Radian Nyi Sukmasari - detikHealth Kamis, 28/08/2014 18:30 WIB Jakarta, Sebagai orang tua, pernahkah Anda mengalami momen-momen di mana anak sulit sekali makan dan cenderung pilih-pilih makanan yang ingin ia konsumsi? Tenang saja, hal itu memang lumrah terjadi.
Seperti diutarakan dr Titi Sekarindah MS, SpGK dari RS Pusat Pertamina, picky eater memang umum terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Sebab, di rentang usia tersebut biasanya menjadi masa bagi anak-anak di mana mereka sedang senang-senangnya bermain.
"Oleh karena itu, ibu memiliki peran besar untuk mengatasinya. Harus kreatif pilih makanan. Tekstur diperhatikan dan hidangan harus dikemas semenarik mungkin," kata dr Titi saat dihubungi detikHealth, Kamis (28/8/2014).
Namun, ketika menjelang usia tiga tahun si kecil cenderung hanya mau mengonsumsi makanan yang itu-itu saja, dr Titi menyarankan orang tua untuk mengenalkan makanan lain yang dihidangkan terus, berkali-kali.
"Kalau pertamanya anak nggak mau, nggak apa-apa. Ibu bisa mengakalainya dengan mengkombinasikan makanan yang dia suka dengan menu lain. Misalnya dia maunya makan mi saja, tidak apa-apa nanti dikombinasikan dengan sayur," kata dr Titi.
Intinya, orang tua harus telaten dan tidak mudah menyerah mengenalkan aneka makanan pada anak. Sebenarnya, mengenalkan aneka makanan juga sudah bisa dikenalkan pada anak sejak usia satu tahun. Hanya saja perlu diperhatikan agar makanan yang diberi pada si kecil tidak terlalu pedas, asam, atau justru berbahaya bagi lambungnya.
Dihubungi terpisah, psikolog anak dan remaja Roslina Verauli M.Psi mengatakan biasanya yang mengalami picky eating adalah anak-anak yang memiliki gangguan oral motor dan sensoris. Tetapi tidak menutup kemungkinan bagi anak yang terbiasa hanya dikenalkan pada satu jenis makanan, ia bisa saja anti terhadap beberapa makanan.
"Anak yang cadel misalnya, untuk mengunyah makanan pun malas. Maka dariitu bisa kita akali dengan memotong makanannya kecil-kecil. Kebanyakan sih yang kena picky eater itu anak yang memiliki gangguan sensoris sehingga indera yang lainnya ikut terpengaruh," jelas psikolog di RS Pondok Indah ini.