Вы находитесь на странице: 1из 2

Hidup beragama yang manusiawi

Leo Sutrisno
Prolog
Seorang kawan yang menjenguk saya di rumah sakit berkata: Sebelumnya saya
mengira bahwa semua orang yang menjenguk pak Leo adalah orang Jawa dan
Katloik. Tetapi setelah satu jam di sini saya melihat berma!am"ma!am orang.
#da yang pakai kerudung. #da yang pakai songkok haji dll$
Judul tulisan ini mungkin terasa tidak enak didengar telinga. #palagi jika
direnungkan maknanya. #kan sangat menyakitkan. %ukan hanya di kalangan para tokoh dan
pemimpin umat beragama tetapi juga bagi awam. Karena agama itu dibuat agar manusia
hidup dengan benar maka tidak mungkin agama tidak manusiawi.
Setiap agama mengembangkan suatu mekanisme dan teknik untuk menegakan
identitasnya. &i antaranya dengan penyeragaman perilaku bahasa pakaian dan tentu juga
ritus tertentu yang wajib ditaati oleh umatnya.
&engan !ara berperilaku yang sama maka pengikutnya merasa memiliki agama itu.
'asa kepemilikam ini akan menimbulkan rasa kebanggaan diri akan meningkatnya
martabatnya dan juga meningkatkan harga dirinya.
'asa memiliki juga akan menimbulkan sikap patuh. Kepatuhan akan men!iptakan suatu
kekuasaan. #gama menjadi sumber kekuasaan. Sebagai sumber kekuasaan agama juga
men!iptakan !ara melihat yang lain yang bukan sesama pengikut.
#da banyak !ara memandang yang lain. Salah satu di antaranya adalah menggunakan
logika benair $#gamaku yang benar dan agamamu yang salah$. Karena masing"masing agama
mengembangkan logika berpikir binair seperti ini maka akan terjadi diskriminasi.
&iskriminasi ini akan diperkuat oleh keinginan untuk pemurnian pengikut masing"masing.
Timbullah kon(lik yang berlatarbelakang agama.
%agi pengikutnya sendiri usaha pemurnian ini akan meningkatkan kesetiaan dan
dedikasi. )un!ullah di tahap itu loyalitas kepada agama yang dipeluknya.
%agi pemeluk agama yang lain logika binair akan membuat sekat antara yang *sedang
berkuasa* dan yang tidak berkuasa. &alam jangka panjang akan terjadi stigmatisasi dan
pada gilirannya penghan!uran pada kelompok yang tidak berkuasa. Pada titik inilah agama
terasa tidak manusiawi. #gama tidak men!iptakan suatu kehidupan bersama dalam suasana
yang damai.
Sejarah +ndonesia menunjukkan bahwa dari awal keberadaannya telah berlangsung
sesuatu yang serba plural. Ternasuk juga dalam hidup keagamaan. #da pluralitas agama di
+nonesia. Karena itu logika binair tidak !o!ok dikembangkan di +ndonesia.
&alam kehidupan yang plural setiap orang dituntut untuk saling mengakui kekhasan
masing"masing. Kehidupan plural mirip dengan konsep molekul penyusun sebuah materi. #tom
yang merupakan bangunan terke!il yang paling kompak dari suatu materi tidak berdiri
sendiri. Tetapi justru bersama dengan atom yang lain menyusun suatu senyawa. &alam
senyawa identitas atom"atom penyusunnya tidak hilang justru sebaliknya semakin
dibutuhkan. &alam suatu senyawa tidak ada superitas. Penampakan diri masing"masing atom
semakin nyata.
Kehidupan pluralitas agama juga mirip dengan keberadaan atom"atom dalam sebuah
senyawa senyawa negara +ndonesia. Setiap agama mengakui kekhasan masing"masing. Tidak
ada superitas agama. Kebenaran yang dipegang oleh masing"masing agama digunakan untuk
mendeskripsikan kesempurnaan Tuhan.
&i dalam kehidupan agama yang plural tidak ada monopoli kebenaran. #rtinya selain
kebenaran yang dipegangnya ada kebenaran lain yang dipegang oleh orang lain. Kebenaran"
kebenaran ini akan semakin benar menggambarkan Kebenaran ,ang Sesungguhnya.
)asing"msing kebenaran yang dipegang para pemeluknya akan mengajarkan akan
keterbatasan ketidakmampuan manusia menggambarkan Sang Kebenaran. #da keterbatasan
manusia. Pada tingkat ini agama menjadi manusiawi. #gama menjadi nyata. #gama menjadi
konkrit. Karena mengakar pada indi-idualitas manusia.
Pada titik itu maka kebutuhan akan dialog antaragama menjadi penting. &ialog"
dialog ini berpusat pada bagaimana manusia ini menjalani hidupnya sebagai musya(ir menuju
Sang Khalik Sang Kebenaran. Setiap orang sebagai musya(ir se!ara bersamaan berada
pada jalan yang mengarah ke Sang Pemilik Kehidupan.
&alam kebersamaan di sebuah jalan inilah mun!ul etika. Sebuah etika yang mengatur
apa yag sebaiknya dilakukan pada saat berinteraksi dengan yang lain.
Pada titik ini agama sungguh manusiawi. #pa yang seharusnya dilakukan jika ada
kawan sebelah yang jatuh. &itolong atau tidak. #pa yang sebaiknya jika ada kawan yang
sakit. &ibantu atau tidak. ,ang mun!ul sebagai jawaban adalah rasa tanggung jawab.
Pada titik ini pula kebenaran imperium /kekuasaan masing"masing0 menjadi berubah
benjadi kebenaran yang konkrit yang hidup nyata. Kalimat"kalimat *agama saya benar jadi
agama lain salah* dan *)eskipun dia beragama lain dari saya tetapi sebetulnya semangat
dan !ara hidupnya adalah ungkapan pengahayatan agama saya* berubah menjadi *1rang itu
baik berkat dan karena agama yang dianutnya*. 'umusan kalimat terakhir ini menunjukkan
pengakuan akan kekhasan yang lain. 'umusan ini tidak menunjukkan superitas agama yang
dipeluknya atas agama lain. Sebaliknya nilai dan kekhasan agama lain dihargai.
Pada titik ini akan mun!ul pengorbanan suatu si(at uni-ersal tetapi juga konkrit.
2ni-ersal karena diterima oleh semua golongan dan sekaligus konkrit karena mengakar pada
agama yang dianutnya. &engan itu akan mun!ul kesadaran akan makna hidup yang
sengguhnya. +a akan berarti jika berarti bagi orang lain.
#pa yang perlu dilakukan.
Perubahan tingkah laku. Pertama berubah dari berparadigma *kebenaran tunggal* ke
paradigma *kebenaran jamak*. &i luar kebenaran yang saya pegang saat ini masih banyak
kebenaran lain yang mungkin. 3ara kerja orang buta dalam mendeskripsikan seekor gajah
yang disesuaikan dengan bagian yang dapat diraba perlu ditinggalkan. Karena tidak seperti
orang buta maka kita melihat bahwa setiap waktu selalu ada kemungkinan yang baru.
Selain itu sikap 4kompetiti(* mesti ditinggalkan dan digantikan sikap 4kolaborati(*.
Seorang yang berkompetisi memandang yang lain sebagi ri-al. Karena ri-al mesti
dieliminasi. +tu merupakan syarat mutlak jika ingin menjadi pemenang menjadi sang juara.
Hanya satu orang saja yang menjadi pemenang. Juara kembar pun tidak boleh.
Tetapi dunia saat ini dan ke depan semakin rumit saling tali"temali satu dengan
yang lain. Karena itu hasrat berkompetisi mesti ditinggalkan. Kita mesti menempatkan yang
lain sebagai mitra. )asing"masing mesti saling berkolaborasi dan berkontribusi sesuai
dengan kemampuan dan wewenangnya. Jika kita masing"masing memiliki sikap kolaborati(
nis!aya semua masalah dapat diselesaiakan. Hidup rukun dengan siapa saja dapat
diwujudkan.
)engingat se!ara historis +ndonesia ini dibesarkan dalam kerangka pluralitas"
multibudaya multiagama dan multi etnis kini saatnya para pemuka agama"agama duduk
dalam satu meja memikirkan suatu model etika religius yang dapat mengubah wajah agama"
agama dari kekerasan menjadi kedamaian. Hidup beragama yang manusiawi. Semoga5

Вам также может понравиться