Вы находитесь на странице: 1из 13

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Pembibitan
Usaha pembibitan adalah usaha peternakan yang menghasilkan ternak untuk dipelihara
lagi dan bukan untuk dikonsumsi. Pemeliharaan ayam bibit merupakan pemeliharaan ayam
induk (parent stock) yang dipelihara bersama-sama pejantan. Pembibitan (breeding) dalam
usaha peternakan ayam petelur komersial sangat penting dan sangat perlu mendapat perhatian
yang khusus. Hal ini dilakukan untuk menjaga dan mendapatkan kualitas DOC final stock
yang bagus serta menghindari terjadinya inbreeding dalam suatu peternakan. Jika
pemeliharaan ayam parent stock kurang baik berdampak buruk pada keturunan yang
dihasilkan. Seperti contoh, apabila induk terserang penyakit menular maka penyakit tersebut
bisa ditularkan secara vertikal pada keturunannya. Oleh karena itu perlu adanya manajemen
pemeliharaan yang baik (Risyana, 2008).
Pembibitan ternak unggas adalah usaha peternakan yang menghasilkan bibit ternak
unggas untuk dipelihara lagi dan bukan untuk dikonsumsi. Pembibitan unggas dibedakan
menjadi empat usaha menurut Suharno (1995) yaitu: 1). Pembibitan untuk menghasilkan PL
(Pure Line) atau ayam galur murni; 2). Pembibitan untuk menghasilkan GGPS (Great Grand
Parent Stock) atau ayam bibit buyut; 3). Pembibitan untuk menghasilkan GPS (Grand Parent
Stock) atau ayam bibit nenek dan 4). Pembibitan untuk menghasilkan PS (Parent Stock) atau
ayam induk.
Parent stock merupakan bibit dengan spesifikasi tertentu untuk menghasilkan bibit sebar
atau bibit niaga (Final Stock) yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Syukur, 2006). Menurut
sudaryanti dkk. (2003) bahwa parent stock adalah ayam induk penghasil ayam komersial yang
merupakan hasil persilangan pada Grand Parent Stock.

2.2 Manajemen Pemeliharaan
2.2.1 Bibit
Bibit ternak merupakan salah satu sarana produksi pembudidayaan ternak yang penting
dan strategis untuk meningkatkan produksi dan mutu hasil dalam menyediakan pangan asal
ternak yang berdaya saing tinggi. Untuk mendapatkan bibit ternak yang bermutu diperlukan
penemuan bibit ternak unggul yang dilakukan melalui pemuliaan serta proses sertifikasi.
Kegiatan pembibitan ternak meliputi pemuliaan, pembudidayaan, perkembangbiakan,
4

pengawasan penyakit, penyebaran, peredaran, pengawasan mutu, pelestarian sumberdaya
ternak, pengendalian lingkungan, serta pengembangan usaha pembibitan yang dapat
dilakukan baik oleh pemerintah maupun swasta (Risyana, 2008).
Perusahaan pembibitan mempunyai strain yang dipelihara sesuai dengan bibit yang akan
dihasilkan. Setiap strain atau dalam satu strain akan menghasilkan penampilan produksi yang
berbeda-beda sesuai dengan potensi genetik dan lingkungan dimana dikembangkan. Salah
satu jenis strain parent stock broiler yang sering dipelihara adalah lohman indian river.
Fadilah (2006) menyatakan bahwa saat ini terdapat lebih dari 300 jenis ayam galur murni dan
varietas ayam, termasuk ayam pedaging pembibit (parent stock broiler) yang telah terseleksi
dan ditingkatkan keunggulan potensi genetiknya. Beberapa potensi genetik yang telah
ditingkatkan meliputi ukuran tubuh besar, proporsi daging karkas tinggi, kerangka tulang
kuat, cepat tumbuh, kulit berwarna putih atau kuning bersih, memiliki konversi pakan yang
baik dan tahan terhadap penyakit.
Tabel 1. Penampilan produksi parent stock broiler strain lohman indian river pada umur
21 minggu (147 hari).
Sumber : Standart performance (2011)

Item Jumlah
Umur afkir (minggu) 64
Total telur (HHA*) 184
Telur tetas (HHA*) 176
Jumlah betina pada umur 25 minggu 151
Umur 5% produksi (minggu) 25
Puncak produksi 87,1
Bobot badan (g) pada umur 25 minggu 2970
Bobot badan (g) afkir 4090-4190
Mortalitas + culling % (periode broding- grower) 4-5
Mortalitas % (periode produksi) 8
Pakan/ 100 ayam (kg) 0-64 minggu 37,3
Pakan/ 100 telur tetas (kg) 0-64 minggu 32,1
*Hen House Average
**pakan jantan tidak termasuk

5

2.2.2 Perkandangan
Kandang adalah lingkungan kecil tempat ayam hidup dan berproduksi, oleh karena itu
dibutuhkan kandang yang nyaman dan berpengaruh terhadap kesehatan ayam serta hasil
produksi yang maksimal. Kandang yang nyaman dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
Konstruksi kandang yang menjamin kelangsungan hidup ayam yaitu kandang yang memenuhi
aspek kesehatan dan mempunyai daya tahan yang kuat dan lama, sehingga dapat dipakai
untuk proses produksi berikutnya (Imam, 2009).
Sudaryani dkk. (2003) menyatakan kandang berfungsi sebagai pelindung ternak dari
pengaruh iklim yang buruk seperti hujan, panas matahari dan gangguan-gangguan lainnya.
Arah kandang sebaiknya memanjang dari barat ke timur agar ayam tidak terkena panas
matahari secara berlebihan, sirkulasi udara lancar dan udara di dalam kandang segar serta
kadar amoniak rendah sehingga pertumbuhan dan kesehatan ayam menjadi baik. Suprijatna
(2005) menyatakan apabila kandang berjajar maka jarak antar kandang minimal selebar
kandang, karena jarak kandang yang berdekatan mengakibatkan sirkulasi udara tidak lancer
dan memudahkan penularan penyakit.
Rahayu dkk. (2011) menyatakan kepadatan kandang untuk ayam bibit berkisar antara
5-6 ekor per m
2
. Berdasarkan permentan no 40/permentan/OT.140/7/2011 bahwa daya
tampung kandang terbuka untuk ayam bibit pedaging dewasa 3-4 ekor/m
2
dengan sistem litter
atau 4-5 ekor/m
2
dengan sistem 2/3 slat. Sedangkan daya tampung pada kandang tertutup
untuk ayam bibit pedaging dewasa 4-5 ekor/m
2
dengan sistem litter atau 5-6 ekor/m
2
dengan
sistem 2/3 slat.
Terdapat tujuh tipe atap kandang yang biasa digunakan untuk pemeliharaan ayam.
Rahayu dkk. (2011) menyatakan Indonesia yang beriklim tropis, disarankan menggunakan
atap tipe monitor. Hal ini dimaksudkan untuk memanipulasi aliran udara serta kontrol suhu
dan kelembaban yang sesuai. Sudarmono (2003) menambahkan atap tipe monitor ini dapat
membantu ventilasi udara di dalam kandang, sehingga udara kotor, gas CO
2
dan amoniak
mudah keluar atau mudah digantikan dengan udara segar dari luar.
Lantai pada kandang ayam terbuat dari semen maupun tanah. Keuntungan dari kandang
lantai semen adalah dapat menahan air yang meresap ke tanah dan lantai mudah dibersihkan
sedangkan kandang dengan lantai langsung tanah dapat mengurangi biaya produksi tetapi
lantai kandang tanpa semen kurang memenuhi standar pemeliharaan. Perlu diberikan litter
diatas lantai untuk menambah kenyamanan ayam (Sudaryani dkk., 2003).
Sistem lantai kandang yang umum diterapkan pada pemeliharaan ayam bibit adalah
kombinasi litter dan slat. System lantai dengan menggunakan kombinasi slat dan litter,
6

umumnya slat menempati dua pertiga bagian luas kandang dan bagian lainnya adalah litter.
Bagian kandang yang terdapat litter diletakkan di tengah-tengah kandang memanjang sejajar
panjang kandang. Luas bagian slat dibagi menjadi dua bagian slat diletakkan di sebelah kiri
dan kanan kandang (Fadilah, polana, alam dan parwanto, 2007).
Fadillah dkk. (2007) menyatakan sistem ventilasi berfungsi untuk menyediakan dan
mendistribusikan udara segar yang seimbang dan menyeluruh ke dalam kandang,
mengeluarkan udara kotor, gas CO
2
dan amoniak, mengurangi kelembaban dan mengatur
temperature kandang. Priyanto (2002) menambahkan sistem ventilasi kandang harus mampu
memberikan udara segar, mengeluarkan amoniak, karbondioksida, kelembaban, debu, dan
panas yang berlebih. Sistem tersebut harus cukup fleksibel sesuai dengan perubahan
kebutuhan ternak.
Pencahayaan dalam pemeliharaan ternak ayam mempunyai tujuan supaya
mempermudahkan ayam dalam mengkonsumsi pakan, sedangkan ayam dengan bobot badan
dibawah rata-rata diberikan pencahayaan yang lebih dengan maksud agar konsumsi pakan
bertambah dan bobot badan tercapai. Pencahayaan pada fase layer digunakan untuk penerangan
sekaligus sebagai perangsang produksi telur. Proses reproduksi maupun ovulasi pada masa layer
sangat dipengaruhi oleh lighting. Program penambahan pencahayaan fase layer sampai 18 jam
diberikan pada awal produksi 5-10 % sampai umur 30 minggu karena pada masa tersebut adalah
masa puncak produksi sehingga diperlukan feed intake yang baik dan pematangan sistim
reproduksi (Imam, 2009).

2.2.3 Pemberian Pakan dan Minum
Pakan yang diberikan pada ayam juga merupakan hal yang perlu mendapat perhatian,
sebab pakan yang kurang memenuhi standart mutu sebagai pakan ayam yang baik, dapat juga
menjadi salah satu sebab ayam sakit, untuk itu agar dicapai efisiensi dan produktivitas yang
optimal maka perlu adanya koordinasi antara pakan, pemeliharaan kesehatan dan Program
pengelolaan usaha (Imam, 2009).
Pemberian pakan harus diberikan setiap hari sesuai dengan kebutuhan ayam, baik
secara kuantitatif maupun kualitasnya. Pemberian pakan yang salah dapat memicu stres dan
defisiensi salah satu nutrisi sehingga ayam banyak menemui masalah. Ayam membutuhkan
sejumlah unsur gizi untuk hidupnya, misalnya bernafas, peredaran darah dan bergerak yang
disebut kebutuhan hidup pokok selain itu unsur gizi dibutuhkan untuk produksi telur.
Konversi pakan merupakan perbandingan antara pakan yang dihabis untuk produksi dengan
produksi telur yang dihasilkan (Halim, 2007).
7

2.2.4 Kesehatan ternak
Penyakit dalam pengertian umum dapat dinyatakan sebagai penyimpangan dari kondisi
normal dari seekor hewan, penyakit juga dapat dikatakan sebagai perubahan kondisi normal
dari seekor hewan yang disebabkan oleh jasad hidup. Bentuk pengobatan terpenting adalah
pencegahan (preventif), yaitu suatu tindakan untuk melindungi individu terhadap serangan
penyakit atau menurunkan keganasannya (Imam, 2009).
Tata laksana pencegahan penyakit dapat dilaksanakan dengan cara sanitasi kandang
dan peralatan, vaksinasi, biosecurity dan perbaikan pakan, penyakit perlu dikelola agar jasad
renik ini tidak mengganggu jalannya produksi telur dan tidak menghambat jalannya usaha.
Sanitasi adalah Program yang dijalankan di suatu kawasan peternakan yang bertujuan untuk
menjaga terjadinya perpindahan bibit penyakit menular sehingga ternak yang dipelihara
terbebas dari infeksi penyakit serta selalu dalam kondisi sehat (Halim, 2007).

2.2.4.1 Vaksinasi
Vaksinasi merupakan pemberian antigen untuk merangsang sistem kekebalan tubuh
terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri maupun protozoa. Vaksin mengandung
satu atau lebih antigen dengan tujuan menghasilkan antibodi terhadap lebih dari satu jenis
penyakit. Kekebalan tubuh ditandai dengan adanya antibody dalam serum terbentuk lebih
kurang 2-3 minggu sesudah pelaksanaan vaksinasi (Dwicipto, 2000).
Terdapat dua jenis vaksin yaitu vaksin in aktif (kill) dan vaksin aktif (life), kemampuan
vaksin aktif untuk menimbulkan kekebalan tubuh lebih tinggi dibanding dengan vaksin in aktif
karena virus akan berkembang biak didalam tubuh merangsang terbentuknya kekebalan secara
cepat, sementara kekuatan vaksin in aktif merangsang terbentuknya antibodi tergantung pada
tergantung pada antigenik (sel-sel virus) yang terkandung dalam dosis vaksin. Beberapa jenis
penyakit yang telah vaksinya antara lain : Mareks, Infectious Bursal Desease (IBD), Newcastel
Desease (ND), Infectious Bronchitis (IB), Infectious Coriza (Snot), fowl Pox, Egg Drop Syndrome
(EDS), Coccidiosis (Koksi) dan Avian Influensa (AI) (Imam, 2009).

2.2.4.2 Sanitasi dan Biosecurity
Sanitasi adalah Program yang dijalankan di suatu kawasan peternakan yang bertujuan
untuk menjaga terjadinya perpindahan bibit penyakit menular sehingga ternak yang dipelihara
terbebas dari infeksi penyakit serta selalu dalam kondisi sehat (Imam, 2009).
Program sanitasi bisa dilakukan dengan cara menjaga kebersihan lingkungan
peternakan, melakukan desinfektan dan melarang atau mencegah lalu lintas orang, melarang
8

masuknya peralatan dan kendaraan yang tidak diizinkan, melaksanakan menejemen
pemeliharaan yang baik. Sanitasi dilakukan pada lingkungan peternakan, areal perkandangan
dan kandang, barang dan peralatan yang akan dibawa masuk ke dalam areal peternakan atau
perkandangan (Fadilah, 2004).
Biosecurity berarti perlindungan terhadap parent stock ayam pedaging dari berbagai
jenis infeksius seperti virus, bakteri, jamur maupun parasite. Program biosecurity dapat
dilaksanakan dengan cara pengawasan yang ketat terhadap setiap orang yang masuk kedalam
kandang dengan tujuan mencegah kontaminasi mikroorganisme yang berasal dari luar
kandang (Dwicipto, 2010).

2.2.5 Pengontrolan Bobot Badan dan Keseragaman
Penimbangan bobot badan ayam dilakukan untuk mengetahui keseragaman,
pertumbuhan, dan untuk mengelompokkan ayam sesuai dengan bobot badannya sehingga
dapat mengetahui tingkat keberhasilan pemeliharaan. Pada fase starter pengontrolan bobot
badan sangat penting dilakukan agar perkembangan hormonal dan metabolisme tubuh dapat
dikontrol dengan baik. Keseragaman bobot badan yang diharapkan dari pemeliharaan fase
starter adalah 80-90 % populasi. Bobot badan di luar populasi dipisahkan dari kelompoknya
untuk mendapatkan perlakuan khusus berupa pakan dengan kandungan nutrien yang lebih
dengan maksud untuk mengejar ketinggalan bobot badan (Imam, 2009).
Fadilah dkk. (2007) menyatakan berat badan ayam selama periode grower sebaiknya
pada kisaran standar minimum berat badan. Hal ini dimaksudkan supaya dapat membentuk
kerangka yang bagus sehingga didapat penampilan ayam yang baik pada waktu bertelur.
Imam (2009) menambahkan Hal yang penting dalam kontrol bobot badan adalah dengan melihat
keseragaman bobot badan ayam, keseragaman akan berpengaruh pada masa awal produksi.
Keseragaman yang baik adalah di atas 80% dimana perbedaan bobot badan ayam satu dengan
yang lain tidak terlalu jauh.

2.4.6 Program Seleksi dan Culling
Peningkatan keseragaman ternak dapat dilakukan dengan program seleksi ayam dan
pengelompokan berdasarkan berat badan supaya mudah menentukan pemberian pakan.
Seleksi dapat dilakukan beberapa kali selama pemeliharaan (Rahayu dkk., 2011).
Culling merupakan kegiatan memilih ayam yang memiliki mutu rendah untuk segera
diafkir. Pengafkiran dapat menghemat biaya pengeluaran untuk pakan dan menghemat tempat
9

(kandang) dan tenaga kerja yang digunakan dalam pemeliharaan. culling dapat dilakukan
setiap minggu selama masa grower (8-20 minggu) (Sudaryani, 2003).

2.4.7 Penanganan Telur
Penanganan telur tetas meliputi kegiatan koleksi, grading, fumigasi dan pengangkutan,
Sudayani dan Santosa (2003) menyatakan bahwa agar telur yang dihasilkan dalam keadaaan
bersih, sebaiknya karyawan kandang melakukan pengambilan (koleksi telur) sekurang
kurangnya empat kali. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan telur pecah diinjak injak oleh
ayam. Dalam pengambilan juga dilakukan secara hati-hati untuk menghindari retak rambut
pada saat pengambilan telur ditempatkan pada egg try yang di tumpuk sebanyak tiga
tumpukkan.
Grading dilakukan untuk mendapatkan tetasan yang baik dimana hasil grading yang
seragam akan menghasilkan tetasan yang seragam pula. Dari hasil grading tersebut didapat
telur yang terseleksi berdasarkan bobot telur tetas dan telur yang tidak termasuk dalam kriteria
seleksi. Telur telur tersebut selanjutnya diletakkan dalam egg try yang berbeda dan telur yang
tumpul berada dibagian atas agar isi telur tetap dalam keadaan seimbang dan keutuhan rongga
udara terjaga (Rasyaf, 2003).
Fumigasi dilakukan setelah pengambilan dan pengumpulan telur tetas pada lemari
khusus sebelum dikirim ke bagian hatchery, fumigasi dilakukan selama 10-15 menit dengan
menggunakan 40 cc Formalin dan 24 gram PK/Kalium Permanganat (KMnO4).
Pengangkutan telur ke hatchery dilakukan dengan hati-hati, dalam pengangkutan telur tidak
diperbolehkan terkena sinar matahari secara langsung dengan tujuan untuk menghindari
pemanasan embrio yang menyebabkan telur rusak, dari hal tersebut telur dalam egg tray
diberi penutup agar tidak terkena sinar matahari secara langsung (Imam, 2009).

2.3 Analisa Usaha
Analisis usaha ternak merupakan kegiatan yang sangat penting bagi suatu usaha ternak
komersial. Melalui usaha ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi.
Analisis usaha peternakan bertujuan mencari titik tolak untuk memperbaiki kendala yang
dihadapi. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk merencanakan perluasan usaha baik
menambah cabang usaha atau memperbesar skala usaha. Berdasarkan data tersebut dapat
diukur keuntungan usaha dan tersedianya dana yang riil untuk periode selanjutnya. Gambaran
mengenai usaha ternak yang memiliki prospek cerah dapat dilihat dari analisis usahanya.
10

Analisis dapat juga memberikan informasi lengkap tentang modal yang diperlukan,
penggunaan modal, besar biaya untuk bibit (bakalan), ransum dan kandang, lamanya modal
kembali dan tingkat keuntungan yang diperoleh (Sudarisman, 2011).
Analisis usaha mutlak dilakukan bila seseorang hendak memulai usaha. Analisis usaha
dilakukan untuk mengukur atau menghitung apakah usaha tersebut menguntungkan atau
merugikan. Analisis usaha memberi gambaran kepada peternak untuk melakukan perencanaan
usaha. Dalam analisis usaha diperlukan beberapa asumsi dasar. Asumsi dasar dapat berubah
sesuai dengan perkembangan waktu (Ismaya dan Sutiono, 2006).

2.3.1 Biaya Produksi
Biaya produksi tidak dapat dipisahkan dari proses produksi sebab biaya produksi
merupakan masukan atau input dikalikan dengan harganya. Maka dapat dikatakan bahwa
ongkos produksi adalah semua pengeluaran atau semua beban yang harus ditanggung oleh
perusahaan untuk menghasilkan suatu jenis barang atau jasa yang siap untuk dipakai
konsumen (Candra. 2012).
Biaya produksi dibagi menjadi dua, yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap
(variabel cost). Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk beberapa kali proses
produksi bahkan harus dikeluarkan walaupun tidak berlangsung proses produksi. Biaya tidak
tetap adalah biaya operasional artinya biaya yang berubah tergantung pada besar kecilnya
produksi yang dihasilkan (Sularso, 2012).
Biaya tetap adalah jumlah biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan jumlah output
tertentu sedangkan biaya yang berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar
dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya
tidak tetap. Total biaya merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha
tersebut, berikut rumus matematisnya:
TC = FC + VC
Keterangan : TC = Biaya total (Rp / bulan)
FC = Biaya tetap (Rp / bulan)
VC = Biaya tidak tetap (Rp / bulan)

11

2.3.2 Penerimaan dan Pendapatan
Penerimaan adalah hasil penjualan (output) yang diterima produsen. Penerimaan dari
suatu proses produksi dapat dihitung dengan mengalikan jumlah produksi yang dihasilkan
dengan harga jual produksi tersebut. Penerimaan merupakan jumlah hasil peternakan seperti
penjualan hasil ternak dikalikan dengan harga merupakan jumlah yang diterima (Candra.
2012).
Total penerimaan usaha peternakan ayam petelur merupakan semua pendapatan yang
didapatkan dari penjualan telur, ayam afkir dan hasil sampingnya yang belum dikurangi
dengan biaya pengeluaran. Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara
produksi yang dihasilkan dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif
dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Berikut rumus
matematisnya:
TR = (P x Q)
Keterangan : TR = Total revenue usaha peternakan ayam petelur
P = Harga jual (Rp)
Q = Tingkat produksi (Kg)

Semakin banyak jumlah produk yang dihasilkan maupun semakin tinggi harga per unit
produk yang bersangkutan, maka penerimaan total yang diterima produsen akan semakin
besar. Sebaliknya jika produk yang dihasilkan sedikit dan harganya rendah maka penerimaan
total yang diterima oleh produsen semakin kecil. Berdasarkan harga pasar dan jumlah output
perusahaan, maka penerimaan total perusahaan adalah jumlah output perusahaan dikalikan
dengan harga pasar. Apabila terjadi perubahan jumlah output berarti memerlukan perubahan
pemakaian input sama artinya dengan terjadi perubahan biaya. Selain itu akan mengakibatkan
terjadinya perubahan penerimaan perusahaan (Herlambang, 2002).
Pendapatan usaha peternakan ayam petelur merupakan seluruh total penerimaan
dikurangi dengan total biaya pengeluaran. Menurut Rasyaf (2002) pendapatan atau
keuntungan merupakan selisih antara penerimaan total dan biaya total. Biaya ini dalam
kenyataannya, dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Bila
penerimaan yang dikurangi dengan biaya produksi atau seluruh biaya produksi tertutup maka
sisanya itu disebut keuntungan kotor. Bila keuntungan kotor dipotong lagi dengan pajak itulah
bagian yang diterima oleh pemilik modal sebagai keuntungan bersih. Sebaliknya adalah rugi
bila biaya produksi tidak tertutup dari hasil penjualan. Untuk menghitung besarnya
pendapatan digunakan rumus:
12

= TR TC
Dimana : = Total pendapatan dari usaha ternak ayam petelur
TR = Total penerimaan dari penjualan ayam petelur
TC = Total pengeluaran dari usaha ternak ayam petelur

2.3.3 Analisa Laba-Rugi
Keuntungan adalah tujuan setiap usaha. Keuntungan dapat dicapai jika jumlah
pendapatan yang diperoleh dari usaha tersebut lebih besar daripada jumlah pengeluarannya.
Bila keuntungan dari suatu usaha semakin meningkat, maka secara ekonomis usaha tersebut
layak dipertahankan atau ditingkatkan. Untuk memperoleh angka yang pasti mengenai
keuntungan atau kerugian, yang harus dilakukan adalah pencatatan biaya. Tujuan pencatatan
biaya agar peternak atau pengusaha dapat mengadakan evaluasi terhadap bidang usaha
(Sularso, 2012).
Laba merupakan ukuran yang membedakan antara apa yang perusahaan masukkan
untuk membuat dan menjual produk dengan apa yang diterimanya. Perhitungan laba jelas
untuk keputusan manajemen. Bila laba konsisten positif, perusahaan dapat tetap berada dalam
bisnis tersebut, tetapi jika perusahaan mengalami penurunan produksi pengusaha dapat
mencari produk yang lain yang akan diolah yang dapat mendatangkan keuntungan. Analisa
untung rugi pada umumnya mengunakan analisa Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) dengan
rumus :
R/C ratio =R/C
Keterangan :
R = Revenue atau penerimaan (Rp / bulan)
C = Cost atau biaya produksi (Rp / bulan)

2.3.4 Break Even Point
Analisis Break even point atau titik impas adalah teknik seleksi yang bagus dan murah.
Analisis ini dapat membantu untuk menentukan apakah perlu melakukan analisis yang lebih
intensif dan mahal, dengan menggunakan analisis titik impas, kita dapat terlebih dahulu
menguji kelayakan suatu produk baru di atas kertas daripada langsung melakukan proses
produksi dan pengujian pasar. Analisis titik impas dapat dijadikan sebagai pengganti untuk
meramalkan suatu faktor yang tidak diketahui dalam membuat keputusan proyek. Jika hampir
seluruh pengeluaran diketahui, dua variable yang lain yaitu laba dan permintaan bisa
13

bervariasi. Analisis ini dapat membantu menentukan aliran kas, tingkat permintaan yang
dibutuhkan, serta kombinasi harga dan permintaan mana yang akan memperbesar
kemungkinan untuk memperoleh keuntungan (Gill, 2004).
Break even point dapat diartikan suatu keadaan di mana dalam operasi perusahaan,
perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi (penghasilan = total biaya).
Menurut Samryn (2001) Break even point atau Titik impas merupakan tingkat aktivitas
dimana suatu organisasi tidak mendapat laba dan juga tidak menderita rugi. Titik impas dapat
juga didefinisikan sebagai titik dimana total penerimaan sama dengan total biaya atau sebagai
titik dimana total marjin kontribusi sama dengan total biaya tetap. Titik impas ini selanjutnya
dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan, metode marjin kontribusi, dan
metode grafik, baik dalam hitungan unit penjualan maupun penjualan dalam satuan mata uang
tertentu yang digunakan dalam transaksi bisnis.
Analisis break even point single produk merupakan analisis untuk menentukan tingkat
penjualan yang harus dicapai oleh perusahaan agar tidak menderita kerugian, tetapi juga
belum memperoleh keuntungan. Analisis ini digunakan pada perusahaan yang hanya menjual
satu jenis produk atau lebih yang biaya-biaya produksi masing-masing produk tidak dapat
dipisahkan. Sedangkan Analisis break even point multiproduk digunakan pada perusahaan
yang menjual lebih dari satu produk yang biaya-biaya produksi masing-masing produk dapat
dipisahkan. Rumus Analisis Break Even adalah: BEP = Total Fixed Cost / contribution
margin. Contribution margin (CM) ada 2 macam yaitu CM per unit digunakan untuk
menghitung BEP dalam unit dan CM ratio digunakan untuk menghitung BEP dalam rupiah.
Apabila analisis yang digunakan adalah analisis multiproduk maka CM yang digunakan
adalah CM ratarata, baik untuk CM unit maupun CM ratio (Supriyono, 1987).
Secara matematis rumus untuk menghitung break even point sebagai berikut:
1. Penghitungan BEP atas dasar unit

Dimana:
BEP (Q) : jumlah unit/kuantitas produk yang dihasilkan dan dijual
FC : biaya tetap
P : harga jual produk per unit
VC : biaya variabel per unit
P-VC : Contribution margin

14

2. Penghitungan BEP atas dasar penjualan produk dalm rupiah

Dimana:
Qi : volume penjualan produk dalam rupiah
FC : biaya tetap
VC : biaya variabel per unit
S : penerimaan
1-VC/S : Contribution margin
Apabila produk yang dihasilkan lebih dari satu produk dan biaya masing-masing
produk dapat dipisahkan maka analisis yang digunakan adalah analisis multiproduk. Dalam
analisis multiproduk, contribution margin yang digunakan adalah contribution margin rata-
rata, baik untuk contribution margin unit maupun contribution margin ratio. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dalam rumus berikut:


2.3.5 Margin Of Safety
Margin of safety atau batas keamanan usaha dihitung berdasarkan selisih antara target
penjualan yang ditargetkan dengan nilai penjualan pada titik impas. Perusahaan yang
mempunyai margin of safety yang besar lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang
mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of safety menunjukkan indikasi atau
memberikan gambaran kepada manajemen berapakah penurunan penjualan yang dapat
ditolerir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba
(Munawir, 2002).
Riyanto (1999) menambahkan Margin of Safety adalah angka yang menunjukan jarak
antara penjualan yang direncanakan dengan penjualan saat break even point. Margin of Safety
juga menggambarkan batas jarak, yang mana kalau penjualan berkurang melampaui batas
jarak tersebut maka perusahaan akan menderita kerugian. Sehingga, margin of safety
15

merupakan Hubungan atau selisih antara penjualan yang dibudget atau tingkat penjualan
tertentu dengan penjualan pada tingkat break even. Rumus untuk menghitung margin of safety
sebagai berikut:

Вам также может понравиться