Вы находитесь на странице: 1из 5

Seorang Anak Yang Ingin Menjadi Arsitek

Pada waktu itu Nissa sedang melihat gedung - gedung dan bangunan - bangunan
yang bagus dan terawat. Ia suka melihat gedung yang menjulang tinggi dan bangunan -
bangunan peninggalan zaman dahulu. Ketika Nissa sudah besar nanti ia ingin membuat
gedung tinggi yang bagus buat ayah dan ibunya. Nissa berfikir bahwa kalau ingin membuat
gedung - gedung tinggi ia harus jadi arsitek, kita tidak boleh malas belajar dan perlu
mempelajari ilmunya dulu dan punya izin di sekolah arsitek atau diperguruan tinggi agar
gedungnya aman selain indah diliat. Arsiteklah yang merencanakan dan merancang
pembangunan sebuah gedung dan juga ikut mengawasi pembangunan gedung yang ia
rancang. Seorang arsitek harus benar - benar mengetahui cara membuat sebuah gedung
atau bangunan misal bahan apa saja yang dipakai agar sebuah gedung menjadi kuat dan
sekaligus terlihat indah, selain itu seorang arsitek juga akan mempelajari dulu lingkungan
disekitar gedung yang akan ia rancang pembangunannya. Jika Nisaa rajin belajar pasti bisa
menjadi arsitek yang pintar menjadi arsitek kecil misal kamu bikin gedung - gedungan dari
mainan balok dan juga buat gedung - gedungan dari lilin mainan. Nissa pun mengeluarkan
mainan balok kayunya dan membuat gedung - gedungan yang tinggi dan indah ia senang
sekali menjadi arsitek cilik. Selanjutnya Nissa sedang menyelesaikan gambar nanggung
tinggal diwarnai saja, belajar dengan tekun untuk mencapai cita - citamu memang penting
tetapi istirahat yang cukup juga penting buat aku apalagi aku masih dalam masa
pertumbuhan, aku takut kesehatanku terganggu dan cita - citaku nanti bisa terhambat. Nissa
bermimpi sedang merencanakan gedung tinggi yang indah sekali, ini bertanda keinginan
yang lebih untuk menjadi arsitek, setelah arsitek membuat rancangan bangunan dan cara
pembangunannya perkejaan ini selanjutnya diteruskan oleh ahli teknik sipil,
Ahli teknik sipil adalah orang yang telah belajar dan memahami bagaimana
merancang , pembangunan , serta memperbarui gedung dan hal - hal lain yang berkaitan
dengan gedung itu, termasuk lingkungannya. Ahli teknik sipil sendiri ada bermacam
macam, ada yang ahli bahan bahan yang digunakan untuk pembangunan misal ia sangat
memahami baja, beton , kayu , kayu dan sebagainya, Ada juga ahli teknik sipil yang sangat
memahami sifat sifat tanah yang akan menjadi pijakan suatu bangunan dan ada juga ahli
teknik sipil yang memahami soal air, lingkungan, dan sistem transportasi, termasuk cara
membuat jalan raya, jembatan, dan terowongan. Sipil itu luas sekali cakupan ilmunya.
Bahkan, ketika yang dibangun sudah selesai baik itu gedung,jalan, maupun jembatan. Ahli
teknik sipil tetap masih diperlukan untuk menangani perawatannya. Insinyur Soekarno
adalah seorang arsitek sekaligus ahli tekni sipil, Selain beliau, ahli teknik sipil Indonesia
terkemuka antara lain Insinyur Tjokorda Raka Sukawati, Insinyur Rooseno, Insinyur
Soetami, Profesor Sedijatmo, dan Profesor Doktor Insinyur Wiratman Wangsadinata,
Insinyur Tjokorda Raka Sukawati adalah insinyur Indonesia yang menemukan cara untuk
memudahkan pembangunan jalan layang tanpa menganggu arus lalulintas pada saat
pembangunannya. (ALIRAN LISTRIK) Sampai keesokan harinya, aliran listrik dirumah
Nissa dan tetangganya juga terputus, aliran listrik terputus karena pohon itu tumbang
menimpa tiang listrik. Ayah Nissa pun menelepon perusahaan listrik , tak berapa lama
kemudian datang dua petugas listrik, yang satu orang adalah ahli listrik dan yang satu
adalah yang membantu ahli listrik itu memperbaiki saluran listrik yang terputus, beliau
memang ahli untuk urusan yang berhubungan dengan sambungan saluran listrik yang aman,
dan yang tidak membahayakan keselamatan orang kalau tidak berhati hati arus listrik bisa
berbahaya. Ada sekolah dan pendidikan khusus agar seseorang bisa menjadi ahli listrik,
setelah lulus ia juga harus punya izin dari pemerintah untuk bisa mulai berkerja sebagai ahli
listrik kalau sambungan listrik salah bisa terjadi kebakaran makanya aku juga harus berhati
hati dalam menggunakan peralatan yang tersambung dengan arus listrik dan aku juga
harus menghemat pemakaian listrik agar Bumi ini semakin panas. Bahkan ketika gedung itu
telah selesai dibangun dan dipergunakan , ahli listrik juga tetap diperlukan untuk
memastikan bahwa aliran listrik digedung itu berjalan dengan aman dan baik Jadi, untuk
membangun sebuah gedung tinggi perlu kerja sama antara arsitek ahli teknik sipil, dan ahli
listrik. Selain mereka, ada banyak orang lagi yang juga keahlinya diperlukan agar sebuah
gedung tinggi itu kuat dan aman, terlihat indah serta nyaman ditempati misal nya ada
perancang interior yang keahliannya diperlukan agar bagian dalam gedung terlihat indah
dan nyaman, yang juga tak boleh dilupakan adalah para perkerja yang memasang dinding
gedung sedikit sampai akhirnya gedung itu berdiri kukuh.
Ketika Nissa telah dewasa.. Aku masih inget banget waktu SMA sering dimintai
tolong sama temen temen buat nge-gambarin punya mereka. Tugas gambar komik, gambar
kain, gambar perspektif. Aku seneng banget kalo urusan gambar menggambar pokoknya. Aku
inget setiap kali aku menggambar di kelas, temen-temen selalu mengelilingiku. Memuji
gambarku dan akhirnya ngantri minta digambarin. Dan aku memang suka sama kesenian
yang satu ini. Aku suka banget. Aku bisa lupa apapun pas menggambar. Sampe malem nge-
gambarintugas orang pun aku tetep seneng makanya dari SD SMP SMA cita-cita ku nggak
pernah lepas dari dunia gambar menggambar, pengen jadi Animatore, pngen jadi Arsitek,
pengen kuliah di Jepang,pengen kuliah di Teknik Arsitektur ITS, pengen kuliah di Despro
ITS. Aku kangen masa masa itu. Sekarang giliran adekku yang suka bilang "Aku ingin jadi
Arsitek Bintang bertaburan membentuk rasi-rasi berpola. Terlihat sungguh kontras dengan
warna dasar langit yang gelap. Sangat gelap. Hingga bulan seolah-olah muncul di balik
kerumunan benda kecil bercahaya yang tidak lain adalah bintang-bintang. Bulan itu bersinar
terang. Bentuknya memang tak lagi bulat seperti saat pertama muncul. Karena mengikis
hingga kini terlihat seperempat bagian. Namun tetap saja mampu menyinari jagat mahaluas
berdiameter 4,9 exp 9 pc (parsec), yang jaraknya dari matahari mencapai 15 milyar tahun
cahaya ini. Sungguh keindahan luar biasa yang jarang dilewati oleh manusia. Jika di langit
ada bulan dan bintang yang saling beradu pesona menyumbangkan keindahan malam, di
bumi, kodok dan jangkrik pun ikut beradu suara. Mereka saling bersahut-sahutan di tepian
kolam ikan nila yang berada tepat di samping kanan rumah pemiliknya. Rupanya hewan
jenis amphibi dan insecta itu sedang bernyanyi. Seakan meminta pada bulan agar tak lekas
pergi. Karena malam dengan sinar bulan dan bintang adalah surga bagi mereka. Bak
seorang manusia yang berdemo, mereka mewujudkannnya melalui sahutan berirama, yang
terkadang membersitkan takut bagi yang mendengarnya. Semakin lama suaranya semakin
tinggi. Seperti nada nots piano dasar yang dimainkan para pianist pemula.
Do..re..mi..hingga do lag
Suara itupun terdengar oleh Nura, yang sedang melakukan suatu kesibukan di dalam
kamar mungil bercatkan cream dengan sedikit perpaduan coklat muda itu. Tembok kamar
dengan jendela ukiran khas Solo di bagian samping kamar, merupakan pembatas antara
kamarnya dengan kolam ikan nila milik ayahnya. Hanya berjarak dua lengan orang dewasa.
Pastilah Nura dapat dengan jelas mendengar suara-suara yang hampir mirip jeritan itu.
Suara yang selalu menemaninya setiap malam. Seperti mala mini. Nura masih sibuk
menggerakkan pensilnya di atas kertas tebal kesayangannya. Kelopak mata oval dengan
bulunya yang lentik itu tak mengisyaratkan kantuk sedikitpun. Jelas sekali bahwa gadis belia
ini menikmati suasana malam, yang terkadang orang-orang merinding dibuatnya. Namun
inilah kebiasaan Nura sebelum beranjak ke dunia kapuknya. Mengisi malam bebasnya
dengan duduk di kursi yang tak jauh dari ranjangnya. Lalu bergelut dengan kertas-kertas A3
dihadapannya. Satu lagi. Dengan lampu kamar yang sengaja di-off-kan. Dia hanya
menghidupkan lampu di meja belajar, tempat ia berada malam ini. Jadi orang-orang
mengira Nura telah tidur. Padahal tidak. Nura juga tidak sedang belajar ataupun
mengerjakan tugas sekolah dari gurunya. Karena tugas-tugas sekolah telah ia selesaikan dua
jam yang lalu. Dia sedang menggambar. Bukan kartun, bukan pula pemandangan,
melainkan rancangan tempat tinggal.
Nura mengotak-atik kertasnya, menggoyang-goyangkan pensil, dan melampiaskan
segala imajinasidesign rumah yang ia miliki. Namun, sepintas kemudian Nura melihat
tulisan capital yang telah ia tulis beberapa menit yang lalu, tepat di bagian atas kertas A3-
nya. Disana tertulis dengan jelas. AKU INGIN JADI ARSITEK. Satu detik, dua detik, hingga
berjalan satu menit, Nura masih enggan mengalihkan pandangannya pada satu kalimat itu.
Ingin rasanya ia membaca tulisan itu keras-keras. Agar semua orang tahu. Dia ingin jadi
ARSITEK..Tiba-tiba kelopak matanya terasa panas. Mulai berkaca-kaca. Nura ingin
menangis. Tapi rupanya mata indah itu tak dapat mengelak gejolak yang ada. Seketika suara
isaknya pun terdengar. Namun tak keras. Nura berusaha menahannya agar tangis itu tak
lagi terdengar. Ditutupnya hidung mancung yang bertengger di bawah dahinya itu, agar
tangisnya segera terhenti. Sambil sesekali menengok ke arah pintu kamarnya. Takut-takut
ayahnya belum tidur dan mendengar. Padahal Nura pun tahu kebiasaan tidur ayahnya hanya
berselang 5 menit setelah ia belajar. Berarti sudah dua jam yang lalu. Tetapi bukan tak
mungkin jika ayahnya memang belum tidur. Entah mengerjakan proposal, laporan, ataupun
menandatangani proyek tertentu. Entahlah. Nura mencoba menyemangati dirinya sendiri.
Dia menyeka aliran air mata yang dengan cepatnya mongering sebelum terteteskan
pada jilbab coklat yang ia pakai. Hingga membekaskan garis vertikal tak beraturan di pipi
kanan dan kirinya. Mungkin air matanya sudah bosan melewati pipi lembutnya itu. Sehingga
mereka tak mau berlama-lama berjalan di pipi Nura. Jadilah air mata itu kering di tengah
perjalanan. Bahkan terkadang air mata itu mongering di kelopak matanya. Membuat mata
Nura terlihat bengkak. Karena air mata yang seharusnya keluar, hanya terbendung begitu
saja. Mungkin karena matanya telah lelah. Hampir sepanjang dua tahun lamanya ini,
kelopak mata Nura dibasahi air mata sata mengingat kejadian-kejadian yang lalu. Saat
keluarganya masih utuh. Saat setiap malam selalu ditemani sang mama. Saat ia bergurau
dengan kakak tersayangnya. Dan saat ia selalu mencurahkan rasa, cerita, dan
pengalamannya walau sekecil apapun pada sang mama. Kini, semua itu hanya tinggal
kenangan. Kenangan yang tak mungkin bisa dilupakan dan tak bisa tergantikan. Malam ini
Nura seolah berada dalam keterpurukan. Perang batin sepanjang dua tahun ini belum juga
berakhir. Bahkan bisa dibilang belum mencapai klimaks. Lagi..lagi..dan lagi-lagi ia teringat
masa lalu. Pikirannya melayang ke peristiwa membahagiakan yang ia lalui bersama sang
mama, dua tahun silam. Saat itu, Nura masih kelas X. Setiap pulang sekolah, ia selalu
disambut oleh senyuman bersahabat mamanya. Diraihnya telapak tangan sang mama, lalu
diciumnya. Terkadang mamanya menyambut Nura dengan hidangan makan siang yang lezat
(bagi Nura).
Nura merasakan kepedihan yang mendalam. Dia benar-benar tak bisa melupakan
kenangan itu. Jantungnya berdegup kencang. Bibirnya tak kuasa untuk terbuka. Seolah ada
perekat disana. Sedetik, dua detik kemudian mulutnya pun mulai berkata. Walau lirih, namun
nada berat jelas terdengar. Andai Mama masih disini. Mama.. Nura sudah dewasa Ma.
Nura sudah mandiri. Sebentar lagi Nura kuliah Ma. Nura kuliah. Tapi Nura nggak bisa jadi
Arsitek seperti Nura katakana dulu. Nura minta maaf Ma. Nura nggak bisa bikinin istana
dulu buat Mama, sebelum Mama pergi. Hiks..hiks.. isaknya menjadi. Namun tetap suaranya
tertahan. Nura seolah kehabisan pendirian. Dulu ia sangat menggebu ingin menjadi seorang
Arsitek. Namun setelah mamanya tiada, harapan dan impian itu pupus sudah. Nura harus
merelakan impiannya melayang. Karena rupanya, impiannya menjadi seorang Arsitek tak
sejalan dengan keinginan ayahnya. Nura ingat sekali saat suatu malam mereka
sedang dinner bersama, sekitar 10 bulan yang lalu. Saat ia masih kelas XI hanya pertanyaan
itu yang muncul dipikiran Nura. Dia bingung. Apa yang harus diceritakannya pada sang
ayah. Bagaimana pula memulainya. Karena memang Nura tidak pernah menceritakan
keinginannya selain pada mamanya seorang.
Tapi di sisi lain Nura merasa takut untuk bercerita. Terlebih Dani, kakak satu-
satunya yang ia miliki telah pergi dari rumah. Bukan pergi, tapi diusir. Karena Dani tidak
mau mengikuti keinginan ayahnya untuk menjadi dokter. Nura pun dilemma. Dia ingin
bicara. Namun seketika terlintas di benaknya nasib kak Dani. Sampai detik ini, setelah 10
bulan berlalu, kalomat yang telah ia rekam, yang ingin sekali ia lontarkan, belum juga
sempat ia katakan pada ayahnya. Disini, di meja belajar ini, dan di malam yang telah larut
ini, Nura pasrah. Kehabisan kata-kata untuk bercerita. Dengan menggambar setiap malam
inilah ia bisa merasakan menjadi seorang arsitek. Cerita-cerita tentang perang batin yang
ia rasakan pun tak sempat ia ceritakan pada orang lain. Hanya buku hariannyalah yang
menjadi saksi perang batin selama dua tahun terakhir ini. Dan dalam malam Nura pun
berjanji sambil berkata seperti itu, air matanya lagi-lagi membendung. Namun kali ini telah
jatuh dengan bebas hingga membasahi jilbabnya. NURA AKAN TETAP MENJADI
ARSITEK UNTUK MAMA NANTI DI SURGA
.












Oleh:
Nama : Agustina Panca Rini
Kelas : IX H
No. Absen : 04

Вам также может понравиться