf d, Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan
mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu
pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
b. huruf e, membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan
fasilitas kesehatan;
2. UU 40/2004 Pasal 23
Ayat 1, Manfaat jaminan kesehatan diberikan pada fasilitas
kesehatan yang menjalin kerjasama dengan BPJS.
3. UU 40/2004 Pasal 24
a. Ayat 1, Besar pembayaran berdasarkan kesepakatan BPJS
dengan Asosiasi Faskes wilayah
365
b. Ayat 2, BPJS wajib membayar faskes paling lambat 15 hari
c. Ayat 3, BPJS mengembangkan sistem pelkes, kendali mutu,
dan sistem pembayaran pelkes untuk meningkatkan efsiensi
dan efektivitas jamkes
Catatan: Terkait Faskes berdasarkan penjelasan Pasal 24 ayat 3
bahwa BPJS membayar faskes yang efektif dan efsien
4. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan
a. Pasal 35
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas
ketersediaan fasilitas kesehatan
b. Pasal 36
BPJS Kesehatan dalam memenuhi kebutuhan jaringan pemberi
pelayanan kesehatan bagi Peserta BPJS memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
- Fasilitas kesehatann pemerintah dan pemerintah daerah
yang memenuhi persyaratan wajib bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan
- Fasilitas kesehatan swasta yang memenuhi persyaratan
dapat bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
- BPJS kesehatan dengan fasilitas kesehatan membuat
perjanjian tertulis sebagai landasan kerjasama
- Persyaratan sebagai fasilitas kesehatan mengacu pada
peraturan menteri kesehatan yang berlaku
c. Pasal 45
Fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan
Pengertian Teknis II
KREDENSIALING
1. Apakah yang dimaksud dengan kredensialing?
Kredensialing adalah proses seleksi awal melalui penilaian terhadap
pemenuhan persyaratan bagi fasilitas kesehatan yang akan bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
2. Apa tujuan dari dilakukan Kredensialing?
Kredensialing dan rekredensialing bertujuan untuk memperoleh fasilitas
kesehatan yang berkomitmen dan mampu memberikan pelayanan
kesehatan yang efektif dan efsien melalui metode dan standar penilaian
yang terukur dan objektif.
3. Apakah yang menjadi landasan hukumkegiatankredensialing?
1. UU 24/2011 Pasal 11
a. huruf d, Membuat kesepakatan dengan fasilitas kesehatan
mengenai besar pembayaran fasilitas kesehatan yang mengacu
pada standar tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah;
b. huruf e, membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan
fasilitas kesehatan;
2. UU 40/2004 Pasal 23
Ayat 1, Manfaat jaminan kesehatan diberikan pada fasilitas
kesehatan yang menjalin kerjasama dengan BPJS.
3. UU 40/2004 Pasal 24
a. Ayat 1, Besar pembayaran berdasarkan kesepakatan BPJS
dengan Asosiasi Faskes wilayah
366
RS, sertifkasi ISO, pengalaman kerjasama dengan asuransi,
penghargaan yang dimiliki.
b. Sarana dan Prasarana : bangunan, jumlah tempat tidur, perlengkapan
penunjang administrasi, ruangan penunjang klinik.
c. Sisitem dan Prosedur : Hospital bylaws, KPRS, Mediko Legal dan
Kode Etik, Pencatatan dan Pelaporan Kejadian Tidak Diharapkan,
pelaksanaan panduan klinis, SPO Edukasi, standar asuhan
keperawatan, regulasi hak pasien & keluarga, SIM RS, Survei
Kepuasan.
d. Komitmen Pelayanan : penggunaan aplikasi SIM, kepatuhan
terhadap panduan klinik, penyelenggaraan rujuk balik, mendukung
aktiftas kesehatan masyarakat yang dilaksanakan BPJS Kesehatan.
7. Bagaimana proses pendaftaran Faskes untuk menjadi Provider
BPJS Kesehatan?
Penawaran kerjasama sesuai hasil analisa kebutuhan faskes
Faskes melakukan pendaftaran ke Cabang BPJS terdekat dengan
melampirkan syarat administrasi dan mengisi formulir pendaftaran
Kantor Cabang melakukan verifkasi dan validasi ketentuan
administrasi (terutama ijin praktek)
Bila semua syarat administrasi terpenuhi maka Faskes diberikan
formulir self assessment
Setelah dilakukan penilaian self assessment oleh faskes tersebut,
Kantor Cabang melakukan validasi dan scoring di isian self
assessment dengan format kredensialing melalui kunjungan
lapangan oleh Tim Kredensialing.
Setelah ada keputusan kerjasama/tidak, dikirimkan surat
penerimaan/penolakan ke faskes tersebut.
bagi peserta BPJS Kesehatan mengutamakan hal-hal yang
menjadi aspek kinerja provider sebagai berikut:
- Pemenuhan standar mutu pelayanan kesehatan (sumber
daya manusia, sarana, prasarana, dan standar operasional
prosedur tindakan medis)
- Keamanan Pasien (patient safety)
- Kesesuaian pelayanan kesehatan dengan kebutuhan
pasien
- Efektivitas tindakan
4. Apakah kriteria kredensialing faskes tingkat lanjutan?
Terdapat dua kriteria kredensialing faskes lanjutan yaitu kriteria mutlak
dan teknis.
5. Kriteria Kredensialing administrasi/mutlak apa saja yang wajib
dipenuhi oleh faskes tingkat lanjutan?
a. Surat Ijin Operasional (Bagi Klinik Utama)
b. Surat Ijin Tetap Penyelenggaraan RS
c. Surat Penetapan Kelas RS
d. Surat Akreditasi RS
e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan
f. Kontrak kerjasama dengan jejaring (jika diperlukan)
g. Surat Pernyataan Kesediaan mematuhi ketentuan Program Jaminan
Kesehatan Nasional.
6. Kriteria teknis apa saja yang wajib dipenuhi oleh faskes tingkat
lanjutan?
a. Sumber Daya Manusia : ketenagaan, klasifkasi RS, akreditasi
367
RS, sertifkasi ISO, pengalaman kerjasama dengan asuransi,
penghargaan yang dimiliki.
b. Sarana dan Prasarana : bangunan, jumlah tempat tidur, perlengkapan
penunjang administrasi, ruangan penunjang klinik.
c. Sisitem dan Prosedur : Hospital bylaws, KPRS, Mediko Legal dan
Kode Etik, Pencatatan dan Pelaporan Kejadian Tidak Diharapkan,
pelaksanaan panduan klinis, SPO Edukasi, standar asuhan
keperawatan, regulasi hak pasien & keluarga, SIM RS, Survei
Kepuasan.
d. Komitmen Pelayanan : penggunaan aplikasi SIM, kepatuhan
terhadap panduan klinik, penyelenggaraan rujuk balik, mendukung
aktiftas kesehatan masyarakat yang dilaksanakan BPJS Kesehatan.
7. Bagaimana proses pendaftaran Faskes untuk menjadi Provider
BPJS Kesehatan?
Penawaran kerjasama sesuai hasil analisa kebutuhan faskes
Faskes melakukan pendaftaran ke Cabang BPJS terdekat dengan
melampirkan syarat administrasi dan mengisi formulir pendaftaran
Kantor Cabang melakukan verifkasi dan validasi ketentuan
administrasi (terutama ijin praktek)
Bila semua syarat administrasi terpenuhi maka Faskes diberikan
formulir self assessment
Setelah dilakukan penilaian self assessment oleh faskes tersebut,
Kantor Cabang melakukan validasi dan scoring di isian self
assessment dengan format kredensialing melalui kunjungan
lapangan oleh Tim Kredensialing.
Setelah ada keputusan kerjasama/tidak, dikirimkan surat
penerimaan/penolakan ke faskes tersebut.
bagi peserta BPJS Kesehatan mengutamakan hal-hal yang
menjadi aspek kinerja provider sebagai berikut:
- Pemenuhan standar mutu pelayanan kesehatan (sumber
daya manusia, sarana, prasarana, dan standar operasional
prosedur tindakan medis)
- Keamanan Pasien (patient safety)
- Kesesuaian pelayanan kesehatan dengan kebutuhan
pasien
- Efektivitas tindakan
4. Apakah kriteria kredensialing faskes tingkat lanjutan?
Terdapat dua kriteria kredensialing faskes lanjutan yaitu kriteria mutlak
dan teknis.
5. Kriteria Kredensialing administrasi/mutlak apa saja yang wajib
dipenuhi oleh faskes tingkat lanjutan?
a. Surat Ijin Operasional (Bagi Klinik Utama)
b. Surat Ijin Tetap Penyelenggaraan RS
c. Surat Penetapan Kelas RS
d. Surat Akreditasi RS
e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Badan
f. Kontrak kerjasama dengan jejaring (jika diperlukan)
g. Surat Pernyataan Kesediaan mematuhi ketentuan Program Jaminan
Kesehatan Nasional.
6. Kriteria teknis apa saja yang wajib dipenuhi oleh faskes tingkat
lanjutan?
a. Sumber Daya Manusia : ketenagaan, klasifkasi RS, akreditasi
368
13. Apakah kriteria Rekredensialing faskes tingkat lanjutan?
Terdapat dua kriteria kredensialing faskes primer yaitu kriteria mutlak
dan teknis.
14. Kriteria Rekredensialing administrasi/mutlak apa saja yang wajib
dipenuhi oleh faskes tingkat lanjutan?
Updating Surat Ijin Operasional (Bagi Klinik Utama), Surat Penetapan
Kelas RS dan Surat Akreditasi RS
15. Kriteria Rekredensialing teknis apa saja yang wajib dipenuhi oleh
faskes tingkat lanjutan?
a. Sumber Daya Manusia (updating) : ketenagaan, klasifkasi RS,
akreditasi RS, sertifkasi ISO, penghargaan yang dimiliki.
b. Sarana dan Prasarana (updating) : bangunan, jumlah tempat tidur,
perlengkapan penunjang administrasi, ruangan penunjang klinik.
c. Sistem dan Prosedur (updating) : Hospital bylaws, KPRS, Mediko
Legal dan Kode Etik, Pencatatan dan Pelaporan Kejadian Tidak
Diharapkan, pelaksanaan panduan klinis, SPO Edukasi, standar
asuhan keperawatan, regulasi hak pasien & keluarga, SIM RS, Survei
Kepuasan.
d. Realisasi Komitmen Pelayanan : penggunaan aplikasi SIM, kepatuhan
terhadap panduan klinik, penyelenggaraan rujuk balik, mendukung
aktiftas kesehatan masyarakat yang dilaksanakan BPJS Kesehatan.
e. Kinerja : Angka kepuasan, ketepatan waktu pengajuan klaim, BOR,
ALOS, BTO, TOI, NDR, CDR.
16. Kapan dilakukan Rekredensialing faskes tingkat lanjutan?
Proses Rekredensialing dilakukanan sejak 3 bulan sebelum kontrak
dengan faskes berakhir.
8. Apakah semua faskes yang melakukan pendaftaran untuk
menjadi provider BPJS dilakukan kredensialing?
Hanya Faskes yang lolos syarat administrasi saja yang dilakukan
kredensialing.
9. Kapan dilakukan kredensialing pertama kali untuk persiapan
BPJS?
Proses kredensialing dimulai sejak Semester II tahun 2013, selanjutnya
kredensialing dilakukan sepanjang tahun sesuai kebutuhan penambahan
fasilitas kesehatan sejalan dengan pertambahan peserta.
10. Siapa pelaksana kegiatan kredensialing?
Kegiatan kredensialing dan rekredensialing dilakukan oleh Tim Seleksi
dan penilaian kinerja Fasilitas Kesehatan yang ditetapkan oleh Kepala
Kantor Cabang dengan jumlah anggota disesuaikan dengan kebutuhan.
Tim Seleksi diketuai Kepala Unit Manajemen Pelayanan Rujukan,
melibatkan Kepala Bagian lainnya di Kantor Cabang dan Kepala Kantor
Layanan Operasional Kabupaten/Kota sebagai ketua sub tim serta
beranggotakan staf Kantor Cabang yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan)
REKREDENSIALING
11. Apakah yang dimaksud dengan Rekredensialing ?
Rekredensialing adalah proses seleksi ulang terhadap pemenuhan
persyaratan dan kinerja pelayanan bagi fasilitas kesehatan yang telah
dan akan melanjutkan kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
12. Apa tujuan dari dilakukan Rekredensialing?
Rekredensialing bertujuan untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang
berkomitmen dan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang
efektif dan efsien melalui metode dan standar penilaian yang terukur
dan objektif.
369
13. Apakah kriteria Rekredensialing faskes tingkat lanjutan?
Terdapat dua kriteria kredensialing faskes primer yaitu kriteria mutlak
dan teknis.
14. Kriteria Rekredensialing administrasi/mutlak apa saja yang wajib
dipenuhi oleh faskes tingkat lanjutan?
Updating Surat Ijin Operasional (Bagi Klinik Utama), Surat Penetapan
Kelas RS dan Surat Akreditasi RS
15. Kriteria Rekredensialing teknis apa saja yang wajib dipenuhi oleh
faskes tingkat lanjutan?
a. Sumber Daya Manusia (updating) : ketenagaan, klasifkasi RS,
akreditasi RS, sertifkasi ISO, penghargaan yang dimiliki.
b. Sarana dan Prasarana (updating) : bangunan, jumlah tempat tidur,
perlengkapan penunjang administrasi, ruangan penunjang klinik.
c. Sistem dan Prosedur (updating) : Hospital bylaws, KPRS, Mediko
Legal dan Kode Etik, Pencatatan dan Pelaporan Kejadian Tidak
Diharapkan, pelaksanaan panduan klinis, SPO Edukasi, standar
asuhan keperawatan, regulasi hak pasien & keluarga, SIM RS, Survei
Kepuasan.
d. Realisasi Komitmen Pelayanan : penggunaan aplikasi SIM, kepatuhan
terhadap panduan klinik, penyelenggaraan rujuk balik, mendukung
aktiftas kesehatan masyarakat yang dilaksanakan BPJS Kesehatan.
e. Kinerja : Angka kepuasan, ketepatan waktu pengajuan klaim, BOR,
ALOS, BTO, TOI, NDR, CDR.
16. Kapan dilakukan Rekredensialing faskes tingkat lanjutan?
Proses Rekredensialing dilakukanan sejak 3 bulan sebelum kontrak
dengan faskes berakhir.
8. Apakah semua faskes yang melakukan pendaftaran untuk
menjadi provider BPJS dilakukan kredensialing?
Hanya Faskes yang lolos syarat administrasi saja yang dilakukan
kredensialing.
9. Kapan dilakukan kredensialing pertama kali untuk persiapan
BPJS?
Proses kredensialing dimulai sejak Semester II tahun 2013, selanjutnya
kredensialing dilakukan sepanjang tahun sesuai kebutuhan penambahan
fasilitas kesehatan sejalan dengan pertambahan peserta.
10. Siapa pelaksana kegiatan kredensialing?
Kegiatan kredensialing dan rekredensialing dilakukan oleh Tim Seleksi
dan penilaian kinerja Fasilitas Kesehatan yang ditetapkan oleh Kepala
Kantor Cabang dengan jumlah anggota disesuaikan dengan kebutuhan.
Tim Seleksi diketuai Kepala Unit Manajemen Pelayanan Rujukan,
melibatkan Kepala Bagian lainnya di Kantor Cabang dan Kepala Kantor
Layanan Operasional Kabupaten/Kota sebagai ketua sub tim serta
beranggotakan staf Kantor Cabang yang jumlahnya disesuaikan dengan
kebutuhan)
REKREDENSIALING
11. Apakah yang dimaksud dengan Rekredensialing ?
Rekredensialing adalah proses seleksi ulang terhadap pemenuhan
persyaratan dan kinerja pelayanan bagi fasilitas kesehatan yang telah
dan akan melanjutkan kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
12. Apa tujuan dari dilakukan Rekredensialing?
Rekredensialing bertujuan untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang
berkomitmen dan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang
efektif dan efsien melalui metode dan standar penilaian yang terukur
dan objektif.
370
No Aktifitas PIC
3 Membuat konsep SK Tim Seleksi Fasilitas ka.unit
4 Memberikan persetujuan ka.unit
5 Menetapkan SK Tim Seleksi Fasilitas ka.unit
6 Menggandakan SK Tim Seleksi fasilitas kesehatan staf
7 Mendistribusikan SK Tim Fasilitas Kesehatan staf
3. Apa saja tahapan pendaftaran faskes?
No Aktifitas PIC
1 Membuat surat penawaran kerjasama Faskes BPJS
(berdasarkan hasil analisa kebutuhan faskes )
staf
2 Memberikan persetujuan ka.unit
3 Menandatangani surat penawaran kacab
4 Menyampaikan surat penawaran kerjasama staf
5 Mengajukan surat penawaran kerjasama faskes
6 Menerima berkas permohonan kerjasama staf
7 Melakukan verifkasi dokumen permohonan
kerjasama
staf
8 Melakukan pemeriksaan kelengkapan administratif staf
9 Menyusun hasil pemeriksaan kelengkapan
administratif
staf
10 Memberikan persetujuan ka.unit
11 Membuat konsep hasil pemeriksaan kelengkapan
administratif
ka.unit
17. Siapa pelaksana kegiatan kredensialing?
Kegiatan rekredensialing dilakukan oleh Tim Seleksi dan penilaian kinerja
Fasilitas Kesehatan yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Cabang
Langkah-Langkah Pelaksanaan III
1. Apa saja tahapan kredensialing Faskes tingkat lanjutan?
a. Pembentukan Tim Kredensialing di Cabang
b. Penentuan target Faskes yang akan dilakukan kredensialing
c. Pengiriman format self assessment kepada faskes yang akan
dilakukan kredensialing
d. Pelaksanaan kredensialing
e. Pnyusunan ranking Faskes berdasarkan scoring kredensialing
f. Penetapan Faskes yang lolos hasil kredensiang
g. Penetapan Faskes yang akan dilakukan kerjasama
h. Pemberitahuan hasil kredensialing kepa faskes baik yang lolos
kredensialing maupun yang tidak
i. Laporan hasil kredensialing ke Divre/ Kantor Pusat.
2. Apa saja tahapan pembentukan Tim Kredensialing?
No Aktifitas PIC
1 Membuat draft usulan tim seleksi fasilitas
kesehatan
staf
2 Memberikan persetujuan ka.unit
371
No Aktifitas PIC
3 Membuat konsep SK Tim Seleksi Fasilitas ka.unit
4 Memberikan persetujuan ka.unit
5 Menetapkan SK Tim Seleksi Fasilitas ka.unit
6 Menggandakan SK Tim Seleksi fasilitas kesehatan staf
7 Mendistribusikan SK Tim Fasilitas Kesehatan staf
3. Apa saja tahapan pendaftaran faskes?
No Aktifitas PIC
1 Membuat surat penawaran kerjasama Faskes BPJS
(berdasarkan hasil analisa kebutuhan faskes )
staf
2 Memberikan persetujuan ka.unit
3 Menandatangani surat penawaran kacab
4 Menyampaikan surat penawaran kerjasama staf
5 Mengajukan surat penawaran kerjasama faskes
6 Menerima berkas permohonan kerjasama staf
7 Melakukan verifkasi dokumen permohonan
kerjasama
staf
8 Melakukan pemeriksaan kelengkapan administratif staf
9 Menyusun hasil pemeriksaan kelengkapan
administratif
staf
10 Memberikan persetujuan ka.unit
11 Membuat konsep hasil pemeriksaan kelengkapan
administratif
ka.unit
17. Siapa pelaksana kegiatan kredensialing?
Kegiatan rekredensialing dilakukan oleh Tim Seleksi dan penilaian kinerja
Fasilitas Kesehatan yang ditetapkan oleh Kepala Kantor Cabang
Langkah-Langkah Pelaksanaan III
1. Apa saja tahapan kredensialing Faskes tingkat lanjutan?
a. Pembentukan Tim Kredensialing di Cabang
b. Penentuan target Faskes yang akan dilakukan kredensialing
c. Pengiriman format self assessment kepada faskes yang akan
dilakukan kredensialing
d. Pelaksanaan kredensialing
e. Pnyusunan ranking Faskes berdasarkan scoring kredensialing
f. Penetapan Faskes yang lolos hasil kredensiang
g. Penetapan Faskes yang akan dilakukan kerjasama
h. Pemberitahuan hasil kredensialing kepa faskes baik yang lolos
kredensialing maupun yang tidak
i. Laporan hasil kredensialing ke Divre/ Kantor Pusat.
2. Apa saja tahapan pembentukan Tim Kredensialing?
No Aktifitas PIC
1 Membuat draft usulan tim seleksi fasilitas
kesehatan
staf
2 Memberikan persetujuan ka.unit
372
No Aktifitas PIC
15 Menyampaikan print out rekapitulasi hasil penilaian
kredensialing faskes
ka.unit
16 Memberikan persetujuan kacab
17 Menetapkan hasil kredensialing kacab
18 Menyampaikan surat pemberitahuan hasil
kredensialing kepada faskes yang dikredensialing
staf
19 Menyampaikan laporan hasil kredensialing kepada
divre
staf
5. Apa langkah-langkah Rekredensialing?
No Aktifitas PIC
1 Menginventarisir faskes yang akan
direkredensialing
staf
2 Menyusun daftar faskes yang akan
direkredensialing
staf
3 Memberikan persetujuan ka.unit
4 Menyampaikan daftar faskes yang akan
direkredensialing
ka.unit
5 Memberikan persetujuan kacab
6 Menetapkan daftar faskes yang akan
direkredensialing
kacab
7 Menyusun konsep surat pemberitahuan
rekredensialing
staf
8 Memberikan persetujuan ka.unit
9 Menyusun KV surat pemberitahuan kredensialing ka.unit
10 Memberikan persetujuan kacab
4. Apa saja tahapan pelaksanaan kredensialing?
No Aktifitas PIC
1 Menyampaikan surat pemberitahuan kredensialing,
dilampiri form self assesment kredensialing
staf
2 Melakukan kunjungan faskes untuk verifkasi dan
validasi form kredensialing
tim
seleksi
3 Membuat laporan hasil kunjungan kredensialing tim
seleksi
4 Melakukan pembahasan hasil kunjungan
kredensialing
tim
seleksi
5 Memberikan persetujuan hasil kunjungan
kredensialing
kacab
6 Menginput data hasil kunjungan kredensialing
faskes melalui aplikasi Electronic Contract
Management
staf
7 Memberikan persetujuan ka.unit
8 Melakukan approval kredensialing melalui aplikasi
ECM
ka.unit
9 Memberikan persetujuan kacab
10 Melakukan approval kredensialing melalui aplikasi
ECM
kacab
11 Memberikan persetujuan kabid
12 Melakukan approval kredensialing melalui aplikasi
ECM
kabid
13 Melakukan print out rekapitulasi hasil penilaian
kredensialing faskes
staf
14 Memberikan persetujuan ka.unit
373
No Aktifitas PIC
15 Menyampaikan print out rekapitulasi hasil penilaian
kredensialing faskes
ka.unit
16 Memberikan persetujuan kacab
17 Menetapkan hasil kredensialing kacab
18 Menyampaikan surat pemberitahuan hasil
kredensialing kepada faskes yang dikredensialing
staf
19 Menyampaikan laporan hasil kredensialing kepada
divre
staf
5. Apa langkah-langkah Rekredensialing?
No Aktifitas PIC
1 Menginventarisir faskes yang akan
direkredensialing
staf
2 Menyusun daftar faskes yang akan
direkredensialing
staf
3 Memberikan persetujuan ka.unit
4 Menyampaikan daftar faskes yang akan
direkredensialing
ka.unit
5 Memberikan persetujuan kacab
6 Menetapkan daftar faskes yang akan
direkredensialing
kacab
7 Menyusun konsep surat pemberitahuan
rekredensialing
staf
8 Memberikan persetujuan ka.unit
9 Menyusun KV surat pemberitahuan kredensialing ka.unit
10 Memberikan persetujuan kacab
4. Apa saja tahapan pelaksanaan kredensialing?
No Aktifitas PIC
1 Menyampaikan surat pemberitahuan kredensialing,
dilampiri form self assesment kredensialing
staf
2 Melakukan kunjungan faskes untuk verifkasi dan
validasi form kredensialing
tim
seleksi
3 Membuat laporan hasil kunjungan kredensialing tim
seleksi
4 Melakukan pembahasan hasil kunjungan
kredensialing
tim
seleksi
5 Memberikan persetujuan hasil kunjungan
kredensialing
kacab
6 Menginput data hasil kunjungan kredensialing
faskes melalui aplikasi Electronic Contract
Management
staf
7 Memberikan persetujuan ka.unit
8 Melakukan approval kredensialing melalui aplikasi
ECM
ka.unit
9 Memberikan persetujuan kacab
10 Melakukan approval kredensialing melalui aplikasi
ECM
kacab
11 Memberikan persetujuan kabid
12 Melakukan approval kredensialing melalui aplikasi
ECM
kabid
13 Melakukan print out rekapitulasi hasil penilaian
kredensialing faskes
staf
14 Memberikan persetujuan ka.unit
374
No Aktifitas PIC
25 Melakukan print out rekapitulasi hasil penilaian
rekredensialing faskes
staf
26 Memberikan persetujuan ka.unit
27 Menyampaikan print out rekapitulasi hasil penilaian
rekredensialing faskes
ka.unit
28 Memberikan persetujuan kacab
29 Menetapkan hasil rekredensialing kacab
30 Menyampaikan surat pemberitahuan hasil
rekredensialing kepada faskes yang dikredensialing
staf
31 Menyampaikan laporan hasil rekredensialing
kepada divre
staf
6. Apa langkah-langkah metode scoring pada hasil kredensialing?
a) Mengisi form penilaian Penilaian calon Pemberian rekomendasi
Calon Faskes
b) Membuat scoring yang paling sesuai pada setiap komponen
penilaian
c) Menghitung scoring akhir sesuai bobot yang telah ditentukan pada
setiap komponen
d) Score maksimal dalam penilaian kriteria teknis adalah 100
e) Score akhir setiap Faskes akan direkap dan di urutkan berdasarkan
score tertinggi antar faskes
f) Catatan khusus tim seleksi faskes merupakan analisa tambahan
terhadap kondisi faskes
No
Aktifitas
PIC
11 Menandatangani surat pemberitahuan
kredensialing
kacab
12 Menyampaikan surat pemberitahuan
rekredensialing, dilampiri form self assesment dan
hasil penilaian kinerja
staf
13 Melakukan kunjungan faskes untuk verifkasi dan
validasi form rekredensialing
tim
seleksi
14 Membuat laporan hasil kunjungan rekredensialing tim
seleksi
15 Melakukan pembahasan hasil kunjungan
rekredensialing
tim
seleksi
16 Mengajukan persetujuan hasil kunjungan
rekredensialing
tim
seleksi
17 Memberikan persetujuan hasil kunjungan
rekredensialing
kacab
18 Menginput data rekredensialing faskes melalui
aplikasi ECM
staf
19 Memberikan persetujuan
ka.unit
20 Melakukan approval rekredensialing melalui
aplikasi ECM
ka.unit
21 Memberikan persetujuan
kacab
22 Melakukan approval rekredensialing melalui
aplikasi ECM
kacab
23 Memberikan persetujuan
kabid
24 Melakukan approval rekredensialing melalui
aplikasi ECM
kabid
375
No Aktifitas PIC
25 Melakukan print out rekapitulasi hasil penilaian
rekredensialing faskes
staf
26 Memberikan persetujuan ka.unit
27 Menyampaikan print out rekapitulasi hasil penilaian
rekredensialing faskes
ka.unit
28 Memberikan persetujuan kacab
29 Menetapkan hasil rekredensialing kacab
30 Menyampaikan surat pemberitahuan hasil
rekredensialing kepada faskes yang dikredensialing
staf
31 Menyampaikan laporan hasil rekredensialing
kepada divre
staf
6. Apa langkah-langkah metode scoring pada hasil kredensialing?
a) Mengisi form penilaian Penilaian calon Pemberian rekomendasi
Calon Faskes
b) Membuat scoring yang paling sesuai pada setiap komponen
penilaian
c) Menghitung scoring akhir sesuai bobot yang telah ditentukan pada
setiap komponen
d) Score maksimal dalam penilaian kriteria teknis adalah 100
e) Score akhir setiap Faskes akan direkap dan di urutkan berdasarkan
score tertinggi antar faskes
f) Catatan khusus tim seleksi faskes merupakan analisa tambahan
terhadap kondisi faskes
No
Aktifitas
PIC
11 Menandatangani surat pemberitahuan
kredensialing
kacab
12 Menyampaikan surat pemberitahuan
rekredensialing, dilampiri form self assesment dan
hasil penilaian kinerja
staf
13 Melakukan kunjungan faskes untuk verifkasi dan
validasi form rekredensialing
tim
seleksi
14 Membuat laporan hasil kunjungan rekredensialing tim
seleksi
15 Melakukan pembahasan hasil kunjungan
rekredensialing
tim
seleksi
16 Mengajukan persetujuan hasil kunjungan
rekredensialing
tim
seleksi
17 Memberikan persetujuan hasil kunjungan
rekredensialing
kacab
18 Menginput data rekredensialing faskes melalui
aplikasi ECM
staf
19 Memberikan persetujuan
ka.unit
20 Melakukan approval rekredensialing melalui
aplikasi ECM
ka.unit
21 Memberikan persetujuan
kacab
22 Melakukan approval rekredensialing melalui
aplikasi ECM
kacab
23 Memberikan persetujuan
kabid
24 Melakukan approval rekredensialing melalui
aplikasi ECM
kabid
376
unsur kepentingan pribadi atau kelompok baik dalam penilaian
maupun pengambilan keputusan berdasarkan hasil penilaian.
- Transparansi
Proses kredensialing/rekredensialing harus bersifat transparan,
dalam artian semua pihak harus mengetahui dasar pengambilan
keputusan. Proses transparansi dimulai dari pemberian format self
assessment kepada faskes sebelum dimulai proses kredensialing
sehingga faskes mempunyai kesempatan untuk menilai diri sendiri.
Hasil kredensialing/rekredensialing juga dapat diketahui oleh pihak
faskes.
- Eviden
Semua proses kredensialing /rekredensialing harus disertai dan
dilengkapi dengan bukti tertulis/ evidens yang harus tersimpan dan
terarsip dengan rapi sehingga dapat menjadi dasar untuk audit.
- Kedisiplinan dalam entri aplikasi ECM
Semua hasil kredensialing/ rekredensialing harus dientri dalam
aplikasi ECM
2. Apakah syarat mutlak administrasi untuk dilakukan kredensialing?
Surat ijin praktek dan surat ijin operasional yang masih berlaku.
3. Apakah semua faskes yang akan dilakukan kerjasama wajib
dilakukan kredensialing?
Ya.
g) Faskes yang diterima sebagai provider BPJS adalah mulai dari
peringkat tertinggi dan berurut sesuai score setingkat dibawahnya,
sampai terpenuhi kebutuhan Faskes
7. Bagaimana hasil penilaian kredensialing/Rekredensialing?
Hasil penilaian kredensialing dan rekredensialing dikelompokkan dalam
kategorisasi sebagai berikut :
1. Skor 85 100 = Kategori A (sangat direkomendasikan)
2. Skor 70 84 = Kategori B (direkomendasikan)
3. Skor 60 69 = Kategori C (dapat direkomendasikan)
4. Skor < 60 = Kategori D ( tidak direkomendasikan)
8. Apa yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan kelulusan
hasil kredensialing?
Selain faskes yang berkualitas, BPJS Kesehatan juga harus memastikan
ketersediaan faskes sesuai kebutuhan peserta. Oleh karena itu BPJS
Kesehatan menetapkan standar kelulusan yang ditingkatkan secara
bertahap sesuai kondisi masing-masing wilayah s.d. terpenuhinya target
ideal tahun 2019.
Hal-Hal Kritis IV
1. Apa saja hal-hal kritis yang harus diperhatikan dalam proses
kredensialing?
- Objektiftas (tidak ada benturan kepentingan)
Penilaian kredensialing harus bersifat obyektif sehingga tidak ada
377
unsur kepentingan pribadi atau kelompok baik dalam penilaian
maupun pengambilan keputusan berdasarkan hasil penilaian.
- Transparansi
Proses kredensialing/rekredensialing harus bersifat transparan,
dalam artian semua pihak harus mengetahui dasar pengambilan
keputusan. Proses transparansi dimulai dari pemberian format self
assessment kepada faskes sebelum dimulai proses kredensialing
sehingga faskes mempunyai kesempatan untuk menilai diri sendiri.
Hasil kredensialing/rekredensialing juga dapat diketahui oleh pihak
faskes.
- Eviden
Semua proses kredensialing /rekredensialing harus disertai dan
dilengkapi dengan bukti tertulis/ evidens yang harus tersimpan dan
terarsip dengan rapi sehingga dapat menjadi dasar untuk audit.
- Kedisiplinan dalam entri aplikasi ECM
Semua hasil kredensialing/ rekredensialing harus dientri dalam
aplikasi ECM
2. Apakah syarat mutlak administrasi untuk dilakukan kredensialing?
Surat ijin praktek dan surat ijin operasional yang masih berlaku.
3. Apakah semua faskes yang akan dilakukan kerjasama wajib
dilakukan kredensialing?
Ya.
g) Faskes yang diterima sebagai provider BPJS adalah mulai dari
peringkat tertinggi dan berurut sesuai score setingkat dibawahnya,
sampai terpenuhi kebutuhan Faskes
7. Bagaimana hasil penilaian kredensialing/Rekredensialing?
Hasil penilaian kredensialing dan rekredensialing dikelompokkan dalam
kategorisasi sebagai berikut :
1. Skor 85 100 = Kategori A (sangat direkomendasikan)
2. Skor 70 84 = Kategori B (direkomendasikan)
3. Skor 60 69 = Kategori C (dapat direkomendasikan)
4. Skor < 60 = Kategori D ( tidak direkomendasikan)
8. Apa yang menjadi pertimbangan dalam menetapkan kelulusan
hasil kredensialing?
Selain faskes yang berkualitas, BPJS Kesehatan juga harus memastikan
ketersediaan faskes sesuai kebutuhan peserta. Oleh karena itu BPJS
Kesehatan menetapkan standar kelulusan yang ditingkatkan secara
bertahap sesuai kondisi masing-masing wilayah s.d. terpenuhinya target
ideal tahun 2019.
Hal-Hal Kritis IV
1. Apa saja hal-hal kritis yang harus diperhatikan dalam proses
kredensialing?
- Objektiftas (tidak ada benturan kepentingan)
Penilaian kredensialing harus bersifat obyektif sehingga tidak ada
378
379
E. Pelayanan Kesehatan Lainnya
1. Penjaminan Pelayanan Kesehatan
Darurat Medis
380
381
I Definisi Dan Landasan Hukum
A. Definisi
Pelayanan Kesehatan Darurat Medis adalah
pelayanan kesehatan yang harus diberikan
secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan,
dan/atau kecacatan sesuai dengan kemampuan
Fasilitas kesehatan.
Penjaminan pelayanan di Fasilitas kesehatan
yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
di Fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun
Fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan
dilakukan hanya untuk pasien yang dalam
keadaan gawat darurat.
382
B. Landasan Hukum
1. Peraturan Presiden nomor 12 tahun 2013 Pasal
25 poin b, pasal 33, dan pasal 40
2. Permenkes Nomor 71 tahun 2013 pasal 29
3. Surat Edaran Nomor HK/MENKES/31/I/2014
tentang Pelaksanaan Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama dan
Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
II Cakupan Pelayanan
1. Pelayanan gawat darurat yang dapat dijamin
adalah sesuai dengan kriteria gawat darurat yang
berlaku.
2. Cakupan pelayanan gawat darurat diberikan sesuai
dengan kewenangan dan kompetensi Faskes sesuai
tingkatannya, yaitu:
a. administrasi pelayanan;
b. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
c. tindakan medis baik non operatif maupun
operatif;
383
d. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
e. pelayanan alat kesehatan;
f. pelayanan penunjang diagnostik sesuai dengan
indikasi medis;
g. pelayanan darah;
h. akomodasi sesuai indikasi medis jika diperlukan;
dan
i. pelayanan ambulan antar Faskes untuk rujukan
pasien dengan kondisi yang telah teratasi
kegawatdauratannya dan dapat dipindahkan
ke Faskes yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
B. Landasan Hukum
1. Peraturan Presiden nomor 12 tahun 2013 Pasal
25 poin b, pasal 33, dan pasal 40
2. Permenkes Nomor 71 tahun 2013 pasal 29
3. Surat Edaran Nomor HK/MENKES/31/I/2014
tentang Pelaksanaan Standar Tarif
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama dan
Fasilitas kesehatan Tingkat Lanjutan Dalam
Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.
II Cakupan Pelayanan
1. Pelayanan gawat darurat yang dapat dijamin
adalah sesuai dengan kriteria gawat darurat yang
berlaku.
2. Cakupan pelayanan gawat darurat diberikan sesuai
dengan kewenangan dan kompetensi Faskes sesuai
tingkatannya, yaitu:
a. administrasi pelayanan;
b. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
c. tindakan medis baik non operatif maupun
operatif;
384
III Prosedur Pelayanan Kesehatan
1. Dalam keadaan gawat darurat, maka:
a. Peserta dapat dilayani di Faskes tingkat
pertama maupun Faskes tingkat lanjutan yang
bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan
b. Pelayanan harus segera diberikan tanpa
diperlukan surat rujukan
c. Peserta yang mendapat pelayanan di Fasilitas
kesehatan yang tidak bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan harus segera dirujuk ke Fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya
teratasi dan pasien dalam kondisi dapat
dipindahkan
d. Pengecekan validitas peserta maupun diagnosa
penyakit yang termasuk dalam kriteria gawat
darurat dilakukan oleh Fasilitas kesehatan
e. Fasilitas kesehatan tidak diperkenankan
menarik biaya pelayanan kesehatan kepada
peserta
385
Biaya atas pelayanan gawat darurat yang
dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang tidak
menjalin kerjasamadengan BPJS Kesehatan
ditagihkan langsung oleh Fasilitas kesehatan
kepada BPJS Kesehatan. Fasilitas kesehatan
tidak diperkenankan menarik biaya pelayanan
kegawatdaruratan kepada Peserta.
2. Prosedur Pelayanan Gawat Darurat di Faskes yang
Bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
a. Pada keadaan gawat darurat (emergency),
seluruh Fasilitas kesehatan baik yang
bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama
dengan dengan BPJS Kesehatan, wajib
memberikan pelayanan kegawatdaruratan
sesuai indikasi medis
b. Pelayanan kegawatdaruratan di Faskes tingkat
pertama dapat diberikan pada Faskes tempat
peserta terdaftar maupun bukan tempat
peserta terdaftar
III Prosedur Pelayanan Kesehatan
1. Dalam keadaan gawat darurat, maka:
a. Peserta dapat dilayani di Faskes tingkat
pertama maupun Faskes tingkat lanjutan yang
bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan
b. Pelayanan harus segera diberikan tanpa
diperlukan surat rujukan
c. Peserta yang mendapat pelayanan di Fasilitas
kesehatan yang tidak bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan harus segera dirujuk ke Fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya
teratasi dan pasien dalam kondisi dapat
dipindahkan
d. Pengecekan validitas peserta maupun diagnosa
penyakit yang termasuk dalam kriteria gawat
darurat dilakukan oleh Fasilitas kesehatan
e. Fasilitas kesehatan tidak diperkenankan
menarik biaya pelayanan kesehatan kepada
peserta
386
c. Pelayanan kegawatdaruratan di Faskes tingkat
pertama maupun lanjutan mengikuti prosedur
pelayanan yang berlaku
Pada keadaan gawat darurat (emergency),
seluruh fasilitas kesehatan baik yang
bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan, wajib memberikan
pelayanan kegawatdaruratan sesuai indikasi
medis
3. Prosedur Pelayanan Gawat Darurat di Faskes
Tingkat pertama dan Faskes Rujukan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
a. Pada kasus gawat darurat peserta BPJS dapat
langsung mendapatkan pelayanan di Faskes
terdekat meskipun Faskes tersebut tidak
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
b. Pelayanan gawat darurat di Faskes rujukan
dapat langsung diberikan tanpa surat rujukan
dari Faskes tingkat pertama.
387
c. Peserta melaporkan status kepesertaan BPJS
Kesehatan-nya kepada Fasilitas kesehatan
dalam jangka waktu:
1) Pelayanan rawat jalan: pada saat diberikan
pelayan gawat darurat
2) Pelayanan rawat inap: pada saat diberikan
pelayan gawat darurat atau sebelum pasien
dirujuk ke Faskes yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan
d. Faskes memastikan status kepesertaan BPJS
Kesehatan dengan cara:
1) Faskes mengakses master fle kepesertaan
melalui:
(a) website BPJS Kesehatan yaitu
www.bpjs-kesehatan.go.id;
(b) sms gateway; dan
(c) media elektronik lainnya.
2) Apabila poin (1) tidak dapat dilakukan
maka Faskes menghubungi petugas BPJS
Kesehatan melalui telepon atau mendatangi
kantor BPJS Kesehatan
c. Pelayanan kegawatdaruratan di Faskes tingkat
pertama maupun lanjutan mengikuti prosedur
pelayanan yang berlaku
Pada keadaan gawat darurat (emergency),
seluruh fasilitas kesehatan baik yang
bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan, wajib memberikan
pelayanan kegawatdaruratan sesuai indikasi
medis
3. Prosedur Pelayanan Gawat Darurat di Faskes
Tingkat pertama dan Faskes Rujukan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
a. Pada kasus gawat darurat peserta BPJS dapat
langsung mendapatkan pelayanan di Faskes
terdekat meskipun Faskes tersebut tidak
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
b. Pelayanan gawat darurat di Faskes rujukan
dapat langsung diberikan tanpa surat rujukan
dari Faskes tingkat pertama.
388
e. Jika kondisi kegawatdaruratan peserta telah
teratasi dan dapat dipindahkan, maka harus
segera dirujuk ke Fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
f. Apabila kondisi kegawatdaruratan pasien
sudah teratasi dan pasien dalam kondisi dapat
dipindahkan, tetapi pasien tidak bersedia untuk
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan, maka biaya pelayanan
selanjutnya tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan.
Faskes harus menjelaskan hal ini kepada
peserta dan peserta harus menandatangani
surat pernyataan bersedia menanggung biaya
pelayanan selanjutnya
g. Penanganan kondisi kegawatdaruratan di
Faskes yang tidak bekerjasama ditanggung
sebagai pelayanan rawat jalan kecuali kondisi
tertentu yang mengharuskan pasien dirawat
inap.
h. Kondisi tertentu yang dimaksud diatas adalah
sebagai berikut:
1) Tidak ada sarana transportasi untuk
evakuasi pasien.
389
2) Sarana transportasi yang tersedia tidak
memenuhi syarat medis untuk evakuasi
3) Kondisi pasien yang tidak memungkinkan
secara medis untuk dievakuasi, yang
dibuktikan dengan surat keterangan medis
dari dokter yang merawat.
4. Bagi pasien dengan kondisi kegawatdaruratan
sudah teratasi serta dapat dipindahkan akan tetapi
masih memerlukan perawatan lanjutan, maka
pasien dapat dirujuk ke Faskes yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan menggunakan ambulan
yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
e. Jika kondisi kegawatdaruratan peserta telah
teratasi dan dapat dipindahkan, maka harus
segera dirujuk ke Fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
f. Apabila kondisi kegawatdaruratan pasien
sudah teratasi dan pasien dalam kondisi dapat
dipindahkan, tetapi pasien tidak bersedia untuk
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan, maka biaya pelayanan
selanjutnya tidak dijamin oleh BPJS Kesehatan.
Faskes harus menjelaskan hal ini kepada
peserta dan peserta harus menandatangani
surat pernyataan bersedia menanggung biaya
pelayanan selanjutnya
g. Penanganan kondisi kegawatdaruratan di
Faskes yang tidak bekerjasama ditanggung
sebagai pelayanan rawat jalan kecuali kondisi
tertentu yang mengharuskan pasien dirawat
inap.
h. Kondisi tertentu yang dimaksud diatas adalah
sebagai berikut:
1) Tidak ada sarana transportasi untuk
evakuasi pasien.
390



P
a
s
i
e
n

g
a
w
a
t

D
a
r
u
r
a
t


P
a
s
i
e
n

d
i
b
e
r
i

p
e
l
a
y
a
n
a
n

k
e
g
a
w
a
t

d
a
r
u
r
a
t
a
n


P
a
s
i
e
n

d
a
t
a
n
g

k
e

F
a
s
k
e
s

y
a
n
g

t
d
a
k

k
e
r
j
a
s
a
m
a

d
e
n
g
a
n

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

K
o
n
d
i
s
i

k
e
g
a
w
a
t

d
a
r
u
r
a
t
a
n

p
a
s
i
e
n

t
e
l
a
h

t
e
r
t
a
n
g
a
n
i

P
a
s
i
e
n

P
u
l
a
n
g

P
a
s
i
e
n

b
o
l
e
h

p
u
l
a
n
g

P
a
s
i
e
n

d
a
l
a
m

k
o
n
d
i
s
i

d
a
p
a
t

d
i
p
i
n
d
a
h
k
a
n

d
a
n

m
e
m
b
u
t
u
h
k
a
n

p
e
r
a
w
a
t
a
n

l
a
n
j
u
t
a
n


P
a
s
i
e
n

m
e
l
a
p
o
r

s
t
a
t
u
s

k
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n

k
e
p
a
d
a

p
e
t
u
g
a
s

R
S


P
a
s
i
e
n

m
e
n
d
a
p
a
t
k
a
n

p
e
r
a
w
a
t
a
n

l
e
b
i
h

l
a
n
j
u
t

d
i

F
a
s
k
e
s

y
a
n
g
b
e
k
e
r
j
a
s
a
m
a

d
e
n
g
a
n

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n


P
a
s
i
e
n

d
i
r
u
j
u
k

k
e

F
a
s
k
e
s

y
a
n
g

b
e
k
e
r
j
a
s
a
m
a

d
e
n
g
a
n

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

P
e
s
e
r
t
a

d
i
r
u
j
u
k

k
e

F
a
s
k
e
s

y
a
n
g

b
e
k
e
r
j
a
s
a
m
a

d
e
n
g
a
n

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n
,

k
e
c
u
a
l
i

d
a
l
a
m

k
o
n
d
i
s
i
:

1
)
T
i
d
a
k

a
d
a

s
a
r
a
n
a

t
r
a
n
s
p
o
r
t
a
s
i

u
n
t
u
k

e
v
a
k
u
a
s
i

p
a
s
i
e
n
.


2
)
S
a
r
a
n
a

t
r
a
n
s
p
o
r
t
a
s
i

y
a
n
g

t
e
r
s
e
d
i
a

t
d
a
k

m
e
m
e
n
u
h
i

s
y
a
r
a
t

m
e
d
i
s

u
n
t
u
k

e
v
a
k
u
a
s
i

3
)
K
o
n
d
i
s
i

p
a
s
i
e
n

y
a
n
g

t
d
a
k

m
e
m
u
n
g
k
i
n
k
a
n

s
e
c
a
r
a

m
e
d
i
s

u
n
t
u
k

d
i
e
v
a
k
u
a
s
i
,

y
a
n
g

d
i
b
u
k
t
k
a
n

d
e
n
g
a
n

s
u
r
a
t

k
e
t
e
r
a
n
g
a
n

m
e
d
i
s

d
a
r
i

d
o
k
t
e
r

y
a
n
g

m
e
r
a
w
a
t

391
IV Hal Yang Perlu Diperhatikan
1. Bagaimana jika kondisi pasien tidak termasuk
dalam kriteria gawat darurat sesuai ketentuan
BPJS Kesehatan?
Sesuai dengan Perpres Nomor 12 tahun 2013 pasal
25 huruf b, bahwa pelayanan yang tidak dijamin
adalah pelayanan yang dilakukan di fasilitas
kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, kecuali dalam kondisi gawat darurat.
Oleh karena itu jika pasien tidak dalam kondisi
gawat darurat, maka biaya pelayanan pasien tidak
dapat dijamin oleh BPJS Kesehatan.
2. Apakah diperbolehkan klaim perorangan
untuk pelayanan gawat darurat di Faskes
yang tidak bekerjasama?
Sesuai dengan Perpres Nomor 12 tahun 2013
pasal 40, bahwa untuk pelayanan gawat darurat
di Faskes yang tidak kerjasama, biaya pelayanan
ditagihkan langsung oleh fasilitas kesehatan ke
BPJS Kesehatan dan tidak diperkenankan menarik



P
a
s
i
e
n

g
a
w
a
t

D
a
r
u
r
a
t


P
a
s
i
e
n

d
i
b
e
r
i

p
e
l
a
y
a
n
a
n

k
e
g
a
w
a
t

d
a
r
u
r
a
t
a
n


P
a
s
i
e
n

d
a
t
a
n
g

k
e

F
a
s
k
e
s

y
a
n
g

t
d
a
k

k
e
r
j
a
s
a
m
a

d
e
n
g
a
n

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

K
o
n
d
i
s
i

k
e
g
a
w
a
t

d
a
r
u
r
a
t
a
n

p
a
s
i
e
n

t
e
l
a
h

t
e
r
t
a
n
g
a
n
i

P
a
s
i
e
n

P
u
l
a
n
g

P
a
s
i
e
n

b
o
l
e
h

p
u
l
a
n
g

P
a
s
i
e
n

d
a
l
a
m

k
o
n
d
i
s
i

d
a
p
a
t

d
i
p
i
n
d
a
h
k
a
n

d
a
n

m
e
m
b
u
t
u
h
k
a
n

p
e
r
a
w
a
t
a
n

l
a
n
j
u
t
a
n


P
a
s
i
e
n

m
e
l
a
p
o
r

s
t
a
t
u
s

k
e
p
e
s
e
r
t
a
a
n

k
e
p
a
d
a

p
e
t
u
g
a
s

R
S


P
a
s
i
e
n

m
e
n
d
a
p
a
t
k
a
n

p
e
r
a
w
a
t
a
n

l
e
b
i
h

l
a
n
j
u
t

d
i

F
a
s
k
e
s

y
a
n
g
b
e
k
e
r
j
a
s
a
m
a

d
e
n
g
a
n

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n


P
a
s
i
e
n

d
i
r
u
j
u
k

k
e

F
a
s
k
e
s

y
a
n
g

b
e
k
e
r
j
a
s
a
m
a

d
e
n
g
a
n

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

P
e
s
e
r
t
a

d
i
r
u
j
u
k

k
e

F
a
s
k
e
s

y
a
n
g

b
e
k
e
r
j
a
s
a
m
a

d
e
n
g
a
n

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n
,

k
e
c
u
a
l
i

d
a
l
a
m

k
o
n
d
i
s
i
:

1
)
T
i
d
a
k

a
d
a

s
a
r
a
n
a

t
r
a
n
s
p
o
r
t
a
s
i

u
n
t
u
k

e
v
a
k
u
a
s
i

p
a
s
i
e
n
.


2
)
S
a
r
a
n
a

t
r
a
n
s
p
o
r
t
a
s
i

y
a
n
g

t
e
r
s
e
d
i
a

t
d
a
k

m
e
m
e
n
u
h
i

s
y
a
r
a
t

m
e
d
i
s

u
n
t
u
k

e
v
a
k
u
a
s
i

3
)
K
o
n
d
i
s
i

p
a
s
i
e
n

y
a
n
g

t
d
a
k

m
e
m
u
n
g
k
i
n
k
a
n

s
e
c
a
r
a

m
e
d
i
s

u
n
t
u
k

d
i
e
v
a
k
u
a
s
i
,

y
a
n
g

d
i
b
u
k
t
k
a
n

d
e
n
g
a
n

s
u
r
a
t

k
e
t
e
r
a
n
g
a
n

m
e
d
i
s

d
a
r
i

d
o
k
t
e
r

y
a
n
g

m
e
r
a
w
a
t

392
biaya pelayanan kesehatan kepada peserta,
sehingga tidak ada klaim perorangan dari peserta
ke BPJS Kesehatan.
393
V Lampiran
KRITERIA GAWAT DARURAT
NO. BAGIAN DIAGNOSA
I ANAK 1 Anemia sedang / berat
2 Apnea / gasping
3 Bayi ikterus, anak ikterus
4 Bayi kecil/ premature
5 Cardiac arrest / payah jantung
6 Cyanotic Spell (penyakit jantung)
7 Diare profs (> 10/hari) disertai
dehidrasi ataupun tidak
8 Difteri
9 Ditemukan bising jantung, aritmia
10 Edema / bengkak seluruh badan
11 Epitaksis, tanda pendarahan lain
disertai febris
12 Gagal ginjal akut
13 Gangguan kesadaran, fungsi vital
masih baik
14 Hematuri
15 Hipertensi Berat
16 Hipotensi / syok ringan s/d sedang
17 Intoksikasi (minyak tanah, baygon)
keadaan umum masih baik
biaya pelayanan kesehatan kepada peserta,
sehingga tidak ada klaim perorangan dari peserta
ke BPJS Kesehatan.
394
NO. BAGIAN DIAGNOSA
18 Intoksikasi disertai gangguan
fungsi vital (minyak tanah, baygon)
19 Kejang disertai penurunan
kesadaran
20 Muntah profs (> 6 hari) disertai
dehidrasi atau tidak
21 Panas tinggi >400 C
22 Sangat sesak, gelisah, kesadaran
menurun, sianosis ada retraksi
hebat (penggunaan otot pernafasan
sekunder)
23 Sesak tapi kesadaran dan keadaan
umum masih baik
24 Shock berat (profound) : nadi
tidak teraba tekanan darah terukur
termasuk DSS.
25 Tetanus
26 Tidak kencing > 8 jam
27 Tifus abdominalis dengan komplikasi
II BEDAH 1 Abses cerebri
2 Abses sub mandibula
3 Amputasi penis
4 Anuria
5 Apendicitis acute
395
NO. BAGIAN DIAGNOSA
6 Atresia ani (tidak bisa BAB sama
sekali)
7 BPH dengan retensio urin
8 Cedera kepala berat
9 Cedera kepala sedang
10 Cedera tulang belakang (vertebral)
11 Cedera wajah dengan gangguan
jalan nafas
12 Cedera wajah tanpa gangguan jalan
nafas, antara lain :
a. Patah tulang hidung/nasal
terbuka dan tertutup
b. Patah tulang pipi (zygoma)
terbuka dan tertutup
c. Patah tulang rahang (maxilla dan
mandibula) terbuka dan tertutup
d. Luka terbuka daerah wajah
13 Cellulitis
14 Cholesistitis akut
15 Corpus alienum pada :
a. Intra cranial b. Leher
b. Thorax
c. Abdomen
d. Anggota gerak
e. Genetalia
NO. BAGIAN DIAGNOSA
18 Intoksikasi disertai gangguan
fungsi vital (minyak tanah, baygon)
19 Kejang disertai penurunan
kesadaran
20 Muntah profs (> 6 hari) disertai
dehidrasi atau tidak
21 Panas tinggi >400 C
22 Sangat sesak, gelisah, kesadaran
menurun, sianosis ada retraksi
hebat (penggunaan otot pernafasan
sekunder)
23 Sesak tapi kesadaran dan keadaan
umum masih baik
24 Shock berat (profound) : nadi
tidak teraba tekanan darah terukur
termasuk DSS.
25 Tetanus
26 Tidak kencing > 8 jam
27 Tifus abdominalis dengan komplikasi
II BEDAH 1 Abses cerebri
2 Abses sub mandibula
3 Amputasi penis
4 Anuria
5 Apendicitis acute
396
NO. BAGIAN DIAGNOSA
16 CVA bleeding
17 Dislokasi persendian
18 Drowning
19 Flail chest
20 Fraktur tulang kepala
21 Gastrokikis
22 Gigitan binatang / manusia
23 Hanging
24 Hematothorax dan pneumothorax
25 Hematuria
26 Hemoroid grade IV (dengan tanda
strangulasi)
27 Hernia incarcerate
28 Hidrochepalus dengan TIK
meningkat
29 Hirschprung disease
30 Ileus Obstruksi
31 Internal Bleeding
32 Luka Bakar
33 Luka terbuka daerah abdomen
34 Luka terbuka daerah kepala
35 Luka terbuka daerah thorax
36 Meningokel / myelokel pecah
37 Multiple trauma
397
NO. BAGIAN DIAGNOSA
38 Omfalokel pecah
39 Pankreatitis akut
40 Patah tulang dengan dugaan cedera
pembuluh darah
41 Patah tulang iga multiple
42 Patah tulang leher
43 Patah tulang terbuka
44 Patah tulang tertutup
45 Periappendicullata infltrate
46 Peritonitis generalisata
47 Phlegmon dasar mulut
48 Priapismus
49 Prolaps rekti
50 Rectal bleeding
51 Ruptur otot dan tendon
52 Strangulasi penis
53 Tension pneumothoraks
54 Tetanus generalisata
55 Torsio testis
56 Tracheo esophagus fstel
57 Trauma tajam dan tumpul daerah
leher
58 Trauma tumpul abdomen
59 Traumatik amputasi
NO. BAGIAN DIAGNOSA
16 CVA bleeding
17 Dislokasi persendian
18 Drowning
19 Flail chest
20 Fraktur tulang kepala
21 Gastrokikis
22 Gigitan binatang / manusia
23 Hanging
24 Hematothorax dan pneumothorax
25 Hematuria
26 Hemoroid grade IV (dengan tanda
strangulasi)
27 Hernia incarcerate
28 Hidrochepalus dengan TIK
meningkat
29 Hirschprung disease
30 Ileus Obstruksi
31 Internal Bleeding
32 Luka Bakar
33 Luka terbuka daerah abdomen
34 Luka terbuka daerah kepala
35 Luka terbuka daerah thorax
36 Meningokel / myelokel pecah
37 Multiple trauma
398
NO. BAGIAN DIAGNOSA
60 Tumor otak dengan penurunan
kesadaran
61 Unstable pelvis
62 Urosepsi
III Kardio-
vaskular
1 Aritmia
2 Aritmia dan shock
3 Cor Pulmonale decompensata yang
akut
4 Edema paru akut
5 Henti jantung
6 Hipertensi berat dengan komplikasi
(hipertensi enchephalopati, CVA)
7 Infark Miokard dengan komplikasi
(shock)
8 Kelainan jantung bawaan dengan
gangguan ABC (Airway Breathing
Circulation)
9 Kelainan katup jantung dengan
gangguan ABC (airway Breathing
Circulation)
10 Krisis hipertensi
11 Miokarditis dengan shock
12 Nyeri dada
13 Sesak nafas karena payah jantung
399
NO. BAGIAN DIAGNOSA
14 Syncope karena penyakit jantung
IV Kebidanan 1 Abortus
2 Distosia
3 Eklampsia
4 Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)
5 Perdarahan Antepartum
6 Perdarahan Postpartum
7 Inversio Uteri
8 Febris Puerperalis
9 Hyperemesis gravidarum dengan
dehidrasi
10 Persalinan kehamilan risiko tinggi
dan atau persalinan dengan penyulit
V Mata 1 Benda asing di kornea mata /
kelopak mata
2 Blenorrhoe/ Gonoblenorrhoe
3 Dakriosistisis akut
4 Endoftalmitis/panoftalmitis
5 Glaukoma :
a. Akut
b. Sekunder
NO. BAGIAN DIAGNOSA
60 Tumor otak dengan penurunan
kesadaran
61 Unstable pelvis
62 Urosepsi
III Kardio-
vaskular
1 Aritmia
2 Aritmia dan shock
3 Cor Pulmonale decompensata yang
akut
4 Edema paru akut
5 Henti jantung
6 Hipertensi berat dengan komplikasi
(hipertensi enchephalopati, CVA)
7 Infark Miokard dengan komplikasi
(shock)
8 Kelainan jantung bawaan dengan
gangguan ABC (Airway Breathing
Circulation)
9 Kelainan katup jantung dengan
gangguan ABC (airway Breathing
Circulation)
10 Krisis hipertensi
11 Miokarditis dengan shock
12 Nyeri dada
13 Sesak nafas karena payah jantung
400
NO. BAGIAN DIAGNOSA
6 Penurunan tajam penglihatan
mendadak :
a. Ablasio retina
b. CRAO
c. Vitreous bleeding
7 Selulitis Orbita
8 Semua kelainan kornea mata :
a. Erosi
b. Ulkus / abses
c. Descematolis
9 Semua trauma mata :
a. Trauma tumpul
b. Trauma fotoelektrik/ radiasi
c. Trauma tajam/tajam tembus
10 Trombosis sinus kavernosis
11 Tumororbita dengan perdarahan
12 Uveitis/ skleritis/iritasi
VI Paru-
paru
1 Asma bronchitis moderate severe
2 Aspirasi pneumonia
3 Emboli paru
4 Gagal nafas
5 Injury paru
6 Massive hemoptisis
401
NO. BAGIAN DIAGNOSA
7 Massive pleural effusion
8 Oedema paru non cardiogenic
9 Open/closed pneumathorax
10 P.P.O.M Exacerbasi akut
11 Pneumonia sepsis
12 Pneumathorax ventil
13 Reccurent Haemoptoe
14 Status Asmaticus
15 Tenggelam
VII Penyakit
Dalam
1 Demam berdarah dengue (DBD)
2 Demam tifoid
3 Difteri
4 Disequilebrium pasca HD
5 Gagal ginjal akut
6 GEA dan dehidrasi
7 Hematemesis melena
8 Hematochezia
9 Hipertensi maligna
10 Keracunan makanan
11 Keracunan obat
12 Koma metabolic
13 Leptospirosis
14 Malaria
NO. BAGIAN DIAGNOSA
6 Penurunan tajam penglihatan
mendadak :
a. Ablasio retina
b. CRAO
c. Vitreous bleeding
7 Selulitis Orbita
8 Semua kelainan kornea mata :
a. Erosi
b. Ulkus / abses
c. Descematolis
9 Semua trauma mata :
a. Trauma tumpul
b. Trauma fotoelektrik/ radiasi
c. Trauma tajam/tajam tembus
10 Trombosis sinus kavernosis
11 Tumororbita dengan perdarahan
12 Uveitis/ skleritis/iritasi
VI Paru-
paru
1 Asma bronchitis moderate severe
2 Aspirasi pneumonia
3 Emboli paru
4 Gagal nafas
5 Injury paru
6 Massive hemoptisis
402
NO. BAGIAN DIAGNOSA
15 Observasi shock
VIII THT 1 Abses di bidang THT & kepala leher
2 Benda asing laring/trachea/bronkus,
dan benda asing tenggorokan
3 Benda asing telinga dan hidung
4 Disfagia
5 Obstruksi jalan nafas atas grade II/
III Jackson
6 Obstruksi jalan nafas atas grade IV
Jackson
7 Otalgia akut (apapun penyebabnya)
8 Parese fasialis akut
9 Perdarahan di bidang THT
10 Syok karena kelainan di bidang THT
11 Trauma (akut) di bidang THT ,Kepala
dan Leher
12 Tuli mendadak
13 Vertigo (berat)
IX Syaraf 1 Kejang
2 Stroke
3 Meningo enchepalitis
403
NO. BAGIAN DIAGNOSA
15 Observasi shock
VIII THT 1 Abses di bidang THT & kepala leher
2 Benda asing laring/trachea/bronkus,
dan benda asing tenggorokan
3 Benda asing telinga dan hidung
4 Disfagia
5 Obstruksi jalan nafas atas grade II/
III Jackson
6 Obstruksi jalan nafas atas grade IV
Jackson
7 Otalgia akut (apapun penyebabnya)
8 Parese fasialis akut
9 Perdarahan di bidang THT
10 Syok karena kelainan di bidang THT
11 Trauma (akut) di bidang THT ,Kepala
dan Leher
12 Tuli mendadak
13 Vertigo (berat)
IX Syaraf 1 Kejang
2 Stroke
3 Meningo enchepalitis
2. Pelayanan Gigi dan Prothesa Gigi
404
405
I Definisi
Pelayanan Kedokteran Gigi Primer adalah suatu
pelayanan kesehatan dasar paripurna dalam bidang
kesehatan gigi dan mulut yang bertujuan untuk
meningkatkan status kesehatan gigi dan mulut setiap
individu dalam keluarga binaannya. (Panduan Dokter Gigi di
Faskes Primer, Direktorat BUK Dasar Kemenkes RI, 2013)
II Prinsip Pelayanan
Prinsip pelayanan kedokteran gigi primer adalah :
Kedokteran Gigi
Primer
Kontak
Pertama
Koordinasi
dan
Kolaborasi
Berke-
sinambun-
gan
Pelayanan
Paripurna/
menyeluruh
Layanan
Bersifat
Pribadi
Paradigma
Sehat
Family and
community
Oriented
406
Penjelasan :
1. Kontak pertama/first contact
Dokter gigi sebagai pemberi pelayanan yang
pertama kali ditemui oleh Pasien dalam masalah
kesehatan gigi dan mulut
2. Layanan bersifat pribadi/personal care
Adanya hubungan yang baik dengan pasien dan
seluruh keluarganya member peluang Dokter Gigi
Keluarga untuk memahami masalah pasien secara
lebih luas.
3. Pelayanan paripurna/comprehensive
Dengan cara memberikan pelayanan menyeluruh
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitative) sesuai kebutuhan pasien. Dengan
demikian pelayanan kesehatan gigi keluarga
berorientasi pada paradigma sehat.
4. Paradigma sehat
Dokter Gigi mampu mendorong masyarakat
untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan
mereka sendiri.
407
5. Pelayanan berkesinambungan/continous care
Prinsip ini melandasi hubungan jangka panjang
antara Dokter Gigi dan pasien dengan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang berkesinambungan
dalam beberapa tahap kehidupan pasien.
6. Koordinasi dan kolaborasi
Dalam upaya mengatasi masalah pasiennya,
Dokter Gigi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
perlu berkonsultasi dengan disiplin lain, merujuk ke
Penjelasan :
1. Kontak pertama/first contact
Dokter gigi sebagai pemberi pelayanan yang
pertama kali ditemui oleh Pasien dalam masalah
kesehatan gigi dan mulut
2. Layanan bersifat pribadi/personal care
Adanya hubungan yang baik dengan pasien dan
seluruh keluarganya member peluang Dokter Gigi
Keluarga untuk memahami masalah pasien secara
lebih luas.
3. Pelayanan paripurna/comprehensive
Dengan cara memberikan pelayanan menyeluruh
dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitative) sesuai kebutuhan pasien. Dengan
demikian pelayanan kesehatan gigi keluarga
berorientasi pada paradigma sehat.
4. Paradigma sehat
Dokter Gigi mampu mendorong masyarakat
untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan
mereka sendiri.
408
spesialis dan memberikan informasi yang sejelas-
jelasnya kepada pasien
7. Family and community oriented
Dalam mengatasi masalah pasiennya, Dokter
Gigi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
mempertimbangkan kondisi pasien terhadap
keluarga tanpa mengesampingkan pengaruh
lingkungan social dan budaya setempat.
III Pemberi Pelayanan
Peserta BPJS Kesehatan mendapatkan pelayanan gigi
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama maupun di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama :
1. Dokter Gigi di Puskesmas; atau
2. Dokter Gigi di Klinik; atau
3. Dokter Gigi Praktek Mandiri/Perorangan
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan:
1. Dokter Gigi Spesialis/Sub Spesialis
409
IV Pelayanan Gigi
A. Cakupan Pelayanan
1. administrasi pelayanan, meliputi biaya
administrasi pendaftaran peserta untuk
berobat, penyediaan dan pemberian surat
rujukan ke faskes lanjutan untuk penyakit yang
tidak dapat ditangani di faskes tingkat pertama
2. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
medis
3. premedikasi
4. kegawatdaruratan oro-dental
5. pencabutan gigi sulung (topikal, infltrasi)
6. pencabutan gigi permanen tanpa penyulit
7. obat pasca ekstraksi
8. tumpatan komposit/GIC
9. Skeling gigi (1x dalam setahun)
spesialis dan memberikan informasi yang sejelas-
jelasnya kepada pasien
7. Family and community oriented
Dalam mengatasi masalah pasiennya, Dokter
Gigi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
mempertimbangkan kondisi pasien terhadap
keluarga tanpa mengesampingkan pengaruh
lingkungan social dan budaya setempat.
III Pemberi Pelayanan
Peserta BPJS Kesehatan mendapatkan pelayanan gigi
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama maupun di
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan yang bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan.
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama :
1. Dokter Gigi di Puskesmas; atau
2. Dokter Gigi di Klinik; atau
3. Dokter Gigi Praktek Mandiri/Perorangan
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan:
1. Dokter Gigi Spesialis/Sub Spesialis
410
B. Prosedur
1. Pendaftaran
Peserta
BPJS Kesehatan
PKM/Klinik
Dokter Praktek
Mandiri/Perorangan
Dokter Gigi Praktek
Mandiri/Perorangan
Penjelasan :
1. Jika peserta memilih terdaftar di Puskesmas/
Klinik sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertamanya, maka:
a) Puskesmas/Klinik wajib menyediakan
jejaring (Dokter Gigi/Lab/Bidan dan sarana
penunjang lain)
411
b) Peserta mendapatkan pelayanan gigi
di Dokter Gigi yang menjadi jejaring
Puskesmas/klinik
c) Tidak ada pendaftaran peserta ke Dokter
Gigi lain.
2. Jika peserta memilih terdaftar di Dokter Praktek
Perorangan (Dokter Umum) sebagai Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertamanya, maka:
a) Peserta dapat mendaftar ke Dokter Gigi
Praktek Mandiri/Perorangan sesuai pilihan
dengan mengisi Daftar Isian Peserta (DIP)
yang disediakan oleh BPJS Kesehatan.
b) Pelayanan gigi kepada peserta diberikan
oleh Dokter Gigi sesuai pilihan Peserta.
c) Penggantian Fasilitas Kesehatan Dokter Gigi
diperbolehkan minimal setelah terdaftar 3
(tiga) bulan di Fasilitas Kesehatan tersebut.
B. Prosedur
1. Pendaftaran
Peserta
BPJS Kesehatan
PKM/Klinik
Dokter Praktek
Mandiri/Perorangan
Dokter Gigi Praktek
Mandiri/Perorangan
Penjelasan :
1. Jika peserta memilih terdaftar di Puskesmas/
Klinik sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertamanya, maka:
a) Puskesmas/Klinik wajib menyediakan
jejaring (Dokter Gigi/Lab/Bidan dan sarana
penunjang lain)
412
2. Pelayanan
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

























Peserta
Membawa identitas
peserta BPJS
Kesehatan
+

Fasilitas Kesehatan
Tingkat I tempat
Peserta terdaftar










Mendapatkan
pelayanan kesehatan







Bila diperlukan atas
indikasi medis, pasien
akan memperoleh
obat







Pasien Pulang








Penjelasan :
a) Peserta datang ke Puskesmas/Klinik atau ke
Dokter Gigi Praktek Mandiri/Perorangan sesuai
pilihan Peserta.
Note : gambar ini hanya ilustrasi
413
b) Peserta menunjukkan kartu identitas BPJS
Kesehatan (proses administrasi).
c) Fasilitas Kesehatan melakukan pengecekan
keabsahan kartu peserta.
d) Fasilitas Kesehatan melakukan pemeriksaan
kesehatan/pemberian tindakan/pengobatan.
e) Setelah mendapatkan pelayanan peserta
menandatangani bukti pelayanan pada lembar
yang disediakan oleh Fasilitas Kesehatan.
f) Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan
memperoleh obat.
g) Rujukan kasus gigi dapat dilakukan jika atas
indikasi medis memerlukan pemeriksaan/
tindakan spesialis/sub spesialis. Rujukan
tersebut hanya dapat dilakukan oleh Dokter
Gigi, kecuali Puskesmas/Klinik yang tidak
memiliki Dokter Gigi.
2. Pelayanan
1. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

























Peserta
Membawa identitas
peserta BPJS
Kesehatan
+

Fasilitas Kesehatan
Tingkat I tempat
Peserta terdaftar










Mendapatkan
pelayanan kesehatan







Bila diperlukan atas
indikasi medis, pasien
akan memperoleh
obat







Pasien Pulang








Penjelasan :
a) Peserta datang ke Puskesmas/Klinik atau ke
Dokter Gigi Praktek Mandiri/Perorangan sesuai
pilihan Peserta.
Note : gambar ini hanya ilustrasi
414
2. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan
Penjelasan :
a) Peserta membawa identitas BPJS Kesehatan
serta surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
b) Peserta melakukan pendaftaran ke RS
Note : gambar ini hanya ilustrasi













Peserta

Membawa surat
rujukan dari Faskes
Tingkat Pertama dan
identitas peserta BPJS
Kesehatan
Mendapatkan SEP
(Surat Elijibilitas
Peserta) di Rumah





Mendapatkan
pelayanan kesehatan









Bila diperlukan atas
indikasi medis, pasien
akan memperoleh
obat


Pasien Pulang









+
415
dengan memperlihatkan identitas dan surat
rujukan
c) Fasilitas Kesehatan bertanggung jawab
untuk melakukan pengecekan keabsahan
kartu dan surat rujukan serta melakukan
input data ke dalam aplikasi Surat Elijibilitas
Peserta (SEP) dan melakukan pencetakan
SEP.
d) SEP akan dilegalisasi oleh Petugas BPJS
Kesehatan di Rumah Sakit.
e) Peserta mendapatkan pelayanan kesehatan
berupa pemeriksaan dan/atau perawatan
dan/atau pemberian tindakan dan/atau
obat dan/atau Bahan Medis Habis Pakai
(BMHP).
f) Setelah mendapatkan pelayanan, Peserta
menandatangani bukti pelayanan pada
lembar yang disediakan oleh masing-masing
Fasilitas Kesehatan.
2. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan
Penjelasan :
a) Peserta membawa identitas BPJS Kesehatan
serta surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama
b) Peserta melakukan pendaftaran ke RS
Note : gambar ini hanya ilustrasi













Peserta

Membawa surat
rujukan dari Faskes
Tingkat Pertama dan
identitas peserta BPJS
Kesehatan
Mendapatkan SEP
(Surat Elijibilitas
Peserta) di Rumah





Mendapatkan
pelayanan kesehatan









Bila diperlukan atas
indikasi medis, pasien
akan memperoleh
obat


Pasien Pulang









+
416
V
Pelayanan Protesa Gigi/Gigi
Palsu
A. Cakupan Pelayanan
1. Protesa gigi/gigi palsu merupakan pelayanan
tambahan/suplemen dengan limitasi/plafon/
pembatasan yang diberikan kepada peserta
BPJS Kesehatan
2. Pelayanan Protesa gigi/gigi palsu dapat diberikan
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan.
3. Protesa gigi/gigi palsu diberikan kepada Peserta
BPJS Kesehatan yang kehilangan gigi sesuai
dengan indikasi medis dan atas rekomendasi
dari Dokter Gigi.
4. Tarif maksimal penggantian prothesa gigi
adalah sebesar Rp. 1.000.000,- dengan
ketentuan sebagai berikut:
417
Tariff untuk masing-masing rahang maksimal
Rp. 500.000,-
Rincian per rahang :
- 1 sampai dengan 8 gigi : Rp. 250.000,-
- 9 sampai dengan 16 gigi : Rp. 500.000,-

C
o
n
to
h
P
e
rh
itu
n
g
an
Kasus 1 :
Penggantian untuk 2 gigi rahang atas dan 1 gigi rahang bawah,
diganti sebesar Rp. 500.000,- dengan rincian :
Penggantian untuk 2 gigi rahang atas sebesar Rp. 250.000,-
Penggantian untuk 1 gigi rahang bawah sebesar Rp. 250.000,-
Kasus 2 :
Penggantian untuk 1 gigi rahang atas dan 10 gigi rahang
bawah, diganti sebesar Rp. 750.000,- dengan rincian:
Penggantian untuk 1 gigi rahang atas sebesar Rp. 250.000,-
Penggantian untuk 10 gigi rahang bawah sebesar Rp. 500.000,-
V
Pelayanan Protesa Gigi/Gigi
Palsu
A. Cakupan Pelayanan
1. Protesa gigi/gigi palsu merupakan pelayanan
tambahan/suplemen dengan limitasi/plafon/
pembatasan yang diberikan kepada peserta
BPJS Kesehatan
2. Pelayanan Protesa gigi/gigi palsu dapat diberikan
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan.
3. Protesa gigi/gigi palsu diberikan kepada Peserta
BPJS Kesehatan yang kehilangan gigi sesuai
dengan indikasi medis dan atas rekomendasi
dari Dokter Gigi.
4. Tarif maksimal penggantian prothesa gigi
adalah sebesar Rp. 1.000.000,- dengan
ketentuan sebagai berikut:
418
B. Prosedur Pelayanan
1. Prosedur pelayanan dapat dilihat pada bab IV.
Pelayanan gigi poin B.2. Prosedur Pelayanan
halaman 12.
2. Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan
memperoleh resep protesa gigi/gigi palsu yang
mencantumkan jumlah dan lokasi gigi.
3. Protesa gigi/gigi palsu dapat diperoleh dari :
a. Dokter Gigi praktek mandiri/perorangan;
b. Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan
dokter gigi dan/atau jejaring dokter gigi;
c. Klinik yang memiliki tenaga kesehatan dan/
atau jejaring dokter gigi; atau
d. Rumah Sakit.
4. Peserta menandatangani bukti tanda terima,
setelah mendapatkan protesa gigi/gigi palsu
5. Protesa gigi/gigi palsu dapat diberikan kembali
paling cepat 2 (dua) tahun sekali atas indikasi
medis untuk gigi yang sama.
419
VI
Pelayanan Gigi Yang Tidak
Dijamin
1. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui
prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan
yang berlaku;
2. pelayanan kesehatan yang dilakukan di Fasilitas
Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan, kecuali dalam keadaan darurat;
3. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
4. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
5. pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
6. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan
dengan Manfaat Jaminan Kesehatan yang
diberikan.
VII Pembayaran
BPJS Kesehatan melakukan pembayaran ke Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama melalui pola pembayaran
kapitasi dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Dokter Gigi Praktek Mandiri/Perorangan dibayarkan
B. Prosedur Pelayanan
1. Prosedur pelayanan dapat dilihat pada bab IV.
Pelayanan gigi poin B.2. Prosedur Pelayanan
halaman 12.
2. Bila diperlukan atas indikasi medis peserta akan
memperoleh resep protesa gigi/gigi palsu yang
mencantumkan jumlah dan lokasi gigi.
3. Protesa gigi/gigi palsu dapat diperoleh dari :
a. Dokter Gigi praktek mandiri/perorangan;
b. Puskesmas yang memiliki tenaga kesehatan
dokter gigi dan/atau jejaring dokter gigi;
c. Klinik yang memiliki tenaga kesehatan dan/
atau jejaring dokter gigi; atau
d. Rumah Sakit.
4. Peserta menandatangani bukti tanda terima,
setelah mendapatkan protesa gigi/gigi palsu
5. Protesa gigi/gigi palsu dapat diberikan kembali
paling cepat 2 (dua) tahun sekali atas indikasi
medis untuk gigi yang sama.
420
langsung ke Dokter Gigi berdasarkan jumlah
peserta terdaftar.
b) Dokter Gigi di Klinik/Puskesmas tidak dibayarkan
langsung ke Dokter Gigi yang menjadi jejaring
melainkan melalui Klinik /Puskesmas sebagai
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertamanya.
VIII
Hal-Hal Yang Perlu
Diperhatikan
1. Apakah masih ada klaim perorangan untuk
protesa gigi?
Jawab : Tidak ada. Sesuai dengan Permenkes No.
71 Tahun 2013 pasal 27 bahwa "Alat Kesehatan
yang tidak masuk dalam paket Indonesian Case
Based Groups (INA-CBGs) dibayar dengan
klaim tersendiri". Klaim dilakukan oleh Fasilitas
Kesehatan pemberi resep, jadi bukan dilakukan
oleh peserta.
2. Apabila saya sebagai peserta memilih
Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan
421
Tingkat Pertama, namun di Puskesmas
tersebut tidak tersedia Dokter Gigi. Apakah
saya bisa memilih Dokter Gigi Praktek Mandiri
juga?
Jawab : Tidak bisa. Sesuai Permenkes No. 71
Tahun 2013 pasal 3 ayat (3) bahwa "Dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan
komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), bagi Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki
sarana penunjang wajib membangun jejaring
dengan sarana penunjang".
3. Terkait pertanyaan nomor 2, jika saya
memerlukan pemeriksaan gigi, saya harus
kemana?
Jawab : Puskesmas / Klinik wajib menyediakan
jejaring Dokter Gigi. Jika dalam kondisi tertentu,
Puskesmas/Klinik tidak memiliki jejaring, maka
pelayanan gigi dirujuk ke Fasilitas Kesehatan
Tingkat Lanjutan.
langsung ke Dokter Gigi berdasarkan jumlah
peserta terdaftar.
b) Dokter Gigi di Klinik/Puskesmas tidak dibayarkan
langsung ke Dokter Gigi yang menjadi jejaring
melainkan melalui Klinik /Puskesmas sebagai
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertamanya.
VIII
Hal-Hal Yang Perlu
Diperhatikan
1. Apakah masih ada klaim perorangan untuk
protesa gigi?
Jawab : Tidak ada. Sesuai dengan Permenkes No.
71 Tahun 2013 pasal 27 bahwa "Alat Kesehatan
yang tidak masuk dalam paket Indonesian Case
Based Groups (INA-CBGs) dibayar dengan
klaim tersendiri". Klaim dilakukan oleh Fasilitas
Kesehatan pemberi resep, jadi bukan dilakukan
oleh peserta.
2. Apabila saya sebagai peserta memilih
Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan
422
423
3. Pelayanan Alat Kesehatan
424
425
I Pengertian Alat Kesehatan
1) Salah satu hal yang dijamin oleh BPJS Kesehatan
bagi pesertanya adalah pelayanan alat kesehatan,
2) Alat kesehatan adalah instrumen, apparatus,
mesin dan/atau implan yang tidak mengandung
obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan
penyakit, merawat orang sakit, memulihkan
kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
3) Alat kesehatan sebagaimana dimaksud pada point
2 dapat dipergunakan di dalam tubuh melalui
prosedur operasi maupun dipergunakan di luar
tubuh
4) Alat kesehatan yang dipergunakan di luar tubuh
merupakan manfaat tambahan (suplemen) dengan
pembatasan/limitasi baik jenis maupun harganya.
II Sasaran
Semua peserta BPJS Kesehatan yang mendapatkan
pelayanan alat kesehatan di luar tubuh yang diberikan
426
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sesuai ketentuan
yang berlaku.
III
Ruang Lingkup Pelayanan
Alat Kesehatan
a. Alat kesehatan diberikan kepada peserta BPJS
Kesehatan atas dasar indikasi medis.
b. Jenis dan plafon harga alat kesehatan ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan.
IV Jenis jenis Alat kesehatan
Jenis alat kesehatan diluar tubuh yang dijamin oleh
BPJS Kesehatan adalah:
1) Kacamata
2) Alat bantu dengar (hearing aid)
3) Prothesa gigi/gigi palsu
4) Penyangga leher (collar neck/cervical collar/neck
brace)
5) Jaket Penyangga Tulang (Corset)
427
6) Prothesa alat gerak (kaki dan/atau tangan tiruan)
7) Alat bantu gerak berupa kruk penyangga tubuh
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama maupun
fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sesuai ketentuan
yang berlaku.
III
Ruang Lingkup Pelayanan
Alat Kesehatan
a. Alat kesehatan diberikan kepada peserta BPJS
Kesehatan atas dasar indikasi medis.
b. Jenis dan plafon harga alat kesehatan ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan.
IV Jenis jenis Alat kesehatan
Jenis alat kesehatan diluar tubuh yang dijamin oleh
BPJS Kesehatan adalah:
1) Kacamata
2) Alat bantu dengar (hearing aid)
3) Prothesa gigi/gigi palsu
4) Penyangga leher (collar neck/cervical collar/neck
brace)
5) Jaket Penyangga Tulang (Corset)
428
V Alur pelayanan Alat Kesehatan
1) Pelayanan kesehatan dilakukan dengan sistem
rujukan berjenjang termasuk pelayanan alat
kesehatan.
Faskes
Tingkat
Pertama
Faskes
Tingkat
Lanjutan
Dokter/dokter gigi
Puskesmas
Klinik
RS D Pratama
Klinik Utama
RS Umum
RS Khusus
(RS Swasta /
Pemerintah)
2) Pelayanan Alat Kesehatan dapat diberikan pada
pelayanan kesehatan rawat jalan dan/atau rawat
inap baik di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
maupun Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat
lanjutan berdasarkan rekomendasi dari Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP).
429
VI
Prosedur pelayanan Alat
Kesehatan
a. Kacamata
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
dengan gangguan penglihatan sesuai dengan
indikasi medis
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
V Alur pelayanan Alat Kesehatan
1) Pelayanan kesehatan dilakukan dengan sistem
rujukan berjenjang termasuk pelayanan alat
kesehatan.
Faskes
Tingkat
Pertama
Faskes
Tingkat
Lanjutan
Dokter/dokter gigi
Puskesmas
Klinik
RS D Pratama
Klinik Utama
RS Umum
RS Khusus
(RS Swasta /
Pemerintah)
2) Pelayanan Alat Kesehatan dapat diberikan pada
pelayanan kesehatan rawat jalan dan/atau rawat
inap baik di Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
maupun Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat
lanjutan berdasarkan rekomendasi dari Dokter
Penanggung Jawab Pasien (DPJP).
430
kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan
3) Penjaminan pelayanan kacamata diberikan atas
rekomendasi dari dokter spesialis mata dan
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan mata.
4) Ukuran kacamata yang dijamin oleh BPJS
Kesehatan adalah:
i. Untuk lensa spheris, minimal 0.5 Dioptri
ii. Untuk lensa silindris minimal 0.25 Dioptri
5) Kacamata dapat diberikan maksimal 1 kali
dalam 2 (dua) tahun
b. Alat bantu dengar (hearing aid)
1) Diberikan kepada peserta BPJS
Kesehatan dengan gangguan
pendengaran sesuai dengan
indikasi medis
2) Merupakan bagian dari
pemeriksaan dan penanganan
yang diberikan pada fasilitas
kesehatan rujukan yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan
431
3) Penjaminan pelayanan alat bantu dengar
diberikan atas rekomendasi dari dokter spesialis
THT.
4) Alat bantu dengar dapat diberikan maksimal
sekali dalam 5 (lima) tahun per telinga
c. Prothesa gigi/gigi palsu
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan yang
kehilangan gigi sesuai dengan indikasi medis
2) Pelayanan prothesa gigi diberikan pada fasilitas
kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas
Kesehatan tingkat lanjutan yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan
3) Penjaminan pelayanan prothesa gigi/gigi
palsu diberikan atas
rekomendasi dari
dokter gigi
4) Prothesa gigi/gigi
palsu dapat diberikan
paling cepat 2 (dua)
tahun sekali untuk
gigi yang sama.
kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan
3) Penjaminan pelayanan kacamata diberikan atas
rekomendasi dari dokter spesialis mata dan
dibuktikan dengan hasil pemeriksaan mata.
4) Ukuran kacamata yang dijamin oleh BPJS
Kesehatan adalah:
i. Untuk lensa spheris, minimal 0.5 Dioptri
ii. Untuk lensa silindris minimal 0.25 Dioptri
5) Kacamata dapat diberikan maksimal 1 kali
dalam 2 (dua) tahun
b. Alat bantu dengar (hearing aid)
1) Diberikan kepada peserta BPJS
Kesehatan dengan gangguan
pendengaran sesuai dengan
indikasi medis
2) Merupakan bagian dari
pemeriksaan dan penanganan
yang diberikan pada fasilitas
kesehatan rujukan yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan
432
d. Penyangga leher (collar neck/cervical collar/
neck brace)
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
sebagai penyangga kepala dan leher karena
trauma pada leher dan kepala ataupun fraktur
pada tulang cervix/tulang leher sesuai dengan
indikasi medis.
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan
3) Penyangga leher dapat diberikan maksimal 1
kali dalam 2 (dua) tahun
433
e. Jaket Penyangga Tulang (Corset)
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan yang
mengalami kelainan/gangguan tulang atau
kondisi lain sesuai dengan indikasi medis.
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan
3) Jaket penyangga tulang dapat diberikan
maksimal 1 kali dalam 2 (dua) tahun
f. Prothesa alat gerak (kaki dan/atau tangan
tiruan)
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
sesuai dengan indikasi medis.
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan
3) Diberikan atas rekomendasi dari dokter spesialis
orthopedi
4) Prothesa alat gerak dapat diberikan paling
d. Penyangga leher (collar neck/cervical collar/
neck brace)
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
sebagai penyangga kepala dan leher karena
trauma pada leher dan kepala ataupun fraktur
pada tulang cervix/tulang leher sesuai dengan
indikasi medis.
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan
3) Penyangga leher dapat diberikan maksimal 1
kali dalam 2 (dua) tahun
434
cepat 5 (lima) tahun sekali untuk bagian tubuh
yang sama
g. Alat bantu gerak berupa kruk penyangga
tubuh
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
sesuai dengan indikasi medis.
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan
3) Diberikan atas rekomendasi dari dokter spesialis
bedah Tulang (orthopedic)
4) Prothesa alat gerak dapat diberikan paling
cepat 5 (lima) tahun sekali untuk bagian tubuh
yang sama
VII Penyedia Alat Kesehatan
Alat kesehatan disediakan oleh Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama maupun Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan dengan mutu sesuai kebutuhan medis
435
VIII Pembiayaan Alat Kesehatan
Besaran biaya alat kesehatan yang dijamin oleh BPJS
Kesehatan merupakan plafon/batas maksimal, dengan
rincian sebagai berikut :
No
Jenis
Pelayanan
Tarif (Rp) Ketentuan
1 Kacamata Kelas III: 150.000
Kelas II : 200.000
Kelas I : 300.000
1. Diberikan paling
cepat 2 (dua)tahun
sekali
2. Indikasi medis
minimal:
- Spheris 0.5 D
- Silindris 0.25 D
2 Alat Bantu
Dengar
Maksimal Rp
1.000.000,00
Diberikan paling cepat 5
tahun sekali atas indikasi
medis
3 Prothesa
Anggota
Gerak
Maksimal Rp.
2.500.000,00
1. Protesa alat gerak
adalah :
a. Kaki palsu
b. Tangan palsu
2. Diberikan paling
cepat 5 (lima) tahun
sekali atas indikasi
medis
cepat 5 (lima) tahun sekali untuk bagian tubuh
yang sama
g. Alat bantu gerak berupa kruk penyangga
tubuh
1) Diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan
sesuai dengan indikasi medis.
2) Merupakan bagian dari pemeriksaan dan
penanganan yang diberikan pada fasilitas
kesehatan rujukan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan
3) Diberikan atas rekomendasi dari dokter spesialis
bedah Tulang (orthopedic)
4) Prothesa alat gerak dapat diberikan paling
cepat 5 (lima) tahun sekali untuk bagian tubuh
yang sama
VII Penyedia Alat Kesehatan
Alat kesehatan disediakan oleh Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama maupun Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan dengan mutu sesuai kebutuhan medis
436
No
Jenis
Pelayanan
Tarif (Rp) Ketentuan
4 Prothesa Gigi Maksimal Rp.
1.000.000,00
Diberikan paling cepat 2
tahun sekali atas indikasi
medis untuk gigi yang
sama
Full protesa gigi
maksimal
Rp. 1.000.000,00
Masing masing rahang
masimal Rp. 500.000,00
Rincian per rahang
adalah :
1 - 8 gigi :
Rp. 250.000,-
9 - 16 gigi :
Rp. 500.000,-
5 Korset tulang
belakang
Maksimal
Rp. 350.000,00
Diberikan paling cepat 2
(dua) tahun sekali atas
indikasi medis
6 Collar Neck Maksimal
Rp. 150.000,00
Diberikan paling cepat 2
(dua) tahun sekali atas
indikasi medis
7 Kruk Maksimal
Rp. 350.000,00
Diberikan paling cepat 5
(lima) tahun sekali atas
indikasi medis
Mekanisme pembayaran
Alat kesehatan dilayani oleh Fasilitas Kesehatan dengan
plafon/batas harga sesuai ketentuan yang berlaku.
Fasilitas Kesehatan mengajukan penggantian biaya
kepada BPJS Kesehatan (Peserta tidak menagihkan
langsung kepada BPJS Kesehatan)
IX Question and Answer
1) Apakah peserta dapat langsung menagihkan
alat kesehatan yang dipergunakan diluar
tubuh kepada BPJS Kesehatan?
Jawab : Sesuai Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 71 Tahun 2013 pasal 27 disebutkan
bahwa fasilitas kesehatan wajib menyediakan alat
kesehatan yang dibutuhkan peserta sesuai indikasi
medis. Alat kesehatan yang diberikan kepada
peserta yang berada di luar paket INA CBGs dan
No
Jenis
Pelayanan
Tarif (Rp) Ketentuan
4 Prothesa Gigi Maksimal Rp.
1.000.000,00
Diberikan paling cepat 2
tahun sekali atas indikasi
medis untuk gigi yang
sama
Full protesa gigi
maksimal
Rp. 1.000.000,00
Masing masing rahang
masimal Rp. 500.000,00
Rincian per rahang
adalah :
1 - 8 gigi :
Rp. 250.000,-
9 - 16 gigi :
Rp. 500.000,-
5 Korset tulang
belakang
Maksimal
Rp. 350.000,00
Diberikan paling cepat 2
(dua) tahun sekali atas
indikasi medis
6 Collar Neck Maksimal
Rp. 150.000,00
Diberikan paling cepat 2
(dua) tahun sekali atas
indikasi medis
7 Kruk Maksimal
Rp. 350.000,00
Diberikan paling cepat 5
(lima) tahun sekali atas
indikasi medis
Mekanisme pembayaran
Alat kesehatan dilayani oleh Fasilitas Kesehatan dengan
438
di luar kapitasi ditagihkan dengan klaim tersendiri
oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan
secara kolektif. Peserta tidak menagihkan langsung
kepada BPJS Kesehatan.
2) Apakah saya boleh mendapat alat bantu
dengar sebelum 5 tahun?
Jawab : Sesuai dengan surat edaran Menteri
Kesehatan RI nomor HK/MENKES/31/2014 untuk
penjaminan alat bantu dengar diberikan paling
cepat 5 tahun sekali atas indikasi medis/hasil
pemeriksaan dari dokter spesialis THT.
3) Apakah saya boleh mendapatkan protesa alat
gerak, misal kaki palsu untuk kaki kanan dan
kaki kiri pada saat bersamaan?
Jawab : Penjaminan protesa alat gerak sesuai
surat edaran Menteri Kesehatan RI nomor HK/
MENKES/31/I/2014 diberikan paling cepat 5 tahun
sekali atas indikasi medis. Penjaminan diberikan
untuk masing-masing alat gerak. Sehingga apabila
sesuai indikasi medis dibutuhkan kaki palsu untuk
kedua kaki, maka keduanya dapat dijamin dan
penjaminan berikutnya paling cepat 5 tahun
kemudian.
439
di luar kapitasi ditagihkan dengan klaim tersendiri
oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan
secara kolektif. Peserta tidak menagihkan langsung
kepada BPJS Kesehatan.
2) Apakah saya boleh mendapat alat bantu
dengar sebelum 5 tahun?
Jawab : Sesuai dengan surat edaran Menteri
Kesehatan RI nomor HK/MENKES/31/2014 untuk
penjaminan alat bantu dengar diberikan paling
cepat 5 tahun sekali atas indikasi medis/hasil
pemeriksaan dari dokter spesialis THT.
3) Apakah saya boleh mendapatkan protesa alat
gerak, misal kaki palsu untuk kaki kanan dan
kaki kiri pada saat bersamaan?
Jawab : Penjaminan protesa alat gerak sesuai
surat edaran Menteri Kesehatan RI nomor HK/
MENKES/31/I/2014 diberikan paling cepat 5 tahun
sekali atas indikasi medis. Penjaminan diberikan
untuk masing-masing alat gerak. Sehingga apabila
sesuai indikasi medis dibutuhkan kaki palsu untuk
kedua kaki, maka keduanya dapat dijamin dan
penjaminan berikutnya paling cepat 5 tahun
kemudian.
4. Pelayanan Ambulan
440
441
I Pendahuluan
Pelayanan ambulan merupakan pelayanan transportasi
pasien rujukan dengan kondisi tertentu antar
fasilitas kesehatan yang disertai dengan upaya atau
kegiatan untuk menjaga kestabilan kondisi pasien
untuk kepentingan keselamatan pasien.
II Landasan Hukum
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Pasal 20
Manfaat non medis meliputi Manfaat akomodasi dan
ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien
rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi
tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013
Pasal 29
Pelayanan Ambulan merupakan pelayanan
transportasi pasien rujukan dengan kondisi tertentu
antar Fasilitas Kesehatan disertai dengan upaya atau
kegiatan menjaga kestabilan kondisi pasien untuk
442
kepentingan keselamatan pasien. Pelayanan Ambulan
hanya dijamin bila rujukan dilakukan pada Fasilitas
Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS atau pada
kasus gawat darurat dari Fasilitas Kesehatan yang
tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dengan
tujuan penyelamatan nyawa pasien.
III Sasaran
Peserta BPJS Kesehatan yang memenuhi kriteria untuk
mendapatkan fasilitas pelayanan ambulan.
IV Ketentuan Pelayanan Ambulan
1. Pelayanan ambulan diberikan kepada peserta BPJS
dalam kondisi tertentu berdasarkan rekomendasi
medis dari dokter yang merawat.
2. Diberikan pada transportasi darat dan air bagi
pasien dengan kondisi tertentu antar fasilitas
kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu pada poin
443
2 di atas adalah :
1) Kondisi pasien sesuai indikasi medis berdasarkan
rekomendasi medis dari dokter yang merawat.
2) Kondisi kelas perawatan sesuai hak peserta
penuh dan pasien sudah dirawat paling sedikit
selama 3 hari di kelas satu tingkat di atas
haknya.
3) Pasien rujuk balik rawat inap yang masih
memerlukan pelayanan rawat inap di faskes
tujuan. Contoh : Pasien kanker rawat inap
dengan terapi paliatif di RS tipe A dirujuk balik
ke RS tipe di bawahnya untuk mendapatkan
rawat inap paliatif (bukan rawat jalan).
4. Pelayanan ambulan hanya diberikan untuk rujukan
antar Faskes :
a. Antar faskes tingkat pertama.
b. Dari faskes tingkat pertama ke faskes rujukan.
c. Antar faskes rujukan sekunder.
d. Dari faskes sekunder ke faskes tersier.
e. Antar faskes tersier.
f. Dan rujukan balik ke faskes dengan tipe di
bawahnya.
kepentingan keselamatan pasien. Pelayanan Ambulan
hanya dijamin bila rujukan dilakukan pada Fasilitas
Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS atau pada
kasus gawat darurat dari Fasilitas Kesehatan yang
tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dengan
tujuan penyelamatan nyawa pasien.
III Sasaran
Peserta BPJS Kesehatan yang memenuhi kriteria untuk
mendapatkan fasilitas pelayanan ambulan.
IV Ketentuan Pelayanan Ambulan
1. Pelayanan ambulan diberikan kepada peserta BPJS
dalam kondisi tertentu berdasarkan rekomendasi
medis dari dokter yang merawat.
2. Diberikan pada transportasi darat dan air bagi
pasien dengan kondisi tertentu antar fasilitas
kesehatan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3. Yang dimaksud dengan kondisi tertentu pada poin
444
5. Faskes perujuk adalah:
a. Faskes tingkat pertama atau Faskes rujukan
tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
b. Faskes tingkat pertama atau Faskes rujukan
tingkat lanjutan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan khusus untuk kasus
gawat darurat yang keadaan gawat daruratnya
telah teratasi dan pasien dalam kondisi dapat
dipindahkan.
445
6. Faskes Penerima Rujukan adalah Faskes tingkat
pertama atau faskes tingkat lanjutan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
5. Faskes perujuk adalah:
a. Faskes tingkat pertama atau Faskes rujukan
tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
b. Faskes tingkat pertama atau Faskes rujukan
tingkat lanjutan yang tidak bekerjasama
dengan BPJS Kesehatan khusus untuk kasus
gawat darurat yang keadaan gawat daruratnya
telah teratasi dan pasien dalam kondisi dapat
dipindahkan.
446
V
Penyelenggara Pelayanan
Ambulan
BPJS Kesehatan melakukan kerjasama dengan fasilitas
kesehatan dalam penyediaan ambulan baik fasilitas
kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan.
1. Fasilitas Kesehatan dapat menggunakan ambulan
milik sendiri atau membuat jejaring dengan pihak
ketiga penyelenggara pelayanan ambulan. Pihak
ketiga, antara lain :
a. Pemda atau Dinas Kesehatan Propinsi yang
mempunyai ambulan.
b. Ambulan 118.
c. Yayasan penyedia layanan ambulan.
2. Kerjasama dengan pemberi pelayanan ambulan
dilakukan melalui perjanjian kerjasama antara
BPJS Kesehatan Kantor Cabang dengan fasilitas
kesehatan, bukan antara BPJS Kesehatan Kantor
Cabang dengan pihak ketiga penyelenggara
ambulan.
447
VI
Penatalaksanan Pelayanan
Ambulan
1) Pelayanan Ambulan hanya dijamin bila rujukan
dilakukan pada faskes yang bekerjasama dengan
BPJS kecuali untuk Faskes yang tidak bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan yang mengevakuasi
kasus gawat darurat yang sudah teratasi keadaan
kegawatdaruratannya dan pasien dalam kondisi
dapat dipindahkan.
2) Pelayanan Ambulan yang tidak dijamin adalah
pelayanan yang tidak sesuai ketentuan di atas,
termasuk:
a. Jemput pasien selain dari Faskes (rumah, jalan,
lokasi lain)
b. Mengantar pasien ke selain Faskes
c. Rujukan parsial (antar jemput pasien atau
spesimen dalam rangka mendapatkan
pemeriksaan penunjang atau tindakan, yang
merupakan rangkaian perawatan pasien di
salah satu Faskes).
d. Ambulan/mobil jenazah.
V
Penyelenggara Pelayanan
Ambulan
BPJS Kesehatan melakukan kerjasama dengan fasilitas
kesehatan dalam penyediaan ambulan baik fasilitas
kesehatan tingkat pertama maupun fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan.
1. Fasilitas Kesehatan dapat menggunakan ambulan
milik sendiri atau membuat jejaring dengan pihak
ketiga penyelenggara pelayanan ambulan. Pihak
ketiga, antara lain :
a. Pemda atau Dinas Kesehatan Propinsi yang
mempunyai ambulan.
b. Ambulan 118.
c. Yayasan penyedia layanan ambulan.
2. Kerjasama dengan pemberi pelayanan ambulan
dilakukan melalui perjanjian kerjasama antara
BPJS Kesehatan Kantor Cabang dengan fasilitas
kesehatan, bukan antara BPJS Kesehatan Kantor
Cabang dengan pihak ketiga penyelenggara
ambulan.
448
e. Pasien rujuk balik rawat jalan.
3) Penggantian biaya pelayanan ambulan sesuai
dengan standar biaya ambulan yang ditetapkan
oleh Pemerintah Daerah.
4) Dalam hal belum terdapat tarif dasar ambulans
yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, maka
tarif mengacu kepada tarif yang berlaku di
Kabupaten/Kota yang kondisi geografsnya relatif
sama dalam satu wilayah Provinsi.
449
VII
Hal Hal yang Perlu
Diperhatikan
1. Apakah pelayanan rujukan ambulan dari
faskes yang tidak bekerjasama ke faskes yang
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan dijamin?
Dijamin, hanya untuk kasus gawat darurat yang
sudah teratasi keadaan kegawatdaruratannya dan
pasien dalam kondisi dapat dipindahkan ke Faskes
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
2. Apakah pelayanan ambulan untuk kejadian
kecelakaan di tempat kerja/rumah/ kecelakaan
lalu lintas dijamin?
Tidak dijamin
3. Apakah pelayanan ambulan jenazah termasuk
pelayanan ambulan yang dijamin?
Tidak dijamin
e. Pasien rujuk balik rawat jalan.
3) Penggantian biaya pelayanan ambulan sesuai
dengan standar biaya ambulan yang ditetapkan
oleh Pemerintah Daerah.
4) Dalam hal belum terdapat tarif dasar ambulans
yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah, maka
tarif mengacu kepada tarif yang berlaku di
Kabupaten/Kota yang kondisi geografsnya relatif
sama dalam satu wilayah Provinsi.
450
4. Apakah penjemputan pasien dari rumah dan
pengantaran pasien pulang kerumah dapat
dijamin?
Tidak dijamin
5. Apakah peserta BPJS Kesehatan harus
membayar terlebih dahulu kemudian
menagihkan penggantiannya kepada BPJS
Kesehatan?
Peserta tidak perlu membayar terlebih dahulu,
peserta dapat langsung mendapatkan pelayanan
ambulan. Penagihan klaim diajukan oleh fasilitas
kesehatan ke BPJS Kesehatan.

451
4. Apakah penjemputan pasien dari rumah dan
pengantaran pasien pulang kerumah dapat
dijamin?
Tidak dijamin
5. Apakah peserta BPJS Kesehatan harus
membayar terlebih dahulu kemudian
menagihkan penggantiannya kepada BPJS
Kesehatan?
Peserta tidak perlu membayar terlebih dahulu,
peserta dapat langsung mendapatkan pelayanan
ambulan. Penagihan klaim diajukan oleh fasilitas
kesehatan ke BPJS Kesehatan.

5. Penjaminan Di Wilayah Tidak Ada
Faskes Penuhi Syarat
452
453
I Latar Belakang
Dengan kondisi geografs wilayah Indonesia yang
sangat luas dan kepulauan belum didukung dengan
distribusi ketersediaan fasilitas dan tenaga kesehatan
yang merata. Hal ini menyebabkan ada sebagian
peserta BPJS Kesehatan tidak mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis. Oleh
karena itu program Jaminan Kesehatan Nasional
memberikan jaminan pelayanan kesehatan kepada
peserta yang berada di daerah tersebut, karena tidak
terdapat fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat.
II
Penentuan Daerah Tidak
Tersedia Faskes Yang
Memenuhi Syarat
1. Yang dimaksud dengan daerah tidak tersedia
Faskes memenuhi syarat adalah sebuah Kecamatan
yang tidak terdapat Puskesmas, Dokter, Bidan atau
Perawat.
2. Penentuan daerah tersebut ditetapkan oleh dinas
454
kesehatan setempat atas pertimbangan BPJS
Kesehatan dan Asosiasi Fasilitas Kesehatan.
3. Daerah yang tidak tersedia Faskes memenuhi
syarat ditetapkan dengan surat keputusan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan dapat
ditinjau sewaktu-waktu menyesuaikan dengan
kondisi ketersediaan Faskes di daerah tersebut.
III Prosedur Pelayanan
1. Peserta yang tinggal di daerah tidak ada Faskes
memenuhi syarat harus mengikuti prosedur
pelayanan rujukan berjenjang sesuai ketentuan
yang berlaku.
2. Prosedur Pelayanan Kesehatan
a. Untuk pertama kali mendapatkan pelayanan,
peserta mendatangi Faskes tingkat pertama
yang terdekat.
b. Apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama
terdekat tersebut adalah Faskes yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, maka
biaya pelayanan kesehatan akan ditagihkan ke
455
BPJS Kesehatan, peserta tidak dikenakan urun
biaya.
c. Apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama
terdekat tersebut adalah Faskes yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan:
1) Bila pasien dalam kondisi kegawatdaruratan
medis maka peserta dilayani dan Faskes
menagihkan biaya pelayanan kesehatan ke
BPJS Kesehatan, pasien tidak ditarik biaya.
2) Bila pasien tidak dalam kondisi
kegawatdaruratan medis maka pasien
membayarkan biaya pelayanan kesehatan
terlebih dahulu, kemudian peserta menagih
kepada BPJS Kesehatan melalui klaim
perorangan.
BPJS Kesehatan memberikan kompensasi
berupa penggantian uang tunai melalui
klaim perorangan bagi peserta yang tinggal
di daerah tidak ada Faskes memenuhi
syarat, sesuai ketentuan yang berlaku
kesehatan setempat atas pertimbangan BPJS
Kesehatan dan Asosiasi Fasilitas Kesehatan.
3. Daerah yang tidak tersedia Faskes memenuhi
syarat ditetapkan dengan surat keputusan Kepala
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan dapat
ditinjau sewaktu-waktu menyesuaikan dengan
kondisi ketersediaan Faskes di daerah tersebut.
III Prosedur Pelayanan
1. Peserta yang tinggal di daerah tidak ada Faskes
memenuhi syarat harus mengikuti prosedur
pelayanan rujukan berjenjang sesuai ketentuan
yang berlaku.
2. Prosedur Pelayanan Kesehatan
a. Untuk pertama kali mendapatkan pelayanan,
peserta mendatangi Faskes tingkat pertama
yang terdekat.
b. Apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama
terdekat tersebut adalah Faskes yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, maka
biaya pelayanan kesehatan akan ditagihkan ke
456
457
458
IV
Kompensasi Untuk Daerah
Yang Belum Tersedia Fasilitas
Kesehatan Yang Memenuhi
Syarat
1. Kompensasi untuk daerah yang belum tersedia
fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat diberikan
dalam bentuk:
a. penggantian uang tunai;
b. pengiriman tenaga kesehatan; atau
c. penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu.
2. Penggantian uang tunai
a. Kompensasi dalam bentuk penggantian uang
tunai berupa klaim perorangan atas biaya
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang tidak
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
b. Prosedur Pengajuan Klaim Perorangan
1) Peserta mengajukan klaim ke Kantor
Operasional Kabupaten atau Kantor
Cabang BPJS Kesehatan terdekat
2) Klaim perorangan hanya diberlakukan pada
459
peserta yang mendapatkan pelayanan
di faskes tingkat pertama yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
3) Syarat pengajuan klaim :
a) Formulir pengajuan klaim
b) Berkas pendukung :
(1) Menunjukkan identitas peserta BPJS
Kesehatan
(2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk
(untuk memastikan peserta
berada di wilayah tidak ada faskes
memenuhi syarat sesuai SK Kepala
Dinas Kesehatan)
(3) Kwitansi asli bermaterai cukup
(4) Rincian pelayanan
c. Besaran penggantian biaya klaim perorangan
mengikuti ketentuan yang berlaku
3. Pengiriman tenaga kesehatan
a. BPJS Kesehatan akan memberikan kompensasi
pengiriman tenaga kesehatan bekerjasama
dengan dinas kesehatan, organisasi profesi
kesehatan, dan/atau asosiasi fasilitas kesehatan.
IV
Kompensasi Untuk Daerah
Yang Belum Tersedia Fasilitas
Kesehatan Yang Memenuhi
Syarat
1. Kompensasi untuk daerah yang belum tersedia
fasilitas kesehatan yang memenuhi syarat diberikan
dalam bentuk:
a. penggantian uang tunai;
b. pengiriman tenaga kesehatan; atau
c. penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu.
2. Penggantian uang tunai
a. Kompensasi dalam bentuk penggantian uang
tunai berupa klaim perorangan atas biaya
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang tidak
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
b. Prosedur Pengajuan Klaim Perorangan
1) Peserta mengajukan klaim ke Kantor
Operasional Kabupaten atau Kantor
Cabang BPJS Kesehatan terdekat
2) Klaim perorangan hanya diberlakukan pada
460
b. Tenaga kesehatan yang dikirim berupa:
1) dokter spesialis; atau
2) dokter umum; atau
3) bidan; atau
4) perawat; atau
5) tenaga kesehatan lain.
4. Penyediaan fasilitas kesehatan tertentu
a. BPJS Kesehatan akan memberikan kompensasi
penyediaan fasilitas kesehatan tertentu
bekerjasama dengan dinas kesehatan,
organisasi profesi kesehatan, dan/atau asosiasi
fasilitas kesehatan.
b. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
fasilitas kesehatan tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan medis peserta yang berada di
daerah tersebut.
461
V Pertanyaan
1. Bagaimana untuk pelayanan bagi peserta
BPJS Kesehatan dari luar wilayah yang sedang
berkunjung ke daerah tidak tersedia faskes
memenuhi syarat dan memerlukan pelayanan
kesehatan?
Peserta mengikuti prosedur pelayanan sesuai
dengan ketentuan diatas dan dapat mengajukan
klaim perorangan dengan menyertakan surat
keterangan dari RT/RW/Kepala Desa setempat
bahwa peserta melakukan kunjungan ke daerah
tersebut.
2. Apakah klaim perorangan dapat diajukan
oleh peserta yang tinggal/berada di daerah
yang tidak ditetapkan sebagai daerah tidak
tersedia faskes yang memenuhi syarat?
Klaim perorangan hanya dapat diajukan oleh
peserta yang berada/tinggal di daerah yang
telah ditetapkan sebagai daerah tidak tersedia
faskes yang memenuh isyarat.
b. Tenaga kesehatan yang dikirim berupa:
1) dokter spesialis; atau
2) dokter umum; atau
3) bidan; atau
4) perawat; atau
5) tenaga kesehatan lain.
4. Penyediaan fasilitas kesehatan tertentu
a. BPJS Kesehatan akan memberikan kompensasi
penyediaan fasilitas kesehatan tertentu
bekerjasama dengan dinas kesehatan,
organisasi profesi kesehatan, dan/atau asosiasi
fasilitas kesehatan.
b. Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
fasilitas kesehatan tersebut disesuaikan dengan
kebutuhan medis peserta yang berada di
daerah tersebut.
462
Dalam kondisi gawat darurat, sesuai dengan
Perpres Nomor 12 tahun 2013 pasal 33 dan 40,
bahwa Peserta yang memerlukan pelayanan
gawat darurat dapat langsung memperoleh
pelayanan di setiap Fasilitas Kesehatan baik yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan maupun
yang tidak bekerjasama. Biaya pelayanan
kesehatan ditagihkan langsung oleh fasilitas
kesehatan dan peserta tidak diperkenankan
ditarik biaya pelayanan kesehatan.
463
Dalam kondisi gawat darurat, sesuai dengan
Perpres Nomor 12 tahun 2013 pasal 33 dan 40,
bahwa Peserta yang memerlukan pelayanan
gawat darurat dapat langsung memperoleh
pelayanan di setiap Fasilitas Kesehatan baik yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan maupun
yang tidak bekerjasama. Biaya pelayanan
kesehatan ditagihkan langsung oleh fasilitas
kesehatan dan peserta tidak diperkenankan
ditarik biaya pelayanan kesehatan.
BAB III KEUANGAN
464
465
SURAT EDARAN
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
NOMOR : 15/ED/0114
TENTANG
PROSEDUR PENYETORAN IURAN BPJS KESEHATAN
OLEH PESERTA PENERIMA UPAH (PPU) BADAN USAHA,
PESERTA BUKAN PENERIMA UPAH, DAN PESERTA BUKAN
PEKERJA
Kepada Yth.
Kepala Divisi Regional BPJS Kesehatan
Kepala Kantor Cabang BPJS Kesehatan
Di
Seluruh Indonesia
Dalam upaya memberikan layanan yang terbaik
kepada peserta, bersama ini disampaikan Prosedur
Penyetoran Iuran BPJS Kesehatan oleh Peserta Penerima
Upah (PPU) Badan Usaha, Peserta Bukan Penerima Upah,
dan Peserta Bukan Pekerja sebagai berikut :
466
I. Prosedur Umum
1. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan dilakukan
melalui jaringan layanan (channel) Perbankan.
2. BPJS Kesehatan akan memberikan Nomor
Virtual Account (VA) kepada calon peserta yang
mendafar sebagai peserta BPJS Kesehatan.
3. Nomor Virtual Account adalah nomor rekening
bank tujuan pembayaran Iuran yang berfungsi
sebagai nomor identfkasi peserta ketka
melakukan penyetoran Iuran di Bank Mitra BPJS
Kesehatan yaitu Bank Mandiri, Bank BRI dan
Bank BNI.
4. Nomor Virtual Account dinyatakan aktf dan
dapat digunakan setelah data peserta diinput
secara lengkap ke aplikasi kepesertaan.
5. Penyetoran Iuran dapat dilakukan melalui Bank
Mitra BPJS Kesehatan maupun melalui Bank Lain
yang bukan Bank Mitra BPJS Kesehatan.
II. Prosedur Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
Oleh Peserta Penerima Upah (PPU) Badan Usaha
1. Peserta Penerima Upah (PPU) Badan Usaha
menerima Nomor Virtual Account sebagai nomor
identfkasi Badan Usaha, bukan identfkasi per
peserta.
467
2. BPJS Kesehatan mengakui pembayaran Iuran
Jaminan Kesehatan PPU Badan Usaha setelah
penerimaan iuran dinyatakan efektf apabila :
- Pembayaran Iuran dilakukan secara tunai
pada Teller Bank maka tanggal efektf
adalah tanggal validasi bank di slip setoran.
- Pembayaran Iuran melalui setoran kliring,
maka tanggal efektf adalah tanggal
tercatatnya iuran di rekening virtual
account.
3. Apabila penyetoran Iuran dilakukan dengan
menggunakan Warkat Bank Lain di loket
atau teller Bank Mitra BPJS Kesehatan, maka
pembayaran ke Bank Mitra BPJS Kesehatan harus
dilakukan paling lambat tanggal 9 setap awal
bulan untuk mengantsipasi resiko kegagalan
kliring.
A. Penyetoran Iuran pada Bank Mitra BPJS
Kesehatan
Penyetoran Iuran pada Bank Mitra BPJS
Kesehatan dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1) Pembayaran secara tunai di Teller Bank
a. Badan Usaha menyetorkan Iuran
Jaminan Kesehatan secara tunai di Teller
Bank Mitra BPJS Kesehatan.
I. Prosedur Umum
1. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan dilakukan
melalui jaringan layanan (channel) Perbankan.
2. BPJS Kesehatan akan memberikan Nomor
Virtual Account (VA) kepada calon peserta yang
mendafar sebagai peserta BPJS Kesehatan.
3. Nomor Virtual Account adalah nomor rekening
bank tujuan pembayaran Iuran yang berfungsi
sebagai nomor identfkasi peserta ketka
melakukan penyetoran Iuran di Bank Mitra BPJS
Kesehatan yaitu Bank Mandiri, Bank BRI dan
Bank BNI.
4. Nomor Virtual Account dinyatakan aktf dan
dapat digunakan setelah data peserta diinput
secara lengkap ke aplikasi kepesertaan.
5. Penyetoran Iuran dapat dilakukan melalui Bank
Mitra BPJS Kesehatan maupun melalui Bank Lain
yang bukan Bank Mitra BPJS Kesehatan.
II. Prosedur Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
Oleh Peserta Penerima Upah (PPU) Badan Usaha
1. Peserta Penerima Upah (PPU) Badan Usaha
menerima Nomor Virtual Account sebagai nomor
identfkasi Badan Usaha, bukan identfkasi per
peserta.
468
b. Badan Usaha mengisi formulir / slip
setoran tunai yang didalamnya berisi
informasi :
- Nama Badan Usaha
- Nomor Virtual Account
- Nominal Iuran yang disetor
c. Waktu transfer untuk sampai ke rekening
tujuan adalah Real Time Online (tercatat
saat itu juga di rekening virtual account).
2) Transfer Antar Rekening Bank
a. Transfer antar rekening bank dapat
dilakukan bila Badan Usaha memiliki
rekening bank di salah satu Bank Mitra
BPJS Kesehatan.
b. Badan Usaha dapat melakukan transfer
dengan menggunakan warkat Bank
dan Surat Perintah Pemindahbukuan
ke Nomor Virtual Account Badan Usaha
tersebut di loket atau teller Bank Mitra
BPJS Kesehatan.
c. Warkat Bank yang digunakan adalah cek
/ bilyet giro yang diterbitkan oleh Bank
Mitra BPJS Kesehatan.
469
d. Waktu transfer untuk sampai ke rekening
tujuan adalah Real Time Online (tercatat
saat itu juga di rekening virtual account).
B. Penyetoran Iuran melalui Bank Lain yang bukan
Bank Mitra BPJS Kesehatan
1) Penyetoran Iuran melalui Bank Lain yang
bukan Bank Mitra BPJS Kesehatan dapat
dilakukan apabila Badan Usaha tdak memiliki
rekening di Bank Mitra BPJS Kesehatan.
2) Penyetoran Iuran dilakukan menggunakan
sistem Kliring dengan cara sebagai berikut:
a. Penyetoran Iuran dengan menggunakan
Warkat Bank Lain di loket atau teller
Bank Lain.
- Badan Usaha melakukan transfer
kliring dengan menggunakan warkat
Bank ke Nomor Virtual Account
Badan Usaha tersebut di loket atau
teller Bank Lain.
- Warkat Bank yang digunakan adalah
cek / bilyet giro yang diterbitkan oleh
Bank Lain (Misal : Bank BCA, Bank
Danamon, dll.)
b. Badan Usaha mengisi formulir / slip
setoran tunai yang didalamnya berisi
informasi :
- Nama Badan Usaha
- Nomor Virtual Account
- Nominal Iuran yang disetor
c. Waktu transfer untuk sampai ke rekening
tujuan adalah Real Time Online (tercatat
saat itu juga di rekening virtual account).
2) Transfer Antar Rekening Bank
a. Transfer antar rekening bank dapat
dilakukan bila Badan Usaha memiliki
rekening bank di salah satu Bank Mitra
BPJS Kesehatan.
b. Badan Usaha dapat melakukan transfer
dengan menggunakan warkat Bank
dan Surat Perintah Pemindahbukuan
ke Nomor Virtual Account Badan Usaha
tersebut di loket atau teller Bank Mitra
BPJS Kesehatan.
c. Warkat Bank yang digunakan adalah cek
/ bilyet giro yang diterbitkan oleh Bank
Mitra BPJS Kesehatan.
470
- Badan Usaha melampirkan surat
pengantar (slip setoran) Kliring yang
memuat informasi :
Nama Badan Usaha
Nomor Virtual Account
Kode Bank yang dituju dan
Nominal Iuran yang disetor.
- Penyetoran bisa menggunakan
pilihan kliring secara RTGS atau SKN,
dimana transaksi diatas 100 juta
wajib menggunakan RTGS.
- Waktu transfer kliring untuk sampai
ke rekening tujuan :
Untuk RTGS (Real Time Gross
Setlement) : 1-3 jam di hari
yang sama setelah transfer
dilaksanakan.
Untuk SKN (Sistem Kliring
Nasional) : membutuhkan waktu
1-2 hari, tetapi bisa diterima
pada hari yang sama ( sore hari)
apabila transfer kliring dilakukan
sebelum jam 11.00 pagi.
471
b. Penyetoran Iuran dengan menggunakan
Warkat Bank Lain di loket atau teller
Bank Mitra BPJS Kesehatan.
- Badan Usaha melakukan transfer
kliring dengan menggunakan warkat
Bank ke Nomor Virtual Account
Badan Usaha tersebut di loket atau
teller Bank Mitra BPJS Kesehatan.
- Warkat Bank yang digunakan adalah
cek / bilyet giro yang diterbitkan oleh
Bank Lain (Misal : Bank BCA, Bank
Danamon, dll.).
- Badan Usaha melampirkan Surat
Pengantar Kliring yang memuat
informasi:
Nama Badan Usaha
Nomor Virtual Account
Nominal Iuran yang disetor.
- Waktu transfer kliring untuk sampai
ke rekening tujuan paling cepat
adalah 1 (satu) hari kerja karena
Bank Mitra BPJS Kesehatan harus
menyelesaikan proses tersebut
dalam 2 tahap.
- Badan Usaha melampirkan surat
pengantar (slip setoran) Kliring yang
memuat informasi :
Nama Badan Usaha
Nomor Virtual Account
Kode Bank yang dituju dan
Nominal Iuran yang disetor.
- Penyetoran bisa menggunakan
pilihan kliring secara RTGS atau SKN,
dimana transaksi diatas 100 juta
wajib menggunakan RTGS.
- Waktu transfer kliring untuk sampai
ke rekening tujuan :
Untuk RTGS (Real Time Gross
Setlement) : 1-3 jam di hari
yang sama setelah transfer
dilaksanakan.
Untuk SKN (Sistem Kliring
Nasional) : membutuhkan waktu
1-2 hari, tetapi bisa diterima
pada hari yang sama ( sore hari)
apabila transfer kliring dilakukan
sebelum jam 11.00 pagi.
472
Tahap Pertama : bank Mitra
BPJS Kesehatan harus melakukan
postng ke Bank Lain melalui
kliring Bank Indonesia dan
hasilnya baru diketahui setelah
proses kliring selesai.
Tahap Kedua : setelah proses
kliring berhasil dan tdak ada
masalah, maka Bank Mitra BPJS
Kesehatan melakukan postng ke
rekening Virtual Account.

III. Prosedur Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
Oleh Peserta Bukan Penerima Upah dan Peserta
Bukan Pekerja
1. Peserta Bukan Penerima Upah dan Peserta
Bukan Pekerja menerima Nomor Virtual Account
sebagai nomor identfkasi per nama peserta.
2. Bila keluarga ikut didafarkan sebagai peserta,
maka Nomor Virtual Account yang diterima oleh
Peserta adalah sebanyak jumlah orang yang
didafarkan.
3. BPJS Kesehatan mengakui pembayaran Iuran
Jaminan Kesehatan Peserta Bukan Penerima
473
Upah dan Peserta Bukan Pekerja setelah
penerimaan iuran dinyatakan efektf apabila :
- Pembayaran Iuran dilakukan secara tunai
pada Teller Bank maka tanggal efektf
adalah tanggal validasi bank di slip setoran.
- Pembayaran Iuran melalui setoran kliring,
maka tanggal efektf adalah tanggal
tercatatnya iuran di rekening virtual
account.
A. Penyetoran Iuran pada Bank Mitra BPJS
Kesehatan
Penyetoran Iuran pada Bank Mitra BPJS
Kesehatan dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1) Pembayaran secara tunai di Teller Bank
a. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
secara tunai dapat dilakukan di loket /
teller Bank Mitra BPJS Kesehatan.
b. Peserta mengisi formulir / slip setoran
tunai yang didalamnya berisi informasi :
- Nama Peserta
- Nomor Virtual Account
- Nominal Iuran yang disetor
Tahap Pertama : bank Mitra
BPJS Kesehatan harus melakukan
postng ke Bank Lain melalui
kliring Bank Indonesia dan
hasilnya baru diketahui setelah
proses kliring selesai.
Tahap Kedua : setelah proses
kliring berhasil dan tdak ada
masalah, maka Bank Mitra BPJS
Kesehatan melakukan postng ke
rekening Virtual Account.

III. Prosedur Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
Oleh Peserta Bukan Penerima Upah dan Peserta
Bukan Pekerja
1. Peserta Bukan Penerima Upah dan Peserta
Bukan Pekerja menerima Nomor Virtual Account
sebagai nomor identfkasi per nama peserta.
2. Bila keluarga ikut didafarkan sebagai peserta,
maka Nomor Virtual Account yang diterima oleh
Peserta adalah sebanyak jumlah orang yang
didafarkan.
3. BPJS Kesehatan mengakui pembayaran Iuran
Jaminan Kesehatan Peserta Bukan Penerima
474
c. Waktu transfer untuk sampai ke rekening
tujuan adalah Real Time Online (tercatat
saat itu juga di rekening virtual account).
2) Transfer Antar Rekening Bank
a. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
melalui transfer antar rekening bank
dapat dilakukan bila peserta memiliki
rekening bank di salah satu Bank Mitra
BPJS Kesehatan.
b. Peserta dapat melakukan transfer
dengan mengisi formulir / slip transfer
yang tersedia di loket Bank dengan
mencantumkan informasi :
- Nama Peserta
- Nomor Virtual Account
- Nominal Iuran yang akan disetorkan
c. Waktu transfer untuk sampai ke rekening
tujuan adalah Real Time Online (tercatat
saat itu juga di rekening virtual account).
3) Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
a. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
menggunakan fasilitas Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) dapat dilakukan di gerai
ATM Bank Mitra BPJS Kesehatan.
b. Cara penyetoran mengikut petunjuk
pembayaran iuran dari masing-masing
Bank Mitra BPJS Kesehatan, sepert yang
dijelaskan di Lampiran.
4) Internet Banking
a. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
menggunakan fasilitas internet banking
dapat dilakukan di Bank Mitra BPJS
Kesehatan.
b. Cara penyetoran mengikut petunjuk
pembayaran iuran dari masing-masing
Bank Mitra BPJS Kesehatan, sepert yang
dijelaskan di Lampiran.
5) Auto Debet Pemegang Rekening
a. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
dapat dilakukan dengan Auto Debet
Rekening bagi peserta yang memiliki
rekening bank di salah satu Bank Mitra
BPJS Kesehatan.
b. Peserta dapat mengisi formulir
permohonan untuk auto debet iuran
BPJS Kesehatan oleh Bank Mitra BPJS
Kesehatan.
475
c. Waktu transfer untuk sampai ke rekening
tujuan adalah Real Time Online (tercatat
saat itu juga di rekening virtual account).
2) Transfer Antar Rekening Bank
a. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
melalui transfer antar rekening bank
dapat dilakukan bila peserta memiliki
rekening bank di salah satu Bank Mitra
BPJS Kesehatan.
b. Peserta dapat melakukan transfer
dengan mengisi formulir / slip transfer
yang tersedia di loket Bank dengan
mencantumkan informasi :
- Nama Peserta
- Nomor Virtual Account
- Nominal Iuran yang akan disetorkan
c. Waktu transfer untuk sampai ke rekening
tujuan adalah Real Time Online (tercatat
saat itu juga di rekening virtual account).
3) Anjungan Tunai Mandiri (ATM)
a. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
menggunakan fasilitas Anjungan Tunai
Mandiri (ATM) dapat dilakukan di gerai
ATM Bank Mitra BPJS Kesehatan.
b. Cara penyetoran mengikut petunjuk
pembayaran iuran dari masing-masing
Bank Mitra BPJS Kesehatan, sepert yang
dijelaskan di Lampiran.
4) Internet Banking
a. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
menggunakan fasilitas internet banking
dapat dilakukan di Bank Mitra BPJS
Kesehatan.
b. Cara penyetoran mengikut petunjuk
pembayaran iuran dari masing-masing
Bank Mitra BPJS Kesehatan, sepert yang
dijelaskan di Lampiran.
5) Auto Debet Pemegang Rekening
a. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
dapat dilakukan dengan Auto Debet
Rekening bagi peserta yang memiliki
rekening bank di salah satu Bank Mitra
BPJS Kesehatan.
b. Peserta dapat mengisi formulir
permohonan untuk auto debet iuran
BPJS Kesehatan oleh Bank Mitra BPJS
Kesehatan.
476
c. Formulir permohonan auto debet iuran
BPJS Kesehatan dapat diperoleh di
loket pelayanan BPJS Kesehatan untuk
kemudian diteruskan kepada Bank Mitra
BPJS Kesehatan yang telah dipilih oleh
peserta untuk ditndaklanjut oleh Bank
tersebut.
d. Dengan pilihan Auto Debet Rekening
maka pembayaran iuran BPJS Kesehatan
dari peserta dapat terlaksana secara
rutn dan tepat waktu.
6) Mesin EDC
a. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
dapat dilakukan dengan menggunakan
fasilitas mesin EDC (Electronic Data
Captures).
b. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
menggunakan mesin EDC dapat
dilakukan bagi peserta bukan penerima
upah dan peserta bukan pekerja yang
memiliki kartu Debit / ATM di Bank Mitra
BPJS Kesehatan.
c. Fasilitas mesin EDC sebagai mini
ATM hanya dapat digunakan untuk
477
penyetoran Iuran BPJS Kesehatan
dan tdak dapat digunakan untuk
penyetoran/ pembayaran transaksi lain.
d. Fasilitas Mesin EDC tersedia di loket
pelayanan Kantor Cabang BPJS Kesehatan
di seluruh Indonesia.
e. Proses penyetoran Iuran Jaminan
Kesehatan dengan Kartu Debit atau Kartu
ATM menggunakan mesin EDC dilakukan
oleh petugas BPJS Kesehatan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
o Memilih Menu mini ATM
o Memilih jenis transaksi
pembayaran
o Memilih Virtual Account
o Melakukan swipe kartu debit
peserta
o Minginput nomor Virtual Account
hingga muncul data peserta dalam
EDC (Electronic Data Capture)
o Mempersilahkan peserta
menginput nomor PIN
o Menginput nominal jumlah
pembayaran
o Setelah data peserta dan nominal
c. Formulir permohonan auto debet iuran
BPJS Kesehatan dapat diperoleh di
loket pelayanan BPJS Kesehatan untuk
kemudian diteruskan kepada Bank Mitra
BPJS Kesehatan yang telah dipilih oleh
peserta untuk ditndaklanjut oleh Bank
tersebut.
d. Dengan pilihan Auto Debet Rekening
maka pembayaran iuran BPJS Kesehatan
dari peserta dapat terlaksana secara
rutn dan tepat waktu.
6) Mesin EDC
a. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
dapat dilakukan dengan menggunakan
fasilitas mesin EDC (Electronic Data
Captures).
b. Penyetoran Iuran Jaminan Kesehatan
menggunakan mesin EDC dapat
dilakukan bagi peserta bukan penerima
upah dan peserta bukan pekerja yang
memiliki kartu Debit / ATM di Bank Mitra
BPJS Kesehatan.
c. Fasilitas mesin EDC sebagai mini
ATM hanya dapat digunakan untuk
478
pembayaran dipastkan benar,
peserta melanjutkan transaksi
dengan memilih Ya sehingga
notfkasi transaksi berhasil muncul
dilayar dan struk tercetak.
o Mempersilahkan peserta
menandatangani struk
o Meregister pembayaran
o Menyampaikan copy struk kepada
peserta dan menyimpan struk asli.
f. Pengamanan Mesin EDC
Untuk menjaga keamanan dan
menghindari penyalahgunaan mesin
EDC, agar dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
- Mesin EDC ditempatkan di meja kasir
pada jam operasional pelayanan di
Kantor Cabang BPJS Kesehatan.
- Petugas yang bertanggung jawab
dalam mengoperasikan mesin EDC
adalah kasir.
- Pada setap akhir hari, mesin EDC
disimpan di dalam brankas BPJS
Kesehatan oleh kasir.
479
B. Penyetoran Iuran melalui Bank Lain yang bukan
Bank Mitra BPJS Kesehatan
1) Penyetoran Iuran melalui Bank Lain yang
bukan Bank Mitra BPJS Kesehatan dapat
dilakukan apabila peserta bukan penerima
upah dan peserta bukan pekerja tdak
memiliki rekening di Bank Mitra BPJS
Kesehatan.
2) Penyetoran Iuran dilakukan menggunakan
sistem Kliring dengan cara sebagai berikut:
a. Penyetoran Iuran dengan menggunakan
Warkat Bank Lain di loket atau teller
Bank Lain.
- Peserta bukan penerima upah dan
peserta bukan pekerja melakukan
transfer kliring dengan menggunakan
warkat Bank ke Nomor Virtual
Account peserta di loket atau teller
Bank Lain.
- Warkat Bank yang digunakan adalah
check / bilyet giro yang diterbitkan
oleh Bank Lain (Misal : Bank BCA,
Bank Danamon, dll.)
- Peserta mengisi formulir / slip
transfer yang tersedia di loket Bank
pembayaran dipastkan benar,
peserta melanjutkan transaksi
dengan memilih Ya sehingga
notfkasi transaksi berhasil muncul
dilayar dan struk tercetak.
o Mempersilahkan peserta
menandatangani struk
o Meregister pembayaran
o Menyampaikan copy struk kepada
peserta dan menyimpan struk asli.
f. Pengamanan Mesin EDC
Untuk menjaga keamanan dan
menghindari penyalahgunaan mesin
EDC, agar dilakukan hal-hal sebagai
berikut :
- Mesin EDC ditempatkan di meja kasir
pada jam operasional pelayanan di
Kantor Cabang BPJS Kesehatan.
- Petugas yang bertanggung jawab
dalam mengoperasikan mesin EDC
adalah kasir.
- Pada setap akhir hari, mesin EDC
disimpan di dalam brankas BPJS
Kesehatan oleh kasir.
480
dan mencantumkan :
nama peserta,
nomor virtual account per nama
peserta,
kode bank yang dituju
nominal iuran yang disetor.
- Penyetoran bisa menggunakan
pilihan kliring secara RTGS atau SKN,
dimana transaksi diatas 100 juta
wajib menggunakan RTGS.
- Waktu transfer kliring untuk sampai
ke rekening tujuan :
Untuk RTGS (Real Time Gross
Setlement) : 1-3 jam di hari
yang sama setelah transfer
dilaksanakan.
Untuk SKN (Sistem Kliring
Nasional) : membutuhkan waktu
1-2 hari, tetapi bisa diterima
pada hari yang sama ( sore hari)
apabila transfer kliring dilakukan
sebelum jam 11.00 pagi.
b. Penyetoran Iuran dengan menggunakan
Warkat Bank Lain di loket atau teller
Bank Mitra BPJS Kesehatan.
481
- Peserta bukan penerima upah dan
peserta bukan pekerja melakukan
transfer kliring dengan menggunakan
warkat Bank ke Nomor Rekening
Virtual per nama peserta tersebut
di loket atau teller Bank Mitra BPJS
Kesehatan.
- Warkat Bank yang digunakan adalah
check / bilyet giro yang diterbitkan
oleh Bank Lain (Misal : Bank BCA,
Bank Danamon, dll.).
- Peserta mengisi formulir / slip
transfer yang tersedia di loket Bank
dan mencantumkan
nama peserta
nomor virtual account per nama
peserta
kode bank yang dituju
nominal iuran yang disetor.
- Waktu transfer kliring untuk sampai
ke rekening tujuan paling cepat
adalah 1 (satu) hari kerja karena
Bank Mitra BPJS Kesehatan harus
menyelesaikan proses tersebut
dalam 2 tahap.
Tahap Pertama : bank Mitra
BPJS Kesehatan harus melakukan
dan mencantumkan :
nama peserta,
nomor virtual account per nama
peserta,
kode bank yang dituju
nominal iuran yang disetor.
- Penyetoran bisa menggunakan
pilihan kliring secara RTGS atau SKN,
dimana transaksi diatas 100 juta
wajib menggunakan RTGS.
- Waktu transfer kliring untuk sampai
ke rekening tujuan :
Untuk RTGS (Real Time Gross
Setlement) : 1-3 jam di hari
yang sama setelah transfer
dilaksanakan.
Untuk SKN (Sistem Kliring
Nasional) : membutuhkan waktu
1-2 hari, tetapi bisa diterima
pada hari yang sama ( sore hari)
apabila transfer kliring dilakukan
sebelum jam 11.00 pagi.
b. Penyetoran Iuran dengan menggunakan
Warkat Bank Lain di loket atau teller
Bank Mitra BPJS Kesehatan.
482
postng ke Bank Lain melalui kliring
Bank Indonesia dan hasilnya baru
diketahui setelah proses kliring
selesai.
Tahap Kedua : Proses kliring berhasil
dan tdak ada masalah, maka Bank
Mitra BPJS Kesehatan melakukan
postng ke Virtual Account per nama
peserta.

Demikian Surat Edaran ini dibuat untuk diketahui
dan dilaksanakan.

Tembusan :
1. Direksi BPJS Kesehatan
2. Kepala Grup Akuntansi BPJS Kesehatan
3. Kepala Grup Investasi BPJS Kesehatan
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 30 Januari 2014
DIREKTUR KEUANGAN DAN INVESTASI
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN

RIDUAN
483
Petunjuk Pembayaran Melalui
Bank Mandiri
484
485
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
(

I
N
D
I
V
I
D
U

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

1
S
T
E
P

1
486
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
(

I
N
D
I
V
I
D
U

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

2
S
T
E
P

2
487
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
(

I
N
D
I
V
I
D
U

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

3
S
T
E
P

3
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
(

I
N
D
I
V
I
D
U

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

2
S
T
E
P

2
488
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
(

I
N
D
I
V
I
D
U

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

4
S
T
E
P

4
489
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
(

I
N
D
I
V
I
D
U

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

5
S
T
E
P

5
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
(

I
N
D
I
V
I
D
U

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

4
S
T
E
P

4
490
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
(

B
A
D
A
N

U
S
A
H
A

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

6
S
T
E
P

1
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
(

B
A
D
A
N

U
S
A
H
A

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

7
S
T
E
P

2
491
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
(

B
A
D
A
N

U
S
A
H
A

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

6
S
T
E
P

1
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
(

B
A
D
A
N

U
S
A
H
A

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

7
S
T
E
P

2
492
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
(

B
A
D
A
N

U
S
A
H
A

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

8
S
T
E
P

3
493
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
B
A
N
K
I
N
G

(

I
N
D
I
V
I
D
U

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

9
S
T
E
P

1
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

A
T
M
(

B
A
D
A
N

U
S
A
H
A

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

8
S
T
E
P

3
494
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

I
N
T
E
R
N
E
T
B
A
N
K
I
N
G

(

I
N
D
I
V
I
D
U

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

1
0
S
T
E
P

1
495
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

I
N
T
E
R
N
E
T
B
A
N
K
I
N
G

(

I
N
D
I
V
I
D
U

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

1
0
S
T
E
P

1
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

I
N
T
E
R
N
E
T
B
A
N
K
I
N
G

(

I
N
D
I
V
I
D
U

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

1
0
S
T
E
P

1
496
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

I
N
T
E
R
N
E
T
B
A
N
K
I
N
G

(

B
A
D
A
N

U
S
A
H
A

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

1
0
S
T
E
P

1
497
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

I
N
T
E
R
N
E
T
B
A
N
K
I
N
G

(

B
A
D
A
N

U
S
A
H
A

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

1
0
S
T
E
P

1
C
A
R
A

P
E
M
B
A
Y
A
R
A
B

M
E
L
A
L
U
I

I
N
T
E
R
N
E
T
B
A
N
K
I
N
G

(

B
A
D
A
N

U
S
A
H
A

)
B
a
n
k

M
a
n
d
i
r
i


C
o
n
d
i
t
d
e
n
t
a
l
,

p
a
g
e

1
0
S
T
E
P

1
498
499
500
501
502
503
Petunjuk Pembayaran Melalui
Bank BRI
504
505
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

I
u
r
a
n

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

M
e
l
a
l
u
i

V
i
r
t
u
a
l

A
c
c
o
u
n
t

B
R
I

v
i
a

I
n
t
e
r
n
e
t

B
a
n
k
i
n
g

B
R
I

506
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

I
u
r
a
n

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

m
e
l
a
l
u
i

B
R
I
V
A

T
r
a
n
s
a
k
s
i

V
I
A


I
n
t
e
r
n
e
t

B
a
n
k
i
n
g

M
a
s
u
k
k
a
n

U
s
e
r

I
D

&

P
a
s
s
w
o
r
d

507

K
l
i
k



P
e
m
b
a
y
a
r
a
n

p
a
d
a

M
e
n
u

d
i

b
a
g
i
a
n

a
t
a
s


l
a
y
a
r
,

l
a
l
u

p
i
l
i
h

A
s
u
r
a
n
s
i

p
a
d
a

m
e
n
u

b
a
g
i
a
n

k
i
r
i

s
a
m
p
i
n
g
,

k
e
m
u
d
i
a
n

p
i
l
i
h

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

I
u
r
a
n

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

m
e
l
a
l
u
i

B
R
I
V
A

T
r
a
n
s
a
k
s
i

V
I
A


I
n
t
e
r
n
e
t

B
a
n
k
i
n
g

1
.
M
a
s
u
k
k
a
n


N
o

R
e
k
e
n
i
n
g

y
a
n
g

a
k
a
n

d
i
d
e
b
e
t
,

k
e
m
u
d
i
a
n

m
a
s
u
k
k
a
n

K
o
d
e

B
r
i
v
a

(
8
8
8
8
8
)

d
i
l
a
n
j
u
t
k
a
n

d
e
n
g
a
n

1
1

d
i
g
i
t

n
o
m
o
r

V
i
r
t
u
a
l

A
c
c
o
u
n
t

p
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n
(
e
x
:

8
8
8
8
8
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
)




P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

I
u
r
a
n

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

m
e
l
a
l
u
i

B
R
I
V
A

T
r
a
n
s
a
k
s
i

V
I
A


I
n
t
e
r
n
e
t

B
a
n
k
i
n
g

M
a
s
u
k
k
a
n

U
s
e
r

I
D

&

P
a
s
s
w
o
r
d

508
T
r
a
n
s
a
k
s
i

V
I
A


I
n
t
e
r
n
e
t

B
a
n
k
i
n
g

M
a
s
u
k
k
a
n

J
u
m
l
a
h

P
e
m
b
a
y
a
r
a
n

I
s
i

p
a
s
s
w
o
r
d

d
a
n

M
t
o
k
e
n
,

S
e
t
e
l
a
h

t
e
r
i
s
i

s
e
m
u
a

p
i
l
i
h

k
i
r
i
m


P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

I
u
r
a
n

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

m
e
l
a
l
u
i

B
R
I
V
A

509
T
r
a
n
s
a
k
s
i

V
I
A


I
n
t
e
r
n
e
t

B
a
n
k
i
n
g

P
e
m
b
a
y
a
r
a
n

B
e
r
h
a
s
i
l
,

s
i
l
a
h
k
a
n

s
i
m
p
a
n

r
e
s
i

i
n
i

s
e
b
a
g
a
i

b
u
k
t
i

p
e
m
b
a
y
a
r
a
n

y
a
n
g

s
a
h
.


P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

I
u
r
a
n

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

m
e
l
a
l
u
i

B
R
I
V
A

T
r
a
n
s
a
k
s
i

V
I
A


I
n
t
e
r
n
e
t

B
a
n
k
i
n
g

M
a
s
u
k
k
a
n

J
u
m
l
a
h

P
e
m
b
a
y
a
r
a
n

I
s
i

p
a
s
s
w
o
r
d

d
a
n

M
t
o
k
e
n
,

S
e
t
e
l
a
h

t
e
r
i
s
i

s
e
m
u
a

p
i
l
i
h

k
i
r
i
m


P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

I
u
r
a
n

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

m
e
l
a
l
u
i

B
R
I
V
A

510
T
r
a
n
s
a
k
s
i

V
I
A


M
o
b
i
l
e

B
a
n
k
i
n
g

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

I
u
r
a
n

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

m
e
l
a
l
u
i

B
R
I
V
A

511
T
r
a
n
s
a
k
s
i

V
I
A


M
o
b
i
l
e

B
a
n
k
i
n
g

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

I
u
r
a
n

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

m
e
l
a
l
u
i

B
R
I
V
A

T
r
a
n
s
a
k
s
i

V
I
A


M
o
b
i
l
e

B
a
n
k
i
n
g

P
e
n
e
r
i
m
a
a
n

I
u
r
a
n

P
e
s
e
r
t
a

B
P
J
S

K
e
s
e
h
a
t
a
n

m
e
l
a
l
u
i

B
R
I
V
A

512
513
514
515
Petunjuk Pembayaran Melalui
Bank BNI
516
517
Petunjuk pembayaran Iuran melalui ATM Bank BNI
1. Masukkan kartu ATM pada mesin ATM
2. Masukkan nomor Pin
3. Tekan menu Tansaksi lainnya:
4. Tekan menu Pembayaran
518
5. Tekan menu Berikutnya
6. Tekan menu Berikutnya
519
7. Pada layar akan muncul tagihan tekan tombol enter
8. Masukkan Nomor Virtual account
5. Tekan menu Berikutnya
6. Tekan menu Berikutnya
520
9. Menu Konfrmasi akhir apabila benar tekan Ya
10. Tekan Menu Tabungan
521
11. Dalam Layar akan muncul menu
12. Transaksi selesai Tekan Menu Tidak
9. Menu Konfrmasi akhir apabila benar tekan Ya
10. Tekan Menu Tabungan
522
523
DAFTAR LAMPIRAN
Frequently Asked Question
524
525
01
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
1
Apa yang dimaksud dengan Sistem Jaminan Sosial
Nasional?
Program Negara yang bertujuan memberikan
kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat.
2
Apa yang dimaksud dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial?
BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program jaminan sosial.
BPJS terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan.
3
Apa yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan
program jaminan sosial?
Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional dan Undang-undang
Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
4
Apa yang dimaksud dengan Jaminan Sosial?
Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan
sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat
memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.
5
Apa yang dimaksud dengan BPJS Kesehatan?
BPJS Kesehatan adalah badan publik yang
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.
6
Apa yang dimaksud dengan BPJS Ketenagakerjaan?
526
BPJS Ketenagakerjaan adalah badan publik yang
menyelenggarakan program jaminan kecelakaan
kerja, jaminan hari tua, jaminan pension, dan jaminan
kematian.
7
Apa yang dimaksud dengan jaminan kesehatan?
Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas
8
Kapan BPJS Kesehatan mulai operasional?
BPJS Kesehatan mulai beroperasi pada tanggal 01
Januari 2014.
9
Siapa saja yang akan menjadi peserta BPJS?
Peserta BPJS adalah setiap orang, termasuk orang
asing yang bekerja paling singkat enam bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran.
10
Ada berapa kelompok peserta BPJS Kesehatan?
Peserta BPJS Kesehatan ada dua kelompok, yaitu:
a. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
b. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan
11
Apa yang dimaksud dengan iuran?
Iuran adalah sejumlah uag yang dibayar secara teratur
oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau pemerinah.
12
Apa yang dimaksud dengan bantuan iuran?
527
03
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh
Pemerintah bagi fakir miskin dan orang tidak mampu
sebagai peserta program Jaminan Sosial
13
Bagaimana pembayaran iuran program jaminan
sosial untuk fakir miskin?
Iuran program jaminan sosial bagi fakir miskin dan
orang yang tidak mampu dibayar oleh pemerintah.
14
Apa yang dimaksud dengan PBI Jaminan
Kesehatan?
PBI adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir
miskin dan orang tidak mampu sebagaimana
diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari
pemerintah sebagai peserta program Jaminan
Kesehatan.
15
Siapa saja yang lain yang berhak menjadi peserta
PBI Jaminan Kesehatan?
Yang berhak menjadi peserta PBI Jaminan kesehatan
lainnya adalah yang mengalami cacat total tetap dan
tidak mampu.
16
Apa yang dimaksud dengan cacat total tetap dan
siapa yang berwenang menetapkannya?
Cacat total tetap merupakan kecacatan sik dan
atau mental yang mengakibatkan ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan. Penetapan
cacat total tetap dilakukan oleh dokter yang
berwenang.
03
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Bantuan iuran adalah iuran yang dibayar oleh
Pemerintah bagi fakir miskin dan orang tidak mampu
sebagai peserta program Jaminan Sosial
13
Bagaimana pembayaran iuran program jaminan
sosial untuk fakir miskin?
Iuran program jaminan sosial bagi fakir miskin dan
orang yang tidak mampu dibayar oleh pemerintah.
14
Apa yang dimaksud dengan PBI Jaminan
Kesehatan?
PBI adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir
miskin dan orang tidak mampu sebagaimana
diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayari
pemerintah sebagai peserta program Jaminan
Kesehatan.
15
Siapa saja yang lain yang berhak menjadi peserta
PBI Jaminan Kesehatan?
Yang berhak menjadi peserta PBI Jaminan kesehatan
lainnya adalah yang mengalami cacat total tetap dan
tidak mampu.
16
Apa yang dimaksud dengan cacat total tetap dan
siapa yang berwenang menetapkannya?
Cacat total tetap merupakan kecacatan sik dan
atau mental yang mengakibatkan ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan pekerjaan. Penetapan
cacat total tetap dilakukan oleh dokter yang
berwenang.
02
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
BPJS Ketenagakerjaan adalah badan publik yang
menyelenggarakan program jaminan kecelakaan
kerja, jaminan hari tua, jaminan pension, dan jaminan
kematian.
7
Apa yang dimaksud dengan jaminan kesehatan?
Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional
berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas
8
Kapan BPJS Kesehatan mulai operasional?
BPJS Kesehatan mulai beroperasi pada tanggal 01
Januari 2014.
9
Siapa saja yang akan menjadi peserta BPJS?
Peserta BPJS adalah setiap orang, termasuk orang
asing yang bekerja paling singkat enam bulan di
Indonesia, yang telah membayar iuran.
10
Ada berapa kelompok peserta BPJS Kesehatan?
Peserta BPJS Kesehatan ada dua kelompok, yaitu:
a. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
b. Bukan Penerima Bantuan Iuran Jaminan
Kesehatan
11
Apa yang dimaksud dengan iuran?
Iuran adalah sejumlah uag yang dibayar secara teratur
oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau pemerinah.
12
Apa yang dimaksud dengan bantuan iuran?
528
05
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
21
Apa yang dimaksud dengan pekerja bukan
penerima upah?
Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang
yang bekerja atau berusaha atas resiko sendiri.
22
Siapa saja yang termasuk pekerja bukan penerima
upah?
Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang
yang bekerja atau berusaha atas resiko sendiri.
23
Siapa saja yang termasuk pekerja bukan penerima
upah?
Pekerja bukan penerima upah terdiri atas:
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja
mandiri
b. Pekerja lain yang memenuhi criteria pekerja
bukan penerima upah
24
Apa yang dimaksud dengan bukan pekerja?
Bukan pekerja adalah setiap orang yang tidak bekerja
tapi mampu membayar iuran Jamianan Kesehatan.
25
Siapa saja yang termasuk bukan pekerja?
a. Investor
b. Pemberi kerja
c. Penerima pension
d. Veteran
e. Perintis kemerdekaan
04
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
17
Siapa saja peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan?
Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan terdiri atas:
a. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.
b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota
keluarganya.
c. Bukan pekerja dan anggota keluarganya.
18
Apa yang dimaksud dengan pekerja?
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima gaji atau upah.
19
Apa yang dimaksud dengan pekerja penerima
upah?
Pekerja penerima upah adalah setiap orang yang
bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji
atau upah.
20
Siapa saja yang termasuk pekerja penerima upah?
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota TNI
c. Anggota Polri
d. Pejabat Negara
e. Pegawai pemerintah non pegawai Negeri
f. Pegawai swasta
g. Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja
penerima upah.
529
05
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
21
Apa yang dimaksud dengan pekerja bukan
penerima upah?
Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang
yang bekerja atau berusaha atas resiko sendiri.
22
Siapa saja yang termasuk pekerja bukan penerima
upah?
Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang
yang bekerja atau berusaha atas resiko sendiri.
23
Siapa saja yang termasuk pekerja bukan penerima
upah?
Pekerja bukan penerima upah terdiri atas:
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja
mandiri
b. Pekerja lain yang memenuhi criteria pekerja
bukan penerima upah
24
Apa yang dimaksud dengan bukan pekerja?
Bukan pekerja adalah setiap orang yang tidak bekerja
tapi mampu membayar iuran Jamianan Kesehatan.
25
Siapa saja yang termasuk bukan pekerja?
a. Investor
b. Pemberi kerja
c. Penerima pension
d. Veteran
e. Perintis kemerdekaan
05
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
21
Apa yang dimaksud dengan pekerja bukan
penerima upah?
Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang
yang bekerja atau berusaha atas resiko sendiri.
22
Siapa saja yang termasuk pekerja bukan penerima
upah?
Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang
yang bekerja atau berusaha atas resiko sendiri.
23
Siapa saja yang termasuk pekerja bukan penerima
upah?
Pekerja bukan penerima upah terdiri atas:
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja
mandiri
b. Pekerja lain yang memenuhi criteria pekerja
bukan penerima upah
24
Apa yang dimaksud dengan bukan pekerja?
Bukan pekerja adalah setiap orang yang tidak bekerja
tapi mampu membayar iuran Jamianan Kesehatan.
25
Siapa saja yang termasuk bukan pekerja?
a. Investor
b. Pemberi kerja
c. Penerima pension
d. Veteran
e. Perintis kemerdekaan
04
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
17
Siapa saja peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan?
Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan terdiri atas:
a. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.
b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota
keluarganya.
c. Bukan pekerja dan anggota keluarganya.
18
Apa yang dimaksud dengan pekerja?
Pekerja adalah setiap orang yang bekerja dengan
menerima gaji atau upah.
19
Apa yang dimaksud dengan pekerja penerima
upah?
Pekerja penerima upah adalah setiap orang yang
bekerja pada pemberi kerja dengan menerima gaji
atau upah.
20
Siapa saja yang termasuk pekerja penerima upah?
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota TNI
c. Anggota Polri
d. Pejabat Negara
e. Pegawai pemerintah non pegawai Negeri
f. Pegawai swasta
g. Pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja
penerima upah.
530
07
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
29
Berapa jumlah peserta dan anggota keluarganya
yang ditanggung?
Jumlah peserta dan anggota keluarga yang
ditanggung oleh jaminan kesehatan paling banyak
lima orang.
30
Bagaimana bila jumlah peserta dan anggota
keluarganya lebih dari lima orang?
Peserta yang memiliki jumlah anggota keluarga
lebih dari lima orang termasuk peserta, dapat
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain dengan
membayar iuran tambahan.
31
Apakah boleh penduduk Indonesia tidak menjadi
peserta BPJS Kesehatan?
Tidak boleh, karena kepesertaan BPJS Kesehatan
bersifat wajib. Meskipun yang bersangkutan sudah
memiliki Jaminan Kesehatan lain.
32
Apa yang terjadi kalau kita tidak menjadi peserta
BPJS Kesehatan?
Ketika sakit dan harus berobat atau dirawat maka
semua biaya yang timbul harus dibayar sendiri dan
kemungkinan bisa sangat mahal diluar kemampuan
kita.
33
Bagaimanakah perhitungan besaran iuran BPJS
Kesehatan?
Besarnya iuran jaminan kesehatan untuk peserta
penerima upah ditentukan berdasarkan persentase
06
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
f. Bukan pekerja lain yang memenuhi criteria bukan
pekerja penerima upah
26
Siapa saja yang dimaksud dengan pegawai
pemerintah non Pegawai Negeri Sipil?
Pegawai pemerintah non pegawai negeri sipil
adalah pegawai tidak tetap, pegawai honorer, staf
khusus, dan pegawai lain yang dibayarkan oleh
Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah.
27
Siapa yang dimaksud dengan pemberi kerja?
Pemberi kerja adalah orang perseorangan,
pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya yang
mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara
Negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan
membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk
lainnya.
28
Siapa yang dimaksud dengan anggota keluarga?
Anggota keluarga yang dimaksud meliputi:
a. Satu orang istri atau suami yang sah dari peserta
b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat
yang sah dari peserta, dengan kriteria:
- Tidak atau belum pernah menikah atau tidak
mempunyai penghasilan sendiri dan
- Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun
atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun
yang masih melanjutkan pendidikan formal.
531
07
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
29
Berapa jumlah peserta dan anggota keluarganya
yang ditanggung?
Jumlah peserta dan anggota keluarga yang
ditanggung oleh jaminan kesehatan paling banyak
lima orang.
30
Bagaimana bila jumlah peserta dan anggota
keluarganya lebih dari lima orang?
Peserta yang memiliki jumlah anggota keluarga
lebih dari lima orang termasuk peserta, dapat
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain dengan
membayar iuran tambahan.
31
Apakah boleh penduduk Indonesia tidak menjadi
peserta BPJS Kesehatan?
Tidak boleh, karena kepesertaan BPJS Kesehatan
bersifat wajib. Meskipun yang bersangkutan sudah
memiliki Jaminan Kesehatan lain.
32
Apa yang terjadi kalau kita tidak menjadi peserta
BPJS Kesehatan?
Ketika sakit dan harus berobat atau dirawat maka
semua biaya yang timbul harus dibayar sendiri dan
kemungkinan bisa sangat mahal diluar kemampuan
kita.
33
Bagaimanakah perhitungan besaran iuran BPJS
Kesehatan?
Besarnya iuran jaminan kesehatan untuk peserta
penerima upah ditentukan berdasarkan persentase
07
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
29
Berapa jumlah peserta dan anggota keluarganya
yang ditanggung?
Jumlah peserta dan anggota keluarga yang
ditanggung oleh jaminan kesehatan paling banyak
lima orang.
30
Bagaimana bila jumlah peserta dan anggota
keluarganya lebih dari lima orang?
Peserta yang memiliki jumlah anggota keluarga
lebih dari lima orang termasuk peserta, dapat
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain dengan
membayar iuran tambahan.
31
Apakah boleh penduduk Indonesia tidak menjadi
peserta BPJS Kesehatan?
Tidak boleh, karena kepesertaan BPJS Kesehatan
bersifat wajib. Meskipun yang bersangkutan sudah
memiliki Jaminan Kesehatan lain.
32
Apa yang terjadi kalau kita tidak menjadi peserta
BPJS Kesehatan?
Ketika sakit dan harus berobat atau dirawat maka
semua biaya yang timbul harus dibayar sendiri dan
kemungkinan bisa sangat mahal diluar kemampuan
kita.
33
Bagaimanakah perhitungan besaran iuran BPJS
Kesehatan?
Besarnya iuran jaminan kesehatan untuk peserta
penerima upah ditentukan berdasarkan persentase
06
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
f. Bukan pekerja lain yang memenuhi criteria bukan
pekerja penerima upah
26
Siapa saja yang dimaksud dengan pegawai
pemerintah non Pegawai Negeri Sipil?
Pegawai pemerintah non pegawai negeri sipil
adalah pegawai tidak tetap, pegawai honorer, staf
khusus, dan pegawai lain yang dibayarkan oleh
Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah.
27
Siapa yang dimaksud dengan pemberi kerja?
Pemberi kerja adalah orang perseorangan,
pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya yang
mempekerjakan tenaga kerja, atau penyelenggara
Negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan
membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk
lainnya.
28
Siapa yang dimaksud dengan anggota keluarga?
Anggota keluarga yang dimaksud meliputi:
a. Satu orang istri atau suami yang sah dari peserta
b. Anak kandung, anak tiri dan/atau anak angkat
yang sah dari peserta, dengan kriteria:
- Tidak atau belum pernah menikah atau tidak
mempunyai penghasilan sendiri dan
- Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun
atau belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun
yang masih melanjutkan pendidikan formal.
532
09
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
38
Bagaimana pentahapan kepesertaan BPJS
Kesehatan?
Tahap pertama mulai tanggal 01 Januari 2014, paling
sedikit meliputi:
a. PBI Jaminan Kesehatan
b. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Pertahanan dan anggota
keluarganya.
c. Anggota POLRI/Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota
keluarganya.
d. Peserta asuransi kesehatan perusahaan PT Askes
Persero (Askes) dan anggota keluarganya.
e. Peserta jaminan pemeliharaan kesehatan
perusahaan PT Jamsostek (Persero) dan anggota
keluarganya.
Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum
masuk sebagai peserta BPJS Kesehatan paling lambat
pada tanggal 01 Januari 2019.
39
Siapa yang harus mendaftarkan Penerima Bantuan
Iuran (PBI) ke BPJS Kesehatan?
Pemerintah mendaftarkan PBI Jaminan Kesehatan
sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
40
Siapa yang harus mendaftarkan peserta bukan
penerima bantuan iuran dan bukan pekerja kepada
BPJS Kesehatan?
08
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
dari upah sampai batas tertentu, yang secara
bertahap ditanggung bersama oleh pekerja dan
pemberi kerja.
34
Bagaimana perhitungan besaran iuran jaminan
kesehatan untuk peserta yang tidak menerima
upah?
Besaran iuran ditentukan berdasarkan nominal yang
ditinjau secara berkala.
35
Bagaimana dengan pendaftaran peserta untuk yang
jumlah anggota keluarganya lebih dari lima orang?
Pekerja yang memiliki anggota keluarga lebih dari
lima orang dan ingin mengikutsertakan anggota
ekluarga yang lain wajib membayar tambahan iuran.
36
Apa yang dimaksud dengan nomor identitas
tunggal?
Nomor yang diberikan secara khusus oleh BPJS
kepada setiap peserta untuk menjamin tertib
administrasi atas hak dan kewajiban setiap peserta.
Nomor identitas tunggal berlaku untuk semua
program Jaminan Sosial.
37
Kapan seluruh penduduk Indonesia sudah harus
menjadi peserta BPJS Kesehatan?
Paling lambat tahun 2019 seluruh penduduk
Indonesia sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan
yang dilakukan secara bertahap.
533
09
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
38
Bagaimana pentahapan kepesertaan BPJS
Kesehatan?
Tahap pertama mulai tanggal 01 Januari 2014, paling
sedikit meliputi:
a. PBI Jaminan Kesehatan
b. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Pertahanan dan anggota
keluarganya.
c. Anggota POLRI/Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota
keluarganya.
d. Peserta asuransi kesehatan perusahaan PT Askes
Persero (Askes) dan anggota keluarganya.
e. Peserta jaminan pemeliharaan kesehatan
perusahaan PT Jamsostek (Persero) dan anggota
keluarganya.
Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum
masuk sebagai peserta BPJS Kesehatan paling lambat
pada tanggal 01 Januari 2019.
39
Siapa yang harus mendaftarkan Penerima Bantuan
Iuran (PBI) ke BPJS Kesehatan?
Pemerintah mendaftarkan PBI Jaminan Kesehatan
sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
40
Siapa yang harus mendaftarkan peserta bukan
penerima bantuan iuran dan bukan pekerja kepada
BPJS Kesehatan?
09
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
38
Bagaimana pentahapan kepesertaan BPJS
Kesehatan?
Tahap pertama mulai tanggal 01 Januari 2014, paling
sedikit meliputi:
a. PBI Jaminan Kesehatan
b. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di lingkungan
Kementerian Pertahanan dan anggota
keluarganya.
c. Anggota POLRI/Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kementerian Pertahanan dan anggota
keluarganya.
d. Peserta asuransi kesehatan perusahaan PT Askes
Persero (Askes) dan anggota keluarganya.
e. Peserta jaminan pemeliharaan kesehatan
perusahaan PT Jamsostek (Persero) dan anggota
keluarganya.
Tahap kedua meliputi seluruh penduduk yang belum
masuk sebagai peserta BPJS Kesehatan paling lambat
pada tanggal 01 Januari 2019.
39
Siapa yang harus mendaftarkan Penerima Bantuan
Iuran (PBI) ke BPJS Kesehatan?
Pemerintah mendaftarkan PBI Jaminan Kesehatan
sebagai peserta kepada BPJS Kesehatan dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
40
Siapa yang harus mendaftarkan peserta bukan
penerima bantuan iuran dan bukan pekerja kepada
BPJS Kesehatan?
08
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
dari upah sampai batas tertentu, yang secara
bertahap ditanggung bersama oleh pekerja dan
pemberi kerja.
34
Bagaimana perhitungan besaran iuran jaminan
kesehatan untuk peserta yang tidak menerima
upah?
Besaran iuran ditentukan berdasarkan nominal yang
ditinjau secara berkala.
35
Bagaimana dengan pendaftaran peserta untuk yang
jumlah anggota keluarganya lebih dari lima orang?
Pekerja yang memiliki anggota keluarga lebih dari
lima orang dan ingin mengikutsertakan anggota
ekluarga yang lain wajib membayar tambahan iuran.
36
Apa yang dimaksud dengan nomor identitas
tunggal?
Nomor yang diberikan secara khusus oleh BPJS
kepada setiap peserta untuk menjamin tertib
administrasi atas hak dan kewajiban setiap peserta.
Nomor identitas tunggal berlaku untuk semua
program Jaminan Sosial.
37
Kapan seluruh penduduk Indonesia sudah harus
menjadi peserta BPJS Kesehatan?
Paling lambat tahun 2019 seluruh penduduk
Indonesia sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan
yang dilakukan secara bertahap.
534
11
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
c. Peserta pekerja bukan penerima upah wajib
menyampaikan perubahan daftar susunan
keluarganya kepada BPJS Kesehatan 14 (empat
belas) hari kerja sejak terjadi perubahan data
kepesertaan.
44
bagaimana jika terjadi perubahan status
kepesertaan dari peserta PBI menjadi bukan
peserta PBI atau sebaliknya?
a. perubahan status kepesertaan deri peserta PBI
Jaminan Kesehatan menjadi bukan perserta
PBI Jaminan Kesehatan dilakukan melalui
pendaftaranke BPJS Kesehatan dengan
membayar iuran pertama.
b. Perubahan status kepesertaan dari bukan peserta
PBI Jaminan Kesehatan menjadi peserta PBI
Jaminan Kesehatan dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Perubahan status kepesertaan sebagaimana
dimaksud tidak mengakibatkan terputusnya
manfaat jaminan kesehatan.
45
Apakah peserta yang pindah tempat kerja atau
pindah tempat tinggal tetap dijamin oleh BPJS
Kesehatan?
Peserta yang pindah tempat kerja atau pindah tempat
tinggal masih menjadi peserta program jaminan
kesehatan selama memenuhi kewajiban membayar
iuran. Peserta yang pindah kerja wajib melaporkan
perubahan status kepesertaannya dan identitas
pemberi kerja yang baru kepada BPJS Kesehatan
dengan menunjukan identitas perserta.
10
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Setiap orang bukan pekerja wajib mendaftarkan
dirinya dan anggota keluarganya sebagai peserta
jaminan kesehatan kepada BPJS Kesehatan dengan
membayar iuran.
41
Siapa yang harus mendaftarkan pekerja ke BPJS
Kesehatan?
Setiap pemberi kerja wajib mendaftarkan dirinya dan
pekerjanya sebagai peserta jaminan pemeliharaan
kesehatan kepada BPJS Kesehatan dengan
membayar iuran.
42
Apa buktinya seseorang sudah terdaftar sebagai
peserta di BPJS Kesehatan?
Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS
Kesehatan berhak mendapatkanidentitas peserta.
Identitas peserta paling sedikit memuat nama dan
nomor identitas tunggal.
43
Apa yang harus dilakukan peserta bila terjadi
perubahan daftar susunan keluarganya?
a. Peserta pekerja penerima upah wajib
menyampaikan perubahan daftar susunan
keluarganya kepada pemberi kerja paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak terjadi
perubahan data kepesertaan.
b. Pemberi kerja wajib melaporkan perubahan
data kepesertaan dan perubahan daftar
susunan keluarganya kepada BPJS Kesehatan
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak
diterimanya perubahan data peserta.
535
11
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
c. Peserta pekerja bukan penerima upah wajib
menyampaikan perubahan daftar susunan
keluarganya kepada BPJS Kesehatan 14 (empat
belas) hari kerja sejak terjadi perubahan data
kepesertaan.
44
bagaimana jika terjadi perubahan status
kepesertaan dari peserta PBI menjadi bukan
peserta PBI atau sebaliknya?
a. perubahan status kepesertaan deri peserta PBI
Jaminan Kesehatan menjadi bukan perserta
PBI Jaminan Kesehatan dilakukan melalui
pendaftaranke BPJS Kesehatan dengan
membayar iuran pertama.
b. Perubahan status kepesertaan dari bukan peserta
PBI Jaminan Kesehatan menjadi peserta PBI
Jaminan Kesehatan dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Perubahan status kepesertaan sebagaimana
dimaksud tidak mengakibatkan terputusnya
manfaat jaminan kesehatan.
45
Apakah peserta yang pindah tempat kerja atau
pindah tempat tinggal tetap dijamin oleh BPJS
Kesehatan?
Peserta yang pindah tempat kerja atau pindah tempat
tinggal masih menjadi peserta program jaminan
kesehatan selama memenuhi kewajiban membayar
iuran. Peserta yang pindah kerja wajib melaporkan
perubahan status kepesertaannya dan identitas
pemberi kerja yang baru kepada BPJS Kesehatan
dengan menunjukan identitas perserta.
11
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
c. Peserta pekerja bukan penerima upah wajib
menyampaikan perubahan daftar susunan
keluarganya kepada BPJS Kesehatan 14 (empat
belas) hari kerja sejak terjadi perubahan data
kepesertaan.
44
bagaimana jika terjadi perubahan status
kepesertaan dari peserta PBI menjadi bukan
peserta PBI atau sebaliknya?
a. perubahan status kepesertaan deri peserta PBI
Jaminan Kesehatan menjadi bukan perserta
PBI Jaminan Kesehatan dilakukan melalui
pendaftaranke BPJS Kesehatan dengan
membayar iuran pertama.
b. Perubahan status kepesertaan dari bukan peserta
PBI Jaminan Kesehatan menjadi peserta PBI
Jaminan Kesehatan dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
c. Perubahan status kepesertaan sebagaimana
dimaksud tidak mengakibatkan terputusnya
manfaat jaminan kesehatan.
45
Apakah peserta yang pindah tempat kerja atau
pindah tempat tinggal tetap dijamin oleh BPJS
Kesehatan?
Peserta yang pindah tempat kerja atau pindah tempat
tinggal masih menjadi peserta program jaminan
kesehatan selama memenuhi kewajiban membayar
iuran. Peserta yang pindah kerja wajib melaporkan
perubahan status kepesertaannya dan identitas
pemberi kerja yang baru kepada BPJS Kesehatan
dengan menunjukan identitas perserta.
10
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Setiap orang bukan pekerja wajib mendaftarkan
dirinya dan anggota keluarganya sebagai peserta
jaminan kesehatan kepada BPJS Kesehatan dengan
membayar iuran.
41
Siapa yang harus mendaftarkan pekerja ke BPJS
Kesehatan?
Setiap pemberi kerja wajib mendaftarkan dirinya dan
pekerjanya sebagai peserta jaminan pemeliharaan
kesehatan kepada BPJS Kesehatan dengan
membayar iuran.
42
Apa buktinya seseorang sudah terdaftar sebagai
peserta di BPJS Kesehatan?
Setiap peserta yang telah terdaftar pada BPJS
Kesehatan berhak mendapatkanidentitas peserta.
Identitas peserta paling sedikit memuat nama dan
nomor identitas tunggal.
43
Apa yang harus dilakukan peserta bila terjadi
perubahan daftar susunan keluarganya?
a. Peserta pekerja penerima upah wajib
menyampaikan perubahan daftar susunan
keluarganya kepada pemberi kerja paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak terjadi
perubahan data kepesertaan.
b. Pemberi kerja wajib melaporkan perubahan
data kepesertaan dan perubahan daftar
susunan keluarganya kepada BPJS Kesehatan
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak
diterimanya perubahan data peserta.
536
13
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
49
Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta
bukan pekerja tanggal berapa membayar iuran
setiap bulannya?
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta
bukan Pekerja wajib membayar Iuran Jaminan
Kesehatan pada setiap bulan yang dibayarkan paling
lambat tangal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS
Kesehatan.
50
Besaran Iuran jaminan kesehatan sebagaimana
tersebut di atas berlaku sampai kapan?
Besaran iuran jaminan kesehatan sebagaimana
dimaksud di atas ditinjau paling lama 2 (dua) tahun
sekali yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
51
Bagaiman jika terjadi kelebihan atau kekurangan
iuran jaminan kesehatan sesuai dengan gaji atau
upah peserta?
a. BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau
kekurangan iuran jaminan kesehatan sesuai
dengan gaji atau upah peserta.
b. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran sebagaimana dimaksud,
BPJS Kesehatan memberitahukan secara
tertulis kepada pemberi kerja dan/atau peserta
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak
diterimanya iuran.
c. Kelebihan atau kekurangan pembayaran
iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diperhitungkan dengan pembayaran iuran bulan
berikutnya.
12
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
IURAN
46
Apa yang dimaksud dengan iuran?
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang
dibayarkan secara teratur oleh peserta, pemberi
kerja dan/atau pemerintah untuk program jaminan
kesehatan.
47
Kapan iuran harus dibayar?
Pemberi kerja wajib membayar lunas iuran jaminan
keehatan seluruh peserta yang menjadi tanggung
jawabnya pada setiap bulan yang dibayarkan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada
BPJS Kesehatan. Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh
pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya.
48
Bagaimana jika terlambat?
a. Keterlambatan pembayaran lunas iuran jaminan
kesehatan sebagaimana dimaksud, dikenakan
denda administratif 2% (dua persen) per bulan
dari total iuran yang tertunggak dan ditanggung
pemberi kerja
b. Dalam hal keterlambatan pembayaran lunas iuran
jaminan kesehatan disebabkan karena kesalahan
pemberi kerja, maka pemberi kerja wajib
membayar pelayanan kesehatan pekerjannya
sebelum dilakukan pelunasan pembayaran iuran
oleh pemberi kerja.
537
13
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
49
Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta
bukan pekerja tanggal berapa membayar iuran
setiap bulannya?
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta
bukan Pekerja wajib membayar Iuran Jaminan
Kesehatan pada setiap bulan yang dibayarkan paling
lambat tangal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS
Kesehatan.
50
Besaran Iuran jaminan kesehatan sebagaimana
tersebut di atas berlaku sampai kapan?
Besaran iuran jaminan kesehatan sebagaimana
dimaksud di atas ditinjau paling lama 2 (dua) tahun
sekali yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
51
Bagaiman jika terjadi kelebihan atau kekurangan
iuran jaminan kesehatan sesuai dengan gaji atau
upah peserta?
a. BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau
kekurangan iuran jaminan kesehatan sesuai
dengan gaji atau upah peserta.
b. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran sebagaimana dimaksud,
BPJS Kesehatan memberitahukan secara
tertulis kepada pemberi kerja dan/atau peserta
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak
diterimanya iuran.
c. Kelebihan atau kekurangan pembayaran
iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diperhitungkan dengan pembayaran iuran bulan
berikutnya.
13
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
49
Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta
bukan pekerja tanggal berapa membayar iuran
setiap bulannya?
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta
bukan Pekerja wajib membayar Iuran Jaminan
Kesehatan pada setiap bulan yang dibayarkan paling
lambat tangal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS
Kesehatan.
50
Besaran Iuran jaminan kesehatan sebagaimana
tersebut di atas berlaku sampai kapan?
Besaran iuran jaminan kesehatan sebagaimana
dimaksud di atas ditinjau paling lama 2 (dua) tahun
sekali yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
51
Bagaiman jika terjadi kelebihan atau kekurangan
iuran jaminan kesehatan sesuai dengan gaji atau
upah peserta?
a. BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau
kekurangan iuran jaminan kesehatan sesuai
dengan gaji atau upah peserta.
b. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran sebagaimana dimaksud,
BPJS Kesehatan memberitahukan secara
tertulis kepada pemberi kerja dan/atau peserta
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari sejak
diterimanya iuran.
c. Kelebihan atau kekurangan pembayaran
iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diperhitungkan dengan pembayaran iuran bulan
berikutnya.
12
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
IURAN
46
Apa yang dimaksud dengan iuran?
Iuran jaminan kesehatan adalah sejumlah uang yang
dibayarkan secara teratur oleh peserta, pemberi
kerja dan/atau pemerintah untuk program jaminan
kesehatan.
47
Kapan iuran harus dibayar?
Pemberi kerja wajib membayar lunas iuran jaminan
keehatan seluruh peserta yang menjadi tanggung
jawabnya pada setiap bulan yang dibayarkan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada
BPJS Kesehatan. Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh
pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya.
48
Bagaimana jika terlambat?
a. Keterlambatan pembayaran lunas iuran jaminan
kesehatan sebagaimana dimaksud, dikenakan
denda administratif 2% (dua persen) per bulan
dari total iuran yang tertunggak dan ditanggung
pemberi kerja
b. Dalam hal keterlambatan pembayaran lunas iuran
jaminan kesehatan disebabkan karena kesalahan
pemberi kerja, maka pemberi kerja wajib
membayar pelayanan kesehatan pekerjannya
sebelum dilakukan pelunasan pembayaran iuran
oleh pemberi kerja.
538
15
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi
pemberian pelayanan :
a. Penyuluhan kesehatan perseorangan
b. Imunisasi dasar
c. Keluarga berencana dan skrining kesehatan
57
Meliputi apa saja penyuluhan kesehatan perorangan
itu?
Penyuluhan kesehatan perorangan meliputi paling
sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor
resiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat
58
Apa saja yang termasuk dalam pelayanan imunisasi
dasar?
Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett
Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B
(DOT-HB), Polio dan Campak.
59
Apa saja yang dijamin untuk program keluarga
berencana?
Pelayanan keluarga berencana yang dijamin
meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi
dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang
membidangi keluarga berencana.
60
Bagaimana dengan manfaat skrining kesehatan?
Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara selektif
yang ditujukan untuk mendeteksi resiko penyakit
dan mencegah dampak lanjutan dari resiko penyakit
tertentu.
14
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
52
Apa yang dimaksud dengan manfaat?
Manfaat adalah faedah jaminan yang menjadi hak
peserta dan anggota keluargannya.
53
Manfaat apa saja yang diperoleh olehpeserta dan
keluargannya?
Setiap peserta berhak memperoleh manfaat jaminan
kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan
perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuatif dan rehibilitatif termasuk pelayanan obat
dan bahan medis pakai sesuai dengan kebutuhan
medis yang diperlukan. Manfaat jaminan kesehatan
sebagaimana dimaksud terdiri atas manfaat medis
dan non medis. Manfaat medis tidak terikat dengan
besaran iuran yang dibayarkan. Manfaat non medis
meliputi manfaat akomodasi dan ambulans.
54
Apakah manfaat akomodasi dibedakan berdasarkan
besaran iuran?
Ya. Manfaat akomodasi dibedakan berdasarkan skala
besaran iuran yang dibayarkan.
55
Bagaimana dengan ambulans?
Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
56
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi
apa saja?
539
15
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi
pemberian pelayanan :
a. Penyuluhan kesehatan perseorangan
b. Imunisasi dasar
c. Keluarga berencana dan skrining kesehatan
57
Meliputi apa saja penyuluhan kesehatan perorangan
itu?
Penyuluhan kesehatan perorangan meliputi paling
sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor
resiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat
58
Apa saja yang termasuk dalam pelayanan imunisasi
dasar?
Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett
Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B
(DOT-HB), Polio dan Campak.
59
Apa saja yang dijamin untuk program keluarga
berencana?
Pelayanan keluarga berencana yang dijamin
meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi
dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang
membidangi keluarga berencana.
60
Bagaimana dengan manfaat skrining kesehatan?
Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara selektif
yang ditujukan untuk mendeteksi resiko penyakit
dan mencegah dampak lanjutan dari resiko penyakit
tertentu.
15
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi
pemberian pelayanan :
a. Penyuluhan kesehatan perseorangan
b. Imunisasi dasar
c. Keluarga berencana dan skrining kesehatan
57
Meliputi apa saja penyuluhan kesehatan perorangan
itu?
Penyuluhan kesehatan perorangan meliputi paling
sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor
resiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat
58
Apa saja yang termasuk dalam pelayanan imunisasi
dasar?
Pelayanan imunisasi dasar meliputi Baccile Calmett
Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B
(DOT-HB), Polio dan Campak.
59
Apa saja yang dijamin untuk program keluarga
berencana?
Pelayanan keluarga berencana yang dijamin
meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi
dan tubektomi bekerja sama dengan lembaga yang
membidangi keluarga berencana.
60
Bagaimana dengan manfaat skrining kesehatan?
Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara selektif
yang ditujukan untuk mendeteksi resiko penyakit
dan mencegah dampak lanjutan dari resiko penyakit
tertentu.
14
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
52
Apa yang dimaksud dengan manfaat?
Manfaat adalah faedah jaminan yang menjadi hak
peserta dan anggota keluargannya.
53
Manfaat apa saja yang diperoleh olehpeserta dan
keluargannya?
Setiap peserta berhak memperoleh manfaat jaminan
kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan
perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif,
kuatif dan rehibilitatif termasuk pelayanan obat
dan bahan medis pakai sesuai dengan kebutuhan
medis yang diperlukan. Manfaat jaminan kesehatan
sebagaimana dimaksud terdiri atas manfaat medis
dan non medis. Manfaat medis tidak terikat dengan
besaran iuran yang dibayarkan. Manfaat non medis
meliputi manfaat akomodasi dan ambulans.
54
Apakah manfaat akomodasi dibedakan berdasarkan
besaran iuran?
Ya. Manfaat akomodasi dibedakan berdasarkan skala
besaran iuran yang dibayarkan.
55
Bagaimana dengan ambulans?
Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari
fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
56
Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi
apa saja?
540
17
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
c) Tindakan medis spesialistik sesuai
dengan indikasi medis
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai
e) Pelayanan alat kesehatan implant
f) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan
sesuai dengan indikasi medis
g) Rehabilitasi medis
h) Pelayanan darah
i) Pelayanan kedokteran forensic
j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan.
2) Rawat inap yang meliputi :
a) Perawatan indap non intensif
b) Perawatan inap di ruang intensif.
c) Pelayanan kesehatan lain ditetapkan oleh
Menteri.
62
Bagaimana dengan pelayanan kesehatan yang
sudah ditanggung dalam program pemerintah?
Dalam hal pelayanan kesehatan lain yang telah
ditanggung dalam program pemerintah, maka tidak
termasuk dalam pelayanan kesehatan yang dijamin.
63
Apakah BPJS juga menjamin alat bantu kesehatan?
Dalam hal diperlukan, peserta juga berhak
mendapatkan pelayanan berupa alat bantu kesehatan
yang jenis dan plafon harganya ditetapkan oleh
Menteri.
16
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Ketentuan mengenai tata cara pemberian pelayanan
skrining kesehatan jenis penyakit, dan waktu
pelayanan skrining kesehatan sebagaimana dimaksud
diatur dalam Peraturan Menteri.
61
Meliputi apa saja pelayanan kesehatan yang
dijamin?
Pelayanan kesehatan yang dijamin meliputi :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu
pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup :
1) Administrasi pelayanan
2) Pelayanan promotif dan preventif
3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
medis
4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif
maupun non operatif
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6) Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan
medis
7) Pemeriksaan penunjang diagnosis
laboratorium tingkat pertama
8) Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan
indikasi.
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
yaitu pelayanan kesehatan mencakup :
1) Rawat jalan yang meliputi :
a) Administrasi pelayanan
b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
spesialistik oleh dokter spesialis dan sub-
spesialis
541
17
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
c) Tindakan medis spesialistik sesuai
dengan indikasi medis
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai
e) Pelayanan alat kesehatan implant
f) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan
sesuai dengan indikasi medis
g) Rehabilitasi medis
h) Pelayanan darah
i) Pelayanan kedokteran forensic
j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan.
2) Rawat inap yang meliputi :
a) Perawatan indap non intensif
b) Perawatan inap di ruang intensif.
c) Pelayanan kesehatan lain ditetapkan oleh
Menteri.
62
Bagaimana dengan pelayanan kesehatan yang
sudah ditanggung dalam program pemerintah?
Dalam hal pelayanan kesehatan lain yang telah
ditanggung dalam program pemerintah, maka tidak
termasuk dalam pelayanan kesehatan yang dijamin.
63
Apakah BPJS juga menjamin alat bantu kesehatan?
Dalam hal diperlukan, peserta juga berhak
mendapatkan pelayanan berupa alat bantu kesehatan
yang jenis dan plafon harganya ditetapkan oleh
Menteri.
17
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
c) Tindakan medis spesialistik sesuai
dengan indikasi medis
d) Pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai
e) Pelayanan alat kesehatan implant
f) Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan
sesuai dengan indikasi medis
g) Rehabilitasi medis
h) Pelayanan darah
i) Pelayanan kedokteran forensic
j) Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan.
2) Rawat inap yang meliputi :
a) Perawatan indap non intensif
b) Perawatan inap di ruang intensif.
c) Pelayanan kesehatan lain ditetapkan oleh
Menteri.
62
Bagaimana dengan pelayanan kesehatan yang
sudah ditanggung dalam program pemerintah?
Dalam hal pelayanan kesehatan lain yang telah
ditanggung dalam program pemerintah, maka tidak
termasuk dalam pelayanan kesehatan yang dijamin.
63
Apakah BPJS juga menjamin alat bantu kesehatan?
Dalam hal diperlukan, peserta juga berhak
mendapatkan pelayanan berupa alat bantu kesehatan
yang jenis dan plafon harganya ditetapkan oleh
Menteri.
16
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Ketentuan mengenai tata cara pemberian pelayanan
skrining kesehatan jenis penyakit, dan waktu
pelayanan skrining kesehatan sebagaimana dimaksud
diatur dalam Peraturan Menteri.
61
Meliputi apa saja pelayanan kesehatan yang
dijamin?
Pelayanan kesehatan yang dijamin meliputi :
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, yaitu
pelayanan kesehatan non spesialistik mencakup :
1) Administrasi pelayanan
2) Pelayanan promotif dan preventif
3) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
medis
4) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif
maupun non operatif
5) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
6) Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan
medis
7) Pemeriksaan penunjang diagnosis
laboratorium tingkat pertama
8) Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan
indikasi.
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
yaitu pelayanan kesehatan mencakup :
1) Rawat jalan yang meliputi :
a) Administrasi pelayanan
b) Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
spesialistik oleh dokter spesialis dan sub-
spesialis
542
19
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
f. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas
II
3. Di ruang perawatan kelas I bagi :
a. Pejabat Negara dan anggota keluarganya
b. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun
Pegawai Negeri Sipil golongan III dan
golongan IV beserta anggota keluarganya
c. Anggota TNI dan penerima pensiun
anggota TNI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan III dan golongan IV beserta
anggota keluarganya
d. Anggota POLRI dan penerima pensiun
anggota POLRI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan III dan golongan IV beserta
anggota keluarganya
e. Pegawai pemerintah non pegawai negeri
yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
III dan golongan IV beserta anggota
keluarganya
f. Veteran dan perintis kemerdekaan beserta
anggota keluarganya
g. Peserta pekerja penerima upah bulanan
lebih dari 2 (dua) kali PTKP dengan status
kawin dengan 2 (dua) anal dan anggota
keluarganya
h. Peserta pekerja bukan penerima upah dan
peserta bukan pekerja dengan iuran untuk
manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas
I.
18
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
64
Kelas perawatan berapa yang ditanggung ketika
harus dirawat inap?
1. Di ruang perawatan kelas III bagi :
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan
b. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas
III.
2. Di ruang perawatan kelas II bagi :
a. Pegawai negeri sipil dan penerima pensiun
pegawai negeri sipil golongan ruag I
dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya
b. Anggota TNI dan penerima pensiunan
anggota TNI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya
c. Anggota POLRI dan penerima pensiun
anggota POLRI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya
d. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta
anggota keluarganya
e. Peserta Pelerja Penerima Upah bulanan
sampai dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak
kena pajak dengan status kawin dengan 1
(satu) anak, beserta anggota keluarganya
543
19
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
f. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas
II
3. Di ruang perawatan kelas I bagi :
a. Pejabat Negara dan anggota keluarganya
b. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun
Pegawai Negeri Sipil golongan III dan
golongan IV beserta anggota keluarganya
c. Anggota TNI dan penerima pensiun
anggota TNI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan III dan golongan IV beserta
anggota keluarganya
d. Anggota POLRI dan penerima pensiun
anggota POLRI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan III dan golongan IV beserta
anggota keluarganya
e. Pegawai pemerintah non pegawai negeri
yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
III dan golongan IV beserta anggota
keluarganya
f. Veteran dan perintis kemerdekaan beserta
anggota keluarganya
g. Peserta pekerja penerima upah bulanan
lebih dari 2 (dua) kali PTKP dengan status
kawin dengan 2 (dua) anal dan anggota
keluarganya
h. Peserta pekerja bukan penerima upah dan
peserta bukan pekerja dengan iuran untuk
manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas
I.
19
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
f. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas
II
3. Di ruang perawatan kelas I bagi :
a. Pejabat Negara dan anggota keluarganya
b. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun
Pegawai Negeri Sipil golongan III dan
golongan IV beserta anggota keluarganya
c. Anggota TNI dan penerima pensiun
anggota TNI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan III dan golongan IV beserta
anggota keluarganya
d. Anggota POLRI dan penerima pensiun
anggota POLRI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan III dan golongan IV beserta
anggota keluarganya
e. Pegawai pemerintah non pegawai negeri
yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
III dan golongan IV beserta anggota
keluarganya
f. Veteran dan perintis kemerdekaan beserta
anggota keluarganya
g. Peserta pekerja penerima upah bulanan
lebih dari 2 (dua) kali PTKP dengan status
kawin dengan 2 (dua) anal dan anggota
keluarganya
h. Peserta pekerja bukan penerima upah dan
peserta bukan pekerja dengan iuran untuk
manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas
I.
18
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
64
Kelas perawatan berapa yang ditanggung ketika
harus dirawat inap?
1. Di ruang perawatan kelas III bagi :
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan
b. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja dengan iuran untuk
manfaat pelayanan di ruang perawatan kelas
III.
2. Di ruang perawatan kelas II bagi :
a. Pegawai negeri sipil dan penerima pensiun
pegawai negeri sipil golongan ruag I
dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya
b. Anggota TNI dan penerima pensiunan
anggota TNI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya
c. Anggota POLRI dan penerima pensiun
anggota POLRI yang setara Pegawai Negeri
Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya
d. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta
anggota keluarganya
e. Peserta Pelerja Penerima Upah bulanan
sampai dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak
kena pajak dengan status kawin dengan 1
(satu) anak, beserta anggota keluarganya
544
21
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
12. Alat kontrasepsi, kosmetok, makanan bayi dan
susu
13. Perbekalan kesehatan rumah tangga
14. Pelayanan kesehatan yang sudah dijamin dalam
program kecelakaan lalulintas sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana, kejadian
luar biasa/wabah
16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan
dengan manfaat jaminan kesehatn yang diberikan
66
Bagaimana dengan pasien kecelakaan lalulintas?
BPJS Kesehatan membayar selisih biaya pengobatan
akibat kecelakaan lalulintas yang telah dibayarkan
oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas sesuai
dengan tarif yang diberlakukan BPJS Kesehatan.
67
Bagaimana jika peserta pindah kelas rawatan ke
yang lebih tinggi?
Dalam hal peserta jaminan kesehatan menghendaki
kelas oerawatan yang lebih tinggi, selisih biaya
menjadi beban peserta dan/atau asuransi swasta
yang diikuti peserta.
Ketentuan mengenai tata cara pembayaran selisih
biaya sebagaimana dimaksud diatur dalam Peraturan
Menteri.
68
Apakah peserta jaminan kesehatan dapat mengikuti
program asuransi kesehatan tambahan lainnya?
20
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
65
Pelayanan apa saja yang tidak dijamin?
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa
melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas
kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh
program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau
hubungan kerja
4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar
negeri
5. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/
atau estetik
6. Pelayanan utnuk mengatasi infertilitas
(memperoleh keturunan)
7. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)
8. Gangguan kesehatan/penyakit akibat
ketergantungan obat dan/atau alkohol
9. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti
diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri
10. Pengobatan komplementer, alternatif dan
tradisinal, termasuk akupuntur, shin she,
chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan
(health technology assessment/HTA)
11. Pengobatan dan tindakan medis yang
dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen)
545
21
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
12. Alat kontrasepsi, kosmetok, makanan bayi dan
susu
13. Perbekalan kesehatan rumah tangga
14. Pelayanan kesehatan yang sudah dijamin dalam
program kecelakaan lalulintas sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana, kejadian
luar biasa/wabah
16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan
dengan manfaat jaminan kesehatn yang diberikan
66
Bagaimana dengan pasien kecelakaan lalulintas?
BPJS Kesehatan membayar selisih biaya pengobatan
akibat kecelakaan lalulintas yang telah dibayarkan
oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas sesuai
dengan tarif yang diberlakukan BPJS Kesehatan.
67
Bagaimana jika peserta pindah kelas rawatan ke
yang lebih tinggi?
Dalam hal peserta jaminan kesehatan menghendaki
kelas oerawatan yang lebih tinggi, selisih biaya
menjadi beban peserta dan/atau asuransi swasta
yang diikuti peserta.
Ketentuan mengenai tata cara pembayaran selisih
biaya sebagaimana dimaksud diatur dalam Peraturan
Menteri.
68
Apakah peserta jaminan kesehatan dapat mengikuti
program asuransi kesehatan tambahan lainnya?
21
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
12. Alat kontrasepsi, kosmetok, makanan bayi dan
susu
13. Perbekalan kesehatan rumah tangga
14. Pelayanan kesehatan yang sudah dijamin dalam
program kecelakaan lalulintas sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan
15. Pelayanan kesehatan akibat bencana, kejadian
luar biasa/wabah
16. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan
dengan manfaat jaminan kesehatn yang diberikan
66
Bagaimana dengan pasien kecelakaan lalulintas?
BPJS Kesehatan membayar selisih biaya pengobatan
akibat kecelakaan lalulintas yang telah dibayarkan
oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas sesuai
dengan tarif yang diberlakukan BPJS Kesehatan.
67
Bagaimana jika peserta pindah kelas rawatan ke
yang lebih tinggi?
Dalam hal peserta jaminan kesehatan menghendaki
kelas oerawatan yang lebih tinggi, selisih biaya
menjadi beban peserta dan/atau asuransi swasta
yang diikuti peserta.
Ketentuan mengenai tata cara pembayaran selisih
biaya sebagaimana dimaksud diatur dalam Peraturan
Menteri.
68
Apakah peserta jaminan kesehatan dapat mengikuti
program asuransi kesehatan tambahan lainnya?
20
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
65
Pelayanan apa saja yang tidak dijamin?
1. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa
melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku
2. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas
kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat darurat
3. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh
program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja atau
hubungan kerja
4. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar
negeri
5. Pelayanan kesehatan untuk tujuan kosmetik dan/
atau estetik
6. Pelayanan utnuk mengatasi infertilitas
(memperoleh keturunan)
7. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)
8. Gangguan kesehatan/penyakit akibat
ketergantungan obat dan/atau alkohol
9. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti
diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri
10. Pengobatan komplementer, alternatif dan
tradisinal, termasuk akupuntur, shin she,
chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan
(health technology assessment/HTA)
11. Pengobatan dan tindakan medis yang
dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen)
546
23
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
3. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
tempat peserta terdaftar, kecuali berada di luar
wilayah fasilitas kesehatan tingkat pertama
tempat peserta terdaftar, atau dalam keadaan
kegawatdaruratan medis
72
Bagaimana jika peserta butuh penanganan
lanjutan?
Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan, fasilitas kesehatan tingkat pertama
harus merujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat
lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan
73
Apakah peserta yang dirawat inap memperoleh
obat dan bahan medis habis pakai yang
dibutuhkan?
Fasilitas kesehatan wajib menjamin peserta yang
dirawat inap mendapatkan obat dan bahan medis
habis pakai yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi
medis.
74
Bagaimana bila fasilitas kesehatan rawat jalan tidak
memiliki sarana penunjang?
Fasilitas kesehatan rawat jalan yang tidak memiliki
sarana penunjang, wajib membangun jejaring dengan
fasilitas kesehatan penunjang untuk menjamin
ketersediaan obat, bahan medis habis pakai, dan
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
22
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Peserta jaminan kesehatan dapat mengikuti program
asuransi kesehatan tambahan.
69
Pada peserta jaminan kesehatan yang mampunyai
asuransi kesehatan tambahan ketika sakit dan harus
dirawat siapa yang akan menjamin biayanya?
BPJS Kesehatan dan penyelenggara program asuransi
kesehatan tambahan dapat melakukan koordinasi
dalam memberikan manfaat untuk peserta jaminan
kesehatan yang memiliki hak atas perlindungan
program asuransi kesehatan tambahan
70
Apa yang dimaksud dengan fasilitas kesehatan?
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
diberlakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.
71
Pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
mana untuk pertama kali peserta terdaftar?
1. Untuk pertama kali setiap peserta terdaftar pada
satu fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan kabupaten/kota
setempat
2. Dalam jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) bulan
selanjutnya peserta berhak memilih fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang diinginkan
547
23
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
3. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
tempat peserta terdaftar, kecuali berada di luar
wilayah fasilitas kesehatan tingkat pertama
tempat peserta terdaftar, atau dalam keadaan
kegawatdaruratan medis
72
Bagaimana jika peserta butuh penanganan
lanjutan?
Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan, fasilitas kesehatan tingkat pertama
harus merujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat
lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan
73
Apakah peserta yang dirawat inap memperoleh
obat dan bahan medis habis pakai yang
dibutuhkan?
Fasilitas kesehatan wajib menjamin peserta yang
dirawat inap mendapatkan obat dan bahan medis
habis pakai yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi
medis.
74
Bagaimana bila fasilitas kesehatan rawat jalan tidak
memiliki sarana penunjang?
Fasilitas kesehatan rawat jalan yang tidak memiliki
sarana penunjang, wajib membangun jejaring dengan
fasilitas kesehatan penunjang untuk menjamin
ketersediaan obat, bahan medis habis pakai, dan
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
23
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
3. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
tempat peserta terdaftar, kecuali berada di luar
wilayah fasilitas kesehatan tingkat pertama
tempat peserta terdaftar, atau dalam keadaan
kegawatdaruratan medis
72
Bagaimana jika peserta butuh penanganan
lanjutan?
Dalam hal peserta memerlukan pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan, fasilitas kesehatan tingkat pertama
harus merujuk ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat
lanjutan terdekat sesuai dengan sistem rujukan
yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan
73
Apakah peserta yang dirawat inap memperoleh
obat dan bahan medis habis pakai yang
dibutuhkan?
Fasilitas kesehatan wajib menjamin peserta yang
dirawat inap mendapatkan obat dan bahan medis
habis pakai yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi
medis.
74
Bagaimana bila fasilitas kesehatan rawat jalan tidak
memiliki sarana penunjang?
Fasilitas kesehatan rawat jalan yang tidak memiliki
sarana penunjang, wajib membangun jejaring dengan
fasilitas kesehatan penunjang untuk menjamin
ketersediaan obat, bahan medis habis pakai, dan
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan
22
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Peserta jaminan kesehatan dapat mengikuti program
asuransi kesehatan tambahan.
69
Pada peserta jaminan kesehatan yang mampunyai
asuransi kesehatan tambahan ketika sakit dan harus
dirawat siapa yang akan menjamin biayanya?
BPJS Kesehatan dan penyelenggara program asuransi
kesehatan tambahan dapat melakukan koordinasi
dalam memberikan manfaat untuk peserta jaminan
kesehatan yang memiliki hak atas perlindungan
program asuransi kesehatan tambahan
70
Apa yang dimaksud dengan fasilitas kesehatan?
Fasilitas kesehatan adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang
diberlakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,
dan/atau masyarakat.
71
Pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
mana untuk pertama kali peserta terdaftar?
1. Untuk pertama kali setiap peserta terdaftar pada
satu fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
ditetapkan oleh BPJS Kesehatan kabupaten/kota
setempat
2. Dalam jangka waktu paling sedikit 3 (tiga) bulan
selanjutnya peserta berhak memilih fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang diinginkan
548
25
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
78
Kompensasi apa saja yang diberikan kepada
peserta?
Kompensasi yang dimaksud berupa biaya transportasi
bagi pasien, satu orang pendamping keluarga dan
tenaga kesehatan sesuai indikasi medis. Ketentuan
lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi diatur
denga Peraturan Menteri.
79
Siapa yang bertanggung jawab terhadap
ketersediaan fasilitas kesehatan dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk
pelaksanaan program jaminan kesehatan?
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung
jawab atas ketersediaan fasilitas kesehatan dan
penyelenggaraa pelayanan kesehatan untuk
pelaksanaan program jaminan kesehatan.
80
Bagaimana dengan fasilitas kesehatan swasta?
Pemerintah dan pemerintah daerah dapat
memberikan kesempatan kepada swasta untk
berperan serta memenuhi ketersediaan fasilitas
kesehatan dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.
81
Apakah semua fasilitas kesehatan wajib kerjasama
dengan BPJS Kesehatan?
Fasilitas kesehatan milik Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang memenuhi persyaratan wajib
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Fasilitas
kesehatan milik swasta yang memenuhi persyaratan
dapat menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
24
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
75
Bagaimana dengan obat dan bahan medis habis
pakai untuk peserta?
1. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
untuk peserta jaminan kesehatan pada fasilitas
kesehatan berpedoman pada daftar dan
harga obat dan bahan medis habis pakai yang
ditetapkan oleh Menteri.
2. Daftar harga obat dan bahan medis habis
pakai sebagaimana dimaksud ditinjau dan
disempurnakan paling lambat 2 (dua) tahun
sekali.
76
Bagaimana dengan peserta yang memerlukan
pelayanan gawat darurat?
1. Peserta yang memerlukan pelayanan gawat
darurat dapat langsung memperoleh pelayanan
di setiap fasilitas kesehatan.
2. Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di
fasilitas yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, harus segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya
teratasi dan pasien dalam kondisi dapat
dipindahkan.
77
Bagaimana bila belum tersedia fasilitas kesehatan
yang memenuhi syarat untuk memenuhi kebutuhan
medis peserta?
Dalam hal di suatu daerah belum tersedia fasilitas
kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi
kebutuhan medis sejumlah peserta, BPJS Kesehatan
wajib memberikan kompensasi.
549
25
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
78
Kompensasi apa saja yang diberikan kepada
peserta?
Kompensasi yang dimaksud berupa biaya transportasi
bagi pasien, satu orang pendamping keluarga dan
tenaga kesehatan sesuai indikasi medis. Ketentuan
lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi diatur
denga Peraturan Menteri.
79
Siapa yang bertanggung jawab terhadap
ketersediaan fasilitas kesehatan dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk
pelaksanaan program jaminan kesehatan?
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung
jawab atas ketersediaan fasilitas kesehatan dan
penyelenggaraa pelayanan kesehatan untuk
pelaksanaan program jaminan kesehatan.
80
Bagaimana dengan fasilitas kesehatan swasta?
Pemerintah dan pemerintah daerah dapat
memberikan kesempatan kepada swasta untk
berperan serta memenuhi ketersediaan fasilitas
kesehatan dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.
81
Apakah semua fasilitas kesehatan wajib kerjasama
dengan BPJS Kesehatan?
Fasilitas kesehatan milik Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang memenuhi persyaratan wajib
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Fasilitas
kesehatan milik swasta yang memenuhi persyaratan
dapat menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
25
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
78
Kompensasi apa saja yang diberikan kepada
peserta?
Kompensasi yang dimaksud berupa biaya transportasi
bagi pasien, satu orang pendamping keluarga dan
tenaga kesehatan sesuai indikasi medis. Ketentuan
lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi diatur
denga Peraturan Menteri.
79
Siapa yang bertanggung jawab terhadap
ketersediaan fasilitas kesehatan dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk
pelaksanaan program jaminan kesehatan?
Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung
jawab atas ketersediaan fasilitas kesehatan dan
penyelenggaraa pelayanan kesehatan untuk
pelaksanaan program jaminan kesehatan.
80
Bagaimana dengan fasilitas kesehatan swasta?
Pemerintah dan pemerintah daerah dapat
memberikan kesempatan kepada swasta untk
berperan serta memenuhi ketersediaan fasilitas
kesehatan dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan.
81
Apakah semua fasilitas kesehatan wajib kerjasama
dengan BPJS Kesehatan?
Fasilitas kesehatan milik Pemerintah dan Pemerintah
Daerah yang memenuhi persyaratan wajib
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Fasilitas
kesehatan milik swasta yang memenuhi persyaratan
dapat menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
24
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
75
Bagaimana dengan obat dan bahan medis habis
pakai untuk peserta?
1. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
untuk peserta jaminan kesehatan pada fasilitas
kesehatan berpedoman pada daftar dan
harga obat dan bahan medis habis pakai yang
ditetapkan oleh Menteri.
2. Daftar harga obat dan bahan medis habis
pakai sebagaimana dimaksud ditinjau dan
disempurnakan paling lambat 2 (dua) tahun
sekali.
76
Bagaimana dengan peserta yang memerlukan
pelayanan gawat darurat?
1. Peserta yang memerlukan pelayanan gawat
darurat dapat langsung memperoleh pelayanan
di setiap fasilitas kesehatan.
2. Peserta yang menerima pelayanan kesehatan di
fasilitas yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, harus segera dirujuk ke fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan setelah keadaan gawat daruratnya
teratasi dan pasien dalam kondisi dapat
dipindahkan.
77
Bagaimana bila belum tersedia fasilitas kesehatan
yang memenuhi syarat untuk memenuhi kebutuhan
medis peserta?
Dalam hal di suatu daerah belum tersedia fasilitas
kesehatan yang memenuhi syarat guna memenuhi
kebutuhan medis sejumlah peserta, BPJS Kesehatan
wajib memberikan kompensasi.
550
27
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
pemenuhan standar mutu fasilitas kesehatan,
memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan
sesuai satndar yang ditetapkan, serta pemantauan
terhadap iuran kesehatan peserta. Ketentuan
mengenai penerapan sistem kendali mutu pelayanan
jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud diatur
dalam peraturan BPJS.
87
Siapa yang bertanggung jawab terhadap kendali
mutu dan biaya, serta apa saja yang dilakukan
untuk itu?
Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya,
Materi bertanggung jawab untuk :
1. Penilaian teknologi kesehatan (Health Technology
Assessment)
2. Pertimbangan klinis (clinical advisory) dan
manfaat jaminan kesehatan
3. Perhitungan standar tarif
4. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
pelayanan jaminan kesehatan.
88
Siapa saja yang dilibatkan dalam proses monitoring
dan evaluasi?
Dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan,
Menteri berkordinasi dengan Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN).
89
Apa yang dimaksud dengan DJSN?
Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya
disingkat DJSN adalah Dewan yang berfungsi untuk
26
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
82
Bagaimana bentuk kerjasama serta apa syaratnya?
Kerjasama sebagaimana dimaksud dilaksanakan
dengan membuat perjanjian tertulis. Persyaratan
kerjasama ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
83
Berapa besaan pembayaran kepada fasilitas
kesehatan oleh BPJS?
Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan
berdasarkan kesepakatan BPJS Kesehatan dengan
asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut
dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan
oleh Menteri.
84
Apakah sebagai peserta BPJS Kesehatan masih
dikenai biaya tambahan dari fasilitas kesehatan?
Tidak boleh dikenai biaya tambahan, kecuali peserta
tidak mengikuti standar peraturan yang telah
ditetapkan
85
Bagaimana dengan mutu pelayanan, efektitas
tindakan dan esiensi biaya?
Pelayanan kesehatan kepada peserta jaminan
kesehatan harus memperhatikan mutu pelayanan,
berorientasi pada aspek keamanan pasien, efektitas
tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta
esiensi biaya.
86
Meliputi apa saja kendali mutu yang dilakukan?
Penerapan sistem kendali mutu pelayanan jaminan
kesehatan dilakukan secara menyeluruh meliputi
551
27
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
pemenuhan standar mutu fasilitas kesehatan,
memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan
sesuai satndar yang ditetapkan, serta pemantauan
terhadap iuran kesehatan peserta. Ketentuan
mengenai penerapan sistem kendali mutu pelayanan
jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud diatur
dalam peraturan BPJS.
87
Siapa yang bertanggung jawab terhadap kendali
mutu dan biaya, serta apa saja yang dilakukan
untuk itu?
Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya,
Materi bertanggung jawab untuk :
1. Penilaian teknologi kesehatan (Health Technology
Assessment)
2. Pertimbangan klinis (clinical advisory) dan
manfaat jaminan kesehatan
3. Perhitungan standar tarif
4. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
pelayanan jaminan kesehatan.
88
Siapa saja yang dilibatkan dalam proses monitoring
dan evaluasi?
Dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan,
Menteri berkordinasi dengan Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN).
89
Apa yang dimaksud dengan DJSN?
Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya
disingkat DJSN adalah Dewan yang berfungsi untuk
27
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
pemenuhan standar mutu fasilitas kesehatan,
memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan
sesuai satndar yang ditetapkan, serta pemantauan
terhadap iuran kesehatan peserta. Ketentuan
mengenai penerapan sistem kendali mutu pelayanan
jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud diatur
dalam peraturan BPJS.
87
Siapa yang bertanggung jawab terhadap kendali
mutu dan biaya, serta apa saja yang dilakukan
untuk itu?
Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya,
Materi bertanggung jawab untuk :
1. Penilaian teknologi kesehatan (Health Technology
Assessment)
2. Pertimbangan klinis (clinical advisory) dan
manfaat jaminan kesehatan
3. Perhitungan standar tarif
4. Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
pelayanan jaminan kesehatan.
88
Siapa saja yang dilibatkan dalam proses monitoring
dan evaluasi?
Dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi
penyelenggaraan pelayanan jaminan kesehatan,
Menteri berkordinasi dengan Dewan Jaminan Sosial
Nasional (DJSN).
89
Apa yang dimaksud dengan DJSN?
Dewan Jaminan Sosial Nasional yang selanjutnya
disingkat DJSN adalah Dewan yang berfungsi untuk
26
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
82
Bagaimana bentuk kerjasama serta apa syaratnya?
Kerjasama sebagaimana dimaksud dilaksanakan
dengan membuat perjanjian tertulis. Persyaratan
kerjasama ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
83
Berapa besaan pembayaran kepada fasilitas
kesehatan oleh BPJS?
Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan
berdasarkan kesepakatan BPJS Kesehatan dengan
asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut
dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan
oleh Menteri.
84
Apakah sebagai peserta BPJS Kesehatan masih
dikenai biaya tambahan dari fasilitas kesehatan?
Tidak boleh dikenai biaya tambahan, kecuali peserta
tidak mengikuti standar peraturan yang telah
ditetapkan
85
Bagaimana dengan mutu pelayanan, efektitas
tindakan dan esiensi biaya?
Pelayanan kesehatan kepada peserta jaminan
kesehatan harus memperhatikan mutu pelayanan,
berorientasi pada aspek keamanan pasien, efektitas
tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta
esiensi biaya.
86
Meliputi apa saja kendali mutu yang dilakukan?
Penerapan sistem kendali mutu pelayanan jaminan
kesehatan dilakukan secara menyeluruh meliputi
552
29
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
93
Dalam hal terjadi sengketa anatara peserta dengan
fasilitas kesehatan, peserta dengan BPJS Kesehatan,
BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan atau
BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan,
bagaimana penyelesaiannya?
Dalam hal terjadi sengketa antara para pihak
seperti tersebut di atas diselesaikan dengan cara
musyawarah oleh para pihak yang bersengketa.
Dalam hal sengketa tidak dapat diselesaikan secara
musyawarah, sengketa diselesaikan dengan cara
mediasi atau melalui pengadilan. Cara penyelesaian
sengketa melalui mediasi atau melalui pengadilan
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
94
BPJS menyelenggarakan Sistem Jaminan Sosial
Nasional berdasarkan asas apa saja?
Asas kemanusiaan, manfaat, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
95
Apa yang dimaksud dengan asas kemanusiaan?
Asas yang terkait dengan penghargaan terhadap
martabat manusia.
96
Apa yang dimaksud dengan asas manfaat?
Asas yang bersifat operasional menggambarkan
pengelolaan yang esien dan efektif.
97
Apa yang dimaksud dengan asas keadilan sosial?
Asas yang bersifat idiil.
28
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
membantu Presiden dalam perumusan kebijakan umu
dan sinkronisasi penyelenggaraan Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
90
Bila peserta tidak puas dengan pelayanan yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan kemana harus
menyampaikan pengaduan?
Dalam hal peserta tidak puas terhadap pelayanan
jaminan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, peserta dapat menyampaikan pengaduan
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan dan/atau
BPJS Kesehatan.
91
Bila tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari
BPJS bagaimana?
Dalam hal peserta dan/atau fasilitas kesehatan
tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari BPJS
Kesehatan, dapat menyampaikan pengaduan kepada
Menteri.
92
Berapa lama waktu yanng dibtutuhkan untuk
menangani pengaduan?
Penyampaian pengaduan harus memperoleh
penanganan dan penyelesaian secara memadai dan
dalam waktu yang singkat serta diberikan umpan
balik ke pihak yang menyampaikan. Penyampaian
pengaduan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
553
29
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
93
Dalam hal terjadi sengketa anatara peserta dengan
fasilitas kesehatan, peserta dengan BPJS Kesehatan,
BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan atau
BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan,
bagaimana penyelesaiannya?
Dalam hal terjadi sengketa antara para pihak
seperti tersebut di atas diselesaikan dengan cara
musyawarah oleh para pihak yang bersengketa.
Dalam hal sengketa tidak dapat diselesaikan secara
musyawarah, sengketa diselesaikan dengan cara
mediasi atau melalui pengadilan. Cara penyelesaian
sengketa melalui mediasi atau melalui pengadilan
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
94
BPJS menyelenggarakan Sistem Jaminan Sosial
Nasional berdasarkan asas apa saja?
Asas kemanusiaan, manfaat, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
95
Apa yang dimaksud dengan asas kemanusiaan?
Asas yang terkait dengan penghargaan terhadap
martabat manusia.
96
Apa yang dimaksud dengan asas manfaat?
Asas yang bersifat operasional menggambarkan
pengelolaan yang esien dan efektif.
97
Apa yang dimaksud dengan asas keadilan sosial?
Asas yang bersifat idiil.
29
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
93
Dalam hal terjadi sengketa anatara peserta dengan
fasilitas kesehatan, peserta dengan BPJS Kesehatan,
BPJS Kesehatan dengan fasilitas kesehatan atau
BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan,
bagaimana penyelesaiannya?
Dalam hal terjadi sengketa antara para pihak
seperti tersebut di atas diselesaikan dengan cara
musyawarah oleh para pihak yang bersengketa.
Dalam hal sengketa tidak dapat diselesaikan secara
musyawarah, sengketa diselesaikan dengan cara
mediasi atau melalui pengadilan. Cara penyelesaian
sengketa melalui mediasi atau melalui pengadilan
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
94
BPJS menyelenggarakan Sistem Jaminan Sosial
Nasional berdasarkan asas apa saja?
Asas kemanusiaan, manfaat, dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
95
Apa yang dimaksud dengan asas kemanusiaan?
Asas yang terkait dengan penghargaan terhadap
martabat manusia.
96
Apa yang dimaksud dengan asas manfaat?
Asas yang bersifat operasional menggambarkan
pengelolaan yang esien dan efektif.
97
Apa yang dimaksud dengan asas keadilan sosial?
Asas yang bersifat idiil.
28
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
membantu Presiden dalam perumusan kebijakan umu
dan sinkronisasi penyelenggaraan Sistem Jaminan
Sosial Nasional.
90
Bila peserta tidak puas dengan pelayanan yang
diberikan oleh fasilitas kesehatan kemana harus
menyampaikan pengaduan?
Dalam hal peserta tidak puas terhadap pelayanan
jaminan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan, peserta dapat menyampaikan pengaduan
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan dan/atau
BPJS Kesehatan.
91
Bila tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari
BPJS bagaimana?
Dalam hal peserta dan/atau fasilitas kesehatan
tidak mendapatkan pelayanan yang baik dari BPJS
Kesehatan, dapat menyampaikan pengaduan kepada
Menteri.
92
Berapa lama waktu yanng dibtutuhkan untuk
menangani pengaduan?
Penyampaian pengaduan harus memperoleh
penanganan dan penyelesaian secara memadai dan
dalam waktu yang singkat serta diberikan umpan
balik ke pihak yang menyampaikan. Penyampaian
pengaduan dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
554
31
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
101
Apa yang dimaksud dengan prinsip nirlaba?
Prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan
penggunaan hasil pengembangan dana untuk
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh
peserta.
102
Apa yang dimaksud dengan prinsip keterbukaan?
Prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap,
benar, dan jelas bagi setiap peserta.
103
Apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian?
Prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman,
dan tertib.
104
Apa yang dimaksud dengan prinsip akuntabilitas?
Prinsip pelaksanaan program dan
pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
105
Apa yang dimaksud dengan prinsip portabilitas?
Prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan
meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat
tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
106
Apa yang dimaksud dengan prinsip kepesertaan
bersifat wajib?
Prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk
menjadi peserta jaminan sosial yang dilaksanakan
secara bertahap.
30
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
98
Sebutkan prinsip penyelenggaraan Sistem Jaminan
Sosial Nasional?
a. Kegotongroyongan
b. Nirlaba
c. Keterbukaan
d. Kehati-hatian
e. Akuntabilitas
f. Portabilitas
g. Kepesertaan bersifat wajib
h. Dana amanat
i. Hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial
dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan
peserta.
99
Apa yang dimaksud dengan kebutuhan dasar
hidup?
Kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup
layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
100
Apa yang dimaksud dengan prinsip
kegotongroyongan?
Prinsip kebersamaan antar peserta dalam
menanggung beban biaya jaminan sosial, yang
diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta
membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah,
atau penghasilannya.
555
31
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
101
Apa yang dimaksud dengan prinsip nirlaba?
Prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan
penggunaan hasil pengembangan dana untuk
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh
peserta.
102
Apa yang dimaksud dengan prinsip keterbukaan?
Prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap,
benar, dan jelas bagi setiap peserta.
103
Apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian?
Prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman,
dan tertib.
104
Apa yang dimaksud dengan prinsip akuntabilitas?
Prinsip pelaksanaan program dan
pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
105
Apa yang dimaksud dengan prinsip portabilitas?
Prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan
meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat
tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
106
Apa yang dimaksud dengan prinsip kepesertaan
bersifat wajib?
Prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk
menjadi peserta jaminan sosial yang dilaksanakan
secara bertahap.
31
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
101
Apa yang dimaksud dengan prinsip nirlaba?
Prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan
penggunaan hasil pengembangan dana untuk
memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh
peserta.
102
Apa yang dimaksud dengan prinsip keterbukaan?
Prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap,
benar, dan jelas bagi setiap peserta.
103
Apa yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian?
Prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman,
dan tertib.
104
Apa yang dimaksud dengan prinsip akuntabilitas?
Prinsip pelaksanaan program dan
pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan.
105
Apa yang dimaksud dengan prinsip portabilitas?
Prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan
meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat
tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
106
Apa yang dimaksud dengan prinsip kepesertaan
bersifat wajib?
Prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk
menjadi peserta jaminan sosial yang dilaksanakan
secara bertahap.
30
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
98
Sebutkan prinsip penyelenggaraan Sistem Jaminan
Sosial Nasional?
a. Kegotongroyongan
b. Nirlaba
c. Keterbukaan
d. Kehati-hatian
e. Akuntabilitas
f. Portabilitas
g. Kepesertaan bersifat wajib
h. Dana amanat
i. Hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial
dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan
program dan untuk sebesar-besar kepentingan
peserta.
99
Apa yang dimaksud dengan kebutuhan dasar
hidup?
Kebutuhan esensial setiap orang agar dapat hidup
layak, demi terwujudnya kesejahteraan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
100
Apa yang dimaksud dengan prinsip
kegotongroyongan?
Prinsip kebersamaan antar peserta dalam
menanggung beban biaya jaminan sosial, yang
diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta
membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah,
atau penghasilannya.
556
33
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Pola pemberian pelayanan kesehatan yang akan
dikelola oleh BPJS Kesehatan adalah pola rujukan
berjenjang.
112
Apa yang dimaksud dengan pola rujukan
berjenjang?
Pola rujukan berjenjang adalah pola pemberian
layanan kesehatan dimana pelayanan primer
diberikan oleh PPK tingkat I, namun apabila
diperlukan rujukan spesialistik akan dirujuk ke PPK
lanjutan.
113
Bagaimana dengan sistem pembayaran BPJS
Kesehatan?
System pembayaran PPK tingkat I menggunakan
sistem pembayaran kapitasi, sedangkan system
pembayaran PPK lanjutan menggunakan sistem
pembayaran INA CBGs.
114
Apa delapan sasaran pokok peta jalan jaminan
kesehatan nasional pada 01 Januari 2014?
Delapan sasaran pokok peta jalan jaminan kesehatan
nasional pada 01 Januari 2014, adalah (UU No
40/2004, penjelasan pasal 19, ayat 1):
1. BPJS Kesehatan mulai beroperasi
2. BPJS Kesehatan mengelola Jaminan Kesehatan
setidaknya bagi 121,6 juta jiwa (sekitar 50 juta jiwa
masih dikelola oleh Badan lain).
32
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
107
Apa yang dimaksud dengan prinsip dana amanat?
Iuran dan hasil pengembangannya merupakan
dana titipan dari peserta untuk digunakan sebesar-
besarnya bagi kepentingan peserta Jaminan Sosial.
108
Bagaimana yang dimaksud dengan manfaat
jaminan kesehatan?
Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan
perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang
mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative, termasuk obat dan bahan medis habis
pakai yang diperlukan.
109
Bagaimana cara mengakses manfaat jaminan
kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan?
Manfaat jaminan kesehatan dapat diakses melalui
fasilitas kesehatan milik pemerintah atau swasta yang
menjalin kerjasama dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
110
Dalam kondisi darurat, apakah peserta tetap hanya
dapat mengakses melalui fasilitas kesehatan yang
telah menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan?
Dalam keadaan darurat pelayanan kesehatan dapat
diakses pada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin
kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
111
Bagaimana pola pemberian pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh BPJS Kesehatan?
557
33
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Pola pemberian pelayanan kesehatan yang akan
dikelola oleh BPJS Kesehatan adalah pola rujukan
berjenjang.
112
Apa yang dimaksud dengan pola rujukan
berjenjang?
Pola rujukan berjenjang adalah pola pemberian
layanan kesehatan dimana pelayanan primer
diberikan oleh PPK tingkat I, namun apabila
diperlukan rujukan spesialistik akan dirujuk ke PPK
lanjutan.
113
Bagaimana dengan sistem pembayaran BPJS
Kesehatan?
System pembayaran PPK tingkat I menggunakan
sistem pembayaran kapitasi, sedangkan system
pembayaran PPK lanjutan menggunakan sistem
pembayaran INA CBGs.
114
Apa delapan sasaran pokok peta jalan jaminan
kesehatan nasional pada 01 Januari 2014?
Delapan sasaran pokok peta jalan jaminan kesehatan
nasional pada 01 Januari 2014, adalah (UU No
40/2004, penjelasan pasal 19, ayat 1):
1. BPJS Kesehatan mulai beroperasi
2. BPJS Kesehatan mengelola Jaminan Kesehatan
setidaknya bagi 121,6 juta jiwa (sekitar 50 juta jiwa
masih dikelola oleh Badan lain).
33
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Pola pemberian pelayanan kesehatan yang akan
dikelola oleh BPJS Kesehatan adalah pola rujukan
berjenjang.
112
Apa yang dimaksud dengan pola rujukan
berjenjang?
Pola rujukan berjenjang adalah pola pemberian
layanan kesehatan dimana pelayanan primer
diberikan oleh PPK tingkat I, namun apabila
diperlukan rujukan spesialistik akan dirujuk ke PPK
lanjutan.
113
Bagaimana dengan sistem pembayaran BPJS
Kesehatan?
System pembayaran PPK tingkat I menggunakan
sistem pembayaran kapitasi, sedangkan system
pembayaran PPK lanjutan menggunakan sistem
pembayaran INA CBGs.
114
Apa delapan sasaran pokok peta jalan jaminan
kesehatan nasional pada 01 Januari 2014?
Delapan sasaran pokok peta jalan jaminan kesehatan
nasional pada 01 Januari 2014, adalah (UU No
40/2004, penjelasan pasal 19, ayat 1):
1. BPJS Kesehatan mulai beroperasi
2. BPJS Kesehatan mengelola Jaminan Kesehatan
setidaknya bagi 121,6 juta jiwa (sekitar 50 juta jiwa
masih dikelola oleh Badan lain).
32
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
107
Apa yang dimaksud dengan prinsip dana amanat?
Iuran dan hasil pengembangannya merupakan
dana titipan dari peserta untuk digunakan sebesar-
besarnya bagi kepentingan peserta Jaminan Sosial.
108
Bagaimana yang dimaksud dengan manfaat
jaminan kesehatan?
Manfaat jaminan kesehatan bersifat pelayanan
perseorangan berupa pelayanan kesehatan yang
mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative, termasuk obat dan bahan medis habis
pakai yang diperlukan.
109
Bagaimana cara mengakses manfaat jaminan
kesehatan yang diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan?
Manfaat jaminan kesehatan dapat diakses melalui
fasilitas kesehatan milik pemerintah atau swasta yang
menjalin kerjasama dengan Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial.
110
Dalam kondisi darurat, apakah peserta tetap hanya
dapat mengakses melalui fasilitas kesehatan yang
telah menjalin kerjasama dengan BPJS Kesehatan?
Dalam keadaan darurat pelayanan kesehatan dapat
diakses pada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin
kerjasama dengan BPJS Kesehatan.
111
Bagaimana pola pemberian pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh BPJS Kesehatan?
558
35
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
3. Paket manfaat medis dan non medis (kelas
perawatan) sudah sama, tidak ada perbedaan,
untuk mewajibkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat.
4. Jumlah dan sebaran fasilitas pelayanan kesehatan
(termasuk tenaga dan alat-alat) sudah memadai
untuk menjamin seluruh penduduk memenuhi
kebutuhan medis mereka.
5. Semua peraturan pelaksanaan telah disesuaikan
secara berkala untuk menjamin kualitas layanan
yang memadai dengan harga keekonomian yang
layak.
6. Paling sedikit 85% peserta menyatakan puas,
baik dalam layanan di BPJS maupun layanan di
fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS.
7. Paling sedikit 80% tenaga dan fasilitas kesehatan
menyatakan puas, dan mendapat pembayaran
yang layak dari BPJS.
8. BPJS dikelola secara terbuka, esien, dan
akuntabel.
116
Apa visi BPJS Kesehatan?
CAKUPAN SEMESTA 2019
Dengan penjelasan:
Paling lambat 01 Januari 2019, seluruh penduduk
Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan yang handal, unggul, dan terpercaya.
34
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
3. Paket manfaat medis yang dijamin adalah
seluruh pengobatan untuk seluruh penyakit.
Namun masih ada perbedaan kelas perawatan di
rumah sakit bagi yang mengiur sendiri dan bagi
Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang iurannya
dibayarkan oleh Pemerintah.
4. Rencana aksi pengembangan fasilitas kesehatan
tersusun dan mulai dilaksanakan.
5. Seluruh peraturan pelaksanaan (PP, Perpres,
Peraturan Menteri, dan Peraturan BPJS) yang
merupakan turunan UU SJSN dan UU BPJS telah
diundangkan dan diterbitkan.
6. Paling sedikit 75% peserta menyatakan puas,
baik dalam layanan di BPJS maupun layanan di
fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS.
7. Paling sedikit 65% tenaga dan fasilitas kesehatan
menyatakan puas, baik dalam layanan di BPJS
maupun layanan di fasilitas kesehatan yang
dikontrak BPJS.
8. BPJS dikelola secara terbuka, esien, dan
akuntabel.
115
Apa delapan sasaran pokok peta jalan jaminan
kesehatan nasional pada 2019?
Delapan sasaran pokok peta jalan jaminan kesehatan
nasional pada 2019, adalah (UU No 40/2004,
penjelasan pasal 19, ayat 1):
1. BPJS Kesehatan beroperasi dengan baik.
2. Seluruh penduduk Indonesia (yang pada 2019
diperkirakan sekitar 257,5 juta jiwa) mendapat
jaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan.
559
35
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
3. Paket manfaat medis dan non medis (kelas
perawatan) sudah sama, tidak ada perbedaan,
untuk mewajibkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat.
4. Jumlah dan sebaran fasilitas pelayanan kesehatan
(termasuk tenaga dan alat-alat) sudah memadai
untuk menjamin seluruh penduduk memenuhi
kebutuhan medis mereka.
5. Semua peraturan pelaksanaan telah disesuaikan
secara berkala untuk menjamin kualitas layanan
yang memadai dengan harga keekonomian yang
layak.
6. Paling sedikit 85% peserta menyatakan puas,
baik dalam layanan di BPJS maupun layanan di
fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS.
7. Paling sedikit 80% tenaga dan fasilitas kesehatan
menyatakan puas, dan mendapat pembayaran
yang layak dari BPJS.
8. BPJS dikelola secara terbuka, esien, dan
akuntabel.
116
Apa visi BPJS Kesehatan?
CAKUPAN SEMESTA 2019
Dengan penjelasan:
Paling lambat 01 Januari 2019, seluruh penduduk
Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan yang handal, unggul, dan terpercaya.
35
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
3. Paket manfaat medis dan non medis (kelas
perawatan) sudah sama, tidak ada perbedaan,
untuk mewajibkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat.
4. Jumlah dan sebaran fasilitas pelayanan kesehatan
(termasuk tenaga dan alat-alat) sudah memadai
untuk menjamin seluruh penduduk memenuhi
kebutuhan medis mereka.
5. Semua peraturan pelaksanaan telah disesuaikan
secara berkala untuk menjamin kualitas layanan
yang memadai dengan harga keekonomian yang
layak.
6. Paling sedikit 85% peserta menyatakan puas,
baik dalam layanan di BPJS maupun layanan di
fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS.
7. Paling sedikit 80% tenaga dan fasilitas kesehatan
menyatakan puas, dan mendapat pembayaran
yang layak dari BPJS.
8. BPJS dikelola secara terbuka, esien, dan
akuntabel.
116
Apa visi BPJS Kesehatan?
CAKUPAN SEMESTA 2019
Dengan penjelasan:
Paling lambat 01 Januari 2019, seluruh penduduk
Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk
memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan
perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan yang handal, unggul, dan terpercaya.
34
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
3. Paket manfaat medis yang dijamin adalah
seluruh pengobatan untuk seluruh penyakit.
Namun masih ada perbedaan kelas perawatan di
rumah sakit bagi yang mengiur sendiri dan bagi
Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang iurannya
dibayarkan oleh Pemerintah.
4. Rencana aksi pengembangan fasilitas kesehatan
tersusun dan mulai dilaksanakan.
5. Seluruh peraturan pelaksanaan (PP, Perpres,
Peraturan Menteri, dan Peraturan BPJS) yang
merupakan turunan UU SJSN dan UU BPJS telah
diundangkan dan diterbitkan.
6. Paling sedikit 75% peserta menyatakan puas,
baik dalam layanan di BPJS maupun layanan di
fasilitas kesehatan yang dikontrak BPJS.
7. Paling sedikit 65% tenaga dan fasilitas kesehatan
menyatakan puas, baik dalam layanan di BPJS
maupun layanan di fasilitas kesehatan yang
dikontrak BPJS.
8. BPJS dikelola secara terbuka, esien, dan
akuntabel.
115
Apa delapan sasaran pokok peta jalan jaminan
kesehatan nasional pada 2019?
Delapan sasaran pokok peta jalan jaminan kesehatan
nasional pada 2019, adalah (UU No 40/2004,
penjelasan pasal 19, ayat 1):
1. BPJS Kesehatan beroperasi dengan baik.
2. Seluruh penduduk Indonesia (yang pada 2019
diperkirakan sekitar 257,5 juta jiwa) mendapat
jaminan kesehatan melalui BPJS Kesehatan.
560
37
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
119
Kenapa BPJS perlu dibentuk?
Sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 28
H ayat (3) yang menyatgakan Setiap orang
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat , maka untuk
mewujudkan hal tersebut pemerintah
menetapkan Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang bertujuan untuk memberikan
jaminan sosial yang menyeluruh bagi seluruh
rakyat Indonesia. Melalui Undang Undang
Nomor 40 Tahun 2004. Dengan sistem ini
diharapkan setiap orang untuk mengembangkan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat. Lebih lanjut, untuk dapat
menyelenggarakan sistem tersebut maka
diperlukan badan hukum yang akan menjadi
penyelenggara jaminan sosial kesehatan yaitu
BPJS Kesehatan.
120
Kebijakan kebijakan apa saja yang melandasi
pembentukan BPJS Kesehatan?
UUD 1945 No 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional
UUD 1945 No 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial
Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
36
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
117
Apa Misi BPJS Kesehatan?
a. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai
lembaga dan mendorong partisipasi masyarakat
dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
b. Menjalankan dan memantapkan system jaminan
pelayanan kesehatan yang efektif, esien, dan
bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang
optimal dengan fasilitas kesehatan.
c. Mengoptimalkan pengelolaan dana program
jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan secara
efektif, esien, transparan dan akuntabel untuk
mendukung kesinambungan program.
d. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif
berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola
organisasi yang baik dan meningkatkan
kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja
unggul.
118
Apa tiga sasaran pokok BPJS Kesehatan?
a. Tercapainya kepesertaan semesta sesuai peta
jalan menuju Jaminan Kesehatan Nasional tahun
2019.
b. Tercapainya jaminan pemeliharaan kesehatan
yang optimal dan berkesinambungan.
d. Terciptanya kelembagaan BPJS Kesehatan yang
handal, unggul, dan terpercaya.
561
37
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
119
Kenapa BPJS perlu dibentuk?
Sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 28
H ayat (3) yang menyatgakan Setiap orang
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat , maka untuk
mewujudkan hal tersebut pemerintah
menetapkan Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang bertujuan untuk memberikan
jaminan sosial yang menyeluruh bagi seluruh
rakyat Indonesia. Melalui Undang Undang
Nomor 40 Tahun 2004. Dengan sistem ini
diharapkan setiap orang untuk mengembangkan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat. Lebih lanjut, untuk dapat
menyelenggarakan sistem tersebut maka
diperlukan badan hukum yang akan menjadi
penyelenggara jaminan sosial kesehatan yaitu
BPJS Kesehatan.
120
Kebijakan kebijakan apa saja yang melandasi
pembentukan BPJS Kesehatan?
UUD 1945 No 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional
UUD 1945 No 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial
Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
37
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
119
Kenapa BPJS perlu dibentuk?
Sesuai dengan amanat UUD 1945 pasal 28
H ayat (3) yang menyatgakan Setiap orang
berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai
manusia yang bermartabat , maka untuk
mewujudkan hal tersebut pemerintah
menetapkan Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang bertujuan untuk memberikan
jaminan sosial yang menyeluruh bagi seluruh
rakyat Indonesia. Melalui Undang Undang
Nomor 40 Tahun 2004. Dengan sistem ini
diharapkan setiap orang untuk mengembangkan
dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat. Lebih lanjut, untuk dapat
menyelenggarakan sistem tersebut maka
diperlukan badan hukum yang akan menjadi
penyelenggara jaminan sosial kesehatan yaitu
BPJS Kesehatan.
120
Kebijakan kebijakan apa saja yang melandasi
pembentukan BPJS Kesehatan?
UUD 1945 No 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional
UUD 1945 No 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggaraan Jaminan Sosial
Undang Undang No 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran
Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan
36
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
117
Apa Misi BPJS Kesehatan?
a. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai
lembaga dan mendorong partisipasi masyarakat
dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
b. Menjalankan dan memantapkan system jaminan
pelayanan kesehatan yang efektif, esien, dan
bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang
optimal dengan fasilitas kesehatan.
c. Mengoptimalkan pengelolaan dana program
jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan secara
efektif, esien, transparan dan akuntabel untuk
mendukung kesinambungan program.
d. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif
berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola
organisasi yang baik dan meningkatkan
kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja
unggul.
118
Apa tiga sasaran pokok BPJS Kesehatan?
a. Tercapainya kepesertaan semesta sesuai peta
jalan menuju Jaminan Kesehatan Nasional tahun
2019.
b. Tercapainya jaminan pemeliharaan kesehatan
yang optimal dan berkesinambungan.
d. Terciptanya kelembagaan BPJS Kesehatan yang
handal, unggul, dan terpercaya.
562
39
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
123
Mandat UU BPJS kepada PT Askes (Persero)?
UU BPJS memberikan keleluasaan waktu 25
bulan masa peralihan bagi PT Askes (Persero)
untuk mempersiapkan transformasi kelembagaan
dan membangun sistem operasional program
Jaminan Kesehatan Nasional. Terdapat 3 mandat
pokok yang tidak teridentikasi pada RJPP PT
Askes (Persero) th.2009 2013, yaitu:
1. Pembubaran PT Askes (Persero)
2. Pendirian PT Askes (Persero)
3. Penyiapan Sistem Operasi Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan Nasional.
124
Bagaimana status Duta Askes di masa peralihan PT
Askes (Persero) menjadi BPJS?
Status kepegawaian PT Askes (Persero) pada
masa peralihan PT Askes (Persero) tetap
berstatus sebagai pegawai PT Askes (Persero, hal
ini sesuai dengan UU BPJS.
125
Setelah PT Askes (Persero) dibubarkan dan efektif
menjadi BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari
2014, bagaimanakah status kepegawaian duta
Askes?
Sesuai UU BPJS, Duta Askes pada masa BPJS
Kesehatan seluruhnya menjadi pegawai BPJS
Kesehatan.
126
Bagaimanakah Hak dan Kewajiban pegawai di BPJS
Kesehatan?
38
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Undang Undang No 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
Undang Undang No 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Undang Undang No 17 Tahun 2003 tetang
Keuangan Negara
Undang Uindang No 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah
Undang Undang No 33 Tahuin 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan
Pemerintah Daerah
Undang Undang No 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah
121
Siapa yang bertanggungjawab atas pendirian BPJS
Kesehatan?
BPJS Kesehatan adalah badan hukum publik
yang didirikan oleh penguasa Negara dengan
undang undang, yaitu UU SJSN dan UU
BPJS. Penguasa Negara yang dimaksud adalah
pemerintah, memberikan mandat melalui UU
BPJS kepada Komisaris dan Direksi PT Askes
(Persero) untuk melaksanakan pendirian BPJS
Kesehatan pada masa peralihan.
122
Kapan pendirian BPJS Kesehatan dilaksanakan?
Pendirian BPJS Kesehatan dilaksanakan pada
masa peralihan yaitu terhitung mulai 26
Nopember 2011 hingga 31 Desember 2013.
563
39
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
123
Mandat UU BPJS kepada PT Askes (Persero)?
UU BPJS memberikan keleluasaan waktu 25
bulan masa peralihan bagi PT Askes (Persero)
untuk mempersiapkan transformasi kelembagaan
dan membangun sistem operasional program
Jaminan Kesehatan Nasional. Terdapat 3 mandat
pokok yang tidak teridentikasi pada RJPP PT
Askes (Persero) th.2009 2013, yaitu:
1. Pembubaran PT Askes (Persero)
2. Pendirian PT Askes (Persero)
3. Penyiapan Sistem Operasi Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan Nasional.
124
Bagaimana status Duta Askes di masa peralihan PT
Askes (Persero) menjadi BPJS?
Status kepegawaian PT Askes (Persero) pada
masa peralihan PT Askes (Persero) tetap
berstatus sebagai pegawai PT Askes (Persero, hal
ini sesuai dengan UU BPJS.
125
Setelah PT Askes (Persero) dibubarkan dan efektif
menjadi BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari
2014, bagaimanakah status kepegawaian duta
Askes?
Sesuai UU BPJS, Duta Askes pada masa BPJS
Kesehatan seluruhnya menjadi pegawai BPJS
Kesehatan.
126
Bagaimanakah Hak dan Kewajiban pegawai di BPJS
Kesehatan?
39
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
123
Mandat UU BPJS kepada PT Askes (Persero)?
UU BPJS memberikan keleluasaan waktu 25
bulan masa peralihan bagi PT Askes (Persero)
untuk mempersiapkan transformasi kelembagaan
dan membangun sistem operasional program
Jaminan Kesehatan Nasional. Terdapat 3 mandat
pokok yang tidak teridentikasi pada RJPP PT
Askes (Persero) th.2009 2013, yaitu:
1. Pembubaran PT Askes (Persero)
2. Pendirian PT Askes (Persero)
3. Penyiapan Sistem Operasi Penyelenggaraan
Program Jaminan Kesehatan Nasional.
124
Bagaimana status Duta Askes di masa peralihan PT
Askes (Persero) menjadi BPJS?
Status kepegawaian PT Askes (Persero) pada
masa peralihan PT Askes (Persero) tetap
berstatus sebagai pegawai PT Askes (Persero, hal
ini sesuai dengan UU BPJS.
125
Setelah PT Askes (Persero) dibubarkan dan efektif
menjadi BPJS Kesehatan pada tanggal 1 Januari
2014, bagaimanakah status kepegawaian duta
Askes?
Sesuai UU BPJS, Duta Askes pada masa BPJS
Kesehatan seluruhnya menjadi pegawai BPJS
Kesehatan.
126
Bagaimanakah Hak dan Kewajiban pegawai di BPJS
Kesehatan?
38
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Undang Undang No 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
Undang Undang No 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Undang Undang No 17 Tahun 2003 tetang
Keuangan Negara
Undang Uindang No 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah
Undang Undang No 33 Tahuin 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan
Pemerintah Daerah
Undang Undang No 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara
Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah
121
Siapa yang bertanggungjawab atas pendirian BPJS
Kesehatan?
BPJS Kesehatan adalah badan hukum publik
yang didirikan oleh penguasa Negara dengan
undang undang, yaitu UU SJSN dan UU
BPJS. Penguasa Negara yang dimaksud adalah
pemerintah, memberikan mandat melalui UU
BPJS kepada Komisaris dan Direksi PT Askes
(Persero) untuk melaksanakan pendirian BPJS
Kesehatan pada masa peralihan.
122
Kapan pendirian BPJS Kesehatan dilaksanakan?
Pendirian BPJS Kesehatan dilaksanakan pada
masa peralihan yaitu terhitung mulai 26
Nopember 2011 hingga 31 Desember 2013.
564
41
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Mempersiapkan transformasi kelembagaan dan
membangun sistem operasional program jaminan
kesehatan nasional.
130
Proses apa saja yang berlangsung selama
transformasi?
Transformasi PT Askes (Persero) akan
berlangsung melalui proses pembubaran PT
Askes (Persero), Pendirian Badan Hukum Publik
Otonom BPJS Kesehatan, dan beroperasinya
BPJS Kesehatan.
131
Bagaimana proses pembubaran PT Askes
(Persero)?
PT Askes (Persero) dinyatakan bubar dan
menjadi BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014.
UU BPJS memberikan masa peralihan 2 (dua)
tahun sejak diundangkannya UU BPJS pada 25
Nopember 2011.
132
Apa kegiatan yang dilakukan pada masa peralihan?
Masa peralihan diperuntukan bagi penyelesaian
peraturan pelaksanaan UU BPJS terkait
penyelenggaraan program jaminan kesehatan
nasional, penyiapan organisasi dan sistem operasi
BPJS Kesehatan, serta penyiapan pengalihan
program program pelayanan kesehatan yang
telah diselenggarakan oleh Program Jaminan
Kesehatan PT Jamsostek (Persero), dan program
Pelayanan Kesehatan TNI dan Kepolisian RI.
40
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Sebagaimana yang dijelaskan di Pasal 44 ayat (7)
UU BPJS mendelegasikan pengaturan tentang
gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya
serta insentif bagi karyawan ke Peraturan Direksi.
Sehingga hal hal terkait gaji atau upah dan
insentif bagi karyawan akan mengikuti ketentuan
yang berlaku pada saat BPJS Kesehatan
diberlakukan.
127
Apakah yang disebut dengan transformasi PT Askes
(Persero)?
Perubahan bentuk PT Askes (Persero) yang
menyelenggarakan program jaminan sosial,
menjadi BPJS. Perubahan bentuk bermakna
perubahan karakteristik badan penyelenggara
jaminan sosial sebagai penyesuaian atas
perubahan loso penyelenggaraan program
jaminan sosial.
Pada proses transformasi ini diikuti adanya
pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas,
serta hak dan kewajiban dari program program
yang saat ini ada.
128
Berapa lama waktu yang tersedia untuk melakukan
transformasi?
Waktu yang diberikan adalah 25 bulan dari 26
Nopember 2011 s.d 31 Desember 2013.
129
Apakah tujuan melakukan transformasi Askes?
565
41
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Mempersiapkan transformasi kelembagaan dan
membangun sistem operasional program jaminan
kesehatan nasional.
130
Proses apa saja yang berlangsung selama
transformasi?
Transformasi PT Askes (Persero) akan
berlangsung melalui proses pembubaran PT
Askes (Persero), Pendirian Badan Hukum Publik
Otonom BPJS Kesehatan, dan beroperasinya
BPJS Kesehatan.
131
Bagaimana proses pembubaran PT Askes
(Persero)?
PT Askes (Persero) dinyatakan bubar dan
menjadi BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014.
UU BPJS memberikan masa peralihan 2 (dua)
tahun sejak diundangkannya UU BPJS pada 25
Nopember 2011.
132
Apa kegiatan yang dilakukan pada masa peralihan?
Masa peralihan diperuntukan bagi penyelesaian
peraturan pelaksanaan UU BPJS terkait
penyelenggaraan program jaminan kesehatan
nasional, penyiapan organisasi dan sistem operasi
BPJS Kesehatan, serta penyiapan pengalihan
program program pelayanan kesehatan yang
telah diselenggarakan oleh Program Jaminan
Kesehatan PT Jamsostek (Persero), dan program
Pelayanan Kesehatan TNI dan Kepolisian RI.
41
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Mempersiapkan transformasi kelembagaan dan
membangun sistem operasional program jaminan
kesehatan nasional.
130
Proses apa saja yang berlangsung selama
transformasi?
Transformasi PT Askes (Persero) akan
berlangsung melalui proses pembubaran PT
Askes (Persero), Pendirian Badan Hukum Publik
Otonom BPJS Kesehatan, dan beroperasinya
BPJS Kesehatan.
131
Bagaimana proses pembubaran PT Askes
(Persero)?
PT Askes (Persero) dinyatakan bubar dan
menjadi BPJS Kesehatan pada 1 Januari 2014.
UU BPJS memberikan masa peralihan 2 (dua)
tahun sejak diundangkannya UU BPJS pada 25
Nopember 2011.
132
Apa kegiatan yang dilakukan pada masa peralihan?
Masa peralihan diperuntukan bagi penyelesaian
peraturan pelaksanaan UU BPJS terkait
penyelenggaraan program jaminan kesehatan
nasional, penyiapan organisasi dan sistem operasi
BPJS Kesehatan, serta penyiapan pengalihan
program program pelayanan kesehatan yang
telah diselenggarakan oleh Program Jaminan
Kesehatan PT Jamsostek (Persero), dan program
Pelayanan Kesehatan TNI dan Kepolisian RI.
40
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
Sebagaimana yang dijelaskan di Pasal 44 ayat (7)
UU BPJS mendelegasikan pengaturan tentang
gaji atau upah dan manfaat tambahan lainnya
serta insentif bagi karyawan ke Peraturan Direksi.
Sehingga hal hal terkait gaji atau upah dan
insentif bagi karyawan akan mengikuti ketentuan
yang berlaku pada saat BPJS Kesehatan
diberlakukan.
127
Apakah yang disebut dengan transformasi PT Askes
(Persero)?
Perubahan bentuk PT Askes (Persero) yang
menyelenggarakan program jaminan sosial,
menjadi BPJS. Perubahan bentuk bermakna
perubahan karakteristik badan penyelenggara
jaminan sosial sebagai penyesuaian atas
perubahan loso penyelenggaraan program
jaminan sosial.
Pada proses transformasi ini diikuti adanya
pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas,
serta hak dan kewajiban dari program program
yang saat ini ada.
128
Berapa lama waktu yang tersedia untuk melakukan
transformasi?
Waktu yang diberikan adalah 25 bulan dari 26
Nopember 2011 s.d 31 Desember 2013.
129
Apakah tujuan melakukan transformasi Askes?
566
43
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
BPJS Kesehtan adalah badan hukum publik otonom
yang didirikan oleh Penguasa Negara dengan UU
SJSN dan UU BPJS. Pendirian BPJS tidak didaftarkan
pada notaris dan tidak perlu pengabsahan dari
lembaga pemerintah. Berbeda dengan PT Askes
(Persero) yang merupakan badan privat prolaba
menjadi BPJS Kesehatan.
BPJS Kesehatan memiliki kewenangan kewenangan
publik yang ditetapkan dalam UU, yaitu:
1. Berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan
umum, yaitu Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang berdasarkan asas kemanusiaan,
manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Diberi delegasi kewenangan untuk membuat
aturan yang mengikat umum.
3. Bertugas mengelola dana publik, yaitu dana
Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta.
4. Berwenang melakukan pengawasan dan
pemeriksaan atas kepatuhan peserta
atau pemberi kerja yang tidak memenuhi
kewajibannya.
5. Berwenang melakukan sanksi administrative
kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak
memenuhi kewajibannya.
6. Pengangkatan anggota dewan pengawas dan
anggota Direksi oleh Presiden, setelah melalui
proses seleksi publik.
7. Bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota
organisasi atau lembaga internasional.
BPJS Kesehatan bersifat otonom, memiliki
kewenangan yang ditetapkan oleh Undang Undang
dan hanya dapat diintervensi melalui Peraturan
perundang undangan.
42
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
133
Ketentuan apa saja yang mengatur pembubaran PT
Askes (Persero)?
UU BPJS mengatur tata cara pembubaran
PT Askes (Persero). Sementara ketentuan
pembubaran BUMN diatur dalam PP No.43 Tahun
2005 dan pembubaran Perseroan Terbatas diatur
dalam PP No.27 Tahun 1998 tidak berlaku.
Ketentuan pembubaran PT Askes (Persero) dan
perubahannya menjadi BPJS Kesehatan adalah
sebagai berikut:
1. Pada saat BPJS Kesehatan mulai beroperasi
pada 1 Januari 2014, PT Askes (Persero)
dinyatakan bubar tanpa likuidasi.
2. Semua aset dan liabilitas serta hak dan
kewajiban hukum PT Askes (Persero) menjadi
aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban
hukum BPJS Kesehatan.
3. Semua pegawai PT Askes (Persero) menjadi
Pegawai BPJS Kesehatan.
4. Menteru Badan Usaha Milik Negara
selaku Rapat Umum Pemegang Saham
mengesahkan laporan posisi keuangan
penutup PT Askes (Persero) setelah
dilakukan oleh audit oleh kantor akuntan
publik.
5. Menteri Keuangan mengesahkan laporan
posisi keuangan BPJS Kesehatan dan laporan
posisi keuangan pembukaan Dana Jaminan
Kesehatan.
134
Apa yang dimaksud dengan Badan Hukum Publik
Otonom?
567
43
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
BPJS Kesehtan adalah badan hukum publik otonom
yang didirikan oleh Penguasa Negara dengan UU
SJSN dan UU BPJS. Pendirian BPJS tidak didaftarkan
pada notaris dan tidak perlu pengabsahan dari
lembaga pemerintah. Berbeda dengan PT Askes
(Persero) yang merupakan badan privat prolaba
menjadi BPJS Kesehatan.
BPJS Kesehatan memiliki kewenangan kewenangan
publik yang ditetapkan dalam UU, yaitu:
1. Berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan
umum, yaitu Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang berdasarkan asas kemanusiaan,
manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Diberi delegasi kewenangan untuk membuat
aturan yang mengikat umum.
3. Bertugas mengelola dana publik, yaitu dana
Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta.
4. Berwenang melakukan pengawasan dan
pemeriksaan atas kepatuhan peserta
atau pemberi kerja yang tidak memenuhi
kewajibannya.
5. Berwenang melakukan sanksi administrative
kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak
memenuhi kewajibannya.
6. Pengangkatan anggota dewan pengawas dan
anggota Direksi oleh Presiden, setelah melalui
proses seleksi publik.
7. Bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota
organisasi atau lembaga internasional.
BPJS Kesehatan bersifat otonom, memiliki
kewenangan yang ditetapkan oleh Undang Undang
dan hanya dapat diintervensi melalui Peraturan
perundang undangan.
43
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
BPJS Kesehtan adalah badan hukum publik otonom
yang didirikan oleh Penguasa Negara dengan UU
SJSN dan UU BPJS. Pendirian BPJS tidak didaftarkan
pada notaris dan tidak perlu pengabsahan dari
lembaga pemerintah. Berbeda dengan PT Askes
(Persero) yang merupakan badan privat prolaba
menjadi BPJS Kesehatan.
BPJS Kesehatan memiliki kewenangan kewenangan
publik yang ditetapkan dalam UU, yaitu:
1. Berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan
umum, yaitu Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN) yang berdasarkan asas kemanusiaan,
manfaat dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
2. Diberi delegasi kewenangan untuk membuat
aturan yang mengikat umum.
3. Bertugas mengelola dana publik, yaitu dana
Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta.
4. Berwenang melakukan pengawasan dan
pemeriksaan atas kepatuhan peserta
atau pemberi kerja yang tidak memenuhi
kewajibannya.
5. Berwenang melakukan sanksi administrative
kepada peserta atau pemberi kerja yang tidak
memenuhi kewajibannya.
6. Pengangkatan anggota dewan pengawas dan
anggota Direksi oleh Presiden, setelah melalui
proses seleksi publik.
7. Bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota
organisasi atau lembaga internasional.
BPJS Kesehatan bersifat otonom, memiliki
kewenangan yang ditetapkan oleh Undang Undang
dan hanya dapat diintervensi melalui Peraturan
perundang undangan.
42
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
133
Ketentuan apa saja yang mengatur pembubaran PT
Askes (Persero)?
UU BPJS mengatur tata cara pembubaran
PT Askes (Persero). Sementara ketentuan
pembubaran BUMN diatur dalam PP No.43 Tahun
2005 dan pembubaran Perseroan Terbatas diatur
dalam PP No.27 Tahun 1998 tidak berlaku.
Ketentuan pembubaran PT Askes (Persero) dan
perubahannya menjadi BPJS Kesehatan adalah
sebagai berikut:
1. Pada saat BPJS Kesehatan mulai beroperasi
pada 1 Januari 2014, PT Askes (Persero)
dinyatakan bubar tanpa likuidasi.
2. Semua aset dan liabilitas serta hak dan
kewajiban hukum PT Askes (Persero) menjadi
aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban
hukum BPJS Kesehatan.
3. Semua pegawai PT Askes (Persero) menjadi
Pegawai BPJS Kesehatan.
4. Menteru Badan Usaha Milik Negara
selaku Rapat Umum Pemegang Saham
mengesahkan laporan posisi keuangan
penutup PT Askes (Persero) setelah
dilakukan oleh audit oleh kantor akuntan
publik.
5. Menteri Keuangan mengesahkan laporan
posisi keuangan BPJS Kesehatan dan laporan
posisi keuangan pembukaan Dana Jaminan
Kesehatan.
134
Apa yang dimaksud dengan Badan Hukum Publik
Otonom?
568
45
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
peraturan, pemangku kepentingan BPJS
Kesehatan, dan risiko nansial.
Sistem dan prosedur operasional yang akan
dibangun bertujuan untuk mendukung
operasional BPJS Kesedhatan yang cost efective,
berkelanjutan, berorientasi hasil layanan. Hal ini
disesuaikan dengan tujuan penyelenggaraan
jaminan kesehatan dan sesuai dengan prinsip
prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional.
137
Fungsi fungsi apa yang terdapat pada proses
bisnis BPJS Kesehatan?
Proses Bisnis BPJS Kesehatan meliputi Fungsi
fungsi utama sebagai berikut:
1. Fungsi Hukum dan Regulasi,
2. Fungsi Hubungan Kelembagaan,
3. Fungsi Kepesertaan dan Iuran,
4. Fungsi Pembelian Pelayanan (strategic
purchasing)
5. Fungsi Manajemen Sistem Informasi,
6. Fungsi Pengawasan dan Pemeriksaan,
7. Fungsi Investasi (perencanaan, penempatan,
monitoring dan evaluasi),
8. Fungsi pembangunan kapasitas
kelembagaan (Organisasi, SDM dan
Teknologi)
9. Fungsi Keuangan
10. Fungsi Riset, Perencanaan dan
Pengembangan
11. Fungsi Manajemen Risiko Badan.
44
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
135
Persiapan Operasional apa yang dilakukan PT Askes
(Persero)?
Sesuai UU BPJS Pasal 58 Huruf a merinci lebih
lanjut penyiapan operasional BPJS Kesehatan,
antara lain mencakup:
1. Menyusun sistem dan prosedur operasional
yang diperlukan untuk beroperasinya BPJS
Kesehatan.
2. Melakukan sosialisasi kepada seluruh
pemangku kepentingan jaminan kesehatan.
3. Menentukan program jaminan kesehatan
yang sesuai dengan ketentuan UU SJSN
untuk peserta PT Askes (Persero).
4. Berkoordinasi dengan Kementerian
Kesehatan untuk mengalihkan
penyelenggaraan program jaminan
kesehatan masyarakat ke BPJS Kesehatan.
5. Berkoordinasi dengan Kemhan, TNI dan
POLRI untuk mengalihkan penyelenggaraan
program yankes bagi anggota TNI, POLRI
dan keluarganya ke BPJS Kesehatan.
6. Berkoordinasi dengan PT Jamsostek
(Persero) untuk mengalihkan
penyelenggaraan program JPK ke BPJS
Kesehatan.
136
Bagaimanakah pembangunan sistem dan prosedur
operasional BPJS Kesehatan?
Pembenahan sistem dan prosedur operasional
yang dipersiapkan oleh PT Askes (Persero)
bersifat adaptif terhadap perubahan tata
569
45
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
peraturan, pemangku kepentingan BPJS
Kesehatan, dan risiko nansial.
Sistem dan prosedur operasional yang akan
dibangun bertujuan untuk mendukung
operasional BPJS Kesedhatan yang cost efective,
berkelanjutan, berorientasi hasil layanan. Hal ini
disesuaikan dengan tujuan penyelenggaraan
jaminan kesehatan dan sesuai dengan prinsip
prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional.
137
Fungsi fungsi apa yang terdapat pada proses
bisnis BPJS Kesehatan?
Proses Bisnis BPJS Kesehatan meliputi Fungsi
fungsi utama sebagai berikut:
1. Fungsi Hukum dan Regulasi,
2. Fungsi Hubungan Kelembagaan,
3. Fungsi Kepesertaan dan Iuran,
4. Fungsi Pembelian Pelayanan (strategic
purchasing)
5. Fungsi Manajemen Sistem Informasi,
6. Fungsi Pengawasan dan Pemeriksaan,
7. Fungsi Investasi (perencanaan, penempatan,
monitoring dan evaluasi),
8. Fungsi pembangunan kapasitas
kelembagaan (Organisasi, SDM dan
Teknologi)
9. Fungsi Keuangan
10. Fungsi Riset, Perencanaan dan
Pengembangan
11. Fungsi Manajemen Risiko Badan.
45
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
peraturan, pemangku kepentingan BPJS
Kesehatan, dan risiko nansial.
Sistem dan prosedur operasional yang akan
dibangun bertujuan untuk mendukung
operasional BPJS Kesedhatan yang cost efective,
berkelanjutan, berorientasi hasil layanan. Hal ini
disesuaikan dengan tujuan penyelenggaraan
jaminan kesehatan dan sesuai dengan prinsip
prinsip Sistem Jaminan Sosial Nasional.
137
Fungsi fungsi apa yang terdapat pada proses
bisnis BPJS Kesehatan?
Proses Bisnis BPJS Kesehatan meliputi Fungsi
fungsi utama sebagai berikut:
1. Fungsi Hukum dan Regulasi,
2. Fungsi Hubungan Kelembagaan,
3. Fungsi Kepesertaan dan Iuran,
4. Fungsi Pembelian Pelayanan (strategic
purchasing)
5. Fungsi Manajemen Sistem Informasi,
6. Fungsi Pengawasan dan Pemeriksaan,
7. Fungsi Investasi (perencanaan, penempatan,
monitoring dan evaluasi),
8. Fungsi pembangunan kapasitas
kelembagaan (Organisasi, SDM dan
Teknologi)
9. Fungsi Keuangan
10. Fungsi Riset, Perencanaan dan
Pengembangan
11. Fungsi Manajemen Risiko Badan.
44
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
135
Persiapan Operasional apa yang dilakukan PT Askes
(Persero)?
Sesuai UU BPJS Pasal 58 Huruf a merinci lebih
lanjut penyiapan operasional BPJS Kesehatan,
antara lain mencakup:
1. Menyusun sistem dan prosedur operasional
yang diperlukan untuk beroperasinya BPJS
Kesehatan.
2. Melakukan sosialisasi kepada seluruh
pemangku kepentingan jaminan kesehatan.
3. Menentukan program jaminan kesehatan
yang sesuai dengan ketentuan UU SJSN
untuk peserta PT Askes (Persero).
4. Berkoordinasi dengan Kementerian
Kesehatan untuk mengalihkan
penyelenggaraan program jaminan
kesehatan masyarakat ke BPJS Kesehatan.
5. Berkoordinasi dengan Kemhan, TNI dan
POLRI untuk mengalihkan penyelenggaraan
program yankes bagi anggota TNI, POLRI
dan keluarganya ke BPJS Kesehatan.
6. Berkoordinasi dengan PT Jamsostek
(Persero) untuk mengalihkan
penyelenggaraan program JPK ke BPJS
Kesehatan.
136
Bagaimanakah pembangunan sistem dan prosedur
operasional BPJS Kesehatan?
Pembenahan sistem dan prosedur operasional
yang dipersiapkan oleh PT Askes (Persero)
bersifat adaptif terhadap perubahan tata
570
46
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
138
Adakah Kompetensi inti yang dapat dikembangkan
yang dapat mendukung pencapaian misi di masa
peralihan?
Kompetensi inti yang perlu dikembangkan adalah
kemampuan mengelola dana jaminan sosial
secara hati hati dan membeli pelayanan secara
strategis.
46
SEPUTAR BPJS KESEHATAN
138
Adakah Kompetensi inti yang dapat dikembangkan
yang dapat mendukung pencapaian misi di masa
peralihan?
Kompetensi inti yang perlu dikembangkan adalah
kemampuan mengelola dana jaminan sosial
secara hati hati dan membeli pelayanan secara
strategis.
Regulasi


PEFATUFAN PFESIDEN FEPUDLIK INDONESIA
NOMOF 12 TAHUN 2013
TENTANC
JAMINAN KESEHATAN

DENCAN FAHMAT TUHAN YANC MAHA ESA

PFESIDEN FEPUDLIK INDONESIA,


Mcninlang . laIwa dalan rangla nclalsanalan lcicniuan Pasal 13
ayai (2}, Pasal 21 ayai (4}, Pasal 22 ayai (3}, Pasal 23 ayai
(5}, Pasal 26, Pasal 27 ayai (5}, dan Pasal 28 ayai (2}
Undang-Undang Nonor 40 TaIun 2004 icniang Sisicn
Janinan Sosial Nasional, dan lcicniuan Pasal 15 ayai (3}
dan Pasal 19 ayai (5} Iuruf a Undang-Undang Nonor 24
TaIun 2011 icniang Dadan Pcnyclcnggara Janinan Sosial,
crlu ncncialan Pcraiuran Prcsidcn icniang Janinan
KcscIaian;

Mcngingai . 1. Pasal 4 ayai (1} Undang-Undang Dasar Ncgara
Fcullil Indoncsia TaIun 1945;
2. Undang-Undang Nonor 40 TaIun 2004 icniang Sisicn
Janinan Sosial Nasional (Lcnlaran Ncgara Fcullil
Indoncsia TaIun 2004 Nonor 150, TanlaIan
Lcnlaran Ncgara Fcullil Indoncsia Nonor 4456};
3. Undang-Undang .

- 2 -
3. Undang-Undang Nonor 24 TaIun 2011 icniang Dadan
Pcnyclcnggara Janinan Sosial (Lcnlaran Ncgara
Fcullil Indoncsia TaIun 2011 Nonor 116,
TanlaIan Lcnlaran Ncgara Fcullil Indoncsia
Nonor 5256};

MEMUTUSKAN.
Mcncialan. PEFATUFAN PFESIDEN TENTANC JAMINAN KESEHATAN.

DAD I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalan Pcraiuran Prcsidcn ini yang dinalsud dcngan.
1. Janinan KcscIaian adalaI janinan lcrua
crlindungan lcscIaian agar cscria ncncrolcI
nanfaai cncliIaraan lcscIaian dan crlindungan
dalan ncncnuIi lcluiuIan dasar lcscIaian yang
dilcrilan lcada sciia orang yang iclaI ncnlayar
iuran aiau iurannya dilayar olcI cncriniaI.
2. Dadan Pcnyclcnggara Janinan Sosial KcscIaian yang
sclanjuinya disinglai DPJS KcscIaian adalaI ladan
Iulun yang dilcniul uniul ncnyclcnggaralan
rogran Janinan KcscIaian.
3. Pcncrina Daniuan Iuran Janinan KcscIaian yang
sclanjuinya disclui PDI Janinan KcscIaian adalaI
falir nislin dan orang iidal nanu sclagai cscria
rogran Janinan KcscIaian.
4. Pcscria .

- 3 -
4. Pcscria adalaI sciia orang, icrnasul orang asing
yang lclcrja aling singlai 6 (cnan} lulan di
Indoncsia, yang iclaI ncnlayar iuran.
5. Manfaai adalaI facdaI janinan sosial yang ncnjadi
Ial Pcscria dan/aiau anggoia lcluarganya.
6. Pclcrja adalaI sciia orang yang lclcrja dcngan
ncncrina gaji, uaI, aiau inlalan dalan lcniul lain.
7. Pclcrja Pcncrina UaI adalaI sciia orang yang
lclcrja ada cnlcri lcrja dcngan ncncrina gaji aiau
uaI.
8. Pclcrja Dulan Pcncrina UaI adalaI sciia orang
yang lclcrja aiau lcrusaIa aias risilo scndiri.
9. Pcnlcri Kcrja adalaI orang crscorangan, cngusaIa,
ladan Iulun aiau ladan lainnya yang
ncnclcrjalan icnaga lcrja, aiau cnyclcnggara
ncgara yang ncnclcrjalan cgawai ncgcri dcngan
ncnlayar gaji, uaI, aiau inlalan dalan lcniul
lainnya.
10. Caji aiau UaI adalaI Ial Pclcrja yang diicrina dan
dinyaialan dalan lcniul uang sclagai inlalan dari
Pcnlcri Kcrja lcada Pclcrja yang diicialan dan
dilayar ncnurui suaiu crjanjian lcrja, lcscalaian,
aiau craiuran crundang-undangan, icrnasul
iunjangan lagi Pclcrja dan lcluarganya aias suaiu
clcrjaan dan/aiau jasa yang iclaI aiau alan
dilalulan.
11. Pcnuiusan .

- 2 -
3. Undang-Undang Nonor 24 TaIun 2011 icniang Dadan
Pcnyclcnggara Janinan Sosial (Lcnlaran Ncgara
Fcullil Indoncsia TaIun 2011 Nonor 116,
TanlaIan Lcnlaran Ncgara Fcullil Indoncsia
Nonor 5256};

MEMUTUSKAN.
Mcncialan. PEFATUFAN PFESIDEN TENTANC JAMINAN KESEHATAN.

DAD I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalan Pcraiuran Prcsidcn ini yang dinalsud dcngan.
1. Janinan KcscIaian adalaI janinan lcrua
crlindungan lcscIaian agar cscria ncncrolcI
nanfaai cncliIaraan lcscIaian dan crlindungan
dalan ncncnuIi lcluiuIan dasar lcscIaian yang
dilcrilan lcada sciia orang yang iclaI ncnlayar
iuran aiau iurannya dilayar olcI cncriniaI.
2. Dadan Pcnyclcnggara Janinan Sosial KcscIaian yang
sclanjuinya disinglai DPJS KcscIaian adalaI ladan
Iulun yang dilcniul uniul ncnyclcnggaralan
rogran Janinan KcscIaian.
3. Pcncrina Daniuan Iuran Janinan KcscIaian yang
sclanjuinya disclui PDI Janinan KcscIaian adalaI
falir nislin dan orang iidal nanu sclagai cscria
rogran Janinan KcscIaian.
4. Pcscria .

- 4 -

11. Pcnuiusan Hulungan Kcrja yang sclanjuinya
disinglai PHK adalaI cngalIiran Iulungan lcrja
larcna suaiu Ial icricniu yang ncngalilailan
lcralIirnya Ial dan lcwajilan aniara Pclcrja/luruI
dan Pcnlcri Kcrja lcrdasarlan craiuran crundang-
undangan.
12. Cacai Toial Tcia adalaI cacai yang ncngalilailan
lciidalnanuan scscorang uniul nclalulan
clcrjaan.
13. Iuran Janinan KcscIaian adalaI scjunlaI uang yang
dilayarlan sccara icraiur olcI Pcscria, Pcnlcri Kcrja
dan/aiau PcncriniaI uniul rogran Janinan
KcscIaian.
14. Fasiliias KcscIaian adalaI fasiliias clayanan
lcscIaian yang digunalan uniul ncnyclcnggaralan
uaya clayanan lcscIaian crorangan, lail ronoiif,
rcvcniif, luraiif nauun rcIaliliiaiif yang dilalulan
olcI PcncriniaI, PcncriniaI DacraI, dan/aiau
Masyaralai.
15. Pcjalai Ncgara adalaI ininan dan anggoia lcnlaga
ncgara sclagainana dinalsud dalan Undang- Undang
Dasar Ncgara Fcullil Indoncsia TaIun 1945 dan
Pcjalai Ncgara yang diicniulan olcI Undang-Undang.
16. Pcgawai .


- 5 -
16. Pcgawai PcncriniaI Non Pcgawai Ncgcri adalaI
cgawai iidal icia, cgawai Ionorcr, siaf lIusus dan
cgawai lain yang dilayarlan olcI Anggaran
Pcndaaian dan Dclanja Ncgara aiau Anggaran
Pcndaaian dan Dclanja DacraI.
17. Anggoia Tcniara Nasional Indoncsia yang sclanjuinya
disclui Anggoia TNI adalaI crsonil/rajurii alai
ncgara di lidang criaIanan yang nclalsanalan
iugasnya sccara naira di lawaI ininan Kcala Siaf
Anglaian aiau galungan di lawaI Pininan Panglina
TNI.
18. Anggoia Kcolisian Ncgara Fcullil Indoncsia yang
sclanjuinya disclui Anggoia Polri adalaI cgawai
ncgcri ada Kcolisian Ncgara Fcullil Indoncsia yang
nclalsanalan fungsi lcolisian.
19. Vcicran adalaI Vcicran Fcullil Indoncsia
sclagainana dinalsud dalan Undang-Undang Nonor
15 TaIun 2012 icniang Vcicran Fcullil Indoncsia.
20. Pcriniis Kcncrdclaan adalaI Pcriniis Kcncrdclaan
sclagainana dinalsud dalan Undang-Undang Nonor
5 Prs TaIun 1964 icniang Pcnlcrian PcngIargaan/
Tunjangan lcada Pcriniis Pcrgcralan Kclangsaan/
Kcncrdclaan.

21. PcncriniaI .


- 4 -

11. Pcnuiusan Hulungan Kcrja yang sclanjuinya
disinglai PHK adalaI cngalIiran Iulungan lcrja
larcna suaiu Ial icricniu yang ncngalilailan
lcralIirnya Ial dan lcwajilan aniara Pclcrja/luruI
dan Pcnlcri Kcrja lcrdasarlan craiuran crundang-
undangan.
12. Cacai Toial Tcia adalaI cacai yang ncngalilailan
lciidalnanuan scscorang uniul nclalulan
clcrjaan.
13. Iuran Janinan KcscIaian adalaI scjunlaI uang yang
dilayarlan sccara icraiur olcI Pcscria, Pcnlcri Kcrja
dan/aiau PcncriniaI uniul rogran Janinan
KcscIaian.
14. Fasiliias KcscIaian adalaI fasiliias clayanan
lcscIaian yang digunalan uniul ncnyclcnggaralan
uaya clayanan lcscIaian crorangan, lail ronoiif,
rcvcniif, luraiif nauun rcIaliliiaiif yang dilalulan
olcI PcncriniaI, PcncriniaI DacraI, dan/aiau
Masyaralai.
15. Pcjalai Ncgara adalaI ininan dan anggoia lcnlaga
ncgara sclagainana dinalsud dalan Undang- Undang
Dasar Ncgara Fcullil Indoncsia TaIun 1945 dan
Pcjalai Ncgara yang diicniulan olcI Undang-Undang.
16. Pcgawai .


- 6 -
21. PcncriniaI Pusai yang sclanjuinya disclui PcncriniaI
adalaI Prcsidcn Fcullil Indoncsia yang ncncgang
lcluasaan cncriniaIan Ncgara Fcullil Indoncsia
sclagainana dinalsud dalan Undang-Undang Dasar
Ncgara Fcullil Indoncsia TaIun 1945.
22. PcncriniaI DacraI adalaI Culcrnur, Duaii, aiau
Waliloia, dan cranglai dacraI sclagai unsur
cnyclcnggara cncriniaIan dacraI.
23. Mcnicri adalaI ncnicri yang ncnyclcnggaralan
urusan cncriniaIan di lidang lcscIaian.



DAD II
PESEFTA DAN KEPESEFTAAN

Dagian Kcsaiu
Pcscria Janinan KcscIaian

Pasal 2
Pcscria Janinan KcscIaian ncliuii.
a. PDI Janinan KcscIaian; dan
l. lulan PDI Janinan KcscIaian.

Pasal 3 .


- 7 -
Pasal 3
(1} Pcscria PDI Janinan KcscIaian sclagainana
dinalsud dalan Pasal 2 Iuruf a ncliuii orang yang
icrgolong falir nislin dan orang iidal nanu.
(2} Pcnciaan Pcscria PDI Janinan KcscIaian
sclagainana dinalsud ada ayai (1} dilalulan scsuai
dcngan lcicniuan craiuran crundang-undangan.


Pasal 4
(1} Pcscria lulan PDI Janinan KcscIaian sclagainana
dinalsud dalan Pasal 2 Iuruf l ncrualan Pcscria
yang iidal icrgolong falir nislin dan orang iidal
nanu yang icrdiri aias.
a. Pclcrja Pcncrina UaI dan anggoia lcluarganya;
l. Pclcrja Dulan Pcncrina UaI dan anggoia
lcluarganya; dan
c. lulan Pclcrja dan anggoia lcluarganya.
(2} Pclcrja Pcncrina UaI sclagainana dinalsud ada
ayai (1} Iuruf a icrdiri aias.
a. Pcgawai Ncgcri Siil;
l. Anggoia TNI;
c. Anggoia Polri;
d. Pcjalai Ncgara;
c. Pcgawai PcncriniaI Non Pcgawai Ncgcri;
f. cgawai .

- 6 -
21. PcncriniaI Pusai yang sclanjuinya disclui PcncriniaI
adalaI Prcsidcn Fcullil Indoncsia yang ncncgang
lcluasaan cncriniaIan Ncgara Fcullil Indoncsia
sclagainana dinalsud dalan Undang-Undang Dasar
Ncgara Fcullil Indoncsia TaIun 1945.
22. PcncriniaI DacraI adalaI Culcrnur, Duaii, aiau
Waliloia, dan cranglai dacraI sclagai unsur
cnyclcnggara cncriniaIan dacraI.
23. Mcnicri adalaI ncnicri yang ncnyclcnggaralan
urusan cncriniaIan di lidang lcscIaian.



DAD II
PESEFTA DAN KEPESEFTAAN

Dagian Kcsaiu
Pcscria Janinan KcscIaian

Pasal 2
Pcscria Janinan KcscIaian ncliuii.
a. PDI Janinan KcscIaian; dan
l. lulan PDI Janinan KcscIaian.

Pasal 3 .


- 8 -
f. cgawai swasia; dan
g. Pclcrja yang iidal icrnasul Iuruf a sanai
dcngan Iuruf f yang ncncrina UaI.
(3} Pclcrja Dulan Pcncrina UaI sclagainana dinalsud
ada ayai (1} Iuruf l icrdiri aias.
a. Pclcrja di luar Iulungan lcrja aiau Pclcrja
nandiri; dan
l. Pclcrja yang iidal icrnasul Iuruf a yang lulan
cncrina UaI.
(4} Dulan Pclcrja sclagainana dinalsud ada ayai (1}
Iuruf c icrdiri aias.
a. invcsior;
l. Pcnlcri Kcrja;
c. cncrina cnsiun;
d. Vcicran;
c. Pcriniis Kcncrdclaan; dan
f. lulan Pclcrja yang iidal icrnasul Iuruf a sanai
dcngan Iuruf c yang nanu ncnlayar iuran.
(5} Pcncrina cnsiun sclagainana dinalsud ada ayai (4}
Iuruf c icrdiri aias.
a. Pcgawai Ncgcri Siil yang lcrIcnii dcngan Ial
cnsiun;
l. Anggoia TNI dan Anggoia Polri yang lcrIcnii
dcngan Ial cnsiun;
c. Pcjalai Ncgara yang lcrIcnii dcngan Ial cnsiun;
d. cncrina cnsiun sclain Iuruf a, Iuruf l, dan
Iuruf c; dan
c. janda .

- 9 -
c. janda, duda, aiau anal yaiin iaiu dari cncrina
cnsiun sclagainana dinalsud ada Iuruf a
sanai dcngan Iuruf d yang ncndaai Ial
cnsiun.
(6} Pclcrja sclagainana dinalsud ada ayai (1} Iuruf a
dan Iuruf l icrnasul warga ncgara asing yang lclcrja
di Indoncsia aling singlai 6 (cnan} lulan.
(7} Janinan KcscIaian lagi Pclcrja warga ncgara
Indoncsia yang lclcrja di luar ncgcri diaiur dcngan
lcicniuan craiuran crundang-undangan icrscndiri.


Pasal 5
(1} Anggoia lcluarga sclagainana dinalsud dalan Pasal
4 ayai (1} Iuruf a ncliuii.
a. isiri aiau suani yang saI dari Pcscria; dan
l. anal landung, anal iiri dan/aiau anal anglai
yang saI dari Pcscria, dcngan lriicria.
1. iidal aiau lclun crnaI ncnilaI aiau iidal
ncnunyai cngIasilan scndiri; dan
2. lclun lcrusia 21 (dua uluI saiu} iaIun aiau
lclun lcrusia 25 (dua uluI lina} iaIun yang
nasiI nclanjuilan cndidilan fornal.
(2} Pcscria lulan PDI Janinan KcscIaian daai
ncngiluiscrialan anggoia lcluarga yang lain.

Dagian .

- 8 -
f. cgawai swasia; dan
g. Pclcrja yang iidal icrnasul Iuruf a sanai
dcngan Iuruf f yang ncncrina UaI.
(3} Pclcrja Dulan Pcncrina UaI sclagainana dinalsud
ada ayai (1} Iuruf l icrdiri aias.
a. Pclcrja di luar Iulungan lcrja aiau Pclcrja
nandiri; dan
l. Pclcrja yang iidal icrnasul Iuruf a yang lulan
cncrina UaI.
(4} Dulan Pclcrja sclagainana dinalsud ada ayai (1}
Iuruf c icrdiri aias.
a. invcsior;
l. Pcnlcri Kcrja;
c. cncrina cnsiun;
d. Vcicran;
c. Pcriniis Kcncrdclaan; dan
f. lulan Pclcrja yang iidal icrnasul Iuruf a sanai
dcngan Iuruf c yang nanu ncnlayar iuran.
(5} Pcncrina cnsiun sclagainana dinalsud ada ayai (4}
Iuruf c icrdiri aias.
a. Pcgawai Ncgcri Siil yang lcrIcnii dcngan Ial
cnsiun;
l. Anggoia TNI dan Anggoia Polri yang lcrIcnii
dcngan Ial cnsiun;
c. Pcjalai Ncgara yang lcrIcnii dcngan Ial cnsiun;
d. cncrina cnsiun sclain Iuruf a, Iuruf l, dan
Iuruf c; dan
c. janda .

- 10 -
Dagian Kcdua
Kccscriaan Janinan KcscIaian
Pasal 6
(1} Kccscriaan Janinan KcscIaian lcrsifai wajil dan
dilalulan sccara lcriaIa scIingga ncncalu scluruI
cndudul.
(2} PcniaIaan sclagainana dinalsud ada ayai (1}
dilalulan sclagai lcrilui.
a. TaIa criana nulai ianggal 1 Januari 2014,
aling scdilii ncliuii .
1. PDI Janinan KcscIaian;
2. Anggoia TNI/Pcgawai Ncgcri Siil di linglungan
Kcncnicrian PcriaIanan dan anggoia
lcluarganya;
3. Anggoia Polri/Pcgawai Ncgcri Siil di
linglungan Polri dan anggoia lcluarganya;
4. Pcscria asuransi lcscIaian PcrusaIaan Pcrscro
(Pcrscro} Asuransi KcscIaian Indoncsia
(ASKES} dan anggoia lcluarganya; dan
5. Pcscria Janinan PcncliIaraan KcscIaian
PcrusaIaan Pcrscro (Pcrscro} Janinan Sosial
Tcnaga Kcrja (JAMSOSTEK} dan anggoia
lcluarganya;
l. TaIa lcdua ncliuii scluruI cndudul yang
lclun nasul sclagai Pcscria DPJS KcscIaian
aling lanlai ada ianggal 1 Januari 2019.
Dagian ...

- 11 -
Dagian Kciiga
Pcscria yang Mcngalani Pcnuiusan Hulungan Kcrja dan
Cacai Toial Tcia
Pasal 7
(1} Pcscria sclagainana dinalsud dalan Pasal 4 ayai (1}
Iuruf a yang ncngalani PHK icia ncncrolcI Ial
Manfaai Janinan KcscIaian aling lana 6 (cnan}
lulan scjal di PHK iana ncnlayar iuran.
(2} Pcscria sclagainana dinalsud ada ayai (1} yang
iclaI lclcrja lcnlali wajil ncncranjang siaius
lccscriaannya dcngan ncnlayar iuran.
(3} Dalan Ial Pcscria sclagainana dinalsud ada ayai
(1} dan ayai (2} iidal lclcrja lcnlali dan iidal
nanu, lcrIal ncnjadi Pcscria PDI Janinan
KcscIaian.


Pasal 8
(1} Pcscria lulan PDI Janinan KcscIaian yang
ncngalani Cacai Toial Tcia dan iidal nanu, lcrIal
ncnjadi Pcscria PDI Janinan KcscIaian.
(2} Pcnciaan Cacai Toial Tcia sclagainana dinalsud
ada ayai (1} dilalulan olcI dolicr yang lcrwcnang.

Dagian ...


- 10 -
Dagian Kcdua
Kccscriaan Janinan KcscIaian
Pasal 6
(1} Kccscriaan Janinan KcscIaian lcrsifai wajil dan
dilalulan sccara lcriaIa scIingga ncncalu scluruI
cndudul.
(2} PcniaIaan sclagainana dinalsud ada ayai (1}
dilalulan sclagai lcrilui.
a. TaIa criana nulai ianggal 1 Januari 2014,
aling scdilii ncliuii .
1. PDI Janinan KcscIaian;
2. Anggoia TNI/Pcgawai Ncgcri Siil di linglungan
Kcncnicrian PcriaIanan dan anggoia
lcluarganya;
3. Anggoia Polri/Pcgawai Ncgcri Siil di
linglungan Polri dan anggoia lcluarganya;
4. Pcscria asuransi lcscIaian PcrusaIaan Pcrscro
(Pcrscro} Asuransi KcscIaian Indoncsia
(ASKES} dan anggoia lcluarganya; dan
5. Pcscria Janinan PcncliIaraan KcscIaian
PcrusaIaan Pcrscro (Pcrscro} Janinan Sosial
Tcnaga Kcrja (JAMSOSTEK} dan anggoia
lcluarganya;
l. TaIa lcdua ncliuii scluruI cndudul yang
lclun nasul sclagai Pcscria DPJS KcscIaian
aling lanlai ada ianggal 1 Januari 2019.
Dagian ...

- 12 -
Dagian Kccnai
PcrulaIan Siaius Kccscriaan
Pasal 9
(1} PcrulaIan siaius lccscriaan dari Pcscria PDI
Janinan KcscIaian ncnjadi lulan Pcscria PDI
Janinan KcscIaian dilalulan nclalui cndafiaran lc
DPJS KcscIaian dcngan ncnlayar iuran criana.
(2} PcrulaIan siaius lccscriaan sclagainana dinalsud
ada ayai (1} iidal ncngalilailan icruiusnya
Manfaai Janinan KcscIaian.
(3} PcrulaIan siaius lccscriaan dari lulan Pcscria PDI
Janinan KcscIaian ncnjadi Pcscria PDI Janinan
KcscIaian dilalulan scsuai dcngan lcicniuan
craiuran crundang-undangan.

DAD III
PENDAFTAFAN PESEFTA DAN PEFUDAHAN
DATA KEPESEFTAAN
Pasal 10
(1} PcncriniaI ncndafiarlan PDI Janinan KcscIaian
sclagai Pcscria lcada DPJS KcscIaian.
(2} Pcndafiaran Pcscria PDI Janinan KcscIaian
sclagainana dinalsud ada ayai (1} dilalsanalan
scsuai dcngan lcicniuan craiuran crundang-
undangan.
Pasal 11 .

- 13 -
Pasal 11
(1} Sciia Pcnlcri Kcrja wajil ncndafiarlan dirinya dan
Pclcrjanya sclagai cscria Janinan KcscIaian lcada
DPJS KcscIaian dcngan ncnlayar iuran.
(2} Dalan Ial Pcnlcri Kcrja sccara nyaia-nyaia iidal
ncndafiarlan Pclcrjanya lcada DPJS KcscIaian,
Pclcrja yang lcrsangluian lcrIal ncndafiarlan
dirinya sclagai Pcscria Janinan KcscIaian.
(3} Sciia Pclcrja Dulan Pcncrina UaI wajil
ncndafiarlan dirinya dan anggoia lcluarganya sccara
scndiri-scndiri aiau lcrlclonol sclagai Pcscria
Janinan KcscIaian ada DPJS KcscIaian dcngan
ncnlayar iuran.
(4} Sciia orang lulan Pclcrja wajil ncndafiarlan dirinya
dan anggoia lcluarganya sclagai Pcscria Janinan
KcscIaian lcada DPJS KcscIaian dcngan ncnlayar
iuran.


Pasal 12
(1} Sciia Pcscria yang iclaI icrdafiar ada DPJS
KcscIaian lcrIal ncndaailan idcniiias Pcscria.
(2} Idcniiias Pcscria sclagainana dinalsud ada ayai (1}
aling scdilii ncnuai nana dan nonor idcniiias
Pcscria.
(3} Nonor .

- 12 -
Dagian Kccnai
PcrulaIan Siaius Kccscriaan
Pasal 9
(1} PcrulaIan siaius lccscriaan dari Pcscria PDI
Janinan KcscIaian ncnjadi lulan Pcscria PDI
Janinan KcscIaian dilalulan nclalui cndafiaran lc
DPJS KcscIaian dcngan ncnlayar iuran criana.
(2} PcrulaIan siaius lccscriaan sclagainana dinalsud
ada ayai (1} iidal ncngalilailan icruiusnya
Manfaai Janinan KcscIaian.
(3} PcrulaIan siaius lccscriaan dari lulan Pcscria PDI
Janinan KcscIaian ncnjadi Pcscria PDI Janinan
KcscIaian dilalulan scsuai dcngan lcicniuan
craiuran crundang-undangan.

DAD III
PENDAFTAFAN PESEFTA DAN PEFUDAHAN
DATA KEPESEFTAAN
Pasal 10
(1} PcncriniaI ncndafiarlan PDI Janinan KcscIaian
sclagai Pcscria lcada DPJS KcscIaian.
(2} Pcndafiaran Pcscria PDI Janinan KcscIaian
sclagainana dinalsud ada ayai (1} dilalsanalan
scsuai dcngan lcicniuan craiuran crundang-
undangan.
Pasal 11 .

- 14 -
(3} Nonor idcniiias Pcscria sclagainana dinalsud ada
ayai (2} ncrualan nonor idcniiias iunggal yang
lcrlalu uniul scnua rogran janinan sosial.


Pasal 13
(1} Pcscria Pclcrja Pcncrina UaI wajil ncnyanailan
crulaIan daia lccscriaan lcada Pcnlcri Kcrja.
(2} Pcnlcri Kcrja wajil nclaorlan crulaIan daia
lccscriaan sclagainana dinalsud ada ayai (1}
lcada DPJS KcscIaian.
(3} Dalan Ial Pcnlcri Kcrja sccara nyaia-nyaia iidal
nclaorlan crulaIan daia lccscriaan lcada DPJS
KcscIaian, Pclcrja yang lcrsangluian daai
nclaorlan crulaIan daia lccscriaan sccara
langsung lcada DPJS KcscIaian.
(4} Pcscria Pclcrja Dulan Pcncrina UaI dan lulan
Pclcrja wajil ncnyanailan crulaIan daia
lccscriaan lcada DPJS KcscIaian.


Pasal 14
Pcscria yang indaI lcrja wajil nclaorlan daia
lccscriaannya dan idcniiias Pcnlcri Kcrja yang laru
lcada DPJS KcscIaian dcngan ncnunjullan idcniiias
Pcscria.
Pasal 15.

- 15 -
Pasal 15
Kcicniuan lcliI lanjui ncngcnai roscdur cndafiaran,
vcrifilasi lccscriaan, crulaIan daia lccscriaan, dan
idcniiias Pcscria sclagainana dinalsud dalan Pasal 11,
Pasal 12, Pasal 13, dan Pasal 14 diaiur dcngan Pcraiuran
DPJS KcscIaian sciclaI lcrloordinasi dcngan
lcncnicrian/lcnlaga icrlaii.


DAD IV
IUFAN
Dagian Kcsaiu
Dcsaran Iuran
Pasal 16
(1} Iuran Janinan KcscIaian lagi Pcscria PDI Janinan
KcscIaian dilayar olcI PcncriniaI.
(2} Iuran Janinan KcscIaian lagi Pcscria Pclcrja
Pcncrina UaI dilayar olcI Pcnlcri Kcrja dan
Pclcrja.
(3} Iuran Janinan KcscIaian lagi Pcscria Pclcrja Dulan
Pcncrina UaI dan cscria lulan Pclcrja dilayar olcI
Pcscria yang lcrsangluian.
(4} Kcicniuan lcliI lanjui ncngcnai lcsaran Iuran
Janinan KcscIaian sclagainana dinalsud ada ayai
(1}, ayai (2}, dan ayai (3} diaiur dcngan Pcraiuran
Prcsidcn.
Dagian ...

- 14 -
(3} Nonor idcniiias Pcscria sclagainana dinalsud ada
ayai (2} ncrualan nonor idcniiias iunggal yang
lcrlalu uniul scnua rogran janinan sosial.


Pasal 13
(1} Pcscria Pclcrja Pcncrina UaI wajil ncnyanailan
crulaIan daia lccscriaan lcada Pcnlcri Kcrja.
(2} Pcnlcri Kcrja wajil nclaorlan crulaIan daia
lccscriaan sclagainana dinalsud ada ayai (1}
lcada DPJS KcscIaian.
(3} Dalan Ial Pcnlcri Kcrja sccara nyaia-nyaia iidal
nclaorlan crulaIan daia lccscriaan lcada DPJS
KcscIaian, Pclcrja yang lcrsangluian daai
nclaorlan crulaIan daia lccscriaan sccara
langsung lcada DPJS KcscIaian.
(4} Pcscria Pclcrja Dulan Pcncrina UaI dan lulan
Pclcrja wajil ncnyanailan crulaIan daia
lccscriaan lcada DPJS KcscIaian.


Pasal 14
Pcscria yang indaI lcrja wajil nclaorlan daia
lccscriaannya dan idcniiias Pcnlcri Kcrja yang laru
lcada DPJS KcscIaian dcngan ncnunjullan idcniiias
Pcscria.
Pasal 15.

- 16 -
Dagian Kcdua
Pcnlayaran Iuran
Pasal 17
(1} Pcnlcri Kcrja wajil ncnlayar Iuran Janinan
KcscIaian scluruI Pcscria yang ncnjadi ianggung
jawalnya ada sciia lulan yang dilayarlan aling
lanlai ianggal 10 (sculuI} sciia lulan lcada DPJS
KcscIaian.
(2} Aalila ianggal 10 (sculuI} sclagainana dinalsud
ada ayai (1} jaiuI ada Iari lilur, nala iuran
dilayarlan ada Iari lcrja lcriluinya.
(3} Pcnlayaran Iuran Janinan KcscIaian sclagainana
dinalsud ada ayai (1} sudaI icrnasul iuran yang
ncnjadi ianggung jawal Pcscria.
(4} Kcicrlanlaian cnlayaran Iuran Janinan KcscIaian
sclagainana dinalsud ada ayai (1}, dilcnalan dcnda
adninisiraiif sclcsar 2% (dua crscn} cr lulan dari
ioial iuran yang icriunggal dan dilayar olcI Pcnlcri
Kcrja.
(5} Pcscria Pclcrja Dulan Pcncrina UaI dan Pcscria
lulan Pclcrja wajil ncnlayar Iuran Janinan
KcscIaian ada sciia lulan yang dilayarlan aling
lanlai ianggal 10 (sculuI} sciia lulan lcada DPJS
KcscIaian.
(6} Pcnlayaran Iuran Janinan KcscIaian daai
dilalulan diawal uniul lcliI dari 1 (saiu} lulan.
(7} Kcicniuan .

- 17 -
(7} Kcicniuan lcliI lanjui ncngcnai iaia cara cngcnaan
dcnda adninisiraiif diaiur dcngan Pcraiuran DPJS
KcscIaian.


Dagian Kciiga
KclcliIan dan Kclurangan Iuran
Pasal 18
(1} DPJS KcscIaian ncngIiiung lclcliIan aiau
lclurangan Iuran Janinan KcscIaian scsuai dcngan
Caji aiau UaI Pcscria.
(2} Dalan Ial icrjadi lclcliIan aiau lclurangan
cnlayaran iuran sclagainana dinalsud ada ayai
(1}, DPJS KcscIaian ncnlcriiaIulan sccara icriulis
lcada Pcnlcri Kcrja dan/aiau Pcscria aling lanlai
14 (cnai lclas} Iari lcrja scjal diicrinanya iuran.
(3} KclcliIan aiau lclurangan cnlayaran iuran
sclagainana dinalsud ada ayai (2} dicrIiiunglan
dcngan cnlayaran iuran lulan lcriluinya.


Pasal 19
Kcicniuan lcliI lanjui ncngcnai iaia cara cnlayaran
iuran diaiur dcngan Pcraiuran DPJS KcscIaian sciclaI
lcrloordinasi dcngan lcncnicrian/lcnlaga icrlaii.

DAD V .

- 16 -
Dagian Kcdua
Pcnlayaran Iuran
Pasal 17
(1} Pcnlcri Kcrja wajil ncnlayar Iuran Janinan
KcscIaian scluruI Pcscria yang ncnjadi ianggung
jawalnya ada sciia lulan yang dilayarlan aling
lanlai ianggal 10 (sculuI} sciia lulan lcada DPJS
KcscIaian.
(2} Aalila ianggal 10 (sculuI} sclagainana dinalsud
ada ayai (1} jaiuI ada Iari lilur, nala iuran
dilayarlan ada Iari lcrja lcriluinya.
(3} Pcnlayaran Iuran Janinan KcscIaian sclagainana
dinalsud ada ayai (1} sudaI icrnasul iuran yang
ncnjadi ianggung jawal Pcscria.
(4} Kcicrlanlaian cnlayaran Iuran Janinan KcscIaian
sclagainana dinalsud ada ayai (1}, dilcnalan dcnda
adninisiraiif sclcsar 2% (dua crscn} cr lulan dari
ioial iuran yang icriunggal dan dilayar olcI Pcnlcri
Kcrja.
(5} Pcscria Pclcrja Dulan Pcncrina UaI dan Pcscria
lulan Pclcrja wajil ncnlayar Iuran Janinan
KcscIaian ada sciia lulan yang dilayarlan aling
lanlai ianggal 10 (sculuI} sciia lulan lcada DPJS
KcscIaian.
(6} Pcnlayaran Iuran Janinan KcscIaian daai
dilalulan diawal uniul lcliI dari 1 (saiu} lulan.
(7} Kcicniuan .

- 18 -
DAD V
MANFAAT JAMINAN KESEHATAN

Pasal 20
(1} Sciia Pcscria lcrIal ncncrolcI Manfaai Janinan
KcscIaian yang lcrsifai clayanan lcscIaian
crorangan, ncncalu clayanan ronoiif, rcvcniif,
luraiif, dan rcIaliliiaiif icrnasul clayanan olai dan
laIan ncdis Ialis alai scsuai dcngan lcluiuIan
ncdis yang dicrlulan.
(2} Manfaai Janinan KcscIaian sclagainana dinalsud
ada ayai (1} icrdiri aias Manfaai ncdis dan Manfaai
non ncdis.
(3} Manfaai ncdis sclagainana dinalsud ada ayai (2}
iidal icrilai dcngan lcsaran iuran yang dilayarlan.
(4} Manfaai non ncdis sclagainana dinalsud ada ayai
(2} ncliuii Manfaai alonodasi dan anlulans.
(5} Manfaai alonodasi sclagainana dinalsud ada ayai
(4} diicniulan lcrdasarlan slala lcsaran iuran yang
dilayarlan.
(6} Anlulans sclagainana dinalsud ada ayai (4} Ianya
dilcrilan uniul asicn rujulan dari Fasiliias
KcscIaian dcngan londisi icricniu yang diicialan
olcI DPJS KcscIaian.

Pasal 21 .

- 19 -

Pasal 21
(1} Manfaai clayanan ronoiif dan rcvcniif ncliuii
cnlcrian clayanan.
a. cnyuluIan lcscIaian crorangan;
l. inunisasi dasar;
c. lcluarga lcrcncana; dan
d. slrining lcscIaian.
(2} PcnyuluIan lcscIaian crorangan sclagainana
dinalsud ada ayai (1} Iuruf a ncliuii aling scdilii
cnyuluIan ncngcnai cngclolaan falior risilo
cnyalii dan crilalu Iidu lcrsiI dan scIai.
(3} Pclayanan inunisasi dasar sclagainana dinalsud
ada ayai (1} Iuruf l ncliuii Huccc Cunctt Gucn
(DCC}, Dtc Pctuss Tctunus dan Hcaiiiis-D (DPT-
HD}, Polio, dan Canal.
(4} Pclayanan lcluarga lcrcncana sclagainana dinalsud
ada ayai (1} Iuruf c ncliuii lonscling, lonirascsi
dasar, vasclioni dan iulclioni lclcrja sana dcngan
lcnlaga yang ncnlidangi lcluarga lcrcncana.
(5} Valsin uniul inunisasi dasar dan alai lonirascsi
dasar sclagainana dinalsud ada ayai (3} dan ayai (4}
discdialan olcI PcncriniaI dan/aiau PcncriniaI
DacraI.

(6} Pclayanan .


- 18 -
DAD V
MANFAAT JAMINAN KESEHATAN

Pasal 20
(1} Sciia Pcscria lcrIal ncncrolcI Manfaai Janinan
KcscIaian yang lcrsifai clayanan lcscIaian
crorangan, ncncalu clayanan ronoiif, rcvcniif,
luraiif, dan rcIaliliiaiif icrnasul clayanan olai dan
laIan ncdis Ialis alai scsuai dcngan lcluiuIan
ncdis yang dicrlulan.
(2} Manfaai Janinan KcscIaian sclagainana dinalsud
ada ayai (1} icrdiri aias Manfaai ncdis dan Manfaai
non ncdis.
(3} Manfaai ncdis sclagainana dinalsud ada ayai (2}
iidal icrilai dcngan lcsaran iuran yang dilayarlan.
(4} Manfaai non ncdis sclagainana dinalsud ada ayai
(2} ncliuii Manfaai alonodasi dan anlulans.
(5} Manfaai alonodasi sclagainana dinalsud ada ayai
(4} diicniulan lcrdasarlan slala lcsaran iuran yang
dilayarlan.
(6} Anlulans sclagainana dinalsud ada ayai (4} Ianya
dilcrilan uniul asicn rujulan dari Fasiliias
KcscIaian dcngan londisi icricniu yang diicialan
olcI DPJS KcscIaian.

Pasal 21 .

- 20 -
(6} Pclayanan slrining lcscIaian sclagainana dinalsud
ada ayai (1} Iuruf d dilcrilan sccara sclcliif yang
diiujulan uniul ncndciclsi risilo cnyalii dan
ncnccgaI danal lanjuian dari risilo cnyalii
icricniu.
(7} Kcicniuan ncngcnai iaia cara cnlcrian clayanan
slrining lcscIaian jcnis cnyalii, dan waliu
clayanan slrining lcscIaian sclagainana dinalsud
ada ayai (6} diaiur dcngan Pcraiuran Mcnicri.

Pasal 22
(1} Pclayanan lcscIaian yang dijanin icrdiri aias.
a. clayanan lcscIaian iinglai criana, ncliuii
clayanan lcscIaian non scsialisiil yang
ncncalu.
1. adninisirasi clayanan;
2. clayanan ronoiif dan rcvcniif;
3. cncrilsaan, cngolaian, dan lonsuliasi
ncdis;
4. iindalan ncdis non scsialisiil, lail ocraiif
nauun non ocraiif;
5. clayanan olai dan laIan ncdis Ialis alai;
6. iransfusi daraI scsuai dcngan lcluiuIan
ncdis;

7. cncrilsaan .



- 21 -
7. cncrilsaan cnunjang diagnosiil laloraioriun
iinglai raiana; dan
8. rawai ina iinglai criana scsuai dcngan
indilasi.
l. Pclayanan lcscIaian rujulan iinglai lanjuian,
ncliuii clayanan lcscIaian yang ncncalu.
1. rawai jalan yang ncliuii.
a} adninisirasi clayanan;
l} cncrilsaan, cngolaian dan lonsuliasi
scsialisiil olcI dolicr scsialis dan
sulscsialis;
c} iindalan ncdis scsialisiil scsuai dcngan
indilasi ncdis;
d} clayanan olai dan laIan ncdis Ialis
alai;
c} clayanan alai lcscIaian inlan;
f} clayanan cnunjang diagnosiil lanjuian
scsuai dcngan indilasi ncdis;
g} rcIaliliiasi ncdis;
I} clayanan daraI;
i} clayanan lcdolicran forcnsil; dan
j} clayanan jcnazaI di Fasiliias KcscIaian.
2. rawai ina yang ncliuii.
a} crawaian ina non inicnsif; dan
l} crawaian ina di ruang inicnsif.
c. clayanan lcscIaian lain yang diicialan olcI
Mcnicri.
(2} Dalan .

- 20 -
(6} Pclayanan slrining lcscIaian sclagainana dinalsud
ada ayai (1} Iuruf d dilcrilan sccara sclcliif yang
diiujulan uniul ncndciclsi risilo cnyalii dan
ncnccgaI danal lanjuian dari risilo cnyalii
icricniu.
(7} Kcicniuan ncngcnai iaia cara cnlcrian clayanan
slrining lcscIaian jcnis cnyalii, dan waliu
clayanan slrining lcscIaian sclagainana dinalsud
ada ayai (6} diaiur dcngan Pcraiuran Mcnicri.

Pasal 22
(1} Pclayanan lcscIaian yang dijanin icrdiri aias.
a. clayanan lcscIaian iinglai criana, ncliuii
clayanan lcscIaian non scsialisiil yang
ncncalu.
1. adninisirasi clayanan;
2. clayanan ronoiif dan rcvcniif;
3. cncrilsaan, cngolaian, dan lonsuliasi
ncdis;
4. iindalan ncdis non scsialisiil, lail ocraiif
nauun non ocraiif;
5. clayanan olai dan laIan ncdis Ialis alai;
6. iransfusi daraI scsuai dcngan lcluiuIan
ncdis;

7. cncrilsaan .



- 22 -
(2} Dalan Ial clayanan lcscIaian lain sclagainana
dinalsud ada ayai (1} Iuruf c iclaI diianggung dalan
rogran cncriniaI, nala iidal icrnasul dalan
clayanan lcscIaian yang dijanin.
(3} Dalan Ial dicrlulan, sclain clayanan lcscIaian
sclagainana dinalsud ada ayai (1} Pcscria juga
lcrIal ncndaailan clayanan lcrua alai laniu
lcscIaian.
(4} Jcnis dan lafon Iarga alai laniu lcscIaian
sclagainana dinalsud ada ayai (3} diicialan olcI
Mcnicri.


Pasal 23
Manfaai alonodasi sclagainana dinalsud dalan Pasal
20 ayai (5} lcrua layanan rawai ina sclagai lcrilui.
a. ruang crawaian lclas III lagi.
1. Pcscria PDI Janinan KcscIaian; dan
2. Pcscria Pclcrja Dulan Pcncrina UaI dan Pcscria
lulan Pclcrja dcngan iuran uniul Manfaai
clayanan di ruang crawaian lclas III.
l. ruang crawaian lclas II lagi.
1. Pcgawai Ncgcri Siil dan cncrina cnsiun Pcgawai
Ncgcri Siil golongan ruang I dan golongan ruang II
lcscria anggoia lcluarganya;
2. Anggoia .

- 23 -
2. Anggoia TNI dan cncrina cnsiun Anggoia TNI
yang sciara Pcgawai Ncgcri Siil golongan ruang I
dan golongan ruang II lcscria anggoia lcluarganya;
3. Anggoia Polri dan cncrina cnsiun Anggoia Polri
yang sciara Pcgawai Ncgcri Siil golongan ruang I
dan golongan ruang II lcscria anggoia lcluarganya;
4. Pcgawai PcncriniaI Non Pcgawai Ncgcri yang sciara
Pcgawai Ncgcri Siil golongan ruang I dan golongan
ruang II lcscria anggoia lcluarganya;
5. Pcscria Pclcrja Pcncrina UaI lulanan sanai
dcngan 2 (dua} lali cngIasilan iidal lcna ajal
dcngan siaius lawin dcngan 1 (saiu} anal, lcscria
anggoia lcluarganya; dan
6. Pcscria Pclcrja Dulan Pcncrina UaI dan Pcscria
lulan Pclcrja dcngan iuran uniul Manfaai
clayanan di ruang crawaian lclas II;
c. ruang crawaian lclas I lagi.
1. Pcjalai Ncgara dan anggoia lcluarganya;
2. Pcgawai Ncgcri Siil dan cncrina cnsiun cgawai
ncgcri siil golongan ruang III dan golongan ruang
IV lcscria anggoia lcluarganya;
3. Anggoia TNI dan cncrina cnsiun Anggoia TNI
yang sciara Pcgawai Ncgcri Siil golongan ruang III
dan golongan ruang IV lcscria anggoia lcluarganya;
4. Anggoia Polri dan cncrina cnsiun Anggoia Polri
yang sciara Pcgawai Ncgcri Siil golongan ruang III
dan golongan ruang IV lcscria anggoia lcluarganya;
5. Pcgawai .

- 22 -
(2} Dalan Ial clayanan lcscIaian lain sclagainana
dinalsud ada ayai (1} Iuruf c iclaI diianggung dalan
rogran cncriniaI, nala iidal icrnasul dalan
clayanan lcscIaian yang dijanin.
(3} Dalan Ial dicrlulan, sclain clayanan lcscIaian
sclagainana dinalsud ada ayai (1} Pcscria juga
lcrIal ncndaailan clayanan lcrua alai laniu
lcscIaian.
(4} Jcnis dan lafon Iarga alai laniu lcscIaian
sclagainana dinalsud ada ayai (3} diicialan olcI
Mcnicri.


Pasal 23
Manfaai alonodasi sclagainana dinalsud dalan Pasal
20 ayai (5} lcrua layanan rawai ina sclagai lcrilui.
a. ruang crawaian lclas III lagi.
1. Pcscria PDI Janinan KcscIaian; dan
2. Pcscria Pclcrja Dulan Pcncrina UaI dan Pcscria
lulan Pclcrja dcngan iuran uniul Manfaai
clayanan di ruang crawaian lclas III.
l. ruang crawaian lclas II lagi.
1. Pcgawai Ncgcri Siil dan cncrina cnsiun Pcgawai
Ncgcri Siil golongan ruang I dan golongan ruang II
lcscria anggoia lcluarganya;
2. Anggoia .

- 24 -
5. Pcgawai PcncriniaI Non Pcgawai Ncgcri yang sciara
Pcgawai Ncgcri Siil golongan ruang III dan
golongan ruang IV lcscria anggoia lcluarganya;
6. Vcicran dan Pcriniis Kcncrdclaan lcscria anggoia
lcluarganya;
7. Pcscria Pclcrja Pcncrina UaI lulanan lcliI dari 2
(dua} lali cngIasilan iidal lcna ajal dcngan
siaius lawin dcngan 1 (saiu} anal, lcscria anggoia
lcluarganya; dan
8. Pcscria Pclcrja Dulan Pcncrina UaI dan Pcscria
lulan Pclcrja dcngan iuran uniul Manfaai
clayanan di ruang crawaian lclas I.

Pasal 24
Pcscria yang ncnginginlan lclas crawaian yang lcliI
iinggi dari ada Ialnya, daai ncninglailan Ialnya
dcngan ncngiluii asuransi lcscIaian ianlaIan, aiau
ncnlayar scndiri sclisiI aniara liaya yang dijanin olcI
DPJS KcscIaian dcngan liaya yang Iarus dilayar alilai
cninglaian lclas crawaian.

Pasal 25
Pclayanan lcscIaian yang iidal dijanin ncliuii.
a. clayanan lcscIaian yang dilalulan iana nclalui
roscdur sclagainana diaiur dalan craiuran yang
lcrlalu;
l. clayanan ...

- 25 -
l. clayanan lcscIaian yang dilalulan di Fasiliias
KcscIaian yang iidal lclcrjasana dcngan DPJS
KcscIaian, lccuali uniul lasus gawai darurai;
c. clayanan lcscIaian yang iclaI dijanin olcI rogran
janinan lccclalaan lcrja icrIada cnyalii aiau
ccdcra alilai lccclalaan lcrja aiau Iulungan lcrja;
d. clayanan lcscIaian yang dilalulan di luar ncgcri;
c. clayanan lcscIaian uniul iujuan csiciil;
f. clayanan uniul ncngaiasi infcriiliias;
g. clayanan ncraialan gigi (otodons};
I. gangguan lcscIaian/cnyalii alilai lcicrganiungan
olai dan/aiau alloIol;
i. gangguan lcscIaian alilai scngaja ncnyaliii diri
scndiri, aiau alilai nclalulan Ioli yang
ncnlaIayalan diri scndiri;
j. cngolaian lonlcncnicr, alicrnaiif dan iradisional,
icrnasul aluuniur, sIn sIc, cIouctc, yang
lclun dinyaialan cfcliif lcrdasarlan cnilaian
iclnologi lcscIaian (IcutI tccInoog usscssncnt};
l. cngolaian dan iindalan ncdis yang dilaicgorilan
sclagai crcolaan (cIscncn};
l. alai lonirascsi, losnciil, nalanan layi, dan susu;
n. crlclalan lcscIaian runaI iangga;
n. clayanan lcscIaian alilai lcncana ada nasa
iangga darurai, lcjadian luar liasa/walaI; dan
o. liaya clayanan lainnya yang iidal ada Iulungan
dcngan Manfaai Janinan KcscIaian yang dilcrilan.
Pasal 26 ...

- 24 -
5. Pcgawai PcncriniaI Non Pcgawai Ncgcri yang sciara
Pcgawai Ncgcri Siil golongan ruang III dan
golongan ruang IV lcscria anggoia lcluarganya;
6. Vcicran dan Pcriniis Kcncrdclaan lcscria anggoia
lcluarganya;
7. Pcscria Pclcrja Pcncrina UaI lulanan lcliI dari 2
(dua} lali cngIasilan iidal lcna ajal dcngan
siaius lawin dcngan 1 (saiu} anal, lcscria anggoia
lcluarganya; dan
8. Pcscria Pclcrja Dulan Pcncrina UaI dan Pcscria
lulan Pclcrja dcngan iuran uniul Manfaai
clayanan di ruang crawaian lclas I.

Pasal 24
Pcscria yang ncnginginlan lclas crawaian yang lcliI
iinggi dari ada Ialnya, daai ncninglailan Ialnya
dcngan ncngiluii asuransi lcscIaian ianlaIan, aiau
ncnlayar scndiri sclisiI aniara liaya yang dijanin olcI
DPJS KcscIaian dcngan liaya yang Iarus dilayar alilai
cninglaian lclas crawaian.

Pasal 25
Pclayanan lcscIaian yang iidal dijanin ncliuii.
a. clayanan lcscIaian yang dilalulan iana nclalui
roscdur sclagainana diaiur dalan craiuran yang
lcrlalu;
l. clayanan ...

- 26 -
Pasal 26
(1} Pcngcnlangan cnggunaan iclnologi dalan Manfaai
Janinan KcscIaian Iarus discsuailan dcngan
lcluiuIan ncdis scsuai Iasil cnilaian iclnologi
lcscIaian (IcutI tccInoog usscssncnt).
(2} Pcnggunaan Iasil cnilaian iclnologi dalan Manfaai
Janinan KcscIaian sclagainana dinalsud ada ayai
(1} diicialan olcI Mcnicri.
(3} Kcicniuan ncngcnai iaia cara cnggunaan Iasil
cnilaian iclnologi (IcutI tccInoog usscssncnt)
sclagainana dinalsud ada ayai (2} diaiur dcngan
Pcraiuran DPJS KcscIaian.


DAD VI
KOOFDINASI MANFAAT
Pasal 27
(1} Pcscria Janinan KcscIaian daai ncngiluii rogran
asuransi lcscIaian ianlaIan.
(2} DPJS KcscIaian dan cnyclcnggara rogran asuransi
lcscIaian ianlaIan sclagainana dinalsud ada
ayai (1} daai nclalulan loordinasi dalan
ncnlcrilan Manfaai uniul Pcscria Janinan
KcscIaian yang ncnilili Ial aias crlindungan
rogran asuransi lcscIaian ianlaIan.

Pasal 28 .

- 27 -
Pasal 28
Kcicniuan ncngcnai iaia cara loordinasi Manfaai
sclagainana dinalsud dalan Pasal 27 diaiur dalan
crjanjian lcrjasana aniara DPJS KcscIaian dcngan
cnyclcnggara rogran asuransi lcscIaian ianlaIan.


DAD VII
PENYELENCCAFAAN PELAYANAN KESEHATAN
Dagian Kcsaiu
Proscdur Pclayanan KcscIaian
Pasal 29
(1} Uniul criana lali sciia Pcscria didafiarlan olcI
DPJS KcscIaian ada saiu Fasiliias KcscIaian iinglai
criana yang diicialan olcI DPJS KcscIaian sciclaI
ncndaai rcloncndasi dinas lcscIaian
laluaicn/loia scicnai.
(2} Dalan jangla waliu aling scdilii 3 (iiga} lulan
sclanjuinya Pcscria lcrIal ncniliI Fasiliias
KcscIaian iinglai criana yang diinginlan.
(3} Pcscria Iarus ncncrolcI clayanan lcscIaian ada
Fasiliias KcscIaian iinglai criana icnai Pcscria
icrdafiar.
(4} Dalan lcadaan icricniu, lcicniuan sclagainana
dinalsud ada ayai (3} iidal lcrlalu lagi Pcscria
yang.
a. lcrada .

- 26 -
Pasal 26
(1} Pcngcnlangan cnggunaan iclnologi dalan Manfaai
Janinan KcscIaian Iarus discsuailan dcngan
lcluiuIan ncdis scsuai Iasil cnilaian iclnologi
lcscIaian (IcutI tccInoog usscssncnt).
(2} Pcnggunaan Iasil cnilaian iclnologi dalan Manfaai
Janinan KcscIaian sclagainana dinalsud ada ayai
(1} diicialan olcI Mcnicri.
(3} Kcicniuan ncngcnai iaia cara cnggunaan Iasil
cnilaian iclnologi (IcutI tccInoog usscssncnt)
sclagainana dinalsud ada ayai (2} diaiur dcngan
Pcraiuran DPJS KcscIaian.


DAD VI
KOOFDINASI MANFAAT
Pasal 27
(1} Pcscria Janinan KcscIaian daai ncngiluii rogran
asuransi lcscIaian ianlaIan.
(2} DPJS KcscIaian dan cnyclcnggara rogran asuransi
lcscIaian ianlaIan sclagainana dinalsud ada
ayai (1} daai nclalulan loordinasi dalan
ncnlcrilan Manfaai uniul Pcscria Janinan
KcscIaian yang ncnilili Ial aias crlindungan
rogran asuransi lcscIaian ianlaIan.

Pasal 28 .

- 28 -

a. lcrada di luar wilayaI Fasiliias KcscIaian iinglai
criana icnai Pcscria icrdafiar; aiau
l. dalan lcadaan lcgawaidaruraian ncdis.
(5} Dalan Ial Pcscria ncncrlulan clayanan lcscIaian
iinglai lanjuian, Fasiliias KcscIaian iinglai criana
Iarus ncrujul lc Fasiliias KcscIaian rujulan iinglai
lanjuian icrdclai scsuai dcngan sisicn rujulan yang
diaiur dalan lcicniuan craiuran crundang-
undangan.
(6} Kcicniuan lcliI lanjui ncngcnai clayanan lcscIaian
iinglai criana dan clayanan lcscIaian rujulan
iinglai lanjuian diaiur dcngan Pcraiuran Mcnicri.


Pasal 30
(1} Fasiliias KcscIaian wajil ncnjanin Pcscria yang
dirawai ina ncndaailan olai dan laIan ncdis
Ialis alai yang diluiuIlan scsuai dcngan indilasi
ncdis.
(2} Fasiliias KcscIaian rawai jalan yang iidal ncnilili
sarana cnunjang, wajil ncnlangun jcjaring dcngan
Fasiliias KcscIaian cnunjang uniul ncnjanin
lcicrscdiaan olai, laIan ncdis Ialis alai, dan
cncrilsaan cnunjang yang diluiuIlan.

Pasal 31 .

- 29 -
Pasal 31
Kcicniuan lcliI lanjui ncngcnai roscdur clayanan
lcscIaian sclagainana dinalsud dalan Pasal 29 dan
Pasal 30 diaiur dcngan Pcraiuran Mcnicri dan Pcraiuran
DPJS KcscIaian scsuai dcngan lcwcnangannya.


Dagian Kcdua
Pclayanan Olai dan DaIan Mcdis Halis Palai
Pasal 32
(1} Pclayanan olai dan laIan ncdis Ialis alai uniul
Pcscria Janinan KcscIaian ada Fasiliias KcscIaian
lcrcdonan ada dafiar dan Iarga olai, dan laIan
ncdis Ialis alai yang diicialan olcI Mcnicri.
(2} Dafiar dan Iarga olai dan laIan ncdis Ialis alai
sclagainana dinalsud ada ayai (1} diiinjau lcnlali
aling lanlai 2 (dua} iaIun sclali.


Dagian Kciiga
Pclayanan Dalan Kcadaan Cawai Darurai
Pasal 33
(1} Pcscria yang ncncrlulan clayanan gawai darurai
daai langsung ncncrolcI clayanan di sciia
Fasiliias KcscIaian.

(2} Pcscria .

- 28 -

a. lcrada di luar wilayaI Fasiliias KcscIaian iinglai
criana icnai Pcscria icrdafiar; aiau
l. dalan lcadaan lcgawaidaruraian ncdis.
(5} Dalan Ial Pcscria ncncrlulan clayanan lcscIaian
iinglai lanjuian, Fasiliias KcscIaian iinglai criana
Iarus ncrujul lc Fasiliias KcscIaian rujulan iinglai
lanjuian icrdclai scsuai dcngan sisicn rujulan yang
diaiur dalan lcicniuan craiuran crundang-
undangan.
(6} Kcicniuan lcliI lanjui ncngcnai clayanan lcscIaian
iinglai criana dan clayanan lcscIaian rujulan
iinglai lanjuian diaiur dcngan Pcraiuran Mcnicri.


Pasal 30
(1} Fasiliias KcscIaian wajil ncnjanin Pcscria yang
dirawai ina ncndaailan olai dan laIan ncdis
Ialis alai yang diluiuIlan scsuai dcngan indilasi
ncdis.
(2} Fasiliias KcscIaian rawai jalan yang iidal ncnilili
sarana cnunjang, wajil ncnlangun jcjaring dcngan
Fasiliias KcscIaian cnunjang uniul ncnjanin
lcicrscdiaan olai, laIan ncdis Ialis alai, dan
cncrilsaan cnunjang yang diluiuIlan.

Pasal 31 .

- 30 -
(2} Pcscria yang ncncrina clayanan lcscIaian di
Fasiliias KcscIaian yang iidal lclcrjasana dcngan
DPJS KcscIaian, Iarus scgcra dirujul lc Fasiliias
KcscIaian yang lclcrjasana dcngan DPJS KcscIaian
sciclaI lcadaan gawai darurainya icraiasi dan asicn
dalan londisi daai diindaIlan.

Dagian Kccnai
Pclayanan Dalan Kcadaan Tidal Ada Fasiliias KcscIaian
Yang McncnuIi Syarai
Pasal 34
(1} Dalan Ial di suaiu dacraI lclun icrscdia Fasiliias
KcscIaian yang ncncnuIi syarai guna ncncnuIi
lcluiuIan ncdis scjunlaI Pcscria, DPJS KcscIaian
wajil ncnlcrilan loncnsasi.
(2} Koncnsasi sclagainana dinalsud ada ayai (1}
daai lcrua .
a. cngganiian uang iunai;
l. cngirinan icnaga lcscIaian; aiau
c. cnycdiaan Fasiliias KcscIaian icricniu.
(3} Pcngganiian uang iunai sclagainana dinalsud ada
ayai (2} Iuruf a digunalan uniul liaya clayanan
lcscIaian dan iransoriasi.
(4} Kcicniuan lcliI lanjui ncngcnai cnlcrian
loncnsasi sclagainana dinalsud ada ayai (1} dan
ayai (2} diaiur dcngan Pcraiuran Mcnicri.
DAD VIII .

- 31 -
DAD VIII
FASILITAS KESEHATAN
Dagian Kcsaiu
Tanggung Jawal Kcicrscdiaan Fasiliias KcscIaian
dan Pcnyclcnggaraan Pclayanan KcscIaian

Pasal 35
(1} PcncriniaI dan PcncriniaI DacraI lcrianggung
jawal aias lcicrscdiaan Fasiliias KcscIaian dan
cnyclcnggaraan clayanan lcscIaian uniul
clalsanaan rogran Janinan KcscIaian.
(2} PcncriniaI dan PcncriniaI DacraI daai
ncnlcrilan lcscnaian lcada swasia uniul
lcrcran scria ncncnuIi lcicrscdiaan Fasiliias
KcscIaian dan cnyclcnggaraan clayanan lcscIaian.


Dagian Kcdua
Pcnyclcnggara Pclayanan KcscIaian
Pasal 36
(1} Pcnyclcnggara clayanan lcscIaian ncliuii scnua
Fasiliias KcscIaian yang ncnjalin lcrjasana dcngan
DPJS KcscIaian.
(2} Fasiliias KcscIaian nilil PcncriniaI dan PcncriniaI
DacraI yang ncncnuIi crsyaraian wajil
lclcrjasana dcngan DPJS KcscIaian.
(3} Fasiliias ...

- 30 -
(2} Pcscria yang ncncrina clayanan lcscIaian di
Fasiliias KcscIaian yang iidal lclcrjasana dcngan
DPJS KcscIaian, Iarus scgcra dirujul lc Fasiliias
KcscIaian yang lclcrjasana dcngan DPJS KcscIaian
sciclaI lcadaan gawai darurainya icraiasi dan asicn
dalan londisi daai diindaIlan.

Dagian Kccnai
Pclayanan Dalan Kcadaan Tidal Ada Fasiliias KcscIaian
Yang McncnuIi Syarai
Pasal 34
(1} Dalan Ial di suaiu dacraI lclun icrscdia Fasiliias
KcscIaian yang ncncnuIi syarai guna ncncnuIi
lcluiuIan ncdis scjunlaI Pcscria, DPJS KcscIaian
wajil ncnlcrilan loncnsasi.
(2} Koncnsasi sclagainana dinalsud ada ayai (1}
daai lcrua .
a. cngganiian uang iunai;
l. cngirinan icnaga lcscIaian; aiau
c. cnycdiaan Fasiliias KcscIaian icricniu.
(3} Pcngganiian uang iunai sclagainana dinalsud ada
ayai (2} Iuruf a digunalan uniul liaya clayanan
lcscIaian dan iransoriasi.
(4} Kcicniuan lcliI lanjui ncngcnai cnlcrian
loncnsasi sclagainana dinalsud ada ayai (1} dan
ayai (2} diaiur dcngan Pcraiuran Mcnicri.
DAD VIII .

- 32 -
(3} Fasiliias KcscIaian nilil swasia yang ncncnuIi
crsyaraian daai ncnjalin lcrjasana dcngan DPJS
KcscIaian.
(4} Kcrjasana sclagainana dinalsud ada ayai (2} dan
ayai (3} dilalsanalan dcngan ncnluai crjanjian
icriulis.
(5} Pcrsyaraian sclagainana dinalsud ada ayai (2} dan
ayai (3} diaiur dcngan Pcraiuran Mcnicri.


Dagian Kciiga
Dcsaran dan Waliu Pcnlayaran

Pasal 37
(1} Dcsaran cnlayaran lcada Fasiliias KcscIaian
diicniulan lcrdasarlan lcscalaian DPJS KcscIaian
dcngan asosiasi Fasiliias KcscIaian di wilayaI
icrsclui dcngan ncngacu ada siandar iarif yang
diicialan olcI Mcnicri.
(2} Dalan Ial iidal ada lcscalaian aias lcsaran
cnlayaran sclagainana dinalsud ada ayai (1},
Mcnicri ncnuiuslan lcsaran cnlayaran aias
rogran Janinan KcscIaian yang dilcrilan.
(3} Asosiasi Fasiliias KcscIaian sclagainana dinalsud
ada ayai (1} diicialan olcI Mcnicri.

Pasal 38 .

- 33 -

Pasal 38
DPJS wajil ncnlayar Fasiliias KcscIaian aias clayanan
yang dilcrilan lcada Pcscria aling lanlai 15 (lina
lclas} Iari scjal doluncn llain diicrina lcngla.


Dagian Kccnai
Cara Pcnlayaran Fasiliias KcscIaian

Pasal 39
(1} DPJS KcscIaian nclalulan cnlayaran lcada
Fasiliias KcscIaian iinglai criana sccara rauaya
lcrdasarlan laiiasi aias junlaI Pcscria yang
icrdafiar di Fasiliias KcscIaian iinglai criana.
(2} Dalan Ial Fasiliias KcscIaian iinglai criana di
suaiu dacraI iidal ncnunglinlan cnlayaran
lcrdasarlan laiiasi sclagainana dinalsud ada
ayai (1}, DPJS KcscIaian dilcrilan lcwcnangan
uniul nclalulan cnlayaran dcngan nclanisnc
lain yang lcliI lcrIasil guna.
(3} DPJS KcscIaian nclalulan cnlayaran lcada
Fasiliias KcscIaian rujulan iinglai lanjuian
lcrdasarlan cara Indoncsun Cusc Huscd Gous (INA-
CDC's}.
(4} Dcsaran ...

- 32 -
(3} Fasiliias KcscIaian nilil swasia yang ncncnuIi
crsyaraian daai ncnjalin lcrjasana dcngan DPJS
KcscIaian.
(4} Kcrjasana sclagainana dinalsud ada ayai (2} dan
ayai (3} dilalsanalan dcngan ncnluai crjanjian
icriulis.
(5} Pcrsyaraian sclagainana dinalsud ada ayai (2} dan
ayai (3} diaiur dcngan Pcraiuran Mcnicri.


Dagian Kciiga
Dcsaran dan Waliu Pcnlayaran

Pasal 37
(1} Dcsaran cnlayaran lcada Fasiliias KcscIaian
diicniulan lcrdasarlan lcscalaian DPJS KcscIaian
dcngan asosiasi Fasiliias KcscIaian di wilayaI
icrsclui dcngan ncngacu ada siandar iarif yang
diicialan olcI Mcnicri.
(2} Dalan Ial iidal ada lcscalaian aias lcsaran
cnlayaran sclagainana dinalsud ada ayai (1},
Mcnicri ncnuiuslan lcsaran cnlayaran aias
rogran Janinan KcscIaian yang dilcrilan.
(3} Asosiasi Fasiliias KcscIaian sclagainana dinalsud
ada ayai (1} diicialan olcI Mcnicri.

Pasal 38 .

- 34 -
(4} Dcsaran laiiasi dan Indoncsun Cusc Huscd Gous
(INA-CDC's} diiinjau sclurang-lurangnya sciia 2
(dua} iaIun sclali olcI Mcnicri sciclaI lcrloordinasi
dcngan ncnicri yang ncnyclcnggaralan urusan
cncriniaIan di lidang lcuangan.


Pasal 40
(1} Pclayanan gawai darurai yang dilalulan olcI Fasiliias
KcscIaian yang iidal ncnjalin lcrjasana dcngan
DPJS KcscIaian dilayar dcngan cngganiian liaya.
(2} Diaya sclagainana dinalsud ada ayai (1} diiagiIlan
langsung olcI Fasiliias KcscIaian lcada DPJS
KcscIaian.
(3} DPJS KcscIaian ncnlcrilan cnlayaran lcada
Fasiliias KcscIaian sclagainana dinalsud ada ayai
(2} sciara dcngan iarif yang lcrlalu di wilayaI
icrsclui.
(4} Fasiliias KcscIaian sclagainana dinalsud ada ayai
(2} iidal dicrlcnanlan ncnaril liaya clayanan
lcscIaian lcada Pcscria.
(5} Kcicniuan lcliI lanjui ncngcnai cnilaian
lcgawaidaruraian dan roscdur cngganiian liaya
clayanan gawai darurai diaiur dcngan Pcraiuran
DPJS KcscIaian.

DAD IX .

- 35 -
DAD IX
KENDALI MUTU DAN DIAYA
PENYELENCCAFAAN JAMINAN KESEHATAN

Pasal 41
(1} Mcnicri ncncialan siandar iarif clayanan
lcscIaian yang ncnjadi acuan lagi cnyclcnggaraan
Janinan KcscIaian.
(2} Pcnciaan siandar iarif clayanan lcscIaian
sclagainana dinalsud ada ayai (1} dilalsanalan
dcngan ncncrIaiilan lcicrscdiaan Fasiliias
KcscIaian, indcls Iarga lonsuncn, dan indcls
lcnaIalan dacraI.

Pasal 42
(1} Pclayanan lcscIaian lcada Pcscria Janinan
KcscIaian Iarus ncncrIaiilan nuiu clayanan,
lcroricniasi ada ascl lcananan asicn, cfcliifiias
iindalan, lcscsuaian dcngan lcluiuIan asicn, scria
cfisicnsi liaya.
(2} Pcncraan sisicn lcndali nuiu clayanan Janinan
KcscIaian dilalulan sccara ncnycluruI ncliuii
cncnuIan siandar nuiu Fasiliias KcscIaian,
ncnasiilan roscs clayanan lcscIaian lcrjalan
scsuai siandar yang diicialan, scria cnaniauan
icrIada luaran lcscIaian Pcscria.
(3} Kcicniuan ...

- 34 -
(4} Dcsaran laiiasi dan Indoncsun Cusc Huscd Gous
(INA-CDC's} diiinjau sclurang-lurangnya sciia 2
(dua} iaIun sclali olcI Mcnicri sciclaI lcrloordinasi
dcngan ncnicri yang ncnyclcnggaralan urusan
cncriniaIan di lidang lcuangan.


Pasal 40
(1} Pclayanan gawai darurai yang dilalulan olcI Fasiliias
KcscIaian yang iidal ncnjalin lcrjasana dcngan
DPJS KcscIaian dilayar dcngan cngganiian liaya.
(2} Diaya sclagainana dinalsud ada ayai (1} diiagiIlan
langsung olcI Fasiliias KcscIaian lcada DPJS
KcscIaian.
(3} DPJS KcscIaian ncnlcrilan cnlayaran lcada
Fasiliias KcscIaian sclagainana dinalsud ada ayai
(2} sciara dcngan iarif yang lcrlalu di wilayaI
icrsclui.
(4} Fasiliias KcscIaian sclagainana dinalsud ada ayai
(2} iidal dicrlcnanlan ncnaril liaya clayanan
lcscIaian lcada Pcscria.
(5} Kcicniuan lcliI lanjui ncngcnai cnilaian
lcgawaidaruraian dan roscdur cngganiian liaya
clayanan gawai darurai diaiur dcngan Pcraiuran
DPJS KcscIaian.

DAD IX .

- 36 -
(3} Kcicniuan ncngcnai cncraan sisicn lcndali nuiu
clayanan Janinan KcscIaian sclagainana dinalsud
ada ayai (2} diaiur dcngan Pcraiuran DPJS.

Pasal 43
(1} Dalan rangla ncnjanin lcndali nuiu dan liaya,
Mcnicri lcrianggung jawal uniul.
a. cnilaian iclnologi lcscIaian (IcutI tccInoog
usscssncnt};
l. criinlangan llinis (cncu uduso} dan Manfaai
Janinan KcscIaian;
c. crIiiungan siandar iarif; dan
d. noniioring dan cvaluasi cnyclcnggaraan
clayanan Janinan KcscIaian.
(2} Dalan nclalsanalan noniioring dan cvaluasi
cnyclcnggaraan clayanan Janinan KcscIaian
sclagainana dinalsud ada ayai (1} Iuruf d, Mcnicri
lcrloordinasi dcngan Dcwan Janinan Sosial Nasional.

Pasal 44
Kcicniuan lcliI lanjui ncngcnai clalsanaan dan
cngcnlangan sisicn lcndali nuiu clayanan
sclagainana dinalsud dalan Pasal 42 scria cnjaninan
lcndali nuiu dan lcndali liaya sclagainana dinalsud
dalan Pasal 43 diaiur dcngan Pcraiuran Mcnicri.
DAD X .

- 37 -
DAD X
PENANCANAN KELUHAN

Pasal 45
(1} Dalan Ial Pcscria iidal uas icrIada clayanan
Janinan KcscIaian yang dilcrilan olcI Fasiliias
KcscIaian yang lclcrjasana dcngan DPJS KcscIaian,
Pcscria daai ncnyanailan cngaduan lcada
Fasiliias KcscIaian dan/aiau DPJS KcscIaian.
(2} Dalan Ial Pcscria dan/aiau Fasiliias KcscIaian iidal
ncndaailan clayanan yang lail dari DPJS
KcscIaian, daai ncnyanailan cngaduan lcada
Mcnicri.
(3} Pcnyanaian cngaduan sclagainana dinalsud ada
ayai (1} dan ayai (2} Iarus ncncrolcI cnanganan
dan cnyclcsaian sccara ncnadai dan dalan waliu
yang singlai scria dilcrilan unan lalil lc iIal
yang ncnyanailan.
(4} Pcnyanaian cngaduan sclagainana dinalsud ada
ayai (3} dilalsanalan scsuai dcngan lcicniuan
craiuran crundang-undangan.



DAD XI .



- 36 -
(3} Kcicniuan ncngcnai cncraan sisicn lcndali nuiu
clayanan Janinan KcscIaian sclagainana dinalsud
ada ayai (2} diaiur dcngan Pcraiuran DPJS.

Pasal 43
(1} Dalan rangla ncnjanin lcndali nuiu dan liaya,
Mcnicri lcrianggung jawal uniul.
a. cnilaian iclnologi lcscIaian (IcutI tccInoog
usscssncnt};
l. criinlangan llinis (cncu uduso} dan Manfaai
Janinan KcscIaian;
c. crIiiungan siandar iarif; dan
d. noniioring dan cvaluasi cnyclcnggaraan
clayanan Janinan KcscIaian.
(2} Dalan nclalsanalan noniioring dan cvaluasi
cnyclcnggaraan clayanan Janinan KcscIaian
sclagainana dinalsud ada ayai (1} Iuruf d, Mcnicri
lcrloordinasi dcngan Dcwan Janinan Sosial Nasional.

Pasal 44
Kcicniuan lcliI lanjui ncngcnai clalsanaan dan
cngcnlangan sisicn lcndali nuiu clayanan
sclagainana dinalsud dalan Pasal 42 scria cnjaninan
lcndali nuiu dan lcndali liaya sclagainana dinalsud
dalan Pasal 43 diaiur dcngan Pcraiuran Mcnicri.
DAD X .

- 38 -
DAD XI
PENYELESAIAN SENCKETA
Pasal 46
(1} Scnglcia aniara.
a. Pcscria dcngan Fasiliias KcscIaian;
l. Pcscria dcngan DPJS KcscIaian;
c. DPJS KcscIaian dcngan Fasiliias KcscIaian; aiau
d. DPJS KcscIaian dcngan asosiasi Fasiliias
KcscIaian;
disclcsailan dcngan cara nusyawaraI olcI ara iIal
yang lcrscnglcia.
(2} Dalan Ial scnglcia iidal daai disclcsailan sccara
nusyawaraI, scnglcia disclcsailan dcngan cara
ncdiasi aiau nclalui cngadilan.
(3} Cara cnyclcsaian scnglcia nclalui ncdiasi aiau
nclalui cngadilan sclagainana dinalsud ada ayai
(2} dilalsanalan scsuai lcicniuan craiuran
crundang-undangan.


DAD XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 47
Pcraiuran Prcsidcn ini nulai lcrlalu ada ianggal 1
Januari 2014.
Agar .

- 39 -
Agar sciia orang ncngciaIuinya, ncncriniaIlan
cngundangan Pcraiuran Prcsidcn ini dcngan
cncnaiannya dalan Lcnlaran Ncgara Fcullil
Indoncsia.

Diicialan di Jalaria
ada ianggal 18 Januari 2013
PFESIDEN FEPUDLIK INDONESIA,
iid.
DF. H. SUSILO DAMDANC YUDHOYONO

Diundanglan di Jalaria
ada ianggal 23 januari 2013
MENTEFI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
FEPUDLIK INDONESIA,
iid.
AMIF SYAMSUDIN

LEMDAFAN NECAFA FEPUDLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOF 29

Salinan scsuai dcngan aslinya
SEKFETAFIAT KADINET FI
Dcuii Didang KcscjaIicraan Falyai,



Siswanio Focsyidi

- 38 -
DAD XI
PENYELESAIAN SENCKETA
Pasal 46
(1} Scnglcia aniara.
a. Pcscria dcngan Fasiliias KcscIaian;
l. Pcscria dcngan DPJS KcscIaian;
c. DPJS KcscIaian dcngan Fasiliias KcscIaian; aiau
d. DPJS KcscIaian dcngan asosiasi Fasiliias
KcscIaian;
disclcsailan dcngan cara nusyawaraI olcI ara iIal
yang lcrscnglcia.
(2} Dalan Ial scnglcia iidal daai disclcsailan sccara
nusyawaraI, scnglcia disclcsailan dcngan cara
ncdiasi aiau nclalui cngadilan.
(3} Cara cnyclcsaian scnglcia nclalui ncdiasi aiau
nclalui cngadilan sclagainana dinalsud ada ayai
(2} dilalsanalan scsuai lcicniuan craiuran
crundang-undangan.


DAD XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 47
Pcraiuran Prcsidcn ini nulai lcrlalu ada ianggal 1
Januari 2014.
Agar .
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 111 TAHUN 2013
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013
TENTANG JAMINAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang : a. bahwa beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
perlu disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan
jaminan kesehatan nasional;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Presiden tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan;
Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
3. Undang-Undang





- 2 -
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256);
4. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 29);


MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013
TENTANG JAMINAN KESEHATAN.

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 29),
diubah sebagai berikut:
1. Diantara Pasal 1 dan Pasal 2 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 1A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 1A
BPJS Kesehatan merupakan badan hukum publik
yang bertanggung jawab kepada Presiden.
2. Ketentuan





- 3 -
2. Ketentuan Pasal 4 ayat (4) dan ayat (5) diubah
sehingga Pasal 4 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 4
(1) Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b
merupakan Peserta yang tidak tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu yang terdiri atas:
a. Pekerja Penerima Upah dan anggota
keluarganya;
b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota
keluarganya; dan
c. bukan Pekerja dan anggota keluarganya.
(2) Pekerja Penerima Upah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota TNI;
c. Anggota Polri;
d. Pejabat Negara;
e. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri;
f. pegawai swasta; dan
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai
dengan huruf f yang menerima Upah.
(3) Pekerja Bukan Penerima Upah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. Pekerja





- 2 -
3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256);
4. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 29);


MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2013
TENTANG JAMINAN KESEHATAN.

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Presiden Nomor 12
Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 29),
diubah sebagai berikut:
1. Diantara Pasal 1 dan Pasal 2 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 1A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 1A
BPJS Kesehatan merupakan badan hukum publik
yang bertanggung jawab kepada Presiden.
2. Ketentuan





- 4 -
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja
mandiri; dan
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang
bukan penerima Upah.
(4) Bukan Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c terdiri atas:
a. investor;
b. Pemberi Kerja;
c. penerima pensiun;
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan;
f. janda, duda, atau anak yatim piatu dari
Veteran atau Perintis Kemerdekaan; dan
g. bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a
sampai dengan huruf e yang mampu
membayar iuran.
(5) Penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf c terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak
pensiun;
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti
dengan hak pensiun;
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak
pensiun;

d. janda





- 5 -
d. janda, duda, atau anak yatim piatu dari
penerima pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf a, huruf b, dan huruf c yang
mendapat hak pensiun;
e. penerima pensiun selain huruf a, huruf b, dan
huruf c; dan
f. janda, duda, atau anak yatim piatu dari
penerima pensiun sebagaimana dimaksud
pada huruf e yang mendapat hak pensiun.
(6) Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan huruf b termasuk warga negara asing
yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam)
bulan.
(7) Jaminan Kesehatan bagi Pekerja warga negara
Indonesia yang bekerja di luar negeri diatur
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan tersendiri.

3. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 5
(1) Anggota keluarga sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1) huruf a meliputi istri/suami yang
sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan
yang sah, dan anak angkat yang sah, sebanyak-
banyaknya 5 (lima) orang.
(2) Anak





- 4 -
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja
mandiri; dan
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang
bukan penerima Upah.
(4) Bukan Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c terdiri atas:
a. investor;
b. Pemberi Kerja;
c. penerima pensiun;
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan;
f. janda, duda, atau anak yatim piatu dari
Veteran atau Perintis Kemerdekaan; dan
g. bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a
sampai dengan huruf e yang mampu
membayar iuran.
(5) Penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) huruf c terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak
pensiun;
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti
dengan hak pensiun;
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak
pensiun;

d. janda





- 6 -
(2) Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang
sah, dan anak angkat yang sah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dengan kriteria:
1. tidak atau belum pernah menikah atau tidak
mempunyai penghasilan sendiri; dan
2. belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau
belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang
masih melanjutkan pendidikan formal.
(3) Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain.
(4) Anggota keluarga yang lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) meliputi anak ke 4
(empat) dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua.

4. Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 6
(1) Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib
dan mencakup seluruh penduduk Indonesia.
(2) Kepesertaan Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mulai tanggal 1 Januari
2014 paling sedikit meliputi:
a. PBI Jaminan Kesehatan;
b. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kementerian Pertahanan dan
anggota keluarganya;
c. Anggota





- 7 -
c. Anggota Polri/Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Polri dan anggota keluarganya;
d. Peserta asuransi kesehatan Perusahaan
Persero (Persero) Asuransi Kesehatan
Indonesia (ASKES) dan anggota keluarganya;
dan
e. Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Perusahaan Persero (Persero) Jaminan Sosial
Tenaga Kerja (JAMSOSTEK) dan anggota
keluarganya.
(3) Kewajiban melakukan pendaftaran kepesertaan
Jaminan Kesehatan selain Peserta sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), bagi:
a. Pemberi Kerja pada Badan Usaha Milik Negara,
usaha besar, usaha menengah, dan usaha
kecil paling lambat tanggal 1 Januari 2015;
b. Pemberi Kerja pada usaha mikro paling lambat
tanggal 1 Januari 2016; dan
c. Pekerja bukan penerima upah dan bukan
Pekerja paling lambat tanggal 1 Januari 2019.
(4) BPJS Kesehatan mulai tanggal 1 Januari 2014
tetap berkewajiban menerima pendaftaran
kepesertaan yang diajukan oleh Pemberi Kerja
serta Pekerja Bukan Penerima Upah dan bukan
Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

5. Diantara





- 6 -
(2) Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang
sah, dan anak angkat yang sah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dengan kriteria:
1. tidak atau belum pernah menikah atau tidak
mempunyai penghasilan sendiri; dan
2. belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau
belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun yang
masih melanjutkan pendidikan formal.
(3) Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain.
(4) Anggota keluarga yang lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) meliputi anak ke 4
(empat) dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua.

4. Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 6
(1) Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib
dan mencakup seluruh penduduk Indonesia.
(2) Kepesertaan Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mulai tanggal 1 Januari
2014 paling sedikit meliputi:
a. PBI Jaminan Kesehatan;
b. Anggota TNI/Pegawai Negeri Sipil di
lingkungan Kementerian Pertahanan dan
anggota keluarganya;
c. Anggota





- 8 -
5. Diantara Pasal 6 dan Pasal 7 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 6A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 6A
Penduduk yang belum termasuk sebagai Peserta
Jaminan Kesehatan dapat diikutsertakan dalam
program Jaminan Kesehatan pada BPJS Kesehatan
oleh pemerintah daerah provinsi atau pemerintah
daerah kabupaten/kota.

6. Ketentuan Pasal 11 ayat (1) diubah, diantara ayat (2)
dan ayat (3) disisipkan 2 (dua) ayat, yakni ayat (2a)
dan ayat (2b), sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 11
(1) Pemberi Kerja sesuai ketentuan Pasal 6 ayat (3)
dan ayat (4) wajib mendaftarkan dirinya dan
Pekerjanya sebagai Peserta Jaminan Kesehatan
kepada BPJS Kesehatan dengan membayar iuran.
(2) Dalam hal Pemberi Kerja secara nyata-nyata tidak
mendaftarkan Pekerjanya kepada BPJS
Kesehatan, Pekerja yang bersangkutan berhak
mendaftarkan dirinya sebagai Peserta Jaminan
Kesehatan.
(2a) Pekerja





- 9 -
(2a) Pekerja yang mendaftarkan dirinya sebagai
Peserta Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), iurannya dibayar sesuai
ketentuan Peraturan Presiden ini.
(2b) Dalam hal Pekerja belum terdaftar pada BPJS
Kesehatan, Pemberi Kerja wajib bertanggung
jawab pada saat Pekerjanya membutuhkan
pelayanan kesehatan sesuai dengan Manfaat yang
diberikan oleh BPJS Kesehatan.
(3) Setiap Pekerja Bukan Penerima Upah wajib
mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya
secara sendiri-sendiri atau berkelompok sebagai
Peserta Jaminan Kesehatan pada BPJS Kesehatan
dengan membayar iuran.
(4) Setiap orang bukan Pekerja wajib mendaftarkan
dirinya dan anggota keluarganya sebagai Peserta
Jaminan Kesehatan kepada BPJS Kesehatan
dengan membayar iuran.

7. Di antara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 16 disisipkan 1
(satu) ayat, yakni ayat (1a), di antara ayat (3) dan ayat
(4) Pasal 16 disisipkan 1 (satu) ayat, yakni ayat (3a),
ketentuan ayat (4) dihapus, sehingga Pasal 16
berbunyi sebagai berikut:


Pasal 16





- 8 -
5. Diantara Pasal 6 dan Pasal 7 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 6A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 6A
Penduduk yang belum termasuk sebagai Peserta
Jaminan Kesehatan dapat diikutsertakan dalam
program Jaminan Kesehatan pada BPJS Kesehatan
oleh pemerintah daerah provinsi atau pemerintah
daerah kabupaten/kota.

6. Ketentuan Pasal 11 ayat (1) diubah, diantara ayat (2)
dan ayat (3) disisipkan 2 (dua) ayat, yakni ayat (2a)
dan ayat (2b), sehingga Pasal 11 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 11
(1) Pemberi Kerja sesuai ketentuan Pasal 6 ayat (3)
dan ayat (4) wajib mendaftarkan dirinya dan
Pekerjanya sebagai Peserta Jaminan Kesehatan
kepada BPJS Kesehatan dengan membayar iuran.
(2) Dalam hal Pemberi Kerja secara nyata-nyata tidak
mendaftarkan Pekerjanya kepada BPJS
Kesehatan, Pekerja yang bersangkutan berhak
mendaftarkan dirinya sebagai Peserta Jaminan
Kesehatan.
(2a) Pekerja





- 10 -
Pasal 16
(1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI
Jaminan Kesehatan dibayar oleh Pemerintah.
(1a) Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang
didaftarkan oleh Pemerintah Daerah dibayar oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja
Penerima Upah dibayar oleh Pemberi Kerja dan
Pekerja.
(3) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja
Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.
(3a) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak berlaku bagi:
a. penerima pensiun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (5) huruf a, huruf b, huruf
c, dan huruf d; dan
b. Veteran dan Perintis Kemerdekaan.
(4) Dihapus.

8. Diantara Pasal 16 dan Pasal 17 disisipkan 9
(sembilan) pasal, yakni Pasal 16A, Pasal 16B, Pasal
16C, Pasal 16D, Pasal 16E, Pasal 16F, Pasal 16G,
Pasal 16H, dan Pasal 16I sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 16A





- 11 -
Pasal 16A
Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI Jaminan
Kesehatan serta penduduk yang didaftarkan oleh
Pemerintah Daerah sebesar Rp 19.225,00 (sembilan
belas ribu dua ratus dua puluh lima rupiah) per
orang per bulan.

Pasal 16B
(1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja
Penerima Upah yang terdiri atas Pegawai Negeri
Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara,
dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per
bulan.
(2) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibayar dengan ketentuan sebagai berikut:
a. 3% (tiga persen) dibayar oleh Pemberi Kerja;
dan
b. 2% (dua persen) dibayar oleh Peserta.
(3) Kewajiban Pemberi Kerja dalam membayar iuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a,
dilaksanakan oleh:
a. Pemerintah untuk Iuran Jaminan Kesehatan
bagi Pegawai Negeri Sipil Pusat, Anggota TNI,
Anggota Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri Pusat; dan
b. Pemerintah





- 10 -
Pasal 16
(1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI
Jaminan Kesehatan dibayar oleh Pemerintah.
(1a) Iuran Jaminan Kesehatan bagi penduduk yang
didaftarkan oleh Pemerintah Daerah dibayar oleh
Pemerintah Daerah.
(2) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja
Penerima Upah dibayar oleh Pemberi Kerja dan
Pekerja.
(3) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja
Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.
(3a) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
tidak berlaku bagi:
a. penerima pensiun sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (5) huruf a, huruf b, huruf
c, dan huruf d; dan
b. Veteran dan Perintis Kemerdekaan.
(4) Dihapus.

8. Diantara Pasal 16 dan Pasal 17 disisipkan 9
(sembilan) pasal, yakni Pasal 16A, Pasal 16B, Pasal
16C, Pasal 16D, Pasal 16E, Pasal 16F, Pasal 16G,
Pasal 16H, dan Pasal 16I sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 16A





- 12 -
b. Pemerintah Daerah untuk Iuran Jaminan
Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah
dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
Daerah.


Pasal 16C
(1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja
Penerima Upah selain Peserta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16B ayat (1) yang
dibayarkan mulai tanggal 1 Januari 2014 sampai
dengan 30 Juni 2015 sebesar 4,5% (empat koma
lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan
dengan ketentuan:
a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja;
dan
b. 0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh
Peserta.
(2) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dibayarkan mulai tanggal 1 Juli 2015 sebesar 5%
(lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan
dengan ketentuan:
a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja;
dan
b. 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.
(3) Iuran





- 13 -
(3) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dibayarkan secara langsung oleh Pemberi
Kerja kepada BPJS Kesehatan.

Pasal 16D
Batas paling tinggi Gaji atau Upah per bulan yang
digunakan sebagai dasar perhitungan besaran Iuran
Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima
Upah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16C dan
pegawai pemerintah non pegawai negeri sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16B ayat (1) sebesar 2 (dua)
kali Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dengan
status kawin dengan 1 (satu) orang anak.

Pasal 16E
(1) Gaji atau Upah yang digunakan sebagai dasar
perhitungan Iuran Jaminan Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B ayat (1)
terdiri atas Gaji atau Upah pokok dan tunjangan
keluarga, kecuali bagi Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri.
(2) Iuran Jaminan Kesehatan untuk Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan
penghasilan tetap.
(3) Gaji





- 12 -
b. Pemerintah Daerah untuk Iuran Jaminan
Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah
dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
Daerah.


Pasal 16C
(1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja
Penerima Upah selain Peserta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16B ayat (1) yang
dibayarkan mulai tanggal 1 Januari 2014 sampai
dengan 30 Juni 2015 sebesar 4,5% (empat koma
lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan
dengan ketentuan:
a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja;
dan
b. 0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh
Peserta.
(2) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
dibayarkan mulai tanggal 1 Juli 2015 sebesar 5%
(lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan
dengan ketentuan:
a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja;
dan
b. 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.
(3) Iuran





- 14 -
(3) Gaji atau Upah yang digunakan sebagai dasar
perhitungan Iuran Jaminan Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16C terdiri
atas Gaji atau Upah pokok dan tunjangan tetap.
(4) Tunjangan tetap sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) merupakan tunjangan yang dibayarkan
kepada Pekerja tanpa memperhitungkan
kehadiran Pekerja.


Pasal 16F

Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Bukan
Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja:
a. sebesar Rp 25.500,00 (dua puluh lima ribu lima
ratus rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
b. sebesar Rp 42.500,00 (empat puluh dua ribu lima
ratus rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
c. sebesar Rp 59.500,00 (lima puluh sembilan ribu
lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan
Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.

Pasal 16G





- 15 -
Pasal 16G

(1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi penerima pensiun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5)
huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, ditetapkan
sebesar 5% (lima persen) dari besaran pensiun
pokok dan tunjangan keluarga yang diterima per
bulan.
(2) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dibayar oleh Pemerintah dan penerima pensiun
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. 3% (tiga persen) dibayar oleh Pemerintah; dan
b. 2% (dua persen) dibayar oleh penerima
pensiun.
(3) Iuran Jaminan Kesehatan bagi penerima pensiun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (5)
huruf e dan huruf f, mengikuti ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16F.
(4) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis
Kemerdekaan, dan janda, duda, atau anak yatim
piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan,
iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari
45% (empat puluh lima persen) gaji pokok
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan
masa kerja 14 (empat belas) tahun per bulan,
dibayar oleh Pemerintah.
Pasal 16H





- 14 -
(3) Gaji atau Upah yang digunakan sebagai dasar
perhitungan Iuran Jaminan Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16C terdiri
atas Gaji atau Upah pokok dan tunjangan tetap.
(4) Tunjangan tetap sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) merupakan tunjangan yang dibayarkan
kepada Pekerja tanpa memperhitungkan
kehadiran Pekerja.


Pasal 16F

Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Bukan
Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja:
a. sebesar Rp 25.500,00 (dua puluh lima ribu lima
ratus rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
b. sebesar Rp 42.500,00 (empat puluh dua ribu lima
ratus rupiah) per orang per bulan dengan Manfaat
pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
c. sebesar Rp 59.500,00 (lima puluh sembilan ribu
lima ratus rupiah) per orang per bulan dengan
Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.

Pasal 16G





- 16 -
Pasal 16H

(1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota keluarga
yang lain dibayar oleh Peserta.
(2) Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota
keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari
Gaji atau Upah Peserta Pekerja Penerima Upah
per orang per bulan.
(3) Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota
keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima
Upah dan Peserta bukan Pekerja ditetapkan
sesuai Manfaat yang dipilih mengacu pada
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16F.

Pasal 16I

Besaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16A, Pasal 16B, Pasal 16C,
Pasal 16F, Pasal 16G, dan Pasal 16H ditinjau paling
lama 2 (dua) tahun sekali yang ditetapkan dengan
Peraturan Presiden.

9. Judul





- 17 -
9. Judul Bagian Kedua dari Bab IV Iuran diubah,
sehingga berbunyi sebagai berikut:

Bagian Kedua
Tata Cara Pembayaran Iuran

10. Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 17

(1) Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari
Pekerjanya, membayar iuran yang menjadi
tanggung jawabnya, dan menyetor iuran tersebut
kepada BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10
(sepuluh) setiap bulan.
(2) Untuk Pemberi Kerja pemerintah daerah,
penyetoran iuran kepada BPJS Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui rekening kas negara paling lambat tanggal
10 (sepuluh) setiap bulan.
(3) Ketentuan mengenai tata cara penyetoran iuran
dari rekening kas negara kepada BPJS Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
dengan Peraturan Menteri Keuangan.

(4) Apabila





- 16 -
Pasal 16H

(1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota keluarga
yang lain dibayar oleh Peserta.
(2) Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota
keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari
Gaji atau Upah Peserta Pekerja Penerima Upah
per orang per bulan.
(3) Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota
keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima
Upah dan Peserta bukan Pekerja ditetapkan
sesuai Manfaat yang dipilih mengacu pada
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16F.

Pasal 16I

Besaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16A, Pasal 16B, Pasal 16C,
Pasal 16F, Pasal 16G, dan Pasal 16H ditinjau paling
lama 2 (dua) tahun sekali yang ditetapkan dengan
Peraturan Presiden.

9. Judul





- 18 -
(4) Apabila tanggal 10 (sepuluh) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) jatuh pada hari libur,
maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya.
(5) Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
oleh Pemberi Kerja selain penyelenggara negara,
dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua
persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak
paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan, yang
dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang
tertunggak oleh Pemberi Kerja.
(6) Dalam hal keterlambatan pembayaran Iuran
Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) lebih dari 3 (tiga) bulan, penjaminan
dapat diberhentikan sementara.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi
Peserta Pekerja Penerima Upah diatur dengan
Peraturan BPJS Kesehatan setelah berkoordinasi
dengan kementerian/ lembaga terkait.

11. Diantara Pasal 17 dan Pasal 18 disisipkan 2 (dua)
pasal, yakni Pasal 17A dan Pasal 17B sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 17A





- 19 -
Pasal 17A
(1) Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja
Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16F
dibayarkan setiap bulan paling lambat tanggal 10
(sepuluh) kepada BPJS Kesehatan.
(2) Iuran Jaminan Kesehatan dapat dibayarkan
untuk lebih dari 1 (satu) bulan yang dilakukan di
awal.
(3) Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dikenakan denda keterlambatan sebesar 2% (dua
persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak
paling banyak untuk waktu 6 (enam) bulan yang
dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang
tertunggak.
(4) Dalam hal keterlambatan pembayaran Iuran
Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) lebih dari 6 (enam) bulan, penjaminan
dapat diberhentikan sementara.
(5) BPJS Kesehatan wajib mengembangkan
mekanisme penarikan iuran yang efektif dan
efisien bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah
dan Peserta bukan Pekerja sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
(6) Ketentuan





- 18 -
(4) Apabila tanggal 10 (sepuluh) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) jatuh pada hari libur,
maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya.
(5) Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
oleh Pemberi Kerja selain penyelenggara negara,
dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua
persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak
paling banyak untuk waktu 3 (tiga) bulan, yang
dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang
tertunggak oleh Pemberi Kerja.
(6) Dalam hal keterlambatan pembayaran Iuran
Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) lebih dari 3 (tiga) bulan, penjaminan
dapat diberhentikan sementara.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi
Peserta Pekerja Penerima Upah diatur dengan
Peraturan BPJS Kesehatan setelah berkoordinasi
dengan kementerian/ lembaga terkait.

11. Diantara Pasal 17 dan Pasal 18 disisipkan 2 (dua)
pasal, yakni Pasal 17A dan Pasal 17B sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 17A





- 20 -
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja diatur dengan Peraturan
BPJS Kesehatan setelah berkoordinasi dengan
kementerian/lembaga terkait.

Pasal 17B
(1) Ketentuan mengenai penyediaan, pencairan, dan
pertanggungjawaban Iuran Jaminan Kesehatan
yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
(2) Ketentuan mengenai pengaturan penyetoran
Iuran Jaminan Kesehatan dari pegawai negeri,
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri, dan
pemerintah daerah diatur oleh Menteri Keuangan
dan Menteri Dalam Negeri baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama sesuai dengan
kewenangannya.

12. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) diubah dan di antara ayat
(1) dan ayat (2) Pasal 18 disisipkan 1 (satu) ayat,
yakni ayat (1a), sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 18





- 21 -
Pasal 18

(1) BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau
kekurangan Iuran Jaminan Kesehatan sesuai
dengan Gaji atau Upah Pekerja.
(1a)Perhitungan kelebihan atau kekurangan Iuran
Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didasarkan pada daftar Gaji atau Upah
Pekerja.
(2) Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), BPJS Kesehatan memberitahukan secara
tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau Peserta
paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak
diterimanya iuran.
(3) Kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diperhitungkan dengan pembayaran iuran bulan
berikutnya.

13. Ketentuan Pasal 19 dihapus.

14. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 22





- 20 -
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja diatur dengan Peraturan
BPJS Kesehatan setelah berkoordinasi dengan
kementerian/lembaga terkait.

Pasal 17B
(1) Ketentuan mengenai penyediaan, pencairan, dan
pertanggungjawaban Iuran Jaminan Kesehatan
yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan.
(2) Ketentuan mengenai pengaturan penyetoran
Iuran Jaminan Kesehatan dari pegawai negeri,
Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri, dan
pemerintah daerah diatur oleh Menteri Keuangan
dan Menteri Dalam Negeri baik sendiri-sendiri
maupun bersama-sama sesuai dengan
kewenangannya.

12. Ketentuan Pasal 18 ayat (1) diubah dan di antara ayat
(1) dan ayat (2) Pasal 18 disisipkan 1 (satu) ayat,
yakni ayat (1a), sehingga Pasal 18 berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 18





- 22 -
Pasal 22
(1) Pelayanan kesehatan yang dijamin terdiri atas:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi
pelayanan kesehatan non spesialistik yang
mencakup:
1. administrasi pelayanan;
2. pelayanan promotif dan preventif;
3. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
medis;
4. tindakan medis non spesialistik, baik
operatif maupun non operatif;
5. pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai;
6. transfusi darah sesuai dengan kebutuhan
medis;
7. pemeriksaan penunjang diagnostik
laboratorium tingkat pratama; dan
8. rawat inap tingkat pertama sesuai dengan
indikasi medis.
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
meliputi pelayanan kesehatan yang mencakup:
1. administrasi pelayanan;
2. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
spesialistik oleh dokter spesialis dan
subspesialis;
3. tindakan ..





- 23 -
3. tindakan medis spesialistik, baik bedah
maupun non bedah sesuai dengan indikasi
medis;
4. pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai;
5. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan
sesuai dengan indikasi medis;
6. rehabilitasi medis;
7. pelayanan darah;
8. pelayanan kedokteran forensik klinik;
9. pelayanan jenazah pada pasien yang
meninggal di Fasilitas Kesehatan;
10. perawatan inap non intensif; dan
11. perawatan inap di ruang intensif.
c. Pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh
Menteri.
(2) Dalam hal pelayanan kesehatan lain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c telah ditanggung
dalam program pemerintah, maka tidak termasuk
dalam pelayanan kesehatan yang dijamin.
(3) Dalam hal diperlukan, selain pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Peserta juga berhak mendapatkan pelayanan
berupa alat kesehatan.
(4) Jenis dan plafon harga alat kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan
oleh Menteri.
15. Ketentuan





- 22 -
Pasal 22
(1) Pelayanan kesehatan yang dijamin terdiri atas:
a. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi
pelayanan kesehatan non spesialistik yang
mencakup:
1. administrasi pelayanan;
2. pelayanan promotif dan preventif;
3. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi
medis;
4. tindakan medis non spesialistik, baik
operatif maupun non operatif;
5. pelayanan obat dan bahan medis habis
pakai;
6. transfusi darah sesuai dengan kebutuhan
medis;
7. pemeriksaan penunjang diagnostik
laboratorium tingkat pratama; dan
8. rawat inap tingkat pertama sesuai dengan
indikasi medis.
b. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,
meliputi pelayanan kesehatan yang mencakup:
1. administrasi pelayanan;
2. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi
spesialistik oleh dokter spesialis dan
subspesialis;
3. tindakan ..





- 24 -
15. Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 23
Manfaat akomodasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (5) berupa layanan rawat inap sebagai
berikut:
a. ruang perawatan kelas III bagi:
1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan serta
penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah
Daerah; dan
2. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan
kelas III.
b. ruang Perawatan kelas II bagi:
1. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan
golongan ruang II beserta anggota
keluarganya;
2. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota
TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya;
3. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota
Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya;
4. Peserta





- 25 -
4. Peserta Pekerja Penerima Upah dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan Gaji
atau Upah sampai dengan 1,5 (satu koma
lima) kali penghasilan tidak kena pajak
dengan status kawin dengan 1 (satu) anak,
beserta anggota keluarganya; dan
5. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan
kelas II.
c. ruang perawatan kelas I bagi:
1. Pejabat Negara dan anggota keluarganya;
2. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun
pegawai negeri sipil golongan ruang III dan
golongan ruang IV beserta anggota
keluarganya;
3. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota
TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang III dan golongan ruang IV beserta
anggota keluarganya;
4. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota
Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang III dan golongan ruang IV
beserta anggota keluarganya;
5. Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta
anggota keluarganya;
6. janda





- 24 -
15. Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 23
Manfaat akomodasi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 20 ayat (5) berupa layanan rawat inap sebagai
berikut:
a. ruang perawatan kelas III bagi:
1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan serta
penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah
Daerah; dan
2. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan
kelas III.
b. ruang Perawatan kelas II bagi:
1. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan
golongan ruang II beserta anggota
keluarganya;
2. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota
TNI yang setara Pegawai Negeri Sipil golongan
ruang I dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya;
3. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota
Polri yang setara Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya;
4. Peserta





- 26 -
6. janda, duda, atau anak yatim piatu dari
Veteran atau Perintis Kemerdekaan;
7. Peserta Pekerja Penerima Upah dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan Gaji
atau Upah di atas 1,5 (satu koma lima)
sampai dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak
kena pajak dengan status kawin dengan 1
(satu) anak, beserta anggota keluarganya; dan
8. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan
kelas I.

16. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 25

(1) Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi:
a. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa
melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku;
b. pelayanan kesehatan yang dilakukan di
Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam
keadaan darurat;

c. pelayanan





- 27 -
c. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh
program jaminan kecelakaan kerja terhadap
penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja
atau hubungan kerja;
d. pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh
program jaminan kecelakaan lalu lintas yang
bersifat wajib sampai nilai yang ditanggung
oleh program jaminan kecelakaan lalu lintas;
e. pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar
negeri;
f. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
g. pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
h. pelayanan meratakan gigi (ortodonsi);
i. gangguan kesehatan/penyakit akibat
ketergantungan obat dan/atau alkohol;
j. gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti
diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang
membahayakan diri sendiri;
k. pengobatan komplementer, alternatif dan
tradisional, termasuk akupuntur, shin she,
chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan
(health technology assessment);
l. pengobatan dan tindakan medis yang
dikategorikan sebagai percobaan (eksperimen);
m. alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan
susu;
n. perbekalan





- 26 -
6. janda, duda, atau anak yatim piatu dari
Veteran atau Perintis Kemerdekaan;
7. Peserta Pekerja Penerima Upah dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri dengan Gaji
atau Upah di atas 1,5 (satu koma lima)
sampai dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak
kena pajak dengan status kawin dengan 1
(satu) anak, beserta anggota keluarganya; dan
8. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja yang membayar iuran
untuk Manfaat pelayanan di ruang perawatan
kelas I.

16. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 25

(1) Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi:
a. pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa
melalui prosedur sebagaimana diatur dalam
peraturan yang berlaku;
b. pelayanan kesehatan yang dilakukan di
Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam
keadaan darurat;

c. pelayanan





- 28 -
n. perbekalan kesehatan rumah tangga;
o. pelayanan kesehatan akibat bencana pada
masa tanggap darurat, kejadian luar
biasa/wabah;
p. biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak
diharapkan yang dapat dicegah (preventable
adverse events); dan
q. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada
hubungan dengan Manfaat Jaminan
Kesehatan yang diberikan.
(2) Kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah
(preventable adverse events) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf p ditetapkan oleh
Menteri.

17. Di antara Pasal 27 dan Pasal 28 disisipkan 2 (dua)
pasal, yakni Pasal 27A dan Pasal 27B sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 27A

BPJS Kesehatan melakukan koordinasi Manfaat
dengan program jaminan sosial di bidang kecelakaan
kerja dan kecelakaan lalu lintas.


Pasal 27B





- 29 -
Pasal 27B
Dalam hal Fasilitas Kesehatan tidak bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan, maka mekanisme
penjaminannya disepakati bersama antara BPJS
Kesehatan dan asuransi kesehatan tambahan atau
badan penjamin lainnya.

18. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 28
Ketentuan mengenai tata cara koordinasi Manfaat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal
27A diatur dalam perjanjian kerjasama antara BPJS
Kesehatan dan penyelenggara program jaminan sosial
di bidang kecelakaan kerja dan kecelakaan lalu lintas
atau penyelenggara program asuransi kesehatan
tambahan atau badan penjamin lainnya.

19. Judul Bagian Kedua dari Bab VII Penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:

Bagian Kedua
Pelayanan Obat, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai
20. Ketentuan





- 28 -
n. perbekalan kesehatan rumah tangga;
o. pelayanan kesehatan akibat bencana pada
masa tanggap darurat, kejadian luar
biasa/wabah;
p. biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak
diharapkan yang dapat dicegah (preventable
adverse events); dan
q. biaya pelayanan lainnya yang tidak ada
hubungan dengan Manfaat Jaminan
Kesehatan yang diberikan.
(2) Kejadian tak diharapkan yang dapat dicegah
(preventable adverse events) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf p ditetapkan oleh
Menteri.

17. Di antara Pasal 27 dan Pasal 28 disisipkan 2 (dua)
pasal, yakni Pasal 27A dan Pasal 27B sehingga
berbunyi sebagai berikut:

Pasal 27A

BPJS Kesehatan melakukan koordinasi Manfaat
dengan program jaminan sosial di bidang kecelakaan
kerja dan kecelakaan lalu lintas.


Pasal 27B





- 30 -
20. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 32
(1) Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai untuk Peserta Jaminan Kesehatan
pada Fasilitas Kesehatan berpedoman pada daftar
dan harga obat, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Sebelum ditetapkan oleh Menteri, daftar dan
harga obat, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun secara transparan dan akuntabel oleh
komite nasional.
(3) Komite nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas unsur Kementerian
Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan,
BPJS Kesehatan, asosiasi profesi, perguruan
tinggi dan tenaga ahli.
(4) Daftar obat, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam Formularium Nasional dan
Kompendium Alat Kesehatan.

21. Ketentuan Pasal 34 ayat (3) diubah sehingga Pasal 34
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 34





- 31 -
Pasal 34
(1) Dalam hal di suatu daerah belum tersedia
Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat guna
memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta,
BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi.
(2) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa :
a. penggantian uang tunai;
b. pengiriman tenaga kesehatan; atau
c. penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu.
(3) Penggantian uang tunai sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf a digunakan untuk biaya
pelayanan kesehatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian
kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

22. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 38
(1) BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas
Kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada
Peserta paling lambat:
a. tanggal 15 (lima belas) setiap bulan berjalan
bagi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang
menggunakan cara pembayaran praupaya
berdasarkan kapitasi; dan
b. 15





- 30 -
20. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 32
(1) Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai untuk Peserta Jaminan Kesehatan
pada Fasilitas Kesehatan berpedoman pada daftar
dan harga obat, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai yang ditetapkan oleh Menteri.
(2) Sebelum ditetapkan oleh Menteri, daftar dan
harga obat, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disusun secara transparan dan akuntabel oleh
komite nasional.
(3) Komite nasional sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) terdiri atas unsur Kementerian
Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan,
BPJS Kesehatan, asosiasi profesi, perguruan
tinggi dan tenaga ahli.
(4) Daftar obat, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dituangkan dalam Formularium Nasional dan
Kompendium Alat Kesehatan.

21. Ketentuan Pasal 34 ayat (3) diubah sehingga Pasal 34
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 34





- 32 -
b. 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim
diterima lengkap bagi Fasilitas Kesehatan
rujukan tingkat lanjutan.
(2) BPJS Kesehatan wajib membayar ganti rugi
kepada Fasilitas Kesehatan sebesar 1% (satu
persen) dari jumlah yang harus dibayarkan untuk
setiap 1 (satu) bulan keterlambatan.


23. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 43
(1) Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya,
Menteri bertanggung jawab dalam:
a. penilaian teknologi kesehatan (health
technology assessment);
b. pertimbangan klinis (clinical advisory);
c. penghitungan standar tarif; dan
d. monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
pelayanan Jaminan Kesehatan.
(2) Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
pelayanan Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d dilaksanakan
oleh Menteri dan/atau Dewan Jaminan Sosial
Nasional sesuai kewenangan masing-masing.
24. Diantara





- 33 -
24. Diantara Pasal 43 dan Pasal 44 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 43A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

Pasal 43A

(1) BPJS Kesehatan mengembangkan teknis
operasionalisasi sistem pelayanan kesehatan,
sistem kendali mutu pelayanan, dan sistem
pembayaran pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas Jaminan
Kesehatan.
(2) Dalam melaksanakan pengembangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS
Kesehatan berkoordinasi dengan kementerian/
lembaga terkait.


25. Ketentuan Pasal 44 dihapus.

Pasal II

Peraturan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal 1
Januari 2014.


Agar





- 32 -
b. 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim
diterima lengkap bagi Fasilitas Kesehatan
rujukan tingkat lanjutan.
(2) BPJS Kesehatan wajib membayar ganti rugi
kepada Fasilitas Kesehatan sebesar 1% (satu
persen) dari jumlah yang harus dibayarkan untuk
setiap 1 (satu) bulan keterlambatan.


23. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 43
(1) Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya,
Menteri bertanggung jawab dalam:
a. penilaian teknologi kesehatan (health
technology assessment);
b. pertimbangan klinis (clinical advisory);
c. penghitungan standar tarif; dan
d. monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
pelayanan Jaminan Kesehatan.
(2) Monitoring dan evaluasi penyelenggaraan
pelayanan Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d dilaksanakan
oleh Menteri dan/atau Dewan Jaminan Sosial
Nasional sesuai kewenangan masing-masing.
24. Diantara





- 34 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Desember 2013
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.


DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Desember 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 255

Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat,

ttd.

Siswanto Roesyidi
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2013
TENTANG
PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (7), Pasal
22 ayat (1) huruf c, Pasal 26 ayat (2), Pasal 29 ayat (6), Pasal
31, Pasal 34 ayat (4), Pasal 36 ayat (5), Pasal 37 ayat (3), dan
Pasal 44 Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Kesehatan tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan
Kesehatan Nasional;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
4. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
5. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5256);
6. Peraturan...





- 34 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Presiden ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 27 Desember 2013
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd.


DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 27 Desember 2013
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

ttd.

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 255

Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT KABINET RI
Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat,

ttd.

Siswanto Roesyidi
- 2 -
6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 264,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5372);
8. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 29);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17
Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 473);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 501);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PELAYANAN
KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.




BAB I...

- 3 -
BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah.
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.
3. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
4. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak Peserta dan/atau
anggota keluarganya.
5. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.
6. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan rawat
jalan dan rawat inap.
7. Rawat Jalan Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat non spesialistik yang dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama untuk keperluan observasi, diagnosis, pengobatan, dan/atau
pelayanan kesehatan lainnya.
8. Rawat Inap Tingkat Pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat non spesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan,
dan/atau pelayanan medis lainnya, dimana peserta dan/atau anggota
keluarganya dirawat inap paling singkat 1 (satu) hari.

9. Pelayanan...


- 2 -
6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 124, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5044);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 264,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5372);
8. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang
Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 29);
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/Menkes/148/I/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Perawat sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17
Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 473);
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 501);
11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 671);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PELAYANAN
KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL.




BAB I...

- 4 -
9. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah upaya pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang
meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan
rawat inap di ruang perawatan khusus.
10. Pelayanan Kesehatan Darurat Medis adalah pelayanan kesehatan yang
harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan,
dan/atau kecacatan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan.
11. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
12. Formularium Nasional adalah daftar obat yang disusun oleh komite
nasional yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, didasarkan pada bukti
ilmiah mutakhir berkhasiat, aman, dan dengan harga yang terjangkau yang
disediakan serta digunakan sebagai acuan penggunaan obat dalam
jaminan kesehatan nasional.
13. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan
secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.


BAB II
PENYELENGGARA PELAYANAN KESEHATAN

Pasal 2
(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama dan Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
(2) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa:
a. puskesmas atau yang setara;
b. praktik dokter;
c. praktik dokter gigi;

d. klinik...

- 5 -
d. klinik pratama atau yang setara; dan
e. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara.
(3) Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa:
a. klinik utama atau yang setara;
b. rumah sakit umum; dan
c. rumah sakit khusus.

Pasal 3
(1) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan harus menyelenggarakan pelayanan kesehatan komprehensif.
(2) Pelayanan kesehatan komprehensif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,
pelayanan kebidanan, dan Pelayanan Kesehatan Darurat Medis, termasuk
pelayanan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana
dan pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan komprehensif sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), bagi Fasilitas Kesehatan yang tidak memiliki
sarana penunjang wajib membangun jejaring dengan sarana penunjang.
(4) Dalam hal diperlukan pelayanan penunjang selain pelayanan penunjang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat diperoleh melalui rujukan ke
fasilitas penunjang lain.


BAB III
KERJA SAMA FASILITAS KESEHATAN DENGAN BPJS KESEHATAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 4
(1) Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 mengadakan
kerja sama dengan BPJS Kesehatan.
(2) Kerja sama Fasilitas Kesehatan dengan BPJS Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui perjanjian kerja sama.

(3) Perjanjian...
- 4 -
9. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan adalah upaya pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang
meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan, dan
rawat inap di ruang perawatan khusus.
10. Pelayanan Kesehatan Darurat Medis adalah pelayanan kesehatan yang
harus diberikan secepatnya untuk mencegah kematian, keparahan,
dan/atau kecacatan sesuai dengan kemampuan fasilitas kesehatan.
11. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa,
menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau membentuk struktur dan
memperbaiki fungsi tubuh.
12. Formularium Nasional adalah daftar obat yang disusun oleh komite
nasional yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, didasarkan pada bukti
ilmiah mutakhir berkhasiat, aman, dan dengan harga yang terjangkau yang
disediakan serta digunakan sebagai acuan penggunaan obat dalam
jaminan kesehatan nasional.
13. Sistem Rujukan adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan
secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal.
14. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.


BAB II
PENYELENGGARA PELAYANAN KESEHATAN

Pasal 2
(1) Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan berupa Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama dan Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
(2) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa:
a. puskesmas atau yang setara;
b. praktik dokter;
c. praktik dokter gigi;

d. klinik...

- 6 -
(3) Perjanjian kerja sama Fasilitas Kesehatan dengan BPJS Kesehatan
dilakukan antara pimpinan atau pemilik Fasilitas Kesehatan yang
berwenang dengan BPJS Kesehatan.
(4) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang kembali atas
kesepakatan bersama.

Pasal 5
(1) Untuk dapat melakukan kerja sama dengan BPJS Kesehatan, Fasilitas
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus memenuhi
persyaratan.
(2) Selain ketentuan harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), BPJS Kesehatan dalam melakukan kerja sama dengan
Fasilitas Kesehatan juga harus mempertimbangkan kecukupan antara
jumlah Fasilitas Kesehatan dengan jumlah Peserta yang harus dilayani.

Bagian Kedua
Persyaratan, Seleksi dan Kredensialing

Pasal 6
(1) Persyaratan yang harus dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1), bagi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama terdiri atas:
a. untuk praktik dokter atau dokter gigi harus memiliki:
1. Surat Ijin Praktik;
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
3. perjanjian kerja sama dengan laboratorium, apotek, dan jejaring
lainnya; dan
4. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional.
b. untuk Puskesmas atau yang setara harus memiliki:
1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi, Surat Ijin Praktik
Apoteker (SIPA) bagi Apoteker, dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin
Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;
3. perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan
4. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional.


c. untuk...

- 7 -
c. untuk Klinik Pratama atau yang setara harus memiliki:
1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi dan Surat Ijin Praktik
atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;
3. Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker dalam hal klinik
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian;
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
5. perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan
6. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional.
d. untuk Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara harus memiliki :
1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Ijin Praktik (SIP) tenaga kesehatan yang berpraktik;
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
4. perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan
5. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional.
(2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama juga harus telah terakreditasi.

Pasal 7
Persyaratan yang harus dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
(1), bagi Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan terdiri atas:
a. untuk klinik utama atau yang setara harus memiliki:
1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Ijin Praktik (SIP) tenaga kesehatan yang berpraktik;
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
4. perjanjian kerja sama dengan laboratorium, radiologi, dan jejaring lain
jika diperlukan; dan
5. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan
Jaminan Kesehatan Nasional.
b. untuk rumah sakit harus memiliki:
1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Penetapan Kelas Rumah Sakit;
3. Surat Ijin Praktik (SIP) tenaga kesehatan yang berpraktik;
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
5. perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan;
6. sertifikat akreditasi; dan

7. surat...
- 6 -
(3) Perjanjian kerja sama Fasilitas Kesehatan dengan BPJS Kesehatan
dilakukan antara pimpinan atau pemilik Fasilitas Kesehatan yang
berwenang dengan BPJS Kesehatan.
(4) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang kembali atas
kesepakatan bersama.

Pasal 5
(1) Untuk dapat melakukan kerja sama dengan BPJS Kesehatan, Fasilitas
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 harus memenuhi
persyaratan.
(2) Selain ketentuan harus memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), BPJS Kesehatan dalam melakukan kerja sama dengan
Fasilitas Kesehatan juga harus mempertimbangkan kecukupan antara
jumlah Fasilitas Kesehatan dengan jumlah Peserta yang harus dilayani.

Bagian Kedua
Persyaratan, Seleksi dan Kredensialing

Pasal 6
(1) Persyaratan yang harus dipenuhi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (1), bagi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama terdiri atas:
a. untuk praktik dokter atau dokter gigi harus memiliki:
1. Surat Ijin Praktik;
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
3. perjanjian kerja sama dengan laboratorium, apotek, dan jejaring
lainnya; dan
4. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional.
b. untuk Puskesmas atau yang setara harus memiliki:
1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi, Surat Ijin Praktik
Apoteker (SIPA) bagi Apoteker, dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin
Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;
3. perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan
4. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional.


c. untuk...

- 8 -
7. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan
Jaminan Kesehatan Nasional.

Pasal 8
(1) Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan
penetapan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, BPJS
Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan dan/atau praktik
perawat untuk memberikan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sesuai
dengan kewenangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan.
(2) Dalam rangka pemberian pelayanan kebidanan di suatu wilayah tertentu,
BPJS Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan.
(3) Persyaratan bagi praktik bidan dan/atau praktik perawat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri atas:
a. Surat Ijin Praktik (SIP);
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. perjanjian kerja sama dengan dokter atau puskesmas pembinanya; dan
d. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan
Jaminan Kesehatan Nasional.

Pasal 9
(1) Dalam menetapkan pilihan Fasilitas Kesehatan, BPJS Kesehatan
melakukan seleksi dan kredensialing dengan menggunakan kriteria teknis
yang meliputi:
a. sumber daya manusia;
b. kelengkapan sarana dan prasarana;
c. lingkup pelayanan; dan
d. komitmen pelayanan.
(2) Kriteria teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk
penetapan kerja sama dengan BPJS Kesehatan, jenis dan luasnya
pelayanan, besaran kapitasi, dan jumlah Peserta yang bisa dilayani.
(3) BPJS Kesehatan dalam menetapkan kriteria teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berpedoman pada Peraturan Menteri.

Pasal 10
(1) Perpanjangan kerja sama antara Fasilitas Kesehatan dengan BPJS
Kesehatan setelah dilakukan rekredensialing.
(2) Rekredensialing...
- 9 -
(2) Rekredensialing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menggunakan kriteria teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)
dan penilaian kinerja yang disepakati bersama.
(3) Rekredensialing sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling
lambat (tiga) bulan sebelum masa perjanjian kerja sama berakhir.

Pasal 11
(1) Fasilitas kesehatan dapat mengajukan keberatan terhadap hasil
kredensialing dan rekredensialing yang dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan
kepada dinas kesehatan kabupaten/kota.
(2) Dalam menindaklanjuti keberatan yang diajukan oleh Fasilitas Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat membentuk tim penyelesaian keberatan.
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari unsur dinas
kesehatan dan asosiasi fasilitas kesehatan.

Bagian Ketiga
Hak dan Kewajiban

Pasal 12
(1) Perjanjian kerja sama antara Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan
memuat hak dan kewajiban kedua belah pihak.
(2) Hak Fasilitas Kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. mendapatkan informasi tentang kepesertaan, prosedur pelayanan,
pembayaran dan proses kerja sama dengan BPJS Kesehatan; dan
b. menerima pembayaran klaim atas pelayanan yang diberikan kepada
Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari kerja sejak dokumen klaim
diterima lengkap.
(3) Kewajiban Fasilitas Kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. memberikan pelayanan kesehatan kepada Peserta sesuai ketentuan
yang berlaku; dan
b. memberikan laporan pelayanan sesuai waktu dan jenis yang telah
disepakati.
(4) Hak BPJS Kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. membuat atau menghentikan kontrak kerja dengan Fasilitas
Kesehatan; dan

b. menerima...
- 8 -
7. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan
Jaminan Kesehatan Nasional.

Pasal 8
(1) Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan
penetapan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, BPJS
Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan dan/atau praktik
perawat untuk memberikan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sesuai
dengan kewenangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan.
(2) Dalam rangka pemberian pelayanan kebidanan di suatu wilayah tertentu,
BPJS Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan.
(3) Persyaratan bagi praktik bidan dan/atau praktik perawat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) terdiri atas:
a. Surat Ijin Praktik (SIP);
b. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. perjanjian kerja sama dengan dokter atau puskesmas pembinanya; dan
d. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan
Jaminan Kesehatan Nasional.

Pasal 9
(1) Dalam menetapkan pilihan Fasilitas Kesehatan, BPJS Kesehatan
melakukan seleksi dan kredensialing dengan menggunakan kriteria teknis
yang meliputi:
a. sumber daya manusia;
b. kelengkapan sarana dan prasarana;
c. lingkup pelayanan; dan
d. komitmen pelayanan.
(2) Kriteria teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk
penetapan kerja sama dengan BPJS Kesehatan, jenis dan luasnya
pelayanan, besaran kapitasi, dan jumlah Peserta yang bisa dilayani.
(3) BPJS Kesehatan dalam menetapkan kriteria teknis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berpedoman pada Peraturan Menteri.

Pasal 10
(1) Perpanjangan kerja sama antara Fasilitas Kesehatan dengan BPJS
Kesehatan setelah dilakukan rekredensialing.
(2) Rekredensialing...
- 10 -
b. menerima laporan pelayanan sesuai waktu dan jenis yang telah
disepakati.
(5) Kewajiban BPJS Kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. memberikan informasi kepada Fasilitas Kesehatan berkaitan dengan
kepesertaan, prosedur pelayanan, pembayaran dan proses kerja sama
dengan BPJS Kesehatan; dan
b. melakukan pembayaran klaim kepada Fasilitas Kesehatan atas
pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas)
hari kerja sejak dokumen klaim diterima lengkap.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban diatur oleh BPJS
Kesehatan.


BAB IV
PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 13
(1) Setiap Peserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan
obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang
diperlukan.
(2) Pelayanan kesehatan bagi Peserta yang dijamin oleh BPJS Kesehatan
terdiri atas:
a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
b. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan, yang terdiri atas:
1. pelayanan kesehatan tingkat kedua (spesialistik); dan
2. pelayanan kesehatan tingkat ketiga (subspesialistik);
c. pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Bagian Kedua
Prosedur Pelayanan Kesehatan

Pasal 14
(1) Pelayanan kesehatan bagi Peserta dilaksanakan secara berjenjang sesuai
kebutuhan medis dimulai dari Fasilitas Kesehatan tingkat pertama.
(2) Pelayanan...
- 11 -
(2) Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama bagi Peserta diselenggarakan oleh
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta terdaftar.
(3) Dalam keadaan tertentu, ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak berlaku bagi Peserta yang:
a. berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat
Peserta terdaftar; atau
b. dalam keadaan kedaruratan medis.
(4) Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat memilih Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama selain Fasilitas Kesehatan tempat Peserta
terdaftar pertama kali setelah jangka waktu 3 (tiga) bulan atau lebih.

Pasal 15
(1) Dalam hal Peserta memerlukan Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat
Lanjutan atas indikasi medis, Fasilitas Kesehatan tingkat pertama harus
merujuk ke Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan terdekat sesuai
dengan Sistem Rujukan yang diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan
dari Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama.
(3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan
dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) dikecualikan
pada keadaan gawat darurat, bencana, kekhususan permasalahan
kesehatan pasien, pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan
fasilitas.
(5) Tata cara rujukan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Bagian Ketiga
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Pasal 16
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama merupakan pelayanan kesehatan non
spesialistik yang meliputi:
a. administrasi pelayanan;
b. pelayanan promotif dan preventif;
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

d. tindakan...
- 10 -
b. menerima laporan pelayanan sesuai waktu dan jenis yang telah
disepakati.
(5) Kewajiban BPJS Kesehatan paling sedikit terdiri atas:
a. memberikan informasi kepada Fasilitas Kesehatan berkaitan dengan
kepesertaan, prosedur pelayanan, pembayaran dan proses kerja sama
dengan BPJS Kesehatan; dan
b. melakukan pembayaran klaim kepada Fasilitas Kesehatan atas
pelayanan yang diberikan kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas)
hari kerja sejak dokumen klaim diterima lengkap.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban diatur oleh BPJS
Kesehatan.


BAB IV
PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 13
(1) Setiap Peserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan
obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang
diperlukan.
(2) Pelayanan kesehatan bagi Peserta yang dijamin oleh BPJS Kesehatan
terdiri atas:
a. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
b. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan, yang terdiri atas:
1. pelayanan kesehatan tingkat kedua (spesialistik); dan
2. pelayanan kesehatan tingkat ketiga (subspesialistik);
c. pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.

Bagian Kedua
Prosedur Pelayanan Kesehatan

Pasal 14
(1) Pelayanan kesehatan bagi Peserta dilaksanakan secara berjenjang sesuai
kebutuhan medis dimulai dari Fasilitas Kesehatan tingkat pertama.
(2) Pelayanan...
- 12 -
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;
g. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan
h. Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis.

Pasal 17
(1) Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 untuk pelayanan medis mencakup:
a. kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama;
b. kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan
rujukan;
c. kasus medis rujuk balik;
d. pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan kesehatan gigi
tingkat pertama;
e. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita oleh
bidan atau dokter; dan
f. rehabilitasi medik dasar.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan panduan klinis.
(3) Panduan klinis pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 18
Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf h mencakup:
a. rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang dapat diselesaikan
secara tuntas di Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
b. pertolongan persalinan pervaginam bukan risiko tinggi;
c. pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit pervaginam
bagi Puskesmas PONED;
d. pertolongan neonatal dengan komplikasi; dan
e. pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi Fasilitas Kesehatan dan/atau
kebutuhan medis.


Pasal 19...



- 13 -
Pasal 19
(1) Obat dan Alat Kesehatan Program Nasional yang telah ditanggung oleh
Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah, tidak ditanggung oleh BPJS
Kesehatan.
(2) Obat dan Alat Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. alat kontrasepsi dasar;
b. vaksin untuk imunisasi dasar; dan
c. obat program pemerintah.

Bagian Keempat
Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan

Pasal 20
(1) Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan meliputi :
a. administrasi pelayanan;
b. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis dan subspesialis;
c. tindakan medis spesialistik baik bedah maupun non bedah sesuai
dengan indikasi medis;
d. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
e. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
f. rehabilitasi medis;
g. pelayanan darah;
h. pelayanan kedokteran forensik klinik;
i. pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di Fasilitas Kesehatan;
j. perawatan inap non intensif; dan
k. perawatan inap di ruang intensif.
(2) Administrasi pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan biaya administrasi lain yang
terjadi selama proses perawatan atau pelayanan kesehatan pasien.
(3) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis
dan subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b termasuk
pelayanan kedaruratan.
(4) Jenis pelayanan kedokteran forensik klinik sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf h meliputi pembuatan visum et repertum atau surat
keterangan medik berdasarkan pemeriksaan forensik orang hidup dan
pemeriksaan psikiatri forensik.
(5) Pelayanan...
- 12 -
d. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
f. transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis;
g. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama; dan
h. Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis.

Pasal 17
(1) Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
16 untuk pelayanan medis mencakup:
a. kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama;
b. kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan
rujukan;
c. kasus medis rujuk balik;
d. pemeriksaan, pengobatan, dan tindakan pelayanan kesehatan gigi
tingkat pertama;
e. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita oleh
bidan atau dokter; dan
f. rehabilitasi medik dasar.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan panduan klinis.
(3) Panduan klinis pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 18
Pelayanan Rawat Inap Tingkat Pertama sesuai dengan indikasi medis
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 huruf h mencakup:
a. rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang dapat diselesaikan
secara tuntas di Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
b. pertolongan persalinan pervaginam bukan risiko tinggi;
c. pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit pervaginam
bagi Puskesmas PONED;
d. pertolongan neonatal dengan komplikasi; dan
e. pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi Fasilitas Kesehatan dan/atau
kebutuhan medis.


Pasal 19...



- 14 -
(5) Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di Fasilitas Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i terbatas hanya bagi Peserta
meninggal dunia pasca rawat inap di Fasilitas Kesehatan yang bekerja
sama dengan BPJS tempat pasien dirawat berupa pemulasaran jenazah
dan tidak termasuk peti mati.

Pasal 21
(1) Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari pada
haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi
kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang
dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat
peningkatan kelas perawatan.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi
Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan tidak diperkenankan
memilih kelas yang lebih tinggi dari haknya.

Pasal 22
(1) Dalam hal ruang rawat inap yang menjadi hak Peserta penuh, Peserta
dapat dirawat di kelas perawatan satu tingkat lebih tinggi.
(2) BPJS Kesehatan membayar kelas perawatan Peserta sesuai haknya dalam
keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Apabila kelas perawatan sesuai hak Peserta telah tersedia, maka Peserta
ditempatkan di kelas perawatan yang menjadi hak Peserta.
(4) Perawatan satu tingkat lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lama 3 (tiga) hari.
(5) Dalam hal terjadi perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) lebih
dari 3 (tiga) hari, selisih biaya tersebut menjadi tanggung jawab Fasilitas
Kesehatan yang bersangkutan atau berdasarkan persetujuan pasien
dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang setara.

Bagian Kelima
Pelayanan Obat, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

Pasal 23
(1) Peserta berhak mendapat pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi medis.
(2) Pelayanan...
- 15 -
(2) Pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan pada pelayanan
kesehatan rawat jalan dan/atau rawat inap baik di Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama maupun Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
(3) Pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
diberikan kepada Peserta berpedoman pada daftar obat, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai yang ditetapkan oleh Menteri.
(4) Daftar obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dituangkan dalam Formularium Nasional dan
Kompendium Alat Kesehatan.
(5) Penambahan dan/atau pengurangan daftar obat, Alat Kesehatan, dan
bahan medis habis pakai dalam Formularium Nasional dan Kompendium
Alat Kesehatan ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

Pasal 24
(1) Pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan medis habis pakai pada
Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan merupakan salah satu
komponen yang dibayarkan dalam paket Indonesian Case Based Groups
(INA-CBGs).
(2) Dalam hal obat yang dibutuhkan sesuai indikasi medis pada Fasilitas
Kesehatan rujukan tingkat lanjutan tidak tercantum dalam Formularium
Nasional, dapat digunakan obat lain berdasarkan persetujuan Komite
Medik dan kepala/direktur rumah sakit.

Pasal 25
(1) BPJS Kesehatan menjamin kebutuhan obat program rujuk balik melalui
Apotek atau depo farmasi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang bekerja
sama dengan BPJS Kesehatan.
(2) Obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar BPJS Kesehatan di luar
biaya kapitasi.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pelayanan obat program rujuk
balik diatur dengan Peraturan BPJS Kesehatan.

Pasal 26
(1) Pelayanan Alat Kesehatan sudah termasuk dalam paket Indonesian Case
Based Groups (INA-CBGs).

(2) Fasilitas...
- 14 -
(5) Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di Fasilitas Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i terbatas hanya bagi Peserta
meninggal dunia pasca rawat inap di Fasilitas Kesehatan yang bekerja
sama dengan BPJS tempat pasien dirawat berupa pemulasaran jenazah
dan tidak termasuk peti mati.

Pasal 21
(1) Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari pada
haknya, dapat meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi
kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang
dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus dibayar akibat
peningkatan kelas perawatan.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi
Peserta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan tidak diperkenankan
memilih kelas yang lebih tinggi dari haknya.

Pasal 22
(1) Dalam hal ruang rawat inap yang menjadi hak Peserta penuh, Peserta
dapat dirawat di kelas perawatan satu tingkat lebih tinggi.
(2) BPJS Kesehatan membayar kelas perawatan Peserta sesuai haknya dalam
keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Apabila kelas perawatan sesuai hak Peserta telah tersedia, maka Peserta
ditempatkan di kelas perawatan yang menjadi hak Peserta.
(4) Perawatan satu tingkat lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lama 3 (tiga) hari.
(5) Dalam hal terjadi perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) lebih
dari 3 (tiga) hari, selisih biaya tersebut menjadi tanggung jawab Fasilitas
Kesehatan yang bersangkutan atau berdasarkan persetujuan pasien
dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang setara.

Bagian Kelima
Pelayanan Obat, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

Pasal 23
(1) Peserta berhak mendapat pelayanan obat, Alat Kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang dibutuhkan sesuai dengan indikasi medis.
(2) Pelayanan...
- 16 -
(2) Fasilitas Kesehatan dan jejaringnya wajib menyediakan Alat Kesehatan
yang dibutuhkan oleh Peserta sesuai indikasi medis.
(3) Dalam hal terdapat sengketa indikasi medis antara Peserta, Fasilitas
Kesehatan, dan BPJS Kesehatan, diselesaikan oleh dewan pertimbangan
klinis yang dibentuk oleh Menteri.
Pasal 27
(1) Alat Kesehatan yang tidak masuk dalam paket Indonesian Case Based
Groups (INA-CBGs) dibayar dengan klaim tersendiri.
(2) Alat Kesehatan yang tidak masuk dalam paket Indonesian Case Based
Groups (INA-CBGs) ditetapkan oleh Menteri.
(3) Dalam kondisi khusus untuk keselamatan pasien, Alat Kesehatan yang
tidak masuk dalam paket Indonesian Case Based Groups (INA-CBGs)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat ditetapkan oleh dewan
pertimbangan klinis bersama BPJS Kesehatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pelayanan Alat Kesehatan yang
tidak masuk dalam paket Indonesian Case Based Groups (INA-CBGs) diatur
dengan Peraturan BPJS Kesehatan.

Bagian Keenam
Pelayanan Skrining Kesehatan

Pasal 28
(1) Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara perorangan dan selektif.
(2) Pelayanan skrining kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak
lanjutan dari risiko penyakit tertentu, meliputi:
a. diabetes mellitus tipe 2;
b. hipertensi;
c. kanker leher rahim;
d. kanker payudara; dan
e. penyakit lain yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Pelayanan skrining kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan huruf b dimulai dengan analisis riwayat kesehatan, yang dilakukan
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
(4) Dalam hal Peserta teridentifikasi mempunyai risiko berdasarkan riwayat
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilakukan penegakan
diagnosa melalui pemeriksaan penunjang diagnostik tertentu.
(5) Peserta...
- 17 -
(5) Peserta yang telah terdiagnosa penyakit tertentu berdasarkan penegakan
diagnosa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan pengobatan
sesuai dengan indikasi medis.
(6) Pelayanan skrining kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
sampai dengan huruf e dilakukan sesuai dengan indikasi medis.

Bagian Ketujuh
Pelayanan Ambulan

Pasal 29
(1) Pelayanan Ambulan merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan
dengan kondisi tertentu antar Fasilitas Kesehatan disertai dengan upaya
atau kegiatan menjaga kestabilan kondisi pasien untuk kepentingan
keselamatan pasien.
(2) Pelayanan Ambulan hanya dijamin bila rujukan dilakukan pada Fasilitas
Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS atau pada kasus gawat darurat
dari Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
dengan tujuan penyelamatan nyawa pasien.
(3) Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian pelayanan
ambulan ditetapkan dengan Peraturan BPJS Kesehatan.

Bagian Kedelapan
Pemberian Kompensasi

Pasal 30
(1) Dalam hal di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang
memenuhi syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta,
BPJS Kesehatan wajib memberikan kompensasi.
(2) Penentuan daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi
syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta ditetapkan oleh
dinas kesehatan setempat atas pertimbangan BPJS Kesehatan dan Asosiasi
Fasilitas Kesehatan.
(3) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk :
a. penggantian uang tunai;
b. pengiriman tenaga kesehatan; dan
c. penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu.

(4) Kompensasi...
- 16 -
(2) Fasilitas Kesehatan dan jejaringnya wajib menyediakan Alat Kesehatan
yang dibutuhkan oleh Peserta sesuai indikasi medis.
(3) Dalam hal terdapat sengketa indikasi medis antara Peserta, Fasilitas
Kesehatan, dan BPJS Kesehatan, diselesaikan oleh dewan pertimbangan
klinis yang dibentuk oleh Menteri.
Pasal 27
(1) Alat Kesehatan yang tidak masuk dalam paket Indonesian Case Based
Groups (INA-CBGs) dibayar dengan klaim tersendiri.
(2) Alat Kesehatan yang tidak masuk dalam paket Indonesian Case Based
Groups (INA-CBGs) ditetapkan oleh Menteri.
(3) Dalam kondisi khusus untuk keselamatan pasien, Alat Kesehatan yang
tidak masuk dalam paket Indonesian Case Based Groups (INA-CBGs)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat ditetapkan oleh dewan
pertimbangan klinis bersama BPJS Kesehatan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pelayanan Alat Kesehatan yang
tidak masuk dalam paket Indonesian Case Based Groups (INA-CBGs) diatur
dengan Peraturan BPJS Kesehatan.

Bagian Keenam
Pelayanan Skrining Kesehatan

Pasal 28
(1) Pelayanan skrining kesehatan diberikan secara perorangan dan selektif.
(2) Pelayanan skrining kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak
lanjutan dari risiko penyakit tertentu, meliputi:
a. diabetes mellitus tipe 2;
b. hipertensi;
c. kanker leher rahim;
d. kanker payudara; dan
e. penyakit lain yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Pelayanan skrining kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
dan huruf b dimulai dengan analisis riwayat kesehatan, yang dilakukan
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
(4) Dalam hal Peserta teridentifikasi mempunyai risiko berdasarkan riwayat
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilakukan penegakan
diagnosa melalui pemeriksaan penunjang diagnostik tertentu.
(5) Peserta...
- 18 -
(4) Kompensasi dalam bentuk penggantian uang tunai sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a berupa penggantian atas biaya pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan.
(5) Besaran penggantian atas biaya pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) disetarakan dengan tarif Fasilitas Kesehatan di
wilayah terdekat dengan memperhatikan tenaga kesehatan dan jenis
pelayanan yang diberikan.
(6) Kompensasi dalam bentuk pengiriman tenaga kesehatan dan penyediaan
Fasilitas Kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
dan huruf c dapat bekerja sama dengan dinas kesehatan, organisasi profesi
kesehatan, dan/atau asosiasi fasilitas kesehatan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria kompensasi ditetapkan dengan
Peraturan BPJS Kesehatan.

Bagian Kesembilan
Pengaturan Lebih Lanjut

Pasal 31
Ketentuan mengenai prosedur dan tata laksana pelayanan kesehatan bagi
Peserta sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.


BAB V
SISTEM PEMBAYARAN PELAYANAN KESEHATAN

Pasal 32
(1) BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan yang
memberikan layanan kepada Peserta.
(2) Besaran pembayaran yang dilakukan BPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di
wilayah Fasilitas Kesehatan tersebut berada serta mengacu pada standar
tarif yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Asosiasi fasilitas kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas Kesehatan rujukan
tingkat lanjutan ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
(4) Kesepakatan...
- 19 -
(4) Kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan antara BPJS Kesehatan
dengan perwakilan asosiasi fasilitas kesehatan di setiap provinsi.
(5) Dalam hal besaran pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak
disepakati oleh asosiasi fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan maka
besaran pembayaran atas program Jaminan Kesehatan sesuai dengan tarif
yang ditetapkan oleh Menteri.

BAB VI
KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA

Pasal 33
(1) Dalam rangka menjamin kendali mutu dan biaya, Menteri berwenang
melakukan:
a. penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment);
b. pertimbangan klinis (clinical advisory);
c. penghitungan standar tarif;
d. monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan jaminan
kesehatan.
(2) Monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
dimaksudkan agar tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama, Fasilitas Kesehatan
rujukan tingkat lanjutan telah sesuai dengan kewenangan dan standar
pelayanan medis yang ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 34
(1) Penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf a dilakukan dalam rangka
pengembangan penggunaan teknologi dalam penyelenggaraan jaminan
kesehatan untuk peningkatan mutu dan efisiensi biaya serta penambahan
Manfaat jaminan kesehatan.
(2) Penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan usulan dari asosiasi
fasilitas kesehatan, organisasi profesi kesehatan, dan BPJS Kesehatan.
(3) Penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment) sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tim Health Technology Assessment
(HTA) yang dibentuk oleh Menteri.
(4) Tim...
- 18 -
(4) Kompensasi dalam bentuk penggantian uang tunai sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf a berupa penggantian atas biaya pelayanan kesehatan
yang diberikan oleh Fasilitas Kesehatan yang tidak bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan.
(5) Besaran penggantian atas biaya pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) disetarakan dengan tarif Fasilitas Kesehatan di
wilayah terdekat dengan memperhatikan tenaga kesehatan dan jenis
pelayanan yang diberikan.
(6) Kompensasi dalam bentuk pengiriman tenaga kesehatan dan penyediaan
Fasilitas Kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
dan huruf c dapat bekerja sama dengan dinas kesehatan, organisasi profesi
kesehatan, dan/atau asosiasi fasilitas kesehatan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria kompensasi ditetapkan dengan
Peraturan BPJS Kesehatan.

Bagian Kesembilan
Pengaturan Lebih Lanjut

Pasal 31
Ketentuan mengenai prosedur dan tata laksana pelayanan kesehatan bagi
Peserta sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.


BAB V
SISTEM PEMBAYARAN PELAYANAN KESEHATAN

Pasal 32
(1) BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan yang
memberikan layanan kepada Peserta.
(2) Besaran pembayaran yang dilakukan BPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan di
wilayah Fasilitas Kesehatan tersebut berada serta mengacu pada standar
tarif yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Asosiasi fasilitas kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas Kesehatan rujukan
tingkat lanjutan ditetapkan dengan Keputusan Menteri.
(4) Kesepakatan...
- 20 -
(4) Tim Health Technology Assessment (HTA) sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) bertugas melakukan penilaian terhadap pelayanan kesehatan yang
dikategorikan dalam teknologi baru, metode baru, obat baru, keahlian
khusus, dan pelayanan kesehatan lain dengan biaya tinggi.
(5) Tim Health Technology Assessment (HTA) memberikan rekomendasi kepada
Menteri mengenai kelayakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) untuk dimasukkan sebagai pelayanan kesehatan yang
dijamin.
(6) Pelayanan kesehatan yang dijamin sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 35
(1) Pertimbangan klinis (clinical advisory) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 ayat (1) huruf b dimaksudkan agar pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada pasien efektif dan sesuai kebutuhan.
(2) Pertimbangan klinis (clinical advisory) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan oleh Tim yang dibentuk Menteri yang terdiri atas unsur
organisasi profesi dan akademisi kedokteran.
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertugas memberikan
rekomendasi terkait dengan permasalahan teknis medis pelayanan
kesehatan.

Pasal 36
Kendali mutu dan kendali biaya pada tingkat Fasilitas Kesehatan dilakukan
oleh Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan.

Pasal 37
Penyelenggaraan kendali mutu dan biaya oleh Fasilitas Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dilakukan melalui:
a. pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik
profesi sesuai kompetensi;
b. utilization review dan audit medis;
c. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan; dan/atau
d. pemantauan dan evaluasi penggunaan obat, Alat Kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dalam pelayanan kesehatan secara berkala yang
dilaksanakan melalui pemanfaatan sistem informasi kesehatan.

Pasal 38...

- 21 -
Pasal 38
(1) Penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya oleh BPJS Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dilakukan melalui:
a. pemenuhan standar mutu Fasilitas Kesehatan;
b. pemenuhan standar proses pelayanan kesehatan; dan
c. pemantauan terhadap luaran kesehatan Peserta.
(2) Dalam rangka penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS Kesehatan membentuk tim
kendali mutu dan kendali biaya yang terdiri dari unsur organisasi profesi,
akademisi, dan pakar klinis.
(3) Tim kendali mutu dan kendali biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat melakukan:
a. sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik
profesi sesuai kompetensi;
b. utilization review dan audit medis; dan/atau
c. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan.
(4) Pada kasus tertentu, tim kendali mutu dan kendali biaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat meminta informasi tentang identitas,
diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan dan riwayat pengobatan
Peserta dalam bentuk salinan/fotokopi rekam medis kepada Fasilitas
Kesehatan sesuai kebutuhan.


BAB VII
PELAPORAN DAN UTILIZATION REVIEW

Pasal 39
(1) Fasilitas Kesehatan wajib membuat laporan kegiatan pelayanan kesehatan
yang diberikan secara berkala setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.
(2) BPJS Kesehatan wajib menerapkan Utilization Review secara berkala dan
berkesinambungan dan memberikan umpan balik hasil Utilization Review
kepada Fasilitas Kesehatan.
(3) BPJS Kesehatan melaporkan hasil Utilization Review kepada Menteri dan
DJSN.
(4) Ketentuan mengenai mekanisme pelaporan dan Utilization Review
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan
Peraturan BPJS Kesehatan.
BAB VIII...

- 20 -
(4) Tim Health Technology Assessment (HTA) sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) bertugas melakukan penilaian terhadap pelayanan kesehatan yang
dikategorikan dalam teknologi baru, metode baru, obat baru, keahlian
khusus, dan pelayanan kesehatan lain dengan biaya tinggi.
(5) Tim Health Technology Assessment (HTA) memberikan rekomendasi kepada
Menteri mengenai kelayakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) untuk dimasukkan sebagai pelayanan kesehatan yang
dijamin.
(6) Pelayanan kesehatan yang dijamin sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
ditetapkan oleh Menteri.

Pasal 35
(1) Pertimbangan klinis (clinical advisory) sebagaimana dimaksud dalam Pasal
33 ayat (1) huruf b dimaksudkan agar pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada pasien efektif dan sesuai kebutuhan.
(2) Pertimbangan klinis (clinical advisory) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diberikan oleh Tim yang dibentuk Menteri yang terdiri atas unsur
organisasi profesi dan akademisi kedokteran.
(3) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertugas memberikan
rekomendasi terkait dengan permasalahan teknis medis pelayanan
kesehatan.

Pasal 36
Kendali mutu dan kendali biaya pada tingkat Fasilitas Kesehatan dilakukan
oleh Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan.

Pasal 37
Penyelenggaraan kendali mutu dan biaya oleh Fasilitas Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 dilakukan melalui:
a. pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik
profesi sesuai kompetensi;
b. utilization review dan audit medis;
c. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan; dan/atau
d. pemantauan dan evaluasi penggunaan obat, Alat Kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dalam pelayanan kesehatan secara berkala yang
dilaksanakan melalui pemanfaatan sistem informasi kesehatan.

Pasal 38...

- 22 -
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 40
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, seluruh Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama milik TNI/Polri dinyatakan sebagai klinik pratama.
(2) Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menyesuaikan dengan perizinan klinik pratama dalam jangka waktu 2
(dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku.

Pasal 41
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan dikecualikan dari kewajiban terakreditasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2); dan
b. seluruh rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
dikecualikan dari persyaratan sertifikat akreditasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b angka 6.
(2) Fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai
berlaku.
(3) Rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus
menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 42
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 416/Menkes/Per/II/2011 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi
Peserta PT Askes (Persero) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 117) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 029 Tahun 2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


Pasal 43...

- 23 -
Pasal 43
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2014.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 12 November 2013
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
NAFSIAH MBOI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR
ttd
28 November 2013
ttd
1400
- 22 -
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 40
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, seluruh Fasilitas Kesehatan
tingkat pertama milik TNI/Polri dinyatakan sebagai klinik pratama.
(2) Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menyesuaikan dengan perizinan klinik pratama dalam jangka waktu 2
(dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku.

Pasal 41
(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
a. seluruh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan dikecualikan dari kewajiban terakreditasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2); dan
b. seluruh rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan
dikecualikan dari persyaratan sertifikat akreditasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf b angka 6.
(2) Fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai
berlaku.
(3) Rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b harus
menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dalam
jangka waktu 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini mulai berlaku.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 42
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 416/Menkes/Per/II/2011 tentang Tarif Pelayanan Kesehatan Bagi
Peserta PT Askes (Persero) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 117) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 029 Tahun 2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


Pasal 43...

- 24 -
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 71 TAHUN 2013
TENTANG
PELAYANAN KESEHATAN PADA
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


A. Persyaratan Umum
1. Peserta wajib memiliki identitas sebagai Peserta BPJS Kesehatan.
2. Peserta wajib terdaftar di 1 (satu) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama.
3. Untuk pertama kali setiap Peserta didaftarkan oleh BPJS Kesehatan
pada satu Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang ditetapkan oleh
BPJS Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat. Apabila tidak terdapat rekomendasi dari
dinas kesehatan kabupaten/kota setempat, Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama akan ditetapkan oleh Menteri.
4. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta terdaftar, kecuali dalam
keadaan tertentu yaitu:
a. berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat
Peserta terdaftar; atau
b. dalam keadaan kedaruratan medis.
5. Peserta harus memperlihatkan identitas Peserta yang berlaku untuk
mendapatkan pelayanan.
6. Apabila sesuai dengan indikasi medis Peserta memerlukan pelayanan
kesehatan rujukan tingkat lanjutan, Peserta wajib membawa surat
rujukan dari Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan tingkat pertama lain
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan
gawat darurat, bencana, kekhususan permasalahan kesehatan pasien,
dan pertimbangan geografis.
7. Seluruh Fasilitas Kesehatan baik tingkat pertama maupun tingkat
lanjutan berkewajiban meneliti kebenaran identitas Peserta dan
penggunaannya.





- 25 -
8. Seluruh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama maupun tingkat lanjutan
baik yang bekerja sama maupun yang tidak bekerja sama yang telah
memberikan pelayanan berkewajiban membuat surat bukti pelayanan
yang harus ditandatangani oleh pemberi pelayanan dan Peserta atau
anggota keluarganya.
9. Peserta wajib menyetujui penggunaan informasi tentang kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang diterimanya oleh BPJS Kesehatan untuk
kepentingan administrasi pembayaran pelayanan kesehatan.
B. Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
1. Rawat Jalan Tingkat Pertama
a. Untuk mendapatkan pelayanan, Peserta menunjukkan kartu
identitas yang berlaku (proses administrasi).
b. Setelah mendapatkan pelayanan Peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar yang disediakan.
c. Bila hasil pemeriksaan dokter ternyata Peserta memerlukan
pemeriksaan ataupun tindakan spesialis/sub-spesialis sesuai
dengan indikasi medis, maka Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
akan memberikan surat rujukan ke Fasilitas Kesehatan tingkat
lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan sesuai dengan
Sistem Rujukan yang berlaku.
2. Rawat Inap Tingkat Pertama
a. Persyaratan mendapatkan pelayanan :
Menyerahkan surat pengantar untuk dirawat dari Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama.
b. Kewajiban sesudah pelaksanaan pelayanan :
1) Fasilitas Kesehatan membuat surat bukti rawat yang menyatakan
bahwa Peserta telah mendapat perawatan, dimana tercantum
tanggal masuk, tanggal keluar dan diagnosa penyakit.
2) Peserta menandatangani surat bukti perawatan.
C. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
1. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan
a. Pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan merupakan kelanjutan dari
pelayanan tingkat pertama yang berdasarkan surat rujukan dari
Fasilitas Kesehatan tingkat pertama kecuali dalam kondisi tertentu
sehingga Peserta tidak perlu membawa surat rujukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Kewajiban sesudah mendapatkan pelayanan :
1) Peserta diwajibkan menandatangani surat bukti pelayanan yang
menerangkan bahwa Peserta tersebut telah mendapat pelayanan
dari Fasilitas Kesehatan yang bersangkutan.
- 24 -
LAMPIRAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN
NOMOR 71 TAHUN 2013
TENTANG
PELAYANAN KESEHATAN PADA
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


PROSEDUR DAN TATA LAKSANA PELAYANAN KESEHATAN BAGI PESERTA
JAMINAN KESEHATAN NASIONAL


A. Persyaratan Umum
1. Peserta wajib memiliki identitas sebagai Peserta BPJS Kesehatan.
2. Peserta wajib terdaftar di 1 (satu) Fasilitas Kesehatan tingkat pertama.
3. Untuk pertama kali setiap Peserta didaftarkan oleh BPJS Kesehatan
pada satu Fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang ditetapkan oleh
BPJS Kesehatan setelah mendapat rekomendasi dinas kesehatan
kabupaten/kota setempat. Apabila tidak terdapat rekomendasi dari
dinas kesehatan kabupaten/kota setempat, Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama akan ditetapkan oleh Menteri.
4. Peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan pada Fasilitas
Kesehatan tingkat pertama tempat Peserta terdaftar, kecuali dalam
keadaan tertentu yaitu:
a. berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan tingkat pertama tempat
Peserta terdaftar; atau
b. dalam keadaan kedaruratan medis.
5. Peserta harus memperlihatkan identitas Peserta yang berlaku untuk
mendapatkan pelayanan.
6. Apabila sesuai dengan indikasi medis Peserta memerlukan pelayanan
kesehatan rujukan tingkat lanjutan, Peserta wajib membawa surat
rujukan dari Puskesmas atau Fasilitas Kesehatan tingkat pertama lain
yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali dalam keadaan
gawat darurat, bencana, kekhususan permasalahan kesehatan pasien,
dan pertimbangan geografis.
7. Seluruh Fasilitas Kesehatan baik tingkat pertama maupun tingkat
lanjutan berkewajiban meneliti kebenaran identitas Peserta dan
penggunaannya.





- 26 -
2) Dokter di Fasilitas Kesehatan penerima rujukan berkewajiban
memberikan jawaban surat rujukan kepada dokter yang merujuk
disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika
secara medis Peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas Kesehatan
yang merujuk.

2. Rawat Inap Tingkat Lanjutan
a. Persyaratan mendapatkan Pelayanan
1) Menyerahkan surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama atau Fasilitas Kesehatan lain kecuali dalam kondisi
tertentu sehingga Peserta tidak perlu membawa surat rujukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Menyerahkan surat jaminan perawatan selambat-lambatnya 3 x
24 jam hari kerja sejak yang bersangkutan dirawat atau sebelum
pasien pulang.
b. Penetapan ruang perawatan di Rumah Sakit sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
c. Kewajiban sesudah mendapatkan pelayanan
1) Peserta diwajibkan menandatangani surat bukti perawatan dan
surat bukti pelayanan lainnya.
2) Fasilitas Kesehatan/dokter yang merawat berkewajiban memberi
surat rujukan balik kepada dokter di Fasilitas Kesehatan yang
merujuk disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan
jika secara medis Peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas
Kesehatan yang merujuk.

D. Pelayanan Rujukan Parsial
1. Setiap Fasilitas Kesehatan yang mengirim rujukan pelayanan yang
merupakan bagian dari paket INA CBGs seperti rujukan pemeriksaan
penunjang/spesimen dan tindakan saja, maka beban biaya menjadi
tanggung jawab Fasilitas Kesehatan perujuk.
2. Fasilitas Kesehatan perujuk membayar biaya tersebut ke Fasilitas
Kesehatan penerima rujukan atas pelayanan yang diberikan.
3. BPJS Kesehatan membayar paket INA CBGs ke Fasilitas Kesehatan
perujuk.

E. Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan
1. Pelayanan Obat
a. Prosedur pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
1) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
2) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.
3) Peserta membawa resep ke Ruang Farmasi/Instalasi Farmasi di
puskesmas, klinik dan apotek jejaring.
- 27 -
4) Apoteker di puskesmas melakukan pengkajian resep, menyiapkan
dan menyerahkan obat kepada Peserta disertai dengan pemberian
informasi obat. Jika di Puskesmas belum memiliki Apoteker
pelayanan obat dapat di lakukan oleh tenaga teknis kefarmasian
dengan pembinaan apoteker dari dinas kesehatan
kabupaten/kota.
5) Apoteker di Klinik dan Apotek melakukan pengkajian resep,
menyiapkan dan menyerahkan obat kepada Peserta disertai
dengan pemberian informasi obat. Apabila di Klinik tidak memiliki
apoteker maka tidak dapat melakukan pelayanan obat.
6) Peserta menandatangani bukti penerimaan obat.
b. Prosedur Pelayanan Obat paket INA-CBGs di Fasilitas Kesehatan
Rujukan Tingkat Lanjutan
1) Prosedur pelayanan obat rawat jalan
a) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan
medis di Fasilitas Kesehatan.
b) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.
c) Peserta mengambil obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau
apotek jejaring rumah sakit dengan membawa identitas dan
bukti pelayanan yang diperlukan.
d) Apoteker melakukan verifikasi Resep dan bukti pendukung lain.
e) Apoteker melakukan pengkajian resep, menyiapkam dan
meyerahkan obat kepada Peserta disertai dengan pemberian
informasi obat.
f) Peserta menandatangani bukti penerimaan obat.
2) Prosedur Pelayanan Obat rawat inap:
a) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan
medis di Fasilitas Kesehatan.
b) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.
c) Peserta mengambil obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit atau
apotek jejaring rumah sakit dengan membawa identitas dan
bukti pelayanan yang diperlukan.
d) Apoteker melakukan verifikasi resep dan bukti pendukung lain.
e) Apoteker melakukan pengkajian resep, menyiapkam dan
meyerahkan obat kepada Peserta disertai dengan pemberian
informasi obat.
f) Peserta menandatangani bukti penerimaan obat.
2. Prosedur Pelayanan Alat Kesehatan Paket INA-CBGs di Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
a. Prosedur Pelayanan Alat Kesehatan Rawat Jalan
1) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis
di Fasilitas Kesehatan.
- 26 -
2) Dokter di Fasilitas Kesehatan penerima rujukan berkewajiban
memberikan jawaban surat rujukan kepada dokter yang merujuk
disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan jika
secara medis Peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas Kesehatan
yang merujuk.

2. Rawat Inap Tingkat Lanjutan
a. Persyaratan mendapatkan Pelayanan
1) Menyerahkan surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan tingkat
pertama atau Fasilitas Kesehatan lain kecuali dalam kondisi
tertentu sehingga Peserta tidak perlu membawa surat rujukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2) Menyerahkan surat jaminan perawatan selambat-lambatnya 3 x
24 jam hari kerja sejak yang bersangkutan dirawat atau sebelum
pasien pulang.
b. Penetapan ruang perawatan di Rumah Sakit sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
c. Kewajiban sesudah mendapatkan pelayanan
1) Peserta diwajibkan menandatangani surat bukti perawatan dan
surat bukti pelayanan lainnya.
2) Fasilitas Kesehatan/dokter yang merawat berkewajiban memberi
surat rujukan balik kepada dokter di Fasilitas Kesehatan yang
merujuk disertai jawaban dan tindak lanjut yang harus dilakukan
jika secara medis Peserta sudah dapat dilayani di Fasilitas
Kesehatan yang merujuk.

D. Pelayanan Rujukan Parsial
1. Setiap Fasilitas Kesehatan yang mengirim rujukan pelayanan yang
merupakan bagian dari paket INA CBGs seperti rujukan pemeriksaan
penunjang/spesimen dan tindakan saja, maka beban biaya menjadi
tanggung jawab Fasilitas Kesehatan perujuk.
2. Fasilitas Kesehatan perujuk membayar biaya tersebut ke Fasilitas
Kesehatan penerima rujukan atas pelayanan yang diberikan.
3. BPJS Kesehatan membayar paket INA CBGs ke Fasilitas Kesehatan
perujuk.

E. Pelayanan Obat dan Alat Kesehatan
1. Pelayanan Obat
a. Prosedur pelayanan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
1) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
2) Dokter menuliskan resep obat sesuai dengan indikasi medis.
3) Peserta membawa resep ke Ruang Farmasi/Instalasi Farmasi di
puskesmas, klinik dan apotek jejaring.
- 28 -
2) Dokter menuliskan resep Alat Kesehatan sesuai dengan indikasi
medis.
3) Peserta mengambil Alat Kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit atau jejaring rumah sakit sebagai penyedia alat kesehatan
dengan membawa identitas dan bukti pelayanan yang diperlukan.
4) Apoteker/tenaga teknis kefarmasian melakukan verifikasi resep
dan bukti pendukung lain.
5) Apoteker /tenaga teknis kefarmasian menyerahkan Alat Kesehatan
kepada Peserta.
6) Peserta menandatangani bukti penerimaan Alat Kesehatan.
b. Prosedur pelayanan Alat Kesehatan rawat inap:
1) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis
di Fasilitas Kesehatan.
2) Dokter menuliskan resep Alat Kesehatan sesuai dengan indikasi
medis.
3) Peserta mengambil Alat Kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit atau jejaring rumah sakit sebagai penyedia alat kesehatan
dengan membawa identitas dan bukti pelayanan yang diperlukan.
4) Apoteker/tenaga teknis kefarmasian melakukan verifikasi Resep
dan bukti pendukung lain.
5) Apoteker/tenaga teknis kefarmasian menyerahkan Alat Kesehatan
kepada Peserta.
6) Peserta menandatangani bukti penerimaan Alat Kesehatan.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
NAFSIAH MBOI
ttd

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN
NOMOR 1 TAHUN 2014
TENTANG
PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR UTAMA
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 15, Pasal 17
ayat (7), Pasal 17 A ayat (6), Pasal 26 ayat (3), Pasal 31, Pasal
40 ayat (5), dan Pasal 42 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor
12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan sebagaimana
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun
2013 tentang Jaminan Kesehatan, perlu ditetapkan Peraturan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan tentang
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4456);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
4. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik
- 28 -
2) Dokter menuliskan resep Alat Kesehatan sesuai dengan indikasi
medis.
3) Peserta mengambil Alat Kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit atau jejaring rumah sakit sebagai penyedia alat kesehatan
dengan membawa identitas dan bukti pelayanan yang diperlukan.
4) Apoteker/tenaga teknis kefarmasian melakukan verifikasi resep
dan bukti pendukung lain.
5) Apoteker /tenaga teknis kefarmasian menyerahkan Alat Kesehatan
kepada Peserta.
6) Peserta menandatangani bukti penerimaan Alat Kesehatan.
b. Prosedur pelayanan Alat Kesehatan rawat inap:
1) Peserta mendapatkan pelayanan medis dan/atau tindakan medis
di Fasilitas Kesehatan.
2) Dokter menuliskan resep Alat Kesehatan sesuai dengan indikasi
medis.
3) Peserta mengambil Alat Kesehatan di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit atau jejaring rumah sakit sebagai penyedia alat kesehatan
dengan membawa identitas dan bukti pelayanan yang diperlukan.
4) Apoteker/tenaga teknis kefarmasian melakukan verifikasi Resep
dan bukti pendukung lain.
5) Apoteker/tenaga teknis kefarmasian menyerahkan Alat Kesehatan
kepada Peserta.
6) Peserta menandatangani bukti penerimaan Alat Kesehatan.
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA,
NAFSIAH MBOI
ttd
2

Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5256);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 264,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5372);
6. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 29) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang
Perubahan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 255).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN
KESEHATAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ini yang
dimaksud dengan:
1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah.
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.
3


3. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling
singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran.
4. Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayar secara
teratur oleh Peserta, pemberi kerja, dan/atau Pemerintah untuk program
Jaminan Kesehatan.
5. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disingkat
PBI Jaminan Kesehatan adalah fakir miskin dan orang tidak mampu
sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.
6. Manfaat adalah faedah jaminan sosial yang menjadi hak Peserta
dan/atau anggota keluarganya.
7. Fasilitas Kesehatan adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.
8. Pelayanan kesehatan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan
perorangan yang bersifat non spesialistik (primer) meliputi pelayanan
rawat jalan dan rawat inap.
9. Rawat jalan tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan
yang bersifat non spesialistik yang dilaksanakan pada pemberi pelayanan
kesehatan tingkat pertama untuk keperluan observasi, diagnosis,
pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.
10. Rawat inap tingkat pertama adalah pelayanan kesehatan perorangan yang
bersifat non spesialistik dan dilaksanakan pada fasilitas kesehatan
tingkat pertama, untuk keperluan observasi, perawatan, diagnosis,
pengobatan, dan/atau pelayanan medis lainnya, dimana peserta
dan/atau anggota keluarganya dirawat inap paling singkat 1 (satu) hari.
11. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan adalah upaya pelayanan
kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang
meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan
rawat inap diruang perawatan khusus.
12. Pelayanan kesehatan lain adalah pelayanan kesehatan lain yang
ditetapkan oleh Menteri.
13. Alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin, dan/atau implan yang
tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosa,
2

Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5256);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 264,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5372);
6. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2013 Nomor 29) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2013 tentang
Perubahan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013
tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 255).

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN
KESEHATAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ini yang
dimaksud dengan:
1. Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada
setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah.
2. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disebut
BPJS Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk
menyelenggarakan program Jaminan Kesehatan.
4

menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau membentuk struktur
dan memperbaiki fungsi tubuh.
14. Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-
CBGs adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan
kepada pengelompokan diagnosis penyakit.
15. Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik, baik vertikal maupun
horizontal.
16. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri adalah Pegawai Tidak Tetap,
Pegawai Honorer, Staf Khusus, dan pegawai lain yang dibayarkan oleh
Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah.
17. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut TNI adalah
personil/prajurit alat negara di bidang pertahanan yang melaksanakan
tugasnya secara matra di bawah pimpinan Kepala Staf Angkatan atau
gabungan di bawah Pimpinan Panglima TNI.
18. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut anggota
Polri adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang melaksanakan fungsi kepolisian.
19. Virtual Account adalah nomor rekening virtual yang disediakan oleh BPJS
Kesehatan untuk entitas dan perorangan sebagai rekening tujuan dalam
pembayaran iuran Jaminan Kesehatan.
20. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.

Pasal 2
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan meliputi:
a. kepesertaan;
b. iuran kepesertaan;
c. penyelenggara pelayanan kesehatan;
d. kendali mutu dan kendali biaya; dan
e. pelaporan dan utilization review.
5


BAB II
KEPESERTAAN

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 3
Kepesertaan jaminan kesehatan meliputi:
a. peserta;
b. pendaftaran peserta;
c. verifikasi dan identifikasi peserta;
d. hak dan kewajiban peserta;
e. perubahan data dan status peserta;

Bagian Kedua
Peserta

Paragraf 1
Umum

Pasal 4
Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a terdiri atas:
a. peserta PBI Jaminan Kesehatan; dan
b. peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan.

Paragraf 2
Peserta PBI Jaminan Kesehatan

Pasal 5
Peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a
terdiri atas:
a. Orang yang tergolong fakir miskin; dan
b. Orang tidak mampu.

4

menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau membentuk struktur
dan memperbaiki fungsi tubuh.
14. Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA-
CBGs adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan
kepada pengelompokan diagnosis penyakit.
15. Sistem Rujukan pelayanan kesehatan adalah penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab
pelayanan kesehatan secara timbal balik, baik vertikal maupun
horizontal.
16. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri adalah Pegawai Tidak Tetap,
Pegawai Honorer, Staf Khusus, dan pegawai lain yang dibayarkan oleh
Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah.
17. Tentara Nasional Indonesia yang selanjutnya disebut TNI adalah
personil/prajurit alat negara di bidang pertahanan yang melaksanakan
tugasnya secara matra di bawah pimpinan Kepala Staf Angkatan atau
gabungan di bawah Pimpinan Panglima TNI.
18. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut anggota
Polri adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia
yang melaksanakan fungsi kepolisian.
19. Virtual Account adalah nomor rekening virtual yang disediakan oleh BPJS
Kesehatan untuk entitas dan perorangan sebagai rekening tujuan dalam
pembayaran iuran Jaminan Kesehatan.
20. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kesehatan.

Pasal 2
Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan meliputi:
a. kepesertaan;
b. iuran kepesertaan;
c. penyelenggara pelayanan kesehatan;
d. kendali mutu dan kendali biaya; dan
e. pelaporan dan utilization review.
6

Paragraf 3
Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan

Pasal 6
Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf b terdiri atas:
a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara
asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota
keluarganya ;
b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan
anggota keluarganya;
c. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya.

Pasal 7
Peserta Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan
anggota keluarganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a terdiri
atas:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota TNI;
c. Anggota Polri;
d. Pejabat Negara;
e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f. Pegawai swasta; dan
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang
menerima Upah.

Pasal 8
Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan
anggota keluarganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b terdiri
atas:
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
7

Pasal 9
(1) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 huruf c terdiri atas:
a. Investor;
b. Pemberi Kerja;
c. Penerima Pensiun;
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan;
f. janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan; dan
g. bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf e
yang mampu membayar iuran.
(2) Penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c terdiri
atas:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
d. janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c yang
mendapat hak pensiun;
e. penerima pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c;
f. janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf e yang mendapat hak pensiun.

Pasal 10
(1) Anggota keluarga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 meliputi
istri/suami yang sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah,
dan anak angkat yang sah, sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
(2) Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat
yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan kriteria:
a. tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai
penghasilan sendiri; dan
b. belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (dua
puluh lima) tahun yang masih melanjutkan pendidikan formal.
6

Paragraf 3
Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan

Pasal 6
Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf b terdiri atas:
a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara
asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota
keluarganya ;
b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan
anggota keluarganya;
c. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya.

Pasal 7
Peserta Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan
anggota keluarganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a terdiri
atas:
a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota TNI;
c. Anggota Polri;
d. Pejabat Negara;
e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f. Pegawai swasta; dan
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang
menerima Upah.

Pasal 8
Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan
anggota keluarganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b terdiri
atas:
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri; dan
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.
8

(3) Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain.
(4) Anggota keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi
anak ke 4 (empat) dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua.

Bagian Ketiga
Pendaftaran Peserta

Paragraf 1
Umum

Pasal 11
(1) Pendaftaran peserta Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf b dilakukan, baik sendiri-sendiri maupun kelompok.
(2) Pendaftaran peserta Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan secara:
a. migrasi data; atau
b. manual.

Pasal 12
Pendaftaran peserta Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 dilakukan untuk:
a. PBI Jaminan Kesehatan; dan
b. Bukan PBI Jaminan Kesehatan.

Paragraf 2
Pendaftaran Peserta PBI Jaminan Kesehatan

Pasal 13
(1) Pendaftaran peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf a dilakukan oleh Menteri.
(2) Menteri dalam mendaftarkan peserta PBI Jaminan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara migrasi data
9

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a sesuai dengan
format yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.

Paragraf 3
Pendaftaran Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan

Pasal 14
Pendaftaran peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf b dilakukan terhadap:
a. Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga negara
asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan anggota
keluarganya;
b. Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya termasuk warga
negara asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan dan
anggota keluarganya;
c. Bukan Pekerja dan anggota keluarganya.

Pasal 15
(1) Pendaftaran peserta Jaminan Kesehatan bagi Pekerja Penerima Upah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a dilakukan oleh Pemberi
Kerja.
(2) Pendaftaran peserta bagi Pekerja Penerima Upah dilakukan secara
kelompok melalui entitasnya kepada BPJS Kesehatan.
(3) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara
migrasi data sesuai dengan format yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan
atau secara manual.
(4) Pendaftaran secara migrasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan paling sedikit untuk 1000 (seribu) calon peserta.
(5) Pendaftaran secara manual sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan dengan cara:
a. datang langsung ke kantor BPJS Kesehatan atau melalui pihak ketiga
yang ditunjuk oleh BPJS Kesehatan;
b. mengisi formulir dan menyerahkan kelengkapan data calon peserta.
(6) Pihak ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a meliputi:
a. perbankan;
8

(3) Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain.
(4) Anggota keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi
anak ke 4 (empat) dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua.

Bagian Ketiga
Pendaftaran Peserta

Paragraf 1
Umum

Pasal 11
(1) Pendaftaran peserta Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf b dilakukan, baik sendiri-sendiri maupun kelompok.
(2) Pendaftaran peserta Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan secara:
a. migrasi data; atau
b. manual.

Pasal 12
Pendaftaran peserta Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
11 dilakukan untuk:
a. PBI Jaminan Kesehatan; dan
b. Bukan PBI Jaminan Kesehatan.

Paragraf 2
Pendaftaran Peserta PBI Jaminan Kesehatan

Pasal 13
(1) Pendaftaran peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf a dilakukan oleh Menteri.
(2) Menteri dalam mendaftarkan peserta PBI Jaminan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara migrasi data
10

b. asosiasi profesi atau asosiasi lain;
c. retail; dan
d. lembaga lainnya.

Pasal 16
(1) Dalam hal Pemberi Kerja secara nyata-nyata tidak mendaftarkan
Pekerjanya kepada BPJS Kesehatan, pekerja yang bersangkutan berhak
mendaftarkan dirinya sebagai peserta Jaminan Kesehatan.
(2) Iuran peserta bagi Pekerja yang mendaftarkan dirinya sebagai peserta
Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap dibayar
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
Jaminan Kesehatan.

Pasal 17
(1) Pemberi Kerja dalam mendaftarkan pekerjanya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1) harus melengkapi data calon peserta yang
memuat paling sedikit:
a. nama calon peserta;
b. nomor induk kependudukan;
c. tanggal lahir; dan
d. nama fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan dan dipilih oleh calon peserta.
(2) BPJS Kesehatan setelah menerima data calon peserta sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mendaftarkan peserta ke fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang dipilih oleh calon peserta.
(3) Dalam hal peserta tidak memilih fasilitas tingkat pertama, BPJS
Kesehatan menetapkan fasilitas kesehatan tingkat pertama.

Pasal 18
(1) Pendaftaran Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b dan huruf c dilakukan
sendiri oleh yang bersangkutan kepada BPJS Kesehatan.
(2) Pekerja Bukan Penerima Upah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
tidak termasuk Pensiunan TNI, Pensiunan Polri, Pensiunan PNS,
Pensiunan Pejabat Negara, Veteran dan Perintis Kemerdekaan.
11

Pasal 19
(1) Pendaftaran Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) dilakukan di kantor
BPJS Kesehatan yang wilayah kerjanya meliputi daerah tempat calon
peserta berdomisili atau melalui pihak ketiga yang ditunjuk BPJS
Kesehatan.
(2) Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan:
a. kolektif, secara:
1. manual dengan mengisi dan menyerahkan formulir daftar isian
peserta serta melampirkan pas foto berwarna; atau
2. migrasi data yang disampaikan dalam bentuk format data yang
disepakati dan menyerahkan pas foto berwarna.
b. sendiri-sendiri dengan cara mengisi Formulir Daftar Isian Peserta
(FDIP), melampirkan pas foto dan menunjukan/memperlihatkan
dokumen:
1. Asli/foto copy Kartu Tanda Penduduk atau Kartu Keluarga.
2. Bagi WNA menunjukan Kartu Ijin Tinggal Sementara / Tetap
(KITAS/KITAP)

Pasal 20
Penduduk yang belum memiliki Jaminan Keehatan pada suatu daerah dapat
didaftarkan oleh Pemerintah Daerah tempat penduduk yang bersangkutan
domisili.

Bagian Keempat
Verifikasi dan Identitas Peserta

Pasal 21
(1) Verifikasi dan identifikasi peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf c dilakukan oleh BPJS Kesehatan setelah menerima data yang
diajukan oleh calon peserta.
(2) Dalam hal data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum lengkap
dan/atau tidak benar, BPJS Kesehatan dalam waktu paling lama 10
(sepuluh) hari kerja harus memberitahukan kepada calon peserta untuk
menyampaikan data secara lengkap dan benar.
10

b. asosiasi profesi atau asosiasi lain;
c. retail; dan
d. lembaga lainnya.

Pasal 16
(1) Dalam hal Pemberi Kerja secara nyata-nyata tidak mendaftarkan
Pekerjanya kepada BPJS Kesehatan, pekerja yang bersangkutan berhak
mendaftarkan dirinya sebagai peserta Jaminan Kesehatan.
(2) Iuran peserta bagi Pekerja yang mendaftarkan dirinya sebagai peserta
Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap dibayar
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
Jaminan Kesehatan.

Pasal 17
(1) Pemberi Kerja dalam mendaftarkan pekerjanya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 15 ayat (1) harus melengkapi data calon peserta yang
memuat paling sedikit:
a. nama calon peserta;
b. nomor induk kependudukan;
c. tanggal lahir; dan
d. nama fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan dan dipilih oleh calon peserta.
(2) BPJS Kesehatan setelah menerima data calon peserta sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) mendaftarkan peserta ke fasilitas kesehatan
tingkat pertama yang dipilih oleh calon peserta.
(3) Dalam hal peserta tidak memilih fasilitas tingkat pertama, BPJS
Kesehatan menetapkan fasilitas kesehatan tingkat pertama.

Pasal 18
(1) Pendaftaran Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b dan huruf c dilakukan
sendiri oleh yang bersangkutan kepada BPJS Kesehatan.
(2) Pekerja Bukan Penerima Upah sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)
tidak termasuk Pensiunan TNI, Pensiunan Polri, Pensiunan PNS,
Pensiunan Pejabat Negara, Veteran dan Perintis Kemerdekaan.
12


Pasal 22
Calon peserta dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak
diterimanya pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2)
harus menyampaikan kembali data secara lengkap dan benar kepada BPJS
Kesehatan.
Pasal 23
(1) Apabila berdasarkan hasil verifikasi data calon peserta sudah dinyatakan
lengkap dan benar, BPJS Kesehatan menerbitkan Kartu Identitas Peserta
Jaminan Kesehatan.
(2) Kartu Identitas Peserta Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat:
a. nomor kepesertaan;
b. nama peserta;
c. tanggal lahir
d. nomor induk kependudukan;
e. nama fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan dan dipilih oleh calon peserta.
f. tanggal penerbitan kartu.
(3) BPJS Kesehatan melakukan perekaman dan memelihara data Peserta
Jaminan Kesehatan dalam sistem database (master file) BPJS Kesehatan.

Bagian Kelima
Hak dan Kewajiban Peserta

Pasal 24
Hak dan kewajiban setiap peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
d menjamin terselenggaranya Jaminan Kesehatan oleh BPJS Kesehatan
kepada peserta.

Pasal 25
(1) Setiap peserta mempunyai hak untuk:
a. mendapatkan identitas peserta;
b. mendapatkan Nomor Virtual Account ;
13

c. memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan;
d. memperoleh manfaat Jaminan Kesehatan;
e. menyampaikan pengaduan kepada Fasilitas Kesehatan dan/atau
BPJS Kesehatan yang bekerja sama;
f. mendapatkan informasi pelayanan kesehatan; dan
g. mengikuti program asuransi kesehatan tambahan.
(2) Manfaat Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
d mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
termasuk pelayanan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan dan dilakukan oleh
penyelenggara pelayanan kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.

Pasal 26
Setiap peserta wajib:
a. membayar iuran;
b. melaporkan perubahan data kepesertaan;
c. melaporkan perubahan status kepesertaan; dan
d. melaporkan kerusakan dan/atau kehilangan kartu identitas Peserta
Jaminan Kesehatan.

Bagian Keenam
Perubahan Data dan Status Kepesertaan

Pasal 27
(1) Perubahan data dan status kepesertaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf e yang terjadi pada setiap peserta wajib dilaporkan kepada
BPJS Kesehatan.
(2) Perubahan data kepesertaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
meliputi:
a. fasilitas kesehatan tingkat pertama;
b. tempat tinggal;
c. tempat bekerja dan/atau identitas Pemberi Kerja baru;
d. golongan kepegawaian;
12


Pasal 22
Calon peserta dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak
diterimanya pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (2)
harus menyampaikan kembali data secara lengkap dan benar kepada BPJS
Kesehatan.
Pasal 23
(1) Apabila berdasarkan hasil verifikasi data calon peserta sudah dinyatakan
lengkap dan benar, BPJS Kesehatan menerbitkan Kartu Identitas Peserta
Jaminan Kesehatan.
(2) Kartu Identitas Peserta Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit memuat:
a. nomor kepesertaan;
b. nama peserta;
c. tanggal lahir
d. nomor induk kependudukan;
e. nama fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan dan dipilih oleh calon peserta.
f. tanggal penerbitan kartu.
(3) BPJS Kesehatan melakukan perekaman dan memelihara data Peserta
Jaminan Kesehatan dalam sistem database (master file) BPJS Kesehatan.

Bagian Kelima
Hak dan Kewajiban Peserta

Pasal 24
Hak dan kewajiban setiap peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
d menjamin terselenggaranya Jaminan Kesehatan oleh BPJS Kesehatan
kepada peserta.

Pasal 25
(1) Setiap peserta mempunyai hak untuk:
a. mendapatkan identitas peserta;
b. mendapatkan Nomor Virtual Account ;
14

e. jenis kepesertaan;
f. susunan keluarga dan/atau jumlah peserta; dan
g. anggota keluarga tambahan.

Pasal 28
Segala kerugian dan/atau biaya yang terjadi akibat keterlambatan dan/atau
kelalaian pelaporan perubahan data Peserta Jaminan Kesehatan menjadi
beban Peserta.

Pasal 29
Perubahan status kepesertaan dari Peserta PBI Jaminan Kesehatan menjadi
Bukan Peserta PBI Jaminan Kesehatan dilakukan pada saat Peserta
membayar iuran untuk pertama kali.

Pasal 30
(1) Perubahan status kepesertaan dari Peserta Bukan PBI Jaminan
Kesehatan menjadi Peserta PBI Jaminan Kesehatan dapat dilakukan bagi:
a. Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan yang mengalami cacat total
tetap dan tidak mampu;
b. Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan yang mengalami PHK dan
tidak mendapatkan pekerjaan kembali dalam waktu 6 (enam) bulan
dan dinyatakan tidak mampu untuk menjadi peserta bukan PBI
Jaminan Kesehatan.
(2) Perubahan status kepesertaan dari Peserta Bukan PBI Jaminan
Kesehatan menjadi Peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara:
a. Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan yang mengalami cacat total
melaporkan kondisi kecacatannya kepada Pemerintah Daerah
setempat dengan menyertakan keterangan tingkat dan jenis
kecacatannya dari dokter yang berwenang;
b. Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan yang mengalami Pemutusan
Hubungan Kerja dan tidak mendapatkan pekerjaan kembali dalam
waktu 6 (enam) bulan melaporkan kepada Pemerintah Daerah
setempat dengan menyertakan surat keterangan tidak mampu dari
pejabat yang berwenang.
15



Pasal 31
(1) Pemerintah Daerah melakukan pendataan atas laporan perubahan status
kepesertaan dari Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan menjadi Peserta
PBI Jaminan Kesehatan.
(2) Pemerintah Daerah mengusulkan perubahan status kepesertaan dari
Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan menjadi Peserta PBI Jaminan
Kesehatan kepada Menteri yang menyelengarakan urusan pemerintahan
di bidang sosial.

Pasal 32
(1) Menteri yang menyelengarakan urusan pemerintahan di bidang sosial
melakukan verifikasi atas perubahan status kepesertaan dari Peserta
Bukan PBI Jaminan Kesehatan menjadi Peserta PBI Jaminan Kesehatan
yang diusulkan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Menteri yang menyelengarakan urusan pemerintahan di bidang sosial
melakukan validasi data Peserta PBI Jaminan Kesehatan setelah
berkoordinasi dengan Menteri Keuangan.
(3) Perubahan dan validasi data peserta PBI Jaminan Kesehatan oleh Menteri
yang menyelengarakan urusan pemerintahan di bidang sosial dilakukan
setiap 6 (enam) bulan pada tahun anggaran berjalan dan ditetapkan oleh
Menteri yang menyelengarakan urusan pemerintahan di bidang sosial.
(4) Perubahan dan validasi data peserta PBI Jaminan Kesehatan oleh Menteri
yang menyelengarakan urusan pemerintahan di bidang sosial
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) selanjutnya diserahkan kepada
Menteri untuk didaftarkan sebagai Peserta PBI Jaminan Kesehatan
kepada BPJS Kesehatan.







14

e. jenis kepesertaan;
f. susunan keluarga dan/atau jumlah peserta; dan
g. anggota keluarga tambahan.

Pasal 28
Segala kerugian dan/atau biaya yang terjadi akibat keterlambatan dan/atau
kelalaian pelaporan perubahan data Peserta Jaminan Kesehatan menjadi
beban Peserta.

Pasal 29
Perubahan status kepesertaan dari Peserta PBI Jaminan Kesehatan menjadi
Bukan Peserta PBI Jaminan Kesehatan dilakukan pada saat Peserta
membayar iuran untuk pertama kali.

Pasal 30
(1) Perubahan status kepesertaan dari Peserta Bukan PBI Jaminan
Kesehatan menjadi Peserta PBI Jaminan Kesehatan dapat dilakukan bagi:
a. Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan yang mengalami cacat total
tetap dan tidak mampu;
b. Peserta Bukan PBI Jaminan Kesehatan yang mengalami PHK dan
tidak mendapatkan pekerjaan kembali dalam waktu 6 (enam) bulan
dan dinyatakan tidak mampu untuk menjadi peserta bukan PBI
Jaminan Kesehatan.
(2) Perubahan status kepesertaan dari Peserta Bukan PBI Jaminan
Kesehatan menjadi Peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara:
a. Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan yang mengalami cacat total
melaporkan kondisi kecacatannya kepada Pemerintah Daerah
setempat dengan menyertakan keterangan tingkat dan jenis
kecacatannya dari dokter yang berwenang;
b. Peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan yang mengalami Pemutusan
Hubungan Kerja dan tidak mendapatkan pekerjaan kembali dalam
waktu 6 (enam) bulan melaporkan kepada Pemerintah Daerah
setempat dengan menyertakan surat keterangan tidak mampu dari
pejabat yang berwenang.
16

BAB III
IURAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN

Bagian Kesatu
Umum
Pasal 33
(1) Iuran kepesertaan Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf b wajib dibayarkan oleh setiap peserta program Jaminan
Kesehatan.
(2) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibayarkan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya pada Bank yang telah
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
(3) Besaran iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta Jaminan Kesehatan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

Pasal 34
(1) BPJS Kesehatan melakukan pengumpulan dan penagihan pembayaran
iuran kepada peserta.
(2) Tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat
rincian:
a. data Peserta; dan
b. nominal tagihan.

Pasal 35
(1) Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, membayar iuran
yang menjadi tanggung jawabnya, dan menyetor iuran tersebut kepada
BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(2) Untuk Pemberi Kerja pemerintah daerah, penyetoran iuran kepada BPJS
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
rekening kas negara paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(3) Apabila tanggal 10 (sepuluh) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya.
(4) Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) oleh pemberi kerja selain pemberi kerja
17

penyelenggara negara, dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua
persen) per bulan dari total iuran yang tertunggak paling banyak untuk
waktu 3 (tiga) bulan, yang dibayarkan bersamaan dengan total iuran yang
tertunggak oleh Pemberi Kerja.
(5) Dalam hal keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih dari 3 (tiga) bulan, penjaminan
dapat diberhentikan sementara.

Pasal 36
Iuran peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dibayarkan bagi:
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan;
b. Pemberi Kerja;
c. Pekerja Bukan Penerima Upah;
d. Bukan Pekerja; dan
e. Anggota keluarga yang lain.

Bagian Kedua
Peserta PBI Jaminan Kesehatan

Pasal 37
(1) Iuran peserta PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 huruf a dibayarkan oleh Menteri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan.
(2) BPJS Kesehatan setelah menerima pembayaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) melakukan rekonsiliasi data dengan Menteri.
(3) Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan setiap 6
(enam) bulan.
(4) Apabila hasil rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
terjadi kurang atau lebih pembayaran, kelebihan atau kekurangan
pembayaran tersebut akan diperhitungkan pada pembayaran iuran
berikutnya.
(5) Ketentuan mengenai tata cara penyediaan, pencairan dan
pertanggungjawaban dana iuran dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.

16

BAB III
IURAN KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN

Bagian Kesatu
Umum
Pasal 33
(1) Iuran kepesertaan Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 huruf b wajib dibayarkan oleh setiap peserta program Jaminan
Kesehatan.
(2) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dibayarkan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulannya pada Bank yang telah
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
(3) Besaran iuran Jaminan Kesehatan bagi peserta Jaminan Kesehatan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

Pasal 34
(1) BPJS Kesehatan melakukan pengumpulan dan penagihan pembayaran
iuran kepada peserta.
(2) Tagihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat
rincian:
a. data Peserta; dan
b. nominal tagihan.

Pasal 35
(1) Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, membayar iuran
yang menjadi tanggung jawabnya, dan menyetor iuran tersebut kepada
BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(2) Untuk Pemberi Kerja pemerintah daerah, penyetoran iuran kepada BPJS
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
rekening kas negara paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(3) Apabila tanggal 10 (sepuluh) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan pada hari kerja
berikutnya.
(4) Keterlambatan pembayaran Iuran Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) oleh pemberi kerja selain pemberi kerja
18

Bagian Ketiga
Pemberi Kerja

Paragraf 1
Umum

Pasal 38
Pemberi kerja terdiri atas:
a. Pemberi kerja penyelenggara negara; dan
b. Pemberi kerja selain penyelenggara negara

Paragraf 2
Pemberi Kerja Penyelenggara Negara

Pasal 39
Pemberi Kerja penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
huruf a terdiri atas:
a. pemerintah; dan
b. pemerintah daerah.

Pasal 40
(1) Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a
membayarkan iuran peserta Jaminan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil
Pusat, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri Pusat
(2) Iuran peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetorkan melalui
rekening kas negara kepada BPJS Kesehatan setiap bulan.
(3) BPJS Kesehatan setelah menerima penyetoran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) melakukan rekonsiliasi data dengan Menteri Keuangan.
(4) Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan setiap 3
(tiga) bulan.
(5) Apabila hasil rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
terjadi kurang atau lebih pembayaran, kelebihan atau kekurangan
pembayaran tersebut akan diperhitungkan pada pembayaran iuran
berikutnya.
19

(6) Tata cara penghitungan, penyediaan, pencairan dan pertanggungjawaban
dana iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

Pasal 41
(1) Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 huruf b
membayarkan iuran peserta Jaminan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil
Daerah dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri Daerah.
(2) Iuran peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetorkan melalui
rekening kas negara kepada BPJS Kesehatan setiap bulan.
(3) BPJS Kesehatan setelah menerima penyetoran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) melakukan rekonsiliasi data dengan Pemerintah Daerah.
(4) Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan setiap
3 (tiga) bulan.
(5) Apabila hasil rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
terjadi kurang atau lebih pembayaran, kelebihan atau kekurangan
pembayaran tersebut akan diperhitungkan pada pembayaran iuran
berikutnya.
(6) Tata cara penghitungan, penyediaan, pencairan dan pertanggungjawaban
dana iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

Paragraf 3
Pemberi Kerja Selain Penyelenggara Negara

Pasal 42
(1) Pemberi kerja selain penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam
pasal 38 huruf b membayar iuran Jaminan Kesehatan bagi Pekerja dan
dirinya dan menyetorkannya kepada BPJS Kesehatan paling lambat
tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(2) Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Pegawai swasta; dan
b. Pekerja yang menerima upah selain pekerja yang iurannya dibayarkan
oleh pemberi kerja penyelenggara negara.
18

Bagian Ketiga
Pemberi Kerja

Paragraf 1
Umum

Pasal 38
Pemberi kerja terdiri atas:
a. Pemberi kerja penyelenggara negara; dan
b. Pemberi kerja selain penyelenggara negara

Paragraf 2
Pemberi Kerja Penyelenggara Negara

Pasal 39
Pemberi Kerja penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38
huruf a terdiri atas:
a. pemerintah; dan
b. pemerintah daerah.

Pasal 40
(1) Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 huruf a
membayarkan iuran peserta Jaminan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil
Pusat, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri Pusat
(2) Iuran peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disetorkan melalui
rekening kas negara kepada BPJS Kesehatan setiap bulan.
(3) BPJS Kesehatan setelah menerima penyetoran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) melakukan rekonsiliasi data dengan Menteri Keuangan.
(4) Rekonsiliasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan setiap 3
(tiga) bulan.
(5) Apabila hasil rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
terjadi kurang atau lebih pembayaran, kelebihan atau kekurangan
pembayaran tersebut akan diperhitungkan pada pembayaran iuran
berikutnya.
20

(3) Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
rekening Virtual Account yang diberikan oleh BPJS Kesehatan pada saat
pendaftaran.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara pembayaran
iuran diatur dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

Bagian Keempat
Pekerja Bukan Penerima Upah

Pasal 43
(1) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 huruf c membayar iuran Jaminan Kesehatan bagi Pekerja dan
dirinya dan menyetorkannya kepada BPJS Kesehatan paling lambat
tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(2) Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke rekening Virtual
Account yang diberikan oleh BPJS Kesehatan pada saat pendaftaran.
(3) Pembayaran Iuran dapat dilakukan untuk masa waktu 1 (satu) bulan, 3
(tiga) bulan, 6 (enam) bulan dan 1 (satu) tahun.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara pembayaran
iuran bagi Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja diatur
dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

Bagian Kelima
Bukan Pekerja

Pasal 44
(1) Peserta Bukan Pekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf d
membayar iuran Jaminan Kesehatan bagi dirinya dan menyetorkannya
kepada BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(2) Peserta Bukan Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
merupakan Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan Penerima pensiun, iuran
kepesertaannya dibayarkan oleh Pemerintah.
(3) Pemerintah membayarkan tambahan iuran bagi Penerima Pensiun
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah kepada BPJS Kesehatan setiap bulan.
21

(4) Penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas:
a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
d. janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c yang
mendapat hak pensiun;
e. penerima pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan
f. janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun
sebagaimana dimaksud pada huruf e yang mendapat hak pensiun.
(5) Penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (3) membayarkan
iuran Jaminan Kesehatan yang menjadi kewajibannya melalui
pemotongan uang pensiun oleh pihak ketiga pembayar Pensiun.
(6) Pihak ketiga pembayar pensiun menyetorkan potongan Iuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) kepada BPJS Kesehatan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(7) BPJS Kesehatan setelah menerima penyetoran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) melakukan rekonsiliasi data dengan
Menterian Keuangan dan pihak ketiga pembayar pensiun.
(8) Rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaksanakan
setiap 3 (tiga) bulan.
(9) Apabila hasil rekonsiliasi data sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
terjadi kurang atau lebih pembayaran, kelebihan atau kekurangan
pembayaran tersebut akan diperhitungkan pada pembayaran iuran
berikutnya.
(10) Tata cara penyediaan, pencairan dan pertanggungjawaban dana iuran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan.

Pasal 45
(1) Peserta Bukan Pekerja selain yang dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) dan
ayat (3), membayar dan menyetor iuran Jaminan Kesehatan bagi dirinya
kepada BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
20

(3) Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
rekening Virtual Account yang diberikan oleh BPJS Kesehatan pada saat
pendaftaran.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara pembayaran
iuran diatur dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

Bagian Keempat
Pekerja Bukan Penerima Upah

Pasal 43
(1) Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 36 huruf c membayar iuran Jaminan Kesehatan bagi Pekerja dan
dirinya dan menyetorkannya kepada BPJS Kesehatan paling lambat
tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(2) Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke rekening Virtual
Account yang diberikan oleh BPJS Kesehatan pada saat pendaftaran.
(3) Pembayaran Iuran dapat dilakukan untuk masa waktu 1 (satu) bulan, 3
(tiga) bulan, 6 (enam) bulan dan 1 (satu) tahun.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara pembayaran
iuran bagi Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja diatur
dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

Bagian Kelima
Bukan Pekerja

Pasal 44
(1) Peserta Bukan Pekerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 huruf d
membayar iuran Jaminan Kesehatan bagi dirinya dan menyetorkannya
kepada BPJS Kesehatan paling lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(2) Peserta Bukan Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang
merupakan Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan Penerima pensiun, iuran
kepesertaannya dibayarkan oleh Pemerintah.
(3) Pemerintah membayarkan tambahan iuran bagi Penerima Pensiun
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang menjadi tanggung jawab
Pemerintah kepada BPJS Kesehatan setiap bulan.
22

(2) Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui rekening
Virtual Account yang diberikan oleh BPJS Kesehatan pada saat
pendaftaran peserta.
(3) Pembayaran Iuran dapat dilakukan untuk masa waktu 1 (satu) bulan, 3
(tiga) bulan, 6 (enam) bulan dan 1 (satu) tahun.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara pembayaran
iuran bagi Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja diatur
dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

Bagian Keenam
Anggota keluarga yang lain
Pasal 46
(1) Iuran peserta bagi anggota keluarga yang lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 huruf e dari peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan
dibayarkan oleh peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dan disetorkan kepada BPJS Kesehatan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(2) Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
rekening Virtual Account yang diberikan oleh BPJS Kesehatan pada saat
pendaftaran peserta.
(3) Pembayaran Iuran dapat dilakukan untuk masa waktu 1 (satu) bulan, 3
(tiga) bulan, 6 (enam) bulan dan 1 (satu) tahun.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara pembayaran
iuran bagi Anggota keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

BAB IV
PENYELENGGARA PELAYANAN KESEHATAN

Bagian kesatu
Umum

Pasal 47
(1) Setiap peserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk
23

pelayanan obat dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan
medis yang diperlukan.
(2) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
semua fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan, fasilitas kesehatan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan termasuk fasilitas kesehatan
penunjang yang terdiri atas:
a. laboratorium;
b. instalasi farmasi Rumah Sakit;
c. apotek;
d. unit transfusi darah/Palang Merah Indonesia;
e. optik;
f. pemberi pelayanan Consumable Ambulatory Peritonial Dialisis (CAPD);
dan
g. praktek Bidan/Perawat atau yang setara.
(3) Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama;
b. pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan;
c. pelayanan gawat darurat;
d. pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medik habis pakai;
e. pelayanan ambulance;
f. pelayanan skrining kesehatan; dan
g. pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri;

Bagian Kedua
Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
Paragraf 1
Umum

Pasal 48
(1) Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (3) huruf a bagi Peserta
dilakukan oleh fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat Peserta
terdaftar.
22

(2) Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melalui rekening
Virtual Account yang diberikan oleh BPJS Kesehatan pada saat
pendaftaran peserta.
(3) Pembayaran Iuran dapat dilakukan untuk masa waktu 1 (satu) bulan, 3
(tiga) bulan, 6 (enam) bulan dan 1 (satu) tahun.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara pembayaran
iuran bagi Pekerja Bukan Penerima Upah dan Bukan Pekerja diatur
dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

Bagian Keenam
Anggota keluarga yang lain
Pasal 46
(1) Iuran peserta bagi anggota keluarga yang lain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 36 huruf e dari peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan
dibayarkan oleh peserta bukan PBI Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dan disetorkan kepada BPJS Kesehatan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan.
(2) Penyetoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
rekening Virtual Account yang diberikan oleh BPJS Kesehatan pada saat
pendaftaran peserta.
(3) Pembayaran Iuran dapat dilakukan untuk masa waktu 1 (satu) bulan, 3
(tiga) bulan, 6 (enam) bulan dan 1 (satu) tahun.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara pembayaran
iuran bagi Anggota keluarga yang lain sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

BAB IV
PENYELENGGARA PELAYANAN KESEHATAN

Bagian kesatu
Umum

Pasal 47
(1) Setiap peserta berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk
24

(2) Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memilih fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang lain dalam jangka waktu paling sedikit 3
(tiga) bulan.
(3) Fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. Puskesmas atau yang setara;
b. praktik dokter;
c. praktik dokter gigi;
d. klinik Pratama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat
pertama milik TNI/POLRI;dan
e. Rumah sakit Kelas D Pratama atau yang setara.

Pasal 49
Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama terdiri atas:
a. Pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama:
c. Pelayanan kesehatan gigi; dan
d. Pelayanan kesehatan oleh bidan dan perawat.

Paragraf 2
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama

Pasal 50
(1) Pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama harus memiliki fungsi
pelayanan kesehatan yang komprehensif berupa pelayanan kesehatan
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan dan
pelayanan kesehatan gawat darurat termasuk pelayanan penunjang yang
meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan farmasi.
(2) Pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk pelayanan medis mencakup:
a. kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di pelayanan
Kesehatan tingkat pertama;
b. kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan
rujukan;
c. kasus medis rujuk balik;
25

d. pemeriksaan, pengobatan dan tindakan pelayanan kesehatan gigi
tingkat pertama;
e. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita oleh
bidan atau dokter; dan
f. rehabilitasi medik dasar.
(3) Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama meliputi pelayanan
kesehatan non spesialistik yang mencakup:
a. administrasi pelayanan yang meliputi biaya administrasi pendaftaran
peserta untuk berobat, penyediaan dan pemberian surat rujukan ke
fasilitas kesehatan lanjutan untuk penyakit yang tidak dapat
ditangani di fasilitas kesehatan tingkat pertama;
b. pelayanan promotif dan preventif yang meliputi kegiatan penyuluhan
kesehatan perorangan, imunisasi dasar, keluarga berencana, skrining
kesehatan;
c. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
d. pemeriksaan ibu hamil, nifas, ibu menyusui, dan bayi;
e. upaya penyembuhan terhadap efek samping kontrasepsi;
f. tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
g. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
h. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama
berupa pemeriksaan darah sederhana (Hemoglobin, apusan darah
tepi, trombosit, leukosit, hematokrit, eosinofil, eritrosit, golongan
darah, laju endap darah, malaria), urine sederhana (warna, berat
jenis, kejernihan, pH, leukosit, eritrosit), feses sederhana ( benzidin
tes, mikroskopik cacing), gula darah sewaktu;
i. pemeriksaan penunjang sederhana lain yang dapat dilakukan di
fasilitas kesehatan tingkat pertama;
j. pelayanan rujuk balik dari fasilitas kesehatan lanjutan;
k. pelayanan program rujuk balik;
l. pelaksanaan prolanis dan home visit; dan
m. rehabilitasi medik dasar.




24

(2) Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat memilih fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang lain dalam jangka waktu paling sedikit 3
(tiga) bulan.
(3) Fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. Puskesmas atau yang setara;
b. praktik dokter;
c. praktik dokter gigi;
d. klinik Pratama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat
pertama milik TNI/POLRI;dan
e. Rumah sakit Kelas D Pratama atau yang setara.

Pasal 49
Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama terdiri atas:
a. Pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama;
b. Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama:
c. Pelayanan kesehatan gigi; dan
d. Pelayanan kesehatan oleh bidan dan perawat.

Paragraf 2
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Pertama

Pasal 50
(1) Pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama harus memiliki fungsi
pelayanan kesehatan yang komprehensif berupa pelayanan kesehatan
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, pelayanan kebidanan dan
pelayanan kesehatan gawat darurat termasuk pelayanan penunjang yang
meliputi pemeriksaan laboratorium sederhana dan pelayanan farmasi.
(2) Pelayanan kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) untuk pelayanan medis mencakup:
a. kasus medis yang dapat diselesaikan secara tuntas di pelayanan
Kesehatan tingkat pertama;
b. kasus medis yang membutuhkan penanganan awal sebelum dilakukan
rujukan;
c. kasus medis rujuk balik;
26

Paragraf 3
Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama

Pasal 51
(1) Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama mencakup :
a. rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang dapat
diselesaikan secara tuntas di pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. pertolongan persalinan pervaginam bukan risiko tinggi;
c. pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit
pervaginam bagi puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED);
d. pertolongan neonatal dengan komplikasi; dan
e. pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi fasilitas kesehatan
dan/atau kebutuhan medis.
(2) Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama meliputi pelayanan
kesehatan non spesialistik yang mencakup :
a. Administrasi pelayanan terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan
biaya administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau
pelayanan kesehatan pasien
b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
c. perawatan dan akomodasi di ruang perawatan;
d. tindakan medis kecil/sederhana oleh Dokter ataupun paramedis;
e. persalinan per vaginam tanpa penyulit maupun dengan penyulit;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik selama masa perawatan;
g. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai selama masa perawatan;
dan
h. pelayanan transfusi darah sesuai indikasi medis.








27

Paragraf 4
Pelayanan Kesehatan Gigi di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Pasal 52
(1) Pelayanan kesehatan gigi meliputi :
a. Administrasi pelayanan terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan
biaya administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau
pelayanan kesehatan pasien;
b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
c. premedikasi;
d. kegawatdaruratan oro-dental;
e. pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi) ;
f. pencabutan gigi permanen tanpa penyulit;
g. obat pasca ekstraksi;
h. tumpatan komposit/GIC; dan
i. skeling gigi.
(2) Pelayanan kesehatan gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh dokter gigi.

Paragraf 5
Pelayanan Kesehatan oleh Bidan dan Perawat
di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama

Pasal 53
(1) Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan
penetapan kepala dinas kesehatan kabupaten/kota setempat, Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dapat bekerja sama dengan
praktik bidan dan/atau perawat sesuai dengan kewenangannya.
(2) Pemberian pelayanan kesehatan oleh Bidan dan Perawat dalam hal suatu
kecamatan tidak terdapat dokter sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pelayanan bidan dan perawat dengan cakupan pelayanan bidan
dan perawat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
(3) Bidan dan perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
melakukan rujukan ke dokter dan/atau dokter gigi pemberi pelayanan
kesehatan tingkat pertama kecuali dalam Pertolongan persalinan, kondisi
26

Paragraf 3
Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat Pertama

Pasal 51
(1) Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama mencakup :
a. rawat inap pada pengobatan/perawatan kasus yang dapat
diselesaikan secara tuntas di pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b. pertolongan persalinan pervaginam bukan risiko tinggi;
c. pertolongan persalinan dengan komplikasi dan/atau penyulit
pervaginam bagi puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Dasar (PONED);
d. pertolongan neonatal dengan komplikasi; dan
e. pelayanan transfusi darah sesuai kompetensi fasilitas kesehatan
dan/atau kebutuhan medis.
(2) Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat pertama meliputi pelayanan
kesehatan non spesialistik yang mencakup :
a. Administrasi pelayanan terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan
biaya administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau
pelayanan kesehatan pasien
b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
c. perawatan dan akomodasi di ruang perawatan;
d. tindakan medis kecil/sederhana oleh Dokter ataupun paramedis;
e. persalinan per vaginam tanpa penyulit maupun dengan penyulit;
f. pemeriksaan penunjang diagnostik selama masa perawatan;
g. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai selama masa perawatan;
dan
h. pelayanan transfusi darah sesuai indikasi medis.








28

gawat darurat atau pasien dengan kondisi khusus di luar kompetensi
dokter atau dokter gigi fasilitas Kesehatan tingkat pertama.

Bagian Ketiga
Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
Paragraf 1
Umum

Pasal 54
(1) Pelayanan Kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 ayat (3) huruf b harus diberikan
kepada peserta berdasarkan rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat
pertama pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
(2) Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Klinik utama atau yang setara;
b. Rumah sakit umum; dan
c. Rumah sakit khusus.
(3) Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b dan c dapat berupa Rumah Sakit milik Pemerintah,
Pemerintah Daerah, TNI, Polri maupun Rumah Sakit Swasta yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Pasal 55
(1) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan, Fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (3) wajib melakukan sistem rujukan
berjenjang dengan mengacu pada:
a. peraturan Menteri;
b. pedoman sistem rujukan nasional; dan
c. pedoman administrasi pelayanan BPJS Kesehatan.
(2) Dalam menjalankan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, Fasilitas
kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem
rujukan berjenjang.
(3) Fasilitas kesehatan dapat melakukan rujukan horizontal dan vertikal.
29

(4) Rujukan horizontal dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu
tingkatan apabila perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan
sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan
dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau menetap.
(5) Rujukan vertikal dilakukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda
tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke
tingkat pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.

Pasal 56
(1) Peserta dapat dikecualikan dari sistem pelayanan kesehatan rujukan
berjenjang pada fasilitas kesehatan pertama apabila:
a. terjadi keadaan gawat darurat;
b. bencana;
c. kekhususan permasalahan kesehatan pasien;
d. pertimbangan geografis; dan
e. pertimbangan ketersediaan fasilitas
(2) Kekhususan permasalahan kesehatan pasien sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c hanya untuk kasus yang sudah ditegakkan rencana
terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di fasilitas
kesehatan lanjutan.

Pasal 57
(1) Fasilitas kesehatan wajib memberikan pelayanan secara paripurna
termasuk penyediaan obat, bahan medis habis pakai, alat kesehatan dan
pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan.
(2) Dalam hal pelayanan yang dibutuhkan berupa pelayanan rawat jalan
maka pelayanan kesehatan tersebut dapat diberikan dalam satu tempat
atau melalui kerjasama fasilitas kesehatan dengan jejaringnya.
(3) Pelayanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2), sudah termasuk dalam pembayaran kapitasi
atau non kapitasi untuk fasilitas kesehatan tingkat pertama, dan INA
CBGs untuk fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pelayanan kesehatan diluar
kapitasi maupun diluar INA CBGs yang diberikan oleh fasilitas kesehatan
ditur dengan peraturan Direksi BPJS Kesehatan.
28

gawat darurat atau pasien dengan kondisi khusus di luar kompetensi
dokter atau dokter gigi fasilitas Kesehatan tingkat pertama.

Bagian Ketiga
Pelayanan Kesehatan Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan
Paragraf 1
Umum

Pasal 54
(1) Pelayanan Kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 ayat (3) huruf b harus diberikan
kepada peserta berdasarkan rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat
pertama pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan.
(2) Fasilitas kesehatan tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. Klinik utama atau yang setara;
b. Rumah sakit umum; dan
c. Rumah sakit khusus.
(3) Rumah Sakit umum dan Rumah Sakit khusus sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf b dan c dapat berupa Rumah Sakit milik Pemerintah,
Pemerintah Daerah, TNI, Polri maupun Rumah Sakit Swasta yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

Pasal 55
(1) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan
tingkat lanjutan, Fasilitas kesehatan tingkat pertama sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 48 ayat (3) wajib melakukan sistem rujukan
berjenjang dengan mengacu pada:
a. peraturan Menteri;
b. pedoman sistem rujukan nasional; dan
c. pedoman administrasi pelayanan BPJS Kesehatan.
(2) Dalam menjalankan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, Fasilitas
kesehatan tingkat pertama dan tingkat lanjutan wajib melakukan sistem
rujukan berjenjang.
(3) Fasilitas kesehatan dapat melakukan rujukan horizontal dan vertikal.
30

Pasal 58
Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan; dan
b. pelayanan kesehatan rawat inap tingkat lanjutan.

Paragraf 2
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan

Pasal 59
(1) Pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 huruf a merupakan pelayanan yang bersifat spesialistik
dan subspesialistik.
(2) Pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mencakup:
a. administrasi pelayanan terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan
biaya administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau
pelayanan kesehatan pasien
b. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis dan subspesialis;
c. tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis;
d. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
e. pelayanan alat kesehatan;
f. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi
medis;
g. rehabilitasi medis;
h. pelayanan darah;
i. pelayanan kedokteran forensik klinik meliputi pembuatan visum et
repertum atau surat keterangan medik berdasarkan pemeriksaan
forensik orang hidup dan pemeriksaan psikiatri forensik; dan
j. Pelayanan jenazah diberikan terbatas hanya bagi Peserta meninggal
dunia pasca rawat inap di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan tempat pasien dirawat berupa pemulasaran
jenazah dan tidak termasuk peti mati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pelayanan kesehatan rawat
jalan tingkat lanjutan diatur dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.
31

Paragraf 3
Pelayanan Kesehatan Rawat Inap Tingkat lanjutan

Pasal 60
(1) Pelayanan kesehatan rawat inap tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 huruf b kepada peserta dilakukan apabila diperlukan
berdasarkan indikasi medis yang dibuktikan dengan surat perintah rawat
inap dari dokter.
(2) Pelayanan kesehatan berupa rawat inap tingkat lanjutan mencakup
semua pelayanan kesehatan yang diberikan pada rawat jalan tingkat
lanjut ditambah dengan akomodasi yang berupa:
a. perawatan inap non intensif; dan
b. perawatan inap intensif.
(3) Akomodasi atau ruang perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah sebagai berikut:
a. ruang perawatan kelas III bagi:
1. Peserta PBI Jaminan Kesehatan; dan
2. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
yang membayar iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang
perawatan kelas III.
b. ruang perawatan kelas II bagi:
1. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun Pegawai Negeri Sipil
golongan ruang I dan golongan ruang II beserta anggota
keluarganya;
2. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya;
3. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I dan golongan ruang II
beserta anggota keluarganya;
4. Peserta Pekerja Penerima Upah dan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri dengan gaji atau upah sampai dengan 1,5 (satu
koma lima) kali penghasilan tidak kena pajak dengan status
kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya; dan
5. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
30

Pasal 58
Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat lanjutan terdiri atas:
a. pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan; dan
b. pelayanan kesehatan rawat inap tingkat lanjutan.

Paragraf 2
Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan Tingkat Lanjutan

Pasal 59
(1) Pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 58 huruf a merupakan pelayanan yang bersifat spesialistik
dan subspesialistik.
(2) Pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat lanjutan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mencakup:
a. administrasi pelayanan terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan
biaya administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau
pelayanan kesehatan pasien
b. pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis dan subspesialis;
c. tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis;
d. pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
e. pelayanan alat kesehatan;
f. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi
medis;
g. rehabilitasi medis;
h. pelayanan darah;
i. pelayanan kedokteran forensik klinik meliputi pembuatan visum et
repertum atau surat keterangan medik berdasarkan pemeriksaan
forensik orang hidup dan pemeriksaan psikiatri forensik; dan
j. Pelayanan jenazah diberikan terbatas hanya bagi Peserta meninggal
dunia pasca rawat inap di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama
dengan BPJS Kesehatan tempat pasien dirawat berupa pemulasaran
jenazah dan tidak termasuk peti mati.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pelayanan kesehatan rawat
jalan tingkat lanjutan diatur dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.
32

yang membayar iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang
perawatan kelas II.
c. ruang perawatan kelas I bagi:
1. Pejabat Negara dan anggota keluarganya;
2. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai negeri sipil
golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota
keluarganya;
3. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV
beserta anggota keluarganya;
4. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV
beserta anggota keluarganya;
5. Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya;
6. janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan;
7. Peserta Pekerja Penerima Upah dan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri dengan gaji atau upah mulai 1,5 (satu koma lima)
sampai dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak kena pajak dengan
status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya;
dan
8. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
yang membayar iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang
perawatan kelas I.

Pasal 61
(1) Dalam hal ruang rawat inap yang menjadi hak peserta penuh, peserta
dapat dirawat di kelas perawatan satu tingkat lebih tinggi.
(2) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS
Kesehatan membayar kelas perawatan peserta sesuai haknya.
(3) Apabila kelas perawatan sesuai dengan hak peserta telah tersedia, peserta
ditempatkan di kelas perawatan yang menjadi haknya.
(4) Perawatan satu tingkat lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lama 3 (tiga) hari.
33

(5) Dalam hal terjadi perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) lebih
dari 3 (tiga) hari, selisih biaya tersebut menjadi tanggung jawab fasilitas
kesehatan yang bersangkutan atau berdasarkan persetujuan pasien
dirujuk ke fasilitas kesehatan yang setara.
(6) Dalam hal terjadi kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(5), peserta tidak dikenakan urun biaya.

Pasal 62
(1) Peserta dapat meningkatkan kelas ruang perawatan lebih tinggi dari yang
menjadi haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau
membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan
berdasarkan tarif INA-CBGs dengan biaya yang harus dibayar akibat
peningkatan kelas perawatan.
(2) Peningkatkan kelas ruang perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tidak berlaku bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan.

Bagian Keempat
Pelayanan Gawat darurat

Pasal 63
(1) Pelayanan gawat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (3) huruf c
dapat dilakukan darurat sesuai dengan indikasi medis pelayanan gawat
darurat.
(2) Pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pelayanan kesehatan yang harus diberikan secepatnya untuk
mencegah kematian, keparahan, dan/atau kecacatan, sesuai dengan
kemampuan fasilitas kesehatan dengan kreteria tertentu sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
(3) Pelayanan gawat darurat dapat diberikan oleh :
a. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama;
b. Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan;
baik yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan maupun tidak
bekerjasama.
(4) Fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus segera merujuk ke fasilitas
32

yang membayar iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang
perawatan kelas II.
c. ruang perawatan kelas I bagi:
1. Pejabat Negara dan anggota keluarganya;
2. Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun pegawai negeri sipil
golongan ruang III dan golongan ruang IV beserta anggota
keluarganya;
3. Anggota TNI dan penerima pensiun Anggota TNI yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV
beserta anggota keluarganya;
4. Anggota Polri dan penerima pensiun Anggota Polri yang setara
Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III dan golongan ruang IV
beserta anggota keluarganya;
5. Veteran dan Perintis Kemerdekaan beserta anggota keluarganya;
6. janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis
Kemerdekaan;
7. Peserta Pekerja Penerima Upah dan Pegawai Pemerintah Non
Pegawai Negeri dengan gaji atau upah mulai 1,5 (satu koma lima)
sampai dengan 2 (dua) kali penghasilan tidak kena pajak dengan
status kawin dengan 1 (satu) anak, beserta anggota keluarganya;
dan
8. Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
yang membayar iuran untuk Manfaat pelayanan di ruang
perawatan kelas I.

Pasal 61
(1) Dalam hal ruang rawat inap yang menjadi hak peserta penuh, peserta
dapat dirawat di kelas perawatan satu tingkat lebih tinggi.
(2) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS
Kesehatan membayar kelas perawatan peserta sesuai haknya.
(3) Apabila kelas perawatan sesuai dengan hak peserta telah tersedia, peserta
ditempatkan di kelas perawatan yang menjadi haknya.
(4) Perawatan satu tingkat lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling lama 3 (tiga) hari.
34

kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan
daruratnya teratasi dan pasien dalam kondisi dapat dipindahkan.

Pasal 64
(1) Pembayaran pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
sudah termasuk dalam komponen kapitasi.
(2) Pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan ditagihkan
secara langsung oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembayaran pelayanan gawat darurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Direksi
BPJS Kesehatan.

Pasal 65
(1) Penagihan pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan dibayar sesuai degan INA-CBGs.
(2) Penagihan pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan ditagihkan secara langsung oleh fasilitas kesehatan kepada
BPJS Kesehatan.
(3) Pembayaran pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) menggunakan tarif INA-CBGs yang berlaku di wilayah tersebut.
(4) Tarif INA-CBGs sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan kelas
Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri.
(5) Rumah Sakit yang belum memiliki penetapan kelas, menggunakan tarif
INA-CBGs Rumah Sakit kelas D.

Pasal 66
Fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan gawat darurat baik yang
bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, tidak
diperkenankan menarik biaya kepada peserta.


35

Bagian Kelima
Pelayanan Obat, Alat Kesehatan, dan
Bahan Medis Habis Pakai

Pasal 67
(1) Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medik habis pakai yang
dibutuhkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (3) huruf d
sesuai dengan indikasi medis merupakan hak peserta jaminan kesehatan.
(2) Pelayanan obat, bahan medis habis pakai, alat kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan pada pelayanan kesehatan rawat
jalan dan/atau rawat inap baik di fasilitas kesehatan tingkat pertama
maupun fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
(3) Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
diberikan kepada Peserta berpedoman pada daftar obat, dan bahan medis
habis pakai, dan alat kesehatan yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Fasilitas kesehatan dan jejaringnya wajib menyediakan pelayanan obat,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang dibutuhkan oleh
Peserta sesuai indikasi medis.

Pasal 68
(1) Pelayanan alat kesehatan di fasilitas kesehatan tingkat pertama sudah
termasuk dalam komponen kapitasi yang dibayarkan BPJS Kesehatan.
(2) Pelayanan alat kesehatan di fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan
sudah termasuk dalam paket INA-CBGs.
(3) Fasilitas kesehatan dan jejaringnya wajib menyediakan alat kesehatan
yang dibutuhkan oleh Peserta sesuai indikasi medis.
(4) Alat kesehatan yang tidak masuk dalam paket INA-CBGs dibayar dengan
klaim tersendiri oleh BPJS Kesehatan.
(5) Jenis alat kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3)
ditetapkan oleh Menteri.
(6) Dalam kondisi khusus untuk keselamatan pasien, alat kesehatan yang
tidak termasuk dalam paket INA-CBGs sebagaimana dimaksud ayat (4)
dapat ditetapkan oleh Dewan Pertimbangan Klinis bersama BPJS
Kesehatan.
34

kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan setelah keadaan
daruratnya teratasi dan pasien dalam kondisi dapat dipindahkan.

Pasal 64
(1) Pembayaran pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan
sudah termasuk dalam komponen kapitasi.
(2) Pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan tingkat
pertama yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan ditagihkan
secara langsung oleh fasilitas kesehatan kepada BPJS Kesehatan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembayaran pelayanan gawat darurat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Direksi
BPJS Kesehatan.

Pasal 65
(1) Penagihan pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjutan yang bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan dibayar sesuai degan INA-CBGs.
(2) Penagihan pelayanan gawat darurat yang dilakukan oleh fasilitas
kesehatan tingkat lanjutan yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan ditagihkan secara langsung oleh fasilitas kesehatan kepada
BPJS Kesehatan.
(3) Pembayaran pelayanan gawat darurat sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) menggunakan tarif INA-CBGs yang berlaku di wilayah tersebut.
(4) Tarif INA-CBGs sebagaimana dimaksud pada ayat (3) sesuai dengan kelas
Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri.
(5) Rumah Sakit yang belum memiliki penetapan kelas, menggunakan tarif
INA-CBGs Rumah Sakit kelas D.

Pasal 66
Fasilitas kesehatan yang memberikan pelayanan gawat darurat baik yang
bekerjasama maupun yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, tidak
diperkenankan menarik biaya kepada peserta.


36

(7) Alat kesehatan yang sudah termasuk dalam paket INA-CBGs tidak dapat
ditagihkan tersendiri kepada BPJS Kesehatan dan tidak dapat
dibebankan kepada Peserta.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur pelayanan alat
kesehatan yang tidak termasuk dalam paket INA-CBGs sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) diatur dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

Pasal 69
(1) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai di fasilitas kesehatan
tingkat pertama sudah termasuk dalam komponen kapitasi yang
dibayarkan BPJS Kesehatan.
(2) Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai pada
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan merupakan salah satu
komponen yang dibayarkan dalam paket INA-CBGs.
(3) Dalam hal obat yang dibutuhkan sesuai indikasi medis pada fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjutan tidak tercantum dalam Formularium
Nasional, dapat digunakan obat lain berdasarkan persetujuan Komite
Medik dan Kepala/Direktur Rumah Sakit.
(4) Pelayanan obat yang sudah termasuk dalam paket INA-CBGs, baik
mengacu pada Formularium Nasional, tidak dapat ditagihkan tersendiri
kepada BPJS Kesehatan serta tidak dapat dibebankan kepada Peserta.

Pasal 70
(1) BPJS Kesehatan menjamin kebutuhan obat dan pemeriksaan penunjang
program rujuk balik.
(2) Program rujuk balik merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih
memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang
dilaksanakan di fasilitas Kesehatan tingkat pertama atas
rekomendasi/rujukan dari dokter spesialis/sub spesialis yang merawat.
(3) Jenis penyakit kronis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hipertensi
dan diabetes mellitus tipe 2 dan dapat disesuaikan dengan kebijakan
yang berlaku.


37



Pasal 71
(1) Obat program rujuk balik diperoleh melalui Apotek atau depo farmasi
fasilitas kesehatan tingkat pertama yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan.
(2) Pemeriksaan penunjang program rujuk balik diberikan oleh laboratorium
yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan atau sebagai jejaring fasilitas
kesehatan tingkat pertama.
(3) Obat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pemeriksaan penunjang
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibayar oleh BPJS Kesehatan diluar
biaya kapitasi.
(4) Obat program rujuk balik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
pemeriksaan penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditagihkan
secara kolektif melalui klaim tersendiri kepada BPJS Kesehatan.
(5) Biaya obat program rujuk balik terdiri atas harga obat yang mengacu
pada Formularium Nasional yang ditetapkan oleh Menteri dan ditambah
dengan faktor pelayanan dan embalage.
(6) Pembiayaan obat dan pemeriksaan penunjang sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur pelayanan, ketentuan restriksi,
dan peresepan maksimal serta pemeriksaan penunjang program rujuk
balik diatur dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

Bagian Keenam
Pelayanan Ambulans

Pasal 72
(1) Pelayanan ambulans sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (3)
huruf e merupakan pelayanan transportasi pasien rujukan dengan
kondisi tertentu antar fasilitas kesehatan disertai dengan upaya atau
kegiatan menjaga kestabilan kondisi pasien untuk kepentingan
keselamatan pasien.
36

(7) Alat kesehatan yang sudah termasuk dalam paket INA-CBGs tidak dapat
ditagihkan tersendiri kepada BPJS Kesehatan dan tidak dapat
dibebankan kepada Peserta.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur pelayanan alat
kesehatan yang tidak termasuk dalam paket INA-CBGs sebagaimana
dimaksud pada ayat (6) diatur dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

Pasal 69
(1) Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai di fasilitas kesehatan
tingkat pertama sudah termasuk dalam komponen kapitasi yang
dibayarkan BPJS Kesehatan.
(2) Pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai pada
fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan merupakan salah satu
komponen yang dibayarkan dalam paket INA-CBGs.
(3) Dalam hal obat yang dibutuhkan sesuai indikasi medis pada fasilitas
kesehatan rujukan tingkat lanjutan tidak tercantum dalam Formularium
Nasional, dapat digunakan obat lain berdasarkan persetujuan Komite
Medik dan Kepala/Direktur Rumah Sakit.
(4) Pelayanan obat yang sudah termasuk dalam paket INA-CBGs, baik
mengacu pada Formularium Nasional, tidak dapat ditagihkan tersendiri
kepada BPJS Kesehatan serta tidak dapat dibebankan kepada Peserta.

Pasal 70
(1) BPJS Kesehatan menjamin kebutuhan obat dan pemeriksaan penunjang
program rujuk balik.
(2) Program rujuk balik merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih
memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang
dilaksanakan di fasilitas Kesehatan tingkat pertama atas
rekomendasi/rujukan dari dokter spesialis/sub spesialis yang merawat.
(3) Jenis penyakit kronis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hipertensi
dan diabetes mellitus tipe 2 dan dapat disesuaikan dengan kebijakan
yang berlaku.


38

(2) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
ketentuan:
a. kondisi pasien sesuai indikasi medis berdasarkan rekomendasi
medis dari dokter yang merawat;
b. kondisi kelas perawatan sesuai hak peserta penuh dan pasien sudah
dirawat paling sedikit 3 (tiga) hari dikelas satu tingkat diatas haknya;
atau
c. pasien rujuk balik rawat inap yang masih memerlukan pelayanan
rawat inap di fasilitas Kesehatan tujuan.
(3) Pelayanan ambulans hanya dijamin bila rujukan dilakukan pada fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS atau pada kasus gawat
darurat dari fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan dengan tujuan penyelamatan nyawa pasien.
(4) Pelayanan ambulans tidak dijamin untuk pelayanan sebagai berikut:
a. jemput pasien selain dari fasilitas kesehatan (rumah, jalan, lokasi
lain);
b. mengantar pasien ke selain fasilitas kesehatan;
c. rujukan parsial (antar jemput pasien atau spesimen dalam rangka
mendapatkan pemeriksaan penunjang atau tindakan, yang
merupakan rangkaian perawatan pasien di salah satu fasilitas
kesehatan);
d. ambulans/mobil jenazah; dan
e. pasien rujuk balik rawat jalan.
(5) Pembiayaan untuk pelayanan ambulans tidak termasuk dalam tarif
kapitasi dan INA-CBGs.
(6) Dalam hal keadaan gawat darurat, pelayanan ambulans dari fasilitas
kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dapat
dilakukan penagihan kepada BPJS Kesehatan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan pelayanan ambulans
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.





39


Bagian Ketujuh
Pelayanan Skrining Kesehatan

Pasal 73
(1) Pelayanan skrining kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
ayat (3) huruf f diberikan secara perorangan dan selektif.
(2) Pelayanan skrining kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak
lanjutan dari risiko penyakit tertentu meliputi:
a. diabetes mellitus tipe 2;
b. hipertensi ;
c. kanker leher rahim;
d. kanker payudara; dan
e. penyakit lain yang ditetapkan oleh Menteri.
(3) Pelayanan skrining kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
a dan huruf b dimulai dengan analisis riwayat kesehatan, yang dilakukan
sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun sekali.
(4) Dalam hal peserta teridentifikasi mempunyai risiko berdasarkan riwayat
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dilakukan penegakan
diagnosa melalui pemeriksaan penunjang diagnostik tertentu.
(5) Peserta yang telah terdiagnosa penyakit tertentu berdasarkan penegakan
diagnosa sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diberikan pengobatan
sesuai dengan indikasi medis.
(6) Pelayanan skrining kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf
c sampai dengan huruf e dilakukan sesuai dengan indikasi medis.
(7) Pembiayaan skrining kesehatan tidak termasuk dalam tarif kapitasi dan
INA-CBGs.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan skrining kesehatan
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.





38

(2) Kondisi tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
ketentuan:
a. kondisi pasien sesuai indikasi medis berdasarkan rekomendasi
medis dari dokter yang merawat;
b. kondisi kelas perawatan sesuai hak peserta penuh dan pasien sudah
dirawat paling sedikit 3 (tiga) hari dikelas satu tingkat diatas haknya;
atau
c. pasien rujuk balik rawat inap yang masih memerlukan pelayanan
rawat inap di fasilitas Kesehatan tujuan.
(3) Pelayanan ambulans hanya dijamin bila rujukan dilakukan pada fasilitas
kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS atau pada kasus gawat
darurat dari fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan dengan tujuan penyelamatan nyawa pasien.
(4) Pelayanan ambulans tidak dijamin untuk pelayanan sebagai berikut:
a. jemput pasien selain dari fasilitas kesehatan (rumah, jalan, lokasi
lain);
b. mengantar pasien ke selain fasilitas kesehatan;
c. rujukan parsial (antar jemput pasien atau spesimen dalam rangka
mendapatkan pemeriksaan penunjang atau tindakan, yang
merupakan rangkaian perawatan pasien di salah satu fasilitas
kesehatan);
d. ambulans/mobil jenazah; dan
e. pasien rujuk balik rawat jalan.
(5) Pembiayaan untuk pelayanan ambulans tidak termasuk dalam tarif
kapitasi dan INA-CBGs.
(6) Dalam hal keadaan gawat darurat, pelayanan ambulans dari fasilitas
kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dapat
dilakukan penagihan kepada BPJS Kesehatan.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembiayaan pelayanan ambulans
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.





40

BAB V
PENINGKATAN MUTU DAN PENAMBAHAN MANFAAT JAMINAN KESEHATAN

Pasal 74
(1) Peningkatan mutu dan penambahan manfaat Jaminan Kesehatan dalam
penyelenggaraan Jaminan Kesehatan dapat dilakukan dengan
menggunakan hasil pengembangan teknologi kesehatan health technology
assessment).
(2) Pengembangan penggunaan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) setelah dilakukan penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment).
(3) Penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan usulan dari Asosiasi
Fasilitas Kesehatan, Organisasi Profesi kesehatan, dan BPJS Kesehatan.
(4) Penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment) sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Tim Health Technology Assessment
(HTA) yang dibentuk oleh Menteri.
(5) Tim Health Technology Assessment (HTA) sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) bertugas melakukan penilaian terhadap pelayanan kesehatan
yang dikategorikan dalam teknologi baru, metode baru, obat baru,
keahlian khusus, dan pelayanan kesehatan lain dengan biaya tinggi.
(6) Tim Health Technology Assessment (HTA) memberikan rekomendasi
kepada Menteri mengenai kelayakan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) untuk dimasukkan sebagai pelayanan kesehatan
yang dijamin.
(7) BPJS Kesehatan melakukan analisis dampak finansial dan resiko
terhadap implementasi hasil Penilaian Teknologi Kesehatan (Health
Technology Assessment).
(8) Analisis dampak finansial dan resiko sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) diajukan kepada Menteri sebagai pertimbangan penerapan hasil Health
Technology Assessment (HTA).




41



BAB VI
KOMPENSASI

Pasal 75
(1) Kompensasi wajib diberikan oleh BPJS Kesehatan kepada peserta apabila
dalam suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi
syarat guna memenuhi kebutuhan medisnya.
(2) Penentuan daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi
syarat guna memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta ditetapkan
oleh Dinas Kesehatan setempat atas pertimbangan BPJS Kesehatan dan
Asosiasi Fasilitas Kesehatan.
(3) Kantor Cabang melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota untuk penetapan daerah belum tersedia fasilitas
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam
bentuk:
a. penggantian uang tunai;
b. pengiriman tenaga kesehatan; atau
c. penyediaan fasilitas kesehatan tertentu.

Pasal 76
(1) Kompensasi dalam bentuk penggantian uang tunai sebagaimana
dimaksud dalam pasal 75 ayat (4) huruf a berupa penggantian atas biaya
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan yang tidak
bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
(2) Penggantian kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat 75
ayat (4) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 77
(1) Untuk dapat memperoleh kompensasi uang tunai, peserta yang tinggal di
wilayah tidak ada fasilitas Kesehatan memenuhi syarat harus mengikuti
prosedur pelayanan rujukan berjenjang sesuai ketentuan yang berlaku.
40

BAB V
PENINGKATAN MUTU DAN PENAMBAHAN MANFAAT JAMINAN KESEHATAN

Pasal 74
(1) Peningkatan mutu dan penambahan manfaat Jaminan Kesehatan dalam
penyelenggaraan Jaminan Kesehatan dapat dilakukan dengan
menggunakan hasil pengembangan teknologi kesehatan health technology
assessment).
(2) Pengembangan penggunaan teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) setelah dilakukan penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment).
(3) Penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan berdasarkan usulan dari Asosiasi
Fasilitas Kesehatan, Organisasi Profesi kesehatan, dan BPJS Kesehatan.
(4) Penilaian teknologi kesehatan (health technology assessment) sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilakukan oleh Tim Health Technology Assessment
(HTA) yang dibentuk oleh Menteri.
(5) Tim Health Technology Assessment (HTA) sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) bertugas melakukan penilaian terhadap pelayanan kesehatan
yang dikategorikan dalam teknologi baru, metode baru, obat baru,
keahlian khusus, dan pelayanan kesehatan lain dengan biaya tinggi.
(6) Tim Health Technology Assessment (HTA) memberikan rekomendasi
kepada Menteri mengenai kelayakan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) untuk dimasukkan sebagai pelayanan kesehatan
yang dijamin.
(7) BPJS Kesehatan melakukan analisis dampak finansial dan resiko
terhadap implementasi hasil Penilaian Teknologi Kesehatan (Health
Technology Assessment).
(8) Analisis dampak finansial dan resiko sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) diajukan kepada Menteri sebagai pertimbangan penerapan hasil Health
Technology Assessment (HTA).




42

(2) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta mendatangi fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang terdekat.
(3) Apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama terdekat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tersebut adalah fasilitas Kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, maka pembayaran atas pelayanan
kesehatan sudah termasuk dalam komponen kapitasi tidak ditagihkan
tersendiri.
(4) Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
diperkenankan memungut tambahan biaya kepada Peserta.
(5) Apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama terdekat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah fasilitas Kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, maka peserta membayarkan biaya
pelayanan kesehatan terlebih dahulu, kemudian peserta menagih kepada
BPJS Kesehatan melalui klaim perorangan.
(6) Klaim perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya
diberlakukan pada peserta yang mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
(7) Dalam kondisi gawat darurat, peserta dapat langsung menuju Rumah
Sakit tanpa mengikuti sistem rujukan berjenjang yang berlaku.
(8) Biaya yang timbul akibat pelayanan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) ditagihkan oleh Rumah Sakit kepada BPJS Kesehatan, dan
peserta tidak dikenakan urun biaya.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan persyaratan adminitrasi
klaim kompensasi uang tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur
dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

Pasal 78
Kompensasi dalam bentuk pengiriman tenaga kesehatan dan penyediaan
Fasilitas Kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (4)
huruf b dan c dapat bekerja sama dengan dinas kesehatan, organisasi profesi
kesehatan, dan/atau asosiasi fasilitas kesehatan.



43


Pasal 79
(1) Apabila suatu daerah ditetapkan sebagai daerah tidak tersedia fasilitas
Kesehatan memenuhi syarat, maka Kantor Cabang melakukan analisa
kebutuhan tenaga kesehatan tertentu.
(2) Penyediaan fasiltas kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud pada
Ayat (1) berupa penyediaan tim tenaga kesehatan yang dilengkapi
dengan peralatan medis untuk memberikan pelayanan medis tertentu
sesuai dengan kebutuhan di wilayah yang akan dikunjungi.
(3) Kantor Cabang BPJS Kesehatan selanjutnya berkoordinasi dengan dinas
kesehatan, organisasi profesi kesehatan, dan/atau asosiasi fasilitas
kesehatan untuk menentukan mekanisme pengiriman tenaga kesehatan
yang antara lain meliputi:
a. jadwal;
b. jenis tenaga kesehatan; dan
c. jumlah tenaga kesehatan.
(4) Pengiriman tenaga kesehatan yang dijamin BPJS kesehatan dapat
dlakukan melalui kerjasama dengan dinas setempat, instansi
pemerintah lainnya, maupun swasta.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur tata cara pengiriman tenaga
kesehatan diatur dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

BAB VII
KENDALI MUTU DAN KENDALI BIAYA

Bagian Kesatu
Umum

Pasal 80
(1) Kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan dilakukan untuk
menjamin agar pelayanan kesehatan kepada Peserta sesuai dengan
mutu yang ditetapkan dan diselenggarakan secara efisien.
(2) Kendali mutu dan kendali biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
42

(2) Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, peserta mendatangi fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang terdekat.
(3) Apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama terdekat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tersebut adalah fasilitas Kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, maka pembayaran atas pelayanan
kesehatan sudah termasuk dalam komponen kapitasi tidak ditagihkan
tersendiri.
(4) Fasilitas Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
diperkenankan memungut tambahan biaya kepada Peserta.
(5) Apabila fasilitas kesehatan tingkat pertama terdekat sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah fasilitas Kesehatan yang tidak
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, maka peserta membayarkan biaya
pelayanan kesehatan terlebih dahulu, kemudian peserta menagih kepada
BPJS Kesehatan melalui klaim perorangan.
(6) Klaim perorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) hanya
diberlakukan pada peserta yang mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan tingkat pertama yang tidak bekerjasama dengan BPJS
Kesehatan.
(7) Dalam kondisi gawat darurat, peserta dapat langsung menuju Rumah
Sakit tanpa mengikuti sistem rujukan berjenjang yang berlaku.
(8) Biaya yang timbul akibat pelayanan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (7) ditagihkan oleh Rumah Sakit kepada BPJS Kesehatan, dan
peserta tidak dikenakan urun biaya.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan persyaratan adminitrasi
klaim kompensasi uang tunai sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur
dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

Pasal 78
Kompensasi dalam bentuk pengiriman tenaga kesehatan dan penyediaan
Fasilitas Kesehatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (4)
huruf b dan c dapat bekerja sama dengan dinas kesehatan, organisasi profesi
kesehatan, dan/atau asosiasi fasilitas kesehatan.



44

a. penilaian atas teknologi kesehatan (Health Technology Assessment)
terhadap pengembangan penggunaan pelayanan kesehatan dengan
teknologi;
b. pertimbangan klinis (Clinical Advisory) terhadap pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada Peserta;
c. kajian dan evaluasi atas Manfaat Jaminan Kesehatan bagi Peserta;
dan
d. monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan Jaminan
Kesehatan oleh fasilitas kesehatan.
(3) Kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan kepada Peserta,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan oleh Menteri.
(4) Untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan
kepada peserta, fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan:
a. obat harus mengacu pada Formularium Nasional; dan
b. Alat Kesehatan harus mengacu pada Kompedium Alat Kesehatan.

Pasal 81
(1) Pelayanan kesehatan kepada peserta jaminan kesehatan harus
memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan
pasien, efektifitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta
efisiensi biaya.
(2) Penerapan sistem kendali mutu pelayanan jaminan kesehatan dilakukan
secara menyeluruh meliputi pemenuhan standar mutu fasilitas
kesehatan, memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan sesuai
standar yang ditetapkan, serta pemantauan terhadap luaran kesehatan
peserta.

Pasal 82
Penyelenggaraan kendali mutu dan biaya oleh fasilitas kesehatan dilakukan
melalui:
a. pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik
profesi sesuai kompetensi;
b. utilization review dan audit medis;
c. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan; dan/atau

45



d. pemantauan dan evaluasi penggunaan obat, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai dalam pelayanan kesehatan secara berkala yang
dilaksanakan melalui pemanfaatan sistem informasi kesehatan.

Pasal 83
Penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya oleh BPJS Kesehatan
dilakukan melalui:
a. pemenuhan standar mutu Fasilitas Kesehatan;
b. pemenuhan standar proses pelayanan kesehatan; dan
c. pemantauan terhadap luaran kesehatan Peserta.

Bagian Kedua
Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya

Pasal 84
Dalam rangka penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya, BPJS
Kesehatan membentuk tim kendali mutu dan kendali biaya yang terdiri dari
unsur organisasi profesi, akademisi, dan pakar klinis yang terbagi dalam Tim
Koordinasi dan Tim Teknis.

Pasal 85
(1) Tim Koordinasi sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84
berada di tingkat:
a. Pusat;
b. Divisi Regional; dan
c. Cabang
(2) Tim koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki fungsi dan
wewenang melakukan:
a. sosialisasi kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik
profesi sesuai kompetensi;
b. utilization review dan audit medis;
c. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan; dan
d. berkoordinasi dengan fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan
44

a. penilaian atas teknologi kesehatan (Health Technology Assessment)
terhadap pengembangan penggunaan pelayanan kesehatan dengan
teknologi;
b. pertimbangan klinis (Clinical Advisory) terhadap pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada Peserta;
c. kajian dan evaluasi atas Manfaat Jaminan Kesehatan bagi Peserta;
dan
d. monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan Jaminan
Kesehatan oleh fasilitas kesehatan.
(3) Kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan kepada Peserta,
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) ditetapkan oleh Menteri.
(4) Untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan
kepada peserta, fasilitas kesehatan dalam memberikan pelayanan:
a. obat harus mengacu pada Formularium Nasional; dan
b. Alat Kesehatan harus mengacu pada Kompedium Alat Kesehatan.

Pasal 81
(1) Pelayanan kesehatan kepada peserta jaminan kesehatan harus
memperhatikan mutu pelayanan, berorientasi pada aspek keamanan
pasien, efektifitas tindakan, kesesuaian dengan kebutuhan pasien, serta
efisiensi biaya.
(2) Penerapan sistem kendali mutu pelayanan jaminan kesehatan dilakukan
secara menyeluruh meliputi pemenuhan standar mutu fasilitas
kesehatan, memastikan proses pelayanan kesehatan berjalan sesuai
standar yang ditetapkan, serta pemantauan terhadap luaran kesehatan
peserta.

Pasal 82
Penyelenggaraan kendali mutu dan biaya oleh fasilitas kesehatan dilakukan
melalui:
a. pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan praktik
profesi sesuai kompetensi;
b. utilization review dan audit medis;
c. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan; dan/atau

46

BPJS Kesehatan dalam hal:
1. pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan
praktik profesi sesuai kompetensi;
2. utilization review dan audit medis; dan
3. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan.

Pasal 86
(1) Tim teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 berada di setiap
fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
(2) Tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki fungsi dan
wewenang sebagai berikut :
a. meminta dan mendapatkan informasi untuk kasus tertentu mengenai
identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan
riwayat pengobatan peserta dalam bentuk salinan/fotokopi rekam
medis kepada Fasilitas Kesehatan sesuai kebutuhan; dan
b. melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan obat, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam pelayanan kesehatan
secara berkala melalui pemanfaatan sistem informasi kesehatan.

Pasal 87
Untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan kepada
Peserta BPJS Kesehatan, Menteri menetapkan standar tarif pelayanan
kesehatan yang menjadi acuan bagi penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.

Pasal 88
(1) BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada fasilitas kesehatan
yang telah memberikan layanan kepada Peserta.
(2) Besaran pembayaran yang dilakukan BPJS Kesehatan kepada fasilitas
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan
di setiap provinsi serta mengacu kepada standar tarif yang ditetapkan
oleh Menteri.
(3) Asosiasi fasilitas kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan mengacu pada Keputusan Menteri.
47



(4) Dalam hal besaran pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak disepakati oleh asosiasi fasilitas kesehatan dan BPJS Kesehatan,
besaran pembayaran atas program Jaminan Kesehatan sebagaimana
yang diputuskan oleh Menteri.

BAB VIII
PELAPORAN DAN UTILIZATION REVIEW

Pasal 89
(1) Fasilitas Kesehatan wajib membuat laporan kegiatan pelayanan
kesehatan yang diberikan secara berkala setiap bulan kepada BPJS
Kesehatan.
(2) Fasilitas Kesehatan wajib menerapkan Utilization Review secara berkala
dan berkesinambungan.
(3) BPJS Kesehatan melakukan pelaksanaan utilization review dengan
mengukur pemanfaatan pelayanan berdasarkan indikator rate, ratio
serta unit cost.
(4) BPJS Kesehatan berdasarkan indikator rate, ratio serta unit cost
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melakukan evaluasi dan umpan
balik.
(5) BPJS Kesehatan melakukan tindak lanjut atas hasil evaluasi dan umpan
balik sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dalam rangka pengendalian
biaya pelayanan kesehatan.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme pelaporan, Utilization
Review ditetapkan dengan Peraturan Direksi BPJS Kesehatan.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 90
Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ini mulai berlaku
pada tanggal 1 Januari 2014.

46

BPJS Kesehatan dalam hal:
1. pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam menjalankan
praktik profesi sesuai kompetensi;
2. utilization review dan audit medis; dan
3. pembinaan etika dan disiplin profesi kepada tenaga kesehatan.

Pasal 86
(1) Tim teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 84 berada di setiap
fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.
(2) Tim teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki fungsi dan
wewenang sebagai berikut :
a. meminta dan mendapatkan informasi untuk kasus tertentu mengenai
identitas, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pemeriksaan, dan
riwayat pengobatan peserta dalam bentuk salinan/fotokopi rekam
medis kepada Fasilitas Kesehatan sesuai kebutuhan; dan
b. melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan obat, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dalam pelayanan kesehatan
secara berkala melalui pemanfaatan sistem informasi kesehatan.

Pasal 87
Untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya pelayanan kesehatan kepada
Peserta BPJS Kesehatan, Menteri menetapkan standar tarif pelayanan
kesehatan yang menjadi acuan bagi penyelenggaraan Jaminan Kesehatan.

Pasal 88
(1) BPJS Kesehatan melakukan pembayaran kepada fasilitas kesehatan
yang telah memberikan layanan kepada Peserta.
(2) Besaran pembayaran yang dilakukan BPJS Kesehatan kepada fasilitas
kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan asosiasi fasilitas kesehatan
di setiap provinsi serta mengacu kepada standar tarif yang ditetapkan
oleh Menteri.
(3) Asosiasi fasilitas kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk
fasilitas kesehatan tingkat pertama dan fasilitas kesehatan tingkat
lanjutan mengacu pada Keputusan Menteri.
48

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.




Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1Januari 2014

DIREKTUR UTAMA
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN


ttd

FACHMI IDRIS




Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Januari 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPULIK INDONESIA


ttd

AMIR SYAMSUDIN



BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1


Salinan sesuai dengan aslinya

BPJS KESEHATAN
Pjs. Kepala Grup Hukum dan Regulasi




Feryanita



48

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.




Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 1Januari 2014

DIREKTUR UTAMA
BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL
KESEHATAN


ttd

FACHMI IDRIS




Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 1 Januari 2014

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPULIK INDONESIA


ttd

AMIR SYAMSUDIN



BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1


Salinan sesuai dengan aslinya

BPJS KESEHATAN
Pjs. Kepala Grup Hukum dan Regulasi




Feryanita

Вам также может понравиться