Вы находитесь на странице: 1из 10

Munculnya Berbagai Eksperimen Menyelidiki Kehidupan Jiwa Secara

Induktif dan Tidak Seperti Cara-Cara Klasik yang Deduktif



Definisi Penalaran.
Penalaran adalah sebuah pemikiran untuk dapat menghasilkan suatu kesimpulan. Ketika
seseorang sedang melanarkan sesuatu, maka seseorang tersebut akan mendapat sebuah pemikiran
dimana pemikiran tersebut adalah suatu kesimpulan masalah yang sedang dihadapi. Contoh saja
kalau kita sedang berkendara dan terjebak di derasnya hujan, apakah yang akan kita
lakukan?disitulah nalar kita bekerja. mencari sebuah solusi agar kita bisa terhindar dari derasnya
hujan dengan cara memikirkan sesuatu yang bisa dipakai untuk berteduh.
Ciri-ciri penalaran :
1. Adanya suatu pola berpikir yang secara luas disebut logika.
2. Sifat analitik dari proses berfikir. Analisis pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan
berpikir berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Tujuan penalaran.
Tujuan dari penalaran yang terjadi diatas tersebut adalah untuk menentukansecara logis atau
objektif, apakah yang kita lakukan itu benar atau tidak sehingga dapat dilaksanakan.
PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan
empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi
yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis
(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut denganconsequence (konklusi). Metode berpikir
deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk
seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Contoh: Masyarakat Indonesia
konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan
imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai
prestasi sosial dan penanda status sosial.
Penalaran deduktif adalah suatu penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum,
yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis,
definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi.
Jenis penalaran deduktif yaitu:
Silogisme Kategorial = Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Silogisme Hipotesis = Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional
hipotesis.
Silogisme Akternatif = Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Entimen = Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan
maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Silogisme kategoris
Silogisme kategoris adalah argumen yang pasti terdiri atas dua premis dan satu konklusi, dengan
setiap pernyataannya dimulai dengan kata semua, tidak ada, dan beberapa atau sebagian, dan
berisi tiga bagian yang masing-masing hanya boleh muncul dalam dua proposisi silogisme
Premis 1: Semua atlet adalah orang yang sehat jiwa raga.
Premis 2: Beberapa pelajar adalah atlet.
Konklusi: Jadi, beberapa pelajar adalah orang yang sehat jiwa raga.

Silogisme hipotetis
silogisme yang memiliki pernyataan kondisional atau bersyarat pada premisnya. Ada tiga jenis
silogisme hipotetis, yaitu silogisme kondisional yang mengandung anteseden (syarat) dan
konsekuensi; silogisme disjungtif berupa pernyataan yang menawarkan dua kemungkinan; dan
silogisme konjungtif yang bertumpu pada kebenaran proposisi kontraris. Kesahihan dan
ketidaksahihan setiap bentuk silogisme tersebut diukur dengan hukum dan prinsip dasar berpikir
deduktif, menyangkut pengakuan dan pengingkaran pada premisnya. Beberapa contoh silogisme
hipotetis terlihat di bawah ini:
Bila hari tidak hujan, Ani akan pergi ke bandara.
Hari hujan.
Oleh karena itu, Ani tidak pergi ke bandara.
Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya.
Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
Kakek atun berada di sumedang atau bandung
Kakek atun berada di sumedang
Jadi, kakek Sumi tidak berada di sumedang
Entimem
Dalam kehidupan sehari-hari kita jarang menggunakan bentuk silogisme yang lengkap. Demi
kepraktisan, bagian silogisme yang dianggap telah dipahami, dihilangkan. Inilah yang disebut
entimem.

Contoh :
Premis mayor : Semua rentenir adalah penghisap darah orang yang sedang kesusahan.
Premis minor : Pak Johan adalah rentenir.
Kesimpulan : Pak Johan adalah penghisap darah orang yang sedang kesusahan.
Agar tidak kaku, maka silogisme di atas diungkapkan dalam bentuk entimem :
Pak Johan adalah rentenir, penghisap darah orang yang sedang kesusahan.
Jadi, dari penjelasan tentang berpikir deduktif yang termanifestasi dalam bentuk silogisme
kategoris dan silogisme hipotetis (kondisional, disjungtif, dan konjungtif) dapat disimpulkan
bahwa berpikir deduktif adalah cara berpikir logis yang mengikuti serangkaian aturan. Di
dalamnya berlangsung aktivitas berpikir analisis dan sintesis terhadap kondisi atau situasi yang
ada.

CONTOH PARAGRAF DEDUKTIF
Chairil Anwar terkenal sebagai penyair. Ia disebut penyair yang membawa pembaharuan
dalam puisi. Ada yang mengatakan dia sebagai seorang individualis. Ada yang menilai bahwa ia
seorang yang kurang bermoral dan plagiat karena ada sebagian kecil dalam gubahannya
merupakan jiplakan dari puisi asing. Dalam sajak-sajaknya yang dikumpulkan dalam "Deru
Campur Debu" memperlihatkan adanya perbedaan bentuk, corak, gaya, dan isi. Tanggapan orang
terhadap Chairil berbeda-beda. Namun, bagaimanapun ia tetap seorang penyair besar yang
membawa kesegaran baru dalam bidang puisi pada 1945.
Penarikan kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak langsung.
1. Penarikan simpulan secara langsung
Simpulan secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis yaitu
prosisi tempat menarik simpulan.
Simpulan secara langsung:
1. Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua manusia mempunyai rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai rambut adalah manusia. (simpulan)
2. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh: Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun pistol adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
3. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh: Tidak seekor pun gajah adalah jerapah. (premis)
Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)
4. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu-pun S adalah tak P. (simpulan)
Tidak satu-pun tak P adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua kucing adalah berbulu. (premis)
Tidak satu pun kucing adalah takberbulu. (simpulan)
Tidak satupun yang takberbulu adalah kucing. (simpulan)

2. Penarikan simpulan secara tidak langsung
Untuk penarikan simpulan secara tidak langsung diperlukan dua premis sebagai data. Dari dua
premis tersebut akan menghasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang
bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Jenis penalaran deduksi dengan penarikan simpulan tidak langsung, yaitu:
1. Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua
proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Contohnya:
- Semua manusia akan mati
Ani adalah manusia
Jadi, Ani akan mati. (simpulan)
- Semua manusia bijaksana
Semua dosen adalah manusia
Jadi, semua dosen bijaksana. (simpulan)
2. Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara tidak langsung. Dan dapat dikatakan silogisme
premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.


Contohnya :
- Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
Pada malam hari tidak ada sinar matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis.
- Semua ilmuwan adalah orang cerdas
Anto adalah seorang ilmuwan.
Jadi, Anto adalah orang cerdas.
Jadi, dengan demikian silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen juga dapat
dijadikan silogisme.

Berfikir induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari hal-hal atau peristiwa khusus
untuk menentukan hukum yang umum. Induksi merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara
induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup
yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang
bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48 J ujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-
hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi
fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.

Jalan induksi mengambil jalan tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu
bukti saja dan jalan yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu
persatu. Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti yang
diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas dengan dia benar pula.
Jenis penalaran deduktif yaitu:
-Silogisme Kategorial = Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
-Silogisme Hipotesis = Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi
konditional hipotesis.
-Silogisme Akternatif = Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
-Entimen = Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan
maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan
induktif. Dimana lebih lanjut penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran
induktif dengan empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten
dan kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang sesuai fakta
dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara empiris semua penjelasan
rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat sementara, Penjelasan sementara ini biasanya
disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun secara deduktif dengan mengambil premis-premis
dari pengetahuan ilmiah yang sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian
hipotesis proses induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris
untuk menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian hipotesis
tersebut dapat diterima atau ditolak.

Ada 3 macam penalaran Induktif :
1. Generalisasi
Merupakan penarikan kesimpulan umum dari pernyataan atau data-data yang ada.
Dibagi menjadi 2 :
a. Generalisasi Sempurna / Tanpa loncatan induktif
Fakta yang diberikan cukup banyak dan meyakinkan.
Contoh :
- Sensus Penduduk.
- Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, baja memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jadi, jika dipanaskan semua logam akan memuai.
b. Generalisasi Tidak Sempurna / Dengan loncatan induktif
Fakta yang digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yang ada.
Contoh :
Setelah kita menyelidiki sebagian bangsa Indonesia bahwa mereka adalah manusia yang
suka bergotong-royong, kemudian kita simpulkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
suka bergotong-royong.
2. Analogi
Merupakan penarikan kesimpulan berdasarkan kesamaan data atau fakta. Pada analogi
biasanya membandingkan 2 hal yang memiliki karakteristik berbeda namun dicari persamaan
yang ada di tiap bagiannya.
Tujuan dari analogi :
- Meramalkan kesamaan.
- Mengelompokkan klasifikasi.
- Menyingkapkan kekeliruan.
Contoh :
Ronaldo adalah pesepak bola.
Ronaldo berbakat bermain bola.
Ronaldo adalah pemain real madrid.
3. Kausal
Merupakan proses penarikan kesimpulan dengan prinsip sebab-akibat.
Terdiri dari 3 pola, yaitu :
a. Sebab ke akibat = Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kesimpulan sebagai efek.
Contoh : Karena terjatuh di tangga, Kibum harus beristirahat selama 6 bulan.
b. Akibat ke sebab = Dari peristiwa yang dianggap sebagai akibat ke kejadian yang dianggap
penyebabnya.
Contoh : Jari kelingking Leeteuk patah karena memukul papan itu.
c. Akibat ke akibat = Dari satu akibat ke akibat lainnya tanpa menyebutkan penyebabnya.


Maka dapat disimpulkan bahwa penalaran deduktif dan penalaran induktif diperlukan dalam
proses pencarian pengetahuan yang benar.

Вам также может понравиться