KELAS 1 A KELOMPOK 7 : DESI NATALIS R DWI PUTRI C NOVI RIZKI RANDINA M YULIA N
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA 1 JURUSAN KEBIDANAN PENDAHULUAN Fungsi pengetahuan etik bagi bidan adalah memberikan bantuan yang positif bagi bidan untuk menghindarkan dari prasangka dalam melakukan pekerjaannya. Etik memliki dimensi kode etik, yaitu : anggota profesi & klien, anggota profesi & sistem kesehatan, anggota profesi & profesi kesehatan, sesama anggota profesi Kode etik merupakan suatu pernyataan komprehensif profesi yang memberikan tuntunan bagi bidan untuk melaksanakan praktek kebidanan baik yang berhubungan dengan klien, keluarga masyarakat, teman sejawat, profesi dan dirinya sendiri. Kode etik memiliki prinsip, yaitu : Menghargai otonomi Melakukan tindakan yang benar Mencegah tindakan yang dapat merugikan Memperlakukan manusia secara adil Menjelaskan dengan benar Menepati janji yang telah disepakati Menjaga kerahasiaan Kode etik suatu profesi adalah berupa norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi yang bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi anggota profesi tentang bagaimana mereka harus menjalankan profesinya dan larangan- larangan, yaitu ketentuan tentang apa yang boleh dan tidak boleh diperbuat oleh anggota profesi, tidak saja dalam menjalankan tugas profesinya, melainkan juga menyangkut tingkah laku pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat. Kode etik memiliki tujuan, yaitu menjunjung tinggi martabat dan citra profesi, menjaga & memelihara kesejahteraan para anggota, meningkatkan pengabdian para anggota profesi dan meningkatkan mutu profesi Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian profesi. Kode etik bidan Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1986 dan disyahkan dalam kongres Nasional IBI X tahun 1988, sedang petunjuk pelaksanaannya disyahkan dalam rapat kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991, sebagai pedoman dalam berprilaku.
PEMBAHASAN Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai konotasi yang negative yang berhubungan dengan hukum. Seseorang bidan dikatakan professional bila ia mempunyai kekhususan. Sesuai dengan peran dan fungsinya seorang bidan bertanggung jawab menolong persalinan. Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang harus mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui ilmunya dan mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi. Derasnya arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia, juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan teknologi/ilmu pengetahuan yang menimbulkan konflik terhadap nilai. Arus kesejahteraan ini tidak dapat dibendung, pasti akan mempengaruhi pelayanan kebidanan. Dengan demikian penyimpangan etik mungkin saja akan terjadi juga dalam praktek kebidanan misalnya dalam praktek mandiri, tidak seperti bidan yang bekerja di RS, RB atau institusi Kesehatan lainnya, mempertanggungjawabkan sendiri apa yang dilakukan. Dalam hal ini bidang yang praktek mandiri menjadi pekerja yang bebas Mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan etik. Istilah dalam Etik Sebelum melihat masalah etik yang Mungkin timbul dalam pelayanan kebidanan, maka ada baiknya dipahami beberapa Istilah berikut ini : 1. Legislasi (Lieberman, 1970) Ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan tindakan. 2. Lisensi Pemberian izin praktek sebelum diperkenankan melakukan pekerjaan yang telah diterapkan. Tujuannya untuk membatasi pemberian wewenang dan untuk meyakinkan klien. 3. Deontologi/Tugas Keputusan yang diambil berdasarkan keserikatan/berhubungan dengan tugas. Dalam pengambilan keputusan, perhatian utama pada tugas. 4. Hak Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan. 5. Instusioner Keputusan diambil berdasarkan pengkajian dari dilemma etik dari kasus per kasus. Dalam teori ini ada beberapa kewajiban dan peraturan yang sama pentingnnya. 6. Beneficience Keputusan yang diambil harus selalu menguntungkan. 7. Mal-efecience Keputusan yang diambil merugikan pasien 8. Malpraktek/Lalaia o Gagal melakukan tugas/kewajiban kepada klien o Tidak melaksanakan tugas sesuai dengan standar o Melakukan tindakan yang mencederai klien o Klien cedera karena kegagalan melaksanakan tugas. 9. Malpraktek terjadi karena. o Ceroboh o Lupa o Gagal mengkomunikasikan Bidan sebagai petugas Kesehatan sering berhadapan dengan masalah etik yang berhubungan dengan hukum. Sering masalah dapat diselesaikan dengan hukum, tetapi belum tentu dapat diselesaikan berdasarkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai etik. Banyak hal yang bisa membawa seorang bidan berhadapan dengan masalah etik. Langkah - Langkah Penyelesaian Masalah 1) Melakukan penyelidikan yang memadai 2) Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli 3) Memperluas pandangan tentang situasi 4) Kepekaan terhadap pekerjaan 5) Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain Masalah Etik Moral Bidan harus memahami dan mengerti situasi etik moral, yaitu : 1) Untuk melakukan tindakan yang tepat dan berguna. 2) Untuk mengetahui masalah yang perlu diperhatikan Kesulitan dalam mengatasi situasi : 1) Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita 2) Pengertian kita terhadap situasi sering diperbaruhi oleh kepentingan, prasangka, dan faktor-faktor subyektif lain Masalah Etik Moral yang mungkin terjadi dalam praktek kebidanan 1) Tuntutan bahwa etik adalah hal penting dalam kebidanan karena : - Bertanggung jawab terhadap keputusan yang dibuat - Bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil 2) Untuk dapat menjalankan praktik kebidanan dengan baik dibutuhkan : - Pengetahuan klinik yang baik - Pengetahuan yang Up to date - Memahami issue etik dalam pelayanan kebidanan 3) Harapan Bidan dimasa depan : - Bidan dikatakan profesional, apabila menerapkan etika dalam menjalankan praktik kebidanan (Daryl Koehn,Ground of Profesional Ethis,1994) - Dengan memahami peran bidan tanggung jawab profesionalisme terhadap patien atau klien akan meningkat - Bidan berada dalam posisi baik memfasilitasi klien dan membutuhkan peningkatan pengetahuan tentang etika untuk menerapkan dalam strategi praktik kebidanan Contoh kasus : 1. Di sebuah desa terpencil seorang ibu mengalami pendarahan postpartum setelah melahirkan bayinya yang pertama di rumah. Ibu tersebut menolak untuk diberikan suntikkan uterotonika. Bila ditinjau dari hak pasien atas keputusan yang menyangkut dirinya maka bidan bisa saja tidak memberikan suntikkan karena kemauan pasien. Tetapi bidan akan berhadapan dengan masalah yang lebih rumit bila terjadi pendarahan hebat dan harus diupayakan pertolongan untuk merujuk pasien, dan yang lebih patal lagi bila pasien akhirnya meninggal karena pendarahan. Dalam hal ini bisa dikatakan tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Walapun bidan harus memaksa pasiennya untuk disuntik Mungkin itulah keputusan yang terbaik yang harus ia lakukan (dentology). 2. Seorang ibu PP masuk kamar bersalin dalam keadaan inpartu. Sewaktu dilakukan anamnesa dia mengatakan tidak mau di episiotomi. Sekarang ini pasen tersebut berada dalam kala II dan kala II yang berlangsung agak lambat, tetapi ada kemajuan. Perineum masih kaku dan tebal. Keadaan ini dijelaskan kepada ibu oleh bidan, tetapi ibu tetap pada pendiriannya. Sementara waktu berjalan terus dan bjj mulai menunjukkan keadaan yang tidak stabil/fetal distress dan ini mengharuskan bidan untuk mempertimbangkan melakukan episiotomi, tetapi ibu tersebut tidak menggubrisnya. Bidan berharap bayinya selamat. Sementara itu ada bidan yang memberitahukan bahwa dia pernah melakukan hal ini tanpa persetujuan pasen untuk melindungi bayinya. Jika bidan melakukan episiotomi tanpa persetujuan pasen, maka bidan akan dihadapkan kepada sederetan tuntutan. Issue Etik Dalam Pelayanan Kebidanan Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalm menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah pernyataan itu baik atau buruk. Issue etik dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang berkembang di masyarakat tentang nilai manusia dalam menghargai suatu tindakan yang berhubungan dengan segala aspek kebidanan yang menyangkut baik dan buruknya. Beberapa pembahasan masalah etik dalm kehidupan sehari hari adalah sebagai berikut: 1. Persetujuan dalam proses melahirkan. 2. Memilih atau mengambil keputusan dalam persalinan. 3. Kegagalan dalam proses persalinan. 4. Pelaksanan USG dalam kehamilan. 5. Konsep normal pelayanan kebidanan. 6. Bidan dan pendidikan seks. Contoh masalah etik yang berhubungan dengan teknologi: 1. Perawatan intensif pada bayi. 2. Skreening bayi. 3. Transplantasi organ. 4. Teknik reproduksi dan kebidanan. Contoh masalah etik yang berhubungan dengan profesi: 1. Pengambilan keputusan dan penggunaan etik. 2. Otonomi bidan dan kode etik profesional. 3. Etik dalam penelitian kebidanan. 4. Penelitian tentang masalah kebidanan yang sensitif. Biasanyan beberapa contoh mengenai isu etik dalm pelayananan kebidanan adalah berhubungan dengan masalah-masalah sebagai berikut: 1. Agama / kepercayaan. 2. Hubungan dengan pasien. 3. Hubungan dokter dengan bidan. 4. Kebenaran. 5. Pengambilan keputusan. 6. Pengambilan data. 7. Kematian. 8. Kerahasiaan. 9. Aborsi. 10. AIDS. 11. In Vitro fertilization Bidan dituntut untuk berprilaku hati-hati dalm setiap tindakannya dalam memberikan asuhan kebidanan dengan menampilkan perilaku yang etis dan profesional.
Issue Moral Dalam Pelayanan Kebidanan Moral merupakan pengetahuan atau keyakian tentang adanya hal yang baik dan buruk yang mempengaruhi siakap seseorang. Kesadaran tentang adanya baik buruk berkembang pada diri seseorang seiring dengan pengaruh lingkungan, pendidikan, sosial budaya, agama, dll. Hali ini yang disebut kesadaran moral. Isu moral dalam pelayanan kebidanan merupakan topik yang penting yang berhubungan dengan benar dan salah dalam kehidupan sehari-hari yang ada kaitannya dengan pelayanan kebidanan. Beberapa contoh isu moral dalam kehidupan sehari-hari: 1. Kasus abortus. 2. Euthanansia. 3. Keputusan untuk terminasi kehamialn. 4. Isu moral juga berhubungan dengan kejadian luar biasa dalam kehidupan sehari-hari, seperti yang menyangkut konflik dan perang. Dilema dan Konflik Moral Dilema moral menurut Campbell adalah suatu keadaan dimana dihadapkan pada dua alternative pilihan, yang kelihatannya sama atau hampir sama dan membutuhkan pemecahan masalah. Dilema muncul karena terbentur pada konflik moral, pertentangan batin, atau pertentangan antara nilai-nilai yang diyakini bidan dengan kenyataan yang ada. Ketika mencari solusi atau pemecahan masalah harus mengingat akan tanggung jawab profesional, yaitu: 1. Tindakan selalu ditujukan untuk peningkatan kenyamanan kesejahteraan pasien atau klien. 2. Menjamin bahwa tidak ada tindakan yang menghilangkan sesuatu bagian [omission], disertai ras tanggung jawab memperhatikan kondisi dan keamanan pasien atau klien. 3. Konflik moral menurut Johnson adalh bahwa konflik atau dilema pada dasarnya sama , kenyataannya konflik berada diantara prinsip moral dan tugas yang mana sering menyebabkan dilema. Ada 2 tipe konflik: 1. Konflik yang berhubungan dengan prinsip. 2. Konflik yang berhubungan dengan otonomi. Dua tipe konflik ini merupakan dua bagian yang tidak dapat dipisahkan. Informed Choice Pengertian Informed Choice Pengertian informed choice adalah membuat pilihan setelah mendapatkan penjelasan tentang alternatif asuhan yang akan dialaminya. Menurut kode etik internasional bidan yang dinyatakan oleh ICM tahun 1993 bahwa bidan harus menghormati hak wanita setelah mendapatkan penjelasan dan mendorong wanita untuk menerima tanggung jawab terhadap hasil dari pilihannya. Definisi informasi dalam konteks ini adalah meliputi: informasi yang lengkap sudah diberikan dan dipahami ibu, tentang pemahaman resiko, manfaat, keuntungan, dan kemungkinan hasil dari tiap pilihannya. Hak dan keinginan wanita harus dihormati, tujuannya adalah untuk mendorong wanita memilih asuhannya. Dari riwayat yang sudah lama berlangsung, petugas kesehatan termasuk bidan sungkan baik untuk membagikan informasi maupun membuat keputusan bersama dengan klien. Ini bertentangan dengan aspek hukum dan untuk sikap profesionalisme yang wajib dan bersusah payah untuk menjelaskan kepada klien semua kemungkinan pilihan tindakan dan hasil yang diharapkan dari setiap pilihannya. Di negara manapun ada hambatan dalam memberdayakan wanita mengenai pelaksanaan informed choice ini, misalnya sangat kurang informasi yang diperoleh ketika wanita mulai hamil dan ada prasangka bahwa wanita sendiri enggan menggambil tanggung jawab untuk membuat keputusan yang sulit dalam kehamilan maupun persalinan. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan menunjukan bahwa wanita ingin membuat pilihan kalau diberikan informasi yang cukup dan justru para bidan yang enggan memberikan informasi yang lengkap agar wanita dapat membuat keputusan. Wanita dengan pendidikan tinggi dapat membuat pilihan karena banyak membaca atau mempunyai bekal untuk membuat keputusan, tetapi untuk sebagian besar masih sulit karena berbagai alasan, misalnya alasan social ekonomi, kurangnya pendidikan dan pemahaman masalah kesehatan, kesulitan bahasa dan pemahaman system kesehatan yang tersedia. Sebagai seorang bidan dalam memberikan inform choise kepada klien harus: Memperlakukan klien dengan baik. Berinteraksi dengan nyaman Memberikan informasi obyektif, mudah dimengerti dan diingat serta tidak berlebihan. Membantu klien mengenali kebutuhannya dan membuat pilihan yang sesuai dengan kondisinya. Rekomendasi yang Dianjurkan untuk Bidan 1. Bidan harus terus meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam berbagai aspek agar dapat membuat keputusan klinisdan secara teoritis agar dapat memberikan pelayanan yang aman dan memuaskan kliennya. 2. Bidan wajib memberikan informasi secara rinci dan jujur dalam bentuk yang dapat dimengerti oleh si wanita dengan menggunakan media alternative dan penterjemah kalau perlu, begitu juga tatap muka langsung. 3. Bidan dan petugas kesehatan lain perlu belajar untuk membantu wanita melatih diri dalam menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab untuk keputusan yang mereka ambil sendiri. Ini tidak hanya dapat diterima secara etika tetapi juga melegakan para profesional kesehatan. Memberikan jaminan bahwa para petugas kesehatan sudah memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan bahwa wanita itu sudah diberikan informasi yang lengkap tentang implikasi dari keputusan mereka dan mereka telah memenuhi tanggung jawab moral mereka. 4. Dengan memfokuskan asuhan yang berpusat pada wanita dan berdasarkan fakta, diharapkan bahwa konflik dapat ditekan serendah mungkin. 5. Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai suatu kesempatan untuk saling memberi dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan wanita dari system asuhan dan suatu tekanan positif terhadap perubahan. Bentuk Pilihan yang Ada dalam Asuhan Kebidanan Ada beberapa jenis pelayanan kebidanan yang dapat dipilih oleh pasien, antara lain: a. Bentuk pemeriksaan ANC dan pemeriksaan laboratorium atau screening antenatal. b. Tempat melahirkan c. Masuk kamar bersalin pada tahap awal persalinan d. Pendampingan waktu melahirkan e. Klisma dan cukur daerah pubis f. Metoda monitor denyut jantung janin g. Percepatan persalinan atau augmentasi h. Diet selama proses persalinan i. Mobilisasi selama proses persalinan j. Pemakaian obat penghilang rasa sakit k. Pemecahan ketuban l. Posisi ketika melahirkan m. Episiotomi n. Penolong persalinan o. Keterlibatan suami waktu bersalin/kelahiran. p. Pemotongan tali pusat q. Metode kontrasepsi Pencegahan konflik etik, meliputi empat hal: 1. Informed Consent 2. Negosiasi 3. Persuasi 4. Komite Etik Latar belakang diperlukannya informed consent adalah karena tindakan medik yang dilakukan bidan, hasilnya penuh dengan ketidak pastian dan unpredictable (tidak dapat diperhitungkan secara matematik), sebab dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang berada di luar kekuasaan bidan, seperti perdarahan post partum, shock, asfiksia neonatorum. Menurut Dr.H.J.J Leenen, bahwa isi dari informasi adalah diagnosa, terapi, tentang cara kerja, resiko, kemungkinan perasaan sakit, keuntungan terapi, dan prognosa. Yang berhak memberikan persetujuan adalah mereka yang dalam keadaan sadar dan sehat mental, telah berumur 21 tahun atau telah menikah, bagi mereka yang telah berusia lebih dari 21 tahun tetapi dibawah pengampuan maka persetujuan diberikan oleh wali. Ibu hamil yang telah melangsungkan perkawinan, berarapun umurnya, menurut hukum adalah dewasa (cakap), berhak mendapat informasi. Hak atas persetujuan bilamana ada pertentangan dengan suami maka pendapat ibu hamil yang diturut karena yang memebrikan persetujuan adalah ibu hamil sendiri, mengingat akan hak atas alat reproduksi. Pernyataan dalam informed consent menyatakan kehendak kedua belah pihak, yaitu pasien menyatakan setuju atas tindakan yang dilakukan bidan dan formulir persetujuan itu ditandatangani oleh kedua belah pihak, maka persetujuan kedua belah pihak saling mengikat dan tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak. Ia hanya dapat dipergunakan sebagai bukti tertulis akan adanya izin atau persetujuan dari pasien terhadap tindakan yang dilakukan. Bilamana ada formulir yang ditandatangani pasien atau wali pada umumnya berbunyi segala akibat dari tindakan akan menjadi tanggung jawab bidan atau rumah bersalin. Rumusan tersebut secara hukum tidak mempunyai kekuatan hukum, mengingat seseorang tidak dapat membebaskan diri dari tanggung jawabnya atas kesalahan yang belum dibuat. Rahasia pribadi yang diberitahu oleh ibu hamil adalah rahasia yang harus dipegang teguh dan dirahasiakan bahkan sampai yang bersangkutan meninggal dunia. Hukuman membuka rahasia jabatan diatur dalam KUHP BAB XVII pasal 322 tentang membuka rahasia. Informed consent mempunyai dua dimensi, yaitu sebagai berikut: 1. dimensi hukum, merupakan perlindungan pasien terhadap bidan yang berperilaku memaksakan kehendak, memuat: a. keterbukaan informasi antara bidan dengan pasien b. informasi yang diberikan harus dimngerti pasien c. memberikan kesempatan pasien untuk memperoleh yang terbaik 2. Dimensi etik, mengandung nilai-nilai: a. menghargai otonomi pasien b. tidak melakukan intervensi melainkan membantu pasien bila diminta atau dibutuhkan c. bidan menggali keinginan pasien baik secara subjektif atau hasil pemikiran rasional Syarat syahnya perjanjian atau consent adalah: 1. Adanya kata sepakat, sepakat dari pihak tanpa paksaan, tipuan maupun kekeliruan. Dalam hal perjanjian antara bidan dan pasien, kata sepakat harus diperoleh dari pihak bidan dan pasien setelah terlebih dahulu bidan memberikan informasi kepada pasien sejelas-jelasnya. 2. Kecakapan, artinya bahwa seseorang memiliki kecakapan memberikan persetujuan, jika orang tersebut mampu melakukan tindakan hukum, dewasa, dan tidak gila 3. Suatu hal tertentu, objek dalam persetujuan antara bidan dan pasien harus disebutkan dengan jelas dan terperinci. Misalnya dalam persetujuan ditulis dengan jelas identitas pasien meliputi: nama, jenis kelamin, alamat, suami atau wali. Kemudian yang terpenting harus dilampirkan identitas yang memberikan persetujuan 4. Suatu sebab yang halal, maksudnya adalah isi persetujuan tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, tata tertib, kesusilaan, norma dan hukum. Untuk memahami informed consent, maka digambarkan urutan pelaksanaannya pada bagan alir sebagai berikut:
PASIEN BIDAN INFORMASI CHOICE/PILIHAN KEPUTUSAN CONSENT (PERSETUJUAN) REFUSAL (MENOLAK) MENANDATANGANI FORM PERSETUJUAN MENANDATANGANI FORM PENOLAKAN CONTOH INFORMED CONSENT DALAM TINDAKAN PERSALINAN
Bidan Praktik Swasta ......................... Alamat ................................................ Telp .....................Fax ......................... Kode Pos ............................................
PERSETUJUAN TINDAKAN PERTOLONGAN PERSALINAN Nomor: ..............
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : ........................................................ Tempat/Tanggal Lahir : ........................................................ Alamat : ........................................................ Kartu Identitas : ........................................................ Pekerjaan : ........................................................
Selaku individu yang meminta bantuan pada fasilitas kesehatan ini, bersama ini saya menyatakan kesediaanya untuk dilakukan tindakan dan prosedur pertolongan persalinan pada diri saya. Apabila dalam keadaan dimana saya tidak mampu untuk memperoleh penjelasan dan memberi persetujuan maka saya menyerahkan mandat kepada suami atau wali saya, yaitu: Nama : ........................................................ Tempat/Tanggal Lahir : ........................................................ Alamat : ........................................................ Kartu Identitas : ........................................................ Pekerjaan : ........................................................ Demikian surat persetujuan ini saya buat tanpa paksaaan dari pihak manapun dan agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. ........................, ....................... Yang memberi Bidan, Persetujuan pasien
INFORMED CONSENT Tindakan medic yang dilakukan bidan,hasilnya penuh dengan ketidakpastian dan unpredictable(tidak dapat diperhitungkan secara metematik), sebab dipengaruhi oleh factor-faktor lain yang lain berada di luar kekuasaan bidan. Istilah consent adalah dari bahasa latin yaitu consensio. Kemudian di dalam bahasa Inggris menjadi consent yang berarti persetujuan izin, memberi izin kepada seseorang untuk melakukan sesuatu. Menurut Culver and Gert, ada 4 komponen yang harus dipahami pada suatu consent/persetujuan : 1. Sukarela (voluntariness) 2. Informasi (information) 3. Kompetensi (competence) 4. Keputusan (decision) Perbedaan Pilihan (choice) dan Persetujuan (consent) 1. Pilihan (choice) penting dari sudut pandang klien sebagai penerima jasa asuhan kebidanan yang memberikan gambaran pemahaman masalah yang sesungguhnya dan merupakan aspek otonomi pribadi menentukan pilihannya sendiri. 2. Persetujuan (consent) penting dari sudut pandang bidan karena berkaitan dengan aspek hukum yang memberikan otoritas untuk semua prosedur yang akan dilakukan bidan. Choice berarti ada alternatif lain, ada lebih dari satu pilihan dan klien mengerti perbedaannya sehinggga dia dapat menentukan mana yang disukai atau sesuai dengan kebutuhannya. Agar pilihan dapat dipeluas dan menghindari konflik, maka yang harus dilakukan adalah: 1. Memberi informasi yang lengkap pada ibu, informasi yang jujur, tidak bias, dan dapat dipahami oleh ibu, menggunakan alternatif media ataupun yang lain, sebaiknya tatap muka. 2. Bidan dan tenaga kesehatan lain perlu belajar untuk membantu ibu menggunakan haknya dan menerima tanggung jawab keputusan yang diambil. Hal ini dapat diterima secara etika dan menjamin bahwa tenaga kesehatan sudah memberikan asuhan yang terbaik dan memastikan ibu sudah diberikan informasi yang lengkap tentang dampak dari keputusan mereka. 3. Untuk pemegang kebijakan pelayanan kesehatan perlu merencanakan, mengembangkan sumber daya, memonitor perkembangan protokol dan petunjuk teknis baik di tingkat daerah, propinsi, untuk semua kelompok tenaga pemberi pelayanan bagi ibu. 4. Menjaga fokus asuhan pada ibu dan evidence based, diharapkan konflik dapat ditekan serendah mungkin. 5. Tidak perlu takut akan konflik tetapi menganggapnya sebagai sesuatu kesempatan untuk saling memberi, dan mungkin suatu penilaian ulang yang objektif, bermitra dengan wanita dari sistem asuhan dan tekanan positif pada perubahan.