Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Konsentrasi ion Na, Ca, dan Mg pada
persamaan di atas adalah dalam satuan epm
(meq/l). Nilai SAR dan DHL masing masing
percontoh air kemudian diplot pada Diagram
Wilcox, yang dikelompokkan sebagai berikut ;
Hidrogeologi dan Potensi Air Tanah untuk Pertanian di Dataran Waeapu, Pulau Buru, Maluku
(Taat Setiawan)
20
Tabel 2 : Potensi air bawah tanah berdasarkan niai transmisivitas dan penggunaannya
(US. Dept. Of The Interior, 1977).
Transmisivitas (m
2
/hari) Klasifikasi Penggunaan Untuk Irigasi
< 50 Sangat Buruk
50 300 Buruk
300 1000 Sedang
1000 10.000 Baik
> 10.000 Sangat Baik
Kelas C1 S1 : Klasifikasi sangat baik
Kelas C2 S1 dan C2 S2 : Klasifikasi baik
Kelas C3 S1 dan C3 S2 : Klasifikasi
diperbolehkan
Kelas C4 S1, dan C4 S2 : Klasifikasi
meragukan
Kelas C4 S3, C3 S4, dan C4 S4 :
Klasifikasi tidak layak
Analisis besarnya nilai SAR dan harga
DHL pada contoh air tanah baik pada akuifer tidak
tertekan maupun tertekan pada Diagram Wilcox di
daerah penelitian dapat dilihat pada Gambar 8 dan
hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.
Gambar 8 : Diagram Wilcox (Ayres dan Westcot, 1976) contoh air tanah daerah penelitian
SG-51
SG-52
SG-62
SG-63
SB-03
SB-48
SB-49
Buletin Geologi Tata Lingkungan (Bulletin of Environmental Geology)
Vol. 21 No. 1 April 2011: 13 22
21
Tabel 3 : Klasifikasi Kualitas Air Tanah Berdasarkan Penggunannya untuk Pertanian di Daerah
Penelitian.
No. Kode Contoh Klasifikasi Keterangan
1 SG-51 C1 S1
Risiko salinitas dan resiko sodium yang rendah (sangat baik)
2 SG-52 C1 S1
Risiko salinitas dan resiko sodium yang rendah (sangat baik)
3 SG-57 C1 S1
Risiko salinitas dan resiko sodium yang rendah (sangat baik)
4 SG-62 C1 S1
Risiko salinitas dan resiko sodium yang rendah (sangat baik)
5 SG-63 C2 S1
Risiko salinitas menengah dan resiko sodium yang rendah
(baik)
6 SB-03 C1 S1
Risiko salinitas dan resiko sodium yang rendah (sangat baik)
7 SB-48 C2 S1
Risiko salinitas menengah dan resiko sodium yang rendah
(baik)
8 SB-49 C3 S1
Risiko salinitas tinggi dan resiko sodium rendah
(diperbolehkan)
Klasifikasi air untuk irigasi seperti di atas
menunjukkan bahwa air tanah dangkal pada
umumnya memiliki kualitas air tanah yang sangat
baik dengan risiko salinitas dan sodium yang
rendah. Karakter kualitas air untuk air tanah
tertekan menunjukkan sifat yang bervariasi, yaitu
dari diperbolehkan (risiko salinitas tinggi dan
risiko sodium rendah) hingga sangat baik.
Jaringan irigasi air tanah pada daerah
penelitian secara umum menyadap pada akuifer
tertekan dan semitertekan. Hal tersebut
dimaksudkan agar tidak mengganggu sistem
akuifer tidak tertekan yang dimanfaatkan oleh
penduduk untuk kebutuhan domestik melalui
pembuatan sumur gali atau sumur pantek. Dalam
kaitannya dengan kualitas air tanah tertekan,
faktor kendala yang dihadapi adalah masalah
risiko salinitas yang akan menyebabkan turunnya
produktivitas panen untuk tanaman tertentu.
Menurut Ayers & Wetscot (1976) tanaman buncis,
wortel, selada, bawang, dan lobak akan menurun
produktiviasnya jika DHL air lebih dari 900
Sm/Cm, sedangkan tanaman padi lebih bersifat
toleran sampai dengan 2000 Sm/Cm.
Berdasarkan hal tersebut terlihat bahwa untuk padi
sebagai tanaman utama, kualitas air tanah masih
memenuhi syarat untuk keperluan irigasi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Secara hidrogeologis daerah penelitian
merupakan daerah luahan air tanah, baik air tanah
tidak tertekan, semitertekan, maupun tertekan.
Akuifer tidak tertekan tersusun atas pasir
lempungan, pasir, hingga kerikil berada pada
kedalaman 3 40 mbmt dengan muka air tanah
terletak pada elevasi 0 hingga 36 mdpl. Akuifer
semitertekan dan tertekan berada pada kedalaman
lebih dari 30 mbmt dengan ketebalan sekitar 20
hingga 80 m. Akuifer tersebut terutama tersusun
atas pasir lempungan, pasir, hingga pasir kerikilan
yang diapit oleh lempung dan setempat oleh
lempung pasiran. Hidrogeokimia air tanah tidak
tertekan memiliki fasies Na HCO
3
dan Ca
HCO
3
, sedangkan air tanah tertekan memiliki
fasies Na HCO
3
yang menunjukkan adanya
proses pertukaran kation selama proses perjalanan
dari daerah resapan hingga daerah luahan.
Akuifer tertekan dan semi tertekan
memiliki konduktivitas hidrolika sekitar 6,74
m/hari yang menunjukkan litologi pasir sedang
dengan nilai koefisien keterusan sebesar 135 540
m
2
/hari. Hal tersebut menunjukkan kuantitas air
tanah untuk irigasi di daerah penelitian memiliki
kategori buruk hingga sedang. Dilihat dari segi
kualitas, air tanah untuk irigasi menunjukkan
risiko salinitas rendah hingga tinggi dan risiko
sodium rendah. Untuk tanaman padi, kualitas air
tanah tersebut masih dapat dimanfaatkan karena
belum mengganggu produktivitasnya, namun
beberapa tanaman sayuran yang sensitif akan
mulai terganggu produktivitasnya.
Saran
Pemanfaatan air tanah untuk irigasi
memerlukan debit pemompaan yang relatif besar.
Sebagai gambaran, untuk mengairi sawah dengan
luas 8 25 ha memerlukan sistim debit
pemompaan air tanah sekitar 10 25 l/dt.
Meskipun kuantitas dan kualitas air tanah di
daerah penelitian masih memungkinkan untuk
keperluan irigasi atau pertanian, namun perlu
dipikirkan alternatif penggantinya, yaitu dengan
memanfatkan air permukaan.
Hidrogeologi dan Potensi Air Tanah untuk Pertanian di Dataran Waeapu, Pulau Buru, Maluku
(Taat Setiawan)
22
Hal tersebut berguna untuk menghindari
terjadinya kerusakan air tanah di daerah penelitian
mengingat perbaikan kerusakan air tanah
memerlukan biaya yang sangat mahal. Alternatif
air permukaan sangat memungkinkan mengingat
Sungai Waeapu merupakan sungai permanen
dengan debit aliran relatif besar.
Ucapan Terimakasih : penulis sampaikan kepada
Ir. Hendri Setiadi, Post Grad. Dipl dan rekan
rekan tim Pemetaan Hidrogeologi Skala 1 :
250.000 Lembar 2512 Namlea, Maluku atas
kerjasamanya dalam pelaksanaan survei
lapangan. Terimakasih juga disampaikan kepada
panitia PIT IAGI ke 39 yang telah memberi
kesempatan untuk mempresentasikan makalah ini.
ACUAN
Ayres, R.S. and Westcot, D.W., 1976. Water
Quality for Agriculture Irrigation and
Drainage, Paper No.29. Food and
Agriculture Organization of the United
Nations, Rome.
Davis, S. N., dan De Wiest, R. J. M., 1967.
Hydrogeology, 1
st
ed., John Wiley and
Sons, New York, 463 h.
Kehew, A. E., 2001, Applied Chemical
Hydrogeology, Prentice Hall, New
Jersey, 368 h.
Nippon Koei co. ltd, 1999. Justification Study of
Buru Island, Groundwater Irrigation Sub-
project, Small Scale Irrigation
Management Project Phase III, Direktorat
Jenderal Sumber Daya Air, Departemen
Pekerjaan Umum, tidak dipublikasikan.
Schwartz, F. W., dan Zhang, H., 2003.
Fundamentals of Groundwater, John
Wiley & Sons, New York, 583 h.
Setiadi, H., dan Setiawan, T., 2007. Pemetaan
Hidrogeologi Skala 1 : 250.000 Lembar
2512 Namlea, Maluku, Pusat
Lingkungan Geologi, Badan Geologi,
Departemen ESDM, Bandung.
Tjokosapoetro, S., Budhistira, T., dan Rusmana,
E., 1993. Geologi Lembar Buru, Maluku,
skala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, Departemen
Pertambangan & Energi, Bandung.
Todd, D.K., 1980. Groundwater Hydrology,
Second Edition, University of California,
Berkeley, John Wiley & Sons, New
York, 535 h.
U.S. Departement of Interior, 1977. Groundwater
Manual, First Edition, United States
Government Printing Office,
Washington.
Walton, W. C., 1970. Groundwater Resource
Evaluation, 1
st
edition, Mc Graw Hill,
Kogakusha, Tokyo